PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, REPUTASI AUDITOR, OPINI AUDIT, PROFITABILITAS, DAN SOLVABILITAS TERHADAP
AUDIT DELAY
Pada Perusahaan Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Heru Setiawan NIM: 109082000167
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Heru Setiawan
No. Induk Mahasiswa : 109082000167
Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Juni 2013 Yang Menyatakan,
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Heru Setiawan
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 13 Juni 1990
3. Alamat : Jl Sukabakti 3 No. 10 Rt 03/10 Tangerang-Banten 15118
4. Telepon : 085694006633
5. Email : herusetiawan.1990@yahoo.com
II. PENDIDIKAN
1. SD N 1 Tangerang Tahun 1996-2002
2. SMP N 2 Tangerang Tahun 2002-2005
3. SMA Yuppentek 1 Tangerang Tahun 2005-2008 4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009-2013
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. OSIS SMA Yuppentek 1 Tangerang sebagai anggota divisi (2005-2006) 2. Paskibra SMA Yuppentek 1 Tangerang sebagai anggota (2005-2006) 3. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis sebagai anggota
kemahasiswaan (2010-2012)
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Afrizon
2. Tempat, Tanggal Lahir : Padang, 21 April 1959
3. Ibu : Marwilis
4. Tempat, Tanggal Lahir : Padang, 25 Juli 1967
INFLUENCE OF FIRM SIZE, AUDITOR’S REPUTATION, AUDITOR’S OPINION, PROFITABILITY, AND SOLVABILITY
TO AUDIT DELAY
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the impact of firm size, auditor’s reputation, auditor’s opinion, profitability, and solvability toward audit delay in financial companies that listed on Indonesia Stock Exchange during 2009-2011.
Sampling method that used is judgment sampling and the result are 49 firms as sample. The data used are secondary data, namely the financial statements of companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2009-2011. To prove the hypothesis, performed regression testing the assumptions of panel file test begins.
Simultaneous testing concluded that all the independent variables affect the dependent variable at 95 percent. Partial testing results show that there are four of the five factors that influence to audit delay, firm size, reputation auditor’s, profitability, and solvability. Auditor’s opinion not influence to audit delay.
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, REPUTASI AUDITOR, OPINI AUDIT, PROFITABILITAS, DAN SOLVABILITAS
TERHADAP AUDIT DELAY
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah ukuran perusahaan, reputasi auditor, opini audit, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap audit delay pada perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah judgment sampling dan diperoleh sampel sebanyak 49 perusahaan. Data yang dipakai merupakan data sekunder, yaitu laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011. Guna membuktikan hipotesis, dilakukan pengujian regresi berganda dengan diawali dengan regresi data panel.
Pengujian secara simultan menyimpulkan bahwa semua variabel independen mempengaruhi variabel dependen sebesar 95 persen. Pengujian secara parsial memperlihatkan hasil bahwa ada 4 dari 5 faktor yang berpengaruh terhadap audit delay, yaitu ukuran perusahaan, reputasi auditor, profitabilitas, dan solvabilitas. Opini audit tidak berpengaruh terhadap audit delay.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Reputasi Auditor, Opini Audit, Profitabilitas, dan Solvabilitas Terhadap Audit Delay (Pada Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011)”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ayahanda Afrizon dan Ibunda Marwilis tercinta yang selalu mencurahkan perhatian, cinta dan sayang, dukungan serta doa kepada penulis.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Rini SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan SE., Ak., MM. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas bantuan dan saran dari bapak demi terselesaikannya skripsi ini.
6. Ibu Dr. Rini SE., Ak., M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia memberikan waktunya untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi. Terima kasih atas ilmu yang telah ibu berikan selama ini. 7. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah
8. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
9. Keluarga besarku abang Waldi Rahmatulah, adik Afina Zahrah, Ari Affandi, dan Almarhumah Anggun Amalia Putri yang telah memberikan nasihat dan menjadi semangat bagi penulis.
10. Teman-teman Akuntansi 2009, terima kasih selama empat tahun perjuangan bersama kita di kampus demi menempuh gelar sarjana.
11. Teman-teman Akuntansi E 2009, terutama Fadlun, Diogi, Dito, Syarif, Fandi, Ridho, Vicky, Desi, Melina, Meita, Ryan, Asad, dan Fauzi atas dukungan dan do’a kepada penulis.
12. Teman-teman di HMJ Akuntansi, terutama Abdul Harits, Bashir, Ummi, Nunung, dan Ririn yang telah bersama-sama memberikan pelajaran yang berharga selama di kampus. Kalian luar biasa.
13. Adik-adik Akuntansi angkatan 2010-2012, terutama Tyas, Vania, Inayah, Caesar, Revan dan Galih yang telah menemani penulis dan memberikan semangat kepada penulis.
