PENETAPAN ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI
(ALT) DALAM OBAT-OBAT PROBIOTIK
SKRIPSI
OLEH:
Anita Carollina
NIM 131524011
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENETAPAN ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI
(ALT) DALAM OBAT-OBAT PROBIOTIK
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
ANITA CAROLLINA
NIM 131524011
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
PENETAPAN ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI (ALT)
DALAM OBAT-OBAT PROBIOTIK
OLEH:
ANITA CAROLLINA 131524011
Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: 4 September 2015
s Disetujui Oleh :
Pembimbing I
Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt NIP 195006071979031001
Dra. Erly Sitompul, M.Si., Apt NIP 195006121980032001
Panitia Penguji
Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt NIP 195008281976032002
Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt NIP 195006071979031001
Dr. Masfria, M.S., Apt NIP 195707231986012001
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar
Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul
“Penetapan Angka Lempeng Total Bakteri (ALT) Dalam Obat-obat Probiotik”.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt selaku
Pejabat Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. Bapak Prof. Dr. Jansen
Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Pembimbing I dan Ibu Dra. Erly Sitompul,
M.Si., Apt., selaku Pembimbing II, yang telah membimbing, memberikan
pengarahan dan saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.
Ucapan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt.,
Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., dan Ibu Aminah Dalimunthe, S.Si, M.Si., Apt.,
selaku tim penguji yang telah memberikan petunjuk serta saran-saran dalam
menyempurnakan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ayahanda Bahruddin S.E, M.M dan Ibunda Megaria, S.Pd., yang selalu
mendo’akan dan memberikan kasih sayang, perhatian, dan semangat yang tak
serta seluruh keluarga yang selalu mendo’akan, memberikan dukungan, semangat
dan perhatiannya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat tercinta,
seluruh teman-teman dari Palembang, seluruh teman-teman ekstensi farmasi
angkatan 2013 dan seluruh asisten laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara, serta seluruh pihak yang ikut membantu penulis yang
namanya tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah memberikan semangat,
doa yang tulus serta pengorbanan yang tidak ternilai dengan apapun baik materi
maupun non-materi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis
menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis
berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Medan, Oktober 2015
Penulis
PENETAPAN ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI (ALT) DALAM OBAT-OBAT PROBIOTIK
ABSTRAK
Probiotik didefinisikan sebagai mikroorganisme hidup yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan pada manusia ketika diberikan dalam jumlah yang cukup. Probiotik harus disampaikan ketempat target dalam jumlah yang cukup dan fase aktif metabolisme yang efektif sehingga dapat memberikan efek yang menguntungkan bagi tubuh. Sediaan probiotik yang berada di pasaran saat ini dapat berupa kapsul dan tablet yang mempunyai jumlah bakteri-bakteri probiotik yang tertera di masing-masing kemasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah bakteri yang terdapat di dalam obat-obat probiotik masih sesuai atau tidak dengan yang tertera di label kemasan.
Dalam penelitian ini digunakan beberapa sediaan probiotik yang berbeda, yaitu sediaan Rillus (A), Lacbon (B), Lacidofil (C), dan Lacto B (D) yaitu untuk melihat jumlah koloni bakteri yang terdapat pada sediaan obat probiotik dengan cara penetapan angka lempeng total bakteri menggunakan media Plate Count Agar (PCA).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah koloni bakteri yang terdapat pada sediaan A (1,03 x 109 CFU/tablet), sediaan B (17,5 x 107 CFU/tablet), sediaan C (2,01 x 108 CFU/kapsul) dan sediaan D (34 x 106 CFU/g). Dapat disimpulkan bahwa sediaan A, B, dan C jumlah koloni bakteri sama dengan jumlah yang tertera di label kemasan tetapi sediaan D jumlah koloni bakteri lebih rendah dengan yang tertera di dalam label kemasan karena terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi.
DETERMINATION OF TOTAL PLATE COUNT OF BACTERIA ON PROBIOTIC DRUGS
ABSTRACT
Probiotics are defined as live micro-organisms which confer a health benefit on the host when administered in adequate amounts. Probiotics must be delivered to the target sites in sufficient number and metabolic active phase to be effective so as to provide a beneficial effect fot the body. The supply of probiotic in market nowadays can be found in capsules and tablets which has a number of probiotic bacteria contained in each package. The purpose of this research was to determine the number of bacteria contained in probiotic drugs on the label package.
This research used some different probiotic brands, brands Rillus (A), Lacbon (B), Lacidofil (C) and Lacto B (D) was to looked at the amount of bacteria colonies contained in supply of probiotic drugs by determining total plate count of bacteria using Plate Count Agar (PCA) media .
The results of this research shows that the number of bacterial colonies contained in brand A (1.03 x 109 CFU/tablet), brand B (17.5 x 107 CFU/tablet), brand C (2.01 x 108 CFU/capsules) and brand D (34 x 106 CFU/g). The result of this research concluded that brand A, B, and C amount of bacteria colonies are same with the listed amount in label package but in brand D the amount of bacteria colonies are lower with the listed amount in label package because there are some factors influence.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Hipotesis ... 4
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... . 5
2.1 Probiotik ... 5
2.1.1 Definisi Probiotik ... 5
2.1.2 Manfaat Probiotik ... . 6
2.1.3 Bakteri Probiotik ... ... 9
2.2 Prebiotik ... 15
2.3 Sinbiotik ... 15
2.4 Viabilitas Bakteri Probiotik... ... 16
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Probiotik .... 17
2.5.1 Kondisi Fisiologis ... 17
2.6 Pengukuran dan Pertumbuhan Mikroorganisme ... 20
2.6.1 Fase Pertumbuhan Mikroorganisme ... 20
2.6.2 Pengukuran Pertumbuhan Mikroorganisme ... 21
3.4.1 Pengumpulan Sampel ... 26
3.4.2 Angka Lempeng Total ... 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28
4.1 Angka Lempeng Total pada Sampel ... 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
5.1 Kesimpulan ... 34
5.2 Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 35
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kurva fase pertumbuhan mikroorganisme ... 20
4.1 Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaaan A, B, C
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Beberapa produk pangan probiotik ... 13
4.1 Jumlah koloni bakteri yang terdapat pada sediaan- sediaan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Sampel ... 37
2. Gambar jumlah koloni bakteri pada sampel ... 39
3. Perhitungan Jumlah koloni bakteri yang terdapat
PENETAPAN ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI (ALT) DALAM OBAT-OBAT PROBIOTIK
ABSTRAK
Probiotik didefinisikan sebagai mikroorganisme hidup yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan pada manusia ketika diberikan dalam jumlah yang cukup. Probiotik harus disampaikan ketempat target dalam jumlah yang cukup dan fase aktif metabolisme yang efektif sehingga dapat memberikan efek yang menguntungkan bagi tubuh. Sediaan probiotik yang berada di pasaran saat ini dapat berupa kapsul dan tablet yang mempunyai jumlah bakteri-bakteri probiotik yang tertera di masing-masing kemasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah bakteri yang terdapat di dalam obat-obat probiotik masih sesuai atau tidak dengan yang tertera di label kemasan.
Dalam penelitian ini digunakan beberapa sediaan probiotik yang berbeda, yaitu sediaan Rillus (A), Lacbon (B), Lacidofil (C), dan Lacto B (D) yaitu untuk melihat jumlah koloni bakteri yang terdapat pada sediaan obat probiotik dengan cara penetapan angka lempeng total bakteri menggunakan media Plate Count Agar (PCA).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah koloni bakteri yang terdapat pada sediaan A (1,03 x 109 CFU/tablet), sediaan B (17,5 x 107 CFU/tablet), sediaan C (2,01 x 108 CFU/kapsul) dan sediaan D (34 x 106 CFU/g). Dapat disimpulkan bahwa sediaan A, B, dan C jumlah koloni bakteri sama dengan jumlah yang tertera di label kemasan tetapi sediaan D jumlah koloni bakteri lebih rendah dengan yang tertera di dalam label kemasan karena terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi.
DETERMINATION OF TOTAL PLATE COUNT OF BACTERIA ON PROBIOTIC DRUGS
ABSTRACT
Probiotics are defined as live micro-organisms which confer a health benefit on the host when administered in adequate amounts. Probiotics must be delivered to the target sites in sufficient number and metabolic active phase to be effective so as to provide a beneficial effect fot the body. The supply of probiotic in market nowadays can be found in capsules and tablets which has a number of probiotic bacteria contained in each package. The purpose of this research was to determine the number of bacteria contained in probiotic drugs on the label package.
This research used some different probiotic brands, brands Rillus (A), Lacbon (B), Lacidofil (C) and Lacto B (D) was to looked at the amount of bacteria colonies contained in supply of probiotic drugs by determining total plate count of bacteria using Plate Count Agar (PCA) media .
