• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Saluran Pemasaran Jambu Kristal Melalui ADC IPB-ICDF TAIWAN dan Non ADC IPB-ICDF TAIWAN di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Saluran Pemasaran Jambu Kristal Melalui ADC IPB-ICDF TAIWAN dan Non ADC IPB-ICDF TAIWAN di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN SALURAN PEMASARAN JAMBU KRISTAL

MELALUI ICDF DAN NON ICDF DI DESA CIKARAWANG

KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR

BAYU SALEH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Perbandingan Saluran Pemasaran Jambu Kristal Melalui ADC IPB-ICDF TAIWAN dan Non ADC IPB-ICDF TAIWAN di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

Bayu Saleh

(3)

BAYU SALEH. Perbandingan Saluran Pemasaran Jambu Kristal Melalui ADC IP-ICDF TAIWAN dan Non ADC IPB-ICDF TAIWAN Di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh AMZUL RIFIN.

ADC IPB-ICDF TAIWAN menjalin kemitraan dengan para petani khusunya petani di Desa Cikarawang, dalam mengembangkan komoditas jambu kristal. Kemitraan yang dijalin lebih bersifat pembinaan dan fasilitasi dari pihak ADC kepada petani agar petani dapat berpartisipasi di supply chain pasar modern dan bukan semata-mata kemitraan bisnis antara supplier (petani) dengan buyer

(ADC) (Muflikh 2012). Permasalahan yang terjadi adalah seluruh petani jambu kristal di Desa Cikarawang merupakan petani mitra binaan ADC IPB-ICDF TAIWAN, akan tetapi dalam memasarkan hasil produksinya tidak semua petani menjual jambu kristal kepada ADC IPB-ICDF TAIWAN. Petani memilih menggunakan saluran pemasaran lain diluar ADC IPB-ICDF TAIWAN seperti, pedagang pengumpul (tengkulak) dan pedagang pengecer tradisional. Hal tersebut menyebabkan permintaan jambu kristal dari pasar modern ke ADC banyak tidak terpenuhi. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui tingkat efisiensi dan perbedaan ke 2 saluran pemasaran tersebut. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui lembaga dan fungsi-fungsi pemasaran, saluran pemasaran serta struktur dan perilaku pasar sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui efisiensi operasional pemasaran melalui nilai marjin pemasaran,

farmer’s share dan rasio keuntungan atas biaya serta uji t berpasangan (paired t-test).

Berdasarkan hasil penelitian saluran pemasaran ADC IPB-ICDF TAIWAN memiliki nilai marjin terendah pada pola saluran 2 sebesar Rp5 000 dan

farmer’s share tertinggi 54.74 dan 54.54% pada pola saluran 1 dan 2. Sementara saluran pemasaran non ADC IPB-ICDF TAIWAN memiliki nilai rasio terbesar pola saluran 5 yaitu 5.49 yang berarti setiap 1 rupiah yang dikeluarkan sebagai biaya pemasaran akan menghasilkan keuntungan sebesar 5.49 rupiah. Uji t berpasangan (paired t-test) terhadap biaya, keuntungan serta B/C rasio menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara rata-rata biaya, keuntungan serta B/C rasio antara saluran pemasaran ADC IPB-ICDF TAIWAN ICDF dan non ADC IPB-ICDF TAIWAN.

(4)

BAYU SALEH. Comparison Guava Crystal’s Marketing Channels by ADC IPB-ICDF TAIWAN and Non AADC IPB-IPB-ICDF TAIWAN in Cikarawang Dramaga Bogor. Supervised by AMZUL RIFIN

ADC IPB-ICDF TAIWAN makes a partnership with farmers especially farmers in Cikarang village, in developing commodity of crystal guava. A partnership who lived is coaching and facilitation from ADC to farmers so that farmers can participate in the supply chain of modern markets and not merely a business partnership between suppliers (farmers) with buyers (ADC) (Muflikh 2012). The problem that happens is the whole of crystal guava farmers in Cikarang are trained farmers of ADC IPB-ICDF TAIWAN, but in marketing their products, not all farmers sell crystal guava to ADC IPB-ICDF TAIWAN. Farmers choose to use other marketing channels besides ADC IPB-ICDF TAIWAN, such as: traders (broker) and traditional retailers. This case causes demand crystal guava from modern markets are not met. Therefore , research is needed to determine level of efficiency and difference in 2 channel marketing. This study used qualitative and quantitative analysis. Qualititative analysis is used to determine agencies, functions, structure and market behavior. Quantitative analysis is used to determine the operational efficiency of marketing by the marketing margin value, farmer's share and ratio of benefit over cost and paired t-test.

Based on the results of marketing channel ADC IPB-ICDF TAIWAN has the lowest margin value on channel 2 pattern that is Rp5 000 and has highest farmer's share that are 54.74 and 54.54 % in the pattern of channels 1 and 2. While marketing channel non ADC IPB-ICDF TAIWAN has largest ratio on 5 channel pattern is that is 5.49 which means for every 1 rupiah was spent as marketing costs will result benefits 5.49 rupiah. Paired t-test against the costs, benefits and B/C ratio indicates there is no difference that significant between average cost, profit and B/C ratio between marketing channel of ADC IPB-ICDF TAIWAN and non ADC IPB-ICDF TAIWAN.

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitiann, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)
(7)

MELALUI ADC IPB-ICDF TAIWAN DAN NON ADC IPB-ICDF TAIWAN

DI DESA CIKARAWANG KECAMATAN DRAMAGA

KABUPATEN BOGOR

BAYU SALEH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Nama : Bayu Saleh NIM : H34096010

Disetujui oleh

Amzul Rifin, Ph D Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi. MS Ketua Departemen Agribisnis

(9)
(10)

Allah subhanahu wa ta’ala atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari hingga Maret 2013 ini ialah pemasaran, dengan judul Perbandingan Saluran Pemasaran Jambu Kristal Melalui ADC IPB-ICDF TAIWAN dan Non ADC IPB-ICDF TAIWAN di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Amzul Rifin. Ph D selaku dosen pembimbing, Ir Juniar Atmakusuma, MS selaku penguji utama dan dosen evaluator, Yanti Nuraeni Muflikh, SP. MAbuss selaku dosen penguji komite akademik yang telah banyak memberi saran. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dr Ir Netti Tina Aprilla, MM selaku dosen pembimbing akademik, Bapak Nur Ali selaku ketua Kelompok Tani Jambu Kristal Desa Cikarawang yang telah membantu penulis selama penelitian, Bapak Badri dan seluruh petani jambu kristal di Desa Cikarawang serta seluruh lembaga pemasaran yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan informasi untuk penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Orang tua dan seluruh teman-teman Agribisnis angkatan 7, Alih Jenis angkatan 1 atas kenbersamaan, doa dan motivasi yang telah diberikan, teman-teman Komunitas Pengusaha Muslim dan seluruh pengurus Forum Wacana Lembah Intelek (FWLI) atas kebersamaannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Amin.

Bogor, Desember 2013

(11)

DAFTAR TABEL i

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN iii

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Studi Empiris Mengenai Jambu Kristal 5 Studi Empiris Mengenai Peran Lembaga Pemasaran 5

KERANGKA PEMIKIRAN 7

Konsep Pemasaran 7

Lembaga dan Saluran Pemasaran 8

Fungsi-fungsi Pemasaran 9

Struktur Pasar 10

Perilaku Pasar 12

Efisiensi Pemasaran 12

Marjin Pemasaran 13

Farmer's Share 14

Rasio Keuntungan atas Biaya 14 Kerangka Pemikiran Operasional 14

METODE PENELITIAN 17

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Jenis dan Sumber Data 17

Metode Penentuan Responden 17 Metode Pengolahan dan Analisis Data 18 Analisis Lembaga dan Fungsi-fungsi Pemasaran 18 Analisis Saluran Pemasaran 18 Analisis Struktur dan Perilaku Pasar 19

Analisis Efisiensi Pemasaran 19

Marjin Pemasaran 19

Farmer's Share 19

(12)

Karakteristik Lembaga Pemasaran Responden 25 ANALISIS SISTEM PEMASARAN JAMBU KRISTAL 26

Analisis Lembaga dan Fungsi Pemasaran 26 Lembaga Pemasaran Saluran ADC IPB-ICDF TAIWAN 27

ADC IPB-ICDF TAIWAN 27

Pasar Modern 28

Lembaga Pemasaran Saluran non ADC IPB-ICDF TAIWAN 29

Pedagang Pengumpul 29

Toko Buah 30

Pedagang Pengecer (Tradisional) 31 Identifikasi Saluran Pemasaran Jambu Kristal 31 Saluran Pemasaran Jambu Kristal Melalui ADC 32 Saluran Pemasaran Jambu Kristal Melalui non ADC 34 Analisis Struktur Pasar 36

Struktur Pasar di Tingkat Petani 36 Struktur Pasar pada Saluran Pemasaran ADC 37 Struktur Pasar pada Saluran Pemasaran non ADC 37 Analisis Perilaku Pasar 38 Praktek Pembelian dan Penjualan 38 Sistem Penentuan Harga dan Transaksi 39

Sistem Pembayaran 39

Kerjasama antar Lembaga Pemasaran 40 Analisis Efisiensi Pemasaran 41 Analisis Volume Distribusi 41 Analisis Biaya Pemasaran 41 Analisis Marjin Pemasaran 43 Analisis Farmer's Share 44 Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya 44 Perbedaan Saluran Pemasaran ADC dan non ADC 47

SIMPULAN DAN SARAN 48

Simpulan 48

Saran 50

DAFTAR PUSTAKA 50

(13)

