KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA
KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN
FEBBY LESTARI
A 34202006
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP
KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA
KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh : FEBBY LESTARI
A 34202006
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
karena Dia memiliki banyak karunia yang tersembunyi
KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 3
Manfaat ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Lanskap ... 4
Konsep Pemeliharaan ... 6
Pemeliharaan Ideal ... 8
Pemeliharaan Fisik ... 9
Penyiraman ... 9
Pemangkasan ... 10
Pemupukan ... 11
Pengendalian Gulma ... 11
Pendangiran atau Penggemburan Tanah ... 12
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 12
Perumahan ... 12
Lanskap Permukiman ... 13
METODOLOGI Tempat dan Waktu ... 15
Metode Studi ... 17
Kerangka Kerja Magang ... 18
Batasan Studi... 18
KONDISI UMUM Sejarah Perkembangan Proyek Perumahan Graha Raya ... 20
Rencana Pembangunan Perumahan Graha Raya ... 21
Vegetasi dan Satwa ... 23
Fasilitas Permukiman ... 24
Keadaan Sosial dan Ekonomi ... 25
KONSEP PENGEMBANGAN LANSKAP PERUMAHAN GRAHA RAYA Konsep Dasar ... 27
Konsep Sirkulasi ... 28
Konsep Tata Hijau... 29
Konsep Utilitas ... 31
ORGANISASI PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA Kelembagaan ... 33
Struktur Organisasi Perusahaan ... 35
PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA Konsep Pengelolaan Graha Raya ... 38
Sistem Pemeliharaan ... 38
Pemeliharaan Ideal ... 39
Pemeliharaan Fisik ... 40
Pembagian Zona Pemeliharaan ... 40
Jadwal Pemeliharaan ... 41
Pengawasan dan Evaluasi Pekerjaan Pemeliharaan ... 43
Sistem Pengelolaan Tenaga Kerja ... 43
Pengelolaan Peralatan dan Bahan ... 45
Pemeliharaan Fisik terhadap Hardscape ... 46
Penyapuan ... 46
Pengangkutan Sampah ... 47
Pemeliharaan Saluran Drainase... 47
Pemeliharaan Fisik terhadap Tanaman ... 48
Pendangiran tanah dan penyiangan gulma ... 50
Pengendalian hama dan penyakit ... 50
PEMBAHASAN Pengelolaan Perumahan Graha raya ... 52
Konsep Pengelolaan Graha Raya ... 52
Organisasi Pengelolaan Graha Raya ... 52
Sistem Pemeliharaan ... 53
Pembagian Zona Pemeliharaan ... 54
Jadwal Pemeliharaan ... 55
Hasil Evaluasi Kuisioner ... 55
Pengelolaan Tenaga Kerja... 56
Pengelolaan Peralatan dan Bahan ... 57
Anggaran Biaya pemeliharaan ... 58
Teknis Pemeliharaan Fisik ... 59
Pemeliharaan Fisik terhadap Hardscape ... 59
Penyapuan ... 59
Pengangkutan Sampah ... 60
Pemeliharaan Saluran Drainase... 60
Pemeliharaan Fisik terhadap Tanaman ... 61
Penyiraman ... 61
Pemangkasan (pruning) ... 62
Pemupukan ... 63
Pendangiran tanah dan penyiangan gulma ... 64
Pengendalian hama dan penyakit ... 65
Pelaksanaan perbaikan penampilan taman ... 65
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 67
Saran... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 69
Nomor Halaman
1. Jenis, bentuk, sumber dan cara pengambilan data ... 18
2. Data fasilitas Graha Raya ... 24
3. Pembagian wilayah pemeliharaan perumahan Graha Raya ... 41
4. Jadwal kegiatan pemeliharaan di Graha Raya... 42
5. Kapasitas kerja berdasarkan hasil pengamatan ... 45
1. Peta lokasi magang ... 15
2. Peta pencapaian lokasi ... 16
3. Bagan alur kerja magang ... 19
4. Pos polisi ... 24
5. Masjid di cluster Anggrek Loka ... 24
6. Taman bermain... 25
7. Kolam renang ... 25
8. Pedagang tanaman hias ... 26
9. Gerbang masuk cluster ... 27
10.Jalan Boulevard Raya ... 28
11.Jalan kolektor ... 29
12.Jalan sub kolektor ... 29
13.Peletakan tanaman peneduh di sepanjang jalan utama ... 30
14.Peletakan tanaman di jalan kolektor... 30
15.Kegiatan penyapuan jalan ... 43
16.Kegiatan pengangkutan puing-puing bangunan ... 43
17.Polder ... 44
18.Saluran drainase di tepi jalan ... 44
19.Kegiatan pemangkasan rumput ... 45
20.Kegiatan penyiangan gulma ... 46
21.Diagram ... 56
22.Taman Graha Bunga awal ... 66
23.Taman Graha Bunga re-design... 66
Nomor Halaman
1. Struktur Organisasi Graha Raya... 71
2. Struktur Organisasi Pengelolaan Graha Raya ... 72
3. Form check list perawatan lingkungan... 73
4. SPK infrastruktur listrik ... 74
5. SPK bangunan ... 81
6. SPK infrastruktur jalan ... 88
7. SPK infrastruktur landscape ... 95
8. SPK infrastruktur ... 102
9. Standar penampilan pekerjaan perawatan kebersihan lingkungan dan angkutan sampah ... 109
10.Form opname pekerjaan (teknis) ... 111
11.Daftar jenis tanaman di Graha Raya ... 112
12.Daftar nama dan tipe rumah ... 114
13.Contoh rencana upah kerja borong... 116
14.Contoh rencana upah kerja borong... 117
15.Contoh rencana upah kerja borong... 118
16.Site plan Graha Raya ... 119
17.Form kuisioner magang... 120
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu kebutuhan hidup penduduk yang paling mendasar adalah
kebutuhan akan tempat tinggal. Pemenuhan kebutuhan ini dapat diwujudkan
dalam bentuk kawasan pemukiman yang perkembangannya sudah cukup pesat
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, sehingga menuntut adanya
perluasan tempat tinggal. Terbatasnya ketersediaan lahan di kota-kota besar secara
tidak langsung menimbulkan masalah sosial bagi masyarakat dan berpengaruh
pula terhadap penurunan kualitas lingkungan sebagai dampak aktivitas manusia,
maka salah satu jalan keluarnya adalah mengembangkan daerah pemukiman di
daerah pinggiran kota.
Kota yang dijadikan sebagai tempat tinggal oleh masyarakat seharusnya merupakan kota yang memiliki suasana pemukiman yang aman dan nyaman.
Menurut Simonds (1983) pemukiman merupakan kelompok-kelompok rumah yang memiliki secara bersama suatu ruang terbuka hijau (open space), dan merupakan kelompok yang cukup kecil untuk melibatkan semua keluarga dalam suatu aktivitas tetapi cukup besar untuk menampung fasilitas umum seperti tempat
belanja, lapangan bermain (play field) dan daerah penyangga (buffer).
Berkaitan dengan masalah perkotaan, kebutuhan akan perumahan dan
fasilitas pendukungnya seperti area rekreasi, sarana niaga, sekolah, te mpat ibadah
dan lain-lain selalu menjadi masalah yang harus segera dipecahkan. Hal ini
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia sekaligus meningkatkan
mutu lingkungan seperti diungkapkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) tentang arah dan kebijaksanaan pembangunan perumahan dan
pemukiman.
