• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERKEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP

KEBUDAYAAN DAN BAHASA

KERTAS KARYA DIKERJAKAN O

L E H

JENI KHAIRIAH

Nim

: 062204016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR

BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA

(2)

PENGARUH PERKEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP

KEBUDAYAAN DAN BAHASA

Kertas Karya dikerjakan oleh Jeni Khairiah 062204016 Pembimbing

Drs.Ridwan Azhar,M.Hum NIP 131124058

Kertas Karya ini diajukan kepada ketua departemen pariwisata program pendidikan nongelar di Fakultas Sastra USU Medan melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan diploma III dalam program studi pariwisata

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NONGELAR

PROGRAM D-III PARIWISATA

DALAM BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA

MEDAN

(3)

DISETUJUI OLEH:

PROGRAM DIPLOMA SASTRA DAN BUDAYA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

MEDAN,……MARET 2009

PROGRAM STUDI PARIWISATA

KETUA,

(4)

Pengesahan

Diterima oleh :

Panitia Ujian program Pendidikan Nongelar Sastra dan Budaya Fakultas Sastra

Tanggal : Hari :

Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas Satsra

Universitas Sumatera Utara Dekan

Drs. Syaifuddin, M.A.Ph.D NIP 132098531

Panitia ujian:

No. Nama Keterangan Tanda Tangan

1. Drs.Ridwan Azhar, M.Hum. (Ketua Jurusan) ………

2. Drs. Mukhtar Majid, S.Sos. (Sekretaris Jurusan) ………

3. Drs. Ridwan Azhar ,M.Hum (Pembimbing) ………

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan baik dan tepat waktu.

Kertas karya ini berjudul “ Pengaruh Perkembangan Pariwisata terhadap

Kebudayaandan Bahasa”.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini belumlah sempurna, baik isi maupun sistematikannya oleh karena terbatasnya bacaan dan kemampuan yang penulis miliki. Dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan kertas karya ini,

Dalam menyelesaikan kertas karya ini, penulis menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik moril maupun materil demi terwujudnya kertas karya ini, oleh karena itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A. Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas

Sumayera Utara.

2. Bapak Drs. Ridwan Azhar selaku Ketua Program Studi Pariwisata Fakultas

(6)

3. Bapak Drs.Parlaungan Ritonga M.Hum.selaku dosen pembaca yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

4. Kepada para staf pengajar yang telah banyak membantu dan membimbing

dalam proses belajar- mengajar di bidang pariwisata.

5. Buat kedua orang tua yang telah banyak mendukung, membimbing,dan

mendidik serta membesarkan ananda dengan penuh rasa sabar, perhatian dan kasih saying.Tanpa ayah dan bunda penulis tidak akan bisa seperti sekarang ini.

6. Buat kakak-kakak dan abang yang telah banyak mendukung dan membantu

penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

7. Buat keponakanku Alif, Rifky dan Fadlan yang lucu-lucu dan imut, I Love U.

8. BuatKeluargaQ: K’Rotua (K’Ro), Lusianna(sehat), Florence (Dombat),Linda

(Lindong/Benget),Oktri (maniez),Friska (Pipis/Iting) dan Leony(Once) yang selalu buat suasana menjadi rame dan menyenangkan, dan semoga persahabatan kita abadi selamanya,dan kalian memang is the best,I MISS U ALL and I Love U all.

9. Buat anak-anak UW(Usaha Wisata) 06 yang keren dan Gokil abis, makasih ya

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………i

DAFTAR ISI………iii

ABSTRAK………..vii

BAB I:PANDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan judul………... 1

1.2 Pembatasan Masalah……… 2

1.3 Tujuan Penulisan………. 2

1.4 Metode Penulisan……….... 3

1.5 Sistematika Penulisan………. 3

BAB II: URAIAN TEORITIS PARIWISATA,KEBUDAYAAN DAN BAHASA 2.1 PengertianPariwisata………. 5

2.2 Jenis Pariwisata………. 7

2.3 Pengertian Kebudayaan……… 11

2.4 Pengertian Bahasa………. 13

(8)

3.3 Sifat dan Wujud Kebudayaan………. 18

3.4 Fungsi Bahasa……… 23

3.4.1 Fungsi Bahasa dalam Kebudayaan ……….. 23

3.4.2 Fungsi Bahasa dalam Masyarakat ……… 24

3.4.3 Fungsi Bahasa Perorangan……….. 25

3.5 Manfaat Bahasa Tambahan ……… 26

3.6 Sejarah Perkembangan Bahasa……… 28

3.6.1 Melayu Kuno……… 29

3.6.2 Melayu Klasik……….. 31

3.6.3 Bahasa Indonesia………. 31

BAB IV

: PENGARUH PERKEMBANGAN PARIWISATA

TERHADAP KEBUDAYAAN DAN BAHASA

4.1 Pengaruh Perkembangan Pariwisata terhadap Kebudayaan dan Bahasa………. … 42

4.1.1 Dampak Positif……….. 42

4.1.2 Dampak Negatif………. 43

4.2 Pengaruh Perkembangan Pariwisata terhadap Bahasa……… 44

4.2.1 Dampak Positif……… 44

(9)

4.3 Usaha Mengatasi Pengaruh Pariwisata terhadap Kebudayaan dan

dan Bahasa……….. 46

4.4 Upaya Melestarikan Kebudayaan dan Bahasa ………. 50

BAB V:PENUTUP

5.1 Kesimpulan……… 55

5.2 Saran………. 56

DAFTAR PUSTAKA

(10)

ABSTRAK

Pariwisata merupakan satu usaha yang mengalami perkembangan yang sangat pesat.Perkembangan pariwisata akan memberikan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat setempat, yaitu dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik itu sosial, ekonomi, budaya, religi,bahasa dan juga lingkungan.Luasnya pengaruh perkembangan pariwisata terhadap aspek kehidupan dapat dikaji secara mandiri.

Disamping itu, pariwisata juga berperan besar dalam perluasan lapangan kerja, mendorong kegiatan-kegiatan industri penunjang, memperkenalkan keindahan alam dan budaya yang tak terlepas dari rasa untuk meningkatkan persaudaraan dalam

lingkungan nasional dan internasional.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.

Alasan Pemilihan Judul

Kebudayaan merupakan suatu yang sangat penting bagi perkembangan pariwisata.Dengan berkembangnya pariwisata diharapkan semakin baik pula kehidupan masyarakat kedepannya dan perkembangan pariwisata akan memberikan efek terhadap kehidupan masyarakat setempat maupun masyarakat lokal, maka dari itu, kebudayaan itu harus dijaga dan dilestarikan oleh seluruh masyarakat.selain pengaruh pariwisata terhadap kebudayaan, pariwisata juga dapat mempengaruhi bahasa yaitu mempengaruhi dalam bidang kosa kata dan istilah, artinya perkembangan pariwisata dapat memperkaya khasanah perbendaharaan kata dan istilah dalam bahasa Indonesia.

(12)

2.

Pembatasan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam kertas karya ini yaitu mengenai bagaimana pengaruh dari perkembangan pariwisata terhadap kebudayaan, juga akan membahas mengenai kebudayaan Melayu dan dampak dari pengaruh pariwisata itu terhadap kebudayaan ini dan sejauh mana pula pengaruh perkembangan pariwisata terhadap bahasa dan apa-apa sajakah yang akan menjadi dampak dan pengaruh perkembangan pariwisata terhadap bahasa.

3.

Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini sendiri yaitu sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang akan dibahas,yaitu :

1. Sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar ahli pada Program

Diploma III Program Studi Pariwisata,Fakultas Sastra,Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui pengaruh perkembangan pariwisata terhadap

kebudayaan dan bahasa.

3. Untuk mengetahui hubungan pariwisata terhadap kebudayaan dan

bahasa.

4. Mengetahui dampak dari perkembangan pariwisata terhadap kebudayaan

(13)

4.

