• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PERSEPSI SUAMI TERHADAP KESETARAAN GENDER DITINJAU DARI PERAN ISTRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PERSEPSI SUAMI TERHADAP KESETARAAN GENDER DITINJAU DARI PERAN ISTRI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PERSEPSI SUAMI TERHADAP KESETARAAN GENDER

DITINJAU DARI PERAN ISTRI

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Anisa Rahma

07810065

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

PERBEDAAN PERSEPSI SUAMI TERHADAP KESETARAAN GENDER

DITINJAU DARI PERAN ISTRI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh :

Anisa Rahma

07810065

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan segala hidayah,

kasih sayang serta rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Persepsi Suami Terhadap Kesetaraan Gender Ditinjau Dari Peran Istri”.

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1) di

Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Saya menyadari sebagai seorang manusia tidak akan pernah luput dari kesalahan,

kekurangan, dan kekhilafan. Namun, atas dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati saya

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1.

Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang.

2.

Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Si, selaku dosen pembimbing I atas segala dukungan, saran

dan senantiasa sabar didalam membimbing penulis disela-sela kesibukannya.

3.

Bpk Zainul Anwar, M.Psi, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan

masukan dan waktu dalam membimbing penulis.

4.

Bpk Salis Yuniardi, M.Psi, selaku dosen wali yang telah memberikan dukungan dan

arahan pada penulis.

5.

Kepada ayah dan bundaku yang tercinta, Bpk Muliadi dan Ibu Susiati atas segala doa,

dukungan, kasih sayang dan cintanya yang tulus yang diberikan selama ini.

6.

Raya Agus Prasetyo, yang selalu memberikan kasih sayangnya, dukungan, motivasi,

perhatian dan bantuannya selama penyelesaian skripsi ini.

7.

Sahabat-sahabat terbaik penulis, yang tak henti-hentinya memberi dukungan dan selalu

membantu penulis hingga selesainya skripsi ini, yaitu : Ratih (ndut), Ririz, Nina, Ardi,

Icha, Gian, Naila.

8.

Teman-teman kelas B psikologi angkatan `07, atas kebersamaannya selama ini.

9.

Teman-teman part time Perpustakaan Pusat Universitas Muhammadiyah Malang atas

(7)

(Bang Igoy) dan terima kasih banyak pada Mas Syaiful yang selama ini telah banyak

membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

10.

Sahabat-sahabat KKN, yang telah memberi motivasi dan dukungannya selama ini, yaitu :

Kakak pipit (Fitri), Mas Bodo` (Priambodo) dan terimakasih banyak pada Papi (Kristya

Kembara) yang telah banyak membantu dalam menyusun skripsi ini.

11.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan

banyak bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Sebagai penutup penulis menyadari bahwa tugas akhir yang sederhana ini masih jauh dari

sempurna. Oleh sebab itu, kritikan dan saran sangat penulis harapkan guna kesempurnaan karya

sederhana ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu`alaikum Wr. Wb.

Malang, 28 Maret 2012

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN………..

i

LEMBAR PENGESAHAN………...

ii

SURAT PERNYATAAN………..

iii

KATA PENGANTAR………

iv

INTISARI……….. vi

DAFTAR ISI………... vii

DAFTAR TABEL……….

ix

DAFTAR LAMPIRAN……….

x

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……… 1

B. Rumusan Masalah………..

8

C. Tujuan Penelitian………

8

D. Manfaat Penelitian………..

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi……… 9

B. Kesetaraan Gender………..

12

C. Peran Istri………. 16

D. Perbedaan Persepsi Suami Terhadap Kesetaraan Gender Ditinjau Dari

Peran Istri………. 17

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian………. 22

B. Variabel Penelitian……… 22

C. Populasi dan Sampel………. 23

(9)

E. Validitas dan Reliabilitas……….. 26

F. Analisa Data………. 28

BAB IV PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data………. 30

B. Hasil Analisa Data……… 31

C. Pembahasan………. 32

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan……….

