SKRIPSI
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS, DAN JUMLAH PENDUDUK
TERHADAP BELANJA DAERAH PADA PEMDA DI SUMATERA UTARA
OLEH
REGINA PURI GINTING 110503290
PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS, DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP
BELANJA DAERAH PADA PEMDA DI SUMATERA UTARA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pendapatan asli daerah,dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan jumlah penduduk terhadap belanja daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dari tahun 2010-2013. Populasi dari penelitian ini adalah 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, dan dari populasi ini diambil 24 Kabupaten/Kota yang memenuhi kriteria sebagai sampel sehingga diperoleh 96 pengamatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder .
Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat (causal research). Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi data panel dengan model efek random yang menggunakan alat bantu pengolahan data dengan program aplikasi Eviews 7.0. Variabel dari penelitian ini adalah pendapatan asli daerah,dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan jumlah penduduk sebagai variabel independen dan variabel belanja daerah adalah variabel dependen.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum ,Dana Alokasi Khusus Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dengan Adjusted R2 sebesar 97,3% yang berarti bahwa 97,3% variabel Belanja Daerah dapat dijelaskan oleh variabel independen, sisanya sebesar 2,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Secara parsial variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap anggaran Belanja Daerah. Dengan demikian bagi pemerintah daerah diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dalam menyusun kebijakan dan strategi yang efektif dan efisien untuk pelaksanaan kegiatan perencanaan pembangunan daerah.
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF LOCAL OWN REVENUE, GENERAL ALLOCATION FUND , SPECIAL ALLOCATION FUND AND POPULATION ON THE REGIONAL EXPENDITURE OF REGENCIES AND CITIES IN NORTH
SUMATERA PROVINCE.
The objective of the research was to know the influence of Local Own Revenue, General Alocation Fund ,Special Alocation Fund and Population influence the Regional Expenditure of Regencies/Cities in North Sumatera Province. from 2010 to 2013. The population was 33 districts/towns in North Sumatera, and 24 of them were used as the samples which met the criteria so that 96 observations were obtained. The data were secondary data .
The type of the research was a causal research. The hypothesis was tested by using panel data regression analysis with random effect model, using auxiliary apparatus of data processing with application Eviews 7.0 program. The variables in the research were the Local Own Revenue, General Alocation Fund ,Special Alocation Fund and Population as independent variables, while regional exoenditure as dependent variable.
The result proof that Local Own Revenue, General Alocation Fund , Special Alocation Fundand Population influence significanly and simultaneously the Regional Expenditure of Regencies and Cities in North Sumatera Province with Adjusted R2 expressed that 97,3% influence given by independent variable. The rest 2,7% influence given by other variables is not mentioned in this research model. Partially Local Own Revenue, General Alocation Fund ,Special Alocation Fund adn Population influence the Regional Expenditure. Consequently, this research will be useful for Local Government to arrange their effective and efficient strategy and policy especially for implementation of local development planning activities.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi dan menyusun Skripsi yang berjudul “
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM,
DANA ALOKASI KHUSUS, DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP
BELANJA DAERAH PADA PEMDA DI SUMATERA UTARA ”. Penulis telah
banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak
selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihakyang telah memberikan
bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara,
2. Bapak Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara,
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi
S-IAkuntansi dan Dra. Mutia Ismail, MM selaku sekretaris Program Studi
S-IAkuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara,
4. Bapak Rasdianto, S.E., Ak., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Penulis, yang
telah banyak meluangkan waktunya dalam membimbing dan memberikan
masukan-masukan yang bermanfaat dalam menghadapi masadepan yang
kami hadapi nantinya,
5. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembanding yang telah
memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini,
6. Bapak Iskandar Muda S.E., M.Si., Ak. selaku Dosen Pembanding yang telah
memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini,
7. Teristimewa untuk kedua Orang Tua tercinta Ayahanda Ir. Reken Ginting
dan Ibunda Arisma Purba S.pd yang senantiasa memberikan motivasi dan
semangat kepada penulis sejak memulai perkuliahan hingga skripsi ini
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari dikarenakan adanya
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis, skripsi ini masih jauh dari
sempurna, karena itu penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan hal – hal
yang kurang berkenan di hati pembaca. Kritik yang membangun sangat penulis
harapkan demi sempurnanya skripsi ini di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis mengharapkan agar laporan tugas akhir ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis sendiri pada
khususnya.
Medan, 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...i
ABSTRACT ...ii
KATA PENGANTAR ...iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ...vii
DAFTAR GAMBAR ...viii
DAFTRA LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
1.5 Originalitas ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 10
2.1.1 Belanja Daerah ... 12
2.1.2 Pendapatan Asli Daerah ... 15
2.1.3 Dana Alokasi Umum ... 16
2.1.4 Dana Alokasi Khusus ... 17
2.1.5 Kependudukan ... 18
2.2 Review Penelitian Terdahulu ... 20
2.3 Kerangka Konseptual ... 25
2.4 Hipotesis Penelitian ... 27
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 28
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28
3.3 Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 28
3.3.1 Variabel Dependen ... 28
3.3.2 Variabel Independen ... 28
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 30
3.5 Jenis Data ... 32
3.6 Metode Pengumpulan Data ... 33
3.7 Metode Analisis Data ... 33
3.7.1 Metode Analisis Data Panel ... 33
3.7.1.1 Metode kuadrat terkecil ...35
3.7.1.2 Metode efek tetap...36
3.7.1.3 Metode efek acak ...37
3.7.2 Pengujian Model Data Panel... 38
3.7.2.1 Uji Chow ... 38
3.7.2.2 Uji Hausman ... 39
3.7.4 Kriteria Pengujian ... 40
3.7.4.1 Uji Signifikasi Simultan (Uji f) ... 41
3.7.4.2 Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 41
3.7.4.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Penelitian ...43
4.2 Analisis Data ... ...44
4.2.1 Uji Chow ...44
4.2.2 Uji Hausman ...46
4.3 Hasil Analisis ... ...48
4.3.1 Pengujian Signifikasi Simultan (Uji F) ...86
4.3.2 Pengujian signifikasi Parsial (Uji t) ...87
4.3.3 Koefisien Determinasi (R2) ...89
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ...89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 93
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 93
5.3 Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 97
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Daftar Belanja Daerah Kabupaten/Kota... 4
1.2 Daftar Surplus/Defisit APBD Kabupaten/Kota... 5
2.1 Penelitian Terdahulu... 22
3.1 Defenisi Operasional Variabel ... 30
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian... 31
4.1 Statistik Deskripsi ... 43
4.2 Uji Chow... 45
4.3 Uji Hausman... 46
DAFTAR GAMBAR
No.Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No.Lampiran Judul Halaman
1 Anggaran Belanja Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2013...
100
2 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun
2009-2012...