1 Jenis-jenis struktur pasar berdasarkan jumlah perusahaan dan sifat produk 10 2 Karakteristik responden lembaga pemasaran saluran pemasaran non ADC 26 3 Standar mutu jambu kristal dan harga beli ADC IPB ICEDF TAIWAN 28 4 Volume distribusi saluran pemasaran jambu kristal di lokasi penelitian 41 5 Biaya pemasaran jambu kristal (rupiah per kilogram) di lokasi penelitian 43 6 Marjin pemasaran jambu kristal (rupiah per kilogram) di lokasi penelitian 44 7 Farmer’s share pemasaran jambu kristal di lokasi penelitian 45 8 Rasio keuntungan dan biaya pemasaran jambu kristal di lokasi penelitian 46

DAFTAR GAMBAR

1 Kurva marjin pemasaran 13

2 Kerangka pemikiran operasional 16 3 Pola saluran pemasaran jambu kristal di Desa Cikarawang 32 4 Pola saluran pemasaran jambu kristal melalui ADC IPB-ICDF TAIWAN 33 5 Pola saluran pemasaran jambu kristal melaui non ADC IPB-ICDF TAIWAN 34

DAFTAR LAMPIRAN

1 Produksi Jambu Biji Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2009-2011 54 2 Jumlah Tanaman yang Menghasilkan dan Produksi Jambu Biji Menurut

Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 55

3 Data petani responden 56

4 Perbandingan petani responden berdasarkan saluran pemasaran yang digunakan dengan kriteria jenis kelamin, usia, pendidikan, mata pencaharian, pengalaman

usahatani, dan jumlah tanaman 57 5 Data petani responden yang menggunakan saluran pemasaran ICDF 58 6 Data petani responden yang menggunakan saluran pemasaran non ICDF 59 7 Hasil uji t berpasangan berdasarkan biaya petani pada saluran pemasaran ADC

IPB-ICDF TAIWAN dan non ADC IPB-IPB-ICDF TAIWAN 58 8 Hasil uji t berpasangan berdasarkan keuntungan petani pada saluran pemasaran ADC

IPB-ICDF TAIWAN dan non ADC IPB-ICDF TAIWAN 59 9 Hasil uji t berpasangan berdasarkan rasio keuntungan atas biaya petani pada saluran

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jambu biji merupakan buah yang sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Selain rasanya yang khas, jambu biji memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Dalam setiap 100 gr jambu biji masak segar terdapat 87 mg vitamin C atau 2 kali lipat dari jeruk manis yang hanya 49 mg per 100 gr buah. Selain itu, jambu biji mengandung vitamin A, B, protein, kalsium, fosfor, karbohidrat, lemak serta zat besi yang diperlukan oleh tubuh manusia (Parimin 2007). Beberapa hasil penelitian menyebutkan jambu biji bermanfaat sebagai zat antioxidant, anti kanker, menangkal jenis penyakit degeneratif dan membantu menjaga kebugaran tubuh. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika jambu biji merupakan buah yang digemari masyarakat karena rasa dan manfaatnya.

Jambu biji mempunyai nilai komersial dan memiliki segmen pasar yang luas mulai dari pasar tradisional hingga pasar modern. Selain itu, jambu biji dibutuhkan sebagai bahan baku bagi industri minuman sari buah, puree, serta makanan olahan dari jambu biji. Industri pengolahan jambu biji tersebut turut berkontribusi dalam menyediakan lapangan kerja khususnya dalam sektor agribisnis. Selain di pasar domestik, jambu biji memiliki peluang untuk diekspor ke pasar internasional namun peluang tersebut belum dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah (Astriana 2011). Menurut data FAO tahun 2007, total ekspor untuk komoditi mangga, manggis dan jambu biji di pasar dunia mencapai 1 178 810 ton. Indonesia hanya berkontribusi sebesar 1 760 ton atau 0.15 persen dari total ekspor dunia.1 Peluang pasar yang masih terbuka serta didukung oleh potensi alam yang ada merupakan peluang bagi Indonesia untuk menjadi produsen buah tropis terbesar di dunia.

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan jumlah produksi jambu biji terbesar di Indonesia. Selama periode tahun 2009 hingga tahun 2011 jumlah produksi jambu biji provinsi Jawa Barat merupakan jumlah produksi tertinggi dengan jumlah produksi pada tahun 2009-2011 berturut-turut sebesar 70 997 ton, 49 203 ton dan 157 030 ton (Lampiran 1). Jumlah tersebut merupakan penjumlahan hasil produksi dari 17 kabupaten dan 9 kota produsen jambu biji di provinsi Jawa Barat. Dari jumlah produksi jambu biji sebesar 157 030 ton tahun 2011 maka setiap daerah produsen jambu biji rata-rata menghasilkan sebanyak 6 039.62 ton, akan tetapi angka tersebut bukan merupakan angka pasti karena kemampuan produksi setiap daerah berbeda tergantung dari luas panen dan luas tanam yang dimiliki. Data jumlah produksi jambu biji menurut kabupaten dan kota di provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Lampiran 2.

Jambu kristal merupakan varietas baru jambu biji yang saat ini mulai dikenal dan disukai oleh masyarakat. Jambu kristal merupakan tanaman hasil introduksi dari Taiwan yang merupakan bantuan transfer teknologi kepada negara-negara berkembang dengan tujuan untuk menghasilkan berbagai macam produk pangan terbaik seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Jambu kristal masuk ke

1

(15)

Indonesia pada tahun 2009 dibawa oleh Misi teknik Taiwan. Buah jambu kristal memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan buah jambu biji lainnya diantaranya buah jambu kristal hampir tanpa biji (seedless), tekstur daging buahnya renyah, rasanya manis, mengandung banyak air dan ukuran buahnya relative besar. Masyarakat menyukai jambu ini karena lebih praktis dimakannya dan bagian yang bisa dimakan pun lebih banyak.2

Jambu kristal merupakan produk buah unggulan dari ADC IPB-ICDF TAIWAN selain komoditas sayuran organik dan sayuran non organik.

Agribussiness Development Center (ADC) merupakan sebuah lembaga sosial kerjasama antara International Cooperation Development Fund (ICDF) Taiwan melalui Misi TeknikTaiwan dengan IPB (Institut Pertanian Bogor) yang didirikan pada tahun 2007. ADC IPB-ICDF TAIWAN bergerak dibidang pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani di wilayah Bogor. Bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain kemitraan dengan petani, pembinaan dan pelatihan serta pembiayaan. Petani mitra diberikan pinjaman modal berupa sarana produksi pertanian seperti bibit, benih dan pupuk. Pembayaran pinjaman modal dilakukan secara bertahap setelah panen dengan potongan sebesar 25 % dari penjualan hasil panen melalui ADC IPB-ICDF TAIWAN. ADC IPB-ICDF TAIWAN bermitra dengan petani di Kabupaten Bogor. Sistem kemitraan yang terjalin yaitu petani berperan sebagai produsen utama dari komoditi yang dikembangkan dan ADC IPB-ICDF TAIWAN sebagai pihak yang mendampingi dan memfasilitasi petani untuk menghasilkan produk yang lebih baik dan dapat diterima oleh pasar modern. Komoditi yang dihasilkan oleh ADC IPB-ICDF TAIWAN selain jambu kristal antara lain sayuran organik seperti bayam merah dan hijau, kangkung, lettuce (selada keriting), cai sim, kailan dan Pak choi.

Sayuran non organik baby buncis, oyong, labu, lobak, asparagus, pare putih, tomat cerry, terong bulat, terong panjang dan pepaya.

Kabupaten Bogor merupakan daerah pengembangan jambu kristal yang dilakukan oleh ADC IPB-ICDF TAIWAN. Pemilihan Kabupaten Bogor dilakukan berdasarkan ketersediaan lahan, kesesuaian agroklimatologi, dan ketersediaan sumberdaya manusia dibidang pertanian. Penyebaran tanaman jambu kristal di Kabupaten Bogor pada saat penelitian dilakukan tersebar di 4 kecamatan yaitu Kecamatan Rancabungur, Dramaga, Caringin dan Cigombong dengan jumlah petani mitra sekitar 114 orang. Dua kecamatan yang memiliki luas areal dan jumlah populasi tanaman jambu kristal tertinggi adalah Kecamatan Rancabungur dan Kecamatan Dramaga.

ADC IPB-ICDF TAIWAN melakukan penanaman jambu kristal pertama kali di Desa Cikarawang. Desa Cikarawang dipilih dengan tujuan untuk memperkenalkan jambu kristal kepada masyarakat Desa Cikarawang yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani dengan harapan masyarakat bersedia membudidayakan jambu kristal dan bermitra dengan ADC IPB-ICDF TAIWAN untuk mengembangkan agribisnis hortikultura. Jumlah populasi tanaman jambu kristal di Desa Cikarawang pada saat dilakukan penelitian adalah 7 700 pohon. Tanaman jambu kristal dibudidayakan dengan intensif dikebun-kebun dekat pekarangan rumah dan lahan-lahan pertanian yang semula ditanami padi dan umbi-umbian, saat ini ditanami jambu kristal.

2

(16)

Perumusan Masalah

ADC IPB-ICDF TAIWAN menjalin kemitraan dengan para petani khusunya petani di Desa Cikarawang dalam mengembangkan komoditas jambu kristal. Kemitraan yang dijalin lebih bersifat pembinaan dan fasilitasi dari pihak ADC kepada petani agar petani dapat berpartisipasi di supply chain pasar modern dan bukan semata-mata kemitraan bisnis antara supplier (petani) dengan buyer

(ADC) (Muflikh 2012).