Sehubungan dengan program pembangunan yang berwawasan lingkungan,
pengisian rencana tata ruang kota sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987 perlu diterapkan dengan seksama, termasuk
juga penerapan penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. Daerah
perumahan dan pemukiman yang ideal merupakan daerah yang nyaman dengan
KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA
KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN
FEBBY LESTARI
A 34202006
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP
KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA
KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh : FEBBY LESTARI
A 34202006
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
karena Dia memiliki banyak karunia yang tersembunyi
KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 3
Manfaat ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Lanskap ... 4
Konsep Pemeliharaan ... 6
Pemeliharaan Ideal ... 8
Pemeliharaan Fisik ... 9
Penyiraman ... 9
Pemangkasan ... 10
Pemupukan ... 11
Pengendalian Gulma ... 11
Pendangiran atau Penggemburan Tanah ... 12
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 12
Perumahan ... 12
Lanskap Permukiman ... 13
METODOLOGI Tempat dan Waktu ... 15
Metode Studi ... 17
Kerangka Kerja Magang ... 18
Batasan Studi... 18
KONDISI UMUM Sejarah Perkembangan Proyek Perumahan Graha Raya ... 20
Rencana Pembangunan Perumahan Graha Raya ... 21
Vegetasi dan Satwa ... 23
Fasilitas Permukiman ... 24
Keadaan Sosial dan Ekonomi ... 25
KONSEP PENGEMBANGAN LANSKAP PERUMAHAN GRAHA RAYA Konsep Dasar ... 27
Konsep Sirkulasi ... 28
Konsep Tata Hijau... 29
Konsep Utilitas ... 31
ORGANISASI PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA Kelembagaan ... 33
Struktur Organisasi Perusahaan ... 35
PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA Konsep Pengelolaan Graha Raya ... 38
Sistem Pemeliharaan ... 38
Pemeliharaan Ideal ... 39
Pemeliharaan Fisik ... 40
Pembagian Zona Pemeliharaan ... 40
Jadwal Pemeliharaan ... 41
Pengawasan dan Evaluasi Pekerjaan Pemeliharaan ... 43
Sistem Pengelolaan Tenaga Kerja ... 43
Pengelolaan Peralatan dan Bahan ... 45
Pemeliharaan Fisik terhadap Hardscape ... 46
Penyapuan ... 46
Pengangkutan Sampah ... 47
Pemeliharaan Saluran Drainase... 47
Pemeliharaan Fisik terhadap Tanaman ... 48
Pendangiran tanah dan penyiangan gulma ... 50
Pengendalian hama dan penyakit ... 50
PEMBAHASAN Pengelolaan Perumahan Graha raya ... 52
Konsep Pengelolaan Graha Raya ... 52
Organisasi Pengelolaan Graha Raya ... 52
Sistem Pemeliharaan ... 53
Pembagian Zona Pemeliharaan ... 54
Jadwal Pemeliharaan ... 55
Hasil Evaluasi Kuisioner ... 55
Pengelolaan Tenaga Kerja... 56
Pengelolaan Peralatan dan Bahan ... 57
Anggaran Biaya pemeliharaan ... 58
Teknis Pemeliharaan Fisik ... 59
Pemeliharaan Fisik terhadap Hardscape ... 59
Penyapuan ... 59
Pengangkutan Sampah ... 60
Pemeliharaan Saluran Drainase... 60
Pemeliharaan Fisik terhadap Tanaman ... 61
Penyiraman ... 61
Pemangkasan (pruning) ... 62
Pemupukan ... 63
Pendangiran tanah dan penyiangan gulma ... 64
Pengendalian hama dan penyakit ... 65
Pelaksanaan perbaikan penampilan taman ... 65
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 67
Saran... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 69
Nomor Halaman
1. Jenis, bentuk, sumber dan cara pengambilan data ... 18
2. Data fasilitas Graha Raya ... 24
3. Pembagian wilayah pemeliharaan perumahan Graha Raya ... 41
4. Jadwal kegiatan pemeliharaan di Graha Raya... 42
5. Kapasitas kerja berdasarkan hasil pengamatan ... 45
1. Peta lokasi magang ... 15
2. Peta pencapaian lokasi ... 16
3. Bagan alur kerja magang ... 19
4. Pos polisi ... 24
5. Masjid di cluster Anggrek Loka ... 24
6. Taman bermain... 25
7. Kolam renang ... 25
8. Pedagang tanaman hias ... 26
9. Gerbang masuk cluster ... 27
10.Jalan Boulevard Raya ... 28
11.Jalan kolektor ... 29
12.Jalan sub kolektor ... 29
13.Peletakan tanaman peneduh di sepanjang jalan utama ... 30
14.Peletakan tanaman di jalan kolektor... 30
15.Kegiatan penyapuan jalan ... 43
16.Kegiatan pengangkutan puing-puing bangunan ... 43
17.Polder ... 44
18.Saluran drainase di tepi jalan ... 44
19.Kegiatan pemangkasan rumput ... 45
20.Kegiatan penyiangan gulma ... 46
21.Diagram ... 56
22.Taman Graha Bunga awal ... 66
23.Taman Graha Bunga re-design... 66
Nomor Halaman
1. Struktur Organisasi Graha Raya... 71
2. Struktur Organisasi Pengelolaan Graha Raya ... 72
3. Form check list perawatan lingkungan... 73
4. SPK infrastruktur listrik ... 74
5. SPK bangunan ... 81
6. SPK infrastruktur jalan ... 88
7. SPK infrastruktur landscape ... 95
8. SPK infrastruktur ... 102
9. Standar penampilan pekerjaan perawatan kebersihan lingkungan dan angkutan sampah ... 109
10.Form opname pekerjaan (teknis) ... 111
11.Daftar jenis tanaman di Graha Raya ... 112
12.Daftar nama dan tipe rumah ... 114
13.Contoh rencana upah kerja borong... 116
14.Contoh rencana upah kerja borong... 117
15.Contoh rencana upah kerja borong... 118
16.Site plan Graha Raya ... 119
17.Form kuisioner magang... 120
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu kebutuhan hidup penduduk yang paling mendasar adalah
kebutuhan akan tempat tinggal. Pemenuhan kebutuhan ini dapat diwujudkan
dalam bentuk kawasan pemukiman yang perkembangannya sudah cukup pesat
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, sehingga menuntut adanya
perluasan tempat tinggal. Terbatasnya ketersediaan lahan di kota-kota besar secara
tidak langsung menimbulkan masalah sosial bagi masyarakat dan berpengaruh
pula terhadap penurunan kualitas lingkungan sebagai dampak aktivitas manusia,
maka salah satu jalan keluarnya adalah mengembangkan daerah pemukiman di
daerah pinggiran kota.
Kota yang dijadikan sebagai tempat tinggal oleh masyarakat seharusnya merupakan kota yang memiliki suasana pemukiman yang aman dan nyaman.
Menurut Simonds (1983) pemukiman merupakan kelompok-kelompok rumah yang memiliki secara bersama suatu ruang terbuka hijau (open space), dan merupakan kelompok yang cukup kecil untuk melibatkan semua keluarga dalam suatu aktivitas tetapi cukup besar untuk menampung fasilitas umum seperti tempat
belanja, lapangan bermain (play field) dan daerah penyangga (buffer).
Berkaitan dengan masalah perkotaan, kebutuhan akan perumahan dan
fasilitas pendukungnya seperti area rekreasi, sarana niaga, sekolah, te mpat ibadah
dan lain-lain selalu menjadi masalah yang harus segera dipecahkan. Hal ini
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia sekaligus meningkatkan
mutu lingkungan seperti diungkapkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) tentang arah dan kebijaksanaan pembangunan perumahan dan
pemukiman.
Sehubungan dengan program pembangunan yang berwawasan lingkungan,
pengisian rencana tata ruang kota sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987 perlu diterapkan dengan seksama, termasuk
juga penerapan penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. Daerah
perumahan dan pemukiman yang ideal merupakan daerah yang nyaman dengan
Pengembangan tapak dititikberatkan pada pelestarian lingkungan dan
perlindungan terhadap keindahan alami tapak. Untuk mendukung konsep tersebut
diperlukan perhatian yang mendalam pada aspek pengelolaan. Sternloff dan
Warren (1984) mengemukakan bahwa pemeliharaan lanskap dimaksudkan untuk
menjaga dan merawat areal lanskap dengan fasilitas yang ada di dalamnya agar
kondisinya tetap baik dan sedapat mungkin mempertahankan keadaan yang sesuai
dengan rancangan semula.
Magang adalah salah satu cara untuk penyelesaian studi akhir agar
memperoleh gelar sarjana sekaligus untuk mendapatkan pengalaman kerja.
Kegiatan kerja langsung di lapangan atau di luar kampus dan menjadikan
mahasiswa sebagai bagian integral dalam sistem kerja di suatu lembaga adalah
pengertian magang. Lembaga magang merupakan sarana untuk memperoleh
wawasan keprofesian dan keahlian dalam bidang teknik, pengelolaan dan kebijaksanaan lainnya di bidang arsitektur lanskap. Pelaksanaan kegiatan magang
ini dikhususkan pada bidang pengelolaan pemeliharaan lanskap di Kawasan Perumahan Graha Raya Kecamatan Serpong dan Pondok Aren.
Dengan diciptakannya pusat kegiatan baru di wilayah Serpong dan Pondok Aren maka diharapakan mampu mengurangi beban kota Jakarta. Pusat kegiatan
baru ini kelak akan memecah konsentrasi pembangunan yang dirasakan terpusat di ibukota dan sekitarnya saja. Salah satunya adalah pengembangan kota satelit
Bintaro Jaya yang secara bertahap dirancang untuk cakupan wilayah seluas 2.300
hektar. Dari wilayah tersebut terbagi menjadi beberapa unit (bagian) termasuk
diantaranya Unit Graha Raya. Setiap unit memiliki bagian-bagian yaitu:
marketing, proyek dan pengelolaan.
Pengelolaan lanskap merupakan bagian yang terpenting dalam proses
pembangunan suatu perumahan. Untuk itu diperlukan pembelajaran dan
pemahaman yang mendalam mengenai pengelolaan lanskap khususnya lanskap
perumahan, yang ditempuh melalui pemahaman kegiatan administrasi dan
Tujuan
Tujuan umum kegiatan magang ini adalah untuk memperoleh
pengetahuan, pengalaman kerja dan meningkatkan wawasan keprofesian serta
keahlian dalam menunjang profesionalisme kerja. Secara khusus kegiatan magang
bertujuan untuk :
1. Mempelajari sistem organisasi dan pengelolaan lanskap di Graha Raya.
2. Meningkatkan keterampilan dalam mengerjakan pekerjaan lapanga n dan
studio.
