HUBUNGAN PENGGUNAAN
NONSTEROIDAL ANTI INFLAMMATORY DRUGS (NSAIDs) DENGAN KEJADIAN TUKAK PEPTIK
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK TAHUN 2011
Oleh:
NURUL FARAHANI BINTI UMAR NIM: 080100313
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN PENGGUNAAN
NONSTEROIDAL ANTI INFLAMMATORY DRUGS (NSAIDs) DENGAN KEJADIAN TUKAK PEPTIK
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK TAHUN 2011
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
NURUL FARAHANI BINTI UMAR NIM: 080100313
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul: Hubungan Penggunaan Nonsteroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAIDs) dengan Kejadian Tukak Peptik di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Tahun 2011
Nama : Nurul Farahani Binti Umar
NIM : 080100313
Pembimbing, Penguji I,
(Prof. dr. Aznan Lelo, Ph.D, Sp.FK) (dr. Ichwanul Adenin Sp. OG)
Penguji II,
(dr. Arlinda Sari Wahyuni MKes)
Latar belakang: NSAIDs dapat menyebabkan keluhan dyspepsia dan tukak pada saluran pencernaan bagian atas. Disini, insidensi efek samping obat ini dalam kehidupan seharian
belum dikenalpasti. Oleh itu, penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan antara
penggunaan NSAIDs dengan kejadian tukak peptik.
Desain: Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian case control study.
Metode: Yang termasuk dalam studi ini ialah 41 pasien tukak dan pasien non tukak sebagai kelompok kontrol. Dengan menggunakan kuesioner, responden diwawancara untuk
memperoleh maklumat tentang simtom yang dikeluhkan dan riwayat penggunaan NSAIDs
termasuklah jenis NSAIDs yang digunakan, frekuensi dan lama penggunaan obat.
Hasil: 42 orang pasien (median usia 46 tahun, 23 lelaki) terlibat dalam studi ini. Terdapat 16,7% pasien dengan tukak peptik mempunyai riwayat penggunaan NSAIDs tetapi menurut
uji statistik yang dilakukan hasil ini tidak signifikan (p=0,204). Namun, didapatkan hasil yang
signifikan p<0,05 (p=0<020) atau 35,7% pasien yang mengeluhkan nyeri perut selepas
penggunaan NSAIDs. Frekuensi tukak peptic didapati tidak berhubungan dengan lama
penggunaan obat tersebut.
Kesimpulan: Hasil suti ini menunjukkan penggunaan NSAIDs dapat meningkatkan resiko untuk kejadian nyeri perut yang kemudiannya dapat berkomplikasi yang lebih serius seperti
kejadian tukak peptik.
ABSTRACT
Background and Aim : NSAIDs may cause dyspeptic complaints and ulcer in the upper gastrointestinal tract. Here, the true incidence of these side effects in the everyday situation remain uncertain. I therefore investigated the relation of NSAIDs use with peptic ulcer disease.
Designs:Descriptive analytic study with cross sectional design was used.
Methods : Admitted to the studi were 42 patients with peptic ulcer and non peptic ulcer as a control group. Using questionnaire, all of them were interviewed to gather information about symptom that they complaints and history of NSAIDs use including type of NSAIDs, frequency and duration of taking the medicine.
Result: 42 patients (median age 46 years, 23 men) were in the study. There are 16.7% patients with peptic ulcer have a history of using NSAIDs but this is not significant (p=0.204) to relate peptic ulcer as a side effect of taking NSAIDs. But, there are significant result p<0.05 (p=0.020) or 35.7% patients develop troublesome dyspepsia after taking NSAIDs. The frequency of peptic ulcer was independent of the duration of NSAIDs use.
Conclusion: The result of this study suggest that NSAIDs use is associated with small increase risk for dyspepsia that then can develop to more serious complication as peptic ulcer.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Karya tulis ilmiah ini
disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan program studi
Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam karya tulis ini, dipaparkan landasan pemikiran dan segala konsep serta hasil
ya g diperoleh dari pe elitia ya g erjudul Hu u ga Pe ggu aa N“AIDs de ga Kejadia Tukak Peptik di Ru ah “akit Haji Ada Malik, Tahu . Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada:
1. Prof. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. dr. Aznan Lelo, Ph.D, Sp.FK, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan saran-saran selama penulisan karya tulis ilmiah ini.
3. Dr. Ichwanul Adenin Sp. OG dan dr. Arlinda Sari Wahyuni MKes selaku dosen penguji
I dan dosen penguji II.
4. Keluarga penulis yang tercinta yang telah banyak memberikan dukungan dan doa
selama menyiapkan karya tulis ilmiah ini.
5. Seluruh dosen dan staf Program Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
6. Teman-teman seperjuangan penulis yang telah banyak memberikan bantuan dan
dukungan selama penulis menyiapkan karya tulis ilmiah ini.
7. Semua pihak yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam proses
Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukan di masa akan datang dan kiranya dapat menjadi rujukan untuk penulisan yang
lebih baik.
Medan, 25 November 2011
Penulis,
Nurul Farahani Binti Umar
DAFTAR ISI
Halaman
Halama pe gesaha ……….i
ABSTRAK………...ii
ABSTRACT………...iii
Kata pe ga tar………...iv
Daftar isi………...vi
Daftar ga bar………...ix
Daftar tabel……….x
Daftar la pira ……….xi
BAB PENDAHULUAN………...
1.1 Latar Belaka g………
. Ru usa Masalah………...
. Tujua Pe elitia ……….
1. . Tujua U u ………...
. . Tujua Khusus………..
. Ma faat Pe elitia ………...
BAB TINJAUAN PUSTAKA……….
. Tukak Peptik………..…..
. . Patoge esis Tukak Peptik ………...
. . Etiologi Tukak Peptik………
. . Diag osis da Pe eriksaa Pe u ja g………..
. . Terapi Tukak Peptik………
. . Ko plikasi Tukak Peptik………
2.2 Non Steroidal Anti I fla atory Drugs N“AIDs ………..
. . Defi isi N“AIDs………...
2.2.2 Penggunaan NSAIDs dalam pengobatan…….
. . Efek “a pi g N“AIDs………..
BAB KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…....
. Kera gka Ko sep………
. Varia el da Defi isi Operasio al ………...
. . Aspek Pe gukura ……….. 19
. Hipotesis………...
BAB METODE PENELITIAN………..
. Je is Pe elitia ………
4.2 Waktu dan Tempat Pe elitia ……….
. Populasi da “a pel………..
. Teh ik Pe gu pula Data………
. . Metode ………
BAB HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 5.1 Deskripsi Lokasi Pe elitia ………..
. Deskripsi Karakteristik Respo de ………..
. Hasil A alisa Data ………..………...
. Pe ahasa ………..
BAB KESIMPULAN DAN SARAN………..
7.1 Kesi pula ………...
7.2 “ara ……….
DAFTAR PUSTAKA………..
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Esofagus, La u g & Duode u ………
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 3.2 Definisi Operasio al, Cara Ukur, Alat, “kala da Hasil Ukur …...
Ta el . Distri usi “a pel Berdasarka Je is Kela i ……….
Ta el . Distri usi “a pel Berdasarka U ur………...
Tabel 5.3 Distribusi penggunaan jenis NSAIDs de ga kejadia tukak…….
Tabel 5.4 Distribusi penderita dan non penderita tukak peptik berdasarkan
riwayat pe ggu aa N“AIDs………
Tabel 5.5 Distribusi menurut keluhan nyeri perut berdasarkan riwayat
penggunaan NSAIDs……….
Tabel 5.6 Distribusi menurut keluhan mual muntah berdasarkan riwayat
pe ggu aa N“AIDs………..
Tabel 5.7 Distribusi penderita dan non penderita tukak peptik berdasarkan
riwayat durasi pe ggu aa N“AIDs………
Latar belakang: NSAIDs dapat menyebabkan keluhan dyspepsia dan tukak pada saluran pencernaan bagian atas. Disini, insidensi efek samping obat ini dalam kehidupan seharian
belum dikenalpasti. Oleh itu, penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan antara
penggunaan NSAIDs dengan kejadian tukak peptik.
Desain: Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian case control study.
Metode: Yang termasuk dalam studi ini ialah 41 pasien tukak dan pasien non tukak sebagai kelompok kontrol. Dengan menggunakan kuesioner, responden diwawancara untuk
memperoleh maklumat tentang simtom yang dikeluhkan dan riwayat penggunaan NSAIDs
termasuklah jenis NSAIDs yang digunakan, frekuensi dan lama penggunaan obat.