14. Sahabat organisasiku David, Ryan, Bianca, Risty, Putri, Izzah, Yudi, Wika dan seluruh sahabat-sahabatku yang telah berjuang dalam susah dan senang dalam menjalankan proses sebagai mahasiswa organisatoris di kampus. 15. Sahabat seperjuangan Randi, Adriansyah, Matuy, Erick, dan Galih terima
kasih atas dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Juni 2013
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Pengesahan Skripsi ... ii
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ... iii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi ... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... v
Daftar Riwayat Hidup ... vi
Abstract ... viii
Abstrak ... ix
Kata Pengantar ... x
Daftar Isi ...xii
Daftar Tabel ... .. xv
Daftar Gambar ... xvi
Daftar Lampiran ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... ...10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...12
A. Tinjauan Literatur ...12
1. Laporan Keuangan ...12
3. Audit ... ...23
4. Audit Delay ... ...29
5. Ukuran Perusahaan ...30
6. Reputasi Auditor ...32
7. Opini Audit ...33
8. Profitabilitas ...37
9. Solvabilitas ...39
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis ...40
C. Penelitian Terdahulu ...46
D. Kerangka Pemikiran ...53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...54
A. Ruang Lingkup Penelitian ...54
B. Metode Penentuan Sampel ...55
C. Metode Pengumpulan Data ...56
D. Metode Analisis Data ...56
1. Statistik Deskriptif ...56
2. Analisis Regresi Data Panel ...57
3. Estimasi Model Regresi Data Panel ...60
4. Pengujian Signifikansi Data Panel ...63
5. Pemilihan Estimator dengan Struktur Varians Covarians Residual ... ...65
6. Pengujian Asumsi ...67
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ...72
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ...78
A. Analisis Deskriptif ...78
B. Hasil Uji Instrumen penelitian ...79
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ...79
2. Hasil Uji Analisis Inferensia ...84
C. Pembahasan Hasil Hipotesis ... .89
BAB V PENUTUP ...94
A. Kesimpulan ...94
B. Implikasi ...96
Daftar Pustaka ... 97
DAFTAR TABEL
No. Keterangan ` Halaman
2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 47
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 76
4.1 Statistik Deskriptif Data Audit Delay ... 79
4.2 Distribusi Kecenderungan Frekuensi Audit Delay ... 80
4.3 Statistik Deskriptif Data Ukuran Perusahaan ... 80
4.4 Distribusi Kecenderungan Frekuensi Ukuran Perusahaan ... 81
4.5 Distribusi Kategori Reputasi Auditor ... 81
4.6 Distribusi Kategori Opini audit ... 82
4.7 Statistik Deskriptif Data Profitabilitas ... 82
4.8 Distribusi Kecenderungan Frekuensi Profitabilitas ... 83
4.9 Statistik Deskriptif Data Solvabilitas ... 83
4.10 Distribusi Kecenderungan Frekuensi Solvabilitas ... 84
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Data Penelitian ... 100
2 Hasil Regresi ... 104
3 Skema Pemilihan Model Terbaik ... 106
4 Hasil Pengujian Pemilihan Model Terbaik ... 107
5 Hasil Model Terbaik ... 108
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya dunia usaha di Indonesia menyebabkan
perusahaan-perusahaan besar membutuhkan sumber pendanaan dari luar. Salah satu sumber tersebut adalah penerbitan saham kepada masyarakat luas,
yang disebut dengan go public. Perusahaan go public wajib menerbitkan laporan keuangan pada setiap akhir periode akuntansi sebagai bentuk
pertanggungjawaban kepada masyarakat, khususnya investor dan calon
investor.
Informasi keuangan yang nantinya akan dijadikan instrumen untuk
pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) merupakan tujuan utama dari perusahaan go public dalam hal pelaporan keuangan (financial reporting). Agar tujuan tersebut terpenuhi, informasi yang
disajikan harus relevan, wajar, dan didukung dengan pengungkapan yang
memadai.
Menurut Givoly dan Palmon (1982) dalam Rachmawati (2008)
Informasi yang diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dapat
bermanfaat bilamana disajikan secara akurat dan tepat pada saat dibutuhkan
oleh pemakai laporan keuangan, namun informasi tidak lagi bermanfaat bila
pelaporan keuangan merupakan faktor penting bagi kemanfaatan laporan
keuangan tersebut.
Chambers dan Penman (1984) dalam Subekti (2005) menunjukkan
bahwa pengumuman laba yang terlambat menyebabkan abnormal returns negatif sedangkan pengumuman laba yang lebih cepat menyebabkan hal yang
sebaliknya. Keterlambatan pelaporan secara tidak langsung juga diartikan oleh
investor sebagai sinyal yang buruk bagi perusahaan.
Relevan merupakan salah satu faktor kualitatif yang utama dari laporan
keuangan. Salah satu syarat agar informasi akuntansi dikatakan relevan adalah
ketepatan waktu (timeliness). Laporan keuangan harus disajikan tepat waktu.
Apabila terjadi penundaan pelaporan, maka dapat mempengaruhi stakeholders
dalam membuat keputusan maupun prediksi.
Menurut Owusu-Ansah (2000) dalam Aryati dan Maria (2005), agar laporan keuangan lebih bermanfaat selain harus tepat waktu pelaporannya
kepada publik, laporan keuangan juga harus diaudit oleh akuntan publik.
Lamanya waktu penyelesaian audit akan mempengaruhi ketepatwaktuan
publikasi informasi laporan keuangan auditan, disamping faktor spesifik
perusahaan itu sendiri.
Dalam Generally Accepted Auditing Standard (GAAS), khususnya standar umum ketiga, dinyatakan bahwa auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dalam melaksanakan audit dan menyusun laporan
keuangan (SPAP:SA Seksi 230.1). Standar pekerjaan lapangan pertama
mengawasi semua asisten sebagaimana mestinya (SPAP:SA Seksi 311.1), dan
standar pekerjaan lapangan ketiga menyatakan auditor harus memperoleh
cukup bukti audit yang tepat dengan melakukan prosedur audit agar memiliki
dasar yang layak untuk memberikan pendapat menyangkut laporan keuangan
yang diaudit (SPAP:SA Seksi 326.1). Standar tersebut memungkinkan akuntan
publik untuk melakukan penundaan publikasi laporan audit atau laporan
keuangan auditan, sedangkan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) mewajibkan perusahaan-perusahaan
publik yang terdaftar (go public) atau emiten yang efeknya tercatat di Bursa
Efek Indonesia untuk mempublikasikan laporan keuangan auditan dalam
periode tertentu setelah berakhirnya tahun buku.
Di Indonesia sejak 31 Juli 2006 BAPEPAM-LK semakin memperketat
peraturan dengan dikeluarkannya surat keputusan ketua BAPEPAM-LK, Nomor: Kep-06/BL/2006 yang menyatakan bahwa laporan keuangan disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat lazim harus disampaikan kepada
BAPEPAM paling lambat dalam waktu 90 hari atau akhir bulan ketiga setelah
tahun buku berakhir.
Laporan keuangan auditan adalah laporan keuangan yang telah diaudit
oleh auditor. Laporan keuangan berguna sebagai bentuk pertanggungjawaban
manajemen kepada pemilik saham dan juga bagi pengambilan keputusan. Hal
ini dibutuhkan guna mengetahui posisi keuangan, kinerja perusahaan, dan
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, persyaratan ini mengacu pada
pasal 69 UU Pasar Modal, peraturan nomor VIII.G.7 dan PSAK nomor 8.
Menurut Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(BAPEPAM-LK), sebanyak 50 emiten telat melaporkan laporan keuangan dan diantaranya merupakan perusahaan keuangan di Indonesia. Laporan keuangan
yang terlambat dilaporkan tersebut mencakup laporan realisasi penggunaan
dana, laporan keuangan tengah tahunan, laporan tahunan, dan laporan hasil
pemeringkatan efek. Atas keterlambatan itu, total denda yang langsung
disetorkan ke kas negara senilai mencapai Rp 1 miliar (BAPEPAM, 2006).