101
3 Realisasi Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2012...
102
4 Realisasi Dana Alokasi Khusus Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2012...
103
5 Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara 2009-2011...
104
6 Hasil Uji Chow... 105
7 Hasil Uji Hausman... 106
8 Hasil Estimasi Model Pooled Least Square... 108
9 Hasil Estimasi Model Fixed Effect... 109
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Kebijakan pemerintah Daerah di Indonesia memasuki era baru seiring
diberlakukannya otonomi daerah. Kebijakan ini berlaku di Indonesia berdasarkan
UU 22/1999 ( direvisi menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintahan Daerah
memisahkan dengan tegas fungsi Pemerintahan Daerah (Eksekutif) dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Legislatif). Dalam UU No.32 Tahun 2004
ditegaskan bahwa otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan
pemerintahan di luar urusan pemerintah pusat yang ditetapkan dalam
undang-undang tersebut.
Pelaksanaan otonomi daerah dimaksud agar daerah yang bersangkutan
dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya sendiri yang tidak bergantung
kepada pemerintah pusat. Oleh karena itu, daerah otonom harus mempunyai
kemampuan sendiri untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri
melalui sumber pendapatan yang dimiliki. Hal ini meliputi semua kekayaan yang
dikuasai oleh daerah dengan batas-batas kewenangan yang ada dan selanjutnya
digunakan untuk membiayai semua kebutuhan dalam rangka penyelenggaraan
urusan rumah tangganya sendiri.
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun
anggaran. APBD merupakan rencana pelaksanaan semua Pendapatan Daerah dan
anggaran tertentu. Pemungutan semua penerimaan Daerah bertujuan untuk
memenuhi target yang ditetapkan dalam APBD. APBD disusun dengan
pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya
pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang
ditetapkan. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan
perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat tercapai untuk setiap sumber
pendapatan. Pendapatan dapat direalisasikan melebihi jumlah anggaran yang telah
ditetapkan. Berkaitan dengan belanja, jumlah belanja yang dianggarkan
merupakan batas tertinggi untuk setiap jenis belanja.
Pemerintah daerah lebih bertanggung jawab (akuntabel) dan transparan
dalam setiap kebijakan, tindakan, dan kinerja yang dihasilkan. Dalam proses
pengelolaan keuangan pemerintah, tahap penganggaran menjadi sangat penting
karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat
menggagalkan perencanaan yang sudah disusun. Dalam rangka
pertanggungjawaban publik, pemerintah daerah harus melakukan optimalisasi
anggaran yang dilakukan secara ekonomis, efisien, dan efektif (Value for Money)
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengalaman yang terjadi selama
ini menunjukkan bahwa manajemen keuangan daerah masih memprihatinkan.
Anggaran daerah, khususnya belanja daerah belum mampu berperan sebagai
insentif dalam mendorong laju pembangunan di daerah. Di sisi lain banyak
ditemukan pengalokasian anggaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan skala
prioritas dan kurang mencerminkan aspek ekonomis, efisiensi, dan efektivitas,
Penentuan besarnya alokasi dana untuk suatu kegiatan terutama yang
dilaksanakan oleh unit-unit kerja daerah ditentukan dengan menggunakan data
tahun sebelumnya sebagai dasar dalam menyesuaikan besarnya penambahan atau
pengurangan dengan jumlah atau persentase tertentu tanpa dilakukan kajian yang
mendalam. Suatu unit kerja dalam mengajukan usulan program / proyek kurang
memperhatikan kenyataan yang sesungguhnya, yaitu kenyataan yang dapat
memprediksi kebutuhan-kebutuhan yang seharusnya diperlukan. Unit-unit kerja
malah berlomba-lomba mengajukan usulan program / proyek
sebanyak-banyaknya dan menganggarkannya melebihi kebutuhan riil. Pengalokasian dana
yang hanya berdasarkan data tahun sebelumnya dengan pengajuan
program/proyek yang melebihi kebutuhan riil mengakibatkan kenaikan jumlah
belanja daerah di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1
Besarnya alokasi anggaran belanja daerah tersebut ternyata tidak didukung
dengan alokasi pendapatan daerah sebagai sumber pendanaan bagi belanja daerah,
sehingga alokasi anggaran belanja lebih besar dibanding dengan alokasi
pendapatan daerah yang mengakibatkan terjadinya defisit anggaran bagi
pemerintah daerah itu sendiri. Fenomena terjadi pada hampir di seluruh
Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara yang mengalami defisit
anggaran (belanja daerah lebih besar dari pada pendapatan daerah). Hal ini dapat
Tabel 1.1
Daftar Balanja Daerah Kabupaten/Kota
Pemerintah Daerah 2010 2011 2012
Kab.N i a s 350.670.000.000 390.040.000.000 431.735.328.000 Kab.Mandailing
Natal 538.000.000.000 625.700.000.000 672.801.441.000 Kab.Tapanuli
Selatan 544.210.000.000 576.550.000.000 714.785.849.000 Kab.Tapanuli
Tengah 460.480.000.000 561.590.000.000 630.111.237.000
Kab.Tapanuli Utara 510.040.000.000 651.380.000.000 703.079.868.000