35

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Blue Print Skala Persepsi Suami Terhadap Kesetaraan Gender……….. 26

Tabel 2

Validitas Skala Persepsi Suami Terhadap Kesetaraan Gender……… 27

Tabel 3

Nilai Reliabilitas Skala Persepsi Suami Terhadap Kesetaraan Gender…………... 28

Tabel 4

Pengelompokan Persepsi Suami Terhadap Kesetaraan Gender………... 31

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Skala Persepsi Suami Terhadap Kesetaraan Gender………

38

Lampiran 2

Data Penelitian………..

43

Lampiran 3

Uji Validitas………..

45

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 1998.

Sikap manusia, teori dan pengukurannya

. Yogayakarta :

Pustaka

Davidoff, L. 1988.

Psikologi suatu pengantar

. Jakarta : Erlangga

Fakih, M. 1996.

Analisis

gender dan transformasi sosial

. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar Offset

Gerungan, W. A. 1991.

Psikologi sosial

. Bandung : PT Eresco

Handayani, T. & Sugiarti. 2002.

Konsep dan teknik penelitian gender

. Malang :

UMM Press

Irwanto. 2002.

Psikologi umum, buku panduan mahasiswa

. Jakarta : PT Karim

Gramedia Pustaka Utama

M. A. 2007.

Keistimewaan nafkah suami dan kewajiban istri

. Jakarta :

Qultum Media

King, E. M. & Mason, A. D. 2000.

Pembangunan berperspektif gender

. Bank

Dunia : Amerika

Megawangi, R. 1999.

Membiarkan berbeda

. Bandung : Mizan anggota IKAPI

Mufidah, Ch. 2004.

Paradigma gender edisi revisi

. Malang : Bayumedia

Publishing

Munandar, U. S. C. 1983.

Emansipasi dan peran ganda wanita indonesia

.

Jakarta : UI Press

Poerwanti, E. 2000.

Dimensi-dimensi riset ilmiah

. Malang : UMM

Rakhmat, S. 1996.

Psikologi komunikasi

. Jakarta : Erlangga

Robbins, S. P. 1996.

Perilaku organisasi, konsep kontroversi aplikasi

.

Yogyakarta : Aditya Media

Sadli, S. 2010.

Berbeda tetapi setara, pemikiran tentang kajian perempuan

.

Jakarta : Kompas Media Nusantara

Sajogyo, P. 1983.

Peranan wanita dalam perkembangan masyarakat desa

.

Jakarta : CV Rajawali

(13)

Sears, D. O. & Freedman, J. 1985.

Psikologi sosial

. Jakarta : Erlangga

Simanjuntak, P. N. H. 1999.

Pokok-pokok hukum perdata indonesia

. Jakarta :

Djambatan

Sumbullah, U. 2008.

Spektrum gender

. Malang : UIN Press

Suprihatin. 2004.

Perbedaan persepsi terhadap kesetaraan gender antara laki-

laki dan perempuan

(Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang, Jawa Timur)

Thoha, M. 1983.

Perilaku organisasi, konsep dasar dan aplikasinya

. Jakarta :

PT Raja Grafindo Persada

Walgito, B. 2000.

Pengantar psikologi umum

. Yogyakarta : Andi Offset

Winarsunu, T. 2009.

Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan

.

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka

semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam

pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai

suku bangsa, adat dan kebudayaan daerah yang menjadikan kesempatan yang

diberikan kepada perempuan belum mendapat hasil yang memuaskan. Pada

saat ini pemerintah sedang mengembangkan konsep pembangunan

berwawasan gender dan kemitrasejajaran antara laki-laki dan perempuan,

yaitu memusatkan atau mementingkan fungsi dan peran laki-laki dan

perempuan yang mengandung pengetahuan adanya fokus pada kegiatan yang

dapat dikerjakan dengan baik oleh laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan

perempuan pada konsep ini memiliki kemampuan yang sama, sehingga

masing-masing memiliki potensi yang dapat difungsikan dan dapat

diperankan.

