SKRIPSI
FENOMENA FLYPAPER EFFECT PADA BELANJA DAERAH PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI RIAU
OLEH:
LEONARD P TAMPUBOLON 070503118
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul : “Fenomena Flypaper
Effect Pada Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota di Propinsi Riau”
adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah
dibuat, dipublikasi, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan
skripsi Program Studi Strata-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh
telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh
Universitas Sumatera Utara.
Medan, Juli 2011
Yang Membuat Pernyataan,
Leonard P Tampubolon
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan limpahan kasih dan anugerah-Nya sehingga Penulis mampu untuk
menyelesaikan studi dan mewujudkan skripsi ini. Skripsi yang berjudul :
“Fenomena Flypaper Effect Pada Belanja Daerah Pemerintahan
Kabupaten/Kota di Propinsi Riau” disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen
Akuntansi, Universitas Sumatera Utara.
Teristimewa penulis mempersembahkan karya tulis ini kepada kedua orangtua
tercinta, ayahanda Ronald Tampubolon (alm.) dan ibunda Nelly Sianipar yang
setia memberikan kasih sayang dan menjadi inspirasi bagi penulis. Begitu pula
kepada adik-adikku tercinta (Irene C Tampubolon, Sandro Alfianto T, dan Loren
Tampubolon) yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis dalam
menjalani studi dan skripsi.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, peneliti banyak menerima bimbingan,
dukungan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen
3. Bapak Drs. Rasdianto, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing saya yang telah
banyak meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk membantu dan
membimbing saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Prof. Erlina, SE, Ak, M.Si, Phd selaku Dosen Penguji I dan ibu Dra.
Naleni Indra, MM, Ak selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik,
saran dan arahan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang
membaca, khususnya mahasiswa/i Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Medan, Juli 2011
Penulis
Leonard P Tampubolon
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh dana aolkasi umum dan kapasitas fiskal terhadap belanja daerah pemerintahan kabupaten/kota di propinsi Riau sehingga dapat dibuktikan apakah terjadi flypaper effect serta pengaruh transfer terhadap belanja daerah periode selanjutnya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dana alokasi umum (DAU) dan kapasitas fiskal (PAD+DBH) sebagai variabel independen dan belanja daerah sebagai variabel dependen.
Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode puposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 8 kabupaten/kota di propinsi Riau. Data penelitian ini adalah data sekunder yaitu, data dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan. Data yang dimaksud berupa laporan anggaran pendapatan dan belanja daerah pada periode 2007-2010. Model analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kapasitas fiskal mempunyai pengruh yang lebih signifikan terhadap belanja daerah daripada dana alokasi umum. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintahan kabupaten/kota di propinsi Riau lebih bertumpu pada kapasitas fiskal daerah daripada bantuan dari pemerintah pusat. Pemerintah daerah juga tidak bertumpu pada dana alokasi umum dalam menyusun belanja daerah periode selanjutnya. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa dana alokasi umum dan kapasitas fiskal berpengaruh secara simultan terhadap belanja daerah.
Kata Kunci: dana alokasi umum, kapasitas fiskal, belanja daerah, flypaper
ABSTRACT
The purpose of this research was to test the effect of firm size, financial leverage, net profit margin, and operating profit margin to income smoothing on property, real estate and building construction company that listed in the IDX. The variables that used in this research is firm size, financial leverage, net profit margin, and operating profit margin as independent variables and income smoothing as the dependent variable.
The sampling method that used was purposive sampling with 11 total sample that selected from 32 property, real estate and building construction companies that listed in IDX in the period 2005-2009. The method that used to test the effect of firm size, financial leverage, net profit margin, and operating profit margins to income smoothing was multiple linear regression.
T-test results conclude that the firm size and operating profit margin was partially had a effect to income smoothing. While financial leverage and net profit margins are not affected by partial to income smoothing. F test results conclude that firm size, financial leverage, net profit margin, and operating profit margin have a effect simultaneously to income smoothing.
Keywords: firm size, financial leverage, net profit margin, operating profit
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 7
1. Keuangan Daerah ... 7
2. APBD ... 8
3. Belanja Daerah ... 12
4. Kapasitas Fiskal ... 14
6. Flypaper Effect ... 17
B.Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 19
C.Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 21
1. Kerangka Konseptual ... 21
2. Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Desain Penelitian ... 24
B.Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
C.Jenis dan Sumber Data ... 25
D.Metode Pengumpulan Data ... 26
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 26
F. Metode Analisis Data ... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN A.Data Penelitian ... 33
B.Perhitungan Kapasitas Fiskal ... 33
C.Analisis Hasil Penelitian ... 34
1. Analisis Statistik Deskriptif ... 34
2. Uji Asumsi Klasik ... 36
a. Uji Normalitas ... 36
b. Uji Multikolinieritas ... 39
d. Autokorelasi ... 42
3. Analisis Regresi ... 43
a. Persamaan Regresi ... 43
b. Menguji Kelayakan Model Regresi ... 44
c. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 46
1) Uji F ( F test) ... 46
2) Uji t ( t test) ... 47
D.Pembahasan Hasil Penelitian ... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 54
B.Keterbatasan Penelitian ... 54
C.Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 21
Gambar 4.1 Histogram ... 37
Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot ... 37
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20
Tabel 3.1 Proses Penyeleksian Sampel dari Populasi ... 25
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Kapasitas Fiskal ... 34
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 35
Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 38
Tabel 4.4 Hasil Uji Mulitkolinearitas ... 40
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 42
Tabel 4.6 Analisis Regresi ... 43
Tabel 4.7 Tabel Hubungan Antar Variabel ... 45
Tabel 4.8 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 45
Tabel 4.9 Hasil Uji F ... 46
Tabel 4.10 Hasil Uji t ... 47
Tabel 4.11 Analisis Pengaruh DAU2007dan KF2007terhadap BD2008 ... 49
Tabel 4.12 Analisis Pengaruh DAU2008dan KF2008terhadap BD2009 ... 50
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
Lampiran i Jadwal Penelitian ... 59
Lampiran ii Data Variabel Penelitian ... 59
Lampiran iii Statistik Deskriptif ... 61
Lampiran iv Hasil Uji Normalitas ... 62
Lampiran v Hasil Uji Multikolinieritas ... 64
Lampiran vi Hasil Uji Autokorelasi ... 64
Lampiran vii Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 65
Lampiran viii Hasil Analisis Regresi ... 66
Lampiran ix Hasil Uji F ... 67
Lampiran x Hasil Uji t ... 67
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh dana aolkasi umum dan kapasitas fiskal terhadap belanja daerah pemerintahan kabupaten/kota di propinsi Riau sehingga dapat dibuktikan apakah terjadi flypaper effect serta pengaruh transfer terhadap belanja daerah periode selanjutnya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dana alokasi umum (DAU) dan kapasitas fiskal (PAD+DBH) sebagai variabel independen dan belanja daerah sebagai variabel dependen.
Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode puposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 8 kabupaten/kota di propinsi Riau. Data penelitian ini adalah data sekunder yaitu, data dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan. Data yang dimaksud berupa laporan anggaran pendapatan dan belanja daerah pada periode 2007-2010. Model analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kapasitas fiskal mempunyai pengruh yang lebih signifikan terhadap belanja daerah daripada dana alokasi umum. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintahan kabupaten/kota di propinsi Riau lebih bertumpu pada kapasitas fiskal daerah daripada bantuan dari pemerintah pusat. Pemerintah daerah juga tidak bertumpu pada dana alokasi umum dalam menyusun belanja daerah periode selanjutnya. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa dana alokasi umum dan kapasitas fiskal berpengaruh secara simultan terhadap belanja daerah.
Kata Kunci: dana alokasi umum, kapasitas fiskal, belanja daerah, flypaper
ABSTRACT
The purpose of this research was to test the effect of firm size, financial leverage, net profit margin, and operating profit margin to income smoothing on property, real estate and building construction company that listed in the IDX. The variables that used in this research is firm size, financial leverage, net profit margin, and operating profit margin as independent variables and income smoothing as the dependent variable.
The sampling method that used was purposive sampling with 11 total sample that selected from 32 property, real estate and building construction companies that listed in IDX in the period 2005-2009. The method that used to test the effect of firm size, financial leverage, net profit margin, and operating profit margins to income smoothing was multiple linear regression.
T-test results conclude that the firm size and operating profit margin was partially had a effect to income smoothing. While financial leverage and net profit margins are not affected by partial to income smoothing. F test results conclude that firm size, financial leverage, net profit margin, and operating profit margin have a effect simultaneously to income smoothing.
Keywords: firm size, financial leverage, net profit margin, operating profit
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan negara
dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan merata
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Negara Keatuan
Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah kabupaten dan kota. Tiap-tiap
daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada (Yani, 2008).
Tujian pelaksanaan otonomi daerah adalah demi terwujudnya kemandirian
daerah, pemerintah daerah yang semakin responsif terhadap masyarakat,
meningkatnya partisipasi publik dalam pembangunan, meningkatnya efisiensi
dan efektivitas pengelolaan keuangan dan pelayanan publik sehingga pada
akhirnya kesejahteraan rakyat dapat tercapai. Dengan otonomi, pemerintah daerah
diberi kewenangan untuk menentukan program pembangunan sesuai dengan
kebutuhan daerah. Selain itu, APBD cukup disahkan oleh DPRD, tidak harus
disahkan oleh presiden melalui menteri dalam negeri seperti sebelum pelaksanaan
otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.
Menurut Yani (2008) Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
pelayanan umum, serta pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
antara pemerintah dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan
selaras berdasarkan undang-undang. Kebijakan pengelolaan keuangan berfokus
pada optimalisasi fungsi dan manfaat pendapatan, belanja, dan pembiayaan demi
tercapainya masyarakat yang sejahtera dan mandiri.
Perwujudan otonomi daerah adalah kemampuan daerah untuk mengurus
pemerintahan maupun pembangunan secara mandiri. Oleh karena itu, pemerintah
daerah diberi kewenangan untuk memanfaatkan sumber-sumber keuangan sendiri
berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sumber utamanya adalah pajak
daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang
disahkan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ini bertujuan untuk memberikan
keleluasaan bagi daerah untuk menggali pendanaan, dalam hal ini belanja daerah,
dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas
desentralisasi.
Setiap daerah di Indonesia memiliki perbedaan potensi dan kebutuhan daerah
dan sumber daya serta beban fungsi antar tingkat pemerintahan. Keadaan ini
menimbulkan kemampuan keuangan (revenue capacity) yang berbeda-beda antar
daerah. Untuk menyeimbangkan ketimpangan sumber pendanaan antara pusat dan
daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan antar daerah, maka
ditetapkan transfer dana perimbangan yang terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH),
Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAU). Ada dua faktor
pemerintah daerah. Faktor pertama adalah kebutuhan daerah (needs). Faktor
kedua adalah faktor kemampuan finansial daerah yang adalah kemampuan dasar
dalam membiayai belanja daerah yang berasal dari PAD dan DBH.
Untuk melihat kesiapan pemerintah daerah dalam menghadapi otonmi daerah
khususnya di bidang keuangan, diukur dari seberapa jauh kemampuan
pembiayaan urusan bila didanai sepenuhnya oleh pendapatan asli daerah (PAD)
dan dana bagi hasil (DBH). Oleh sebab itu, jika pemerintah daerah dapat
mengoptimalkan penerimaan dari pajak dan sumber daya alam yang dimiliki.
Apabila pendapatan yang diperoleh semakin tinggi, maka transfer DBH yang
diterima pun cenderung akan semakin besar (LPEM UI, 2002).
Salah satu fenomena yang paling mencolok dari otonomi daerah di Indonesia
adalah ketergantungan pemerintah daerah yang tinggi terhadap pemerintah pusat.
Ketergantungan ini terlihat jelas dari aspek keuangan. Alokasi transfer (DAU)
yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah kurang
memperhatikan kemampuan daerah dalam mengoptimalkan sumber-sumber
pendanaannya. Akibatnya, pemerintah daerah akan selalu menuntut transfer yang
besar dari pemerintah pusat, bukannya memaksimalkan kapasitas fiskal daerah
(potensi fiskal). Ketergantungan ini akan menimbulkan rendahnya peran daerah
itu sendiri dalam mendanai belanja daerah serta semakin dominannya peran
transfer dari pusat, dalam hal ini adalah Dana Alokasi Umum (DAU). Fenomena
tersebut di dalam banyak literatur disebut sebagai flypaper effect.
Setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Riau selama ini
dengan negara-negara ASEAN, terutama singapura, Malaysia dan Thailand.
Kedua, Riau terletak di rute perdagangan dan pelayaran internasional di
Asia-Pasifik. Ketiga, lokasi Riau dekat dengan Singapura yang merupakan salah satu
pusat perdagangan dunia. Keempat, Riau terletak di tengah Pulau Sumatera,
dilewati lintas Barat dan lintas Timur (Rachman, 2003).
Selain letaknya yang strategis, Riau selama ini dikenal sebagai provinsi yang
kaya dengan sumber daya alam seperti minyak dan gas bumi, mineral, kehutanan,
perikanan, pertanian perkebunan (kelapa sawit, kelapa, karet, sagu), pertanian
tanaman pangan, dan kepariwisataan. Provinsi Riau menghasilkan lebih kurang 60
persen minyak Indonesia, memiliki cadangan gas alam yang besar di Natuna,
penghasil minyak kelapa sawit terbesar di Indonesia (Rachman, 2003).
