• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPONS SINGAPURA TERHADAP PERATURAN ASEAN DALAM PENANGANAN MASALAH PENCUCIAN UANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RESPONS SINGAPURA TERHADAP PERATURAN ASEAN DALAM PENANGANAN MASALAH PENCUCIAN UANG"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perbuatan pencucian uang pada umumnya diartikan sebagai suatu proses

yang dilakukan untuk mengubah hasil kejahatan seperti hasil korupsi, kejahatan,

narkotika, perjudian, penyelundupan dan kejahatan serius lainnya, sehingga hasil

kejahatan tersebut menjadi nampak seperti hasil dari kegiatan yang sah karena

asal-usulnya telah disamarkan atau disembunyikan.1

Secara sederhana, pencucian uang adalah suatu praktek pencucian uang

panas atau kotor (dirty money), yaitu uang berasal dari praktek-praktek illegal seperti korupsi, perdagangan wanita dan anak-anak, terorisme, penyuapan,

penyelundupan, penjualan obat-obat terlarang, judi, prostitusi, tindak pidana

perbankan dan praktek- praktek tidak sehat lainnya. Untuk „membersihkannya‟,

uang tersebut ditempatkan (placement) pada suatu bank atau tempat tertentu untuk sementara waktu sebelum akhirnya dipindahkan ke tempat lain (layering),

misalnya melalui pembelian saham di pasar modal, transfer valuta asing atau

pembelian suatu asset. Setelah itu, si pelaku akan menerima uang yang sudah

bersih dari ladang pencucian berupa pendapatan yang diperoleh dari pembelian

saham, valuta asing atau asset tersebut (integration).

1

(2)

2

Perbuatan pencucian uang tersebut sangat membahayakan baik dalam

tataran nasional maupun internasional, karena pencucian uang merupakan sarana

bagi pelaku kejahatan untuk melegalkan uang hasil kejahatannya dalam rangka

menghilangkan jejak. Selain itu, nominal uang yang dicuci biasanya luar biasa

jumlahnya, sehingga dapat mempengaruhi neraca keuangan nasional bahkan

global. Pencucian uang ini dapat menekan perekonomian dan menimbulkan bisnis

yang tidak fair terutama kalau dilakukan oleh pelaku kejahatan yang terorganisir.2 Pelaku kejahatan pencucian uang ini motifasinya hanya ingin menikmati

akses yang ada untuk mendapatkan keuntungan dan mengubah uang mereka

menjadi sah.3 Perbuatan seperti ini semakin meningkat manakala para pelaku menggunakan cara-cara yang lebih canggih (shopisticated crimes) dengan memanfaatkan sarana perbankan ataupun non perbankan yang juga menggunakan

teknologi tinggi yang memunculkan fenomena cyber laundering.

Konsep Kejahatan Lintas Negara sudah ada sejak tahun 1961 semenjak

deklarasi PBB pada tahun itu (UN Single Convention on Narcotics Drugs, 1961)

dan terus berkembang sampai sekarang. Dari tahun itu Kejahatan Lintas Negara di

Asia Tenggara mulai berkembang dan mulai menjadi ancaman serius terhadap

Negara-Negara yang ada dikawasan Asia Tenggara pada umumnya 4.

2

R. Bosworth Davies, Euro Finance : The Influence of Organized Crime : Paper on The Eight International Symposium on Economic Crime, England, 28 Agustus 1991, halaman 30

3

David A Chaikin, Money Laundering : An Investigatory Perspective, Criminal Law Review, Vol 2 No 3, Spring, 1991, halaman 474.

4

(3)

3

Sebelum tahun 1986, tindakan pencucian uang bukan merupakan kejahatan.

Tahun 1980-an jutaan uang hasil tindak kejatan masuk dalam bisnis legal dan

ekonomi. Money laundering sebagai kejahatan kerah putih (white collar crime)

yang dikenal sejak zaman perompak yang merampok kapal Portugis di Laut,

kemudian dikenal dengan money laundering ketika Al Capone, salah satu mafia

besar di Amerika Serikat pada tahun 1920-an memulai bisnis Laundromats

(tempat cuci tomatis) yang modal usahanya jelas-jelas dari bisnis illegal.5

Kesepakatan bersama bahwa Pencucian uang merupakan kejahatan

ditetapkan oleh PBB pada konvensi Vienna pada 19 Desember 1988 dan

ditetapkan pada 11 November 1990, Namun baru pada tahun 1997 sebanyak 136

negara meratifikasinya dan 13 negara yang tidak setuju untuk meratifikasinya. Di

Asia Tenggara pada mulanya diawali dalam Asean Declaration On The Prevention And Control Of Transnational Crime Manila, Philippines, 20 December 1997. Dalam ASEAN sendiri Kejahatan Lintas Negara telah banyak di bahas dalam ASEAN Political-Security Community (APSC), serta dibahas dalam

Work Programme to Implement the Asean Plan of Action to Combat Transnational Crime (2010-2012) 6. Kejahatan Lintas Negara dalam hal ini Pencucian Uang merupakan kejahatan non-tradisional yang harus di tanggulangi

di setiap negara kawasan. Permasalahan yang sering dihadapi oleh kawasan Asia

dikenal sebagai kejahatan yang berdimensi transnasional (transnational criminality). Kejahatan Lintas Negara yang marak adalah masalah Terorisme, Perdagangan Narkoba, Perdagangan Manusia, dan Pencucian Uang.

5

Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Launderinng),

http://www.jdih.bpk.go.id/informasihukum/MoneyLaundring.pdf , diakses pada tanggal 15 Juli 2009.

6

(4)

4

tenggara sendiri banyak dalam hal Pencucian Uang meliputi hasil kejahatan

Narkotika, Korupsi, dan Pendanaan untuk Terorisme.

