• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Pabrik PT Umas Jaya Agrotama, Lampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Pabrik PT Umas Jaya Agrotama, Lampung"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK

PT UMAS JAYA AGROTAMA, LAMPUNG

ARBIN SARAN ADRIAN SITORUS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Pabrik PT Umas Jaya Agrotama, Lampung adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Arbin Saran Adrian Sitorus

(4)

ABSTRAK

ARBIN SARAN ADRIAN SITORUS. Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Pabrik PT Umas Jaya Agrotama, Lampung. Di bawah bimbingan H. MUSA HUBEIS

. Pabrik tapioka PT Umas Jaya Agrotama yang bergerak di bidang industri tepung tapioka sejak tahun 1973 merupakan anak perusahaan grup Gunung Sewu bersama dengan PT Great Giant Pinnaple. Pabrik tapioka PT Umas Jaya memiliki produktivitas tujuh ton/jam yang masih belum bisa memenuhi purchase order dari perusahaan pemesan. Tujuan penelitian adalah: (1) menganalisis pengaruh tata letak pabrik terhadap produktivitas dan (2) menyusun rekomendasi tataletak baru yang terkait dengan aspek produktivitias. Data yang digunakan adalah data primer melalui observasi dan data sekunder melalui studi pustaka dan literatur yang relevan dengan penelitian. Metode yang digunakan untuk merancang ulang tataletak adalah metode Peta Dari-Ke, Diagram Relasi Aktivitas, dan Unequal-Area Facility Layout (UA-FLP) . Hasil penelitian menunjukkan bahwa perpindahan aliran bahan menjadi 43,7 m dan jarak tempuh sebelumnya 145,7 m maka terjadi perubahan jarak 101 m.

Kata kunci: Perancangan Ulang, Tata Letak, Fasilitas Pabrik.

ABSTRACT

ARBIN SARAN ADRIAN SITORUS. Re-Design Factory Layout PT Umas Jaya Agrotama, Lampung. Under the guidance of H. MUSA HUBEIS

PT Jaya agrotama Umas’ tapioca factory engaged in the starch industry since 1973 a subsidiary of Gunung Sewu Group along with PT Great Giant Pinnaple. Factory’s production capacity seven tons / hour are still not able to meet the purchase order from the customer company. The purpose of the study was: (1) analyze the effect of factory layout to productivity. (2) make recommendations related to the new layout aspects productivity. The data used is primary data through observation and secondary data through library and literature relevant to the research. Methode used to redesign the layout is From-To Chart, Activity Relationship Diagram, and Unequal-Area Facility Layout (UA-FLP). The results showed that the displacement of the flow of materials to 43,7 m and 145,7 m distance before and the distance changes equal 101 m.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

PERENCANAAN ULANG TATA LETAK FASILITAS

PABRIK PT UMAS JAYA AGROTAMA

ARBIN SARAN ADRIAN SITORUS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi :Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Pabrik PT Umas Jaya Agrotama, Lampung

Nama : Arbin Saran Adrian Sitorus NIM : H24100152

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Mukhamad Najib, S.TP, MM Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan kasih karunia-Nya, sehingga dapat diselesaikan skripsi berjudul : Perancangan Ulang Tataletak Fasilitas Pabrik PT Umas Jaya Agrotama, Lampung. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan saran, sehingga Skripsi ini berhasil diselesaikan dengan baik. Terima kasih penulis haturkan kepada kedua orang tua tercinta (Antonius Sitorus dan Rumondhang Butar-Butar), kakak tersayang (Argihta M. Sitorus), Hanna Silvia, Keluarga besar Komisi Pembinaan Pemuridan Terima kasih kepada Departemen Manajemen yang meliputi Dosen-dosen, Tata Usaha dan lain lain atas bantuannya selama tiga tahun penulis menuntut ilmu, serta tidak lupa terimakasih kepada orang tua, kakak, dan adik yang telah memotivasi dan menyemangati penulis, teman-teman Manajemen IPB 47 dan Centre of Management 2012-2013, atas semangat dan dukungan selama ini. serta seluruh keluarga atas dukungan, doa dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan penulis memohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini.

Bogor, Juni 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah... 2

Tujuan ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

Ruang Lingkup Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 2

Definisi Tata Letak ... 2

Flow Process Chart ... 3

Activity Relationship hart ... 4

Penentuan Luas Area yang Dibutuhkan ... 5

Penelitian terdahulu ... 5

METODE PENELITIAN ... 6

Kerangka Pemikiran Penelitian ... 6

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 7

Pengumpulan Data ... 7

Metode Pengolahan Data ... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8

Sejarah umum dan Perkembangan ... 8

Ketenagakerjaan ... 8

Proses produksi ... 9

Flowchart ...

9

Tata Letak pabrik PT Umas Jaya Agrotama ... 11

Analisa From-To Chart ... 12

Analisa Activity Relation Chart ... 15

Luas Area yang Dibutuhkan ... 15

Analisis Tata Letak ruang tak sama (UA-FLP) ... 19

Implikasi Manajerial ... 21

SIMPULAN DAN SARAN ... 22

Simpulan ... 22

Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 20

(10)
(11)

DAFTAR TABEL

1. Luas Area Stasiun Kerja... 13

2. Tabel From-to Chart ... 13

3. Aliran perpindahan Material ... 14

4. Jarak tempuh barang antar stasiun kerja ... 14

5. Luas Area Stasiun Kerja yang Dibutuhkan ... 19

6. Titik pusat setiap stasiun kerja ... 21

7. Jarak tempuh baru ... 21

DAFTAR GAMBAR 1. Flow Process Chart pabrik keripik kentang ... 4

2. Contoh Activity Relation Chart ... 4

3. Kerangka Pemikiran Penelitan ... 6

4. Flowchart Produksi Pabrik PT Umas Jaya Agrotama ... 9

5. Tata Letak pabrik PT Umas Jaya Agrotama ... 12

6. Activity Relation Chart Pabrik PT Umas Jaya Agrotama ... 15

7. Tampilan user interface Differential Evolution pada UA-FLP ... 20

8. Hasil Differential Evolution pada UA-FLP... 20

DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar pertanyaan wawancara dengan narasumber ... 25

2. Perhitungan rectiliner antar stasiun kerja sebelum ... 26

3. Perhitungan rectiliner antar stasiun kerja setelah ... 26

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industri tepung tapioka merupakan agroindustri yang berpotensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut meski dalam kondisi perdagangan dalam negeri tidak menentu dan tepung tapioka merupakan komiditas impor tertinggi dalam negeri. Secara kuantitas, produktivitas bahan baku industri tepung tapioka di Indonesia sangat tinggi, karena dengan produksi ubi kayu milik Indonesia yang cukup besar, yaitu merupakan komoditas ketiga terbesar di Indonesia setelah padi dan tebu. Produktivitas ubi kayu mengalami peningkatan sejak tahun 2009 – 2013 mencapai 22,4 ton. Ubi Kayu merupakan komoditas yang penting bagi Indonesia, karena sebagai sumber karbohidrat, bahan baku industri, komoditas eksport, dan obat alternatif. Indonesia merupakan produsen ubi kayu terbesar kedua dengan 23.922.075 Metriks Ton (MT) setelah Nigeria (Prakash, 2012).

