• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Konsep Diri dan penyesuaian Diri dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Baru Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan antara Konsep Diri dan penyesuaian Diri dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Baru Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN DIRI DENGAN

PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA BARU FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Guna Memenuhi Persyaratan

Ujian Sarjana Psikologi

Oleh :

MELDA SA.S

011301039

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2008

(2)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan dengan

sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ” Hubungan antara Konsep Diri

dan penyesuaian diri dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Baru Fakultas

Psikologi Universitas Sumatera Utara ” adalah hasil karya sendiri dan belum

pernah diajukan untuk memperoleh gelar Kesarjanaan di suatu Perguruan tinggi

manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya

saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas

sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan didalam skripsi

ini, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang

dan sanksi-sanksi lainnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Medan, Februari 2008

Melda SA. S

(3)

ABSTRAK

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Melda . SAS : 011301039

Hubungan Antara Konsep Diri Dan Penyesuaian Diri Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Baru Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara .

xiv + 80 halaman ; 2008 ; 26 tabel ; 1 gambar ; 3 lampiran . Bibliografi 44 (1964 – 2006).

Pendidikan merupakan wahana yang sangat penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang siap bersaing dalam era globalisasi. Pendidikan dapat diwujudkan melalui kegiatan pembelajaran yang hasilnya dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik. Dalam kenyataan dilapangan tidak semua peserta didik mampu meraih prestasi belajar yang tinggi, hal ini seringkali dikaitkan dengan kemampuan mahasiswa dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan belajarnya (Hartono & Sunarto, 2006). Sementara menurut Schneiders (dalam Ali & Asrori, 2004) salah satu faktor penting yang turut mendukung berhasil tidaknya seseorang dalam melakukan penyesuaian diri adalah konsep diri. Konsep diri yang dimiliki mahasiswa turut mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, dimana jika mahasiswa memandang positif terhadap kemampuan yang dimilikinya maka mereka akan memiliki keyakinan untuk meraih prestasi. Sebaliknya jika mahasiswa memiliki pandangan yang negatif terhadap kemampuan yang dimilikinya maka mereka akan merasa tidak mampu untuk meraih prestasi (Gage & Berliner, 1984).

Jenis penelitian ini adalah korelasional, dengan tujuan untuk melihat hubungan dan sumbangan efektif konsep diri dan penyesuaian diri terhadap prestasi belajar pada mahasiswa baru Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Adapun yang menjadi subyek penelitian adalah mahasiswa baru Psikologi tahun ajaran 2007. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan jumlah subyek penelitian adalah 63 orang. Analisa data mengunakan analisa regresi berganda. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala konsep diri yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori Calhoun & Acocella (r = 0.88) dan skala penyesuaian diri yang juga disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori Schneiders (r = 0.87).

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dan penyesuaian diri dengan prestasi belajar pada mahasiswa baru Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.78 (r = 0.78). Sedangkan sumbangan efektif variabel konsep diri dan penyesuaian diri terhadap prestasi belajar adalah 61%. Pada penelitian ini juga diperoleh hasil tambahan, yaitu : 1. Rata – rata konsep diri subyek penelitian berada pada kategori tinggi . 2. Rata – rata penyesuaian diri subyek penelitian berada pada kategori tinggi. 3. Rata – rata indeks prestasi belajar subyek penelitian berada pada kategori > 3.00.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, Allah

Bapa yang setia, yang telah memberikan begitu banyak berkat, hikmat, dan

kekuatan kepada penulis, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul ”Hubungan antara Konsep Diri dan penyesuaian Diri dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Baru Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih penulis ucapkan kepada:

1. Bapak dr. Chairul Yoel, Sp. A(K), selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Filia Dina Anggaraeni, S.Sos, selaku penguji dan dosen pembimbing

skripsi. Terima kasih atas petunjuk, ketelitian, dan masukan yang berarti serta

telah meluangkan waktu kepada saya hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Ibu Rr. Lita Hadiati Wulandari, S.Psi, selaku dosen pembimbing skripsi dan

seminar. Terima kasih atas petunjuk, ketelitian, dan masukan yang berarti

serta telah meluangkan waktu kepada saya selama menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Raras Sutatminingsih, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik. Terima

kasih atas kebaikan, nasehat, bimbingan dan sarannya selama menjadi

pembimbing akademik.

5. Seluruh staff pengajar Fakultas Psikologi. Terima kasih atas ilmu yang

diajarkan selama di Psikologi, semoga dapat saya aplikasikan dalam

(5)

6. Staff administrasi Fakultas Psikologi, Bapak Iskandar, Bapak Aswan yang

baik hati, Kak Ari, dan seluruh staff lainnya. Terima kasih atas bantuan dan

jasa-jasanya selama ini.

7. Bapak tercinta, Drs. M.P. Simangunsong dan mama ku tersayang, S.M.

Sinaga. Terima kasih karena telah memberikan cinta dan kasih sayang yang

berlimpah, serta motivasi dan penguatan kepada penulis selama ini.

Terimakasih atas pengorbanan dan perhatian yang tulus dari papa dan mama.

Skripsi ini saya persembahkan buat bapak dan mama terkasih.

8. Buat abang ku, Melky, dan adikku Melisa. Terima ksih atas kebaikan dan

perhatian, serta dorongan yang kuat dari kalian, sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas persaudaraan kita.

9. Terima kasih kepada Tulang dan Nantulang, atas segala sesuatu yang pernah

diberikan kepada penulis serta dukungan yang menambah motivasi bagi

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Buat adik-adikku Kristina dan Billy, terima kasih banyak karena kalian telah

sering mengingatkan untuk selalu bersemangat dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Terma kasih buat ”My Best Friend in Psycology ’01” yakni Eva dan Andhina,

Ani, Deola, Wulan, Widi, Neni, Lesni, Maria, Adalan, Mardan, Anissa,

Fatimah, Arfah, dan teman-teman lainnya. Terima kasih atas kebersamaan kita

selama ini.

12.Terima kasih buat adik stambuk sekaligus temanku yaitu Deni, Juni,

Evi,Yandi, Frans, Sam, Pasca, Wiwid, dan Yustian atas motivasi dan support

(6)

13.Kakak dan abang stambuk yaitu Bang Tony, Kak Sanna dan Kak Mira.

Terima kasih atas pengertian dan kebersamaan kita selama ini. Semoga sukses

buat kalian.

14.Adik-adik Junior stambuk 2003 hingga 2007 yang turut membantu penulis

dalam penyebaran skala. Terima kasih atas bantuannya hingga penelitian

dalam skripsi ini dapat selesai dengan cepat. Buat Bang Yansen, Rokky,

Bokot, Ari, dan adik-adik ku Norman, Dedy, serta rekan-rekan lainnya yang

tidak dapat disebutkan satu persatu, serta semua pihak yang pernah ikut

membantu proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih karena bantuan kalian

sangat berarti dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat

kekurangan pada skripsi ini, baik dari segi bahasa dan penyajiannya. Oleh karena

itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari semua pihak

guna menyempurnakan penelitian ini. Akhirnya, penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak

pihak, secara khusus bagi dunia pendidikan.

Medan, Februari 2008

(7)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Lambar Pernyataan... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang ... 1

I.B. Tujuan Penelitian ... 6

I.C. Manfaat Penelitian ... 6

I.D. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II. LANDASAN TEORI II.A. Konsep Diri ... 9

II.A.1. Definisi Konsep Diri ... 9

II.A.2. Perkembangan Konsep Diri ... 10

II.A.3. Jenis–Jenis konsep Diri ... 13

II.A.4. Dimensi Konsep Diri ... 15

II.A.5. Perubahan Konsep Diri ... 17

II.B. Penyesuaian Diri ... 19

(8)

II.B.2. Karakteristik Penyesuaian Diri ... 20

II.B.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri ... 27

II.B.4. Aspek – aspek Penyesuaian Diri ... 33

II.C. Prestasi Belajar ... 34

II.C.1. Definisi Belajar ... 34

II.C.2. Definisi Prestasi Belajar ... 35

II.C.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar ... 36

II.D. Mahasiswa ... 39

II.D.1. Definisi Mahasiswa Baru ... 39

II.D.2. Berbagai pola Penyesuaian pada Mahasiswa ... 40

II.E. Hubungan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri dengan Prestasi Belajar ... 44

II.F. Hipotesa ... 45

BAB III. METODE PENELITIAN III.A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 46

