• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Leaflet Sebagai Media Sosialisasi Program Gerakan Bebas Plastik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Leaflet Sebagai Media Sosialisasi Program Gerakan Bebas Plastik"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS

LEAFLET

SEBAGAI MEDIA SOSIALISASI

PROGRAM GERAKAN BEBAS PLASTIK

R. IRINNE DEVITA ARIANY

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Efektivitas Leaflet sebagai Media Sosialisasi Program Gerakan Bebas Plastik” adalah benar karya saya

dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

R. Irinne Devita Ariany

(4)
(5)

ABSTRAK

R. IRINNE DEVITA ARIANY. Efektivitas Leaflet sebagai Media Sosialisasi Program Gerakan Bebas Plastik. Dibimbing oleh PUDJI MULJONO.

Indonesia merupakan negara penghasil sampah plastik terbanyak nomor dua di dunia. Hal itu membuat pemerintah merumuskan berbagai kebijakan mengenai sampah, khususnya sampah plastik. Namun belum adanya kesadaran dari masyarakat menjadikan kebijakan pemerintah hanya sebuah wacana. Maka dibutuhkan sosialisasi yang menarik di tingkat terkecil dalam masyarakat melalui Posdaya. Sosialisasi Gerakan Bebas Plastik melalui leaflet merupakan media yang tepat untuk menyampaikan informasi kepada tingkat terkecil masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji efektivitas leaflet Gerakan Bebas Plastik yang dilihat dari perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan perilaku, serta hubungannya dengan karakteristik masyarakat dan desain leaflet. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimental dan didukung data kualitatif. Hasil penelitian menggunakan uji beda t test menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, dan perilaku responden mengalami perubahan setelah membaca leaflet. Hasil uji rank spearman menunjukkan terdapat hubungan yang negatif antara tingkat pendidikan dengan peningkatan pengetahuan, serta tidak terdapat hubungan antara desain leaflet dengan efektivitas leaflet.

Kata kunci: efektivitas media, pengetahuan, perilaku, sikap

ABSTRACT

R. IRINNE DEVITA ARIANY. Effectiveness of Leaflet as Media Socialization of Free Plastic Movement Program. Supervise by PUDJI MULJONO.

Indonesia is the number two country in the world which mismanaged plastic waste. It made the government formulated various policies regarding garbage, especially plastic waste. But the lack of public awareness made the government policies only a discourse. Therefore be required an appealing socialization at the lowest level in society through Posdaya. Socialization of Free Plastic Movement through leaflets is an excellent medium for communicate the information to the smallest levels of society. The purpose of this research is to examine the effectiveness of the Free Plastic Movement leaflet which seen from changes in knowledge, attitude, and behavior, and relation with community characteristics and the design of leaflets. This research is a quantitative experiment method and supported by qualitative data. The results using t test showed that the knowledge, attitudes, and behaviors of respondents changed after reading the leaflet. Spearman rank test results showed a negative correlation between level of education and change of knowledge and leaflet design is not related to the effectiveness of the leaflet.

(6)
(7)

EFEKTIVITAS

LEAFLET

SEBAGAI MEDIA SOSIALISASI

PROGRAM GERAKAN BEBAS PLASTIK

R. IRINNE DEVITA ARIANY

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi

: Efektivitas Leaflet sebagai Media Sosialisasi Program Gerakan Bebas Plastik

Nama : R. Irinne Devita Ariany

NIM : I34120017

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Pudji Muljono, M.Si Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2016 ini berjudul “Efektivitas Leaflet sebagai Media Sosialisasi Program Gerakan Bebas Plastik”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof Dr Ir Pudji Muljono, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terima kasih kepada orang tua tercinta Bapak R. Dadeng Maulana dan Ibu Een Lusmanawati yang selalu mendoakan, memberikan semangat, dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya kepada penulis. Kepada adik tersayang Zaid Maulana Jayadipura, serta adik sepupu penulis Ayu Audya Iskandar yang selalu memberikan semangat dan menemani penulis dalam penulisan skripsi. Terima kasih kepada Wahyu Setiyawan atas dukungan, lecutan, dan semangatnya selama ini, serta untuk Rezky, Rona, Fahmi, dan Hafiz atas dukungan dan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, kepada sahabat Namolova yang selalu memberikan semangat dan menghibur penulis saat patah arang. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada Koran Kampus IPB angkatan 9, pengurus dan pimpinan BEM FEMA Kabinet Terasa Manis serta Kabinet Mozaik Toska, terutama departemen Kominfo. Kepada sahabat dan teman-teman SKPM 49, Sahabat Sekret, Keluarga PDD MPKMB, teman-teman satu bimbingan Fitri Zakiyah dan Siti Hoelilah. Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, September 2016

R. Irinne Devita Ariany

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Masalah Penelitian 3

Tujuan Penelitian 4

Kegunaan Penelitian 4

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Kerangka Pemikiran 14

Hipotesis 15

PENDEKATAN LAPANG 17

Metode Penelitian 17

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 18

Teknik Pemilihan Responden 19

Teknik Pembuatan Media Leaflet 20

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 21

Definisi Operasional 21

GAMBARAN UMUM 25

Kelurahan Pasirkuda 25

Kelurahan Situ Gede 27

Karakteristik Responden 29

Usia 30

Tingkat Pendidikan 30

Tanggungan Keluarga 31

EFEKTIVITAS LEAFLET 33

Pengetahuan, Sikap, dan Kecenderungan Berperilaku Awal 33 Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Kecenderungan Berperilaku 41

Efektivitas Leaflet 43

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU TERHADAP

EFEKTIVITAS MEDIA LEAFLET 47

Hubungan Usia dengan Peningkatan Pengetahuan 47

Hubungan Usia dan Perubahan Sikap 48

Hubungan Usia dengan Perubahan Kecenderungan Perilaku 49

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Peningkatan Pengetahuan 49

(14)

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perubahan Kecenderungan

Perilaku 51

Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Peningkatan

Pengetahuan 52

Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Perubahan Sikap 52 Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Perubahan

Kecenderungan Perilaku 53

HUBUNGAN DESAIN LEAFLET TERHADAP EFEKTIVITAS MEDIA

LEAFLET 55

Hubungan Desain dengan Peningkatan Pengetahuan 55

Hubungan Desain dengan Perubahan Sikap 56

Hubungan Desain dengan Perubahan Kecenderungan Perilaku 57

PENUTUP 59

Simpulan 59

Saran 59

DAFTAR PUSTAKA 61

LAMPIRAN 65

(15)

DAFTAR TABEL

1 Lima besar negara pembuang sampah plastik terbanyak tahun 2010 dan 2025 1 2 Jumlah penduduk dan kepala keluarga RW 07 Kelurahan Pasirkuda tahun

2015 25

3 Jumlah penduduk dan kepala keluarga RW 05 Kelurahan Situ Gede tahun

2015 28

4 Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik RW 07 tahun 2016 29 5 Jumlah dan persentase responden kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

sebelum membaca leaflet menurut nilai pengetahuan 33 6 Nilai rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum membaca

leaflet menurut pertanyaan pada aspek pengetahuan 34 7 Jumlah dan persentase responden kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

sebelum membaca leaflet menurut nilai sikap 36 8 Nilai rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum membaca

leaflet menurut pertanyaan aspek sikap 37

9 Jumlah dan persentase responden kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum membaca leaflet menurut nilai kecenderungan perilaku 39 10 Nilai rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum membaca

leaflet menurut pertanyaan aspek kecenderungan perilaku 40 11 Perbandingan nilai rata-rata pre-test, post-test, dan perubahan pengetahuan

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol 41

12 Perbandingan nilai rata-rata pre-test, post-test, dan perubahan sikap kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol 42

13 Perbandingan nilai rata-rata pre-test, post-test, dan perubahan kecenderungan

perilaku kelompok eksperimen dan kelompok kontrol 43 14 Hasil nilai signifikansi pengetahuan, sikap, dan kecenderungan perilaku

dengan karakteristik responden di RW 07 Kelurahan Pasirkudaa 2016 47 15 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia dan peningkatan

pengetahuan di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 47 16 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia dan perubahan sikap di

RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 48

17 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia dan perubahan

kecenderungan perilaku di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 49 18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan

peningkatan pengetahuan di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 50 19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pengetahuan dan

perubahan sikap di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 50 20 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan

perubahan kecenderungan perilaku di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 51 21 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga

dan peningkatan pengetahuan di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 52 22 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga

dan perubahan sikap di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 53 23 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga

(16)

25 Persentase responden kelompok eksperimen berdasarkan hubungan desain

dengan peningkatan pengetahuan responden setelah membaca leaflet 55 26 Persentase responden kelompok eksperimen berdasarkan hubungan desain

dengan perubahan sikap responden setelah membaca leaflet 56 27 Persentase responden kelompok eksperimen berdasarkan hubungan desain

dengan perubahan kecenderungan perilaku responden setelah membaca leaflet 57

DAFTAR GAMBAR

1 Model Lasswell 6

2 Kerangka Pemikiran 15

3 Komposisi responden kelompok eksperimen berdasarkan usia 30 4 Komposisi responden kelompok kontrol berdasarkan usia 30 5 Komposisi responden kelompok eksperimen berdasarkan tingkat

pendidikan 31

6 Komposisi responden kelompok kontrol berdasarkan tingkat pendidikan 31 7 Komposisi responden kelompok eksperimen berdasarkan tanggungan

keluarga 32

8 Komposisi responden kelompok kontrol berdasarkan tanggungan

keluarga 32

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta Wilayah Posdaya Puspa Lestari 66

2 Peta Wilayah Posdaya Kenanga 66

3 Rencana Alokasi Waktu Penelitian 67

4 Kerangka Sampling Kelompok Eksperimen 68

5 Kerangka Sampling Kelompok Kontrol 69

6 Hasil Uji Reliabilitas 70

7 Hasil Uji Statistik 70

8 Tematik Catatan Harian 74

9 Media Leaflet 75

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Plastik merupakan salah satu benda yang sulit dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Karena sifatnya yang kuat dan tidak mudah rusak, plastik dijadikan salah satu bahan untuk wadah membawa makanan dan minuman, pakaian maupun alat rumah tangga lainnya. Setiap tahunnya, penggunaan tas plastik pada hampir seluruh negara di dunia mengalami peningkatan. Penggunaan plastik yang semakin banyak ini menyebabkan sampah plastik akan semakin banyak. Data Deputi Pencemaran Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) menyebutkan, setiap individu rata-rata menghasilkan 0.8 kilogram sampah dalam satu hari, dimana 15 persennya adalah plastik. Menurut Statistik Persampahan Indonesia tahun 2008, tercatat 14 persen sampah plastik dihasilkan dari 26 kota besar di Indonesia. Sementara di tingkat dunia, Indonesia menduduki posisi kedua dalam daftar 20 negara yang paling banyak membuang sampah plastik di laut.1 Tabel 1 merupakan statistik lima negara yang paling banyak membuang sampah plastik sejak tahun 2010 hingga tahun 2025 dengan memprediksikan peningkatan populasi di masing-masing negara.

Tabel 1 Lima besar negara pembuang sampah plastik terbanyak tahun 2010 dan 2025 yang sulit terdegradasi sehingga sangat potensial mencemari lingkungan. Jika sampah plastik dibakar, akan menciptakan polusi udara, sedangkan jika dibiarkan begitu saja, plastik akan membutuhkan waktu sekitar 1000 tahun untuk dapat terurai di tanah dan 450 tahun terurai di air (Adiwijaya 2009). Tas atau kantong plastik yang dibiarkan dibuang di air dapat membunuh makhluk hidup air dan akan merusak ekosistem laut.

Permasalahan sampah ini ditangani oleh Pemerintah Pusat Indonesia melalui Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) yang menjalankan fungsi regulasinya, yaitu menerapkan Undang - Undang No. 18/2008 tentang pengelolaan sampah. Salah satu isi dari undang - undang tersebut adalah memaksa para pebisnis ritel modern untuk membatasi penggunaan kantong plastik. Petunjuk dan pedoman khusus dari UU tersebut diturunkan dalam PP No. 81 tahun 2012.

1

(18)

Peraturan tersebut menegaskan tentang pembatasan timbulan sampah, dengan contoh implementasinya adalah membatasi penggunaan kantong plastik. Tindak lanjut dari peraturan tersebut, pada tahun 2015 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengeluarkan Surat Edaran tentang kantong plastik berbayar yang ditujukan kepada Pemerintah Daerah dan dunia usaha. Sejalan dengan kebijakan tersebut, upaya pengurangan kantong plastik ini juga telah dilakukan beberapa perusahaan ritel di Indonesia. Kebijakan terkait kantong plastik berbayar ini nantinya akan dimasukkan dalam sebuah regulasi Peraturan Menteri (Permen) sebagai salah satu langkah pengelolaan sampah. Sementara itu kebijakan ini sudah diuji coba pada bulan Februari 2016.

Upaya pembatasan penggunaan plastik tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga dari kampanye komunitas peduli lingkungan dan inisiasi pengusaha ritel. Seperti yang dijelaskan dalam penelitian Adiwijaya (2009), gencarnya kampanye pembatasan penggunaan plastik ini sudah dilaksanakan di negara-negara Eropa maupun Asia. Bahkan di Indonesia, kampanye pengurangan penggunaan kantong plastik sudah dimulai sejak Oktober 2010 dengan nama kampanye Diet Kantong Plastik oleh Greeneration Indonesia. Kemudian pada tahun 2013, beberapa lembaga pegiat isu kantong plastik membentuk gerakan nasional bersama, bernama Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik. Sejak munculnya gerakan tersebut, kampanye-kampanye lainnya terus bermunculan mulai dari berbagai lembaga pegiat isu lingkungan hingga peritel di Indonesia.

Adanya peraturan dan kampanye tersebut ternyata tidak langsung menyelesaikan masalah persampahan di Indonesia. KLH mencatat jumlah peningkatan timbulan sampah di Indonesia mencapai 64 juta ton/tahun, dengan tantangan terbesar pengelolaannya adalah penanganan sampah plastik yang tidak ramah lingkungan. Adiwijaya (2009) mengatakan dalam penelitiannya bahwa ternyata kesadaran masyarakat Indonesia akan bahaya sampah plastik serta kepedulian akan kelestarian lingkungan hidup masih rendah. Maka diperlukan adanya keseriusan dari pemerintah untuk mulai mengedukasi masyarakat dimulai dari unit paling kecil, yaitu melalui sosialisasi pada keluarga. Sosialisasi tersebut dapat dimasukan melalui Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang merupakan gagasan baru dari pemerintah untuk membangun SDM melalui partisipasi keluarga secara aktif. Ernawati (2011) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa Posdaya merupakan forum silaturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi dan sekaligus dapat dikembangkan untuk merangsang dan mengembangkan forum pemberdayaan keluarga serta penggalangan kebersamaan dengan mengubah sikap dan tingkah laku.

Berdasarkan kondisi tersebut, dapat disimpulkan upaya untuk mengurangi penggunaan plastik sebaiknya tidak hanya dilakukan oleh pemerintah dengan berbagai kebijakannya, tetapi juga diperlukan upaya dari akar rumput, yaitu merubah perilaku masyarakat agar dapat mengurangi penggunaan sampah plastik. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sosialisasi yang menarik dan mudah diterima agar upaya tersebut berhasil. Usaha untuk mempengaruhi pendapat, sikap dan tingkah laku pada negara yang demokratis hanya dapat dilakukan berdasarkan pada bujukan-bujukan atau ajakan (persuasi), tidak boleh berdasarkan pemaksaan (koersif) walaupun terkadang dalam pengemasan pesan-pesan mengandung sifat

(19)

kepada masyarakat harus mengutamakan upaya persuasif dengan mengutamakan komunikasi yang informatif.

Sosialisasi yang persuasif tersebut bisa menggunakan media komunikasi yang menarik dan kreatif. Pada zaman yang serba digital ini, sosialisasi berupa narasi saja tidak cukup, namun juga diperlukan adanya dukungan media dan teknologi. Salah satu hal yang dapat digunakan dalam menyampaikan informasi yaitu dengan pembuatan materi informasi yang dikemas dalam bentuk media cetak (visual) berupa leaflet, folder, poster, brosur dan lain-lain atau dalam bentuk media elektronik (audio visual) berupa film, video, dan lain-lain. Meskipun kampanye pembatasan penggunaan plastik kini sudah marak di internet dan media sosial, namun nyatanya masih banyak masyarakat yang belum terdedah dan sebagian diantaranya masih sulit mengakses media tersebut. Hal ini menunjukkan sarana/saluran/media konvensional seperti leaflet dan poster masih tetap penting dan efektif digunakan, sehingga pembahasan mengenai media komunikasi berupa

leaflet ataupun poster masih dibutuhkan di samping maraknya media modern seperti internet, slide¸maupun video (Rudy 2005).

