EFEK MODEL PEMBELAJARAN SCIENTIFIC INQUIRY BERORIENTASI KOLABORATIF MENGGUNAKAN MEDIA MACROMEDIA FLASH
DAN MOTIVA SI TERHA DAP PENGETAHU AN ILMIAH FISIKA SMA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
FINE EIRENE SIAHAAN NIM : 8146175010
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Fine EireneSiahaan (NIM. 8146175010), Efek Model Scientific Inquiry
Berorientasi Kolaboratif menggunakanMacromedia Flashdan Motivasi Terhadap Pengetahuan Ilmiah Fisika SMA.Program PascasarjanaUniversitasNegeri Medan 2016.
Penelitian ini adalah sebuah studi tentang“efek model scientific inquiry
berorientasi kolaboratif menggunakan macromedia flashdan motivasi terhadap pengetahuan ilmiah fisika SMA”. Penelitian bertujuan untuk mengetahui interaksi antara model scientific inquiry berorientasi kolaboratif menggunakan
macromedia flash dan motivasi terhadap pengetahuan ilmiah fisika siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain two group pretest posttest. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 4 Pematangsiantar. Sampel untuk penelitian ini dilakukan secara Cluster Random Sampling yang dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen pengetahuan ilmiah fisika dalam bentuk essai sebanyak 5 soal dan instrumen motivasi bentuk angket sebanyak 20 soal yang telah dinyatakan valid dan reliabel. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pengetahuan ilmiah fisika siswa yang menerapkan model scientific inquiry berorientasi kolaboratif menggunakan macromedia flash lebih baik dari pada pengetahuan ilmiah fisika dengan model pembelajaran direct instruction. Pengetahuan ilmiah fisika siswa yang memiliki motivasi tinggi lebih baik dari pada pengetahuan ilmiah fisika siswa yang memiliki motivasi rendah. Model scientific inquiry berorientasi kolaboratif menggunakan macromedia flash dan model pembelajaran Direct Instruction dengan motivasi berinteraksi dalam mempengaruhi pengetahuan ilmiah fisika siswa.
ABSTRACT
Fine EireneSiahaan (NIM 8146175010), The Effect of Scientific Inquiry Based on Colloboration Model, Using Macro Media Flash, and Motivation Model to the Scientific Knowledge in SMA. Post Graduate School of The State University of Medan 2016.
This research was to investigate the effect of Scientific Inquiry Based on Colloboration Model Using Macromedia Flash and Motivation to the Scientific Knowledge in SMA. The aim of this study is to find out the interaction between the scientific Inquiry Based on Colloboration Using Macromedia Flash Model and motivation to the Scientific Knowledge on physics of students. It was a quasy experiment with a pretest and post design. It was a research which includes the whole population of grade XI science students in SMA Negeri 4 Pematangsiantar. Cluster random sampling technique wasused to get a group of sample which is assigned into an experimet group and a control group. A valid and reliable essay test containing 5 items and a valid and reliable motivation questionaire containing 20 questions are used as instruments in this research. The findings of this research indicate that the scientific knowledge on physics effected by the Scientific Inquiry Based on Colloboration Using Macroflashmedia Model is better than the effect of teaching by Direct Instruction. The scientific knowledge on physics of the students having higher motivation is better than the one of the students having lower motivation. The interaction between Scientific Inquiry Based on Colloboration Using Macroflashmedia and Direct Instruction Based with Motivation can significanly effect the scientific knowledge on physic of the students.
KATA PENGANTAR
Pertama penulis mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya tesis yang berjudul “Efek Model Scientific Inquiry Beorientasi Kolaboratif Menggunakan Media Macromedia Flash dan Motivasi terhadap Pengetahuan Ilmiah Fisika Siswa SMA” dapat terselesaikan dengan segala keterbatasannya yang bertujuan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Fisika Sekolah Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya tesis ini berkat adanya bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh Karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih atas andil dan bantuan kepada berbagai pihak, terutama kepada :
1. Dr. Ridwan Sani, M.Si sebagai pembimbing I
2. Prof. Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si sebagai pembimbing II 3. Prof. Dr. Sahyar, M.S, M.M sebagai, sebagai narasumber I 4. Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si sebagai narasumber II
5. Dr. Karya Sinulingga, M.Si sebagai narasumber III 6. Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si sebagai notulen
7. Prof. Dr. Bornok Sinaga,M.Pd sebagai direktur Pascasarjana Unimed 8. Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Si sebagai Rektor Unimed
9. Dr. Rahmatsya, M.Si sebagai ketua prodi studi pendidikan fisika Pascasarjana Unimed
10.Bapak Rudol Barmen Manurung, M.PD Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Pematangsiantar
11.Ibu Bonaria Pamong dalam penelitian yang telah mengizinkan dan membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian di kelas beliau. 12.Teman Kompak di group A Pascasarjana 2014 Tionar M Malau,
Ucapan terimakasih yang teristimewa penulis ucapkan kepada kedua orang tua, Ayahanda bapak Dr. Sanggam Siahaan, M.Hum dan Ibunda Diana Lumbangaol yang tak pernah berhenti untuk memberikan dukungan baik spritual maupun materi, memberikan doa, memberikan kasih sayang dan membiayai penulis dalam studi Magister Pendidikan yang sekarang.
