ANALISIS YURIDIS TERHADAP SERTIFIKASI GURU
BERBASIS PORTOFOLIO
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
MHD. TAUFIQURRAHMAN 097005099 / ILMU HUKUM
[
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
NAMA : MHD. TAUFIQURRAHMAN
N.I.M. : 097005099
PROGRAM STUDI : ILMU HUKUM
JUDUL TESIS : ANALISIS YURIDIS TERHADAP SERTIFIKASI
GURU BERBASIS PORTOFOLIO
MENYETUJUI KOMISI PEMBIMBING
Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H Ketua
Prof. Dr. Sunarmi, SH., M.Hum Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum Anggota Anggota
Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Dekan Fakultas Hukum
Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M.H. Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum
Telah diuji Pada Tanggal 30/07/2011
Panitia Penguji Tesis
Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH Anggota : Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum
Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M. Hum Dr. Dedi Harianto, SH, M.Hum
ABSTRAK
Guru merupakan salah satu komponen esensial dan strategis dalam sistem pendidikan nasional. Peran, tugas, dan tanggung jawab guru sangat berarti dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas manusia Indonesia, meliputi kualitas iman/taqwa, akhlak mulia, dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, adil, makmur, dan beradab. Untuk menjalankan fungsi, peran, dan kedudukan yang strategis tersebut, guru harus diberikan sertifikat pendidik melalui portofolio untuk pengakuan profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan dalam sistem pendidikan nasional.
Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah: Pertama, bagaimanakah pengaturan sertifikasi Guru berdasarkan peraturan perundang-undangan nasional? dan Kedua, bagaimanakah pelaksanaan pemberian sertifikasi Guru berbasis portofolio di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Provinsi Sumatera Utara?
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu yuridis normatif yakni mengacu kepada nilai-nilai dan norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan meliputi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan, dan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 022/P/2009 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan.
Pelaksanaan pemberian sertifikasi guru berbasis portofolio dilakukan berdasarkan penilaian kualifikasi akademik; pendidikan dan pelatihan; pengalaman mengajar; perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran; penilaian dari atasan dan pengawas; prestasi akademik; karya pengembangan profesi; keikutsertaan dalam forum ilmiah; pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. Portofolio tersebut harus diwujudkan berupa bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan pengalaman berkarya/prestasi yang dicapai selama menjalankan tugas sebagai guru. Saran dalam penelitian ini, diharapkan kepada instansi yang terkait harus bekerja secara jujur dan adil dalam melakukan penyelenggaraan dan penilaian dengan memperhatikan bahwa portofolio yang dikumpulkan adalah portofolio riil atau benar-benar aktivitas nyata, bukan rekayasa. Diharapkan pula kepada Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG) untuk melakukan aspek pengawasan secara berkesinambungan terhadap guru-guru yang telah lulus sertifikasi.
ABSTRACT
Teacher is one of the essential and strategic components in national education system. Role, duty, and responsibility of a teacher is very meaningful in materializing the goal of national education which is to develop and sharpen the mind of the people of our nation, to improve the quality of the people of Indonesia which includes the quality of their faith /devotion; noble character; mastery of science, technology, and art; and to form a civilized, prosperous, just, and developed Indonesian society. To implement the strategic function, role and position, teachers must be given certificate of teaching through portfolio to acknowledge their professionalism in improving the quality of education in national education system.
The research problems of this study were: first, how was the Teacher Certification based on national regulation of legislation regulated? and second, how was the provision of portfolio-based Teacher Certification implemented in Sumatera Utara Provincial Educational Quality Guarantying Institute?
This study employed normative juridical method which referred to the legal values and norms found in the regulations of legislation including Law No.20/2003 on National Education System, Law No.14/2005 on Teacher and Lecturer, Government Regulation No. 19/2005 on Standard of National Education, Regulation of Minister of National Education No.18/2007 on Certification for In-Service Teachers, and Decree of Minister of National Education No. 022/P/2009 on Appointment of the University Implementing Certification for In-Service Teachers.
The implementation of portfolio-based teacher certification provision was done based on the evaluation of academic qualification, education and training, teaching experience, teaching planning and implementation, evaluation of superior and supervisor, academic achievement, work of professional development, participation in scientific forum, organizational experience in the field of social and education, and reward and appreciation relevant to the field education. The portfolio must be materialized in the form of physical documents describing the work experience/achievement achieved during his/her service as teacher. It is suggested that the related agencies must be honest and fair in implementing the evaluation by paying attention to the portfolio as real documents presenting real activities not engineering. The Teacher Certification Consortium is expected to do a continuous supervision to the teachers who have passed the certification.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya yang maha pemurah lagi maha penyayang, penulis dapat
menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Magister Hukum (MH) di Program
Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara dengan judul penelitian yaitu, ”Analisis Yuridis Terhadap Sertifikasi
Guru Berbasis Portofolio ”. Penelitian ini telah dinyatakan lulus dalam yudisium
dengan baik dan tepat pada waktunya pada tanggal 30 Juli 2011.
Sehubungan dengan itu, dengan kerendahan hati yang tulus dan ikhlas,
penulis ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,
DTM&H, M.Sc(CTM). Sp.A(K);
2. Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Runtung
Sitepu, SH, M.Hum;
3. Ketua Program Studi Ilmu Hukum, Bapak Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M.H.
4. Prof. Dr. Bismar Nasution, SH. MH, sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang
telah banyak memberikan motivasi mulai sejak awal perkuliahan sampai pada
akhirnya meja hijau tidak pernah lelah dan bosan memberikan petunjuk, arahan,
bimbingan, dan semangat yang luar biasa sehingga studi ini dapat selesai tepat
waktu dengan nilai yang sangat memuaskan;
5. Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum, selaku Anggota Komisi Pembimbing II yang
telah banyak berupaya memberikan koreksi sehingga menjadi sempurna. Selain
itu juga telah banyak memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis
6. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, selaku Anggota Komisi Pembimbing
III juga telah memberikan koreksi untuk perbaikan dan mengarahkan penulis
sampai kepada selesainya penelitian ini;
7. Seluruh Staf/Pegawai Adminstrasi yangd telah melancarkan segala urusan yang
berkenaan dengan administrasi dan informasi selama studi berlangsung dan juga
pada saat dilakukan penelitian ini;
8. Yang terhormat, Ayah Drs H Amalluddin dan Ibu Hj. Nur’aini SB, setiap waktu
dan sepanjang hari tidak lupa dengan ikhtiar dan berdoa agar penulis dapat
mencapai cita-cita yang setinggi-tingginya serta selalu memberikan semangat dan
mendukung untuk menyelesaikan studi ini;
9. Istriku yang tercinta Fitria, dengan pengorbanan dan pengertiannya selalu hadir di
sanubariku mendampingi dalam keadaan apapun tidak pernah menunjukkan keluh
kesahnya walau kadang-kadang ditinggal demi untuk menyelesaikan studi ini;
10.Anak-anakku, si buah hatiku, penawar lelah dan penyejuk gerahku: Zahwa Az
Zuhro Taufiq, Kayyisah Amirah Taufiq, demi merekalah penulis semakin
bertambah semangat yang luar biasa menyelesaikan studi ini. Dengan melihat
Ayahya yang tidak pernah malas-malas belajar dan terus belajar, hendaknya
menjadi dorongan memunculkan semangat bagi mereka dan termotivasi untuk
maju menjadi anak yang berprestasi terbaik dan bertaqwa kepada Allah SWT;
11.Abangku, Kakak dan adik-adikku, serta saudara-saudara family dan handai toulan
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang penulis banggakan dalam keluarga
Demikianlah sebagai kata pengantar, mudah-mudahan penelitian ini memberi
manfaat bagi semua pihak dalam menambah dan memperkaya wawasan Ilmu
Pengetahuan. Khusus kepada penulis, mudah-mudahan dapat memadukan dan
mengimplementasikan ilmu serta mampu menjawab tantangan atas perkembangan
hukum yang ada dalam masyarakat dan menjadikan “Hukum Sebagai Panglima”.