Seluruh petani jambu kristal di Desa Cikarawang merupakan petani mitra binaan ADC IPB-ICDF TAIWAN, akan tetapi dalam memasarkan hasil produksinya tidak semua petani menjual jambu kristal kepada ADC IPB-ICDF TAIWAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa petani merasa ADC IPB-ICDF TAIWAN tidak konsisten dalam melakukan grading terhadap jambu kristal petani. Hal ini sangat dirasakan petani terutama pada saat musim panen ketika hasil panen melimpah, jambu kristal yang diluar musim panen termasuk ke dalam grade A dan B akan tetapi pada saat musim panen hanya masuk ke dalam

grade B dan C. Alasan lain petani tidak mengirim jambu kristal ke ADC IPB-ICDF TAIWAN adalah standarisasi atau kriteria jambu kristal yang ditetapkan terlalu tinggi terutama untuk grade A. Akibatnya jambu kristal petani yang termasuk grade A sedikit dan sering terjadi jambu kristal petani tidak diterima oleh ADC IPB-ICDF TAIWAN karena tidak memenuhi standar grade. Hal tersebut yang menyebabkan petani menggunakan saluran pemasaran lain diluar ADC IPB-ICDF TAIWAN seperti, pedagang pengumpul (tengkulak) dan pedagang pengecer tradisional.

Berbeda dengan hasil wawancara dengan petani, menurut hasil wawancara dengan pihak ADC IPB-ICDF TAIWAN melalui penanggung jawab jambu kristal mengatakan loyalitas petani mitra jambu kristal termasuk petani di Desa Cikarawang terhadap ADC masih kurang. Petani tidak seluruhnya mengirim jambu kristal ke ADC disebabkan karena petani menjual hasil panennya melalui pedagang pengumpul dengan sistem borongan (tanpa grade). Petani tergiur dengan kemudahan dari sistem borongan tersebut yaitu, petani tidak perlu melakukan sortasi sehingga jambu kristal yang telah dipanen dan dipisahkan dari plastik pembungkus dapat langsung dijual. Pedagang pengumpul mendatangi langsung petani sehingga tidak perlu melakukan pengangkutan untuk menjual hasil panennya. Selain itu, sedikitnya jumlah jambu kristal petani yang termasuk ke dalam grade A disebabkan karena petani banyak tidak mengikuti SOP (Standard Operational Procedure) budidaya yang ditetapkan oleh ADC IPB-ICDF TAIWAN dengan alasan keterbatasan modal yang dimiliki.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan antara saluran pemasaran ADC IPB-ICDF TAIWAN dan saluran pemasaran non ADC IPB-ICDF TAIWAN. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1 Bagaimanakah sistem pemasaran jambu kristal melalui ADC IPB-ICDF TAIWAN dan non ADC IPB-ICDF TAIWAN di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga?

(17)

3 Apakah terdapat perbedaan antara saluran pemasaran ADC IPB-ICDF TAIWAN dan non ADC IPB-ICDF TAIWAN dalam hal biaya, keuntungan serta rasio keuntungan dan biaya?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1 Mengidentifikasi dan menganalisis sistem pemasaran jambu kristal di Desa Cikarawang melalui saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pemasaran, perilaku pasar, dan keragaan pasar.

2 Menganalisis efisiensi pemasaran jambu kristal melalui marjin pemasaran, farmer’s share dan nilai rasio keuntungan atas biaya pemasaran disetiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran jambu kristal di Desa Cikarawang.

3 Menganalisis perbedaan antara saluran pemasaran ADC IPB-ICDF TAIWAN dan saluran pemasaran non ADC IPB-ICDF TAIWAN dalam hal biaya, keuntungan dan rasio keuntungan atas biaya.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya :

1 Petani dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat sebagai bahan informasi untuk melaksanakan kerjasama yang saling menguntungkan dalam pemasaran jambu kristal.

2 Pemerintah daerah khususnya Pemerintah Daerah Kecamatan Dramaga sebagai bahan masukan dalam penetapan kebijakan dalam perbaikan sistem pemasaran jambu kristal.

3 Pembaca hasil penelitian ini, sebagai tambahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan komoditas jambu kristal sekaligus memberikan gambaran usaha jambu kristal di lokasi penelitian.

Ruang Lingkup Penelitian

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Studi Empiris Mengenai Jambu Kristal

Penelitian mengenai jambu kristal telah dilakukan oleh Narundana (2011) dengan judul Studi Kelayakan Bisnis Tanaman Buah Jambu Kristal Pada Kelompok Tani Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil penelitian tersebut tanaman jambu kristal layak untuk diusahakan. Pada aspek teknis usaha ini layak karena seluruh peralatan yang digunakan dan dibutuhkan oleh petani sudah lengkap dan tersedia. Sedangkan pada aspek pemasaran juga layak karena usaha ini memiliki prospek yang besar dengan konsumen tingkat menengah ke atas. Sementara berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada empat kriteria penilaian investasi usaha dapat disimpulkan bahwa usaha jambu kristal layak dijalankan pada jenis tanah cukup air. Hal ini dikarenakan, jenis tanah cukup air memiliki nilai NPV positif yaitu sebesar Rp 13.883.500, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yaitu sebesar 29 persen, PI lebih besar dari 1 yaitu 1,76 dan Payback Periode dibawah dari umur analisa proyek yaitu selama 4 tahun. Sedangkan usaha jambu kristal ini pada tanah basah dan kering tidak layak untuk dijalankan karena tidak memenuhi empat kriteria penilaian investasi usaha. Pada analisis sensitivitas didapat hasil menunjukkan bahwa usaha tetap layak untuk dijalankan meskipun terjadi penurunan pada nilai kriteria investasi kelayakan.

Studi Empiris Mengenai Peran Lembaga Pemasaran

Nalurita (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis Efisiensi Pemasaran Belimbing Dewa di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan peran Pusat Koperasi Belimbing diperlukan dan berhasil dalam meningkatkatkan bargaining position dan pendapatan petani. Hal ini terbukti dengan volume penjualan belimbing pada saluran pemasaran melalui Puskop (saluran 4 dan 5) mencapai 72 % dari total volume penjualan Belimbing Dewa. Selain itu saluran pemasaran melalui Puskop memiliki nilai nilai farmer’s share tertinggi yaitu 56,52 %, artinya produsen menerima harga sebesar 56,52 persen dari harga yang dibayarkan konsumen. Berdasarkan analisis rasio keuntungan terhadap biaya, nilai π/C tertinggi terdapat pada saluran pemasaran empat yaitu sebesar 7,51, artinya jika lembaga pemasaran pada saluran pemasaran ke empat mengeluarkan biaya sebesar Rp.1/Kg maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.7,51/Kg. Manfaat lain adanya Puskop, selain sebagai tempat untuk memasarkan hasil, Puskop merupakan tempat untuk menyalurkan inspirasi, aspirasi dan petani bisa mendapatkan bantuan permodalan dari pemerintah yang bekerjasama dengan bank.

(19)

atau lebih dikenal dengan nama semangka gandul atau Baby Black. Karena itu CV Bimandiri memutuskan untuk menjalin kemitraan dengan petani semangka di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah yang merupakan salah satu sentra produksi semangka yang ada di Indonesia.

Dengan adanya program kemitraan antara CV Bimandiri dan kelompok tani Mekar Buah ini memberikan manfaat kemitraan bagi petani antara lain, petani mendapatkan bimbingan teknis oleh tim penyuluh dari CV Bimandiri tentang teknologi budidaya semangka yang baik sehingga petani beranjak menjadi petani yang maju dan berwawasan sehingga bisa menghasilkan produk yang baik dan berkualitas yang akan bersaing di pasaran. Adanya kontrak harga yang telah disepakati bersama sehingga petani tidak khawatir akan fluktuasi harga, petani mempunyai jaminan pasar yang pasti. Sementara manfaat yang diperoleh CV Bimandiri dalam kemitraan ini adalah perusahaan mendapatkan produk sesuai dengan kriteria yang ditetapkan secara kontinyu sehingga kebutuhan akan produk untuk pasar terpenuhi dan CV Bimandiri juga mendapat nilai lebih dari pelanggan karena dapat menyediakan produk yang berkualitas dan kontinyu sehingga permintaan dari pelanggan pun terus meningkat.

Berdasarkan analisis pendapatan usahatani diketahui bahwa pendapatan atas biaya total petani mitra lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan atas biaya total petani non mitra. Hal ini disebabkan karena harga jual semangka petani mitra lebih besar dibandingkan harga jual semangka petani non mitra. Selain itu harga jual semangka petani mitra ini adalah tetap tidak terkena fluktuasi harga. Hal ini yang menyebabkan pendapatan atas biaya total petani mitra lebih besar dari pendapatan atas biaya total petani non mitra. Demikian pula dengan nilai R/C atas biaya total petani mitra yang relatif lebih besar dibandingkan dengan petani non mitra. Hasil uji Mann-Whitney U menyimpulkan bahwa nilai probabilitas (asymp.Sig) adalah 0.007 itu berarti bahwa rata-rata pendapatan petani mitra berbeda nyata dengan rata-rata pendapatan petani non mitra. Dan nilai probabilitas (asymp.Sig) rasio penerimaan dengan biaya adala 0.008 itu berarti bahwa rata-rata rasio penerimaan dengan biaya petani mitra berbeda nyata dengan rata-rata rasio penerimaan dengan biaya petani non mitra.