Tepung tapioka merupakan komoditi bahan mentah multifungsi. Penggunaan tapioka dalam industri dibedakan menjadi dua yaitu sektor pangan dan non-pangan. Penggunaan tepung tapioka pada sektor pangan meliputi industri mie instan, industri permen, dan industri saus. Sedangkan di sektor non-pangan penggunaan tepung tapioka pada industri farmasi, industri kertas dan industri lem. Tapioka yang diperlukan untuk industri sendiri memerlukan jumlah produksi yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan industri dan rumah tangga. Industri tapioka ada yang berskala besar dan kecil. Penggunaan tepung tapioka sebagai bahan baku produk rumah tangga menunjukkan banyaknya permintaan dari industri pangan dan non-pangan, sehingga menyebabkan tepung tapioka harus memproduksi dalam jumlah sangat banyak (Ayodeji dan Valentine, 2005).

Proses manufaktur mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja kedalam suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi. Proses produksi dan operasi dalam pabrik manufaktur berorientasi efektivitas dan efisiensi agar menghasilkan produk dalam jumlah sangat banyak dalam waktu yang singkat. Tataletak fasilitas pabrik merupakan letak setiap mesin dan peralatan yang mempunyai kaitan pekerjaan didalam kegiatan pengolahan yang dilaksanakan di dalam suatu sarana operasi dan produksi atau di dalam satu bangunan atau ruangan (Pardede, 2005). Tata letak yang efektif akan memudahkan proses manufaktur, meminimumkan pemindahan bahan, menjaga fleksibilitas, menurunkan biaya dan meningkatkan utilitas produk. Tata letak fasilitas atau tata letak pabrik dapat mencakup efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam produksi barang jadi.

(13)

2 kurang efektif karena masih terdapat lahan kosong yang dapat dimanfaatkan untuk ruang kerja agar produktivitas pabrik meningkat.

Perancangan fasilitas adalah kegiatan menghasilkan fasilitas yang terdiri atas penataan unsur fisik, pengaturan aliran bahan, dan penjaminan keamanan para pekerja. Luas ruangan dihasilkan dari pengaturan berbagai komponen-komponen yang terlibat dalam proses bisnis internal perusahaan (Hadiguna dan Setiawan, 2008). Perancangan ulang tata letak merupakan salah satu kebijakan strategik guna meningkatkan produktivitasi perusahaan. Perancangan ulang tata letak bersifat progesif sampai luas ruangan terpenuhi. Perancangan menjadi sangat penting, karena kualitas hasil kerja ditentukan pada tahap ini. Pabrik PT Umas Jaya Agrotama merupakan industri tepung tapioka yang harus meningkatkan produktivitasnya, maka dari itu perancangan ulang tataletak adalah salah satu opsi strategik untuk bertahan melawan pesaing lokal dan memenuhi kebutuhan tepung tapioka nasional.

Perumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi aktual tata letak pada pabrik PT Umas Jaya Agrotama?

2. Hal optimal apakah yang akan diperoleh, jika dilakukan perancangan ulang tata letak pada PT Umas Jaya Agrotama?

Tujuan

1. Menganalisis tata letak pabrik terhadap produktivitas.

2. Menyusun rekomendasi tata letak baru yang terkait dengan aspek produktivitias.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi tata letak PT Umas Jaya Agrotama dalam melakukan perancangan ulang tataletak pabrik dalam mencapai efektivitas dan meningkatkan produktivitas.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada perancangan tata ulang pabrik untuk meningkatkan produktivitas yang sebaiknya dilakukan oleh PT Umas Jaya Agrotama untuk memenuhi purchase order.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Tata Letak

Menurut Heizer dan Render (2006), tata letak merupakan suatu keputusan penting menentukan efisiensi sebuah operasi secara jangka panjang. Tata letak memiliki banyak dampak strategik, karena tata letak menunjukkan daya saing perusahaan dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas, biaya, mutu lingkungan kerja, kontak dengan pelanggan, dan citra perusahaan.

(14)

3 1. Utilitas ruang, peralatan dan orang

2. Aliran informasi, barang atau orang yang baik

3. Moral karyawan yang lebih baik dan kondisi lingkungan kerja lebih aman 4. Interaksi dengan pelanggan/klien yang lebih baik

5. Fleksibelitas

Menurut Sundresh (1995), tata letak (layout) atau pengaturan fasilitas produksi dan area kerja yang ada adalah suatu masalah yang sering dijumpai dalam dunia industri. Umumnya tata letak pabrik yang terencana dengan baik ikut menentukan efisiensi dan menjaga kelangsungan hidup ataupun kesuksesan kerja suatu perusahaan. Pada dasarnya tujuan utama dalam design tata letak pabrik adalah meminimalkan total biaya, salah satunya biaya material handling. Penempatan fasilitas pada lantai produksi akan memberikan pengaruh besar terhadap ongkos perpindahan material. Oleh karena itu diperlukan rancangan tata letak fasilitas optimal menurut aliran material dan Ongkos Material Handling (OMH). Fasilitas tersebut seharusnya berdekatan karena adanya aliran material ditempatkan secara berdekatan.

Flow Process Chart

Menurut Hadiguna dan Setiawan (2008), Flow Process Chart adalah peta yang menggambarkan informasi yang diperlukan setiap komponen pembentukan sebuah produk lengkap dengan lebih terperinci. Kegunaan peta proses aliran adalah:

1. Mengetahui aliran bahan awal masuk dalam proses atau proses atau prosedur sampai aktivitas terakhir

2. Memberikan informasi waktu penyelesaian suatu proses.

3. Mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan selama proses berlangsung 4. Mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan selama proses-proses atau

metode kerja

5. Khusus untuk peta menggambarkan aliran yang dialami oleh suatu komponen secara lengkap, peta ini merupakan suatu alat yang akan mempermudah suatu proses analisis untuk mengentahui tempat-tempat di mana terjadi ketidakefisienan atau ketidaksempurnaan kerja. Jadi sendirinya peta dapat digunakan untuk mengilangkan ongkos-ongkos yang tersembunyi.

(15)

4

Activity relationship chart

Menurut Bozer, Tompkins, dan White (2010), Activity relationship chart (ARC) adalah peta yang menggambarkan tingkat hubungan antar bagian-bagian atau kegiatan yang terdapat dalam suatu perusahaan industri. Setiap kegiatan atau aktivitas dalam industri manufaktur saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Oleh sebab itu maka dalam perencanaan tata letak fasilitas harus dilakukan penganalisaan yang optimal untuk mencegah adanya penghamburan waktu dan biaya akibat harus terselenggaranya suatu aktivitas.

Derajad Kedekatan antar departemen digambar oleh simbol – simbol , yang memiliki arti :

A Mutlak

E Sangat penting I Penting

O Biasa

X Tidak diinginkan U Tidak Penting

Gambar 1. Flow Process Chart pabrik keripik kentang

= = = = = =

(16)

5

Penentuan Luas Area yang Dibutuhkan

Menurut Apple (1990), ruang yang dibutuhkan oleh fasilitas berkaitan dengan peralatan, bahan, pegawai, dan kegiatan. Penentuan kebutuhan luas area ini, diperlukan penambahan kelonggaran 40% sampai 60% untuk gang (aisle) dan operator. Selain itu untuk tiap mesin atau fasilitas pendukung digunakan teloransi 0,50 - 1 meter pada setiap sisi mesin.