Masih banyaknya masyarakat yang awam dan memiliki keterbatasan dalam mengakses media modern tersebut menjadi salah satu alasan penulis memilih pembahasan media cetak konvensional berupa leaflet. Selain itu leaflet merupakan sarana untuk kegiatan publikasi dan sosialisasi yang biasanya dilakukan di tengah antara komunikasi antarpersona dan komunikasi massa, dimana khalayak yang dituju tidak secara serempak menerima pesan (Effendy 2002). Hal tersebut sesuai dengan keadaan Posdaya yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, sehingga kegiatan sosialisasi yang dilakukan melalui leaflet tidak secara serempak namun menjangkau unit-unit terkecil dalam masyarakat, yaitu keluarga. Berdasarkan situasi tersebut, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana efektivitas media leaflet dalam upaya mengurangi penggunaan plastik?

Masalah Penelitian

(20)

bagaimana perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu rumah tangga setelah membaca leaflet?

Hasil penelitian Limandoko (2000) menunjukkan bahwa desain mampu membentuk perilaku dengan syarat desain tersebut mampu mengomunikasikan pesan dengan baik kepada khalayak secara tepat sasaran. Menurutnya, langkah awal yang ideal untuk mencapai tujuan itu adalah dengan mengetahui karakteristik khalayak sasaran. Faktor-faktor tersebut salah satunya adalah faktor internal dari individu yang dituju, karena setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memengaruhi hasil akhir dari sosialisasi yang dilakukan. Maka timbul pertanyaan bagaimana hubungan karakteristik individu terhadap efektivitas media leaflet dalam sosialisasi?

Media leaflet dirancang khusus menggunakan elemen-elemen desain grafis agar mampu menarik perhatian. Effendy (2002) membagi elemen desain berupa bentuk, warna, gambar/ilustrasi, huruf dan bahasa yang digunakan. Hasil penelitian Kamil et al. (2013) menunjukkan bahwa huruf dan warna yang terdapat pada media cetak merupakan salah satu komponen yang paling penting karena menurut respondennya, kedua hal tersebut mempengaruhi kenyamanan membaca media cetak. Berdasarkan hal tersebut, maka timbul pertanyaan bagaimana hubungan desain leaflet terhadap efektivitas media leaflet dalam sosialisasi?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan utama sesuai dengan permasalahan yang telah dipaparkan yaitu menganalisis pengaruh media leaflet dalam mengubah perilaku mengurangi penggunaan plastik di tingkat keluarga. Sedangkan tujuan-tujuan penelitian yang lebih spesifik adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan perilaku ibu rumah tangga setelah membaca leaflet.

2. Mengidentifikasi hubungan karakteristik individu terhadap efektivitas media leaflet dalam sosialisasi.

3. Mengidentifikasi hubungan desain leaflet terhadap efektivitas media

leaflet dalam sosialisasi.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Pemerintah dan instansi terkait, sebagai masukan dalam strategi sosialisasi dan promosi kebijakan atau peraturan yang ditujukan untuk masyarakat. 2. Peneliti dan akademisi, sebagai bahan informasi dan bahan pembanding

mengenai penelitian sejenis.

3. Fasilitator atau kader, sebagai bahan masukan dalam memperbaiki proses sosialisasi.

(21)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Definisi Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses yang tidak dapat kita hindari. Komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio yang dalam Kamus Latin Indonesia berarti “pemberitahuan”2

. Kata communicatio ini bersumber pada kata

communis yang berarti “sama”, yang mempunyai maksud “sama arti” atau “sama

makna”. Effendy (2002) menjelaskan bahwa pengertian komunikasi berkembang seiring perkembangan zaman. Selain bermakna pemberitahuan, komunikasi juga diartikan sebagai pengumuman, penerangan, penjelasan, penyuluhan, perintah, instruksi, komando, nasihat, ajakan, bujukan, dan sebagainya. Melihat dari berbagai makna itu, komunikasi tidak lagi merupakan upaya agar orang tahu, tetapi juga agar seseorang melakukan sesuatu atau melaksanakan kegiatan tertentu. Terlepas dari berbagai makna tersebut, komunikasi tetap memiliki inti hakikatnya, yaitu adanya “kesamaan makna” didalam prosesnya (Effendy 2002).

Definisi komunikasi menurut Black dan Bryant (1992) adalah proses orang-orang berbagi makna, dimana seseorang-orang (komunikator) mengirimkan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan) karena adanya pengalihan pesan sehingga orang saling mempengaruhi (Lubis et al. 2010). Komunikasi tidak hanya dari satu individu ke individu lainnya, tetapi juga bisa dari satu individu ke suatu kelompok atau bahkan ke masyarakat luas.

Berelson dan Stainer (1972) mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan lambang-lambang – kata-kata, gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain (Effendy 2002). Pengertian komunikasi ini bukan hanya menyampaikan informasi, tetapi juga gagasan, emosi, dan keterampilan. Effendy (2002) juga menjelaskan pengertian menurut Carl I Hovland, komunikasi merupakan proses dimana seseorang menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain. Hovland menerangkan bahwa komunikasi mempunyai tujuan untuk mengubah perilaku, yaitu di dalamnya terdapat bagaimana cara agar seseorang atau sejumlah orang berperilaku tertentu, melakukan kegiatan tertentu, atau melakukan tindakan tertentu.

Pengertian Hovland ini kemudian dikembangkan oleh Miller (1966), yaitu komunikasi mengandung situasi keperilakuan sebagai minat sentral, dimana seseorang sebagai sumber menyampaikan suatu kesan kepada seseorang atau sejumlah penerima yang secara sadar bertujuan mempengaruhi perilakunya (Effendy 2002). Lebih lanjut lagi, Effendy (2002) merangkum tiga tujuan sentra komunikasi menurut para ahli, yaitu:

- To secure understanding (memastikan pemahaman) - To establish acceptance (membina penerimaan) - To motivate action (motivasi kegiatan)

Pengertian tersebut menunjukkan pengertian komunikasi sebagai proses agar sasaran komunikasi pertama-tama harus bisa memahami isi pesan. Jika sudah

2

(22)

memahami, berarti mereka sudah bisa menerima kemudian penerimaan tersebut butuh dibina, sehingga hal itu bisa menjadi dasar untuk memotivasi mereka agar melakukan suatu kegiatan. Maka setelah melihat beberapa penjabaran ahli tentang definisi komunikasi, tujuan awal dari komunikasi adalah adanya kesamaan makna, dan tujuan akhirnya adalah adanya perubahan perilaku, karena dalam prosesnya, tidak mungkin orang melakukan kegiatan tertentu (yang komunikator inginkan) jika tidak ada kesamaan makna (pemahaman) di dalamnya.

Definisi komunikasi dari beberapa ahli tersebut juga dapat dijelaskan oleh model komunikasi Harold Lasswell. Menurut Lubis et al. (2010), pandangan Lasswell ini menekankan pada unsur-unsur pembicara (speaker), pesan (message), dan khalayak (audience). Model Lasswell ini berbunyi Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect, yang digambarkan dalam bentuk dibawah ini.

Dibandingkan dengan model komunikasi dari beberapa ilmuan lainnya, pendekatan Lasswell ini memberikan pandangan tentang pengaruh (effect) dari komunikasi yang terjadi. Model ini dapat digunakan untuk melihat beragam hasil atau pengaruh dari proses komunikasi. Pengaruh atau efek yang dimaksud disini adalah adanya perubahan perilaku yang sebelumnya sudah dijelaskan pada definisi komunikasi menurut beberapa ahli. Model Lasswell ini juga menerangkan secara lebih luas tentang saluran komunikasi, yaitu suatu media yang digunakan untuk menyalurkan pesan.

Berdasarkan definisi komunikasi dari beberapa ahli dan model komunikasi Lasswell, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan baik itu berupa informasi, pikiran ataupun gagasan oleh seseorang untuk mengubah sikap, opini, atau perilaku orang lain melalui suatu media tertentu dengan upaya memperoleh tanggapan.