Kab.Toba Samosir 466.970.000.000 435.300.000.000 576.914.906.000
Kab.Labuhan Batu 566.430.000.000 636.270.000.000 710.270.438.000
Kab.A s a h a n 669.520.000.000 803.230.000.000 837.685.919.000
Kab.Simalungun 937.540.000.000 1.051.210.000.000 1.398.050.339.000
Kab.D a i r i 445.650.000.000 491.600.000.000 600.876.700.000
Kab. K a r o 553.490.000.000 722.340.000.000 824.499.679.000
Kab.Deli Serdang 1.320.130.000.000 1.666.730.000.000 2.036.653.757.000
Kab.L a n g k a t 1.049.750.000.000 1.151.920.000.000 1.382.150.711.000
Kab.Nias Selatan 523.470.000.000 572.410.000.000 612.507.839.000 Kab.Humbang
Hasundutan 381.880.000.000 453.360.000.000 529.132.384.000
Kab.Pakpak Bharat 249.120.000.000 290.030.000.000 328.122.916.000
Kab.Samosir 368.500.000.000 421.590.000.000 440.324.297.000 Kab.Serdang
Bedagai 656.240.000.000 714.090.000.000 838.182.541.000
Kab.Batu Bara 443.290.000.000 559.660.000.000 649.716.711.000 Kab.Padang Lawas
Utara 344.610.000.000 408.560.000.000 586.866.668.000
Kab.Padang Lawas 390.820.000.000 460.620.000.000 532.450.500.000 Kab.Labuhan Batu
Selatan 374.320.000.000 477.340.000.000 489.219.297.000 Kab. Labuhan Batu
Utara 414.110.000.000 494.820.000.000 537.064.196.000
Kab.Nias Utara - 356.220.000.000 327.058.812.000
Kota S i b o l g a 313.880.000.000 405.900.000.000 398.940.083.000
Kota Tanjung balai 363.250.000.000 385.970.000.000 484.903.380.000
Kota Pematangsiantar 484.340.000.000 606.540.000.000 657.341.315.000
Kota Tebingtinggi 325.640.000.000 414.560.000.000 347.610.903.000
Kota M e d a n 2.365.130.000.000 2.931.390.000.000 3.825.133.827.000
Kota B i n j a i 433.170.000.000 494.810.000.000 652.252.027.000 Kota
Padangsidimpuan 355.010.000.000 425.810.000.000 493.746.640.000
Kota Gunung Sitoli 162.680.000.000 343.330.000.000 418.377.507.000
Total 17.362.320.000.000 21.293.310.000.000 25.011.683.051.000
Tabel 1.2.
Daftar Surplus/Defisit APBD Kabupaten/Kota
DAERAH
Surplus/Defisit APBD
2010 2011 2012 2013
Kab. Asahan (27.153) (13.085) (20.000) 19.500
Kab. Dairi (29.941) (22.778) (24.407) (31.700)
Kab. Deli Serdang (30.105) (8.866) 2.787 7.287
Kab. Tanah Karo (18.338) (85.816) (59.911) -
Kab. Labuhan Batu (62.174) (9.098) (34.775) (38.328)
Kab. Langkat (54.327) (70.482) (70.714) (94.625)
Kab. Mandailing Natal (782) - 7.501 (2.200)
Kab. Nias (107.159) (58.553) (56.354) (78.479)
Kab. Simalungun (12.352) (44.699) (8.986) 37.287
Kab. Tapanuli Selatan (7.210) 22.839 (2.578) (81.451)
Kab. Tapanuli Tengah (20.148) (17.369) 3.972 2.900
Kab. Toba Samosir (27.420) 10.310 (873) (15.465)
Kota Binjai (5.097) (9.765) (26.478) (63.266)
Kota Medan (355.970) (303.291) (168.599) (194.506)
Kota Pematang Siantar (26.400) (25.496) (7.787) (12.110)
Kota Sibolga (25.367) (17.764) (21.287) 2.229
Kota Tanjung Balai (32.250) (11.214) (22.961) (24.040)
Kota Tebing Tinggi (25.340) (58.738) (29.396) (28.858)
Kota Padang Sidempuan - (8.296) 2.368 (17.376)
Kab. Pakpak Barat (22.181) (21.143) (25.448) (19.646)
Kab. Nias Selatan (136.857) (66.807) (100.636) (36.125)
Kab.Humbang Hasundutan
(2.122) (3.945) (22.797) (12.804)
Kab. Serdang Bedagai (28.000) 38.406 17.857 2.000
Kab. Samosir (33.613) (27.358) (9.943) (56.274)
Kab. Batu Bara (10.000) (19.000) (14.000) (4.500)
Kab. Padang Lawas (28.130) (66.125) (8.325) (29.101)
Kab. Padang Lawas Utara (5.692) (11.029) (22.548) (27.512)
Kab. Labuhanbatu Selatan (34.282) (64.297) (20.384) (27.654)
Kab. Labuhanbatu Utara (30.538) (13.991) (14.527) -
Kab. Nias Utara (3.102) (30.001) (6.370) (55.869)
Kab. Nias Barat - (14.835) (23.642) (24.856)
Kota Gunung Sitoli (2.948) (20.294) (21.110) (18.725)
*dalam jutaan rupiah
Dari tabel 1.2. diketahui hampir seluruh Kabupaten/Kota yang ada di
Provinsi Sumatera Utara mengalami defisit anggaran yang besarnya bervariasi
antara Rp. 782.000.000,00 sampai dengan Rp. 355.970.000.000,00. Defisit
anggaran yang dialami Kabupaten/Kota di Sumatera Utara yaitu tahun 2010
sekitar Rp. 1.213.961.000.000,00 , tahun 2011 sekitar Rp. 1.080.360.000.000,00 ,
tahun 2012 sekitar Rp. 839.374.000.000,00 dan tahun 2013 sekitar Rp
941.600.000.000,00 .
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk
melihat Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum
(DAU),Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Jumlah Penduduk terhadap Belanja
Daerah. Sehingga diketahui seberapa besar kontribusi PAD, DAU, DAK , dan
Jumlah Penduduk dalam Belanja Daerah.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan pada latar belakang, maka
masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
Alokasi Khusus (DAK) , dan Jumlah Penduduk (JP) berpengaruh secara parsial
dan simultan terhadap Belanja Daerah (BD) pada Pemda di Provinsi Sumatera
Utara?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui adanya pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
baik secara parsial, maupun secara simultan terhadap Belanja Daerah (BD) pada
Pemerintah Daerah di Provinsi Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai
pelatihan intelektual, mengembangkan wawasan berfikir
yang dilandasi konsep ilmiah khususnya ilmu akuntansi
sektor publik.