The results of this research shows that the number of bacterial colonies contained in brand A (1.03 x 109 CFU/tablet), brand B (17.5 x 107 CFU/tablet), brand C (2.01 x 108 CFU/capsules) and brand D (34 x 106 CFU/g). The result of this research concluded that brand A, B, and C amount of bacteria colonies are same with the listed amount in label package but in brand D the amount of bacteria colonies are lower with the listed amount in label package because there are some factors influence.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Probiotik didefinisikan sebagai mikroorganisme hidup yang dapat
memberikan manfaat bagi kesehatan pada manusia ketika diberikan dalam jumlah
yang cukup. Probiotik telah diuji secara luas pada hewan maupun manusia untuk
memberikan efek yang menguntungkan dalam pencegahan dan pengobatan pada
spektrum yang luas terhadap gangguan pencernaan, gangguan dari transit kolon
pada karsinogenesis kolon. Makanan fungsional lainnya itu termasuk prebiotik
dan sinbiotik. Prebiotik adalah bahan makanan yang tidak dapat dicerna secara
selektif merangsang pertumbuhan dan aktivitas satu atau sejumlah bakteri
dikolon, sedangkan sinbiotik adalah gabungan dari probiotik dan prebiotik
(Picard, et al., 2005).
Bakteri-bakteri probiotik memiliki banyak sekali manfaat seperti bakteri
Lactobacillus, Bifidobacterium dan Streptococcus thermophillus mampu
menurunkan kerusakan Deoxyribose Nucleic Acid (DNA) setelah terpapar agen
genotoksik. Beberapa probiotik juga dapat merangsang sistem kekebalan tubuh
melalui tindakan yang non spesifik sehingga mengakibatkan peningkatan respon
kekebalan tubuh terhadap berbagai macam antigen secara luas (Picard, et al.,
2005).
Menurut penelitian Prakash, et al., (2011) menyebutkan bahwa probiotik
kolorektal, digunakan untuk metode pengobatan penyakit radang usus atau
irritable bowel disease (IBD), dan penyakit hati berlemak non alkohol.
Mikrobiota usus yang terdapat di dalam saluran pencernaan disebut juga
dengan mikroflora yang memiliki peranan penting dalam kesehatan manusia.
Mikrobiota usus mempunyai peranan pada etiologi dan patologi dari penyakit,
sejumlah penyakit yang berhubungan dengan perubahan dari mikrobiota usus
dapat diobati dan dicegah melalui hubungan yang tepat terhadap pengaturan
antara jumlah dan jenis dari bakteri yang ada. Beberapa gangguan yang berkaitan
dengan mikroflora seperti kanker kolon, hiperkolesterolemia, dan penyakit hati
berlemak non alkohol (Prakash, et al., 2011).
Siklus pertumbuhan Lactobacillus bervariasi sekitar 1-500C, tetapi
kebanyakan digunakan sebagai biakan pemula dalam fermentasi pangan terkontrol
dan tumbuh baik pada suhu 25-400C. Bakteri Lactobacillus berdistribusi luas
dapat ditemukan pada tanaman, sayuran, biji, susu dan susu olahan, daging baik
daging olahan maupun daging fementasi serta dapat dibuat dalam bentuk tablet
atau kapsul untuk dikonsumsi sebagai probiotik (Wardah, 2013).
Probiotik harus sampai ketempat target dalam jumlah yang cukup dan fase
aktif metabolisme yang efektif sehingga dapat memberikan efek yang
menguntungkan bagi tubuh. Penyampaian probiotik ke saluran gastointestinal
dapat lebih rendah dengan adanya asam dan empedu yang dapat menghambat
kelangsungan hidup probiotik disebabkan perjalanannya melalui usus (khususnya
lingkungan asam perut) (Prakash, et al., 2011).
Probiotik memiliki potensi besar dalam kesehatan manusia dikarenakan
bakteri-bakteri probiotik tersebut sampai ke tempat target maka dibuat sediaan
probiotik dalam berbagai formulasi dan metode (Prakash, et al., 2011). Namun,
penelitian menunjukkan kebutuhan untuk memantau kelangsungan hidup dari
bakteri probiotik dari suatu produk probiotik di pasaran sering diabaikan, dengan
akibat sejumlah produk mencapai tangan konsumen mempunyai jumlah bakteri
hidup di bawah tahap optimum (Sanders, et al., 2007). Satuan perhitungan koloni
bakteri yang dipakai adalah colony forming unit (CFU). Jumlah minimal strain
probiotik yang ada dalam produk makanan adalah sebesar 106 CFU/g atau jumlah
strain probiotik yang harus dikonsumsi setiap hari sekitar 108 CFU/g, dengan
tujuan untuk mengimbangi kemungkinan penurunan jumlah bakteri probiotik pada
saat berada dalam saluran pencernaan (Shah, 2007).
Sediaan probiotik yang berada di pasaran saat ini dapat berupa kapsul dan
tablet seperti Lacbon dalam bentuk tablet yang mengandung Lactobacillus
sporogenes >50 juta, Rillus dalam bentuk tablet kunyah yang mengandung
Lactobacillus reutrii 108 CFU, Lacidofil dalam bentuk kapsul yang mengandung
Lactobacillus rhamnosus R0011 1,9 x 109 CFU dan Lactobacillus acidophilus 0,1
x 109 CFU, dan Lacto B dalam bentuk serbuk yang mengandung Lactobacillus
acidophilus, Bifidobacterium longum dan Streptococcus faeeium
1 x 107 CFU/g (IAI, 2010).
Berdasarkan uraian di atas maka pada penelitian ini dilakukan penetapan
Angka Lempeng Total bakteri (ALT) yang tumbuh didalam sediaan probiotik
dengan menggunakan media Plate Count Agar (PCA).
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka perumusan masalah
penelitian adalah apakah jumlah bakteri yang terdapat di dalam obat-obat
probiotik masih sesuai dengan yang tertera di label kemasan ?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis dari penelitian ini
adalah jumlah bakteri yang terdapat di dalam obat-obat probiotik tidak sesuai
dengan yang tertera di dalam label kemasan karena terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah bakteri yang
terdapat di dalam obat-obat probiotik apakah masih sesuai atau tidak dengan
yang tertera di label kemasan.
1.5 Manfaat penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Probiotik
2.1.1. Definisi Probiotik
Kata probiotik berasal dari bahasa Yunani yang berarti for life. Probiotik
pertama kali didefinisikan oleh Kollath tahun 1953 untuk menandai semua
kompleks makanan organik dan anorganik untuk membedakannya dari antibiotik
berbahaya. Bakteri probiotik merupakan mikroorganisme non patogen yang jika
dikonsumsi memberikan pengaruh positif terhadap fisiologi dan kesehatan
inangnya (Schrezenmeir dan de Vrese, 2001).
Probiotik adalah mikroba hidup yang dapat diformulasikan ke dalam
berbagai jenis produk, termasuk makanan, obat-obatan, dan suplemen makanan.
Spesies Lactobacillus dan Bifidobacterium yang paling sering digunakan sebagai
probiotik, namun spesies ragi Saccharomyces cerevisiae dan beberapa
Escherichia coli dan Bacillus juga digunakan sebagai probiotik (Guarner, et al.,
2008).
Bayi memperoleh bakteri Lactobacillus dan Bifidobacterium yang ada di
vagina pada saat proses kelahiran. Sebelum lahir, saluran cerna bayi adalah steril.
Kolonisasi bakteri pada bayi akan dimulai dengan bakteri yang berasal dari
bakteri vagina dan saluran cerna dari ibu. Selanjutnya perkembangan
mikrobiota bayi dipengaruhi oleh makanan bayi. Selama konsumsi ASI maka
komposisi mikrobiota bayi berubah cepat yang didominasi oleh Bifidobacterium
Bifidobacterium infantis, Bifidobacterium longum, dan Bifidobacterium breve
(Boehm, et al., 2010).
2.1.2. Manfaat Probiotik
Organisme probiotik akan melawan bakteri yang merugikan dengan mengganggu metabolisme bakteri tersebut sehingga dapat meningkatkan
kekebalan dan keadaan fisiologis tubuh. Manfaat probiotik juga dapat membantu
menjaga kesehatan usus (Mandal dan Mandal, 2011).