Penelitian Terdahulu

Santo Priyono (2006) Analisa Kondisi Usaha dan Rancang Ulang Tata Letak Industri Gula Merah Tebu (studi kasus di Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun). Pertimbangan kegiatan rancang ulang adalah (1) memperbaiki kondisi fisik bangunan pabrik gula merah tebu, (2) membuat ruang produksi menjadi lebih bersih, dan (3) memperbaiki aliran proses produksi dan perpindahan bahan. Hasil rancang ulang menunjukkan (1) tata letak lebih baik dan rapi, (2) aliran proses produksi lebih baik, (3) ruang produksi menjadi lebih bersih, dan (4) mengurangi pergerakan pekerja. Analisa finansial dengan melihat nilai Net Present Value

(NPV), Indeks Return Rate (IRR), dan Payback Period (PBP) sebagai kriteria kelayakan usaha menunjukkan rancang ulang layak dilakukan. Hasil perbaikan dan modifikasi rancangan ulang tata letka industri gula mampu mengurangi pergerakan pekerja dalam membuang limbah untuk serta meningkatkan kapasitas (batch) wajan dari 12 kg gula/wajan menjadi 13 kg gula/wajan. Analisa finansial dengan melihat nilai NPV, IRR, dan PBP sebagai kriteria kelayakan usaha menunjukkan rancang ulang layak pada kedua kondisi karena memberikan nilai NPV yang positif, IRR di atas tingkat suku bunga yang ditetapkan, dan PBP kurang dari umur proyek. Nilai investasi untuk rancang ulang industri gula merah tebu adalah Rp 38.215.000.

Nugroho (2012) Analisis Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi Pabrik Lama pada CV Massitoh Catering Services (Studi Kasus: CV. Massitoh

Catering Services). Permasalahan tuntutan jaminan mutu pangan yang menjadi perhatian terutama. Analisis Activity Relation Chart (ARC) untuk mengetahui tingkat hubungan antar aktivitas produksi. Sementara untuk menyusun rancangan tata letak fasilitas produksi digunakan analisis Peta Dari-Ke (From-To Chart). Analisis Peta Dari-Ke menggunakan data masukan berupa aliran bahan, luas lantai, dan hubungan antara aktivitas produksi. CV. Massitoh Catering Services memiliki luas sekitar 569 m2dibagi menjadi dua bangunan yang terpisah dengan jarak sekitar 60 m. Bangunan pertama memiliki luas sekitar 425 m2 terdiri dari kantor dan beberapa ruang penyimpanan bahan baku dan peralatan. Sementara untuk bangunan kedua memiliki luas sekitar 144 m2merupakan tempat untuk memasak.. Tata letak pada CV. Massitoh

Catering Services digolongkan kedalam tata letak berdasarkan proses. Tata letak baru menghasilkan jarak antar stasiun kerja yang baru. Total jarak material flow yang baru adalah sejauh 77,028 m. Ini berarti material flow dapat berkurang sejauh 425,695 m.

(17)

6

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran Penelitian

Penelitian tentang efektivitas tata letak pabrik berupaya menganalisis fleksibilitas tata letak pabrik yang terjadi di PT Umas Jaya Agrotama. Analisis dilakukan terhadap efektivitas proses secara prosedur/proses kerja kemudian dilakukan pengamatan untuk mengetahui tingkat efektivitas kerja yang seharusnya dapat dicapai dan nantinya memengaruhi hasil kerja akhir. Setelah pengamatan dilakukan, maka digunakan analisis Activity Relation Chart dan From-to Chart

dan selanjutnya dimasukan dalam program algoritma Differential Evolution

Tidak lebih baik

Perbandingan jarak perpindahan dan indikator

lainya

Analisa UA-FLP menggunakan

Differential Evolution

Usulan tata letak yang baru dan rekomendasi Analisa kondisi awal tataletak menggunakan ARC dan From-To

Chart

Observasi terhadap tataletak pabrik PT Umas Jaya Agrotama

Tataletak pabrik PT Umas Jaya

L ebih bauik

Lebih baik

(18)

7

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di PT Umas Jaya Agrotama, Lampung, dengan fokus pada pabrik yang mengalami perubahan tata letak ruang kantor. Kegiatan penelitian dilaksanakan selama bulan Januari sampai Maret 2014

Pengumpulan Data dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Data primer adalah data yang diperoleh dari pihak-pihak perusahaan yang terkait pada bidang produksi dan operasi, yaitu observasi, wawancara pakar, informasi mengenai profil perusahaan dan proses kerja perusahaan, serta cara karyawan mengoperasikan perusahaan.

2. Data sekunder meliputi dokumen-dokumen perusahaan tentang visi misi,

layout pabrik, data perpindahan bahan baku, dan budaya organisasi. Hal lainnya didapatkan dari laporan kinerja perusahaan dalam jangka waktu tertentu dan berbagai sumber relevan lainnya.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Observasi: Pengamatan langsung aktivitas produksi di pabrik PT Umas Jaya Agrotama.

2. Wawancara: Wawancara dilakukan dengan Kepala Bagian Produksi dan Kepala Bagian Maintenance Pabrik PT Umas Jaya Agrotama (UJA). Hal ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai tata letak PT UJA (Lampiran 1).

Metode Pengolahan Data

Analisis Activity Relationship Chart (ARC)

Metode mengutamakan aktivitas-aktivitas antar stasiun yang berelasi erat atau tidak sehingga semua aktivitas stasiun akan diketahui tingkat hubungannya. Hubungan aktivitas antar stasiun bedasarkan keterkaitan aliran, keterkaitan lingkungan dan keterkaitan proses. Metode ini disusun bedasarkan tingkat kepentingan yang disimbolkan dengan huruf A, I, E, O, U, dan X. Setiap simbol memiliki arti yang berbeda yang menggambarkan keterkaitan antar stasun kerja. Definisi dari simbol/atau huruf yang menggambarkan keterkaitan antar stasiun kerja adalah : A (Absolutely necessary) = Mutlak Perlu, E (Especially important) = Sangat penting, I (Important) = Penting, O (Ordinary) = Cukup/Biasa U (Uninmportant) = Tidak Penting, dan X (Undesirable) = Tidak Dikehendaki

Cara membaca ARC adalah dengan memasangkan dua stasiun yang ada secara vertikal lalu mencari keterkaitan antar stasiun kerja secara horizontal ke kanan sampai jalur antar stasiun yang dipilih berpotongan.

Analisis Tata Letak Dengan From To Chart

(19)

8

Unequal-Area Facility Layout Problem (UA-FLP)

Menurut Arauzo-Azofra (2012), Permasalahan tataletak fasilitas dengan

Unequal-Area Facility Layout (UA-FLP) merupakan digunakan dalam menyelesaikan permasalahn tataletak. UA-FLP merupakan analisis yang membantu decision maker

untuk mengambil keputusan tata letak, karena mengutamakan aspek kuantitas seperti

material handling, jarak-dekat, stasiun dan aspek rasio menggunakan Differential Evolution. Differential Evolution adalah sebuah metode yang mengoptimumkan suatu masalah secara iteratif dan menggunakan nilai asli multidimensi tanpa menggunakan gradien dari masalah tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah Umum dan perkembangannya

PT Umas Jaya Agrotama merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang industri tapioka. Pada awal berdiri bernama PT Umas Jaya

Farm. Perizinan mendirikan perusahaan ditandatangani melalui surat akta pendirian no. 29 tanggal 5 Maret 1973 Pembukaan lahan pertama kali dilaksanakan pada tahun 1975, dilanjutkan dengan penanaman ubi kayu yang dimulai tahun 1976 dan panen pertama dilakukan pada tahun 1977. Pada tahun 1979 dibangun pabrik tapioka berskala kecil dan tahun 1982 dibangun kembali pabrik berskala besar yang digunakan hingga sekarang. Pada tangga 1 Januari 1996 PT Umas Jaya Agrotama (UJA) bergabung dengan PT Great Giant Pinnaple (GGP) dan menjadi salah satu divisinya. Namun sejak tanggal 1 Agustus 2004 PT UJA tidak menjadi divisi PT GGP melainkan menjadi anak perusahaan grup Gunung Sewu.