2. Bagi Pemerintah Daerah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pemerintah daerah dalam melakukan penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah dan dapat digunakan
sebagai masukan untuk mendukung pembuatan keputusan
atau kebijakan mengenai penganggaran.
3. Bagi Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan
terhadap ilmu pengetahuan untuk dijadikan bahan
pembelajaran. Serta bermanfaat untuk menambah wacana
1.5. Originalitas
Penelitian ini merupakan replikasi dan konstruksi pemikiran yang terdapat
pada penelitian-penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Simanjuntak
(2011) yang meneliti tentang “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah pada Pemda di
Sumatera Utara.” Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak
pada:
1. Variabel penelitian, seperti penambahan pada variabel jumlah
penduduk
2. Waktu penelitian yang dilakukan adalah untuk periode 2009 - 2012
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
Keberhasilan otonomi daerah tidak lepas dari kemampuan bidang
keuangan yang merupakan salah satu indikator penting dalam menghadapi
otonomi daerah. Kedudukan faktor keuangan dalam penyelenggaraan suatu
pemerintah sangat penting, karena pemerintahan daerah tidak akan dapat
melaksankan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk
memberikan pelayanan pembangunan dan keuangan inilah yang mrupakan salah
satu dasar kriteria untukmengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Suatu daerah otonom
diharapkan mampu atau mandiri di dalam membiayai kegiatan pemerintah
daerahnya dengan tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat mempunyai
proposal yang lebih kecil dan Pendapatan Asli Daerah harus menjadi bagian yang
terbesar dalam memobilisasi dana penyelenggaraan pemerintah daerah.
Untuk menjalankan kewenangan yang telah diberikan oleh pemerintah
pusat tersebut, daerah memerlukan suatu instrumen kebijakan. Instrumen
kebijakan yang paling utama bagi daerah adalah Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD). APBD mempunyai peranan penting dalam perencanaan,
implementasi, dan pengendalian kinerja pemerintah daerah dalam satu periode.
APBD memuat segala bentuk penerimaan, pengeluaran dan pembiayaan daerah
dalam bentuk moneter atau rupiah. APBD seharusnya dapat mengakomodir
berlebihan daerah yang bersangkutan. Untuk itu APBD harus disusun dengan
memperhatikan aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun
anggaran. APBD merupakan rencana pelaksanaan semua Pendapatan Daerah dan
semua Belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi dalam tahun
anggaran tertentu. Pemungutan semua penerimaan Daerah bertujuan untuk
memenuhi target yang ditetapkan dalam APBD. Demikian pula semua
pengeluaran daerah dan ikatan yang membebani daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam APBD.
Karena APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah, maka APBD
menjadi dasar pula bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan
keuangan daerah.
Tahun anggaran APBD sama dengan tahun anggaran APBN yaitu mulai 1
Januari dan berakhir tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan. Sehingga
pengelolaan, pengendalian, dan pengawasan keuangan daerah dapat dilaksanakan
berdasarkan kerangka waktu tersebut.
APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran
yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan
alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Jumlah pendapatan yang dianggarkan
dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat
tercapai untuk setiap sumber pendapatan. Pendapatan dapat direalisasikan
melebihi jumlah anggaran yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan belanja,
belanja. Jadi, realisasi belanja tidak boleh melebihi jumlah anggaran belanja yang
telah ditetapkan. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya
kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. Setiap pejabat
dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban APBD
apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia anggaran untuk membiayai
pengeluaran tersebut.
2.1.1. Belanja Daerah
Sesuai dengan Undang-Undang No.33 tahun 2004 disebutkan bahwa
Belanja daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja
Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten / kota yang terdiri atas urusan
wajib, urusan pilihan, dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang
tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah
daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan
perundang – undangan. Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi
(jenis belanja), oganisasi dan fungsi. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokkan
belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktifitas.
Klasifikasi belanja menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang
standar akuntansi pemerintah untuk tujuan pelaporan keuangan menjadi:
1. Belanja Operasi. Belanja Operasi adalah pengeluaran anggaran untuk
kegiatan sehari-hari pemerintah pusat / daerah yang member manfaat
a. Belanja pegawai,
b. Belanja barang,
c. Bunga,
d. Subsidi
e. Hibah,
f. Bantuan sosial.
2. Belanja Modal. Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk
perolehan aset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu
periode akuntansi. Nilai aset tetap dalam belanja modal yaitu sebesar
harga beli/bangunan aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan
pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan.
Belanja Modal meliputi:
a. Belanja modal tanah,
b. Belanja modal peralatan dan mesin,
c. Belanja modal gedung dan bangunan,
d. Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan,
e. Belanja modal aset tetap lainnya,
f. Belanja aset lainnya (aset tak berwujud)
3. Belanja Lain-lain/belanja Tak Terduga. Belanja lain-lain atau belanja tak
terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tida
biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana
diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah
pusat/daerah.
4. Belanja Transfer. Belanja Transfer adalah pengeluaran anggaran dari
entitas pelaporan yang lebih tinggi ke entitas pelaporan yang lebih rendah
seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah provinsi ke
kabupaten /kota serta dana bagi hasil dari kabupaten/kota ke desa.
Belanja Daerah, meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum
daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu
tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dan adanya
perubahan kedua dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang perubahan kedua, belanja dikelompokkan menjadi:
1. Belanja Langsung. Belanja Langsung adalah belanja yang dianggarkan
terkait secara langsung dengan program dan kegiatan. Belanja Langsung
terdiri dari belanja:
a. Belanja pegawai,
b. Belanja barang dan jasa,
c. Belanja modal.
2. Belanja Tidak Langsung. Belanja Langsung merupakan belanja yang
dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program
dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis
a. Belanja pegawai,
b. Belanja bunga,
c. Belanja subsidi,
d. Belanja hibah,
e. Belanja bantuan sosial,
f. Belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan
pemerintahan desa.
Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa belanja daerah dipergunakan dalam rangka
mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau
kabupeten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang
penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan
bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah
yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
2.1.2 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari
sumber-sumber pendapatan di dalam wilayahnya sendiri.
Menurut Halim (2004:67), “Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan
semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber asli daerah. “ Menurut
Kadjatmiko (2002:77), “Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang
diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya yang dipungut berdasarkan
Menurut Halim dan Nasir (2006:44), “Pendapatan Asli Daerah adalah
pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai peraturan perundang-undangan.”
Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah yang terbaru berdasarkan
Permendagri13/2006 adalah sebagai berikut:
i. Pajak Daerah
ii. Retribusi Daerah
iii. Hasil Pengolahan Daerah yang Dipisahkan
iv. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
2.1.3 Dana Alokasi Umum
Menurut Halim (2004 : 141), Dana Alokasi Umum adalah “dana yang
berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.”
Menurut Astuti dan Haryanto (2005 : 41), Dana Alokasi Umum (DAU)
merupakan :
salah satu komponen di dalam dana perimbangan di APBN yang pengalokasiannya didasarkan atas formula dengan konsep kesenjangan fiskal (fiscal gap) yang merupakan selisih antara kebutuhan fiskal (fiscal need) dengan kapasitas fiskal (fiscal capacity). Selain dihitung berdasarkan formula dengan menggunakan fiscal gap, DAU juga dihitung dengan mempertimbangkan adanya faktor penyeimbang untuk menghindari kemungkinan penurunan kemampuan daerah di dalam pembiayaan daerah dari hasil perhitungan formula fiscal gap.
Menurut Saragih (2003 : 97), “Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan
Kebijakan DAU merupakan instrumen penyeimbang fiskal antar daerah. Sebab tidak semua daerah mempunyai struktur dan kemampuan fiskal yang sama (horizontal fiscal imbalance). DAU sebagai bagian dari kebijakan transfer fiskal dari pusat ke daerah (intergovermental transfer) – berfungsi sebagai faktor pemerataan fiskal antara daerah-daerah serta memperkecil kesenjangan kemampuan fiskal atau keuangan antar daerah. (Saragih, 2003 : 98).
Menurut Mulia (2005 : 13), tujuan umum dari Dana Alokasi Umum adalah
untuk :
1. Meniadakan atau meminimumkan ketimpangan fiskal vertikal 2. Meniadakan atau meminimumkan ketimpangan fiskal horizontal. 3. Menginternalisasikan/ memperhitungkan sebahagian atau seluruh
limpahan manfaat/ biaya kepada daerah yang menerima limpahan manfaat tersebut.
4. Sebagai bahan edukasi bagi pemerintah daerah agar secara intensif menggali sumber-sumber penerimaannya, sehingga hasil yang diperoleh menyamai bahkan melebihi kapasitasnya.
Menurut Astuti dan Haryanto (2006 :41), “DAU bertujuan sebagai
instrumen untuk mengatasi masalah horizontal imbalances yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dimana
penggunaannya ditetapkan sepenuhnya oleh daerah (block grants).”
Menurut Saragih (2003 : 132), “tujuan DAU di samping untuk mendukung
sumber penerimaan daerah juga sebagai pemerataan (equalization) kemampuan
keuangan pemerintah daerah.”
2.1.4 Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang berasal dari APBN, yang
dialokasikan kepada Daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu.
Dana Alokasi Khusus merupakan bagian dari dana perimbangan sesuai dengan
UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
daerah tertentu untuk membantu membiayai kebutuhan khusus, dengan
memperhatikan tersedianya dana dalam APBN. Yang dimaksudkan sebagai
daerah tertentu adalah daerah-daerah yang mempunyai kebutuhan yang bersifat
khusus. Pengalokasian Dana Alokasi Khusus memperhatikan ketersediaan dana
dalam APBN berarti bahwa besaran Dana Alokasi Khusus tidak dapat dipastikan
setiap tahun.
Dana Alokasi Khusus digunakan khusus untuk membiayai investasi
pengadaan dan atau peningkatan prasarana dan sarana fisik dengan umur
ekonomis yang panjang. Dalam keadaan tertentu Dana Alokasi Khusus dapat
membantu biaya pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana tertentu
untuk periode terbatas, tidak melebihi 3 (tiga) tahun.
2.1.5 Kependudukan
Konsep pembangunan berkelanjutan memberikan dampak adanya batas,
bukan batas absolut akan tetapi batas yang ditentukan oleh tingkat masyarakat dan
organisasi sosial, mengenai sumber daya alam serta kemampuan biosfer menyerap
pelbagai pengaruh dari kreativitas manusia. Teknologi dan organisasi dapat
dikelola dan ditingkatkan guna memberi jalan bagi era baru pembangunan
ekonomi.
Dengan demikian strategi pembangunan berkelanjutan bermaksud
mengembangkan keselarasan baik antara umat manusia dengan alam. Keselarasan
tersebut tentunya tidak bersifat tetap, melainkan merupakan suatu proses yang
dinamis. Proses pemanfaatan sumber daya, arah investasi, orientasi
konsisten dengan kebutuhan masa kini dan masa depan. Oleh karena itulah dalam
pembangunan berkelanjutan, proses pembangunan ekonomi harus disesuaikan
dengan kondisi penduduk serta sumber daya alam dan lingkungan yang ada di
suatu wilayah tertentu.
Sebagai contoh, beberapa ahli kesehatan memperkirakan bahwa krisis
ekonomi dewasa ini akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan
seseorang selama 25 tahun ke depan atau satu generasi. Dengan demikian, dapat
dibayangkan bagaimana kondisi sumber daya manusia Indonesia pada generasi
mendatang, 25 tahun setelah tahun 1997. Demikian pula, hasil program keluarga
berencana yang dikembangkan 30 tahun yang lalu (1968), baru dapat dinikmati
dalam beberapa tahun terakhir ini. Dengan demikian, tidak diindahkannya
dimensi kependudukan dalam rangka pembangunan nasional sama artinya dengan
.menyengsarakan. generasi berikutnya.