Utomo (2012) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Petani Wortel di Agro Farm Desa Ciherang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan program kemitraan termasuk tipe sinergis dan saling menguntungkan. Sinergi yang menguntungkan diantaranya dalam bentuk petani menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja, sedangkan perusahaan menyediakan saprotan, bimbingan teknis, dan penjaminan pasar. Petani mendapatkan manfaat-manfaat dari jalinan kemitraan. Manfaat tersebut ada pula yang sejalan dengan alasan petani untuk bergabung dengan kemitraan. Manfaat yang sudah pasti diperoleh oleh petani selaku mitra antara lain dapat membantu dalam pengadaan benih. Sementara manfaat yang diperoleh Agro Farm dari kemitraan yang dilakukan bertujuan untuk memudahkan dalam pemenuhan permintaan wortel. Agro Farm tidak harus mengelola usahatani sendiri untuk memproduksi wortel, sehingga dapat menghemat dalam penggunaan sumberdaya lahan, modal, dan sumberdaya manusia.

(20)

sebesar Rp 1.523.750 sedangkan pendapatan petani wortel non mitra sebesar Rp 1.093.125 per musim tanam. Nilai R/C Ratio atas biaya tunai petani mitra sebesar 2,83 sedangkan petani non mitra sebesar 2,26. R/C Ratio atas biaya total petani mitra sebesar 2,26 sedangkan petani non mitra sebesar 1,78. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan secara proporsional bahwa kemitraan dengan Agro Farm lebih menguntungkan petani. Penggunaan input melalui kemitraan juga lebih efisien dilihat dari nilai R/C Ratio.

Muflikh (2012) melakukan penelitian dengan judul Supply Chain Management Jambu Kristal Pada Agribusiness Development Center-University Farm (ADC-UF) IPB. Hasil penelitian menyatakan bahwa sistem kemitraan yang dijalin antara ADC dengan petani adalah sistem kemitraan yang tidak berorientasi pada keuntungan ekonomi bagi ADC-UF IPB namun lebih bersifat pembinaan dan fasilitasi dari pihak ADC agar petani dapat berpartisipasi langsung di supply chain pasar modern dan bukan semata-mata kemitraan bisnis antara supplier

(petani jambu kristal) dengan buyer (ADC). Semua aktivitas yang dilakukan berfokus pada keuntungan petani. Karena sejatinya ADC-UF IPB buan merupakan entitas bisnis. Kemitraan antara ADC dengan petani dikuatkan dengan sebuah kontrak kerja sama yang berisi hak dan kewajiban antara petani dengan ADC-UF IPB namun tidak terdapat punishment (sanksi) yang diberlakukan bagi kedua belah pihak jika salah-satu atau keduanya melanggar baik hak maupun kewajibannya.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu diketahui bahwa peran lembaga pemasaran dalam meningkatkan bargaining position petani sangat diperlukan. Hal ini terjadi karena umumnya petani memiliki keterbatasan sumber daya baik untuk memaksimalkan kegiatan produksi maupun untuk memasarkan hasil produksinya.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Pemasaran

Menurut para ahli ekonomi pengertian pasar adalah tempat dimana terjadi interaksi antara penawaran dan permintaan produk berupa barang atau jasa, terjadi transaksi dan kesepakatan nilai, jumlah, spesifikasi produk, cara pengiriman, penerimaan dan pembayaran serta tempat terjadinya pemindahan kepemilikan barang atau jasa. Dahl dan Hammond (1977) menyatakan pasar dalam pengertian ekonomi adalah ruang atau dimensi dimana kekuatan penawaran dan permintaan bekerja untuk menentukan dan merubah harga.

(21)

aktivitas bisnis dalam aliran dari produk-produk dan jasa-jasa mulai dari tingkat produksi pertanian sampai tingkat konsumen akhir. Dahl dan Hammond (1977) menekankan pengertian pemasaran merupakan suatu rangkaian fungsi dari lembaga pemasaran yang dibutuhkan untuk menggerakkan input ataupun produk dari titik produksi ke konsumen akhir. Dengan demikian, pemasaran adalah suatu kegiatan yang produktif karena memberikan nilai tambah dan menghasilkan berbagai kegunaan waktu, tempat, milik dan bentuk.

Lembaga dan Saluran Pemasaran

Limbong dan Sitorus (1987) mendefinisikan lembaga pemasaran sebagai badan-badan atau lembaga-lembaga yang berusaha dalam bidang pemasaran, memperlancar arus atau gerak barang dari produsen sampai tingkat konsumen melalui berbagai aktifitas yang dikenal sabagai perantara. Lembaga pemasaran dapat dalam bentuk perorangan, perserikatan atau perseroan. Adanya perbedaan tempat dan jarak antara produsen yang menghasilkan barang atau jasa dengan konsumen, maka badan perantara diperlukan untuk menyalurkan barang dan jasa tersebut dari titik produksi sampai ke titik konsumsi. Tugas lembaga pemasaran adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Adapun balas jasa dari konsumen berupa marjin pemasaran.

Saluran pemasaran atau saluran distribusi adalah saluran pemasaran yang digunakan produsen untuk menyalurkan produknya kepada konsumen dari titik produsen. Penggolongan saluran pemasaran menurut Limbong dan Sitorus (1987) dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu :

1 Penggolongan berdasarkan fungsi yang dilakukan :

a Lembaga pemasaran yang melakukan kegiatan pertukaran, seperti pedagang pengecer, grosir dan lembaga-lembaga perantara lainnya. b Lembaga pemasaran yang melakukan kegiatan fisik pemasaran,

seperti lembaga pengolahan, lembaga pengangkutan dan lembaga pergudangan.

c Lembaga pemasaran yang menyediakan fasilitas pemasaran, seperti Bank Unit Desa (BUD), Kredit Desa, Koperasi Unit Desa (KUD). d Lembaga yang menyediakan informasi pasar, lembaga yang

melakukan pengujian kualitas (mutu barang) dan lain-lain. 2 Penggolongan berdasarkan penguasaan terhadap barang :

a Lembaga pemasaran yang menguasai dan memiliki barang yang dipasarkan, seperti pedagang pengecer, grosir, pedagang pengumpuldan lain-lain.

b Lembaga pemasaran yang menguasai tetapi tidak memiliki barang yang dipasarkan, seperti agen, broker, lembaga pelelangan dan lain-lain.

c Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak menguasai barang yang dipasarkan, seperti lembaga pengangkutan, pengolahan,perkreditan dan lain-lain.

3 Penggolongan berdasarkan kedudukan dalam struktur pasar :

(22)

b Lembaga pemasaran monopolistik, seperti pedagang asinan, pedagang benih, pedagang bibit, pedagang ubin dan lain-lain.

c Lembaga pemasaran oligopolis, seperti perusahaan semen, importir cengkeh dan lain-lain.

d Lembaga pemasaran monopolis, seperti perusahaan kereta api, perusahaan pos dan giro dan lain-lain.

4 Penggolongan bedasarkan bentuk usahanya :

a Berbadan hukum, seperti Perseroaan Terbatas, Firma, Koperasi dan lain-lain.

b Tidak berbadan hukum, seperti perusahaan perorangan, pedagang pengecer, tengkulak dan lain-lain.

Dalam menyalurkan produk yang dihasilkan, produsen harus mempertimbangkan berbagai faktor yang akan mempengaruhi keberhasilannya. Berikut merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan oleh produsen dalam memilih saluran pemasaran (Limbong dan Sitorus, 1987) :

1 Pertimbangan pasar meliputi : siapa konsumen produknya (rumah tangga, industri, atau keduanya), berapa besar pembeli potensial, bagaimana konsentrasi pasar secara geografis, berapa jumlah pesanan dan bagaimana kebiasaan konsumen dalam membeli.

2 Pertimbangan barang meliputi : berapa besar nilai per unit barang tersebut, besar dan beratnya barang, apakah barang tersebut mudah rusak atau tidak, bagaimana sifat teknis barang tersebut, apakah barang berupa barang standar atau pesanan, dan bagaimana luas produk perusahaan bersangkutan.

3 Pertimbangan dari segi perusahaan meliputi : sumber permodalan, kemampuan dan pengalaman manajemen, pengawasan penyaluran dan pelayanan yang diberikan oleh penjual.

4 Pertimbangan terhadap lembaga perantara meliputi : pelayanan yang dapat diberikan lembaga pemasaran, kegunaan perantara, sikap perantara terhadap kebijaksanaan produsen, volume penjualan dan pertimbangan biaya.

Fungsi-fungsi Pemasaran

Fungsi-fungsi pemasaran adalah berbagai penangan atau tindakan dalam proses pendistribusian barang dari titik produksi sampai konsumen akhir. Fungsi-fungsi pemasaran tersebut dikelompokkan menjadi tiga Fungsi-fungsi (Asmarantaka, 2009), yaitu :

1 Fungsi pertukaran merupakan kegiatan pemindahan hak milik barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran meliputi kegiatan pembelian dan penjualan.

2 Fungsi fisik merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan barang dan jasa sehingga dapat meningkatkan nilai guna bentuk, tempat dan waktu. Fungsi fisik meliputi kegiatan pengolahan, pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan.

(23)

Struktur Pasar

Struktur pasar sangat diperlukan dalam melakukan analis sistem pemasaran karena melalui analisis struktur pasar, secara otomatis akan menjelaskan bagaimana perilaku partisipan yang terlibat dan akan menunjukkan keragaan yang terjadi akibat dari struktur pasar dan perilaku pasar yang ada dalam pemasaran tersebut. Limbong dan Sitorus (1987) menyatakan struktur pasar merupakan suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun industri, jumlah perusahaan dalam suatu pasar, distribusi perusahaan menurut berbagai ukuran seperti size atau concentration, deskripsi dan diferensiasi produk, syarat-syarat untuk masuk keluar pasar dan sebagainya. Keputusan-keputusan penting perusahaan sangat dipengaruhi oleh struktur pasar yang dihadapi contohnya seperti penentuan harga dan teknik penjualan produk.