Pada 2012, tercatat 54 emiten terlambat menyerahkan laporan
keuangan tahunan buku tahun 2011. Sementara pada 2011 tercatat 62 emiten
terlambat menyerahkan laporan keuangan 2010, sedangkan pada 2010 tercatat
ada sebanyak 68 emiten terlambat menyerahkan laporan keuangan 2009.
Beberapa pelanggaran emiten terkait pelanggaran laporan keuangan antara
lain keterlambatan penyampaian, komponen laporan keuangan tidak lengkap,
terlambat menyampaikan rencana melakukan audit atau penelaahan terbatas
atas laporan keuangan (Idris, 2012). Keterlambatan penyampaian laporan
keuangan bisa disebabkan oleh banyak hal diantaranya proses tutup buku dan
proses audit yang berlangsung lama.
Berdasarkan pantauan BEI, hingga 28 Juni 2013 terdapat tujuh
perusahaan tercatat yang belum menyampaikan laporan keuangan audit per 31
Desember 2012 dan atau belum melakukan pembayaran denda atas
Tujuh perusahaan itu adalah:
1. PT Borneo Lumbung Energi dan Metal Tbk (BORN) 2. PT Davomas Abadi Tbk (DAVO)
3. PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA)
4. PT Dayaindo Resources International Tbk (KARK) 5. PT Steady Safe Tbk (SAFE)
6. PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk (TRUB) 7. PT Zebra Nusantara Tbk (ZBRA).
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) mengenakan sanksi
keterlambatan kepada emiten yang terlambat menyampaikan laporan hasil
audit berupa denda sebesar Rp 1.000.000 per hari dihitung sejak tanggal jatuh
tempo yaitu pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
Denda maksimal yang dikenakan untuk emiten yang terlambat menyampaikan
laporan hasil audit adalah Rp 500.000.000, ketentuan ini diatur sesuai dengan
UU R.I No.8/1995 Bab XIV pasal 102 dan diperjelas dalam PP.No.45/1995
Bab XII pasal 63.
Menurut Lawrence dan Bryan (1998) dalam Rustiana (2007)
mendefinisikan Audit Delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan audit yang diukur dari tanggal penutupan
tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit. Sedangkan Menurut
Ashton et al. (1987) dalam penelitian Kartika (2009), Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit dari akhir tahun fiskal perusahaan sampai
Perusahaan keuangan merupakan lembaga yang melaksanakan fungsi
utama menyalurkan dana dari yang berlebih kepada mereka yang kekurangan
dana. Adapun jenis-jenis perusahaan keuangan diantaranya Bank Komersial
(Commercial Banks), Perusahaan asuransi, Perusahaan sekuritas dan bank
investasi, Perusahaan Pembiayaan (Finance Companies), dan Reksa dana
(Mutual Funds). Sistem keuangan telah menciptakan cara alternatif dan tidak
langsung kepada investor (pemberi dana) untuk menyalurkan dana kepada
pengguna dana. Ini merupakan transfer dana tidak langsung (indirect transfer)
dana kepada pengguna dana melalui perusahaan keuangan. Perusahaan
keuangan mengurangi biaya monitoring, resiko likuiditas, dan resiko harga
yang dihadapi penyumbang dana dibandingkan ketika mereka berinvestasi
secara langsung pada klaim keuangan (Sitorus, 2008).
Menurut Dyer dan Mc Hugh (1975) dalam Kartika (2009) mengenai
ukuran perusahaan, perusahaan besar lebih konsisten untuk tepat waktu
dibandingkan perusahaan kecil dalam menginformasikan laporan
keuangannya. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai aktiva
perusahaan maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya.
Hasil penelitian Ashton, Willingham, dan Elliott (1987), Schwartz dan
Soo (1996) dalam penelitian Utami (2006) mengenai reputasi auditor,
menemukan bahwa audit delay akan lebih pendek bagi perusahaan yang diaudit oleh KAP yang tergolong besar. Hal ini diasumsikan karena KAP besar
memiliki karyawan dalam jumlah yang besar, dapat mengaudit lebih efisien
menyelesaikan audit tepat waktu, dan memiliki dorongan yang lebih kuat
untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga reputasinya.
Opini Audit dikemukakan oleh Asthon et al. (1987) dalam Sulthoni (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang diberikan qualified opinion cenderung memiliki audit delay yang lebih panjang, karena secara logika dapat dikatakan bahwa auditor membutuhkan waktu dan usaha untuk mencari
prosedur audit ketika mengkonfirmasi kualifikasi audit. Pendapat unqualified
opinion umumnya diberikan kepada perusahaan yang terdaftar di BEI guna menunjang pelaporan hasil kinerja perusahaan.
Profitabilitas merupakan kemampuan perseroan untuk menghasilkan suatu keuntungan dan menyokong pertumbuhan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Profitabilitas perseroan biasanya dilihat dari laporan
laba rugi perseroan (income statement) yang menunjukkan laporan hasil kinerja perseroan.
Solvabilitas merupakan kemampuan perseroan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang terjadi di perusahaan selama satu periode. Solvabilitas yang diukur dengan membuat perbandingan seluruh kewajiban terhadap
seluruh aktiva dan perbandingan seluruh kewajiban terhadap ekuitas. Proses pengauditan utang relatif membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
pengauditan ekuitas, khususnya apabila memiliki banyak jumlah debt holder. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, rata-rata audit delay dari tahun ke tahun mengalami tenggang waktu yang berbeda. Penelitian yang
Audit delay dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran perusahaan, jenis perusahaan, opini audit, tingkat profitabilitas, dan ukuran auditor (Kantor
Akuntan Publik). Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kelima faktor
tersebut berpengaruh terhadap audit delay.