Perubahan pandangan dari pola tradisional ke modern sebenarnya

merupakan hal yang wajar. Beberapa ahli menyatakan bahwa semakin tinggi

tingkat pendidikan yang dicapai perempuan, maka semakin besar pula

kemungkinan mereka untuk menerima pandangan dan wawasan baru. Namun

adanya kemajuan perempuan dianggap membahayakan kedudukan, peran dan

wibawa kaum laki-laki sebagai kepala rumah tangga.

Saat ini telah banyak perempuan yang memasuki dunia kerja, ada

berbagai alasan yang mendorong mereka untuk bekerja dan meninggalkan

rumah antara lain untuk mandiri secara ekonomi tidak bergantung pada suami,

menambah penghasilan keluarga, menghindari rasa kebosanan atau mengisi

waktu luang, serta minat dan keahlian tertentu yang ingin dimanfaatkan untuk

mengembangkan diri agar tidak terbelenggu oleh rutinitas pekerjaan rumah

(15)

2

dapat berkontribusi pada hubungan yang lebih setara antara suami istri dan

meningkatkan rasa harga diri bagi perempuan (Santrock, 1983).

Sebagai seorang ibu rumah tangga bertugas mendampingi dan

mensupport suami dan membesarkan dan mendidik anak-anak. Beberapa

wanita memandang peran ini sebagai tugas yang paling penting dan

merupakan prioritas utama dari segala peran yang dimiliki. Semua perhatian

dan kasih sayang yang dimiliki dilimpahkan kepada suami dan anak-anak.

Lebih jauh lagi, mendidik putra-putrinya dengan baik menjadi tujuan utama

hidupnya. Dari peran istri sebagai ibu rumah tangga itu akan membatasi ruang

gerak perempuan karena waktunya akan lebih tersita untuk suami dan anak,

sehingga tidak dapat lagi mengembangkan dirinya sebagai individu. Dari

kedua peran istri sebagai ibu rumah tangga dan peran istri sebagai wanita karir

atau peran ganda tersebut merupakan perbedaan di mana seorang suami

memandang kedua peran tersebut setara gender atau tidak. Jika suami

memandang tidak setara gender maka akan menimbulkan masalah dan itu

akan menyebabkan diskriminasi terhadap kaum perempuan.

Sejarah perkembangan gender antara laki-laki dan perempuan terjadi

melalui sosialisasi, penguatan dan konstruksi sosial kultur, keagamaan bahkan

melalui kekuasaan dan ketentuan biologis yang tidak dapat diubah lagi,

sehingga sering disebut dengan kodrat. Misalnya kaum perempuan sifatnya

lemah lembut, sifat memelihara dan sifat emosional yang dimiliki kaum

perempuan dikatakan sebagai kodrat perempuan. Sedangkan sosialisasi

konstruksi sosial tentang gender ini secara evolusi akhirnya mempengaruhi

perkembangan masing-masing jenis kelamin. Sifat gender laki-laki harus kuat

dan agresif sehingga konstruksi sosial itu membuat laki-laki terlatih dan

termotivasi untuk mempertahankan sifat yang ditentukan tersebut, yang

memang laki-laki lebih kuat dan lebih besar. Sebaliknya karena konstruksi

sosial bahwa perempuan harus lemah lembut, maka sejak kecil sosialisasi

perempuan tersebut mempengaruhi perkembangan emosi, visi dan ideologi

perempuan, serta perkembangan fisik dan biologis mereka. Karena proses

(16)

3

gender tersebut dikonstruksi atau kodrat biologis ketentuan Tuhan (Handayani

dan Sugiarti, 2002).