Akhirnya penulis menyadari bahwa selaku manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan ke-hilafan, begitu juga dalam penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, Juli 2016 Penulis,
ii 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Identifikasi Masalah...14
2.1.1. Hakikat Model Pembelajar ... 19
2.1.2. Model Pembelajaran Scientific Inquiry...20
2.1.3. Tahap Pembelajaran Scientific Inquiry...27
2.1.4. Model Pembelajaran Direct Instruction ... 30
2.1.5. Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran ... 32
2.1.5.1. Teori Belajar Piaget ... 33
2.1.5.2. Teori Belajar Bruner ... 34
2.1.5.3. Teori Belajar Vygotsky ... 34
2.2. Pembelajaran Berorientasi Kolaborasi ... 35
2.3. Macromedia Flash ... 45
2.4. MotivasiBelajar ... 46
2.4.1. Jenis-Jenis Motivasi ... 49
2.5. Pengetahuan Ilmiah pada Fisika ... 58
2.6. Penelitian yang Relevan………...….64
2.7. Kerangka Konseptual...66
2.7.1. Pengetahuan ilmiah pada fisika siswa SMA yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Scientific Inquiry berorientasi kolaboratif menggunakan media Macromedia Flash lebih baik dari model pembelajaran Direct Instruction...66
2.7.2. Pengetahuan ilmiah pada fisika siswa SMA yang memiliki tingkat motivasi diatas rata-rata lebihbaik dari kelompok siswa yang memiliki tingkat motivasi dibawah rata-rata...68
2.7.3. Interaksi Antara Model Pembelajaran Scientific Inquiry Berorientasi Kolaboratif Menggunakan Media Macromedia Flash Dan Model Direct Instruction Dengan Motivasi Terhadap Pengetahuan Imiah pada Fisika Siswa SMA...70
2.8. Hipotesis ... 72
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 74
3.2. Populasi dan Sampel ... 74
3.2.1. Populasi Sampel ... 74
3.2.2. Sampel Penelitian... 74
3.3. Variabel Penelitian... 75
3.3.1. Variabel Bebas ... 75
3.3.2. Variabel Moderator ... 75
3.3.3. VariabelTerikat ... 75
3.4. Jenis dan Desain Penelitian ... 75
3.4.1. Jenis Penelitian... 75
3.4.2. Desain Penelitian ... 75
3.5. Prosedur Penelitian ... 78
3.5.1. Tahap Persiapan ... 78
3.5.2. Tahap Persiapan ... 78
3.5.3. Tahap Analisis Data ... 79
3.6. Instrumen Penelitian ... 80
iv
3.6.2. Angket Motivasi ... 82
3.7. Teknik Analisis Tes ... 83
3.7.1. Validitas Isi ... 83
3.7.2. Validitas Butir Soal ... 83
3.7.3. Realibilitas Tes ... 86
3.8. Teknik Analisis Data ... 87
3.8.1. Analisis Secara Deskriptif ... 87
3.8.2. Analisis Secara Inferensi ... 87
3.8.2.1. Menghitung Nilai Rata-Rata danSimpangan Baku ... 87
3.8.2.2. Uji Normalitas ... 88
3.8.2.3. Uji Homogenitas ... 89
3.8.2.4. Perhitungan Anova 2x2... 90
3.9. Pengujian Hipotsis ... 92
4.1.1.3.Uji Kesamaan Rata-Rata Data Pretes ... 98
4.1.2. Hasil Instrumen Motivasi Belajar ... 98
4.1.3. Tahap perlakuan ... 100
4.1.4. Analisis Data Postes ... 101
4.1.4.1. Uji Normalitas ... 102
4.1.5. Deskripsi Pengetahuan Ilmiah Berdasarkan Motivasi Belajar Siswa ... 103
4.1.6. Pengujian Hipotesis ... 105
4.2. Pembahasan ... 109
4.2.2. Pengetahuan Ilmiah Fisika Siswa yang Memiliki motivasi BelajarAwal diatas Rata-Rata lebbih baik dari pada Siswa yang Memiliki Motivasi
Belajar dibawah Rata-Rata ... 112
4.2.3. Interaksi antara Model Pembelajaran Scientific Inquiry Berorientasi Kolaboratif Menggunakan Macromedia Flash dan Motivasi Belajar dalam Mempengaruhi Pengetahuan Ilmiah ... 113
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 117
5.2. Saran ... 118
DAFTAR PUSTAKA ... 119
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Scientific Inquiry... 22
Tabel 2.2 Tahap Scientific Inquiry ... 29
Tabel 2.3 Sintaks Model Direct Instruction ... 32
Tabel 2.4 Penelitian yang Relevan ... 64
Tabel 3.1 Kontrol Group Pretest – Postest Design ... 76
Tabel 3.2 Desain Penelitian (ANAVA 2x2) ... 76
Tabel 3.3 RublikTesPengetahuanIlmiah ... 81
Tabel 3.4 KategoriPenilaianInstrumen... 82
Tabel 3.5 Kisi-Kisi AngketMotivasiBelajarSiswa ... 82
Tabel 3.6 KategoriButirSoal ... 84
Tabel 3.7 Hubungan/ InteraksitiapSoal ... 85
Tabel 3.8 RingkasanAnovaDuaJalur ... 91
Tabel 4.1 Data PreteskelasKontroldanKelasEksperien ... 95
Tabel 4.2 UjiNormalitas Data Pretes ... 96
Tabel 4.3 UjiHomogenitasNilaiPretes ... 97
Tabel 4.4 UjiKesamaan Data PretesKelasEksdanKontrol ... 98
Tabel 4.5 Data MotivasiBelajarSiswaGabunganKelasEksdanKontrol ... 99
Tabel 4.6Data MotivasiBelajarSiswadiatas Rata-Rata dandibawah Rata-Rata padaKelasEksdanKontrol ... 99
Tabel 4.7 Data PostesKelasEksdanKelasKontrol ... 101
Tabel 4.8 UjiNormalitas Data PostesKelasKontroldanKelasEks... 102
Tabel 4.9 PengetahuanIlmiahBerdasarkanMotivasiBelajarSiswa ... 103
Tabel 4.10 PengetahuanIlmiahBerdasarkanMotivasiBelajarSiswadiatas Rata-Rata dandibawah Rata-Rata Masing-MasingKelas ... 104
Tabel 4.11 Hasilanava ... 105
Tabel 4.12 Data HasilPerhitunganAnavaDuaJalur ... 105
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Efek Model Scientific Inquiry ... 24
Gambar 2.2Skema Pemikiran Proses dan Hasil Pertumbuhan PI ... 64
Gambar 3.1.Bagan Alur Pelaksanaan Penelitian... 79
Gambar 4.1.Uji Normalitas Data Pretes ... 97
Gambar 4.2.Uji Normalitas Data Postes ... 93
Gambar 4.3.Pengetahuan Ilmiah pada S Kelas Eksperimen dan Kontrol……...…110
Gambar 4.3.Motivasi siswa diatas Rata-Rata dan dibawah Rata-Rata Kelas Eksperimen dan Kontrol…...…….110
viii DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 124
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 01 ... 129
Lampiran 3 Bahan Ajar 01 ... 143
Lampiran 4 Lembar Kerja 01 ... 146
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 02 ... 150
Lampiran 6 Bahan Ajar 02 ... 163
Lampiran 7 Lembar Kerja 02 ... 169
Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 03 ... 172
Lampiran 9 Bahan Ajar 03 ... 184
Lampiran 10 Lembar Kerja 03 ... 186
Lampiran 11 Lembar Validitas Tes Pengetahuan Ilmiah ... 189
Lampiran 12 Tes Pengetahuan Ilmiah (Pretes) ... 191
Lampiran 13 Tes Pengetahuan Ilmiah (Postes) ... 193
Lampiran 14 Rubrik Tes Pengetahuan Ilmiah…………..……..…….……...195
Lampiran 15 Tabel Kisi-Kisi Soal ... 196
Lampiran 16 Lembar Validitas Angket Motivasi Belajar ... 203
Lampiran 17 Angket Motivasi Belajar Siswa ... 205
Lampiran 18 Hasil Analisis Validitas Instrumen Tes Pengetahuan Ilmiah ... 208
Lampiran 19 Taraf Kesukaran ... 211
Lampiran 20 Daya Pembeda Soal ... 213
Lampiran 21 Data Pretes Kelas Kontrol dan Eks... 215
Lampiran 22 Data Postes Kelas Kontrol dan Eks ... 217
Lampiran 23 Distribusi Nilairtable Signifikan 5% dan 1% ... 221
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Mengingat kebhineka budaya, keragaman latar belakang dan karakterisrik
siswa, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses
pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang dan motivasi siswa untuk berpartisipasi
aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik, serta psikologi siswa (Rusman,
2012).
Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
(dalam Rusman, 2012) tentang Standart Nasional Pendidikan, salah satu standart
yang harus dikembangkan adalah standart proses. Standart proses adalah standart
nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan
pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan
pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standart proses berisi kriteria
minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah
diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Repulblik Indonesia. Standart proses
ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik
pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester. Standart proses meliputi
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pelaksanaan, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses
2
Banyak hal yang sudah dilakukan pemerintah untuk memajukan sektor
pendidikan. Terbukti dengan adanya (1) perubahan-perubahan kurikulum yang
dilakukan untuk meningkatkan pendidikan yang ada. Mulai dari tahun 1947
hingga 2013 dilakukan pergantian kurikulum sebanyak 9 kali, dan saat ini dipakai
yaitu kurikulum 2013 yang memiliki pendekatan saintifik dan balik lagi ke
kurikulum KTSP karena kurikulum 2013 dianggap sangat rumit bagi siswa dan
guru, (2) memberi pelatihan kepada guru-guru di Indonesia yang dikenal dengan
sertifikasi atau pendidikan dan latihan profesional guru (PLPG), (3) melengkapi
sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam melakukan proses pembelajaran
seperti: ruang belajar yang dibuat lebih layak, penyediaan buku-buku pelajaran,
pemberian alat-alat laboratorium dan lainnya. Setelah sekian banyak perubahan
yang dilakukan terhadap sistem pembelajaran begitu pun fasilitas pembelajaran
dengan harapan bahwa pendidikan itu semakin baik, namun hasil yang diperoleh
tetap kurang memuaskan (Lederman, dkk, 2013).
Usaha-usaha yang sudah banyak dilakukan oleh pemerintah untuk
memajukan pendidikan di Indonesia ini ternyata hasil pendidikan di Indonesia
masih jauh tertinggal dengan negara-negara lain khususnya pada pelajaran sains
(IPA). Hal ini dapat didukung oleh data hasil The Trends in Internasional
Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011 bahwa 42 negara yang
ikut mengambil bagian Indonesia berada pada posisi ke-40 dengan skor 406 (IEA,
2011). Begitu juga dengan hasil The Programme for Internnasional Student
Assessment (PISA) yang dilaksanakan pada tahun 2009 menyatakan bahwa
3
yang mengikutinya. Bahkan pada tahun 2012 Indonesia berada pada peringkat 64
dari 65 negara yang mengikutinya. Inilah yang menunjukkan bahwa prestasi
Indonesia sangat jauh dari apa yang telah diharapkan pemerintah (Kemdikbud,
2013).
Secara umumnya faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas
pendidikan di Indonesia itu antara lain masalah efektivitas, efesiensi dan
standarisasi pengajaran. Dimana efektivitas, efesiensi dan standarisasi
pembelajaran yang tidak dapat diseimbangi oleh guru-guru dalam proses
pembelajaran membuat pembelajaran itu tidak mencapai hasil yang maksimal. Hal
tersebut termasuk kedalam proses pembelajaran yang terkadang banyaknya
guru-guru masih saja menggunakan teacher center yang dimana guru masih saja
sebagai sumber belajar. Sedangkan menurut teori belajar konstruktivisme ini
menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar
benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja
memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan
susah payah dengan ide-ide. Dalam hal ini juga didukung oleh teori belajar
menurut Piaget bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi
kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh
interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari
4
dalam setiap tugas pendidikan yang memerlukan fungsi kognitif yang lebih tinggi
tergantung padafaktor-faktor yang meliputi potensi akademik mereka. Hal ini
dapat ditandai kemampuan atau tingkat pencapaian akademis.
Permasalahan diatas juga terjadi pada salah satu sekolah di SMA Negeri 4
Pematangsiantar. Tujuan mengadakan penelitian ini adalah untuk melihat sejauh
mana siswa kelas XI SMA Negeri 4 Pematangsiantar dapat belajar dengan model
pembelajaran Scientific Inquiry berorientasi kolaboratif menggunakan media
Macromedia Flash untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan kemampuan
pemecahan masalah fisika.
Sesuai permasalah yang sudah dijelaskan sebelumnya, permasalahan yang
terdapat di SMA Negeri 4 Pematangsiantar adalah dimana guru-guru disekolah ini
masih menggunakan teacher centered. Guru-guru masih menjadi sumber
pengetahuan sedangkan siswa hanya sebagai seorang yang masih menerima
pengetahuan dari guru saja. Sedangkan harapan yang diinginkan didalam
pendidikan khususnya pada fisika adalah pada saat kegiatan belajar harus aktif,
dimana siswa harus melakukan sebagian besar pekerjaan mereka. Siswa harus
menggunakan otak mereka untuk mempelajari gagasan, memecahkan berbagai
masalah dan menerapkan apa yang akan mereka pelajari.