Singapura memiliki catatan sebagai Negara yang lemah dalam penanganan

masalah pencucian uang, konstitusi Singapura tidak mengatur secara jelas hal ini

menyebabkan permasalahan pencucian uang masih sering terjadi di negara ini.

Menurut data yang dikeluarkan oleh Merril Lynch, asset para koruptor Indonesia

di Singapura mencapai US$ 87 millyar atau sekitar Rp. 870 trillyun.7

Terbentuknya FATF (Financial Action Task Force)8 yang merupakan suatu lembaga yang memberikan standart Internasional dalam masalah Sistem

Keuangan, di mana disepakati untuk menangani kejahatan finansial seperti

Pencucian Uang, Singapura memiliki undang-undang yang membahas Pencucian

Uang setelah parlemen mengamandemen undang-undangnya tahun 1999 tentang

korupsi, perdagangan narkoba dan pencucian uang.

Politik Luar Negeri Singapura yang mana sebagai Negara-kota (City-State)

menjadikan Singapura akan melakukan berbagai cara agar Negaranya dapat

bertahan. Para pengambil keputusan Singapura memandang ada beberapa hal

yang merupakan ancaman potensial bagi dasar-dasar keamanan Negara. Ancaman

ini sangat berpotensi menghadapi kelangsungan hidup Negara-kota (City-State). Sebagai Negara-kota dan minim akan sumber daya alam Singapura dituntut untuk

7

Pikiran Rakyat, 80 % Koruptor Kakap Kabur, Jumat, 27 April 2007 (http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2007/042007/27/0101.htm), diakses pada tanggal 20 Nopember 2007

8

(5)

5

mampu merinci dengan jelas bentuk-bentuk ancaman tersebut sehingga akan

memberinya kemudahan untuk melakukan antisipasi. Dan membuat Negaranya

disegani oleh negara-negara lain di kawasan atau bahkan membuat negara-negara

di sekitarnya menjadi tergantung akan Singapura. Dalam hal ini Singapura

membangun dirinya sebagai raksasa ekonomi yang di segani oleh kawasan Asia

Tenggara. Namun dalam pembangunan ekonomi di negaranya, Singapura

melakukan dengan berbagai cara baik Legal maupun Ilegal, sehingga menjadikan

Singapura sebagai sebuah ancaman bagi negara di kawasan. Dalam hal ini peneliti

akan memfokuskan permasalahan Singapura dalam penanganan Pencucian Uang,

yang mana sering di permasalahkan oleh negara-negara di sekitarnya.

Dari latar belakang tersebut diatas maka peneliti memiliki keinginan untuk

meneliti tentang bagaimana respon Singapura terhadap peraturan ASEAN dalam

penanganan Kejahatan Pencucian Uang. Sebagai negara yang mengandalkan sektor perekonomian Singapura dituntut untuk mendapatkan investasi untuk

kelangsungan negaranya hal ini dapat di peroleh dari kejahatan pencucian uang

yang mana dalam kenyataannya hal ini menguntungkan bagi sebuah Negara,

karena Pencucian Uang dapat dikatakan sebagai sebuah “Pemasukan Ilegal”

terhadap keuangan negara dimana Pencucian Uang menyumbang 2-5% dari GDP

dunia dalam statisik penelitian tahun 19969. Terbentuknya lembaga Anti-Money Laundering merupakan respon dari negeri Singa tersebut akan tetapi apakah

9

(6)

6

peraturan tersebut dapat mengatasi permasalahan pencucian ini. Respon Singapura

menjadi fokus peneliti dan untuk memenuhi rasa penasaran peneliti.

Oleh karena itu penelitian ini diberi judul: RESPON SINGAPURA

TERHADAP PERATURAN ASEAN DALAM PENANGANAN MASALAH PENCUCIAN UANG.

1.2. Rumusan Masalah

Kajian tentang pengaruh Singapura terhadap penanganan kejahatan lintas

dalam hal ini Pencucian Uang di Singapura sangat menarik untuk di teliti

sehingga peneliti memiliki rasa penasaran, melihat latar belakang masalah diatas,

semakin kuat pertanyaan yang muncul sebagai berikut;

Bagaimana Respon Singapura Terhadap Peraturan ASEAN Dalam Penanganan Masalah Pencucian Uang?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui dan mampu mendeskripsikan Peraturan terhadap

penanganan Kejahatan Pencucian Uang (Money Laundering). b. Mengetahui dan mampu mendeskripsikan bagaimana respon

Singapura terhadap peraturan ASEAN dalam penanganan

(7)

7 1.3.2. Manfaat Penelitian

a. Secara akademis manfaat dari penelitian ini berguna untuk

memperkaya pengetahuan akan Kejahatan Lintas Negara dalam

hal Pencucian Uang (Money Laundering).

b. Secara praktis manfaat dari penelitian ini bagi peneliti adalah

agar mengetahui serta mampu untuk mendeskripsikan lebih

dalam tentang Pencucian Uang (Money Laundering). 1.4. Penelitian Terdahulu

Sebagai dasar untuk melengkapi tinjauan pustaka, maka peneliti

memberikan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul skripsi ini, dimana

yang bertujuan untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya,

serta menjaga orisinalitas dari penelitian yang peneliti tulis. Sehingga nantinya

tidak terjadi permasalahan di kemudian hari.

Dalam jurnalnya yang berjudul Cross-Border Statutes And Other

Measures To Curb Money Laundering In Singapore”10 yang ditulis oleh Lee Seiu Kin, SC Second Solicitor-General, Singapore. Dalam tulisannya yang menjelaskan bahwa pencucian uang menyumbang 2-5% GDP dunia tentang

bagaimana upaya Singapura dalam penyelesaian Money Laundering di Negara tersebut sudah berjalan sangat baik. Dengan disusunnya perundang-undang yang

berlaku di Singapura saat ini dan mengatur tentang pencegahan akan terjadinya

Pencucian Uang (Money Laundering), Korupsi, serta perdagangan narkotika.

