• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diskursus Masyarakat Madani Dalam Harian Umum Kompas (Studi Analisis Perbandingan Isi Antara Tulisan Tentang Masyarakat Madani Pada Kompas Masa Orde Baru dan Masa Pasca Orde Baru )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Diskursus Masyarakat Madani Dalam Harian Umum Kompas (Studi Analisis Perbandingan Isi Antara Tulisan Tentang Masyarakat Madani Pada Kompas Masa Orde Baru dan Masa Pasca Orde Baru )"

Copied!
262
0
0

Teks penuh

(1)

▸ Baca selengkapnya: jelaskan tentang krisis hukum yang terjadi pada masa pemerintahan orde baru

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)

DISKURSUS MASYARAKAT MADANI DALAM

HARIAN UMUM KOMPAS

(Studi Analisis Perbandingan Isi Antara Tulisan

Tentang Masyarakat Madani Pada Kompas Masa

Orde Baru dan Masa Pasca Orde Baru)

OLEH

:

SIT1 KHOTIJAH

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(138)

ABSTRAK

SITI KHOTIJAH. Diskursus Masyarakat Madani Dalarn Harian Umurn Kompas (Studi Analisis Perbandingan Isi Antara Tulisan Tentang Masyarakat Madani Pada Kompas Masa Orde Baru Dan Masa Pasca Orde Baru). Dibimbing oleh BASITA GINTING S., SITI SUGIAH MUGNIESYAH, dan MA'MUN SARMA.

Sebuah diskursus merupakan konstruksi sosial, oleh karena itu diskwsus terkait dengan suatu konteks (ruang dan waktu). Dalarn penelitian ini dipelajari perbandingan isi diskursus nnasyarakat madani pada Harian Umum Kompas masa Orde Baru dan masa Pasca Orde Baru. Tujuannya untuk : (1) mengetahui diskripsi perbandingan kecenderungan model pemikiran dalam diskursus tentang masyarakat madani pada Kompas masa ORBA dan pasca ORBA; (2) mengetahui diskripsi perbandingan kecenderungan tema dalam diskursus tentang masyarakat madani pada Kompas masa ORBA dan pasca ORBA; (3) mengetahui diskripsi perbandingan kecenderungan sumber inforrnasi dalam diskwsus tentang masyarakat madani pada Kompas masa ORBA dan pasca ORBA; (4) mengetahui diskripsi perbandingan kecenderungan penggunaan istilah antara istilah civil society, masyarakat sipil, masyarakat warga dan masyarakat madani dalam diskursus tentang masyarakat madani pada Kompas masa ORBA dan pasca ORBA; dan (5) mengetahui diskripsi perbandingan kecenderungan bentuk tulisan yang berupa berita, tajuk rencana dan artikel dalam diskursus tentang masyarakat madani pada Kompas masa ORBA dan pasca ORBA.

Model pemikiran dalam diskursus tentang masyarakat madani yang dominan pada masa Orde Baru adalah masyarakat madani sebagai entitas penyeimbang negara (50 %) dan pada masa Paasca Orde Baru adalah masyarakat madani sebagai ideologi kelas dominan (43,3 %). Kecenderungan tema diskursus masyarakat madani pada masa Orde Baru yaitu tema politik (50 %) dan tema sosial (43,3 %) pada masa Pasca Orde Baru. Sumber informasi yang memiliki frekuensi tertinggi adalah akademisi, yaitu sebanyak 63,3 % pada niasa Orde Baru dan 36,3 % pada masa Pasca Orde Baru. Istilah tentang format masyardcat yang diidealkan yang memiliki kemunculan paling sering adalah istilah civil society (36,7 %) pada masa Orde Baru dan istilah masyarakat madani (90 %) pada masa Pasca Orde Baru. Bentuk tulisan berita memiliki jumlah kemunculan sebanayak 53,3 % pada masa Orde Baru dan 56,7 %

(139)

DISKURSUS MASYARAKAT MADANI DALAM

HARIAN UMUM KOMPAS

(Studi Analisis Perbandingan Isi Antara Tulisan

Tentang Masyarakat Madani Pada Kompas Masa

Orde Baru dan Masa Pasca Orde Baru)

SIT1 KHOTIJAH

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Kornunikasi Pembangunan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(140)

Judul Tesis : Diskursus Masyarakat Madani Dalam Harian Umum Kompas (Studi Analisis Perbandingan Isi Antara Tulisan Tentang Masyarakat Madani Pada Kompas Masa Orde Baru dan Masa Pasca Orde Baru ) Nama : Siti Khotijah

NRP : 98335

Program Studi : Komunikasi Pembangunan

Menyetujui, 1

..

Komisi Pembimbing

Ketua

Ir. Siti Sugiah ~&zniesyah. MS Anggota

Dr. Ir. Ma'mun Sarma. MS. M.Ec Anggota

2. Ketua Program Studi Komunikasi Pemban

Dr. Ir. Aida Vitayala SrHubeis

(141)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

Diskursus Masyarakat Madani Dalam Harian Umum Kompas

(Studi Analisis Perbandingan Isi Antara Tulisan Tentang Masyarakat Madani Pada Kompas Masa Orde Baru Dan Masa Pasca Orde Baru)

Adalah merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Juni 2001

(142)

KIWAYAT HIDUP

(143)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan sekalian alam, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Ungkapan sepenuh hati atas segala kasih-Nya yang selalu tercurall dalam segenap aktivitas hamba-Nya.

Tesis tentang "Diskursus Masyarakat Madani Dalam Harian Umurn Kompas" merupakan sebuah wacana dalam komunikasi pembangunan yang memperlihatkan sisi lain dari media massa negara berkembang. Sebuah perbincangan atau tepatnya kepedulian terhadap mewujudnya format masyarakat baru yang diidealkan.

Tesis ini merupakan salah syarat untuk memperoleh gelar Master Sains pada Program Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikitn terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak DR. Ir. Basita Ginting S., MA, selaku ketua komisi pembimbing, Ibu Ir. Siti Sugiah Mugniesyah, MS dan Bapak DR. Ir. Ma'mun Sarma, MS. M.Ec, selaku anggota komisi pembimbing atas bimbingan, arahan, perbaikan, maupun motivasi dalam penyusunan usulan penelitian sampai penulisan tesis ini.

2. Suami Ir. Nasution Hidayat atas segala kasih sayang, kesabaran, pengertian, dan dukungan finansial sehingga tesis ini menjadi kenyataan. Semoga kita semakin 'menyatu' dalam Satu-Nya.

3. Bunda, mertua, kakak-kakak dan adik-adik di Kebumen dan Sulawesi atas doa, semangat, dan perhatian, yang selalu diberikan selama penyelesaian tesis ini.

(144)

Akhirnya, penulis me~nohon kritik dan saran yang positif pada semua pihak demi kesempumaan tesis ini. Penulis juga berharap semoga tesis ini bermanfaat, khususnya marnpu memberi stimulus bagi pengembangan penelitian lebih lanjut.

(145)

DAFTAR IS1

Halaman

KATA PENGANTAR

...

vii

...

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

...

DAFTAR LAMPIRAN

...

...

PENDAHULUAN

...

Latar Belakang

Perumusan Masalah

. .

...

Tujuan Penelltian

. .

...

...

Kegunaan Penelltian TINJAUAN PUSTAKA

Peranan Media Massa Dalam Pembangunan

...

Diskursus Sebagai Wujud Tindakan Komunikatif

...

...

Masyarakat Madani

...

Sumber Informasi

Realitas Pers Masa Rezim Orde Baru dan Masa Rezim Pasca Orde Baru KERANGKA PEMIKIRAN

...

METODOLOGI PENELITIAIV

Populasi dan Sarnpel

.

.

...

...

Metode Penelltian

Unit Analisa

...

...

Kategorisasi dan Operasionalisasi

Reliabilitas

. .

...

Analisis Data

...

Definisi Istilah

...

PROFIL HARIAN UMUM.KQMPAS

Sejarah Harian Umum Koinpas

...

Visi dan Misi Harian Umum Kompas

...

