TUGAS AKHIR
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI TENTANG
TATA CARA PENYELESAIAN ADMINISTRASI PEMINDAHAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA
DIAJUKAN O
L E H
NAMA : YUDI ROZA EFFENDI NIM : 062600144
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN TUGAS AKHIR INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH
NAMA : YUDI ROZA EFFENDI
NIM : 062600144
Prog. Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan
Judul : TATA CARA PENYELESAIAN ADMINISTRASI PEMINDAHAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN
PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA
KetuaProgram Studi D-III Dosen Pembimbing Supervisor
Administrasi Perpajakan Lapangan
(Drs. Alwi H. Batubara, M,si) (Dra, Elita Dewi, MSP) (Rikardo Sitanggang)
NIP. 196401081991021001 NIP. 19000704198012002 NIP195512281980031004
Diketahui Oleh : Dekan FISIP USU
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan rahmat serta
hidayahNYA, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
yang berjudul “TATA CARA PENYELESAIAN ADMINISTRASI PEMINDAHAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA”.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi pada Progam Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penulis berharap laporan ini dapat memberikan
sumbangan kepada siapapun yang membaca laporan ini untuk mendalami masalah perpajakan.
Dalam penyelesaian laporan ini penulis mengalami berbagai kesulitan, akan tetapi berkat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan laporan ini
sebagaimana mestinya. Pada kesempatan ini secara khusus penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih sebagai penghargaan dan rasa cinta yang paling tulus kepada Ayah dan Ibu tercinta,
serta adik yang saya sayangi yang telah memberikan doa, dorongan dan bantuan baik secara
moril maupun materil.
Pada kesempatan sekarang ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
2. Bapak Drs. Alwi Hashyim Batubara, M.si selaku Ketua Program Diploma III
Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dra. Elita Dewi, MSP selaku Dosen Wali dan Dosen Pembimbing yang telah
banyak memeberikan bantuan berupa motivasi dan masukan yang berharga dalam
menyelesaikan laporan PKLM ini.
4. Seluruh Dosen dan staf pengajar serta pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Rikardo Sitanggang selaku Kasubbag. Umum dan Bapak A. Situmorang, SE. Ak.
selaku Kepala Seksi Pelayanan serta seluruh pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Kota yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan laporan ini.
6. Teristimewa untuk kedua orang tua ku beserta adik-adik yang kusayangi yang telah
banyak memberikan bantuan moril dan materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan PKLM ini.
7. Untuk semua orang yang telah menjadi guratan indah hidup saya,terutama utama
side,fateful familia,ROZAnet,,EMPATBELAS,H2R,RAFTWAY-D,NORTHPUNCH.
8. Untuk teman-temanku Cici, Tita, Tika, Retno, Fanny, Luly, Joker, Imei, Friska, Panji,
Yanta, Roy, Ricky, Yanta, Robinson, Rio, Beben, Benny, Dody, Mada, Ook,
Rico,Amar,Dian binje,Dian tebing, Aong, serta teman-teman anak C stambuk 2006 yang
lain, yang sudah menjadi bagian dari perjalanan hidup yang tak terlupakan dan tak
Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan berkah dari Allah
SWT. Akhir kata penulis mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan,. AMIN.
Medan, Juli 2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………...i
DAFTAR ISI………...iv
BAB I PENDAHULIAN 1.1Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………..1
1.2Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………..4
1.3Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)……….6
1.4Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………..7
1.5Metode Pengumpulan Data………...8
1.6Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)….9 BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN KOTA 2.1Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Kota…..………11
2.2Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota………..16
2.3Bidang-Bidang Kerja KPP Pratama Medan Kota….………..18
BAB III GAMBARAN DATA PKLM 3.1Defenisi Pajak………..23
3.2Dasar Hukum………...24
3.3Fungsi Pajak……….………25
3.4Sistem Pemungutan Pajak……….………...25
3.6Pengelompokkan Pajak……….………...28
3.7Asas Pemungutan Pajak……….………..29
3.8Tarif Pajak………...30
3.9Nomor Pokok Wajib Pajak………...………...31
3.10 Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak…..………34
3.11 Tempat Pendaftaran NPWP……….35
3.12 Cara Pendaftaran NPWP Melalui Elektronik………..36
3.13 Penghapusan NPWP dan Persyaratannya………37
3.14 Pengertian Wajib Pajak Pindah………...………38
3.15 Tata Cara Pemindahan NPWP……….38
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA 4.1 Tata Cara Mutasi Pajak………42
4.2 Manfaat Pemindahan Pengadministrasian Wajib Pajak………..45
4.3 Tugas-tugas dalam Pemindahan Wajib Pajak………..45
4.4 Kendala yang di hadapi dalam Pelaksanaan Penyelesaian Administrasi Pemindahan NPWP….………56
4.5 Upaya-upaya yang ditempuh untuk Mengatasi Kendala dalam Menghadapi Administrasi Pemindahan NPWP………57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………..60
5.2 Saran………61
DAFTAR PUSTAKA ………...vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Peranan pajak sebagai penerimaan dalam negeri semakin besar. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya rencana penerimaan negara yang berasal dari pajak sebagai sumber utama
anggaran pembangunan. Berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 Perubahan Ketiga atas
Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan bahwa Pajak
adalah konstribusi wajib kepada negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Berdasarkan Undang Undang diatas, dicantumkan system self assessment system,yaitu
suatu system yang memberikan wewenang kepada Wajib Pajak (WP) intuk mementukan sendiri
besarnya pajak yang terhutang, mulai dati menetapkan menghitung, menyetor, sampai
melaporkan sendiri pajak yang terhutang. Dalam system ini fiskus tidak ikut campur tangan dan
hanya mengawasi, guna menghindari kesalahan dalam tata cara atau proses pengadministrasian
pelaporan pembayaran pajak, WP memerlukan administrasi yang jelas juga mengetahui prosedur
untuk menyampaikan serta memenuhi kewajiban nya tersebut. Sarana yang dimaksud adalah
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1
butir 6. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada WP sebagai sarana
dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal WP dalam pemenuhan
Petugas pajak juga diharapkan dapat membreikan pelayanan yang baik bagi Wajib Pajak.
Demikian juga apabila ada WP yang berpindah tempat tinggal atau tempat kedudukan wilayah
kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang lain. Terkadang ada Wajib Pajak yang tidak
melaporkan kepindahan nya ke Kantor Pelayanan Pajak nya yang lama, tetapi langsung
melaporkan kewajiban pembayaran pajak nya di Kantor Pelayanan Pajak nya yang baru.
Kewajiban pelaporan diri Wp yang pindah / mutasi telah diatur dalam keputusan Dirjen Pajak
yaitu KEP 161/PJ/2001. Karena apabila WP tersebut tidak melaporkan kepindahan nya, maka
dapat mempengaruhi kelancaran proses pengadministrasian di KPP. Oleh karena itu sangat
penting bagi WP untuk melaporkan kepindahan nya serta mengetahui dengan jelas tata cara atau
prosedur pemutasian NPWP tersebut.