Berbagai kondisi tersebut merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber pendapatan daerah untuk mendanai Belanja Daerah. Dengan
pengelolaan yang baik atas potensi keuangan daerah tersebut, seharusnya Riau
dapat menjadi daerah yang mandiri tanpa perlu meminta dana dari pusat dalam
jumlah besar untuk membiayai Belanja Daerah. Oleh karena itu peneliti ingin
meneliti apakah terjadi flypaper effect pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
di Provinsi Riau dengan melihat seberapa besar pengaruh kapasitas fiskal dan
DAU terhadap Belanja Daerah. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “FENOMENAFLYPAPER
EFFECT PADA BELANJA DAERAH PEMERINTAHAN
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah DAU dan kapasitas fiskal berpengaruh positif terhadap Belanja
Pemerintahan Kabupaten/Kota di Propinsi Riau?
2. Apakah terjadi Flypaper Effect pada Belanja Pemerintahan Kabupaten/Kota di
Propinsi Riau?
3. Apakah Pemerintah Kabupaten/Kota Bertumpu pada DAU dalam menyusun
Belanja Daerah periode ke depan?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya maka
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Membuktikan secara empiris adanya pengaruh Dana Alokasi Umum
(DAU) dan kapasitas fiskal terhadap Belanja Pemerintahan
Kabupaten/Kota di Propinsi Riau.
b. Membuktikan secara empiris kemungkinan terjadinya flypaper effect pada
Belanja Pemerintahan Kabupaten/Kota di Propinsi Riau.
c. Membuktikan secara empiris pengaruh DAU terhadap Belanja Daerah
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai
berikut :
1. Bagi Peneliti, sebagai wadah untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan
dan teori yang telah dipelajari selama kuliah, serta untuk menambah
wawasan tentang fenomena flypaper effect pada Belanja Daerah di
Kabupaten/Kota di Propinsi Riau.
2. Bagi Pemerintah, memberikan masukan baik bagi Pemerintahan Pusat
maupun daerah dalam hal pengelolaan keuangan daerah.
3. Bagi Akademisi, sebagai bahan referensi dan sumber informasi dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Keuangan Daerah
Menurut Jaya (1999) dalam Munir dkk (2004), keuangan daerah adalah
seluruh tatanan, perangkat kelembagaan dan kebijaksanaan anggaran daerah
yang meliputi pendapatan dan belanja daerah.
Mamesah (1995) dalam Munir dkk (2004) mengungkapkan keuangan
daerah adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang,
demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat
dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh negara atau
daerah yang lebih tinggi, serta pihak lain sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2000, tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, dalam ketentuan
umumnya menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan keuangan daerah
adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya
segala bentuk kekayaan daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran
2. APBD
Berdasarkan pasal 64 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, Mamesah (1995) dalam Halim
(2002) mengungkapkan bahwa APBD didefinisikan sebagai :
“rencana operasional keuangan Pemerintah Daerah, dimana di satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam satu tahun anggaran tertentu, dan di pihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaraan-pengeluaran yang dimaksud.”
Menurut Halim (2002), Anggaran Darah memiliki unsur-unsur sebagai
berikut:
Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci.
Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya-biaya sehubungan dengan aktivitas-aktivitas tersebut, dan adanya biaya-biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran-pengeluaran yang akan dilaksanakan.
Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka.
Periode anggaran, yaitu biasanya 1 (satu) tahun.
Dirjen Perimbangan keuangan Pusat dan Daerah Departemen
Keuangan-Republik Indonesia (2004) mengungkapkan bahwa ketentuan
mengenai penyusunan dan penetapan APBD dalam UU Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara meliputi penegasan tujuan dan fungsi
penganggaran pemerintah, penegasan peran DPR/DPRD dan pemerintah
dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran, pengintegrasian sistem
akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran, penyempurnaan klasifikasi
anggaran, penyatuan anggaran, dan penggunaan kerangka pengeluaran jangka
Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi.
Sebagai instrumen kebijakan ekonomi, anggaran berfungsi untuk mewujudkan
pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam
rangka mencapai tujuan bernegara. Dalam Undang-Undang Dasar 1945
disebutkan bahwa belanja negara/belanja daerah dirinci sampai dengan unit
organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Hal tersebut berarti
bahwa setiap pergeseran anggaran antarunit organisasi, antarkegiatan,
antarjenis belanja harus mendapat persetujuan DPR/DPRD.
Untuk menjamin pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara tertib,
maka perlu dilakukan perencanaan dari segi penerimaan maupun
pengeluarannya. APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan daerah yang
ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD. APBD disusun
berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem anggaran yang
mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan
alokasi biaya atau input yang ditetapkan.
APBD yang disusun dengan pendekatan kinerja memuat hal-hal sebagai
berikut:
Sasaran yang diharapkan menurut fungsi belanja.
Standar pelayanan yang diharapkan dan perkiraan biaya satuan
komponen kegiatan yang bersangkutan. Pengembangan standar
pelayanan dapat dilaksanakan secara bertahap dan harus dilakukan
Pada hakekatnya, anggaran daerah merupakan salah satu alat untuk
meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab.
Atas dasar tersebut, penyusunan APBD hendaknya mengacu pada norma
dan prinsip anggaran sebagai berikut:
a. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran
Transparansi tentang anggaran daerah merupakan salah satu
persyaratan untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan
bertanggung jawab. APBD harus dapat memberikan informasi yang
jelas tentang tujuan, sasaran, hasil dan manfaat yang diperoleh
masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang dianggarkan. Selain
itu, setiap dana yang diperoleh, dan penggunaannya harus dapat
dipertanggungjawabkan. Hal ini disebabkan karena anggaran daerah
merupakan salah satu sarana evaluasi pencapaian kinerja dan tanggung
jawab pemerintah mensejahterakan masyarakat.
b. Disiplin Anggaran
APBD disusun dengan berorientasi pada kebutuhan masyarakat tanpa
harus meninggalkan keseimbangan antara pembiayaan
penyelenggaraan pemerintah, pembangunan dan pelayanan
masyarakat. Oleh karena itu anggaran yang disusun harus dilakukan
dengan berlandaskan azas efisiensi, tepat guna, tepat waktu dan dapat
dipertanggungjawabkan. Pemilahan antara belanja yang bersifat rutin
diklasifikasikan secara jelas agar tidak terjadi pencampuradukan kedua
sifat anggaran yang dapat menimbulkan pemborosan dan kebocoran
dana.
c. Keadilan Anggaran
Pembiayaan pemerintah daerah dilakukan melalui mekanisme pajak
dan retribusi yang dipikul oleh segenap lapisan masyarakat. Untuk itu,
pemerintah wajib mengalokasikan penggunaannya secara adil agar
dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi
dalam pemberian pelayanan.
d. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran
Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk
dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang
maksimal, guna kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, untuk dapat
mengendalikan tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran, maka dalam
perencanaan perlu ditetapkan secara jelas tujuan, sasaran, hasil dan
manfaat yang akan diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau
proyek yang diprogramkan.
e. Format Anggaran
Pada dasarnya APBD disusun berdasarkan format anggaran defisit
(defisit budget format). Selisih antara pendapatan dan belanja
mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit anggaran. Apabila terjadi
surplus, daerah dapat membentuk dana cadangan, sedangkan bila
penerbitan obligasi daerah sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
f. Struktur Anggaran (APBD)
Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari:
a. Pendapatan Daerah
b. Belanja Daerah
c. pembiayaan
3. Belanja Daerah
Menurut Rofiq (2007) “Belanja Daerah merupakan perkiraan beban
pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar relatif dapat
dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya
dalam pemberian pelayanan umum.”
Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan propinsi atau kabupaten/kota yang
terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya
dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara
pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang
ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.
Menurut Afiah (2009), Belanja daerah adalah “kewajiban pemerintah
daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.”
Belanja daerah, meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum
satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
daerah. Belanja daerah meliputi: Belanja Langsung, yaitu belanja yang terkait
langsung dengan pelaksanaan program; Belanja Tidak Langsung, yaitu belanja
tugas pokok dan fungsi yang tidak dikaitkan dengan pelaksanaan program.
Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Departemen
Keuangan-Republik Indonesia (2004) mengungkapkan bahwa pada dasarnya,
pemerintahan daerah memiliki peranan yang penting dalam pemberian
pelayanan publik. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa permintaan terhadap
pelayanan publik dapat berbeda-beda antara daerah. Sementara itu,
Pemerintah Daerah juga memiliki kedudukan yang paling dekat dengan publik
untuk mengetahui dan mengatasi perbedaan-perbedaan dalam permintaan dan
kebutuhan pelayanan publik tersebut. Satu hal yang menjadi sangat penting
adalah bagaimana memutuskan untuk mendelegasikan tanggung jawab
pelayanan publik atau fungsi belanja pada berbbagai tingkat pemerintahan.
Secara teoritis, terdapat dua pendekatan yang berbeda dalam
pendelegasian fungsi belanja, yaitu pendekatan “pengeluaran” dan pendekatan
“pendapatan”. Menurut pendekatan “pengeluaran”, kewenangan sebagai
tanggung jawab antar tingkat pemerintahan dirancang sedemikian rupa agar
tidak saling timpang tindih. Pendelegasian ditentukan berdasarkan kriteria
yang bersifat obyektif, seperti tingkat lokalitas dampak dari fungsi tertentu,
pertimbangan keseragaman kebijakan dan penyelenggaraan, kemampuan
teknik dan manajerial pada umumnya, pertimbangan faktor-faktor luar yang
menurut pendekatan “pendapatan”, sumber pendapatan publik dialokasikan
antar berbagai tingkat pemerintah yang merupakan hasil dari tawar-menawar
politik. Pertukaran ikllim politik sangat mempengaruhi dalam pengalokasian
sumber dana antar tingkat pemerintahan. Selanjutnya, meskipun pertimbangan
prinsip di atas masih relevan, namun kemampuan keuangan daerah menjadi
pertimbangan yang utama.
4. Kapasitas Fiskal
Menurut Yani (2008) “kapasitas merupakan sumber pendanaan daerah
yang berasal dari pendapatan asli daerah dan dana bagi hasil.”
Kapasitas fiskal mencerminkan kemampuan daerah dalam membiayai
tugas pemerintahan dalam mendanai barang dan/atau jasa yang harus
disediakan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Kapasitas
fiskal daerah merupakan penjumlahan dari PAD dan DBH.
1) Pendapatan Asli Daerah
Menurut Yani (2008), Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
“pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”
Pendapatan asli daerah bertujuan untuk memberikan keleluasaan
kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi
daerah sebagai perwujudan azas desentralisasi.
Sumber pendapatan asli daerah terdiri dari:
Retribusi daerah, termasuk hasil dari pelayanan Badan Layanan
Umum (BLU) daerah;
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
2) Dana Bagi Hasil
Dana bagi hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari APBN yang
dialokasikan kepada daerah dengan memperhatikan potensi daerah
penghasil berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka desentralisasi (DJPK Depkeu, 2011).
Pengalokasian dana bagi hasil dilakukan berdasarkan prinsip daerah
penghasil. Penyaluran dana bagi hasil bergantung pada besar jumlah
realisasi penerimaan, baik pajak maupun sumber daya alam.
5. Dana Alokasi Umum (DAU)
Yani (2008) mengungkapkan bahwa “DAU adalah dana yang bersumber
dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU dialokasikan untuk provinsi dan
kabupaten/kota.”
DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antardaerah
melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi
daerah. DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal (fiscal
need) dan potensi daerah (fiscal capacity). Perubahan dalam Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 menegaskan kembali mengenai formula celah fiskal
dan penambahan variabel DAU. Alokasi DAU bagi daerah yang potensi
fiskalnya besar, tetapi kebutuhan fiskalnya kecil akan memperoleh alokasi
DAU relatif kecil. Sebaliknya, daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun
kebutuhan fiskal besar akan memperoleh alokasi DAU relatif besar. Secara
implisit, prinsip tersebut menegaskan fungsi DAU sebagai faktor pemerataan
kapasitas fiskal.
Menurut Kuncoro (2004) “DAU merupakan block grant yang diberikan
kepada semua kabupaten dan kota untuk tujuan mengisi kesenjangan antara
kapasitas dan kebutuhan fiskalnya, dan didistribusikan dengan formula
berdasarkan prinsip-prinsip tertentu yang secara umum mengindikasikan
bahwa daerah miskin dan terbelakang harus menerima lebih banyak daripada
daerah kaya.”
Sidik (2003) dalam Kuncoro (2004) DAU dapat diartikan sebagai berikut:
a. Salah satu komponen dari Dana Perimbangan pada APBN, yang
pengalokasiannya didasarkan atas konsep Kesenjangan Fiskal atau
Celah Fiskal (fiscal gap), yaitu selisih antara Kebutuhan Fiskal dengan
Kapasitas Fiskal.
b. Instrumen untuk mengatasi horizontal imbalance, yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah dimana
c. Equalization grant, yaitu berfungsi untuk menetralisasi ketimpangan
kemampuan keuangan dengan adanya PAD, Bagi Hasil pajak dan Bagi
Hasil SDA yang diperoleh daerah.
Panggabean dkk. (1999) berpendapat bahwa sistem hubungan keuangan
pusat daerah adalah bagian dari sistem fiskal. Sebagai sebuah instrumen,
sistem hubungan keuangan pusat daerah berfungsi sebagai alat untuk
memberikan kepada pemerintah daerah sebagian dari penerimaan pajak
nasional. Hal itu dilakukan dengan cara transfer dari anggaran pemerintah
pusat ke anggaran pemerintah daerah. DAU dengan demikian merupakan
bagian dari mekanisme redistribusi yang karenanya prinsip keadilan harus
merupakan komponen terpenting dalam tujuan alokasi.