Sosialisasi

(23)

a. Menurut Kenneth E. Anderson yang membatasi persuasi hanya pada komunikasi anterpersona. Kenneth mengatakan bahwa terdapat tiga pergeseran penekanan yang penting antara batasan komunikasi dengan persuasi. Pertama, komunikasi diartikan sebagai upaya “mempengaruhi” kognisi, sedangkan pada persuasi dampak terhadap kognisi diupayakan untuk menghasilkan perubahan pada sikap, kepercayaan, nilai, atau tindakan. Pergeseran kedua adalah penekanan pada kesenjangan dari perubahan, yaitu menyebabkan perubahan tanpa menggunakan paksaan. Pergeseran yang ketiga adalah perubahan pada sikap atau kegiatan yang diinginkan oleh komunikator.

b. Menurut Edwin P. Bettinghause, agar bersifat persuasif suatu komunikasi harus mengandung upaya yang dilakukan oleh seseorang dengan secara sadar untuk mengubah perilaku orang lain dengan menyampaikan beberapa pesan. Menurutnya, yang diubah dengan upaya secara sadar itu hanya perilaku, sedangkan proses komunikasinya bisa tatap muka ataupun melalui media.

Berdasarkan penjabaran tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sosialisasi merupakan salah satu penyampaian komunikasi persuasif. Proses penyampaian pesan tersebut dengan upaya mempengaruhi kognisi seseorang yang selanjutnya diharapkan menghasilkan perubahan pada sikap dan perilaku yang diinginkan oleh komunikator tanpa adanya paksaan. Sosialisasi bisa dilakukan melalui tatap muka ataupun dengan menggunakan media.

Efektivitas Komunikasi

Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tercapainya tujuan yang telah ditetapkan (Ernawati 2011). Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan, jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya (Maulida 2013).

Efektivitas merupakan usaha pencapaian sasaran yang sesuai dengan harapan. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian definisi komunikasi, Miller memperluas pengertian komunikasi dengan adanya tujuan perubahan perilaku (Effendy 2002). Menurutnya, komunikasi bukan sekadar upaya memberi tahu, tetapi juga upaya memengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan tertentu. Maka dapat disimpulkan bahwa jika tujuan perubahan perilaku dalam proses komunikasi tercapai, maka komunikasi tersebut bisa dikatakan efektif.

Effendy (2001) menyatakan bahwa komunikasi dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan efek berikut:

1. Kognitif, yaitu meningkatnya pengetahuan komunikan, meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan.

2. Afektif, yaitu perubahan sikap dan pandangan komunikan, karena hatinya tergerak akibat komunikasi, meliputi efek yang berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap.

3. Konatif, yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan, yang berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu.

(24)

komunikasi, format, dan sumber pesan (Hapsari 2013). Hasil penelitian Hapsari (2013) menunjukkan bahwa dimensi yang mempunyai efektivitas komunikasi paling tinggi adalah isi pesan dan media komunikasi. Hal ini menunjukkan bahwa jika isi pesan dikombinasikan dengan media komunikasi maka proses komunikasi akan semakin efektif.

Media Komunikasi

Kegiatan komunikasi pada umumnya dilakukan melalui media, seperti yang diungkapkan pada model komunikasi Lasswell. Effendy (2002) membagi komunikasi bermedia ke dalam dua bagian, yaitu komunikasi media utama dan komunikasi media kedua. Komunikasi melalui media utama merupakan penyampaian pesan melalui lambang, contohnya bahasa, biasanya komunikasi ini merupakan komunikasi secara tatap muka. Sedangkan komunikasi media kedua merupakan proses penyampaian pesan kepada orang lain menggunakan suatu sarana sebagai media. Media kedua ini digunakan oleh komunikator jika komunikan berada di tempat yang jauh atau dalam jumlah yang banyak. Contohnya adalah televisi, surat kabar, poster, leaflet, telepon, dan lain-lain.

Penelitian ini akan memfokuskan tentang komunikasi media kedua. Lebih jauh lagi, Effendy (2002) menjelaskan bahwa media kedua ini diklasifikasikan menjadi media massa dan media nirmassa (non-massa). Komunikasi massa diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan melalui media massa (Effendy 2011). Ciri utama media massa adalah bahwa media tersebut dirancang untuk menjangkau banyak orang yang menimbulkan keserempakan (simultaneity). Bungin (2008) mengungkapkan bahwa komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa merupakan penyederhanaan dari komunikasi melalui media massa, contohnya televisi, surat kabar, radio, dan lain-lain.

Komunikasi media nirmassa (non-massa) terbagi ke dalam dua bagian, yaitu media individual, contohnya telepon, sms, fax, dan lain sebagainya. Serta media umum, yaitu sarana komunikasi yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesannya ke khalayak luas, contohnya leaflet, poster, brosur, dan lain sebagainya. Meskipun media massa dan media umum ini sama-sama ditujukan kepada khalayak luas, terdapat perbedaan dalam aspek keserempakan (simultaneity) ketika masyarakat/khalayak menerima suatu pesan. Media massa menimbulkan keserempakan disebabkan oleh jumlah orang yang dijadikan sasaran sangat besar. Sementara itu untuk media umum, orang yang membaca pesan melalui media tersebut (leaflet, poster, brosur, dan lain-lain) tidak serempak atau dalam waktu yang relatif berbeda-beda (Effendy 2002). Blake dan Haroldsen (1979) menyebut komunikasi tersebut sebagai medio communication, yang berarti komunikasi medio (Effendy 2002). Medio dalam bahasa latin memiliki arti “tengah”, yang bermakna di tengah antara komunikasi antarpersona dan komunikasi massa.

(25)

dapat dilihat, seperti slide, surat kabar, buletin, pamflet, leaflet, dan lain-lain. Sedangkan media audio-visual adalah media yang bisa dilihat dan didengar sekaligus, misalnya video, film, televisi, dan lain-lain.

Selain jenis media tersebut, pesan juga bisa disampaikan melalui media cetak ataupun media elektronik. Media cetak merupakan media generasi kedua sebelum adanya teknologi media elektronik, media ini merupakan susunan atas unsur-unsur visual saja. Media cetak memiliki beberapa keunggulan di antaranya bentuknya yang praktis, pesannya dapat dilihat berulang serta dapat disimpan jika suatu saat diperlukan. Beberapa contoh media cetak di antaranya poster, leaflet, folder, brosur, dan lain-lain. Sedangkan media elektronik meliputi gabungan antara unsur audio dan visual. Media audio visual ini memberikan banyak keuntungan di antaranya mampu menarik perhatian komunikan, praktis dan mudah dibawa dalam bentuk piringan CD, serta dapat menunjukkan tahapan demi tahapan secara jelas dan rinci.

Pada penelitian ini peneliti membatasi penelitian pada media nirmassa (non-massa), berupa media visual tercetak, yaitu leaflet. Hal ini dikarenakan media umum merupakan sarana untuk kegiatan publikasi dan sosialisasi yang biasanya dilakukan di antara komunikasi antarpersona dan komunikasi massa, dimana khalayak yang dituju tidak secara serempak menerima pesan. Selain itu, komunikasi melalui media leaflet ini relatif mudah dilakukan secara mandiri oleh kader atau fasilitator pada posdaya. Hal ini akan membantu pemerintah dalam memecahkan permasalahan kurangnya dukungan media informasi pada masyarakat yang sulit terjangkau media massa atau media elektronik.

Leaflet

Leaflet merupakan salah satu media komunikasi yang biasa digunakan untuk berbagai macam proses komunikasi, seperti publikasi, sosialisasi, penyuluhan, iklan, dan lain sebagainya. Leaflet dapat diartikan sebagai selebaran yang berisi informasi mengenai suatu hal atau peristiwa tertentu untuk diketahui oleh umum. Sebagai media komunikasi, leaflet lebih tahan lama dan dapat disimpan untuk dilihat sewaktu-waktu. Menurut Bovee dan Arens (1986), leaflet mempunyai ukuran standar 8.5 x 11 inchi. Leaflet atau dalam Bahasa Inggris disebut flyer (flier) pada umumnya tercetak pada satu atau kedua sisinya (Adawiyah 2003).