Akhir kata, mohon maaf atas ketidaksempurnaan dalam penelitian ini, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan ke depannya.
Semoga penulis lebih giat lagi menambah wawasan ilmu pengetahuan di masa-masa
yang akan datang. Amin ya rabbal’alamin.
Medan, 30 Juli 2011 Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mhd Taufiqurrahman
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 08 febuari 1979.
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Garu VI Gg Merak No 15 A Medan
Pendidikan Formal : S-2 Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas
Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara Medan (Lulus Tahun 2011).
- S-1 Fakultas Hukum UMSU (Lulus Tahun 2003);
- SMU Negeri IX Medan (Lulus Tahun 1997);
- Tsanawiyah Negri (MTsN) I Medan (Lulus Tahun
1994);
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... KATA PENGANTAR... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... DAFTAR ISI... ii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian ... 11
E. Keaslian Penelitian... 12
F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional... 12
1. Kerangka Teori... 12
2. Landasan Konsepsional... 22
G. Metode Penelitian ... 28
1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 28
2. Sumber Data... 29
3. Teknik Pengumpulan Data... 30
4. Analisis Data ... 30
BAB II : PENGATURAN SERTIFIKASI GURU BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL ... 31
A. Pengaturan Tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 31
2. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan ... 40
B. Pengaturan Tentang Guru Menurut Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 ... 46
1. Guru Sebagai Tenaga Profesional... 46
2. Kompetensi Guru Menurut Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 ... 55
3. Perlindungan Hukum Terhadap Profesi Guru Dalam
Menjalankan Tugas ... 62
C. Pengaturan Sertifikasi Bagi Guru Untuk Meningkatkan Kualitas
Pendidikan... 64
D. Instansi Yang Berwenang Menyelenggarakan Sertifikasi Guru
Dalam Jabatan ... 72
BAB III : PELAKSANAAN PEMBERIAN SERTIFIKASI BERBASIS
PORTOFOLIO DILEMBAGA PENJAMINAN MUTU
PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA UTARA ... ... 77
A. Latar Belakang Sertifikasi Guru... 77
B. Pelaksanaan Pemberian Sertifikasi Guru Berbasis Portofolio ... 83
1...P
ortofolio dalam Sertifikasi Guru ... 83
2...P
engisian dan Penyusunan Komponen Portofolio ... 89
3...A
lur Pelaksanaan Sertifikasi Terhadap Guru... 91
4...P
eserta Sertifikasi ... 95
C. Prosedur Operasional Standar Pelaksanaan Sertifikasi Guru... 104
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ... 123
A. Kesimpulan ... 123
B. Saran... 125
DAFTAR PUSTAKA ... 126
LAMPIRAN 1 : ... 131
LAMPIRAN 2 : ... 132
LAMPIRAN 3 : ... 133
ABSTRAK
Guru merupakan salah satu komponen esensial dan strategis dalam sistem pendidikan nasional. Peran, tugas, dan tanggung jawab guru sangat berarti dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas manusia Indonesia, meliputi kualitas iman/taqwa, akhlak mulia, dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, adil, makmur, dan beradab. Untuk menjalankan fungsi, peran, dan kedudukan yang strategis tersebut, guru harus diberikan sertifikat pendidik melalui portofolio untuk pengakuan profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan dalam sistem pendidikan nasional.
Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah: Pertama, bagaimanakah pengaturan sertifikasi Guru berdasarkan peraturan perundang-undangan nasional? dan Kedua, bagaimanakah pelaksanaan pemberian sertifikasi Guru berbasis portofolio di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Provinsi Sumatera Utara?
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu yuridis normatif yakni mengacu kepada nilai-nilai dan norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan meliputi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan, dan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 022/P/2009 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan.
Pelaksanaan pemberian sertifikasi guru berbasis portofolio dilakukan berdasarkan penilaian kualifikasi akademik; pendidikan dan pelatihan; pengalaman mengajar; perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran; penilaian dari atasan dan pengawas; prestasi akademik; karya pengembangan profesi; keikutsertaan dalam forum ilmiah; pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. Portofolio tersebut harus diwujudkan berupa bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan pengalaman berkarya/prestasi yang dicapai selama menjalankan tugas sebagai guru. Saran dalam penelitian ini, diharapkan kepada instansi yang terkait harus bekerja secara jujur dan adil dalam melakukan penyelenggaraan dan penilaian dengan memperhatikan bahwa portofolio yang dikumpulkan adalah portofolio riil atau benar-benar aktivitas nyata, bukan rekayasa. Diharapkan pula kepada Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG) untuk melakukan aspek pengawasan secara berkesinambungan terhadap guru-guru yang telah lulus sertifikasi.
ABSTRACT
Teacher is one of the essential and strategic components in national education system. Role, duty, and responsibility of a teacher is very meaningful in materializing the goal of national education which is to develop and sharpen the mind of the people of our nation, to improve the quality of the people of Indonesia which includes the quality of their faith /devotion; noble character; mastery of science, technology, and art; and to form a civilized, prosperous, just, and developed Indonesian society. To implement the strategic function, role and position, teachers must be given certificate of teaching through portfolio to acknowledge their professionalism in improving the quality of education in national education system.
The research problems of this study were: first, how was the Teacher Certification based on national regulation of legislation regulated? and second, how was the provision of portfolio-based Teacher Certification implemented in Sumatera Utara Provincial Educational Quality Guarantying Institute?
This study employed normative juridical method which referred to the legal values and norms found in the regulations of legislation including Law No.20/2003 on National Education System, Law No.14/2005 on Teacher and Lecturer, Government Regulation No. 19/2005 on Standard of National Education, Regulation of Minister of National Education No.18/2007 on Certification for In-Service Teachers, and Decree of Minister of National Education No. 022/P/2009 on Appointment of the University Implementing Certification for In-Service Teachers.