HASIL DAN PEMBAHASAN

Diskursus Masyarakat Maciani

...

Bentuk Tulisan

...

Berita

...

Berita Pada Masa Orde Baru

...

(146)

...

Berita Pada Masa Pasca Orde Baru

Artikel

...

Artikel Pada Masa Orde Baru

...

...

Artikel Pada Masa Pasca Orde Baru

...

Tajuk Rencana

...

Tajuk Rencana Pada Masa Orde Baru

...

Tajuk Rencana Pada Masa Pasca Orde Baru

...

Model Pemikiran Masyarakat Madani

Penyebutan Istilah Format Masyarakat Yang Diidealkan

...

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

...

Saran

...

...

DAFTAR PUSTAKA

(147)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Bentuk tulisan diskursus masyarakat madani masa Orde baru dan masa

...

Pasca Orde baru 47

2 Model pemikiran masyarakat madani dalam diskursus masyarakat

madani masa Orde barn dan masa Pasca Orde baru

...

81 3 Tema diskursus masyarakat madani masa Orde baru dan masa Pasca

Orde baru

...

86 4 Sumber Informasi diskursus masyarakat madani masa Orde baru dan

masa Pasca Orde baru

...

89

5 Istilah Penyebutan Masyarakat Yang Didealkan dalam diskursus

(148)

PIAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Gambar peringkat proses komunikasi..

. . .

.

.

. . .

. . . .

. . . .

. . .

. . .

. . .

. . . .

. ..

11
(149)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Data sampel tulisan tentang masyarakat madani masa orde baru

...

..

...

..

..

105 2 Data sampel tulisan tentang masyarakat madani masa pasca orde baru... 107

. .

. . .

(150)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perspektif konvensional memaknakan pembangunan lebih pada pertumbuhan aspek material, hal-ha1 yang bersifat kuantitatif. Oleh karena itu, ukuran keberhasilan pembangunan didasarkan patla kemakrnuran ekonomi atau pertumbuhan ekonomi. Indikatornya adalah peningkatan Gross National Product (GNP) -meski tanpa kalkulasi pemerataan distribusi kemakrnman tersebut secara adil dan berakibat pada tingkat disparitas sosial yang tinggi- dan maraknya sektor industri. Seperti terungkap dalam konsepsi penyelenggara negara saat ini, yang dikenal dengan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) (1999 : 7) berikut ini :

"Pembangunan yang terpusat dan tidak merata yang dilaksanakan selama ini ternyata hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi serta tidak diimbangi kehidupan sosial, politik, ekonomi yang demokratis, dan berkeadilan.

Konsep pembangunan berperspektif ekonomi tersebut berbeda dengan perspektif holistik yang melihat isu-isu pembangunan tidak hanya pada aspek material saja tetapi juga pada aspek immaterial yang bersifat kualitatif seperti persoalan spiritualitas, keadilan, pemberdayaan atau peningkatan kecerdasan masyarakat, kesantunan budaya, cinta, simpati, solidaritas, altruisme (sifat mementingkan orang lain). Aspek yang menjadikan puzzle pembangunan menjadi utuh.

(151)

2

Realitas kehidupan masyarakat yang terpenuhi dengan kedua aspek tersebut menjadi penuh harmoni dan indah. Masing-masing entitas didalarnnya berekspresi sesuai fitrahnya, yang hanya berkeinginan untuk membawa kedamaian, ketenangan, dan keindahan. Pada saat yang sama tentu saja egosentrisme, primordialisme atau clanisme, stagnasi (kemandekan) berfikir dan bertindak tidak mewujud dalam diri individu maupun masyarakat.

Oleh karena itu, pembangunan dalam perspektif holistik memiliki makna yang menyeluruh, luas dan mendalam. Seperti ungkapan salah seorang pemikir Indonesia yang terkenal, Soedjatmoko (1986), bahwa pembangunan merupakan suatu proses belajar, yang harus memperjuangkan kemampuan berkembang secara sosial, ekonomi, maupun politis pada semua tingkat dan dalam semua komponen masyarakat sehingga dapat bertahan dan berkembang dalam kehidupan serta dapat mengarahkan realitas sesuai dengan idealitas, tidak sekedar adaptasi terhadap realitas.

Pembangunan dalam pengertian tersebut di atas menekankan dinamika dalam segala aspek kehidupan menuju kesempurnaan. Oleh karena itu, terbuka ruang yang sangat luas dan leluasa bagi gerakan-gerakan (perilaku) kreatif masyarakat. Gerakan yang mengaktualisasikan potensi-potensi dalam diri manusia dan masyarakat. Gerakan-gerakan yang mengekspresikan hakikat eksistensi manusia dan masyarakat sebagai makhluk yang memiliki kepedulian bagi tenvujudnya dunia yang damai dan penuh cinta.

(152)

merupakan potensi yang besar dalam membantu masyarakat mencapai tujuan pembangunan, yang secara r:iil, peranan media massa dapat menyediakan berbagai pengetahuan dan keterampilan. Media massa juga berperan selaku fasilitator dalam arti sebagai wahana berbagi itle, tempat sebuah diskursus atau pengungkapan gagasan dalam rangka pembentukar~ pengetahuan. Seperti diskursus tentang format masyarakat yang diidealkan atau biasa dikenal dengan civil society atau masyarakat sipil atau masyarakat madani pada media massa di Indonesia seperti Harian Umum Kompas.

Diskursus tentang masyarakat madani merupakan upaya pembangunan sumberdaya manusia Indonesia pada sisi intelektualitas, dan merupakan upaya menumbuhkan kesadaran, sikap dan perilaku mandiri (merdeka) dari segala bentuk intervensi yang mengekang e'ksistensi kemanusiaannya, termasuk intervensi negara. Pada sisi lain, dilandasi sikap saling menghormati dan menghargai eksistensi orang lain serta menjaga kedamaian kehidupan bersama. Dengan demikian, diskursus masyarakat madani juga merupakan budaya tandingan terhadap hal-ha1 yang membahayakan kedamaian kehidupan bersama seperti terjadinya konflik sosial di Maluku, Poso, Irian Jaya, Aceh, Sarnpit, dan sebagainya. Oleh karena itu, media massa sebagai media yang memiliki daya jangkau masyarakat luas sangat relevan sebagai fasilitator diskursus. Hal ini bahkan mendapat perhatian dalam GBHN

1999 - 2000 khususnya pada bidang Komunikasi, Informasi, dan Media Massa

sebagai berikut :

(153)

Diskursus tentang format masyarakat madani di Indonesia sebenarnya merupakan imbas dari perkembangan pemikiran yang terjadi di dunia Barat, khususnya di negara-negara irldustri maju di Eropa Barat dan Amerika Serikat, dalam perhatian mereka terhadap perkembangan ekonomi, politik dan sosial budaya di Uni Soviet dan Eropa Timur, serta kalangan akademis di negara-negara bekas blok sosialis. Di Indonesia, pada awalnya diskursus konsep tersebut lebih banyak berbicara mengenai demokratisasi politik dan liberalisasi ekonomi seperti glasnots dan perestroika yang merebak di Rusia pada dasawarsa 1980-an. Konsep masyarakat sipil ditanggapi dengan pe:nuh kecurigaan karena pengertian "sipil" tersebut dikesankan sebagai berkaitan dan tandingan dari "militer", yang dalam masyarakat hadir dalam bentuk dwifungsi ABRI (Rahardjo, 1996).

Diskursus tentang masyarakat madani pada Kompas juga tidak jauh dari kondisi tersebut diatas. Seperti terlihat dalam tulisan yang pertarna kali mengungkap tentang masyarakat madani, yaitu artikel yang ditulis oleh seorang pengamat politik bernama Roekrnini Soedjono. Artikel tersebut merupakan respon terhadap diskursus (perbincangan) tentang masyarakat madani pada saat itu, yang seperti pernyataan Raharjo di atas, perbincangan istilah masyarakat madani diposisikan secara diametral dengan istilah militer, seperti terungkap dalam artikelnya yang berjudul "Civil

society, Kontribusinya Dalarrl proses Demokratisasi" edisi Jum'at, 20 Januari 1995, khususnya pada pendahuluan artikel tersebut yaitu :

(154)

Hal tersebut diatas rnemperlihatkan bahwa diskursus tentang masyarakat madani pada saat itu merupakan respon terhadap realitas kehidupan berbangsa dan bernegara yang didominasi oleh negara. Dominasi tersebut antara lain tercermin dalam ekspansi dan intewensi militer dalam wilayah politik, seperti diungkapkan oleh Rahardjo (1 996) bahwa :

"Pembangunan yang berlangsung dalam era ORBA telah menghasilkan peranan negara (state) yang makin kuat, vis a vis masyarakat (civil society).