Persoalannya, jika konstruksi gender dianggap sebagai kodrat,

akibatnya gender mempengaruhi keyakinan manusia serta budaya masyarakat

tentang bagaimana laki-laki dan perempuan berpikir, bertindak dengan

ketentuan sosial tersebut. Pembedaan yang dilakukan oleh aturan masyarakat

dan bukan perbedaan biologis itu dianggap ketentuan Tuhan. Masyarakat

sebagai kelompoklah yang menciptakan perilaku yang dianggap sebagai

keharusan untuk membedakan antara laki-laki dan perempuan. Selanjutnya

diwariskan dari generasi ke generasi dan mendominasi yang akhirnya

lama-kelamaan pembagian keyakinan gender dianggap alamiah, normal dan

merupakan kodrat sehingga bagi mereka yang melanggar dianggap tidak

normal. Oleh karena itu dalam kurun waktu yang berbeda pembagian gender

berbeda-beda. Handayani dan Sugiarti (2002) menyatakan bahwa manifestasi

ketidakadilan gender tersosialisasikan pada kaum laki-laki dan perempuan

secara mantap, yang mengakibatkan ketidakadilan tersebut merupakan

kebiasaan dan akhirnya dipercayai bahwa peran gender itu seolah-olah

merupakan kodrat dan akhirnya diterima masyarakat secara umum. Hal ini

disebabkan karena terdapat kesalahan makna gender karena sebenarnya

gender itu berdasarkan pada konstruksi sosial yang justru dianggap sebagai

kodrat yang berarti ketentuan Tuhan. Misalnya pekerjaan domestik, seperti

merawat anak dan merawat rumah itu sangat melekat dengan tugas

perempuan, yang akhirnya dianggap kodrat. Padahal sebenarnya

pekerjaan-pekerjaan tersebut adalah konstruksi sosial yang dibentuk, sehingga dapat

dipertukarkan atau dapat dilakukan laki-laki maupun perempuan (Handayani

dan Sugiarti, 2002).

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa ketidakadilan tersebut

terjadi sebagai akibat adanya ketidakseimbangan hubungan antara laki-laki

dan perempuan. Misalnya pola pendidikan dalam keluarga yang menerapkan

pola patriarkhi (pola pendidikan yang menggambarkan dominasi laki-laki atas

(17)

4

berlanjut pada dominasi laki-laki dalam berbagai bidang kemasyarakatan

(Sumbullah, 2008). Patriarkhi adalah konsep bahwa laki-laki memegang

kekuasaan atas semua peran penting dalam masyarakat dan kehidupan,

sehingga hal ini seringkali membentuk nilai pembeda antara laki-laki dan

perempuan.

Budaya patriarkhi telah melahirkan ketidakadilan gender yang

dimanifestasikan melalui bentuk-bentuk seperti marginalisasi, penempatan,

perempuan pada subordinat, stereotype, tindak kekerasan, maupun beban kerja

yang tidak proposional dilakukan oleh laki-laki dalam segala komunitas yang

ada, misalnya dalam lingkungan keluarga, tempat kerja ataupun tempat-tempat

umum, oleh siapapun tidak mengenal tingkat pendidikan, sosial ekonomi,

profesi dan jabatannya. Untuk mengubah konstruk sosisal budaya yang tidak

berkeadilan gender, maka harus terlebih dahulu memahami konsep kesetaraan

gender. Kesetaraan bukan dalam arti sama rata dan tidak ada perbedaan.

Tetapi lebih tepat dimaknai dengan berkeadilan dan berkesimbangan

(Mufidah, 2004).

Kesetaraan gender tersebut hendaknya dimanifestasikan dalam segala

aspek kehidupan, salah satunya adalah dalam kehidupan rumah tangga.

Menurut UU No.1 Tahun 1974, hak dan kewajiban suami istri diatur dalam

pasal 30 sampai pasal 34 salah satunya adalah hak dan kedudukan suami

dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam

masyarakat (Simanjuntak, 1999). Disini jelas bahwa didalam rumah tangga

haruslah ada keseimbangan dan keadilan antara hak dan kewajiban suami atau

istri, tidak adanya penindasan dalam hal siapa yang lebih kuat dalam hal fisik,

tapi didasari oleh sikap saling menghargai satu dengan yang lainnya.

Kesetaraan dan keadilan gender merupakan kondisi dinamis, dimana laki-laki

dan perempuan sama-sama memiliki hak, kewajiban, peranan dan kesempatan

yang dilandasi oleh saling menghormati, menghargai dan bantu-membantu

diberbagai sektor kehidupan.