Perhatian pemerintah terhadap kependudukan dimulai sejak pemerintah
Orde Baru memegang kendali. Konsep .pembangunan manusia seutuhnya. yang
tidak lain adalah konsep .pembangunan kependudukan. mulai diterapkan dalam
perencanaan pembangunan Indonesia yang sistematis dan terarah sejak Repelita 1
pada tahun 1986. Namun sedemikian jauh, walaupun dalam tatanan kebijaksanaan
telah secara sungguh-sungguh mengembangkan konsep pembangunan yang
berwawasan kependudukan, pemerintah nampaknya belum dapat secara optimal
mengimplementasikan dan mengintegrasikan kebijaksanaan tersebut. Jargon
pembangunan berwawasan kependudukan sudah lama didengar dalam bentuk dan
Sudah lama didengung-dengungkan mengenai penduduk sebagai subyek dan
obyek pembangunan. Atau jargon mengenai pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya. Atau pembangunan bagi segenap rakyat. Sudah saatnya jargon tersebut
diimplementasikan dengan sungguh-sungguh jika tidak ingin mengalami krisis
ekonomi yang lebih hebat lagi di masa mendatang.
2.2 Review Penelitian Terdahulu
Ardhani (2011) meneliti Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus
(DAK) terhadap Belanja Modal pada kabupaten / kota di Jawa Tengah. Penelitian
ini menunjukkan bahwa secara parsial Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana
Alokasi Umum (DAU) berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal.
Sedangkan, Pertumbuhan Ekonomi dan Dana Alokasi khusus (DAK) tidak
berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Secara simultan Pertumbuhan
Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan
Dana Alokasi khusus (DAK) berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal.
Simanjuntak (2011) meneliti PengaruhPendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Belanja Daerah
pada Pemerintah Daerah di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini membuktikan
bahwa secara simultan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana
Alokasi Khusus berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota
di Sumatera Utara dengan Adjusted R2 sebesar 70,4% yang berarti bahwa 70,4%
variabel Belanja Daerah dapat dijelaskan oleh variabel independen, sisanya
penelitian ini. Secara parsial variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
Umum dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh signifikan terhadap anggaran
Belanja Daerah. Dengan demikian bagi pemerintah daerah diharapkan penelitian
ini dapat bermanfaat dalam menyusun kebijakan dan strategi yang efektif dan
efisien untuk pelaksanaan kegiatan perencanaan pembangunan daerah.
Tambunan (2010) meneliti Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU),
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan pendapatan
lain-lain yang dianggap sah terhadap belanja pemerintahan daerah kabupaten/
kota di Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menunjukkan bahwa baik secara
parsial ataupun secara bersama-sama, Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dan pendapatan lain-lain yang dianggap sah berpengaruh
signifikan positif terhadap belanja daerah. Hasil penelitian ini tetap memerlukan
konfirmasi lebih lanjut melalui penelitian selanjutnya. Hal ini diperlukan karena
keterbatasan yang ada pada penelitian ini
Aramana(2011) meneliti Pengaruh Pendapadatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah terhadap Belanja
Daerah dengan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah sebagai variabel moderating
pada Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menunjukkan Pendapatan Asli
Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah. Dan hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah bukan merupakan
Sitorus (2014) meneliti Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
Umum,Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kota di
Provinsi Lampung. Penelitian ini menunjukkan Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Belanja Daerah
selama periode 2001-2012. Pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap belanja
daerah di pemerintah Provinsi Lampung. Dana alokasi umum berpengaruh positif
terhadap belanja daerah, walaupun masih kecilnya dana yang didapatkan dari
DAU sehingga belum memberikan kontribusi yang besar terhadap belanja daerah.
Dan DAK memiliki kontribusi yang besar terhadap belanja daerah di Pemerintah
[image:32.595.85.543.424.749.2]Provinsi Lampung.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Variabel yang Digunakan
Hasil Penelitian
1. Ardhani (2011)
Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Modal pada kabupaten / kota di Jawa Tengah
Independent:
• Pertumbuhan Ekonomi,
• Pendapatan Asli Daerah (PAD),
• Dana Alokasi Umum (DAU),
• Dana Alokasi Khusus(DAK) Dependent :
• Belanja Modal.
Penelitian ini
menunjukkan bahwa secara parsial
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana
signifikan terhadap Belanja Modal. 2. Simanjuntak (2011) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Daerah di Provinsi Sumatera Utara Independent:
• Pendapatan Asli Daerah (PAD),
• Dana Alokasi Umum (DAU),
• Dana Alokasi Khusus(DAK) Dependent :
• Belanja Daerah .
Penelitian ini
membuktikan bahwa secara simultan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus
berpengaruh signifikan terhadap Belanja
Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dengan Adjusted R2 sebesar 70,4% yang berarti bahwa 70,4% variabel Belanja Daerah dapat dijelaskan oleh variabel independen, sisanya sebesar 29,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.
3. Tambunan (2011)
Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan pendapatan lain-lain yang dianggap sah terhadap belanja pemerintahan daerah kabupaten/ kota di Propinsi Sumatera Utara
Independent:
• Pendapatan Asli Daerah (PAD),
• Dana Alokasi Umum (DAU),
• Dana Alokasi Khusus(DAK) • Pendapatan lain-lain yang sah Dependent : • Belanja Pemerintahan. Penelitian ini menunjukkan bahwa baik secara parsial ataupun secara bersama-sama, Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan lain-lain yang dianggap sah berpengaruh
signifikan positif terhadap belanja
daerah. Hasil penelitian ini tetap memerlukan konfirmasi lebih lanjut melalui penelitian selanjutnya. 4. Aramana (2011) Pengaruh Pendapadatan Asli Daerah, Dana Perimbangan Independent:
• Pendapatan Asli Daerah (PAD),
• Dana
Pendapatan Asli Daerah, Dana
dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah terhadap Belanja Daerah dengan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah sebagai variabel moderating pada Provinsi Sumatera Utara. Perimbangan, • Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah • Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dependent :
• Belanja Daerah.
yang Sah berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah. Dan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah bukan merupakan variabel moderating.