Masalah Penelitian

1. Library Research (Penelitian Kepustakaan)

Penulis mengumpulkan data melalui buku-buku pedoman kepariwisataan, kebudayaan dan bahasa Indonesia yang direkomendasikan oleh dosen selama di bangku perkuliahan baik dari perpustakaan, dan dari luar yang berkenaan dengan judul kertas karya ini.

2. Internet Research (Penelitian Internet)

Penulis melakukan penelitian langsung di internet dan mengumpulkan data-data penting yang berkenaan dengan judul.

5.Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan terdiri atas alasan pemilihan judul, pembatasan

masalah, tujuan penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Uraian Teoritis Pariwisata Kebudayaan dan Bahasa terdiri atas

pengertian kebudayaan,pengertian bahasa dan jenis pariwisata

BAB III : Gambaran umum kebudayaan dan bahasa terdiri atas hubungan

(14)

dan wujud kebudayaan, fungsi bahasa,manfaat bahasa tambahan dan sejarah perkembangan bahasa.

BAB IV :Pengaruh Perkembangan Pariwisata terhadap Kebudayaan dan Bahasa

terdiri atas pengaruh perkembangan pariwisata terhadap kebudayaan, pengaruh pariwisata terhadap bahasa, usaha mengatasi pengaruh pariwisata terhadap kebudayaan dan bahasa

BAB V : Berisikan tentang kesimpulan dan saran mengenai pembahasan

dalam bab-bab sebelumnya.

(15)

BAB II

URAIAN TEORITIS PARIWISATA

2.1 Pengertian Pariwisata

Batasan pariwisata bisa ditinjau dari berbagai sudut pandang. Oleh karena itu, batasan tentang pariwisata belum ada keseragaman tergantung dari sudut pandangnya. Salah satu diantaranya adalah yang dikemukan oleh E. Guyer Freuler dalam Yoeti (1996: 115), yang menyatakan:

Pariwisata dalam artian modern adalah merupakan Phenomena dari Zaman sekarang yang didasarkan di atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan daripada alat-alat pengangkutan.

Pengertian lainnya tentang pariwisata adalah:

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselnggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

(16)

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain untuk sementara waktu dengan tujuan rekreasi dan bukan untuk mencari nafkah. Jadi, tujuan utama perjalanan itu adalah berhubungan dengan pertamasyaan. Di samping itu, dari pengertian itu juga diketahui bahwa orang yang melakukan perjalanan akan memerlukan berbagai barang dan jasa sejak mereka pergi dari tempat asalnya sampai di tempat tujuan dan kembali lagi ke tempat asalnya.

Munculnya produk barang dan jasa ini disebabkan adanya aktivitas rekreasi yang dilakukan oleh wisatawan yang jauh dari tempat tinggalnya. Dalam hal ini mereka membutuhkan pelayanan transportasi, akomodasi, catering, hiburan, dan pelayanan lainnya. Jadi, produk industri pariwisata adalah keseluruhan pelayanan yang diterima oleh wisatawan, mulai meningggalkan tempat tinggalnya (asal wisatawan) sampai pada tujuan (daerah tujuan wisata) dan kembali lagi ke daerah asalnya.

(17)

Uraian di atas sejalan dengan konsep industri pariwisata yang dikemukakan oleh Yoeti (1996: 153) yang menyatakan: “Industri pariwisata adalah kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya, selama dalam perjalanannya”.

Pengertian lain yang sejalan dengan uraian di atas tentang industri pariwisata adalah yang dikemukakan oleh Damardjati yang dikutip oleh Sihite (2000:54). Menurutnya, “industri pariwisata adalah rangkuman dari berbagai macam yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk/jasa-jasa/layanan-layanan atau services, yang nantinya baik secara langsung ataupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perjalanannya”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapatlah dikatakan bahwa industri pariwista adalah kumpulan dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan maupun traveller selama dalam perjalanannya.

2.2 Jenis Pariwisata

Banyak daerah sebenarnya memiliki potensi pemasukan dari sektor

pariwisata.

(18)

dikembangkan menjadi objek wisata bahari/tirta, misalnya untuk bermain ski air, jet ski, speed boat, berenang, menyelam, dan menikmati keindahan bawah laut.

Wisata sejarah umumnya berupa kunjungan ke tempat-tempat yang dianggap

bersejarah. Contohnya tempat pembacaan naskah Proklamasi 1945 atau tempat kelahiran seorang tokoh nasional.

Wisata arkeologi berkenaan dengan situs-situs arkeologi, museum, candi, dan

tempat-tempat yang memiliki peninggalan arkeologi. Misalnya situs Banten Lama, situs Trowulan, Museum Nasional dan Candi Borobudur.

Wisata budaya adalah kunjungan ke suatu tempat untuk menikmati hasil

budaya atau kebudayaan suatu daerah. Definisi kebudayaan sendiri sangat luas, antara lain mencakup kesenian.

Wisata agama berhubungan dengan upacara-upacara tradisional keagamaan

seperti peringatan 1 Sura, Sekaten, Mauludan, Galungan, dan Waisak.

Wisata ziarah adalah kunjungan ke tempat-tempat ziarah, misalnya ke makam

para wali, Sendangsono (dianggap Lourdes-nya Indonesia), dan makam-makam tokoh sejarah/yang dikeramatkan. Wisata ziarah berkaitan dengan semua agama yang ada di Indonesia.

Wisata kesehatan mulai digalakkan akhir-akhir ini, objek utamanya adalah

(19)

Wisata wredha khusus buat orang-orang tua. Tujuannya untuk menyegarkan pikiran mereka.

Wisata remaja diikuti para remaja, terutama para pelajar. Biasanya kegiatan

dilaksanakan pada musim liburan sekolah.

Wisata perkebunan (wisata agro) mulai digalakkan beberapa tahun lalu.

Kegiatannya antara lain melihat perkebunan teh sekaligus cara memetik dan mengolah teh, melihat perkebunan apel, melihat hutan jati, dan melihat perkebunan tebu.

Wisata nostalgia bertujuan mengenang kembali peristiwa yang dialami

seseorang. Mengunjungi tempat pembuangan tawanan di Boven Digul atau tempat tahanan politik di Pulau Buru, bagi sementara orang merupakan objek wisata nostalgia yang menarik.

Wisata pendidikan/ilmiah berupa kegiatan mengunjungi tempat-tempat seperti

laboratorium penelitian, observatorium, planetarium, kebun raya, balai penelitian tanaman dan peternakan.

Wisata alam mengajak para wisatawan mengunjungi tempat yang memiliki

(20)

Wisata petualangan juga disenangi banyak wisatawan. Kegiatannya antara lain menyusuri sungai atau arung jeram (rafting), mendaki gunung dan merambati hutan.

Wisata dirgantara antara lain menyaksikan keindahan suatu tempat dari atas

pesawat. Misalnya dengan pesawat kecil wisatawan diajak menikmati Ancol dan kawasan Monas dari udara.

Wisata berburu adalah mengunjungi tempat-tempat perburuan yang dihuni

banyak babi hutan, rusa, atau berbagai jenis burung. Diisyaratkan, wisatawan tidak mengganggu habitat hewan-heran tersebut atau memburu satwa langka.

Wisata belanja adalah kegiatan mengunjungi tempat atau pusat-pusat

penjualan barang/produk. Berbagai daerah biasanya mempunyai ciri khas masing-masing. Misalnya Cibaduyut (sentra sepatu), Sidoarjo (sentra kerajinan kulit), dan Pekalongan (sentra batik).

Wisata industri adalah mengunjungi pabrik-pabrik besar, seperti tempat

pembuatan kapal terbang, pabrik mobil, pabrik sepatu, pabrik elektronika, pabrik jamu, dan pabrik obat-obatan. Beberapa kota besar sudah mempunyai daerah kawasan industri, misalnya di Pulogadung (Jakarta), Cikarang (Jawa Barat) dan Rungkut (Jawa Timur).