Hal tersebut tercermiri dengan makin nampaknya gejala otoritarianisme dan totalitarianisme baik nampak pada kekuasaan presiden maupun makin luasnya penetrasi negara ke dalam semua jaringan masyarakat, demikian pula peranan ideologi Pancasila dalam cara berfikir masyarakat serta peranan politik militer dan Golkar sebagai partai hegemonis".

Oleh karena itu, meskipun Roekrnini Soedjono dalam artikelnya tersebut mengharapkan agar civil society tidak dihadap-hadapkan dengan militer (ABRI) karena persoalan istilah sipil dalam konteks civil society yang berbeda dengan istilah sipil dalam konteks civil realitions. Kata sipil dalam konteks civil society mencakup pengertian yang lebih luas dari kata sipil yang digunakan dalam bahasa Indonesia sebagai lawan kata militer. Menurutnya, konsep civil society memuat kehendak untuk melaksanakan empowerment (pemampuan) pada masyarakat supaya lebih menyeimbangkan dengan state. Pengembangan civil society untuk mencegah kekuasan state yang berlebihan dan memiliki b g s i utama meletakkan dasar-dasar yang dapat membatasi atau mencegah kekuasaan state yang berlebihan. Dengan demikian, yang akan diupayakan melalui konsep civil society adalah agar society

(155)

Dengan demikian diskursus terlihat bahwa (perbincangan) tentang masyarakat madani pada Kompas, awal mulanya lebih mengarah pada model pemaknaan masyarakat madani sebagr~i entitas penyeimbang kekuatan negara. Hal ini disebabkan konteks sosial politik saat itu yang diperintah oleh rezim yang otoriter dan represif.

Setelah rezim ORBA jatuh pada tangggal 21 Mei 1998 oleh people power

yang dimotori mahasiswa, pemikiran tentang masyarakat madani makin gencar diperbincangkan, dan pada Harian Umum Kompas, ha1 tersebut terlihat sangat nyata. Diskursus (perbincangan) teritang masyarakat madani pada awalnya (1995) hanya meliputi 7 tulisan. Pada tahun 1996 meliputi 6 tulisan, 1997 meliputi 33 tulisan.

1998 meliputi 68 tulisan, 1999 meliputi 107 tulisan.'

Perkembangan tersebut tentu sangat menarik untuk diteliti. Mengingat diskursus tentang masyarakat madani dari klasik hingga kontemporer memiliki variasi atau beragam model pemikiran. Keragaman model pemaknaan tersebut merupakan konsekuensi logis dari keragaman dan dinamika pemikiran serta konteks historis tentang pemikiran tersebut dirumuskan.

Keragaman model perriikiran tentang masyarakat madani juga terderivasi pada keragaman tema, istilah, d m posisi subyek penggagas (sumber inforrnasi). Di Indonesia, keragaman istilah penyebutan format masyarakat yang diidealkan meliputi istilah masyarakat madani, masyarakat sipil, civil society, masyarakat warga atau masyarakat kewargaan.

(156)

Penelitian dengan tema tentang masyarakat madani sebenarnya bukan ha1 yang baru. Sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bernama Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF) yang berada di Jakarta, bekerjasama dengan The Asia Foundation (TAF) telah melakukan penelitian tentang peran agama sebagai kekuatan pendorong tegaknya masyarakat madani di Indonesia. Penelitian ini lebih menekankan pada investigasi dan diskripsi kontrbusi agama dalam menegakkan masyarakat madani dengan karakteristik adanya kemajuan, demokrasi dan keadilan. Dalam penelitian ini, format masyarakat madani didasarkan pada hasil studi pustaka dan observasi terhadap realitas massa rezim ORBA serta realitas kekinian (Lembaga Studi Agama dan Filsafat & The Asia Foundation : 1999).

Penelitian mengenai diskursus tentang masyarakat madani pada media massa belum pernah ada yang melakukan. Padahal ha1 ini sangat menarik, mengingat peran media massa dalam pembangunan, khususnya dalam konteks ini pengembangan pemikiran cerdas untuk mewujudkan masyarakat baru yang diidealkan. Media massa telah terbukti merupakan institusi penting yang eksistensinya sangat diperlukan bagi pelaksanaan dan kelancaran pembangunan.

Kompas termasuk media yang paling banyak memuat tulisan mengenai diskursus tentang masyarakat madani, khususnya berupa berita, tajuk rencana dan artikel. Artikel merupakan bentuk tulisan terbanyak dibanding berita dan tajuk

2

rencana

.

Oleh karena itu, Kompas merupakan pilihan peneliti untuk melakukan penelitian mengenai diskursus (perbincangan) masyarakat madani pada media massa,
(157)

8

karena diantara media massa yang lain, Kompas memiliki kepedulian tersendiri terhadap diskursus tentang masyarakat madani.

Penelitian diskursus tentang masyarakat madani pada media massa ini setidaknya dapat memperlihal.kan sisi lain dari pernyataan Whiting (1989) bahwa isi pesan media massa di negara berkembang sebagian merupakan hiburan, pembangkit fantasi, berpihak pada status quo dan tidak mendorong perubahan. Selain itu juga memperlihatkan fungsi komunikasi bagi individu-individu yang peduli dengan pengembangan pemikiran yang visioner. Sebagai kontribusi bagi upaya-upaya untuk mewujudkan masyarakat baru yang diidealkan.

Perurnusan Masalah

Peneliti mencoba melakukan analisis perbandingan isi antara diskursus tentang masyarakat madani pada Kompas masa ORBA dan pasca ORBA. Membandingkan diskursus tentang masyarakat madani yang tenvujud dalam keragaman model pemikiran, tema, sumber informasi, istilah, dan bentuk tulisan. Secara detail, perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana kecenderungan model pemikiran masyarakat madani dalam diskursus tentang masyarakat madani pada Kompas masa ORBA dan pasca ORBA ?

2. Bagaimana kecenderungan tema dalam diskursus tentang masyarakat madani pada Kompas masa ORBA dan pasca ORBA ?

(158)

4. Bagaimana kecenderungim penggunaan istilah antara istilah civil society, masyarakat sipil, masyarakat warga dan masyarakat madani dalam diskursus tentang masyarakat madani pada Kompas masa ORBA dan pasca ORBA ?

5. Bagaimana kecenderungan bentuk tulisan yang berupa berita, tajuk rencana dan artikel dalam diskursus tentang masyarakat madani pada Kompas masa ORBA dan pasca ORBA ?

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui diskripsi perbandingan kecenderungan model pemikiran dalam diskursus tentang masyarakat madani pada Kompas masa ORBA dan pasca ORBA.

2. Mengetahui diskripsi perbandingan kecenderungan tema dalam diskursus tentang masyarakat madani pada Kompas masa ORBA dan pasca ORBA.

3. Mengetahui diskripsi perbandingan kecenderungan surnber inforrnasi dalam diskursus tentang masyarakat madani pada Kompas masa ORBA dan pasca ORBA.

4. Mengetahui diskripsi perbandingan kecenderungan penggunaan istilah antara istilah civil society, masyarakat sipil, masyarakat warga dan masyarakat madani dalam diskursus tentang rrlasyarakat madani pada Kompas masa ORBA dan pasca ORBA.