5. Sitorus (2014) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah di Pemerintahan Kota Provinsi Lampung Independent:
• Pendapatan Asli Daerah (PAD),
• Dana Alokasi Umum (DAU),
• Dana Alokasi Khusus(DAK) Dependent :
Belanja Daerah
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Belanja Daerah selama periode 2001-2012. Pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap belanja daerah di pemerintah Provinsi Lampung. Dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap belanja daerah, walaupun masih kecilnya dana yang didapatkan dari DAU sehingga belum
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang dan landasarn teori dapat dibuat kerangka
[image:35.595.114.507.204.475.2]konseptual yang akan diteliti seperti yang terlihat dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dari gambar tersebut dapat dilihat pengaruh Pendapatan Asli Daerah,
Dana Alokasi Umum,Dana Alokasi Khusus, dan Jumlah Penduduk secara parsial
terhadap Belanja Daerah. Dan pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
Umum, Dana Alokasi Khusus , dan Jumlah Penduduk secara simultan terhadap
Belanja Daerah.
Seperti diketahui bahwa untuk suksesnya suatu daerah dalam
menjalankan dan membiayai roda pemerintahan maupun pembangunan di daerah
menuju suatu kemandirian dapat di lihat dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) per
tahun. Semakin tinggi tingkat PAD per tahun menunjukkan bahwa suatu daerah Pendapatan Asli Daerah
(X1)
Dana Alokasi Umum (X2)
Dana Alokasi Khusus (X3)
Jumlah Penduduk (X4)
mampu menggali, mengelola dan memanfaatkan sumber-sumber pendapatan
daerah tersebut secara baik guna percepatan pembangunan di daerah.
Kondisi nyata menunjukkan bahwa banyak daerah saat ini yang kurang
mampu membiayai roda pemerintahan maupun pembangunan di daerah
disebabkan karena kecilnya PAD dari daerah tersebut. Hasil akhirnya pemerintah
daerah dalam menjalankan roda pemerintahan maupun pembangunan di daerah
lebih benyak menunggu adanya bantuan dari pemerintah pusat. Oleh karena itu
tidaklah mengherankan bahwa daerah-daerah yang minim atau kecil pendapatan
asli daerahnya sering menjadi daerah-daerah yang terbelakang dan kurang
disentuh oleh suatu kemajuan.
Untuk memahami akan hal ini, sudah sepantasnya pemerintah daerah
melakukan kajian-kajian yang lebih mendalam menyangkut sumber-sumber
penerimaan daerah yang dianggap potensial untuk membiayai roda pemerintahan
maupun pembangunan di daerahnya. Sumber-sumber penerimaan tersebut dapat
berasal dari Pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD/pengelolaan kekayaan
daerah, maupun pendapatan lain-lain yang dianggap sah menurut hukum dan
undang-undang yang berlaku. Semakin baik dan efisien pengelolaan
sumber-sumber PAD tersebut, maka akan semakin meningkat juga PAD yang akan
diterima. Dengan semakin meningkatnya PAD tersebut, diharapkan bahwa
Pemerintah Daerah dapat menyelenggarakan roda pemerintahan dan
pembangunan di daerah secara mandiri tanpa harus bergantung pada bantuan
Bahwa sumber-sumber penerimaan daerah yang dianggap sangat
potensial untuk digali, dikembangkan dan dimanfaatkan secara baik bagi
kemajuan daerah berdasarkan prinsip-prinsip ekonomis dan efisiensi dalam
pengelolaannya. Berdasarkan prinsip pengelolaan seperti inilah diharapkan bahwa
sumber-sumber penerimaan daerah tersebut dapat ditingkatkan dan dimanfaatkan
secara baik guna menopang roda pemerintahan dan pembangunan di daerah. Pada
prinsipnya semakin besar sumbangan dari sumber-sumber penerimaan PAD
terhadap PAD maka akan semakin besar juga kontribusinya terhadap Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk Belanja Daerah.
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dikemukakan di atas, maka
hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Pendapatan Asli Daerah,
Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Jumlah Penduduk berpengaruh
signifikan secara parsial dan simultan terhadap Belanja Daerah pada
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan desain asosiatif kausal. Peneliti
menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum , Dana Alokasi
Khusus dan Jumlah Penduduk terhadap Belanja Daerah, dimana Pendapatan Asli
Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Jumlah Penduduk
merupakan variabel yang mempengaruhi, sedangkan Belanja Daerah merupakan
variabel yang dipengaruhi.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Provinsi Sumatera Utara dan waktu
penelitian dilakukan secara bertahap yang dimulai pada bulan Oktober 2014
sampai dengan bulan Februari 2015.
3.3 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel 3.3.1 Variabel Dependent
Belanja daerah merupakan jumlah seluruh anggaran belanja daerah
baik belanja tidak langsung maupun belanja langsung tahun 2010-2013.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
3.3.2 Variabel Independent Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah adalah jumlah realisasi penerimaan
yang diperoleh daerah yang bersumber dari sektor pendapatan
pajak daerah, pendapatan retribusi daerah, pendapatan hasil
pendapatan asli daerah yang sah tahun 2009-2012. Skala
pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum adalah jumlah realisasi penerimaan
yang diperoleh daerah sebagai salah satu bentuk pendapatan dari
Dana Perimbangan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat selain
dari Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak dan Dana Alokasi
Khusus tahun 2009-2012. Skala pengukuran yang digunakan
adalah skala rasio.
Dana Alokasi Khusus
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah, Dana
Alokasi Khusus, DAK adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu
dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional
tahun 2009-2012. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala
rasio.
Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk adalah jumlah penduduk yang
dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Sumatera Utara tahun 2009 - 2012. Skala pengukuran
Tabel 3.1
Defenisi Operasional Variabel
Variabel Defenisi SkalaUkur
Belanja Daerah (Y) Jumlah seluruh anggaran belanja daerah baik belanja tidak langsung maupun belanja langsung
Rasio
Pendapatan Asli Daerah (X1)
Penerimaan pemerintah daerah kabupaten/kota yang bersumber dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
Rasio
Dana Alokasi Khusus (X2)
Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Rasio
Dana Alokasi Umum (X3)
Dana transfer yang diperoleh pemerintah daerah kabupaten/kota yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Rasio
Jumlah penduduk (X4)
Jumlah penduduk menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
Rasio
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan
Kabupaten/Kota yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara berjumlah 33
Kabupaten/Kota. Data sampel yang diambil menggunakan purposisve sampling
dengan kriteria sebagai berikut:
1 . Kabupaten/Kota yang mempublikasikan Anggaran dan Realisasi
APBD nya secara konsisten dari tahun 2010-2013.