Pabrik tapioka PT UJA I berlokasi di Jalan Raya Menggala Km. 77, Terbanggi Besar Lampung Tengah. Perusahaan ini terletak ± 92 km dari pelabuhan laut Panjang dan 52 km dari pelabuhna udara Branti. Di lokasi ini terdapat lahan perkebunan, unit pengolahan dan unit pendukung operasional. Unit pemasaran berkedudukan di kantor pusat PT GGP di Gedung Chase Plaza Lt. 5 Jl. Jendral Sudirman Kav. 21 Jakarta Pusat

Ketenagakerjaan

PT UJA memiliki karyawan produksi operasi berjumlah 80 orang yang bertugas sebagai operator, kepala shift, petugas shift dan kepala bagian produksi operasi. Tenaga kerja yang direkrut umumnya yang sudah berpengalaman kerja dan kebanyakan berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) ke bawah. Sistem hari kerja yang terapkan oleh PT UJA adalah Senin-Minggu. Waktu kerja pada bagian staf dimulai pukul 08.00–16.00 WIB dengan waktu istirahat sat jam yaitu pada pukul 12.00–13.00 WIB. Bagian produksi waktu kerja dibagi dalam tiga shift karena proses produksi berlangsung 24 jam. Pembagian waktu kerja adalah:

1. Shift 1, bekerja dari pukul 08.00–16.00 WIB

(20)

9

Proses Produksi

Flowchart

Flowchart adalah peta yang mendeskripsikan rincian aliran proses dari awal hingg akhir secara terperinci, Proses dalam flowchart memiliki jenis proses yang mendeskripsikan kegiatan yang terjadi. Ada lima jenis proses kegiatan yang memiliki simbol berbeda pada setiap kegiatan, yaitu : Proses ( ) , Inpeksi ( ), transportasi ( ), delay ( ), dan penyimpangan ( ).

PT UJA memiliki 19 urutan kegiatan dalam kegiatan produksi tepung tapioka. Kegiatan proses delapan buah, inpeksi dua buah, transportasi delapan buah, penyimpanan satu buah, dan tanpa adanya delay. Dalam proses sehari-hari, kegiatan delay dalam proses produksi itu ada bila kondisi salah satu mesin stasiun rusak beberapa yang menyebabkan adanya delay di kegiatan singkong dimasukkan ke grasshopper (urutan kegiatan 2 pada tabel flowprocess chart).

PT Umas Jaya meproduksi tepung tapioka 150-180 ton/hari dengan mengolah bahan baku 800-1.000 ton/hari. Proses pengolahan tepung tapioka meliputi:

Gambar 4. Flowchart Produksi Pabrik PT Umas Jaya Agrotama

Jumlah Kegiatan Waktu(menit)

8 41.3

2 5.4

8 10.3

0 0

1 3

Jumlah Waktu Barang(ton) Proses(menit)

1 35 5

2 35 3

3 35 0.4

4 35 0.4

5 28 15

6 Ubi Kayudibawa ke stasiun pencacahan 28 1

7 28 3

8 Ubi Kayudibawa ke stasun pemarutan 26 1

9 26 5

10 Pati Ubi Kayu(MILK) dibawa ke tempat ekstraksi 20 1

11 20 7

12 MILK dibawa menuju stasiun pemurnian 14 0.5

13 14 5

14 14 5

15 10 0.4

16 MILK dikeringkan 10 0.3

17 MILK dibawa menuju stasiun pengayakan 8 1

18 MILK diayak (tepung tapioka) 8 3

19 Tepung tapioka disimpan di gudang 7 3

MILK diperiksa tingkat kekeringan dan kehalusan MILK dibawa menuju stasiun pengeringan

Lambang Ubi Kayupemarutan MILK disaring MILK dimurnikan Ubi Kayudisortir Ubi Kayudicuci Ubi Kayudicacah

Ubi Kayudimasukkan ke Grass Hopper Ubi Kayudibawa menuju stasun pencucian Penyimpanan

Inpeksi Transportasi Delay

Flow Process Chart

Proses Pembuatan : Tepung Tapioka Pabrik PT. Umas Jaya Agrotama

No. Urutan Kegiatan

Ubi Kayudiangkut dari penyimpanan Kegiatan

(21)

10 1. Tahap Penerimaan Bahan Baku

Setiap truk pengangkut ubi kayu ditimbang dahulu dan dilakukan penentuan persen rendemen, serta penentuan kondisi fisik ubi kayu (busuk, layu atau masih segar). Selanjutnya ubi kayu diangkut dengan shovel menuju root hooper dan root peller untuk proses pembersihan ubi kayu. Daya tampung pabrik ± 800-100 ton /hari.

2. Tahap Pengupasan Kulit

Pengupasan kulit dilakukan dengan alat pengupasan kulit (root peller). Ubi kayu masuk ke alat pengupas, kemudian kulit luar akan terkelupas, akibat terjadinya gesekan dengan dinding alat yang berputar. Kulit dan kotoran jatuh atau terbuang, karena dinding silinder bercelah dan selanjutnya ubi kayu yang terkelupas masuk ke alat pencuci, karena ada bidang berjalan antara alat pengupas dan alat pencuci.

3. Tahap Pencucian

Pencucian dilakukan menggunakan alat pencuci. Ubi kayu masuk ke bak

washer, adanya baling-baling berputar pada alat pencuci menyebabkan terjadinya gesekan antara ubi kayu dengan ubi kayu dan ubi kayu dengan dinding bak washer yang menghilangkan kotoran yang melekat pada ubi kayu sekaligus terkelupasnya kulit luar singkong.

4. Tahap Pencacahan

Pencacahan dilakukan dengan menggunakan alat pencacah. Tahap ini bertujuan untuk memperkecil ukuran ubi kayu mempermudah proses pemarutan. Ubi kayu terpotong-potong karena adanya pisau berputar dan pisau statis yang bekerja secara terus menerus dalam mesin. Hasil pencacahan ditampung dalam screw root feeder menuju mesin pemarut.

5. Tahap Pemarutan

Ubi kayu diparut dengan menggunakan rasper, yaitu alat berupa silinder berputar yang dipasang dengan pisau-pisau gergaji dan dilengkapi saringan dari baja, pipa air, dan bak penampung. Putaran silinder menghasilkan parutan/ cacahan halus berupa pulp, dengan bantuan air hasil parutan dibawa menuju bak penampung melalui saringan untuk mendapatkan hasil seragam. Air yang mengandung sulfat (SO2) ditambahkan ke hasil parutan untuk menstabilkan kondisi mikrobiologi dan mencegah oksidasi. 6. Tahap Ekstraksi

Alat yang digunakan pada tahap ini adalah ekstraktor. Tahap ini bertujuan memisahkan cairan pati dengan ampas. Ekstraksi terdiri dari keranjang kerucut yang berputar pada sumbu dan dinding kerucut terbuat dari saringan dimana diameter lubang saringan lebih kecil dari pada diameter pulp (ampas). Ukuran saringan ekstraktor ekstraktor 60/80 mesh, 160 mesh, dan 200/305 mesh. Pulp

akan terlempar dan menempel pada dinding saringan, sementara yang bisa melewati saringan ini hanya suspense pati, sedangkan ampas akan terdorong ke bagian atas keranjang kerucut dan ditampung ke hopper ampas. Proses ini memerlukan tambahan air bersih dan belerang untuk memudakan ektraksi dan tumbuhnya mikroba.

7. Tahap Pemurnian

(22)

11 pusingan/sentrifugal menyebakan fase lebih padat dan berat akan turun dari alur piringan kerucut, sedangkan fase lebih padat dan berat akan turun dari alur piringan kerucut dan akhirnya dibuang keluar berupa cairan dengan bantuan pompa sentripetal. Sejumlah fase yang lebih berat berupa cairan kental akan keluar melalui nozle–nozle yang tersebar merata pada dasar mangkuk

separator.