(21)

2.3 Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem komunikasi yang mengikat dan memungkinkan bekerjanya suatu himpunan manusia yang disebut masyarakat. Dengan demikian dapat didefinisikan kebudayaan sebagai “sistem aturan-aturan komunikasi dan interaksi yang memungkinkan suatu masyarakat terjadi, terpelihara, dan dilestarikan”. Kebudayaan itu memberikan arti kepada semua usaha dan gerak-gerik manusia. (Nababan, 1984: 49).

Berdasarkan definisi di atas, jelas sekali terlihat bahwa antara manusia dan kebudayaannya tidak dapat dipisahkan. Demikian juga antara manusia Indonesia dan kebudayaan Indonesia. Hal ini disebabkan manusia Indonesia di samping hidup dalam satu kesatuan wilayah masyarakat etnik, juga hidup dalam satu kesatuan Negara Republik Indonesia. Dalam kaitan ini, mereka menjunjung kebudayaan yang satu, sesuai dengan konsepsi wawasan nusantara, yaitu kebudayaan nasional Indonesia (Geriya, 1996: 71).

Lebih lanjut dijelaskan secara formal normatif sistem budaya Indonesia

(22)

Kebudayaan juga dapat diartikan sebagai “hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti: kepercayaan, kesenian, dan sebagainya” Misalnya, Kebudayaan Cina, Kebudayaan Indonesia, dan Kebudayaan Jawa. (Poerwadarminta, 1983: 157). Berdasarkan pengertian ini, dapat dikatakan hanyalah manusia yang mempunyai kebudayaan. Hal ini disebabkan manusialah makhluk hidup yang mempunyai akal dan budi untuk mengasilkan kebudayaan.

Di samping dua pengertian di atas, pengertian kebudayaan juga dapat dipandang dari sudut Ilmu Antropologi. Dalam hal ini, kebudayaan (budaya) diartikan sebagai “keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan cara belajar dan kesemuanya tersusun dalam kehidupan bermasyarakat”. (Koentjaraninggrat Ed., 1985: 77).

Budaya dalam hal ini dipahami sebagai tingkah laku yang dipelajari dan dilakukan oleh sekelompok orang, budaya diperoleh dari orang lain dengan dipelajari dari masyarakatnya. Kebudayaan itu juga mencakup segala hal yang merupakan hasil cipta, karsa, dan karya manusia dalam usaha meningkatkan taraf hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya. Sebagai suatu sistem, kebudayaan perlu dilihat dari perwujudan kehidupan manusia yang terkait dengan ide, perilaku, dan materi yang dipengaruhi oleh berbagai aspek.

(23)

menghasilkan kebudayaan, karena manusia merupakan makhluk hidup yang mempunyai akal dan budi.

2.4 Pengertian Bahasa

Bahasa sebagai salah satu unsur kebudayaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahasa memungkinkan seseorang mengadakan komunikasi dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, dapat dikatakan fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komuniasi. Hal ini tidak berarti bahwa bahasa hanya memiliki satu fungsi. Fungsi yang lain adalah sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, serta sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial. (Keraf, 1980: 3).

Berdasarkan fungsi tersebut, disebutkan juga bahwa “Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbul bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia” (Keraf, 1980: 1). Pendapat senada juga dikemukakan oleh Sitindoan (1984: 17) yang menyatakan “Bahasa adalah lambang yang berupa bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, mempunyai sistem dan mengandung arti yang bersifat arbitrer; dipakai oleh manusia dalam kehidupannya sebagai alat komunikasi antar sesamanya untuk membentuk, mengungkapkan, dan menyampaikan pikiran dan perasaannya. Sifatnya sosial kultural”.

(24)

pengertian. Agar arti lambang-lambang tersebut dipahami, setiap pemakai bahasa harus mengerti dan menuruti sistem bahasa yang digunakan. Sistem bahasa mengandung kaidah atau aturan yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa itu. Apabila tidak dipatuhi, penyampaian informasi akan kacau atau mungkin komunikasi bisa tidak terlaksana.

Bahasa bersifat arbitrer maksudnya tidak ada hubungan secara langsung antara lambang dengan yang dilambangkan. Munculnya pelambangan terhadap suatu benda hanyalah berdasarkan konvensi. Akan tetapi, walaupun demikian untuk dapat mengerti suatu bahasa haruslah dipelajari dan digunakan sebagai alat komunikasi.

(25)

BAB III

GAMBARAN UMUM KEBUDAYAAN DAN BAHASA

3.1 Hubungan Pariwisata dan Kebudayaan

Pariwisata merupakan suatu fenomena yang terdiri dari berbagai aspek, seperti: ekonomi, teknologi, politik, keagamaan, kebudayaan, ekologi, dan pertahanan dan keamanan. Melalui pariwisata berkembang keterbukaan dan komunikasi secara lintas budaya, melalui pariwisata juga berkembang komunikasi yang makin meluas antara komponen-komponen lain dalam kerangka hubungan yang bersifat saling mempengaruhi (Geriya, 1996:38).

Kebudayaan sebagai salah satu aspek dalam pariwisata dapat dijadikan sebagai suatu potensi dalam pengembangan pariwisata itu. Hal ini disebabkan, dalam pengembangan pariwisata pada suatu negara atau suatu daerah sangat terkait dengan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah atau suatu negara. Indonesia, misalnya dengan bermodalkan kekayaan kebudayaan nasional yang dilatari oleh keunikan berbagai kebudayaan daerah bisa menggunakan kebudayaan sebagai salah satu daya tarik wisatawan.

(26)

bertumpu pada kebudayaan nasional Indonesia. Segala aspek yang berhubungan dengan pariwisata, seperti: promosi, atraksi, manajemen, makanan, cindera mata, hendaknya selalu mendayagunakan potensi-potensi kebudayaan nasional Indonesia. Dengan demikian nantinya pariwisata Indonesia mempunyai ciri tersendiri yang dapat dibedakan dari pariwisata negara lain yang bertumpu pada potensi yang lain.

Uraian di atas menunjukkan betapa eratnya hubungan antara pariwisata dan kebudayaan nasional Indonesia. Pariwisata Indonesia dikembangkan berdasarkan potensi kebudayaan nasional yang ada dan kebudayaan nasional akan berkembang seiring dengan perkembangan pariwisata. Di samping itu, pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dengan konsep pariwisata budaya akan dapat memperkokoh kebudayaan nasional Indonesia.

3.2 Hubungan Kebudayaan dan Bahasa

Kebudayaan dan bahasa mempunyai hubungan yang sangat erat. Kebudayaan dan bahasa dalam hal ini dibatasi pada kebudayaan nasional Indonesia dan bahasa Indonesia. Hubungan di antara keduanya tidak hanya sebatas bahasa Indonesia adalah bagian dari kebudayaan nasional Indonesia, tetapi juga terlihat dari fungsi bahasa sebagai pengungkap, pelestari, dan pewaris budaya bangsa Indonesia.

(27)

terbentuknya suatu kebudayaan. Inilah salah satu hubungan antara kebudayaan dan bahasa.

Hubungan kebudayaan dan bahasa yang lainnya adalah bahwa bahasa sebagai suatu sistem komunikasi, akan mempunyai makna hanya dalam kebudayaan yang menjadi wadahnya. Ini artinya untuk bisa mengerti suatu bahasa, setidaknya juga harus paham dengan kebudayaannya. Demikian sebaliknya, untuk memahami kebudayaan suatu daerah atau suatu negara akan lebih sempurna apabila juga memahami bahasanya.

Hubungan antara kebudayaan dan bahasa juga dapat dilihat pada sisi yang lain, yaitu bahasa merupakan kunci bagi pengertian yang mendalam atas suatu kebudayaan. Oleh karena itu, dalam mempelajari suatu kebudayaan diperlukan juga mempelajari bahasanya.