Kenyataan dari harapan yang diinginkan tidak berlaku di SMA Negeri 4
Pematangsiantar. Malah sebaliknya siswa dipaksa untuk menimbun informasi
yang telah diberikan, akibatnya siswa tidak mampu memberikan solusi terhadap
suatu masalah karena konsep pengetahuan yang telah mereka pelajari kurang.
5
dalam beberapa siswa terjadi karena menghindari mereka dalam matematika
program terkait (misalnya Fisika) karena gagasan bahwa matematika kursus
terkait adalah maskulin. Bagi siswa bahwa pelajaran fisika itu adalah suatu
pelajaran yang tidak menyenangkan karena penuh dengan rumus-rumusan dan
hanya banyak untuk dihapal. Menurut siswa bahwa satu rumus tidak dapat
digunakan begitu saja walaupun mungkin soal yang ditanyakan akan kelihatan
mirip, karena alasan demikian siswa akhirnya malas belajar fisika.
Melihat hal diatas, maka dalam pembelajaran fisika diharapkan dapat
memberikan pembelajaran secara langsung untuk memahami fisika tersebut
secara ilmiah. Salah satu cara untuk melibatkan langsung siswa tersebut dalam
memahami fisika itu adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat
yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Scientific Inquiry. (Joyce, dkk
2009), menyatakan inti dari model pembelajaran Scientific Inquiry adalah
melibatkan siswa dalam penyelidikan masalah sebenarnya dengan menghadapkan
mereka dalam penyelidikan, membantu mereka mengindentifikasi masalah
metodologis atau konseptual dalam penyelidikan dan mengajak mereka untuk
merancang cara dalam mengatasi masalah tersebut.
Penelitian ini didukung oleh peneliti sebelumnya, dimana peneliti
sebelumnya telah berhasil menggunakan model Scientific Inquiry. Menurut (Bao
Bao et all, 2013) Siswa dapat mengembangkan konsep-konsep baru tapi masih
salah. Ini berarti bahwa instruktur perlu menyadari kemungkinan ini dan
memberikan siswa kesempatan untuk mengekspresikan konsep-konsep baru.
6
siswa mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan memungkinkan
siswa untuk berpikir dan membangun pengetahuan mereka seperti ilmuan. Ini
juga didukung oleh (Bao et all, 2013) yang mengatakan bahwa Scientific Inquiry
adalah studi mendalam dari sistem fisik sederhana dan interaksi mereka, siswa
memperoleh pengalaman langsung dengan proses penyelidikan sains. Mulai dari
pengamatan dan prediksi mereka sendiri, siswa mengembangkan konsep fisik
dasar, penggunaan dan menginterpretasikan berbagai bentuk representasi ilmiah,
dan membangun model jelas dengan kemampuan prediktif. Penekanan utama
adalah pada menemukan melalui penyelidikan dipandu, dialog antara instruktur
dan siswa individual, dan diskusi kelompok kecil. Pada waktu yang sama, siswa
juga akan menghargai pengetahuan sebagai hasil dari proses penelitian yang
melelahkan dan mungkin juga akan belajar keterbatasan dan keunggulan
pengetahuan massa kini.
Hal yang sama diteliti oleh (Hussein dkk, 2011) menyatakan bahwa
Scientific Inquiry dapat meningkatkan cara berfikir untuk memecahkan suatu
masalah dalam pembelajaran siswa namun masih banyak kekeliruan yang dialami
siswa dalam proses pembelajarannya. Hakikat pendekatan BSCS (Biology
Sciences Curiculum Study) oleh Schwab tahun 1965 (dalam Joyce, dkk, 2009)
adalah yang mengajarkan siswa untuk memproses informasi dengan
menggunakan teknik-teknik yang pernah digunakan oleh para peneliti ilmuwan
biologi. Misalnya dengan mengindentifikasi masalah-masalah dan menggunakan
7
Penggunaan dan pemilihan model pembelajaran yang kurang pas dalam
pembelajaran yang menjadi masalahnya, siswa juga kurang berinteraksi terhadap
temannya. Dimana siswa tidak mau untuk belajar secara kelompok dengan
temannya. Padahal yang diketahui dengan seorang siswa belajar dengan cara
kerjasama kelompok dapat membantu siswa menjadi lebih mudah paham, belajar
menjadi lebih asyik, dan menjadi lebih leluasa. Salah satu harapan yang
diinginkan di pendidikan ini untuk mencerdaskan siswa, harus membantu siswa
untuk membangun pengetahuan mereka sendiri seperti ilmuwan, jadi perlu
keterlibatan siswa dalam belajar sebagai upaya meningkatkan mutu belajar dengan
berorientasi kolaboratif. Dimana peneliti sebelumnya juga mengatakan
(SumarlidanMudarni, 2015), yang mengatakan bahwa pembelajaran berorientasi
kolaboratif dapat menyediakan peluang untuk menuju pada kesuksesan
praktek-praktek pembelajaran. Pembelajaran berorientasi kolaboratif melibatkan
partisipasi aktif pada peserta didik dan meminimisasi perbedaan-perbedaan antara
individu.
Hal ini didukung oleh (Djam‟an,2007) menawarkan suatu model
pembelajaran sebagai solusi, yang ia sebutdengan pembelajaranberorientasi
kolaboratif. Menurutnya, pembelajaran haruslah “melampaui batas dan
melompat” melalui kolaborasi. Untuk mencapai target pembelajaran yang lebih
tinggi, dan juga untuk memberi kesempatan bagi setiap siswa untuk belajar secara
mendalam, terdapat satu kunci yang penting:siswa berlatih mengajukan
pertanyaan pada teman, “Bagaimana saya bisa memecahkan masalah ini?”. Untuk
8
siswa lainnya, tingkat materi pelajaran (masalah) yang diberikan haruslah lebih
tinggi dari biasanya. Makin mudah masalahnya menjadikan makin jarang siswa
yang bertanya kepada temannya. Untuk mereka yang berada pada kelompok
bawah (kemampuan dibawah rata-rata kelas), jika mereka tidak dapat
menyelesaikansoal/masalah yang dianggap mudah untuk kelompok atau siswa
lain, mereka akan lebih cenderung untuk berusaha memecahkan masalah dan
menghadapi kesulitannya tanpa bantuan orang lain. Kalau mereka gagal, maka
mereka akan selalu tersisih dari yang lain, dan semakin tertinggal di belakang.
