• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Peranan Guru Dalam Membentuk Akhlak Karimah Siswa Di MI Terpadu Nurul Falah Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektifitas Peranan Guru Dalam Membentuk Akhlak Karimah Siswa Di MI Terpadu Nurul Falah Depok"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh Adnan Rifai NIM 109011000223

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)

i

DALAM MEMBENTUK AKHLAK KARIMAH SISWA DI MIT NURUL FALAH DEPOK”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas peranan guru dalam membentuk akhlaq al-karimah siswa, di MI Terpadu Nurul Falah Depok. Bagaimana siswa membentuk akhlaknya baik dalam aspek ibadah, personal, dan interpersonal.

Penulis menggunakan metode induksi. Metode ini dimaksud utnuk membahas suatu masalah dengan jalan mengumpulkan data dan fakta-fakta yang bersifat khusus atau peristiwa-peristiwa konkrit yang ada hubungannya dengan pembahasan. Kemudian ditarik kesimpulan.Sampel penelitian ini diambil dengan tekhnik cluster random sampling, sekitar 30%. Dengan demikian sampel yang diambil dari populasi yang ada dan dianggap mewakili hasil penelitian dari sejumlah populasi, penulis menggunakan sampel berjumlah 40 orang dari 1).kelas IV 10 orang, 2). Kelas V 10, dan 3). Kelas VI 20 orang.

Hasil penelitian menyimpulkan hal-hal sebagai berikut: pembentukan akhlaq siswa masih berbentuk sementara, walaupun dalam hasil ini pembentukkan akhlak karimah siswa sangat besar pengaruhnya akan peran dari seorang guru. Untuk itu pembentukkan akhlak karimah siswa masih harus terus diperhatikan, dimulai dari kepribadian seorang guru yang mempunyai akhlak karimah sebagai contoh ketauladanan bagi siswa di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.

(5)

ii

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan curahan rahmat dan hidayat beserta nikmat yang tiada tara, terutama nikmat sehat wal afiat, nikmat iman dan islam sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS PERANAN GURU DALAM MEMBENTUK AKHLAK KARIMAH SISWA MI TERPADU NURUL FALAH DEPOK”.

Shalawat dan salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan sampai zaman yang terang benderang seperti saat ini dengan segala ilmu pengetahuannya.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program studi Pendidikan Agama Islam Strata Satu (S1), Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berkenan memberikan bantuan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain kepada:

1. Kepada ibu Dra. Nurlena Rifa’I, Ph.D selaku Dekan yang memberikan izin kepada penulis melakukan penelitian.

2. Kepada Bapak Dr. Abdul Majid Khon, MA selaku ketua jurusan PAI yang memberikan izin penelitian kepada penulis

3. Kepada Marhamah, Lc. MA selaku Sekretaris Jurusan PAI yang memberikan izin dalam pengesahan skripsi

4. Khalimi, Dr. MA., selaku Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Drs. H. masan ,M,Pd selaku pembimbing akademik yang telah mengarahkan

(6)

iii sekolah.

7. Bapak H. Ade Ibrahim, S. Pd. I, selaku Kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Nurul Falah Depok Jakarta Pusat yang telah memberikan izin dan membantu penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah

8. Terisitimewa Ayahanda dan Ibunda yang tercinta dengan kasih sayang dan kesabarannya telah membesarkan, mendidik, memotivasi dan mendoakan penulis sampai sekarang ini.

9. Kepada adik kandung penulis Nurul Aulia yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis untuk mengerjakan skripsi ini.

10.Untuk seorang yang dicinta yang telah sabar dan perhatian kepada penulis serta mendukung pengerjaan skripsi ini sehingga selesai

11.Rekan-rekan seangkatan: Hulaifi, anwar, ali sahin, abdul azis, Ihsan, Fikri, Ihya, Azis, Mamet, Supardi, Muhammed, Aas, Anggie, Suci , Akmal, Arya, dll yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang sama-sama berjuang untuk mencapai impian masing-masing

12.Teman-teman terbaik penulis : Yani Noviyani, Sirojuddin, Zaenal dan Hendra Wijaya, yang selalu membantu dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas segala amalnya dengan lebih baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena adanya keterbatasan kemampuan serta pengetahuan penulis. Kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan dengan lapang dada.

Akhir kata, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat serta membalas amal kebaikan kita semua, amin.

Jakarta, 27 Januari 2014 Penulis

(7)

iv

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTARISI ... iv

BAB I : PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. IdentifikasiMasalah ... 2

C. PembatasanMasalah ... 3

D. PerumusanMasalah ... 3

E. TujuanPenulisan ... 4

F. ManfaatPenulisan ... 4

BAB II : KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. LandasanTeori ... . 5

1. Pengertian Guru ... 5

2. Tugas Guru SebagaiPendidik ... 7

3. Persyaratan Guru Sebagai Pendidik ... 10

4. AkhlakKarimah ... 10

a. PengertianAkhlaqal-Karimah ... 10

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlaq ... 12

c. Sumber-sumberAjaranAkhlaq ... 13

d. KarakteristikAkhlaq ... 14

e. UkuranAkhlaq ... 16

f. TujuanAkhlaq ... 17

g. Pokok-pokokIlmuAkhlaq ... 17

h. Bentuk-bentukAkhlaqKarimah ... 18

i. ManfaatAkhlaq ... 20

5. Peran GuruDalamMembina Di Sekolah ... 21

(8)

v

2. Shalat ... 25

3. Keutamaan shalat berjamaah ... 25

4. Shalat dhuha ... 26

B. Kerangka Berpikir ... 27

C. Hipotesis ... 27

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 27

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 29

B. Metodologi Penelitian ... 29

C. Variabel Penelitian ... 29

D. Populasi dan Sampel ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Instrument Penelitian ... 31

G. TekhnikPengolahan dan Analisa Data ... 32

1. TekhnikPengolahan Data ... 32

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN DESKRIPTIF ANALISIS A. Hasil Penelitian ... 35

1. Sejarah Berdirinya Madrasah ... 35

2. Profil ... 35

3. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah ... 36

4. Kondisi Guru Berdasarkan Pendidikan ... 37

B. Deskripsi Data Peranan Guru ... 42

C. Deskripsi Akhlak Siswa ... 51

(9)

vi

C Saran ... 64

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di zaman modern ini, pergaulan anak yang masih duduk di bangku sekolah SD, SMP, SMA dan Universitas atau sekolah perguruan tinggi itu nyaris dalam penyimpangan moral. Tidak hanya dikalangan mereka saja yang banyak melakukan akan pergaulan yang jauh dari moral. Seorang pendidik pun ternyata banyak yang melakukan penyimpangan moral. Seperti berita akan adanya seorang pengajar disebuah sekolah yang melakukan pelecehan seksual, penganiayaan, sampai terjadinya pembunuhan1, melebihi penyimpangan moral yang dilakukan oleh para muridnya.

Dari sebuah kejadian yang terdapat di atas, ketauladan seorang guru mulai menurun dari pandangan para orang tua. Karena seharusnya seorang pendidik mempunyai perilaku yang baik yang bisa dijadikan contoh untuk siswa-siswi disekolah maupun keetika di luar sekolah. karena dalam konteks psikologi pendidikan, seorang anak akan meniru apa yang atau dialami pada lingkungannya (behaviorisme/empirisme) dimana semua memori kejadian akan tersimpan di dalam pikiran alam bawah sadarnya, sehingga lambat laun akan membentuk watak serta kepribadian ketika anak ketika ia beranjak dewasa.

Adapun penulis mengingatkan, masih banyak sekolah yang memiliki seorang guru yang perilaku dan kepribadiannya baik, seperti di sekolah MIT Nurul Falah Depok. Guru yang ada di sekolah ini memiliki kepribadian yang baik, dan bisa dijadikan contoh kepada siswa-siswi di sekolah maupun di luar sekolah.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pembinaan kecerdasan emosional dan akhlak yang merupakan bagian dari potensi yang dimiliki manusia harus dilakukan oleh dunia pendidikan, sehingga para lulusan pendidikan dapat meraih kesuksesan dalam hidupnya. Pembinaan dan pembiasaan berakhlak baik tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan yang pada intinya

1

Liputan6.com, senin 9/9/2013

(11)

membentuk manusia yang berakhlak, yaitu manusia yang dapat berhubungan, berkomunikasi, beradaptasi, bekerjasama, dan seterusnya baik dengan Allah, manusia, dan alam semesta.