Berdasarkan panduan Bimbingan Teknis Media Cetak dari Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (2013), leaflet dapat berupa lipatan maupun tidak terlipat. Pada panduan ini juga dijelaskan bagian muka lembar leaflet berisikan judul tulisan dan uraian tulisan pembuka materi informasi yang akan disampaikan. Pada bagian lembar belakang leaflet berisikan muatan isi materi lanjutan dari lembar depan leaflet. Isi materi informasi yang disampaikan melalui leaflet harus singkat jelas dan padat berupa pokok – pokok uraian yang penting saja dengan menggunakan kalimat yang sederhana. Pembuatan leaflet sangat dianjurkan dilengkapi dengan pemberian gambar sederhana dan terfokus yang akan memperjelas materi tulisan untuk menarik minat sasaran pembaca leaflet.

Saefudin dan Setiawan (2006) menjelaskan bahwa umumnya leaflet

(26)

1. Leaflet yang berfungsi informatif, yaitu leaflet yang dibuat dengan maksud untuk memberitahukan atau menginformasikan sesuatu peristiwa atau kegiatan tertentu dari lembaga yang menerbitkannya itu. Secara fisik tidak bisa dibedakan dalam hal isi yang disampaikannya, kecuali tentu saja jika yang dilihatnya adalah masalah kualitas kertasnya dan teknik penyajiannya serta kedalaman isinya.

2. Leaflet yang berfungsi edukatif, yaitu leaflet yang di samping sudah mengandung sifat informatif, namun di dalamnya terkandung juga aspek edukatif. Isinya disusun sedemikian rupa sehingga memenuhi unsur-unsur pendidikan di dalamnya. Jenis leaflet ini banyak dibuat di perpustakaan dan lembaga-lembaga penelitian lainnya. Contohnya antara lain dalam bentuk bulletin, selipat.

3. Leaflet yang berfungsi rekreatif, leaflet jenis ini bersifat menghibur pembacanya, atau setidaknya berisi tentang informasi mengenai aspek hiburan atau entertainment. Banyak kita jumpai misalnya dalam arena pameran atau hiburan-hiburan massal.

4. Leaflet yang berfungsi persuasif, leaflet jenis ini biasanya dibuat oleh kalangan yang mempunyai tujuan-tujuan atau kepentingan tertentu, baik kepentingan yang bersifat bisnis, sosial, ataupun agama. Misi akhir dari jenis

leaflet ini adalah agar para pembacanya terpengaruh oleh ajakan sesuai dengan yang disajikan dalam leaflet.

5. Leaflet yang berfungsi promosi atau iklan, leaflet jenis ini yang terbanyak kita jumpai. Sebenarnya fungsi-fungsi umum seperti sudah disebutkan di atas tetap ada, namun untuk yang satu ini sudah lebih mengarah kepada unsur-unsur bisnis dan bertujuan komersial. Bentuknya antara lain adalah iklan suatu produk tertentu dari perusahaan tertentu.

Penelitian ini dibatasi pada jenis leaflet edukatif, yang juga di dalamnya berisi pesan informatif. Isinya disusun sedemikian rupa sehingga memenuhi unsur-unsur pembelajaran (perubahan perilaku). Maka pada media leaflet perlu penyajian pesan yang sesuai dengan keadaan ukurannya dan sasaran yang dituju (Firda 2013). Penyajian pesan yang baik dapat dilihat dari efek yang terjadi pada masyarakat yang dituju setelah membaca pesan. Menurut Effendy (2002), terdapat tiga efek yang dapat dilihat, yaitu:

1. Efek kognitif, yang bersangkutan dengan penalaran, audiences memahami pesan yang merangsangnya melalui leaflet yang dibacanya.

2. Efek afektif, audiences merasa tersentuh hatinya oleh pesan tersebut, seperti perasaan bangga, kagum, penasaran, ataupun takut.

3. Efek konatif, yaitu dampak yang timbul pada audiences dalam bentuk perilaku, kegiatan, tindakan, dan sebagainya.

Lebih jauh lagi Effendy (2002) memaparkan beberapa faktor yang dapat menentukan komunikatif atau tidaknya sebuah media cetak visual, yaitu:

1. Bentuk.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, leaflet memiliki beberapa macam bentuk ada yang terlipat maupun tidak. Bahkan terdapat juga poster yang tidak berbentuk persegi panjang, melainkan bulat atau mengikuti suatu bentuk objek tertentu. Faktor bentuk ini juga harus memperhatikan kemudahan pembaca dalam memegang dan membaca

(27)

2. Warna.

Warna merupakan faktor yang sangat penting bagi leaflet, karena menjadi pemikat perhatian khalayak. Warna yang mencolok dan enak dilihat akan lebih menarik dibanding dengan yang polos dan tidak berwarna. Namun dalam pemilihan warna pada leaflet perlu memperhatikan tema dan isu apa yang dibahas agar sesuai dengan isi pesan.

3. Ilustrasi (gambar).

Ilustrasi dan gambar memiliki keunggulan yaitu dapat mendeskripsikan suatu hal yang sulit dijelaskan, atau sesuatu yang akan panjang jika dijelaskan. Adanya gambar ataupun ilustrasi di dalam leaflet

akan membantu pembaca memahami isi pesan yang disampaikan, selain itu juga akan membuat pesan semakin jelas tanpa penjelasan yang bertele-tele. Di samping sebagai penunjang pemahaman, gambar jga biasanya digunakan untuk mempercantik leaflet.

4. Bahasa.

Bahasa maksudnya adalah kalimat yang efektif, jelas, serta menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa yang digunakan juga harus bahasa umum yang dimengerti oleh seluruh lapisan masyarakat.

5. Huruf.

Bentuk, jenis, warna, dan ukuran huruf juga menjadi faktor yang penting. Huruf harus bisa terbaca dari jarak pandang baca yang normal (30 cm dari mata), berarti harus menggunakan ukuran yang sesuai dan tidak terlalu kecil. Jenis dan bentuk huruf juga perlu diperhatikan, karena berhubungan dengan kemudahan dan kenyamanan membaca. Selain itu warna huruf harus kontras dengan warna latar agar kalimat dapat terbaca dengan jelas.

Efektivitas Leaflet sebagai Media Sosialisasi

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, efektivitas merupakan usaha pencapaian sasaran yang sesuai dengan harapan. Jika dikaitkan dengan komunikasi dan sosialisasi, maka harapan atau tujuan tersebut adalah adanya peningkatan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan perilaku dari komunikan. Efektivitas komunikasi dapat dilihat dari beberapa komponen, salah satunya adalah media atau saluran yang dipakai. Jika media yang digunakan dapat menghasilkan pencapaian tujuan komunikasi, berarti komunikasi tersebut dikatakan efektif.

Pentingnya media dalam melakukan sosialisasi dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan Murdiyanto (2011), yang menunjukkan penggunaan media penyuluhan berupa metode audio visual menunjukkan peningkatan lebih tinggi dibanding dengan metode farmer meeting dan farmer field day terhadap pengetahuan serta mempengaruhi petani untuk menanam kool dengan baik.

(28)

media leaflet mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap lebih tinggi daripada poster yang ditempelkan dan informasinya tersaji singkat. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Siagian et al. (2008) menyatakan bahwa perlakuan pemasangan poster dan leaflet mampu memperbaiki tindakan siswa dalam mengonsumsi jajanan.

Berdasarkan beberapa penelitan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

leaflet dapat dijadikan media sosialisasi untuk mencapai tujuan berupa peningkatan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan perilaku. Maka dapat jika tujuan perubahan perilaku dalam proses komunikasi tercapai, maka komunikasi tersebut bisa dikatakan efektif.

Plastik

Plastik merupakan salah satu bahan baku yang paling banyak digunakan untuk membuat peralatan rumah tangga, industri, maupun keperluan lainnya. Plastik adalah bahan yang mempunyai derajat kekristalan lebih rendah daripada serat, dan dapat dilunakkan atau dicetak pada suhu tinggi. Hasil cetakan tersebut didesain dengan variasi yang sangat banyak dalam berbagai bentuk sesuai fungsinya. Perkembangan produk plastik di Indonesia sangat pesat pada hampir dua dekade terakhir dengan merambah hampir semua jenis kebutuhan manusia (Sahwan et al. 2005). Pembuatan plastik di Indonesia membutuhkan 12 juta barel minyak bumi per tahun, dan 14 juta pohon ditebang. Hal itu dikarenakan plastik terbuat dari penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene.