Berdasarkan ada nya pemikiran tersebut maka pada Praktek Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM) ini penulis berkeinginan untuk membahastentang pemutasian atau pemindahan NPWP
tersebut. Tentang bagaimana Wajib Pajak melaporkan kepindahan nya, hambatan hambatan dan
kerugian apa saja yang akan terjadi jika Wajib Pajak tidaj melaporkan kepindahan nya, serta apa
saja yang dilakukan Petugas Pajak dalam melakukan Proses Pemutasian NPWP tersebut. Hal
mengenai pemindahan NPWP ini juga merupakan faktor penting dalam kelancaran proses
pemungutan pajak itu sendiri. Pada Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini penulis akan
melakukan riset tentang Pemutasian NPWP di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan
Kota. Yang wilayah kerja nya meliputi Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Amplas,
Hal yang mengenai pemindahan atau pemutasia NPWP tersebut yang akan penulis bahas
sebagai syarat menyelesaikan Studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
1.2Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1.2.1 Tujuan PKLM
Adapun tujuan dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengadministrasian pemindahan NPWP
b. Untuk mengetahui tata cara penyelesaian administrasi NPWP.
c. Untuk mengetahui kendala kendala yang dihadapi dalam Tata Cara Penyelesaian
Administrasi Pemindahan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP
d. Untuk mengetahui jumlah Wajib Pajak yang menyelesaikan Administrasi
Pemindahan NPWP di Kantoe Pelayanan Pajak.
1.2.2 Manfaat PKLM 1.2.2.1Bagi Mahasiswa
a. Sebagai bahan dalam mengetahui tata cara pemindahan NPWP di Kantor Pelayanan
Pajak.
b. Mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari di perkuliahan ke dunia kerja nyata.
c. Untuk melakukan sosialisasi antara mahasiswa sebagai tenaga ahli yang siap pakai
dengan Kantor Pelayanan Pajak.
1.2.2.2Bagi Kantor Pelayanan Pajak
a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor Pelayanan
lembaga pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas
Sumatera Utara.
b. Sebagai masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak dalam meningkatkan kinerja nya.
1.2.2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
a. Membuka interaksi antara Diploma III Administrasi Perpajakan dengan instansi
pemerintah yang bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu
pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui PKLM.
b. Sebagai bahan referensi penelitian lain nya dalam bidang Administrasi Perpajakan.
c. Guna mempromosikan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan dari lembaga
pendidikan nasional khususnya Universitas Sumatera Utara dengan persepsi umum.
1.3Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dilaksanakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Kota khususnya di Seksi Pelayanan dan Data yang diperoleh penulis adalah data pada
tahun 2008. Disini penulis akan melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri mengenai Tata Cara
Penyelesaian Administrasi Pemindahan NPWP.
Adapun ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah:
1.Pengadministrasian Pemindahan NPWP
2.Tata cara Penyelesaian Administrasi Pemindahan NPWP
3.Kendala yang dihadapi dalam penyelesaian Administrasi Pemindahan NPWP.
1.4 Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun sumber-sumber data yang diperoleh penulis untuk mendukung pembuatan laporan
ini adalah:
1.4.1 Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari pemilihan objek
PKLM, lokasi PKLM, pengajuan proposal dan surat pengantar.
1.4.2 Studi Literatur
Penulis mencari berbagai sumber-sumber bacaan seperti buku-buku, undang-undang dan
tinjauan ke perpustakaan serta pendapat para ahli yang berhubungan dengan PKLM.
1.4.3 Observasi Lapangan
Penulis akan mencari data yang berhubungan dengan tata cara pengadministrasian
pemindahan nomor pokok Wajib Pajak, dan data Wajib Pajak yang mengalami proses
pemindahan.
1.4.4 Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data sebagai berikut:
1.4.4.1Data Primer
Adalah data yang diperoleh melalui wawancara terhadap orang-orang yang dianggap
mampu memberikan informasi serta observasi penulis di lapangan tempat objek PKLM.
1.4.4.1Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh melalui studi literatur seperti sumber-sumber Pustaka,
1.4.5 Analisis dan Evaluasi
Yaitu kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisa permasalahan dan kendala
yang dihadapi dan mencari tahu atau menanyakan solusi yang terbaik untuk memecahkan
masalah tersebut kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
1.5 Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dan informasi yang lengkap maka penulis menggunakan metode
antara lain:
1.5.1 Daftar Pertanyaan (Interview Guide)
Dengan metode ini penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak
yang berkompeten dalam Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota untuk
mendapatkan data yang diperlukan dan mendokumentasikannya. 1.5.2 Daftar Observasi (Observation Guide)
Penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang hendak diteliti pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota untuk mendapatkan data dan informasi.
1.5.3 Daftar Dokumentasi (Optional Guide)
Kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang
telah diperoleh dari instansi.
1.6 Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKLM)
Adapun yang menjadi maksud dalam membuat sistematika penulisan adalah untuk
laporan PKLM dibuat dalam 5 (lima) bab dengan sub bab dan diberi penjelasan yang terperinci
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang dalam penyusunan
laporan PKLM, tujuan dan manfaat, ruang lingkup, metode PKLM, metode
pengumpulan data dan sistematika penulisanlaporan PKLM.
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Kota, struktur organisasi, uraian kegiatan yang ada pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
BAB III GAMBARAN TENTANG DATA PKLM
Pengertian pajak, dasar hukum, fungsi pajak, sistem pemungutan pajak, syarat
pemungutan pajak, pengelompokkan pajak asas pemungutan pajak, tarif pajak,
pengertian NPWP, Fungsi NPWP, tempat pendaftaran NPWP, cara pendaftaran
NPWP melalui elektronik, penghapusan NPWP dan persyaratannya, pengertian
Wajib Pajak pindah (mutasi) dan prosedur pemutasian Nomor Pokok Wajib
Pajak.
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Penulis menguraikan tentang analisis dan evaluasi data yang diperoleh selama
pelaksanaan PKLM.
Dalam bab ini penulis memberikan kesimpulan dan saran berdasarkan gambaran
pada bab-bab sebelumnya. Serta saran dari penulis yang mungkin dapat diambil
menjadi tindakan konkrit untuk mengatasi masalah yang ada dan diharapkan
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
2.1Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor
Pelayanan Pajak bernama “Belasting”, yang kemudian setelah kemerdekaan berubah menjadi
Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi kantor Inspeksi Pajak dengan induk
organisasinya Direktorat Jenderal Pajak Republik Indonesia. Sebelum tahun 1976 , Kantor
Pelayanan Pajak bernama Kantor Inspeksi Pajak Medan dan oleh Pemerintah dipecah menjadi
dua bagian yaitu :
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang berdomisili di Jl. Suka Mulya No.17A Medan,
dan
2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan yang berdomisili di Jl. Diponegoro No. 30A
Medan.
Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga Kantor Inspeksi Pajak, yaitu :
a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan
b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara
c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Di tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua yaitu Kantor
Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memudahkan
pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin
cepat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur (sekarang Kantor Pelayanan
Sebelum Indonesia merdeka, masalah pajak ini dikelola oleh Pemerintah Hindia Belanda
yang segala peraturannya diatur menurut Undang-Undang tentang Perpajakan yang disesuaikan
dengan iklim dan kebudayaan Indonesia saat itu.
Pada tanggal 1 April 1979, Kantor Inspeksi Pajak di seluruh Indonesia diubah namanya
menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Begitu juga halnya dengan yang ada di kota Medan.
Bahkan Kantor Inspeksi Pajak di Medan dulunya terbagi atas dua bagian, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara, yang berdomisili di Jl. Diponegoro No.17 A, dan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan, yang berdomisili di Jl. Diponegoro. No. 30 A.
Sesuai Surat Keputusan Menteri mengenai Kantor Pelayanan Pajak, jajaran Kantor Wilayah I
Sumatera Utara, terdiri dari :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara, yang berdomisili di Jl. Kejaksaan No. 2 Medan,
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, yang berdomisili di Jl. Suka Mulya No.17 A
Medan,
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, yang berdomisili di Jl. Diponegoro No.30 A
Medan, dan
4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai, yang berdomisili di Jl. Binjai Km. 7.5
Dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 267/KMK.01/1989 tanggal 25
Maret 1989, telah diadakan reorganisasi Direktur Jenderal Pajak, dimana dalam Keputusan
Menteri Keuangan tersebut disebutkan tentang penggantian nama Kantor Inspeksi Pajak menjadi
Kantor Pelayanan Pajak, juga dibentuk Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.
Dan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.443/KMK.01/2001
tentang “Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Pajak di Kotamadya Medan menjadi enam
Dan terakhir sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan yang mulai berlaku 1 April 2007,
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terbagi menjadi :
1. KPP Medan Barat, yang berdomisili di Jl. Suka Mulya No. 17 A Medan,
2. KPP Medan Polonia, yang berdomisili di Gedung Keuangan Negara Jl. Diponegoro
No.30 A Medan,
3. KPP Medan Timur, yang berdomisili di Jl. Diponegoro No. 30 A Medan,
4. KPP Medan Belawan, yang berdomisili di Jl. Asrama No. 7 A Medan,
5. KPP Medan Kota, yang berdomisili di Gedung Keuangan Negara Jl. Diponegoro No. 30
A Medan,
6. KPP Binjai, yang berdomisili di Jl. Binjai Km. 7.5,
7. KPP Madya Medan, yang berdomisili di Gedung Graha Niaga II Jl. Putri Hijau No. 20
Medan.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak
Medan Timur yang berdasarkan kepada :
a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli
2001.
b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 58/KMK.01/2002 tanggal 26
Februari 2002.
Berdasarkan penjelasan sejarah Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota diatas, Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Medan Kota pada tanggal 27 Mei 2008 sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 131/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan yang telah
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, pada akhir tahun 2008, Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) di seluruh jajaran Direktorat Jenderal Pajak terdiri dari 3 (tiga) jenis,
yaitu :
1. KPP Wajib Pajak Besar yang terdiri dari KPP Wajib Pajak Besar Satu, KPP Wajib Pajak
Besar Dua, dan KPP Badan Usaha Milik Negara.
2. KPP Madya yang terdiri dari KPP Penanaman Modal Asing, KPP Perusahaan Masuk
Bursa, KPP Badan dan Orang Asing, KPP Madya Medan, KPP Madya Palembang, KPP
Madya Pekanbaru, KPP Madya Batam, KPP Madya Tanggerang, KPP Madya Bekasi,
KPP Madya Jakarta Pusat, KPP Madya Jakarta Barat, KPP Madya Jakarta Selatan, KPP
Madya Jakarta Timur, KPP Madya Jakarta Utara, KPP Madya Bandung, KPP Madya
Semarang, KPP Madya Surabaya, KPP Madya Sidoarjo, KPP Madya Malang, KPP
3. KPP Pratama.
Beberapa karakteristik untuk setiap jenis KPP, diantaranya dapat dijelaskan dalam tabel di
bawah ini.
Nasional (Regional) Kecil ( SME)
2. Jenis Wajib Pajak
Badan Badan(Corporate)
Badan dan OP (Corporate) dan Ekspatriat
3. Jumlah Wajib 5. PPN Sentralisasi Sentralisasi Desentralisasi 6. P2PPH Desentralisasi Desentralisasi Desentralisasi
7. Penugasan AR Sektor
Industri Sektor Industri Wilayah
8. Fungsi Tidak Tidak Ada
Ekstensifikasi Ada Ada
9. Jumlah Eselon
IV 9 (Sembilan) 9 (Sembilan) 10 (Sepuluh)
10. Wilayah Kerja Nasional Regional Lokal
Pembentukan KPP Wajib Pajak Besar dan KPP Madya telah diselesaikan pada akhir tahun
2006, sedangkan KPP Pratama yang ada saat ini baru berjumlah 15 KPP Pratama, yaitu KPP
Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat dan pembentukan KPP Pratama untuk seluruh
Indonesia direncanakan akan diselesaikan pada akhir tahun 2008. Sebagaimana lazimnya KPP
yang menerapkan sistem administrasi perpajakan modern, KPP Pratama juga memiliki beberapa
Penggabungan KPP, KPPBB, dan Karipka, Prinsip Utama Penggabungan KPP, KPPBB, dan
Karipka adalah tidak menghilangkan tugas dan fungsi yang sebelumnya ada di masing-masing
kantor tersebut tetapi membagi hasil seluruh tugas yang ada ke masing-masing seksi pada KPP
Pratama sesuai dengan fungsinya. Seksi-seksi yang memiliki tugas dan fungsi yang sama
2.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
Struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah
struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh seorang kepala kantor dibawah naungan
kantor wilayah DJP Sumatera bagian Utara, dimana seluruh pegawai adalah pegawai negeri sipil
Republik Indonesia di bawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia.
Secara umum tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama meliputi :
1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian
informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak
Bumi dan Bangunan,
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,
3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat
Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya,
4. Penyuluhan perpajakan,
5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak,
6. Pelaksanaan ekstensifikasi,
7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak,
8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak
9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak,
10.Pelaksanaan konsultasi perpajakan,
11.Pelaksanaan Intensifikasi,
12.Pembetulan ketetapan pajak,
13.Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau
14.Pelaksanaan administrasi kantor.
Setelah adanya modernisasi perpajakan tahun 2006 s/d 2008 Kantor Pelayanan Pajak
Pratama yang berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama
terbagi menjadi beberapa seksi yaitu :
1. Sub.bagian Umum
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Penagihan
5. Seksi Pemeriksaan
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
2.3 Bidang-Bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota 2.3.1 Kepala Kantor
Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPBB, dan Karikpa maka
Kepala Kantor KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan,
pelayanan ,dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Tidak Langsung
Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam
wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.3.2Sub Bagian Umum (Subbag. Umum)
Membantu dan menunjang kelancaran tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan
tugas dan fungsi pelayanan Subbagian Umum yaitu :
1. Penerimaan Dokumen di KPP.
2. Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Subbagian Umum.