2.1.2.1. Imunomodulator
Bakteri probiotik telah diketahui memiliki aktivitas imunomodulator
dalam tubuh manusia yakni dapat menstimulasi dan mengubah respon imun
terhadap antigen. Secara umum, bakteri probiotik melakukan aktivitas
imunomodulator dalam dua cara yaitu imunomodulasi spesifik dan
imunomodulasi tertentu. Respon imun nonspesifik merupakan pertahanan awal
bagi manusia. Contoh sel imunitas nonspesifik terdiri dari sel fagosit mononuklear
yaitu monosit dan makrofag, polimorfonuklear limfosit terutama neutrofil, dan
Natural Killer (NK) sel. Kumpulan bakteri asam laktat yang hidup telah terbukti
menginduksi sitokin proinflamasi secara in vitro, faktor nekrosis tumor, dan
interleukin 6, serta mengaktifkan produksi makrofag dan fagositosis pada tikus
yang mencerminkan stimulasi imunitas nonspesifik (Mandal dan Mandal, 2011).
2.1.2.2. Hipokolesterolemia
Kolesterol merupakan sterol yang paling banyak terdapat di jaringan
hewan, terdapat di dalam membran plasma dan dalam lipoprotein plasma darah,
sering disimpan di dalam dinding pembuluh darah bersama dengan lemak lain
sebagai aterosklerosis, dalam hati dan otak dapat mengakibatkan serangan jantung
dan stroke. Kolesterol juga dapat mengkristal ke bentuk batu empedu yang dapat
menghalangi saluran empedu. Beberapa obat penurun kolesterol umumnya
bertindak dengan memblokir biosintesis melalui penghambatan enzim
3-hidroksi-3-methylglutaryl koenzim A HMG-CoA reduktase yaitu statin mengikat asam
empedu dengan serbuk tak larut dari senyawa yang menyerupai colestipol diikuti
oleh eliminasinya melalui feses, asam nikotinat, dan asam fibrik (Mandal dan
Mandal, 2011).
Kelemahan utama obat penurun kolesterol adalah memiliki beberapa efek
samping jika obat tersebut digunakan dalam jangka panjang. Oleh karena itu,
dilakukan penelitian terhadap identifikasi cara diet lainnya untuk mengurangi
kadar kolesterol darah. Termasuk penggunaan serat larut, protein kedelai, sterol,
bakteri probiotik, dan prebiotik. Bakteri probiotik menunjukkan efek
hipokolesterol dimana strain dari bakteri harus berkolonisasi dalam usus terlebih
dahulu. Bakteri probiotik ini memproduksi garam empedu hidrolase bile salt
hidrolase (BSH). BSH mengkatalisis hidrolisis (deconjugation) dari glycine dan
atau taurin terkonjugasi garam empedu menjadi residu asam amino dan asam
empedu bebas. Asam empedu bebas kurang efisien diserap ke dalam usus
dibandingkan dengan garam empedu terkonjugasi, dengan demikian cenderung
untuk dibuang dengan kotoran. Ini akan memicu sintesis asam empedu baru untuk
menggantikan yang hilang agar kadar garam empedu dapat seimbang (Mandal dan
2.1.2.3. Antihipertensi
Peptida bioaktif yaitu casokinins dan lactokinins dan dua tripeptida seperti
valin-prolin-prolin dan isoleucine-prolin-prolin yang dihasilkan dari aksi
proteolitik bakteri probiotik pada kasein (α2-kasein, k-kasein dan b-kasein) dan
whey selama fermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae dan Lactobacillus
helveticus dapat mengurangi tekanan darah individu yang hipertensi. Tripeptida
ini berfungsi meningkatkan aktivitas Angiotensin-I Converting Enzyme (ACE)
inhibitor yang dapat menurunkan tekanan darah (Mandal dan Mandal, 2011).
2.1.2.4. Antialergi
Reaksi alergi terjadi sebagai respon terhadap zat lingkungan yang tidak
berbahaya dikenal sebagai alergen dan reaksi-reaksi ini dapat terjadi secara cepat.
Reaksi tersebut dapat ditandai dengan aktivasi yang berlebihan dari sel-sel darah
putih tertentu yang disebut sel mast dan basofil oleh jenis antibodi yang dikenal
sebagai imunoglobulin E (IgE) dalam respon inflamasi yang ekstrim. Probiotik
mampu meningkatkan fungsi penghalang dari mukosa usus dengan demikian
dapat mengurangi pengeluaran antigen melalui mukosa. Ada dua jalur yaitu
gerakan transelular dan paracelular rmelalui protein antigenik melintasi
penghalang epitel saluran pencernaan. Modulasi langsung dari sistem kekebalan
tubuh dengan probiotik dimediasi melalui induksi sitokin anti-inflamasi atau
melalui peningkatan produksi sekretori IgA. Probiotik juga dapat membantu
dalam mengurangi beberapa gejala alergi makanan seperti yang terkait dengan
protein susu yakni dengan mendegradasi protein menjadi peptida yang lebih kecil
2.1.2.5. Mencegah Kanker Usus
Penelitian telah menunjukkan bahwa diet dan antibiotik dapat menurunkan
karsinogen dalam usus besar dan mengurangi tumor secara kimiawi. Efek ini
tampaknya dimediasi melalui mikroflora usus. Studi tambahan menunjukkan
bahwa pengenalan Lactobacillus acidophilus ke dalam makanan menurunkan
kejadian tumor usus yang diinduksi secara kimia pada tikus. Sebuah mekanisme
yang mungkin untuk efek-efek antikanker bergantung pada bakteri usus yang
menghambat enzim yang mengkonversi prokarsinogen menjadi bentuk karsinogen
(Lee dan Salminen, 2009).
2.1.2.6. Mencegah Irritable Bowel Syndrome
Gejala klinis utamanya termasuk ketidaknyamanan perut atau nyeri, diare, sembelit, dan perut kembung. Patogenesis irritable bowel syndrome (IBS) masih
belum jelas, namun bukti yang tersedia menunjukkan bahwa motilitas usus yang
diubah dan hipersensitivitas visceral. Ada bukti yang menunjukkan bahwa
ketidakseimbangan mikroflora usus dan peradangan mukosa yang disebabkan
oleh bakteri yang menyebabkan IBS (Lee dan Salminen, 2009).
2.1.3. Bakteri Probiotik 2.1.3.1. Bakteri Asam Laktat
Konsep bakteri asam laktat adalah nama kelompok yang diciptakan untuk
bakteri yang digunakan dalam fermentasi dan koagulasi susu serta dapat
menghasilkan asam laktat dari laktosa. Nama famili Lactobacteriaceae diterapkan
oleh Orla-Jensen (1919) kepada sekelompok bakteri yang menghasilkan asam
berdasarkan karakteristik morfologi, metabolisme, dan fisiologis. Bakteri asam
laktat merupakan non spora, fermentasi karbohidrat, produksi asam laktat, tahan
asam dalam keadaan non aerobik dan katalase negatif. Biasanya bakteri asam
laktat adalah non motil dan tidak mereduksi nitrit dan dibagi menjadi empat genus
Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus, dan Lactobacillus. Revisi taksonomi
terbaru menunjukkan bahwa kelompok bakteri asam laktat bisa terdiri dari genera
Aerococcus, Carnobacterium, Enterococcus, Lactobacillus, Lactococcus,
Leuconostoc, Pediococcus, Streptococcus, Tetragenococcus, dan Vagococcus
(Lee dan Salminen, 2009).
Klasifikasi bakteri asam laktat ke dalam genus berbeda sebagian besar
didasarkan pada morfologi, cara fermentasi glukosa, pertumbuhan pada
temperatur yang berbeda, konfigurasi dari asam laktat yang dihasilkan,
kemampuan untuk tumbuh pada konsentrasi garam tinggi, dan toleransi pada
asam atau basa (Lee dan Salminen, 2009).
2.1.3.2. Genus Lactobacillus
Genus Lactobacilus meliputi kelompok bakteri gram positif berbentuk batang, biasanya non motil, tidak membentuk spora, dan anaerob fakultatif.
Bakteri ini menghasilkan asam laktat atau campuran asam laktat, etanol, asam
asetat dan CO2 (bergantung pada spesies) melalui fermentasi karbohidrat
(Wardah, 2014).
Lactobacillus memiliki peran penting dalam mengontrol pH usus melalui
produksi asam yang menurunkan pH usus sehingga membatasi pertumbuhan
Bakteri Lactobacillus acidophilus digunakan untuk memproduksi produk
susu fermentasi dan juga ditambahkan ke dalam susu pasteriusasi, dibuat dalam
bentuk tablet atau kapsul untuk dikonsumsi sebagai probiotik. Bakteri ini dapat
memetabolisme laktosa dan menghasilkan asam laktat dalam jumlah yang relatif
besar. Lactobacillus acidophilus tidak terdapat dalam mukosa saluran pencernaan
tetapi ditemukan di dalam sel epitel usus halus (Wardah, 2014).