The implementation of portfolio-based teacher certification provision was done based on the evaluation of academic qualification, education and training, teaching experience, teaching planning and implementation, evaluation of superior and supervisor, academic achievement, work of professional development, participation in scientific forum, organizational experience in the field of social and education, and reward and appreciation relevant to the field education. The portfolio must be materialized in the form of physical documents describing the work experience/achievement achieved during his/her service as teacher. It is suggested that the related agencies must be honest and fair in implementing the evaluation by paying attention to the portfolio as real documents presenting real activities not engineering. The Teacher Certification Consortium is expected to do a continuous supervision to the teachers who have passed the certification.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan nasional dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) dinyatakan bahwa tujuan nasional adalah untuk
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial. Berdasarkan hal tersebut, maka untuk mewujudkan tujuan nasional,
pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan. Sebagaimana dalam Pasal 31
UUD 1945 dinyatakan bahwa:1
1. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan;
2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya;
3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang;
4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional; dan
1
5. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Pendidikan sebagai salah satu amanat UUD 1945 diatur lebih lanjut dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU
Sisdiknas), yang dalam visinya untuk mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata
sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara
Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah yang berdasarkan kepada
Pancasila.2
Sementara itu kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia dalam
pembangunan nasional pada masa yang akan datang adalah yang mampu menghadapi
persaingan yang semakin ketat dengan bangsa lain di dunia. Kualitas manusia
Indonesia harus dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang baik dan
bermutu.3 Oleh karena itu, kedudukan Guru mempunyai fungsi dan peran yang
sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional.4 Sebagaimana dalam
Pasal 39 Ayat (2) UU Sisdiknas disebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga
profesional. Pendidik yang dimaksud adalah Guru yang menurut UU Sisdiknas
memiliki visi terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan
2
Penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdikans).
3
M. Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010), hal. 67-68.
4
prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga negara
dalam memperoleh pendidikan yang bermutu.5
Profesionalisme berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat modern.
Dimana dituntut beraneka ragam spesialisasi yang sangat diperlukan dalam
masyarakat yang semakin kompleks. Spesialisasi yang sangat diperlukan dalam
masyarakat adalah profesi Guru.6 Andi Saondi dan Aris Suherman menyebutkan
bahwa keberadaan Guru di tengah-tengah masyarakat diakui sebagai suatu hal yang
fundamental dan penting guna meningkatkan kualitas pendidikan nasional.7
Sehubungan dengan itu, disebutkan pula oleh Oemar H. Malik, bahwa:8
Masyarakat merasakan perlunya suatu lembaga pendidikan Guru yang khusus berfungsi mempersiapkan tenaga Guru yang terdidik dan terlatih dengan baik. Implikasi dari gagasan tersebut adalah perlunya dikembangkan program pendidikan guru yang serasi dan memudahkan pembentukan Guru yang berkualifikasi profesional, serta dapat dilaksanakan secara efisien dalam kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia.
Pada prinsipnya Guru memiliki potensi yang cukup tinggi untuk berkreasi
sebagai upaya meningkatkan kinerjanya. Namun, potensi yang dimiliki Guru untuk
berkreasi sebagai upaya meningkatkan kinerjanya tersebut, tidak selalu berkembang
secara wajar dan lancar disebabkan adanya pengaruh dari berbagai faktor baik yang
muncul dari dalam pribadi Guru itu sendiri maupun dari faktor luar. Oleh sebab itu,
pada tanggal 30 Desember 2005, Pemerintah Republik Indonesia mengundangkan
5
Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung Persada, 2009), hal. 98-99.
6
Oemar H. Malik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 1.
7
Ondi Saondi dan Aris Suherman, Etika Profesi Keguruan, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hal. 1.
8
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD), dimana
bahwa dalam UUGD tersebut Guru dituntut bekerja secara profesional, berstandar
kompetensi, dan memperhatikan kesejahteraan Guru tersebut.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa kedudukan Guru mempunyai
visi terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip
profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama. Sedangkan misinya adalah untuk
melaksanakan hal-hal sebagai berikut:9
1. Mengangkat martabat Guru;
2. Menjamin hak dan kewajiban Guru; 3. Meningkatkan kompetensi Guru; 4. Memajukan profesi serta karir Guru; 5. Meningkatkan mutu pembelajaran; 6. Meningkatkan mutu pendidikan nasional;
7. Mengurangi kesenjangan ketersediaan Guru antar daerah dari segi jumlah, mutu, kualifikasi akademik, dan kompetensi;
8. Mengurangi kesenjangan mutu pendidikan antar daerah; dan 9. Meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu.
Sebagaimana misi dalam UUGD di atas, Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus
juga menyebutkan bahwa:10
Kedudukan Guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan perannya sebagai agen pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional. Kedudukan Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung program pemerintah mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik (goog governance).
Sehubungan dengan itu, Guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk
melaksanakan sistem pendidikan nasional yakni berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
9
Penjelasan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD).
10
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, inovatif, mandiri, serta menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab.11
Kedudukan Guru pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi perlu
dikukuhkan dengan pemberian sertifikat pendidik, hal ini dilakukan untuk
meningkatkan kinerja Guru. Sertifikat tersebut merupakan pengakuan atas kedudukan
Guru sebagai tenaga profesional. Dalam melaksanakan tugasnya, Guru harus
memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum sehingga memiliki
kesempatan untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya sebagai tenaga
pendidik. Selain itu, perlu juga diperhatikan upaya-upaya memaksimalkan fungsi dan
peran strategis Guru yang meliputi hak dan kewajiban Guru sebagai tenaga
profesional, pembinaan dan pengembangan profesi Guru, perlindungan hukum,
perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja Guru
tersebut.
Kedudukan Guru sebagai tenaga profesional merupakan bagian dari
pembaharuan sistem pendidikan nasional yang pelaksanaannya memperhatikan
berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pendidikan,
kepegawaian, ketenagakerjaan, keuangan, dan pemerintahan daerah. Berdasarkan hal
tersebut di atas perlu dilakukan langkah sebagaimana disebutkan dalam UUGD yakni
11
menyelenggarakan sertifikasi pendidik berdasarkan kualifikasi akademik dan
kompetensi.12
Penyelenggaraan sertifikasi pendidik berdasarkan kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai salah satu dari langkah-langkah pemerintah dalam pembangunan
sistem pendidikan nasional, bertujuan untuk:13
1. Menentukan kelayakan Guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional;
2. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan;
3. Meningkatkan martabat Guru; dan
4. Meningkatkan profesionalitas Guru.
12
Lihat penjelasan UUGD. Strategi dalam pembangunan sistem pendidikan nasional adalah:
a. Penyelenggaraan sertifikasi pendidik berdasarkan kualifikasi akademik dan kompetensi;
b. Pemenuhan hak dan kewajiban Guru dan Dosen sebagai tenaga profesional yang sesuai
dengan prinsip profesionalitas;
c. Penyelenggaraan kebijakan strategis dalam pengangkatan, penempatan, pemindahan, dan
pemberhentian Guru dan Dosen sesuai dengan kebutuhan, baik jumlah, kualifikasi akademik, maupun kompetensi yang dilakukan secara merata, objektif, dan transparan untuk menjamin keberlangsungan pendidikan;
d. Penyelenggaraan kebijakan strategis dalam pembinaan dan pengembangan profesi Guru dan
Dosen untuk meningkatkan profesionalitas dan pengabdian para Guru dan Dosen;
e. Peningkatan pemberian penghargaan dan jaminan perlindungan terhadap Guru dan Dosen
dalam pelaksanaan tugas profesional;
f. Peningkatan peran organisasi profesi untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan
martabat Guru dan Dosen dalam pelaksanaan tugas sebagai tenaga profesional;
g. Penguatan kesetaraan antara Guru dan Dosen yang bertugas pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan Guru dan Dosen yang bertugas pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat;
h. Penguatan tanggung jawab dan kewajiban Pemerintah dan pemerintah daerah dalam
merealisasikan pencapaian anggaran pendidikan untuk memenuhi hak dan kewajiban Guru dan Dosen sebagai tenaga profesional; dan
i. Peningkatan peran serta masyarakat dalam memenuhi hak dan kewajiban Guru dan Dosen.