III.B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 46

III.C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ... 48

III.C.1. Populasi dan Sampel Penelitian ... 48

III.C.2. Metode Pengambilan Sampel ... 49

III.D. Metode Pengumpulan Data ... 49

III.D.1. Skala Konsep Diri ... 50

(9)

III.D.3. Uji Coba Alat Ukur ... 53

III.D.4. Hasil Uji Coba Alat Ukur Penelitian ... 55

III.D.4.1. Uji Coba Skala Konsep Diri ... 55

III.D.4.2. Uji Coba Skala Penyesuaian Diri ... 58

III.E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 61

III.F. Metode Analisis Data ... 63

BAB IV. HASIL DAN INTERPRETASI IV.A. Gambaran Subyek Penelitian ... 65

IV.A.1. Gambaran Subyek Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin ... 65

IV.A.2. Gambaran Subyek Penelitian berdasarkan Lingkungan keluarga ... 66

IV.B. Hasil Penelitian ... 66

IV.B.1. Hasil Uji Asumsi ... 67

IV.B.1.1. Uji Normalitas ... 67

IV.B.1.2. Uji Linieritas ... 68

IV.B.2. Hasil Utama Penelitian ... 69

IV.B.3. Hasil Tambahan ... 71

IV.B.3.1. Kategorisasi Data Penelitian ... 71

BAB V. KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN V.A. Kesimpulan ... 76

(10)

V.C. Saran ... 79

V.C.1. Saran Penelitian ... 79

V.C.2. Saran Praktis ... 80

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keberhasilan Belajar Mahasiswa Pada Semester A

Tahun Ajaran 2007/2008 ... 3

Tabel 2. Beban Studi Berdasarkan Indeks Prestasi ... 36

Tabel 3. Bobot Nilai Pernyataan Skala Konsep Diri ... 50

Tabel 4. Blue Print Skala Konsep Diri Sebelum Uji Coba ... 51

Tabel 5. Bobot Nilai Pernyataan Skala Penyesuaian Diri ... 52

Tabel 6. Blue Print Skala Penyesuaian Diri Sebelum Uji Coba ... 52

Tabel 7. Distribusi Aitem Skala Konsep Diri Setelah Uji Coba ... 56

Tabel 8. Penomoran Aitem Skala Konsep Diri yang Digunakan Dalam Penelitian ... 57

Tabel 9. Kriteria Kategorisasi ... 57

Tabel 10.Keterangan ... 58

Tabel 11.Distribusi Aitem Skala Penyesuaian Diri Setelah Uji Coba ... 59

Tabel 12.Penomoran Aitem Skala Penyesuaian Diri yang Digunakan Dalam Penelitian ... 60

Tabel 13.Kriteria Kategorisasi ... 61

Tabel 14.Keterangan ... 61

Tabel 15.Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65

Tabel 16.Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Lingkungan Keluarga ... 66

Tabel 17.One Sampel Kolmogorov Smirnov Test ... 68

Tabel 18.Hasil Model Summary Pada Analisa Regresi ... 70

(12)

Tabel 20.Deskripsi Data Penelitian Konsep Diri ... 71

Tabel 21.Kategorisasi Konsep Diri Berdasarkan Mean Hipotetik ... 72

Tabel 22.Kategorisasi Konsep Diri Berdasarkan Mean Empirik ... 72

Tabel 23.Deskripsi Data Penelitian Penyesuaian Diri ... 73

Tabel 24.Kategorisasi Penyesuaian Diri Berdasarkan Mean Hipotetik ... 73

Tabel 25.Kategorisasi Penyesuaian Diri Berdasarkan Mean Empirik ... 74

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Linieritas Hubungan Antara Konsep Diri dan Penyesuaian Diri

Dengan prestasi Belajar... 69

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Data Try Out dan Uji Daya Beda dan Reliabilitas Aitem

Lampiran B : Skala Konsep Diri dan Penyesuaian Diri

(15)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ...

Lambar Pernyataan...

Abstrak ...

Kata Pengantar ...

Daftar Isi ...

Daftar Tabel ...

Daftar Gambar ...

Daftar Lampiran ...

BAB I PENDAHULUAN

I.A. Latar Belakang ... 1

I.B. Tujuan Penelitian ... 6

I.C. Manfaat Penelitian ... 6

I.D. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI II.A. Konsep Diri ... 9

II.A.1. Definisi Konsep Diri ... 9

II.A.2. Perkembangan Konsep Diri ... 10

II.A.3. Jenis – Jenis konsep Diri ... 13

II.A.4. Dimensi Konsep Diri ... 15

II.A.5. Perubahan Konsep Diri ... 17

II.B. Penyesuaian Diri ... 19

II.B.1. Definisi Penyesuaian Diri ... 19

(16)

II.B.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi Proses

Penyesuaian Diri ... 27

II.B.4. Aspek – aspek Penyesuaian Diri ... 33

II.C. Prestasi Belajar ... 34

II.C.1. Definisi Belajar ... 34

II.C.2. Definisi Prestasi Belajar ... 35

II.C.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar ... 36

II.D. Mahasiswa ... 39

II.D.1. Definisi Mahasiswa Baru ... 39

II.D.2. Berbagai pola Penyesuaian pada Mahasiswa ... 40

II.E. Hubungan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri dengan Prestasi Belajar ... 44

II.F. Hipotesa ... 45

BAB III METODE PENELITIAN III.A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 46

III.B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 46

III.C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ... 48

III.C.1. Populasi dan Sampel Penelitian ... 48

III.C.2. Metode Pengambilan Sampel ... 49

III.D. Metode Pengumpulan Data ... 49

III.D.1. Skala Konsep Diri ... 50

III.D.2. Skala Penyesuaian Diri ... 51

(17)

III.D.4. Hasil Uji Coba Alat Ukur Penelitian ... 55

III.D.4.1. Uji Coba Skala Konsep Diri ... 55

III.D.4.2. Uji Coba Skala Penyesuaian Diri ... 58

III.E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 61

III.F. Metode Analisis Data ... 63

BAB IV. HASIL DAN INTERPRETASI IV.A. Gambaran Subyek Penelitian ... 65

IV.A.1. Gambaran Subyek Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin ... 65

IV.A.2. Gambaran Subyek Penelitian berdasarkan Lingkungan keluarga ... 66

IV.B. Hasil Penelitian ... 66

IV.B.1. Hasil Uji Asumsi ... 67

IV.B.1.1. Uji Normalitas ... 67

IV.B.1.2. Uji Linieritas ... 68

IV.B.2. Hasil Utama Penelitian ... 69

IV.B.3. Hasil Tambahan ... 71

IV.B.3.1. Kategorisasi Data Penelitian ... 71

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN V.A. Kesimpulan ... 76

V.B. Diskusi ... 77

V.C. Saran ... 79

V.C.1. Saran Penelitian ... 79

(18)

DAFTAR PUSTAKA

(19)

ABSTRAK

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Melda . SAS : 011301039

Hubungan Antara Konsep Diri Dan Penyesuaian Diri Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Baru Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara .

xiv + 80 halaman ; 2008 ; 26 tabel ; 1 gambar ; 3 lampiran . Bibliografi 44 (1964 – 2006).

Pendidikan merupakan wahana yang sangat penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang siap bersaing dalam era globalisasi. Pendidikan dapat diwujudkan melalui kegiatan pembelajaran yang hasilnya dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik. Dalam kenyataan dilapangan tidak semua peserta didik mampu meraih prestasi belajar yang tinggi, hal ini seringkali dikaitkan dengan kemampuan mahasiswa dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan belajarnya (Hartono & Sunarto, 2006). Sementara menurut Schneiders (dalam Ali & Asrori, 2004) salah satu faktor penting yang turut mendukung berhasil tidaknya seseorang dalam melakukan penyesuaian diri adalah konsep diri. Konsep diri yang dimiliki mahasiswa turut mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, dimana jika mahasiswa memandang positif terhadap kemampuan yang dimilikinya maka mereka akan memiliki keyakinan untuk meraih prestasi. Sebaliknya jika mahasiswa memiliki pandangan yang negatif terhadap kemampuan yang dimilikinya maka mereka akan merasa tidak mampu untuk meraih prestasi (Gage & Berliner, 1984).