3. Mempelajari dan menganalisis permasalahan pada aspek pengelolaan
lanskap perumahan dan mencapai alternatif penyelesaian masalah.
Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan magang ini adalah :
1. Merupakan wadah pertukaran informasi, ilmu dan teknologi antara mahasiswa magang dan pihak pengelola di kawasan Perumahan Graha
Raya.
2. Memberikan masukan kepada pihak pengelola dalam pengelolaan lanskap
TINJAUAN PUSTAKA
Pengelolaan lanskap
Menurut Stoner dan Freeman (1992), pengelolaan atau manajemen adalah
suatu proses merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing), memimpin (leading) dan mengendalikan (controlling) anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
1. Merencanakan (Planning)
Planning merupakan proses menetapkan sasaran dan tindakan yang diperlukan untuk mencapai sasaran, menetapkan kebijaksanaan dan
tata cara pelaksanaan, dan merumuskan rencana jangka pendek
maupun rencana jangka panjang. Rencana mengarahkan tujuan organisasi dan menetapkan prosedur terbaik untuk mencapainya.
2. Mengorganisasikan (Organizing)
Organizing merupakan proses mengatur dan mengalokasikan pekerjaan, wewenang, dan sumber daya di antara anggota organisasi, sehingga dapat tercapai sasaran organisasi. Pengorganisasian
menghasilkan struktur hubungan dalam sebuah organisasi, dan lewat hubungan terstruktur ini rencana masa depan akan tercapai.
3. Memimpin (Leading)
Leading merupakan proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau seluruh
organisasi.
4. Mengendalikan (Controlling)
Controlling merupakan proses untuk memastikan bahwa aktivitas yang dikerjakan sesuai dengan aktivitas yang direncanakan. Fungsi ini
mencakup pengawasan terhadap standar kerja dan metode pelaksanaan
yang dilakukan, juga mengawasi apakah semua berjalan sesuai dengan
langkah-langkah yang tepat dalam melakukan perbaikan atau antisipasi
program jika diperlukan.
Menurut Arifin dan Nurhayati (2000), organisasi yang baik menghasilkan
efisiensi dan efektivitas penggunaan tenaga kerja, peralatan, bahan dan waktu.
Sistem organisasi dalam pemeliharaan taman senantiasa dilakukan oleh
pemelihara taman skala besar, seperti pengelolaan taman perumahan real-estate, taman perkantoran, taman umum milik pemerintah, dan taman rekreasi.
Selanjutnya Arifin dan Nurhayati (2000) menjelaskan bahwa pihak pengelola
seharusnya dapat merencanakan program pemeliharaan dengan pengorganisasian
yang baik, yaitu :
1. Fasilitas dan peralatan taman yang harus dipelihara perlu diinventariasi
dan diidentifikasi.
2. Dibuat perencanaan pemeliharaan rutin yang mencakup :
• Penyusunan standar pemeliharaan fasilitas dan peralatan taman,
• Pengidetifikasian dan pembuatan daftar kebutuhan tugas pemeliharaan rutin secara spesifik untuk mencapai standar
pemeliharaan,
• Penjelasan prosedur metode yang paling efisien untuk menyelesaikan tugas pemeliharaan rutin,
• Penentuan frekuensi tugas pemeliharaan pada setiap jenis pekerjaan,
• Penentuan kebutuhan tenaga kerja untuk menyelesaikan tugas tersebut,
• Penentuan kebutuhan bahan dan peralatan yang digunakan untuk setiap tugas tersebut,
• Penetapan perkiraan waktu pelaksanaan tugas yang tepat. 3. Direncanakan alat-alat yang digunakan untuk pemeliharaan tidak rutin
atau yang bersifat insidentil.
4. Direncanakan jadwal dan cara pemeliharaan pencegahan untuk
5. Dibuat jadwal tanggung jawab penugasan untuk setiap pekerjaan. Hal
ini meliputi penugasan perorangan, kelompok, atau penyerahan tugas
kepada kontraktor.
6. Dilakukan pengawasan terhadap sistem pekerjaan perencanaan dan
perancangan, ketepatan jadwal pekerjaan pemeliharaan, serta kapasitas
pekerjaan.
7. Dibuat sistem analisis biaya pemeliharaan.
Menurut Stoner dan Freman (1992), efisiensi adalah kemampuan untuk
melakukan pekerjaan dengan benar sedangkan efektivitas adalah kemampuan
untuk memilih sasaran yang tepat. Selanjutnya dijelaskan bahwa efektivitas tidak
kalah penting daripada efisiensi, karena efisiensi berapapun besarnya tidak dapat
mengkompensasi kekurangan efektivitas. Masalahnya disini adalah bukan bagaimana melakukan pekerjaan dengan benar, tetapi bagaimana caranya
menemukan pekerjaan yang benar untuk dilakukan, dan memusatkan sumberdaya dan upaya padanya.
Efektivitas pekerjaan pegawai pemeliharaan ta man menurut Arifin dan Nurhayati (2000) sangat ditentukan oleh; motivasi kerja dan keterampilan
pegawai; sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan; ketersediaan alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan, tingkat pengawasan kerja di lapang dan
kelancaran komunikasi antara pimpinan dengan para mandor serta antara mandor
dengan pegawai pemeliharaan taman di lapang.
Konsep Pemeliharaan
Menurut Sternloff & Warren (1984) pemeliharaan merupakan upaya untuk
menjaga atau mempertahankan taman beserta fasilitas yang ada di dalamnya agar
tetap berada dalam kondisi yang sama dengan aslinya atau mendekati aslinya.
Pekerjaan pemeliharaan meliputi pekerjaan rutin, tidak rutin, pekerjaan perbaikan
kecil maupun besar dan pekerjaan konstuksi kecil. Menurut Sternloff dan Warren
(1984), pemeliharaan lanskap dimaksudkan untuk menjaga dan merawat areal
lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya agar kondisinya tetap baik
rancangan atau disain semula. Dalam pemeliharaan taman, perlu dibuat pula suatu
jadwal pemeliharaan agar pekerjaan yang benar dapat dilakukan pada saat yang
tepat dan dapat dibuat anggaran pemeliharaan untuk daerah yang bersangkutan
(Carpenter, et al, 1975).
Pembuatan rencana jadwal pemeliharaan harus menjadi perhatian utama
bagi pihak pengelola agar kegiatan pemeliharaan dapat berjalan efektif dan
efisien, seperti yang diungkapkan Sternloff dan Warren (1984) bahwa penyusunan
suatu rencana harus dibuat pendek dan mudah dimengerti. Terdapat 3 hal penting
yang harus diperhatikan oleh pihak pengelola untuk mencapai hasil yang
diinginkan, yaitu :
1. Menetapkan prinsip-prinsip operasi.
2. Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan.
3. Memelihara fasilitas berdasarkan standar pemeliharaan yang telah ditetapkan.
Sternloff dan Warren (1984) menjelaskan bahwa untuk mencapai efektivitas didalam pemeliharaan, hendaknya diperhatikan beberapa hal prinsip
dalam pemeliharaan taman, antara lain :
1. Penetapan tujuan dan standar pemeliharaan;
2. Pemeliharaan harus dilakukan secara ekonomis baik waktu, tenaga kerja, peralatan dan bahan;
3. Operasional pemeliharaan hendaknya didasarkan pada rencana
pemeliharaan tertulis yang logis;
4. Jadwal pemeliharaan taman harus didasarkan pada rencana pemeliharaan
tertulis yang logis;
5. Pemeliharaan pencegahan perlu ditekankan;
6. Pengelola pemeliharaan taman harus terorganisir dengan baik;
7. Sumber dana yang cukup perlu untuk mendukung program pemeliharaan
yang telah ditetapkan;
8. Penyediaan tenaga kerja yang cukup penting untuk melaksanakan
fungsi-fungsi pemeliharaan;
9. Program pemeliharaan harus dirancang untuk melindungi lingkungan
10.Pengelola pemeliharaan taman harus bertanggung jawab terhadap
keamanan umum dan operator pemelihara taman;
11.Pemeliharaan dijadikan pertimbangan utama dalam perancangan dan
pembangunan taman;
12.Para tenaga kerja pemeliharaan bertanggung jawab kepada pihak
pengelola.
Bila dilihat dari segi penanggung jawab pekerjaan pemeliharaan menurut
Sternloff dan Warren (1984) terdapat 3 sistem/metode pemeliharaan yaitu :
1. Sistem Pemeliharaan Unit, yaitu pemeliharaan yang didasarkan
pada unit-unit taman yang ada sehingga setiap unit taman
mempunyai tim pemelihara sendiri.
2. Sistem Tim Pemeliharaan Khusus, yaitu pemeliharaan yang didasarkan pada keahlian tertentu dari pegawainya, dan pegawai ini
dapat berpindah dari satu unit ke unit lain.
3. Sistem Pemeliharaan Secara Kontrak, yaitu seluruh pekerjaan
pemeliharaan diserahkan dan dikerjakan oleh kontraktor.