13
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk Guru dan
Dosen.14 Dalam perspektif Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen (UUGD) disebut sertifikat pendidik. Pendidik yang dimaksud adalah Guru.
Proses pemberian sertifikat pendidik untuk Guru disebut sertifikasi Guru. Sertifikat
pendidik diberikan kepada Guru yang telah memenuhi standar profesional Guru.
Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik
pendidikan yang berkualitas. Sertifikasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah agar para Guru di berbagai daerah di tanah air dapat bekerja secara
profesional dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai berkas portofolio yang
terdiri bukti-bukti prestasi, hasil kinerja dan berbagai hal yang terkait dengan kiprah
Guru tersebut.15
Guru merupakan profesi seperti profesi lain yaitu: dokter, akuntan, pengacara,
sehingga proses pembuktian profesionalitasnya perlu dilakukan. Seseorang yang akan
menjadi akuntan harus mengikuti pendidikan profesi akuntan terlebih dahulu. Begitu
pula untuk profesi lainnya termasuk profesi Guru. Dasar hukum dalam pelaksanaan
sertifikasi Guru adalah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen (UUGD). Selain UUGD, landasan hukum lainnya adalah Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) dan
14
UUGD, Pasal 1 ayat (11).
15
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi
Bagi Guru Dalam Jabatan yang ditetapkan pada tanggal 4 Mei 2007.
Sebagaimana ketentuan dalam Pasal 8 UUGD disebutkan bahwa Guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Dalam Pasal 11 ayat (1) disebutkan bahwa sertifikat pendidik sebagaimana dalam
Pasal 8 diberikan kepada Guru yang telah memenuhi persyaratan.
Guru merupakan salah satu komponen esensial dalam suatu sistem pendidikan
nasional. Peran, tugas, dan tanggung jawab Guru sangat bermakna dalam
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa,
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, meliputi kualitas iman/taqwa, akhlak
mulia, dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta mewujudkan
masyarakat Indonesia yang maju, adil, makmur, dan beradab. Untuk menjalankan
fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis tersebut, diperlukan Guru yang
profesional.16 Oleh sebab itu, maka sertifikasi Guru dimaksud untuk pengakuan
kedudukan Guru melalui penilaian profesionalisme Guru, guna meningkatkan mutu
pendidikan dalam sistem pendidikan nasional yang dinyatakan dalam bentuk
pemberian sertifikat pendidik.17
16
Buku II Penyusunan Portofolio Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta Mei 2008, hal. 1.
17
Lembaga penyelenggara sertifikasi Guru adalah Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Perguruan Tinggi atau Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK), Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota.18 Salah satu lembaga penyelenggara sertifikasi khusus Guru di
Provinsi Sumatera Utara adalah Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP).
Sebagai lembaga penyelenggara seritikasi Guru, Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP) Provinsi Sumatera Utara melakukan sertifikasi berdasarkan
portofolio Guru dalam jabatan dengan kualifikasi sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 2 ayat (3) Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru
Dalam Jabatan, terdiri dari: Kualifikasi akademik; Pendidikan dan pelatihan;
Pengalaman mengajar; Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran; Penilaian dari
atasan dan pengawas; Prestasi akademik; Karya pengembangan profesi; Kekutsertaan
dalam forum ilmiah; Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan
Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. 19
Berdasarkan data dan wawancara dilakukan di LPMP dan LPTK bahwa
peserta sertifikasi Guru untuk tahun 2010 berjumlah 4728 orang terdiri dari: jalur
langsung 1 orang; jalur portofolio (lulus) 684 orang; tidak lulus (masuk PLPG) 4041
orang; dan 2 orang didiskulifikasi. Terjadi penurunan tingkat kelulusan secara tajam
18
Hoyyima Khoiri, Jitu dan Mudah Lulus Sertifikasi Guru, (Jogjakarta: Bening, 2010), hal. 63.
19
peserta portofolio pada tahun 2010 yakni sekitar 20%. Jumlah peserta yang tidak
lulus di tahun 2010 yakni 4041 orang direkomendasikan untuk masuk PLPG sehingga
peserta yang lulus 3861 orang dan tidak lulus 26 orang serta 154 orang tidak
menghadiri PLPG sama sekali.20
Keadaan demikian menggambarkan bahwa pelaksanaan sertifikasi Guru
berbasis portofolio dilakukan semakin ketat dengan memperhatikan aspek data
portofolio Guru yang dilampirkan. Sebab, masalah yang sering muncul di LPMP
adalah mengenai kelengkapan data peserta (Guru).21 Oleh karena itu, maka perlu
untuk dilakukan penelitian tentang, “Analisis Yuridis Terhadap Sertifikasi Guru
Berbasis Portofolio (Studi Pada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Sumatera
Utara)”, sebagai judul dalam penelitian ini.
B. Perumusan Masalah
Sebagaimana telah diuraikan dalam latar belakang di atas, maka perumusan
masalah yang diteliti adalah:
1. Bagaimanakah pengaturan sertifikasi Guru berdasarkan peraturan
perundang-undangan nasional?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pemberian sertifikasi Guru berbasis portofolio di
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Sumatera Utara?
20
Wawancara dengan Bagian Data Sertifikasi Guru di LPMP tanggal 15 Juni 2011.
21
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam melakukan penelitian ini sebagaimana permasalahan di
atas adalah:
1. Untuk memahami dan mendalami pengaturan sertifikasi Guru berdasarkan
peraturan perundang-undangan nasional.
2. Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan pemberian sertifikasi Guru
berbasis portofolio di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi
Sumatera Utara.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan sejumlah manfaat kepada para pihak, baik
secara teoritis maupun secara praktis, manfaat tersebut adalah:
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat membuka wawasan dan paradigma berfikir
dalam memahami dan mendalami permasalahan hukum khususnya
pemahaman tentang aspek hukum pemberian sertifikasi Guru berbasis
portofolio. Selain itu, menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutannya,
dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan serta sebagai kontribusi bagi
penyempurnaan perangkat peraturan mengenai sistem pendidikan nasional
khususnya pemberian sertifikasi Guru.
2. Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi kalangan Guru-Guru, lembaga
penyelenggara sertifikasi seperti Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan Perguruan Tinggi Penyelenggara yang
telah ditetapkan Pemerintah (LPTK), Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LPMP) Provinsi Sumatera Utara, agar dapat lebih mengetahui dan
memahami tentang peranannya sebagai institusi/lembaga yang diharapkan
dalam menyelenggarakan program sertifikasi Guru meliputi pelaksanaan
tugas, fungsi, dan wewenangnya.
E. Keaslian Penulisan
Guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap masalah yang
sama dengan permasalahan di atas, maka sebelumnya, peneliti telah melakukan
penelusuran di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan di Perpustakaan
Program Studi Magister Ilmu Hukum USU. Namun, berdasarkan penelusuran tidak
ditemukan judul penelitian/tesis yang memiliki kemiripan judul dan permasalahan
yang sama dengan penelitian ini. Oleh karena itu, judul dan permasalahan di dalam
penelitian ini, dinyatakan asli dan jauh dari unsur plagiat.