Jenis penelitian ini adalah korelasional, dengan tujuan untuk melihat hubungan dan sumbangan efektif konsep diri dan penyesuaian diri terhadap prestasi belajar pada mahasiswa baru Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Adapun yang menjadi subyek penelitian adalah mahasiswa baru Psikologi tahun ajaran 2007. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan jumlah subyek penelitian adalah 63 orang. Analisa data mengunakan analisa regresi berganda. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala konsep diri yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori Calhoun & Acocella (r = 0.88) dan skala penyesuaian diri yang juga disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori Schneiders (r = 0.87).

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dan penyesuaian diri dengan prestasi belajar pada mahasiswa baru Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.78 (r = 0.78). Sedangkan sumbangan efektif variabel konsep diri dan penyesuaian diri terhadap prestasi belajar adalah 61%. Pada penelitian ini juga diperoleh hasil tambahan, yaitu : 1. Rata – rata konsep diri subyek penelitian berada pada kategori tinggi . 2. Rata – rata penyesuaian diri subyek penelitian berada pada kategori tinggi. 3. Rata – rata indeks prestasi belajar subyek penelitian berada pada kategori > 3.00.

(20)

BAB I PENDAHULUAN

I.A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan wahana yang sangat penting dalam pengembangan

sumber daya manusia. Hal ini sejalan dengan pendapat Cremer dan Siregar

(1993), bahwa pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan sumber daya manusia

yang berkualitas, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta siap bersaing

dalam era globalisasi.

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan untuk mengembangkan

potensi peserta didik melalui kegiatan belajar (dalam Undang-Undang Republik

Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Menurut Syah

(1995) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

penting dalam setiap penyelenggaraan jenis pendidikan. Selanjutnya Dalyono

(1997) mengatakan belajar adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengadakan

perubahan di dalam diri seseorang mencakup perubahan tingkah laku, sikap,

kebiasaan, ilmu pengetahuan dan keterampilan. Untuk mengetahui apakah hal ini

telah tercapai maka diperlukan penilaian yang hasilnya disebut sebagai prestasi

belajar (Chaplin, 1997). Sudjana (dalam Suryabrata, 1995) mengatakan bahwa

prestasi belajar adalah hasil belajar atau kemampuan-kemampuan yang dimiliki

seseorang setelah menerima pengalaman belajar.

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (USU) sebagai salah satu

(21)

manusia juga mengadakan penilaian sebagai evaluasi keberhasilan belajar

mahasiswa.

Adapun evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi perkuliahan dan

evaluasi praktikum. Evaluasi perkuliahan dilakukan melalui ujian tengah semester

dan ujian akhir semester serta nilai tugas, sedangkan evaluasi praktikum

merupakan gabungan nilai dari pelaksanaan praktikum, laporan praktikum, dan

ujian praktikum. Hasil dari evaluasi keberhasilan belajar mahasiswa tersebut dapat

dilihat melalui Indeks Prestasi (IP) yang diperoleh mahasiswa pada tiap semester

(Yoel dkk, 2002).

Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian pendidikan Fakultas

Psikologi USU mengenai keberhasilan belajar yang dicapai oleh mahasiswa baru

pada semester A tahun ajaran 2007/2008 dapat diketahui bahwa mahasiswa yang

memiliki IP≥ 3.00 ada sebanyak 62.1%, IP 2.5-2.99 sebanyak 29.84%, IP

2.00-2.49 sebanyak 5.64%, IP 1.50-1.99 sebanyak 0%, sementara yang memiliki IP<

1.50 sebanyak 2.42%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 1. berikut

(22)

Tabel 1.

Keberhasilan Belajar Mahasiswa Angkatan 2007 Pada Semester A Tahun Ajaran 2007/2008

Indeks Prestasi Jumlah %

≥ 3.00 77 62.1

2.5-2.99 37 29.84

2.00-2.49 7 5.64

1.50-1.99 - -

< 1.50 3 2.42

Total 124 100

Sumber : Data IP dari Bagian Administrasi Fakultas Psikologi USU.

Tinggi rendahnya prestasi belajar yang diperoleh mahasiswa Fakultas

Psikologi diatas dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor

penyesuaian diri mahasiswa terhadap lingkungan belajar. Sebagaimana yang

dikatakan oleh Hakim (2000) bahwa keadaan sekolah seperti kualitas pengajar,

kurikulum yang digunakan, fasilitas belajar, serta disiplin dan sebagainya turut

mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Oleh karena itu mahasiswa dianggap

perlu untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan belajarnya. Menurut

Schneiders (dalam Ali & Asrori, 2004) penyesuaian diri adalah proses yang

melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku untuk menghadapi kebutuhan

internal, konflik, ketegangan dan frustasi serta untuk mernyelaraskan tuntutan dari

dalam diri individu dengan tuntutan dari lingkungan tempat individu berada.

Umumnya permasalahan penyesuaian diri di sekolah timbul ketika

seseorang memasuki jenjang sekolah yang baru, seperti Perguruan Tinggi. Secara

(23)

Tinggi seringkali dikaitkan dengan adanya perbedaan sifat pendidikan antara

Sekolah Menengah Umum dengan Perguruan Tinggi, hubungan sosial, masalah

ekonomi, dan pemilihan bidang jurusan (Gunarsa, 2000). Oleh karena itu

mahasiswa dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.

Jika mahasiswa tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan

belajarnya maka mahasiswa akan mengalami berbagai masalah penyesuaian, baik

terhadap pengajar, teman kuliah, dan mata kuliah sehingga prestasi belajar

mahasiswa akan menurun bila dibandingkan dengan prestasi belajar di tingkat

pendidikan sebelumnya (Hartono & Sunarto, 2006). Pendapat ini didukung oleh

hasil penelitian yang dilakukan Julianti (dalam Sukadji dkk, 2001) yang

menyatakan bahwa kesulitan mahasiswa dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungan kampus terutama terhadap iklim belajar dapat menghambat prestasi

belajar mereka, sebaliknya mahasiswa yang mampu menyesuaikan diri dengan

lingkungan kampus terutama terhadap iklim belajar memiliki kemampuan untuk

mengikuti proses perkuliahan dengan lancar dan mampu meraih prestasi dengan

baik.

Mampu tidaknya seorang mahasiswa menyesuaikan diri dengan

lingkungan kampus terutama terhadap iklim belajarnya dipengaruhi oleh banyak

faktor seperti kondisi fisik, kepribadian, pendidikan, lingkungan, agama, dan

budaya (Schneiders dalam Ali & Asrori, 2004). Salah satu unsur dalam

kepribadian yang ada kaitannya dengan penyesuaian diri adalah konsep diri.

Konsep diri adalah gambaran mental individu terhadap dirinya sendiri yang

meliputi pengetahuan, penilaian, dan harapan individu tentang dirinya sendiri

(24)

Acocella, 1990). Individu yang memiliki konsep diri positif dapat menilai

hubungannya dengan orang lain secara tepat sehingga menumbuhkan penyesuaian

pribadi dan sosial yang baik. Sementara individu yang memiliki konsep diri

negatif biasanya memiliki sikap ragu dan kurang percaya diri yang akhirnya akan

menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang buruk (Hurlock, 1996).

Gage & Berliner (1984) menambahkan bahwa konsep diri turut

mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Bila seseorang memandang positif

terhadap kemampuan yang dimilikinya maka orang tersebut akan memiliki

keyakinan untuk meraih prestasi, sebaliknya jika seseorang memandang negatif

terhadap kemampuan yang dimilikinya maka akan timbul perasaan tidak mampu

dalam dirinya untuk memperoleh prestasi yang tinggi. Hal ini juga didukung oleh

beberapa penelitian terdahulu yang menunjukkan adanya hubungan antara konsep

diri dengan prestasi akademik. Dikatakan dalam penelitian sebelumnya bahwa

konsep diri yang tinggi berkorelasi dengan kemampuan berprestasi, sedangkan

konsep diri yang rendah berkaitan dengan kecemasan yang tinggi dan motivasi

berprestasi yang rendah (Purkes, 1970; Van Bxtel dan Monks, 1992; dalam

Partosuwido, 1993).

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti

hubungan antara konsep diri dan penyesuaian diri dengan prestasi belajar pada

mahasiswa baru Fakultas Psikologi USU.

I.B. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bermaksud untuk mendapatkan data mengenai konsep diri,

(25)

nantinya akan diolah untuk melihat hubungan antara ketiga variabel. Adapun

tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsep diri dan

penyesuaian diri secara bersama-sama terhadap prestasi belajar mahasiswa.