10

Kin, L. S., 2006, Cross-Border Statutes and Other Measures To Curb Money Laundering In Singapore, dari ASIA TENGGARA Law Association , dalam

(8)

8

Namun undang – undang hanyalah salah satu upaya saja. Dan menurut dia

Kepentingan Nasional dari Singapura sendiri dari kejahatan lintas negara yang ada

di negaranya mendatangkan keuntungan tersendiri bagi Singapura.

Langkah-langkah lain seperti penegakan hukum yang efektif, kerjasama

Internasional, kewaspadaan dan pendidikan jelas memainkan peran penting dalam

memerangi Kejahatan Lintas Negara. Disini yang membedakan dengan tulisan

dari Lee Seiu Kin adalah penulis lebih menekankan bagaimana respon Singapura

terhadap Peraturan ASEAN Dalam Penanganan Masalah Pencucian Uang.

Yang kedua, penelitian dari naskah publikasi yang berjudul The

International Money Laundering Regime and the Asia Pacific: Pairing

Multilateral Co-operation with Domestic Institutional Reform11 yang ditulis

oleh Allan Castle & Bruce Broomhall menjelaskan bahwa kejahatan lintas Negara sering dibahas dalam sidang PBB. Pada prisipnya kejahatan lintas Negara

menjadi sebuah ancaman di setiap Negara. Kerjasama dalam berbagai bidang

dapat menghentikan berbagai kejahatan yang terjadi di sana seperti perdagangan

narkoba, perdagangan manusia, Pencucian Uang, pembajakan, korupsi, dll.

Namun dalam kenyataannya hal ini sulit terjadi dikarenakan adanya

kepentingan nasional di setiap Negara. Sehingga sampai saat ini kejahatan lintas

Negara masih saja sering terjadi seperti yang saat ini peneliti bahas yakni Money Laundering. Dengan menggunakan pendekatan International regime mereka ingin

11

(9)

9

menjelaskan bahwa kejahatan lintas negara ini telah banyak dibahas dalam level

Internasional seperti pertemuan G8, PBB, serta OECD.

“We say may because to posit the existence of an

international regime – by which is commonly understood a set of rules and principles, often articulated through international institutions, around which the expectations of state actors converge, at least partially independent of the interests of participating states –is controversial.”

Dalam paper tersebut dijelaskan Sistem Internasional berperan

penting dalam mengatasi permasalahan ini sehingga memaksa Negara untuk ikut

serta menjalankan penanganan kejahatan pencucian lintas negara yang ada di Asia

Pasifik.

1.5.Teori dan Konsep

1.5.1. Teori Internasional Regime

Kejahatan Pencucian uang secara umum dapat di jelaskan bahwa

pencuciian uang untuk merubah uang yang “haram” menjadi “halal”. Kesepakatan

bersama bahwa Pencucian uang merupakan kejahatan ditetapkan oleh PBB pada

konvensi Vienna pada 19 Desember 1988 dan ditetapkan pada 11 November

1990, Namun baru pada tahun 1997 sebanyak 136 negara meratifikasinya dan 13

negara yang tidak setuju untuk meratifikasinya. Di Asia Tenggara pada mulanya

(10)

10

para anggota ASEAN untuk menetapkan serta meratifikasi undang-undang yang

ada dalam negaranya.

Di Asia Tenggara sendiri negara yang terkenal akan pencucian uang salah

satunya adalah Singapura, kejahatan pencucian uang di sana sudah di tanggulangi

dengan mengamandemen peraturan tentang Sistem Keuangan oleh parlemen pada

tahun 1999 melalui resolusi nomor 1267 12. Namun dalam penerapannya pencucian uang disana masih banyak terjadi. Banyaknya uang hasil Korupsi dari

para pejabat Indonesia, serta masih adanya kerjasama antara lembaga-lembaga

keuangan di Singapura dengan para Jendral yang ada di Myanmar yang mana,

Myanmar dikenal sebagai penghasil opium terbesar menjadikan Undang-undang

yang telah di amandemen ini sia-sia. Dalam hal ini diperlukannya suatu ketegasan

dari kawasan untuk mengatasinya.

Definisi rejim yang paling lazim dipakai datang dari Stephen Krasner. Krasner mendefinisikan :

Regimes can be defined as sets of implicit or explicit principles,norms, rules, and decision-making procedures around

which actors’ expectations converge in a given area of international

relations. 13

Rejim sebagai institusi yang memiliki sejumlah norma, aturan yang tegas, dan

prosedur yang memfasilitasi sebuah pemusatan berbagai harapan. Krasner juga

menjabarkan secara rinci bahwa prinsip-prinsipnya adalah keyakinan akan fakta,

12

Monetary Authority Of Singapore (Anti-Terrorism Measures) Regulations, 2002, Monetary Authority Of Singapore Act (Chapter 186)

13

(11)

11

faktor penyebab, dan prosedur – prosedur yang harus dilakukan. Norma adalah

standart perilaku yang didefinisikan konteks hak dan kewajiban. Aturan adalah

landasan unruk bertindak. Proses pembuatan kebijakan adalah tindakan yang

berlaku umum untuk membuat dan mengimplementasikan pilihan bersama.