F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional
1. Kerangka Teori
Pekerjaan Guru dan Dosen sebagai tenaga pendidik merupakan suatu jabatan
profesional yang memiliki peranan dan kompetensi. Guru dan Dosen mempunyai
fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional
bermartabat.22 Profesionalisme merupakan suatu tingkah laku, suatu tujuan atau
rangkaian kualitas yang manandai atau melukiskan corak suatu profesi. Selain itu
profesionalisme juga mengandung pengertian menjalankan suatu profesi untuk
keuntungan atau sebagai sumber penghidupan.23
Profesi pada hakikatnya adalah suatu janji terbuka bahwa seseorang akan
mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa karena
orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan tersebut.24 Menurut
Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, profesi lebih dipusatkannya pada keahlian
dimana bahwa profesi menurutnya merupakan suatu jenis pekerjaan yang berkaitan
dengan bidang keahlian tertentu, semakin ahli di bidangnya, maka semakin
profesional pekerjaannya.25
Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa tidak hanya pengetahuan dan
keahlian khusus melalui persiapan dan latihan yang diharuskan dalam profesi, tetapi
dalam arti ”profession” terpaku juga suatu ”panggilan”. Dengan demikian, arti
”profession” mengandung dua unsur yaitu keahlian dan panggilan. Sehingga seorang
yang profesional harus memadukan dalam diri pribadinya kecakapan teknik yang
diperlukan untuk menjalankan pekerjaannya dan juga kematangan etik. Penguasaan
teknik saja tidak membuat seseorang menjadi profesional melainkan bahwa
kedua-duanya harus menyatu. Berkaitan dengan profesionalisme ini, ada dua pokok yang
22
Oemar H. Malik, Op. Cit., hal. 8.
23
Ondi Saondi dan Aris Suherman, Op. cit., hal. 109.
24
Oemar H. Malik, Op. cit., hal. 1-2.
25
menarik perhatian mengenai profesi dan profesionalisme. Pertama, bahwa
manusia-manusia profesional tidak dapat digolongkan sebagai kelompok kapitalis atau
kelompok kaum buruh. Juga tidak dapat dimasukkan sebagai kelompok administrator
atau birokrat. Kedua, bahwa manusia-manusia profesional merupakan suatu
kelompok tersendiri yang bertugas memutarkan roda lembaga/instansi/perusahaan
melalui suatu status dalam kepemimpinan di segala tingkat mulai dari atasan,
menengah sampai ke bawah.26 Dengan demikian, jika berbicara tentang
profesionalisme, tidak dapat dilepaskan dari masalah kepemimpinan dalam arti yang
luas.
Profesionalisme merupakan suatu proses yang tidak dapat ditahan-tahan
dalam perkembangannya. Talcott Parsons, tidak tahu arah lanjut proses
profesionalisasi itu nantinya, tapi menurutnya keseluruhan kompleks profesionalisme
itu tidak hanya tampil ke depan sebagai sesuatu terkemuka melainkan juga sudah
mulai mendominasi situasi sekarang.27
Menurut Soegito Reksodihardjo, arti kata ”profesi” adalah suatu bidang suatu
kegiatan yang dijalankan oleh seseorang dan merupakan sumber nafkah bagi dirinya.
Meskipun lazimnya profesi dikaitkan dengan taraf lulusan akademi/universitas, suatu
profesi tidak mutlak harus dijalankan oleh seorang sarjana. Dalam masyarakat
Indonesia pun telah dikenal berbagai profesi non-akademik, seperti pemain sepak
bola, dan petinju profesional. Walaupun objek yang ditangani dapat berupa orang
26
Ondi Saondi dan Aris Suherman, Op. cit., hal. 109-110.
27
atau benda fisik, yang menjadi penilaian orang tentang suatu profesi ialah hasilnya,
yaitu tentang mutu jasa atau baik buruknya penanganan fungsi dimaksud. Dalam
situasi yang penuh tantangan dan persaingan ketat seperti sekarang ini, kunci
keberhasilan profesi terletak pada taraf kemahiran orang yang menjalankannya. Taraf
kemahiran demikian hanya dapat diperoleh melalui proses belajar dan berlatih sampai
tingkat kesempurnaan yang dipersyaratkan tercapai bukan melalui jalan pintas.28
Atasan dalam suatu jabatan seharusnya dalam menilai kemampuan orang lain
bukan semata-mata atas dasar gelar akademik (diploma, sarjana, megister), akan
tetapi atas dasar kesanggupannya mewujudkan prestasi berupa kemajuan nyata
dengan modal pengetahuan yang dimiliki. Dalam praktik, dijumpai bahwa tidak
semua orang mampu mendayagunakan pengetahuannya dalam pekerjaan. Tidak
jarang dijumpai seorang sarjana yang mampu bekerja secara rutin. Sebaliknya,
seorang non-sarjana yang kreatif ternyata mampu memberi bukti kesanggupan
berkembang dan menambah aneka bentuk faedah baru dengan dasar pengetahuannya
yang relatif masih terbatas.
Gelar akademik bukan jaminan prestasi seseorang melainkan prestasi harus
diukur di satu pihak dengan hasil yang diperoleh dari seseorang dan di lain pihak
dengan tolak ukur yang dikaitkan dengan kemampuan semestinya ada pada orang itu.
Misalnya Diploma hanya memberi harapan tentang adanya kemampuan itu, tetapi
kemampuan nyata harus dibuktikan melalui hasil penerapan pengetahuan yang
ditandai dengan diploma tadi dalam pekerjaannya.
28
Dalam memperoleh kemampuan demikian, pengalaman merupakan guru
terbaik. Tanpa kesanggupan untuk menarik pelajaran dari pengalamannya, seseorang
tidak mengalami proses kemajuan dan pematangan dalam pekerjaan. Orang yang
sudah puas dengan perolehan tanda lulus atau gelar saja dan tidak meneruskan proses
belajarnya dari praktik bekerja akan mengalami kemunduran dalam dunia yang
dinamis dan akan tertinggal dari yang lain. Berikut ini dikemukakan beberapa ciri
profesionalisme:29
1. Profesionalisme menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil sehingga dituntut untuk selalu mencari peningkatan mutu;
2. Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan;
3. Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tidak mudah puas atau putus asa sampai hasilnya tercapai;
4. Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh keadaan terpaksa atau godaan iman, seperti harta dan kenikmatan hidup; dan 5. Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan pikiran dan perbuatan
sehingga terjaga efektivitas kerja yang tinggi.