Pemeliharaan Ideal
Menurut Arifin dan Nurhayati (2000) pemeliharaan ideal merupakan
pemeliharaan yang mengacu pada tujuan dan desain semula, karenanya pada
periode waktu tertentu diadakan suatu evaluasi. Selanjutnya dijelaskan bahwa
pemeliharaan ideal akan berjalan baik bila didukung oleh upaya-upaya berikut :
1. Perencanaan dan perancangan taman dengan pola yang sederhana
sehingga memudahkan pemeliharaan fisik.
2. Penggunaan elemen taman, baik elemen keras maupun elemen tanaman
hendaknya yang tidak sulit dicari agar tidak menyulitkan dalam
penggantian atau penyulaman tanaman.
3. Pemeliharaan sistem struktur yang kuat dan awet serta pemilihan
bahan-bahan perkerasan yang sesuai.
4. Pembuatan pola sirkulasi yang jelas dan rasional sehingga akhir kegiatan
5. Perlengkapan taman yang memadai, meliputi penerangan lampu pada
malam hari, jaringan utilitas yang ada di bawah tanah direncanakan
dengan baik terutama pipa sehingga tidak terjadi bongkar pasang pada
permukaan tanah.
Menurut Sulistyantara (2002) pemeliharaan ideal me ndukung
pengembangan desain untuk meningkatkan kualitas taman. Didalamnya tercakup
upaya pengembangan sikap positif dari para pemakai taman (penghuni dan non
penghuni), misalnya timbul rasa sayang terhadap taman, kebersihan dan rasa
bangga memilikinya. Adanya sikap positif dapat mencegah perusakan taman.
Oleh karena itu pemeliharaan ideal perlu mendapat perhatian.
Pemeliharaan Fisik
Menurut Sternloff dan Warren (1984) terdapat dua sistem pemeliharaan
fisik yaitu pemeliharaan korektif dan pemeliharaan preventif. Pemeliharaan korektif adalah pemeliharaan yang menitikberatkan pada penyelesaian masalah
yang sedang terjadi, sedangkan pemeliharaan preventif menitikberatkan pada penyelesaian masalah yang mungkin terjadi.
Arifin dan Nurhayati (2000) menjelaskan bahwa pemeliharaan fisik merupakan pemeliharaan untuk mengimbangi pemeliharaan secara ideal sehingga
taman tetap indah, asri dan nyaman serta aman. Pemeliharaan fisik ini meliputi
pemeliharaan terhadap elemen keras maupun elemen lunak (tanaman). Secara
umum, pemeliharaan elemen keras atau bangunan tama n merupakan pemeliharaan
pencegahan, yaitu pembersihan terhadap lumut dan karat, pengecatan, serta
penggantian atau perbaikan elemen yang rusak. Pemeliharaan elemen lunak
meliputi penyiraman, pemangkasan, penyiangan gulma, pemupukan,
penggemburan tanah, pengendalian hama dan penyakit, penyulaman dan
pemindahan tanaman.
Penyiraman
1. Memberikan air yang cukup untuk merendam tanah pada kedalaman 15
cm atau lebih;
2. Memberikan air dengan kecepatan yang meminimalkan aliran permukaan;
3. Melakukan penyiraman yang rutin pada tanaman yang baru ditanam;
4. Tidak mengabaikan kebutuhan penguapan dalam pertumbuhan tanaman;
5. Tidak memberikan air yang berlebihan pada tanaman.
Menurut Arifin dan Nurhayati (2000) penyiraman dapat memudahkan
perakaran tanaman menyerap larutan hara yang tersedia di dalam tanah dan
meningkatkan kelembaban tanah untuk mencegah kelayuan tanaman akibat proses
evapotranspirasi. Di dalam penyiraman perlu diperhatikan kualitas dan kuantitas
air yang digunakan. Air yang digunakan sebaiknya air bersih, bebas segala bahan
organik, zat kimia atau bahan-bahan lainnya yang dapat mengganggu dan merusak pertumbuhan serta perkembangan tanaman. Sedangkan menurut Sulistyantara
(2002) penyiraman dilakukan dengan memperhatikan musim dan cuaca. Pada musim penghujan mungkin tidak perlu dilakukan penyiraman, sedangkan pada
musim kemarau mungkin perlu dilakukan dua kali penyiraman per hari. Angin yang kencang akan meningkatkan penguapan sehingga frekuensi penyiraman
perlu ditambah.
Pemangkasan
Waktu dilakukannya pemangkasan untuk setiap bagian tanaman adalah
tergantung alasan dilakukannya pemangkasan, tetapi banyak sekali ditentukan
oleh pertimbangan-pertimbangan praktis. Pertimbangan-perti mbangan khusus
yang harus diperhatikan untuk pemangkasan yaitu : penguapan yang berlebihan,
kenyamanan, dan penyebaran penyakit.
Sulistyantara (2002) menjelaskan bahwa pemangkasan sangat berpengaruh
terhadap kualitas pertumbuhan tanaman. Pemangkasan ini bertujuan untuk :
• Memelihara atau mengurangi ukuran tanaman sebagai upaya mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak teratur serta mendapat bentuk baru yang
sesuai dengan keragaman (desain).
• Membuang cabang dan ranting yang rusak/mati dan mengganggu fasilitas.
• Merangsang pertumbuhan tunas, bunga dan buah.
Pemupukan
Carpenter et al. (1975) mengemukakan bahwa pupuk bukan pengganti cahaya matahari dan air, tapi merupakan salah satu faktor lingkungan yang harus
seimbang untuk menciptakan tanaman yang sangat potensial. Sedangkan menurut
Arifin (2000) pemupukan yang efektif haruslah diserap oleh perakaran pohon
yaitu akar rambut yang sebagian besar berada disekitar tajuk pohon.
Pemupukan tanaman mempunyai prinsip menyuplai hara tambahan yang
dibutuhkan tanaman sehingga tanaman tidak kekurangan makanan, pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik (Arifin dan
Nurhayati, 2000). Tanah yang baik adalah tanah yang mempunyai cukup unsur hara, strukturnya gembur dan remah sehingga udara dan air tanah berjalan lancar,
temperaturnya stabil yang dapat memacu pertumbuhan jasad renik tanah yang memegang peranan penting dalam proses pelapukan bahan organik di dalam
tanah.
Pengendalian Gulma
Secara sederhana gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang tidak dikehendaki di pertanaman. Arifin dan Nurhayati (2000) mengemukakan bahwa
kehadiran gulma ini dinilai merugikan karena secara estetika akan mengganggu keindahan taman dan secara fungsi akan mengurangi hara, pemanfaatan sinar
matahari, air tanah, dan tempat tumbuh yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman utama.
Pengendalian gulma dapat dilakuka n secara manual, yaitu dicabut dengan
menggunakan alat seperti kored dan cangkul. Hal ini bisa dilakukan apabila
Pendangiran atau Penggemburan Tanah
Sternloff dan Warren (1984) mengemukaan bahwa tujuan dari
pendangiran atau penggemburan tanah adalah untuk menyediakan udara bagi akar
tanaman. Sedangkan menurut Sulistyantara (2002) penggemburan bertujuan untuk
memperbaiki keadaan tanah sehingga keadaan granulasi, udara tanah, dan air
tanah tetap baik. Arifin dan Nurhayati (2000) menjelaskan bahwa pengolahan
tanah yang baik dan dilakukan penggemburan dengan frekuensi tertentu, selain
memberikan aerasi tanah yang baik juga dapat membunuh hama dan lundi-lundi
yang ada di dalam tanah.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman dapat menimbulkan
gangguan dan kerusakan pada tanaman. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian terhadap hama dan penyakit tersebut. Menurut Arifin dan Nurhayati
(2000) pengendalian terhadap gangguan hama yang efektif dapat dilakukan dengan cara mengenal jenis hama yang biasa menyerang tanaman taman.
Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara karantina, mekanis dan fisik, teknik budidaya, biologi, serta kimiawi dengan menggunakan pestisida.
Pengendalian hama dan penyakit bukan hanya pemberantasan secara langsung, tetapi juga mencakup tindakan pencegahan terhadapnya. Pencegahan
hama dapat dilakukan dengan menjaga lingkungan taman agar tetap bersih dan
sehat. Lingkungan yang kotor, lembab, dan kurangnya sinar matahari, sangat baik
bagi pertumbuhan hama dan penyakit ta naman (Sulistyantara, 2002).
Perumahan
Menurut Soemardjan (1992) hakekat rumah (perumahan) dapat
diungkapkan lebih baik apabila rumah dikaitkan dengan manusia yang
menempatinya. Rumah merupakan pengenjawantahan diri pribadi manusia dan
pusat realisasi kehidupan manusia. Manusia bukanlah makhluk hidup yang sudah
lengkap dan sempurna tetapi merupakan potensi berbagai bakat dan
kemampuannya. Potensi itu pada dasarnya diaktualisasikan dalam lingkungan
seorang pribadi.Wiradisuria (1992) menyatakan bahwa rumah dan perumahan
seyogyanya dipandang sebagai bagian dari lingkungan pemukiman dan
lingkungan pemukiman dipandang sebagai bagian dari lingkungan hidup.