Hasil: 42 orang pasien (median usia 46 tahun, 23 lelaki) terlibat dalam studi ini. Terdapat 16,7% pasien dengan tukak peptik mempunyai riwayat penggunaan NSAIDs tetapi menurut
uji statistik yang dilakukan hasil ini tidak signifikan (p=0,204). Namun, didapatkan hasil yang
signifikan p<0,05 (p=0<020) atau 35,7% pasien yang mengeluhkan nyeri perut selepas
penggunaan NSAIDs. Frekuensi tukak peptic didapati tidak berhubungan dengan lama
penggunaan obat tersebut.
Kesimpulan: Hasil suti ini menunjukkan penggunaan NSAIDs dapat meningkatkan resiko untuk kejadian nyeri perut yang kemudiannya dapat berkomplikasi yang lebih serius seperti
kejadian tukak peptik.
ABSTRACT
Background and Aim : NSAIDs may cause dyspeptic complaints and ulcer in the upper gastrointestinal tract. Here, the true incidence of these side effects in the everyday situation remain uncertain. I therefore investigated the relation of NSAIDs use with peptic ulcer disease.
Designs:Descriptive analytic study with cross sectional design was used.
Methods : Admitted to the studi were 42 patients with peptic ulcer and non peptic ulcer as a control group. Using questionnaire, all of them were interviewed to gather information about symptom that they complaints and history of NSAIDs use including type of NSAIDs, frequency and duration of taking the medicine.
Result: 42 patients (median age 46 years, 23 men) were in the study. There are 16.7% patients with peptic ulcer have a history of using NSAIDs but this is not significant (p=0.204) to relate peptic ulcer as a side effect of taking NSAIDs. But, there are significant result p<0.05 (p=0.020) or 35.7% patients develop troublesome dyspepsia after taking NSAIDs. The frequency of peptic ulcer was independent of the duration of NSAIDs use.
Conclusion: The result of this study suggest that NSAIDs use is associated with small increase risk for dyspepsia that then can develop to more serious complication as peptic ulcer.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs) adalah obat-obatan yang sering digunakan
sebagai obat bagi mengatasi nyeri yang bersifat ringan sedang serta sebagai anti inflamasi
seperti pada pasien dengan kronik artritis (Scott, 2002). Lebih dari 30 juta tablet dan 70 juta
resep di preskripsi per tahunnya di Amerika Syarikat sahaja. Tambahan lagi, sejak
diperkenalkan obat COX-2 inhibitor pada tahun 2000, jumlah peresepan NSAIDs meningkat
melebihi 111 juta resep per tahun. Namun, penggunaan NSAIDs dapat menginduksi
morbiditas yaitu mulai dari efek samping ringan seperti mual dan dispepsia (prevalensi
sekitar 50- 60%) sehingga ke komplikasi yang lebih serius seperti penyakit tukak peptik (3-
4%) yang menyebabkan pendarahan atau perforasi pada 1.5% pengguna NSAIDs per tahun.
Diperkirakan sekitar 20 000 pasien meninggal setiap tahun disebabkan komplikasi pada
sistem gastrointestinal oleh pemakaian NSAIDs (Valle, 2005).
Dikatakan lebih dari 80% pasien yang menderita tukak peptik yang disebabkan
penggunaan NSAIDs, tidak menunjukkan tanda-tanda awal seperti dispepsia sebelum terjadi
komplikasi yang lebih parah. Walaupun dengan penggunaan aspirin dosis 75mg/hari, dapat
menyebabkan ulserasi pada gastrointestinal terutama lambung dan duodenum (Valle,
2005). Faktor usia lanjut, riwayat tukak peptik, penggunaan obat kortikosteroid, dosis
NSAIDs yang tinggi, pemakaian bermacam jenis NSAIDs dan lamanya durasi penggunaan
NSAIDs dikatakan sebagai faktor yang dapat meningkatkan lagi resiko kejadian tukak peptik.
NSAIDs bekerja dengan menginhibisi dua enzim yaitu cyclooxygenase-1 (COX1) dan
cyclooxygenase-2 (COX2). Kedua-dua enzim ini memproduksi prostaglandin, substansi kimia
di dalam tubuh yang berperan dalam mekanisme nyeri dan inflamasi. Namun, COX1 juga
menghasilkan prostaglandin yang berperan memproteksi mukosa lambung dari asam
lambung serta membantu mengatasi pendarahan. Oleh sebab itu, penggunaan NSAIDs
dikatakan dapat meningkatkan kecenderungan untuk menghidap tukak peptik. Resiko untuk
menghidap tukak peptik meningkat dengan meningkatnya dosis dan frekuensi penggunaan
NSAIDs, penggunaan lebih dari satu obat NSAIDs, lama masa penggunaan obat, umur 60
tahun dan ke atas, serta perokok dan pengguna alkohol (Scott, 2002).
Salah satu efek samping pemakaian NSAIDs adalah penyakit tukak peptik. Tukak
peptik adalah lesi yang terjadi karena ketidakseimbangan antara faktor agresif dan faktor
defensif (Suyono, 2001; Anwar, 2000; Guyton, 1990). Menurut Harisson(1994), tukak peptik
didefinisikan sebagai kerusakan integritas mukosa lambung dan/atau duodenum yang
menyebabkan gangguan lokal atau ekskavasi yang disebabkan proses inflamasi. Tukak
peptik dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu, tukak lambung dan tukak duodeni. Penyebab
tersering tukak peptik adalah infeksi bakteri Helicobacter pylori (H.Pylori) dan efek samping penggunaan Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs).
Di Amerika Syarikat, prevalensi tukak peptik mencecah angka 350 000 per tahun.
Angka kematian disebabkan tukak peptik ialah 6000 penderita per tahun dengan
masing-masing 3000 dari penderita tukak duodeni dan 3000 lagi penderita tukak lambung (Num,
2011). Prevalensi tukak peptik di Indonesia pada beberapa penelitian ditemukan antara 6-15
% terutama pada usia 20-50 tahun (Suyono, 2001). Distribusinya pada pria lebih tinggi
dengan 10-15% serta pada wanita mencapai 4-15%. Di Medan, kira-kira 20,01% penduduk
yang menghidap tukak peptik. Tukak peptik merupakan lesi yang hilang timbul dan paling
sering didiagnosis pada orang dewasa usia pertengahan sampai usia lanjut, tetapi lesi ini
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka diperlukan suatu penelitian survey analitik
case control study bagi menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah ada hubungan penggunaan Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs) dengan kejadian tukak
peptik?
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengevaluasi penderita tukak peptik dan non tukak peptik yang
berkunjung ke Rumah Sakit Haji Adam Malik tentang riwayat penggunaan
obat-obatan Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs).
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui seberapa besar kejadian tukak peptik yang disebabkan oleh
penggunaan Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs).
2. Untuk mengetahui jenis obat yang digunakan, dosis dan lama penggunaan obat
yang mempengaruhi kejadian tukak peptik.
3. Untuk mengetahui apakah pasien pengguna NSAIDs mengetahui akan efek
samping penggunaan obat serta cara mencegah komplikasi dari pemakaian obat
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
1. Dapat diketahui seberapa besar kejadian tukak peptik yang disebabkan penggunaan
oleh penggunaan NSAIDs.
2. Menambahkan wawasan pasien-pasien yang menggunakan NSAIDs bagi melakukan
tindakan mencegah efek samping obat terutama kejadian tukak peptik di kemudian
hari.
3. Dapat mengedukasi pasien tentang bahaya penggunaan NSAIDs supaya pasien lebih
berhati-hati dan waspada tentang tanda menghidap komplikasi pemakaian obat
tersebut.
4. Dapat dirumuskan strategi yang efisien, efektif dan komprehensif dalam usaha
mencegah efek samping dari pemakaian NSAIDs.
5. Sebagai informasi tambahan kepada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Tukak Peptik
2.1.1. Definisi Tukak Peptik
Tukak didefinisikan sebagai kerusakan integritas mukosa lambung dan/atau duodenum yang
menyebabkan terjadinya inflamasi lokal (Valle, 2005). Disebut tukak apabila robekan
ukosa erdia eter ≥ kedala a sa pai su ukosa da uskularis ukosa atau
secara klinis tukak adalah hilangnya epitel superfisial atau lapisan lebih dalam dengan
diameter ≥ ya g dapat dia ati se ara e doskopis atau radiologis. Robekan mukosa <
5 mm disebut erosi dimana nekrosis tidak sampai ke muskularis mukosa dan submukosa.