Menurut Hermono (2009), secara garis besar plastik dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu plastik yang dapat didaur ulang atau dicetak lagi (thermoplastic) dan yang tidak dapat didaur ulang atau dicetak lagi (thermoset). Plastik yang dapat didaur ulang dibagi menjadi beberapa jenis dengan diberikan nomor (kode) pada setiap jenis plastiknya.

1. PET (Polyethylene Terephthalate), tertera logo daur ulang dengan angka 1 di dalamnya, biasanya digunakan untuk botol plastik yang jernih atau transparan seperti botol air mineral.

2. HDPE (High Density Polyethylene), logo daur ulang dengan angka 2, biasanya dipakai untuk kemasan sampo, kosmetik, bedak dan lain-lain. 3. PVC (Polyvinyl Chloride), tertera logo daur ulang dengan angka 3. Plastik

ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap).

4. LDPE (Low Density Polyethylene), tertera logo daur ulang dengan angka 4, digunakan untuk plastik kemasan. Kantong plastik merupakan jenis plastik yang termasuk LDPE.

5. PP (Polypropylene), tertera logo daur ulang dengan angka 5, merupakan pilihan terbaik untuk bahan plastik, digunakan untuk botol bayi.

6. PS (Polystyrene), tertera logo daur ulang dengan angka 6, biasa dipakai sebagai bahan Styrofoam.

7. OTHER, tertera logo daur ulang dengan angka 7, yang termasuk ke dalam jenis ini adalah SAN (styrene acrylonitrile), digunakan untuk sikat gigi. ABS (acrylonitrile butadiene styrene), digunakan sebagai pipa, dan PC (polycarbonate), digunakan untuk galon.

(29)

dioksin, yaitu suatu zat yang sangat beracun dan merupakan penyebab kanker serta dapat mengurangi sistem kekebalan tubuh seseorang (Sumbung 2012). Bahan dasar plastik juga merupakan bahan yang sulit terurai, plastik akan membutuhkan waktu sekitar 1000 tahun untuk dapat terurai di tanah dan 450 tahun terurai di air (Adiwijaya 2009).

Noverriana (2011) menjelaskan bahwa plastik yang sudah tidak terpakai atau dalam kata lain telah menjadi sampah, dapat dikategorikan menjadi tiga karakteristik. Pertama, sampah plastik yang dapat dimanfaatkan kembali menjadi bentuk barang baru yang mempunyai nilai jual, seperti botol sampo, botol air mineral, kemasan kopi, kemasan pewangi, dan sebagainya. Kedua, sampah berbahan plastik lain seperti botol susu, tempat makan, komputer atau televisi yang merupakan sampah-sampah yang dibuang secara berkala. Sampah seperti ini pada umumnya akan dibuang saat sudah tidak terpakai atau rusak, namun tetap dapat didaur ulang atau dipergunakan untuk keperluan lain. Terakhir adalah sampah kantong plastik, sampah jenis ini adalah sampah yang tidak diambil pemulung karena tidak memiliki nilai jual meskipun dapat didaur ulang. Sehingga sampah kantong plastik ini adalah yang paling banyak menumpuk di tempat pembuangan sampah.

Kantong plastik merupakan plastik yang termasuk ke dalam jenis plastik LDPE dan HDPE. Sifatnya kuat, tembus cahaya, fleksibel dan daya proteksi terhadap uap air tergolong baik. Dua jenis plastik ini dapat didaur ulang tetapi sulit dihancurkan secara alami oleh alam sehingga dalam jangka panjang dapat menimbulkan pencemaran bagi lingkungan. Menurut Noveriana (2011), kantong plastik yang beredar di masyarakat memiliki berbagai ukuran dari mulai 15 cm, 17 cm, 24 cm, 28 cm, 40 cm hingga 50 cm dengan ketebalan 0,01 mm dan 0,03 mm. Kantong plastik pun memiliki berbagai warna yaitu hitam, putih, biru, merah, kuning, merah putih dan hitam putih. Meskipun semua kantong plastik pada umumnya berbahaya bagi lingkungan, tetapi kantong plastik berwarna memiliki ketebalan yang lebih tipis dibandingkan yang berwarna hitam. Sehingga, kantong plastik berwarna lebih memungkinkan untuk hancur dengan cepat dibandingkan kantong plastik hitam. Namun dalam kehidupan sehari-hari justru kantong plastik yang sangat sering digunakan oleh masyarakat adalah kantong plastik hitam karena lebih kuat.

Mengurangi Penggunaan Plastik

Plastik sangat membantu masyarakat dalam kehidupan sehari-hari terutama memudahkan dalam hal berbelanja baik itu ke pasar tradisional, supermarket, warung atau kios-kios kecil. Namun masyarakat yang menggunakan plastik biasanya akan membuang plastik sebagai sampah jika sudah tidak digunakan lagi. Besarnya penggunaan plastik di Indonesia mengakibatkan Indonesia menduduki peringkat kedua penghasil sampah plastik terbanyak di dunia3. Hal ini akan berpotensi memperburuk kualitas lingkungan jika sampah plastik tidak dapat dikelola dengan baik.

Hasil penelitian yang dilakukan Noveriana (2011) menyebutkan bahwa lebih dari sebagian masyarakat sering menggunakan kantong plastik dan diantaranya

3

(30)

beralasan lebih praktis jika tidak membawa kantong plastik sendiri saat belanja. Pada penelitian lain, yang dilakukan oleh Sumbung (2012) mengungkapkan bahwa sebagian besar pedagang gorengan yang menggunakan plastik ternyata mengetahui dengan baik dampak buruk dari plastik tersebut.

Dua penelitian tersebut mengindikasikan bahwa penggunaan plastik masyarakat Indonesia sangat tinggi. Hal itu bukan karena masyarakat tidak tahu dampak buruk dari plastik, namun dikarenakan kebutuhan yang sangat tinggi akan plastik.

Kerangka Pemikiran

Efektivitas media leaflet Gerakan Bebas Plastik diukur berdasarkan efek yang didapatkan responden setelah membaca leaflet. Effendy (2002) menjelaskan terdapat tiga ranah efek utama yang dapat menjadi indikator keefektifan leaflet, yaitu: efek kognitif, afektif, dan konatif. Ketiga aspek tersebut merupakan aspek yang membentuk perilaku seseorang. Rakhmat (2001) mengatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang timbul dari diri individu (faktor personal) dan dari luar individu (faktor environmental).

Faktor personal terbagi menjadi dua bagian yaitu faktor biologis dan faktor sosiobiologis. Faktor biologis pada individu melekat pada diri yang dapat membedakannya dengan individu lainnya, contohnya adalah jenis kelamin, sifat fisik, usia, dan lain-lain. Faktor sosiobiologis adalah karakteristik yang didapatkan individu dari proses sosial dan mempengaruhi kepribadiannya, contohnya adalah motivasi, self monitoring, dan lain-lain. Sedangkan faktor dari luar individu adalah faktor yang didapat dari lingkungan sekitar individu, contohnya pendidikan, pekerjaan, ekonomi, keluarga, dan lai-lain.

Keberhasilan pelaksanaan sosialisasi Gerakan Bebas Plastik dapat dilihat dari perubahan pengetahuan, sikap, dan kecenderungan perilaku responden yang diberikan leaflet. Perubahan ketiga aspek tersebut sangat berhubungan dengan pembentukan sikap dan perilaku responden yang berkaitan erat dengan karakteristik personal dan eksternal yang telah dijelaskan sebelumnya.

Penelitian Marlina et al. (2009) dan Hamtiah et al. (2012) juga menunjukkan adanya hubungan nyata dan positif antara faktor-faktor karakteristik individu dengan peningkatan kognitif, afektif dan konatif. Karakteristik individu yang dipilih pada penelitian ini adalah usia, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga. Jenis kelamin tidak digunakan karena responden yang dipilih adalah ibu rumah tangga, sedangkan jenis pekerjaan tidak dipilih dikarenakan sebagian besar responden tidak memiliki pekerjaan ganda.