3. Penyampaian Dokumen di KPP.
4. Pelaksana Pelantikan, Sumpah dan Serah Terima Jabatan serta Pengambilan Sumpah
Pegawai Negeri Sipil.
5. Permintaan Pengujian Kesehatan Pegawai.
6. Pembuatan Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa.
7. Penyusunan Laporan/Daftar Realisasi Anggaran Belanja.
2.3.3Seksi Pelayanan
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan
produk hukum perpajakan pada Seksi Pelayanan yaitu :
2. Penatausahaan Surat, Dokumen dan Laporan Wajib Pajak pada Tempat Pelayanan
Terpadu.
3. Perubahan Identitas Wajib Pajak.
4. Penyelesaian Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
5. Penyelesaian Pemindahan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Lama.
Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan, pengolahan
data pada Seksi Pengolahan Data dan Informasi yaitu :
1. Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi PDI.
2. Penatausahaan Alat Keterangan.
3. Pembentukan Bank Data.
4. Pemanfaatan Bank Data.
5. Pembuatan dan Penyampaian Surat Perhitungan (SPH) kirim ke Kantor Pelayanan Pajak
lainnya.
6. Penyusunan Rencana Penerimaan Pajak berdasarkan Potensi Pajak, Perkembangan
Ekonomi dan Keuangan.
Seksi Pengawasan dan Konsultasi ( I, II, III, IV )
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak pada Seksi Pengawasan dan Konsultasi yaitu :
1. Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
2. Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).
3. Penerbitan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB).
5. Penetapan Wajib Pajak Patuh.
Seksi Ekstensifikasi
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan
pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak,dan
kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Seksi Pemeriksaan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan rencana
pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat
Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
Seksi Penagihan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan
penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan
penghapusan piutang pajak sesuai ketentuan yang berlaku.
Kelompok Jabatan Fungsional
Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional
Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama. Dalam
melaksanakan pekerjaanya, Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi
Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ektensifikasi.
. Account Representative
Dalam organisasi KPP Pratama terdapat jabatan Account Representative (Staf Pendukung
Pelayanan) yang berada di bawah pengawasan dan bimbingan Kepala Seksi Pengawasan dan
Konsultasi. Ikhtisar tugas Account Representative adalah sebagai berikut:
2. Bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan.
3. Penyusunan Profil Wajib Pajak.
4. Analisis kinerja Wajib Pajak.
5. Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi.
6. Melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.
7. Memberikan informasi perpajakan.
Pembagian tugas kinerja Account Representative dilakukan dengan membagi habis
wilayah kerja seksi Pengawasan dan Konsultasi berikut seluruh pengawasan pemenuhan
kewajiban perpajakannya (PPh, PPN, PBB, BPHTB, dan pajak lainnya). Untuk mempermudah
pembagiannya wilayah kerja Account Representative dapat digunakan Peta Wilayah/Blok PBB
BAB III
GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
3.1Defenisi pajak
Para ahli dalam bidang perpajakan memberikan pengertian yang berbeda-beda tentang
perpajakan, namun pada dasarnya maksud dan tujuannya adalah sama.
Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja,dalam desertasi nya yang berjudul Pajak
Berdasrkan Azas Gotong Royong, menyatakan “Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau
barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya
produksi barang-barang dan jasa-jasa dalam mencapai kesejahteraan umum.
Menurut Prof. DR. Rachmat Seomitro, SH dalam buku nya Dasar Dasar Hukum Pendapatan
(1990:5) menyatakan“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (pengalihan kekayaan
partikelir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal (tegen prestasi) yang langsung dapat ditunjuk yang digunakan untuk
membiayai pengeluaran umum.
Menurut Pasal 1 UU No. 28 tahun 2007 menyatakan : “pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifar memaksaberdasrkan Undang
Undang dengan tidak mendapat timbal balik sebara langsung dan digunakan untuk keperluan
Dari defenisi tersebut diatas dapat diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak,
yaitu :
a. Pajak dapat dipaksakan pemungutannya (berdasarkan undang-undang).
b. Membayar pajak tidak mendapatkan kontra prestasi/timbal balik secara langsung.
c. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
Pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara.
3.2Dasar Hukum
1. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-161/PJ/2001 tangal 21 Februari 2001
Tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara
Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak serta Pengukuhan dan
Pencabutan Pengukuhan Pegusaha Kena Pajak.
2. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 94/MK.01/1994 tentang
Organisasi tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak.
3. Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, dan
Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi perpajakan.
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008 tentang Perubahan kedua atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata
3.3Fungsi Pajak
Berdasarkan ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak diatas ada dua fungsi pajak, yaitu:
a. Fungsi Budgeter
Yaitu fungsi yang letaknya disektor publik dimana pajak merupakan suatu sumber untuk
memasukkan uang ke kas negara yang akan digunakan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran rutin negara, dan apabila setelah itu masih terdapat surplus akan digunakan
untuk membiayai investasi pemerintah.
b. Fungsi Reguler (mengatur)
Yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu selain di bidang
keuangan yang umumnya ditujukan terhadap sektor swasta.
3.4Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak adalah cara yang dipergunakan untuk menentukan siapa yang
menghitung dan menetapkan jumlah pajak terutang. Pada dasarnya terdapat 3 (tiga) sistem
pemungutan pajak, yaitu:
a. Official assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh Wajib Pajak.
b.Self assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang.
c. With holding system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk
3.5Syarat Pemungutan Pajak
Tidaklah mudah untuk membebankan pajak kepada masyarakat. Bila terlalu tinggi,
masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah, maka pembangunan tidak
akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka
pemungutan pajak harus memenuhi persyaratan yaitu:
a. Pemungutan pajak harus adil
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang dan pelaksanaan
pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan pajak diantaranya mengenakan
pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan Wajib Pajak.
Sedang adil dalam pelaksanaanya yaitu memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk
memberikan hak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan
mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.
b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang
Sesuai dengan pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: “Pajak dan pungutan yang bersifat
untuk keperluan Negara diatur dengan Undang-Undang”.
c. Pemungutan pajak harus efisien
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus diperhitungkan.
Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah dari pada biaya pengurusan pajak
dilaksanakan. Dengan demikian, Wajib Pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam
pembayaran pajak baik dari segi penghitungan maupun dari segi waktu.
d. Pemungutan pajak harus sederhana
Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam pungutan pajak.
Sistem yang sederhana akan memudahkan Wajib Pajak dalam menghitung beban pajak
yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dampak positif bagi para Wajib Pajak
untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem
pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak.
e. Pemungutan pajak tidak mengganggu perekonomian
Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu kondisi
perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa. Pemungutan pajak
jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha
3.6Pengelompokkan Pajak a. Menurut Golongannya :
1) Pajak Langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : pajak penghasilan
2) Pajak Tidak Langsung yaitu pajak yang dapat dibebankan atau di limpahkan kepada
orang lain.
b. Menurut Sifatnya :
1) Pajak Subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam
arti memperlihatkan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : pajak penghasilan
2) Pajak objektif yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya tanpa memperlihatkan diri
Wajib Pajak.