Bakteri Lactobacillus plantarum digunakan dalam fermentasi daging dan
sayuran serta dapat memproduksi asam laktat. Lactobacillus curvatus dan
Lactobacillus sake dapat tumbuh pada suhu rendah (2-40C), dapat memfermentasi
sayuran dan produk daging (Wardah, 2014).
2.1.3.3. Genus Bifidobacterium
Morfologi Bifidobacterium mirip dengan beberapa bakteri Lactobacillus sp. dan pada awalnya dimasukkan ke dalam genus Lactobacillus. Bifidobacterium
merupakan bakteri gram positif, berbentuk bulat dengan ukuran yang bervariasi,
sel tunggal atau rantai dengan ukuran yang berbeda-beda, tidak membentuk spora,
non motil, dan anaerob, walaupun demikian beberapa jenis toleran terhadap O2.
Spesies tumbuh optimal pada suhu 37-410C, dengan kisaran suhu pertumbuhan
25-450C dan umumnya tidak dapat tumbuh pada pH di atas 8,0 atau di bawah 4,5.
Bifidobacterium merupakan bakteri penghasil asam laktat dan asam asetat dengan
rasio 2:3, bakteri-bakteri tersebut kurang sensitif terhadap asam lambung dan
resisten terhadap garam empedu, lisozim, dan enzim pankreatik yang terdapat
dalam usus halus. Bifidobacterium dapat memfermentasi laktosa, galaktosa dan
longum, Bifidobacterium brevis, Bifidobacterium thermacidophillum,
Bifidobacterium thermophillum ditambahkan dalam produk susu dan
dimanfaatkan untuk memelihara kesehatan usus halus manusia (Wardah, 2014).
2.1.4. Produk- Produk Probiotik
2.1.4.1. Produk Probiotik dalam Makanan
Probiotik yang paling sering digunakan sebagai makanan dalam bentuk
produk susu fermentasi atau yoghurt. Produk tersebut membutuhkan pendinginan
dan mempunyai batas waktu penyimpanan hanya beberapa minggu (Huckle dan
Zhang, 2011). Yogurt berasal dari bahasa Turki, memiliki nama lain seperti mast
(Iran), kisel mleka (Balkan), mauzun (Armenia), dan cieddu (Italia) (Irianto,
2013). Yogurt merupakan produk semisolid yang dibuat dengan pemanasan yang
standar terhadap susu dicampur dengan adanya aktivitas dari simbiosis antara
Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus delbrueckii. Pada negara tertentu,
penamaan yogurt terbatas pada produk yang dibuat dari dua kultur bakteri
tersebut, dan pada negara lainnya suatu produk yang dibuat dengan penambahan
kultur probiotik lainnya juga dapat disebut produk yogurt. Kultur lain yang
umumnya digunakan ialah Lactobacillus acidophilus, Bifidobacterium sp,
Lactobacillus reuteri, Lactobacillus casei, Lactobacillus rhamnosus GG,
Lactobacillus gasseri, dan Lactobacillus johnsonii (Chandan, 2006).
Yogurt kaya akan protein, beberapa vitamin B, dan mineral yang penting.
Yogurt memiliki lemak sebanyak susu darimana ia dibuat. Karena struktur laktosa
yogurt dirusak, maka yogurt bisa dikonsumsi orang yang alergi terhadap susu.
tubuh, tetapi yogurt merupakan sumber yang baik untuk mensuplai protein, fosfor,
kalsium, magnesium, dan kalori (Irianto, 2013).
Tabel 2.1 Beberapa produk pangan probiotik (Yeo, et al., 2011)
Produk pangan Bakteri probiotik
Yogurt Lactobacillus acidophilus
Lactobacillus casei Bifidobacterium bifidum Whey drink Lactobacillus casei
Keju Lactobacillus casei
Whey cheese Bifidobacterium animals Lactobacillus acidophilus Lactobacillus paracasei
Es krim Lactobacillus johnsonii
2.1.4.2. Produk Probiotik dalam Sediaan Farmasi
Produk probiotik saat ini telah berkembang menjadi bentuk sediaan
beku-kering padat yang memiliki umur simpan lebih lama dan tidak perlu pendinginan.
Bentuk sediaan beku-kering probiotik dapat melindungi dan meningkatkan
kelangsungan hidup bakteri sehingga memiliki stabilitas penyimpanan yang baik
(Huckle dan Zhang, 2011).
Bentuk sediaan beku-kering probiotik dalam bidang farmasi yaitu :
a. Serbuk
Sediaan probiotik dalam bentuk serbuk mempunyai stabilitas yang baik
selama penyimpanan tetapi stabilitas penyimpanan probiotik dapat dipengaruhi
oleh suhu dan cara penggunaan sediaan probiotik misalnya menyendoki serbuk
dengan sendok basah. Suasana asam juga dapat mempengaruhi stabilitas sel
beku-kering sehingga digunakan teknik enkapsulasi (Huckel dan Zhang, 2011). Contoh
sediaan probiotik dalam bentuk serbuk yang terdapat di pasaran yaitu Lacto B
(Lactobacillus acidophilus 4,7 x 107 CFU/g, Bifidobacterium longum 1,3 x 107
CFU/g, Streptococcus thermophillus), susu mineral, konsentrat, vitamin C,
vitamin B2, vitamin B6, niasin dan zink oksida (IAI, 2010).
b. Kapsul
Sebagian besar produk probiotik yang tersedia saat ini dibuat dalam bentuk
sediaan kapsul. Hal ini karena sel-sel kering bisa dengan mudah dimasukkan ke
dalam kapsul dan stabilitas selama penyimpanan dapat ditingkatkan daripada
hanya disimpan dalam bentuk serbuk. Namun, sediaan kapsul masih memerlukan
penyalutan (film enterik coating) untuk meningkatkan ketahanan sel bakteri
terhadap asam lambung (Huckle dan Zhang, 2011). Contoh sediaan probiotik
dalam bentuk kapsul yang berada di pasaran adalah Lacidofil yang mengandung 2
milyar (2 x 108)CFU organisme yang terdiri dari Lactobacillus helveticus
Rosell-52 dan Lactobacillus rhamnosus Rosell-11. Zat tambahan yang digunakan yaitu
maltodekstrin, magnesium stearat, asam askorbat (IAI, 2010).
c. Tablet
Selain kapsul dan serbuk, tablet juga merupakan bentuk sediaan probiotik
dalam farmasi yang terdapat di pasaran. Keuntungan dari sediaan ini mampu
melindungi bahan aktif yang sensitif terhadap kelembaban dan panas serta
memiliki stabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan sediaan serbuk (Huckle
dan Zhang, 2011). Contoh sediaan probiotik dalam bentuk tablet yaitu Lacbon dan
Rillus. Tiap tablet Lacbon mengandung >50 juta Lactobacillus sporogenes. Tiap
tablet Rillus mengandung viable cell 1,0 x 109 CFU yang terdiri dari Lactobacillus
fructooligosaccharide. Zat tambahan yang digunakan yaitu isomalt, xylitol, susu,
dan vanila (IAI, 2010).
2.2 Prebiotik
Prebiotik adalah nutrisi yang digunakan untuk menstimulasi pertumbuhan
bakteri yang menguntungkan dan sebagai bahan tambahan pangan yang tidak
dapat dimetabolisme oleh manusia untuk menstimulasi pertumbuhan bakteri kolon
yang dapat meningkatkan kesehatan manusia. Prebiotik dapat menstimulasi secara
selektif pertumbuhan Bifidobacterium dan Lactobacillus dalam usus, sehingga
meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap patogen. Beberapa nutrisi yang
dikenal sebagai prebiotik adalah laktulosa, laktitol, fruktooligosakarida,
galaktooligosakarida, laktosukrosa, dan inulin (Wardah, 2014).
2.3 Sinbiotik
Sinbiotik merupakan gabungan 2 istilah yaitu probiotik dan prebiotik
yang dapat diasumsikan sebagai penggunaan probiotik dan prebiotik secara
terpisah. Sinbiotik mengandung jumlah bakteri yang menguntungkan usus dan
penggunaan nutrisi untuk bakteri tersebut sehingga bakteri probiotik di dalam
usus dapat tumbuh cepat dan menghasilkan manfaat yang lebih efektif (Wardah,
2014). Contoh di dalam suatu produk mengandung bakteri Lactobacillus,
Bifidobacterium, Streptococcus sebagai probiotik dan fructooligosaccharide
2.4 Viabilitas Bakteri Probiotik
Viabilitas bakteri probiotik dalam produk pangan sangat penting untuk
diperhatikan. Hal ini karena bakteri probiotik dalam produk tersebut harus tetap
dapat bertahan hidup saat berada pada kondisi asam dalam lambung, selama
proses pemecahan dengan enzim hidrolisis dan garam empedu dalam usus kecil.
