• Tidak ada hasil yang ditemukan

"Shopping” (Studi Etnografi Gaya Hidup Berbelanja Fashion pada Mahasiswa)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan ""Shopping” (Studi Etnografi Gaya Hidup Berbelanja Fashion pada Mahasiswa)"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

i

“SHOPPING”

(StudiEtnografiGaya Hidup Berbelanja Fashion di Mall padaMahasiswa)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Dalam Bidang Antropologi

DISUSUN OLEH:

LAMTIUR SIHOTANG 100905062

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS LIMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

“SHOPPING”

(Studi Etnografi Gaya Hidup Berbelanja Fashion di Mall pada Mahasiswa)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan disini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, November 2015 Penulis

(3)

ii ABSTRAK

Lamtiur Sihotang, 2015. Judul Skripsi: Shopping (Studi Etnografi Gaya Hidup Berbelanja Fashion di Mall pada Mahasiswa). Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 102 halaman, 12 gambar dan 22 daftar pustaka.

Penelitian ini berusaha menggambarkan bagaimana kegiatan Shopping yang dilakukan oleh Mahasiswa FE USU. Shopping adalah suatu kegiatan berbelanja yang dilakukan disela-sela waktu luang yang dilakukan di mall. Mall adalah tempat berbelanja yang lengkap, nyaman, praktis dan aman. Bagi mahasiswa Shopping bukan hanya sekedar berbelanja, banyak hal yang bisa dilakukan di Mall sehingga Shopping di Mall telah menjadi gaya hidup bagi sebagian mahasiswa. Sehingga terdapat berbagai makna yang timbul dari gaya hidup Shopping di Mall yang dilakukan Mahasiswa FE USU. Oleh karena itu penting untuk membahas hal tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gaya hidup berbelanja fashion di Mall pada Mahasiswa FE USU. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipasi dan wawancara mendalam. Wawancara dilakukan terhadap mahasiswa yang sering melakukan kegiatan Shopping di Mall dengan jumlah informan sebanyak 10 mahasiswa FE USU dan 3 informan mahasiswa dari universitas lainnya di kota medan. Peneliti menggunakan alat bantu perekam suara berupa smartphone untuk merekam wawancara dan menggunakan kamera untuk mendokumentasikan gaya hidup berbelanja fashion di Mall pada Mahasiswa FE USU.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan yang mempengaruhi mahasiswa FE USU berbelanja fashion di mall adalah bangunan mall, letak mall, diskon, perasaan bangga dan puas serta pelayanannya yang ramah. Shopping di Mall merupakan aktivitas yang sangat menyenangkan sehingga banyak mahasiswa yang lepas kontrol ketika sedang berada di Mall. Konsekuensi yang ditimbulkan dari gaya hidup Shopping di Mall adalah boros bahkan bisa sampai berhutang dengan teman demi membeli barang bermerek. Pilihan gaya hidup Shopping di Mall dalam berbelanja barang bermerek sering dijadikan sebagai simbol dari status sosial.

(4)

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat, kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Shopping”(Studi Etnografi Gaya Hidup Berbelanja Fashion pada Mahasiswa). Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai sarjana S1 Antropologi Sosial di Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Segala rasa takut, khawatir dan rasa tidak mampu merupakan hal pertama yang dirasakan penulis. Namun penulis tetap berdoa dan memiliki keyakinan akan pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa hingga kini skripsi ini telah selesai dengan baik.

Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dra, Nita Savitri M.Hum, selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan ilmu, arahan, motivasi, waktu dan tenaga kepada penulis mulai dari penyusunan proposal skripsi sampai akhirnya penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Ermansyah, M.Hum selaku Penguji yang memberikan koreksi dan saran bagi penulis.

(5)

iv

Saputra selaku Dosen Penasehat Akademik. Kepada seluruh staf pengajar Departemen Antropologi FISIP USU yang telah memberikan begitu banyak ilmu bagi penulis selama proses belajar ini berlangsung. Demikian juga kepada Kak Nurhayati dan Kak Sofi selaku staf administrasi Departemen Antropologi yang telah banyak memberikan bantuan dalam mengurus kelancaran administrasi selama perkuliahan. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Nancy, Nirwana, Sabrina, Niki, Linang, Mentari, Novita, Voronica, Shinta dan Refi yang telah menjadi informan. Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan kerabat mahasiswa Antropologi FISIP USU angkatan 2010 teristimewa kepadaRini Gilina Sinulingga, Amy Valentina Ginting, Rina Berutu, Mark Sinar Rafael, Jop Martinus Sembiring, Maryo Andel, Iyan P Sinuraya, Risa Yustika, Gorat Siahaan, Sakti Bancin, Silton Ronatal, Obrin Sianturi dan Bistok Tambunan. Berikut juga dengan kerabat lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih karena telah menjadi teman seperjuangan penulis selama menjadi mahasiswa di FISIP USU.

(6)

v

penulis. Terimakasih telah menjadi kaka dan abang yang memberikan inspirasi kepada penulis untuk menjadi orang yang lebih berguna. Teristimewa untuk keponakan penulis Joshua Arga dan Ardiand Juna yang membuat penulis semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

Untuk teman-teman di Jakarta yang selalu menanyakan kapan penulis kembali ke jakarta; Bintang, Rizmy, Izha, Elsa, Novi, Rahnita, Anton, Hendrik, Bang Tolop, Robi, Kristoper, Ricky, Sisil, Maikel, Tomas, Septriana, Rotua, Ester, Misel, Uzi, Dewi, Pristy, Fany, Firman, Irfan, Indra, Harry, Jeremy, Martin, Rekonsili, Ridho, Sulis, There, Nuel, Arfan, Isa, Johan dan teman-teman lainnya, terimakasih sudah mendukung, mendoakan dan mengingatkan supaya penulis semangat dalam mengerjakan skripsi dan kembali ke Jakarta.

Untuk penghuni Kost Gang Golf: bro Ghioseph Dody Desmond, Bhoris dan Robbi yang mau menerima penulis menumpang di kos mereka untuk menghilangkan kepenatan ketika mengerjakan skripsi. Terutama untuk ka Juli yang selalu berbaik hati menerima penulis untuk menginap di rumahnya ketika penulis bosan dikos. Kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kebahagiaan dan kesehatan bagi semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, November 2015 Penulis

(7)

vi

RIWAYAT HIDUP

Lamtiur Sihotang atau yang lebih sering akrab dipanggil dengan sebutan Tiur, lahir pada tanggal 27 Juli1992 di Ciracas, Jakarta Timur. Anak ke empat dari 4 (empat) bersaudara dari pasanganM. Sihotang dan R. Tamba. Penulis telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 05Kampung Rambutan pada tahun 2004 dan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 188Kampung Rambutan pada tahun 2007. Lalu penulis melanjutkan pendidikan

Sekolah menengah Atas Negeri (SMAN) 104Kampung Gedong dan selesai pada tahun 2010. Kemudian merantau ke Kota Medan menempuh pendidikan S1 Program Studi Antropologi Sosial angkatan 2010 Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Berbagai kegiatan yang dilakukan selama masa studi adalah:

(8)

vii

Kekerabatan” yang dilaksanakan di Parapat pada tanggal 01-03 Oktober

2010.

2. Anggota dari UKM KMK Don Bosco FISIP USU dan IMAJAKSEK (Ikatan Mahasiswa Jakarta dan Sekitarnya).

3. Panitia Inisiasi dalam kegiatan Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB) Departemen Antropologi Sosial FISIP USU pada tahun 2011.

4. Mengikuti pelatihan ‘Training of Fasilitator” Angkatan II oleh Departemen Antropologi Sosial FISIP USU, yang dilaksanakan di Wisma Syariah Harikita pada tanggal 24-25 April 2012.

5. Melakukan PKL II/magang di PG-TK Holy Kids, Sempakata, Kota Medan pada tahun 2014.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunianya yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan segala kebutuhan lainnya dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang Antropologi Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

“Shopping” (Studi Etnografi Gaya Hidup Berbelanja Fashion di Mall pada

Mahasiswa). Skripsi ini berisikan kajian analisis yang didasarikan pada observasi partisipasi dan wawancara penulis yang membahas mengenai kegiatan Shopping di Mall bagi Mahasiswa. Secara sistematis, kajian ini berfokus pada pengertian Shopping di Mall menurut mahasiswa dan barang apa saja yang dibeli ketika Shopping di Mall, tujuan yang mempengaruhi mahasiswa berbelanja fashion di Mall dan konsekuensi yang ditimbulkan dari gaya hidup Shopping Mall pada mahasiswa FE USU. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa Shopping di Mall merupakan gaya hidup yang dijadikan simbol dari status sosial tertentu sehingga tidak jarang mahasiswa berbelanja barang-barang yang bermerek untuk memperlihatkan status sosialnya.

(10)

ix

berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, khususnya mahasiswa antropologi, yaitu sebagai kontribusi penembah wawasan selama masa perkuliahan dan juga bagi para pelaku kegiatan Shopping Mall yang diteliti.