Oleh karena itu bagi guru agar pendidikan ini tidak melahirkan manusia yang salah kaprah kembangkanlah akhlak guru terlebih dahulu dengan akhlak yang baik (karimah) agar siswa yang dididik dan dibina menjadi siswa yang mempunyai akhlak yang baik.

berdasarkan uraian di atas latar belakang masalah dari penulisan penelitian ini diantaranya adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh peran guru terhadap perkembangan akhlak siswa.

2. Untuk mengetahui akhlak baik siswa di sekolah maupun di luar sekolah.

Mengingat pentingnya peran guru bagi siswa agar tumbuh prilaku baik pada siswa, maka penulis tertarik untuk menelaah seberapa besar efektifitas peran guru

yang terdapat di sekolah melalui penelitian, dengan judul: “Efektivitas Peranan Guru Dalam Membentuk Akhlak Karimah Siswa (Studi Kasus Di MIT Nurul Falah Depok)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Adanya para guru yang tidak menyadari bahwa Akhlak seorang Guru mempunyai pengaruh terhadap terbentuknya akhlak baik siswa.

2. Banyak para tenaga kependidikan yang tidak mau terlibat dan bekerjasama dalam pelaksanaan hidden curriculum di sekolah.

3. Usia anak-anak yang masih labil dan mudah meniru apa yang sering dilihatnya. C. Pembatasan Masalah

(12)

1. Peranan Guru yang dimaksud adalah segala macam perbuaatan yang dilakukan guru di sekolah yang baik, yang dapat berpengaruh terhadap karakter dan akhlak siswa,

2. Akhlak siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh siswa di dalam kelas maupun di luar kelas. 3. Siswa yang dimaksud di sini adalah siswa kelas V di MIT Nurul Falah Depok

tahun ajaran 2013-2014. Adapun alasan penulis memilih siswa kelas V sebagai objek penelitian adalah karena siswa-siswi kelas V dianggap cukup

representative dan lebih fokus dalam mengikuti kegiatan hidden curriculum (Pembinaan Akhlak), dibandingkan dengan kelas IV yang masih beradaptasi dengan kegiatan hidden curriculum(pembinaan Akhlak) maupun dengan kelas VI yang sudah kurang aktif mengikuti hidden curriculum karena mereka harus berkonsentrasi untuk mempersiapkan diri menghadapi UAN (Ujian Akhir Nasional).

D. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti secara operasional dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peran guru dalam membentuk akhlak baik siswa?

2. Kesulitan-kesulitan seperti apakah yang dihadapi guru dalam pembentukan akhlak siswa?

3. Bagaimana akhlak siswa di sekolah maupun di luar sekolah?

E. Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan dalam perumusan masalah, maka secara spesifik tujuan yang akan dicapai dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh hidden curriculum (pembinaan akhlak) dalam menumbuhkan akhlak baik siswa di MIT Nurul Falah Depok.

2. Untuk mengetahui bentuk pelaksanaan hidden curriculum (pembinaan akhlak)

(13)

3. Untuk mengetahui peranan guru dalam kegiatan Pembinaan akhlak.

4. Untuk mengetahui langkah-langkah strategis untuk mewujudkan akhlak siswa yang baik berdampak positif terhadap perkembangan social anak.

F. Manfaat Penulisan

Penulisan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik sebagai kajian ilmiah maupun sebagai bentuk aplikasi langsung terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan. Beberapa pihak diharapkan dapat merasakan manfaatnya baik secara langsung maupun tidak langsung, pihak-pihak tersebut adalah:

1. Kepala sekolah di MIT Nurul Falah, sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan pembinaan akhlak di sekolah.

2. Seluruh tenaga kependidikan di MIT Nurul Falah agar tidak mengabaikan adanya pengaruh terhadap perkembangan sikap (akhlak baik) siswa.

(14)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori

Dalam penelitian ini ada dua konsep yang perlu dijelaskan terlebih dahulu sebelum membahas mengenai rencana peranan guru pendidikan agama Islam dalam membentuk akhlak al- karimah siswa di Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Nurul Falah

Konsep yang menyertai judul diantaranya ialah kata “Guru dan Akhlak al-Karimah

serta efektifitas seorang guru dalam membentuk akhlak al-karimah. 1. Pengertian Guru

Kata guru berasal dari bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar. guru diartikan sebagai seseorang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Kata guru dalam bahasa arab sebagai

seorang mudarris, mu‟addib dan mu‟allim yang keseluruhannya yang bermakna

seorang yang cakap dalam mendidik (pendidik). Sedangkan dalam bahasa inggris disebut teacher yang diartikan guru atau pengajar.2

Dalam literature kependidikan Islam, seorang pendidik biasa disebut sebagai ustadz, mu‟allim, murabbiy, mursyid, mudarris, dan mu‟addib. Beberapa istilah tersebut akan diuraikan pengertiannya sebagai berikut:

Ustadz: orang yang berkomitmen terhadap profesionalitas yang melekat pada dirinya sikap dedikasi, komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta sikap continous improvement.

Mu‟allim : orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, sekaligus melakukan transfer ilmu pengetahuan, internalisasi, serta amaliah (implementasi)

Murabbiy : orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi serta mampu mengatur, dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitar.

Mursyid : orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri, atau

2

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2006), cet. 3, hal.61

(15)

menjadi pusat anutan, teladan dan konsultan bagi peserta didiknya.

Mudarris : orang yang memiliki kepekaan intelektual informasi, serta memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan dan berusaha mencerdaskan anak didiknya, memberantas kebodohan mereka serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.

Mu‟addib : orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di masa depan.

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di Masjid, Surau/Musholla, di rumah dan sebagainya.3

Pendidik adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik.4 Yang dimaksud pendidik disini adalah guru yang mengajar sekaligus mendidik di sekolah.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa guru sebagai pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik dan juga memberi bimbingan baik jasmani maupun rohani guna mencapai kedewasaan. Disamping itu guru juga mempunyai kewajiban dalam membentuk akhlak agar sejalan antara IPTEK dan IMTAQ. 2. Tugas-tugas Guru Sebagai Pendidik

Mengenai pengertian pendidik, didalamnya tersirat pula mengenai tugas-tugas pendidik, tugas-tugas tersebut adalah sebagai berikut:

a. Membimbing pesereta didik

Mencari pengenalan terhadapnnya mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat dan lain sebagainya.

b. Menciptakan situasi untuk kependidikan

3

Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h.31

4

(16)

Yang dimaksud dengan situasi pendidikan yaitu suatu keadaan dimana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan.5

Sama dengan teori pendidikan barat, tugas pendidik dalam pandangan islam secara umum ialah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotorik, kognitif, maupun potensi afektif. Potensi itu harus dikembangkan secara seimbang sampai ketingkat setinggi mungkin, menurut ajaran Islam.6

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik, hendaknya mereka tidak melakukan kedisiplinan terhadap anak didiknya seperti mendisiplinkan hewan ternak, akan tetapi mereka haruslah memperlakukan para peserta didiknya sebagai makhluk yang mudah dipengaruhi dan dibentuk karakternya, sehingga nantinya mereka akan dihormati dikalangan masyarakat. Dari sini Islam menganjurkan agar yang menjadi seorang pendidik bukan hanya dari kalangan manusia terpelajar, akan tetapi juga harus dari orang yang arif dan bijaksana, serta orang sholeh yang prilakunya dapat mempengaruhi pikiran kaum muda.7

Dalam konteks masyarakat Islam pendidik haruslah orang yang dengan sepenuh hati melaksanakan ajaran Islam, secara lahiriah dan batiniah. Dia pasti orang yang berbudi luhur, orang sholeh yang merasa bertanggung jawab untuk mendidik murid-muridnya menjadi muslim yang baik, yakni laki-laki dan perempuan yang akan mempelajari nilai kaidah moral Islam, yang akan berupaya

untuk hidup sesuai dengan etika qur‟ani.8

Dalam proses belajar-mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar pada siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas maupun di luar, untuk membantu proses perkembangan siswa.