Dalam Penelitian ini Teori International Regime digunakan untuk menganalisa fenomena yang terjadi di Asia Tenggara dalam hal Pencucian Uang

yang mana dalam hal ini ASEAN sebagai lembaga regional Asia Tenggara telah

membuat peraturan dan kesepakatan bersama dengan negara-negara anggota

untuk menganggulanginya, dan sehingga Singapura sendiri sebagai negara telah

meratifikasi Undang-undangnya. Namun Kepentingan dari tiap negara yang

menjadikan peraturan di ASEAN dan Singapura ini seakan tidak berguna. Teori

ini berargumen bahwa berbagai institusi atau rejim Internasional mempengaruhi

perilaku negara-negara (maupun aktor Internasional yang lain). Teori ini

mengasumsikan kerjasama bisa terjadi di dalam sistem negara-negara anarki,

sehingga di perlukan ketegasan dari suatu Rejim untuk mengaturnya yang dapat

dikatakan sebagai “Penegak Hukum” yang selalu mengawasi. Bila dilihat dari

definisinya sendiri, rejim adalah contoh dari kerjasama Internasional.

Sementara realisme memprediksikan konflik akan menjadi norma dalam

hubungan Internasional, para teoritisi rejim menyatakan kerjasama tetap ada

dalam situasi anarki sekalipun. Seringkali mereka menyebutkan kerjasama di

bidang perdagangan, hak asasi manusia, dan keamanan bersama di antara isu-isu

(12)

12

mengatur dan mengawasi kerjasama tersebut, agar supaya peraturan yang telah

disepakati tidak hanya menjadi suatu kesepakatan namun peraturan tersebut

dijalankan sebagaimana mestinya.

1.5.2. Konsep Money Laundering

Istilah Money Laundering dalam bahasa indonesia dapat diterjemahkan secara harfiah sebagai pencucian uang atau sesuai dengan suatu konsep yang telah

dikenal di indonesia sebagai “pemutihan uang”14

. Money Laundering adalah

suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi kejahatan terhadap

uang haram, yaitu uang yang berasal dari tindak kejahatan, dengan maksud

menyembunyikan asal usul uang tersebut dari pemerintahan atau otoritas yang

berwenang melakukan penindakan terhadap tindak kejahatan dengan cara

terutama memasukkan uang tersebut kedalam sistem keuangan (Financial system) sehingga apabila uang tersebut kemudian dikeluarkan dari system keuangan itu,

maka keuangan itu telah berubah menjadi uang yang sah.

Pencucian uang dipergunakan sebagai istilah yang menggambarkan

investasi uang atau transaksi uang secara lain, yang berasal dari kejahatan yang

terorganisir, transaksi tidak sah di idang narkotika dan sumber tidak sah lainya,

dengan tujuan investasi atau transaksi agar uang tersebut melalui saluran-saluran

sah, sehingga sumber asli (asal) tidak dapat di lacak kembali (penghapusan jejak

untuk menelusuri sumber asal uang tidak sah).

14

(13)

13

Istilah Money Laundering diterjemahkan dengan pencucian uang. Pemicu dari tindak pidana pencucian uang sebenarnya adalah suatu tindak pidana atau

aktivitas kriminal, seperti korupsi, perdagangan wanita dan anak-anak, terorisme,

penyuapan, penyelundupan, penjualan obat-obat terlarang, judi, prostitusi, tindak

pidana perbankan dan praktek- praktek tidak sehat lainnya.

Adanya kegiatan Money Laundering ini memungkinkan para pelaku tindak pidana untuk menyembunyikan atau mengaburkan asal-usul sebenarnya dari suatu

dana atau uang hasil tindak pidana yang dilakukan. Melalui kegiatan ini pula para

pelaku akhirnya dapat menikmati dan menggunakan hasil tindak pidananya secara

bebas seolah-olah tampak sebagai hasil kegiatan yang sah/legal. Dengan semakin

berkembangnya hasil tindak pidana dan tindak pidana itu sendiri, mereka dapat

mempunyai pengaruh yang kuat di bidang ekonomi atau politik yang sudah tentu

dapat merugikan orang banyak.

Sejalan dengan perkembangan teknologi dan globalisasi disektor

perbankan, dewasa ini bank telah menjadi sarana utama untuk kegiatan Money Laundering dikarenakan sektor inilah yang banyak menawarkan jasa-jasa dan instruments dalam lalu lintas keuangan, yang akan digunakan untuk

menyembunyikan/menyamarkan asal-usul suatu dana.

Adanya globalisasi perbankan maka melalui sistem perbankan dana hasil

kejahatan mengalir atau bergerak melampaui batas yurisdiksi negara dengan

memanfaatkan faktor rahasia bank yang umumnya dijunjung tinggi oleh

(14)

14

negara ke negara lain yang belum ditopang oleh sistem hukum yang kuat untuk

menanggulangi kegiatan pencucian uang atau bahkan bergerak ke negara yang

menerapkan ketentuan rahasia bank secara sangat ketat.15

1.6. Metode Penelitian 1.6.1. Tipe Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian eksplanatif16 . Penulis berusaha menggambarkan Bagaimana Respon Singapura terhadap peraturan

ASEAN dalam mengatasi Kejahatan Pencucian Uang (Money Laundering) dan seberapa besar pengaruhnya terhadap kasus pencucian uang di Singapura, karena

dalam Asia Tenggara sendiri telah disepakati bahwa tiap Negara bersedia untuk

memerangi kejahatan non tradisional dalam hal ini Kejahatan Lintas Negara pada

umumnya dan Money Laundering pada khususnya.

1.6.2. Peringkat Analisis

Terdapat dua macam peringkat analisis yang digunakan untuk menentukan

apa yang harus diamati, yaitu, unit analisis dan unit eksplanasi. Unit analisis

merupakan sesuatu yang perilakunya hendak dideskripsikan, dijelaskan, dan

diramalkan. Dengan kata lain, unit analisis ini bisa juga disebut sebagai variabel

dependen, yaitu varibel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lainnya.