Medan, November 2015

Penulis

(11)

x DAFTAR ISI HALAMANPERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS ……… i

ABSTRAK ……….………. ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……… iii

RIWAYAT HIDUP ……….………... vi

KATA PENGANTAR ………..………...……... viii

DAFTAR ISI ………..……... x

DAFTAR TABEL ………... xii

DAFTAR GAMBAR ……….……… xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………...………... ……. 1

1.2 Tinjauan Pustaka ………..……… 7

1.3 Rumusan Masalah ……….. 14

1.4 Lokasi Penelitian ………...….……… 14

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………...…..…... 15

1.6 Metode Penelitian ……….….…. 16

1.7 Subjek Penelitian ……….……..…. 17

1.8 Teknik Pengumpulan Data ………...…….. 17

1.8.1 Observasi dan Observasi Partisipasi ………..………. 17

1.8.2 Wawancara ………..….……... 17

1.8.3. Pengembangan Raport ………... 18

1.9 Pengalaman Penelitian ……….……….. 19

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Sejarah Singkat Universitas Sumatera Utara …….…………...…….. 24

2.2 Sejarah Singkat Fakultas Ekonomi USU ………….………... 26

2.3 Visi, Misi dan Tujuan Fakultas Ekonomi USU …….……….... 29

2.4 Struktur Organisasi Fakultas Ekonomi USU ……….… 30

2.5 Mall di Kota Medan ………...…… 33

BAB III. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FASHION 3.1 Sejarah dan Perkembangan Fashion di Dunia ………...……. 43

3.2 Perkembangan Fashion di Indonesia ……….…….…… 48

3.3 Fashion di Kota Medan ………..……… 52

3.4 Merek-merek dan Harga Fashion ………..…. 53

3.4.1 Pakaian ……….….… 55

3.4.2 Tas ………..…... 57

3.4.3 Sepatu ………..………….. 58

3.5 Merek Fashion yang Dominan digunakan Mahasiswa FE USU ….... 61

BABIV. MAKNA SHOPPINGMALL BAGI MAHASISWA YANG BERBELANJA FASHION DI MALL 4.1 Shopping Mall Menurut Mahasiswa ………..……… 66

4.2 Tujuan yang Mempengaruhi Mahasiswa Berbelanja Fashion di Mall.71 4.2.1 Bangunan dan Fasilitas Mall ………...……... 71

(12)

xi

4.2.3 Diskon ………..…...……… 76

4.2.4 Perasaan Bangga dan Puas Berbelanja di Mall ……….….. 79

4.2.5 Pelayanan Karyawan, SPG dan Satpam yang Ramah ………….… 84

4.3 Konsekuensi Ketika Berbelanja Fashion di Mall ……….….…..…... 86

4.3.1 Bekerja dan Menabung ………...…….... 86

4.3.2 Hobby Berbelanja ………..………...…..…….… 87

4.3.3 Boros dan Berhutang ………...……... 89

4.3.4 Laper mata dan Lupa Waktu ………...……….. 92

4.3.5 Window Shopping ………...……..… 94

BAB V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan ………...…...…..………... 95

DAFTAR PUSTAKA……….………. 99 LAMPIRAN

(13)

xii

DAFTAR TABEL

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Fakultas Ekonomi USU ………..…... 28

Gambar 2 : Struktur Organisasi FE USU ………...…...31

Gambar 3 : Gaya Melindrosa ………...………….………….... 43

Gambar 4 : Gaya Hipser ………..…..…… 47

Gambar 5 : Medan Fashion Culture Fastival ………... 54

Gambar 6 : Merek Sepatu Gosh yang dimiliki Informan ………...………... 60

Gambar 7 :Merek Sepatu Vicari yang dimililiki Informan…...………... 63

Gambar 8 : Mahasiswa FE USU melakukan kegiatan Shopping Mall ……. 70

Gambar 9 : Diskon yang diadakan di Medan Mall ………...……… 77

Gambar 10 : Sepatu Vincci yang langsung dibeli di Malaysia ……... 81

Gambar 11 : Kegiatan yang dilakukan mahasiswa FE USU jika di Mall ... 84

(15)

ii ABSTRAK

Lamtiur Sihotang, 2015. Judul Skripsi: Shopping (Studi Etnografi Gaya Hidup Berbelanja Fashion di Mall pada Mahasiswa). Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 102 halaman, 12 gambar dan 22 daftar pustaka.

Penelitian ini berusaha menggambarkan bagaimana kegiatan Shopping yang dilakukan oleh Mahasiswa FE USU. Shopping adalah suatu kegiatan berbelanja yang dilakukan disela-sela waktu luang yang dilakukan di mall. Mall adalah tempat berbelanja yang lengkap, nyaman, praktis dan aman. Bagi mahasiswa Shopping bukan hanya sekedar berbelanja, banyak hal yang bisa dilakukan di Mall sehingga Shopping di Mall telah menjadi gaya hidup bagi sebagian mahasiswa. Sehingga terdapat berbagai makna yang timbul dari gaya hidup Shopping di Mall yang dilakukan Mahasiswa FE USU. Oleh karena itu penting untuk membahas hal tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gaya hidup berbelanja fashion di Mall pada Mahasiswa FE USU. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipasi dan wawancara mendalam. Wawancara dilakukan terhadap mahasiswa yang sering melakukan kegiatan Shopping di Mall dengan jumlah informan sebanyak 10 mahasiswa FE USU dan 3 informan mahasiswa dari universitas lainnya di kota medan. Peneliti menggunakan alat bantu perekam suara berupa smartphone untuk merekam wawancara dan menggunakan kamera untuk mendokumentasikan gaya hidup berbelanja fashion di Mall pada Mahasiswa FE USU.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan yang mempengaruhi mahasiswa FE USU berbelanja fashion di mall adalah bangunan mall, letak mall, diskon, perasaan bangga dan puas serta pelayanannya yang ramah. Shopping di Mall merupakan aktivitas yang sangat menyenangkan sehingga banyak mahasiswa yang lepas kontrol ketika sedang berada di Mall. Konsekuensi yang ditimbulkan dari gaya hidup Shopping di Mall adalah boros bahkan bisa sampai berhutang dengan teman demi membeli barang bermerek. Pilihan gaya hidup Shopping di Mall dalam berbelanja barang bermerek sering dijadikan sebagai simbol dari status sosial.

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Pada saat ini globalisasi telah memberikan pengaruh bagi kehidupan masyarakat di suatu negara termasuk di Indonesia. Era globalisasi diyakini membawa perubahan cukup besar dalam setiap aspek kehidupan, terutama bidang ekonomi yang merupakan titik fokus globalisasi yaitu menjadikan ekonomi lebih efesien dan lebih sehat menuju kemajuan masyarakat dunia. Media online menyebutkan bahwa globalisasi mendorong terjadinya perubahan radikal dalam sistem retail pangan1, yang ditandai dengan menjamurnya hypermarket2, restoran cepat saji, waralaba, food court3

dari berbagai penjuru dunia yang sebagian besar menyajikan “junk food” (makanan sampah) dengan resiko terkena kanker sangat tinggi.

Dengan berkembangnya bidang ekonomi menimbulkan perkembangan gaya hidup dalam masyarakat. Gaya hidup merupakan istilah yang sedang popular pada saat ini telah mengalami perubahan dan perkembangan seiring dengan semakin berkembangnya zaman.

2Hypermarket sebuah pasar modern besar yang mengkombinasikan satu supermarket dan

departement store yang didalamnya dijual berbagai macam kebutuhan hidup dan produk-produk mulai dari fasion dan elektronik.

3 Food court sebuah tempat makan yang terdiri dari counter-counter makanan yang menawarkan

(17)

2

Dahulu masyarakat tidak terlalu mementingkan urusan penampilan dalamgaya hidup. Mereka lebih mementingkan masalah kebutuhan pokok daripada masalah penampilan tetapi sekarang berbeda keadaannya karena kini urusan penampilan dan gaya hidup mulai menjadi perhatian bagi kebanyakan masyarakat termasuk mahasiswa. Kini gaya hidup atau lifestyle menjadi kebutuhan skunder yang mana sifatnya menjadi kebutuhan nomor duanamunakan menjadi sangat penting pada masyarakat perkotaan dan pada kelompok mahasiswa.

Segala bentuk perkembangan zaman dapat dikategorikan sebagai budaya popular4

Konsep awal dari pusat perbelanjaan atau mall adalah sebagai tempat yang hanya menyediakan barang-barang dagangan, namun seiring dengan berjalannya waktu konsep tersebut berubah. Memperluas konsep penyewa toko dan aktivitasnya, mall telah mengubah perannya sebagai wadah bisnis perdagangan menjadi pusat hiburan

. Perkembangan dalam hal berbelanja misalnya, merupakan salah satu contoh yang paling dekat. Belanja merupakan aktivitas yang sangat menyenangkan sehingga banyak orang yang sering lepas kontrol jika sedang berada di supermarket, pasar ataupun mall.

5

. Pusat perbelanjaan menjadi fokus tempat masyarakat mencari dan memenuhi kebutuhan lifestyle atau gaya hidup terutama pada masyarakat perkotaan.

(diakses 18 Juli 2014)

(18)

3

Mall telah menjadi tempat pilihan baru bagi mahasiswa, terutama mahasiswa yang tingkat perekonomiannya menengah ke atas di dalam memenuhi kebutuhan hidup dibandingkan dengan pasar tradisional. Mall menyediakan kebutuhan hidup primer, skunderdan tersier. Melihat persediaan tersebut yang begitu lengkap maka banyak mahasiswa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya lebih memilih mall sebagai tempat berbelanja. Selain luas dan lengkap, mall memiliki tempat yang bersih, sejuk, dan juga menawarkan berbagai macam produk lokal maupun produk luar yang membuat mahasiswa tersebut nyaman berbelanja di mall.