Viabilitas bakteri probiotik bergantung pada jenis bakteri yang digunakan,
interaksi antara spesies-spesies bakteri yang digunakan, pembentukan hidrogen
peroksida selama proses metabolisme bakteri dan tingkat keasamaan dari produk
tersebut. Viabilitas bakteri dipengaruhi oleh nutrisi, konsentrasi gula, konsentrasi
inokulum dan lama fermentasi (Tamime, et al., 2005).
Viabilitas bakteri probiotik dapat dipertahankan dengan teknik
enkapsulasi. Teknik enkapsulasi dapat melindungi dan meningkatkan
kelangsungan hidup bakteri dalam produk obat serta melindungi senyawa tertentu
atau sel biologis terhadap lingkungan sekitar yang dapat merusak bahan inti.
Teknik enkapsulasi dapat melindungi bakteri dari panas, oksigen dan kelembaban
serta meningkatkan sifat aliran selama pengembangan formulasi. Hal ini dapat
digunakan untuk obat yang berbeda cara penggunaannya. Dalam industri
makanan, bahan-bahan dalam formulasi mikroenkapsulasi membentuk
penghalang untuk melindungi bahan inti terhadap gastrointestinal. Sifat
fisikokimia bahan pelapis mempengaruhi kelangsungan hidup dari sel yang
dikemas dalam probiotik, jenis dan konsentrasi bahan pelapis, ukuran partikel,
jumlah sel awal dan strain bakteri yang penting selama formulasi (Solanki, et al.,
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Probiotik 2.5.1. Kondisi Fisiologis
Kondisi fisiologis bakteri probiotik pada saat di preparasi dan pada saat terdapat di dalam produk makanan dan obat merupakan faktor yang penting dalam
mempertahankan kelangsungan hidup bakteri probiotik. Pengeringan dalam
produk dapat menjaga stabilitas bakteri selama penyimpanan, sedangkan produk
dalam bentuk cair memungkinkan adanya aktivitas metabolit aktif dari bakteri
(Neha, et al., 2012).
2.5.2. Toksisitas Bahan
Kompatibilitas probiotik dengan bahan-bahan lain dalam formulasi dapat
memiliki dampak yang signifikan terhadap kelangsungan hidup bakteri. Interaksi
antara probiotik dan bahan-bahan lainnya dapat melindungi, menetralkan, atau
merugikan stabilitas probiotik misalnya masuknya pengawet antimikroba dapat
menghambat kehidupan probiotik. Peningkatan kadar bahan seperti garam, asam
organik, dan nitrat dapat menghambat probiotik selama penyimpanan sedangkan
kultur starter kadang-kadang dapat menghambat pertumbuhan probiotik selama
fermentasi melalui produksi bakteriosin tertentu (Lee dan Salminen, 2009).
2.5.3. Suhu
Suhu dimana organisme probiotik tumbuh sangat penting. Suhu optimum
untuk pertumbuhan probiotik antara 370C hingga 430C. Probiotik Lactobacillus
dapat tumbuh pada kisaran suhu yang lebih besar yaitu sampai 440C. Namun, ada
juga yang dapat tumbuh pada suhu mesofilik yaitu suhu 150C (Lee dan Salminen,
tumbuh baik pada suhu 37-400C tetapi juga dapat tumbuh pada suhu 520C
(Wardah, 2014).
Suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi kelangsungan hidup
probiotik selama pembuatan dan penyimpanan. Semakin rendah suhu maka
viabilitas probiotik dalam produk akan lebih stabil. Selama pengolahan, suhu di
atas 45-500C akan merugikan kelangsungan hidup probiotik. Semakin tinggi suhu
maka semakin cepat waktu yang diperlukan untuk mengurangi jumlah bakteri
yang viabel. Peningkatan suhu juga memiliki efek yang merugikan terhadap
stabilitas produk saat didistribusikan dan disimpan (Lee dan Salminen, 2009).
2.5.4. pH
Lactobacillus menghasilkan asam organik dari metabolisme karbohidrat.
Oleh karena itu, genus bakteri ini dapat mentolerir nilai pH lebih kecil
dibandingkan dengan bakteri yang lain. Banyak penelitian in vitro dan in vivo
menunjukkan bahwa organisme probiotik dapat tahan terhadap asam saat transit di
bagian lambung, meskipun waktu pemaparannya yang relatif singkat (Lee dan
Salminen, 2009). Bifidobacterium tidak dapat tumbuh pada pH di atas 8,0 atau di
bawah 4,5 sedangkan Streptococcus thermophilus mampu tumbuh pada pH 4
(Wardah, 2014).
2.5.5. Oksigen
Lactobacillus dianggap anaerob sehingga oksigen dapat merusak
pertumbuhan probiotik dan kelangsungan hidupnya. Namun, sensitivitas oksigen
bervariasi antara spesies dan strain bakteri yang berbeda. Secara umum,
Lactobacillus yang sebagian besar bersifat mikroaerofil lebih toleran terhadap
Bifidobacterium termasuk kelompok bakteri anaerob walaupun demikian
beberapa jenis dari Bifidobacterium toleran terhadap oksigen, sedangkan
Streptococcus thermophilus merupakan bakteri fakultatif anaerob yaitu bakteri
yang dapat hidup dengan baik bila ada oksigen maupun tidak ada oksigen
(Wardah, 2014).
2.5.6. Aktivitas Air
Kadar kelembaban dan aktivitas air yang tinggi akan menurunkan daya tahan probiotik. Adanya interaksi antara aktivitas air dengan suhu yang
mempengaruhi kehidupan probiotik. Produk probiotik dapat memiliki masa
simpan yang lama pada bentuk kering ketika disimpan pada suhu kamar jika kadar
kelembabannya rendah. Pada umumnya aktivitas air yang rendah akan
memberikan ketahanan hidup yang baik. Solusi yang dapat dilakukan dalam
meningkatkan ketahanan bakteri terhadap aktivitas air yaitu dengan cara
mikroenkapsulasi (Neha, et al., 2012).
2.5.7. Nutrisi
Jasad renik heterotrof membutuhkan nutrisi sebagai sumber karbon,
nitrogen, dan energi untuk kehidupan dan pertumbuhannya serta mineral dan
vitamin untuk faktor pertumbuhan. Nutrisi tersebut dibutuhkan untuk membentuk
energi dan menyusun komponen-komponen sel. Kebutuhan zat-zat nutrisi setiap
jasad renik bervariasi. Streptococcus, Lactobacillus, Bifidobacterium dan berbagai
organisme heterotrof membutuhkan beberapa sumber nitrogen organik dalam
bentuk asam amino, purin, dan pirimidin, serta faktor-faktor pertumbuhan seperti
dibutuhkan oleh kebanyakan jasad renik. Vitamin C tidak berfungsi sebagai faktor
pertumbuhan, tetapi dapat merangsang pertumbuhan beberapa organisme karena
diduga dapat mengatur potensi oksidasi-reduksi yang tepat terhadap medium
(Fardiaz, 1992).
2.6 Pengukuran dan Pertumbuhan Mikroorganisme 2.6.1. Fase Pertumbuhan Mikroorganisme
Menurut Dwidjoseputro (1978) ada beberapa fase-fase pertumbuhan
mikroorganisme, yaitu fase adaptasi, fase permulaan pembiakan, fase pembiakan
cepat, fase pembiakan diperlambat, fase konstan, fase kematian, dan fase
kematian dipercepat.
Pada fase pertama, yaitu 1 sampai 2 jam setelah pemindahan, bakteri
belum mengadakan pembiakan fase ini disebut fase adaptasi. Fase ini disusul
dengan fase kedua, dimana jumlah bakteri mulai bertambah sedikit demi sedikit.
Gambar 2.1 Grafik yang menunjukkan fase-fase pertumbuhan bakteri: 1. Fase adaptasi, 2. Fase permulaan pembiakan, 3. Fase pembiakan cepat, 4. Fase pembiakan diperlambat, 5. Fase konstan, 6. Fase kematian, 7. Fase kematian dipercepat (Dwidjoseputro, 1978).
Fase kedua ini disusul dengan fase pembiakan cepat atau fase logaritma
dimana pembiakan bakteri berlangsung paling cepat, maka bakteri dalam fase ini
baik sekali untuk dijadikan inokulum. Pada fase berikutnya terjadi penurunan
jumlah sel-sel bakteri dikarenakan faktor keadaan medium yang buruk, perubahan
pH, dan menumpuknya produk buangan yang bersifat toksik sehingga kecepatan
pertumbuhan bakteri menjadi berkurang fase ini disebut fase pembiakan
diperlambat. Selanjutnya fase dimana jumlah bakteri yang membelah sama
dengan jumlah bakteri yang mati, fase ini disebut fase konstan atau fase stasioner.