Menurut Nababan (1984: 52) ada dua macam hubungan antara kebudayaan dan bahasa. Kedua hubungan itu adalah (1) bahwa bahasa adalah bagian dari kebudayaan dan (2) bahwa seseorang belajar kebudayaan melalui bahasanya. Hubungan yang pertama disebut dengan hubungan filogenetik, sedangkan hubungan kedua disebut dengan hubungan ontogenetik. Kedua hubungan antara bahasa dan kebudayaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Filogenetik

(Sistemik)

Ontogenetik

(Belajar)

(28)

nasional. Artinya, untuk mengetahui kebudayaan nasional dapat dipelajari dari bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai wahana pengungkapnya. Demikian juga sebaliknya mempelajari bahasa Indonesia secara tidak langsung juga mengetahui kebudayaan Indonesia sebagai wadahnya.

3.3 Sifat dan Wujud Kebudayaan

3.3.1 Sifat Kebudayaan

Dari sifat hakikat kebudayaan tersebut di atas maka setiap masyarakat mempunyai ciri-ciri yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh sifat-sifat berikut.

1.Kebudayaan bersifat universal, karena kebudayaan masyarakat antara satu dengan yang lain memiliki atribut yang berbeda, sebagai akibat dari adat istiadat, pengalaman hidup, dan latar belakang masyarakat yang berbeda. Contoh : bangsa Indonesia, Amerika, Eropa masing-masing mempunyai ciri-ciri khusus yang yang berbeda. Bahkan Indonesia memiliki aneka ragam suku bangsa, dengan kekhasan masing-masing budayanya.

(29)

yang dinamis adalah unsur kebendaan yang selalu mengalami perubahan. Contohnya teknologi yang lebih bersifat terbuka untuk berubah.

3.Kebudayaan mengisi serta menentukan jalannya kehidupan manusia, walaupun jarang disadari oleh manusia itu sendiri. Tidak semua anggota masyarakat menguasai seluruh unsur-unsur kebudayaan yang seharusnya berfungsi sebagai pendukung. Contohnya orang Indonesia tidak sanggup untuk mengetahui kebudayaan Indonesia sampai sekecil-kecilnya, padahal kebudayaan tersebut menentukan arah perjalanan hidup mereka.

4.Kebudayaan adalah milik bersama seluruh anggota masyarakat pendukungnya. Tidak ada kebudayaan yang lahir tanpa masyarakat pendukungnya, dan tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan. Oleh sebab itu masyarakat dan kebudayaan berada dalam satu sistem atau kesatuan. Contoh, masyarakat dan kebudayaan suku bangsa Sunda, Jawa dan seterusnya.

(30)

6.Kebudayaan bersifat relatif, artinya hanya dapat dinilai berdasarkan ide atau norma yang berlaku pada masyarakatnya sendiri, contoh, ketika orang Belanda dulu datang ke pedalaman Pulau Kalimantan, mereka menyatakan bahwa orang Dayak tidak beragama, padahal sebenarnya mereka memiliki kepercayaan sendiri yang disebut Kaharingan.

7.Kebudayaan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialnya. Daya adaptasi adalah daya yang saling bergantung dan saling mempengaruhi antara kebudayaan manusia dengan lingkungan sekitarnya (ekosistem). Contoh, pada masyarakat yang sudah tidak tradisional seperti orang Sunda, Jawa, Bali dan sebagainya, telah mampu mengembangkan lingkungan persawahan. Sehingga sawah dapat memberikan berkah dan kesejahteraan hidup bagi para petaninya.

8.Kebudayaan bersifat integratif, artinya unsur kebudayaan yang satu berintegrasi dengan unsur-unsur budaya lainnya, sehingga terjadi satu kesatuan bulat dan berfungsi.

(31)

10.Kebudayaan diciptakan manusia sebagai pedoman untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia dalam garis besarnya dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis kebutuhan yaitu :

a.Kebutuhan rohaniah, yakni kebutuhan yang bersifat rohaniah seperti kebutuhan akan rasa aman, kasih sayang, penghargaan, pendidikan, rekreasi, kesehatan, dan lain-lain.

b.Kebutuhan yang bersifat jasmaniah seperti sandang, dan popan, serta sarana maupun prasarana transportasi dan komunikasi, dan sebagainya.

3.3.2 Wujud Kebudayaan

Apabila kita menelaah pengertian budaya seperti yang dikemukakan sebelumnya jelas kebudayaan tidak memiliki wujud nyata atau konkret seperti sesuatu yang dapat dilihat dan diraba. Menurut analisis tersebut kebudayaan hanya ada dalam alam pikiran manusia para pendukung kebudayaan yang bersangkutan, wujudnya hanyalah merupakan ide, pandangan hidup, peraturan atau norma yang dianut oleh para anggota masyarakatnya, yang apabila dilaksanakan secara konsekuen dan teratur, akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat diterima.

(32)

kebudayaan manusia yang bersangkutan, yaitu aspek perilaku dan hasil perbuatan manusia.

Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebudayaan secara garis besar dapat dikategorikan dalam dua wujud yaitu :

1.Kebudayaan rohanilah seperti ide, gagasan, norma, aturan, kepercayaan, dan lain-lain.

2.Kebudayaan jasmaniah, seperti benda-benda budaya, contohnya buku, makanan, model bangunan, dan lain-lain.

Secara lebih rinci Koenjaraningrat membagi wujud kebudayaan ke dalam tiga wujud :

1.Kebudayaan sebagai kompleks ide atau gagasan yang bersifat abstrak, karena hanya terdapat dalam alam pikiran manusia. Gagasan atau ide itu sangat penting dan mendasar karena melaui ide dan gagasan inilah terbentuk wujud-wujud budaya lainnya. Contoh, nilai-nilai dan norma, adat istiadat, peraturan atau perundang-undangan, tata krama, sopan santun, dan sebagainya.

(33)

3.Kebudayaan sebagai kompleks hasil perbuatan manusia, yang pada umumnya berwujud benda-benda, sehingga disebut kebudayaan material. Contohnya, bangunan-bangunan seperti tempat ibadah, rumah, sekolah, gedung pencakar langit, hingga hasil-hasil karya seni manusia seperti seni pahat atau ukir, mode pakaian, dan sebagainya.

3.4 Fungsi Bahasa

3.4.1.Fungsi Bahasa dalam Kebudayaan

Kebudayaan dari sudut pandang ilmu bahasa adalah (1) pengatur dan pengikat masyarakat penutur bahasa itu (2), butir-butir dan satuan-satuan yang diperoleh manusia pemakai bahasa melalui jalur belajar atau pendidikan, (3) pola kebiasaan dan perlaku manusia dan (4) suatu sistem komunikasi dalam masyarakat yang berperan dalam membentuk dan memelihara kesatuan, kerja sama dan kehidupan.

Dengan dasar-dasar di atas, maka bahasa berfungsi dalam kebudayaan sebagai (1) sarana pengembangan kebudayaan (2) sarana pembinaan kebudayaan (3) jalur pemeliharaan dan penerus kebudayaan, dan (4) jalur dan sarana inventarisasi kebudayaan.

(34)

kausalitas. Bahasa merupakan salah satu hasil budaya manusia. Sedangkan budaya manusia banyak pula dipengaruhi oleh bahasa.

3.4.2.Fungsi Bahasa Dalam Masyarakat

Fungsi utama bahasa dalam masyarakat adalah sebagai alat interaksi sosial, walaupun bukan satu-satunya alat interaksi sosial. Selain bahas amasih banyak alat lain yang dapat digunakan sebagai alat interaksi sosial tersebut, tetapi apabila dibandingkan dengan media lainnya, bahasa merupakan alat yang paling penting dan lengkap, serta paling sempurna dalam melaksanakan interaksi.