Selain itu, Rakhmat (2001) menjelaskan terdapat faktor lainnya yang berhubungan dengan keefektifan media leaflet, yaitu kepribadian individu yang berkaitan dengan ketertarikan seseorang terhadap image media (bentuk, warna, dan tampilan). Media Leaflet merupakan media yang dirancang menggunakan elemen-elemen desain grafis, seperti bentuk dan warna. Effendy (20 02) memaparkan beberapa faktor yang dapat menentukan komunikatif atau tidaknya sebuah media cetak visual, yaitu bentuk, warna, gambar/ilustrasi, huruf, dan bahasa. Effendy (2002) juga menambahkan, pesan yang disampaikan disertai dengan banyak gangguan seperti gambar akan lebih efektif menghasilkan perubahan.

(31)

diketahui perubahan aspek kognitif, afektif dan konatif sebelum dan sesudah diberikannya media leaflet. Untuk mengukur efektivitas leaflet dapat dilihat dengan membandingkan hasil post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Hipotesis

1. Terdapat peningkatan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan perilaku setelah membaca leaflet.

2. Terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan efektivitas media

leaflet.

3. Terdapat hubungan antara desain leaflet dengan efektivitas media leaflet.

Karakteristik Individu

Usia

Tingkat Pendidikan Jumlah Tanggungan Keluarga

Desain Leaflet

(Warna, Gambar/Ilustrasi, Huruf, Bahasa)

Efektivitas Media Leaflet

Kognitif (pengetahuan)

Afektif (sikap)

Konatif (tindakan)

Gambar 2 Kerangka Pemikiran

(32)
(33)

PENDEKATAN LAPANG

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif untuk menunjang dan memperkuat data dan informasi yang diperoleh. Penelitian kuantitatif yang dilakukan adalah penelitian eksperimental. Penelitian eksperimental dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono 2011). Penelitian eksperimental umumnya melibatkan dua kelompok yang terdiri dari kelompok yang diberi perlakuan dan kelompok pembanding (control group). Adanya kelompok pembanding ini berguna untuk meminimalisir ketidakvalidan data yang diperoleh serta sebagai pembanding untuk mengetahui adanya perbedaan efek dari suatu perlakuan yang diberikan. Penelitian ini dirancang dengan metode True Experimental dan dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner kepada responden dengan menggunakan rancangan percobaan Pretest-Posttest Control Group Design. Desain ini menggunakan dua kelompok yang dipilih secara acak dari dua populasi yang berbeda, kemudian diberikan pretest untuk mengetahui keadaan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Perlakuan kepada responden diberikan untuk melihat perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku responden melalui media berupa leaflet, yang dibuat sendiri oleh peneliti. Leaflet merupakan jenis media cetak yang dipilih dalam menyebarkan informasi ataupun sosialisasi mengenai pengurangan penggunaan kantong plastik. Desain leaflet dibuat dengan menggunakan Adobe Photoshop CS6 dan Adobe Indesign CS6 yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran leaflet pada umumnya yaitu 8.5 x 11 inchi. Pesan yang dimasukan ke dalam leaflet merupakan penjelasan tentang pengertian dan bahan baku plastik, lamanya penghancuran plastik, jumlah sampah plastik, dampak dan masalah yang ditimbulkan oleh sampah plastik, upaya pengurangan penggunaan kantong plastik dan pemberitahuan uji coba kebijakan kantong plastik berbayar.

Data kualitatif didapatkan melalui observasi (pengamatan langsung), dan teknik wawancara mendalam kepada kader posdaya serta tokoh masyarakat.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di dua Posdaya binaan Institut Pertanian Bogor (IPB), yaitu:

1. Wilayah Posdaya Puspa Lestari, RW 07 Babakan Sukamantri, Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. (Kelompok eksperimen)

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purporsive) dengan berbagai pertimbangan, di antaranya:

1) Posdaya Puspa Lestari merupakan salah satu Posdaya binaan IPB yang sudah banyak mendapatkan prestasi nasional dan menjadi posdaya percontohan.

(34)

3) Posdaya ini juga sangat aktif dalam empat bidangnya (Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan Hidup, dan Ekonomi) salah satunya di bidang lingkungan.

4) Perhatian Posdaya Puspa Lestari terhadap bidang lingkungan dapat dilihat dari keseriusannya dalam penanganan bank sampah, pengembangan program Kawasan Tanpa Rokok, menciptakan rumah hijau dan pengembangan lahan pekarangan, serta yang terbaru akan dilaksanakan adalah pembuatan lubang biopori di pekarangan rumah. 5) Ketika melakukan penjajagan, masyarakat di sana belum mengetahui

adanya kebijakan plastik berbayar.

2. Wilayah Posdaya Kenanga, Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. (Kelompok Kontrol)

Pemilihan lokasi kelompok kontrol dilakukan secara sengaja (purporsive) dengan berbagai pertimbangan, di antaranya:

1) Karakteristik demografis wilayah Posdaya Kenangan tidak jauh berbeda dengan Posdaya Puspa Lestari.

2) Posdaya Kenangan juga merupakan Posdaya yang banyak mendapatkan prestasi nasional dan menjadi posdaya percontohan. 3) Posdaya ini juga sangat aktif dalam empat bidangnya (Kesehatan,

Pendidikan, Lingkungan Hidup, dan Ekonomi) salah satunya di bidang lingkungan melalui Kebun Bergizi dan Daur Ulang Sampah.

4) Ketika melakukan penjajagan, masyarakat di sana belum mengetahui adanya kebijakan plastik berbayar.

Berdasarkan pemaparan tersebut, pemilihan lokasi penelitian ini dianggap sesuai dengan topik yang diangkat yaitu tentang pengurangan penggunaan kantong plastik. Posdaya Kenanga sebagai wilayah kelompok kontrol dipilih karena memiliki karakteristik yang hampir sama seperti Posdaya Puspa Lestari.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Agustus 2016. Kegiatan dalam penelitian ini meliputi penyusunan skripsi, kolokium, pengambilan data lapang, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan skripsi (Lampiran 2).

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian yang digunakan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengisian kuesioner pretest postest,

hasil pengamatan langsung di lapangan, serta wawancara. Data mengenai karakteristik responden dikumpulkan berdasarkan faktor-faktor yang diteliti yaitu usia, jumlah tanggungan keluarga, dan tingkat pendidikan. Data mengenai efektivitas diperoleh dari hasil pengisian kuesioner pre test dan post test,

sedangkan data mengenai desain leaflet diperoleh dari hasil pengisian post test. Pengisian jawaban oleh responden harus didampingi oleh peneliti agar tidak terjadi kesalahan dalam menginterpretasikan pertanyaan.

(35)

keempat tentang perilaku dengan tipe soal “Ya-Tidak”. Kuesioner post-test juga terdiri dari empat bagian dengan tiga bagian yang sama, yaitu mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku, dan ditambah dengan bagian keempat yaitu mengenai aspek-aspek desain di dalam leaflet. Sebelumnya telah dilakukan uji coba kuesioner terhadap 10 orang responden untuk mengukur reliabilitas instrumen penelitian (Lampiran 9). Setelah diuji dengan menggunakan SPSS, ditemukan bahwa instrumen yang diuji ternyata reliabel, karena nilai α 0.859 > dari 0.60.

Hasil dari pengamatan dan wawancara di lapangan dituangkan dalam catatan harian dengan bentuk uraian rinci dan kutipan langsung. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dan/atau sudah diolah oleh pihak lain, yaitu BPS, profil Posdaya, data yang berasal dari kelurahan, dan data dari instansi yang terkait dengan topik penelitian.

Terdapat beberapa tahap dalam memperoleh data primer. Pada kelompok eksperimen, tahap pertama yang dilakukan yaitu melakukan pre-test kepada responden. Responden diberikan kuesioner berupa pertanyaan tentang karakteristik diri, dan menjawab pertanyaan mengenai penggunaan plastik untuk menilai sejauh mana pengetahuan, sikap, dan perilaku awal yang dimiliki responden tentang penggunaan plastik.

Tahap kedua yaitu responden diberikan leaflet tentang Gerakan Bebas Plastik dan diminta untuk mempelajari informasi yang ada di dalamnya. Setelah responden mempelajari informasi tersebut, responden diminta untuk mengisi kuesioner kedua yang berisi soal-soal mengenai penggunaan plastik. Jenis soal pada kuesioner kedua ini sama dengan kuesioner sebelumnya. Tahap ini merupakan tahap post-test yang dimaksudkan untuk melihat apakah terjadi perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai penggunaan plastik setelah mereka mempelajari leaflet yang diberikan. Responden juga diberikan daftar pertanyaan baru berupa penilaian terhadap aspek-aspek desain di dalam leaflet.