Masyarakat terkhusus mahasiswa yang sering pergi ke mall dan mengkonsumsi atau membeli barang-barang di mall pantas untuk disebut masyarakat mall. Masyarakat mall ini gemar untuk berbelanja. Belanja merupakan tindakan sebelum mengkonsumsi. Kegiatan belanja, bila tidak dilihat secara cermat dapat membawa seseorang kepada sebuah tindakan konsumsi itu sendiri. Perlu dipahami bahwa letak konsumerisme terdapat pada prilaku konsumsi yang sebenarnya dilakukan secara seperlunya kemudian berubah menjadi konsumsi yang sangat berlebihan. Konsumsi tidak lagi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, melainkan lebih terkait pencarian eksistensi dan gaya hidup semata.

(19)

4

yang bermewah-mewah. Menurut Raymond, ada beberapa faktor masyarakat menjadi konsumtif6

1. Diciptakan tren untuk membuat masyarakat melakukan pembelian. . Faktor-faktor tersebut yaitu:

2. Membeli barang sebagai self reward system (sistem pemberian upah) dan merayakan kebahagiaan atas kesuksesan yang diraih.

3. Pembelian barang bisa menyelesaikan semua masalah. 4. Idenditas diri disetarakan dengan barang yang dimiliki.

5. Masyarakat hanya berfokus pada barang-barang yang mereka miliki. Dengan adanya beberapa faktor di atas, maka dapat dilihat situasi yang ada di dalam mahasiswa tersebut menuju pada perilaku konsumtif.Pakaian, sepatu, tas dan perhiasan atau aksesoris adalah jenis-jenis barang yang menjadi kebutuhan para mahasiswa saat ini. Dalam pemenuhan barang-barang tersebut dapat dijumpai berbagai tempat yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan mahasiswa seperti di pasar tradisional, pasar online (online shop) dan pasar modern (mall).Namun, mahasiswa lebih cenderung memilih berbelanja di pasar modern (mall) karena tempat pemenuhan barang juga menjadi suatu tolak ukur status kelas barang tersebut. Seperti halnya contoh yang dikemukakan seorang mahasiswi bernama Nirwana berikut ini:

“Seseorang membeli sebuah sepatu di Sun Plaza dengan merk A akan dianggap lebih berkelas dan mewah dibandingkan dengan seseorang yang membeli barang ber merek A tersebut di Pajus”

(Nirwana, 21Tahun)

(20)

5

Fashion adalah benda-benda dan atribut yang dipakai manusia untuk mengidentifikasikan dirinya secara khusus dan kelompok sosialnya sebagai satu kesatuan dirinya dengan pikiran-pikiran atau pernyataan citra diri pribadi ataupun yang sifatnya komunal.Benda-benda seperti baju dan aksesoris yang dikenakan bukanlah sekadar penutup tubuh dan hiasan, lebih dari itu juga menjadi sebuah alat komunikasi untuk menyampaikan identitas pribadi.

Fashiontidak hanyamenyangkut soal busana dan aksesoris semacam perhiasan seperti kalung dan gelang, akan tetapi benda-benda fungsional lain yang dipadukan dengan unsur-unsur desain yang canggih dan unik menjadi alat yang dapat menunjukkan dan mendongkrak penampilan si pemakai. Fashion juga menyatakan bagaimana kita ingin diperlakukan oleh orang lain melalui penampilan. Bukan hanya busana yang melekat, fasion juga menyatakan tentang cara kita membawa diri dengan busana yang kita kenakan. Fashion merupakan suatu hal tentang gaya hidup seseorang yang tidak dapat dilepaskan dari penampilan dan gaya kesehariannya.

(21)

6

langsung menunjukkan bahwa mereka dalam berpenampilan berada pada kelas sosial menengah keatas. Hal ini menyebabkan mahasiswi bersifat konsumtif dalam pemenuhan gaya hidupnya.

Mahasiswi dikenal dengan suka dan pandai bergaya memadupadankan fashion, hal ini terlihat dari mahasiswa yang menggunakan skinny jeans, blouse, semi sweater, denim, varsity jacket, sneaker, hijab ala street fashion, dan

menggunakan aksesoris-aksesoris sebagai penunjang penampilannyajika ingin berpergian ke kampus.Kampus dijadikan mahasiswa sebagai wadah untuk menunjukkan eksistensi diri mereka mengenai gaya hidup modern ditengah-tengah pergaulan. Awalnya kampus yang seharusnya digunakan sebagai tempat memperoleh ilmu pengetahuan mulai berubah menjadi tempat ajang pamer penampilan dan kekayaan semata. Misalnya mahasiswa akan dianggap mengikuti perkembangan zaman apabila telah membeli dan menggunakan barang-barang dengan merekterkenal.

Mahasiswa yang cenderung memiliki kelebihan kekayaan menjadi mudah terpengaruh untuk memenuhi gaya hidup yang konsumtif tersebut. Sebagian mahasiswa lain yang berada dalam tingkat ekonomi menengah juga mengikuti gaya hidup konsumtif akibat tuntutan pergaulan dan dapat dikatakan juga sebagian besar mahasiswa masa kini mungkin hanya mementingkan penampilan saja.Uang saku mahasiswa lebih dipentingkan untuk membeli berbagai macam barang bermerek untuk mengikuti trend 7

7Sesuatu yang banyak diperbincangkan atau digunakan orang saat ini

(22)

7

perkuliahan. Oleh karena banyaknya mahasiswa menerapkan gaya hidup konsumtif dalam pembelian fashion dan aksesorismenyebabkan kehidupan kampus sebagai tempat untuk menunjukkan eksistensi.Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perilaku konsumtif, khususnya dalam berbelanja fashion dan aksesoris pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang terkait dengan gaya hidup Shopping Mall. Pemilihan lokasi ini didasarkan hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa di Fakultas ini sebagian besar mahasiswa merupakan pelaku yang berbelanja fashion di Mall dan juga tidak jarang menggunakan pakaian dan aksesoris yang modis.

1.2. Tinjauan Pustaka

Chaney (1996:150-151) secara khusus menyebut gaya hidup adalah hobi-hobi para elit yang sangat unggul dan mungkin juga para elit ketinggalan dalam inovasi terhadap benda-benda jasa dan simbolik. Begitu pula dengan kesempatan-kesempatan bagi para pemimpin, penampil, dan cara-cara mobilitas sosial lainnya. Meskipun Chaney menyebut gaya hidup adalah milik para elit (high class), namun ia juga tidak bisa memungkiri bahwa terdapat proses-proses pertukaran, strategi, dan inovasi yang dilakukan golongan bawah (lower class) untuk menjangkaunya sehingga permainan gaya hidup tidak terbatas pada kelompok-kelompok yang memiliki previlege8

8Privilege adalah manfaat khusus, pembebasan dari kewajiban, atau kekebalan dari hukuman, yang

diberikan kepada seseorang, suatu kelompok atau kelas masyarakat.

secara ekonomi saja.

(23)

8

Gaya hidup (lifestyle) berbeda dengan cara hidup (way of life). Suatu cara hidup dikaitkan dengan suatu komunitas yang kurang lebih stabil dan ditampilkan dengan ciri-ciri seperti norma, ritual, pola-pola tatanan sosial, dan mungkin juga suatu komunitas dialek atau cara berbicara yang khas. Cara hidup berdasarkan pada bentuk-bentuk sosio-struktural seperti pekerjaan, gender, lokalitas, etnisitas, dan umur, dan tidak akan hilang karena bentuk-bentuk identifikasi baru.

Sedangkan gaya hidup merupakan cara-cara terpola dalam menginvestasikan aspek-aspek tertentu kehidupan sehari-hari dengan nilai simbolik. Sebuah cara bermain dengan identitas yang memungkinkan perubahan suatu individu atau komunitas. Harus disadari bahwa tidak ada aturan ketentuan baku tentang gaya hidup yang “sama dan cocok” yang berlaku untuk semua orang. Gaya hidup juga sangat berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan teknologi. Semakin bertambahnya zaman dan semakin canggihnya teknologi, maka semakin berkembang luas pula penerapan gaya hidup oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Koentjaraningrat (2000:186-187) menuliskan bahwa kebudayaan memiliki tiga wujud, yaitu:

a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, nilai-nilai, norma-norma,peraturan dan sebagainya.

b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompeks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.

(24)

9

Menurut Kotler (1997:153), faktor budaya memiliki pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Peran budaya, sub budaya dan kelas konsumen sangat berpengaruh terhadap keputusan konsumen untuk membeli suatu produk. Abdullah (2006) menjelaskan bahwa masalah konsumerisme dapat dilihat juga dalam kerangka perubahan budaya masyarakat dengan segala faktor yang mempengaruhi dan dipengaruhinya. Konsumerisme bagian dari perubahan gaya hidup pada sebuah kelompok masyarakat yang terdongkrak menjadi kelas menengah perkotaan.

Pasar dalam arti sempit merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Dalam kajian ilmu ekonomi, pasar adalah suatu proses atau tempat transaksi antara permintaan dan penawaran barang/jasa tertentu sehingga terbentuk keseimbangan (harga pasar) dan jumlah yang diperdagangkan. Pasar dapat dibedakan berdasarkan sifat atau wujud barang yang diperdagangkan seperti pasar tradisional dan mall.