Tukak peptik merujuk kepada penyakit di salur pencernaan bagian atas yang
disebabkan oleh asam dan pepsin. Spektum penyakit tukak peptik adalah luas meliputi
kerusakan mukosa, eritema, erosi mukosa dan ulkus.
2.1.2. Patogenesis Tukak Peptik
Kerusakan pada mukosa gastroduodenum berpunca daripada ketidakseimbangan antara
faktor-faktor yang merusak mukosa dengan faktor yang melindungi mukosa tersebut. Oleh
sebab itu, kerusakan mukosa tidak hanya terjadi apabila terdapat banyak faktor yang
merusakkan mukosa tetapi juga dapat terjadi apabila mekanisme proteksi mukosa gagal.
Faktor pertahanan ini antara lain adalah pembentukan dan sekresi mukus, sekresi
bikarbonat, aliran darah mukosa dan difusi kembali ion hidrogen pada epitel serta
regenerasi epitel. Di samping kedua faktor tadi ada faktor yang merupakan faktor
predisposisi (kontribusi) untuk terjadinya tukak peptik antara lain daerah geografis, jenis
kelamin, faktor stress, herediter, merokok, obat-obatan dan infeksi bakteria agresif.
Pada pengguna NSAIDs, contohnya, indomethacin, diclofenac, dan aspirin (terutamanya pada dosis tinggi), kerjanya yang menghambat enzim siklooksigenase
menyebabkan sintesis prostaglandin dari asam arakidonat turut terhambat. Efek yang tidak
diinginkan pada penggunaan NSAIDs adalah penghambatan sistesis prostaglandin secara
sistemik terutama pada epitel lambung dan duodenum sehingga melemahkan proteksi
mukosa. Tukak dapat terjadi setelah beberapa hari atau minggu penggunaan NSAIDs dan
efek terhadap hambatan aggregasi trombosit menyebabkan bahaya perdarahan pada tukak
(Silbernagl, 2000).
2.1.3. Etiologi Tukak Peptik 1. Infeksi Helicobacter Pylori
Sekitar 90% dari tukak duodenum dan 75 % dari tukak lambung berhubungan dengan
infeksi Helicobacter pylori. Helicobacter Pylori adalah bakteri gram negatif, hidup dalam suasana asam pada lambung/duodenum, ukuran panjang sekitar 3µm dan diameter 0,5µm,
pu ya ≥ flagel pada salah satu uju g ya, terdapat ha ya pada lapisa ukus per ukaa epitel antrum lambung, karena pada epithelium lambung terdapat reseptor adherens in vivo
Tiga mekanisme terjadinya tukak peptik adalah pertama dengan memproduksi toksik
yang menyebabkankerusakan jaringan lokal. Protease dan fospolipase menekan sekresi
mukus sehingga daya tahan mukosa menurun menyebabkan asam lambung berdifusi balik.
Hal ini menyebabkan nekrosis jaringan dan akhirnya berkomplikasi menjadi tukak peptik.
Kedua mekanisme terjadi tukak peptik dengan menginduksi respon imun lokal pada mukos
sehingga terjadi kegagalan respon inflamasi dan reaksi imun untuk mengeliminasi bakteri ini
melalui mobilisasi melalui mediator inflamasi & sel-sel limfosit/PMN. Seterusnya,
peningkatkan level gastrin menyebabkan meningkatnya sekresi asam lambung yang masuk
ke duodenum lalu menjadi tukak duodenum.
2. Sekresi asam lambung
Normal produksi asam lambung kira-kira 20 mEq/jam. Pada penderita tukak,
produksi asam lambung dapat mencapai 40 mEq/jam.
3. Pertahanan Mukosal Lambung
NSAIDs, alkohol, garam empedu, dan zat-zat lain dapat menimbulkan kerusakan
pada mukosa lambung akibat difusi balik asam klorida menyebabkan kerusakan jaringan,
khususnya pada pembuluh darah.
Penggunaan NSAIDs, menghambat kerja dari enzim siklooksigenase (COX) pada
asam arakidonat sehingga menekan produksi prostaglandin. Kerusakan mukosa akibat
hambatan produksi prostaglandin pada penggunaan NSAIDs melalui 4 tahap yaitu : pertama,
penurunkan sekresi mukus dan bikarbonat yang dihasilkan oleh sel epitel pada lambung dan
duodenum menyebabkan pertahanan lambung dan duodenum menurun. Kedua,
penggunaan NSAIDs menyebabkan gangguan sekresi asam dan proliferasi sel-sel mukosa.
Ketiga, terjadi penurunan aliran darah mukosa. Hal demikian terjadi akibat hambatan COX-1
akan menimbulkan vasokonstriksi sehingga aliran darah menurun dan terjadi nekrosis sel
epitel. Tahap keempat berlakunya kerusakan mikrovaskuler yang diperberat oleh platelet
dan mekanisme koagulasi. Hambatan pada COX-2 menyebabkan peningkatan perlekatan
leukosit PMN pada endotel vaskuler gastroduodenal dan mesentrik, dimulai dengan
menyebabkan statis aliran mikrovaskular sehingga terjadinya iskemia dan akhirnya
terjadi tukak peptik.
Tukak lambung memiliki beberapa tipe,yaitu :
Tipe 1, yang paling sering terjadi. Terletak pada kurvatura minor atau proximal
insisura,dekat dengan junction mukosa onsitik dan antral.
Tipe 2, lokasi yang sama dengan tipe 1 tapi berhubungan dengan tukak duodenum.
Tipe 3, terletak pada 2 cm dari pilorus (pyloric channel ulcer). Tipe 4, terletak pada proksimal abdomen atau pada cardia.
2.1.4. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
Sekitar 90% dari penderita mengeluh nyeri pada epigastrium, seperti terbakar
disertai mual, muntah, perut kembung, berat badan menurun, hematemesis, melena dan
anemia disebabkan erosi yg superficial atau erosi dalam pada mukosa gastrointestinal
(McPhee, 1997).
Pemeriksaan Penunjang
Gold Standar adalah pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas ( UGIE-Upper Gastrointestinal Endoscopy) dan biopsi lambung (untuk deteksi kuman H.Pylori, massa tumor, kondisi mukosa lambung)
1.Pemeriksaan Radiologi.
Barium Meal Kontras Ganda dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis tukak peptik.
Gambaran berupa kawah, batas jelas disertai lipatan mukosa teratur dari pinggiran tukak.
Apabila permukaan pinggir tukak tidak teratur dicurigai ganas.
2.Pemeriksaan Endoskopi
Berupa luka terbuka dengan pinggiran teratur, mukosa licin dan normal disertai
lipatan yang teratur yang keluar dari pinggiran tukak. Gambaran tukak akibat keganasan
.Dianjurkan untuk biopsi & endoskopi ulang 8-12 minggu setelah terapi eradikasi. Keunggulan endoskopi dibanding radiologi adalah : dapat mendeteksi lesi kecil diameter <
0,5 cm, dapat melihat lesi yang tertutupi darah dengan penyemprotan air,dapat
memastikan suatu tukak ganas atau jinak, dapat menentukan adanya kuman H.Pylori sebagai penyebab tukak.
3. Invasive Test :
Rapid Urea Test adalah tes kemampuan H.pylori untuk menghidrolisis urea. Enzim urea katalase menguraikan urea menjadi amonia bikarbonat, membuat suasana menjadi
basa, yang diukur dengan indikator pH. Spesimen biopsi dari mukosa lambung diletakkan
pada tempat yang berisi cairan atau medium padat yang mengandung urea dan pH
indikator, jika terdapat H.Pylori pada spesimen tersebut maka akan diubah menjadi ammonia,terjadi perubahan pH dan perubahan warna.
Untuk pemeriksaan histologi, biopsi diambil dari pinggiran dan dasar tukak
minimum 4 sampel untuk 2 kuadran, bila ukuran tukak besar diambil sampel dari 3 kuadran
dari dasar, pinggir dan sekitar tukak, minimal 6 sampel. Pemeriksaan kultur tidak biasa
dilakukan pada pemeriksaan rutin
4.Non Invasive Test.
Urea Breath Test adalah untuk mendeteksi adanya infeksi H.pylori dengan keberadaan urea yang dihasilkan H.pylori, labeled karbondioksida (isotop berat,C-13,C-14) produksi dalam perut, diabsorpsi dalam pembuluh darah, menyebar dalam paru-paru dan
akhirnya dikeluarkan lewat pernapasan. Stool antigen test juga mengidentifikasi adanya
infeksi H.Pylori melalui mendeteksi keadaan antigen H.Pylori dalam faeces.