Pembelajaran kolaboratif menurut Djam‟an adalah pembelajaran yang
dilaksanakan dalam kelompok, namun tujuannya bukan untuk mencapai kesatuan
yang didapat melalui kegiatan kelompok, namun, para siswa dalam kelompok
didorong untuk menemukan beragam pendapat atau pemikiran yang dikeluarkan
oleh tiap individu dalam kelompok. Pembelajaran tidak terjadi dalam kesatuan,
namun pembelajaran merupakan hasil dari keragaman atau perbedaan (Djam‟an,
2007).
Melihat harapan diatas mengenai pembelajaran berorientasi kolaboratif
yang belum dapat diterapkan oleh guru untuk siswa di SMA Negeri 4
Pematangsiantar sangat dianjurkan. Pembelajaran berorientasi kolaboratif dapat
membantu antar siswa menjadi lebih aktif dan lebih kreatif. Pengertian
pembelajaran kolaboratif (Widjajanti, 2008) yang demikian menekankan
pentingnya interaksi social antar individu dalam kelompok untuk membangun
9
Sato dalam hal pentingnya setiap individu dalam kelompok mengajukan
pertanyaan kepada temannya.
Kurangnya fasilitas-fasilitas yang mendukung proses mengajar seperti
media adalah menjadi salah satu masalah di SMA Negeri 4 Pematangsiantar.
Menurut ( Fakhiriyah dkk,2010) mengatakan media berperan sebagai alat untuk
menyampaikan materi dalam prosespembelajaran. Adanya media dapat
menggambarkan dan menyajikan fenomena fisika yang menyerupai keadaan
sebenarnya sehingga dapat membantu siswa memahamikonsep. Penggunaan
teknologi yang berbasis komputer, diharapkan dapat menjadi salah satu inovatif
dalam menyampaikan materi pembelajaran. Dengan adanya menggunakan media
komputer sebagai penyajinya, materi pembelajaran fisika dapat disajikan secara
lebih interaktif dan menarik. Pembelajaran fisika dapat dibuat menjadi menarik
dan menyenangkan. Salah satu media pembelajaran yaitu penggunaan media
Macromedia Flash.
Menurut (Hardiyanto dkk, 2012), Macromedia Flash merupakan software
yang mampu menghasilkan presentasi, game, film, CD interaktif, maupun CD
pembelajaran, serta untuk membuat situs web yang interaktif, menarik dan
dinamis dan sangat cocok digunakan di pembelajaran fisika untuk memberikan
pengalaman integral atau menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak.
Hal ini diperkuat oleh peneliti sebelumnya yaitu (Viajayano dkk, 2013)
yang mengatakan bahwa media Macromedia Flash layak untuk digunakan
sebagai media pembelajaran. Dimana media ini termasuk kriteria baik untuk
10
rata-rata penilaian 83,62 %. Menurut (Aji dkk, 2013), penggunaan media
Macromedia Flash merupakan salah satu media memanfaatkan perkembangan
teknologi dan terbukti mampu meningkatkan prestasi belajar fisika siswa.
Berdasarkan pemikiran diatas, diharapkan dengan penggunaan media
pembelajaran Macromedia Flash dapat meransang dan memberikan peluang pada
siswa untuk berkonsentrasi lagi dalam belajar fisika. Sebab kemampuan seseorang
untuk berkonsentrasi penting pada saat belajar. Dengan berkonsentrasi, siswa
tidak mudah mengalihkan perhatian pada masalah lain diluar yang dipelajarinya.
Berdasarkan hasil penelitian di SMA Negeri 4 Pematangsiantar peneliti
menemukan adanya problematika mengenai konsentrasi belajar siswa dalam
belajar fisika. Dari pernyataan beberapa guru fisika di SMA Negeri 4
Pematangsiantar, saat pembelajaran fisika berlangsung masih ada siswa yang
tidak memperhatikan dengan baik dan mendengarkan penjelasan guru. Hal ini
dikarenakan siswa ribut, ada yang menggambar di buku, ada yang melihat keluar
masuk belakang. Ini sangat berpengaruh kepada siswa lain yang ingin belajar
fisika menjadi terganggu konsentrasinya. Ditambah lagi dari pernyataan siswa di
SMA Negeri 4 Pematangsiantar, dimana penyajian mata pelajaran disekolah
tersebut monoton dan kurang variasi dalam penggunaan media pembelajaran,
sehingga kurang menarik siswa. Oleh karena itu perlu adanya penyajian materi
yang diharapkan dapat menarik perhatian siswa sehingga dapat berkonsentrasi
terhadap pelajarannya, salah satu penyajian fisika dengan media pembelajaran
11
Berdasarkan penjelasan sebelumnya pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Scientific Inquiry berorientasi kolaboratifakan sangat memberi
motivasi tersendiri bagi setiap siswa dan pengetahuan ilmiah pada fisika sangat
tinggi. Motivasi merupakan salah satu faktor yang diduga besar pengaruhnya
terhadap hasil belajar maupun pengetahuan ilmiah pada fisika. Siswa yang
motivasinya tinggi diduga akan memperoleh hasil belaljar yang baik. Pentingnya
motivasi belajar siswa terbentuk antara lain agar terjadi perubahan belajar kearah
yang lebih positif. Menurut peneliti sebelumnya (Tella: 2007) menyatakan siswa
yang memiliki motivasi tinggi dan rendah akan memiliki prestasi belajar yang
berbeda pula. Siswa yang dimotivasi cenderung memiliki prestasi belajar yang
lebih baik.