Menurut Aryati dan Maria (2005) dalam penelitiannya mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dan timeliness. Variabel yang digunakan adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, keberadaan divisi internal
auditor, dan ukuran KAP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang
signifikan berpengaruh terhadap audit delay adalah ukuran perusahan sedangkan variabel profitabilitas, keberadaan divisi internal auditor dan
ukuran KAP tidak signifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rustiana (2007) tentang pengaruh
ukuran perusahaan, debt to total asset, hubungan pengumuman laba/rugi, opini audit, dan ukuran KAP terhadap perbedaan audit delay pada perusahaan -perusahaan keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan dan hubungan pengumuman laba/rugi berpengaruh terhadap
perbedaan audit delay. Sedangkan debt to total asset, opini audit, dan ukuran
KAP tidak berpengaruh terhadap perbedan audit delay.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti-peneliti sebelumnya yang meneliti tentang faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap audit delay. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu menggunakan tahun penelitian yaitu pada tahun 2009-2011
penelitian ini menggunakan sampel yang berbeda yaitu perusahaan -perusahaan keuangan yang berada di Bursa Efek Indonesia sedangkan
penelitian sebelumnya lebih banyak mengemukakan penelitian pada
perusahaan manufaktur, dan pembahasan audit delay menarik dibahas karena
pada era modern saat ini dengan umumnya penggunaan teknologi dalam
pelaksanaan audit apakah masih terdapat delay dalam audit serta peran dari
perusahaan keuangan yang memiliki peranan penting bagi seluruh aspek yang
berkepentingan.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu belum diketahui secara pasti
faktor-faktor yang secara konsisten mempengaruhi audit delay dan mengingat
akan pentingnya ketepatan waktu dan penyelesaian penyajian laporan
keuangan audit oleh auditor independen maka peneliti melakukan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Reputasi Auditor, Opini
Audit, Profitabilitas, dan Solvabilitas Terhadap Audit Delay pada
Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay?
2. Apakah reputasi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay?
4. Apakah profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay? 5. Apakah solvabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay?
6. Apakah ukuran perusahaan, reputasi auditor, opini audit, profitabiltas, dan solvabilitas secara simultan berpengaruh terhadap audit delay?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay. 2. Pengaruh reputasi auditor terhadap audit delay.
3. Pengaruh opini audit terhadap audit delay. 4. Pengaruh profitabilitas terhadap audit delay. 5. Pengaruh solvabilitas terhadap audit delay.
6. Pengaruh secara signifikan ukuran perusahaan, reputasi auditor, opini audit, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap audit delay.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi praktisi dan
akademis, yaitu:
1. Bagi profesi auditor dan Kantor Akuntan Publik (KAP)
Membantu upaya dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses
audit dengan mengendalikan faktor-faktor seperti ukuran perusahaan,
reputasi auditor, opini audit, profitabilitas, dan solvabilitas yang
mungkin dalam usaha memperbaiki ketepatan waktu atau mempercepat
penerbitan laporan keuangan kepada publik.
2. Bagi BAPEPAM-LK dan BEI
Memberikan informasi bagi BAPEPAM-LK tentang lamanya audit delay perusahaan-perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI. Selain itu,
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi
BAPEPAM-LK dan BEI dalam upaya mengefektifkan serta membuat regulasi baru di masa mendatang yang nantinya akan mempengaruhi
proses audit delay perusahaan-perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI. Dengan demikian, kepercayaan pihak internal (manajemen) dan eksternal
(investor dan masyarakat) yang memiliki kepentingan atas laporan
keuangan juga akan meningkat.
3. Bagi perusahaan keuangan di Indonesia
Memicu perusahaan untuk lebih mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay sehingga dapat menyajikan laporan keuangan secara tepat waktu karena perusahaan keuangan cenderung lebih ketat
diawasi oleh para investor dan institusi lain.
4. Mahasiswa jurusan akuntansi
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
Beberapa pengertian laporan keuangan menurut para ahli ekonomi :
1) Pengertian laporan keuangan menurut Mulyadi (2002) adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang dimaksudkan
untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan/
atau kewajiban entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva
dan/atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2) Menurut Apriyono (2008), definisi laporan keuangan adalah ringkasan dari proses akuntansi selama tahun buku yang
bersangkutan digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara
data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap data atau aktivitas perusahaan
3) Pengertian laporan keuangan menurut Baridwan (2004) adalah merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan
ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama
tahun buku yang bersangkutan.
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Laporan Keuangan adalah :
“Laporan keuangan yang menyediakan informasi menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagaian besar pengguna laporan”. (IAI, 2012)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan Laporan Keuangan adalah:
1) Merupakan produk akuntansi yang penting dan dapat digunakan
untuk membuat keputusan-keputusan ekonomi bagi pihak internal dan eksternal.
2) Merupakan potret perusahaan, yaitu dapat menggambarkan kinerja
keuangan maupun kinerja manajemen perusahaan dalam setiap kondisi.
3) Merupakan rangkaian aktivitas ekonomi perusahaan yang diklasifikasikan dalam suatu periode perusahaan dalam kurun
waktu setahun.
Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting disamping informasi lain seperti informasi
industri, kondisi perekonomian, pangsa perusahaan, kualitas manajemen dan lainya. Jadi setiap perusahaan go public diwajibkan
untuk mempublikasikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang telah terdaftar di Badan Pengawasan Pasar Modal
(BAPEPAM). Laporan keuangan terdiri dari: 1) Neraca (Balance Sheet)
Neraca adalah laporan keuangan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan berupa aktiva, liabilitas, dan ekuitas dari entitas tersebut (IAI, 2012).
Persamaan akuntansi (disebut juga identitas neraca) merupakan dasar sistem akuntansi. Disisi kiri persamaan ini terkait dengan
sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan, atau aktiva sumber daya yang merupakan investasi yang diharapkan untuk menghasilkan laba dimasa depan melalui aktiva operasi sisi kanan
persamaan ini yang mengidentifikasi sumber pendanaan. Kewajiban (liability) merupakan pendanaan dari kreditor dan
mewakili kewajiban perusahaan, atau klaim kreditor atas aktiva. Ekuitas atau ekuitas pemegang saham (shareholders equity) merupakan total dari (1) pendanaan yang menginvestasikan atau
yang tidak dibagikan kepada pemilik (laba ditahan) sejak berdirinya perusahaan.
2) Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan laba rugi adalah bagian dari laporan keuangan
suatu perusahaan atas total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk komponen-komponen pendapatan komprehensif lain (IAI, 2012). Laporan laba rugi mengukur kinerja keuangan
perusahaan antara tanggal neraca. Laporan ini mencerminkan aktivitas operasi perusahaan. Laporan laba rugi menyediakan
rincian pendapatan, beban, untung, dan rugi perusahaan untuk suatu periode waktu.
3) Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah laporan yang berisi informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk
menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dalam kebutuhan entitas untuk menggunakan arus kas tersebut (IAI, 2012). Tujuan pokok laporan arus kas adalah untuk
memberikan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu.
b. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Publik Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan adalah
keuangan serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atau
sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Menurut Ainun Na’im (1988) tujuan umum laporan keuangan adalah:
1) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. 2) Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai
perubahan dalam aktiva netto suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.