I.C. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan

praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi

bagi perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan, terutama

mengenai konsep diri yang berhubungan dengan penyesuaian diri dan prestasi

belajar pada mahasiswa.

2. Manfaat Praktis

 Sebagai sumber informasi bagi mahasiswa agar lebih mengerti dirinya,

terutama yang berkaitan dengan konsep diri, sehingga mahasiswa dapat

mengembangkan konsep diri yang positif.

 Memberikan masukan yang berarti bagi mahasiswa tentang penyesuaian

diri mereka sehingga mahasiswa dapat mengembangkan penyesuaian diri

yang lebih baik.

 Memberikan masukan yang berarti bagi peningkatan prestasi belajar

mahasiswa dengan memperhatikan faktor-faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi pencapaian prestasi belajar.

 Sebagai sumber informasi bagi orang tua dan institusi pendidikan agar

(26)

diri yang baik pada mahasiswa, sehingga mahasiswa dapat meraih prestasi

belajar yang lebih optimal.

I.D. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, tujuan

penelitian manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Pada bab ini akan diuraikan tentang landasan teori yang digunakan

dalam penelitian, dinamika hubungan konsep diri dan penyesuaian diri

dengan prestasi belajar, dan diakhiri dengan hipotesa penelitian.

Bab III : Metode Penelitian

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai identifikasi variabel penelitian,

defenisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, metode

pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, dan metode analisis data.

Bab 1V : Analisa dan Interpretasi Data

Bab ini berisi gambaran umum subyek penelitian, hasil penelitian dan

interpretasinya sesuai dengan hipotesa penelitian, serta hasil tambahan

yang turut memperkaya hasil penelitian.

Bab V : Kesimpulan, Diskusi dan Saran

Bab ini membahas tentang kesimpulan dari hasil penelitian, diskusi

(27)

teori-teori penelitian, serta saran-saran yang bisa menjadi inspirasi bagi

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.A. KONSEP DIRI

II.A.1. Definisi Konsep Diri

Konsep diri merupakan hal yang penting artinya bagi kehidupan individu

karena pemahaman mengenai konsep diri akan menentukan dan mengarahkan

perilaku dalam berbagai situasi (Shavelson dalam Purwanti dkk., 2000), serta

dapat menentukan keberhasilan individu dalam hubungannya dengan masyarakat

(Hurlock, 1998). Menurut Burns (1993) konsep diri merupakan gambaran

campuran dari apa yang dipikirkan oleh individu, pendapat orang lain mengenai

diri individu dan diri individu yang diinginkan.

Selanjutnya Calhoun dan Acocella (1990) menjelaskan bahwa konsep diri

adalah gambaran mental individu terhadap dirinya sendiri yang terdiri dari

pengetahuan individu tentang dirinya sendiri, pengharapan bagi diri sendiri, dan

penilaian terhadap diri sendiri. Sementara Centi (1993) mengatakan bahwa konsep

diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang berisikan mengenai bagaimana

individu melihat dirinya sendiri sebagai pribadi, bagaimana individu merasa

tentang dirinya sendiri, dan bagaimana individu menginginkan dirinya sendiri

menjadi manusia sebagaimana yang diharapkan. Penglihatan individu atas dirinya

sendiri disebut gambaran diri (self image). Perasaan individu tentang dirinya

sendiri merupakan penilaian individu atas dirinya sendiri (self evaluation).

Harapan individu atas dirinya sendiri menjadi cita-cita diri (self ideal).

(29)

konsep diri merupakan gambaran mental individu yang berisikan tentang

bagaimana individu melihat dirinya sendiri sebagai pribadi yang disebut dengan

pengetahuan diri, bagaimana individu merasa tentang dirinya yang merupakan

penilaian diri sendiri, serta bagaimana individu menginginkan dirinya sendiri

sebagaimana yang diharapkan.

II.A.2. Perkembangan Konsep Diri.

Sewaktu lahir, individu tidak memiliki pengetahuan tentang diri sendiri

dan tidak memiliki penilaian terhadap diri sendiri serta tidak memiliki harapan

sendiri (Caplan, dalam Calhoun & Acocella, 1995).

Konsep diri terbentuk melalui sejumlah pengalaman yang tersusun secara

hirarki yang berkembang sejalan dengan pertumbuhannya, terutama sebagai

akibat dari hubungan individu dengan individu lainnya (Centi, 1993). Baldwin

dan Holmes (dalam Calhoun & Acocella, 1990) juga mengatakan bahwa konsep

diri adalah hasil belajar individu yang diperoleh melalui hubungannya dengan

orang lain.

Menurut Cooley (dalam Calhoun & Acocella, 1990) interaksi individu

dengan orang lain merupakan sumber informasi penting bagi perkembangan

konsep diri. Individu biasanya menggunakan orang lain untuk menunjukkan siapa

dirinya. Individu membayangkan bagaimana pandangan orang lain terhadap

dirinya dan bagaimana orang lain menilai penampilannya. “Orang lain” yang

dianggap bisa mempengaruhi konsep diri seseorang adalah :

(30)

Keluarga terutama orang tua merupakan lingkungan sosial pertama yang

ditemui individu pada awal kehidupannya. Orang tua memberikan pengaruh

yang besar terhadap perkembangan konsep diri individu. Orang tua akan

memberikan informasi yang besar terhadap perkembangan konsep diri

individu. Orang tua akan memberikan informasi yang menetap pengharapan

bagi anaknya. Orang tua juga mengajar anak bagaimana cara menilai dirinya

sendiri. Anak-anak yang tidak memiliki orang tua atau yang disia-siakan oleh

orang tuanya akan mengalami kesulitan dalam memperoleh informasi tentang

dirinya sehingga hal ini akan membentuk konsep diri yang negatif pada anak

(Calhoun & Acocella, 1990).

b. Teman sebaya

Kelompok teman sebaya menduduki posisi kedua setelah orang tua dalam

mempengaruhi konsep diri anak. Dalam hal ini masalah penerimaan dan

penolakan dari teman sebaya akan mempengaruhi konsep diri anak.

c. Masyarakat

Masyarakat memiliki harapan tertentu seseorang dan harapan ini masuk ke

dalam diri individu, kemudian akan berusaha melaksanakan harapan tersebut.

Masyarakat sangat mementingkan fakta-fakta yang ada pada seorang anak,

seperti siapa orang tuanya, ras dan lain-lain sehingga hal ini akan

mempengaruhi konsep diri seseorang.

Kemudian Brooks (dalam Sobur, 2005) mengatakan bahwa perkembangan

(31)

1. Penilaian diri–memandang diri sendiri sebagai objek (Self Aperaisal-viewing

Self as Object).

Istilah ini menunjukkan suatu pandangann yang menjadikan diri sendiri

sebagai objek dalam komunikasi atau bagaimana kesan kita terhadap diri kita

sendiri. Pertama-tama kita mengamati perilaku fisik secara langsung

kemudian memberikan penilaian. Penilaian ini akan mempengaruhi kesan kita

terhadap diri sendiri. Semakin besar pengalaman positif yang dimiliki individu

semakin positif konsep dirinya. Sebaliknya semakin besar pengalaman negatif

yang dimiliki individu semakin negatif konsep dirinya.

2. Reaksi dan respon dari orang lain (Reaction and Response of Others)

Konsep diri tidak saja berkembang melalui pandangan kita terhadap diri sendir

namun jufa tidak saja berkembang melalui pandangan kita terhadap diri

sendiri namun juga berkembang dalam rangka interaksi kita dengan

masyarakat. Dalam berinteraksi dengan masyarakat individu akan

mendapatkan evaluasi. Oleh karena itu konsep diri dipengaruhi oleh reaksi

serta respon orang lain terhadap diri kita.

3. Peran yang kita mainkan–peran yang ditrerima (Roles you play–Role taking )

Setiap individu memainkan peran yang berbeda-beda dan pada setiap peran

tersebut individu diharapkan akan melakukan tindakan dengan cara tertentu

pula. Harapan-harapan dan pengalaman yang berkaitan dengan peran yang

berbeda berpengaruh terhadap konsep diri seseorang. Semakin banyak peran

yang kita mainkan dan dianggap positif oleh orang lain, semakin positif

konsep diri kita.