Kenyataannya permasalah yang terjadi di SMA Negeri 4 Pematangsiantar,
sesuai hasil penelitian sebelum bahwa siswa disana motivasi untuk belajar fisika
sangat rendah sekali. Ini dilihat dari hasil lembar observasi yang diberikan pada
siswa.Kondisi motivasi yang sangat rendah yang dialamiolehsiswa SMA Negeri 4
inilah yang membuat hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran fisika
sangat rendah.Hal ini harus ditingkatkan olehpara guru. Menurut(Dev 1997)
menyatakan bahwa kurangnya keterlibatan siswa dalam belajar karena kurangnya
motivasi di dalam diri siswa, motivasi harus dimiliki siswa karena motivasi
merupakan kebutuhan, keinginan dan paksaan untuk berpartisipasi dalam proses
pembelajaran. Hal yang sama juga disimpulkan (Peklaj, 2010) menyatakan bahwa
12
Pembelajaran fisika berkaitan dengan konsep, prinsip, hokum dan teori
yang berkaitan dengan alam. Konsep, prinsip, hokum dan teori merupakan
pengetahuan ilmiah (Scientific Knowledge) yang tidaklah terbentuk dengan
sendirinya. Diperlukan berbagai langkah dalam membentuk suatu pengetahuan
ilmiah yaitu melalui metode ilmiah (Scientific Method). Menurut (Liang, dkk:
2001), menyatakanbahwa“ Scientific knowledge is constructed and developed in a
variety of ways including observation, speculation, library investigation and
experimentation”. Pengetahuan ilmiah dibangun melalui serangkaian pengamatan
dan percobaan. Percobaan yang dilakukan tentunya didasarkan pada metode
ilmiah.Kegiatan tersebut juga berkaitan dengan pengetahuan ilmiah.
MenurutNational Teachers Association (NSTA: 2000), Scientific Knowledge
(pengetahuan ilmiah) dan scientific method (metode ilmiah) perlu diketahui oleh
siswa dalam memahami nature of science. Nature of science (NOS) merupakan
karakteristik atau sifat alamiah dari sains yang terdiri dari pengetahuan ilmiah dan
metode ilmiah. Dengan demikian, NOS perlu diketahui oleh setiap siswa,
sehingga keberadaan sains dapat di sadari secara nyata dalam kehiduapan
sehari-hari.
Permasalahan ini terjadi di SMA Negeri 4 Pematangsiantar adalah
pengetahuanilmiah pada fisika yang sangat rendah. Ini dapat dilihat dari siswa
menyelesaikan permasalahan baik soal cerita maupun menyusun konsep
pengetahuan dari permasalahan-permasalahan yang dijelaskan oleh guru. Hal ini
sangat memprihatinkan keadaan siswa SMA Negeri 4 Pematangsiantar.
13
memberi argumentasi melalui pengetahuan ilmiah pada fisika, salah satu contoh
materi pada kelas XI pada pelajaran fisika adalah: “Gerak dengan Analisis
vektor, Dinamika II, Usaha dan Energi, Momentum dan Implus, Benda Tegar,
Fluida, Gas Ideal, dan Hukum-Hukum Termodinamika”.
Permasalahan ini terjadi dikarenakan dalam satu jam mengajar guru telah
menargetkan beberapa bab atau berapa bagian bahan akan diselesaikan dalam jam
pelajaran itu. Akibatnya guru tersebut akan terpaku pada bahan, dan apabila
dilihat dari waktunya hampir habis, ia akan menerangkan dengan cepat agar target
yang telah ditetapkan tercapai, tanpa memperhatikan apakah siswanya dapat
memahami pelajaran tersebut atau tidak. Pengajaran yang dilakukan salah satu
guru di SMA Negeri 4 inilah termasuk dalam teacher centerd, dimana guru
sebagai satu-satunya sumber belajar bagi siswa dan belum adanya inisiatif guru
dalam menggunakan model-model pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif,
dan menerapkan siswa untuk membentuk konsep pengetahuan mereka sendiri
melalui suatu masalah-masalah yang diberikan. Hal inilah yang mengakibatkan
kemampuan siswa-siswa di SMA Negeri 4 Pematangsiantar tidak terbiasa
dalampengetahuanilmiah tingkat tinggi di pelajaran fisika berlangsung, sehingga
nilai rata-rata siswa terdapat 60% siswa tidak lulus KKM dan harus diremedial.
Menurut (Raymond C.,R,dkk: 2009) juga menyatakan bahwa memberikan
pengetahuan ilmiah kepada siswa, memungkinkan siswa itu menjadi lebih analitis
di dalam mengambil keputusan di dalam hidupnya. Dengan perkataan lain, bila
siswa diberi pengetahuan ilmiah, maka siswa itu akan mampu menyatuhkan
14
Sehingga siswa itu telah menjadi terampil tentang bagaimana mengumpulkan
informasi yang relevan, menganalisis informasi, danmenyadari betapa perlunya
meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian
dengan menggunakan model pembelajaran Scientific Inquiry yang dipengaruhi
oleh motivasi. Oleh karena itu judul dalam penelitian ini adalah “Efek Model
Scientific InquiryBeorientasiKolaboratif Menggunakan MediaMacromedia FlashdanMotivasiterhadapPengetahuanIlmiah Fisika Siswa SMA”.
1.2. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang, adapun masalah yang didapat diidentifikasi
adalah:
1. Rendahnya mutu kualitas pendidikan di Indonesia.
2. Efektivitas, efesien dan standarisasi pengajaran yang tidak dapat
diseimbangi oleh guru.
3. Model pembelajaran masih berorientasi pada satu arah saja yang lebih
banyak didominasikan oleh guru sedangkan siswa pasif..
4. Kurangnya persediaan fasilitas-fasilitas yang mendukung proses mengajar
danmemudahkan proses belajar siswa lebih menarik, seperti menggunakan
media macromedia flash.
5. Rendahnyamotivasipadasiswa.
6. Kegiatan pembelajar yang kurang aktif, dimana peserta didik tidak
15
7. Bagi siswa bahwa pelajaran fisika itu adalah suatu pelajaran yang tidak
menyenangkan karena penuh dengan rumus-rumusan dan hanya banyak
untuk dihapal.