Mall9 adalah jenis dari

bangunan tertutup dengan suhu yang diatur dan memiliki jalur untuk berjalan jalan yang teratur sehingga berada di antara toko-toko kecil yang saling berhadapan. Oleh karena bentuk arsitektur bangunannya yang melebar (luas), umumnya sebuah mal memiliki tinggi tiga lantai. Di dalam sebuah ma lain seper sebenarnya diperuntukkan berada di dekat lokasi perumahan. Bangunan

(25)

10

malmelebar karena dalam pada umumnya lokasi yang dekat perumahan ini, harga tanah relatif lebih murah daripada pembangunan sebua lokasi pusat kota.

Belanja merupakan aktivitas pemilihan dengan maksud untuk memperoleh dianggap sebagai sebuah aktivitas berpendapat belanja adalah aktivitas yang sangat menyenangkan sehingga banyak orang yang sering lepas kontrol jika sedang berada di supermarket, pasar ataupun mall. Oleh karena itu shopping mall adalah aktivitas belanja yang dilakukan di pasar modern atau mall. Pendapat lain mengatakan shopping mall adalah suatu kelompok perbelanjaan (pertokoan) terencana yang dikelola oleh suatu manajemen pusat yang menyewakan unit-unit kepada pedagang dan mengenai hal-hal tertentu pengawasannya dilakukan oleh manajer yang sepenuhnya bertanggung jawab kepada pusat perbelanjaan tersebut. (Nadine Bednington, 1982).

(26)

11

budget khusus untuk keperluan dalam hal berbelanja di luar kebutuhannya dan

hanya mementingkan kepuasan semata, dengan mengeluarkan uang secara tidak logis.

Mereka ingin selalu kelihatan beda dengan teman-teman lainnya dari cara mereka berpakaian dan berdandan. Mereka tidak lagi memperdulikan berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk berbelanja. Itulah sebabnya Chaney (Lifestyles, 1996: 16) penampakan luar menjadi sangat penting untuk menunjukkan identitas sosial seseorang sehingga orang sekarang perlu bersolek atau berhias diri dan saat ini dikenal dengan sebutan masyarakat pesolek.

Lina & Rasyid (1997:2) mendefinisikan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku membeli atau memakai suatu barang yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan rasional, melainkan adanya keinginanan yang sudah tidak rasional lagi. Adapun pengertian konsumtif menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Lina & Rasyid menjelaskan adalah kecenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas. Definisi konsep perilaku konsumtif sebenarnya amat variatif. Pada intinya perilaku konsumtif adalah membeli atau menggunakan barang tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan.

(27)

12

Secara operasional, Sumartono mengklasifikasikan indikator perilaku konsumtif yaitu:

A. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi. Konsumen mahasiswa mempunyai keinginan membeli yang tinggi, karena pada umumnya mahasiswa mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut dan sebagainya dengan tujuan agar mahasiswa selalu berpenampilan yang dapat menarik perhatian orang lain. Mahasiswa membelanjakan uangnya lebih banyak untuk menunjang penampilan diri. B. Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat atau

kegunaannya). Membeli produk atas pertimbangan harga yang dilakukan mahasiswamenandakan adanya kehidupan mewah sehingga cenderung menggunakan segala hal yang dianggap paling mewah. Harga mahal juga sering dianggap memiliki kualitas yang bagus.

C. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status. Dalam hal membeli produk mahasiswa mempunyai kemampuan membeli yang tinggi, baik dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya sehingga dapat menunjang sifat eksklusif dengan barang yang mahal dan memberi kesan berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi. Dengan membeli suatu produk dapat memberikan simbol status agar kelihatan lebih keren dimata orang lain. Memakai produk karena unsur konformitas10

10Konformitas adalah bentuk interaksi yang di dalamnya seseorang berprilaku sesuai dengan

harapan kelompok atau masyarakat di mana ia tinggal.

terhadap model yang mengiklankan. Meniru perilaku tokoh yang diidolakannnya dalam bentuk menggunakan segala sesuatu yang

(28)

13

dapat dipakai tokoh idolanya,mahasiswa cenderung memakai dan mencoba produk yang ditawarkan bila ia mengidolakan public figure11

D. Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi. Hurlock (1999) juga menambahkan bahwa dengan membeli produk yang mereka anggap dapat mempercantik penampilan fisik, mereka akan menjadi lebih percaya diri. produk tersebut.

E. Mencoba lebih dari dua produk sejenis (merek berbeda). Mahasiswa akan cenderung menggunakan produk jenis sama dengan merek yang lain dari produk sebelumnya ia gunakan, meskipun produk tersebut belum habis dipakainya.

Mahasiswa merupakan sekelompok pemuda yang semestinya mengisi waktunya dengan menambah pengetahuan, keterampilan, dan keahlian, serta mengisi kegiatan mereka dengan berbagai macam kegiatan positif, sehingga akan memiliki masa depan sebagai manusia yang bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa. Tetapi kehidupan perkotaan telah membentuk gaya hidup khas dikalangan mahasiswa dan terjadi akulturasi sosial budaya tinggi dalam mempertahankan prestise dari masing-masing individu. Sebelum terjadi globalisasi dan modernisasi masih banyak mahasiswa yang berorientasi ke masa depan dan jarang melakukan hal-hal yang aneh.

Berbeda dengan mahasiswa sekarang yang lebih mementingkan fashion. Fashion merupakan suatu hal yang sudah menjadi lifestyle setiap orang. Pada

11Public figure adalah yang dikenal atau orang terkemuka.diakses 20

(29)

14

umumnya fashion dapat mencerminkan tentang kepribadian orang tersebut dengan kata lain mahasiswa dapat berekpresi dengan fashion yang digunakan. Perkembangan fashion saat ini tidak perlu diragukan lagi karena pergantian tren berbusana sudah sering terjadi bahkan akan selalu berganti setiap tahunnya. Fashion saat ini beraneka ragam macamnya dimulai dari pakaian, celana, rambut, sepatu, kutek, behel (kawat gigi), pemakaian softlense, kalung, gelang, tas dsb. Hal - hal tersebut sebagai penunjang dalam berpenampilan oleh mahasiswa. Wilson menunjukkan, “fashion adalah wajah seni yang mengalami degradasi atau tak bisa diterima” (Wilson, 1990:209); kembali hal ini berkaitan dengan ide bahwa fashion dan desain fashion tampaknya menunjukkan dua sisi, satu sisi penerimaan dan satu sisi penolakan.

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan paparan dari keseluruhan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku gaya hidup Shopping Mall bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara? Dari pokok permasalahan tersebut dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apapengertian Shopping Mall dan barang apa saja yang dibeli ketika Shopping di Mall?

(30)

15

3. Apa konsekuensi yang terkait dari gaya hidup Shopping Mall khususnya dalam berbelanja fashion yang dilakukan mahasiswa?

1.4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Universitas Sumatera Utara dengan fokus penelitian di Fakultas Ekonomi di Jalan Prof. T.M. Hanafiah Kampus Universitas Sumatera Utara Medan 20155. Pemilihan lokasi ini didasarkan hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa di Fakultas ini sebagian besar mahasiswa merupakan pelaku yang berbelanja fashion di Mall dan juga tidak jarang menggunakan pakaian dan aksesoris yang modis. Dibandingkan dengan mahasiswa Fakultas lainnya di USU seperti Kedokteran, Teknik, Pertanian dan MIPA yang waktunya banyak dihabiskan dikampus, mahasiswa Fakultas Ekonomi lebih banyak waktu senggang untuk melakukan kegiatan berbelanja ke Mall. Secara teknis lokasi ini mudah dijangkau oleh peneliti, hal ini juga menjadi salah satu alasan pemilihan lokasi tersebut. Peneliti juga melakukan penelitian di beberapa mall dikota medan sepeti di Center Point, Sun Plaza dan Hermes Place Polonia. Peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Gaya Hidup Berbelanja Fashion di Mall pada Mahasiswa”.

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

(31)

16

berbelanja fashion di mall dan konsekuensi yang ditimbulkan dari berbelanja fashion di mall yang dilakukan mahasiswa.

Suatu penelitianselain memiliki tujuan sebagai dasar dalam proses kegiatannya juga dapat memberikan manfaat. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai suatu usaha penelitian antropologi dalam melihat kecenderungan perilaku gaya hidup Shopping Mall pada mahasiswa Fakultas Ekonomi USU, selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi dunia pendidikan serta sebagai bahan informasi bagi masyarakat umum, pemerintah dan pihak-pihak yang membutuhkan terkait dalam melihat gaya hidup Shopping Mall yang berkembang dan akibatnya bagi mahasiswa di Fakultas Ekonomi USU.

1.6. Metode Penelitian

(32)

17

menggali dan menemukan, serta memahami bagaimana perilaku konsumtif shopping mall pada mahasiswa Fakultas Ekonomi USU.

Untuk mendeskripsikan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian lapangan sebagai cara untuk memperoleh data-data primer. Di samping itu, data sekunder juga dibutuhkan dalam hal melengkapi data primer yang diperoleh dari buku-buku, artikel-artikel ataupun tulisan-tulisan yang berkaitan dengan masalah penelitian.