Contoh : PPN dan pajak penjualan atas barang mewah
c. Menurut Lembaga Pemungutannya:
1) Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara.
Contoh : PPh, PPN, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, PBB, Bea Materai.
2) Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
Pajak Daerah terdiridari :
a. Pajak daerah tingkat I (Provinsi)
contoh : pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor.
b. Pajak daerah tingkat II (Kotamadya/ Kabupaten)
contoh : pajak penerangan jalan dan pajak reklame.
3.7Asas Pemungutan Pajak
a. Asas Domisili (tempat tinggal)
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat
tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri.
b. Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penhasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa
memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.
c. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara, misalnya pajak bangsa
asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia.
3.8Tarif Pajak
Ada 4 (empat) tarif pajak, yaitu:
a. Tarif Sebanding (proporsional)
Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah pajak yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai
pajak.
Contoh : Untuk menyerahkan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam daerah pabean
dikenakan PPN sebesar 10%
b. Tarif Tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak,
sehingga besarnya yang terutang tetap.
Contoh : besarnya tarif bea materai untuk cek dan bilyet giro dengan nominal berapapun.
c. Tarif Progresif
Yaitu berupa persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai
pajak semakin besar,
d. Tarif Degresif
Yaitu berupa persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai
pajak semakin besar.
3.9Nomor Pokok Wajib Pajak
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana
dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diripada kantor
Direktorat Jenderal Pajak wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Yang dimaksud dengan persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan
ketentuan mengenai subjek pajak dalam mengenai Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan
perubahannya. Sedangkan persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang
menerima atau memeproleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan
pemotongan/pemungutan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan
perubahannya.
Sedangkan yang dimaksud dengan Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi oleh Wajib Pajak untuk mendapatkan NPWP
adalah sebagai berikut:
1. Wajib Pajak Orang Pribadi tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas:
a. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk bagi Penduduk Indonesia.
b. Fotocopy Paspor ditambah surat pernyataan tempat tinggal/domisili dari yang
bersangkutan bagi orang asing.
2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas:
a. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk bagi Penduduk Indonesia.
b. Fotocopy Paspor ditambah surat pernyataan tempat tinggal/domisili dari yang
bersangkutan bagi orang asing.
c. Surat pernyataan tempat kegiatan usaha atau usaha pekerjaan bebas dari Wajib Pajak.
3. Wajib Pajak Badan:
a. Fotocopy akte pendirian dan perubahannya atau surat keterangan penunjukan dari
kantor pusat bagi bentuk usaha tetap.
b. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk bagi Penduduk Indonesia, atau Paspor ditambah
surat pernyataan tempat tinggal/domisili dari yang bersangkutan bagi orang asing,
dari salah satu pengurus aktif.
c. Surat pernyataan tempat kegiatan usaha dari salah seorang pengurus aktif.
4. Bendaharawan sebagai Wajib Pajak Pemungut/Pemotong:
a. Fotocopy surat penunjukan sebagai bendaharawan.
b. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk bendaharawan.
a. Fotocopy Perjanjian Kerjasama sebagai Joint Operation.
b. Fotocopy NPWP masing-masing anggota Joint Operation.
c. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk bagi Penduduk Indonesia, atau Paspor ditambah
surat pernyataan tempat tinggal/domisili dari yang bersangkutan bagi orang asing,
dari salah seorang pengurus joint Operation.
Bagi permohonan berstatus cabang, orang pribadi pengusaha tertentu atau wanita kawin tidak
pisah harta harus melampirkan fotocopy Surat Keterangan Terdaftar Kantor
Pusat/domisili/suami. Apabila permohonan ditandatangani oleh orang lain, harus dilengkapi
dengan surat kuasa khusus.
Apabila Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak tidak melaksanakan kewajibannya untuk
mendaftarkan diri dan mendapatkan NPWP atau untuk dikukuhkan sebagai PKP, maka Direktur
Jenderal Pajak akan menerbitkan NPWP dan/atau mengukuhkan PKP secara jabatan. Namun
demikian, kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang diterbitkan NPWP dan/atau yang
dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan
subjektif dan objektif dan paling lama 5 (lima) tahun sebelum diterbitkannya NPWP dan/atau
Saat ini format NPWP terdiri dari 15 (lima belas) digit dengan penggunaan sebagai berikut:
1. 2 (dua) digit pertama : Identitas Wajib Pajak. Yaitu:
a. 00 : Untuk bendaharawan
b. 01, 02, 03 : Wajib Pajak Badan
c. 04 dan 06 : Wajib Pajak Pengusaha
d. 05 : Wajib Pajak Karyawan
e. 07, 08, 09 : Wajib Pajak Orang Pribadi
2. 6 (enam) digit kedua : Nomor registrasi/urut yang diberikan Kantor
Pusat DJP kepada KPP, contoh: 855.081
3. 1 (satu) digit ketiga : Diberikan untuk KPP sebagai alat pengamanan
Agar tidak terjadi pemalsuan, contoh: 4
4. 3 (tiga) digit ke kempat : Kode KPP, contoh: 005
3.10 Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak
Setiap Wajib Pajak dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan diharuskan
mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang dimilikinya. Fungsi dari NPWP
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan
b. Tanda pengenal diri atau Identitas Wajib Pajak
c. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi
perpajakannya.
d. Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang mewajibkan
mencantumkan NPWP dalam dokumen-dokumen yang dilakukan seperti dokumen impor
dan dokumen ekspor.
e. Untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perpajakan misalnya dalam Surat Setoran Pajak
(SSP) yang di tetapkan sendiri maupun pemotong/pemungut oleh pihak ketiga harus
mencantumkan NPWP.
3.11 Tempat Pendaftaran NPWP
Tempat pendaftaran diri Wajib Pajak memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
adalah Kantor Direktoral Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan Wajib Pajak yang bersangkutan. Apabila tenpat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak berada dalam dua atau lebih wilayah kerja Kantor Direktoral Jenderal
Pajak, maka Direktur Jenderal Pajak menetapkan tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib
Pajak. Untuk mempermudah pelaksanaan pendaftaran diri Wajib Pajak di tempat-tempat yang
mudah dijangkau, Dirjen Pajak dapat menentukan tempat pendaftaran lain selain Kantor
Pelayanan Pajak Pratama.
3.12 Cara Pendaftaran NPWP Melalui Elektronik
Pendaftaran NPWP dan PKP oleh Wajib Pajak dapat juga dilakukan secara elektronik yaitu
melalui intenet di situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat Wajib Pajak
cukup memasukkan data pribadi (KTP/SIM/Paspor) untuk mendapatkan NPWP.