2.1.5. Terapi Tukak Peptik 1. Terapi non medikamentosa
a) Dianjurkan rawat jalan, apabila gagal atau adanya komplikasi dianjurkan rawat
b) Untuk kontrol diet, air jeruk yang asam, minuman coca cola, bir, kopi dikatakan
tidak mempunyai pengaruh userogenik pada mukosa lambung tetapi dapat
menambah sekresi asam lambung.
c) Penderita dianjurkan untuk berhenti merokok oleh karena dapat mengganggu
penyembuhan tukak gaster kronik, menghambat sekresi bikarbonat pancreas,
menambah keasaman duodeni, menambah refluks duodenogastrik akibat relaksasi
sfingter pylorus sekaligus meningkatkan kekambuhan tukak.
2. Terapi medikamentosa
a) Antasida adalah basa lemah yang bereaksi dengan asam hidroklorik, membentuk garam dan air untuk mengurangi keasaman lambung. Enzim pepsin dapat bekerja
pada pH lebih tinggi dari 4, maka penggunaan antacida juga dapat mengurangkan
aktivitas pepsin.
b) Antagonis Reseptor H2/ARH2.
Penggunaan obat antagonis reseptor H2 digunakan untuk menghambat sekresi
asam lambung yang dikatakan efektif bagi menghambat sekresi asam nocturnal.
Strukturnya homolog dengan histamine. Mekanisme kerjanya secara kompetitif
memblokir perlekatan histamine pada reseptornya sehingga sel parietal tidak dapat
dirangsang untuk mengeluarkan asam lambung. Inhibisi bersifat reversible. Dosis
terapeutik yang digunakan adalah Simetidin : 2 x 400 mg/800 mg malam hari, dosis
maintenance 400 mg, Ranitidine : 300 mg malam hari,dosis maintenance 150 mg,
Nizatidine : 1 x 300 mg malam hari,dosis maintenance 150 mg, Famotidine : 1 x 40
mg malam hari, Roksatidine : 2 x 75 mg / 150 mg malam hari,dosis maintenance 75
mg malam hari.
c) Proton Pump Inhibitor/PPI: mekanisme kerja adalah memblokir kerja enzim K+H+ATPase yang akan memecah K+H+ATP menghasilkan energi yang digunakan
untuk mengeluarkan asam HCL dari kanalikuli sel parietal ke dalam lumen lambung.
PPI mencegah pengeluaran asam lambung dari sel kanalikuli,menyebabkan
dengan pH >4 serta meningkatkan efek eradikasi oleh regimen triple drugs,
Omeprazol 2 x 20 mg atau 1 x 40 mg, Lansprazol/pantoprazol 2 x 40 mg atau 1 x 60
mg.
d) Koloid Bismuth (Coloid Bismuth Subsitrat/CBS dan Bismuth Subsalisilat/BSS) Membentuk lapisan penangkal bersama protein pada dasar tukak dan
melindunginya terhadap pengaruh asam dan pepsin dan efek bakterisidal
terhadap H.Pylori.
e) Sukralfat: Mekanisme kerja berupa pelepasan kutub alumunium hidroksida yang berikatan dengan kutub positif melekul proteinàlapisan fisikokemikal pada dasar
tukakàmelindungi tukak dari asam dan pepsin. Membantu sintesa prostaglandin,
kerjasama dengan EGF ,menambah sekresi bikarbonat &mukus, peningkatan daya
pertahanan dan perbaikan mukosal.
f) Prostaglandin: Mengurangi sekresi asam lambung, meningkatkan sekresi mukus, bikarbonat, peningkatan aliran darah mukosa, pertahanan dan perbaikan mukosa.
Digunakan pada tukak lambung akibat komsumsi NSAIDs.
g) Penatalaksanaan infeksi H.Pylori.
Tujuan eradikasi H.Pylori adalah untuk mengurangi keluhan, penyembuhan tukak dan mencegah kekambuhan. Lama pengobatan eradikasi H.Pylori adalah 2 minggu,untuk kesembuhan tukak,bisa dilanjutkan pemberian PPI selama 3 – 4
minggu lagi ( Finkel R., 2009)
3. Tindakan Operasi
Indikasi untuk melakukan tindakan operasi apabila terapi medik gagal atau
terjadinya komplikasi seperti perdarahan, perforasi, dan obstruksi. Hal ini dapat dilakukan
dengan tindakan vagotomy yaitu dengan melakukan pemotongan cabang saraf vagus yang
menuju lambung menghilangkan fase sefalik sekresi lambung. Tindakan operasi lain seperti
2.1.6. Komplikasi
Tukak dapat berkomplikasi pada perdarahan. Pendarahan berlaku pada 15-20% pasien
tukak peptik. Perdarahan adalah komplikasi tersering pada tukak peptik yaitu pada dinding
posterior bulbus duodenum, karena pada tempat ini dapat terjadi erosi arteria
pankreatikaduodenalis atau arteria gastroduodenalis. Dikatakan 25% daripada kematian
akibat tukak peptik adalah disebabkan komplikasi pendarahan ini (Kumar, 2005).
Komplikasi lain yang bisa terjadi adalah perforasi di lambung sehingga
menyebabakan terjadinya peritonitis. Perforasi terjadi pada 5% pasien tukak peptik.
Diagnosis dipastikan melalui adanya udara bebas dalam rongga peritoneal, dinyatakan
sebagai bulan sabit translusen antara bayangan hati dan diafragma.
Pada tukak juga dapat berkomplikasi menjadi obstruksi. Tukak prepilorik dan
duodeni bisa menimbulkan gastric outlet obstruction melalui terbentuknya fibrosis atau oedem dan spasme. Mual,kembung setelah makan merupakan gejala-gejala yang sering
2.2. Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAIDs) 2.2.1. Definisi
Obat antiinflamasi non steroid, atau yang dikenal dengan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). Istilah "non steroid"
digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki
khasiat serupa. NSAID bukan tergolong obat-obatan jenis narkotika.
Mekanisme kerja NSAID didasarkan atas penghambatan isoenzim COX-1
(cyclooxygenase-1) dan COX-2 (cyclooxygenase-2). Enzim COX ini berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari asam arakidonat. Prostaglandin berperan
dalam proses inflamasi (Finkel, 2009).
NSAID dibagi lagi menjadi beberapa golongan, yaitu :
a) Golongan salisilat (diantaranya aspirin/asam asetilsalisilat, metil salisilat,
magnesium salisilat, salisil salisilat, dan salisilamid),
b) Golongan asam arilalkanoat (diantaranya diklofenak, indometasin, proglumetasin,
dan oksametasin),
c) Golongan profen/asam 2-arilpropionat (diantaranya ibuprofen, alminoprofen,
fenbufen, indoprofen, naproxen, dan ketorolac),
d) Golongan asam fenamat/asam N-arilantranilat (diantaranya asam mefenamat, asam
flufenamat, dan asam tolfenamat),
e) Golongan turunan pirazolidin (diantaranya fenilbutazon, ampiron, metamizol, dan
fenazon),
f) Golongan oksikam (diantaranya piroksikam, dan meloksikam),
g) Golongan penghambat COX-2 (celecoxib, lumiracoxib),
h) Golongan sulfonanilida (nimesulide), serta
Penggunaan NSAID yaitu untuk penanganan kondisi akut dan kronis dimana terdapat
kehadiran rasa nyeri dan radang. Secara umum, NSAID diindikasikan untuk merawat gejala
penyakit seperti rheumatoid arthritis, osteoarthritis, encok akut, nyeri haid, migrain dan sakit kepala, nyeri setelah operasi, nyeri ringan hingga sedang pada luka jaringan,
demam, ileus, dan renal colic .
Sebagian besar NSAID adalah asam lemah, dengan pKa 3-5, diserap baik pada lambung
dan usus halus. NSAID juga terikat dengan baik pada protein plasma (lebih dari 95%), pada
umumnya dengan albumin. Hal ini menyebabkan volume distribusinya bergantung pada
volume plasma. NSAID termetabolisme di hati oleh proses oksidasi dan konjugasi sehingga
menjadi zat metabolit yang tidak aktif, dan dikeluarkan melalui urin atau cairan empedu.