Peran dan fungsi bahasa dalam masyarakat terdiri dari dua klasifikasi pokok, sebagai berikut :

1.Berdasarkan ruang lingkup (scope and area)

Dalam klasifikasi ini termasuk fungsi bahasa sebagai :

(a) lambang kebanggaan kebangsaan,

(b) lambang identitas bangsa,

(c) alat pemersatu antara berbagai suku bangsa dan kelompok tenis, dan

(35)

2.Berdasarkan bidang pemakaian (function and quality)

3.4.3.Fungsi Bahasa Perorangan

Klasifikasi perorangan pada dasarnya adalah mengenai penggunaan bahasa melalui observasi yang terus menerus. Dalam fungsi bahasa perorangan terdapat enam kriteria yaitu :

1.Klasifikasi suruh, yaitu terdapat ungkapan untuk menyuruh orang lain melaksanakan sesuatu.

2.Klasifikasi interaksi, terdapat iklim kebahasaan yang menciptakan hubungan antar pribadi.

3.Klasifikasi personal, yaitu terdapat ungkapan yang menyatakan atau mengakhiri partisipasi.

4.Klasifikasi pemecahan masalah, yaitu terdapat ungkapan yang meminta atau memberikan jawaban terhadap sesuatu masalah.

5.Klasifikasi khayalan, yaitu terdapat ungkapan yang mengajak pendengar berpura-pura atau suatu iklim kebahasaan yang melaksanakan simulasi terhadap sesuatu keadaan.

(36)

3.5 Manfaat Bahasa Tambahan

Bahasa Melayu sudah lama menjadi bahasa resmi dalam sistem pendidikan negara. Hasil daripada pelaksanaan Dasar Pendidikan Negara yang dibentuk pada awal tahun negara mencapai kemerdekaan yaitu dalam usaha membentuk identiti sebuah negara bangsa maka kita melihat generasi muda kita mampu bertutur dalam bahasa Melayu yang baik.

Sebagai sebuah bangsa yang sedang melangkah menuju kepada status negara maju, pengetahuan dalam bahasa-bahasa lain seperti bahasa Mandarin, Tamil dan Arab.

Pada masa ini, hanya bahasa Melayu dan bahasa Inggeris menjadi mata pelajaran keras bagi para pelajar yang mengikuti pengajian di sekolah-sekolah rendah hingga ke peringkat menengah dan seterusnya ke peringkat pengajian tinggi.

Sebenarnya, pada masa sekarangpun, mata pelajaran bahasa Mandarin, Tamil dan Arab sememangnya ada ditawarkan kepada para pelajar,Tetapi bukanlah sebagai mata pelajaran pilihan, cuma sekadar untuk mengisi masa terluang. Maknanya, pelajar boleh mengikutinya jika mereka berminat..

(37)

yang benar-benar menggunakannya sebagai bahasa ibu karena dalam percakapan sehari-hari yang tidak resmi masyarakat Indonesia lebih suka menggunakan bahasa daerahnya masing-masing sebagai bahasa ibu seperti bahasa Melayu pasar, bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan lain sebagainya. Untuk sebagian besar masyarakat Indonesia lainnya, bahasa Indonesia adalah bahasa kedua dan untuk taraf resmi bahasa Indonesia adalah bahasa pertama. Bahasa Indonesia merupakan sebuah dialek bahasa Melayu yang menjadi bahasa resmi Republik Indonesia.

Bahasa Indonesia diresmikan pada kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Bahasa Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan asing. Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu yang pokoknya dari bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah, "jang dinamakan 'Bahasa Indonesia' jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen pokoknja berasal dari 'Melajoe Riaoe', akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah

ataoe dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa

itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa

Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh kaoem ahli

jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia". atau sebagaimana

(38)

bahasa Melaju jang disesuaikan dengan pertumbuhannja dalam masjarakat Indonesia".

Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal dari bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis, bolehlah kita katakan bahwa bahasa Indonesia baru dianggap "lahir" atau diterima keberadaannya pada tanggal 28 Oktober 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara resmi diakui keberadaannya.

Fonologi dan tata bahasa dari bahasa Indonesia cukuplah mudah. Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai penghantar pendidikan di perguruan-perguruan di Indonesia.

3.6 Sejarah Perkembangan Bahasa

(39)

mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para penggunanya.

Bentuk yang lebih resmi, disebut Melayu Tinggi, pada masa lalu digunakan kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Malaya, dan Jawa. Bentuk bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif Bahasa Melayu Pasar.

Pemerintah kolonial Belanda yang menganggap kelenturan Melayu Pasar mengancam keberadaan bahasa dan budaya Belanda berusaha meredamnya dengan mempromosikan Bahasa Melayu Tinggi, di antaranya dengan penerbitan karya sastra dalam Bahasa Melayu Tinggi oleh Balai Pustaka. Tetapi Bahasa Melayu Pasar sudah telanjur diambil oleh banyak pedagang yang melewati Indonesia.

3.6.1 Melayu Kuno

(40)

Prasasti Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683

Talang Tuo di Palembang, tahun 684

Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686

Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi, tahun 688

Yang kesemuanya beraksara Pallawa dan bahasanya bahasa Melayu Kuno memberi petunjuk bahwa bahasa Melayu dalam bentuk bahasa Melayu Kuno sudah dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman Sriwijaya

Prasasti-prasasti lain yang bertulis dalam bahasa Melayu Kuno juga terdapat di:

Jawa Tengah: Prasasti Gandasuli, tahun 832, dan Prasasti Manjucrigrha

Bogor, Praasasti Bogor, tahun 942

Kedua-dua prasasti di pulau Jawa itu memperkuat pula dugaan bahwa bahasa Melayu Kuno pada ketika itu bukan saja dipakai di pulau Sumatra, melainkan juga dipakai di pulau Jawa.

(41)

3.6.2 Melayu Klasik

Karena terputusnya bukti-bukti tertulis pada abad ke-9 hingga abad ke-13, ahli bahasa tidak dapat menyimpulkan apakah bahasa Melayu Klasik merupakan kelanjutan dari Melayu Kuna. Catatan berbahasa Melayu Klasik pertama berasal dari Prasasti Terengganu berangka tahun 1303.

Seiring dengan berkembangnya agama Islam dimulai dari Aceh pada abad ke-14, bahasa Melayu klasik lebih berkembang dan mendominasi sampai pada tahap di mana ekspresi “Masuk Melayu” berarti masuk agama Islam.

3.6.3 Bahasa Indonesia

Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Biasanya masih digunakan bahasa daerah (yang jumlahnya bisa sampai sebanyak 360).

(42)

Penyempurnaan ejaan :

Ejaan-ejaan untuk bahasa melayu/Indonesia mengalami beberapa tahapan sebagai berikut:

1.Ejaan van Ophuijsen

Ejaan ini ditetapkan pada tahun 1901 yaitu ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:

Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.

Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.

Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.

Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dsb.

2.Ejaan Soewandi

(43)

Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.

Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.

Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.

Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya.

3.Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)

Konsep ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Karena perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya, diurungkanlah peresmian ejaan ini.

4.Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)

(44)

Perubahan:

Indonesia

(pra-1972)

Malaysia

(pra-1972)

Sejak 1972

tj ch c

dj j j

ch kh kh

nj ny ny

sj sh sy

j y y

oe* u u

(45)

Penggolongan

Indonesia termasuk anggota dari Bahasa Melayu-Polinesia Barat subkelompok dari bahasa Melayu-Polinesia yang pada gilirannya merupakan cabang dari bahasa Austronesia. Menurut situs Ethnologue, bahasa Indonesia didasarkan pada bahasa Melayu dialek Riau yang dituturkan di timur laut Sumatra

Distribusi geografis

Bahasa Indonesia dituturkan di seluruh Indonesia, walaupun lebih banyak digunakan di area perkotaan (seperti di Ibukota Jakarta yang digunakan bahasa Indonesia dengan dialek Betawi serta logat Betawi).

Penggunaan bahasa di daerah biasanya lebih resmi, dan seringkali terselip dialek-dialek dan logat-logat di daerah bahasa Indonesia itu dituturkan. Untuk berkomunikasi dengan sesama orang sedaerah kadang bahasa daerahlah yang digunakan sebagai pengganti untuk bahasa Indonesia.