1.7 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah 10 mahasiswa Fakultas Ekonomi USU dan 3 informan tambahan dari universitas lain yang peneliti dapatkan di mall. Semua informan tersebut adalah perempuan karena perempuan lebih sering melakukan kegiatan Shopping Mall dan sangat mengutamakan penampilan dalam berbusana di bandingkan dengan laki-laki.

1.8 Teknik Pengumpulan Data

1.8.1 Observasi dan Observasi Partisipasi.

(33)

18

mahasiswa berbelanja fashion di mall (3) mengamati konsekuensi dari berbelanja fashion di mall. Observasi yang dilakukan adalah observasi partisipasi. Partisipasi dimaksudkan bahwa peneliti terlibat dalam keseharian informan.

Pada kegiatan observasi, peneliti mengalami kesulitan karena peneliti harus mencari terlebih dahulu informan. Hasil observasi akan dituangkan dalam bentuk catatan lapangan. Hal ini nantinya akan memudahkan peneliti untuk membaca kembali informasi yang telah didapatkan. Observasi partisipasi didukung dengan foto-foto yang berkaitan dengan masalah penelitian.

1.8.2. Wawancara

Wawancara adalah satu-satunya tehnik yang dapat digunakan untuk memperoleh keterangan tentang kejadian yang oleh ahli antropologi tidak dapat diamati sendiri secara langsung. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dengan pedomanwawancara. Wawancara mendalam ditujukan kepada informan.

(34)

19

Hasil wawancara dituangkan ke dalam catatan lapangan wawancara. Proses wawancara didukung dengan kamera dan alat perekam suara sejenis smartphone. Peneliti akan berusaha membangun rapport yang baik terhadap

informan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian, serta untuk membuat informan menjadi lebih nyaman dan mudah terbuka atas jawaban-jawaban dari pertanyaan penelitian yang akan ditanyakan kepadanya.

1.8.3. Pengembangan Raport

Peneliti berusaha membangun raport yang baik terhadap informan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian, serta untuk membuat informan menjadi lebih nyaman dan mudah terbuka atas jawaban-jawaban dari pertanyaan penelitian yang akan ditanyakan. Sebelumnya peneliti telah menjalin raport dengan informan yakni pada saat melakukan pra lapangan pada saat itu informan cukup ramah dan kooperatif saat melakukan wawancara awal, maka peneliti rasa tidak akan sulit saat melakukan penelitian.

a) Analisis Data

(35)

20

yang diperoleh dari studi kepustakaan. Kemudian peneliti mengategorikan data tersebut berdasarkan kategori-kategori yang terkandung dalam data tersebut. Kemudian hasil analisis tersebut dipaparkan dalam laporan hasil penelitian berupa skripsi.

1.9. Pengalaman Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti sudah pernah melakukan pengamatan sementara ke Fakultas Ekonomi untuk melihat-lihat mahasiswa yang menggunakan fashion yang sedang popular saat ini. Peneliti mengawali penelitiannya pada tanggal 9 Maret 2015. Tempat pertama yang peneliti kunjungi adalah sebelah ruang pembantu Dekan III. Di tempat itu banyak Mahasiswa Fakultas Ekonomi yang sedang duduk-duduk. Ada mahasiswa yang duduk di lantai di depan ruang dekan sambil bermain laptop dan ada juga mahasiswa yang bercengkrama dengan teman-temannya.

(36)

21

pertanyaan penulis. Ternyata dari lima orang yang sedang berkumpul disana hanya dua orang yaitu Sabrina dan Niki yang suka melakukan kegiatan shopping mall. Banyak informasi yang peneliti dapat dari Sabrina dan Niki. Hal ini dikarenakan dari lima orang yang sedang berkumpul tersebut beberapa diantara mereka merasa segan untuk menjawab pertanyaan penulis. Peneliti melakukan wawancara dengan dibantu interview guide dan smartphone sebagai alam perekam wawancara.

(37)

22

sebisa mungkin akan mereka jawab. Peneliti pun berusaha meminta pin bbm mereka dengan alasan supaya mudah menghubungi mereka jika peneliti membutuhkan informasi kembali. Dari hasil wawancara bersama Nancy dan teman-temannya, peneliti mendapatkan kembali informasi yang dibutuhkan.

Beberapa minggu kemudian peneliti kembali datang ke Fakultas Ekonomi untuk menambah informasi. Peneliti menuju lantai dua lalu mencari informan. Peneliti melihat mahasiswa yang sedang duduk dikelas kosong. Ada Nirwana, Shinta, Refi dan Novita. Mereka sedang menunggu jam kuliah. Dari pakaian dan sepatu yang dikenakannya sepertinya mereka merupakan pelaku kegiatan Shopping Mall. Langsung saja peneliti bertanya apakah mereka sering melakukan kegiatan Shopping Mall. Ternyata mereka sering pergi ke Mall untuk melihat-lihat mode fashion terbaru dan membelinya. Kesempatan bagi peneliti untuk melakukan wawancara kembali. Informan kali ini lebih terbuka kepada penulis oleh karena itu sangat mudah bagi informan untuk mewawancarai mereka. Di sela-sela wawancara salah satu dari mereka bertanya tentang stambuk dan jurusan penulis di Fisip USU. Mereka begitu antusias dengan pertanyaan penulis karena membahas kegiatan Shopping Mall yang sering mereka lakukan bersama. Hal ini dikarenakan mereka semua sangat menyukai kegiatan Shopping Maall sehingga tidak sulit bagi mereka untuk menjawab pertanyaan penulis.

(38)

23

wawancara dengan mereka sambil meminta pin BBM dari mereka. Hanya tiga orang saja yang mau memberikan. Mereka mengatakan bahwa jika peneliti jika ingin mewawancarai mereka lagi maka peneliti dapat menghubungi mereka via BBM.

Setelah mendapatkan informan yang dibutuhkan, peneliti sering bertanya via BBM dan jika ingin bertemu dengan mereka penulis mengatur jadwal dengan para informan. Peneliti juga berpartisipasi mengikuti kegiatan Shopping Mall yang dilakukan Nancy dan teman-temannya yang dilakukan di Center Point Mall. Awalnya peneliti merasa canggung ketika berkumpul dengan Nancy dan teman-temannya, tetapi mereka memberikan respon yang baik dengan peneliti sehingga kami merasa akrab satu sama lain.

(39)

24 BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Sejarah Singkat Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara yang dalam tulisan ini selanjutnya akan disingkat menjadi USU adalah sebuah terbaik di pulau (USU) pernah masuk dalam sepuluh kampus terbaik di Indonesia versi calon mahasiswa dan orangtua di seluruh Indonesia. Peringkat ini berdasarkan hasil survei Pusat Data dan Analisa Tempo pada awal tahun 2009. Walaupun Jawa masih menjadi pusat perguruan tinggi terbaik di Indonesia, tetapi sivitas akademika USU patut berbangga karena menjadi satu-satunya perguruan tinggi terbaik di luar Jawa berdasarkan hasil survei Pusat Data dan Analisa Tempo tersebut, sekaligus sebagai perguruan tinggi terbaik versi responden di Sumatera Utara.

Tabel 1.

Hasil Survei Perguruan Tinggi Terbaik Pusat Data dan Analisa Tempo

No Perguruan Tinggi Nilai

1. Universitas Indonesia 1.587

(40)

25

3. Institut Teknologi Bandung 1,101 4. Institut Pertanian Bogor 0,532

5. Universitas Padjajaran 0,500

6. Universitas Diponegoro 0,397

7. Universitas Airlangga 0,303

8. Institut Teknologi Sepuluh Nopember 0,267

9. Universitas Trisakti 0,265

10. Universitas Sumatera Utara 0,147 Sumber:

USU juga adalah universitas pertama di pulau Sumatera yang mempunyai Fakultas Kedokteran. USU didirikan sebagai Yayasan Universitet Sumatera Utara pada tanggal

yang didirikan pada USU. Kedokteran menjadi Fakultas pertama di Universitas Sumatera Utara dikarenakan beberapa pendiri USU berprofesi sebagai dokter. Presiden Indonesia saat itu di Indonesia pada tanggal

(41)

26

Negara) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2003, tanggal 11 Nopember 2003, dimana Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara merupakan satu dari 10 Fakultas dan Program Pascasarjana yang ada, pada saat Universitas Sumatera Utara menjadi PT BHMN. Setelah menjadi PT BHMN, dengan dibentuknya Fakultas Farmasi dan Fakultas Psikologi pada tahun 2007.

Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) di kota Medan. Saat ini Universitas Sumatera Utara memiliki 14 fakultas yaitu Kedokteran, Hukum, Pertanian, Teknik, Kedokteran Gigi, Ekonomi, Sastra, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Psikologi, Keperawatan dan Pacasarjana.

2.2 Sejarah Singkat Fakultas Ekonomi USU

(42)

27

Yayasan Universitas Sumatera Utara sendiri pada waktu itu berada di kota

Medan. Namun Fakultas Ekonomi yang berada di Kutaraja, Banda Aceh tetap

memakai nama dibawah panji Universitas Sumatera Utara. Ini menunjukkan bahwa

waktu itu teknik operasional pendidikan berada di Kutaraja, sedangkan penyelesaian

administrasinya tetap berada di bawah Presiden Universitas Sumatera Utara (istilah

untuk nama pimpinan pada waktu itu).