5

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), cet. Ke-2, h.76

6

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam,. . . , h.66

7

Syed Sajjad Husain, Syed Ali Ashraf, Krisis Dalam Pendidikan Islam, (Jakarta anggota IKAPI: Al-Mawardi Prima, 2000), cet. Ke-1, h.142

8

(17)

Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses peerkembangan siswa. Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada: a. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan

baik jangka pendek maupun jangka panjang

b. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai.

c. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap nilai-nilai dan penyesuaian diri.

Seorang Guru harus mempunyai kemampuan dalam menciptakan proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan

Melalui peranannya sebagai pengajar, guru diharapkan mampu mendorong siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan media. Guru hendaknya mampu membantu setiap siswa untuk secara efektif dapat mempergunakan berbagai kesempatan belajar dan berbagai sumber serta media belajar.9

Menurut WF Connell peran seorang Guru ialah sebagai berikut : a. Pendidik (nurturer)

b. Model

c. Pengajar dan pembimbing d. Pelajar

e. Komunikator terhadap masyarakat setempat f. Pekerja administrasi

g. Kesetiaan terhadap lembaga

Menurut Daoed Yoesoef (1980), menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu

a. Tugas Profesional b. Tugas manusiawi

9

(18)

c. Dan tugas kemasyarakatan

Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui seorang anak dan seharusnya diketahui oleh anak.

Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian diri sendiri.

Tugas Kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga Negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan Negara lewat UUD 1945 dan GBHN.

Penjelasan di atas mengisyaratkan bahwa hendaknya guru itu dapat memperlakukan siswa selayaknya sebagai sahabat sehingga interaksi diantara keduanya berjalan baik. Karena jika seorang siswa sudah merasa nyaman dengan keberadaan seorang guru, maka ia akan dengan mudah menerima semua nasihat yang diberikan oleh guru.

Tugas guru adalah sebagai pendidik dalam menanamkan berbagai aspek baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Tugas guru itu sangat mulia bahkan mendapat peringkat tertinggi dalam ajaran Islam, akan tetapi tidah semudah apa yang kita bayangkan untuk mengemban tugas mulia itu, perlu adanya kesungguhan dengan sepenuh hati dalam melaksanakannya.

3. Persyaratan Guru Sebagai Pendidik

Menurut Prof. Athiyah Al Abrosyi yang dikutip oleh Nur Uhbiyati mengemukakan pendapatnya tentang syarat-syarat bagi guru agama, ialah:

a. Guru agama harus Zuhud, yakni ikhlas, dan bukan semata-mata bersifat materialis

b. Bersih jasmani dan rohani, dalam berpakaian rapih dan bersih, dalam akhlaknya juga baik.

c. Bersifat pemaaf, sabar dan pandai menahan diri

(19)

e. Mengetahui tabiat dan tingkat berfikir anak. f. Menguasai bahan pelajaran yang diberikan.

Itulah syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang guru agama, agar berhasil dalam tugasnya. Yang terpenting di antaranya ialah hendaknya guru agama dapat menjadi contoh tauladan dalam segala tingkah lakunya, dalam segala keadaannya.10

4. Akhlaq al-Karimah

a. Pengertian Akhlaq al-Karimah

Dari sudut kebahasaan, akhlaq berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitive) dari kata Akhlaqa,yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af‟ala, yuf‟ilu, if‟alan yang berarti

al-sajiyah (perangai), ath-thabi‟ah (kelakuan, tabi‟at, watak dasar), al‟adat

(kebiasaan, kelaziman), al-maru‟ah (peradaban yang baik), dan al-din

(agama).11

Menurut bahasa (etimologi) perkataan akhlak adalah jamak dari

khuluq(khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau

tabi‟at. Akhlaq disamakan dengan kesusilaan, sopan santun. Khuluq

merupakan gambaran sifat manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh. Dalam bahasa yunani pengertian Khuluq ini disamakan dengan kata ethicos atau ethos,

artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecendrungan hati untuk melakukan perbuatan.12

Pengertian akhlak dari segi istilah ini kita dapat rujuk dari berbagai pendapat para pakar di bidang ini.

Menurut Ibn Maskawih (w. 421 H/1030 M), mengatakan bahwa akhlak adalah :

ا ف غ ف س ح

10

Zuhairini, dkk, Methodik Khusus Pendidikan Agama, (Malang: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1981), h. 34

11

Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo,1997), cet. 2 ed. 1 h.1

12

(20)

Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan

perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.13

Sedangkan menurut Imam Al-Ghazali (1059-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai Hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Maskawaih mengatakan akhlak adalah:

Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan

pertimbangan.”

Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, dalam mu‟jam al-wasith,

Ibrahim Anis mengatakan bahwa akhlaq adalah: sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.

Menurut Ibn Taimiyah, akhlaq berkaitan erat dengan iman, karena iman terdiri atas beberapa unsur berikut ini :

1) Berkeyakinan bahwa adalah sang pencipta satu-satunya. Pemberi rezeki dan penguasa seluruh kerajaan.

2) Mengenal Allah dan meyakini bahwa hanya Allah Swt. Yang patut disembah.

3) Cinta kepada Allah melebihi segala cinta terhaadap semua makhluknya. Tidak ada cinta yang dirasakan seorang hamba kecuali didasarkan cintanya kepada Allah Swt.

4) Cinta hamba kepada Tuhannya akan mengantarkannya kepada Tuhan yang satu, yaitu demi mencapai ridha Allah Swt. Baik terhadap hal-hal kecil maupun hal-hal besar dalam kehidupan sehari-hari.

5) Arahan ini mengalahkan egoism pribadi, nafsu keji dalam diri dan segala tujuan semu dunia. Kekuatan dasar ini yang memudahkan seseorang untuk melahirkan persepsi objektif. Dan langsung atas pandangan terhadap esensi segala sesuatu. Keseluruhan poin ini merupakan fondasi utama

13

(21)

dalam tataran akhlaq.

6) Ketika telah berhasil tercipta suatu pandangan objektif dan langsung akan esensi sesuatu, maka perilaku dan perbuatan seseorang telah menjadi bagian dari akhlaq.

7) Jika perbuatan seseorang telah menjadi bagian dari akhlaq, hal itu meerupakan pertandaa bahwa dia telah melalui jalan-jalan yang harus ditempuh menuju kesempurnaan manusia.14

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlaq

Faktor-faktor yang dapat mengubah atau mempengaruhi pembentukan akhlaq seseorang khususnya dan umumnya pada pendidikan, menurut tiga aliran yang sudah sangat populer sebagai berikut:15

1) Aliran Nativisme, menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya berupa kecendrungan, bakat, akal dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecendrungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik.

2) Aliran Empirisme, menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruh pada diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan social, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Aliran ini lebih cendrung kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran. 3) Aliran Konvergensi, aliran ini berpendapat bahwa pembentukan akhlak

dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial.16

c. Sumber-Sumber Ajaran Akhlaq

Sumber ajaran Akhlaq ialah Al-qu‟ran dan hadits. Tingkah laku Nabi Muhammad merupakan contoh suri tauladan bagi umat manusia semua. Ini ditegaskan oleh Allah dalam Al-qur‟an:

14

Mahmud Al-Mishri, Ensiklopedia Akhlak Muhammad SAW, (Jakarta : Pena Pundi Askara, 2009), cet. I

15

Ibid h. 13.

16

(22)













































Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-Ahzab(33): 21).

Dalam hadits, „Aisyah ra. Diriwayatkan oleh Imam muslim. Dari

„Aisyah ra. Berkata: sesungguhnya Akhlak Rasulullah itu adalah Al-Qur‟an.