8. Tahap Dewatering

Penurunan kadar air (KA) dilakukan dengan prinsip pengendapan gaya sentrifugal menggunakan alat dewatering centrifuge (DC), suspense pati terlontar ke dinding silinder dan butiran pati akan tertahan pada kain polyester

yang melapisi anyaman kawat dalam unit DC, sementara air dari suspense pati akan terdorong keluar melewati kain. Pada jumlah tertentu pati akan dikeruk dan diperoleh pati kering dengan KA maksimal 40% yang langsung dialirkan ke screw starch feeder. Dengan bantuan screw berjalan dalam penampung, hasil pengerukan pati dari DC diangkut secara merata untuk proses pengeringan.

9. Tahap pengeringan

Prses pengeringan didasarkan oleh proses oven flash drying bersuhu 180-250ºC. Udara luar akan ditarik masuk oleh blower hingga mengenai plate exchanger yang dilalui oleh steam dan burner setelah oven flash dryer sudah diatur suhu dan kecepatan isapnya, tepung basah dari dewatering centrifugral

akan terbawa oleh putaran udara panas hingga terjadi proses pengeringan sepanjang pipa flash dryer.

10.Pengayakan

Butiran pati halus yang telah dikeringkan ditampung di feeder dan disalurkan menuju mesin pengayak/sievestert untuk memisahkan sagu, baik dengan sagu kerak.

Produk tepung tapioka PT UJA adalah tepung tapioka merk kodok. Penjualan tapioka menerima PO (Purchase Order) atau surat kontrak sebagai bukti bahwa harga, jumlah order dan spesifikasi produk telah disetujui. Tujuan penjualan tapioka adalah penjualan lokal dan ekspor. Pengendalian mutu penerima mutu di PT UJA adalah pengendalian mutu penerimaan bahan baku, incoming material, in process dan finish product.

Tata Letak PT UJA

(23)

12

Berdasarkan Gambar 5, pabrik PT UJA terbagi beberapa stasiun kerja, yaitu (1) Ruang Pengupasa Kulit, (2) Ruang Pencucian, (3) Ruang Pencacahan, (4) Ruang Pemarutan, (5) Ruang Ekstraksi, (6) Ruang Permunian, (7) Ruang Dewatering, (8)

Flash Dryer, dan (9) Ruang Packaging.

Bedasarkan proses produksi pada Pabrik PT UJA, tata letak yang ada digolongkan kedalam tata letak berdasarkan barang, dikarenakan mesin-mesin dirancang untuk bekerja sendiri, tetapi hanya dapat digunaan pekerjaan jenis tertentu dan barang yang dihasilkan serupa dalam jumlah besar. Kekurangan dari tata letak pabrik yang sekarang adalah banyak ruang yang kosong, bahan baku tersendat saat proses produksi, dan pengaturan tata letak setiap stasiun belum sesuai terlihat dari letak area dewatering air jauh dari area ekstraksi pemurnian. Dalam hal ini, pihak manajemen ingin merancang ulang tata letak stasiun kerja untuk mengatasi masalah itu dengan merancang ulang semua stasiun kerja yang berada di pabrik PT UJA, agar kegiatan produksi berjalan dengan optimal tanpa menambah alat.

(24)

13

Analisa From-To Chart

From To Chart adalah suatu teknik yang merencanakan hubungan yang optimum dari daerah-daerah kerja, khususnya pada masalah yang melewati sistem kerja. Sebelum melakukan analisa peta ke-dari, terlebih dahulu tentukan stasiun kerja yang ada. Bedasarkan tata letak , terdapat sembilan stasiun kerja/deparemen. Luas tiap departemen terdapat pada Tabel 1. Pada Tabel 1 dijelaskan total luas keseluruhan adalah 1.333 m2 .

Tabel 1. Luas Area Stasiun Kerja

Stasiun kerja Nama Departemen Luas Area (m2)

A Ruang Pengupasan Kulit 270

B Ruang Pencucian 42,5

C Ruang Pencacahan 7,5

D Ruang Pemarutan 72,8

E Ruang Ekstraksi 340

F Ruang Pemurnian 67,2

G Ruang Dewatering 105

H Flash dryer 64

I Ruang Packaging 150

Jumlah 1.333

Langkah pertama dalam pembuatan metode ini adalah menentukan kuantitas dan urutan produk terdapat pada Tabel 2. Produk keluaran adalah tapioka dan onggok per jam. Produksi tapioka tujuh ton/ jam dan onggok (ampas produksi tepung tapioka) empat ton per jam dari bahan baku ubi kayu.

Tabel 2. Tabel From-to Chart

Barang/Bahan Jumlah produksi / jam (ton) Urutan Proses

Ubi kayu 35 A B

Ubi kayu bersih 28 B C

Ubi kayu potong 26 C D

Ubi kayu parut 20 D E

MILK 14 E F

MILK saring 10 F G

Tepung Kerak 8 G H

Tepung tapioka 7 H I

Ampas 4 G E

(25)

14 Tabel 3 Aliran perpindahan Material

Dari

A B C D E F G H I

A 35

B 28

C 26

D 20

E 14

F 10

G 4 8

H 7

I

Tabel 3 menunjukkan jumlah bahan baku yang dipindahkan antar stasiun kerja setiap jamnya. Misalnya dari stasiun A (ruang pengupasan kulit) dipindahkan ubi 35 ton ke departemen B (ruang pencucian)/jam. Tahap berikut menentukan titik pusat dari setiap stasiun kerja. Titik pusat stasiun berguna untuk menghitung jarak antar stasiun kerja. Penghitungan jarak antar stasiun kerja menggunakan metode rectiliner tanpa memperhitungkan lintasan antar stasiun. Titik pusat diambil dari titik (0,0) yang merupakan x dan y.

Berdasarkan perhitungan didapat : Departemen A (x,y) = (5; 13,5) Departemen B (x,y) = (14,25; 27,4) Departemen C (x,y) = (15; 29,7) Departemen D (x,y) = (7,2; 36,3) Departemen E (x,y) = (23,5; 47) Departemen F (x,y) = (35,8; 51,5) Departemen G (x,y) = (34,5;71,5) Departemen H (x,y) = (23,5; 71,5) Departemen I (x,y) = (5;71,5)

Dari perhitungan titik pusat yang didapatkan, perhitungan jarak antar stasiun kerja dapat dilakukan. Perhitungan menggunakan metode rectiliner terdapat pada lampiran 1. Hasil perhitungan terdapat pada Tabel 4 sehingga total jarak untuk membuat tujuh ton tepung tapioka menempuh jarak 135,2 m.

Tabel 4. Jarak tempuh barang antar stasiun kerja

Stasiun kerja Jarak tempuh (m)

A B 23,15

B C 3,05

C D 14,4

D E 26,5

E F 17,3

F G 21,3

G H 11

H I 18.5

Total 135,2

(26)

15

Analisa Activity Relation Chart

Activity Relation Chart (ARC) adalah aktivitas antar stasiun kerja yang menggambarkan penting tidaknya kedekatan stasiun kerja dan terikat antar suatu kegiatan stasiun yang dianggap saling berhubungan untuk kelancaran aktivitas

Gambar 6. Activity Relation Chart Pabrik PT UJA

Diagram Activity Realtion Chart (ARC) merupakan diagram yang menggambarkan tingkat kepentingan bedasarkan stasiun-stasiun kerja yang ada, tingkat kepentingan adalah lima jenis, yaitu: (1) Absolut, (2) Especially Important,

(3) Important, (4) Ordinary, (5) Unimportant, dan (6) Undesireable. Tingkat kepentingan antar dua stasiun kerja pada Gambar 6 terlihat dari interaksi dua stasiun kerja secara vertikal ke kanan sampai bertemu membentuk sudut lancip. Cara membaca diagram ARC adalah secara vertikal untuk relasi antar dua stasiun kerja lalu secara diagonal untuk melihat tingkat kepentingan antar dua stasiun kerja.

