• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningitis Hemophillus Influenza Type B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Meningitis Hemophillus Influenza Type B"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

M EN I N GI TI S H EM OPH I LLUS I N FLUEN ZA TYPE B

D r I SKAN D AR JAPARD I

Fa k u lt a s Ke dok t e r a n Ba gia n Be da h

Un ive r sit a s Su m a t e r a Ut a r a

I . PEN D AH ULUAN

Meningit is purulent a ak ut adalah suat u proses inflam asi sebagai respon t erhadap infeksi bakt eri yang m engenai lapisan pia dan arakhnoid yang m enut upi ot ak dan m edula spinalis. Bakt eri yang sering m enyebabkan m eningit is adalah Neisseria m eningit is, st rept ococcus pneum onia dan haem ophillus influenza t ype B. Ket iganya dapat diisolasi dari kurang lebih 70% kasus m eningit is.

Angk a k ej adian dari bak t eri t ersebut berbeda m enurut um ur penderit a. Pada neunat us ( 0- 30 hari) sering disebabk an oleh C.coli diikut i oleh st rept ococcus b. hem olit iccus, list eria m onocyt ogenes,st aphilococcus aureus dan st rept ococcus pneum oni. Pada bayi ( 31- 60 hari) disebabkan st rept ococcus B hem olit icus diikut i oleh hem ophilus influenza, Neisseria m eningit idis dan gram negat if ent erobacilli. Pada anak 2 bulan sam pai 4 t ahun disebabkan oleh haem ophillus influenza diikut i oleh Neisseria m eningit idis, st aphilococcus aureus. Pada anak lebih besar dan dew asa sering disebabk an oleh st rept ococcus pneum onia diikut i oleh Neisseria m eningit idis, st aphilococcus aureus dan haem ophillus influenza.

Angka kej adian dari m eningit is m engalam i penurunan di dunia Baarat t erut am a disebabk an k aren m eningk at ny a deraj at sosial dan hy gienis. Sej ak penggunaan ant ibiot ika angk an k em at ian m engalam i perubahan. Di Am erika m enurut survey epidem iology pada 27 negara bagian dari t ahun 1978- 1981 angka kem at ian unt uk haem ophillus influenza 6% , Neisseria m eningit idis 10% dan Sept rococcus pneum onia 26,3% .

I I . EPI D EM I OLOGI

Meningit is haem ophillus influenza sering t erj adi di Am erika selam a periode int erepidem ik dari peny ak it m eningococcus t erdapat dua pola m usim y ang t erj adi di Eropa Ut ara dan Am erik a Ut ara dengan puncak k ej adian pada bulan Juni dan Sept em ber sam pai Novem ber. Meningit is haem ophillus influenza t am pak lebih sering t erj adi pada m usim dingin Nov em ber, Desem ber dan Januari.

(2)

Pada sedik it ny a 50% k asus y ang t erj adi pada usia dew asa m uda dan dew asa m enurut Bow l dan k aw an- k aw an ( 1987) biasany a t erdapat fak t or predisposisi, y ait u t erdapat ny a fist el k e dalam ruang subarak hnoid y ang t erj adi set elah t raum a k epala at au operasi ot ak , adany a gangguan im unit as sepert i pada asplenism e, hipogam m aglobulinem ia at au adany a proses k eganasan.

I I I . ETI OLOGI

Haem ophillus influenza dapat diisoloasi oleh Richad Pfeiffer pada t ahun 1892 dari pasien dengan pneum oni. Merupak an bak t eri gram negat if non hem olit ik, t idak bergerak dan t idak sporogeneus. Berbent uk pleom orfik y ang bervariasi dari bent uk lokus kecil sam pai basil.

Haem ophillus influenza dapat t um buhbaik pada keadaan aerob dan m udah m at i dengan pengeringan at au pem anasan. Unt uk t um buh m em erlukan m edia yang berisi fakt or X ( hem at in) dan fakt or V. ( nikot inam id dinukleot idal) . Karena fakt or V norm al t erdapat dalam erit rosit yang ut uh m aka haem ophillus influenza t um buh balik pada m edia dim ana sel darah m erah t elah pecah sepert i pada cok lat agar at au Lev int hal agar.