Sementara, unit eksplanasi merupakan sesuatu yang dampaknya terhadap unit

analisis hendak diamati. Untuk itu, unit eksplanasi bisa juga disebut sebagai

15

Money Laundering : A Banker‟s Guide to Avoiding Problems

16

(15)

15

variabel independen, yaitu variabel yang keberadaannya mempengaruhi variabel

dependen17. Dengan demikian, unit eksplanasi sangat menentukan dinamika yang terjadi dalam unit analisis. Secara umum, terdapat tiga kemungkinan yang bisa

dipakai ketika menggunakan tingkat analisis tersebut18. Pertama, analisis induksionis, apabila unit eksplanasinya lebih tinggi tingkatannya dibandingkan

dengan unit analisisnya. Kedua, analisis korelasionis, apabila unit eksplanasinya

memiliki tingkatan yang sama dengan unit analisisnya. Ketiga, analisis

reduksionis, apabila unit eksplanasinya lebih rendah tingkatannya dibandingkan

dengan unit analisisnya.

Dalam metodologi penulisan ini, terdapat dua variable yang diidentifikasi

sebagai alat penelitian yakni unit analisis dan unit eksplanasi:

1. Respon Singapura (Negara - Bangsa) sebagai Unit analisisnya atau

variabel dependenya, sering terjadinya Pencucian Uang di Singapura

adalah fenomena yang hendak di amati oleh peneliti. Namun pencegahan

yang dilakukan oleh Singapura sendiri dirasa kurang maksimal sehingga

banyak anggapan bahwa pencucian uang di Singapura sendiri masih saja

terjadi. Dengan adanya kebijakan ASEAN yang memasukkan pencucian

uang sebagai kejahatan menjadikan Singapura harus turut serta dalam

penanganan Pencucian uang ini.

2. Sedangkan Kebijakan ASEAN dalam penanggulangan Pencucian Uang

(Sistem Internasional – Regional), Sebagai unit eksplanasi atau variabel

(16)

16

independen dalam penulisan ini, Agenda regional ASEAN yang ingin

menanggulangi kejahatan lintas negara, sehingga memaksa negara-negara

anggota untuk mengikuti kebijakan regional dalam hal ini pencucian uang

dari beberapa kejahatan finansial seperti korupsi, terorisme yang ingin

diteliti menjadi sebuah fenomena yang ingin dijelaskan oleh peneliti

sehingga memiliki keterikatan dengan variabel Respon Singapura dalam

hal ini sebagai Negara.

Dalam penulisan ini menggunakan level analisa reduksionis dimana

kedudukan unit analisanya lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan unit

eksplanasi. Unit eksplanasi dalam penulisan ini adalah Kebijakan ASEAN dalam

mengatasi Pencucian uang (Sistem Internasional - Regional). Sedangkan unit

analisisnya adalah Respon Singapura (Negara - Bangsa).

1.6.3. Teknik Pengumpulan Data

Karena penelitian ini menggunakan jenis data sekunder maka teknik

pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan studi kepustakaan19 baik dari buku, jurnal, surat kabar, dokumen resmi maupun internet. Teknik pengumpulan data

diawali dengan mengumpulkan data sebanyak mungkin. Setelah dikumpulkan,

data diseleksi dan dikelompokkan ke dalam beberapa bab pembahasan yang

disesuaikan dengan sistematika penulisan.

19

(17)

17 1.6.4. Teknik Analisa Data

Teknik yang digunakan untuk menarik kesimpulan dari data-data yang

dipakai adalah teknik deduktif, yaitu menganalisa hal-hal yang bersifat umum

menjadi khusus. Analisa ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal yang ada,

sehingga hasil penelitian dan data-data yang diperoleh tersebut dapat memberikan

dukungan terhadap teori yang digunakan. Teknik analisa ini dapat juga disebut

sebagai teknik deskriptif analitis20

1.6.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian in dibatasi pada waktu terbentuknya konstitusi

tentang Pencucian Uang yang telah di amandemen hingga saat ini. Serta tingkat

efektifitas penanggulangan kejahatan pencucian uang di dalam negeri Singapura.

Dinamika yang dianalisa pada kurun waktu 1990-2009 setelah konstitusi yang di

amandemen oleh parlemen Singapura tahun 2009 dipakai sebagai batasan dalam

ruang lingkup ini dikarenakan beberapa data sekunder yang dijadikan sebagai

referensi merujuk pada tahun 2009, sedangkan data-data resmi seperti laporan dari

hasil penelitian tahun 2010 belum dipublikasikan.

20

(18)

18 1.6.6. Alur Pemikiran

Gambar 1.1 Alur Pemikiran 1.7. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran dan permasalahan diatas, maka penulis

dapat mengambil membuat dan merumuskan hipotesis. Dimasukkannya

Pencucian uang sebagai suatu kejahatan terorganisir dan melintasi batas negara

oleh Dunia memaksa negara-negara membuat peraturan dalam menangani

permasalahan pencucian uang. Singapura sebagai negara yang mengandalkan

perekonomian sebagai sumber devisa negara juga membuat peraturan dalam

menangani pencucian uang mengadaptasi standart yang diberikan FATF yang

merupakan Standart Internasional dalam penanganan pencucian uang. ASEAN

dalam hal ini sebagai Rezim Internasional atas regional Asia Tenggara berperan

(19)

19

sangat penting sebagai “penegak hukum” yang mengawasi negara-negara

anggotanya dalam menaati kesepakatan antar negara-negara di kawasan serta

bekerjasama dalam menangani masalah pencucian uang khususnya di Asia

tenggara.

Adanya undang-undang dalam penanganan pencucian uang di Singapura

membuktikan bahwa kawasan berperan penting dalam penegakan peraturan yang

telah disepakati oleh negara-negara anggota ASEAN.