Kedudukan resmi

Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting seperti yang tercantum dalam:

(46)

Undang-Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan) Pasal 36 menyatakan bahwa ”Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”.

Dari Kedua hal tersebut, maka kedudukan bahasa Indonesia sebagai:

Bahasa kebangsaan, kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah.

Bahasa negara (bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia).

Bunyi

Berikut adalah fonem dari bahasa indonesia mutakhir

Vokal

Depan Madya Belakang

Tertutup i u

Tengah e o

(47)

Terbuka a

Bahasa Indonesia juga mempunyai diftong /ai/, /au/, dan /oi/. Namun, di dalam suku kata tertutup seperti air kedua vokal tidak diucapkan sebagai diftong

konsonan

Bibir Gigi

Langit2 keras

Langit2 lunak

Celah suara

Sengau m n

Letup p b t d c k g

Desis (f) s (z) (ç) (x) h

Getar/Sisi l r

(48)

Vokal di dalam tanda kurung adalah alofon sedangkan konsonan di dalam tanda kurung adalah fonem pinjaman dan ha

/k/, /p/, dan /t/ tida

/t/ dan /d/ adalahbukan

Inggris.

/k/ pada akhir suku kata menjadi

Penekanan ditempatkan pada suku kata kedua dari terakhir dari kata akar. Namun apabila suku kata ini mengandunmaka penekanan pindah ke suku kata terakhir.

Tata bahasa

(49)

Ada juga kata yang berjenis kelamin, seperti contohnya "putri" dan "putra". Kata-kata seperti ini biasanya diserap dari bahasa lain (pada kasus di atas, kedua kata itu diserap dariKuno.

Untuk mengubah sebuah kata benda menjadi bentuk jamak digunakanlah

konteks. Sebagai contoh "seribu orang" dipakai, bukan "seribu orang-orang". Perulangan kata juga mempunyai banyak kegunaan lain, tidak terbatas pada kata benda.

Bahasa Indonesia menggunakan dua jenis kata ganti orang pertama jamak, yaitu "kami" dan "kita". "Kami" adalah kata ganti eksklusif yang berarti tidak termasuk sang lawan bicara, sedangkan "kita" adalah kata ganti inklusif yang berarti kelompok orang yang disebut termasuk lawan bicaranya.

Susunan kata dasar yaitu Subyek - Predikat - Obyek (SPO), walaupun susunan kata lain juga mungkin. Kata kerja tidak di bahasa berinfleksikan kepada orang atau jumlah subjek dan objek. Bahasa Indonesia juga tidak mengenal kala (tense). Waktu dinyatakan dengan menambahkan kata keterangan waktu (seperti, "kemarin" atau "esok"), atau petunjuk lain seperti "sudah" atau "belum".

(50)

Awalan, Akhiran, Sisipan

Bahasa Indonesia mempunyai banyak awalan, akhiran, maupun sisipan, baik yang asli dari bahasa-bahasa Nusantara maupun dipinjam dari bahasa-bahasa asing..

Dialek dan ragam bahasa

Pada keadaannya bahasa Indonesia menumbuhkan banyak varian yaitu varian menurut pemakai yang disebut sebagai dialek dan varian menurut pemakaian yang disebut sebagai ragam bahasa.

Dialek dibedakan atas hal ihwal berikut:

1.Dialek regional, yaitu rupa-rupa bahasa yang digunakan di daerah tertentu sehingga ia membedakan bahasa yang digunakan di suatu daerah dengan bahasa yang digunakan di daerah yang lain meski mereka berasal dari eka bahasa. Oleh karena itu, dikenallah bahasa Melayu dialek Ambon, dialek Jakarta (Betawi), atau bahasa Melayu dialek Medan.

2.Dialek sosial, yaitu dialek yang digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu atau yang menandai tingkat masyarakat tertentu. Contohnya dialek wanita dan dialek remaja.

(51)

4.Idiolek, yaitu keseluruhan ciri bahasa seseorang. Sekalipun kita semua berbahasa Indonesia, kita masing-masing memiliki ciri-ciri khas pribadi dalam pelafalan, tata bahasa, atau pilihan dan kekayaan kata.

Ragam bahasa dalam bahasa Indonesia berjumlah sangat banyak dan tidak terhad. Maka itu, ia dibagi atas dasar pokok pembicaraan, perantara pembicaraan, dan hubungan antarpembicara.

Ragam bahasa menurut pokok pembicaraan meliputi:

1. ragam undang-undang

2. ragam jurnalistik

3. ragam ilmiah

4. ragam sastra

Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara dibagi atas:

1. ragam percakapan

2. ragam pidato

3. ragam kuliah

(52)

BAB IV

PENGARUH PERKEMBANGAN PARIWISATA

TERHADAP KEBUDAYAAN DAN BAHASA

4.1Pengaruh Perkembangan Pariwisata terhadap Kebudayaan

4.1.1 Dampak Positif

Dampak positif pariwisata terhadap kebudayaan sejalan dengan pemikiran Sihite (2000: 76) yang menyebutkan secara garis besar dampak positif pariwisata terhadap kebudayaan dapat dilihat pada hal-hal berikut:

1.Merupakan perangsang dalam usaha pemeliharaan monumen-monumen budaya yang dapat dinikmati oleh penduduk setempat dan wisatawan.

2.Merupakan dorongan dalam usaha melestarikan dan menghidupkan kembali beberapa pola budaya tradisional seperti kesenian, kerajinan tangan, tarian, musik, upacara-upacara adat, dan pakaian.

3.Memberingan dorongan untuk memperbaiki lingkungan hidup yang bersih dan menarik.

(53)

yang lain dan penduduk lokal juga mengetahui tempat-tempat lain dari cerita wisatawan.

5.Mendorong pendidikan di bidang kepariwisataan untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia di bidang kepariwisataan yang handal.

6. memperluas lapangan kerja;

7. bertambahnya kesempatan berusaha;

8. meningkatkan pendapatan;

9. terpeliharanya kebudayaan setempat;

10.dikenalnya kebudayaan setempat oleh wisatawan.

4.1.2 Dampak Negatif

1. terjadinya tekanan tambahan penduduk akibat pendatang baru dari luar daerah;

2. timbulnya komersialisasi;

3. berkembangnya pola hidup konsumtif;

4. terganggunya lingkungan;

(54)

6 .pencernaan budaya; dan

7. terdesaknya masyarakat setempat (Spillane, 1989:47).

4.2 Pengaruh Perkembangan PariwisataTerhadap Bahasa

4.2.1 Dampak Positif

. Pengaruh yang bersifat positif artinya perkembangan pariwisata di Indonesia

dapat membantu membina dan mengembangkan bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara. Pengaruh positif ini dapat dilihat dari data berupa munculnya kata-kata dan istilah yang berhubungan dengan kepariwisataan. Artinya, perkembangan pariwisata sudah nyata dapat memperkaya khasanah perbendaharaan kata dan istilah dalam Bahasa Indonesia.

(55)

Di samping dapat memperkaya khasanah kosa kata dan istilah, dampak positif perkembangan pariwisata terhadap Bahasa Indonesia juga ditemukan dalam fungsi bahasa Indonesia sebagai alat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, saat ini sudah banyak buku tentang pariwisata yang disajikan dengan Bahasa Indonesia. Ini artinya, Bahasa Indonesia telah digunakan sebagai sarana dalam mengembangkan ilmu pariwisata. Dengan demikian masyarakat akan lebih mudah memahami pariwisata dan sekaligus membantu memasyarakatkan kepariwisataan di kalangan masyarakat

4.2.2 Dampak Negatif

Pengaruh negatif yang dimaksudkan di sini lebih ditekankan pada masalah belum maksimalnya fungsi bahasa Indonesia sebagai pengungkap produk-produk industri pariwisata.