Manusia m erupakan sat u- sat unya host unt uk haem ophillus influenza dan organism e t et ap t erpelihara di alam m elalui peny ebaran dari sat u t uan rum ah yang rent an ke t uan rum ah yang lainnya.

Margeret t Pit t m an ( 1931) m em perk enalkan adany a bent uk bak eri haem ophillus influenza yang t erkapsul dant idak berkapsul, sert a m engident ifikasi bahw a bak t eri pada k apsul polisak harida. Dari sem ua t ipe hany a t ipe b y ang j elas berbeda j enis kapsulnya yait u polim er ribosa ribit ol fosfat . Ham pir seluruh infeksi m eningen disebabkan oleh haem ophillus influenza t ipe B.

I V . PATOGEN ESA

Pat ogenesa dari m eningit is haem ophillus influenza dapat t erj adi m elalui beberapa fase:

1. Peny ebaran k um an k e t uan rum ah 2. Pem bent ukan kolonisasi pada nasofaring 3. I nvasi kedalam t rakt us respirat orius 4. Penyebaran hem at ogen

5. I nvasi ke susunan saraf pusat

(3)

Set elah m enem bus j aringan subepit el sedik it ny a t erdapat 2 j alur dari bakt eri unt uk m encapai aliran darah yait u:

1. m elalui saluran lim fe

2. inv asi langsung pada lapisan subm uk osa pem buluh darah. Keduany a dapat t erj adi dalam sat u j am set elah bak t eri m asuk k edlam t ubuh.

Set elah bak t eri m asuk k edalam ruang int rav ask uler ak an t erj adi suat u m ekanism e pert ahanan t ubuh. Virulensi kum an t ergant ung pada kem am puan k apsul polisak harida t erhadap ak t iv it as bak t erisidal dari fak t or k om plem en k lasik ( C3) dari inhibisi v agosit osis dari net rofil

Selain it u t erdapat rut e langsung dari nasofaring naik m elalui t uba eust achii k e t elinga t engah sehingga k um an sering dapat diisolasi dari ot it is m edia purulent a. Pada bebeapa k asus dit em uk an bahw a OMP at au m ast oidit is adalah t em pat unt uk invasi bakt eri secara langsung.

Meningit is haem ophillus influenza yang t erj adi m elalui rut e hem at ogen lebih sering t erdapat daripada peny ebaran secara langsung, dan t erdapat ny a bak t eriem i m erupak an fak t or prim er dari lav asi sist em saraf pusat . Sesuai dengan peny ebaran m elalui pem buluh darah, set elah beberapa j am bak t eriem i m ak a bak t eri dapat dit em uk an dalam cairan serebrospinal dan perubahan hist opat ologis y ang pert am a ( inflam asi m eningen) t erj adi pada daerah dari susunan saraf pusat y ang t idak berdekat an dengan nasofaring. Bila bak t eri m encapai susunan saraf pusat m elalui penyebaran langsung dari nasofaring, m ak a k ult ur dari darah ak an negat if t et api dari nasofaring ak an posit if.

V . PATOLOGI

Bila bak t eri m encapai ruang subarak hnoid ak an t erj adi proses inflam asi. Neut ropil m asuk kedalam ruang subarakhnoid m enghasilkan eksudat y ang purulen. Dalam penilaian secara dasar t am pak eksudat berw arna k uning keabu- abuan at au kuning kehij auan. Eksudat paling banyak t erdapat dalam sist erna pada daerah basal ot ak dan seluruh perm uk aan dari hem isfer dalam m ulkus Sylvii dan Rolandi.

Eksudat perulan t erkum pul dalam sist erna ini dan m eluas k edalam sist erna basal dan diat as perm uk aan post erior dari m edula spinalis. Eksudat j uga dapat m eluas k edalam selubung arak honoid dari saraf k ranial dan ruang periv askuler dari k ort eks. Dalam j um lah k ecil eksudat dapat dit em uk an dalam cairan y ang v ent rik el dan m elek at pada dinding v ent rik el dan pleksus k horoideus, sehingga cairan v ent rik el t am pak beraw an dan hal ini t erj adi pada ak hir m inggu pert am a.