Prinsip dasar alokasi DAU terdiri dari :
Kecukupan (adequacy)
Netralitas dan efisiensi (neutrality and efficiency)
Akuntabilitas (accountability)
Relevansi dengan tujuan (relevance)
Keadilan (equity)
Objektivitas dan transparansi (obkectivity and transparancy)
Kesederhanaan (simplicity)
6. Flypaper Effect
Sudrajat (2010) menyatakan bahwa Flypaper Effect merupakan suatu
menentukan belanja daerah dengan mendasarkan pada transfer dari
pemerintah pusat dibandingkan dengan pendapatan asli daerahnya. Kondisi
tersebut menunjukkan bahwa pemerintah daerah menunggu alokasi DAU yang
diperolehnya sebelum menentukan berapa besar belanja yang akan
dihabiskannya, sehingga belanja periode mendatang cenderung lebih besar
jumlahnya.
Menurut Gorodnichenko (2001) dalam Kuncoro (2007) fenomena
Flypeper Effect mengarah pada elastisitas pengeluaran terhadap transfer yang
lebih tinggi daripada elastisitas pengeluaran terhadap penerimaan pajak
daerah.
Fenomena flypaper effect membawa implikasi lebih luas bahwa transfer
akan meningkatkan belanja pemerintah daerah yang lebih besar daripada
penerimaan transfer itu sendiri (Turnbull, 1998 dalam Kuncoro, 2007).
Dalam Inman (2008) dikemukakan bahwa Flypaper Effect merupakan
kondisi dimana transfer dari pemerintah pusat secara signifikan meningkatkan
belanja publik jika dibandingkan dengan pendapatan daerah.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Prakosa (2004) menyatakan bahwa
besarnya belanja daerah ditentukan oleh besarnya dana alokasi umum yang
diterima. Dalam model prediksi, pemerintah daerah lebih bertumpu pada DAU
daripada PAD dalam menentukan belanja daerah periode ke depan. Dengan
demikian daya prediksi DAU terhadap belanja daerah lebih tinggi daripada
daya prediksi PAD terhadap belanja daerah.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu telah mengkaji tentang hubungan antara Dana
Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah dengan Belanja Daerah serta
kemungkinan terjadinya Flypaper Effect, antara lain yang dilakukan oleh Prakosa
(2004) tentang analisis pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) terhadap prediksi Belanja Daerah di wilayah Propinsi Jawa
Tengah dan DIY. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel DAU dan
PAD memiliki hubungan yang searah dengan Belanja Daerah.
Bawono (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap belanja Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota di Jawa Barat dan Banten. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa daya prediksi DAU tahun berjalan lebih tinggi dibandingkan dengan PAD
tahun berjalan.
Kuncoro (2008) melakukan penelitian tentang fenomena Flypaper Effect pada
kinerja keuangan pemerintah daerah Kota dan kabupaten di Indonesia. Penelitian
ini menunjukkan bahwa alokasi transfer diikuti dengan pertumbuhan belanja yang
lebih tinggi. Gejala ini menunjukkan bahwa pemerintahan daerah bertindak sangat
reaktif terhadap transfer yang diterima dari pusat. Penelitian terdahulu tersebut
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul
Studi empiris penelitian ini membuktikan bahwa besarnya Belanja Daerah dipengaruhi oleh jumlah DAU yang diterima dari Pemerintah Pusat. Dari hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa DAU dan PAD
berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah. Dalam model prediksi BJD, daya prediksi DAU terhadap BJD tetap lebih tinggi dibanding daya prediksi PAD.
2. Bernanda
DAU dan PAD pada tahun berjalan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap belanja daerah tahun berjalan. Dalam model prediksi BD tahun berjalan, daya prediksi DAU tahun berjalan lebih tinggi dibandingkan dengan PAD tahun berjalan. Daerah Kota dan Kabupaten di
Peningkatan alokasi transfer diikuti dengan penggalian PAD yang lebih tinggi
Penelitian ini akan menjelaskan pengaruh DAU dan Kapasitas Fiskal secara
simultan dan parsial terhadap Belanja Daerah pada 8 Kabupaten/Kota di Provinsi
Riau dengan menjelaskan kemungkinan terjadinya fenomena flypaper effect dan
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual
Kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu (Erlina, 2008).
Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teoritis yang telah
diuraikan sebelumnya, peneliti membuat kerangka konseptual sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
H1
H2
H3
Undang undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pusat dan Daerah Telah menetapkan pengaturan, pembagian, dan
pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan
keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Hal ini disebabkan karena
dalam pelaksanaan wewenang tersebut juga melekat sumber-sumber
pembiayaannya. Realisasi kewenangan tersebut adalah diberikannya
Belanja Daerah
(Y)
Dana Alokasi Umum (DAU)
X1
Kapasitas Fiskal (KF)
kewenangan untuk memungut Pajak dan Retribusi kepada daerah, dan
diberikannya hak Dana perimbangan kepada daerah (Soekarwo, 2003).
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah pada dasarnya menuntut kreativitas dari
Pemerintah Daerah dalam menjalankan berbagai fungsi daerah. Berdasarkan
kewenangan yang ada, maka Pemerintah Daerah Dapat menetapkan berbagai
jenis sumber penerimaan daerah. Kuantitas dan kualitas jenis-jenis
penerimaan baru tersebut sangat bergantung pada Pemerintah Daerah
(Soekarwo, 2003).
Tujuan yang hendak dicapai di dalam pelaksanaan desentralisasi dan
otonomi daerah adalah kemandirian. Kemandirian daerah dapat diukur dari
Kapasitas Fiskal daerah. Dengan adanya desentralisasi otonomi daerah, semua
daerah di Indonesia diharapkan dapat melaksanakan belanja daerah dengan
bertumpu pada potensi fiskal yang dimilikinya.
Setiap daerah memiliki kebutuhan (needs) dan kemampuan finansial
(revenue capacity) yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pemerintah pusat
mangalokasikan dana perimbangan yang bertujuan untuk membantu daerah
dalam mendanai kebutuhannya, juga bertujuan untuk mengurangi
ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara pusat dan daerah serta
untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antardaerah. Salah
satu dana perimbangan ini adalah Dana Alokasi Umum.
DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antardaerah yang
antardaerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan
dan potensi daerah. DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah
fiskal (fiscal gap) suatu daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan
daerah dan potensi daerah (Yani, 2008).
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena
atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi (Erlina, 2008).
Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang telah
dijelaskan sebelumnya, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Dana Alokasi Umum dan Kapasitas Fiskal secara bersama berpengaruh
signifikan terhadap Belanja Daerah
2. Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah
3. Kapasitas Fiskal berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah
Flypaper effect merupakan sebuah fenomena yang terjadi saat pemerintah
daerah melakukan belanja lebih banyak dengan menggunakan transfer
(grants) atau DAU daripada menggunakan kemampuan sendiri atau kapasitas
fiskal. Untuk mendeteksi terjadi atau tidaknya flypaper effect, (1) DAU lebih
signifikan dimana kedua-duanya signifikan, (2) Kapasitas Fiskal Tidak
signifikan secara parsial. Untuk menentukan hubungan DAU sebagai prediksi
belanja daerah periode selanjutnya, Hipotesis yang digunakan adalah :
4. Pengaruh DAUt-1 terhadap belanja daerah lebih besar daripada pengaruh
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian yang digunakan merupakan penelitian Asosiatif. Menurut Erlina
(2008) penelitian asosiatif adalah menghubungkan dua variabel atau lebih. Bentuk
hubungan antara variabel tersebut dapat dibedakan atas : (1) hubungan simetris,
dan (2) hubungan kausal.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
“Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang,
kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu” (Erlina, 2007).
“Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi” (Erlina, 2008).
Populasi dalam penelitian penelitian ini adalah Provinsi Riau yang terdiri dari
10 Kabupaten dan 2 Kota dimana syarat yang diajukan agar dapat menjadi sampel
adalah telah membuat dan mempublikasikan laporan anggaran pendapatan belanja
daerah selama periode 2007-2010 di Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan:
1. Kabupaten/Kota di Propinsi Riau yang telah membuat laporan APBD
selama periode 2007-2010
2. Kabupaten/Kota di Propinsi Riau yang mempublikasikan laporan APBD
3. Kabupaten/Kota di Propinsi Riau yang mendapat Dana Alokasi Umum
(DAU) selama periode 2007-2010
Daftar Kabupaten dan Kota yang menjadi sampel, dipilih dengan Purposive
Sampling, dalam penelitian ini adalah:
Tabel 3.1
Proses Penyeleksian Sampel dari Populasi
No Kode Kriteria Sampel Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan, www.djpk.depkeu.go.id
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. “Data
sekunder adalah data yang dikumpulkan dari sumber-sumber tercetak, dimana
data itu telah dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya. Sumber data sekunder
misalnya buku, laporan perusahaan, jurnal, internet dan sebagainya” (Erlina,
2002). Data yang diperoleh adalah kombinasi antara data time series dan data
cross section. Data time series (deret waktu)sekumpulan data dari suatu fenomena
tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu, misalnya dalam waktu
data satu waktu adalah sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu
dalam suatu kurun waktu (Umar, 2003).
Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah informasi pada
periode 2006-2009 antara lain, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil,
Dana Alokasi Umum (DAU), serta Belanja Daerah yang tertera pada laporan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota di Propinsi Riau.
Sumber data adalah laporan APBD Kabupaten/Kota yang didapatkan dari situs
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (www.djpk.depkeu.go.id).
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama yang
dilakukan adalah studi pustaka, yaitu dengan mengumpulkan data dari buku,
jurnal, abstrak yang berkaitan dengan penelitian. Tahap kedua adalah studi
dokumentasi, dengan mengumpulkan data berupa laporan Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD) dan informasi lain yang berkaitan dengan penelitian
melalui media internet (www.djpk.depkeu.go.id) dengan cara men-download
laporan APBD yang dibutuhkan.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Variabel Independen
“variabel ini sering juga disebut dengan variabel bebas, variabel stimulus,
dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif maupun
negatif bagi variabel dependen lainnya” (Erlina, 2008).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah :
X1 = Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Umum adalah dana perimbangan yang bersumber dari
pendapatan APBN untuk menyokong kemampuan keuangan daerah dalam
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka desentralisasi.
Perhitungan DAU menurut ketentuan yang berlaku adalah sebagai berikut :
a. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari
pendapatan dalam negeri netto yang ditetapkan dalam APBN.
b. Proporsi DAU antara DAU propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan
dengan imbangan 10% dan 90%.
c. DAU untuk suatu daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan
alokasi dasar.
X2 = Kapasitas Fiskal
Kapasitas fiskal daerah merupakan penjumlahan dari pendapatan asli daerah
dan dana bagi hasil.
2. Variabel Dependen (Y)
Variabel ini sering juga disebut dengan variabel terikat atau variabel tidak
bebas, menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan. Variabel ini
dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Jadi variabel dependen
adalah konsekuensi dai variabel independen (Erlina, 2008).
Dalam penelitian ini variabel dependen adalah Total belanja Daerah.
Belanja daerah adalah pengeluaran pemerintah daerah dalam suatu periode
anggaran.
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis statistik dengan
menggunakan software SPSS. Untuk keperluan analisis data, terlebih dahulu
dilakukan statistik deskriptif, kemudian uji asumsi klasik sebelum melakukan
pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan terdiri dari uji
normalitas, uji multikolinnearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis koefisien determinasi. Kemudian
dilakukan proses pengujian F test dan pengujian analisis t untuk mengetahui
apakah masing-masing variabel independen baik secara parsial maupun secara
simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam
deskriptif pada umumnya digunakan untuk memberikan informasi mengenai
variabel penelitian yang utama
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis
data. Jika data normal, gunakan statistik parametrik dan jika data tidak
normal gunakan statistik non parametrik atau lakukan treatment agar data
normal. Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam
model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji t dan uji F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika
asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak
valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak adalah dengan analisis grafik dan uji
statistik (Erlina, 2008).
b. Uji Multikolinieritas
Menurut Erlina (2007), Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen. Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi
bermaksud untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya
korelasi antarvariabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
terdapat problem multikolinearitas.
c. Uji Heterokedastisitas
uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas (Erlina, 2008).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t. Jika terjadi autokorelasi, maka dinamakan
problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan lainny. Hal ini
sering ditemukan pada time series. Pada data crossection, masalah
3. Pengujian Hipotesis
Data dianalisis dengan menggunakan model analisis regresi berganda
untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Model regresi yang digunakan yaitu :
Y = α + b1x1 + b2 x2 + e
Dimana:
Y = Belanja daerah
α = Koefisien konstanta
b1-2 = Koefisien regresi variabel independen
x1 = Dana alokasi umum
x2 = Kapasitas Fiskal
e = error
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel-variabel
independen yang dimasukkan ke dalam penelitian memiliki pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Melalui Uji dapat
ditentukan apakah DAU dan Kapasitas Fiskal memiliki pengaruh secara
bersama-sama terhadap belanja daerah (H1). Uji ini dilakukan dengan
membandingkan F hitung dengan F tabel dengan ketentuan sebagai
berikut:
Ho diterima jika fhitung < ftabel pada α = 5%
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji -t)
uji t digunakan untuk menentukan pengaruh satu atau masing-masing
variabel independen yang diteliti terhadap variabel dependen. Uji t akan
menentukan seberapa jauh pengaruh DAU terhadap belanja daerah (H2),
serta seberpa jauh pengaruh KF terhadap belanja daerah (H3). Uji ini
dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dengan
ketentuan sebagai berikut :
Jika
t
hitung <t
tabel untuk α = 5%, maka Ho diterimaJika
t
hitung >t
tabel untuk α = 5%, maka Ha diterimac. Menentukan Flypaper effect
Flypaper effect dinyatakan terjadi jika DAU memberikan efek yang
lebih besar terhadap belanja daerah jika dibandingkan efek KF terhadap
belanja daerah, dimana DAU dan KF berpengaruh secara signifikan
terhadap belanja daerah, atau KF tidak berpengaruh secara signifikan. Jika
keadaan tersebut terpenuhi, maka telah terjadi flypaper effect.