(HR. Muslim). Hadis Rasulullah meliputi perkataan dan tingkah laku beliau, merupakan sumber akhlak yang kedua setelah al-qur‟an. Segala ucapan beliau senantiasa mendapatkan bimbingan dari Allah. Allah berfirman:





















Artinya : Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur‟an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS. An-najm (53): 3-4)

Dalam ayat lain Allah memerintahkan agar selalu mengikuti jejak Rasulullah dan tunduk kepada yang dibawa oleh beliau. Allah berfirman :













































































































(23)

Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.

Dalam hadits :

ز ز ث ح : ص ب س بأ ث ح ه

ح ص بأ ح ب

اج ب ح ح ب

ت ء ت ب : . ص ه س :

بأ

) ح

( خ ا ح ص

Dari Abdullah menceritakan Abi Sa‟id bin Manshur berkata : menceritakan Abdul Aziz bin Muhammad dari Muhammad bin „Ijlan dari Qo‟qo bin Hakim dari Abi Shalih dari Abi Hurairoh berkata Rasulullah Saw

bersabda : Sesungguhnya aku (Muhammad) hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak. (H.R. Ahmad)17

d. Karakteristik Akhlaq al-Karimah

Karakteristik Akhlaq al-Karimah ialah suatu karakter yang harus dimiliki oleh seorang muslim dengan berdasarkan al-Qur‟an dan Hadis dalam dalam berbagai bidang ilmu, kebudayaan, pendidikan, social, ekonomi, kesehatan, politik, pekerjaan, disiplin ilmu dan berbagai macam ilmu khusus.18

Istilah “karakteristik ajaran akhlaq al-karimah” terdiri dari dua kata,

karakteristik dan akhlaq al-karimah. dalam kamus bahasa Indonesia, diartikan sebagai sesuatu yang mampu mempunyai karakter atau sifatnya yang khas.19

Akhlaq al-karimah diartikan perilaku manusia yang mulia, sesuai fitrahnya seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad ฀, yang berpedoman pada kitab suci al-Qur‟an yang diturunkan di dunia ini melalui wahyu Allah Swt.20

Karakteristik ajara akhlaq al-karimah mengandung pesan pesan sebagai berikut.

17

Al Imam Ahmad bin Hambal, Musnad Juz II, (Beirut: Darul Kutub al Ilmiyah) h. 504

18 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an, (Jakarta: Amzah, 2007), h. 113 19 Badudu dan Zain, kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), h.617

(24)

1) Pesan menuruti peintah Allah Swt dan menyerahkan diri kepada-Nya. Orang islam yang memiliki akhlaq al-karimah ialah orang yang menyerahkan diri kepada Allah dan mengikuti segala ajaran yang telah Allah secara kaffah.

2) Pesan agar manusia hidup sejahtera, tidak tercela, tidak cacat, selamat, tentram dan bahagia. Ini berarti bahwa setiap muslim wajib mengusahakan dirinya dan keluarganya hidup sejahtera, tentram, selamat dan bahagia baik di dunia maupun di akhirat tentang tuntunan

ajaran Robbul‟Alamin.

3) Pesan agar manusia mengakui adanya Allah, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah sebagai penyelamat hidupnya. Pesan ini berarti bahwa setiap orang islam harus mengaku dengan sadar adanya Allah Swt, kemudian ia menyerahkan diri pada kekuasaan-Nya dengan menurut segala titah dan firman-nya sehingga ia selamat dunia akhirat. 4) Pesan agar manusia hidup secara damai dan sejahtera. Artinya bahwa

akhlaq al-karimah mengajarkan kepada manusia hidup kepada kedamaian dan perdamaian. Orang yang berakhlaq al-karimah ialah orang yang menganut ajaran perdamaian dan mencerminkan jiwa perdamaian dalam segala tingkah laku dan perbuatan.21

Karakteristik ajaran akhlaq al-karimah tidak suatu karakter yamg harus dimiliki oleh setiap muslim dengan berpedoman kepada al-Qur‟an dan Hadis dalam berbagai bidang ilmu. Secara sederhana, karakteristik ajaran akhlaq al-karimah dapat diartikan sebagai sutu cirri yang khusus dalam kehidupan tingkahlaku manusia diberbagai bidang muammalah (kemanusiaan), ekonomi, social, politik, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, lingkungan, dan disiplin ilmu lainnya.22

e. Ukuran Akhlaq

Ukuran berarti alat ukur atau standardisasi menyeluruh di seluruh dunia. Ukuran akhlak oleh sebagian ahli diletakkan sebagai alat penimang perbuatan

(25)

baik-buruk pada factor yang ada dalam diri manusia yang masyhur dengan istilah al-Qanun adz-dzatiy, dalam istilah asing disebut. alat penimbang perbuatan ialah factor yang datang dari luar diri manusia (qanun al-kharijiy), dalam istilah asing disebut hiretonomous, baik yang bersifat „urf atau undang-undang hasil produk pikiran manusia dan kehendak dari Tuhan (agama).

Manshur Ali Rajab mengatakan bahwa „urf tidak dapat dipergunakan

sebagai alat pengukur akhlak. „Aisyah ketika diajukan pertanyaan pada beliau

tentang akhlak Rasulullah adalah Al-qur‟an. Bagi umat Islam, Al-qur‟an dan hadits adalah menjadi alat pengukur akhlak.

Dalam masalah ini ahlu sunnah wal jama‟ah berpendapat, menurut mereka baik itu apa yang dikatakan baik oleh agama. Buruk itu apa yang ditentukan buruk oleh agama. Akal pikiran tidaklah kuasa menjelaskan bagaimana bentuk akhlak baik dan akhlak buruk dan tidak kuasa member ukuran yang pas bagaimana akhlak baik dan akhlak buruk.

f. Tujuan Akhlak

Tujuan ialah sesuatu yang dikehendaki, baik individu maupun kelompok. Tujuan akhlak yang dimaksud ialah melakukan sesuatu atau tidak melakukannya, yang dikenal dengan istilah Al-Ghayah, dalam bahasa Inggris disebut the high goal, dalam bahasa Indonesia lazim disebut dengan ketinggian akhlak.

Al-Ghazali menyebutkan bahwa ketinggian akhlak merupakan kebaikan tertinggi. Kebaikan-kebaikan dalam kehidupan semuanya bersumber pada empat macam:

1) Kebaikan jiwa, yaitu pokok-pokok keutamaan yang sudah berulang kali disebutkan, yaitu ilmu, bijaksana, suci diri, berani, adil.

2) Kebaikan dan keutamaan badan. Ada empat macam yakni, sehat, kuat, tampan, dan usia panjang.

(26)

4) Kebaikan bimbingan (taufik-hidayah), juga ada empat macam, yaitu petunjuk Allah, bimbingan Allah, pelurusan, dan penguatannya.

Jadi, tujuan akhlak diharapkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat bagi pelakunya sesuai Al-qur‟an dan hadits. Ketinggian akhlak terletak pada hati yang sejahtera (qalbun salim) dan pada ketentraman hati (rahatul qalbi).

g. Pokok-pokok Ilmu Akhlak

Pokok pembahsan ilmu akhlak ialah tingkah laku manusia untuk menetapkan nilainya, baik atau buruk. J.H. Muirehead menybutkan bahwa pokok pembahasan (subject matter) ilmu akhlak ialah penyelidikan tentang tingkah laku dan sifat manusia. Al-Ghazali mengatakan bahwa pokok-pokok pembahasan ilmu akhlak meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (perseorangan) maupun kelompok (maasyarakat). Dilihat dari seluruh aspek kehidupan manusia, maka perbuatan manusia dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu

1) Perbuatan yang lahir dengan kehendak dan disengaja. 2) Perbuatan yang lahir tanpa kehendak dan tidak disengaja. h. Bentuk-bentuk Akhlak Karimah

1) Bersifat sabar

Kesabaran dapat dibagi menjadi empat kategori ini.

a) Sabar menanggung beratnya melaksanakan kewajiban. b) Sabar menanggung musibah atau cobaan.

c) Sabar menahan penganiayaan dari orang. d) Sabar menanggung kemisikinan dan kepapaan. 2) Bersifat Benar (Istiqamah)

Betapa akhlak karimah menimbulkan ketenangan batin, yang dari situ dapat melahirkan kebenaran. Rasulullah telah memberikan contoh betapa beraninya berjuang karena beliau berjalan di atas prinsip-prinsip kebenaran.