Pem erik saan m ik rosk opik dari eksudat subarak hnoid pada st adium aw al dari infeksi m enunj ukkan t erdapat nya sej um lah besar neut rofil dan bakt eri. Peran dari neut rofil pada st adium ini dalam m enghapuskan infeksi t idak diket ahui. Adanya sisa bakt eri yang hidup dalam eksudat m enunj ukkan bahw a proses fagosit osis oleh neut ropil t idak sem purna. Konsent rasi leukosit yang m enurun dan m eningkat nya bakt eri dalam cairan serebrospinal berhubungan dengan prognosa yang buruk. Hal ini m enunj ukkan bahw a neut ropil m em punyai peranan y ang pent ing dalam m engont rol st adium pada aw al t erj adiny a infek si.

(4)

suat u nik rosis fok al pada dinding pem buluh darah. I nfark hem erragik didaerah k ort ikal t erj adi sebagai hasil dari t rom bosis v ena k ort ikal dan sinus dural.

Ak hir m inggu pert am a t erj adi perubahan k om posisi seluler dari eksudat subarak hnoid. Neut ropil m engalam i degenerasi dan dik eluark an oleh m akrofag yang berasal dari hist iosit m eningen. Perubahan parenkhim ot ak t erj adi yait u nukleus nukleus sel neuron dan sel glia m enj adi m engkerut , pignot ik dan gelap. Sel m ik roglia dan at rosit bert am bah j um lahny a didaerah k ort eks serbral dan k ort eks serebral, bat ang ot ak dan m edula spinalis. Pada ak hir m inggu pert am a t erdapat infilt rasi dari j aringan subependim al dan dari v askuler oleh neut rofil dan lim fosit .

Pada ak hir m inggu k edua eksudat ak an t erbagi dalam dua lapisan luar dibaw ah m em bran arakhnoid berisi neut rofil dan vibrin.lapisan dalam yang berbat asan pada pia berisi lim fosit , plasm a sel dan m ak rofag. Karena eksudat t erus berkum pul m ak a ak an t erj adi sum bat an di cairan serebrospinal baik kom unikans at aupun non kom unikans.

V I . GEJALA KLI N I K

Gej ala klinik m eningit is haem ophillus influenza sam a dengan m eningit is lain yait u:

1. Aw it an ak ut

2. Panas biasany a m encapai 38,5 OC, bila t idak ada panas ( hipot erm i) prognosa buruk

3. Munt ah t eradpat pada 82% k asus

4. Nyeri kepala t erdapat pada anak um ur lebih dari 5 t ahun. Bila anak t idak dapat m engeluh adany a ny eri k epala dan rangsang m eningen dapat diduga bila t erdapat panas y ang bersam aan dengan perubahan t ingk ah lak u, perubahan kesadaran dan kej ang.

5. Tanda rangsang m eningen sepert i: kaku kuduk, kernig dan Brudzinski pada 77% kasus

6. Gangguan k esadaran t erj adi pada 96% k asus

7. Pada anak kurang dari 2 t ahun unt uk m eram alkan adanya m eningit is yait u dengan m enilai:

a. k ualit as t angisan: lem ah, m erint ih at au m elengk ing. b. Warna k ulit : pucat , sianot ik at au k elabu

c. St at us hidrasi, biasany a t erdapat dehidrasi d. Terdapat pt ek nial rash

e. Reak si t erhadap rangsangan dari orang t ua at au sek it arny a ( negat if) f. Deraj at k esadaran t erganggu m ulai dari som nolen sam pai k om a g. Kej ang t erj adi pada 44% k asus.

Meningit is haem ophillus influenza pada anak- anak berj alan secara progresif lebih dari 24 – 72 j am

8. Gej ala defisit neurologis dapat t erj adi pada k urang lebih 15% k asus berupa hem iparese, at au parese saraf ot ak

Meningit is haem ophillus influenza sering t erj adi pada anak- anak j arang pada dew asa. Terdapat nya m eningit is haem ophillus influenza pada dew asa dapat t erj adi bila t erdapat kelainan:

1. ot it is m edia

2. sinusit is paranasal

(5)

4. adany a fist el ant ara ruang subarak hnoid dengan lingk ungan luar y ang dapat t erj adi set elah t raum a k epala at au operasi

5. t erj adi bersam a sam a dengan pneum onia, faringit is, at au peny ak it gangguan im unit as.