(159)

Kegunaan Penelitian

I . Kegunaan teoritik

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai realitas diskursus tentang masyarakat madani pada media massa dalam suatu masa yang berbeda. Sehingga memberikan kontribusi teoritis dalam khasanah wacana tentang masyarakat madani dalam media massa dengan mengkaitkan dengan dimensi historis. Hal ini diharapkan dapat membuka wawasan bahwa isi pesan media massa tidak hampa mang dan waktu. Isi pesan media massa merupakan ekspresi, refleksi atas situasi dan kondisi masyarakat atau paling tidak memiliki relevansi satu sama lainnya.

2. Kegunaan terapan

(160)

TINJAUAN PUSTAKA

Peranan Media Massa dalam Pembangunan

Proses komunikasi yang berlangsung pada tataran masyarakat lebih dimotori oleh media massa. Hal ini rnerupakan sebuah keniscayaan mengingat makna dan eksistensi media massa sebagai institusi penting dalam masyarakat.

Makna media massa adalah bentuk komunikasi yang mengggunakan media dan memiliki daya jangkau masyarakat luas. Orientasi pada masyarakat luas inilah yang membedakannya dengan proses komunikasi lainnya. Seperti terlihat dalam persepektif yang mendasarkan pada peringkat organisasi sebagai tempat berlangsungnya komunikasi. Dalam perspektif ini, menurut Mc Quail (1996) komunikasi massa berada padii puncak piramid.

Peringkat proses komunikasi :

-

Masyarakat luas

(misalnya komunikasi massa)

- Institusi atau organisasi

(misalnya sistem politik, badan usaha)

-

Antarkelompok atau asosiasi

(misalnya komunitas seternpbt)

-

Dalam kelompok atau intragroup (misalnya keluarga)

-

Antarpribadi atau interpersonal

(misalnya dua orang)

'\

I

- Interpersonal

[image:160.576.70.495.110.742.2]
(161)

Eksistensi media sebagai institusi memiliki fungsi penting. Aswnsi ini didukung oleh dalil yang dikemukakan oleh Mc Quail (1 996) yaitu :

(1) Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang jasa, dan menghidupkan ha1 yang terkait. Media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-noma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi lainnya. Di lain fihak institusi media diatur oleh masyarakat.

(2) Media massa merupakan surnber kekuatan-alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya.

(3) Media merupakan farurn yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun yang bertaraf internasional.

(4) Media seringkali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertiarl bentuk seni dan simbol tetapi dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma.

(5) Media telah menjadi slnnber dominan untuk memperoleh gambaran dan citra relaitas sosial, menumbuhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang digabung dengan berita dan hiburan.

(162)

Dalam konteks pembangunan, media melakukan peranan untuk membantu mengenalkan perubahan sosial. Dalam ha1 ini media melakukan hal-ha1 seperti : (1) menyampaikan informasii pada masyarakat mengenai pembangunan nasional, memusatkan perhatian masyarakat pada kebutuhan akan perubahan, kesempatan- kesempatan, atau cara-cara rnengadakan perubahan dan sarana-sarananya serta jika memungkinkan membangkitkan aspirasi nasional; (2) memberikan pada masyarakat untuk turut secara aktif dalam proses pengambilan keputusan, memperluas dialog yang melibatkan semua pihak yang akan memutuskan perubahan, menyampaikan pesan-pesan perubahan secara jelas dan memberikan alternatif-alternatif yang akan didiskusikan serta memperlancar arus informasi secara seimbang; dan (3) memberikan pendidikan (Schramm, 1995 : 5 1).

Rogers (1 989) dalam tulisannya yang berjudul 'Komunikasi dan Pembangunan, Memudarnya Model Dominan", setelah mengkritisi paradigma pembangunan dominan yang, lebih mengutamakan pertumbuhan material ekonomi, mengedepankan konsep pembangunan yang memperhatikan nilai-nilai seperti kemajuan, persamaan dan kebebasan. Lebih lanjut Rogers menyatakan bahwa munculnya alternatif-alternatif terhadap paradigma lama (konvensional) tentang pembangunan menyiratkan bahwa peranan komunikasi dalam pembangunan juga harus berubah.

(163)

14

hirarkhis ke bawah yang berakibat pada pendekatan dari pendekatan dari atas (top

down) yang mengisyaratkar~ peranan satu arah dalam komunikasi yang bersifat a- partisipatif dan ketergantungan terhadap pemerintah berubah ke arah peranan komunikasi massa yang bersifat perrnisif dan mendukung.

Pada kasus tertentu, komunikasi massa bahkan tidak melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan pembangunan karena komunikasi massa sekedar mendeskripsikan suatu keberhasilan pembangunan yang dicapai kelompok tertentu. Hal ini secara implisit menyarankan pada kelompok lain untuk lebih giat melakukan yang sama. Disamping itu, komunikasi massa juga memberikan inforrnasi tentang masalah-masalah pembangunan dan berbagai kemungkinan-kemungkinan masalahnya serta inovasi yang tepat dalam menjawab tantangan (kebutuhan masyarakat).

(164)

Diskursus Sebagai Wujud Tindakan Komunikatif

Para pemikir postmodemisme menisbahkan format masyarakat modem sebagai masyarakat rasional, yakni sebuah masyarakat yang mendasarkan diri pada paradigma rasionalitas, dimana segala aktivitas kehidupannya diukur dengan standar kebenaran rasio. Kebenaran yang menganggap bahwa yang rasional adalah yang operasional, efektif, efisien dapat diotomatisasikan dan dapat dimanipulasi. Hal ini mewujud secara dominan dalam bentuk sistem ekonomi kapitalis dan administrasi birokrasi (Habermas dalam IHardiman, 1993). Sistem ekonomi dan adrninistrasi, tersebut, menurut Habermas telah menyebabkan penyingkiran unsur-unsur komunikatif masyarakat yang pada gilirannya menimbulkan erosi makna. Makna rasio seperti diatas menyingkirkan penilaian-penilaian moral, unsur-unsur subjektif, hasrat-hasrat imaginatif, dan sebagainya. Rasio yang disebutnya rasio mental atau rasio teknologis ini dipisahkan dari praksis yaitu tindakan manusia untuk merealisasikan hidup yang lebih baik. Sehingga rasionalisme ini mengakibatkan krisis dalam masyarakat modem seperti hilangnya makna, anomie, penyakit jiwa, alienasi, dan sebagainya.

(165)

16

Teori tindakan komunikatif tersebut mengarah pada sebuah cita-cita universal yakni tenvujudnya sebuah masyarakat komunikatif, yaitu masyarakat yang melakukan kritik dengan tidak melalui revolusi dengan kekerasan melainkan melalui argumentasi. Jenis argumentasi ini antara lain perbincangan atau diskursus (discourse), yang dilakukan untuk mencapai konsensus.

Dalam konteks media massa, khususnya surat kabar harian (misalnya Kompas), diskursus (perbincangan) mewujud dalam bentuk tulisan. Pengertian tulisan, menurut Junaedhie (Ensiklopedi Pers Indonesia : 199 I), adalah karangan atau berita yang dimaksudkan untuk penerbitan pers. Dalam penelitian ini, tulisan meliputi artikel, tajuk rencana, dan berita.

Masyarakat Madani

Masyarakat madani (seringkali juga disebut dengan istilah civil society,

masyarakat sipil, masyarakat warga, masyarakat kewargaan) merupakan konsep yang dinamis. Konsep ini memiliki makna dan penafsiran yang beragam dari berbagai kalangan. Variabel konteks, setting, dan kepentingan subyek sangat menentukan keragaman makna dan penafsiran, sehingga sampai saat ini upaya melakukan teorisasi tentang masyarakat madani masih terus berlangsung.

(166)

definisi yang berada pada dua titik ekstrim, yaitu antara definisi yang memaknai masyarakat madani sebagai entitas negara -baik dalam pengertian negara itu sendiri (state of being ) maupun peranan negara yang dominan- dan definisi yang memaknai masyarakat madani sebagai entitas di luar negara -baik masyarakat madani dalam konteks kontradiktif (berada dalam posisi diametral) maupun penyeimbang negara.