Buktinya, sebagai contoh di Bali banyak komponen industri pariwisata justru menggunakan bahasa asing atau pola penyusunannya adalah pola bahasa asing. Padahal itu adalah produk lokal. Misalnya, nama hotel dan restoran, serta nama produk minuman dan makanan khas Bali.

(56)

No. Pola Bahasa Asing Pola Bahasa Indonesia

1. Nusa Dua Beach Hotel Hotel Nusa Dua Beach

2. Jayakarta Hotel Hotel Jakarta

3. Borobudur Hotel Hotel Borobudur

4. Lotus Restaurant Restoran Lotus

5. Mamai Restaurant Restoran Mamai

6. Bali Cofee Kopi Bali

7. Hot Tea The Panas

(57)

4.3 usaha mengatasi pengaruh pariwisata terhadap kebudayaan dan

bahasa

Kongres Kebudayaan 1991, menurut penilaian semua pihak, diselenggarakan pada waktu yang tepat. Dikatakan demikian karena dewasa ini bangsa Indonesia tengah menghadapi berbagai perubahan, baik yang terjadi sebagai akibat pengaruh dari dalam maupun dari luar. Ini menuntut penyegaran jati diri.

Jati diri bangsa Indonesia dibangun dari pengalaman sejarah dan kerangka acuan nasional yang tercermin dalam dasar dan pandangan hidup bangsa, yaitu Pancasila seperti tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Dasar dan pandangan hidup bangsa Indonesia itu secara historis dan ideologis terbuka dan berketuhanan Yang Maha Esa.

Keterbukaan sangat diperlukan untuk membangkitkan kreativitas, prakarsa, swakarsa, dan partisipasi masyarakat, sehingga dengan demikian hal itu juga akan memperbesar tanggung jawab sosial. Melalui keterbukaan itu pula Kedaulatan Rakyat, yang menjadi prinsip utama Undang-undang Dasar 1945, harus semakin dapat diwujudkan.

(58)

Dalam kebudayaan Indonesia nilai dan rasa keadilan sangat mempengaruhi semangat hidup bersama. Oleh karena itu, nilai dan rasa keadilan itu harus diwujudkan dalam segala kehidupan dengan jalan menegakkan azas negara hukum serta mendayagunakan perangkat-perangkat pelaksanaan dan pengawasnya.

Tantangan pembangunan dan perubahan yang kita hadapi itu menuntut agar kita memiliki kebudayaan yang berorientasi ke hari esok. Sehubungan dengan hal itu, bahasa Indonesia sebagai wahana salah satu pokok kebudayaan harus digunakan secara sadar dan bertanggung jawab.

Pemeliharaan dan pengembangan kebudayaan Indonesia dalam segala perwujudannya seperti yang terungkap dalam Kongres Kebudayaan 1991, menjadi tanggung jawab kita bersama. Tanggung jawab itu hendaknya dapat terwujud dalam peningkatan peran serta masyarakat guna memajukan kebudayaan bangsa melalui berbagai cara dan wahana yang tersedia

Keinginan untuk melestarikan bahasa atau budaya tentunya merupakan niat yang mulia dan patut didukung. Hanya yang perlu diperhatikan adalah bagaiman sebaiknya harus diwujudkan. Apakah himbauan saja atau pelarangan dapat mewujudkan apa yang kita semua inginkan.

(59)

sangat perlu di jawab. Bila dulu bahasa belanda dipakai di Indonesia, itu bukan karena secara struktur atau gramatika bahasa in lebih baik dari bahasa lainnya. Begitu pula bahasa Inggris sekarang dipakai bukan karena bahasa lainnya jelek secara struktur dibandingkan bahasa Inggris. Sama sekali bukan. Tapi karena ini: Para Penggunanya Memainkan Peran Penting di dunia.

Bila dikaitkan dengan konteks sastra dan buku, maka menurut saya adalah lebih penting untuk mempedulikan nasib ide yang diusung dan posisi para pendukung /pengguna bahasa itu dibandingkan nasib bahasa Indonesia. Usul riilnya adalah kita harus secara agresif mengalihbahasakan sebanyak mungkin karya sastra para sastrawan atau penulis Indonesia ke bahasa Inggris. Kita juga harus menjadi semakin mahir berbahasa Inggris.

Kita punya banyak ide dan gagasan yang asli Indonesia yang dapat kita jual dan kita kemas untuk konsumsi internasional.dalam hal ide, kita tidak perlu melihat ke eropa atau amerika,kita sudah cukup kaya. Kita melihat ke barat untuk mempelajari metode pengemasannya.

(60)

menolaknya. Dan mungkin bila nasib baik datang, nama karya sastra Indonesia akan dapat diangkat dan bila kita ingin melestarikan bahasa Indonesia kita harus memampukan pengguna bahasanya. Jangan sampai upaya untuk melestarikan bahasa Indonesia justru mengecilkan pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa tidak akan berkembang tanpa dukungan dari pengguna bahasa itu, dan sebaliknya pengguna bahasa itu juga takkan dapat berbuat banyak bila mereka ada dalam keadaan termarjinalkan.

4.4 Upaya Melestarikan Kebudayaan dan Bahasa

Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki kekayaan beranekaragam budaya. Masing suku bangsa memiliki warisan budaya yang tidak ternilai harganya dan telah dikenal di seantero dunia. Namun beberapa tahun belakangan ini kebangaan terhadap kekayaan keanekaragaman budaya cukup terusik dengan banyaknya kasus pengakuan dari pihak luar terhadap kekayaan budaya Indonesia. Sebut saja sebagai contoh dibajaknya lagu rasa sayange dari Maluku sebagai suara latar website promosi pariwisata Malaysia (walaupun syairnya telah diganti sedemikian rupa), diakuinya tari Reog Ponorogo sebagai budaya Malaysia (walaupun telah berganti rupa baik nama maupun jalan cerita tari tersebut), dan terakhir adalah telah dipatenkannya motif kerajinan perak Bali oleh para pengusaha asing.

(61)

melakukan unjuk rasa pada pihak terkait seperti kedutaan asing maupun lembaga pemerintahan seperti DPRD dan Gubernur. Ada pula yang menyalahkan lamban dan tidak tanggapnya pemerintah dalam menangani kasuskasus tersebut, dan tidak sedikit pula yang menganggap bahwa kasus pengakuan kekayaan budaya bangsa Indonesia

oleh pihak luar terkait dengan tidak pedulinya bangsa ini terhadap budaya sendiri.

Adanya pendapat bahwa ketidakpedulian bangsa Indonesia terhadap budayanya sendiri terkait dengan makin ditinggalkannya budaya asli Indonesia terutama oleh generasi muda. Masyarakat lebih bangga mengunakan budaya asing diberbagai sektor kehidupan masyarakat dibanding budaya asli Indonesia. Mulai dari makanan, permainan, hiburan sampai pola perilaku meniru budaya asing. Terjadinya ketidakpedulian terhadap budaya bangsa, menurut Edi Sedyawati karena ;

a. tidak pernah dipahami lagi teknik dan kaidah-kaidah estetiknya.

b. semata-mata dianggap kuno atau tidak patut lagi, atau tidak ngetren.

c. sengaja dihindari karena asosiasinya dengan system kepercayaan lama yang dianggap tidak cocok lagi dengan tata kehidupan masa kini.

(62)

Pelestarian merupakan upaya keseluruhan dalam rangka menjaga eksistensi suatu kebudayaan. Berdasarkan kalimat tersebut, maka yang dilestarikan adalah eksistensi kebudayaan tersebut dan bukan ungkapan-ungkapan yang menyertainya. Dengan demikian upaya pelestarian menjadi suatu usaha yang dinamis.