Menurut Dahl dan Hammond (1977) terdapat empat faktor yang menentukan karakteristik dari suatu struktur pasar, yaitu (1) jumlah dan ukuran perusahaan, (2) kondisi atau keadaan produk, (3) kondisi masuk dan keluar pasar, dan (4) tingkat pengetahuan dan informasi yang dimiliki oleh pelaku pasar, seperti biaya, harga dan kondisi pasar antara pelaku pasar. Karakteristik struktur pasar berdasarkan sudut penjual dan pembeli dapat dilihat pada Tabel 1.

Berdasarkan sifat dan bentuknya, pasar diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu pasar bersaing sempurna dan pasar tidak bersaing sempurna (Kotler, 2002). Pasar bersaing sempurna mempunyai ciri-ciri antara lain : (1) terdapat banyak penjual dan pembeli, (2) memperdagangkan komoditi yang bersifat homogen dalam jumlah yang tidak banyak, (3) setiap penjual dan pembeli tidak dapat mempengaruhi harga dipasar (price taker), bukan sebagai pihak yang menetapkan harga (price maker), (4) penjual dan pembeli bebas masuk keluar pasar.

Tabel 1 Jenis-jenis Struktur Pasar Berdasarkan Jumlah Perusahaan dan Sifat Produk

Karakteristik Struktur Pasar Jumlah

Sifat Produk Sudut Penjual Sudut Pembeli Penjual Pembeli

Banyak Banyak Homogen Persaingan Murni Persaingan Murni Banyak Banyak Diferensiasi Persaingan

Monopolistik

Persaingan Monopolistik Sedikit Banyak Homogen Oligopoli Murni Oligopsoni Murni Sedikit Banyak Diferensiasi Oligopoli

Diferensiasi

Oligopsoni Diferensiasi Satu Banyak Unik Monopoli Monopsoni

Sumber: Dahl dan Hammond (1977)

(24)

Sedangkan pasar dari sisi pembeli terdiri dari pasar persaingan monopolistik, pasar monopsoni, dan pasar oligopsoni.

Limbong dan Sitorus (1987) mengklasifikasikan pasar ke dalam empat struktur pasar berdasarkan sifat dan bentuknya, yaitu :

1 Struktur Pasar Bersaing Sempurna

Dalam struktur pasar bersaing sempurna terdapat banyak penjual dan pembeli. Produk yang dipasarkan bersifat homogen. Penjual dan pembeli bebas masuk dan keluar pasar. Dengan struktur biaya tertentu, perusahaan tidak dapat menetapkan harga sendiri untuk memaksimumkan keuntungan. Sehingga perusahaan hanya sebagai penerima harga (price taker) dan hanya menghadapi satu tingkat harga. 2 Struktur Pasar Bersaing Monopolistik

Struktur pasar bersaing monopolistik terdiri dari banyak pembeli dan penjual yang melakukan transaksi pada berbagai tingkat harga. Produk yang diperdagangkan perusahaan bersifat tidak homogen melainkan terdapat perbedaan yang khas dan dapat dibedakan secara jelas dalam kemasan, pengepakan, harga atau jasa pelayanannya. Untuk meningkatkan keuntungan dapat dicapai dengan cara menekan biaya produksi atau dengan cara meningkatkan teknologi yang ada.

3 Struktur Pasar Oligopoli

Pasar oligopoli memiliki karakteristik utama berupa adanya perusahaan yang menghasilkan produk homogen atau tidak homogen. Perusahaan pada struktur pasar oligopoli tidak bebas untuk menentukan harga produk yang dihasilkan untuk mencapai keuntungan maksimum, karena perusahaan tergantung kepada struktur biaya dan permintaan produk yang ditawarkan serta kepada tindakan perusahaan pesaing. Tindakan penurunan harga produk oleh suatu perusahaan pada pasar oligopoli dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan atau ”market share” tertentu, tidak selalu dapat dilakukan, dimana keputusan perusahaan harus didasarkan kepada perusahaan pemimpin (leaders). Perusahaan

leaders ini lebih leluasa untuk menentukan harga yang akan memberikan keuntungan maksimal.

4 Struktur Pasar Monopoli

(25)

Perilaku Pasar

Menurut Dahl dan Hammmond (1977) perilaku pasar menunjukkan pola tingkah laku lembaga-lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana lembaga tersebut melakukan kegiatan pembelian dan penjualan serta menentukan keputusan-keputusan yang harus diambil dalam menghadapi struktur pasar tersebut. Perilaku pasar dapat dilihat dari praktek pembelian dan penjualan yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran, sistem penentuan harga, kemampuan pasar menyerap komoditas yang dijual, stabilitas pasar, sistem pembayaran dan kerjasama antar lembaga pemasaran. Struktur pasar dan perilaku pasar akan menentukan keragaan pasar yang dapat diukur melalui perubahan harga, biaya dan marjin pemasaran serta jumlah komoditi yang diperdagangkan.

Sudiyono (2002) menyatakan perilaku pasar dalam efisiensi pemasaran adalah bagaimana pihak-pihak yang terlibat di pasar, yaitu produsen, konsumen dan lembaga pemasaran menyesuaikan diri terhadap situasi penjualan dan pembelian yang terjadi. Dalam menganalisis perilaku pasar ini, maka terdapat tiga pihak peserta pasar yang mempunyai kepentingan yang berbeda. Produsen menghendaki harga yang tinggi, pasar output secara lokal menghendaki pilihan beberapa pembeli (tidak terjadi struktur monopsonis ataupun oligopsonistik), tersedia waktu dan informasi pasar yang cukup serta adanya kekuatan tawar menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran menghendaki keuntungan yang maksimal, yaitu selisih marjin pemasaran dengan biaya untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran relatif besar. Sedangkan konsumen menghendaki tersedianya produk pertanian sesuai kebutuhan konsumen dengan harga wajar.

Efisiensi Pemasaran

Pemasaran dikatakan efisien apabila tercipta keadaan dimana pihak-pihak yang terlibat baik produsen, lembaga-lembaga pemasaran maupun konsumen memperoleh kepuasan dengan aktivitas pemasaran tersebut. Ukuran efisiensi adalah kepuasan dari konsumen, produsen, maupun lembaga-lembaga yang terlibat di dalam mengalirkan barang dan jasa mulai dari petani sampai konsumen akhir; ukuran untuk menentukan tingkat kepuasan tersebut adalah sulit dan sangat relatif (Kohls dan Uhl, 2002). Sedangkan Mubyarto (1989) mengungkapkan bahwa sistem pemasaran dikatakan efisien apabila memenuhi dua syarat yaitu mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya, dan mampu mengadakan pembagian yang adil bagi seluruh harga yang dibayarkan oleh konsumen terakhir dalam kegiatan produksi.

Efisiensi pemasaran dapat diukur melalui dua indikator yaitu efisiensi operasional (teknologi) dan efisiensi ekonomi (harga). Dahl dan Hammond (1997) menjelaskan bahwa efisiensi operasional menunjukkan biaya minimum yang dapat dicapai dalam pelaksanaan fungsi dasar pemasaran, yaitu pengumpulan, transportasi, penyimpanan dan pengolahan, distribusi dan aktivitas fisik, serta fasilitas. Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi operasional adalah dengan penerapan teknologi baru termasuk subtitusi modal kerja (Kohl dan Uhls, 1990). Analisis yang dapat digunakan untuk menentukan efisiensi operasional pada proses pemasaran suatu produk yaitu analisis marjin pemasaran, farmer’s share, serta rasio keuntungan dan biaya.

(26)

efisiensi alokasi sumberdaya dan maksimum output (ekonomi). Efisiensi harga dapat dianalisis melalui ada atau tidaknya keterpaduan pasar (integrasi) antara pasar acuan dengan pasar pengikutnya, misal antara pasar di tingkat petani dengan pasar di tingkat konsumen akhir (Asmarantaka, 2009).

Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran merupakan harga dari kumpulan jasa-jasa pemasaran sebagai akibat adanya aktivitas-aktivitas bisnis yang terjadi dalam sistem pemasaran tersebut (Tamek dan Robison, 1990 dalam Asmarantaka, 2009). Sementara Limbong dan Sitorus (1987) mengemukakan marjin pemasaran atau marjin tataniaga sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan pemasaran mulai dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen.

Marjin pemasaran sering digunakan dalam melakukan analisis efisiensi pemasaran, untuk melihat apakah pemasaran suatu komoditi efisien atau tidak. Analisis marjin pemasaran umumnya dilakukan pada komoditi yang sama, jumlah yang sama dan pada struktur pasar bersaing sempurna.

Besarnya nilai marjin pemasaran merupakan hasil perkalian dari perbedaan harga pada dua tingkat lembaga pemasaran (selisih harga eceran dengan harga petani) dengan jumlah produk yang dipasarkan. Pada Gambar 1. Besarnya nilai marjin pemasaran ditunjukkan oleh bagian yang diarsir yaitu (Pr-Pf) x Qrf. Sedangkan besarnya marjin pemasaran per satuan atau per unit komoditi merupakan selisih antara harga di tingkat pengecer dengan harga di tingkat produsen (Pr-Pf).