Berikut langkah-langkah untuk mendapatkan NPWP melalui Internet:
1. Cari situs Direktorat Jenderal Pajak di Internet dengan alamat
2. Selanjutnya anda memilih menu e-reg (electronic registration);
3. Pilih menu “buat account baru” dan isilah kolom sesuai yang diminta;
4. Setelah itu anda akan masuk ke menu “Formulir Registrasi Wajib Pajak Orang Pribadi”.
Isilah sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang anda miliki;
5. Anda akan memperoleh Surat Keterangan Terdaftar (SKT) sementara yang berlaku
beserta Formulir Registrasi Wajib Pajak Orang Pribadi sebagai bukti anda sudah terdaftar
sebagai Wajib Pajak;
6. Tanda tangani formulir registrasi, kemudian kirimkan/sampaikan langsung bersama SKT
sementara serta persyaratan lainnya ke Kantor Pelayanan Pajak seperti yang tertera pada
SKT sementara anda. Setelah itu anda akan menerima kartu NPWP dan SKT asli.
3.13 Penghapusan NPWP dan Persyaratannya
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan dalam hal diajukan permohonan
penghapusan NPWP oleh :
1. Wajib Pajak dan/atau ahli warisnya karena Wajib Pajak sudah tidak memenuhi
persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, misalnya :
a. Wajib Pajak meninggal dunia dan tidak meninggalkan harta warisan, di isyaratkan
adanya fotokopi akte kematian atau surat keterangan kematian dari instansi yang
berwenang.
b. Wajib Pajak meninggal dan meninggalkan warisan. Apabila selesai dibagi kepada
ahli warisnya, disyaratkan adanya keterangan tentang selesainya warisan tersebut
dibagi oleh ahli warisnya.
c. Wajib Pajak orang pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai Wajib
Pajak, disyaratkan surat pernyataan dan keterangan dari instansi yang berwenang.
2. Wanita kawin yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa membuat
perjanjian pemisahan harta serta suaminya telah terdaftar sebagai Wajib Pajak,
3. Wajib Pajak badan dalam rangka likuidasi atau telah dibubarkan secara resmi, disyaratkan
adanya akte pembubaran.
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang Karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai BUT,
disyaratkan adanya permohonan Wajib Pajak yang dilampiri dokumen yang mendukung
bahwa BUT tersebut tidak memenuhi syarat lagi untuk dapat digolongkan sebagai Wajib
Pajak.
Permohonan penghapusan NPWP hanya dapat disetujui apabila utang pajak telah dilunasi
atau hak untuk melakukan penagihan telah daluwarsa, kecuali dari hasil pemeriksaan diketahui
bahwa utang pajak tersebut tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi antara lain karena:
a. Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan warisan dan tidak
mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan.
b. Wajib Pajak tidak mempunyai kekayaan.
3.14 Pengertian Wajib Pajak Pindah
Yang dimaksud Wajib Pajak Pindah adalah Wajib Pajak yang dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya mengalami perpindahan tata usaha dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang
lama ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang baru karena tempat tinggal atau tempat kegiatan
3.15 Tata Cara Pemindahan Nomor Pokok Wajib Pajak
Adapun tata cara pemindahan NPWP oleh Wajib Pajak maupun Badan adalah sebagai
berikut :
- Surat Pernyataan Pindah diajukan ke Kantor Pelayanan Pajak Lama
Memberikan surat pernyataan pindah yang telah ditandatangani oleh Wajib Pajak atau
kuasanya yang sah serta lampiran yang diisyaratkan atau dari Kantor Penyuluhan Pajak yaitu:
a. Untuk Wajib Pajak orang pribadi
1. Pindah tempat tinggal adalah surat keterangan tempat tinggal yang baru dari
instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa. Dalam hal
Wajib Pajak yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas,
persyaratan tersebut dapat berupa surat keterangan dari pimpinan instansi atau
perusahaannya.
2. Pindah tempat usaha atau pekerjaan bebas adalah surat keterangan surat kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas yang baru dari instansi yang berwenang
sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa
b. Untuk Wajib Pajak badan
1. Pindah tempat kedudukan adalah surat keterangan tempat kedudukan yang baru
dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
2. Pindah tempat kegiatan usaha adalah surat keterangan tempat kegiatan usaha yang
- Surat Pernyataan Pindah diajukan melalui Kantor Pelayanan Pajak Baru
1. Menyerahkan surat pernyataan pindah dan formulir permohonan pendaftaran dan
perubahan data Wajib Pajak kartu Nomor Pokok Wajib Pajak. Surat Keterangan
terdaftar atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang diterbitkan oleh KPP
lama dari Wajib Pajak atau dari Kantor Penyuluhan Pajak.
2. Memberikan kelengkapan-kelengkapan lampiran yang dibutuhkan berupa:
a. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi
1. Pindah tempat tinggal adalah surat keterangan terdaftar, fotocopy KTP, atau
surat keterangan tempat tinggal yang baru dari instansi yang berwenang
sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi penduduk Indonesia, atau
paspor bagi orang asing ditambah surat keterangan tempat tinggal yang baru
dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
Dalam hal ini Wajib Pajak yang tidak menjalankan kegiatan usaha dapat atau
pekerjaan bebas berupa surat keterangan dari pimpinan instansi atau
perusahaannya.
2. Pindah tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas adalah Surat Keterangan
Terdaftar atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dalam hal Pengusaha
Kena Pajak dan Surat Keterangan Tempat Kegiatan Usaha atau pekerjaan
bebas yang baru dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau
b. Untuk Wajib Pajak Badan
1. Pindah tempat kedudukan adalah fotocopy akte perusahaan atau surat
keterangan tempat kedudukan yang baru dari instansi yang berwenang
sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
2. Pindah tempat kegiatan usaha adalah fotocopy akte perusahaan atau surat
keterangan tempat kegiatan Lurah atau kepala Desa, dan surat Keterangan
Lurah atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dalam hal Pengusaha
BAB IV
ANALISIS DATA DAN EVALUASI
4.1 Tata Cara Mutasi Wajib Pajak
Tata cara pemindahan Wajib Pajak terdapat pada Keputusan Direktur Jenderal Pajak KEP
161/PJ/2001, dalam hal Wajib Pajak yang telah terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan
telah diberikan NPWP. Karena suatu hal pindah tempat tingal atau tempat kegiatan usaha ke
wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama lainnya atau menjadi perubahan status
perusahaan yang mengakibatkan Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat Wajib Pajak terdaftar
berubah, maka Wajib Pajak wajib mengajukan permohonan pindah dengan menyampaikan surat
pernyataan pindah beserta persyaratannya.
Dalam hal ini kantor pelayanan pajak pratama wajib untuk menerbitkan:
a. Surat pindah, untuk diberikan kepada Wajib Pajak paling lama pada hari kerja berikutnya
setelah surat pernyataan pindah diterima, guna diserahkan ke Kantor Pelayanan Pajak
Pratama yang baru, dalam hal surat pernyataan pindah beserta persyaratannya secara
lengkap telah disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang lama.
b. Kartu NPWP dan surat keterangan terdaftar, paling lama pada hari kerja berikutnya,
dalam hal surat pernyataan pindah beserta persyaratannya secara lengkap disampaikan ke
Kantor Pelayanan Pajak Pratama baru, atau setelah menerima surat pindah dari Wajib
Pajak yang berasal dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama lama.