2.2.2. Penggunaan NSAIDs dalam pengobatan
NSAIDs umunya diberikan secara dini dimaksudkan untuk mengatasi rematik akibat
inflamasi yang seringkali dijumpai walaupun belum terjadi proliferasi sinovial yang
bermakna. Selain itu, NSAIDs juga memberikan efek analgesik yang sangat baik. NSAIDs
terutama bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenasi sehingga menekan sintesis
prostaglandin. NSAIDs bekerja dengan cara;
Memungkinkan stabilisasi membran lisosomal
Menghambat pembebasan dan aktivasi mediator inflamasi (histamin, serotonin, enzim lisosomal, dan enzim lainnya)
Menghambat migrasi sel ke tempat peradangan Menghambat proliferasi selular
Menetralisasi radikal oksigen Menekan rasa nyeri
(Sudoyo, dkk, 2007).
Semua NSAIDs secara potensial umumnya bersifat toksik. Toksisitas NSAIDs yang umum
dijumpai adalah efek sampingnya pada traktus gastrointestinalis, terutama jika NSAIDs
digunakan bersama obat-obatan lain, alkohol, kebiasaan merokok, atau dalam keadaan
stress. Usia juga merupakan suatu faktor risiko untuk mendapatkan efek samping
gastrointestinal akibat NSAIDs. Pada pasien sensitif dapat digunakan preparat NSAIDs yang
berupa suppositoria, pro drugs, enteric coated, slow release atau non-acidi.
Efek samping lain yang mungkin dijumpai pada pengobatan NSAIDs antara lain
adalah reaksi hipersensitivitas, gangguan fungsi hati dan ginjal, serta penekanan system
hematopoetik (Sudoyo, dkk, 2007). Menurut Katzung (1998), efek samping yang dapat
terjadi pada penggunaan NSAIDs antara lain;
1. Efek terhadap saluran cerna
Pada dosis yang biasa, efek samping utama adalah gangguan pada lambung
(intoleransi). Gastritis yang timbul pada aspirin mungkin disebabkan oleh iritasi mukosa
lambung oleh tablet yang tidak larut atau karena penghambatan prostaglandin pelindung.
Perdarahan saluran cerna bagian atas yang berhubungan dengan penggunaan NSAIDs
biasanya berkaitan dengan erosi lambung. Peningkatan kehilangan darah yang sedikit
melalui tinja secara rutin serta peningkatan kehilangan darah yang sedikit melalui tinja
secara rutin berhubungan dengan konsumsi NSAIDs ; kira-kira 1 mL darah normal yang
hilang dari tinja per hari meningkat sampai kira-kira 4 mL per hari pada penderita yang
minum NSAIDs dosis biasa dan pada dosis lebih tinggi. Di lain pihak, dengan terapi yang
tepat, ulkusnya sembuh, meskipun diberikan bersamaan. Muntah juga dapat terjadi
sebagai akibat rangsangan susunan saraf pusat setelah absorbsi dosis besar NSAIDs.
2. Efek susunan saraf pusat
De ga dosis ya g le ih ti ggi, pe derita isa e gala i salisilis e -tinitus, penurunan pendengaran, dan vertigo-yang reversibel dengan pengurangan dosis. Dosis
medula oblongata. Pada kadar salisilat toksik yang rendah, bisa timbul respirasi alkalosis
sebagai akibat peningkatan ventilasi. Kemudian asidosis akibat pengumpulan turunan asam
salisilat dan depresi pusat pernapasan.
3. Efek samping lainnya
Dalam dosis harian 2 g atau lebih kecil, biasanya meningkatkan kadar asam urat
serum. Dapat menimbulkan hepatitis ringan yang biasanya asimtomatik, terutama pada
penderita dengan kelainan yang mendasarinya seperti lupus eritematosus sistemik serta
artritis rematoid juvenilis dan dewasa. Dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi
glomerulus yang reversibel pada penderita dengan dasar penyakit ginjal, tetapi dapat pula
(meskipun jarang) tejadi pada ginjal normal. Pada dosis biasa mempunyai efek yang dapat
diabaikan terhadap toleransi glukosa. Sejumlah dosis toksik akan mempengaruhi sistem
kardiovaskular secara langsung serta dapat menekan fungsi jantung dan melebarkan
pembuluh darah perifer. Dosis besar akan mempengaruhi otot polos secara langsung. Reaksi
hipersensitifitas bisa timbul setelah konsumsi pada penderita asma dan polip hidung serta
bisa disertai dengan bronkokonstruksi dan syok. Dikontrainsikasikan pada penderita
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian, maka hal-hal yang hendak diteliti adalah hubungan
penggunaan Nonsteroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAIDs) dengan kejadian tukak peptik.
[image:31.612.105.518.249.660.2]Variabel Indipenden Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Indipenden Variabel Dependen Populasi
NSAIDs (+)
Tukak Peptik
NSAIDs (-)
Sampel
NSAIDs (+)
Non Tukak Peptik
[image:31.612.117.500.437.658.2]NSAIDs (-)
Gambar 3.2 Alur Penelitian Penggunaan NSAIDs
Jenis obat
Kekerapan penggunaan Lama penggunaan
Menderita penyakit
3.2 Variabel dan Definisi Operasional
Tabel 3.2 Definisi Operasional, Cara Ukur, Alat Ukur, Skala Ukur dan Hasil Ukur
Definisi Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
a) Karakteristik Masyarakat Pasien tukak Pasien ada
riwayat tukak atau masa kini telah didiagnosa menderita tukak peptik yang didiagnosa oleh dokter Wawancara dan angket Rekam medis dan kuesioner
Nominal Pasien tukak
digunakan sebagai sampel penelitian ini Pasien Non Tukak Pasien tidak sedang mengalami tukak atau tidah ada riwayat pernah di diagnosa menderita tukak peptik Wawancara dan angket Rekam medis dan kuesioner
Nominal Pasien non
b) NSAIDs Penggunaan NSAIDs Riwayat penggunaan NSAIDs termasuk penggunaan obat aspirin dan NSAIDs jenis lainnya serta kekerapan dan lama penggunaan obat tersebut Wawancara dan angket
Kuesioner Nominal Dikumpul
data mengenai apakah ada riwayat penggunaan NSAIDs termasuk jenis obat, kekerapan pemakaian obat serta lama penggunaan.
3.2.1. Aspek Pengukuran
Pengukuran penggunaan NSAIDs dan kejadian tukak peptik dilakukan dengan
menggunakan kuesioner. Kejadian tukak peptik ditanyakan pada soalan pertama lembar
kuesioner. Skor yang diberikan seperti berikut :
Skor 1 jika responden adalah penderita tukak
Pengukuran penggunaan NSAIDs dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk
mendapatkan informasi tentang adakah responden menggunaan NSAIDs, nama obat yang
digunakan, kekerapan penggunaan obat tersebut serta berapa lama penggunaannya.
Untuk menilai ada atau tidaknya penggunaan NSAIDs, dijumlahkan skor dari
kuesioner soalan kedua hingga kelima. Hasil penjumlahan skor memiliki makna :
Skor 0 jika responden bukan merupakan pengguna NSAIDs
Skor >0 jika responden merupakan pengguna NSAIDs
3.3. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penilaian bersifat analitik. Pendekatan yang digunakan pada
desain penelitian ini adalah case control study, dimana dilakukan pengumpulan data dengan melihat rekam medis pasien serta menggunakan metode wawancara dan
pemberian kuesioner.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dimulai dengan penelusuran daftar pustaka, survey awal, mempersiapkan
proposal penelitian, merancang kuesioner, pelaksanaan penelitian sampai dengan
penyusunan laporan akhir. Penelitian ini berlangsung selama satu bulan yaitu pada Juni
2011. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah pasien-pasien tukak dan non tukak peptik yang berkunjung ke
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan.
Dalam penelitian ini, diambil total sampling untuk sampel pasien tukak peptik serta disesuaikan jumlah kelompok kontrol yaitu pasien non tukak. Jumlah pasien tukak yang ke
RSHAM dianggarkan sekitar 25 pasien per bulan.
Maka, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 orang responden. Langkah
kerjanya adalah :
1. Identifikasi pasien yang pernah menderita tukak atau telah didiagnosa tukak di
2. Kemudian, memberikan kuesioner kepada pasien serta melakukan wawancara
untuk mendapatkan data selengkapnya tentang riwayat penggunaan NSAIDs
pada responden tersebut.
3. Mengidentifikasi pasien non tukak sesuai dengan jumlah pasien tukak tadi
dengan perbandingan sampel dan kontrol 1:1.