(32)

Kelompok rujukan adalah kelompok dimana kita menjadi anggota di

dalamnya. Setiap kelompok rujukan memiliki norma tertentu yang mengatur

tingkah laku seseorang. Jika kita menganggap penilaian dan reaksi dari

kelompok rujukan itu penting maka hal ini akan menjadi kekuatan untuk

menentukan konsep diri kita. Semakin banyak kelompok rujukan yang

menganggap diri kita positif, semakin positif pula konsep diri kita.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diartikan kesimpulan bahwa individu

dilahirkan dengan belum memiliki konsep diri. Konsep diri terbentuk melalui

sejumlah pengalaman dan prsoes belajar. Adapun yang menjadi sumber informasi

bagi perkembangan konsep diri adalah interaksi individu dengan orang lain yaitu

orang tua, teman sebaya, serta masyarakat. Proses belajar yang dilakukan individu

dalam pembentukan konsep dirinya diperoleh melalui penilaian yang dilakukan

terhadap dirinya sendiri, bagaimana reaksi danrespon orang lain terhadap apa

yang sudah dilakukan, tuntutan peran yang dimainkan serta penilaian dan reaksi

yang diterima dari kelompok rujukan.

II.A.3. Jenis-Jenis Konsep Diri

Hasil penilaian seseorang terhadap diri dapat berupa konsep diri yang

negatif maupun konsep diri yang positif. Menurut Calhoun & Acocella ( 1990)

konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.

(33)

Dasar dari konsep dari yang positif bukanlah kebanggan yang besar

tentang dirinya tetapi lebih kepada penerimaan diri. Individu yang

memiliki konsep diri yang positif adalah individu yang mengenai dirinya

dengan baik dan menerima diri apa adanya, bersifat stabil dan bervariasi

sehingga mampu menyimpan informasi yang positif atau negatif tentang

dirinya, mampu memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat

bermacam-macam tentang dirinya tanpa menganggapnya sebagai suatu

ancaman, merancang tujuan yang realistik, menganggap hidup sebagai

sesuatu yang meyenangkan dan penuh kejutan, menganggap hidup sebagai

suatu proses penemuan sehingga mampu bertindak dengan berani dan

memperlakukan orang lain dengan hangat dan hormat.

2. Konsep Diri Negatif

Individu yang memiliki konsep diri yang negatif adalah individu yang

memiliki pandangan yang tidak teratur tentang dirinya, tidak mengenal

siapa dirinya baik kelebihan maupun kekurangannya, berusaha untuk

mengubah konsep dirinya secara terus menerus atau melindungi konsep

dirinya yang kuat dengan cara mengubah atau menolak informasi baru,

menganggap apa yang diperolehnya tidak sebanding dengan apa yang

diperoleh orang lain, membuat tujuan yang sangat tinggi dan tidak realistik

sehingga sering mengalami kegagalan dalam mencapainya, percaya bahwa

dirinya tidak dapat mencapai sesuatu apapun yang berharga. Selain itu

individu yang memiliki konsep diri negatif adalah individu yang memiliki

pandangan yang terlalu stabil dan kaku terhadap dirinya sendiri akibat dari

(34)

tidak menghendaki terjadinya penyimpangan dari seperangkat aturan yang

ada.

Selanjutnya Hurlock (1996) juga membagi konsep diri menjadi dua

tingkatan yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Individu dengan konsep

diri positif mengembangkan sifat percaya diri, harga diri dan kemampuan untuk

melihat dirinya sendiri secara realistis. Individidu juga mampu menilai

hubungannya dengan orang lain secara tepat dan menumbuhkan penyesuaian

pribadi dan sosial yang baik. Sebaliknya individu yang memiliki konsep diri

negatif mengembangkan perasaan tidak mampu dan rendah diri, individu masih

ragu dan kurang percaya diri sehingga menumbuhkan penyesuaian pribadi dan

sosial yang buruk.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka individu yang memiliki konsep diri

positif adalah individu yang mengenal dirinya dengan baik sehingga mampu

menerima segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, mampu

merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas serta mampu menyesuaikan

diri dengan baik. Sedangkan individu yang memiliki konsep diri negatif adalah

individu yang tidak memandang dirinya dengan sangat teratur atau terlalu stabil

serta tidak mampu menyesuaikan diri dengan baik.

II.A.4. Dimensi Konsep Diri

Konsep diri merupakan gambaran mental yang dimiliki oleh individu.

Menurut Calhoun dan Acocella (1990), gambaran mental yang dimiliki individu

memiliki tiga dimensi yaitu pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan tentang

(35)

a. Pengetahuan

Dimensi pertama dari konsep diri adalah pengetahuan. Pengetahuan

berkaitan dengan apa yang kita ketahui tentang diri kita, termasuk dalam

hal ini jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, usia dan sebagainya.

Pengetahuan ini diperoleh individu dengan cara membandingkan dirinya

dengan kelompok pembandingnya. Pengetahuan ini bisa dirubah dengan

cara merubah tingkat laku individu tersebut atau dengan cara mengubah

kelompok pembandingnya.

b. Pengharapan

Dimensi kedua dari konsep diri adalah pengharapan berkaitan dengan

kemungkinan menjadi apa kita dimasa mendatang dan sering disebut

sebagai diri idela (ideal self). Setiap individu memiliki harapan yang

berbeda-beda bagi dirinya sendiri. Harapan dapat membangkitkan

kekuatan yang akan mendorong seseorang untuk mencapai harapan

tersebut dimasa depan.

c. Penilaian

Dimensi terakhir dari konsep diri adalah penilaian. Penilaian menyangkut

unsure evalusia, seberapa besar kita menyukai diri kita sendiri. Semakin

besar ketidak-sesuaian antara gambaran kita tentang diri kita yang ideal

(ideal self) dan yang actual maka akan semakin terendah harga diri kita.

Sebaliknya orang yang memiliki harga diri yang tinggi akan menyukai

siapa dirinya dan apa yang dikerjakannya. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa dimensi penilaian merupakan komponen pembentukan

(36)

kesenjangan antara diri kita yang aktual dan diri kita yang ideal akan

menimbulkan depresi, sementara bila kesenjangan antara diri kita yang

aktual dengan diri kita yang ideal semakin kecil maka kita akan

memperoleh kepuasan.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa konsep diri yang

dimiliki setiap individu terdiri dari 3 dimensi, yaitu pengetahuan mengenai diri

sendiri, penilaian mengenai diri sendiri, dan harapan mengenai diri sendiri.

Pngetahuan adalah apa yang diketahui individu tentang dirinya sendiri yang

diperoleh dengan cara membandingkan dirinya dengan kelompok pembanding.

Pengharapan adalah apa yang diinginkan individu dimasa yang akan datang

Penilaian adalah pengukuran yang dilakukan individu terhadap dirinya saat ini

dengan apa yang menurutnya dapat terjadi dan bagaimana perasaaan individu

terhadap dirinya sendiri.

II.A.5. Perubahan Konsep Diri

Fitts & Hurlock (dalam Eliana, 2003) mengatakan bahwa konsep diri

individu secara kontinu akan berkembang dan mengalami perubahan sepanjang

kehidupan hingga mencapai perkembangan tertentu yang relatif konsisten. Sulit

bagi seseorang untuk menilai keadaan dirinya belum stabil. Konsep diri yang

stabil sangat penting bagi remaja sebagai bukti keberhasilan remaja (dalam Eliana,

2003) ada beberapa faktor yang menyebabkan konsep diri menjadi tidak stabil

yaitu faktor perubahan fisik, lingkungan, dan peran (role).

Pada masa pubertas, remaja mengalami beberapa perubahan fisik yang

(37)

akan berubah dan hal ini merupakan hal yang biasa terjadi dalam kehidupan

seseorang. Perubahan lingkungan juga bisa mempengaruhi perubahan konsep diri.

Misalnya anak yang harus berpisah dengan keluarganya karena kuliah di tempat

lain. Pengalaman ditempat yang baru, tentu berbeda dengan pengalaman ketika

tinggal dengan keluarga.