Untuk menentukan dampak transfer (DAU) dalam memprediksi
belanja daerah periode ke depan dilakukan perbandingan hasil pengujian,
yakni antara DAU tahun lalu dengan Belanja Daerah tahun ini. Hasil yang
ada pada pengujian tersebut akan dibandingkan dengan pengujian KF
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
Populasi dalam penelitian ini 12 adalah kabupaten/kota di provinsi Riau,
dengan menggunakan data yang bersumber dari laporan APBD selama periode
tahun 2007-2010. Setelah dilakukan pemilihan sampel dengan teknik purposive
sampling, maka diperoleh sebanyak 8 kabupaten/kota yang memenuhi kriteria
sampel yang ditetapkan. Dengan demikian, data penelitian untuk pengamatan
selama 4 tahun menjadi 32 unit analisis.
B. Perhitungan Kapasitas Fiskal
Kapasitas fiskal merupakan cerminan kemampuan daerah dalam membiayai
belanja pemerintahan, baik belanja operasional maupun belanja modal.
Kemampuan keuangan daerah dapat dinilai dari potensi penerimaan daerah yang
berasal dari pajak, sumber daya alam, dan pendapatan lain yang berasal dari
daerah yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, maka penerimaan daerah
yang dapat dikategorikan sebagai kapasitas fiskal daerah adalah pendapatan asli
daerah (PAD) dan dana bagi hasil (DBH).
Menurut Yani (2008) kapasitas fiskal dihitung sebagai berikut:
Kapasitas Fiskal = Pendapatan Asli Daerah + Dana Bagi Hasil
Hasil perhitungan Kapasitas Fiskal yang dilakukan terhadap 8 kabupaten/kota
Tabel 4.1
Hasil Perhitungan Kapasitas Fiskal
No Daerah
Kapasitas Fiskal
2007 2008 2009 2010
1 Kab. Indragiri Hilir
458.429.000.000 378.893.000.000 430.892.000.000 476.959.000.000
2 Kab. Indragiri Hulu
489.540.000.000 445.041.000.000 557.259.000.000 430.108.000.000
3 Kab. Kampar
731.939.000.000 796.051.000.000 942.887.000.000 987.683.000.000
4 Kab. Kuantan
Singingi 437.657.000.000 388.251.000.000 543.775.000.000 524.832.000.000
5 Kab. Pelalawan
365.599.000.000 478.388.000.000 438.776.000.000 403.307.000.000
6 Kab. Rokan Hulu
535.758.000.000 527.039.000.000 508.028.000.000 660.797.000.000
7 Kota Dumai
507.982.000.000 455.667.000.000 535.325.000.000 406.759.000.000
8 Kota Pekanbaru
588.826.000.000 606.293.000.000 628.613.000.000 784.222.000.000
Sumber: Lampiran i
C. Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif (descriptive statistic) berfungsi untuk memberi
gambaran umum mengenai nilai rata-rata, nilai minimum, nilai maksimum,
dan standar deviasi dari data yang digunakan dalam penelitian. Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dana alokasi
umum dan kapasitas fiskal, sedangkan variabel dependen yang digunakan
adalah belanja daerah.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, yakni melalui metode
purposive sampling, diperoleh dana alokasi umum, pendapatan asli daerah,
dana bagi hasil, dan belanja daerah 8 kabupaten/kota tahun 2007-2020 yang
Statistik secara umum dari variabel penelitian yang diperoleh dari sampel
kabupaten/kota dalam periode pengamatan 2007-2010 dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X1 32 8.77330E10 3.99646E11 2.4286348E11 8.28781402E10
X2 32 3.65599E11 9.87683E11 5.4536172E11 1.55493308E11
Y 32 6.57485E11 1.54741E12 1.0314767E12 2.30358117E11
Valid N (listwise) 32
Sumber : Lampiran ii
Berdasarkan data dari tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa:
a. Variabel dana alokasi umum (DAU) memiliki sampel (N) sebanyak
32. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah dana alokasi umum
paling rendah sebesar Rp. 87.732.997.000,00 terdapat di Kota Dumai
pada tahun 2010. Sedangkan DAU tertinggi sebesar Rp.
399.646.000.000,00 terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun
2009. Rata-rata DAU selama kurun waktu 2007-2010 adalah sebesar
Rp. 242.863.480.000,00. DAU memiliki standar deviasi Rp. 82.
878.140.200,00 yang menunjukkan variasi penyebaran data pada
variabel tersebut.
b. Variabel kapasitas fiskal (KF) memiliki sampel (N) sebanyak 32. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa jumlah kapasitas fiskal paling rendah
sebesar Rp. 365.599.000.000,00 terdapat di Kabupaten Pelalawan pada
terdapat di Kabupaten Kampar. Rata-rata kapasitas fiskal selama 4
tahun pengamatan adalah sebesar Rp. 545.361.720.000,00. Standar
deviasi sebesar Rp. 155.493.308.000,00 menunjukkan variasi
penyebaran data pada variabel kapasitas fiskal.
c. Variabel belanja daerah (BD) memiliki sampel (N) sebanyak 32. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa jumlah belanja daerah paling rendah
sebesar Rp. 657.485.000.000,00 terdapat di Kabupaten Indragiri Hulu
pada tahun 2010. Belanja daerah tertinggi sebesar Rp.
1.547.410.000.000,00 terdapat di Kabupaten Kampar pada tahun 2008.
Rata-rata belanja daerah dalam kurun waktu 2007-2010 adalah sebesar
Rp. 1.031.476.700.000,00. Standar deviasi sebesar Rp.
230.358.117.000,00 menunjukkan variasi penyebaran data pada
variabel belanja daerah.
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi
sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi
data dengan bentuk lonceng (Situmorang, 2007).
Cara lain menguji normalitas adalah dengan menggunakan pendekatan
grafik dengan melihat titik-titik di sepanjang garis diaginal. Data dapat
dikatakan berdistribusi normal apabila titik-titik mengikuti data di
Pada grafik histogram (gambar 4.1) menunjukkan bahwa bahwa data
telah berdistribusi normal karena grafik histogram menunjukkan distribusi
data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Pada scatter
plot (gambar 4.2) memperlihatkan titik-titik menyebar di sekitar garis
diagonal serta penyebarannya mendekati garis diagonal sehingga dapat
disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.