3) Memelihara Amanah

(27)

akhlak karimah dalam masyarakat, jika sifat dan sikap itu hilang dari tatanan social umat islam, maka kehancuranlah yang bakal terjadi bagi umat islam.

4) Bersifat Adil

Adil berhubungan dengan perseorangan, adil berhubungan dengan kemasyarakatan dan adil berhubungan dengan pemerintah. Adil perseorangan ialah tindakan member hak kepada yang mempunyai hak. 5) Bersifat Kasih Sayang

Islam menghendaki agar sifat kasih saying dan sifat belas kasih dikembangkan secara wajar, kasih sayang mulai dari dalam keluarga sampai kasih sayang yang lebih luas dalam bentuk kemanusiaan, malahan lebih luas lagi kasih sayang kepada hewan-hewan sekalipun.

6) Bersifat Hemat

Hemat (al-iqtishad) ialah menggunakan segala sesuatu yang tersedia berupa harta benda, waktu dan tenaga menurut keperluan, mengambil jalan tengah, tidak kurang atau tidak berlebihan.

7) Bersifat Berani

Sifat berani termasuk dalam Fadhilah akhlakul karimah. Syaja‟ah (berani)

bukanlah semata-mat berani berkelahi di medan laga, melainkan suatu sikap mental seseorang, dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya. Orang yang dapat menguasai jiwanya pada masa kritis ketika bahaya diambang pintu, itulah orang yang berani.23 Rasulullah Saw.

Bersabda, “ bukanlah yangdinamakan pemberani, orang yang kuat

bergulat, sesungguhnya pemberani itu ialah orang yang sanggup menguasai hawa nafsunya”. (HR. Ahmad).

8) Bersifat Kuat

Al-Quwwah termasuk dalam rangkaian fadhillah akhlak karimah.

kekuatan pribadi manusia dapat dibagi menjadi tiga bagian: a) Kuat fisik, kuat jasmaniah yang meliputi anggota tubuh; b) Kuat jiwa, bersemangat, inovatif, dan inisiatif

23

(28)

c) Kuat akal, pikiran,cerdas, dan cepat mengambil keputusan yang tepat. Kekuatan ini hendaknya dibina dan diikhtiarkan supaya bertambah dalam diri, dapat dipergunakan meningkatkan amal perbuatan. Tambahan kekuatan itu dapat diperoleh selain dengan usaha fitrah atau jalan yang wajar, jug memohon kepada Allah.

9) Bersifat Malu (Al-Haya‟)

Sebagai rangkaian dari sifat al-haya‟ ialah malu terhadap Allah dan malu kepada diri sendiri di kala melanggar peraturan-peraturan Allah. Perasaan ini dapat menjadi bimbingan kepada jalan keselamatan dan mencegah dari perbuatan nista.

10)Memelihara kesucian Diri (Al-Ifafah)

Al-Ifafah (memelihara kesucian diri) termasuk dalam rangkaian fadhilah akhlakul karimah yang dituntut dalam ajaran islam. Menjaga diri dari segala keburukan dan memelihara kehormatan hendaklah dilakukan setiap waktu.

11)Menepati Janji

Janji ialah ketepatan yang dibuat dan disepakati oleh seseorang untuk orang lain atau dirinya sendiri untuk dilaksanakan sesuai dengan ketetapannya. Biarpun janji yang dibuat sendiri tetapi tidak lepas darinya, melainkan mesti ditepati dan ditunaikan.24

Setiap muslim wajib pula mempelajari segala macam bidang. Sebagaimana dermawan, kikir, penakut, sembarangan, sombong, sopan dan santun, membendung diri dari dosa, melampaui batas, terlalu irit dan sebagainya; karena sombong, kikir, penakut dan melampaui batas itu hukumnya haram dilakukan, padahal tidak akan dapat menyingkiri kalau tanpa terlebih dahulu mengetahuinya, dan juga harus tahu penolaknya. Karena itulah, siapa saja wajib mempelajarinya.25

i. Manfaat Akhlaqul Karimah

Besar harapan seseorang yang mempelajari dasar-dasar ilmu akhlak akan

24

Moh Rifa‟I, Akhlak seorang Muslim, (Semarang; Wicaksana, 1992). Halm. 116

25

(29)

menjadi orang yang baik budi pekertinya. Ia menjadi anggota masyarakat yang berarti dan berjasa. Ilmu akhlak tidak memberi jaminan seseorang menjadi baik dan berbudi luhur. Namun mempelajari akhlak dapat membuka mata hati seseorang untuk mengetahui yang baik dan buruk. Begitu pula memberi pengertian apa faedahnya jika berbuat baik dan apa pula bahayanya jika berbuat jahat.

5. Peran Guru Dalam Membina Akhlak di Sekolah

Sekolah yang ideal adalah sekolah yang berupaya mengembangkan secara berimbang kecerdasan berakhlak baik dan kecerdasan intelektual (IQ). Sekolah dapat membentuk akhlak baik siswa melalui banyak aktifitas dan pengarahan yang mendidik siswa dengan nilai-nilai luhur, seperti mengajar siswa agar menjadi orang yang penyayang dan lembut.

Kelembutan adalah sifat manusia yang usianya sama dengan usia manusia itu sendiri. Hal baru yang berkaitan dengan kelembutan ini adalah bahwa ia bisa dimanfaatkan dalam proses pembelajaran, pendidikan dan pelatihan. Seorang guru wajar menuntut siswanya agar berperilaku terpuji dan bermain bersama teman-temannya dengan cara yang benar. Perilaku terpuji ini dapat diajarkan dengan cara disinergikan dalam kurikulum pendidikan. Metode ini ditujukan untuk mengajarkan pada siswa bagaimana cara mengenali perasaan mereka sendiri, perasan dan emosi orang lain, dan berusaha menjaga emosi ini.

Adapun peran guru dalam membentuk akhlak siswa adalah sebagai berikut: a. Membantu siswa mempelajari bahasa yang baik dan kalimat yang digunakan

untuk mengekspresikannya.

b. Melatih siswa untuk mengenali mana yang harus dilakukan dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk dilakukan.

c. Guru berusaha mengetahui faktor-faktoryang menyebabkan perilaku buruk yang muncul pada siswa, dan jangan mencela siswa karena perbuatan yang dilakukan dengan emosi sendiri.

(30)

emosi pada siswa, atau jangan mengutamakan kebutuhan dirinya di atas kebutuhan siswa.26

6. Kegiatan di Sekolah Dalam Membentuk Akhlak Siswa A. Disiplin Shalat

1.Disiplin

Dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer, disiplin adalah kepatuhan kepada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan27. Menurut Alex S. Nitisento kedisiplinan diartikan sebagai suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan baik tertulis maupun tidak.28. Menurut Prayudi Atmosudirjo yang dikutip dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia abad 21 karya darsono dan tjatjuk menjelaskan disiplin ialah bentuk ketaatan dan pengendalian diri yang rasional dan sadar, tidak emosional dan tanpa pamrih. Bejo siswanto menerangkan disiplin ialah sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan yang berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.29

Dari berbagai pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa disiplin adalah suatu sikap atau perilaku yang menaati, patuh dan menghargai peraturan-peraturan yang berlaku baik tertulis maupun tidak serta berusaha sungguh-sungguh dan mempunyai kewajiban untuk menjalankannya. Ketaatan dan kepatuhan tersebut harus dilandasi oleh kesadaran yang tinggi akan tanggung jawab yang diberikannya.