Berdasarkan ciri-ciri di atas, dapat dipahami bahwa tidak mudah menjadi
seorang pelaksana profesi yang profesional, harus ada kriteria-kriteria tertentu yang
mendasarinya. Kriteria di atas, tentu harus didasarkan kepada kompetensi. Tjerk
Hooghiemstra, mengemukakan bahwa seorang yang dikatakan profesional adalah
mereka yang sangat kompoten atau memiliki kompetensi-kompetensi tertentu yang
mendasari kinerjanya. Kompetensi menurut Tjerk Hooghiemstra, pada tulisannya
yang berjudul Integrated Management of Human Resources, disebutkan bahwa,
kompetensi adalah karakteristik pokok seseorang yang berhubungan dengan unjuk
29
kerja yang efektif atau superior pada jabatan tertentu. Kompetensi dapat berupa motif,
sifat, konsep diri pribadi, attitude atau nilai-nilai, pengetahuan yang dimiliki,
keterampilan dan berbagai sifat-sifat seseorang yang dapat diukur dan dapat
menunjukkan perbedaan antara rata-rata dengan superior.30
Sehubungan dengan itu, Lyle M. Spencer dalam bukunya berjudul
Competence at Work, tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Tjerk
Hooghiemstra sebelumnya. Kompetensi adalah karakteristik pokok seseorang yang
berhubungan dengan atau menghasilkan untuk kerja yang efektif dan atau superior
pada jabatan tertentu atau situasi tertentu sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
Karakteristik pokok mempunyai arti kompetensi yang sangat mendalam dan
merupakan bagian melekat pada pribadi seseorang dan dapat menyesuaikan sikap
pada berbagai kondisi atau berbagai tugas pada jabatan tertentu. Maka, ada lima
karakteristik kompetensi yaitu: motif; sikap; konsep diri (attitude, nilai-nilai atau
imajinasi diri), pengetahuan atau keterampilan.31
Kompetensi lebih dititik beratkan pada apa yang diharapkan dikerjakan oleh
pekerja di tempat kerja. Dengan perkataan lain, kompetensi menjelaskan apa yang
seharusnya dikerjakan oleh seseorang bukan latihan apa yang seharusnya diikuti.
Kompetensi juga harus dapat menggambarkan kemampuan menggunakan ilmu
pengetahuan dan keterampilan pada situasi dan lingkungan yang baru. Karena itu,
uraian kompetensi harus dapat menggambarkan cara melakukan sesuatu dengan
30
Tjerk Hooghiemstra, dalam Ondi Saondi dan Aris Suherman, Ibid., hal. 112.
31
efektif bukan hanya mendata tugas. Melakukan sesuatu dengan efektif dapat dicapai
dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Sikap kerja atau attitude sangat
memengaruhi produktivitas.
Pekerjaan manusia yang paling terpandang dan dihormati adalah Guru.
Apabila dibandingkan dengan Raja, Presiden, Gubernur, Pejabat, orang kaya, bos,
direktur, dan status sosial ekonomi lainnya, maka pekerjaan tersebut tidak semulia
Guru.32 Oemar Hamalik, dalam bukunya berjudul ”Pendekatan Guru Berdasarkan
Pendekatan Kompetensi”, disebutkannya bahwa hingga sampai saat ini, pekerjaan
Guru sebagai tenaga pendidik masih diperdebatkan apakah termasuk profesi atau
bukan. Sebab sering terjadi seorang Guru gagal dalam mendidik muridnya/siswanya
sementara Guru tersebut telah memiliki gelar akademik walaupun ada juga Guru yang
berhasil mendidik. Ada pula orang tua berhasil dalam medidik anak-anaknya akan
tetapi orang tua tersebut tidak pernah sekalipun mengikuti pendidikan Guru dan
mempelajari ilmu mengajar. Oleh sebab itu, dalam melihat hal tersebut, maka profesi
Guru hendaknya dipahami dalam hubungannya yang luas sebagai berikut:33
1. Peranan pendidikan harus dilihat pembangunan secara menyeluruh yang bertujuan untuk membentuk manusia sesuai dengan cita-cita bangsa. Pembangunan tidak mungkin berhasil jika tidak dilibatkan kemampuan yang dimiliki manusianya. Untuk menyukseskan pembangunan perlu ditata sistem pendidikan yang relevan. Sistem pendidikan dirancang dan dilaksanakan oleh orang-orang yang ahli di bidangnya. Tanpa keahlian yang memadai, maka pendidikan sulit berhasil. Keahlian yang dimiliki oleh tenaga pendidik, tidak dimiliki oleh warga (masyarakat) pada umumnya, melainkan hanya dimiliki
32
Zainal Aqib, Menjadi Guru Profesional Berstandar Nasional, (Bandung: Yrama Widya, 2009), hal. 5.
33
oleh orang-orang tertentu yang telah menjalani pendidikan Guru secara berencana dan sistematik;
2. Hasil pendidikan memang tidak mungkin dilihat dan dirasakan dalam waktu singkat, melainkan diperlukan jangka waktu yang lama. Itulah sebabnya proses pendidikan tidak boleh keliru atau salah. Kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang yang bukan ahli di bidang pendidikan dapat merusak generasi seterusnya. Oleh sebab itu, tangan-tangan yang mengelola sistem pendidikan mulai dari atas samapi ke tingkat bawah harus terdiri dari tenaga-tenaga profesional dalam bidang pendidikan;
3. Sekolah adalah suatu lembaga profesional. Sekolah bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia dewasa yang berkpribadian matang dan tangguh dapat dipertanggungjawabkan dalam masyarakat dan terhadap dirinya. Dimana orang tua peserta didik telah mempercayakan anak-anaknya dididik di sekolah. Tanggung jawab peserta didik tersebut terletak pada Guru-Guru dan tenaga kependidikan lainnya. Oleh karena itu, para Guru-Guru harus dididik dalam profesi kependidikan, agar memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara efisien dan efektif. Hal ini dapat dilakukan jika kedudukan, fungsi, dan peran Guru diakui sebagai suatu profesi;
4. Sesuai dengan hakikat dan kriteria profesi, jelas bahwa pekerjaan Guru harus dilakukan oleh orang yang bertugas sebagai Guru. Pekerjaan Guru adalah pekerjaan yang penuh pengabdian kepada masyarakat dan perlu ditata berdasarkan kode etik tertentu. Kode etik tersebut mengatur bagaimana seorang Guru harus bertingkah laku sesuai dengan norma-norma pekerjaannya, baik dalam hubungan dengan anak didiknya maupun dalam hubungannya dengan teman sejawat; dan
5. Sebagai konsekuensi logis dari pertimbangan tersebut, maka setiap Guru harus memiliki kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi kemasyarakatan. Dengan demikian Guru memiliki kewenangan mengajar untuk diberikan imbalan secara wajar sesuai dengan fungsi dan tugasnya. Tentunya seorang calon Guru harus pula menempuh program pendidikan Guru pada suatu lembaga pendidikan Guru tertentu.
Guru harus bekerja secara profesional karena sejak diundangkannya
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD), pekerjaan Guru
ini, E. Mulyasa, menyatakan bahwa Guru harus profesional dengan memposisikan
dirinya sebagai:34
1. Orang tua yang penuh kasih sayang terhadap peserta didiknya;
2. Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik; 3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan dan melayani peserta
didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya;
4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan sarana pemecahannya; 5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab;
6. Membiasakan peserta didik untuk saling berkomunikasi atau berhubungan dengan orang lain secara wajar;
7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya;
8. Mengembangkan kreativitas; dan 9. Menjadi pembantu ketika diperlukan.
Dalam memenuhi tuntutan di atas, Guru harus mampu memaknai
pembelajaran dan menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi
dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Maka terhadap Guru tersebut harus pula
memiliki kompetensi profesional.35 Menurut konsep Jerman digunakan istilah
kompetensi profesional. Kompetensi profesional mencakup kumpulan beberapa
kompetensi yang berbeda satu sama lain seperti ditunjukkan di bawah ini:36
1. Kompetensi spesialis, yaitu kemampuan untuk keterampilan dan pengetahuan dalam menggunakan alat-alat yang ada dengan sempurna, mengorganisasikan dan menangani masalah;
2. Kompetensi metodik, yaitu kemampuan untuk mengumpulkan dan menganalisa informasi, mengevaluasi informasi, orientasi tujuan kerja, dan bekerja secara sistematis;
3. Kompetensi individu, yaitu kemampuan untuk inisiatif, dipercaya, motivasi, kreatif; dan
34
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 36.