Meskipun demikian, masyarakat madani lebih cenderung dimaknai sebagai entitas di luar negara. Menurut Karni (1999), civil society merupakan strategi gerakan yang berkonsentrasi pada jalur "bawah" yaitu pemberdayaan masyarakat, yang memiliki muatan visi etik yang berkepentingan memelihara kohesi sosial dan menghindari jebakan titik ekstrim (kebebasan tanpa batas). Oleh karena itu, masyarakat madani memuat variabel otonom, public, dan civic. Lebih dari itu, menurut Azra (1999), masyarakat madani mengacu pada pembentukan masyarakat berkualitas civility, keadaban. Sementara itu, menurut Dawam Raharjo dalam Culla (1 999), masyarakat madani lebih mengacu pada penciptaan peradaban, masyarakat madani adalah masyarakat yang etis dan progresif menuju pada terbentuknya peradaban yang unggul.

Di Indonesia, sosialisasi dan pengembangan diskursus masyarakat madani terjadi secara serius pada tahun 1990-an. Hal tersebut sebenarnya merupakan imbas dari pemikiran yang terjadi di dunia Barat serta merupakan cara kalangan intelektual Indonesia dalam merespon rezim Orde Baru yang semakin represif.

(167)

feodal menuju masyarakat industrial kapitalis. Masyarakat madani sebagai gagasan adalah anak kandung filsafat pencerahan yang memunculkan sekulerisme sebagai pandangan dunia (world view) yang menggantikan agama dan sistem politik demokrasi sebagai pengganti sistem monarkhi.

Mengacu pada hasil penelitian Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF) bekerja sama dengan The Asia Foundation (TAF) tahun 1999, diskursus mengenai konsep masyarakat madani dari klasik hingga kontemporer, pada hakikatnya berporos pada lima model pemikiran yaitu :

1. Masyarakat madani dipahami sebagai sistem kenegaraan. Artinya masyarakat madani identik dengan negara. Pemaknaan seperti ini muncul pada saat terjadi tahapan lebih lanjut dari evolusi natural society. Kemunculan masyarakat madani untuk meredam konflik dalam masyarakat, sehingga masyarakat tidak jatuh dalam chaos atau ariarkhi dan perilaku setiap warga negara dapat dikontrol

dan diawasi secara ketat.

2. Masyarakat madani merupakan sebuah visi etis dalam kehidupan berrnasyarakat. Masyarakat madani bertujuan untuk menumbuhkan tanggung jawab sosial dan kohesi sosial (solidaritas sosial). Pada konteks pemahaman penganut ajaran agama yang taat, model pemikiran ini dapat dimaknai sebagai penegakan ajaran Tuhan dalam ruang dan waktu. Pemahaman seperti ini merupakan solusi atau upaya mengantisipasi perubahan sosial yang diakibatkan oleh modernisme (materialisme, individuali sme).

(168)

19

batas yang mutlak menjadi wilayah otonom masyarakat sehingga negara tidak dapat masuk. Masyarakat madani adalah ruang bagi warga untuk dapat mengembangkan kepribadian dan memberi peluang bagi pemuasan kepentingannya secara bebas dan tanpa paksaan. Intervensi negara ke dalam ruang tersebut merupakari ha1 yang tidak sah sehingga masyarakat madani hams lebih kuat dan mengontrol negara demi memenuhi kebutuhannya.

4. Masyarakat madani merupakan elemen ideologi kelas dominan. Masyarakat madani adalah tempat perebutan posisi hegemonik di luar negara dan di dalamnya aparat hegenloni mengembangkan hegemoni untuk membentuk konsensus dalam masyarakat. Dalam proses seperti ini, ada kemungkinan muncul kontra hegemoni di luar kekuatan negara. Pada akhirnya, negara terserap ke dalam masyarakat madani sehingga terbentuk masyarakat teratur. 5. Masyarakat madani dimaknai sebagai entitas penyeimbang negara. Masyarakat

madani tidak apriori subordinatif terhadap negara, bersifat otonom dan memiliki kapasitas politik cukup tinggi sehingga mampu menjadi kekuatan penyeimbang untuk menahan intervensionis negara. Masyarakat madani juga mampu menjadi sumber legitimasi negara dan pada saat yang sama mampu melahirkan kekuatan kritis reflektif untuk mengwangi derajat konflik dalam masyarakat sebagai akibat formasi sosial modern. Masyarakat madani tidak hanya berorientasi pada kepentingan sendiri tetapi juga memiliki sensitifitas terhadap kepentingan publik.

(169)

20

1. Memiliki respek terhadap kehidupan yang mencakup nilai-nilai antikekerasan, menghormati tetangga, dan mempertahankan kehidupan kemanusiaan yang memiliki etika.

2. Adanya kebebasan (kemerdekaan) dan persamaan derajat serta hak-hak asasi manusia, termasuk di dalamnya adalah kebebasan berpendapat, kebebasan pers, dan hak untuk memilih.

3. Keadilan dan kesamaan (justice and equity), dua nilai yang merupakan syarat mutlak bagi perdamaian clan kemajuan manusia. Nilai ini mengatasi kesenjangan sosial ekonomi antarkelompok dalam masyarakat, seperti dalam menanggulangi masalah kemiskinan.

4. Saling mengayomi (caring) yang merupakan tali pengikat yang sangat kuat di dalam setiap masyarakat. Masyarakat madani adalah masyarakat yang saling menghormati bukan hanya antar generasi tetapi juga antar kelompok, antar bangsa, antar daerah, antar agama, dan seterusnya. Dengan sikap ini dapat dihindarkan berbagai jenis keresahan, kekerasan, dan peperangan. Selanjutnya, sikap ini dapat memotivasi manusia melaksanakan tugas-tugas voluntir membantu sesama manusia yang membutuhkan.

(170)

Sumber Informasi

Sumber informasi adalah seseorang yang dijadikan sumber atau referensi (rujukan) dalam berita dan atau komunikator (penulis) artikel. Pada umumnya surnber inforrnasi dalam sebuah diskursus adalah para tokoh akademisi atau cendekiawan, politikus, mahasiswa, budayawan, rohaniawan (tokoh agama). Menurut Dijk dalam Triputra (2000 : 41 I), sumber sebagai aktor berada pada posisi teratas baik individu pada hierarkhi status sosial tertentu maupun posisi dalam kelompoknya atau organisasinya. Dalam konteks media massa, berlaku prinsip jurnalistik yang ketat dalam arti bahwa tokoh (prominent person) merupakan nilai berita.

Tokoh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1 995 : 1064) berarti orang yang terkemuka dan kenamaan. T'erkemuka dan kenamaan terlihat dari banyaknya publik yang mengenalinya, sering menjadi pusat pemberitaan, sering diminta konfirmasi mengenai suatu persoalan, dan sebagainya.

Sumber informasi yang pada umumnya merupakan tokoh-tokoh dalam kalangan akademisi (cendekiawan), politikus, mahasiswa, budayawan, dan rohaniawan (agamawan). Dalam terminologi salah seorang ahli sosiologi yang sangat concern terhadap masyarakat bawah, Syariati (1995), konsep cendekiawan, politikus, mahasiswa, budayawan, dan rohaniawan tercakup dengan istilah rous- hanjkr atau intelektual yang artinya seorang yang memiliki konsepsi teoritis dan terlibat secara langsung melakukan perubahan dalam masyarakat.

(171)

ilmu pengetahuan, memilikii wawasan yang luas, integritas moral yang tinggi dan mempunyai komitmen pada upaya pengembangan masyarakat yang lebih baik.

Realitas Pers Masa Rezim Orde Baru dan Masa Rezim Pasca Orde Baru

Pers memiliki pengertian secara luas dan sempit. Secara luas, pers mencakup semua media komunikasi massa seperti radio, televisi, dan film yang berfungsi menyebarkan informasi, berita, gagasan, pikiran, atau perasaan seseorang atau sekelompok orang kepada :yang lainnya, sedangkan secara sempit, pers hanya digolongkan produk-produk penerbitan yang melewati proses percetakan, seperti surat kabar harian, majalah mingguan, majalah tengah bulanan, dan sebagainya yang dikenal sebagai media cetak (Rahrnadi, 1990).