Fase ini disusul dengan fase dimana jumlah bakteri yang mati makin banyak dan
melebihi jumlah bakteri yang membelah diri, fase ini disebut fase kematian. Fase
akhir yaitu fase dimana jumlah bakteri yang mati bertambah. Keadaan ini dapat
berlangsung selama beberapa minggu. Hal ini bergantung kepada spesies dan
keadaan medium serta faktor-faktor lingkungan. Apabila keadaan tersebut
dibiarkan terus menerus maka dapat mengakibatkan bakteri tidak dapat
dihidupkan kembali dalam medium baru.
2.6.2. Pengukuran Pertumbuhan Mikroorganisme
Pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur berdasarkan konsentrasi sel
(jumlah sel per satuan isi kultur) ataupun densitas sel (berat kering dari sel-sel per
satuan isi kultur). Dua parameter ini tidak selalu sama karena berat kering sel
rata-rata bervariasi pada tahap berlainan dalam pertumbuhan kultur. Kedua parameter
tersebut juga tidak bermakna sama dalam penelitian mengenai biokimia
mikroorganisme atau gizi mikroorganisme. Densitas sel adalah kuantitas yang
Menurut Pratiwi (2008) pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur
dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran
pertumbuhan mikroorganisme secara langsung dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu:
a. Pengukuran menggunakan bilik hitung (counting chamber)
Pada pengukuran ini, untuk bakteri digunakan bilik hitung
Petrofff-Hausser sedangkan untuk mikroorganisme eukariot digunakan hemositometer.
Keuntungan menggunakan metode ini adalah mudah, murah dan cepat, serta dapat
diperoleh informasi tentang ukuran dan morfologi mikroorganisme. Kerugiannya
adalah populasi mikroorganisme yang digunakan harus banyak (minimum
berkisar 106 CFU/ml), karena pengukuran dengan volume dalam jumlah sedikit
tidak dapat dibedakan antara sel hidup dan sel mati, serta kesulitan menghitung
sel yang motil.
b. Pengukuran menggunakan electronic counter
Pada pengukuran ini, suspensi mikroorganisme dialirkan melalui lubang
kecil (orifice) dengan bantuan aliran listrik. Elektroda yang ditempatkan pada dua
sisi orifice mengukur tahanan listrik (ditandai dengan naiknya tahanan) pada saat
bakteri melalui orifice. Pada saat inilah sel terhitung. Keuntungan metode ini
adalah hasil bisa diperoleh dengan lebih cepat dan akurat serta dapat menghitung
sel dengan ukuran besar. Kerugiannya adalah metode ini tidak dapat digunakan
untuk menghitung bakteri karena adanya gangguan debris, filamen dan
c. Pengukuran dengan plating technique
Metode ini merupakan metode perhitungan jumlah sel tampak (visible) dan
didasarkan pada asumsi bahwa bakteri hidup akan tumbuh, membelah, dan
memproduksi satu koloni tunggal. Satuan perhitungan yang dipakai adalah CFU
dengan cara membuat seri pengenceran sampel dan menumbuhkan sampel pada
media padat. Pengukuran dilakukan pada plate dengan jumlah koloni berkisar
25-250 atau 30-300.
Keuntungan metode ini adalah sederhana, mudah dan sensitif karena
menggunakan colony counter sebagai alat hitung dan dapat digunakan untuk
menghitung mikroorganisme pada sampel makanan, air ataupun tanah.
Kerugiannya adalah harus digunakan media yang sesuai dan perhitungannya yang
kurang akurat karena satu koloni tidak selalu berasal dari satu individu sel.
d. Pengukuran dengan menggunakan teknik filtrasi membran (membrane
filtration tehnique)
Pada metode ini sampel dialirkan pada suatu sistem filter membran dengan
bantuan vacuum. Bakteri yang terperangkap selanjutnya ditumbuhkan pada media
yang sesuai kemudian jumlah koloni bakteri dihitung. Keuntungan metode ini
adalah dapat menghitung sel hidup dan sistem perhitungannya langsung,
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan berdasarkan metode deskriptif yaitu untuk melihat
jumlah bakteri yang masih hidup di dalam obat-obat probiotik. Sampel yang
merupakan sediaan probiotik ini seperti Lacbon, Lacidofil, Rillus, dan Lacto B
diperoleh dari Apotik X di Jl. Setiabudi, Medan. Pengamatan mikrobiologi
dilakukan dengan melihat jumlah koloni bakteri yang terdapat dalam obat-obat
probiotik yang dilakukan dengan menggunakan metode angka lempeng total pada
media PCA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas
Farmasi, Universitas Sumatera Utara.
3.1 Sampel
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah Lacbon, Lacidofil, Lacto B, dan Rillus yang diperoleh dari Apotek X di Jl. Setia Budi, Medan.
Gambar dapat dilihat pada Lampiran 1.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposif. Lacidofil sebanyak
20 kapsul (2 botol) diambil 10 kapsul secara acak dan ditimbang sebanyak 1 g.
Lacto B sebanyak 20 bungkus diambil 5 bungkus secara acak dan ditimbang
sebanyak 1 g. Lacbon sebanyak 20 tablet diambil 5 tablet secara acak dan
ditimbang sebanyak 1 g. Rillus sebanyak 20 tablet diambil secara acak sebanyak 3
3.2. Persiapan Penelitian
3.2.1. Alat-Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas, autoklaf
(Fisons), batang pengaduk, benang wol, bunsen, colony counter, inkubator (Fiber
Scientific), kapas, kain kassa, kertas label, Laminar Air Flow Cabinet (Astec HLF
1200L), lemari pendingin (Toshiba), mikro pipet, neraca analitik (ACIS), oven
(Memmert), rak tabung, spatula, tabung durham.
3.2.2. Bahan- Bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades, alkohol 70%, Lacbon, Lacidofil, Lacto B, dan Rillus, media PCA (Oxoid), natrium klorida
0,9%.
3.2.3 Sterilisasi Alat
Alat-alat yang digunakan untuk pengujian, sesudah dicuci dengan air
bersih kemudian disterilkan. Alat gelas disterilkan dengan pemanasan dalam oven
pada suhu 1700C selama 1 jam. Media disterilkan di dalam autoklaf pada suhu
1210C selama 15 menit (Ditjen POM, 1995).
3.3 Pembuatan Media dan Pereaksi 3.3.1 Plate Count Agar (PCA)
Komposisi : Tripton 5 g
Ekstrak khamir 2,5 g
Dekstrosa 1 g
Cara pembuatan :
Suspensikan 17,5 g ke dalam 1 liter air suling, panaskan sampai mendidih
sambil diaduk hingga larut. Media disterilkan dalam otoklaf pada suhu 1210C
selama 15 menit (Anonim, 1982).
3.3.2 Larutan NaCl 0,9%
Komposisi : Natrium Klorida 9 g
Air Suling hingga 1000 ml
Cara pembuatan :
Sebanyak 9 g NaCl ditimbang dan dilarutkan dengan akuades steril.
Kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 1000 ml sampai larut sempurna,
setelah itu ditambahkan akuades steril sampai garis tanda, dan dimasukkan ke
dalam erlenmeyer steril yang tertutup kemudian sterilkan dalam otoklaf pada suhu
1210C selama 15 menit (Ditjen POM, 1995).
3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel 3.4.1 Pengumpulan Sampel
Pada penelitian ini sampel diperoleh dari beberapa macam sediaan
probiotik dengan merek yang berbeda yang beredar di pasaran.