Ruang Kantor wajib mutlak dengan Ruang Permunian dikarenakan

controlling bahan baku (A). Ruang pengupasan kulit mutlak berdekatan dikarenakan teknik pengerjaan bahan baku (A). Ruang Ekstraksi mutlak berdekatan dengan ruang pemurniaan, karena mutu milk ditentukan oleh perpindahan jarak terdekat (A). Flash dryer dan Ruang Packaging mutlak berdekatan karena alat shifter yang ada di ruang packaging satu rangkaian alat dengan flash dryer (A).

Rancangan ARC sudah sesuai dengan fungsi teknik dan operasional dari setiap stasiun kerja yang diasumsikan untuk mendapatkan tataletak baru. Kantor dan Gudang dimasukan dalam perhitungan ARC, agar memudahkan disesuaikan dalam penyusunan tataletak pabrik usulan.

Luas Area yang Dibutuhkan

(27)

16 yang digunakan adalah 50% dari luas perhitungan. Luas area toleransi diambil 50% untuk jarak antar mesin, jarak mesin ke batasan ruangan, ruang kerja operator, dan lintasan perpindahan bahan baku (Apple, 1990).

1. Ruang Pengupasan Kulit

Ruang pengupasan kulit terdiri dari root peeler dan root hooper yang menjadi rangkaian mesinnya dihubungkan oleh conveyor. Ruang pengupasan kulit ini beroperasi selama 24 jam dengan jeda waktu istirahat dua jam per shift.

a. Root Hooper memiliki : Panjang 5 m Lebar 5 m Tinggi 3 m

Luas dibutuhkan adalah 5x5 = 25 m2 b. Root Peeler memiliki :

Panjang 2 m Jari-jari 2,5 m

Luas yang dibutuhkan adalah 2 x 3,14 x 2.5 x 2 = 31,4 m2 c. Conveyor memiliki

Panjang 10 m Lebar 0,6 m

Luas yang dibutuhkan adalah 10 x 0,6 = 6 m2

Luas kebutuhan ruang pengupasan kulit adalah 25 + 31,4 + 6 = 62,4 m2 setelah ditambahkan 50% adalah 62,4 x 1.5 = 93,6 m2

2. Ruang Pencucian

Ruang pencucian terdiri dari empat bak washer yang terpisah menjadi dua set. Masing masing set terdiri dari dua bak dan disetiap bak terdapat delapan baling-baling berputar, terdapat satu conveyor dan satu screw feeder.

a. Washer :

Panjang 7 m Lebar 1,28 m Tinggi 0,75 m

Luas yang dibutuhkan adalah 7 x 1,28 x 4 = 36 m2 b. Conveyor

Panjang 10 m Lebar 0,6 m

Luas yang dibutuhkan adalah 10 x 0,6 = 6 m2 c. Screw Feeder

Panjang 10 m Lebar 0,5 m Tinggi 0,5 m

Luas yang dibutuhkan adalah 10 x 0,5 = 5 m2

Luas kebutuhan ruang pencucian adalah 36 + 6 + 5 = 47 m2, maka setelah ditambahkan 50% menjadi 47 x 1,5 = 70,5 m2

3. Ruang Pencacah

Ruang pencacah terdiri dari Cooper (mesin pemotong) dan Screw Feeder. a. Cooper

(28)

17 Luas yang dibutuhkan adalah 1 x 0.75 = 0,75 m2

b. Screw Feeder

Panjang 10 m Lebar 0,5 m Tinggi 0,5 m

Luas yang dibutuhkan adalah 10 x 0,5 = 5 m2

Luas kebutuhan ruang pencacah adalah 0,75 + 5 = 6 m2, maka setelah ditambahkan 50% adalah 5,75 x 1,5 = 8,625 m2

4. Ruang Pemarutan

Ruang pemarutan terdiri dari conveyor dan tiga buah rasper

a. Conveyor

Panjang 10 m Lebar 0,6 m

Luas yang dibutuhkan adalah 10 x 0,6 = 6 m2 b. Rasper

Panjang 1,8 m Lebar 0,8 m Tinggi 1,6 m

Luas yang dibutuhkan adalah 1,8 x 0,8 x 3 = 4,32 m2

Luas kebutuhan ruang pemarut adalah 6 + 4,32 = 10,32 m2, maka setelah ditambahkan 50% adalah 10,32 x 1,5 = 15,48 m2

5. Ruang Ekstraksi

Ruang Ekstraksi terdiri dari 13 esktraktor dan enam ekstraktor milk a. Ekstraktor

Panjang 2 m Lebar 2 m Tinggi 2,5 m

Luas yang dibutuhkan adalah 2 x 2 x 13 = 52 m2

b. Ekstraktor milk

Panjang 1,1 m Lebar 1 m Tinggi 0,7 m

Luas yang dibutuhkan adalah 6 x 1,1 x 1 = 6,6 m2

Luas kebutuhan ruang ekstraksi adalah 52 + 6,6 = 58,6 m2, maka setelah ditambahkan 50% adalah 58,6 x 1,5 = 87,9 m2

6. Ruang Pemurnian

Ruang pemurnian terdiri dari tiga separator yang berbeda ukuran. a. Separator jenis 1 (2 buah)

Panjang 2,8 m Lebar 2,4 m Tinggi 1,4 m

Luas Separator I adalah 2,8 x 2,4 x 2 = 13,34 m2 b. Separator jenis 2 (1 buah)

Panjang 3 m Lebar 2,6 m Tinggi 1,8 m

(29)

18 Luas kebutuhan ruang pemurnian adalah 13,34 + 7,8 = 21,14 m2, maka setelah ditambahkan 50% adalah 21,14 x 1,5 = 31,71 m2

7. Ruang Dewatering

Ruang Dewatering terdiri dari tujuh Dewatering centrifugal dan satu Cyclone feeder.

a. Dewatering centrifugal

Panjang 3 m Lebar 1,5 m Tinggi 1,8 m

Luas Dewatering Centrifugal adalah 7 x 1,5 x 3 = 31,5 m2 b. Cyclone feeder

Panjang 3 m Lebar 1,1 m Tinggi 20 m

Luas Cyclone feeder adalah 3 x 1,1 = 3,3 m2

Luas ruang Dewatering adalah 31,5 + 3,3 = 34,8 m2, maka setelah ditambahkan 50% adalah 34,8 x 1,5 = 52,2 m2

8. Flash dryer

Ruang ini terdiri dari satu wilayah flash dryer control untuk mengontrol kadar air dari stasiun sebelumnya sudah sesuai dengan spesifikasi.