Sr

Sf

Marjin Pemasaran

(Pr – Pf)

Jumlah Dr

Df

Qrf 0

(27)

Keterangan :

Pr : Harga di tingkat pengecer Pf : Harga di tingkat petani Sf : Kurva penawaran petani

Sr : Kurva penawaran di tingkat pengecer Df : Kurva permintaan di tingkat petani Dr : Kurva permintaan di tingkat pengecer (Pr – Pf) : Marjin Pemasaran

(Pr – Pf) x Q(r,f) : Nilai Marjin Pemasaran

Q(r,f) : Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan pengecer

Gambar 1 Kurva marjin pemasaran

Sumber : Limbong dan Sitorus (1987)

Farmer’s Share

Farmer’s share merupakan salah satu indikator untuk mengukur efisiensi kegiatan pemasaran. Analisis farmer’s share dilakukan dengan membandingkan persentase bagian yang diterima oleh petani (farmer’s share) dari harga yang dibayar konsumen akhir. Nilai farmer’s share mempunyai hubungan negatif dengan marjin pemasaran. Jika marjin pemasaran tinggi maka persentase farmer’s share rendah.

Rasio Keuntungan dan Biaya

Efisiensi pemasaran dapat juga diukur melalui besarnya rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Rasio keuntungan dan biaya pemasaran adalah besarnya keuntungan yang diterima atas biaya tataniaga yang dikeluarkan. Oleh karena itu, semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya diantara lembaga-lembaga yang terlibat, maka dari segi operasional sistem tataniaga akan semakin efisien (Limbong dan Sitorus, 1987).

Kerangka Pemikiran Operasional

Seluruh petani jambu kristal di Desa Cikarawang merupakan petani mitra binaan ADC IPB-ICDF TAIWAN, akan tetapi dalam memasarkan hasil produksinya tidak semua petani menjual jambu kristal kepada ADC IPB-ICDF TAIWAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa petani merasa ADC IPB-ICDF TAIWAN tidak konsisten dalam melakukan grading terhadap jambu kristal petani. Hal ini sangat dirasakan petani terutama pada saat musim panen ketika hasil panen melimpah, jambu kristal yang diluar musim panen termasuk ke dalam grade A dan B akan tetapi pada saat musim panen hanya masuk ke dalam

(28)

ADC IPB-ICDF TAIWAN seperti, pedagang pengumpul (tengkulak) dan pedagang pengecer tradisional.

Berbeda dengan hasil wawancara dengan petani, menurut hasil wawancara dengan pihak ADC IPB-ICDF TAIWAN melalui penanggung jawab jambu kristal mengatakan loyalitas petani mitra jambu kristal termasuk petani di Desa Cikarawang terhadap ADC masih kurang. Petani tidak seluruhnya mengirim jambu kristal ke ADC disebabkan karena petani menjual hasil panennya melalui pedagang pengumpul dengan sistem borongan (tanpa grade). Petani tergiur dengan kemudahan dari sistem borongan tersebut yaitu, petani tidak perlu melakukan sortasi sehingga jambu kristal yang telah dipanen dan dipisahkan dari plastik pembungkus dapat langsung dijual. Pedagang pengumpul mendatangi langsung petani sehingga tidak perlu melakukan pengangkutan untuk menjual hasil panennya. Selain itu, sedikitnya jumlah jambu kristal petani yang termasuk ke dalam grade A disebabkan karena petani banyak tidak mengikuti SOP (Standard Operational Procedure) budidaya yang ditetapkan oleh ADC IPB-ICDF TAIWAN dengan alasan keterbatasan modal yang dimiliki.

Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan dan melihat apakah terdapat perbedaan antara saluran pemasaran pemasaran jambu kristal melalui ADC IPB-ICDF TAIWAN dan non ADC IPB-ICDF TAIWAN. Kedua saluran pemasaran dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi analisis lembaga pemasaran yang terlibat dalam kedua saluran pemasaran dan fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan. Analisis struktur dan perilaku pasar dilakukan dengan mengidentifikasi jumlah lembaga pemasaran, hambatan masuk keluar pasar, cara pembelian dan penjualan, sifat serta karakter dari komoditas jambu kristal, ketersediaan informasi dan cara penentuan harga pada setiap lembaga pemasaran. Analisis kuantitatif dilakukan untuk melihat efisiensi operasional kedua saluran pemasaran melalui analisis marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya (Benefit/Cost ratio). Untuk melihat apakah terdapat perbedaan dalam hal biaya, keuntungan dan rasio keuntungn atas biaya pada kedua saluran pemasaran maka dilakukan uji t berpasangan (paired t

(29)

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional Rekomendasi Saluran Pemasaran

Kepada Petani Efisiensi Saluran Pemasaran Saluran Pemasaran

ICDF

Pemasaran Komoditas Jambu Kristal di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor

1 Seluruh petani binaan ADC IPB-ICDF TAIWAN

2 Tidak semua petani menjual hasil produksi melalui ADC 3 Pihak petani merasa ADC tidak konsisten dalam grading dan

standar mutu yang ditetapkan terlalu tinggi

4 Menurut ADC petani lebih memilih menjual jambu melalui pengumpul dan cara budidaya petani banyak tidak mengikuti SOP yang ditetapkan oleh ADC

Analisis Pemasaran Jambu Kristal

Saluran Pemasaran non ICDF Perbandingan

Analisis Kualitatif

1 Lembaga Pemasaran dan Fungsi-fungsi Pemasaran 2 Saluran Pemasaran

3 Struktur dan Perilaku Pasar Analisis Kuantitatif

1 Marjin Pemasaran 2 Farmer’s Share

3 Rasio Keuntungan dan Biaya 4 Uji t berpasangan (paired

(30)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Cikarawang merupakan sentra produksi dan pengembangan teknik budidaya jambu kristal di Kabupaten Bogor dengan pendampingan Misi Teknik Taiwan atau ADC IPB-ICDF TAIWAN dan UF IPB sehingga peneliti menganggap bahwa petani jambu kristal di Desa Cikarawang merupakan petani yang memiliki kompetensi dalam teknik budidaya jambu kristal dibandingkan dengan petani di daerah lain. Pengumpulan data di lokasi penelitian dilakukan mulai dari bulan Februari hingga Maret 2013.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari petani responden yang tergabung dalam Kelompok Tani Cikarawang, serta lembaga-lembaga pemasaran yang terkait seperti ADC IPB-ICDF TAIWAN, pasar modern, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer tradisional melalui wawancara langsung dengan menggunakan alat bantu daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disediakan.

Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur yang berhubungan dengan topik penelitian, seperti buku-buku dengan topik pemasaran atau tataniaga, jurnal ilmiah dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang diperoleh dari perpustakaan IPB. Selain itu, data sekunder yang digunakan yang bersifat kuantitif berasal dari data-data yang diterbitkan oleh instansi terkait antara lain, Departemen Pertanian, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, Badan Pusat Statistik Nasional, serta Dinas Pertanian dan Kehutanan Pemerintah Kabupaten Bogor.

Metode Penentuan Responden

(31)

buah, pedagang pengumpul serta pedagang pengecer tradisional. Penentuan responden lembaga pemasaran dilakukan menggunakan metode snowball sampling yaitu dengan cara mengikuti alur pemasaran dari produsen atau petani hingga lembaga pemasaran pengecer. Penelusuran dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh melalui petani responden kemudian akan diketahui kemana alur pemasaran jambu kristal dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat hingga jambu kristal sampai ke konsumen akhir.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari responden diolah dan dilakukan analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mendeskripsikan lembaga dan fungsi-fungsi pemasaran, saluran pemasaran, struktur dan perilaku pasar. Sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk menganalisis efisiensi pemasaran melaui marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan atas biaya serta uji beda anova. Data kuantitatif diolah menggunakan alat bantu komputer menggunakan program Microsoft Exel 2007 dan kalkulator. Hasil pengolahan data primer disajikan dalam bentuk tabel kemudian diintrepretasikan melalui pembahasan.

Analisis Lembaga dan Fungsi-fungsi Pemasaran

Analsis lembaga pemasaran dilakukan untuk mengidentifikasi lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran jambu kristal setelah dari produsen atau petani hingga sampai ke konsumen akhir. Sedangkan analisis fungsi-fungsi pemasaran dianalisis dengan mengidentifikasi fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran. Selain itu analisis fungsi-fungsi pemasaran dilakukan untuk menghitung kebutuhan biaya dan membandingkan biaya yang dikeluarkan oleh 2 lembaga pemasaran yang saling terkait. Analisis fungsi pemasaran jambu kristal di Desa Cikarawang meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran berupa kegiatan pembelian dan penjualan. Fungsi fisik berupa kegiatan penyimpanan, pengangkutan, dan pengolahan sedangkan fungsi fasilitas meliputi kegiatan standarisasi atau grading, pembiayaan, penanggungan risiko, dan informasi pemasaran.

Analisis Saluran Pemasaran

(32)

Analisis Struktur dan Perilaku Pasar

Struktur pasar buah jambu Kristal dapat diketahui dengan mengidentifikasi jumlah penjual dan pembeli, sifat komoditi yang dipasarkan, proses pembentukan harga, hambatan masuk dan keluar pasar serta informasi harga pasar. Analisis perilaku pasar dilakukan dengan mengamati praktek penjualan, proses penentuan harga dan pembayaran serta kerjasama antar lembaga pemasaran.