1.8. Struktur penulisan

Struktur penulisan dalam kegiatan penelitian ini terbagi ke dalam empat (empat)

bab, antara lain :

Bagian Bab Judul Pembahasan

Satu Bab I Pendahuluan Latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, teori

dan konsep, penelitian terdahulu,

metode penelitian, analisa data,

hipotesa

Dua Bab II Kasus Kejahatan

Pencucian Uang di

ASEAN

- Penjelasan tentang

Kejahatan Pencucian

Uang di kawasan Asia

Tenggara.

(20)

20

dalam penanggulangan

masalah pencucian uang

di Asia Tenggara.

Bab III Kebijakan Singapura

Sebagai Respon

Kebijakan ASEAN atas

masalah pencucian

Uang di Asia Tenggara.

Menjelaskan bagaimana respon

Singapura dalam menanggulangi

masalah Pencucian Uang

sebagai respon atas kebijakan

ASEAN serta kebijakan –

kebijakan yang telah di ambil

dalam mengatasinya.

Bab IV Penutup Menjelaskan Respon Singapura

terhadap kebijakan ASEAN

dalam penanganan kejahatan

(21)

SKRIPSI

RESPONS SINGAPURA TERHADAP PERATURAN

ASEAN DALAM PENANGANAN MASALAH

PENCUCIAN UANG

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Strata-1

Jurusan Hubungan Internasional

Oleh :

Ferry Dodi Sunanto

07260084

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(22)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Ferry Dodi Sunanto

NIM : 07260084

Jurusan : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Respon Singapura Terhadap Peraturan ASEAN

Dalam Penanganan Masalah Pencucian Uang”

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional

Dan dinyatakan LULUS

Pada hari Sabtu,

(23)

LEMBAR PENGESAHAN

a. Judul proposal Skripsi :

“Respon Singapura Terhadap Peraturan ASEAN Dalam Penanganan Masalah Pencucian Uang”

b. Identitas Mahasiswa :

1. Nama : Ferry Dodi Sunanto

2. NIM : 07260084

3. SKS yang Ditempuh : 154

4. IPK : 3,02

c. Dosen Pembimbing : Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si

(24)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Ferry Dodi Sunanto

NIM : 07260084

Jurusan : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi :

(25)

LEMBAR ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ferry Dodi Sunanto

Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 13 Februari 1988

NIM : 07260084

Jurusan : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) dengan judul :

RESPON SINGAPURA TERHADAP PERATURAN ASEAN DALAM PENANGANAN MASALAH PENCUCIAN UANG

Adalah bukan karya tulis ilmiah (Skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun

seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya

dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi berdasarkan ketentuan

yang berlaku

(26)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Sang Penguasa Alam Semesta

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada seluruh makhluk-Nya.

Salawat serta salam kami junjungkan kepada Rasulullah SAW, Keluarga, Sahabat

dan Umat yang telah mengikuti beliau. Atas ijin dan petunjuk-Nya skripsi dengan

judul “Respon Singapura Terhadap Peraturan Asean Dalam Penanganan

Masalah Pencucian Uang” ini dapat diselesaikan.

Peneliti mengharapkan penelitian ini bisa nebjadi karya yang bermanfaat

bagi kemajuan ilmu pengetahuan Hubungan Internasional sehingga dapat menjadi

bahan referensi yang bersifat solutif dalam rangka mengatasi persoalan-persoalan

yang konfliktual di tengah masyarakat. Namun, keterbatasan dan kelemahan

peneliti ini jualah yang menjadikan penelitiaan ini jauh dari kesan sempurna.

Namun peneliti optimis bahwa sekecil apapun informasi yang bisa diberikan dari

karya ilmiah ini semoga menjadi magnet yang bisa memunculkan karya yang

lebih besar lagi dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Usaha dan kerja keras dalam merampungkan karya akhir ini sebagai

seorang mahasiswa ini tidak lahir dari peneliti semata. Ada banyak tangan,

sumbangan pemikiran dan tenaga yang ikut ambil bagian didalamnya, dimulai

dari penyusunan hingga rampungnya skripsi ini. Oleh karena itu apresiasi dan

ucapan terima kasih wajib peneliti berikan kepada mereka. Untuk itu penulis

dengan segala kerendahan hati ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua peneliti Bapak Eko Sundoyo dan Ibunda tercinta Sumei

Nawang Rahayu yang telah mendidik dan membesarkan peneliti sampai

sekarang, tanpa dukungan mereka peneliti tidak akan bisa seperti

sekarang. Begitu banyak pengorbanan yang telah dilakukan, tanpa itu

(27)

Stefian dani, serta seluruh keluarga besar yang selalu medukung selama

ini, terima kasih atas doa dan dukungannya, kalian adalah segalanya.

2. Kepada Seluruh Ketua Jurusan Hubungan Internasional (karena peneliti

melewati 3x pergantian Ketua jurusan), Seluruh Dosen Wali (2x

pergantian) dan seluruh dosen-dosen yang ada di Jurusan Ilmu hubungan

Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Malang. Bimbingan, Bantuan, saran dan kritik dari bapak

ibu semua membuat peneliti mampu bertahan untuk menyelasikan

penelitian ini.

3. Bapak Ruli Inayah Ramadhoan, S.Sos, M.Si dan Bapak Tony Dian

Efendy, S.Sos,. M.Si selaku Dosen Pembimbing dari penelitian ini. Hanya

dengan petunjuk dan kemudahan dari beliau berdua, skripsi ini bisa

peneliti selesaikan. Secara khusus peneliti sampaikan ucapan terima kasih

kepada kedua pembimbing yang membantu peneliti dalam pemudahan

bahan-bahan selama proses penyelesaian skripsi ini.