Kajian terhadap pers, khususnya dalam penelitian ini yang lebih menunjuk pada pers dalam pengertian sempit, menggunakan pendekatan sistem. Pendekatan sistem merupakan pendekatan yang melihat komunikasi sebagai proses yang bersifat holistik (menyeluruh), sehingga dalam mengkaji komunikasi memperhatikan interelasi antara komponen,-komponen yang hams diteliti terrnasuk lingkungan sebagai tempat komunikasi berlangsung (Rogers dan Rogers dalam Rogers, 1989). Hal tersebut juga dikemukakan oleh Hidayat (2000 : 431), bahwa kajian terhadap pers harus diletakkan dalam totalitas sosial yang lebih luas, sebagai bagian integral dari proses-proses ekonomi, sosial dan politik yang berlangsung dalam masyarakat. Senada juga dengan ungkapan Siebert at al. (1 963) bahwa :

(172)

23

Berdasarkan ha1 tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa sistem pers pada suatu negara mencerminkan sistem politik negara tersebut. Sehingga, seperti diungkapkan oleh Sommerlad (1966) bahwa institusi sosial pers mempunyai fimgsi dan sifat yang berbeda antar negara, tergantung pada sistem politik ekonomi dan struktur sosial dari negara tempat pers itu berada. Pada negara yang diperintah oleh rezim otoriter, sistem pers berada di bawah pengawasan rezim secara penuh, yang berbeda dengan negara yang diperintah oleh rezim liberal yang sistem persnya memiliki kebebasan yang penuh.

(173)

Departemen Penerangan menjadi lembaga penjaga gerbang inforrnasi yang sangat efektif bagi kepentingan .pemerintah. Selain itu, Departemen Penerangan mempunyai wewenang mencegah tangkal visa bagi wartawan maupun koresponden luar negeri dan mencegah tangkal tayangan siaran langsung televisi dari dan ke luar negeri. Oleh karena itu, juga memiliki wewenang dalam pengaturan agenda informasi dari dan dalam luar negeri (Ishadi dalam Hidayat dkk, 2000).

Dengan melihat konipleksitas empirik, Hidayat (dalam Ibiu!) mengatakan bahwa :

"Struktur ekonomi-politik pers Orde Baru, dalam banyak dimensinya, memang terbentuk oleh adanya intervensi rezim penguasa. Jelas bahwa rezim penguasa Orde Baru, sebagai agen pelaku sosial, memiliki kapasitas untuk menentukan arah proses-proses komersialisasi, liberalisasi, privatisasi, dan internasionalisasi yang membentuk struktur ekonomi-politik pers pada masa itu melalui berbagai k~ebijakan, praktek politik dan ekonomi mereka bersama para kroni".

(174)

kebebasan pers (UU Pokok Pers dan Peraturan Menteri Penerangan Mengenai Kebebasan Pers) (Bhakti dalam Ibid.).

Sedangkan pers Indonesia menjelang dan sesudah berakhirnya kekuasaan Soeharto (rezim Orde Baru), terjadi perubahan struktur ekonomi-politik pers. Para jurnalis memiliki kapasitas yang untuk melakukan tindakan signifikan. Terjadi perubahan teks isi media yang memberikan kontribusi pada eskalasi atau akumulasi tekanan-tekanan terhadap stabilitas hegemoni penguasa dan kemapanan struktur politik yang otoriter Orde Barn.

(175)

KERANGKA PEMIKIRAN

Diskursus masyarakat madani dalam Harian Umum Kompas pada masa Orde Baru dan masa pasca Orde Baru mewujud dalam bentuk tulisan yang berupa artikel, berita, dan tajuk rencana. Dari ketiga bentuk tulisan tersebut terkategori menjadi model pemikiran masyarakat. madani, sumber informasi, tema, dan penyebutan istilah tentang masyarakat yang diidealkan. Kecenderungan atau fiekuensi kemunculan masing-masing kategori, secara kuantitatif dikalkulasi kemudian dianalisis secara kualitatif.

[image:175.578.67.512.177.694.2]

Pemunculan .Pemunculan

Gambar 2. Bagan kerangka pemikiran Diskursus (Bentuk Tulisan) Tentang Pemunculan

r;""l

Masyardlat Pemunculan

r""l

Madani

I

Tajuk Rencana Artikel Berita

Model Pemikiran Masyarakat Madani Tema Surnber Informasi Penyebutan Istilah

(176)

METODOLOGI PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua tulisan masyarakat madani yang di muat dalam Harian Umum Kompas, sedangkan sebagai sampel adalah tulisan tentang masyarakat madani selama masa pemerintahan Soeharto (masa Orde Baru) dan satu setelah pemerintahan Soeharto (masa pasca Orde Baru). Sampel sesuai ketetapan dalam analisis isi minimal sekitar 30 sampel (Bailey, 1982 : 95-96).

Data tulisan tentang rnasyarakat madani dalam masa pemerintahan Soeharto hanya 26 buah tulisan. Oleh karena itu, semua tulisan dijadikan sebagai sampel. Sedangkan data tulisan tentang masyarakat madani selama satu tahun setelah berakhirnya masa Orde Baru adalah 123 buah tulisan. Dari jumlah tersebut diambil secara acak sejumlah 30 buah tulisan untuk dijadikan sebagai sampel pada masa pasca Orde Baru. Data sampel tersebut sebagaimana terlampir pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Metode Penelitian

Penelitan ini termask dalarn format penelitian diskriptif. Penelitian diskriptif bertujuan memberikan diskripsi sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti (Faisal, 1995 : 20). Penelitian ini menggunakan teknik analisis isi terhadap tulisan tentang masyarakat madani pada Harian Umum Kompas. Menurut Berger (1 991 : 92), analisis isi adalah :

(177)

28

Selain itu, juga digunakan pendekatan kualitatif untuk menggali informasi secara lebih mendalam. Hal ini seperti diungkapkan oleh Berelson dalam Content Analysis in Communication Research (1952 : 1 15) :

". .

.adding the qualitative dimension to a quantitative analysis".

Unit Analisis

Unit analisa dalam penelitian ini adalah per-tulisan tentang masyarakat madani. Satu tulisan diawali dengan judul dan diakhiri oleh kalimat akhir penutup yang diakhiri dengan tanda titik yang menandai berakhirnya suatu tulisan tentang masyarakat madani

.

Kategorisasi dan Operasionalisasi Kategori

Kategorisasi penelitian ini meliputi : (a) kategori diskursus, (b) kategori model pemikiran masyarakat madani, (c) kategori tema, (d) kategori sumber informasi, (e) kategori istilah.

Berikut uraian mengenai kategori d m definisi kategori dalam penelitian ini :

a. Kategori diskursus yaitu :

1. Artikel : karangan, karya tulis lengkap dalam surat khabar.

2. Berita : bentuk tulisan yang bersifat melaporkan kejadian atau mengulas, menganalisis peristiwa.

3. Tajuk rencana : karangan pokok dalam swat khabar. b. Kategori model pemikiran masyarakat madani yaitu :

(178)

30 Politikus : sumber informasi yang memiliki peran praksis dalam dunia politik, misalnya orang yang telah dan atau sedang aktif di partai politik, parlemen.

Mahasiswa : sumber informasi yang masih dalam tahap belajar di perguruan tinggi.

Budayawan : sumber informasi yang berasal dari k.alangan komunitas yang yang memiliki apresiasi terhadap wacana budaya dan atau terlibat secara praktis dalam aktivitas pengembangan budaya.

Aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) : orang yang memiliki apresiasi dan terlibat secara langsung dalam pemberdayaan masyarakat. Pada umumnya mereka terorganisir dalam kelembagaan LSM.

Jurnalis : orang yang bekerja dalam struktur keorganisasian lembaga media massa, dalam konteks penelitian ini, khususnya yang berkaitan dengan ha1 investigasi, penentuan materi untuk suaatu tulisan, penulisan dan atau publikasi tulisan kepada khalayak urnum (persurat-khabaran). Dalam ha1 ini jurnalis berarti wartawan, redaktur (sidang redaksi), editor.