Analisis Efisiensi Pemasaran Marjin Pemasaran

Tingkat efisiensi operasional suatu pemasaran dapat dilihat melalui marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan dan biaya. Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga diantara lembaga pemasaran. Analisis marjin pemasaran digunakan untuk mengetahui biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran. Besarnya marjin pemasaran pada dasarnya merupakan pertambahan dari biaya-biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh setiap lembaga pemasaran. Menurut Limbong dan Sitorus (1987) marjin pemasaran dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

Mi = Marjin pemasaran pada lembaga ke-i (Rp/kg) Pri = Harga tingkat eceran ke-i

Pfi = Harga tigkat petani ke-i

Ci = Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga ke-i (Rp/kg)

π

i

= Keuntungan pemasaran yang diperoleh lembaga ke-i (Rp/kg)

Proses penyaluran produk dari titik produsen hingga titik konsumen melibatkan beberapa lembaga pemasaran sehingga marjin pemasaran total yang terjadi merupakan penjumlahan marjin pemasaran dari setiap lembaga pemasaran. Marjin pemasaran total dirumuskan sebagai berikut :

Dimana,

Mt = Total marjin pemasaran (Rp/kg) Mi = Marjin pemasaran pada lembaga ke-I (Rp/kg) i = 1,2,3,…,n

Farmer’s Share

Analisis farmer’s share dilakukan untuk mengetahui persentase bagian harga yang diterima petani dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Nilai

Mi = Pri – Pfi Mi = Ci + πi

Mt =

Mi

n

(33)

farmer’s share berhubungan negatif dengan marjin pemasaran. Nilai farmer’s share dihitung dengan rumus berikut (Dahl dan Hammond, 1977) :

Keterangan :

Fs = Farmer’s Share

Pf = Harga yang diterima petani (Rp/kg) Pr = Harga yang diterima konsumen (Rp/kg)

Rasio Keuntungan dan Biaya

Tingkat efisiensi suatu sistem pemasaran dapat juga dilihat dari rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Dengan semakin meratanya rasio keuntungan dan biaya, maka dari segi operasional sistem pemasaran tersebut semakin efisien. Rasio keuntungan dan biaya pemasaran merupakan besarnya keuntungan yang diterima lembaga pemasaran sebagai imbalan atas biaya pemasaran yang dikeluarkan. Rasio keuntungan dan biaya setiap lembaga pemasaran dihitung dengan rumus sebagai berikut (Dahl dan Hammond, 1977) :

Keterangan :

πi = Keuntungan lembaga pemasaran Ci = Biaya Pemasaran

Uji t berpasangan (paired t–test)

Uji t berpasangan digunakan untuk menguji apakah terdapat perbedaan biaya, keuntungan dan rasio keuntungan atas biaya petani yang menggunakan saluran pemasaran ADC IPB-ICDF TAIWAN dan non ADC IPB-ICDF TAIWAN. Adapun alasan mengapa perlu dilakukan uji t berpasangan ini adalah karena walaupun secara nominal pendapatan petani tersebut tidak sama, namun secara statistik belum tentu berbeda karena bisa saja perbedaan yang terjadi disebabkan oleh faktor kebetulan (Nazir, 1988 dalam Ningtyas, 2011). Hipotesis yang digunakan, yaitu :

Hipotesis uji berdasarkan biaya,

H0 : Rata-rata biaya petani yang menggunakan saluran pemasaran ADC IPB-ICDF TAIWAN tidak berbeda nyata atau sama dengan petani yang menggunakan saluran pemasaran non ADC IPB-ICDF TAIWAN.

H1 : Rata-rata biaya petani yang menggunakan saluran pemasaran ADC IPB-ICDF TAIWAN berbeda nyata dengan petani yang menggunakan saluran pemasaran non ADC IPB-ICDF TAIWAN.

Fs =

Pf

Pr

x 100%

(34)

Hipotesis uji berdasarkan keuntungan,

H0 : Rata-rata keuntungan petani yang menggunakan saluran pemasaran ADC IPB-ICDF TAIWAN tidak berbeda nyata atau sama dengan petani yang menggunakan saluran pemasaran non ADC IPB-ICDF TAIWAN.

H1 : Rata-rata keuntungan petani yang menggunakan saluran pemasaran ADC IPB-ICDF TAIWAN berbeda nyata dengan petani yang menggunakan saluran pemasaran non ADC IPB-ICDF TAIWAN.

Hipotesis uji berdasarkan rasio keuntungan atas biaya,

H0 : Rata-rata rasio keuntungan atas biaya petani yang menggunakan saluran pemasaran ADC IPB-ICDF TAIWAN tidak berbeda nyata atau sama dengan petani yang menggunakan saluran pemasaran non ADC IPB-ICDF TAIWAN.

H1 : Rata-rata rasio keuntungan atas biaya petani yang menggunakan saluran pemasaran ADC IPB-ICDF TAIWAN berbeda nyata dengan petani yang menggunakan saluran pemasaran non ADC IPB-ICDF TAIWAN.

Dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel, yakni thitung ≥ ttabel maka tolak H0 ditolak. Untuk batas penerimaan dan penolakan H0 , ditetapkan penggunaan selang kepercayaan pada α = 10 %.

Adapun pengambilan keputusan uji hipotesis menggunakan SPSS dilakukan dengan membandingkan nilai Sig. (2-tailed) dengan nilai α, yaitu jika nilai Sig. (2-tailed) < α maka tolak H0 sebaliknya jika nilai Sig. (2-tailed) > α maka terima H0.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Geografi Lokasi Penelitian

(35)

Sosial Ekonomi Masyarakat

Desa Cikarawang terdiri dari 3 dusun, 7 rukun warga (RW) dan 32 rukun tetangga (RT). Jumlah penduduk Desa Cikarawang hingga tahun 2012 adalah 8 227 jiwa yang terdiri atas 4 199 orang laki-laki dan 4 028 orang perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 2 114 kepala keluarga. Jenis mata pencaharian penduduk Desa Cikarawang antara lain, petani, buruh tani, pembantu rumah tangga, karyawan swasta dan pegawai negeri sipil. Potensi Desa Cikarawang di sektor pertanian benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh warga sekitar sebagai sumber mata pencaharian hingga kemudian membentuk kelompok-kelompok tani. Kelompok tani yang ada di Desa Cikarawang berjumlah 4 kelompok, yaitu Kelompok Tani Hurip, Mekar, Setia, dan Subur Jaya.

Usahatani Jambu Kristal di Desa Cikarawang

Penanaman jambu kristal oleh ADC IPB-ICDF TAIWAN pertama kali dilakukan di Desa Cikarawang pada bulan Mei tahun 2009. Penanaman dilakukan oleh 13 orang petani binaan ADC IPB-ICDF TAIWAN dengan jumlah bibit sebanyak 625 pohon. Pemilihan Desa Cikarawang berdasarkan ketersediaan lahan karena di desa tersebut terdapat banyak lahan UF IPB yang belum termanfaatkan. Selain itu, sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani sehingga penanaman jambu kristal yang dilakukan sekaligus bertujuan untuk memperkenalkan jambu kristal dengan harapan masyarakat Desa Cikarawang bersedia membudidayakan jambu kristal dan menjadi mitra ADC IPB-ICDF TAIWAN. Jumlah populasi tanaman jambu kristal di Desa Cikarawang pada saat melakukan penelitian adalah 7 700 pohon. Tanaman jambu kristal dibudidayakan dengan intensif dikebun-kebun dekat pekarangan rumah dan lahan-lahan pertanian yang semula ditanami padi dan umbi-umbian kemudian ditanami jambu kristal.

Setelah penanaman pertama dilakukan di Desa Cikarawang banyak petani yang tertarik melakukan budidaya jambu kristal. Selain penyediaan pasar dan harga jual yang cukup tinggi, teknik budidaya jambu kristal pun tidak sulit. Harga jual jambu kristal ditingkat pedagang pengecer tradisional mencapai Rp15 000 hingga Rp20 000 per-kg. Harga tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga jambu biji lainnya seperti jambu biji getas merah yang harganya Rp6 000 per-kg ditingkat pengecer sementara petani menjual kepada pengumpul dengan harga Rp2 000 hingga Rp2 500 per-kg. Sementara untuk jambu kristal petani bisa menjual kepada pengumpul dengan harga Rp6 000 per-kg dan pada saat diluar musim panen harga jual meningkat mencapai Rp8 000 hingga Rp10 000 per-kg. Sedangkan jika petani sebagai mitra ADC IPB-ICDF TAIWAN maka jambu kristal hasil produksi dapat dijual ke ADC IPB-ICDF TAIWAN dengan harga yang tinggi, akan tetapi jambu yang dijual harus mengikuti standarisasi yang ditetapkan. ADC IPB-ICDF TAIWAN membeli jambu kristal dari petani berdasarkan grade. Jambu kristal petani dikelompokkan menjadi 3 grade yaitu,

grade A, B dan C. Setiap grade memiliki standar dan harga yang berbeda. Harga pembelian ADC IPB-ICDF TAIWAN untuk grade A sebesar Rp15 000 per-kg,

(36)

bertambah hingga pada saat penelitian dilakukan jumlah petani mencapai 20 orang dengan jumlah populasi tanaman mencapai 7 700 pohon pada lahan seluas 7 ha.

Bibit tanaman jambu kristal yang ditanam petani di Desa Cikarawang berasal dari ADC IPB-ICDF TAIWAN. Petani mitra ADC IPB-ICDF TAIWAN diberikan pinjaman modal berupa bibit dan pupuk pada awal masa tanam. Pinjaman tersebut dibayar secara bertahap dengan potongan sebesar 25 % dari hasil panen yang dijual ke ADC IPB-ICDF TAIWAN. Kemitraan petani dengan ADC IPB-ICDF TAIWAN merupakan kemitraan yang tidak mengikat artinya petani dalam memasarkan hasil produksi tidak diwajibkan menjual ke ADC IPB-ICDF TAIWAN akan tetapi yang menjadi kewajiban petani adalah melunasi pinjaman modal awal yang diberikan ADC IPB-ICDF TAIWAN.