Apabila surat pernyataan pindah berisikan pernyataan pindah sebagai Pengusaha Kena Pajak,
a. Kantor Pelayanan Pajak Pratama lama menerbitkan surat pindah paling lama pada hari
kerja berikutnya setelah menerima surat pernyataan pindah beserta persyaratannya secara
lengkap dari Pengusaha Kena Pajak atau pemberitahuan adanya surat pernyataan pindah
dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama baru.
b. Kantor Pelayanan Pajak Pratama baru menerbitkan surat pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak dan bila diperlukan sekaligus menerbitkan kartu NPWP dan SKT paling lama 3
hari kerja setelah menerima surat pindah dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama lama.
c. Kantor Pelayanan Pajak Pratama lama menerbitkan surat pencabutan pengukuhan
kengusaha kena pajak setelah diterimanya tembusan surat pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama baru paling lama pada hari
kerja berikutnya.
Dalam hal surat pernyataan pindah berisikan pindah tempat tinggal atau tempat kedudukan
juga menyatakan pindah tempat kegiatan usaha, maka kartu NPWP, SKT, SPPKP diterbitkan
secara bersamaan paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah diterimanya surat pindah dari Wajib
Pajak yang berasal dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama lama.
Apabila Wajib Pajak telah resmi terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama baru, berkas
dan uraian singkat dikirim dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama lama ke Kantor Pelayanan Pajak
Pratama baru. Dalam uraian singkat yang dianggap perlu diketahui oleh Kantor Pelayanan Pajak
Pratama adalah:
a. Jumlah tunggakan Wajib Pajak yang masih harus ditagih.
b. Sampai dimana tindakan penagihan.
c. Apakah masih ada permohonan restitusi surat keberatan Wajib Pajak yang belum
Adapun bentuk dan jenis formulir yang dipergunakan dalam proses pemindahan ini
adalah:
1. KP.PDIP.4.1-00 (Permohonan Pendafataran dan Perubahan Data Wajib Pajak)
2. KP.PDIP.4.2-00 (Surat Keterangan Terdaftar)
3. KP.PDIP.4.3-00 (Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak)
4. KP.PDIP.4.4-00 (Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak)
5. KP.PDIP.4.6-00 (Surat Tugas Pembuktian Alamat)
6. KP.PDIP.4.7-00 (Berita Acara Hasil Pembuktian Alamat)
7. KP.PDIP.4.8-00 (Surat Penolakkan Pendaftaran Wajib Pajak dan Pelaporan
Pengusaha Kena Pajak)
8. KP.PDIP.4.10-00 (Surat Pindah)
9. KP.PDIP.4.11-00 (Surat Pencabutan Surat Keterangan Pengusaha Kena Pajak)
10.KP.PDIP.4.12-00 (Surat Pencabutan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak)
11.KP.PDIP.4.13-00 (Surat Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak)
12.KP.PDIP.4.14-00 (Surat Pemberitahuan Pernyataan Pindah)
13.KP.PDIP.4.21-00 (Buku Pengawasan Pendaftaran Data Wajib Pajak)
4.2 Manfaat Pengadministrasian Pemindahan Wajib Pajak
Untuk dapat memperlancar proses pemungutan pajak maka Wajib Pajak di haruskan
melaporkan dan mengetahui tata cara pengadministrasian pemindahan NPWP, hal ini sangat
diperlukan karena akan merugikan Wajib Pajak itu sendiri yang memiliki 2 NPWP sehingga akan
4.3 Tugas-Tugas Dalam Pemindahan Wajib Pajak
4.3.1 Dalam Surat Pernyataan Pindah Diajukan Melalui Kantor Pelayanan Lama
a. Petugas Pendaftaran Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama lama mempunyai
tugas:
1. Menerima surat persyaratan pindah yang telah ditandatangani oleh Wajib Pajak atau
kuasa yang sah beserta lampiran yang disyaratkan atau dari kantor penyuluhan pajak.
2. Memeriksa lampiran yang disyaratkan terdiri dari:
a) Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi:
(1) Pindah tempat tinggal yang baru dari instansi yang berwenang
sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa. dalam hal Wajib Pajak yang tidak
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, persyaratan tersebut dapat
berupa surat keterangan dari pimpinan instansi atau perusahaannya.
(2) Pindah tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, adalah surat keterangan
tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang baru dari instansi yang
berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa.
b) Untuk Wajib Pajak Badan:
(1) Pindah tempat kedudukan, adalah surat keterangan tempat kedudukan yang
baru dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa.
(2) Pindah tempat kegiatan usaha, adalah surat keterangan tempat kegiatan usaha
yang baru dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala
3. Merekam data surat pernyataan pindah, mencetak Lembar Pengawasan Arus
Dokuman (LPAD) dan menyampaikan Bukti Penerimaan Surat (BPS) kepada Wajib
Pajak setelah ditandatangani petugas.
4. Mencetak surat pindah, selanjutnya diteruskan kepada kepala Seksi Pelayanan untuk
ditandatangani dan menyampaikan surat pindah kepada Wajib Pajak dan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama baru paling lama pada hari kerja berikutnya.
5. Meneruskan surat pernyataan pindah beserta lampiran yang disyaratkan ke Sub. Seksi
Ketetapan dan Arsip untuk digabungkan ke berkas induk.
6. Menerima faksimili surat keterangan terdaftar dan surat pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak atau surat penolakkan pendaftaran Wajib Pajak dan pelaporan Pengusaha Kena
Pajak dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama baru.
7. Mencetak surat pencabutan surat keterangan terdaftar dan surat pencabutan surat
pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, selanjutnya diteruskan kepada kepala Seksi
Pelayanan untuk ditandatangani
8. Menyampaikan surat pencabutan surat keterangan terdaftar dan surat pencabutan
surat pengukuhan Pengusaha Kena Pajak kepada Wajib Pajak di alamat yang baru
paling lama pada hari kerja berikutnya.
9. Mengirimkan lembar ke 2 surat pencabutan surat pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
ke Sub seksi ketetapan dan asip (Tapsis) untuk digabung dalam berkas induk Wajib
Pajak yang selanjutnya dikirim ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama baru.
b. Petugas Pendaftaran Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama baru mempunyai
1. Menerima formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak, surat
pindah, kartu NPWP, surat keterangan terdaftar, dan surat pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak yang diterbitkan oleh kantor pelayanan pajak lama dari Wajib Pajak.
2. Merekam data Wajib Pajak dari formulir permohonan pendaftaran dan perubahan
data Wajib Pajak dan mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen serta
menyerahkan Bukti Penerimaan Surat (BPS) kepada Wajib Pajak setelah
ditandatangani petugas.