Disiplin memiliki faktor yang menentukan besar atau kecilnya sikap disiplin seseorang. Faktor tersebut antara lain:

a.Kemampuan untuk melaksanakan tanggung jawab b.Kesiapan menerima sanksi jika terjadi pelanggaran

26Makmun Mubayidh, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), h. 128

27 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus bahasa Indonesia kontemporer, (Jakarta:Modern English Press, 2002), Cet. Ke- 3, h. 359

28 Alex S. Nitisento, manajemen personalia, (tt. p. :Ghalia Indonesia, t.t), h. 199

(31)

c.Pengabdian rela berkorban untuk mencapai tujuan30 2. Shalat

a. Pengertian dan Hakikat Shalat

Dalam kitab Kifayatul Akhyar menjelaskan shalat menurut bahasa adalah doa, berkata Allah taala “wa shalli „alaihim” artinya aku mendoakan mereka, menurut Syara yaitu segala perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam beserta syarat-syaratnya.31 Kemudian dalam kitab fathul Muin menjelaskan shalat menurut bahasa adalah doa dan menurut syara adalah perkataan dan perbuatan yang khusus diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam dan kesemuanya dinamakan dengan shalat.32

Menurut Moh. Rifa‟I dalam bukunya fiqh islam lengkap menjelaskan “shalat berarti doa, sedangkan menurut syara‟ berarti menghadapkan jiwa dan raga kepada Allah karena taqwa hambanya kepada tuhannya, mengagungkan kebesaran-Nya dengan khusyu dan ikhlas dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut cara-cara dan syarat-syarat yang telah ditentukan”.33

Berdasarkan dari beberapa definisi shalat di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa shalat menurut bahasa adalah doa sedangkan menurut istilah ialah segala perbuatan dan perkataan yang ditujukan kepada Sang Khalik dengan penuh keikhlasan dan ketundukan hati, diawali dengan takbiratul ihram, dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat dan rukun-rukun tertentu.

Ada dua hakikat bagi shalat yaitu hakikat lahir dan hakikat batin. Adapun hakikat lahir itu ialah berdiri, membaca, ruku, sujud, dll. Sedangkan

hakikat batin ialah khusyu‟, hadir hati, ketulus ikhlasan yang sempurna,

memahami bacaannya, dll. hakikat shalat lahir dilakukan oleh bagian badan dan anggota, sedangkan hakikat shalat batin dilakukan oleh hati dan merupakan rahasia kebatinannya yang menjadi perhatian Allah pada setiap hamba-Nya.34

30 ibid, h.128

31 Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad Husain, Kifayatul Akhyar, (Indonesia: Maktabah darul Ihyal Kutub, t.t.), h. 82

32 Zainuddin Bin Abdul Aziz, Fathul Muin. (Indonesia: Maktabah darul Ihyal Kutub, t. t), h. 3 33 Moh. Rifa‟I, Ilmu Fiqh Islam Lengkap, (Semarang: CV. Toha Putra, 1978), h. 79

(32)

3. Shalat Berjamaah

a. Keutamaan Shalat Berjamaah Dalam Hadis yang diriwayatkan :

ه س َ أ :

ه ض

ب

-

س

ه ص

-

(( : ،

)) ج ش سب ِ اص ضفأ

ج اص

Dari Ibnu „umar r.a. bahwasanya Rasulullah Saw. Bersabda : “shalat

jama‟ah itu lebih utama dari pada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh

derajat”. (Riwayat Bukhari dan Muslim).

بأ

-

ه ض

-

ه س : ،

-

س

ه ص

-

:

ب ف تاص

فَ ضت

ج ف جَ اص ((

ش س خ س ف

َاإ ج ا ، جس إ خ َث ، ء ض سحأف أَض ت إ َأ ك ، ض

إف ، طخ ب تَطح ، ج ب ت ف َاإ طخ ط ، اَص

َص

ِ ص َ َ : ت ، ح ، َاص ف

ِصت ئا زت

ظ

،

)) اَص

اص ف ز ا ، ح َ َ ،

.

Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah Saw. Bersabda: “Shalat seseorang

dengan berjama‟ah itu dilipatkan dua puluh tujuh kali atas shalat yang dikerjakan

di rumah atau di pasar. Karena yang demikian itu apabila seseorang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya kemudian pergi ke masjid dengan tujuan khusus untuk shalat maka setiap ia melangkahkan kaki, diangkatlah satu derajat dan dihapuslah satu dosa. Dan bila ia melakukan shalat maka malaikat selalu memohonkan rahmat kepadanya selama ia berada di tempat yang untuk shalat itu, selama ia tidak berhadas, dimana malaikat berdo‟a: Allahumma Shalli „alaihi,

Allahummarhamhu, dan ia selalu dianggap mengerjakan shalat selama ia

menantikan shalat”. (Riwayat Bukhari dan Muslim).35

b. Hikmah Mendirikan Shalat Berjama‟ah

Dalam kehidupan masyarakat, shalat berjamaah memberi faedah yang tidak sedikit, dengan berbagai suku, bahasa, daerah usia yang berbeda mereka

(33)

bisa saling bertukar informasi dan saling mengenal satu sama lain. Dan ketika di dalam masjid, mereka duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Sama-sama ruku‟, sujud dan mengucap salam. Dengan menyebar salam kepada orang yang berada disebelah, artinya kita menginginkan orang itu selamat, dunia dan akhirat. Menyebar salam merupakan tanda kasih. Mana mungkin seseorang yang benar-benar benci kepada seseorang akan mengucapkan salam hakiki kepada orang itu. Dengan adanya tuntutan mendirikan shalat berjamaah, menunjukkan bahwa umat islam haruslah bersatu di bawah satu komando menghadapi segala kemungkinan yang akan menimpa umat Islam ini.36

Menurut Muhammad Iqbal, tujuan hakiki dari shalat bagaimanapun juga lebih mudah diperoleh ketika shalat dilakukan secara berjamaah. Semangat dari shalat berjamaah yang sejati adalah silaturahim.37

4. Shalat Dhuha

Dhuha menurut ahli fikih artinya waktu antara matahari mulai naik sampai ketika condong.

Penulis melihat dalam kegiatan shalat dhuha di sekolah ini, siswa-siswi semua sangat semangat untuk mengikutinya. Dimana kegiatan shalat dhuha ini dilakukan secara berjamaah yang di bombing oleh guru-guru yang ada di sekolah, yang sudah ditunjuk untuk membimbing para siswa oleh kepala sekolah. Semua pembacaan kalam yang dimulai dari niat sampai dengan penutup shalat yaitu mengucapkan salam, diucapkan dengan suara yang zahar (keras) tidak diucapkan dengan syir (tersembunyi dalam hati) saja.

Adapun terkadang shalat dhuha ini di imami oleh murid itu sendiri, murid ini biasanya dipilih oleh guru mereka karena dia sudah hapal dari mulai bacaannya maupun gerakan-gerakan shalat, dan suaranya juga cukup keras dan jelas ketika mengucapkannya.

Sebagai contoh, cara untuk mengatasi siswa yang menjadi ”biang kerok” perkelahian dalam kelas, sebaiknya menggunakan metode pengembangan, siswa

36 Abdul Manan bin H. Muhammad Sobari, Jangan Asal Shalat: Rahasia Shalat Khusyuk Macam-macam Shalat hingga Amalan-amalan Sunnah, (Bandung: Pustaka Hidayah,2007), h.218-219

37

(34)

dianjurkan untuk memikirkan faktor-faktor yang menyebabkan peristiwa gaduh di dalam kelas. Setelah mengetahui faktor tersebut, siswa dimotivasi untuk memikirkan solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Dengan cara ini, siswa akan lebih mampu menganalisa perilakunya, dan belajar dari kesalahan dan pengalaman. Cara ini jauh lebih baik dari pada jika diberi hukuman atau mengeluarkannya dari sekolah.

Tidak diragukan lagi, tingginya nilai akhlak guru adalah salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi kemampuan sekolah dalam menciptakan suasana kondusif dan sehat sebagai modal dasar dalam membina dan membentuk akhlak siswa.

B. Kerangka Berpikir

Usaha pendidikan bukanlah semata-mata proses mengetahui belaka, tetapi lebih dari itu usaha pendidikan adalah juga proses aplikasi pengetahuan ke dalam kehidupan real. Hal ini seperti dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang

mendefinisikan sebagai “…proses pengubahan sikap dan tingkah laku seorang atau

kelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan”.