Jumlah produksi tanaman jambu kristal di Desa Cikarawang saat ini rata-rata mencapai 9 kg per-pohon per-siklus selama 3 bulan. Jumlah tersebut masih rendah dengan sebagian tanaman berusia 4 tahun. Menurut ketua kelompok tani jambu kristal Desa Cikarawang dengan usia 4 tahun tanaman dapat menghasilkan 15 kg per-pohon per-siklus selama 3 bulan. Hal tersebut diindikasikan petani belum sepenuhnya menerapkan teknik budidaya sesuai SOP yang diberikan oleh ADC IPB-ICDF TAIWAN sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman tidak optimal. Pemasaran jambu kristal dari Desa Cikarawang tersebar di Kabupaten dan Kota Bogor serta Ibu Kota Jakarta.

Di Desa Cikarawang telah terbentuk kelompok tani yang menghimpun para petani jambu kristal. Namun hingga saat ini para anggota kelompok tani belum merasakan manfaat dari adanya kelompok tani tersebut.

Karakteristik Petani Reponden

Penentuan petani responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Menurut data dari ketua kelompok tani Cikarawang seluruh petani jambu kristal di Desa Cikarawang yang berjumlah 23 orang namun petani yang masih aktif mengusahakan atau membudidayakan jambu kristal pada saat penelitian ini dilakukan sebanyak 20 orang. Oleh karena itu, seluruh petani dijadikan responden dalam penelitian ini. Identitas petani responden dapat dilihat pada Lampiran 3. Sebagian besar petani responden menggunakan lebih dari satu lembaga pemasaran untuk menjual hasil produksinya. Akan tetapi dalam penelitian ini petani responden dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu, petani yang menggunakan saluran pemasaran ADC IPB-ICDF TAIWAN dan petani yang menggunakan saluran pemasaran non ADC IPB-ICDF TAIWAN. Perbandingan petani responden berdasarkan saluran pemasaran yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 4.

Karakteristik Petani yang Menggunakan Saluran Pemasaran ADC IPB-ICDF TAIWAN

(37)

perguruan tinggi dan terdapat satu orang petani yang tidak pernah mendapatkan pendidikan formal. Berdasarkan pendidikan terakhir petani yang pernah mengenyam pendidikan hanya sekolah dasar sebanyak 3 orang (25%), petani yang memiliki tingkat pendidikan hingga SMP sebanyak 3 orang (25%) dan petani memiliki tingkat pendidikan hingga SMA sebanyak 5 orang atau 41.67% serta petani memiliki tingkat pendidikan hingga perguruan tinggi sebanyak 1 orang.

Luas lahan yang digunakan oleh petani untuk berusahatani jambu kristal bervariasi mulai dari 800 hingga 7000 m2. Akan tetapi pada saluran ini petani yang mengusahakan lahan dengan luas kurang dari 1000 m2 hanya satu orang petani sedangkan sebanyak 11 orang petani (91.67%) mengusahakan lahan dengan luas mulai dari 1000 hingga 7000 m2. Status kepemilikan lahan yang digunakan petani adalah lahan hak milik, sewa dan garapan. Lahan hak milik umumnya berasal dari warisan orang tua petani maupun lahan yang sengaja dibeli oleh petani itu sendiri. Adapun lahan sewa dan lahan garapan biasanya petani menyewa atau menggarap lahan dari pemilik lahan sesama penduduk Desa Cikarawang. Adapun petani penggarap umumnya menggunakan sistem bagi hasil dari setiap hasil panen yang diperoleh dengan pembagian 60% untuk petani penggarap dan 40% untuk pemilik lahan.

Mata pencaharian petani terbagi menjadi 2 yaitu petani yang menjadikan usahatani jambu kristal sebagai mata pencaharian utama dan sebagai usaha sampingan. Petani yang menjadikan usahatani jambu kristal sebagai mata pencaharian utama sebanyak 5 orang (41.67%) dan petani yang menjadikan usahatani jambu kristal sebagai usaha sampingan sebanyak 7 orang (58.34%). Petani yang menjadikan usahatani jambu kristal sebagai mata pencaharian utama umumnya telah berusahatani pada komoditi lain namun ketika jambu kristal diperkenalkan di Desa Cikarawang dan melihat prospek yang baik maka petani beralih membudidayakan jambu kristal. Sementara petani yang menjadikan usaha jambu kristal sebagai usaha sampingan bermata pencaharian utama sebagai pedagang, sopir, karyawan swasta dan pegawai negeri sipil. Lama pengalaman usahatani petani rata-rata lebih dari 3 tahun dimulai pada awal tahun 2010.

(38)

Karakteristik Petani yang Menggunakan Saluran Pemasaran non ADC IPB-ICDF TAIWAN

Petani yang menggunakan saluran pemasaran non ADC IPB-ICDF TAIWAN berjumlah 8 orang. Seluruh petani berjenis kelamin laki-laki dengan usia 25 hingga 30 tahun sebanyak 2 orang (25%), usia 41 hingga 50 tahun sebanyak 4 orang (50%) dan usia lebih dari 51 tahun sebanyak 2 orang (25%). Petani yang memilih saluran pemasaran non ADC IPB-ICDF TAIWAN sebagian besar sebanyak 50% dari total petani responden berusia 41 hingga 50 tahun. Tingkat pendidikan yang pernah didapat oleh petani beragam mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga Perguruan Tinggi.

Luas lahan yang digunakan usahatani jambu kristal oleh petani berkisar antara 300 hingga 1 500 m2. Sebanyak 75% (6 orang) petani menggunakan lahan dengan luas dibawah 1 000 m2, sedangkan 25% (2 orang) petani menggunakan lahan dengan luas 1 500 m2. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani berusahatani jambu kristal pada lahan kurang dari 1 000 m2. Status kepemilikan lahan yang digunakan petani sebagian besar sebanyak 5 orang (62.5%) adalah lahan hak milik, 2 orang (25%) menggunakan lahan sewa dan petani yang menggunakan lahan garapan dengan sistem bagi hasil sebanyak 1 orang (12.5%).

Mata pencaharian petani yang menggunakan saluran pemasaran non ADC IPB-ICDF TAIWAN yaitu sebanyak 4 orang (50%) bermata pencaharian utama sebagai petani jambu kristal, sebanyak 2 orang (25%) berprofesi sebagai pegawai negeri sipil dan sebanyak 2 orang berprofesi sebagai pegawai swasta. Lama pengalaman usahatani petani rata-rata lebih dari 3 tahun dimulai pada awal tahun 2010. Data petani responden yang menggunakan saluran pemasaran non ADC IPB-ICDF TAIWAN dapat dilihat pada Lampiran 6.

Karekteristik Lembaga Pemasaran Responden

(39)

kristal langsung kepada konsumen akhir dalam jumlah penjualan yang sedikit atau secara eceran. Sementara itu karakteristik lembaga pemasaran pengumpul, toko buah dan pedagang pengecer tradisional disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Karakteristik responden lembaga pemasaran saluran non ADC IPB-ICDF TAIWAN

Karakteristik Pedagang

Pedagang Responden

Pengumpul Toko Buah Pedagang Pengecer Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Pengalaman Berdagang Jambu Kristal (Tahun) < 3

Berdasarkan Tabel 2 karakteristik pedagang responden semuanya berjenis kelamin laki-laki dengan usia berkisar antara 30 hingga 55 tahun. Tingkat pendidikan pedagang responden sebanyak 3 orang (34 %) tamat SD dan 4 orang (45 %) tamat SMA. Lama pengalaman berdagang jambu kristal dari pedagang responden tidak lebih dari 3 tahun karena jambu kristal merupakan komoditi yang baru dan belum banyak dibudidayakan.

ANALISIS SISTEM PEMASARAN JAMBU KRISTAL Analisis Lembaga dan Fungsi Pemasaran

Gambar

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional
Tabel 2 Karakteristik responden lembaga pemasaran saluran non ADC IPB-ICDF TAIWAN
Gambar 3 Pola saluran pemasaran jambu kristal di  Desa Cikarawang
Tabel 5 Biaya pemasaran jambu kristal (rupiah per kilogram) di lokasi penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data di atas dan menyadari bahwa pola asuh orang tua sangat berperan dalam membentuk perilaku merokok pada remaja, maka peneliti tertarik untuk

Peralatan keselamatan laboratorium adalah peralatan yang digunakan untuk melindungi diri pada saat bekerja dengan zat-zat kimia, diantaranya adalah shower

4) Jika biaya suatu aset buatan sendiri lebih rendah daripada harga perolehan untuk memperolehnya dengan jalan membeli atau memesannya dari pihak luar, maka selisihnya dalam

Peneliti berpendapat bahwa pasien mempersepsikan perilaku caring perawat cukup karena pasien merasakan pelayanan yang diberikan oleh perawat sudah sesuai

From the analysis, the writer concluded that the articles in the Club Focus column in “World Soccer” magazines are w ritten in standard punctuation and capitalization to

Horizontal : Terletak pada garis atau bidang yang sejajar dengan

Tujuan pembuatan Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana ( Strata I ) pada Program Studi Desain Produk Unisnu Jepara, dengan harapan dapat

In Chapter 14 we applied exponentially fitted finite difference schemes to finding good ap- proximate solutions to the partial differential equations that describe one-factor