3. Dalam hal Wajib Pajak pindah tempat tinggal atau pindah kedudukan:
a) Mencetak Kartu NPWP
b) Mencetak surat keterangan terdaftar dan diteruskan kepada kepala seksi pelayanan
untuk ditandatangani.
c) Menyampaikan kartu NPWP dan surat keterangan terdaftar kepada Wajib Pajak
paling lama pada hari kerja berikutnya setelah surat pindah diterima.
d) Mengirimkan surat keterangan terdaftar melalui faksimili ke kantor pelayanan
pajak lama.
4. Dalam hal Wajib Pajak selain pindah tempat tinggal atau tempat kedudukan juga
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.:
a) Mencetak surat tugas pembuktian alamat Pengusaha Kena Pajak selanjutnya
diteruskan kepada kepala seksi pelayanan untuk ditandatangani.
b) Membuat dan merekam berita acara hasil pembuktian alamat pada komputer.
c) Mencetak surat keterangan terdaftar dan surat pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak, selanjutnya diteruskan kepada kepala seksi pelayanan untuk
d) Mencetak surat penolakan terdaftar Wajib Pajak dan pelaporan Pengusaha Kena
Pajak, selanjutnya diteruskan kepada seksi pelayanan untuk ditandatangani, dalam
hal Wajib Pajak terbukti tidak benar.
e) Menyampaikan surat keterangan terdaftar dan surat pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak atau surat penolakkan Wajib Pajak dan pelaporan Pengusaha Kena Pajak
kepada Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak paling lama 3 (tiga) hari kerja
berikutnya setelah surat pindah diterima.
f) Mengirim surat keterangan terdaftar dan surat pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
atau surat penolakkan pendaftaran Wajib Pajak dan pelaporan Pengusaha Kena
Pajak melalui faksmili ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama lama.
5. Membuat berkas Wajib Pajak yang berisi dokumen pemindahan Wajib Pajak untuk
diteruskan ke Sub Seksi Ketetapan dan Arsip (Tapsip)
4.3.2 Dalam Hal Surat Pernyataan Pindah Diajukan Melalui Kantor Pelayanan Pajak PratamaBaru:
a. Petugas pendaftaran Wajib Pajak di kantor pelayanan pajak baru mempunyai tugas:
1. Menerima surat pernyataan pindah dan formulir permohonan dan perubahan data
Wajib Pajak, kartu NPWP, surat keterangan terdaftar, dan surat pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama lama,
dari Wajib Pajak atau dari kantor penyuluhan pajak.
2. Memeriksa kelengkapan lampiran yang disyaratkan, terdiri dari:
(1) Pindah tempat tinggal adalah surat keterangan terdaftar, fotocopy kartu tanda
penduduk atau surat keterangan tempat tinggal yang baru dari instansi yang
berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa bagi penduduk
Indonesia, atau paspor bagi orang asing ditambah surat keterangan tempat
tinggal yang baru dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau
kepala desa. Dalam hal Wajib Pajak yang tidak melakukan kegiatan usaha
pekerjaan bebas persyaratan tersebut dapat berupa surat keterangan dari
pimpinan instansi atau perusahaannya.
(2) Pindah tempat usaha atau pekerjaan bebas, adalah surat keterangan terdaftar
dan surat pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dalam hal Pengusaha Kena
Pajak, dan surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
baru dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa.
b) Untuk Wajib Pajak Badan:
(1) Pindah tempat kedudukan, adalah fotocopy akte perubahan atau surat
keterangan tempat kegiatan usaha yang baru dari instansi yang berwenang
sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa, dan surat keterangan terdaftar.
(2) Pindah tempat kegiatan usaha adalah fotocopy akte perubahan atau surat
keterangan tempat kegiatan usaha yang baru dari instansi yang berwenang
sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa, dan surat keterangan terdaftar dan
surat pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dalam hal Pengusaha Kena Pajak.
3. Merekam data Wajib Pajak dari formulir permohonan pendaftaran dan perubahan
menyerahkan Bukti Penerimaan Surat (BPS) kepada Wajib Pajak, serta
ditandatangani oleh petugas.
4. Mencetak surat pemberitahuan pernyataan pindah dalam hal surat pernyataan pindah
berisikan pernyataan pindah sebagai Pengusaha Kena Pajak dan diteruskan kepada
kepala seksi pelayanan untuk ditandatangani dan selanjutnya dikirim ke Kantor
Pelayanan Pajak Pratama lama.
5. Dalam hal Wajib Pajak pindah tempat atau tempat kedudukan:
a) Mencetak kartu NPWP
b) Mencetak surat keterangan terdaftar dan diteruskan kepada kepala pelayanan
untuk ditandatangani.
c) Menyampaikan kartu NPWP dan surat keterangan terdaftar kepada Wajib Pajak
paling lama pada hari kerja berikutnya setelah surat pernyataan pindah beserta
lampiran yang disyaratkan diterima secara lengkap.
d) Mengirimkan surat keterangan terdaftar faksmili ke kantor pajak lama.
6. Dalam Pengusaha Kena Pajak pindah tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas:
a) Menerima surat pindah dari kantor pelayanan pajak lama.
b) Mencetak surat tugas pembuktian alamat Pengusaha Kena Pajak. selanjutnya
diteruskan kepada kepala Seksi Pelayanan untuk di tandatangani
c) Membuat merekam berita acara hasil pembuktian alamat pada komputer.
d) Mencetak kartu NPWP dan surat pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diteruskan
kepada Seksi Pelayanan untuk ditandatangani dalam hal alamat Wajib Pajak
e) Mencetak surat penolakan pendaftaran Wajib Pajak dan pelaporan Pengusaha
Kena Pajak, selanjutnya diteruskan kepada kepala Seksi Pelayanan untuk
ditandatangani, dalam hal alamat Wajib Pajak terbukti benar.
f) Menyampaikan surat pengukuhan Pengusaha Kena Pajak atau surat penolakan
pendaftaran Wajib Pajak dan pelaporan Pengusaha Kena Pajak kepada Wajib
Pajak paling lama 3 (tiga) hari kerja berikutnya setelah surat pindah diterima dari
kantor pelayanan pajak lama.
g) Mengirimkan surat pengukuhan Pengusaha Kena Pajak melalui faksimili ke
kantor pelayanan pajak lama.
7. Dalam hal Wajib Pajak selain pindah tempat tinggal atau tempat kedudukan juga
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak:
a) Menerima surat pindah dari kantor pelayanan pajak lama
b) Mencetak surat tugas pembuktian alamat Pengusaha Kena Pajak, selanjutnya
diteruskan kepada kepala seksi pelayanan untuk ditandatangani
c) Membuat merekam berita acara hasil pembuktian alamat pada komputer.
d) Mencetak:
(1) Kartu NPWP
(2) Surat keterangan terdaftar dan surat pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,
selanjutnya di teruskan kepada kepala seksi pelayanan untuk ditandatangani
dalam hal alamat Wajib Pajak terbukti benar.
e) Mencetak surat penolakan pendaftaran Wajib Pajak dan pelaporan Pengusaha
Kena Pajak, selanjutnya diteruskan kepada kepala seksi pelayanan untuk