Flash Dryer

Panjang 8 m Lebar 8 m Tinggi 20 m

Luas yang dibutuhkan adalah 8 x 8 = 64 m2

Luas kebutuhan ruang Flash dryer adalah 64 m2, maka setelah ditambahkan 50% adalah 64 x 1,5 = 96 m2

9. Ruang Packaging

Ruang ini terdiri satu buat sievster yang terhubung dengan tiga stasiun pengisian tepung tapioka

Sievester

Panjang 8 m Lebar 4 m Tinggi 20 m

Luas ruang packaging adalah 8 x 4 = 32 m

Luas kebutuhan ruang packaging adalah 32 m2 , maka setelah ditambahkan 50% adalah 32 x 1,5 = 68 m2

(30)
[image:30.595.95.511.62.776.2]

19 Tabel 5. Luas Area Stasiun Kerja yang Dibutuhkan

Stasiun kerja Nama Departemen Luas Area (m2)

A Ruang Pengupasan Kulit 93,6

B Ruang Pencucian 70,5

C Ruang Pencacahan 8,625

D Ruang Pemarutan 15,48

E Ruang Ekstraksi 87,9

F Ruang Pemurnian 31,71

G Ruangg Dewatering 52,2

H Flash dryer 96

I Ruang Packaging 68

Jumlah 524,015

Analisis Perancangan Tata Letak dengan Unequal-Area Facility Layout

Menurut Arauzo-Azofra (2012), Permasalahan tataletak fasilitas dengan

Unequal-Area Facility Layout (UA-FLP) merupakan digunakan dalam menyelesaikan permasalahn tataletak. UA-FLP merupakan analisis yang membantu decision maker

untuk mengambil keputusan tata letak, karena mengutamakan aspek kuantitas seperti

material handling, jarak-dekat stasiun dan aspek rasio. Pendekatan komputasi dilakukan dalam metode UA-FLP dengan menggunakan Generic Algorithms. Interaksi komputasi yang ada dalam generic algorithms dapat memberikan kontribusi besar terhadap pengoptimalisasian tata letak. Permodelan ini menggunakan

Differential Evolution. Differential Evolution adalah sebuah metode yang mengoptimumkan suatu masalah secara iteratif dan menggunakan nilai asli multidimensi tanpa menggunakan gradien dari masalah tersebut.

Secara ringkas, karakteristik dari permasalahan UA-FLP (Gambar 7) : 1. Sebuah fasilitas dengan luas dan panjang tidak sama.

2. Ada aliran material antar departemen

[image:30.595.123.421.516.747.2]

3. Ada luas departemen yang diketahui dan batasan atau minimum panjang/lebar harus dialokasikan ke dalam fasilitas

(31)

20

Setelah digunakan, software memberikan layout usulan yang terdapat pada Gambar 8. Software ini memberikan layout sesuai dengan data input pada interface. Pengolahan tata letak dilakukan terus menerus dan menghasilkan layout berbeda-beda sesuai dengan kondisi permasalahan dari tata letak yang ada.

Keterangan :

(1) Ruang Pengupasan Kulit; (2) Ruang Pencucian ; (3) Ruang Pencacahan ; (4) Ruang Pemarutan; (5) Ruang Ekstraksi ; (6) Ruang Permunian; (7) Ruang

Dewatering; (8) Flash Dyer; (9) Ruang Packaging

Software ini menghasilkan titik tengah baru dari setiap departemen pada Tabel 6, maka titik pusat baru bisa didapatkan jarak tempuh yang baru pada Tabel 7.

Tabel 6. Titik pusat baru setiap stasiun kerja

Stasiun kerja Nama Departemen X-centro Y-centro

A Ruang Pengupasan Kulit 10 2.34

B Ruang Pencucian 10 6.4425

C. Ruang Pencacahan 3,53 11

D Ruang Pemarutan 1,38 11

E Ruang Ekstraksi 12,15 11

F Ruang Pemurnian 10 14,59

G Ruang Dewatering 10 16,69

H Flash dryer 10 20,40

I Ruang Packaging 10 24,50

Tabel 6 menjelaskan titik pusat setiap stasiun kerja yang baru didapat dari program Differential Evolution, dengan titik pusat dalam bentuk (x,y). Ruang pengupasan kulit (10; 26,58) dan seterusnya.

Gambar 8. Hasil Differential Evolution pada UA-FLP

1 A 2 A 8 A 9 A

4

5

6 7

(32)
[image:32.595.116.512.92.243.2]

21 Tabel 7. Jarak tempuh baru

Stasiun kerja Jarak tempuh baru (m)

A B 4.1

B C 11,03

C D 2,15

D E 10.77

E F 5,74

F G 2.1

G H 3,71

H I 4,1

Jumlah 43,7

Perubahan titik pusat mempengaruhi koordinat letak stasiun kerja sehingga menghasilkan jarak tempuh baru. Jarak tempuh baru yang didapatkan adalah 43,7 m dan jarak tempuh sebelumnya 135,7 m maka terjadi perubahan jarak 91,5 m. perubahan jarak tempuh terbesar adalah dari FG sebesar 19,2 dan perpindahan jarak terpendek adalah GH berubah 7,39 m. Perubahan jarak 91,5 m dapat menghemat biaya perpindahan dan meningkatkan waktu perpindahan bahan baku, sehingga meningkatkan produktivitas pabrik. Dalam hal ini, terbukti bahwa dalam permodelan UA-FLP mengurangi jarak tempuh bahan antar departemen.

Implikasi Manajerial

Implikasi manajerial dalam PerancanganUlang Tata Letak Fasilitas Pabrik PT UJA dapat dirumuskan dalam beberapa langkah strategik berikut:

1. Kegiatan produksi, memanfaatkan tata letak yang lebih efisien untuk meningkatan kapasitas produksi yang sebelumnya belum memenuhi purchase order pasar.

2. Upaya meningkatkan keuangan, kegiatan perancangan ulang tata letak fasilitas menjaga kondisi keuangan agar terus sehat dan meningkat.

3. Bidang pemasaran, pangsa pasar akan bertambah, karena kemampuan memenuhi pourchase order meningkat.

Simpulan dan Saran

Simpulan

1. Tata letak pada pabrik PT UJA dalam kategori tata letak berdasarkan produk, dikarenakan output yang dihasilkan bersifat homogen dan dalam jumlah banyak, serta mesin yang digunakan hanya memiliki satu fungsi khusus. Aspek-aspek tata letak pada pabrik PT UJA adalah hubungan antar stasiun kerja, aliran produksi dan jarak antar stasiun kerja. Kekurangan dari tataletak yang sekarang adalah pengaturan tata letak tiap stasiun masih terlalu jauh dan ruang kerja pabrik banyak tak terpakai memengaruhi tingkat efektivitas produksi, karena bahan baku mengalami over capacity menunggu diproduksi akibat kapasitas ruang pencucian dan pemerataan yang masih kurang.

(33)

22 menghasilkan tata letak baru, dengan jarak antar stasiun 43,7 m. Jarak yang semakin pendek akan menyebabkan waktu dan biaya proses semakin singkat, dengan ketentuan didukung kemampuan teknologi.

Saran

1. Sebaiknya penerapan tata letak dilakukan dalam jangka waktu yang panjang dan berkala, agar pabrik masih tetap dapat melakukan produksi tepung tapioka.

(34)

23

Daftar Pustaka

Apple J. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Barang (terjemahan). Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung.

Arauzo-Azofra A. 2012. Handling qualitative aspects in Unequal Area Facility Layout Problem: an Interactive Genetic Algorithm.

Ayodeji Fasuyi and Valentine Aletor . 2005. Varietal Composition and functional properties of cassava (Manihot esculenta crantz) leaf meal and leaf protein concentrates. Pak J Nutr 4 (1):43-49.

Bozer Y. A, Tompkins J. A, White J. A. 2010. Facilities Planning. Wiley

Duangpitakwong Patcharee, Kajondecha Phichit, Watanapa Anucha, dan Wiyaratn Wisitsree. 2011. Analysis Plant Layout Design for Effective Production.

Proceeding of The International MultiConference of Engineers and Computer Scientist.