Pada kelompok kontrol juga terdapat beberapa tahapan. Tahapan pertama yaitu melakukan pre-test seperti yang dilakukan pada kelompok eksperimen. Soal dan tipe soal yang diberikan sama seperti yang diberikan kepada kelompok eksperimen. Tahap ini juga berguna untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan, sikap, dan perilaku awal yang dimiliki responden pada kelompok kontrol.

Tahap kedua yaitu responden langsung diberikan kuesioner kedua tanpa diberikan leaflet terlebih dahulu. Tahap ini merupakan tahap post-test, yang dimaksudkan untuk melihat perbandingan antara kelompok eksperimen yang diberikan leaflet dan kelompok ini yang tidak mendapatkan leaflet. Pada kelompok kontrol tidak diberikan pertanyaan beruapa penilaian terhadap desain

leaflet.

Teknik Pemilihan Responden

(36)

kelompok ini masih aktif berbelanja dan mempunyai anak sehingga dalam kegiatan berumahtangganya masih menggunakan plastik dalam frekuensi yang tinggi. Jumlah sampel yang digunakan adalah 30 untuk masing-masing kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

Populasi pada kelompok eksperimen adalah Kelompok Posyandu pada wilayah Posdaya Puspa Lestari dengan jumlah anggota sebanyak 100 orang. Penentuan pemilihan sampel dari kerangka sampling Kelompok Posyandu menggunakan teknik acak sederhana (simple random sampling). Teknik ini dipilih karena populasi yang menjadi sasaran bersifat homogen, serta keadaan populasi tidak terlalu tersebar secara geografis (Singarimbun dan Effendi 2006). Sedangkan populasi untuk kelompok kontrol adalah Kelompok Posyandu pada wilayah Posdaya Kenanga dengan jumlah anggota sebanyak 30 orang. Semua populasi pada kelompok kontrol dijadikan responden karena jumlahnya yang sesuai dengan jumlah kelompok eksperimen. Sementara untuk pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sample, yaitu peneliti sudah menentukan informan yang akan diwawancarai, seperti Kader Posdaya dan tokoh masyarakat setempat.

Responden adalah orang yang diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah disusun (pretest dan posttest). Data kelompok posyandu didapatkan dari pengurus Posdaya. Informan adalah orang yang menceritakan tentang kondisi atau lingkungannya. Informan juga berguna untuk mendukung hasil wawancara yang diberikan kepada responden, serta untuk memverifikasi hasil wawancara. Informan dalam penelitian ini adalah kader posdaya dan tokoh masyarakat.

Teknik Pembuatan Media Leaflet

Saefudin dan Setiawan (2006) menjelaskan bahwa terdapat beberapa unsur yang harus diperhatikan pada pembuatan media leaflet pada umumnya. Berikut adalah teknik pembuatan media leaflet Gerakan Bebas Plastik yang dijadikan media sosialisasi:

1. Pendahuluan

Latar belakang dari pembuatan media leaflet ini adalah adanya permasalahan sampah yang terjadi di Indonesia, khususnya timbulan tampah plastik.

2. Menentukan tujuan

Setelah selesai membaca leaflet, diharapkan masyarakat mampu meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilakunya mengenai pengurangan sampah plastik di rumah tangga.

3. Menentukan Sasaran

Sasaran yang dituju adalah masyarakat luas, dari semua kalangan usia, jenis kelamin, maupun lapisan masyarakat.

4. Menentukan pesan dan informasi

Pesan dan informasi yang disampaikan adalah fakta-fakta tentang plastik dan sampah plastik, dampak sampah plastik, cara menanggulanginya, dan informasi tentang kebijakan plastik berbayar. Sumber informasi didapatkan dari website Kampanye Diet Kantong Plastik dan KLKH. 5. Menentukan unsur pelengkap, penunjang dan tampilan fisik

(37)

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah seluruh data terkumpul, dilakukan pengolahan data secara kuantitatif. Tabel frekuensi digunakan untuk mendapatkan deskripsi mengenai karakteristik responden dan desain leaflet, kemudian dilakukan pengkodean yang akan berlanjut pada tahap perhitungan persentase jawaban dengan menggunakan sistem tabulasi silang. Data tersebut akan diolah menggunakan software Microsoft Excel 2016 dan SPSS (Statistical Program for Social Sciences) for Windows versi 21.0. Hubungan antara karakteristik individu dengan efektivitas leaflet diolah menggunakan uji korelasi Rank Spearman untuk data ordinal. Hubungan antara desain leaflet dengan efektivitas leaflet juga akan diolah menggunakan uji korelasi

Rank Spearman.

Sementara itu untuk mengetahui efektivitas leaflet, dilakukan tiga kali analisis. Pertama adalah menguji perbedaan kemampuan (pengetahuan, sikap, dan perilaku) awal antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, menggunakan t-test. Hasil yang diharapkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara kemampuan awal kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen, hal ini untuk mengetahui apakah kemampuan awal kedua kelompok memiliki kondisi yang sama atau tidak. Analisis yang kedua adalah untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan yang nyata antara hasil pre-test dan post-test pada masing-masing kelompok menggunakan t-test. Hasil yang diharapkan adala terdapat perbedaan yang nyata pada kelompok eksperimen dan tidak terdapat perbedaan yang nyata pada kelompok kontrol, hal ini untuk membuktikan bahwa kelompok yang diberikan leaflet dapat meningkatkan kemampuannya. Analisis yang terakhir adalah untuk menguji hipotesis, yaitu menggunakan teknik t-test untuk dua sampel related. Data yang diuji adalah perbedaan antara perubahan kemampuan kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

Data kualitatif dianalisis melalui reduksi data dan penyajian data. Proses reduksi data dinilai dari proses pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data ini adalah untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak diperlukan. Selanjutnya adalah penyajian data, yang berupa menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan. Seluruh hasil penelitian pada akhirnya akan ditulis dalam laporan skripsi.

Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa istilah operasional dan menggunakan beberapa variabel yang terbagi menjadi beberapa indikator. Masing-masing variabel dan indikator terlebih dahulu diberi batasan sehingga dapat ditentukan skala pengukurannya. Istilah operasional dan variabel-variabel yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut:

1. Karakteristik responden adalah segala aspek yang berada dalam diri responden atau ciri-ciri pribadi yang dimiliki responden yang berhubungan dengan aspek kehidupan, meliputi:

Gambar

Gambar 2 Kerangka Pemikiran
Tabel 4  Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik RW 07
Gambar 3 Komposisi responden kelompok eksperimen berdasarkan usia
Gambar 7 Komposisi responden kelompok eksperimen berdasarkan tanggungan
+7

Referensi

Dokumen terkait

3 Apakah ada dari karyawan Anda yang saat ini atau dalam 3 tahun terakhir menderita penyakit jantung, stroke, hipenrtensi, kanker, ginjal, diabetes, kelainan menurun atau

Gambar 5.17 Alert untuk Berhasil Menambah Jenis Kegiatan Tabel 5.12 Skenario 11 Pengujian Fungsionalitas Mengedit Data. K egiatan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengintegrasian TQM ke dalam kurikulum di Universitas Negeri Jakarta memiliki kaitan dengan adanya tekanan dari luar.Hampir

Chips Cau Coklat (CCC) adalah perencanaan usaha keripik pisang yang diberikan sentuhan rasa coklat.Keripik pisang adalah salah satu makanan tradisional yang terbuat dari pisang

=adi untuk memproduksi gambar agar mendapatkan hasil yang relati$e sempurna dibutuhkan sedikitnya empat tinta, yaitu Cyan, agar mendapatkan hasil yang relati$e sempurna

Tentunya respon setiap negara sangat penting berpengaruh untuk menunjukkan seberapa jauh kesiapan negara, terutama bagi Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Filipina yang tidak

Konsep diri adalah pandangan atau penilaian individu atas dirinya sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial, dan psikologis yang diperoleh dari pengalaman dan

Saya tidak peduli dengan apa yang saya lakukan Saya tidak memiliki banyak teman Saya tidak peduli dengan penampilan saya Saya bersikap sebagaimana jenis kelamin saya Saya