Pemerintah (birokrat, eksekutif) : orang yaang menjalankan roda suatu pemerintahan.

(179)

e. Kategori istilah yaitu :

1. Istilah masyarakat madani merupakan padanan dari civil society yang telah di alih-bahasakan ke dalam bahasa Indonesia.

2. Istilah civil society merupakan pengambilan istilah secara langsung dari sejarah diskursus masyarakat madani dalam masyarak.at Barat.

3. Istilah masyarakat sipil merupakan terjemahan civil society yang seringkali dimaknai sebagai kontra istilah militer.

4. Istilah masyarakat warga merupakan istilah terjemahan bahasa Indonesia dari civil society.

Reliabilitas

Reliabilitas berkaitan dengan ketepatan suatu alat ukur (instrumen) yang digunakan dalam penelitian. Suatu alat ukur dinilai mempunyai reliabilitas tinggi jika instrumen tersebut mantap dalam pengertian stabil, dapat diandalkan, dan dapat diramalkan (Nazir, 1985 : 105).

(180)

tersebut, penulis menggunakan rurnus dari Holsti dalarn Wimmer dan Dominic (1 994) yaitu :

3M Reliabilitas =

N1 + N 2 + N 3

Keterangan : M=Jumlah Kesepakatan 3 = Jumlah juri (coder)

N=

Jumlah unit atau sampel dalarn uji reliabilitas

Hasil penilaian ketiga juri untuk kategori diskursus (bentuk tulisan) adalah 1. Kategori model pemikiran masyarakat madani = 0,75. Kategori tema = 0,75.

Kategori sumber inforrnasi 0,875. Kategori istilah penyebutan format masyarakat yang diidealkan = 0,875. Menurut Wimmer dan Dominic (1 983 : 1156) nilai di atas

0,75 termasuk dalam kategori reliabel (handal). Dengan demikian, berdasarkan

pendapat tersebut, kategori penelitian ini dapat digunakan.

Analisis Data

(181)

Definisi Istilah

1. Diskursus adalah perbincangan, diskusi publik, satu kelompok pengungkapan gagasan yang berkaitan secara sosial dalam rangka pembentukan pengetahuan. Dalam konteks penelitian ini diskursus mewujud dalam bentuk tulisan.

2. Masyarakat madani adalah konsep yang menunjukkan format masyarakat yang diidealkan, dicita-citakan, format masyarakat masa depan.

I . Model pemikiran masyarakat madani adalah jenis pemaknaan konsep masyarakat madani yang meliputi :

a. Masyarakat madani dipahami sebagai sistem kenegaraan atau masyarakat madani identik dengan negara.

b. Masyarakat madani merupakan sebuah visi etis dalam kehidupan bermasyarakat

.

c. Masyarakat madani sebagai antitesa negara, yang berada dalam posisi diametral dengan negara.

d. Masyarakat madani merupakan elemen ideologi kelas dominan. e. Masyarakat madani dimaknai sebagai entitas penyeimbang negara.

2. Tema adalah pokok pikiran, dasar tulisan (yang diperbirlcangkan dipakai sebagai dasar menulis). Kategorisasi tema meliputi issue sosial, politik, ekonomi, budaya, norrna keagamaan.

(182)

3 4 sumber informasi yaitu akademisi, politikus, mahasiswa, budayawan, aktivis LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat ), jurnalis, pemerintah, dan rohaniawan. 4. Tulisan adalah wujud perbincangan yang diawali dengan judul dan diakhiri

dengan kalimat akhir penutup yang diakhiri dengan tanda titik yang menandai berakhirnya suatu tulisan. Kategorisasi tulisan meliputi artikel, berita dan tajuk rencana. Artikel adalah karangan, karya tulis lengkap dalam swat kabar. Berita adalah bentuk tulisan yang bersifat melaporkan kejadian atau mengulas, menganalisis peristiwa. Tajuk rencana adalah karangan pokok dalam swat kabar. 5. Istilah adalah sebutan, kata yang mengungkapkan makna suatu konsep.

(183)

PROFIL HARIAN UMUM KOMPAS

Sejarah Harian Umum KOMPAS

Koran KOMPAS terbit pertama kali pada tanggal 28 Juni 1965, tepat pada saat koran-koran nonkomunis terlarang terbit sejak awal 1960-an. Menurut salah seorang pendirinya, Frans Seda, harian ini lahir di tengah-tengah situasi dan kondisi politik yang dinamakan Sikon Revolusioner atau revolusi belum selesai. Pada saat itu, yang harus "diselesaikan" adalah Nekolim (Neo Kapitalisme Imperialisme), Kabir (Kapitalis Birokrat), dan Tujuh Setan Desa (tuan tanah jahat, tengkulak jahat, penghisap darah rakyat, bandit desa, tukang ijon, kapitalis birokrat, dan penguasa jahat). Pada edisi perrnulaan, karena tokoh-tokoh pendirinya dari golongan Katolik dan banyak dilanggan oleh para Pastor, orang mempelesetkan KOMPAS menjadi sebuah singkatan "Komando Pastor". Pelesetan kata tersebut semakin gencar ditupkan oleh orang-orang komunis pada masa itu dengan maksud untuk menghasut dan menjatuhkan nama baik KOMPAS. Selain itu, ada juga yang mempelesetkan KOMPAS menjadi "Komt Pas Morgen", artinya KOMPAS yang datang pada keesokan harinya karena pada saat itu, KOMPAS sering terbit secara telat.

(184)

36

KOMPAS juga lahir atas desakan Presiden Soekarno pada Partai Katolik untuk menerbitkan koran. Karena pada masa itu, hampir semua partai politik menerbitkan koran sendiri untuk "menyuarakan perjuangannya". Partai Katolik kemudian memutuskan menerbitkan koran dengan membentuk Yayasan Bentara Rakyat yang anggotanya terdiri dari unsur hirarkhi (ulama Katolik), pimpinan Partai Katolik, PMKRI, serta Ojong dan Jakob (yang menjadi project oficer untuk membangun pemsahaan yang menerbitkan koran). Pimpinan Partai Katolik mendesak Ojong PK dan Jakob Oetama untuk menerbitkan koran tersebut, sebab keduanya telah berhasil menerbitkan majalah "Intisari".

Jakob Oetama dan P.K. Ojong merupakan dua serarlgkai yang menggarap ide dan mempersiapkan penerbitan koran. Koran tersebut semula bernama "Bentara Rakyat" dengan maksud sebagai counter terhadap dominasi penggunaan kata rakyat oleh hampir semua koran, penerbitan, dan organisasi di bawah PKI. Tetapi menjelang Bentara Rakyat terbit, Presiden Soekarno yang sudah mendengar bahwa Seda akan menerbitkan koran, melalui Seda sebagai Menteri Perkebunan, yang pada waktu datang ke Istana untuk keperluan dinas, menyarankan pemberian nama KOMPAS pada koran tersebut dengan argumentasi bahwa koran tersebut dapat menjadi penunjuk arah. Oleh karena itu, "kompas " menjadi nama untuk harian

KOMPAS hingga saat ini dan nama Bentara Rakyat sebagai nama yayasan yang bertindak sebagai penerbit harian KOMPAS.

(185)

bersama harian yang lain dilarang terbit setelah terjadi peristiwa Gerakan 30 September 1965. Tepatnya mulai edisi 2 Oktober 1965. Larangan tersebut dikeluarkan oleh penguasa Pelaksana Perang Daerah (Papelrada) Jakarta Raya. Pada saat itu hanya harian "Angkatan Bersenjata" dan "Berita Yudha" yang boleh tetap terbit.

Kompas diijinkan beredar kembali tanggal 6 Oktober 1965. Pada masa itu, ada koran yang tidak boleh terbit seterusnya. Harian tersebut semula dicetak di Percetakan PT Kinta, salah satu percetakan yang baik di Jakarta. Akhirnya, memberi lowongan bagi Kompas untuk dicetak di percetakan tersebut. Sehingga, ketika terbit pada 6 Oktober 1965, Kompas telah dicetak di PT Kinta.