Hadiguna Rika, Setiawan Heri. 2008. Tata Letak Pabrik. Yogyakarta: Andi

Heizer Jay dan Render, Barry. 2006. Manajemen Operasi (terjemahan). Jakarta: Salemba Empat

Heragu Sundresh. 1995. Design of Facilities. London: Prentice Hall

Nugroho Rangga. 2012. Analisis Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi Pabrik Lama pada CV. Massitoh Catering Services (Studi Kasus: CV. Massitoh

Catering Services) Skripsi: Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor

Pardede Pontas 2003. Manajemen Operasi dan Produksi : Teori, Model dan Kebijakan. Yogyakarta : Andi

Prakash Adam. 2012. Food Outlook Global Market Analysis : Cassava Market Summary

Priyono Santo. 2006. Analisa Kondisi Usaha dan Rancang Ulang Tata Letak Industri Gula Merah Tebu (studi kasus di kecamatan kebonsari, kabupaten madiun). Skripsi : Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor

(35)

24

(36)

25 Lampiran 1 Daftar pertanyaan wawancara dengan narasumber

Pertanyaan

1. Kapan pabrik ini berdiri ?

2. Berapa shift yang diberlakukan oleh PT UJA ?

3. Berapa penggunaan air, belerang dan bahan lain yang digunakan untuk mendukung proses produksi ?

4. Berapa kapasitas produksi PT UJA ? 5. Bagaimana proses produksi PT UJA ?

6. Bagaimana metode packaging yang digunakan oleh PT UJA ? 7. Apakah pabrik sudah mengalami perancanganulang ?

8. Berapa lama dalam melakukan implementasi perancanganulang ? 9. Bagaimana menangani supplai bahan baku ?

10.Siapa saja yang menjadi konsumen tepung tapioka ? 11.Bagaimana perkembangan proses produksi pabrik ?

12.Apakah ada pesaing yang cukup besar bagi pabrik PT UJA ? 13.Apa tingkat pendidikan dari operator mesin di setiap stasiun kerja ? 14.Bagaimana solusi untuk bersaing bahan baku ?

15.Apakah kelangkaan bahan baku pernah terjadi ?

16.Bagaimana sistem perjanjian mengikat antara PT UJA dengan supplier bahan baku?

17.Bagaimana cara menentukan kadar pati agar sesuai dengan standar pabrik ? 18.Bedasarkan ISO 14000 yang sudah diterapkan, apa yang telah dilakukan PT

UJA dalam pengolahan limba ?

19.Mengapa beberapa fasilitas yang rusak belum diganti ? 20.Siapa yang menjadi decision maker di PT UJA ?

21.Apakah ada hubungan kerja antara sesama Gunung Sewu Group ? 22.Apa sifat penanggulan perawatan? Reaktif atau proaktif ?

23.Apa saja yang menyebabkan kegiatan produksi terhambat ?

24.Bagaimana mekanisme divisi maintenance melakukan perawatan ? 25.Apa saja upaya yang dilakukan PT UJA selama ini dalam :

(37)

26

Lampiran 2. Perhitungan jarak antar stasiun kerja Rumus : │xi –xj│ +│ yi –yj│

1. Jarak AB =│5 – 14,25 │+│13,5 – 27,4│ = 9,25 + 13,9 = 23,15

2. Jarak BC =│14,25 - 15│+│27,4 –29,7│= 0,75 + 2,3 = 3,05

3. Jarak CD =│15 - 7,2 │+│29,7 – 36,3│ = 7,8 + 6,6 = 14,4

4. Jarak DE =│ 7,2 – 23 │+│36,3 – 47 │ = 15,8 + 10,7= 26,5

5. Jarak EF =│ 23 – 35,8 │+│ 47 – 51,5 │ = 12,8 + 4,5 = 17,3

6. Jarak FG =│35,8 – 34,5│+│51,5 –71,5│ = 1,3 + 20 = 21,3

7. Jarak GH =│34,5– 23,5│+│71,5 – 71,5│ = 11 + 0 = 11

8. Jarak HI = │23,5 - 5 │+│71,5 –71,5│ = 18,5+ 0 = 18,5

Lampiran 3. Perhitungan jarak antar stasiun kerja baru Rumus : │xi – xj│ +│ yi – yj│

1. Jarak AB = │ 10 – 10 │ + │2,34 – 6,44│ = 0 + 4,1 = 4,1

2. Jarak BC = │10 – 3,53│ + │6,44 – 11│= 6,47 + 4,56 = 11,03

3. Jarak CD = │3,53 - 1,38 │ + │11 – 11│ = 2,15 + 0 = 2,15

4. Jarak DE = │1,38 – 12,15│ + │11 – 11 │ = 10,77 + 0 = 10,77

5. Jarak EF =│ 12,15 – 10│ + │ 11 – 14,59 │ = 2,15 + 3,59 = 5,74

6. Jarak FG = │ 10 – 10 │ + │14,59 – 16,69│ = 0 + 2,1 = 2,1

7. Jarak GH =│ 10 – 10 │ + │16,69 – 20,4│ = 0 + 3,71 = 3,71

8. Jarak HI = │ 10 - 10 │ + │20,4 – 24,5│ = 0 + 4,1 = 4,1

Keterangan :

(A)Ruang Pengupasan Kulit, (B) Ruang Pencucian , (C) RuangPencacahan, (D)Ruang Pemarutan, (E)Ruang Ekstraksi, (F) Ruang Pemurnian, (G)Ruang

(38)
(39)

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Arbin Saran Adrian Sitorus dilahirkan di Bogor pada tanggal 2 Januari 1992. Penulis adalah anak terakhir dari dua bersaudara pasangan Bapak Antonius Sitorus dan Ibu Rumondhang Butar-Butar

Riwayat pendidikan penulis diawali dari Taman Kanak-Kanak (TK) Regina Pacis, dilanjutkan di Sekolah Dasar (SD) Regina Pacis hingga lulus tahun 2004, melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Kota Bogor lulus tahun 2007 dan studi ke SMA (Sekolah Menengah Atas) Negeri 3 Kota Bogor hingga lulus tahun 2010. Kemudian penulis mengambil kuliah di program Sarjana Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)

Gambar

Gambar 1.  Flow Process Chart pabrik keripik kentang
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitan
Gambar 4. Flowchart Produksi Pabrik PT Umas Jaya Agrotama
Gambar 5. Tata Letak pabrik PT. UJA
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kata Kunci : Perancangan ulang tata letak, alat pemindahan bahan, Software CRAFT, Metode Systematic Layout Plant, Metode Grafik... floor space, imbalance capacity and

Fasilitas Produksi (Studi Kasus di PT. Prestige Furniture Yogyakarta) , Skripsi, Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PABRIK ALAT MESIN PERTANIAN SEBAGAI SALAH SATU. INDUSTRI BESAR DI

Pada perancangan tata letak bagian produksi, dilakukan perancangan ulang lintasan produksi dengan penambahan mesin dan operator berdasarkan analisis line balancing

Penelitian terdahulu terkait dengan perancangan tataletak fasilitas dilakukan oleh Primasari (2014) dengan metode ARC dan bantuan software CRAFT untuk me-

Popy Yuliarty, Perancangan Ulang Tata Letak Lantai Produksi Menggunakan Metode Systematic Layout Planning dengan Software Blocplan Pada PT. PINDAD, Jakarta, Jurnal Ilmiah

Pabrik tahu Srikandi adalah salah satu pabrik tahu yang berlokasi di kota Bangkalan dengan tata letak fasilitas produksi cukup bagus dilihat dari penempatan fasilitas beberapa

Beberapa industri karena sifat dan keadaan dari proses produksinya memaksa untuk menempatkan pabriknya dengan sumber bahan baku, Seperti pabrik semen, mengharuskan lokasi