V I I . D I AGN OSTI K

Diagnosa past i dit egak k an m elalui pem erik saan lum bal punsk i dan t erdapat ny a organism e at au ant igenny a dalam cairan serebrospinal. Pada pem erik saan cairan serebrospinal didapat k an:

1. Warna opalesen at au k eruh dapat t erj adi pada hari pert am a at au k edua

2. Jum lah sel m eningk at lebih dari 1000 sel/ m l 3. Jenis sel t erut am a PMN

4. Kadar gula t urun ant ara 0- 20 m g/ m l

5. Kadar prot ein m eningk at , t ergant ung lam a sak it

6. Pada sediaan gram bak t eri ( + ) ham pir pada 80% k asus bila belum m endapat pengobat an sebelum nya. Menurut McGow an dan kaw an-k aw an, net t er an-k ult ur dari darah ( + ) pada 65- 75% an-k asus

7. Kadar asam lak t at dan pH m eningk at 8. Pada sediaan dengan m et hy len blue ( + )

9. Pem eriksaan Count er current im m unoelekt rophoresa sensit if unt uk m endet eksi ant igen haem ophillus influenza dari cairan serebrospinal dan darah

10. Adany a pem bengk ak an k apsul ( capsule Sw ell) pada reak si ant igen ant ibodi cepat t erbent uk dan m erupak an pem erik saan diagnost ik penunj ang unt uk haem ophillus influenza.

V I I I . KOM PLI KASI

1 . Su bdu r a l e ffu sion

Terj adi 30% pada anak- anak. Terut am a pada anak um ur kurangdari 2 t ahun. Sebgian besar asim pt om at ik , hany a dpat diagnosis m elalui t rnasilum inasi, USG dan lain- lain.

Gej ala:

a. anak irit able b. febris

c. font anel cem bung d. lingk ar k epala m em besar e. penurunan kesadaran f. papiledem a

2 . Le si sa r a f k r a n ia l

Saraf ot ak yang paling t erkena adalah N.VI I I 8- 24% m engalam i t uli perm anen. Selain it u yang sering adalah lesi pada N.VI dan N.I I I . Dapat j uga t erj adi k ebut aan ( blindness)

3 . Ce r e br a l I n fa r k

(6)

neurologis fokal sepert i hem iparese at au kej ang. Oklusi art eri besar int rak ranial dapat t erj adi, dan puncak ny a pada hari k et iga dan k e em pat .

4 . Ke j a n g

Kom plikasi k ej ang t erj adi pada 20% - 50% k asus. Bent uk k ej ang dapat fok al at au um um . Sering t erj adi pada hari k edua sam pai hari k e t iga. Pat ogenesa dari k ej ang ini t idak dik et ahui. Kej ang dapat disebabk an k arena t ok lsik at au sek under t erhadap aadany a v ask ulit is, irit asi k ort ikal, panas, gangguan elekt rolit at au proses im m unologis.

5 . SI AD H

Menurut Kaplan dan Feigin ( 1978) hiponat rem i dapat t erj adi pada 20% k asus m eningit is pada anak- anak. Pada beebrapa kasus berhubungan dengan pem berian cairan yang berlebihan, dan yang lain berhubungan dengan adany a gangguan pengeluaran horm on ant idiuret ik oleh hipot alam us ( inappropiat e ant idiuret ics horm one)

6 . Ga n ggu a n in t e le k t u a l

Sell dan kaw an- kaw an pada t ahun 1972 m em pelaj ari sej um lah anak set elah m engalam i m eningit is haem ophillus influenza dan m enem ukan bahw a m ereka m em punyai t ingkat kepandaian ( I Q) yang rendah. Reigein dan kaw an- kaw an pada t ahun 1976 m enem ukan bahw a I Q yang rendah t erj adi pada 28% kasus.

I X . PEN GOBATAN

A. Pe r a w a t a n Um u m

St abilisasi keadaan um um pasien, m isalnya: 1. pem berian cairan int ravena

2. pengaw asan t erhadap adany a sy ok, dehidrasi, gangguan elekt rolik dan TTI K

Keseim bangan cairan dan elekt rolit harus diaw asi dengan k et at . Hindari t erj adiny a over hidrasi k arena dapat m eny ebabk an perburuk an peny ak it at au m em percepat t erj adiny a edem a serebri.