4. Hal yang sama dilakukan yaitu memberikan kuesioner serta mewawancara
pasien secara langsung.
4.4. Tehnik Pengumpulan Data 4.4.1. Sumber Data
Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara langsung pada
responden menggunakan kuesioner. Data sekunder adalah data yang diperoleh daripada
informasi yang terdapat dalam rekam medis pasien serta dengan wawancara alloanamnesis
jika pasien tidak mampu menjawab sendiri bagi pihaknya.
4.4.2. Metode Pengumpulan Data a. Instrumen pengumpulan Data.
1. Untuk pengumpulan data primer digunakan instrumen penelitian berupa
kuesioner yang dilakukan uji validitas terlebih dahulu.
2. Kuesioner telah disahkan valid secara validity of content. Pengesahan ini telah dilakukan oleh Prof. dr. Aznan Lelo, Ph.D, Sp.FK, dari divisi Farmakologi.
Perbaikan telah dilakukan menurut saranan yang diberikan dan telah
dipersetujui untuk digunakan dalam penelitian ini.
3. Kuesioner yang sudah selesai diuji digunakan langsung pada responden yang
datang ke Rumah Sakit Haji Adam Malik yang memenuhi kriteria pemilihan
b. Tenaga Pengumpul Data
Pengumpulan data dikerjakan oleh peneliti sendiri dengan mengambil data rekam
medis responden, pemberian kuesioner serta wawancara langsung pada responden jika
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik, Medan. Data diambil dari ruang Rawat Inap
Terpadu (RINDU) A dan B , yang terletak di lantai bawah rumah sakit, setelah mendapat izin
dari bagian Litbang. RSUP H. Adam Malik merupakan sebuah Rumah Sakit Kelas A sesuai SK
Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai SK
Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan
kesehatan dan pendidikan, juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah
pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, D.I. Aceh, Sumatera Barat dan Riau.
Lokasinya dibangun di atas tanah seluas ± 10Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17
Km.12, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.
5.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian adalah semua penderita tukak peptik dan
non penderita sebagai kelompok kontrol yang dirawat inap di ruang Rawat Inap Terpadu A
dan B, RSUP H. Adam Malik, Medan tahun 2011 yang memenuhi kriteria. Semua data
sampel diambil dari data primer, yaitu dengan wawancara langsung pasien atau data
sekunder secara alloanamnesis keluarga pasien. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian adalah total sampling.
Terdapat 42 orang pasien tukak dan non tukak yang memenuhi kriteria menjadi sampel
penelitian, yang terdiri dari 23 (54,8%) orang laki-laki dan 19 (45,2%) orang perempuan.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, distribusi sampel penderita dan non
Tabel 5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Tukak Peptik Total
Penderita Non Penderita
Laki-laki 10
23,8%
13
31,0%
23
54,8%
Perempuan 10
23,8%
9
21,4%
19
45,2%
Total 20
47,6%
22
52,4%
42
100,0%
Pada penelitian ini, penderita terbanyak berdasarkan kelompok umur berada dalam rentang
usia 40-59 tahun, sebanyak 19 (45,2%) orang, diikuti oleh kelompok umur 20-39 tahun
sebanyak 14 (33,3%) orang dan kelompok umur 60 tahun dan ke atas sebanyak 9 (21,4%)
orang.
Menurut penelitian didapatkan distribusi penderita dan non penderita tukak peptik
berdasarkan kelompok umur seperti dalam tabel berikut:
Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur
Umur sampel Tukak Peptik Total
Penderita Non Penderita
20-39 5
11,9%
9
21,4%
14
33,3%
40-59 11
26,1%
8
19,0%
19
45,2%
>60 4
9,5%
5
11,9%
9
21,4%
Total 20
47,6%
22
52,4%
42
[image:39.612.110.534.479.684.2]Diteliti juga distribusi penggunaan jenis NSAIDs yang digunakan dengan kejadian tukak
[image:40.612.107.535.172.406.2]peptik. Hal ini dapat dilihat dalam table 5.3 berikut:
Tabel 5.3. Distribusi menurut penggunaan jenis NSAIDs dengan kejadian tukak peptik
Jenis NSAIDS Tukak Peptik Total
Penderita Non Penderita
Meloxicam 2 4 6
Asam Mefenamat 4 3 7
Bustamol 1 2 3
Salmatab 0 1 1
Aspirin 0 1 1
Irgapan 0 1 1
Total 7 12 19
5.3. Hasil Analisa Data
Daripada data yang telah didapat melalui wawancara dari 42 pasien, dengan
menggunakan Chi Square, dicari hubungan antara penggunaan NSAIDs dengan kejadian tukak peptik.
Tabel 5.4. Distribusi penderita dan non penderita tukak peptik berdasarkan riwayat
penggunaan NSAIDs
Penderita Tukak
Peptik
Riwayat penggunaan NSAIDs Total
Ya Tidak
Ya 7
16,7%
13
31,0%
20
47,6%
Tidak 12
28,6%
10
23,8%
22
52,4%
Total 19
45,2%
23
54,8%
42
[image:40.612.108.533.544.704.2]Menurut tabel di atas, terlihat mereka yang menggunakan tukak peptik lebih banyak tidak
ada riwayat penggunaan NSAIDs yaitu sebanyak 31,0% pasien berbanding 16,7% penderita
yang menderita tukak.Namun, secara statistik, dari hasil uji Chi Square didapat nilai p value (nilai signifikansi adalah 0,204). Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara penggunaan
NSAIDs dengan kejadian tukak peptik.
[image:41.612.111.533.304.519.2]Selanjutnya dari 42 pasien, dengan menggunakan Chi Square, dicari hubungan antara nyeri lambung dengan riwayat penggunaan NSAIDs.
Tabel 5.5. Distribusi menurut keluhan nyeri perut berdasarkan riwayat penggunaan NSAIDs
Nyeri Perut Riwayat penggunaan NSAIDs Total
Ya Tidak
Ya 15
35,7%
10
23,8%
25
59,5%
Tidak 4
9,5%
13
31,0%
17
40,5%
Total 19
45,2%
23
54,8%
42
100,0%
Menurut tabel ini, kebanyakan pasien yang menggunakan NSAIDs akan mengalami keluhan
nyeri perut setelah penggunaan obat tersebut yaitu sebesar 35,7%. Begitu juga dengan
psien yang tidak menggunakan NSAIDs, kebanyakan mereka tidak ada keluhan nyeri perut
setelah penggunaan NSAIDs. Dari hasil uji chi quare didapat nilai p value (nilai signifikansi
adalah 0,020). Hal ini berarti terdapat hubungan antara penggunaan NSAIDs dengan
Selanjutnya, dari 42 pasien, dengan menggunakan Chi Square, dicari hubungan antara keluhan mual muntah dengan penggunaan NSAIDs
Tabel 5.6. Distribusi menurut keluhan mual muntah berdasarkan riwayat penggunaan
NSAIDs
Mual Muntah Riwayat penggunaan NSAIDs Total
Ya Tidak
Ya 7
16,7%
5
11,9%
12
28,6%
Tidak 12
28,6%
18
42,9%
30
71,4%
Total 19
45,2%
23
54,8%
42
100,0%
Dari hasil uji Chi Square didapat nilai p value (nilai signifikansi adalah 0,281). Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara penggunaan NSAIDs dengan kejadian mual muntah.
Selanjutnya, dari 42 pasien, dengan menggunakan Chi Square, dicari hubungan antara kejadian tukak peptik dengan lama penggunaan NSAIDs. Penggunaan NSAIDs dikatakan
singkat apabila pasien menggunakan NSAIDs kurang dari sebulan dan dikatakan penggunaan
[image:42.612.112.532.215.430.2]Tabel 5.7. Distribusi penderita dan non penderita tukak peptik berdasarkan riwayat durasi
penggunaan NSAIDs
Penderita dan Non Penderita Tukak
Peptik
Durasi Penggunaan NSAIDs Total
Singkat Lama
Ya 16
38,1%
4
9,5%
20
47,6%
Tidak 13
31,0%
9
21,4%
22
52,4%
Total 29
69,0%
13
31,0%
42
100,0%
Dari hasil uji chi quare didapat nilai p value (nilai signifikansi adalah 0,143). Hal ini berarti
tidak terdapat hubungan antara lama penggunaan NSAIDs dengan kejadian tukak peptik.