Perubahan peran juga dapat merubah konsep diri. Hal ini terjadi apabila

individu terpaksa menjalani peran itu atau karena individu tidak siap menjalani

peran baru tersebut. Perubahan peran akan menyebabkan individu

mempertanyakan siapa dirinya, selain itu perubahan peran akan menimbulkan

masalah yang berkaitan dengan hubungan interpersonal sehingga pada akhirnya

akan meningkatkan identitas diri yang negatif (Shereran & Abraham dalam Baron,

1997). Adanya perbedaan tuntutan peran antara laki-laki dengan perempuan oleh

keluarga, sekolah dan masyarakat juga dapat mempengaruhi konsep diri

seseorang. Pria sering diharapkan untuk menjadi kuat, tidak cengeng dan tahan

menghadapi kehidupan sedangkan wanita dibenarkan untuk bersikap lembut atau

menangis. Dengan kata lain peran jenis kelamin turut mempengaruhi konsep diri

individu.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa konsep diri yang

dimiliki setiap individu akan terus berkembang dan mengalami perubahan hingga

mencapai perkembangan tertentu yang relatif konsisten. Beberapa faktor yang

dapat menyebabkan konsep diri menjadi tidak stabil atau berubah yaitu :

(38)

II.B. PENYESUAIAN DIRI II.B.1. Defenisi Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment

atau personal adjustment. Menurut Schneiders (dalam Ali & Asrori, 2004)

penyesuai diri dapat ditinjau dari 3 sudut pandang, yaitu :

1. Penyesuaian diri sebagai adaptasi (Adaptation)

Dilihat dari sudut pandang ini, penyesuaian diri cenderung diartikan

sebagai usaha untuk mempertahankan diri secara fisik, fisiologis, atau

biologis.

2. Penyesuaian diri sebagai konformitas (Conformity)

Dalam sudut pandang ini, setiap individu selalu diarahkan untuk

menghindari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial, maupun

emosional agar mereka tidak ditolak oleh lingkungannya dengan cara

mengikuti norma-norma yang berlaku.

3. Penyesuaian diri sebagai penguasaan (Mastery)

Dalam sudut pandang ini, penyesuaian diri diartikan sebagai kemampuan

untuk merencanakan dan mengorganisasikan respon dalam cara tertentu

sehingga konflik-konflik, kesulitan dan frustasi tidak terjadi. Dengan kata

lain, penyesuaian diri diartikan sebagai kemampuan individu menghadapi

realitas hidup dengan cara yang baik, akurat sehat dan mampu

bekerjasama dengan orang lain secara efektif dan efisien, serta mampu

memanipulasi faktor lingkungan sehingga dorongan emosi, dan kebiasaan

(39)

Berdasarkan tiga sudut pandang diatas, penyesuaian diri dapat diartikan

sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan tingkah laku dapat

diartikan sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan tingkah

laku yang diperjuangkan individu agar dapat menghadapi kebutuhan-kebutuhan

internal, ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan keselarasan

antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dari lingkungan tempat

individu berada.

Menurut Mu’tadin (2005) penyesuai diri merupakan salah satu persyaratan

bagi terciptanya kesehatan jiwa atau mental individu. Dalam proses penyesuaian

diri, individu mengadakan interaksi dengan lingkungannya. Interaksi ini dapat

berupa individu mengubah dirinya sesuai dengan keadaan lingkungan

(penyesuaian pasif) atau mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan dirinya

sendiri (penyesuaian aktif) (Gerungan dalam Sobur, 2005).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri

merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku

individu agar dapat menghadapi kebutuhan dari dalam dirinya, ketegangan,

frustasi serta konflik sehingga hubungan individu dengan lingkungannya menjadi

lebih harmonis.

II.B.2. Karakteristik Penyesuaian Diri

Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri,

karena kadang-kadang ada rintangan tertentu yang menyebabkan individu tidak

berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan tersebut bisa berasal

(40)

Hartono dan Sunarto (2006), penyesuaian diri dapat dilakukan secara baik dan

buruk.

a. Penyesuaian Diri yang Baik

Menurut Hartono & Sunarto (2006) individu yang mampu melakukan

penyesuaian diri dengan baik ditandai dengan hal-hal sebagai berikut :

1. Tindak menunjukkan adanya ketegangan emosional

2. Tidak menunjukkan mekanisme–mekanisme psikologis

3. Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi

4. Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri

5. Memiliki kemampuan untuk belajar

6. Menghargai pengalaman

7. Bersikap realistik dan obyektif

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Schneiders (1964) yang

mengatakan bahwa penyesuaian diri yang baik memiliki 7 karakteristik. Adapun 7

karakteristik penyesuaian diri yang normal menurut scneiders (1964), antara lain:

1. Tidak menunjukkan emosi yang berlebihan (absence of ecessive

emotionality)

Penyesuaian diri yang normal ditandai dengan tidak adanya emosi yang

berlebihan atau emosi yang merusak. Individu mampu menanggapi berbagai

situasi atau masalah dengan emosi yang tenang dan terkontrol.

2. Tidak menunjukkan mekanisme psikologis (absence of psychological

mechanisms)

Dalam menghadapi masalah ataupun konflik, individu yang memiliki

(41)

daripada reaksi yang disertai dengan mekanisme-mekanisme psikologis

seperti rasionalisasi, proyeksi, sour-grape, atau kompensasi.

3. Tidak menunjukkan perasaan frustasi pribadi (absence of the sense of

personal frustration)

Penyesuaian diri yang normal sebagian besar ditandai dengan perasaan

bebas dari frustasi pribadi. Perasaan frustasi hanya akan membuat individu

mengalami kesulitan dan kadangkala tidak memungkinkan individu untuk

beraksi secara normal terhadap situasi atau masalah.

4. Adanya pertimbangan rasional dan pengarahan diri (rational deliberation

and self direction)

Individu yang melakukan penyesuaian diri yang normal biasanya mampu

mempertimbangkan masalah, konflik dan frustasi secara rasional serta

mampu mengarahkan dirinya untuk menyelesaikan masalah yang muncul.

5. Kemampuan untuk belajar (ability to learn)

Proses penyesuaian diri yang normal ditandai dengan sejumlah pertumbuhan

atau perkembangan yang berhubungan dengan cara menyelesaikan

situasi-situasi yang penuh konflik, frustasi dan ketegangan.

6. Memanfaatkan pengalaman (utilization of past experience)

Penyesuian diri yang normal ditandai dengan kemampuan individu untuk

belajar dan memanfaatkan pengalaman masa lalu dalam menghadapi

tuntutan situasi yang ada.

7. Sikap realistik dan objektif (realistic and objective atitude)

Karakteristik ini berhubungan dengan orientasi individu dalam menghadapi

(42)

dan pemikiran rasional yang memungkinkan individu untuk menilai dan

menghargai situasi, masalah, maupun keterbatasan-keterbatasan yang ada.

Menurut Hartono & Sunarto (2006) penyesuaian diri yang baik dapat

dilakukan dengan berbagai cara seperti :

1. Menghadapi masalah secara langsung

Dalam situasi ini individu secara langsung menghadapi masalahnya

dengan segala akibatnya. Individu melakukan segala tindakan sesuai

dengan masalah yang dihadapinya. Misalnya seseorang mahasiswa

terlambat menyerahkan tugas karena sakit maka dia memberitahukan

kepada dosennya apa yang menjadi penyebabnya.

2. Melakukan penjelajahan ( eksplorasi)

Dalam situasi ini individu mencari berbagai pengalaman untuk dapat

menghadapi dan memecahkan masalah. Misalnya seorang mahasiwa yang

merasa kurang mampu dalam mengerjakan tugas akan mencari bahan

untuk menyelesaikan tugas tersebut dengan cara membaca buku,

konsultasi dan diskusi.

3. Coba-coba (trial and eror )

Dalam cara ini individu melakukan suatu tindakan coba-coba dalam arti

kalau menguntungkan akan diteruskan dan kalau gagal tidak diteruskan.

4. Mencari pengganti ( substitusi)

Jika individu merasa gagal dalam menghadapi masalah, maka ia dapat

memperoleh penyesuaian dengan jalan mencari pengganti. Misalnya gagal

nonton film digedung bioskop, dia pindah nonton tv.

(43)

Dalam hal ini individu mencoba menggali kemampuan-kemampuan

khusus yang ada dalam dirinya, kemudian mengembangkannya sehingga

dapat membantu penyesuaian diri. Misalnya seorang mahasiwa yang

mengalami kesulitan dalam keuangan, berusaha mengembangkan

kemampuannya dengan cara memberikan les private. Dari usahanya

tersebut ia dapat mengatasi kesulitan keuangannya.

6. Belajar

Dengan belajar individu akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan

yang dapat membantunya dalam menyesuaikan diri. Misalnya seorang

guru akan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak belajar tentang

berbagai pengetahuan keguruan.