3) Memberikan informasi keuangan yang membantu pemakai laporan
dalam menaksir potensi perusahaan.
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses
pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan buku bersangkutan.
Menurut SFAC Nomor 1 tentang Objectives of Financial
Reporting by Business Enterprises, tujuan laporan keuangan untuk
organisasi pencari laba adalah adalah:
1) Memberikan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pemakai lainnya dalam membuat keputusan secara rasional
2) Memberikan informasi untuk membantu investor atau calon investor dan kreditor serta pemakai lainnya dalam menentukan
jumlah, waktu, dan prospek penerimaan kas dari dividen atau
bunga dan juga penerimaan dari penjualan, piutang, saham, dan
pinjaman yang jatuh tempo.
3) Memberikan informasi tentang sumber daya (aktiva) perusahaan, klaim atas aktiva, dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan keadaan
lain terhadap aktiva dan kewajiban.
4) Memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan selama satu periode.
5) Memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan untuk mendapatkan dan membelanjakan kas, tentang pinjaman dan
pengembaliannya, tentang transaksi yang mempengaruhi modal,
termasuk dividen dan pembayaran lainnya kepada pemilik, dan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas dan
solvabilitas perusahaan.
6) Memberikan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan perusahaan kepada pemilik
atas penggunaan sumber daya (aktiva) yang telah dipercayakan
kepadanya.
7) Memberikan informasi yang berguna bagi manajer dan direksi dalam proses pengambilan keputusan untuk kepentingan pemilik
Berdasarkan tujuan laporan keuangan diatas dapat disimpulkan
bahwa dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, dapat
diketahui kondisi keuangan perusahaan tersebut secara menyeluruh.
Kemudian, laporan keuangan tidak hanya sekadar cukup dibaca saja,
tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan
perusahaan saat ini. Caranya adalah dengan melakukan analisis
keuangan melalui berbagai rasio keuangan yang lazim dilakukan.
c. Karakteristik Laporan Keuangan
Laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan
sebagai suatu progress report. Laporan keuangan terdiri dari data-data
yang merupakan hasil dari kombinasi antara fakta yang telah dicatat,
prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan dalam akuntansi serta
pendapat pribadi. Oleh sebab itu, di dalam penyusunannya laporan
keuangan memiliki karakteristik tersendiri.
Karakteristik kualitas laporan keuangan sebagaimana yang
dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK:
2012) adalah:
1) Dapat dipahami
Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pengguna. Untuk
maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang
kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang
wajar.
2) Relevan
Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi
memiliki kualitas relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pengguna, dengan membantu mengevaluasi peristiwa
masa lalu, masa kini atau masa depan.
3) Keandalan
Informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunaannya sebagai
penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
disajikan.
4) Dapat dibandingkan
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan
kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga
harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan
untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
2. Teori Agensi
Konsep agency teory menurut Anthony dan Govindarajan (1995)
dalam Ma’ruf (2006) adalah hubungan atau kontak antara principal dan
agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk
kepentingan principal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan
keputusan dari principal kepada agent.
Jensen dan Meckling (1976) dalam Ma’ruf menyatakan bahwa
hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan
pemegang saham (principal). Hubungan keagenan tersebut terkadang
menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham. Konflik yang
terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat
dasar mementingkan kepentingan diri sendiri. Pemegang saham dan
manajer memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi, akibat yang terjadi adalah munculnya konflik
kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian yang lebih
besar dan secepat–cepatnya atas investasi yang mereka tanamkan
sedangkan manajer menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan
pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar-besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan.
Menurut Scott (1997) dalam Wendy (2010), aplikasi agency theory
dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan
kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan
aturan yang mengatur mengenai mekanisme bagi hasil, baik yang berupa
keuntungan, return maupun risiko-risiko yang disetujui oleh prinsipal dan agen. Kontrak kerja akan menjadi optimal bila kontrak dapat fairness yaitu
mampu menyeimbangkan antara prinsipal dan agen yang secara matematis
memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen dan
pemberian insentif/imbalan khusus yang memuaskan dari prinsipal ke
agen.
Menurut Eisenhardt dalam Wendy (2010) teori agensi
menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya
mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir
terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3)
manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Pihak agen termotivasi
untuk memaksimalkan fee kontraktual yang diterima sebagai sarana dalam
pemenuhan kebutuhan ekonomis dan psikologisnya. Sebaliknya, pihak
prinsipal termotivasi untuk mengadakan kontrak atau memaksimalkan
returns dari sumber daya untuk menyejahterakan dirinya dengan
profitabilitas yang selalu meningkat.
Konflik kepentingan ini terus meningkat karena pihak prinsipal
tidak dapat memonitor aktivitas agen sehari-hari untuk memastikan bahwa agent bekerja sesuai dengan keinginan para pemegang saham. Sebaliknya,
agent sendiri memiliki lebih banyak informasi penting mengenai kapasitas
memicu timbulnya ketidakseimbangan informasi antara principal dan
agent. Kondisi ini dinamakan dengan asimetri informasi.
Adanya penyimpangan antara keputusan yang diambil agen dan
keputusan yang akan meningkatkan kesejahteraan prinsipal akan
menimbulkan kerugian atau pengurangan kesejahteraan prinsipal, nilai
uang yang timbul dari adanya penyimpangan tersebut disebut residual loss
Jensen dan Meckling (1976) dalam Wendy (2010). Adanya asimetri
informasi dapat mendorong agen untuk menyembunyikan beberapa
informasi yang tidak diketahui prinsipal untuk memaksimalkan
keuntungan bagi agen. Agen dapat termotivasi untuk melaporkan
informasi yang tidak sebenarnyakepada prinsipal, terutama jika informasi
tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agen.
Menurut Ali (2007) dalam Wendy (2010) mengatakan bahwa
manajer yang telah diberi wewenang untuk mengelola perusahaan
bertanggung jawab untuk memaksimalkan keuntungan prinsipal dan
melaporkan tanggung jawabnya melalui media laporan keuangan. Atas
kinerja manajer tersebut, kompensasi manajemen diberikan sesuai dengan
kontrak yang yang telah disepakati. Dengan demikian terdapat dua
kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan untuk mencapai atau
mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Inti dari Agency
Theory atau teori keagenan adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk
menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik
3. Audit
a. Definisi Audit
Definisi audit menurut Arens, Elder, Beasley dan Jusuf
(2010) menjelaskan bahwa pengertian auditing adalah:
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”.
Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti
mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat
kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan.
Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Sedangkan pengertian audit menurut Mulyadi (2002):
“Suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mencari bukti-bukti dengan cara objektif yang berkaitan dengan pernyataan -peryataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk menentukan kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.”
Auditing menurut Agoes (2004) adalah :
Berdasarkan definisi dari auditing tersebut, dapat diuraikan 7
elemen yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan audit, yaitu:
1) Proses yang sistematis.
Dalam pelaksanaannya auditing dilakukan berdasarkan
proses-proses rangkaian dan prosedur yang bersifat terstruktur,
terorganisir, dan logis sesuai dengan ketentuannya.
2) Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif.
Pelaksanaan audit dilakukan dengan menghimpun bukti -bukti yang mendasari asersi-asersi yang dibuat individu atau
entitas. Auditor kemudian melakukan evaluasi terhadap bukti-bukti yang diperoleh tersebut. Dalam penghimpunan dan pengevaluasian
bukti-bukti auditor harus bersikap objektif dalam pengungkapan
fakta secara apa adanya, tidak memihak, dan tidak berprasangka
buruk terhadap individu atau entitas yang membuat representasi
tersebut.
3) Asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi. Asersi merupakan pernyataan secara keseluruhan oleh
pihak yang bertanggung jawab atas pernyataan tersebut. Jadi, asersi
atau pernyataan tentang tindakan dan kejadian ekonomi merupakan
proses pengidentifikasian, pengukuran, dan penyampaian informasi
4) Menentukan tingkat kesesuaian.
Tingkat kesesuaian tersebut dapat dijelaskan dalam bentuk
kualitatif maupun kuantitatif. Bentuk kualitatif contohnya
kewajaran laporan keuangan. Penghimpunan dan pengevaluasian
bukti-bukti dimaksudkan untuk menentukan dekat tidaknya atau sesuai tidaknya asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.
5) Kriteria yang ditentukan.
Kriteria dapat berupa prinsip akuntansi yang berlaku umum
atau standar akuntasi keuangan, dan anggaran atau ukuran lain
kinerja manajemen. Kriteria yang ditentukan merupakan standar -standar pengukur untuk mempertimbangkan (judgment)
representasi-representasi atau asersi-asersi.
6) Menyampaikan hasil-hasilnya.
Hasil-hasil audit dikomunikasikan melalui laporan tertulis
yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi dan kriteria yang telah ditentukan. Komunikasi dari hasil audit dapat
memperkuat atau memperlemah kredibilitas atau pernyataan yang
7) Para pemakai yang berkepentingan.
Para pemakai yang berkepentingan dari hasil audit
diantaranya, investor maupun calon investor di pasar modal,
pemegang saham, kreditor maupun calon kreditor, badan
pemerintahan, manajemen, dan publik pada umumnya.
b. Jenis-Jenis Audit
Terdapat tiga jenis audit yang dikemukan oleh Boynton (2006)
diantaranya sebagai berikut:
1) Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan berkaitan dengan kegiatan
memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan
entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah
laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Secara signifikan, audit laporan keuangan dapat
menurunkan risiko investor dan kreditor dalam membuat berbagai
keputusan investasi dengan tidak menggunakan informasi yang
bermutu rendah.
2) Audit Kepatuhan
Audit kepatuhan berkaitan dengan kegiatan memperoleh
dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan
kepatuhan umumnya ditujukan kepada otoritas yang menerbitkan
kriteria tersebut dan dapat terdiri dari (1) ringkasan temuan atau (2)
pernyataan keyakinan mengenai derajat kepatuhan dengan kriteria
tersebut.
3) Audit Operasional
Audit operasional berkaitan dengan kegiatan memperoleh
dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas
kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian
tujuan tertentu.
c. Jenis-Jenis Auditor
Menurut Arens et al. (2010) terdapat beberapa jenis auditor
yang berpraktik sekarang ini, diantaranya: Auditor Independen
(Akuntan Publik), Auditor Pemerintah, dan Auditor Internal (Internal
Auditor).
1) Auditor Independen.
Auditor independen berasal dari Kantor Akuntan Publik
(KAP), bertanggung jawab atas audit laporan keuangan historis
auditeenya. Independen sebagai sikap mental auditor yang
memiliki integritas tinggi, objektif pada permasalahan yang timbul,
dan tidak memihak pada kepentingan manapun.
Perangkat yang harus dipatuhi oleh Auditor Independen
adalah Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Kode Etik
memiliki hubungan profesional dengan manajemen perusahaan,
dewan komisaris dan komite audit, internal auditor dan pemegang
saham dalam melaksanakan pekerjaannya yaitu melakukan audit
atas laporan keuangan suatu organisasi.
2) Auditor Pemerintah.
Auditor pemerintah berasal dari lembaga pemeriksa
pemerintah. Di Indonesia lembaga yang bertanggung jawab secara
fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan dan keuangan
negara adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga
tingkat tertinggi, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) dan Inspektorat Jenderal (Itjen) yang ada pada
departemen-departemen pemerintah. Auditor pemerintah memiliki
fungsi melakukan audit atas keuangan negara pada instansi-instansi atau perusahaan-perusahaan yang sahamnya dimiliki pemerintah.
3) Auditor Internal.
Auditor internal adalah pegawai dari suatu organisasi atau
perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen
perusahaan yang bersangkutan dengan tujuan untuk membantu
manajemen organisasi untuk mengetahui kepatuhan para pelaksana
opersasional organisasi terhadap kebijakan dan prosedur yang telah
Tugas dari auditor internal sangat beragam, tergantung pada
tugas-tugas yang dibebankan oleh perusahaan kepada auditor. Tugas auditor internal dapat berupa audit ketaatan, audit
operasional, evaluasi sistem komputer, dan termasuk bidang di luar
akuntansi.
Berdasarkan jenis-jenis auditor tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semua instansi pemerintah maupun perusahaan
swasta membutuhkan peran auditor untuk mengevaluasi segala
sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan bersifat
operasionalisasi serta materialitas agar sesuai dengan kebijakan dan
standar yang berlaku.