Nurisyah dan Pramukanto (1995) menyatakan bahwa diantara berbagai
kemajuan mengenai perencanaan pemukiman, walaupun ditemukan beberapa
keragaman bentuk perumahan, tetapi umumnya cenderung menuju pada suatu
bentuk pertamanan dalam komplek perumahan (park housing complex). Model kawasan pemukiman seperti ini dinilai dapat merupakan suatu tempat dan
lingkungan hunian yang akan memberikan pada setiap warganya suatu lingkungan
kehidupan yang baik dalam arti memuaskan, menyamankan, dan menyenangkan.
Lingkungan seperti ini akan dapat menunjang tiap individu yang bermukim di
dalamnya untuk mengkreasikan seluruh aktivitas kehidupannya secara maksimum
baik aktivitas jasmani maupun rohani.
Lanskap pe mukiman
Tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar manusia yang terus meningkat
seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah membangun berbagai sarana pemukiman yang layak bagi masyarakat.
Menurut Simonds (1983) pemukiman merupakan kelompok-kelompok rumah yang memiliki bersama ruang terbuka dan merupakan kelompok yang cukup kecil
untuk melibatkan semua anggota keluarga dalam suatu aktivitas umum seperti
tempat berbelanja, lapangan bermain dan daerah penyangga.
Lingkungan pemukiman yang ideal adalah dengan terdapatnya
fasilitas-fasilitas lokal yang tersusun rapi dalam suatu kelompok hunian yang berada pada
pusat pemukiman, adanya hubungan antar rumah dengan hadirnya pedestrian
untuk pejalan kaki, taman yang tersebar secara radial, sedangkan hubungannya
dengan lingkungan luar, dan terdapatnya akses lalu lintas yang mudah (Eckbo,
1964). Tujuh karakteristik yang harus diperhatikan dalam perencanaan kawasan
pemukiman agar layak huni menurut Chiara dan Koppelman (1990), yaitu :
1. Kondisi tanah dan lapisan tanah;
2. Air tanah dan drainase;
4. Bebas-tidaknya dari bahaya-bahaya topografi;
5. Pemenuhan pelayanan kesehatan dan keamanan, pembuangan air
limbah, penyediaan air bersih, pembuangan sampah, dan jaringan
utilitas;
6. Potensi untuk pengembangan ruang terbuka;
METODOLOGI
Tempat dan Waktu
Tempat pelaksanaan kegiatan magang adalah di PT Jaya Real Property Tbk. bagian Pengelolaan dan Perawatan yang terletak di Jalan Boulevard Raya,
Blok. N1 No. 01 A, Paku Jaya Serpong Tangerang. Kegiatan ini dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai pada bulan Maret 2006 sampai dengan Juni 2006 dengan
jam kerja mulai hari Senin sampai hari Jumat dari pukul 08.30 – 17.30 WIB.
Peta indeks
Metode
Metode kerja yang dilakukan adalah survey lapangan dengan partisipasi
aktif dalam pekerjaan di lapangan pada aspek pengelolaan lanskap. Analisis
terhadap data hasil kerja dilakukan secara deskriptif, baik kuantitatif maupun
kualitatif. Data diperoleh dari data primer dengan melakukan pengamatan
langsung di lapang dan wawancara dengan karyawan PT Jaya Real Property Tbk
Unit Pengelolaan dan Perawatan Graha Raya Kecamatan Serpong dan Pondok
Aren, kontraktor serta warga di daerah perumahan Graha Raya sedangkan data
sekunder diperoleh dari studi literatur. Yaitu yang berasal dari buku-buku, brosur
dan sumber pustaka lainnya. Aspek, jenis, bentuk, sumber dan cara pengambilan
data magang dapat dilihat pada Tabel 1.
Pada kegiatan magang ini, aspek pemeliharaan dan pengelolaan
pemeliharaan pada lanskap pemukiman, menjadi kasus yang diminati secara khusus untuk dipelajari dan dibahas. Sedangkan kegiatan-kegiatan lain di studio
dan di lapangan juga tetap diikuti sebagai kegiatan partisipasi yang merupakan bagian dari kegiatan magang secara keseluruhan untuk memperoleh pengetahuan
dan pengalaman kerja praktis, dan dikaitkan dengan aspek pemeliharaan.
Tabel 1. Jenis, Bentuk, Sumber dan Cara Pengambilan Data Magang
Graha Raya wawancara
3. PEMELIHARAAN § Pemeliharaan
fisik tanaman
Kerangka Kerja Magang
Kegiatan ini dikelompokkan kedalam tiga kegiatan utama yaitu kegiatan
sebelum magang, selama magang, dan setelah magang (Gambar 2). Kegiatan sebelum magang merupakan kegiatan persiapan yang meliputi penentuan lokasi,
survey awal lokasi, pembuatan proposal, perizinan, dan kolokium. Kegiatan selama magang meliputi aktivitas rutin setiap hari seperti pengumpulan data,
proyek lapang yaitu mengawasi dan mengikuti pelaksanaan pemeliharaan
kawasan yang dilakukan tenaga kerja serta mempelajari administrasi perusahaan
seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi, pengelolaan tenaga kerja dan biaya
pemeliharaan. Kegiatan setelah magang adalah pembuatan laporan yang
mengambil data hasil kompilasi dari kegiatan lapang, kegiatan studio, dan
kegiatan administrasi.
Batasan Studi
Ruang lingkup dari kegiatan magang ini yaitu pengelolaan pemeliharaan
Persiapan : - proposal dan perizinan
kegiatan magang
Kunjungan awal ke lokasi
Pengenalan lapang : - Perkenalan dengan staf - Mempelajari kondisi
lapang - -
Aktivitas Lapang : - Pengumpulan data - Terlibat dalam proses
pemeliharaan tenaga kerja dan biaya pemeliharaan
Analisis dan Sintesis Data
Evaluasi kegiatan magang
Rekomendasi Sesudah magang
Selama magang Sebelum magang
KONDISI UMUM LOKASI
Sejarah Perkembangan Proyek Perumahan Graha Raya
Bisnis inti PT Jaya Real Property, Tbkadalah pengembangan kota satelit Bintaro Jaya yang secara bertahap dirancang untuk cakupan wilayah seluas 2.300
hektar. Dari wilayah tersebut terbagi menjadi beberapa unit (bagian) diantaranya Bintaro sektor satu, Bintaro sektor dua, Bintaro sektor tiga, sampai Bintaro sektor
sembilan dan Unit Graha Raya. Konsep pengembangan lanskap di Bintaro
berbentuk memanjang dari sektor satu sampai sektor semb ilan tetapi untuk Graha
Raya pengembangannya per cluster.
Pada awalnya perumahan Graha Raya merupakan perumahan yang
dikembangkan oleh PT Kebayoran Regency, pembebasan tanahnya dilakukan
oleh PT Panca Muara Jaya dan PT Paku Jaya Perkasa. Proyek perumahan ini
terletak di Desa Paku Jaya, Kecamatan Serpong, Kabupaten Tangerang. Sistem
yang dilaksanakan oleh pengembang adalah membangun terlebih dahulu baru
dipasarkan ke masyarakat luas, oleh karena itu banyak rumah yang kosong karena
belum terjual. Penyebabnya adalah karena sulitnya akses untuk menuju Graha
Raya yang hanya melalui jalan Raya Ciledug.
Pada akhir tahun 1995 PT Jaya Real Property membeli perumahan tersebut
dan serah terima dilakukan pada tahun 1996. Selanjutnya dilakukan pembukaan akses dari dan menuju Bintaro Jaya untuk memudahkan dalam pemasaran
rumah-rumah tersebut. Graha Raya merupakan salah satu unit yang pengelolaannya dipegang oleh kantor pusat Bintaro Jaya. Hal ini menjadi kurang efektif karena
kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh para pegawai dikarenakan jarak yang terlalu jauh, sehingga pengelolaan kurang memuaskan. Barulah pada tanggal 1
Januari 2004 bagian pengelolaan memisahkan diri. Pemisahan merupakan hasil Raker pada tahun 2002 berupa pencanangan dan dipertegas pada tahun 2003
bahwa Graha Raya merupakan unit tersendiri baik pengelolaan maupun
marketingnya. Pihak Jaya Real Property membangun kantor pengelolaan di Graha
Raya sehingga diharapkan pemeliharaan dan pengelolaan menjadi lebih efektif
dan efisien. Pada akhir tahun 2003 dilakukan pengurusan angkot ke Organda
hal aksesibilitas, dan dibukalah jalur angkot D09. Untuk saat ini akses menuju
Graha Raya dapat ditempuh dari Ciledug, Serpong dan Bintaro Jaya.