35
Ibid., hal. 37.
36
4. Kompetensi sosial, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi, kerja kelompok, keja sama.
Sehubungan dengan kompetensi profesional tersebut, Guru profesional adalah
Guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas
pendidikan dan pengajaran. Kompetensi dimaksud meliputi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis.
Kompetensi profesional merupakan suatu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh
Guru.37
Kompetensi profesional sebagaimana dalam penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir
c Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Indonesia,
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Berkenaan dengan kompetensi profesionalisme Guru tersebut, dalam
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD), Bab III Pasal 7
ayat (1), profesi Guru harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip berikut:
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
2. Memiliki Komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;
4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; 5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; 6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
37
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan
9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Kompetensi Guru dapat diukur dari berbagai aktifitasnya secara aktif, inovatif
dalam kegiatan ilmiah untuk dapat berhak sebagai penerima sertifikat dalam
sertifikasi Guru. Sertifikasi Guru dimaksud diperhatikan dari portofolio Guru selama
melaksanakan tugasnya. Dimana bahwa portofolio adalah bukti fisik (dokumen) yang
menggambarkan pengalaman berkarya/prestasi yang dicapai selama menjalankan
tugas profesi sebagai Guru dalam interval waktu tertentu.38 Oleh karena itu, terhadap
Guru yang merupakan tenaga profesional di bidang pendidikan dalam perspektif
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD), Guru
dituntut untuk bekerja secara profesional yang didasarkan kepada kompetensi Guru
yang memadai dan memperhatikan kepada kesejahteraan Guru tersebut melalui
sertifikasi.
2. Landasan Konsepsional
Landasan konsepsional digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa
istilah untuk menghindari kesimpangsiuran pemahaman atau perbedaan penafsiran
mengenai definisi atau pengertian. Landasan konsepsional dimaksud adalah sebagai
berkut:
38
a. Pendidikan adalah mencakup pada pendidikan formal terdiri dari SD/MI,
SMP/MTs, dan SMU yang merupakan kumpulan dari semua proses yang
memungkinkan seseorang mampu mengembangkan seluruh kemampuan
(potensi) yang dimilikinya, sikap-sikap dan bentuk perilaku yang bernilai
positif di masyarakat tempat yang bersangkutan berada.39
b. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.40
c. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk Guru.41
d. Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan
kepada Guru sebagai tenaga profesional.42
e. Portofolio adalah bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan pengalaman
berkarya/prestasi yang dicapai selama menjalankan tugas profesi sebagai
Guru dalam interval waktu tertentu.43
f. Kompetensi Guru adalah sejumlah kemampuan yang harus dimiliki Guru
untuk mencapai tingkatan Guru profesional.44
g. Guru profesional adalah Guru yang memenuhi persyaratan kompetensi untuk
melakukan tugas pendidikan dan pengajaran.45
39
M. Sukardjo dan Ukim Komarudin, Op. cit., hal. 8-9.
40
h. Profesi adalah spesialisasi kerja yang membutuhkan keahlian, kemampuan,
teknik, dan prosedur berdasarkan intelektualitas diperoleh melalui studi dan
pelatihan yang bertujuan untuk menciptakan keterampilan dan keahlian dalam
memperoleh imbalan berupa pembayaran upah atau gaji (payment).46
i. Profesionalitas adalah kualitas suatu profesi atau pekerjaan sesuai dengan
standar yang diinginkan dan mendapat pengakuan secara positif dari
klien/masyarakat atas hasil yang dicapai dari profesi yang dilakukannya.47
j. Profesionalisme Guru adalah kegiatan dan/atau usaha meningkatkan
kompetensi Guru ke arah yang lebih baik dilihat dari berbagai aspek demi
terselenggaranya suatu optimalisasi pelayanan kegiatan atau pekerjaan profesi
Guru yang memiliki makna penting.48
k. Kualifikasi akademik yaitu tingkat pendidikan formal yang telah dicapai
sampai dengan Guru mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar (S1, S2, dan
S3) maupun non gelar (D4 atau Post Graduate diploma), baik di dalam
maupun di luar negeri. Bukti fisik yang terikat dengan komponen ini dapat
berupa ijazah atau sertifikat diploma.49
l. Pendidikan dan pelatihan yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan
pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan dan/atau peningkatan
45
Ibid., hal. 29.
46
Dadi Permadi dan Daeng Arifin, The Smilling Teacher Perubahan Motivasi dan Sikap Dalam Mengajar, (Bandung: Nuansa Aulia, 2010), hal. 11.
47
Ibid., hal. 13.
48
M. Surya, Kecenderungan Peranan Guru di Masa Depan, (Bandung: Pikiran Rakyat, 2005), hal. 48.
49
kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik pada tingkat
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Bukti
fisik komponen ini dapat berupa sertifikat, piagam, atau surat keterangan dari
lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan (diklat).50
m. Pengalaman mengajar yaitu masa kerja Guru dalam melaksanakan tugas
sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas
dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah, dan/atau kelompok
masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat
berupa surat keputusan/surat keterangan yang sah dari lembaga yang
berwenang.51
n. Perencanaan pembelajaran yaitu persiapan mengelola pembelajaran yang akan
dilaksanakan dalam kelas pada setiap tatap muka. Perencanaan pembelajaran
ini paling tidak memuat perumusan tujuan/kompetensi, pemilihan
sumber/media pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian proses
hasil belajar. Bukti fisik dari sub komponen ini berupa dokumen pembelajaran
(RP/RPPSP/RPI) yang disahkan oleh atasan.52
o. Penilaian dari atasan dan pengawas yaitu penilaian atasan terhadap
kompetensi kepribadian dan sosial, yang meliputi aspek-aspek: ketaatan
menjalankan ajaran agama, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan, etos
50
Ibid.
51
Ibid., hal. 53-54.
52
kerja, inovasi dan kreativitas, kemampuan menerima kritik dan saran,
kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan berkejasama.53
p. Prestasi akademik yaitu prestasi yang dicapai Guru, utamanya yang terkait
dengan bidang keahliannya yang mendapat pengakuan dari lembaga/panitia
penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional,
maupun internasional. Komponen ini meliputi lomba dan karya ilmiah.54
q. Karya pengembangan profesi terdiri dari 5 (lima) macam kegiatan, yaitu: (1)
menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI), (2) menemukan Teknologi Tepat Guna,
(3) membuat alat peraga/bimbingan, (4) menciptakan karya seni, dan (5)
mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum. Namun, dengan berbagai
alasan, antara lain karena belum jelasnya petunjuk operasional pelaksanaan
dan penilaian dari kegiatan selain menyusun KTI, maka pelaksanaan kegiatan
pengembangan profesi, sebagian terbesar dilakukan melalui KTI. KTI adalah
laporan tertulis tentang (hasil) suatu kegiatan ilmiah. Karena kegiatan ilmiah
banyak macamnya, maka laporan kegiatan ilmiah (KTI) juga beragam
bentuknya. Ada yang berbentuk laporan penelitian, tulisan ilmiah populer,
buku, diktat dan lain-lain.55
53
Ibid., hal. 55.