Persoalan yang terjadi didalam keluarga lebih disebabkan oleh

(18)

5

tidak didasarkan pada asas kesetaraan gender. Pemahaman tentang

subyek-obyek, dominan-tidak dominan, serta pembagian peran-peran yang tidak

seimbang antara anggota keluarga laki-laki dan perempuan seringkali

memposisikan laki-laki lebih mendapatkan hak-hak istimewa, sedangkan

perempuan sebagai kaum kelas kedua. Banyak pandangan yang seakan-akan

menilai bahwa posisi wanita selalu lebih rendah dibandingkan dengan pria.

Pria memiliki wewenang yang lebih banyak daripada wanita dalam segala hal

termasuk di dalam sebuah keluarga. Di dalam pembagian kerja antara suami

dan istri dalam rumah tangga, suami mencari nafkah di luar rumah (sektor

publik), sedangkan istri melakukan pekerjaan di dalam rumah tangga (sektor

domestik). Dalam perbedaan peran tersebut terlihat pada kasus di bawah ini

yang menunjukkan bahwa perlakuan suami yang mendominasi dan

ketidakadilan pada peran istri.

(19)

6

Berdasarkan dari kasus di atas bahwa seorang suami memperlakukan

istrinya secara tidak adil dan tidak bersetara gender karena suami menganggap

bahwa istri tidak cocok dengan pekerjaan yang berhubungan di luar rumah dan

cocok dengan pekerjaan yang berhubungan dengan rumah tangga. Adanya

anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta

tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga berakibat bahwa semua

pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab kaum perempuan

(Fakih, 1996). Pembagian kerja inilah yang tidak melahirkan penghargaan

sosial yang sama karena suami sebagai pihak yang memperoleh uang dan

mempunyai kekuatan ekonomi, maka seringkali istri hanya dianggap sebagai

pendamping dan bukan mitra sejajar yang mewakili suami di sektor publik.

Karena peran gender itulah yang secara sosial telah terkonstruksi secara turun

temurun dalam suatu sistem masyarakat, maka masyarakat tersebut sering

menganggap ketimpangan dan ketidakadilan gender.

Informasi tentang kesetaraan gender diharapkan dapat mengubah

pandangan dan keyakinan yang sudah melekat tentang hubungan laki-laki dan

perempuan. Selain itu, informasi tentang kesetaraan gender juga diharapkan

mampu mengubah pandangan masyarakat tentang ketidakadilan gender.

Karena selama ini laki-laki selalu menempati posisi yang menguntungkan

dalam segala bidang, mulai sejak laki-laki lahir selalu dididik untuk selalu

unggul dibandingkan perempuan. Sedangkan perempuan selalu dalam posisi

yang dirugikan dan sebagai orang yang tertindas dalam segala bidang

kehidupan. Dengan adanya kesetaraan gender laki-laki akan mempunyai

persepsi yang tidak mendukung dan menentang terhadap kesetaraan gender.

Hal ini disebabkan oleh karena laki-laki merasa takut jika disaingi oleh

perempuan dan kemajuan perempuan dianggap membahayakan kedudukan,

peran dan wibawa laki-laki sebagai kepala rumah tangga dan pemimpin bagi

perempuan. Sedangkan bagi perempuan yang menempati posisi yang

dirugikan akibat adanya diskriminasi dan ketidakadilan gender mempunyai

(20)

7

Dari perbedaan gender itu melahirkan ketidakadilan gender.

Ketidakadilan itu termanifetasi dalam berbagai bentuk ketidakadilan yaitu

dalam mempersepsi, memberi nilai pada pembagian tugas antara laki-laki dan

perempuan. Pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Suprihatin

tentang perbedaan persepsi terhadap kesetaraan gender antara laki-laki dan

perempuan, dimana persepsi yang positif terhadap kesetaraan gender berarti

mempunyai persepsi yang mendukung terhadap kesetaraan gender dan

persepsi negatif terhadap kesetaraan gender berarti mempunyai persepsi yang

tidak mendukung terhadap kesetaraan gender. Populasi dari penelitian

perbedaan persepsi terhadap kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan

yang dilakukan oleh Suprihatin adalah mahasiswa jurusan Tehnik Industri

UMM angkatan 2000, yang berjumlah 168 mahasiswa. Reliabilitas dari

penelitian tersebut adalah 0,8910 dan r tabelnya 0,1834. Dari hasil uji tersebut

diperoleh hasil t= -13.104, dan nilai p= 0.000. Serta mean untuk laki-laki

139,20 dan perempuan 180,36. Sehingga hasil penelitiannya menunjukkan ada

perbedaan persepsi yang sangat signifikan terhadap kesetaraan gender antara

laki-laki dan perempuan. Perempuan mempunyai persepsi yang positif

terhadap kesetaraan gender dan laki-laki mempunyai persepsi yang negatif

terhadap kesetaraan gender.