B. Pe n goba t a n An t ibiot ik a

1. kom binsai ant ara am picilin dan chloram phenicol dianj urkan sebagai pengobat an aw al pada m eningit is haem ophillus influenza

(7)

m enyebabkan kadar t oksik dari fenit oin. Fenobarbit al m eningkat kan m et abolism e Chloram phenicol sehingga m enurunkan kadar Chloram phenicol.

2. Alt ernat if pengobat an dengan generasi k et iga dari Cephalosporin y airu m isalnya Cefot axim e at au Ceft riaxone. Menunj ukkan efikasi yang sam a dengan kom binasi am picilin dan Chloram phenicol. Dibanding dengan kom binasi am picilin dan Chloram phenicol, pengobat an dengan generasi k et iga dari cephalosporin leboh cepat m enst erilkan cairan serebrospinal. Unt uk anak - anak diberik an 1 k ali perhari dan unt uk dew asa dapat diberikan 1 kali at au bila diberikan 2 kali hasil lebih baik.

Pe n goba t a n t e r h a da p k om plik a si

1 . Ke j a n g

Bila t erj adi k ej ang y ang pert am a harus diaw asi adalah j alan nafas. Unt uk m engat asi k ej ang pada aw alny a diberik an diazepam dan bila k ej ang berlangsung t erus dapat diberik an fenobarbit al at au fenit oin

2 . Su bdu r a l e ffu sion

Bila pada gam baran CT scan dit em uk an adany a penek anan t erhadap ot ak , t indak an harus segera dilak uk an y ait u dengan subdural t aps. Surgical shunt ing at au drainage dilakukan bila subdural t aps t idak m em berikan hasil yang baik.

3 . Ke t u lia n ( D e a fn e ss)

Pem berian dek sam et ason pada 4 hari pert am a sak it dapat m encegah t erj adiny a k et ulian. Pem erik saan segera pada aw al peny ak it dengan m enggunak an audiom et ri at au audim et ri evoked pot ensial dan pengobat an dengan t erapi bicara dan pem berianalat dengar sangat pent ing unt uk m engurangi t erj adinya kom plikasi ini.

X . PEN CEGAH AN

1 . I m u n isa si

Vak sin purified polyribosol ribit ol phosphat e ( PRP) am an bila diberik an, j uga bersifat im unogen dan efekt if dalam m encegah t erj adiny a peny ak it y ang im vasi sepert i m eningit is yang disebabkan oleh haem ophillus influenza pada anak diat as 18 bulan. Bagaim anapun 60% - 70% dari seluruh k asus m eningit is haem ophillus influenza t erj adi pada anak kurang dari 18 bulan. Kom binasi ant ara PRP dengan vaksin pert usis at au prot ein carrier lain m em berikan harapan y ang berm ak na dalam t ersediany a im unit as pada bay i yang lebih m uda. Dari penelit ian Finlandia t erbukt i bahw a vaksin yang t erkonj ugasi lebih bersifat im unogen dari pada vaksin PRP dan m enunj ukkan im unit as dan prot eksi set elah pem berian 3 dosis pada bay i usia 2- 3 bulan

2 . Kh e m opr ofila k sis

(8)

t ahun. Rifam pisin digunakan sebagai prophilaksis dengan dosis 20 m g/ k gBB/ hari dengan 1 k ali at au 2 k ali pem berian. Mak sim al dosis 600 m g/ kgBB/ hari selam a 4 hari. Kont ak yang t elah m endapat vaksin j uga m em erlukan profilaksis dengan rifam pisin unt uk m em bunuh bakt eri dari nasofaring.

X I . PROGN OSA

Pr ogn osa y a n g bu r u k dit e n t u k a n ole h :

1. um ur kurang dari 1 t ahun

2. j arak ant ara sak it dan pem berian obat lebih dari 3 hari

3. dit em uk anny a lebih dari 10 m ik ro organism e/ m l cairan serebrospinal ( berhubungan dengan t ingginya konsent rasi ant igen)

4. t erdapat ny a k om plikasi SI ADH

5. dit em ukannya gej ala neurologik fokal

6. aw it an at au m enet apny a k ej ang set elah 3 hari pengobat an 7. t erdapat nya penurunan kesadaran t erut am a com m a

8. t erdapat ny a gej ala hipert herm i

9. j um lah lek osit dari cairan serebrospinal k urang dari 1000/ cum m 10. k adar hem oglobin ( Hb) k urang dari 11 g/ 100m l.