8. Kurangnya pengetahuan ilmiah pada siswa SMA.
9. Guru masih mengajar dengan tidak sesuai dan sangat cepat agar materi
yang dipelajari semua telaksanakan.
1.3. Batasan Masalah
Dari luasnya ruang lingkup identifikasi masalah yang ada, maka penelitian
ini hanya dibatasi pada:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
Scientific Inquiry berorientasi kolaboratif dan model pembelajaranDirect
Instruction.
2. Selama kegitan pembelajaran, peneliti membatasi padamotivasi dan
pengetahuan ilmiah pada fisika SMA.
3. Untuk menunjang proses pembelajaran digunakan media Macromedia
Flash.
4. Penelitian ini digunakan terhadap materi fluida statis.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah diatas,
16
1. Apakah pengetahuan ilmiah pada fisika siswa SMA yang dibelajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran Scientific Inquiry
berorientasi kolaboratif menggunakan media Macromedia Flash lebih
baik dari model pembelajaran Direct Instruction?
2. Apakah pengetahuan ilmiah pada fisika siswa SMA yang memiliki
tingkat motivasi diatas rata-rata lebih baik dari kelompok siswa yang
memiliki tingkat motivasi dibawah rata-rata?
3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran Scientific Inquiry
berorientasi kolaboratif menggunakan media Macromedia Flashdan
model Direct Instruction dengan motivasi terhadap pengetahuan ilmiah
pada fisika siswa SMA?
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam peneliitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah pengetahuan ilmiah pada fisika siswa SMA
yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaranScientific
Inquiry berorientasi kolaboratif menggunakan media Macromedia Flash
lebih baik dari model pembelajaranDirect Instruction.
2. Untuk mengetahui apakah pengetahuan ilmiah pada fisika siswa SMA
yang memiliki tingkat motivasi diatas rata-rata lebih baik dari kelompok
siswa yang memiliki tingkat motivasi dibawah rata-rata.
3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran
17
Macromedia Flashdan model Direct Instruction dengan motivasi terhadap
pengetahuan ilmiah pada fisika siswa SMA.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Penelitian
Sebagai informasi mengenai efek model pembelajaran Scientific Inquiry
Berorientasi Kolaboratif Menggunakan Macromedia Flash Terhadap
Motivasi dan pengetahuan ilmiah pada Fisika SMA dalam proses
pembelajaran fisika dan sebagai penambahan wawasan bagi peneliti dan
bekal mengajar dimasa yang akan datang.
2. Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan bagi guru-guru fisika dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran Scientific Inquiry Berorientasi Kolaboratif
Menggunakan Macromedia Flash Terhadap Motivasi dan pengetahuan
ilmiah pada Fisika SMA.
3. Bagi Siswa
Untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa, siswa lebih
diberikan tanggung jawab dalam memperoleh ilmu pengetahuan itu
sendiri.
4. Bagi Sekolah
Sebagai kontribusi dalam meningkatkan kinerja guru fisika yang ada di
18
1.7. Defenisi Operasional
1. Model pembelajaran Scientific Inquiryberorientasikolaboratifadalah
melibatkan siswa dalam penyelidikan masalah sebenarnya dengan
menghadapkan mereka dalam penyelidikan, membantu mereka
mengindentifikasi masalah metodologis atau konseptual dalam
penyelidikan dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam
mengatasi masalah tersebut (Joyce & Weils, 2009).
2. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya „feeling‟ dan didahului terhadap adanya
tujuan(Sardiman, 2006).
3. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang telah menetapkan objek
yang khas atau spesifik dengan menerapkan pendekata metodologis
yang khas pula artinya metodologi yang telah mendapatkan kesepakatan
diantara para ahli yang sejenis.
4. Macromedia Flashmerupakan salah satu program aplikasi yang
merupakan produk unggulan yang memiliki kemampuan untuk
menggambar dan membuat gambar animasi yang sedang populer,
terutama pada proses pembelajaran.
5. Model pengajaran langsung (Direct Intruction) adalah salah satu pendekatan
mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajarsiswa yang
berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang
terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengetahuan ilmiah fisika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran
Scientific Inquiry berorientasi kolaboratif dengan macromedia flash lebih baik dibandingkan dengan pengetahuan ilmiah fisika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Direct Instruction. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat efek model pembelajaran Scientific Inquiry berorientasi kolaboratifdengan macromedia flash terhadap pengetahuan ilmiah fisika siswa.
2. Pengetahuan ilmiah fisika siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar tinggi lebih baik dibandingkan dengan pengetahuan ilmiah siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar rendah. Hasil tesebut menunjukkan bahwa terdapat efek motivasibelajar terhadap pengetahuan ilmiah fisika siswa.
118
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas maka berikut ini diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Dalam menerapkan model Scientific Inquiry berorientasi kolaboratifdengan macromedia flashsebaiknya pendidik lebih mengutamakan penyesuaian permasalahan yang dipilih dalam pembelajaran terutama dalam lembar kerja siswa (LKS) agar pembelajaran lebih efektif dan efisien.
2. Dalam model Scientific Inquiry berorientasi kolaboratifdengan
macromedia flashsebaiknya pendidik membimbing siswa dalam
mengembangkan pengetahuan dan memecahkan solusi permasalahan serta membantu mengeksplorasi keterampilan yang dimiliki agar pengkonstruksian pengetahuan dapat lebih bermakna.
3. Pada akhir pembelajaran ada baiknya disampaikan tujuan pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya guna mengefektifkan waktu yang akan digunakan dalam proses pembelajaran agar siswa mempersiapkan diri sebelumnya.
119
Daftar Pustaka
Anderson, L., W., Krathwohl., D., R. 2010. Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesmen, Revisi Taksonomi pendidikan Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arends, Richard. 2008. Learning To Teach. New York: McGraw Hill Companies.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
Aji, P. S; Suparman. 2013. Pengaruh Media Pembelajaran Menggunakan Macromedia Flash 8 Pokok Bahasan Internet pada Mata Pelajaran TIK Terhadap Presentasi Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA N 6 Purwarejo.