Berhubung Fakultas Ekonomi yang berkedudukan di Banda aceh menjadi bagian dari Universitas Syah Kuala, pada tahun 1961 Universitas Sumatera Utara membuka kembali Fakultas Ekonomi di Medan. Penetapan dilakukan dengan surat keputusan Menteri Pendidikan Tinggi RI No. 64/1961 tanggal 24 November 1961 yang berlaku surut terhitung mulai 1 Oktober 1961. Berdasarkan surat keputusan tersebut, tanggal 24 Nopember diperingati sebagai hari lahir atau Dies Natalis Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.0535/01/1983, tanggal 08 Desember 1983, Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi No. 131/DIKTI/Kep/1987, No. 25/DIKTI/Kep/1987 dan No. 26/DIKTI/Kep/1987 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara mengasuh dua jenjang Program Pendidikan, yaitu Program Pendidikan Starata-1 dan Program Pendidikan Diploma III.Program Pendidikan Strata-1 meliputi 3 (tiga) departemen, yaitu :

1. Departemen Ekonomi Pembangunan

2. Departemen Manajemen

(43)

28 Sedangkan Program Diploma III terdiri dari : 1. Jurusan Kesekretariatan

2. Jurusan Keuangan

3. Jurusan Akuntansi

Gambar 1

Kampus Fakultas Ekonomi USU

Sumber: Dokumentasi Pribadi

(44)

29

2.3 Visi, Misi dan Tujuan Fakultas Ekonomi USU

Visi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yaitu ”Menjadi salah satu Fakultas Ekonomi terkemuka yang dikenal unggul dan mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam persaingan global”.

Misi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

• Menghasilkan lulusan yang mempunyai karakter dan kompetensi dalam

bidang ilmu ekonomi, manajemen dan akuntansi yang berorientasi pasar.

• Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dengan pemberdayaan

dan peningkatan kualifikasi dan kualitas dosen,

• Mengembangkan dan meningkatkan pelaksanaan darma penelitian dan

pengabdian sebagai upaya meningkatkan mutu keilmuan dan sumber pendanaan fakultas dalam status PT BHMN,

• Senantiasa berusaha meningkatkan pelayanan kepada mahasiswa selaku

pelanggan (customer) dan stakeholderslainnya.

• Meningkatkan jaringan dan kerjasama dengan institusi swasta dan

pemerintah serta organisasi profesional dan lembaga lain terkait yang bertaraf nasional dan internasional.

Tujuan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara adalah sebagai berikut: • Menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing dan

(45)

30

• Menjadi lembaga yang berkemampuan melaksanakan penelitian –

penelitian dan pengabdian pada masyarakat dan responsif terhadap perkembangan / perubahan.

2.4 Struktur Organisasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Struktur organisasi diperlukan perusahaan untuk membedakan batas –batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan / keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Demi tercapainya tujuan umum suatu instansi diperlukan suatu wadah untuk mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan instansi tersebut. Pengaturan ini dihubungkan dengan pencapaian tujuan instansi yang telah ditetapkan sebelumnya. Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan pekerjaan dapat diterapkan, sehingga efisiensi dan efektivitas kerja dpat diwujudkan melalui kerja sama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai.

Suatu intansi terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan perseorangan, maupun kelompok kerja yang berfungsi untuk melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu dan mencakup tata hubungan secara vertikal, melalui saluran tunggal.

(46)

31

semakin kompleks hubungan-hubungan yang ada. Untuk itu perlu di buat bagan yang menggambarkan hubungan tersebut termasuk fungsi masing-masing kegiatannya. Bagan itu dinamakan bagan organisasi atau struktur organisasi. Yang menjadi dasar dalam organisasi ini adalah pembagian kekuasaan (Autority) dan tanggung jawab (Responbility). Berikut merupakan bagan Struktur Organisasai Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

Gambar 2

Struktur Organisasi FE USU

Sumber: Fakultas Ekonomi USU

PIMPINAN FAKULTAS

(47)

32

Pembantu Dekan II : Drs. Arifin Lubis, M.M., Ak Dekan III : Ami Dilham, SE, M.Si

DEPARTEMEN

S1 Ekonomi Pembangunan

Ketua Departemen : Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec Ketua Program Studi : Irsyad Lubis. M.Soc, Ph.D

S1 Manajemen

Ketua Departemen : Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME

Ketua Program Studi : Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si S1 Akuntansi

Ketua Departemen : Dr. Syarifuddin Ginting S., SE., M.A.F.I.S., Ak Ketua Program Studi : Drs. Firman Syarif. M.Si, Ak

Jumlah mahasiswa S1 yang aktif di FE USU dari stambuk 2010 sampai stambuk 2013 kira-kira 2.201 mahasiswa. Dari jumlah tersebut beberapa mahasiswa menyukai kegiatan Shopping Mall. Mahasiswa cenderung berkunjung ke Mall dengan tujuan untuk berbelanja dan mengkonsumsi barang yang ditawarkan di Mall. Selain itu di Mall juga tersedia berbagai macam restoran dan tempat makan yang menyediakan berbagai jenis menu makanan seperti :fast food, western food, sushi, dimsum dan makanan khas Indonesia. Mall tidak hanya

(48)

33

Mall. Hal tersebut menjadikan kegiatan Shopping Mall sebagai gaya hidup bahkan ada mahasiswa yang menjadikan Shopping Mall sebagai hobby untuk mengisi waktu luang.

2.3 Mall di Kota Medan

Perkembangan Mall di kota-kota besar di Indonesia saat ini semakin menekan pertumbuhan pasar tradisional di kota-kota besar. Buktinya dapat dilihat dengan adanya swalayan-swalayan, hypermarket, Carefour, department store, dan Indomaret yang memiliki banyak keunggulan untuk menarik perhatian konsumen

untuk membeli. Dengan pemberian diskon atau potongan harga yang bisa menarik perhatian atau menggugah konsumen, serta membuat bangunan-bangunan yang mewah, sehingga membuat masyarakat banyak meninggalkan pasar tradisional, dengan demikian bagaimana dengan pasar tradisional yang merupakan pasar yang sangat potensial untuk masyarakat luas. Tetapi kalau dilihat di kota Medan pasar tradisional semakin terancam dengan pasar modern atau mall sampai-sampai pasar tradisional banyak yang tidak terawat, seperti pasar Sambu, pasar Sukaramai dan pasar Petisah, dan lain-lain. Pasar modern atau mall di Kota Medan terdiri dari12 • Grand Palladium

:

Grand Palladium menjadi salah satu mall di kota Medanyang terletak di pusat kota yang berdekatan dengan Aryaduta Hotel Medan dan dekat dengan kantor wali kota. Mall ini cukup mewah namun mall ini tidak begitu ramai dikunjungi dibandingkan dengan mall-mall lain di kota medan padahal letak mall ini cukup strategis. Mall ini terletak di Jalan Kapten Maulana Lubis No.8 Petisah Tengah,

(49)

34

Medan. Grand Palladium resmi dibuka pada bulan September 2005. Di dalam mall ini terdapat beberapa tenant (penyewa) seperti Matahari Department Store, Toko Buku Gramedia, Hypermart dan Palladium 21.

Plaza Medan Fair

Plaza Medan Fair adalah salah satu mall teramai di kota Medan yang memiliki 4 lantai. Mall ini memiliki banyak tenant (penyewa) seperti Carrefour, Matahari Department Store, Electronic City, Pizza Hut, City Ice Cream, KFC dan bermacam-macam butik fashion. Letak mall ini strategis pada pusat kota yaitu di Jalan Jend. Gatot Subroto No.30, Medan.

Medan Mall

Medan mall merupakan salah satu mall tertua yang terdapat di kota medan. Di belakang mall ini terdapat Pajak Sentral (Sambu). Orang medan menyebut pasar dengan sebutan pajak. Mall ini memiliki banyak tenant (penyewa) antara lain Texas, Es Teler 77, Naughty, Giordani dan Sopie Marthin. Mall ini terletak di Jalan MT. Haryono No. 8-9, Medan.

Center Point

(50)

35

bioskop XXI. Food court mall ini juga beda dengan mall-mall lainnya yang ada di kota Medan, food court yang bernama "eat n eat" ini, menyediakan berbagai pilihan makanan, minuman, kopi dan cemilan. Mall yang telah beroperasi satu tahun ini telah menjadi tempat favorit anak muda untuk berbelanja dan bersantai. Ada banyak lagi tenant yang mengisi terdapat di mall ini seperti parkson, planet surf, jco, Anchor Tenant : SOGO, LotteMart, Best Denki, Informa, Ace Hardware, Toys Kingdom, H&M. Mall ini berdekatan dengan stasiun kereta api dan rumah sakit. Mall ini terletak di Komplek Medan Centre Point, Jalan Timor Blok H No. 1, Medan.

Focal Point

Medan Focal Point hadir dengan konsep lifestyle center, atau pusat gaya hidup yang mengusung konsep tempat hangout dan sosialisasi bagi warga Medan khususnya dengan bangunan berbentuk “rumah panggung” dan bercorak “kain Ulos” khas Sumatera Utara. Demi memenuhi kebutuhan, tenant yang ada pada Focal Point terdiri diri F & B, salon, pusat kebugaran (fitness center), yoga center, pusat permainan anak, supermarket, pusat kebutuhan sehari-hari (personal care), spa center dan reflexiology. Focal Point ini terletak di Jalan Ring Road, Medan Sunggal, Medan.

Hermes Place Polonia

Hermes Place Polonia adalah mall yang mempunyai konsep menyatu dengan alam. Setiap sudut mall ini memberikan ruang untuk udara masuk.