Unt uk m enilai prognosa y ang dapat t erj adi set elah m eningit is haem ophillus influenza dapat digunakam krit eria dari Herson- Todd. ( Herson- Todd Score)

X I I . KESI M PULAN

Meningit is haem ophillus influenza m erupakan penyakit yang t erut am a t erj adi pada anak usia 2 bulan – 4 t ahun dengan puncak insiden pada usia 7- 12 bulan. Pada dew asa t erj adi bersam aan dengan k elainan pada t ulang k ranial at au adany a peny ak it gangguan im unit as.

I nsiden t erut am a t erj adi pada m usim dingin, dim ana pada m usim t ersebut bany ak t erj adi infek si pada t rak t us resphirat orius y ang m erupak an j alan m asuk kum an haem ophillus influenza

(9)

D AFTAR PUSTAKA

Ada m s RD . Principle of neurology, 4t h ed. New York: McGraw Hill, 1989: 32, 554, 589

Be ll W E. Neurologic infect ions in children. 2nd ed. Philadelphia: WBSaunders, 1981: 135- 154

Gilr oy J. Basic neurology. 2nd ed. New York: McGraw Hill, 1992: 251- 275

H odge s JR. Bact erial ( pyogenic) m eningit is in Sw ash ( ed) Clinical neurology

vo.1. London : Churchill, 1991: 815- 865

M a t h ie s AW . I nfluenzae m eningit is ( haem ophillus influenza) vol. 33.

Am st erdam : Nort h Holland, 1978: 53- 59

Roos KL. Acut e bact erial m eningit is in children and adult ,in Scheld WM.( ed)

I nfect ions, t he cent ral nervus syst em . New York: rav en Press, 1991: 335- 407

Tu n k e l ARTERI . Bact erial infect ions in adult s, in Asbury AK. Diasease of t he

nervous syst em clinical neurobiology. 2nd ed. Philadelphia: WB

Saunders, 1992: 1340- 1349

W e il M L. I nfect ions of t he nervous syst em in Menkes ( ed) Text book of child

Referensi

Dokumen terkait

Bima Putra Peranginangin: Analisis Manajemen Piutang pada PT.. UNIVERSITAS SUMATJ<:RA UTAKA..

NAMA NIM JURUSAN JUDUL : NURHAYATI : 032iOlO58 : KEUANdAN.. : ANALISIS BIAYA PRODUKSI

[r]

International Distribution Service Marketing

[r]

Ramidah Sinaga: Perencanaan dan Pengawasan Biaya Produksi CV... Ramidah Sinaga: Perencanaan dan Pengawasan Biaya

Supraco Indonesia Medan menerapkan penyusunan anggaran dengan memberikan otoritas penuh pada bagian yang terlibat dalam penyusunan anggaran biaya operasional ini, dengan

Maria Linda Waty: Analisis permintaan kredit pada BPR Hombar Makmur Perbaungan, 2001 USU e-Repository © 2008... Maria Linda Waty: Analisis permintaan kredit pada BPR Hombar

Hierdie voorlopige bakens word soos volg onderskei, naamlik, 1 begrip vir die omstandighede wat beteken dat Jesus weet die einde van sy aardse reis is op hande en hieroor moet hy die

Prevalence is low under the age of 50 years and peaks at 50 - 80 years, while 5 - 10% of cases are thought to have a substantial inherited component, black men having an approximately

9 SAMJ shown that a PSAV >2 ng/ml/year, calculated by linear regression, was associated with an increased risk of death from prostate cancer.9 In men with untreated prostate cancer,

[r]

General aspects Classifi cation Scientifi c name: Tylosema esculentum Family: Fabaceae Common names: Gembuck beans, Gemsbokboontjies, Braaiboontjie Marumama, Muraki, Tamani berry,

Following the great amount of groundnut exports to Eastern Asia in 2008, groundnuts export to Japan begin to decline from 2009 until 2016 and that was followed by a slight increase

POST : DEPUTY DIRECTOR: SUPPLY CHAIN MANAGEMENT AND OFFICE ADMINISTRATION Reference: 3/2/1/2022/169 SALARY : R744 255 per annum Level 11 All-inclusive package to be structured in