Dalam pengertian pelestarian tercakup tiga rincian tindakan yaitu; perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan. Perlindungan kebudayaan merupakan segala upaya pencegahan dan penanggulangan gejala yang dapat menimbulkan kerusakan, kerugian atau kemusnahan bagi manfaat dan keutuhan sistem gagasan, sistem perilaku, dan atau benda budaya akibat perbuatan manusia ataupun proses alam.

Termasuk kedalam upaya perlindungan ini adalah perlindungan terhadap kerusakan/kepunahan dan perlindungan terhadap penggunaan yang tidak patut, tidak adil, atau tanpa hak (mis appropriation).

Pengembangan kebudayaan adalah upaya perluasan dan pendalaman perwujudan budaya, serta peningkatanmutu dengan memanfaatkan berbagai sumber

dan potensi. Sedangkan pemanfaatan kebudayaan adalah upaya penggunaan

(63)

Dalam kaitannya dengan pemanfaatan kebudayaan ini diperlukan suatu undang-undang yang melindungi kekayaan kebudayaan Indonesia khususnya terkait dengan

“Pengetahuan tradisional” (traditional Knowledge) dan “ekspresi budaya tradisional

/tradisi folklore( Traditional Cultural Expression/Expressions of Folklore). Keduanya

akan menjadi undang-udang sui generis untuk mendampingi Undang-Undang Hak

Cipta yang telah ada sehingga tidak adalagi kasus kekayaan budaya Indonesia yang dapat di miliki hak ciptanya oleh orang asing.

Upaya pelestarian kebudayaan saat ini harus perpacu dengan perubahan yang terjadi pada masyarakat. Sebagai kebiasaan suatu masyarakat yang bermanfaat untuk mempertahankan dan mengembangkan cara hidupnya, maka kebudayaan harus membawa masyarakat kearah lebih sejahtera dan atau lebih bahagia.

(64)

Perubahan orientasi nilai budaya yang dimiliki masyarakat pendukungnya, menjadikan suatu kebudayaan semakin ditinggalkan masyarakat pendukungnya tersebut.

Tidak kurang dari 35 negara di dunia yang mengajarkan bahasa Indonesia kepada masyarakat internasional. Dari jumlah itu, ada sekitar 130 lembaga yang telah menjadi penyelenggara pengajaran BIPA, baik itu perguruan tinggi, lembaga kursus, pusat-pusat kebudayaan asing, maupun Kantor KBRI di negara-negara tersebut”. Pernyataan itu merupakan ungkapan rasa bangga yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan Nasional dalam kata sambutannya yang dibacakan oleh Staf Ahli Mendiknas Bidang Mutu Pendidikan, Ibu Harina Yuhetti, ketika membuka KIPBIPA VI di Hotel Sol Elite Marbella, Anyer, Banten, Selasa malam,11 Juli 2006.

Menteri juga mengatakan bahwa peran BIPA sangat penting dan strategis dalam memperkenalkan Indonesia kepada masyrakat internasional karena BIPA merupakan media penyampaian berbagai informasi tentang Indonesia, termasuk memperkenalkan masyarakat dan budaya Indonesia. Dengan demikian, orang asing yang mempelajari bahasa Indonesia akan semakin memahami masyarakat dan budaya Indonesia secara komprehensif yang pada gilirannya dapat meningkatkan rasa saling pengertian antarbangsa.

(65)
(66)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: (1) Pariwisata, kebudayaan, dan bahasa mempunyai hubungan yang sangat erat. Ini disebabkan pariwisata di Indonesia dikembangkan berdasarkan kebudayaan nasional Indonesia. Kebudayaan nasional yang didukung oleh kebudayaan-kebudayaan daerah bisa dinikmati oleh wisatawan memerlukan sarana pengungkap yaitu bahasa. Artinya, orang ingin mengetahui kebudayaan nasional Indonesia harus melalui bahasanya yaitu bahasa Indonesia. Demikian juga orang yang belajar bahasa Indonesia secara tidak langsung juga mempelajari kebudayaan nasional Indonesia. Jadi, dengan demikian bahasa (Indonesia) merupakan sarana pengungkap kebudayaan nasional Indonesia yang digunakan sebagai dasar pengembangan pariwisata di Indonesia.

(2) hubungan yang demikian erat antara pariwisata, kebudayaan, dan bahasa tidak saja memberikan dampak positif, tetapi juga menimbulkan masalah sebagai dampak negatifnya.

(67)

dekat kebudayaan asli tersebut, dan adanya usaha-usaha penggalian nilai-nilai budaya asli untuk dikembangkan dan dilestarikan. Di samping dampak positif, perkembangan pariwisata dapat menimbulkan masalah kebudayaan, yaitu terjadinya ekspolitasi kebudayaan yang berlebihan sehingga terjadilah komersialisasi.

(4) Perkembangan pariwisata di Indonesia juga memberikan dampak positif terhadap perkembangan bahasa Indonesia terutama dalam hal khazanah kosa kata. Misalnya: agrowisata, apartemen, awak kabin, bandara, bar, bartender, brosur, Usaha Perjalanan Wisata, kargo, souvenir, reservasi, Diparda, destinasi, objek wisata, daerah tujuan wisata, ekowisata, embarkasi, hotel, restoran, jasa boga, kepariwisataan, paspor, devisa, visa, pelancong, pramusaji, pramuwisata, prasmanan, bufe, sadar wisata, sapta pesona, tata graha, tour, wisatawan, paket wisata, wisatawan domestic (wisdom), dan wisatawan mancanegara (wisman). Sedangkan masalah yang muncul adalah belum maksimalnya fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana pengungkap komponen dan produk-produk industri pariwisata.

5.2 Saran

(68)
(69)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Madjid,Mukhtar. 2003. Geografi Pariwisata Indonesia:Medan:Bartong Jaya Marpaung. SH. 2000. Pengetahuan Kepariwisataan:Bandung:Alfabeta

Pendi. S. Nyaman. 1987. Ilmu Pariwisata. Jakarta:PT. Pradnya Parmita.

Rahman. Taufia, 2003. Panduan Belajar Antropologi,.Jakarta : Yudhistira.

(70)

BIODATA

Nama : Jeni Khariah

T. Tgl. Lahir : Medan, 9 Januari 1998

Agama : Islam

Hobi : Pembaca, jalan-jalan dan mendengarkan musik

Alamat : Jln. P Tirtanadi Gg. Sejahtera No. 6

Pendidikan : 1. SD Negeri 060917 Medan Jln. T. Amir Hamzah

2. SLTP Sultan Iskandar Muda Jln. T. Amir Hamzah

3. SMA Sultan Iskandar Muda Jln. T. Amir Hamzah

4. D-III Pariwisata Program Studi Usaha Wisata Universitas Sumatera Utara Medan.

Nama Orangtua :

Ayah : Ok. Darwin

Ibu : Fatma Deli

(71)

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud dengan kualitas pelayanan adalah kesesuaian dan derajat kemampuan untuk digunakan dari keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang disediakan dalam pemenuhan

Kompetensi Keahlian : Konstruksi Rangka Pesawat

Perencanaan : 1) Mendiskripsikan materi agar dapat diterima siswa denga baik sesuai dengan tingkat perkembangan kognitifnya, serta aplikasinya dalam kehidupan

Menurutnya, beberapa isu dibahas Gülen berkaitan dengan hubungan Islam dan sains, terutama mengenai [1] hubungan antara kebenaran ilmiah dan kebenaran agama, [2]

Kampus II, Jl. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas. Dari hasil penelitian dan analisis

Sedangkan monolog yang benar-benar menghadirkan tokoh lain di atas panggung bukan berarti ada aktor lain yang memainkan peran tersebut. Aktor yang menjadi narator, dan juga

Baja ringan merupakan baja profil yang dibentuk dalam keadaan dingin (cold formed steel ) yang materialnya berupa lembaran plat baja dengan ketebalan antara 0,4

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rasio Non Performing Loan (NPL) Bank BNI periode semester 2 tahun 2011 sampai dengan semester 1 tahun 2015 menunjukkan kinerja yang lebih