Rencana Pembangunan Perumahan Graha Raya
Perumahan Graha Raya yang terletak di Kecamatan Serpong dan Pondok
Aren, merupakan daerah berpotensi baik untuk dikembangkan menjadi kawasan
pemukiman yang nyaman dan berkualitas. Graha Raya memiliki lokasi yang
strategis yaitu terletak di dekat BSD (Bumi Serpong Damai), Perumahan Alam
Sutera, Villa Melati Mas Regency sehingga aksesibilitas dari dan menuju ke
Graha Raya sangat mudah. Segmentasi pasar dari pembangunan Graha Raya pada
awalnya adalah middle low (masyarakat menengah ke bawah) tetapi rencana ke depannya juga akan ditujukan bagi middle up (masyarakat menengah ke atas).
Sebagai pemukiman kota yang berskala besar, di kawasan ini direncanakan akan dibangun berbagai macam sarana dan prasarana guna
memenuhi berbagai macam kebutuhan penghuni. Fasilitas yang bersifat pelayanan untuk penghuni diantaranya adalah sarana untuk berbagai kegiatan sosial dan
umum, termasuk tempat rekreasi dan olahraga yang akan dibangun dan dikelola oleh pelaku usaha kegiatan yang bersangkutan.
Letak, Luas dan Aksesibilitas Graha Raya
Secara administratif, Perumahan Graha Raya termasuk kedalam wilayah
Desa Paku Jaya, Kecamatan Serpong, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.
Graha Raya terletak di segitiga emas antara Ciledug, Tangerang dan Cipondoh.
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bojong, sebelah timur berbatasan dengan
Cipondoh dan Sudimara Pinang, sebelah selatan berbatasan dengan Bintaro Jaya,
dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Paku Jaya.
Perumahan Graha Raya memp unyai lahan seluas ± 250 ha dimana ± 200
ha telah dibangun dan ± 50 ha masih berupa lahan kosong. Lahan-lahan yang
masih kosong yang berada di pinggir jalan disewakan kepada para pedagang
tanaman hias ataupun masyarakat sekitar untuk dimanfaatkan bagi pemb ukaan
Jalan utama yang menghubungkan permukiman Graha Raya dengan kota
Jakarta atau sekitarnya adalah Jalan Tol TB Simatupang. Graha Raya dapat
ditempuh melalui beberapa jalan alternatif yaitu dari arah Bintaro, dari arah
Serpong, dari arah Sudimara Pinang, dan dari arah Cipondoh.
Jaringan jalan di dalam kawasan ini meliputi meliputi tiga kelas, yaitu
jalan utama (jalan arteri), jalan lingkungan (jalan kolektor) dan jalan sub kolektor.
Jalan utama terdiri atas dua jalur dimana kedua jalan tersebut dipisahkan oleh
jalur hijau. Jalan kolektor menghubungkan fasilitas-fasilitas penunjang jalan
utama di dalam cluster. Jalan kolektor ini dilengkapi dengan sistem utilitas, misalnya jaringan air minum, air limbah, aliran air hujan dan sistem penerangan
jalan. Jalan sub kolektor merupakan jalan yang menghubungkan blok antar rumah
di dalam kawasan perumahan.
Iklim
Berdasarkan data iklim yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika stasiun Klimatologi Pondok Betung tahun 1994-2004, diketahui bahwa
suhu rata-rata bulanan di Graha Raya adalah 27,4 oC dengan suhu maksimum 28
oC pada bulan Nopember dan suhu minimum 26,5 oC pada bulan Januari. Data
curah hujan kawasan perumahan Graha Raya menunjukkan bahwa jumlah curah hujan rata-rata adalah 2169 mm/tahun, tertinggi pada bulan Februari sebesar 332
mm dan terendah pada bulan Agustus sebesar 58 mm.
Kelembaban udara rata-rata adalah 79 %. Kelembaban bulanan maksimum
terjadi pada bulan Februari sebesar 84 % dan kelembaban bulanan minimum
terjadi pada bulan September sebesar 72 %. Persentase rata-rata dari lamanya
penyinaran matahari bulanan adalah 54 % dengan lama penyinaran matahari bulan
tertinggi yaitu pada bulan Agustus sebesar 71 % dan terendah pada bulan Februari
sebesar 35 %. Kecepatan angin berkisar antara 3,5 km/jam-5,2 km/jam.
Jenis Tanah
Tanah sebagai media tumbuh bagi tanaman sangat berpengaruh terhadap
kesuburannya tetapi menyangkut derajat kemasaman (pH), struktur, tekstur, air
tanah, maupun mikroba yang ada dalam tanah.
Tanah di Perumahan Graha Raya termasuk kedalam jenis tanah asosiasi
latosol merah yaitu jenis tanah yang memiliki tekstur halus, drainasenya sedang
sampai agak terhambat, dan terdiri dari bahan induk tuf volkan intermediat. Jenis
tanah ini telah mengalami perkembangan profil, bersifat gembur dan agak masam
dengan pH (4,5 – 6,6). Tanah latosol merah mempunyai daya serap air yang
tinggi, sehingga pada kondisi basah tanah akan lengket dan pada kondisi kering
akan berbongkah-bongkah. Fisiografi bentuk wilayahnya adalah kipas volkan
datar agak berombak.
Vegetasi dan Satwa
Jenis vegetasi dan satwa yang ada di Graha Raya ada bermacam-macam. Vegetasi yang banyak ditemui di sepanjang jalan merupakan jenis pohon besar
yang berfungsi sebagai tanaman peneduh. Tanaman tersebut antara lain
Pterocarpus indicus, Cerbera mangkas, Pinus merkusii, Polyalthia longifolia,
Wodyetia bifurcata, dan sebagainya. Untuk jalur hijau di sepanjang jalan berupa
groundcover (Rhoeo discolor, Zephyranthes sp, Aranchis pitoi, Chlorophytum comosum, Widelia biflora, Portulaca grandiflora, Cuphea sp.) semak diantaranya
Agave americana, Acalypha godseffiana, Aresine herbstii, Russelia equisetiformis, Bougainvillea spectabilis dan pohon seperti Cerbera mangkas, Ficus lyrata, Araucaria heterophylla. Vegetasi penyusun tata hijau di kawasan Graha Raya memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai pembentuk ruang,
pengontrol kebisingan, pengontrol visual, pengarah, estetika, habitat satwa, serta
fungsi-fungsi pendukung lainnya. Peletakan tanaman pada tiap-tiap lokasi
disesuaikan dengan fungsi yang dibutuhkan pada lokasi tersebut. Secara rinci jenis
tanaman tersebut dapat dilihat pada lampiran.
Sedangkan satwa yang terdapat di Kawasan Perumahan Graha Raya antara
Fasilitas Permukiman
Fasilitas yang ada di Graha Raya terdiri dari fasilitas umum, fasilitas
khusus dan fasilitas sosial. Semua fasilitas tersebar pada tapak permukiman
sehingga mudah dicapai oleh seluruh penghuninya.
Tabel 2. Data Fasilitas Graha Raya
No Jenis Fasilitas Jumlah Unit Luas/Unit
1. Pos Polisi 2 500 m2
2. Taman kanak-kanak 9 180 m2
3. Mesjid 3 500 m2
4. Mushola 7 180 m2
5. Sport centre 1 8000 m2
6. Taman bermain/lapangan olahraga 12 320 m2
7. Taman 18 2813 m2
Fasilitas umum ditempatkan pada lokasi yang mudah dicapai oleh
penghuni dari segala arah. Fasilitas masjid dan TK diletakkan pada tapak yang
mempunyai aksesibilitas tinggi. Fasilitas komersil seperti ruko atau mini market juga disediakan di Graha Raya. Letaknya berada di dekat jalan raya sehingga
mudah dicapai. Fasilitas pelayanan yang diberikan pihak pengelola kawasan adalah pelayanan keamanan 24 jam, sehingga penghuni merasa aman dan
nyaman.
Fasilitas khusus seperti taman bermain/lapangan olahraga ditempatkan
menyebar pada seluruh tapak pemukiman yang bertujuan untuk mempermudah
pengguna taman bermain tersebut. Biasanya untuk tiap cluster memiliki taman bermain/lapangan olahraga sendiri sehingga tidak mengganggu penghuni cluster
lain. Sedangkan untuk sport centre ditempatkan pada satu lokasi yang mempunyai area luas dan strategis. Penghuni yang ingin berenang atau berolahraga dapat
mengunjungi tempat ini dan membayar biaya masuk dengan harga yang telah
ditentukan. Warga di luar Graha Raya juga dapat berolahraga di tempat ini dan
dikenakan biaya masuk.
Gambar 6. Taman bermain Gambar 7. Kolam renang
Keadaan Sosial dan Ekonomi
Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak pengelola, kawasan perumahan Graha Raya dihuni oleh 3500 kepala keluarga yang terdiri atas
karyawan berbagai instansi baik pemerintah maupun swasta serta masyarakat umum. Masyarakat sekitar kawasan perumahan Graha Raya pada umumnya
berasal dari masyarakat golongan menengah kebawah dengan tingkat pendidikan relatif rendah. Sebagian besar masyarakat sekitar bekerja dalam bidang pertanian,
perkebunan, peternakan, perikanan, industri kecil, jasa dan perdagangan. Warga yang tinggal di Graha Raya dan sekitarnya kebanyakan menganut agama Islam,
sebagian kecil beragama Katolik, Protestan dan Budha.