Pencetakan Kompas oleh PT Kinta membuat penampilannya menjadi lebih baik. Oplah Kompas menjadi meningkat menjadi 23.268 lembar

.

Narnun demikian ha1 tersebut juga dikarenakan keadaan saat itu memang memungkinkan kenaikan oplah. Penutupan semua penerbitan pers pada saat itu, menjadikan masyarakat lebih antusias untuk mendapatkan berita begitu penerbitan pers dibuka kembali.
(186)

Pada edisi pertama kali terbit, Kompas meliputi empat halaman. Berita utama di halaman satu berjudul "KTT AA Ditunda Empat Bulan. Di bawah head line ini diletakkan subjudul, berisi keterangan tentang penundaan Konferensi Asia Afrika I1 ini. Hasil dari kesepakatan perundingan tiga tokoh revolusioner dunia ketiga masa itu : Presiden Soekamo, Presiden Nasser dan Perdana Menteri Chou En Lai.

Berita dari dalam negeri berupa peringatan Pejabat Presiden J.Leimena,

"

Waspadalah terhadap serangan Nekolim". Kemudian dari medan perang Vietnam terdapat berita "Restoran Apung di Sungai Saigon diledakkan". Sementara dari Aljazair muncul berita "Munculnya seorang pemimpin baru, Kolonel Boumedienne". Di halaman pertama pojok kiri atas tertulis susunan staf redaksi. Sebagai pemimpin redaksi tertulis Drs. Jacob Oetama. Staf redaksi : Drs. J. Adisubrata, Lie Hwat Nio, S.H., Marcel Beding, Th. Susilawati, Tan Soei Sing, J. Lambangdjaja, Tan tik Hong, Th.Ponis Purba, Tinon Prabawa, dan Eduard Liem. Pojok Kompas di kanan bawah halaman pertama, mulai memeperkenalkan diri, "Mari ikat hati, mulai hari ini, Dengan

. . .

Mang Usil".

Kompas pada edisi pertama memuat 11 berita luar negeri dan tujuh berita dalam negeri di halaman pertama. Istilah Tajuk Rencana saat itu masih belum ada. Tetapi di halaman dua ada "Lahimya Kompas", tajuknya K.ompas. Pada halaman ini pula terdapat lima berita luar negeri dan dua berita dalam negeri. Ditambah tiga artikel, satu diantaranya menyangkut luar negeri. Di halaman ini pula ada kolom hiburan "Senyum Simpul".

(187)

3 9

memuat berita dan dua artikel luar negeri.serta satu artikel dalam negeri. Di halaman ini tercatat dua berita olah raga, satu diantaranya mengenai "Persiapan Tim PSSI ke Pyongyang.

Pemasangan iklan masih kurang dari separuh halaman. Dari enam iklan, satu diantaranya dari redaksi Kompas tentang "Perrnintaan menjadi langganan Kompas". Iklan yang paling besar dan bergambar hanya satu, yaitu obat batuk dan cacing.

Berdasarkan penampilan wajah Kompas edisi pertama, tatanan wajahnya tidak karuan, gambarnya kurang terang dan sama sekali belurn memiliki tambahan pernik-pernik untuk mempercantik diri. Tidak seorangpun aktivis perintis Kompas merasa optimis Kompas akan berusia panjang. Pada saat itu, dibandingkan dengan surat khabar lainnya, penampilan Kompas kurang bersaing. Justru di balik segala keterbatasan serta kekurangan tersebut, para pengelolanya dipacu untuk terus menerus memperbaiki penulisan. Barangkali ha1 tersebut satu-satunya peluang untuk tetap meningkatkan daya saing. Supaya mampu membuka peluang dan merebut pasar. Kegigihan dan semangat tak kenal menyerah ini, pada akhirnya terbukti dapat mendorong Harian Umum Kompas tetap eksis sampai hari ini.

(188)

40

KOMPAS memiliki motto "Arnanat Hati Nurani Rakyat". Motto tersebut merupakan hasil pilihan dan renungan mendalam atas kondisi saat berdirinya, yaitu kondisi hati nurani masyarakat yang tersumbat akibat manipulasi PKI dan kawan- kawannya. Kelahiran KOMPAS merupakan suatu upaya pembebasan kondisi hati nurani masyarakat yang seperti itu.

Dalam perkembangan secara kuantitas, terjadi peningkatan tiras Kompas. Dari edisi perdananya yang hanya tercetak 4.800 eksemplar oleh PN Eka Grafika. Kemudian setelah pencetakannya dialihkan di perusahaan yang lebih baik, Percetakan Massa Merdeka di Jalan A.M. Sangaji, tiras Kompas meningkat menjadi harnpir dua kali lipat yaitu 8000 eksemplar. Bahkan ket.ika dicetak di PT Kinta, percetakan terbaik di Jakarta saat itu, tiras Kompas meningkat menjadi 23.268 eksemplar.

Peningkatan tiras juga diimbangi dengan peningkatan mutu redaksional. Pada akhir tahun 1966, P.Swantono (sekarang Direktur PSIDM), dari Yogyakarta dipanggil ke Jakarta. Sahabat akrab Jakob Oetama ini langsung terlibat memperkuat jajaran redaksi Kompas. Kemudian datang juga rombongan generasi kedua surat kabar ini, antara lain J. Widodo (sekarang Kepala

Li

tbang), R.B.Sugiantoro (sekarang Wakil Pemimpin Umum) dan Anastasia Roesilah (sekarang Pemimpin Perusahaan).
(189)

Dengan adanya percetakan Grarnedia, secara berangsur-angsur, seluruh kegiatan redaksional Kompas mulai disatukan di Kompleks Palmerah, Jakarta Pusat. Tetapi kegiatan administratif karena berbagai pertimbangan, masih berada di lain tempat (sekarang di Gedung Perintis, Jakarta Barat).

Para pengelola Kompas juga mengupayakan perbaikan di bidang manajemen. Mulai tahun 1 97 1, sirkulasi Kompas diteliti (di-audit) oleh akuntan publik Drs.Utomo dan Mulia. Akuntan ini merupakan pilihan tiga biro iklan terkemuka saat itu. Dengan adanya data audit ini, seluruh angka-angka sirkulasi yang disiarkan pada biro iklan dan masyarakat calon pemasang iklan setiap tiga bulan sekali adalah angka-an

Gambar

Gambar 1. Peringkat proses komunikasi
Gambar 2. Bagan kerangka pemikiran
Tabel 1. Bentuk Tulisan Diskursus Masyardcat Madani
Tabel 2. Model Pemikiran Masyarakat Madani Diskursus Masyarakat Madani
+3

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa benar selanjutnya setelah situasi aman Saksi-III dan Saksi-IV menyusul Saksi-I dan Saksi-II yang telah berangkat ke Puskesmas dan disana Saksi-I, Saksi-II, dan

Jika kecepatan kapal itu tetap 18 km/jam, maka berapa kecepatan awal peluru jika harus mengenai sasaran di titik puncak lintasannya.. Sebuah mobil dengan massa 1500 kg menaiki

1) CGS-CIMB berhak menggunakan efek dalam Rekening Efek Nasabah untuk digunakan sebagai jaminan atas kredit Bank atau Lembaga Keuangan lainnya sebagai penggantian untuk

was then inserted into the tunnel entrance. The alien beetle in the micropipette tip then moved from the tip into the tunnel entrance. After a few minutes, the

Selain untuk memperingati berdirinya Jurusan Psikologi FIP Unnes, kegiatan ini juga bertujuan untuk memperkenalkan dan mempromosikan Jurusan Psikologi kepada pihak diluar

Kelompok kontrol didapatkan nilai signifikan p = 0,642 maka tidak ada perbedaan status fungsi kognitif (memori) lansia yang bermakna antara sebelum dan sesudah pemberian

The objectives of this study were to examine yield performance of promising amphibious red rice lines grown on 6 different growing environments either in upland

Terdapat perbe- daan yang nyata (P<0,05) pada panjang kepala, panjang midpiece, dan panjang ekor utama antara anoa dewasa (A) dan anoa muda (B) pada pewarnaan W (Tabel 4),