Pendidikan akhlak merupakan sesuatu yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Pendidikan sebagai seuatu aktivitas manusia untuk meningkatkan dan mengembangkan seluruh potensi-potensi pribadinya baik jasmani maupun rohani. Pendidikan akhlak karimah merupakan salah satu pendidikan yang sangat intensif

diberikan kepada peserta didik dari mulai masa kanak-kanak hingga dewasa. Hal ini dikarenakan dengan pemberian pendidikan akhlak peserta didik diharapkan dapat mengetahui perbuatan yang baik, sehingga mampu menjadikan diri mereka sebagai anak-anak bangsa yang berakhlak karimah.

(35)

C. Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau jawaban secara teoritik terhadap masalah penelitian yang perlu diuji kebenaran datanya. Hipotersis dalam penelitian

ini adalah “terdapat adanya pengaruh yang signifikan/nyata antara peran seorang guru

dengan pembentukkan akhlaq karimah siswa. D. Hasil Penelitian Yang Relevan

Kajian relevansi dalam penelitian adalah sebagai pembanding dari peneliti dalam penelitian. Oleh sebab itu, peneliti mengambil dua penelitian yang peneliti kemukakan.

Pertama, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pendidikan agama islam terhadap prilaku siswa di SDN Gedong 11 Pagi Jakarta Timur, dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Teknik pengumpulan datanya dengan cara menyebarkan angket. Penulis menggunakan rumus koefisien determinasi untuk mencari besar presentase pengaruhnya. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan pendidikan agama islam mempunyai kontribusi terhadap perilaku siswa.38

Kedua, penelitian ini mengetahui apakah kepribadian seorang guru, memberikan kontribusi terhadap pembentukkan akhlak karimah siswa. Penelitian ini menggunakan rumus product moment. Setelah mengkonsultasikan hasil dengan harga product moment, ternyata rxy lebih besar dari pada rtabel, baik pada taraf signifikasi 1% (0,345 > 0,250), maupun pada taraf signifikasi 5% (0,345 > 0,325). Dengan demikian hipotesis alternative yang menyatakan bahwa pendidikan agama islam memberikan kontribusi yang signifikan dalam membentuk kepribadian islami siswa SD Alam ciganjur Jakarta selatan.39

Contoh yang penulis kemukakan di atas hanya mengemukakan sebatas menguji hipotesis yang sudah ada dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Sedangkan pennulis berbeda dengan kedua penelitian tersebut dari segi pendekatan dan metode penelitiannya. Penulis memilih penelitian ini dengan pendekatan

38

Harni, Hubungan Pendidikan Agama Islam Terhadap Prilaku Siswa Di SDN Gedong 11 Pagi, 13 Juli 2013.

(36)
(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian, penulis mengambil tempat diMIT Nurul Falah Depok. Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu terhitung dari bulanOktober sampai dengan bulan Januari pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

B. Metode Penelitian

Dalam pembahasan skripsi ini, penulis menggunakan metode induksi. Metode ini dimaksud untuk membahas suatu masalah dengan jalan mengumpulkan data dan fakta-fakta yang bersifat khusus atau peristiwa-peristiwa konkrit yang ada hubungannya dengan pembahasan. Kemudian ditarik kesimpulan.

Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang akan mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitiantentang Efektivitas Peranan Guru dalam membentuk akhlak karimah Siswa, penulisan ini bersifat “Deskriptif Analisis”, yang dimaksudkan untuk menggambarkan suatu fakta dan menjawab pertanyaan yang menyangkut korelasional dalam menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi.

Penelitian ini dilakukan melalui tehnik survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengukur yang pokok.40Dengan tehnik survey dan terjun langsung ke lapangan maka penelitian ini memerlukan data yang valid agar dapat dipertanggung jawabkan.

40

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3S, 1995) Cet. II, h. 5

(38)

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian.41Atau dengan kata lain, variabel merupakan kondisi atau karakteristik masalah yang dapat dikontrol atau dapat diobservasi.

Dalam penelitian ini melibatkan dua variable yaitu:

1. Variabel peranan guru, variabel ini menempati posisi sebagai variabel independen (bebas) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain.

2. Variabel akhlak karimah., variabel ini menempati posisi sebagai variabel dependen (terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.

D. Populasi dan Sampel

Menurut terminologi risetyang dimaksud dengan populasi adalah sejumlah masa (manusia) yang terdapat dalam satu kawasan tertentu atau berada dalam suatu unit kesatuan. Atau dengan kata lain, populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen yang menjadi objek penelitian.42Adapun populasi yang penulis ambil adalah seluruh siswa MI Terpadu Nurul Falah Cimanggis Depok yang berjumlah 149 orang dari kelas IV-VI.

Sampel sebagaimana yang dikemukakan oleh M. Ali adalah sebagian populasi yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili terhadap populasi.43 Sampel penelitian ini diambil dengan tekhnik cluster random sampling, sekitar 30%. Dengan demikian sampel yang diambil dari populasi yang ada dan dianggap mewakili hasil penelitian dari sejumlah populasi, penulis menggunakan sampel berjumlah 40 orang dari 1).kelas IV 10 orang, 2). Kelas V 10, dan 3). Kelas VI 20 orang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Studi kepustakaan yaitumengumpulkan data dari literatur-literatur yang

41

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Ptaktis,(Jakarta: Rineka, 1998), Cet. X, h. 111

42

Anas sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2008), h. 26

43

(39)

berhubungan dengan penelitian seperti buku, jurnal. Data ini digunakan sebagai landasan pemikiran teoritis untuk mempertanggungjawabkan analisis dalam pembahasan masalah.

2. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan tentang data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Observasi dilakukan dengan mengunjungi sekolah yang akan diteliti guna memperoleh gambaran umum tentangMIT Nurul Falah Depok dan pelaksanaan pembinaan Akhlak siswa yang dimaksudkan dalam penelitian ini.

3. Angket atau kuesioner yaitusejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.44 Angket atau kuesioner yang digunakan adalah kuesioner

tertutup yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih jawabannya dan membubuhkan tanda (X) pada kolom yang sesuai. Teknik angket digunakan untuk mendapatkan data tentang Peran seorang Guru dalam Membentuk Akhlak Siswa.

F. Instrument Penelitian

Instrument penelitian adalah alat ukur yang digunakan dalam penelitian sebagai alat pengumpulan data. Instrument penelitian yang digunakan untuk memperoleh data mengenai permasalahan yangdihadapi guru dalam membentuk akhlak siswa. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket yang terdiri dari 25 butir soal untuk mengukur Pengaruh efektivitas peranan seorang guru dan 25 butir soal untuk mengukur Akhlak Siswa.

Kemudian instrument non tes dalam bentuk wawancara digunakan untuk mempertajam informasi mengenai permasalahan yang dihadapi siswa dalam membiasakan akhlak siswa , dan upaya yang dilakukan guru sebagai suri tauladan dalam membentuk akhlak siswa yang baik.

44

(40)

Tabel 1

Kisi-Kisi Instrumen Variabel X “Peranan Guru”

No Dimensi Indikator Nomor

Item Jumlah 1. Pembiasaan a. Pembiasaan melakukan solat

Dhuha.

b. Pembiasaan membaca doa sebelum melakukan aktifitas c. Pembiasaan melaksanakan

solat berjamaah 1, 2, 3 1 1 1

2. Penanaman nilai moral dan social

a. Sopan santun b. Saling menghormati

4, 5

1 1 3. Keteladanan a. Disiplin guru

b. Sikap guru

6, 7, 8,

2 1 4. Pembentukan

watak dan

kepribadian siswa

a. Taat pada peraturan b. Disiplin 9, 10 1 1 Tabel 2

Kisi-Kisi Instrumen Variabel Y (Akhlak Siswa)

No Dimensi Indikator Nomor

Item Jumlah

1. Ibadah

a. Shalat b. puasa

c. membaca al-Qur‟an

1 1 1 1 1 1

2. Personal

a. Kendali diri b. Dapat dipercaya

c. Menghormati orang tua d. Disiplin e. Jujur 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3. Motivasi

[image:40.595.113.514.116.769.2]
(41)

4. Interpersonal

a. Memahami orang lain b. Orientasi pelayanan

c. Mengembangkan orang lain d. Mengatasi Keragaman

1 1 1 1

1 1 1 1

G. Teknik Pengolahan dan Analisa Data 1. Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini teknik pengolahan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Editing

Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah disebarkan oleh para pengumpul data. Setelah angket diisi dan dikembalikan pada penulis, penulis segera meneliti satu persatu angket yang dikembalikan. Apabila ada jawaban yang meragukan atau tidak dijawab, maka penulis menghubungi responden yang bersangkutan untuk dibetulkan atau disempurnakan jawabannya agar angket itu sah.