Adanya kawasan pemukiman ini merupakan lapangan pekerjaan yang
potensial bagi masyarakat sekitar kawasan tersebut. Salah satu usaha yang
menyewa lahan kosong yang ada di Graha Raya untuk jangka waktu yang telah
disepakati kedua belah pihak dan bersifat sementara.
KONSEP PENGEMBANGAN LANSKAP PERUMAHAN GRAHA RAYA
Konsep Dasar
Konsep dasar pengembangan lanskap di perumahan Graha Raya adalah
pemanfaatan potensi alam secara optimal yang disesuaikan dengan land bank, permintaan konsumen, dan kebutuhan konsumen yang nantinya diwujudkan pada
pengembangan tiap cluster. Konsep yang diterapkan adalah Graha Raya Lokasi Strategis karena letaknya yang berdekatan dengan BSD dan Alam Sutera sehingga akses sangat mudah dan ditunjang dengan fasilitas yang lengkap.
.Biasanya lahan-lahan kosong yang berada dipinggiran kawasan terlebih
dahulu dikembangkan untuk pembangunan, barulah setelah itu yang berada di
tengah kawasan dan letaknya strategis dikembangkan karena nilai jualnya yang
lebih tinggi. Bangunan yang ditampilkan di Graha Raya adalah bergaya modern minimalis, biasanya gerbang masuk ke tiap cluster dibuat menarik yang
dilengkapi dengan pos satpam.Calon konsumen biasanya menginginkan suatu desain rumah yang sesuai dengan keinginannya sehingga permintaan (demand) sangat mempengaruhi perkembangan lanskap di Graha Raya. Pihak Pengembang biasanya melaksanakan pembangunan dalam jumlah yang banyak untuk tiap
cluster agar efisien dalam pembiayaan. Biasanya rumah yang belum terjual pada
cluster tersebut akan menjadi rumah stok. Pengembangan lanskapnya juga disesuaikan dengan kebutuhan, biasanya pihak pengembang melakukan
pembangunan untuk hunian dan komersil. Lahan-lahan yang berada di dekat jalan
raya biasanya dikembangkan untuk wilayah komersil.
Konsep Sirkulasi
Sirkulasi merupakan hal yang terpenting dalam pengembangan suatu
perumahan, sehingga diperlukan pengelolaan yang efektif. Sirkulasi jalan utama
dibagi dua jalur untuk menjamin keamanan pengguna jalan, karena kecepatan
rata-rata kendaraan yang melintas jalan utama relatif tinggi yaitu 70 km/jam.
Jaringan jalan yang ada di dalam kawasan ini meliputi tiga kelas, yaitu
1. Jalan utama (jalan arteri) yang terdiri dari dua tipe yaitu:
a. Jalan arteri dua jalur, masing-masing selebar 10 m dan 12 m
dengan median jalur hijau2,5 m dan bahu jalan sebesar 2,5 m
b. Jalan arteri satu jalur dengan dua arah berlawanan selebar 12 m
dengan bahu jalan 2,5m.
2. Jalan lingkungan (jalan kolektor), yaitu jalan yang menghubungkan antara
jalan utama dengan jalan masuk ke setiap lingkungan pemukiman.
3. Jalan sub kolektor, yaitu jalan yang melintasi setiap cluster di sebuah
lingkungan pemukiman.
Jalan arteri dan jalan kolektor dihubungkan dengan daerah persimpangan
yaitu berupa pertigaan jalan, perempatan jalan, bundaran jalan. Persimpangan ditata sesuai aspek fungsional maupun estetika, sehingga dapat memberikan rasa
aman, menunjukkan identitas dan orientasi tempat, serta menarik perhatian pengguna jalan. Jalan kolektor menghubungkan fasilitas-fasilitas penunjang jalan
utama di dalam cluster. Jalan kolektor ini dilengkapi dengan sistem utilitas, misalnya jaringan air minum, air limbah, aliran air hujan dan sistem penerangan
jalan. Jalan sub kolektor merupakan jalan yang menghubungkan blok antar rumah
di dalam kawasan perumahan.
Gambar 11. Jalan Kolektor Gambar12. Jalan Sub Kolektor
Konsep Tata Hijau
Vegetasi penyusun tata hijau di kawasan Graha Raya memiliki beberapa
fungsi antara lain sebagai pembentuk ruang, pengontrol kebisingan, pengontrol
visual, pengarah, estetika, habitat satwa, serta fungsi-fungsi pendukung lainnya.
Tanaman bintaro merupakan tanaman yang menjadi ciri khas di kawasan ini karena merupakan satu kesatuan wilayah dengan Bintaro Jaya namun letaknya
disesuaikan dengan fungsi yang dibutuhkan pada lokasi tersebut, begitu juga untuk tanaman yang lain.
Untuk tanaman di sepanjang jalan utama biasanya dihadirkan dengan pemb uatan pola penanaman secara berkelompok di sepanjang kiri dan kanan jalan
sebagai tanaman peneduh serta median jalan sebagai pengarah. Tanaman sebagai pengontrol kebisingan ditempatkan terutama yang dekat dengan lokasi
perkantoran, perumahan dan bangunan-bangunan lainnya mengingat kecepatan
rata-rata dan intensitas kendaraan yang cukup tinggi dan sebagai penambah nilai
estetika. Tanaman yang ditanam antara lain adalah Pterocarpus indicus, Cerbera mangkas, Pinus merkusii, Polyalthia longifolia, Wodyetia bifurcata, dan sebagainya. Jenis pohon yang ditanam di Perumahan Graha Raya adalah yang
berumur panjang (tahunan). Untuk semak dipilih tanaman kategori tanaman
berbunga cerah dan untuk rumput dipilih kategori yang tahan kekurangan air pada
Gambar 13. Peletakan tanaman peneduh di sepanjang jalan utama
Pada jalan kolektor dan sub kolektor lebih banyak difungsikan sebagai
pengontrol visual, karena kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan rendah
dan intensitasnya relatif sedikit. Tanaman yang ditampilkan adalah Hibiscus rosa-sinensis, Cerbera mangkas, Cordyline terminalis, Nerium oleander, Iresine herbstii, dan sebagainya. Tanaman pengontrol visual juga digunakan untuk menghalangi pemandangan yang kurang baik, misalnya bambu (Bambusa multiplex) yang ditanam secara berkelompok. Tiap rumah di Graha Raya ditanami 1 tanaman peneduh di depan rumahnya. Pada tempat-tempat yang strategis seperti
taman gerbang, taman lingkungan digunakan tanaman berdaun cerah baik tanaman individual maupun kelompok yang menambah nilai estetika. Tanaman
tersebut antara lain Bougainvillea spectabilis, Cuphea sp, Pandanus sp, dan sebagainya.
Konsep Utilitas
Menurut Koestoer (1995) utilitas umum merupakan bangunan-bangunan
yang dibutuhkan dalam sistem pelayanan lingkungan yang diselenggarakan oleh
pemerintah dan pembangunan swasta, seperti penyediaan yang menyangkut
jaringan air bersih, listrik, pembuangan sampah, telepon dan gas. Konsep utilitas
yang dikembangkan adalah sistem jaringan yang memberikan keamanan,
kenyamanan dan keindahan lanskap di Graha Raya.
Jaringan utilitas yang ada di Graha Raya terdiri atas :
1. Jaringan listrik
Graha Raya memiliki dua jenis pemasangan jaringan kabel-kabel listrik
yaitu jaringan yang berada di atas permukaaan tanah dan yang berada/tertanam di
dalam tanah (Under Ground Power Supply). Jaringan bawah tanah digunakan pada penerangan jalan utama atau regional sedangkan pada tiap cluster ada yang menggunakan jaringan dalam tana h dan ada juga yang menggunakan jaringan di
atas permukaan tanah. Jaringan kabel yang dipasang didalam tanah memberi kebebasan pada tanaman untuk tumbuh tanpa harus dipangkas pada ketinggian
tertentu. Sedangkan kekurangan pada sistem ini adalah kesulitan untuk mencari sumber kerusakan apabila ada listrik yang tidak berfungsi dan biayanya yang
mahal. Jaringan kabel yang dipasang di atas permukaan tanah akan mudah diperbaiki jika ada kerusakan pada salah satu jaringannya tetapi mengurangi nilai
keindahan di lingkungan tersebut karena adanya kabel-kabel yang melintasi
rumah-rumah. Daya listrik untuk tiap rumah sebesar 1300 watt yang bersumber
dari PLN cabang Tangerang.