4. Kepada sahabat : Ajjuma Helmia Asyatri yang telah memberika ide teori

dalam penelitian ini, Darmawan Muklis dan pasangannya Regina Melati

yang selama ini menemani jalan-jalan, serta mantan pacar yang telah

menemani selama 4 tahun (namun akhirnya kandas) terima kasih atas

dukungannya selama ini, dan kepada seseorang (I.S.P.P) yang selalu

cerewet dalam memberi semangat diakhir-akhir waktu penyelesaian

skripsi ini peneliti ucapkan terima kasih.

5. Terakhir, kepada kawan-kawan Kontrakan ATEN 186 : Audi Fahd, Moh.

Abu Bakar, Doni Irwansyah, Sunarya Jaya, ahmad Juhairi, Firdaus

Asmarinda, Wahyu Hidayat, Herwanto, Ahmad Yoni Setiawan, Ferry Dwi

(28)

Bila terdapat kekeliruan serta kesalahan yang peneliti lakukan secara

sengaja atau tidak sengaja, maka sepatutnya peneliti mohon maaf

sebesar-besarnya. Peneliti menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Namun

peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amiiin

Malang, 29 Oktober 20013

Peneliti,

(29)

xi

DAFTAR ISI

Lembar Sampul Cover Dalam ... i

Lembar Pengesahan Proposal ... ii

Lembar Persetujuan Skripsi ... iii

Lembar Pengesahan ... iv

Lembar Orisinalitas ... v

Ucapan Terima Kasih ... vi

Abstraksi Indonesia ... ix

Abtraksi Inggris ... x

Daftar isi ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan penelitian ... 6

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 7

1.4 Kajian Pusataka /Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

1.5 Teori dan Konsep ... 9

1.5.1. Teori International Regime ... 9

1.5.2. Konsep Money Laundering ... 12

1.6 Metode Penelitian... 14

(30)

xii

1.6.2 Peringkat Analisis ... 14

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data ... 16

1.6.4 Teknik Analisa Data... 17

1.6.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 17

1.7. Alur Pemikiran ... 18

1.8. Hipotesis ... 18

1.9. Struktur Penulisan ... 19

BAB II KEJAHATAN TRANSNASIONAL PENCUCIAN UANG DAN KEBIJAKAN ASEAN DALAM PENANGANAN MASALAH PENCUCIAN UANG 2.1. Kejahatan Pencucian Uang (Money Laundering) Sebagai Bentuk Kejahatan Transnasional ... 21

2.1.1 Definisi Pencucian Uang (Money Laundering) ... 21

2.1.2 Sejarah Pencucian Uang ... 23

2.2. Kasus – Kasus Kejahatan Pencucian Uang Yang Di Asia Tenggara ... 25

2.2.1 Faktor Pencucian Uang di Asia Tenggara... 27

2.2.2 Proses Pencucian Uang ... 31

2.3 Kerjasama Internasional dalam Menangani Pencucian Uang ... 32

(31)

xiii BAB III Kebijakan Singapura Sebagai Respon Kebijakan

ASEAN terhadap Pencucian Uang di Asia Tenggara

3.1 Liberalisme Politik Perekonomian Singapura ... 45

3.2 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Singapura dengan

Meningkatnya angka Pencucian Uang ... 46

3.3 Respon Singapura terhadap peraturan ASEAN terhadap

Pencucian Uang di Asia Tenggara ... 48

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pertemuan ASEAN tentang Penanganan Kejahaan

Lintas negara ... 38

DAFTAR GAMBAR

(32)

57 Daftar Pustaka

Buku :

A Compilation Of Asean Declarations, Joint Declarations, And Statements On

Combating Transnational Crime And Terrorism, Asean

Secretariat, 2007

Allan Castle & Bruce Broomhall., The International Money Laundering Regime

and the Asia Pacific: Pairing Multilateral Co-operation with

Domestic Institutional Reform, International Centre for Criminal

Law Reform & Criminal Justice Policy , 1822 East Mall,

Vancouver, BC , Canada V6T 1Z1

Bantarto Bandoro, Agenda dan Penataan Keamanan di Asia Pasifik, 1996, CSIS

FATF (Financial Action Task Force),2007, Guideance on The Risk-Based

Approach to Combating Money Laundering and Terorist

Financing, High Level Principles and Procedurs, FATF

Secretariat, France

Francisco Ed. Lim, Anti-Money Laundering Initiatives: Ramifications On The

Legal Profession

James R. Richards, 2000, Transnational Criminal Organizations, Cybercrime,

and Money Laundering,Money Laundering Teqnique, CRC Press

LLC, Florida

(33)

58 Marulak Pardede, Sh, Masalah Money Laundering Di Indonesia, Jakarta : Badan

Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Dan Hak

Asasi Manusia , 1994-1995

Mas'oed, m. 1990. Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi.

jakarta: pustaka LP3ES Indonesia

McCusker, Rob, Underground Banking: Legitimate Remittance Network or

Money Laundering System?, Canberra Act 2601, Australia

Mohammad Nazir,Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998

Monetary Authority Of Singapore Act (CHAPTER 186) dan MAS Notice 626

(Amendment) 2009

Monetary Authority Of Singapore (Anti-Terrorism Measures) Regulations, 2002,

Monetary Authority Of Singapore Act

Munir Fuady, Bisnis Kotor (Anatomi Kejahatan Kerah Putih), Bandung: PT.