Penulis berusaha meneliti sedetail mungkin terhadap angket yang telah disebarkan kepada populasi yang ada. Hal ini dilakukan untuk menghindari dari kesalahan dan diharapkan hasil yang diperoleh benar-benar valid.

b. Skoring

[image:41.595.111.512.112.190.2]

Setelah tahap editing telah selesai, maka proses tahap selanjutnya adalah skoring. Adapun cara untuk memberikan skor penulis menggunakan skala Kappa-Phi, sesuai pedoman pada table berikut:

Tabel 3

Skor Angket penelitian untuk Jawaban Positif

No Item Skor

1 Sering 4

2 Kadang-kadang 3

3 Jarang 2

(42)
[image:42.595.134.545.75.744.2]

Tabel 4

Skor Angket penelitian untuk Jawaban negatif

No Item Skor

1 Sering 1

2 Kadang-kadang 2

3 Jarang 3

4 Tidak Pernah 4

c. Tabulasi

Berdasarkan data-data yang telah terkumpul setelah diberi skor, data dimasukkan ke dalam tabel, kegiatan ini dilakukan untuk mempermudah interprestasi data.

d. Prosentasi

Setelah data ditabulasikan dalam jumlah frekuensi jawaban responden untuk setiap alternatif jawaban, maka data tersebut diprosentasikan. Dengan rumus sebagai baerikut:

F

P = ──── X 100%

N Keterangan:

P : Angka Prosentasi

F : Frekuensi yang sedang dicarikan prosentasinya N : Number of Cases (Banyaknya individu) 100% : Bilangan tetap (konstanta)45

Tabel 5 Skala Prosentase No Prosentase Penafsiran

1 100% Seluruhnya

2 90%-99% Hampir seluruhnya 3 60%-89% Sebagian besar

45

(43)

4 51%-59% Lebih dari setengahnya

5 50% Setengahnya

(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN DESKRIPSI DATA

A. Hasil Penelitian 1. Sejarah Berdirinya

Sekolah ini berdiri sejak tahun 1959. Di Sekolah MI Terpadu Nurul Falah Depok ini adalah sebuah sekolah swasta yang dimiliki oleh suatu yayasan. Yang luas tanah keseluruhan mencapai 870m2 dengan status tanah ialah tanah wakaf. Sekolah ini mempunyai ketua yayasan yang bernama H. M. Nur Firdaus sebagai pemilik sekolah. Awalnya sekolah ini hanya sekolah swasta biasa saja. Bangunannya pun hanya dua lantai jumlahnya hanya 6 kelas. Dan yang sebagai kepala sekolah tahun ini adalah bapak H. Ade Ibrahim S.Pd.i.

Pada waktu sekolah ini di ketuai oleh bapak H. Ade Ibrahim, S. Pd.i, mulailah ada kemajuan dari mulai bidang bangunan mauun system sekolah yang baru. Yang awalnya hanya bernama Madasah Ibtidaiyah Nurul Falah saja, sekarang menjadi Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Nurul Falah Depok. Berkat kerja keras para guru dan kepala sekolah, sekolah ini sekarang sudah mulai lebih maju. Seperti guru yang sudah lebih banyak dan siswa yang kuantitasnya sudah lebih dari cukup, dari apa yang sekolah inginkan.

2. Profil

Nama Madrasah : MIT Nurul Falah Areman Nomor Statistik Madrasah : 111232760015

NPSN : 60709957

Akreditasi Madrasah : “A”

Alamat Madrasah : Jl. Asrama Brimob Areman Tugu Cimanggis Depok

(45)

NPWP : 31.598.889.9-412.000 Tahun Berdiri : 1959

Status Madrasah : Swasta

Nama Ketua Yayasan : H.M. Nur Firdaus Nama Kepala Madrasah : H. Ade Ibrahim, S.Pd.I SK Kepala Madrasah : a. Nomor : SKEP/01/YPI-

NF/VI/A/2013 b. Tanggal : 08 Juli 2013 Nomor Telepon : 021-8721819

Nama Yayasan : YPI Nurul Falah Areman No Akte Pendirian Madrasah : 01

Kepemilikan Tanah : Yayasan

a. Status Tanah ( Wakaf ) b. Luas Tanah ( 870 m2 ) Status Bangunan : Yayasan

Luas Bangunan : 1.940 m2

3. VISI, MISI DAN TUJUAN MADRASAH

VISI : Terwujudnya lembaga Madrasah yang dinamis, unggul dalam Akademis, berwawasan IMTAQ dan IPTEK serta berakhlaqul Karimah.

MISI :

(46)

b. Mendidik siswa agar memiliki keterampilan yang berwawasan Imtaq dan Iptek

c. Membina siswa agar memiliki daya kreatifitas, dinamis dan inovatif.

Tujuan :

a. Menciptakan lulusan yang berkualitas baik dibidang IMTAQ maupun IPTEK, memiliki Akhlaqul Karimah, Wawasan yang luas.

b. serta mencetak siswa/siswi yang kreatif dan inovatif.

4. Kapitalisasi Kondisi Guru Berdasarkan Pendidikan

[image:46.595.110.556.204.741.2]

Berikut adalah sebuah table nama-nama guru yang ada di MI Terpadu Nurul Falah, rata-rata guru disini sudah sarjana dengan jurusan masing-masing. Dengan begitu keilmuan guru-guru yang ada tidak diragukan lagi untuk mengajarkan kepada para muridnya. Tetapi tidak hanya ilmu secara pengetahuan saja yang sudah memumpuni, secara kepribadian pun guru-guru disini mempunyai akhlak y

Gambar

Kisi-Tabel 1 Kisi Instrumen Variabel X “Peranan Guru”
Tabel 3
Tabel 4 Skor Angket penelitian untuk Jawaban negatif
Tabel 6. No Nama L/P Tempat Tanggal Lahir Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembahasan temuan penelitian dalam usaha Guru Akhlak dalam membentuk akhlak terpuji siswa melalui pembiasaan, peneliti menemukan pembiasaan yang ada di MTs Darul

Usaha Guru Akidah Akhlak dalam membentuk akhlak terpuji siswa melalui pembiasaan yaitu membaca salah satu surat di dalam kitab suci al- Qur’an yaitu surat Yasin sebelum

Awal terbentuknya karakter adalah bermula dari aqidah akhlak, aqidah memiliki peranan penting dalam mendidik siswa, ruang lingkup aqidah yang dapat membentuk

iii.. HANI MAISYA PUTRIANI, “Pelaksanaan Pendidikan Akhlak dalam Pembentukan Akhlakul Karimah siswa di MI Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan”. Skripsi, Jurusan Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis dapat menyimpulkan bahwa peran guru agama Islam sangat dominan dalam membentuk akhlakul karimah siswa secara

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektifitas metode bimbingan agama dalam membina akhlak remaja di pondok pesantren Nurul Hidayah Pusat,

Implikasi Praktis Bahwa pendekatan pembelajaran guru PAI dalam membentuk al-Akhlaq al-Karimah peserta didik yang telah dilaksanakan adalah menerangkan bahwa guru PAI mempunyai

Dalam menentukan kevalidan data penulis menggunakan triangulasi data yaitu sumber dan teknik Berdasarkan hasil penelitian tentang peranan Guru TPA Nurul Mustofa dalam pembinaan akhlak