(51)

36

menit menggunakan kendaraan. Dibangun di atas lahan seluas 20.000 meter persegi, Hermes Place Polonia adalah sebuah konsep baru yang menggabungkan gaya hidup dan berbagai fasilitas yang ada didalamnya. Hermes Place Polonia adalah satu-satunya Mall di Medan dengan konsep gaya hidup one stop dan entertainment Mall dengan Convention Hall, Gym, Draco Waterpark, XXI The Premier, Golden Dragon Seafood Restaurant, Toys Kingdom, Amazone, banyak lagi. Mall ini terletak di Jalan. W. Mongonsidi No.45, Polonia, Medan.

Medan Plaza

Plaza ini satu di antara plaza tertua di medan yang berhasil bertahan karena tetap mempertahankan penyewa kios yang menyediakan beragam barang dan jasa yang ekonomis.Plaza ini terletak di Jalan Iskandar No. 321, Medan. Medan Plaza sebagai mall tertua di kota Medan terbakar pada tanggal 22 Agustus 2015 pada pukul 01.00 WIB. Pemicu kebakaran di perkirakan dari tabung gas dan generator listrik yang tersimpan di gedung itu meledak 13

Millenium Plaza

. Hal ini menyebabkan berkurangnya pusat perbelanjaan di kota Medan.

Merupakan pusat perbelanjaan keluarga yang terkenal di Medan sebagai pusat grosir handphone serta gadget lainnya seperti laptop. Di plaza millenium juga tersedia serana berbelanja untuk keluarga dan sarana hiburan yang dilengkap dengan pusat jajanan (food court) yang menyediakan makanan nasional dan internasional yang diiringi live music seperti Mcd. Plaza millenium terdiri dari

(52)

37

385 unit kios. Plaza millennium ini terletak di Jalan Kapten Muslim No. 111, Medan.

Sun Plaza

Sun Plaza yang terletak di tengah kota Medan merupakan pusat perbelanjaan kelas atas yang berdiri pada awal tahun 2004. Mall ini dibangun di atas lahan seluas lebih dari 29.000 meter persegi dengan konsep Mall keluarga. Total luas bangunan adalah lebih dari 87.000 meter persegi dengan total area yang disewakan lebih dari 62.000 meter persegi.

Sun Plaza terdiri atas enam lantai dengan pangsa pasar untuk kalangan menengah

keatas. Hal ini terlihat dari brand-brand yang terdapat disana baik brand lokal

maupun internasional, seperti : Sogo Departement Store merupakan pusatnya

perbelanjaan di Sun Plaza yang lengkap menjual fashion dan aksesoris,

Hypermart, Ace Hardware, Gramedia, Disc Tarra, Kfc, Starbucks, J.CO, Informa,

Aigner, Hugo Boss, Mango, Next, Marks&Spencer, Guess, Frank&Co, Clark,

Hush Puppies, Rotelli, Crocs, Nike, Adidas, Fila, American Taurister, Golf

House, Rip Curl, Everbest, Gosh, Wrangler, Levi's, Planet Sport, Point Breat,

Puma, Payless, Minimall, The Executive, Ocean Line, Nail, Bellagio,

Body&Soul, Arithalia, Bata, Marie Claire, Cool Teen, Cool Kids, Playboy, Aveda

Footwear, Seiko, Swatch, Alta Moda, Gaudi, Tracce, Hammer, Kesawan,

Heatwave, Vincci, Phobe&Chloe, Icy, Ciel, Polo, Teddy Bear, The Body Shop,

The Face Shop, L'Occitane, Skin Food, Kiehl's New York, O.P.I, Etude House,

Shu Uemura, Martha Tilaar, Marie France Bodyline, Bella Skin Care, Infinity,

(53)

38

Carpet, Used jeans, elianto, SUMMIT, MANZONE, KIM, MEIJI, Yves Cocher

France, Minoshe, Jafferson, Snoopy Baby, Route66, Peter Lim saloon, INS

boutique, Kid London, Optik Melawai, Optik Seis, Optik tunggal, Sumatera

Jewelry, My Size, Pizza Hut, Uncle-K, Steak21, Nelayan Jala-Jala, dan masih

banyak lainnya. Sun Plaza terletak Jalan H. Zainul Arifin No. 7 Medan berdekatan dengan Mesjid Agung Medan, Kantor Gubernur Sumatera Utara serta SMA Negeri 1 Medan

Cambridge City Square

Cambridge merupakan salah satu mall yang menyatu dengan apartemen yang terletak di jalan Letjen S. Parman No.217, Medan. Di mall ini terdapat beberapa tenant yang cukup terkenal seperti Starbuck, JCO, Hadgen ice cream, Solaria, Ace.

Thamrin Plaza

(54)

39 BAB III

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FASHION

Pakaian merupakan kebutuhan pokok manusia selain makanan dan tempat tinggal. Pakaian dibutuhkan manusia untuk melindungi dan menutup dirinya. Menurut Koentjaraningrat (2002) pakaian dalam arti seluas-luasnya merupakan suatu benda kebudayaan yang sangat penting untuk hampir semua suku bangsa di dunia. Dipandang dari sudut bahan mentahnya pakaian dapat dikelaskan ke dalam: pakaian dari bahan tenun, pakaian dari kulit pohon, dan pakaian dari kulit binatang . Pakaian pertama yang pernah ada terbuat dari bulu dan kulit hewan, rumput atau tanaman, yang dilipat, dililit atau diikatkan ditubuh manusia sebagai bentuk perlindungan diri terhadap keadaan disekitar seperti cuaca dan hewan karena pada masa lalu kehidupan masih tergantung pada alam karena pola tempat tinggal yang nomaden atau berpindah-pindah. Ditinjau dari sudut fungsi dan pemakaiannya, pakaian dapat dibagi juga ke dalam 4 golongan, yaitu:

1. Pakaian semata-mata sebagai alat untuk menahan pengaruh dari sekitaran alam.

(55)

40

Selain pakaian, sepatu juga termasuk ke dalam fashion. Pada zaman dahulu bentuk sepatu di dunia berdasarkan atas dua prinsip, yaitu prinsip

moccasin14

Pakaian

dan prinsip sandal. Prinsip moccasin terdapat di antara suku-suku bangsa di Siberia Utara dan di Amerika Utara, sedangkan sandal terdapat di antara suku-suku bangsa Eropa, Asia, Amerika Tengah dan Selatan. Banyak suku bangsa di Afrika Timur, Afrika Selatan, dan Asia Tenggara tidak mengenal sepatu sama sekali. Sepatu modern yang dipakai orang zaman sekarang merupakan suatu kombinasi dari kedua prinsip tersebut. Mulai dahulu kulit binatang merupakan bahan mentah yang penting untuk pembuatan pakaian dan sepatu.

Namun seiring dengan perkembangan zaman, pembuatan pakaian dan sepatu saat ini menggunakan bahan lebih modern. Bahan yang digunakan untuk pembuatan pakaian dan sepatu saat ini contohnya seperti bahan:

Tabel 2

Bahan yang digunakan untuk pembuatan pakaian dan sepatu 15

Sepatu 16 1. Katun.

Bahan yang sering digunakan untuk pembuatan kaos.

Kulit Asli.

Bahan yang sering digunakan untuk pembuatan sepatu pantofel dan sepatu boot.

2. Viscose.

Bahan yang sering digunakan untuk pakaian-pakaian model busana pesta, pakaian dalam dan jaket.

Kulit Suede.

Bahan yang sering digunakan untuk pembuatan sepatu model casual, sepatu boot dan sepatu wanita.

(56)

41 3. Spandex.

Bahan yang sering digunakan untuk pakaian olahraga seperti pakaian renang, kostum tari, pakaian dalam dan legging.

Kulit sintetis.

Bahan yang sering digunakan untuk pembuatan sepatu anak-anak.

4. Jersey.

Bahan yang sering digunakan untuk seragam bola.

Kulit Lak.

Bahan yang sering digunakan untuk pembuatan sepatu PDH yang mempunyai tekstur yang mengkilap. 5. Denim.

Bahan yang sering digunakan untuk jaket jeans dan celana jeans.

Canvas.

Bahan yang sering digunakan untuk pembuatan sepatu sekloah dan juga untuk sepatu lukis.

6. Rayon.

Bahan yang sering digunakan untuk blus, rok, celana, pakaian dalam dan daster dan kerudung.

Denim.

Bahan yang sering digunakan untuk pembuatan sepatu casual dan sepatu sneakers.

7. Sifon.

Bahan yang sering digunakan untuk membuat pakaian wanita dan kerudung.

Karet.

Bahan yang sering digunakan untuk pembuatan sepatu untuk wanita dan pria yang tahan lama berbentuk lentur dan tahan air.

8. Wedges.

Bahan yang sering digunakan untuk membuat blazer, pakaian kerja dan pakaian-pakaian formal.

9. Brukat.

(57)

42

Saat ini pakaian dan sepatu digunakan sebagai simbol status, jabatan ataupun kedudukan orang yang memakainya. Perkembangan jenis-jenis pakaian dan sepatu bergantung pada adat istiadat, kebiasaan dan budaya masing-masing bangsa yang masing-masing bangsa memiliki ciri khasnya tersendiri.