Uji normalitas juga dapat dilakukan dengan Kolmogorov Smirnov
untuk mengetahui apakah variabel dana alokasi umum, kapasitas fiskal,
dan belanja daerah berdistribusi normal atau tidak. Apabila nilai
signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal,
sedangkan jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka data tidak
berdistribusi normal.
Tabel 4.3 berikut menyajikan tabel hasil uji Kolmogorov Smirnov.
Tabel 4.3
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS, 2011
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 32
Normal Parametersa Mean .0000010
Std. Deviation 1.14709206E11
Most Extreme Differences
Absolute .143
Positive .143
Negative -.137
Kolmogorov-Smirnov Z .810
Asymp. Sig. (2-tailed) .528
Hasil pengolahan data dengan menggunakan pendekatan 1 sample KS
menunjukkan besar nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,810 dan
signifikansi pada 0.528 maka disimpulkan data terdistribusi secara normal
karena nilai asymp. Sig. adalah 0.528 dan berada di atas nilai signifikan
0,05. Kesimpulan secara keseluruhan yang dapat diambil adalah bahwa
nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat
dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen
(Erlina, 2008).
Gejala multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF
(Varience Inflation Factor). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap
variabel bebas mana saja yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Nilai yang biasa dipakai dalam uji ini
adalah jika nilai Tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 5, maka tidak terjadi
multikolinieritas (Situmorang, 2007).
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS, 2011
Berdasarkan uji multikolinearitas yang terdapat dalam tabel 4.4
tersebut, seluruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu DAU dan KF memiliki angka variance inflaction factor (VIF) lebih
kecil dari 5, DAU dan KF memiliki angka VIF 1,011. Sementara itu,
angka tolerance menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,1 yaitu untuk
variabel DAU memiliki nilai tolerance 0,989; variabel kapasitas fiskal
memiliki nilai tolerance 0,989. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi gejala multikolineritas dalam variabel bebasnya.
c. Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke
Coefficientsa
1(Constant) 1.401E11 1.049E11 1.336 .192
X1 .869 .258 .313 3.363 .002 .989 1.011
X2
1.247 .138 .842 9.057 .000 .989 1.011
layak dipakai untuk memprediksi belanja daerah, berdasarkan masukan
variabel independennya.
d. Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (Erlina, 2008). Autokorelasi muncul
karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu
dengan lainnya. Untuk melihat ada tidaknya autokorelasi maka harus
dilihat nilai uji D-W berikut:
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .867a .752 .735 1.18598752E11 1.712
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS, 2011
Nilai DW sebesar 1,712, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel
dimana jumlah sampel 32 (n) dan jumlah variabel independen 2 (k=2),
maka nilai du=1,5736. Nilai DW 1,712 lebih besar dari batas atas
(du)1,5736 dan kurang dari 2,464 (4-du), maka dapat disimpulkan tidak
3. Analisis Regresi
a. Persamaan Regresi
Pengolahan data dengan menggunakan regresi linear dilakukan dalam
beberapa tahapan untuk mengetahui bagaimana variabel dependen/kriteria
dapat diprediksikan melalui variabel independen atau prediktor, secara
individual. Dampak dari penggunaan analisis regresi dapat digunakan
untuk memutuskan apakah naik dan menurunnya variabel dependen dapat
dilakukan melalui menaikkan dan menurunkan keadaan variabel
independen. Berikut hasil regresi yang ditampilkan dalam tabel 4.6.
Tabel 4.6 Analisis Regresi
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS, 2011
Berdasarkan tabel di atas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 1.401.000.000.000 + 0,869 DAU + 1,247 KF + e
1(Constant) 1.401E11 1.049E11 1.336 .192
X1 .869 .258 .313 3.363 .002 .989 1.011
X2
1.247 .138 .842 9.057 .000 .989 1.011
X1 = Dana Alokasi Umum
X2 = Kapasitas Fiskal
e = error
persamaan tersebut dapat diartikan sebagai berikut:
1) Konstanta sebesar 1.401.000.000.000 menunjukkan bahwa apabila
tidak ada variabel independen (X1, X2, = 0) maka tingkat belanja
daerah sebesar 1.401.000.000.000.
2) Koefisien regresi dana alokasi umum (X1) = +0,869 artinya setiap
penambahan dana alokasi umum sebesar 1%, dengan asumsi variabel
lainnya dianggap konstan, maka akan menaikkan tingkat belanja
daerah sebesar 0,869.
3) Koefisien regresi kapasitas fiskal (X2) = +1,247 artinya setiap
penambahan kapasitas fiskal sebesar 1%, jika variabel lainnya
dianggap konstan, maka akan menaikkan tingkat belanja daerah
sebesar 1,247.
b. Menguji Kelayakan Model Regresi
Ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual dapat diukur
berdasarkan godness of fit-nya yaitu nilai koefisien determinasi. Koefisien
determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel independen (Situmorang, 2007). Koefisien
korelasi nilainya adalah 0-1, Semakin mendekati 1, berarti
memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya jika semakin
mendekati nol berarti modeltidak baik atau variasi model dalam
menjelaskan amat terbatas.
Tabel 4.7
Tabel Hubungan Antar Variabel
Nilai Interpretasi
0,0 – 0,19 Sangat Tidak Erat
0,2 – 0,39 Tidak Erat
0,4 – 0,59 Cukup Erat
0,6 – 0,79 Erat
0,8 – 0,99 Sangat Erat
Sumber: Situmorang (2007)
Tabel 4.8
Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .867a .752 .735 1.18598752E11
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS, 2011
Hasil pengolahan regresi berganda pada tabel 4.8 menujukkan bahwa
nilai R adalah 0,867 atau 86,7%, berarti hubungan (relation) antara belanja
kapasitas fiskal sangat erat. R Square sebesar 0,752 berarti 75.2%
faktor-faktor belanja daerah dapat dijelaskan oleh dana alokasi umum dan
kapasitas fiskal. Sedangkan selebihnya 24.8% dijelaskan oleh faktor-faktor
lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini.
c. Pengujian Hipotesis Penelitian
Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi
berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dilakukan pengujian
dengan menggunakan uji F (F test) dan uji t (t test).
1) Uji F (F test)
Pengujian hipotesis uji F dilakukan untuk melihat apakah secara
keseluruhan dana alokasi umum dan kapasitas fiskal mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen, yaitu belanja
daerah. Dari hasil pengujian simultan, maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.9 Hasil Uji F
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS, 2011
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1Regression 1.237E24 2 6.186E23 43.976 ..000a
Residual 4.079E23 29 1.407E22
Total 1.645E24 32
a. Predictors: (Constant), X2, X1