4. Audit Delay
Audit delay mengimplikasikan bahwa laporan keuangan disajikan
pada suatu interval waktu, maksudnya untuk menjelaskan perubahan di
dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pengguna pada waktu
membuat prediksi dan keputusan. Apabila informasi tersebut tidak
disampaikan tepat waktu akan menyebabkan informasi kehilangan nilainya
di dalam mempengaruhi kualitas keputusan.
Beberapa pengertian mengenai audit delay atau ketepatwaktuan
pelaporan keuangan sebagai berikut:
Menurut Subekti (2005) bahwa perbedaan waktu antara tanggal
laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan
dilakukan oleh auditor. Perbedaan inilah yang sering dinamai dengan audit
delay.
Menurut Utami (2006) Audit Delay adalah lamanya waktu
penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku, hingga
tanggal diselesaikannya laporan audit independen. Aryati dan Maria
(2005) mendefinisikan audit delay adalah rentang waktu penyelesaian
pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya
hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas
audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tutup tahun
buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada
laporan auditor independen.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan
bahwa pengertian audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit
yang diukur dari perbedaan waktu antara tanggal tutup tahun buku
perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tercantum pada
laporan audit independen.
5. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala di mana
dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara
lain dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain.
Keputusan ketua Bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan
perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah
sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya
diatas seratus milyar.
Menurut Rochimawati (2008) ukuran perusahaan adalah suatu
ukuran perusahaan yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Ukuran
perusahaan ditandai dengan beberapa ukuran antara lain total penjualan,
total asset, log size, jumlah pegawai, nilai pasar perusahaan, dan nilai buku
perusahaan. Penelitian ini menggunakan log total aset yang dimiliki
perusahaan sebagai ukuran perusahaan.
Aryati dan Maria (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
ukuran perusahaan yang diukur dengan total assets memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap audit delay. Pengaruh ini ditunjukkan dengan
semakin besar nilai aktiva suatu perusahaan maka semakin pendek audit
delay dan sebaliknya. Perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses
auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar
cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan
perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor,
pengawas modal dan pemerintah.
Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset
yang dimiliki oleh perusahaan. Keadaan yang dikehendaki oleh
perusahaan adalah perolehan laba bersih sesudah pajak karena bersifat
menambah modal sendiri. Perusahaan yang berukuran lebih besar
dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil. Public demand akan
informasi yang tinggi terhadap perusahaan memungkinkan tumbuhnya
kepercayaan akan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
Kepercayaan tersebut dapat meningkatkan tingkat keberlangsungan usaha
dari perusahaan tersebut. Semakin bagus ukuran perusahaan akan
diproksikan dengan semakin tinggi total assets yang dimiliki oleh suatu
entitas, akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menggunakan
jasa KAP the big four.
6. Reputasi Auditor
Hasil penelitian Ashton et al. Schwartz dan Soo (dalam Utami,
2006), menemukan bahwa audit delay akan lebih pendek bagi perusahaan
yang diaudit oleh KAP yang tergolong besar. Beberapa penelitian
membuktikan kesesuaian dengan hipotesis reputasi yang berargumen
bahwa KAP besar memiliki insentif lebih besar untuk mengaudit lebih
akurat karena mereka memiliki lebih banyak hubungan spesifik dengan
klien yang akan hilang jika mereka memberikan laporan yang tidak akurat.
Selain itu karena KAP besar memiliki sumber daya yang lebih besar
dibandingkan dengan KAP kecil, sehingga mereka memiliki resiko
terancam (exposed) oleh tuntutan hukum pihak ketiga yang lebih besar bila
menghasilkan laporan audit yang tidak akurat dan keliru. Hal ini
diasumsikan karena KAP besar memiliki karyawan dalam jumlah yang
besar, dapat mengaudit lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang
waktu, dan memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan
auditnya lebih cepat, guna menjaga reputasinya.
Menurut Yuliana dan Aloysia (2004) Kantor Akuntan Publik di
Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan Kantor Akuntan Publik
non the big four. Adapun kategori Kantor Akuntan Publik yang berafiliasi
dengan The Big Four di Indonesia, yaitu:
1) KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerja sama dengan KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan.
2) KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerja sama dengan KAP Siddharta dan Widjaja.
3) KAP Ernst & Young, yang bekerja sama dengan KAP Purwantono, Suherman dan Surja.
4) KAP Deloitte Touche Tohmatsu, yang bekerja sama dengan KAP Osman Bing Satrio.
Keempat KAP the big four diatas dianggap memiliki reputasi yang
lebih baik dibandingkan dengan KAP-KAP lain di Indonesia (KAP non
-big four). Sehingga keempat KAP tersebut diatas diberi label KAP the big
four. Hal tersebut juga didasarkan pada ukuran dan reputasi KAP tersebut
dalam memberikan jasa audit.
6. Opini Audit
Laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor dalam
mengkomunikasikan kesimpulan tentang laporan keuangan yang diaudit
penting bagi perusahaan ataupun pihak-pihak lain yang membutuhkan hasil dari laporan keuangan auditan.
Opini audit yang diberikan auditor melalui beberapa tahap audit
yang dilakukan dapat memberikan beberapa simpulan atas opini yang
harus diberikan terhadap laporan keuangan yang diauditnya. Dengan
demikian, auditor di dalam memberikan opini sudah didasarkan pada
keyakinan profesionalnya.
Ada lima kemungkinan pernyataan pendapat auditor independen
(Mulyadi, 2002) yaitu:
a) Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi
keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia jika memenuhi kondisi
berikut ini:
1) Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia digunakan untuk menyusun laporan keuangan.
2) Perubahan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.
3) Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan
keuangan, sesuai dengan akuntansi yang berlaku umum di
b) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan (Unqualified Opinion Report With Explanatory Language)
Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun
laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil
usaha perusahaan klien, auditor dapat menambahkan laporan hasil
auditnya dengan bahasa penjelas. Berbagai penyebab paling penting
adanya tambahan bahasa penjelas (Arens, 1995):
1) Adanya ketidakpastian yang material.
2) Adanya keraguan atas kelangsungan hidup perusahaan.
3) Auditor setuju dengan penyimpangan terhadap prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
c) Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian akan diberikan oleh
auditor jika dijumpai hal-hal sebagai berikut:
1) Lingkup audit dibatasi oleh klien.
2) Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang
berada di luar kekuasaan klien maupun auditor.
3) Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
4) Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara
d) Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
Auditor akan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan
keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia sehingga tidak menyajikan secara wajar
posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas
perusahaan klien. Selain auditor memberikan pendapat tidak wajar jika
tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga auditor dapat mengumpulkan
bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika
laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar, maka informasi yang
disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat
dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi untuk
pengambilan keputusan.
e) Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opinion)
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan
yang diaudit, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa
pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor tidak
memberikan pendapat adalah:
1) Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
2) Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya. Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan
pendapat tidak wajar adalah pendapat tidak wajar diberikan dalam
keuangan pendapat karena ia tidak cukup memperoleh bukti
mengenai kewajaran laporan keuangan yang diaudit.
Jadi, Opini audit merupakan ukuran atas pendapat yang
diberikan oleh auditor terhadap hasil laporan keuangan perusahaan
yang dipublikasikan. Semakin memperoleh pendapat unqualified
opinion perusahaan tersebut dipandang semakin baik.
7. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perseroan untuk menghasilkan suatu keuntungan dan menyokong pertumbuhan baik untuk jangka pendek
maupun jangka panjang (Supranoto, 1990). Profitabilitas perseroan biasanya dilihat dari laporan laba rugi perseroan (income statement) yang menunjukkan laporan hasil kinerja perseroan. Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola
kekayaan perusahaan yang ditunjukan oleh laba yang dihasilkan. Secara
garis besar laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan
investasi yang dilakukan oleh perusahaan.
Perusahaan akan mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan (profitabilitas) baik dari tingkat penjualan,
asset, modal maupun saham tertentu. Dalam rasio Profitabilitas ini dapat
dikatakan sampai sejauh mana keefektifan dari keseluruhan manajemen
dalam menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Profitabilitas merupakan
hasil dari sejumlah besar kebijakan dan keputusan manajemen dalam
Penelitian ini melakukan perhitungan Profitabilitas dengan Return
On Asset Rasio (ROA), rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba berdasarkan tingkat asset tertentu. Profitabilitas
mempengaruhi perusahaan yang mengumumkan rugi atau profitabilitas
yang rendah. Ini berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan oleh
pasar terhadap pengumuman rugi tersebut bagi perusahaan.
Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang
menjadi tolak ukur tingkat profitabilitas yaitu Return On Asset Rasio
(ROA) yang diperoleh dengan persamaan berikut:
ROA = � �
Keterangan :
Return on Asset (ROA) : Rasio Tingkat Profitabilitas
Laba Bersih : Jumlah laba bersih perusahaan
Total Asset : Jumlah asset yang dimiliki perusahaan
Berdasarkan persamaan diatas, maka ROA merupakan
perbandingan antara jumlah laba yang dihasilkan terhadap asset yang
digunakan, sehingga menunjukan sejumlah perusahaan mampu untuk
menghasilkan laba dari sumber daya (asset) yang dimiliki. Dengan
demikian kemungkinan Profitabilitas yang diukur dengan Return on Asset
8. Solvabilitas
Solvabilitas adalah kemampuan perseroan untuk memenuhi seluruh
kewajibannya, yang diukur dengan membuat perbandingan seluruh kewajiban terhadap seluruh aktiva dan perbandingan seluruh kewajiban
terhadap ekuitas (Kasmir, 2008).
Supranoto (1990) dalam Prayogi (2009) mengemukakan bahwa solvabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo. Analisis solvabilitas difokuskan terutama pada reaksi dalam neraca yang menunjukan
kemampuan untuk melunasi utang lancar dan utang tidak lancar.
Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang
menjadi tolak ukur Solvabilitas diukur dengan rasio total debt to total asset
(TDTA) yang membandingkan jumlah utang (baik jangka pendek ataupun
jangka panjang) dengan jumlah aktiva (total asset). Dari hasil pengukuran,
apabila rasionya tinggi maka pendanaan dengan utang semakin banyak
sehingga semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan
pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi
utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya
rendah maka semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang (Kasmir,
2008). Perhitungan solvabilitas dengan rasio total debt to total asset
(TDTA) sendiri di hitung dengan rumus:
Penelitian Carlaw dan Kaplan (1991) dalam Rachmawati (2008),
menemukan pengaruh yang signifikan antara solvabilitas yang diukur dari
rasio total debt to total assets (TDTA) terhadap Audit Delay untuk
perusahaan sampelnya tahun 1988. Alasan yang dapat mendukung
hubungan antara debt to assets ratio adalah pertama, bahwa total debt to
total assets ratio mengindikasikan kesehatan dari perusahaan. Proporsi
total debt to total assets ratio yang tinggi akan meningkatkan kegagalan
perusahaan sehingga auditor akan meningkatkan perhatian bahwa ada
kemungkinan laporan keuangan kurang dapat dipercaya. Kedua,
mengaudit hutang memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan
dengan mengaudit modal.
Biasanya mengaudit utang lebih melibatkan banyak staf dan lebih
rumit dibandingkan mengaudit modal. Dengan demikian solvabilitas yang
di ukur dengan total debt to total assets ratio dapat mempengaruhi waktu
penyelesaian audit.
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Interaksi antara ukuran perusahaan dengan audit delay
Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa faktor
ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay.
Hasil penelitian Subekti (2005) terhadap 72 sampel yang diteliti,
menyatakan bahwa ukuran perusahaan dengan indikator total assets
berpengaruh signifikan terhadap variabel audit delay. Aryati dan Maria
terdaftar di BEJ, menyatakan bahwa ukuran perusahaan yang diukur
dengan total assets memiliki pengaruh yang signifikan terhadap audit
delay.
Rachmawati (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Terkait
dengan ketepatwaktuan laporan keuangan tahunan, ukuran perusahaan
juga merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan.
Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka
hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut:
H1: ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.
2. Interaksi antara reputasi auditor dengan audit delay
Kualitas auditan berpengaruh terhadap kredibilitas laporan
keuangan ketika perusahaan go public. Oleh karena itu, underwritter yang
memiliki reputasi tinggi, menginginkan emiten yang dijaminnya, memakai
auditor yang mempunyai reputasi tinggi pula. Auditor yang memiliki
reputasi tinggi, akan menggunakan auditor yang memiliki reputasi,
keduanya akan mengurangi underpricing.
Subekti (2005) menunjukkan bahwa kantor akuntan publik
internasional atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai the big four
membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam menyelesaikan audit,
karena KAP tersebut dianggap dapat melaksanakan audit secara lebih
efisien dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu yang lebih tinggi