Berdasarkan dari penelitian di atas dengan adanya kesetaraan terhadap

gender, laki-laki mempunyai persepsi yang tidak mendukung atau persepsi

negatif. Ini disebabkan karena adanya asumsi bahwa sejak lahir laki-laki sudah

dididik untuk menjadi anak yang perkasa, kuat dan jantan. Laki-laki dituntut

untuk bisa melindungi perempuan dan perempuan adalah bagian dari dirinya,

karena itu laki-laki sebagai pemimpin bagi perempuan sekaligus sebagai

kepala keluarga, perempuan adalah bagian yang mengurus rumah tangga dan

laki-laki yang mencari nafkah bagi keluarga. Laki-laki juga memiliki

kebutuhan akan kekuasaan yang lebih besar dan lebih berorientasi pada

masalah yang besar dari pada masalah yang kecil. Karena asumsi dan

stereotype yang sudah berakar itulah yang menyebabkan laki-laki mempunyai

(21)

8

merasa bahwa dia memiliki harga diri, sehingga ia merasa takut kalau disaingi

oleh perempuan dan dianggap lemah karena adanya kesejajaran fungsi dan

peran antara laki-laki dan perempuan.

Berdasarkan masalah yang berkaitan dengan gender yang

berhubungan diskriminasi terhadap kaum perempuan, maka peneliti tertarik

untuk mengangkat penelitian yang berjudul perbedaan persepsi suami

terhadap kesetaraan gender ditinjau dari peran istri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas maka masalah yang

dapat dirumuskan adalah “Apakah ada perbedaan persepsi suami terhadap

kesetaraan gender ditinjau dari peran istri”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan

persepsi suami terhadap kesetaraan gender ditinjau dari peran istri.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis : Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan psikologi sosial dan psikologi

perkembangan.

2. Secara Praktis : Penelitian ini diharapkan bagi laki-laki yang sudah

menikah mempunyai pemahaman tentang kesetaraan gender yang baik

sehingga suami dan istri mempunyai hak dan kewajiban yang sama

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan manajemen kearsipan di SMP Negeri 1 Darussalam sudah berjalan dengan baik, dimulai dari perencanaan

Karena itu, pangeran harus seperti rubah dengan melindungi dirinya dari jebakan, dan seperti singa untuk melindungi dirinya dari serigala.” (Machiavelli, 2005:

Dengan alasan tersebut, maka penulis mencoba mengimplementasikan metode work sampling pada penjaga kasir McDonald’s, dengan tujuan mengukur produktivitas, waktu normal,

Pelatihan jaringan syaraf tiruan pengganti kontrol PI menggunakan 11 neuron dan menghasilkan 1 output yaitu nilai dutycycle, pada umumnya jaringan syaraf tiruan

Data penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner yang disebarkan kepada responden penelitian dengan cara langsung dan melalui pos. Kuesioner yang telah diisi oleh responden

Halaman 42 : Madukara berhasil menyelamatkan Putri Asri Ningrum. Karena Kerajaan Dharmasukma telah hancur lebur dan menjaga perasaan Putri Asri Ningrum akan wafatnya

Pada pendidikan vokasi, metode PBL menjadi strategi pembelajaran efektif untuk mendukung pengembangan otonomi peserta didik, transfer pengetahuan, dan skill yang dibutuhkan dalam dunia

Setelah Anda dapat menentukan sumbu simetri dan titik balik dari suatu grafik kuadrat yang diketahui persamaannya, selanjutnya Anda akan pelajari cara menentukan sifat definit