7. Inhibisi dan pengendalian diri

Dalam situasi ini individu berusaha memilih tindakan mana yang harus

dilakukan, dan tindakan mana yang tidak perlu dilakukan. Cara inilah yang

disebut dengan inhibisi. Disamping itu individu harus mampu

mengendalikan dirinya dalam melakukan tindakan.

8. Penyesuaian diri dengan perencanaan yang cermat

Dalam situasi ini individu melakukan tindakan-tindakan berdasarkan suatu

perencanaan cermat. Keputusan akan diambil setelah mempertimbangkan

terlebih dahulu untung ruginya.

Singkatnya individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik/normal

adalah individu yang tidak menunjukkan emosi yang berlebihan, tidak

menunjukkan mekanisme psikologis, tidak menunjukkan frustasi pribadi,

(44)

belajar dapat memanfaatkan pengalaman serta memiliki sikap yang realistik dan

objektif. Penyesuaian diri yang baik dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti

dengan menghadapi masalah secara langsung, eksplorasi, coba-coba, mencari

pengganti, menggali kemampuan diri, belajar, inhibisi dan pengendalian diri serta

perencanaan yang cermat.

b. Penyesuaian Diri yang Buruk

Menurut Hartono & Sunarto (2006) individu yang gagal melakukan

penyesuaian diri yang baik akan melakukan penyesuaian yang buruk. Penyesuaian

diri yang buruk ditandai dengan reaksi-reaksi sebagai berikut :

1. Reaksi bertahan (defence reaction)

Individu berusaha mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak mengalami

kegagalan. Bentuk khusus dari reaksi ini antara lain :

- Rasionalisasi, yaitu reaksi bertahan dengan cara mencari-cari alasan

untuk membenarkan tindakannya.

- Represi, yaitu berusaha untuk menekankan pengalaman yang tidak

menyenangkan kedalam alam tidak sadar. Individu berusaha

melupakan pengalamannya yang kurang menyenangkan.

- Proyeksi, yaitu melemparkan sebab kegagalan dirinya kepada pihak

lain untuk mencari alasan yang dapat diterima.

- Teknik anggur asam atau sour grape, yaitu dengan memutar-balikkan

kenyataan.

(45)

Orang yang memiliki penyesuaian diri yang buruk menunjukkan tingkah

laku yang sifatnya menyerang untuk menutupi kegagalannya. Ia tidak mau

menyadari kegagalannya. Reaksinya selalu tampak dalam tingkah laku :

- Senang mengganggu orang lain

- Selalu membenarkan diri sendiri

- Ingin memiliki segalanya

- Menggertak baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan.

- Menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka

- Menunjukkan sikap menyerang dan merusak

- Keras kepala dalam perbuatannya

- Bersikap balas dendam

- Merampas hak orang lain

- Marah secara berlebihan

3. Reaksi melarikan diri (Escape Reaction)

Dalam reaksi ini individu yang mempunyai penyesuaian diri yang salah

atau buruk akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan

kegagalannya, reaksinya terlihat dalam tingkah laku sebagai berikut :

- Fantasi, yaitu memuaskan keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk

angan-angan (seolah-olah sudah tercapai)

- Regresi, yaitu individu kembali kepada tingkah laku yang menyerupai

perilaku ditingkat perkembangan yang lebih awal.

- Banyak tidur

- Minuman minuman keras

(46)

- Bunuh diri

Singkatnya individu yang memiliki penyesuaian diri yang buruk

menunjukkan ciri-ciri yang berlawanan dengan penyesuaian diri yang baik/normal

dan selalu disertai dengan reaksi-reaksi bertahan, menyerang serta melarikan diri

dalam menghadapi situasi, masalah, konflik maupun ketegangan yang ada.

II.B.3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri

Menurut Hartono & Sunarto (2006) seorang individu tidak dilahirkan

dalam keadaan sudah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan

diri. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagian

dalam hidupnya karena ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri baik dalam

kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya

(Mu’tadin, 2005).

Schneiders (dalam Ali dan Asrori, 2004), mengatakan setidaknya ada lima

faktor yang dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri, yaitu :

1. Kondisi Fisik

Aspek-aspek yang berkaitan dengan kondisi fisik yang dapat

mempengaruhi penyesuaian diri seseorang adalah :

a. Hereditas dan konstitusi fisik

Semakin dekat kapasitas pribadi, sifat atau kecenderungan yang

berkaitan dengan konstitusi fisik maka semakin besar pengaruhnya

terhadap penyesuaian diri. Bahkan dalam hal tertentu kecenderungan

kearah malasuai diturunkan secara genetis melalui temperamen.

(47)

dalam menyesuaikan diri. Faktor lain yang berkaitan dengan konstitusi

fisik dan dapat mempengaruhi penyesuaian diri adalah inteligensi dan

imaginasi.

b. Sistem utama tubuh

Sistem utama tubuh yang memiliki pengaruh terhadap penyesuaian

diri adalah sistem saraf, kelenjar, dan otot. Sistem saraf yang sehat dan

normal merupakan syarat mutlak bagi fungsi psikologis agar dapat

berfungsi secara maksimal dan memiliki pengaruh yang baik pula

terhadap penyesuaian diri individu dan sebaliknya.

c. Kesehatan fisik

Kondisi fisik yang sehat dapat menimbulkan penerimaan diri, percaya

diri, harga diri yang sangat penting bagi proses penyesuaian diri.

Contohnya individu yang sangat lelah akan kurang percaya diri dan

kurang mampu melaksanakan tugas dengan baik dan penuh tanggung

jawab.

2. Kepribadian

Unsur-unsur keperibadian yang penting pengaruhnya terhadap

penyesuaian diri adalah :

a. Kemauan dan kemampuan untuk berubah

Sebagai suatu proses yang dinamis dan berkelanjutan, penyesuaian

diri membutuhkan kecenderungan untuk berubah dalam bentuk

kemauan, perilaku dan sikap. Oleh sebab itu, semakin kaku dan tidak

(48)

maka semakin besar kemungkinannya untuk mengalami kesulitan

dalam penyesuaian diri.

b. Pengaturan diri

Kemampuan mengatur diri dapat mencegah individu dari keadaan

malasuai dan penyimpangan kepribadian. Kemampuan pengaturan diri

ini dapat mengarahkan kepribadian normal mencapai pengendalian

diri dan realisasi diri.

c. Realisasi diri

Proses penyesuaian diri sangat erat kaitannya dengan perkembangan

kepribadian. Jika perkembangan kepribadian berjalan normal

sepanjang masa kanak-kanak dan remaja maka didalamnya tersirat

potensi latent baik dalam bentuk sikap, tanggung jawab, penghayatan

nilai-nilai, penghargaan diri dan lingkungan serta karakteristik

lainnya menuju pembentukan kepribadian yang dewasa.

d. Inteligensi

Baik-buruknya penyesuaian diri individu ditentukan oleh kapasitas

inteligensinya, sebab inteligensi dapat mempengaruhi perkembangan

gagasan, prinsip dan tujuan. Contohnya, kualitas pemikiran individu

memungkinkan individu tersebut untuk memilih dan mengambil

keputusan penyesuaian diri secara inteligen dan akurat.

3. Pendidikan

Unsur-unsur pendidikan yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri

(49)

a. Belajar

Kemauan belajar merupakan unsur penting dalam penyesuaian diri

individu karena pada umumnya respon-respon dan sifat kepribadian

yang diperlukan bagi penyesuaian diri diperoleh dan menyerap

kedalam diri individu melalui proses belajar.

b. Pengalaman

Pengalaman yang menyehatkan dan pengalaman traumatik memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap proses penyesuian diri. Pengalaman

yang menyehatkan dapat dijadikan dasar untuk ditransfer oleh individu

ketika harus menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Sementara

pengalaman traumatik hanya akan membuat individu cenderung

ragu-ragu, kurang percaya diri, rendah diri, atau bahkan merasa takut ketika

harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.

c. Latihan-Latihan

Latihan merupakan proses belajar yang diorientasikan kepada

perolehan keterampilan atau kebiasaan. Tidak jarang seseorang yang

sebelumnya memiliki kemampuan penyesuaian diri yang kurang baik

dan kaku, tetapi karena melakukan latihan sungguh-sungguh akhirnya

lambat laun menjadi bagus dalam melakukan penyesuaian diri dengan

lingkungan yang baru.

d. Determinasi diri

Kemampuan individu dalam menentukan dirinya sendiri sangat

(50)

mengalami penolakan dari orang tuanya menyebabkan individu

tersebut merasa ditolak oleh orang lain ataupun lingkungannya.