Setiap orang ingin menciptakan identitas sebagai seorang individu yang dapat digunakan untuk membedakan dirinya dengan orang lain. Identitas tersebut dapat diciptakan melalui berbagai cara salah satunya dapat diwujudkan dengan fashion. Kini fashion telah menjadi pusat perhatian masyarakat karena dapat menarik banyak konsumen dengan tren-tren yang selalu berubah-ubah setiap tahunnya. Fashion (mode) adalah suatu topik yang layak menjadi perhatian kita karena jelas ia merupakan suatu cara aksi yang dirangsang oleh perkembangan industri konsumen (Chaney 2004: 99). Fashion merupakan istilah yang biasanya dipakai untuk menggambarkan keadaan atau situasi dimana seseorang memakai apa yang sedang menjadi trend pada masa ini. Fashion juga termasuk di dalam gaya hidup yang merupakan kombinasi dan totalitas cara, kebiasaan, pilihan, serta objek-objek yang mendukungnya, dalam pelaksanaannya dilandasi oleh sistem kepercayaan tertentu. (Piliang, 1998:208)

3.1 Sejarah dan Perkembangan Fashion di Dunia

(58)

43

berdandan glamor, minum alkohol, mengendarai mobil, dan merokok menjadi hal yang mendampingi gaya berbusana glamor seperti ini.

Gambar 3

GayaMelindrosa

Tahun 1930 dinamakan dengan Calca Comprida. Gaya berbusana pada tahun ini mangalami perubahan menjadi lebih casual dan tidak glamor layaknya pada masa 1920 atau pada dekade sebelumnya. Baju yang lebih longgar dari bahan kain tebal dan tertutup menjadi pilihan.

(59)

44

pakaian yang sering digunakan pria, semacam pakaian kerja atau perpaduan mantel bengkel dengan bawahan wanita.

Awal Tahun 1950 dinamakan dengan gayaNew Look. Baju-baju dibuat dengan kain nilon, orlon, dan dracon. Fashion pada tahun ini lebih merujuk pada citra yang lebih segar namun tidak seglamour pada tahun 1920. Gaya berbusana yang populer pada tahun ini adalah perpaduan yang khas antara penggunaan spandek, kaos ketat panjang, dan topi lebar.

Akhir Tahun 1950 dinamakan dengan gayaPin Up. Tahun ini juga dihiasi dengan berkembangnya pakaian yang lebih urban namun tetap modis. Gaya urban dan pop culture ini dikenal dengan sebutan Pin Up. Gaya busana Pin Up lebih cenderung ringan dan semi terbuka.

Tahun 1960 dinamakan dengan gayaFuturismo. Era ini adalah era “Masa Depan” yang lebih dikenal dengan istilah Futurismo di dunia fashion. Fashion tahun ini di dominasi busana minimalis dengan motif garis atau bintik yang mengesankan moderenitas dan arti teknologi tinggi pada zamannya.

Awal Tahun 1960 dinamakan dengan gayaCamiseta. Budaya memakai celana jin dan kaos oblong pertama kali populer pada tahun-tahun ini. Camisetasendiri berarti Kaos dalam bahasa Spanyol. Akhir Tahun 1960

dinamakan dengan gayaHippie. Kaum Hippie terpengaruh oleh gaya berbusana Bohemian Style pada tahun 1950an. Kaum Hippie identik dengan pakaian longgar

(60)

45

Awal Tahun 1970 dinamakan dengan gayaDisco. Budaya music disco pada tahun ini sangat popular . Gaya berbusana ditunjukkan dengan penggunaan celana pendek ketat atau hot pant, sepatu beralas rata, dan tentunya celana komprang. Lalu akhir Tahun 1970 dinamakan dengan gayaPunk. Tahun ini remaja sangat ramai menggunakan busana gayaPunk. Gaya berbusana Punk identik dengan rambut spaik tajam, baju hitam dengan ornamen metal tajam dan make-up yang mencolok.

Tahun 1980 dinamakan dengan gayaNew Wave. Kaos dan cenala jins menjadi begitu populer dikalangan remaja karena masih dipengaruhi oleh budaya Punk. New Wave menawarkan gaya berbusana yang lebih diterima khalayak

umum ketimbang Punk.

Awal Tahun 1980 dinamakan dengan gayaMadonna and Aerobic. Gaya berbusana outdor semacam outfit Fitness dan olah raga menjadi populer, khususnya wanita yang sering menggunakan legging sebagai perpaduan outfit celana mereka. Lalu pada akhir Tahun 1980 dinamakan dengan gayaYuppie. Tata busana akhir tahun 1980an akibat merebaknya kalangan pekerja kantoran ini disebut Yuppie. Singkatan dari “young urban professional” atau “young upwardly-mobile professional”. Gaya berbusana Yuppie dikenal dengan

pakaian-pakaian kantoran yang rapi dengan aksen minimalis. Tak terkecuali perempuan yang mulai menggunakan Jas dipadu dengan rok atau celana panjang dari kain.

(61)

46

sebutan “The decade fashion has forgotten.” Style Grunge ini mirip gayaPunk namun tidak begitu radikal. Celana jin, kaos, dan perpaduan dengan baju bermotif kotak-kotak lebar menjadi ciri identik gaya berbusana masa ini, selain tentu saja rambut gondrong dan berantakan sebagai pelengkap. Lalu pada akhir Tahun 1990 dinamakan dengan gayaMix Up. Blue jeans dengan denim jackets in acid wash, baby doll dresses, t-shirts kedodoran, pakaian olah raga, pakaian basket, pakaian

sweatshirt and sweater, dengan perpaduan sepatu sneakers and keds. Gaya busana

tahun 1960 dan 1970 juga berkembang lagi di tahun 1990 dengan pakaian floral dan gaya hippie. Tren tahun 1990an lebih pada mengkombinasikan gaya

busana tahun 1960-1980. Namun demikian, pada tahun tahun 1990an, celana jins dan pakaian longgar yang dimasukkan menjadi simbol umum berbusana.

Tahun 2000 dinamakan dengan gayaNew Millenia. Milenium baru memberikan nuansa serba silver bagi perkembangan fashion. Nuansa futuristik namun tetap glamor menjadi awal dari perkembangan fashion awal tahun 2000an.

(62)

47

lebih cenderung kepada perpaduan fashion segala jenis baju namun masih terkesan modern.

Tahun 2010 dinamakan dengan gayaHipster. Skinny Jins, kacamata besar, rambut tidak terurus rapi, baju kedodoran, sepatu boot tinggi, penutup kepala, syal, jaket kedodoran dan menggunakan tas vintage17

3.2 Perkembangan Fashion di Indonesia .

Gambar 4

Gaya Hipster

Dunia fashion di indonesia dapat dikatakan berkembang sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir. Hal ini dapat dilihat dari segi desainer lokal yang semakin berpotensi, tingkat perekonomian yang semakin membaik, sampai pembangunan mall atau butik yang semakin banyak terlihat berkembang pesat.

(63)

48

Sarinah merupakan mall serba ada pertama di Indonesia yang menjadi ikon penting industri mode lokal karena di sanalah kreasi-kreasi desainer lokal mendapat jalan untuk mencapai konsumennya. dahulu Sarinah berisi pakaian buatan lokal, sedang baju impor yang ada hanya berasal dari Jepang, belum ada merek-merek luar lainnya yang di jual. Baju impor Jepang yang murah bisa didapat di pasar tradisional, sedangkan yang mahal bisa didapat di butik ekslusif yang salah satunya bernama MicMac di Menteng Jakarta. Tahun 1975 toserba bernama Ratu Plaza dan Gajah Mada Plaza mulai menjual barang-barang bermerek luar selain Jepang seperti Aigner dan Gucci. Industri mode lokal tadinya hanya didominasi oleh nama seperti Prajudi dan Iwan Tirta sebagai aset desainer bangsa. Selain itu nama-nama seperti Non Kawilarang dan Ramli juga turut meramaikan industri ini namun koleksi mereka termasuk mahal. Barulah kemudian Poppy Dharsono turut berperan penting membawa konsep ready-to-wear yang menawarkan koleksi pakaian yang lebih terjangkau pada masyarakat.

Gambar

Tabel 1.
Gambar 1 Kampus Fakultas Ekonomi USU
Gambar 2
Tabel 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH GAYA HIDUP BERBELANJA DAN FASHION INVOLVEMENT TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWAi. UNIVERSITAS

Menyatakan bahwa Karya Ilmiah atau Skripsi Saya yang berjudul Perubahan Gaya Hidup Konsumtif (Studi pada Gaya Hidup Fashion Mahasiswa Laki - laki Kangean UMM)

yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu Mulyana 2004:180 Teknik wawancara yang dilakukan bertujuan

Individu memiliki kecenderungan terus menerus menghabiskan waktu dan uang untuk mendapatkan suatu benda tertentu namun benda tersebut tidak selalu menjadi keperluan pokok

Maka dari itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Gaya Hidup Berbelanja dan Keterlibatan Fashion Terhadap Pembelian Impulsif Produk Fashion” studi pada konsumen

Wawancara, merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan wawancara langsung dengan responden yang menjadi sampel untuk memperoleh data yang

Tak lupa kita panjatkan sholawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul Pengaruh Shopping

efisiensi waktu, tanpa harus bertatap muka dengan penjual kita bisa membeli barang yang diinginkan,tanpa harus menuju toko tersebut dimana masyarakat akan mengalami kesulitan