3.4.2 Pemeriksaan Angka Lempeng Total Pada Obat-obat Probiotik
Tablet Lacbon, Lacidofil, Lacto B, dan Rillus ditimbang sebanyak 1 g dan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 9 ml NaCl 0,9% sehingga
diperoleh konsentrasi pengenceran 10-1 kemudian dihomogenkan. Disiapkan 6
tabung reaksi yang telah berisi larutan NaCl 0,9% dari pengenceran 10-1 dipipet
pengenceran 10-2, kemudian dihomogenkan. Dilakukan seperti tersebut sampai
diperoleh pengenceran 10-7. Lalu diambil sebanyak 1 ml dari masing-masing seri
pengenceran dan dimasukkan pada cawan petri steril (triplo). Setelah itu,
dituangkan media PCA suhu 450C ke dalam cawan petri tersebut sebanyak 15 ml
dan dihomogenkan. Cawan petri segera digoyang dan diputar hingga suspensi
tersebar merata. Setelah media memadat, cawan diinkubasi dengan suhu 35-370C
selama 24 jam dengan posisi dibalik. Setelah itu jumlah koloni yang tumbuh
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Angka Lempeng Total pada Sampel
Pengamatan jumlah koloni bakteri yang terdapat pada sediaan dapat dilihat
pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan A, B, C dan D Keterangan : A = Rillus , B = Lacbon, C = Lacidofil, D = Lacto B
A
D
C
Gambar jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada pengenceran yang lainnya dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Jumlah koloni bakteri yang terdapat pada sediaan probiotik dapat dilihat pada
Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Jumlah koloni bakteri pada sediaan-sediaan probiotik
Sampel Rata-rata
Sediaan A 103 x 107 Januari 2017 Tiap tablet kunyah mengandung:
viable cell 1,0 x 109 CFU mengandung:
- Lactobacillus plantarum 8,55 mg - Streptococcus thermophilus 8,55
mg
- Bifidobacterium bifidum 2,55 Fructooligosaccharide 480 mg. Zat
tambahan yang digunakan yaitu isomalt, xylitol, susu, vanila. yang terdiri dari Lactobacillus helveticus Rosell-52 dan
Lactobacillus rhamnosus Rosell-11. Zat tambahan yang digunakan yaitu maltodekstrin 211 mg, magnesium stearat 8 mg, asam askorbat 1 mg.
Sediaan D 34 x 106 Oktober 2016 Serbuk krim nabati, dekstrosa,
campuran bakteri asam laktat
(Lactobacilus acidophilus 4,7 x 107 CFU/g, Bifidobacterium longum 1,3 x 107 CFU/g, Streptococcus
Perhitungan jumlah koloni bakteri dari hasil pengenceran sampel yang lainnya
dapat dilihat pada Lampiran 3.
Hasil pengamatan dan perhitungan jumlah koloni bakteri yang tumbuh
pada sediaan A (tanggal kadaluwarsa bulan Januari 2017) yang tiap tablet kunyah
viable cell mengandung 1,0 x 109 CFU/tablet dengan berat tiap tablet 1 g,
sedangkan sampel yang dibutuhkan adalah 1 g (1 tablet kunyah). Pengamatan
jumlah koloni bakteri pada pengenceran 10-7 yaitu 103 x 107 CFU/g maka dalam 1
tablet jumlah koloni bakteri yang tumbuh sebanyak 103 x 107 atau 1,03 x 109
CFU/tablet. Jumlah tersebut sesuai dengan jumlah yang tertera di dalam kemasan
sediaan A.
Hasil pengamatan dan perhitungan jumlah koloni bakteri yang tumbuh
pada sediaan B (tanggal kadaluwarsa Juni 2017) yang tiap tablet mengandung
>50 juta atau 5 x 107 CFU Lactobacillus sporogenes dengan berat tiap tablet 250
mg, sedangkan sampel yang dibutuhkan adalah 1 g (4 tablet). Pengamatan jumlah
koloni bakteri pada pengenceran 10-7 yaitu 70 x 107 CFU/g maka dalam 250 mg
tablet jumlah koloni bakteri yang tumbuh yaitu 17,5 x 107 CFU/tablet. Jumlah
tersebut sesuai dengan jumlah yang tertera di dalam kemasan sediaan B.
Hasil pengamatan dan perhitungan jumlah koloni bakteri yang tumbuh
pada sediaan C (tanggal kadaluwarsa Desember 2017) yang mengandung 2 milyar
(2 x 108) CFU Lactobacillus helveticus Rosell-52 dan Lactobacillus rhamnosus
Rosell-11 dengan berat tiap kapsul adalah 200 mg, sedangkan sampel yang
dibutuhkan adalah 1 g (5 kapsul). Pengamatan jumlah koloni bakteri pada
bakteri yang tumbuh sebanyak 20,1 x 107 atau 2,01 x 108 CFU/kapsul. Jumlah
tersebut sesuai dengan jumlah yang tertera di dalam kemasan sediaan C.
Hasil pengamatan dan perhitungan jumlah koloni bakteri yang tumbuh
pada sediaan D (tanggal kadaluwarsa Oktober 2016) yang mengandung 6 x 107
CFU/g campuran bakteri asam laktat (Lactobacilluss acidophilus, Bifidobacterium
longum dan Streptococcus thermophilus) dengan berat satu sachet serbuk 1 g,
sedangkan sampel yang dibutuhkan adalah 1 g (1 bungkus serbuk). Pengamatan
jumlah koloni bakteri pada pengenceran 10-6 yaitu tumbuh yaitu 34 x 106 CFU/g.
Dalam 1 bungkus serbuk jumlah koloni bakteri yang tumbuh sebanyak 34 x 106
atau 3,4 x 107 CFU/g. Jumlah tersebut lebih rendah dengan jumlah yang tertera di
dalam kemasan sediaan D.
Berdasarkan pengamatan dan perhitungan jumlah koloni bakteri yang
terdapat pada sediaan A, B, C, dan D maka hasilnya menunjukkan bahwa jumlah
koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan A, B, dan C sudah sesuai dengan jumlah
koloni bakteri yang tertera di dalam label kemasan. Sedangkan jumlah koloni
bakteri yang tumbuh pada sediaan D lebih rendah dengan jumlah pada label
kemasan. Hal ini dikarenakan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu
formulasi atau bentuk sediaan, aktivitas air, nutrisi, dan suhu.
Bentuk sediaan A, sediaan B adalah tablet, sediaan C berupa kapsul, dan
sediaan D berupa serbuk. Bentuk dari sediaan dapat mempengaruhi viabilitas dari
bakteri probiotik. Hal ini karena stabilitas sediaan selama penyimpanan yang
dikemas dalam bentuk kapsul dan tablet dapat ditingkatkan daripada hanya
melindungi bahan aktif yang sensitif terhadap kelembaban dan panas (Huckle dan
Zhang, 2011).
Aktivitas air dapat mempengaruhi viabilitas bakteri probiotik. Kadar
kelembaban dan aktivitas air yang tinggi akan menurunkan daya tahan probiotik.
Produk probiotik dapat memiliki masa simpan yang lama pada bentuk kering
ketika disimpan pada suhu kamar jika kadar kelembabannya rendah (Neha, et al.,
2012). Misalnya cara penggunaan sediaan probiotik yang salah dengan
menyendoki serbuk dengan sendok basah dapat mengurangi daya tahan probiotik
(Huckel dan Zhang, 2011).
Viabilitas bakteri probiotik dapat dipengaruhi oleh nutrisi yang
ditambahkan ke dalam suatu produk probiotik. Di dalam sediaan A, B, C dan D
terdapat bahan tambahan yaitu nutrisi yang dibutuhkan untuk membentuk energi
dan menyusun komponen-komponen sel. Kebutuhan zat-zat nutrisi setiap jasad
renik dapat bervariasi seperti Streptococcus, Lactobacillus, Bifidobacterium dan
berbagai organisme heterotrof lainnya membutuhkan asam amino, purin, dan
pirimidin sebagai sumber nitrogen serta vitamin B, vitamin B1, vitamin B2,
niasin, vitamin B6, asam pantotenat dan vitamin B12 sebagai faktor pertumbuhan
(Fardiaz, 1992). Jika kebutuhan nutrisi tidak tersedia dalam jumlah yang cukup
maka terjadi fase kematian pada bakteri (Pratiwi, 2008).
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan dari bakteri seperti
suhu karena setiap organisme memiliki batas suhu terendah, batas suhu tertinggi,
batas-batas terhentinya tumbuh dan suhu optimum untuk pertumbuhan dan
reproduksi (Irianto, 2006). Suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi
rendah suhu maka akan lebih stabil viabilitas probiotik dalam produk peningkatan
suhu juga memiliki efek yang merugikan terhadap stabilitas saat produk
didistribusikan dan disimpan. Jika suhu yang dingin pada produk dapat
dipertahankan, lebih banyak jumlah bakteri probiotik yang viabel. Hal yang
penting untuk sel probiotik vegetatif dalam produk cair yaitu sumber pendinginan
sewaktu penyimpanan. Dalam produk kering yang mengandung bakteri quiescent
cells, viabilitas probiotik dapat dipertahankan pada produk-produk yang disimpan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan A (103 x 107 atau 1,03 x
109 CFU/tablet), sediaan B (17,5 x 107 CFU/tablet) dan sediaan C (2,01 x 108
CFU/kapsul) pada media PCA sudah sesuai dengan jumlah koloni bakteri yang
tertera di label kemasan tetapi sediaan D (3,4 x 107 CFU/g) lebih rendah dengan
jumlah koloni bakteri yang tertera di dalam kemasan.