Dengan determinasi diri, individu tersebut secara bertahap dapat

mengatasi penolakan maupun pengaruh buruk lainnya yang muncul

karena penolakan orang tua tersebut.

4. Lingkungan

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap penyesuaian diri meliputi:

a. Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan utama yang sangat

penting dalam proses penyesuaian diri individu. Unsur-unsur dalam

keluarga, seperti interaksi orang tua dengan anak, interaksi anggota

keluarga, peran sosial dalam keluarga, karakteristik anggota keluarga,

dan gangguan dalam keluarga akan berpengaruh terhadap penyesuaian

diri individu.

b. Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah juga dapat menjadi kondisi yang memungkinkan

berkembang atau terhambatnya proses perkembangan penyesuaian diri

individu. Pada umumnya sekolah dipandang sebagai sarana yang

berguna untuk mempengaruhi kehidupan dan perkembangan

intelektual, sosial, nilai-nilai, sikap dan moral siswa.

(51)

Lingkungan masyarakat juga dapat mempengaruhi perkembangan

penyesuaian diri individu. Konsistensi nilai-nilai, sikap, aturan-aturan,

norma moral, dan perilaku masyarakat akan di identifikasi oleh

individu yang berada dalam masyaarakat tersebut sehingga akan

berpengaruh terhadap perkembangan penyesuaian dirinya.

d. Agama dan Budaya

Agama berkaitan erat dengan faktor budaya. Agama memberikan

sumbangan nilai-nilai, keyakinan, yang memberi makna sangat

mendalam, tujuan serta kestabilan dan keseimbangan individu. Budaya

merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan

individu, hal ini dapat dilihat dari karakteristik budaya yang

diwariskan kepada individu melalui berbagai media dalam lingkungan

keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dengan demikian baik agama

maupun budaya memiliki pengaruh yang berarti bagi perkembangan

penyesuaian diri individu.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi fisik, kepribadian, pendidikan,

lingkungan, agama dan budaya.

(52)

Menurut Mu’tadin (2005) penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu :

1. Penyesuaian Pribadi

Penyesuian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya

sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan

lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya,

apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak objek sesuai

dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi

ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggung

jawab, dongkol, kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya.

Kehidupan kejiwaaannya ditandai dengan tidak adanya kecemasan yang

menyertai rasa bersalah, rasa tidak puas, rasa kurang serta keluhan

terhadap nasib yang dialaminya. Sebaliknya kegagalan penyesuaian diri

pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan

dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.

2. Penyesuaian Sosial

Penyesuaian sosial dapat diartikan sebagai keberhasilan seseorang dalam

menyesuaikan diri dengan orang lain pada umumnya dan terhadap

kelompoknya pada khususnya. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup

hubungan sosial tempat individu berinteraksi dengan orang lain.

Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat

disekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat

disekitar tempat tinggalnya, atau masyarakat luas secara umum. Dalam

penyesuaian sosial, individu harus mematuhi norma-norma dan peraturan

(53)

melakukan penyesuaian sosial dengan baik akan mengembangkan sikap

sosial yang menyenangkan, seperti bersedia untuk membantu orang lain,

meskipun mereka sendiri mengalami kesulitan.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ada 2 aspek

dalam penyesuaian diri. Pertama penyesuaian pribadi, yaitu kemampuan individu

untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara

individu dengan lingkungan disekitarnya. Kedua adalah penyesuaian sosial, yaitu

keberhasilan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan orang lain secara umum

dan dengan kelompoknya secara khusus.

II.C. PRESTASI BELAJAR II.C.1. Defenisi Belajar

Belajar adalah perubahan perilaku peserta didik secara bertahap, terarah,

melalui satu proses terencana dan bertahap, sehingga pada akhirnya proses belajar

peserta didik akan memiliki keterampilan. Menurut Syah (1995) belajar adalah

kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap

penyelenggaraan jenis pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya

pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang

dijalani oleh peserta didik, baik ketika mereka berada di sekolah/kampus, maupun

di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Suryabrata (1995) mengatakan

bahwa hasil belajar akan nampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan.

II.C.2. Defenisi Prestasi Belajar

Menurut Gage dan Berliner (1984) prestasi belajar adalah segala sesuatu

(54)

( dalam Suryabratra, 1995) prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki seseorang setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Chaplin

(1997) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil akademis yang digunakan

baik dalam bentuk lisan, tertulis, dan tugas-tugas. Adapun tujuan dari penilaian

prestasi belajar adalah untuk mengetahui prestasi atau hasil yang telah dicapai

oleh peserta didik dalam belajar.

Di perguruan tinggi, prestasi belajar mahasiswa ditentukan oleh angka

indeks prestasi. Indeks prestasi ditentukan pada setiap akhir semester dalam

bentuk evlauasi perkuliahan dan evaluasi praktikum. Evaluasi perkuliahan

dilakukan dengan cara mengadakan ujian tengah semester dan ujian akhir

semester serta nilai tugas, sedangkan evaluasi praktikum merupakan gabungan

nilai dari pelaksanaan kegiatan praktikum, laporan praktikum dan ujian praktikum

(Yoel dkk., 2002).

Indeks prestasi selama satu semester disebut sebagai indeks prestasi

semester (IPS), yang dihitung dengan cara mengalikan jumlah beban kredit yang

diambil dalam satu semester dengan bobot prestasi masing-masing mata kuliah

kemudian membaginya dengan jumlah beban kredit yang diambil selama satu

semester.

Berdasarkan nilai indeks prestasi yang diperoleh mahasiswa maka dapat

ditentukan berapa jumlah beban SKS maksimum yang bisa dibawa oleh setiap

mahasiswa untuk semester berikutnya. Hal ini dapat dilihat melalui daftar tabel 2

berikut ini :

Tabel 2

Beban Studi Berdasarkan Indeks Prestasi

(55)

IP SEMESTER BEBAN SKS MAKSIMUM

 3 24

2,50 – 2,99 22

2,00 – 2,49 20

1,50 – 1,99 17

< 1,50 15

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah

tingkat keberhasilan belajar dan kemampuan yang dicapai seseorang setelah

mengikuti proses belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka ataupun huruf. Di

Perguruan Tinggi prestasi belajar mahasiswa dapat dilihat dalam bentuk indeks

prestasi yang diperoleh mahasiswa dalam setiap semester.

II.C.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Marwaty (2003) mengatakan bahwa sukses tidaknya seorang mahasiswa di

Perguruan Tinggi dipengaruhi oleh banyak faktor mulai dari birokrasi sistem

perkuliahan, dosen, lingkungan, keluarga, maupun faktor yang bersumber dari diri

individu tersebut. Sementara menurut Hakim (2000) prestasi belajar peserta didik

tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik itu

sendiri. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh beberapa

faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri orang yang belajar dan faktor yang

berasal dari luar diri orang tersebut ( Hakim, 2000).

a. Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar :

Gambar

Tabel 1.
Tabel 3
Tabel 5
Tabel 6
+7

Referensi

Dokumen terkait

agar siswa memiliki konsep diri yang positif dalam berprestasi dengan cara percaya akan kemampuan yang dimiliki, melakukan kompetisi dalam prestasi. belajar dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar siswa SMU Muhammadiyah 1 Temanggung. (2) Peranan konsep diri terhadap

Judul : Hubungan antara Efikasi Diri dan Dukungan Sosial dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.. Menyatakan bahwa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan kecemasan memulai mengerjakan skripsi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan kecemasan memulai mengerjakan skripsi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

Konsep diri penting dalam mengarahkan kemampuan yang dimiliki untuk memandang dirinya, dan memberi penilaian pada dirinya yang menimbulkan motivasi berprestasi mahasiswa dalam

Dijelaskan pula dalam penelitiannya Yuhana (2008, h.12) bahwa keterbukaan diri individu terhadap lingkungan akan mempengaruhi kesepian pada mahasiswa, semakin

Seperti pada penelitian Lis Sugiarta Purba dengan judul hubungan regulasi diri dengan prestasi belajar mahasiswa perantau di universitas x surabaya menemukan suatu hubungan positif