54
Ibid.
55
r. Keikutsertaan dalam forum ilmiah adalah kegiatan-kegiatan Guru yang
mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah dapat berupa panitia atau sebagai peserta
seminar, lokakarya, dan lain-lain.56
s. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial yaitu
kegiatan-kegiatan yang diikuti melalui organisasi kependidikan misalnya pengalaman
dalam bidang pembina pramuka, pembina Organisasi Siswa Intra Sekolah
(OSIS), dan lain-lain. Dokumen ini dibuktikan dengan surat keterangan dari
atas yaitu Kepala Sekolah.57
t. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan yaitu penghargaan yang
diperoleh karena Guru menunjukkan dedikasi yang baik dalam melaksanakan
tugas dan memenuhi kriteria kuantitatif (lama waktu, hasil, lokasi/geografis),
kualitatif (komitmen, etos kerja), dan relevansi (dalam bidang/rumpun
bidang), baik pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun
internasional. Bukti fisik yang dilapirkan berupa fotokopi sertifikat, piagam,
atau surat keterangan.58
56
Muhamad Zen, Op. cit., hal. 56.
57
Ibid.
58
G. Metode Penelitian
Metode adalah cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami obyek yang
menjadi sasaran penelitian dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.59 Sedangkan
penelitian merupakan suatu kerja ilmiah yang bertujuan untuk mengungkapkan
kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten.60 Penelitian hukum
merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan
pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala
hukum tertentu dengan cara menganalisisnya.61 Dengan demikian metode penelitian
adalah upaya ilmiah untuk memahami dan memecahkan suatu masalah berdasarkan
metode tertentu.
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yaitu
penelitian yang mengacu kepada norma-norma dan asas-asas hukum yang terdapat
dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan atau disebut juga
sebagai penelitian doktrinal.62 Alasan penggunaan penelitian hukum normatif ini
didasarkan pada paradigma hubungan dinamis antara teori, konsep-konsep, dan data
59
Soerjono Soekanto, Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris, (Jakarta: Indonesia Hillco, 1990), hal. 106.
60
Soerjono Soekanto dan Sri Mumadji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2001), hal. 1.
61
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), hal. 6.
62
yang merupakan umpan balik atau modifikasi yang tetap dari teori dan konsep yang
didasarkan pada data yang dikumpulkan. Wawancara terhadap pihak terkait
(informan) juga dilakukan sebagai data pendukung dalam penelitian ini.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
sebagai data pokok yang meliputi:
1. Bahan hukum primer bersifat mengikat yaitu Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas),
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD), Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional (PP
SPN), Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang
Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan, dan Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 022/P/2009 tentang Penetapan Perguruan Tinggi
Penyelenggara Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan;
2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti buku-buku, makalah hasil-hasil
seminar atau pertemuan ilmiah lainnya, majalah, jurnal ilmiah, artikel,
artikel bebas dari internet, surat kabar, dan majalah mingguan sepanjang
memuat informasi yang relevan dengan penelitian ini;63
3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk
63
dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,
seperti kamus umum dan kamus bahasa Indonesia (ensiklopedia).64
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan (library
research) terhadap dokumen-dokumen yang relevan dengan penelitian ini di
perpustakaan dengan melakukan identifikasi data yang ada. Data yang diperoleh
melalui penelitian kepustakaan tersebut selanjutnya akan dipilah-pilah guna
memperoleh pasal-pasal dalam undang-undang terkait dengan sertifikasi Guru yang
mengandung kaedah-kaedah hukum yang kemudian dihubungkan dengan
permasalahan. Kemduian melakukan sistematika data sehingga menghasilkan
klasifikasi yang selaras dengan permasalahan dalam penelitian ini.65
4. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dengan membuat sistematika
dari data sehingga akan menghasilkan klasifikasi tertentu sesuai dengan permasalahan
yang dibahas. Data yang dianalisis secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk
uraian secara sistematis pula dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis
data. Data diseleksi dan diolah kemudian disimpulkan secara deduktif, sehingga
selain menggambarkan dan mengungkapkan dasar hukumnya, juga dapat
memberikan solusi terhadap permasalahan.
64
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op. cit., hal. 14-15.
65
BAB II
PENGATURAN SERTIFIKASI GURU BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL
B. Pengaturan Tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan
3. Pendidik dan Tenaga Kependidikan Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional
Hampir setiap orang pernah memperoleh pendidikan, tetapi tidak semua orang
mengerti makna kata pendidikan, pendidik, dan mendidik. Memahami pendidikan,
ada dua istilah yang dapat mnegarahkan pada pemahaman hakikat pendidikan, yakni
kata paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie bermakna pendidikan sedangkan
paedagogiek bermakna ilmu pendidikan atau ilmu mendidik.66 Tidaklah
mengherankan apabila paedagogik (paedagogics) atau ilmu mendidik adalah ilmu
menggunakan teori yang sistematis tentang pendidikan yang sebenarnya bagai anak
sampai pada anak mencapai kedewasaannya.
Secara estimologik, perkataan paedogogie berasal dari bahasa Yunani, yaitu
paedogogia yang berarti pergaulan dengan anak. Paedogogos adalah hamba atau
orang yang pekerjaannya menghantar dan mengambil budak-budak pulang pergi atau
antar jemput sekolah. Perkataan “paid” merujuk kepada kanak-kanak, yang
menjadikan sebab mengapa sebahagian orang cenderung membedakan antara
pedagogi (mengajar kanak-kanak) dan androgogi (mengajar orang dewasa).
Padegogi yang juga berasal dari bahasa Yunani Kuno dapat dipahami dari kata
66
“paid” yang bermakna “anak”, dan “egogos” yang berarti membina atau
membimbing. Apa yang dipraktikkan dalam pendidikan selama ini adalah konsep
dari padegogi yang secara harfiah adalah seni mengajar atau seni mendidikan
anak-anak.67
Realitasnya, pendidikan pedogogi dalam dunia modern Menurut Taksonomi
Bloom membagi fungsi pembelajaran menjadi tiga area, yakni: Pertama, bidang
kognitif, yakni yang berkenaan dengan aktifitas mental seperti ingatan pemahaman,
penerapan, analisis, evaluasi, dan mencipta; Kedua, bidang efektif, yakni berkenaan
dengan sikap dan rahasia diri; dan Ketiga, bidang psikomotor, yakni berkenaan
dengan aktivitas fisik seperti keterampilan hidup.68
Ketiga wilayah tersebut memiliki sifat yang berbeda, tetapi dalam situasi
pembelajaran semua menjadi satu. Contohnya apabila seorang Guru ingin mengajar
seorang pelajar untuk menulis, Guru tersebut harus mengajar pelajar itu cara
memegang pensil (bidang psikomotor); bentuk huruf dan maknanya (bidang
kognitif); dan juga harus memupuk minat untuk belajar menulis (bidang efektif).
Dengan demikian hakikat pendidikan adalah “handayani” seperti yang dikemukakan
oleh Ki Mohammad Said R yang memiliki arti “memberi pengaruh”. Pendidikan
merupakan kumpulan dari semua proses yang memungkinkan seseorang mampu
mengembangkan seluruh kemampuan (potensi) yang dimilikinya, sikap-sikap dan
67
M. Sukardjo dan Ukim Komarudin, Op. cit., hal. 8.
68