2. Jaringan Telepon
Sistem pemasangan jaringan telepon yaitu menggunakan jaringan yang
berada di atas permukaan tanah. Fasilitas telepon umum hanya disediakan
di beberapa lokasi di kawasan Graha Raya seperti di dekat Sport Centre
3. Sumber Air
Untuk memenuhi kebutuhan air bagi para penghuni, pihak pengelola
Graha Raya menggunakan sistem pengeboran/sumur pantek. Fasilitas yang
mendukung pemasokan air ke rumah-rumah penghuni adalah 6 tangki
dengan kapasitas tiap tangki yaitu 10 ribu liter. Jumlah pompa yaitu 4
buah. Pengelolaannya dilakukan oleh tenaga teknisi. Setiap bulannya
setiap penghuni wajib membayar biaya pemakaian. Apabila dalam waktu 3
bulan tidak membayar biaya pemakaian air, maka pihak pengelola Graha
ORGANISASI PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA
Kelembagaan
Pada awalnya perusahaan ini merupakan divisi property PT Pembangunan
Jaya yang berdiri pada tahun 1961. Namun pada tanggal 25 Mei 1979, divisi
tersebut dipisahkan menjadi sebuah perusahaan independen yang diberi nama PT
Jaya Real Property, Tbk. dengan akta notaris Hobropoerwanto SH, no. 36
berdasarkan Undang-undang No. 6 tahun 1968. Ruang lingkup perusahaan adalah
mengusahakan tanah dan bangunan (real estate), dengan cara membebaskan dan mematangkan tanah, membangun infrastruktur dan gedung-gedung baik berupa
rumah, kantor, fasilitas olah raga, rekreasi dan kegiatan-kegiatan lain yang lazim
dilakukan oleh perusahaan real estate.
Bisnis inti PT Jaya Real Property, Tbkadalah pengembangan kota satelit
Bintaro Jaya yang secara bertahap dirancang untuk cakupan wilayah seluas 2.300 hektar. Dari wilayah tersebut terbagi menjadi beberapa unit (bagian) termasuk
diantaranya Unit Graha Raya. Setiap unit memiliki bagian-bagian yaitu: marketing, proyek dan pengelolaan.
PT Jaya Real Tbk adalah salah satu perusahaan yang telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001. ISO (The International Organization for
Standardization) adalah standar dunia yang dibentuk untuk meningkatkan
perdagangan internasional yang berkaitan dengan perubahan barang dan jasa. ISO
9001 menetapkan berbagai persyaratan untuk sistem manajemen mutu yang dapat
digunakan untuk penggunaan internal organisasi, sertifikasi, atau tujuan kontrak.
Delapan prinsip manajemen mutu yang menjadi dasar penerapan ISO 9001
adalah:
1. Fokus pada pelanggan
2. Kepemimpinan
3. Keterlibatan personel
4. Pendekatan proses
5. Pendekatan sistem untuk pengelolaan
7. Pembuatan keputusan berdasarkan fakta
8. hubungan saling menguntungkan dengan pemasok
Persyaratan utama dalam ISO 9001 adalah :
1. Suatu organisasi/perusahaan, bila ingin berhasil mencapai tujuannya
(mendapatkan keuntungan), dimulai dengan adanya suatu arahan yang
jelas dari pimpinan puncak mengenai tujuan perusahaan-dinyataka n dalam
visi dan misi yang dijabarkan lagi dalam kebijakan dan sasaran mutu.
2. Organisasi/perusahaan tergantung pada pelanggannya (customer) dan pihak-pihak yang berkepentingan (interested party). Untuk itu perusahaan harus mengetahui keinginan pelanggan saat ini dan harapannya untuk
masa mendatang.
3. Visi dan misi sebagai perencanaan strategis (sebagai wujud management responsibility) memerulkan tersediaanya sumber daya (manusia, peralatan, metode, dan keuangan) untuk dapat merealisasikan persyaratan dan harapan pelanggannya.
4. Sumber daya harus dikelola untuk menghasilkan produk/jasa yang sesuai dengan persyaratan pelanggan.
5. Dengan adanya perencanaan strategis dan tersedianya sumber daya yang mencukupi, maka dapat dilakukan proses realisasi produk/jasa (product realization) yang mendapatkan masukan persyaratan (requirement) dari pelanggan.
6. Produk/jasa yang dihasilkan harus dapat diterima oleh pelanggan
7. Sebagai tindak lanjut dari pengukuran (measurement), kepuasan pelanggan, efektivitas, efisiensi penerapan sistem manajemen, proses dan
produk perlu dilakukan analisis terhadap data tersebut.
8. Program-program peningkatan akan menuntut arahan dan tersedianya
sumber daya.
Hal-hal yang sering menjadi penghambat dalam penerapan sistem
manajemen mutu ISO 9001 antara lain :
2. Kurangnya sumber daya
3. Kurangnya partisipasi
4. Keterbatasan waktu
5. Kurangnya pemahaman
6. Kurangnya pemantauan
7. Pembatasan eksternal
Struktur Organisasi Perusahaan
PT. Jaya Real Property dipimpin oleh seorang Direktur Utama. Untuk tiap
unit dipimpin oleh seorang Manager, tiap unit memiliki bagian-bagian yaitu
marketing, proyek dan pengelolaan.Untuk bagian pengelolaan dipimpin oleh
seorang Manager pengelolaan. Pemeliharaan di Graha Raya dilaksanakan oleh
lima kontraktor yaitu kontraktor dari perusahaan CV Fajar Flora, kontraktor dari PT Mutiara Persada, kontraktor dari PT Paromas Dwiartha, kontraktor dari Udin
Saprudin Group dan kontraktor dari CV Cipta Mandiri.
Kontraktor dari PT Paromas Dwiartha memiliki jumlah tenaga kerja total
sebanyak 9 orang dan pengawas (inspector) 1 orang. Jumlah tenaga kerja untuk penyapuan rutin sebanyak 4 orang, untuk pemangkasan sebanyak 1 orang, untuk
penyiraman sebanyak 1 orang, untuk pembersihan saluran sebanyak 2 orang, dan untuk pengangkutan sampah sebanyak 1 orang dilengkapi 2 pick-up dan I truk.
Pada kontraktor dari CV Fajar Flora memiliki tenaga kerja total sebanyak
38 orang dan pengawas (inspector) 1 orang. Jumlah tenaga kerja yang melakukan penyiraman sebanyak 2 orang, untuk penyapuan rutin sebanyak 21 orang, untuk
pemangkasan sebanyak 4 orang, petugas pembersih saluran sebanyak 7 orang,
petugas yang mengangkut sampah sebanyak 4 orang dilengkapi dengan 1 mobil
pick up dan 1 truk.
Pada kontraktor dari PT Mutiara Persada memiliki tenaga kerja total
sebanyak 15 orang dan pengawas (inspector) 1 orang. Jumlah tenaga kerja yang melakukan penyiraman sebanyak 2 orang, untuk penyapuan rutin sebanyak 6
orang, untuk pemangkasan sebanyak 4 orang, petugas yang mengangkut sampah
Kontraktor dari Udin Saprudin Group memiliki jumlah tenaga kerja total
sebanyak 20 orang dengan 1 orang pengawas. Tenaga kerja untuk penyapuan rutin
sebanyak 8 orang, untuk pemangkasan sebanyak 2 orang, untuk penyiraman
sebanyak 2 orang, untuk pembersihan saluran sebanyak 4 orang dan untuk
pengangkutan sampah sebanyak 4 orang yang dilengkapi dengan 1 truk.
Kontraktor dari CV Cipta Mandiri memiliki jumlah tenaga kerja total
sebanyak 15 orang dan 1 orang pengawas lapangan. Tenaga kerja untuk
penyapuan rutin sebanyak 8 orang, untuk pemangkasan sebanyak 3 orang, untuk
penyiraman sebanyak 2 orang dan untuk pembersihan saluran sebanyak 2 orang.
Tugas Pokok dan Tanggung Jawab
a. Manager Pengelolaan
Manager Pengelolaan bertanggung jawab pada pelaksanaan
keseluruhan dari bagian Pengelolaan. Dalam pelaksanaan tugasnya
Manager Pengelolaan dibantu oleh beberapa Supervisor. Tugas-tugas
yang dilakukan Manager Pengelolaan:
1. Memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan staf dan unsur
pelaksana.
2. Melaksanakan kebijakan mengenai peraturan-peraturan yang
diterapkan.
3. Memberi petunjuk serta mengadakan pengarahan dan pengawasan
kepada masing-masing bagian dalam menjalankan tugas yang telah
dibebankan.
b. Kasir
Kasir bertugas menerima pembayaran iuran kebersihan lingkungan dan
pembayaran – pembayaran lain yang berhubungan dengan pengelolaan di lingkungan perumahan.
c. Supervisor Admin & Keuangan Pengelolaan
Menangani dan melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan
tagihan kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan perawatan di lingkungan perumahan Unit Graha Raya.
Melakukan pengawasan di lingkungan perumahan. Supervisor Tata
Lingkungan dibantu oleh beberapa Supervisor yunior dan Officer yang
bertugas memantau setiap perkembangan yang terjadi di lapangan.
e. Supervisor Keamanan dan Humas
Bertugas memimpin dan mengkoordinir seluruh staff keamanan di
lingkungan perumahan Graha Raya. Supervisor Keamanan dibantu
oleh beberapa Officer Yunior.
f. Officer Fasilitas
Bertugas menangani fasilitas – fasilitas komersil di lingkungan