5.2 Saran
Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian
terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari bakteri
probiotik sehingga dapat mengurangi jumlah koloni bakteri probiotik yang
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (1982). The Oxoid Manual Fifth Edition. England: Turnergraphic Ltd Basingstoke. Halaman 254.
BPOM RI. (2008). Pengujian Mikrobiologi Pangan. Info POM Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Vol 9, no 2 ISSN 1829-9334. Halaman 3-5.
Boehm, G., Wind, R., and Knol, J. (2010). Prebiotics and Probiotics in Infant Formulae. In: Cho, S.S., and Finocchairo, E.F. (editors). Handbook of Prebiotics and Probiotics Ingredients. Health Benefits and Food Applications. London: CRC Press. Halaman 295.
Chandan, R.C. (2006). Manufacturing Yogurt and Fermented Milk. Australia: Blackwell Publishing. Halaman 8-10.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 891, 892, 1195.
Dwidjoseputro. (1978). Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djambatan. Halaman 52-53.
Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman 103-104.
Guarner, F., Khan, A.G., Garisch, J., Eliakim, R., Gangl, A., Thomson, A., Krabshuis, J., Mair, T.L. (2008). Probiotic and prebiotics. World Gastroenterology Organisation Practice Guideline. Halaman 2.
Huckle, B.D., and Zhang, Z. (2011). Maintenance and Protection of Probiotics. In: Liong, M.T., (editor). Probiotics: Biology, Genetics and Health Aspects. Berlin: Springer. Halaman 91-92.
IAI. (2010). ISO. Informasi Spesialite Obat Indonesia volume 45 2010-1011. Jakarta: PT ISFI Penerbitan. Halaman 480, 488, 490.
Irianto, K. (2006). Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Jilid I. Bandung: Yrama Widya. Halaman 51-53.
Irianto, K. (2013). Mikrobiologi Medis: Pencegahan, Pangan dan Lingkungan. Bandung: Penerbit Alfabeta. Halaman 368.
Lee, K.Y. and Salminen, S. (2009). Handbook of probiotics & prebiotics 2nd ed. New Jersey: John Wiley and sons, Inc. Halaman 60-66, 282.
Neha, A., Kamaljit, S., Ajay, B., dan Tarun, G. (2012). Review Article Probiotic: As Effective Treatment of Disease. International Research Journal of Pharmacy IRJP 2012, 3 (1) ISSN 2230- 8407. Halaman 98.
Picard, C., Fioramonti, J., Francois, A., Robinson, T., Neant, F., dan Matuchansky, C. (2005). Review Article: Bifidobacteria as Probiotic Agents Physiological Effects and Clinical Benefits. Aliment Pharmacol Ther 2005; 22: 495-512 Halaman 496-507.
Prakash, S., Tomaro-Duchesneau, C., Saha, S., dan Cantor, A. (2011), Review Article The Gut Microbiota and Human Health with an Emphasis on the Use of Microencapsulated Bacterial Cells. Hindawi Publishing Corporation Journal of Biomedicine and Biotechnology volume 2011, article ID 981214. Halaman 1-6.
Pratiwi, S.T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 106-110.
Sanders, M.E., Gibson, G., Gill, H.S. and Guarner, F. (2007). Probiotics: Their Potential to Impact Human Health. CAST Issue Paper Number 36, Halaman 9-10.
Schrezenmeir, J. and de Vrese, M. (2001). Probiotics, Prebiotics and Synbiotics Approaching a Definition. Am. J. Clin. Nutrition 2001; 73 (suppl): 361S-4S Halaman 361.
Shah, N.P. (2007). Review Functional Cultures and Health Benefits. Int. Dairy J. 17 (2007) 1262-1277 Elsevier Inc, USA. Halaman 1268-1269.
Solanki, H.K., Pawar, D.D., Shah, D.A., Prajapati, D.V., Jani, G.K., Mulla, A.M., Thakari, P.M. (2013). Development of Microencapsulation Delivery System for Long-Term Preservation of Probiotics as Biotherapeutic Agent. Hindawi Publishing Corporation BioMed Research International volume 2013 article ID 620719. Halaman 1-2.
Tamime, A.Y., Saarela, M., Sondergaard, A.K., Mistry. V.V., Shah. N.P. (2005). Production and Maintenance of Viability of Probiotic Micro-organism in Dairy Products. In: Tamime, A., (editors). Probiotic Dairy Products. UK: Blackwell publishing Ltd. Halaman 56.
Wardah, T.S. (2013). Mikrobiologi Pangan. Edisi I. Yogyakarta: Andi Offset. Halaman 221-224.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Sampel
A B
Keterangan : Sediaan A : Rillus (tiap tablet kunyah mengandung viable cell 1,0 x 109 CFU mengandung Lactobacillus plantarum 8,55 mg, Streptococcus thermophilus 8,55 mg. Dan Bifidobacterium bifidum 2,55 mg, fructooligosaccharide 480 mg. Zat tambahan yang digunakan yaitu isomalt, xylitol, susu,dan vanila). Sediaan B : Lacbon (tiap tablet mengandung >50 juta Lactobacillus
Lampiran 1. Sampel (Lanjutan)
C D
Keterangan :
Sediaan C : Lacidofil (2 x 108 CFU organisme yang terdiri dari Lactobacillus helveticus Rosell-52 dan Lactobacillus rhamnosus Rosell-11. Zat tambahan yang digunakan yaitu maltodekstrin 211 mg, magnesium stearat 8 mg, asam askorbat 1 mg)
Lampiran 2. Gambar jumlah koloni bakteri pada sampel
Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan A pada pengenceran 10-7
2
Lampiran 2. Gambar jumlah koloni bakteri pada sampel (lanjutan) Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan B pada pengenceran 10-7
1
2
Lampiran 2. Gambar jumlah koloni bakteri pada sampel (lanjutan) Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan C pada pengenceran 10-7
2
1
Lampiran 2. Gambar jumlah koloni bakteri pada sampel (lanjutan) Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan D pada pengenceran 10-6
1
3
Lampiran 3. Perhitungan jumlah koloni bakteri yang terdapat pada sediaan
1. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan A Pengenceran sampel Jumlah koloni bakteri
yang tumbuh (CFU/g)
Tanggal kadaluwarsa
10-7
1. 102x107 Januari 2017
2. 109x 107 3. 98x107
Rata-rata 103 x 107
*Data jumlah koloni bakteri merupakan hasil dari beberapa kali pengujian sampel.
Sediaan A adalah tablet yang mengandung jumlah koloni bakteri 1,0 x 109
CFU/tablet dan berat tiap tablet adalah 1 g maka hasil yang didapat dari
perhitungan jumlah rata-rata koloni bakteri adalah 103 x 107 CFU/tablet atau 1,03
x 109 CFU/tablet.
2. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan B Pengenceran sampel Jumlah koloni bakteri
yang tumbuh (CFU/g)
*Data jumlah koloni bakteri merupakan hasil dari beberapa kali pengujian sampel.
Sediaan B adalah tablet yang mengandung jumlah koloni bakteri > 50 juta CFU
atau 5 x 107 CFU/tablet dengan berat tiap tablet adalah 250 mg karena tablet yang
dilakukan pengenceran pada 10-7 ditimbang sebanyak 1 g (4 tablet sediaan B).
Untuk mendapatkan jumlah koloni bakteri yang tumbuh dalam CFU/tablet, maka
rata-rata jumlah koloni bakteri pada pengeceran 10-7 dibagi dengan 4 tablet
Lampiran 3. Perhitungan jumlah koloni bakteri yang terdapat pada sediaan (lanjutan)
3. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan C Pengenceran sampel Jumlah koloni bakteri
yang tumbuh (CFU/g)
*Data jumlah koloni bakteri merupakan hasil dari beberapa kali pengujian sampel
Sediaan C adalah kapsul yang mengandung jumlah koloni bakteri 2 x 108
CFU/kapsul dengan berat tiap kapsul adalah 200 mg karena kapsul yang
dilakukan pengenceran pada 10-7 ditimbang sebanyak 1 g (5 kapsul sediaan C).
Untuk mendapatkan jumlah koloni bakteri yang tumbuh dalam CFU/kapsul,
maka rata-rata jumlah koloni bakteri pada pengeceran 10-7 dibagi dengan 5 kapsul
sediaan C yaitu 100 x 107 / 5 = 20 x 107 CFU/ kapsul atau 2,0 x 108 CFU/kapsul.
4. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sediaan D
Pengeceran sampel Jumlah koloni bakteri yang tumbuh (CFU/g)
*Data jumlah koloni bakteri merupakan hasil dari beberapa kali pengujian sampel
Sediaan D adalah serbuk yang mengandung jumlah koloni bakteri 6 x 107 CFU/g
dan berat tiap sachet serbuk adalah 1 g maka hasil yang didapat dari perhitungan