CITRA ADITYA BAKTI, 2004

Nurmalawati, Faktor Penyebab Terjadinya Tindakan Pencucian Uang (Money

Laundering) Dan Upaya Pencegahannya, Universitas Sumatera

Utarajurnal Equality, Vol 11 No. 1 Februari 2006

Of ce of the Comptroller of the Currency, Money Laundering : A Banker s Guide

to Avoiding Problems, Washington, DC, 2002

Report FATF, 2008, Third Mutual Evaluation Report Anti-Money Laundering

And Combating The Financing Of Terrorism, 2 rue André-Pascal,

(34)

59 Richards, James R,Transnational Criminal Organizations, Cybercrime & Money

Laundering : A Handbook For Law Enforcement Officers,

Auditors, And Financial Investigators, CRC Press LLC, London,

1999

Ronald K. Noble and C. E. Golumbic, A New Anti-Crime Framework For The

World: Merging The Objective And Subjective Models For

Fighting Money Laundering , Int l And Pol

Ricard, R James, Transnational. Criminal. Organizations. Cybercrime. and.

Money. Laundering, CRC PRESS, London, 1999

Sumadi Suryabrata, 1997,Metodologi Penelitian, Jakarta: P.T. Raja Grafindo

Sutan Remy Sjahdeini, Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang Dan

Pembiayaan Terorisme, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2004

Ulber Silalahi, 2009, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Refika Adhitama

Persada

Yunus husein,2007, Bunga Rampai Pencucian Uang, Jakarta: Books Terrace &

Library, 2007

Yunus Husein, SH, 2007, Upaya Memberantas Pencucian Uang (Money

(35)

60

Web site / Internet :

Bernstein, L. K. (1998). The Myanmar-Singapore Axis: Globalizing the Heroin

Trade. Dipetik maret 9, 2011, dari third world traveler:

http://www.thirdworldtraveler.com/Global_Secrets_Lies/Myanma

rSingapore_Drugs.html

Janoi, K. K. (2007, oktober 27). asia calling. Dipetik maret 9, 2011, dari

Myanmar, Produsen Opium Terbesar Kedua di Dunia :

http://asiacalling.kbr68h.com/index.php?option=com_content&vi

ew=article&id=1204:Myanmar-the-worlds-second-biggest-producer-of-opium&Itemid=390&lang=ins

Kin, L. S., 2006, Cross-Border Statutes and Other Measures To Curb Money

Laundering In Singapore, diakses pada 2 juni 2011, dari ASIA

TENGGARA Law Association , dalam http://www.Asia

Tenggaralawassociation.org/LeeSeiuKin.pdf.

Untung S, 2011, ASEAN Gelar Pertemuan Tingkat Menteri Bahas Kejahatan

Lintas Negara, di akses 09 October 2011,

http://www.infopublik.org/index.php?page=news&newsid=8017

Wartakota, 2011, Wah, Singapura Perketat UU Pencucian Uang, Wartakota,

http://www.wartakota.co.id/mobile/detil/63378 , di akses 1 Mei

(36)

61

ASEAN Political-Security Community ,ASEAN Plan Of Action To Combat

Transnational Crime, 2009, diakses tanggal 1 Mei 2012

http://www.asean.org/16133.htm

Asean News Network, 2009, Sejarah modern Singapura, dalam

http://www.aseannewsnetwork.com/diakses tanggal 2 April 2012

UN TREATY,2000 United Nations Convention against Transnational Organized

Crime, United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC),

2000,http://www.unodc.org/pdf/crime/a_res_55/res5525e.pdf

ASIA PACIFIC DEFENCE FORUM, Pencucian uang Menghancurkan Lingkaran

itu, vol. 36, terbitan ke 4, 2011,www.apdforum.com

Agung, Uji Santosa, 2011, Singapura perketat UU pencucian uang, Kontan,

http://internasional.kontan.co.id/news/Singapura-perketat-uu-pencucian-uangdi akses tanggal 1 Mei 2012

Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini, SH.(Chairman of Law Officer of Remy & Darus,

President & CEO of Business Reform & Reconstruction

Corporation (BRRC), dalam Makalah yang disajikan pada

diskusi terbatas Praktek Pencucian Uang dan Kerugian

Negara yang diselenggarakan oleh Pusat Pelaporan dan

Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) bekerjasama dengan

Indonesia Australia TAMF dan InterMatrix Communications,

pada hari Rabu tanggal 16 April 2003 di Jakarta Media Center

(37)

62

http://www.interpol.go.id/kejahatan-transnasional/pencucian-uang/97-kerugian-negara-akibat-pencucian-uang di akses tanggal

5 mei 2012

http://www.mas.gov.sg/legislation_guidelines/aml/Anti_Money_Laundering_and

_Countering_The_Financing_of_Terrorism.html

Money Laundering : a Banker;s Guide To Avoiding Problems,

http://occ.treas.gov/launder/org.htm , p.2. Lihat juga Penjelasan

Umum UU No. 15 Tahun 2002 mengenai pengertian placement,

Gambar

Gambar 1.1 Alur Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk (1) mendeskripsikan tentang kemampuan membaca pemahaman teks sastra mahasiswa semester III

untuk menghapus mail, pilih mail yang akan dihapus dari messages list , lalu click tombol delete pada toolbar, atau buka menu File , lalu pilih Delete. - mengembalikan mail

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 3 ayat (2) Undang- Undang Nomor 20

[r]

Apabila calon pemenang, calon pemenang cadangan 1 (satu) dan/atau calon pemenang cadangan 2 (dua) yang tidak hadir dalam pembuktian kualifikasi dengan alasan

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa angka positif pada koefesien korelasi sebesar 0.282 dan nilai signifikansi sebesar 0.005 < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha

Berencana Kota Medan, Kredibilitas komunikasi PLKB sebagai tenaga penyuluh lapangan secara jujur, profesional, dinamis dan objektif tersebut berdampak pada peningkatan

Pendeta belum memahami bahwa sebenarnya permasalahan yang sedang dihadapi pasangan suami istri bukan masalah spiritualnya tetapi masalah permahaman persepsi yang