5.4 PEMBAHASAN
Pada penelitian ini didapatkan tiada hubungan yang berarti antara penggunaan
NSAIDs dengan kejadian tukak peptik (Table 5.3), walaupun pada dasarnya menurut
kepustakaan penggunaan NSAIDs sememangnya terkait dengan kejadian tukak peptik.
NSAIDs bekerja dengan menginhibisi dua enzim yaitu cyclooxygenase-1 (COX1) dan
cyclooxygenase-2 (COX2). Kedua-dua enzim ini memproduksi prostaglandin, substansi kimia
di dalam tubuh yang berperan dalam mekanisme nyeri dan inflamasi. Namun, COX1 juga
[image:43.612.107.533.164.408.2]lambung serta membantu mengatasi pendarahan. Oleh sebab itu, penggunaan NSAIDs
dikatakan dapat meningkatkan kecenderungan untuk menghidap tukak peptik (Scott, 2002).
Melalui hasil pembacaan literatur, terdapat penelitian yang mendukung teori ini
yaitu melalui studi tentang penggunaan NSAIDs dengan kejadian dyspepsia serta tukak
peptik yang dilakukan pada 104 orang pasien yang menerima NSAIDs selama 2 minggu atau
lebih. Terdapat 35% pasien yang menyeluhkan nyeri di bagian epigastrium atau dyspepsia
manakala 16% pasien telah didiagnosa tukak. Secara umumnya studi ini menyimpulkan
bahawa 40% pengguna NSAIDs akan mengeluh problema gastrointestinal ( Karger A.G. ,
2006). Melalui penelitian ini didapatkan 35,7% pasien yang menggunakan NSAIDs
mengeluhkan nyeri perut setelah pemakaian obat manakala sebanyak 16,7% pasien
didiagnosa menderita tukak peptik yang mempunyai riwayat penggunaan NSAIDs.
Namun, menurut uji statistik, hubungan antara penggunaan NSAIDs dengan
kejadian tukak adalah tidak signifikan. Perbedaan hasil yang didapatkan pada penelitian ini
mungkin disebabkan pelbagai faktor lain yang yang dapat mempengaruhi hasil seperti
keterbatasan sumber, masa dan tenaga, ketergantungan terhadap responden dan
pengetahuannya, keterbatasan di rumah sakit, serta kemungkinan kekurangan dalam
metode penelitian atau cara pengambilan data. Pada umumnya, pasien dengan tukak peptik
datang dengan keluhan nyeri lambung atau dyspepsia. Diagnosis hanya dapat ditegakkan
dengan menggunakan pemeriksaan endoskopi (gold standar) , x-ray, atau ditemukan
sewaktu pembedahan (emedicine.net). Kesulitan melakukan prosedur dan masalah biaya
menyebabkan pasien sering tidak menerima untuk dilakukan endoskopi. Hal ini
menyebabkan terjadinya underdiagnosis atau overdiagnosis pada pasien-pasien tersebut. Diagnosis secara klinis ini juga berkemungkinan dapat mempengaruhi hasil penelitian ini
karena diagnosis pasien-pasien ini ditegakkan oleh dokter yang merawat masing-masing
Selanjutnya, diteliti hubungan antara kejadian dyspepsia (nyeri epigastrium) dengan
penggunaan NSAIDs (Tabel 5.4). Didapati terdapat hubungan yang bermakna antara
penggunaan NSAIDs dengan kejadian dyspepsia yaitu dengan nilai p=0.02 (p<0.05). Ini
bermakna, pada pasien-pasien yang menggunakan NSAIDs sering mengeluhkan adanya
nyeri lambung dengan mekanisme yang telah dibahaskan di awal tadi. Terdapat jurnal yang
mempunyai hasil yang sama, yaitu apabila dilakukan satu penelitian meta analisis pada hasil
studi pada 92 studi yang respondennya diacak untuk menerima NSAIDs dan placebo sebagai
kelompok kontrol. Kemudian, diteliti efek samping penggunaan NSAIDs dengan keluhan
dyspepsia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa, terdapat peningkatan resiko dyspepsia
dan tukak pada penggunaan NSAIDs dengan risk ratio 1.36 dengan tingkat kepercayaan 95%
(David J.B. , 2002). Analisis lanjutan dengan menggunakan odd ratio dari table 5.5, diperoleh nilai sebesar 4.875.
Hubungan penggunaan NSAIDs dengan kejadian tukak peptik juga dipengaruhi oleh
faktor jenis NSAIDs yang digunakan, kekerapan dan durasi penggunaan serta pemakaian
obat-obatan lain bersamaan penggunaan NSAIDs. Penggunaan NSAIDs dikatakan dapat
menyebabkan problema pada sistem gastrointestinal termasuk keluhan dyspepsia, tukak
peptik, pendarahan serta bisa berkomplikasi kematian. Disebabkan peningkatan resiko ini,
diteliti penggunaan NSAIDs yang kerjanya selektif menginhibisi enzim COX 2 sahaja bagi
mengurangkan efek samping tadi (Logan R. , 2005). Menurut Katzung dalam bukunya Basic & Clinical Pharmacology LANGE, penggunaan NSAIDs yang selektif menghambat COX 2 bekerja menginhibisi sintesis prostasiklin pada tempat terjadinya inflamasi tanpa
mempengaruhi kerja dari COX 1 yang berfungsi melindungi sistem gastrointestinal sehingga
didapatkan pengurangan efek samping kejadian tukak.
Namun, pada penelitian ini, tidak ada tercatat pengunaan NSAIDs yang selektif
menginhibisi COX2 sahaja contohnya obat celecoxib, valdecoxib dan lain-lain. Melalui
penelitian ini didapati bahwa pasien sering menggunakan obat asam mefenamat dan
menderita tukak pada penggunaan asam mefenamat manakala 33,3% pengguna meloxicam
menderita tukak. Hal ini mungkin disebabkan oleh mekanisme masing-masing kerja obat
yang berbeda. Asam mefenamat bekerja dengan menginhibisi kedua-dua jenis COX serta
menghambat phospholipase A2. Dikatakana bahwa pada 10% pengguna obat ini akan
berkomplikasi tukak. Asam mefenamat juga tidak dianjurkan penggunaannya melebihi 1
minggu dan tidak dianjurkan penggunaannya pada anak-anak. Meloxicam bekerja lebih
selektif terhadap penghambatan COX 2 berbanding COX 1 walaupun tidak seselektif seperti
obat-obatan -coxib. Maka efek samping ke lambung juga didapatkan lebih rendah yaitu 7%
berbanding penggunaan asam mefenamat( Katzung B.G., uptoDate). Namun, untuk meneliti
dengan lebih lanjut tentang perbedaan ini, diperlukan jumlah sampel yang besar, kurang
lebih 250 responden untuk mendapatkan hasil yang signifikan.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian mengenai hubungan penggunaan NSAIDs dengan kejadian tukak
peptik ini menunjukkan bahwa sebanyak 16,7% penderita tukak peptik menggunakan
NSAIDs dibanding 31,0 % penderita tukak peptik yang tidak mengkonsumsi NSAIDs.
Manakala hubungan antara keluhan nyeri lambung (dyspepsia), sebesar 35,7% responden
dengan riwayat penggunaan NSAIDs mengeluhkan adanya nyeri di daerah lambung
berbanding 9,5% responden yang mengkonsumsi NSAIDs tanpa keluhan nyeri tersebut.
Secara keseluruhan, disimpulkan bahwa riwayat penggunaan NSAIDs dapat
meningkatkan keluhan nyeri lambung yang seterusnya dapat membawa ke komplikasi yang
lebih parah seperti tukak peptik.