Jurnal Pendidikan Teknik Informatik. Volume 1(1), 1-4
Bao Lei,. K. Yeounsoo,. R. Amy,. H. Jing,. K.Kathleen. 2013. Affective Factors in STEM Learning and Scientific Inquiry: Assessment of Congnitive and Anxiety. (Special Issue of Reserch on Education Assessment and Learning) Depertment of Physics The Ohio State University and Physisc& STEM Education University of Cincinnati. Volume 2 (1), 1-15
Brossard, D., Lewenstein, B. ,Bonney, R., 2005. Scientific Knowledge and Attitude Change: The Impact of a Citizen Science Project. International Journal of Science Education. Volume 27 (9), 1-5.
ÇORLU, M. L., ÇORLU, M. S., 2012. Scientific Inquiry Based Professional Development Models in Teacher Education, Education Science: Theory & Practice. Edam Education Consultancy and Reserch Center. Volume 1(2), 514-521
Dimyati,.Mudjiono.BelajardanPembelajaran. Jakarta: RinekaCipta.
Dhaaka, A. 2012. Biologycal Science Inquiry Model and Biology Teaching. Bookman International Journal of Accounts, Economics &Business Management. Volume 1(2), 1-18
Djam’an Satori, (2007).ProfesiKeguruan. Jakarta: Universitas Terbuka.
120
Djamarah., Syaiful , B. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta
Fakhriyah, W.A; Kusairi, S; Muhardjito. 2010. Pengembangan Media Pembelajaran IPA FisikaBerbasis Multimedia Flash CS5 Pokok Bahasan Optika Geometri Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMP N 1 Winogan. Jurusan Fisika, F-MIPA Universitas Malang, 1-11.
Gok, T. 2010. The General Assessment of Problem Solving Process and Metacognition in Physics Education. Eurasian Journal of Physics and Chemistry Education.Volume 2.(1), 1-13
Hardiyanto, W; Kurniawan, E. S; Nurhidayati. 2012. Pemanfaatan Media Pembelajaran Fisika Berbasis Macromedia Flash 8 Guna Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahsan Sifat Mekanik Bahan Kelas X Tkj 2 SMK Batik Perbaik Tahun Pelajran 2011/2012. Radiasi (Online). Volume 1 (1), 56-59
He, X., Zhang, J,. 2009. On the Growth of Scientific Knowledge: Yeast Biology as a Case Study. Open acces freely available online PlosComputatiom Biology Journal.pcbi.1000320, Volume 5(3), 1-12
Hussain, A., Azeem, M., Shakoor, A. 2011. Physics Teaching Methods: Scientific Inquiry Vs Traditional Lecture.International Journal of Humanities and Social Science, Volume 1, (19), 269-276.
Kanginan, M. 2013. FisikaUntuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E. 2009. Models of Teachingeight Edition. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kompri.2015. Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa. Bandung. Remaja Rosdakarya
Lederman, N., Lederman, J., Antink, A., 2013. Nature of Science Inquiry as Contexts for The Learning of Science and Achievement of Scientific Literacy.International Journal of Education in Mathematics, Science and Technology. Volume 1. (3),13-147.
Maasaki (2012). Lesson Study, Dialog dan Kolaborasi. Jakarta: Kalangan Sendiri: Tidak Diterbitkan
121
National Institutes of Health, National Institute of General Medical Science. 1996.
Doing Science: The Process of Scientific Inquiry. BSCS Center for Curiculum Development 5415 Mark Dabling Boulevar Colorado Springs, CO80918.(www.supplementatsupplements@science.education.nih.gov.c om, diakses tanggal 10 Oktober 2015, pukul 20.00)
Peklaj, Cirila, dan M. P. Levpusdek, (2009), “Student Motivation and Academic Success in Relation to The Quality Individual and Collaborative Work during a Course in Educational Psychology,”
Psychological Journal, New Delhi, inc. diaksespadatanggal 1 November2015.
Pooper, Karl, R. 1974.Conjecture and Refutations.The Growth of Scientific Knowledge Routledge and Kegan Paul. London
Prawijaya, S., 2014.Analisis PengaruhPenerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika. Thesis pascasarjana. Medan
Purwanto, B. 2007.FisikaDasarTeoridanImplementasinya 2A. Solo. TigaSerangkai.
Purwanto, B. & Azam, M. 2003. Panduan Laboratorium Statistika Inferensial. Jakarta: Gramedia
Raymond, C. M., Farey, I., Reed, M. S., Stringer, L. C., Robinson, G. M., Evely, A. C,. 2010. Integrating Local and Scientific Knowledge for Enviromental Management. Journal of Environmental Management. Volume 1 (9), 1-12
Rosyidi, B., R. 2010. Model Pembelajaran Scientific Inquiry (Penemuan Ilmiah). (htpp://bahrurrosyldlduralsy.wordpress.com/ diakses tanggal 20 Oktober 2015 pukul 12.00)
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran (menggembangkan Profesional Guru) edisi Kedua. Jakarta. Rajagrafindo Persada.
Sardiman AM. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Schoenfeld, A. H. 1985. “Heuristic in Classroom”. Problem Solving in
122
Slavin, R.E. 2003. Education Psychology Theory and Practice. Boston: Allyn & Bacon Pearson. (http://www.personhighered.com diakses pada 24 Oktober 2015 pukul 15.00).
Sudjana. 2000. Metode Statiska. Bandung: Tarsito.
Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning, Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta. Pustaka Belajar.
Tella, A. (2007). The Impact of Motivation on Students’ Academic Achievement and Learning Outcomes in Mathematics among Secondary School Students in Nigeria.Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education. Volume 3 (2),149-156.
TIMSS.2011. Internasional Result In Mathematics. Chestnust Hill: TIMSS dan PIRLS Internasional Study Centre, (Online), (http://timssandprils.bc.edu/timss2011/internasional-result-math, diakses 10 Okteber 2015)
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Uno, Hamzah B. 2011. TeoriMotivasidanPengukurannya. Jakarta: BumiAksara.
Viajaya, E.R; Rudiyono, Y; Rahardjo, D. T. 2013.Pengembangan Media Pembelajran Fisika Menggunakan Macromedia Flash Pro 8 Pada Pokok Bahasan Suhu dan Kalor. Jurnal Pendidikan Fisika. Volume 1.(1), 1-12.