6.2. Saran
Terdapat banyak usaha atau perbaikan yang dapat dilakukan bagi memperbaiki penelitian
ini. Misalnya, bagi peneliti lain yang berminat mengkaji hubungan penggunaan NSAIDs
dengan kejadian tukak, pertanyaan pada kuestioner perlulah lebih terperinci dalam menilai
jenis NSAIDs yang digunakan, frekuensi dan durasi penggunaan NSAIDs serta penggunaan
DAFTAR PUSTAKA
American Collage of Gastroenterology, 2011, The Dangers of Aspirin & NSAIDs, Available
from : http://www.acg.gi.org/aspirin.asp [Accesed 16 Mac 2011]
Branch, K., Hallingstad, D.A., Murphy, M. J., Strauch, G. et al, PathophysiologyConcepts of
Altered Health State, (476-479)
Conroy, M. L., Davis, K. R., Embree J.L., et al, 2011, Gastrointestinal Disorders In Atlas of
Pathophysiology 3rd Edition, Lippincott Williams & Wilkins
Finkel R., Clark M.A., Cubeddu L.X., Harrey R.A., Champe P.C., , Lippi ott’s Illustrated
Review Pharmacology 4th Ed, Pliladelphia: Williams & Wilkins (329-335, 502-509)
Kumar V., Abbas A. K., Fausto N., 2005, Robbins and Cotran Pathologic Basic of Disease 7th
Ed [e-book], Philadelphia: Saunders Elsevier (874-875)
Lelo, A., 2004, Penggunaan Anti-Inflamasi Non-Steroid Yang Rasional Pada Penanggulangan
Nyeri Rematik, Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/3478
. [Accesed 30 April 2011]
McPhee S.J., Lingappa V.R., Ganong W.F., Lange J.D., 1995, Pathophysiology of Disease, An
Introduction to Clinical Medicine 2nd Ed, USA: Appleton & Lange (302-303)
Nam DH, Park SY, Park JM, Kim SC., 2011, Therapeutic and cost effectiveness of proton
pump inhibitor regimens for idiopathic or drug-induced peptic ulcer complication.
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=peptic%20ulcer [
Accesed 6 Mei 2011]
Nasif, H., Dahlan, R., Lingga, I. L., 2008, Profil dan Optimalisasi Penggunaan Kombinasi Anti
Tukak Peptik dengan Antasida Pada Pasien Tukak, Available from :
Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Peura D. A., Czinn S. J., 2004, What I Need To Know About Peptic Ulcers, Available from:
http://www.digestive.niddk.nih.gov. [Accesed 04 Mei 2011]
Ramakrishnan K., Salinas R.C. 2007, Peptic Ulcer Disease . Available from:
http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/nsaids/NSAIDS_PepticUlcers.pdf
page 2 [Accesed 8 April 2011]
Scott D.L.,2002, Rheumatoid arthritis in The Lancet, Available from:
http://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(10)60826-4/fulltext [Accesed 23 April 2011]
Sembiring, C. A., 2011, Tingkat Kepedulian Masyarakat Terhadap Efek Samping Penggunaan
Obat Rematik/Pegal Linu, Available from :
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21438 [Accesed 30 April 2011]
Silbernagl S., Lang F., 2000, Color atlas of Pathophysiology [e-book], Germany: Thieme
(152-155)
Silbernagl, S., Lang, F., 2000, Color Atlas of Pathophysiology, New York : Thieme Stuttgart
(144-147)
Suyono.S., 2011, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Ed III, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,
Valle J.D., 2005, Harrison Principle of Internal Medicine 16th Ed. [e-book], USA: McGraw Hill
(1746-1756)
Wahyuni, A.S. Statistika Kedokteran (disertai aplikasi dengan SPSS). Jakarta: Bamboedoea
Communication.
Welch S. R.,Martin B. R, Modern Pharmacology with Clinical Application [ebook]
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : NURUL FARAHANI BINTI UMAR
Tempat / Tanggal Lahir : Kelantan / 03.08.1990
Agama : Islam
Alamat : PT 528, Kg. Tersusun Jln. Gula,
Simpang 4, 34400 Semanggol, Perak
Riwayat Pendidikan : 1. SK Sri Siakap ( 1997-1998)
. “K Dato’ Ka aruddi -2000)
3. SK Tanjung Malim (2001)
4. SMK Sri Kurau (2002-2004)
5. MRSM Langkawi (2005-2006)
6. Pre-Medical ACMS (2007-2008)
Lampiran 2
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Nurul Farahani Bt. Umar
NIM : 080100313
Alamat : J 11, Taman Setia Budi 1
Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan
ya g seda g elakuka pe elitia de ga judul Hu u ga Penggunaan Nonsteroidal Anti-Infla atory Drugs N“AIDs de ga Kejadia Tukak Peptik
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudara/saudari
sebagai responden, kerahsiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya
akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika saudara/saudari tidak bersedia
menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi saudara/saudari, serta
memungkinkan untuk mengundurkan diri untuk tidak ikut dalam penelitian ini.
Apabila saudara/saudari telah bersetuju, maka saya memohon kesediaannya
untuk menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah
tersedia. Atas perhatian dan kesediaan saudara/saudari menjadi responden, saya
ucapkan terima kasih.
Medan, Juni 2011
Peneliti,
Lampiran 3
LEMBAR PERNYATAANPERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini, menyatakan bersedia untuk
menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara yang bernama Nurul Farahani Bt. Umar, NIM 080100313,
de ga judul Hu u ga Penggunaan Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs) dengan Kejadia Tukak Peptik .
Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap
saya dan keluarga saya. Kerahsiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh
peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Medan, Juni 2011
Responden
Lampiran 4
KUESIONER PENELITIAN
Hubungan Penggunaan Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs)
dengan Kejadian Tukak Peptik di Rumah Sakit Haji Adam Malik
Tahun 2011
No. Responden :
1. Data Responden
Nama :
Umur :
Alamat :
2. Status Responden
i) Adakah anda pernah/ sedang menderita tukak peptik?
Ya Tidak
ii) Apakah keluhan yang anda rasakan?
Nyeri terbakar di daerah perut
Penurunan berat badan
Muntah
Nyeri menghilang setelah makan
iii) Adakah anda pernah mengkonsumsi obat anti inflamasi non steroidal (cth : obat
rematik) ?
Ya Tidak
iv) Jika ya, apakah nama obat tersebut?
__________________________________
v) Kapan saja anda menggunakan obat-obat tersebut?
Bila perlu
2-3 kali seminggu
Sehari sekali
Lebih dari sekali dalam sehari
vi) Sudah berapa lama anda mengkonsumsi obat tersebut?
Sebulan
Kurang tiga bulan (< 3 bulan)
Lampiran 6
Crosstabs
Penderita atau Nonpenderita Tukak Peptik * Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Total Lelaki Perempuan
Tukak Peptik Ya Count 10 10 20
% of Total 23.8% 23.8% 47.6%
Tidak Count 13 9 22
% of Total 31.0% 21.4% 52.4%
Total Count 23 19 42
% of Total 54.8% 45.2% 100.0%
Penderita atau Nonpenderita Tukak Peptik * KelompokUsia
KelompokUsia
Total 20-39 40-59 60->
Tukak Peptik Ya Count 5 11 4 20
Tidak Count 9 8 5 22
% of Total 21.4% 19.0% 11.9% 52.4%
Total Count 14 19 9 42
% of Total 33.3% 45.2% 21.4% 100.0%
Penderita atau Nonpenderita Tukak Peptik * Riwayat penggunaan NSAIDs
Riwayat penggunaan NSAIDs
Total
Ya Tidak
Tukak Peptik Ya Count 7 13 20
Expected Count 9.0 11.0 20.0
% of Total 16.7% 31.0% 47.6%
Tidak Count 12 10 22
Expected Count 10.0 12.0 22.0
% of Total 28.6% 23.8% 52.4%
Total Count 19 23 42
Expected Count 19.0 23.0 42.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig
. (2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 1.616a 1 .204
Continuity Correctionb .923 1 .337
Likelihood Ratio 1.629 1 .202
Fisher's Exact Test .232 .169
Linear-by-Linear
Association
1.577 1 .209
N of Valid Cases 42
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.05.
b. Computed only for a 2x2 table
Nyeri * Riwayat penggunaan NSAIDs
Riwayat penggunaan NSAIDs
Total
Ya Tidak
Nyeri Perut Ya Count 15 10 25
% of Total 35.7% 23.8% 59.5%
Tidak Count 4 13 17
Expected Count 7.7 9.3 17.0
% of Total 9.5% 31.0% 40.5%
Total Count 19 23 42
Expected Count 19.0 23.0 42.0
% of Total 45.2% 54.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 5.433a 1 .020
Continuity Correctionb 4.061 1 .044
Likelihood Ratio 5.642 1 .018
Fisher's Exact Test .029 .021
Linear-by-Linear
Association
5.304 1 .021
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
7.69.
b. Computed only for a 2x2 table
Mual Muntah * Riwayat penggunaan NSAIDs
Riwayat penggunaan NSAIDs
Total
Ya Tidak
Mual Muntah Ya Count 7 5 12
Expected Count 5.4 6.6 12.0
% of Total 16.7% 11.9% 28.6%
Tidak Count 12 18 30
Expected Count 13.6 16.4 30.0
% of Total 28.6% 42.9% 71.4%
Total Count 19 23 42
Expected Count 19.0 23.0 42.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-