2. Data jumlah penduduk Kabupaten/Kota yang dipublikasikan
Dari 33 Pemerintah Daerah yang dijadikan populasi,
pemerintah daerah yang memenuhi kriteria sampel penelitian sebanyak
24 kabupaten/kota, yang terdiri dari 18 kabupaten dan 6 kota seperti
yang terlihat dalam Tabel 3.1.
Penelitian ini menggunakan pooling data yaitu data runtun
waktu (time series) selama 3 tahun yaitu 2009-2011 dan crossection
untuk 20 kabupaten/kota. Objek yang diteliti adalah Realisasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan jumlah
[image:41.595.147.479.397.743.2]penduduk kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.
Tabel 3.2
Populasi dan Sampel Penelitian
Daerah kriteria Sampel
Terpilih
1 2
1. N i a s √ √ Sampel 1
2. Mandailing Natal √ √ Sampel 2
3. Tapanuli Selatan √ √ Sampel 3
4. Tapanuli Tengah √ √ Sampel 4
5. Tapanuli Utara √ √ Sampel 5
6. Toba Samosir x √ -
7. Labuhanbatu √ √ Sampel 6
8. Asahan √ √ Sampel 7
9. Simalungun √ √ Sampel 8
10. D a i r i √ √ Sampel 9
11. K a r o √ √ Sampel 10
12. Deli Serdang x √ -
13. Langkat √ √ Sampel 11
14. Nias Selatan x √ -
15. Humbang Hasundutan √ √ Sampel 12
16. Pakpak Bharat √ √ Sampel 13
18. Serdang Bedagai √ √ Sampel 14
19. Batu Bara x √ -
20. Padang Lawas Utara √ √ Sampel 15
21. Padang Lawas √ √ Sampel 16
22. Labuhanbatu Selatan √ √ Sampel 17
23. Labuhanbatu Utara √ √ Sampel 18
24. Nias Utara x √ -
25. Nias Barat x √ -
Kota/City
26. Sibolga √ √ Sampel 19
27. Tanjungbalai x √ -
28. Pematangsiantar √ √ Sampel 20
29. Tebing Tinggi √ √ Sampel 21
30. M e d a n √ √ Sampel 22
31. B i n j a i √ √ Sampel 23
32. Padangsidimpuan √ √ Sampel 24
33. Gunungsitoli x √ -
3.5 Jenis Data
Peneliti menggunakan data sekunder dalam penelitian ini. ”Data sekunder
merupakan data yang telah dikumpulkan sebelumnya” (Anandya dan Suprihhadi,
2005 : 64). Data diperoleh dari laporan APBD Pemda kabupaten/ kota yang
diperoleh dari situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan. Data yang dibutuhkan adalah informasi
keuangan yang berhubungan dengan variabel penelitian yaitu Belanja Daerah,
total Pendapatan Asli Daerah (PAD), data Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
3.6. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian adalah data
sekunder yaitu pooling data berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
Jumlah Penduduk ,dan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD), realisasi Dana
Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan anggaran Belanja
Daerah (BD) dari masing-masing Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera
Utara untuk periode tahun 2009-2012 untuk variabel independen dan periode
tahun 2010-2013 untuk variabel Dependen, yang diperoleh dari situs Sistem
Informasi Keuangan Daerah .Departemen Keuangan Republik Indonesia yaitu
www.depkeu.djpk.go.id dan sistus Badan Pusat Statistik yaitu
www.bps.go.id/sumut, melalui internet.
3.7. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini model analisis yang digunakan adalah regresi data
panel dengan menggunakan perangkat lunak program Eviews dan Microsoft
Excel 2007 sebagai alat bantu dalam mengolah data. Data dianalisis dengan
menggunakan model panel data program Eviews 7.0. Eviews merupakan program
yang disajikan untuk analisis statistika dan ekonometrika. Eviews menyajikan
perangkat analisis data, regresi dan peramalan.
3.7.1 Metode Analisis Data Panel
Untuk menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah, dana alokasi
umum, dana alokasi khusus, dan jumlah penduduk terhadap anggaran
belanja daerah di Kabupaten/Kota di Sumatera Utara maka digunakan
gabungan dari data deret waktu (time series) dan data silang (cross
section), maka modelnya dapat ditulis sebagai berikut:
Yit = α+ β Xit + єit
Dimana:
i = 1, 2, …, N dan t = 1, 2, …, T
N = banyaknya observasi
T = banyaknya waktu
N x T = banyaknya data panel.
Data deret waktu adalah data yang dihimpun dari beberapa periode.
Dalam penelitian ini data yang dihimpun adalah dari tahun 2009
sampai dengan 2012 untunk variabel independent dan 2010-2013 utnuk
variabel dependent. Data silang adalah data yang dihimpun dari satu
periode atas beberapa objek atau individu yang dalam penelitian ini adalah
24 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Dengan data panel, jumlah
observasi sebanyak 96 pengamatan yaitu 4 tahun amatan dikalikan 24
sampel Kabupaten/kota dan jumlah data panel menjadi lebih banyak yaitu
384 data yaitu jumlah observasi 96 dikali 4 variabel independen.
Karena merupakan hasil gabungan dari data deret waktu dan data
silang maka panel data ini memiliki beberapa keunggulan, antara lain
Gujarati ( 2003:637) :
1. Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diatasi dalam data cross section murni atau data time series murni.
3. Memberikan data yang informatif, mengurangi kolinearitas antar peubah serta meningkatkan derajat kebebasan sehingga data menjadi lebih efisien.
4. Data panel lebih baik digunakan untuk studi dynamics of adjusment karena terkait dengan observasi pada cross section yang sama secara berulang.
5. Mampu menguji dan mengembangkan model perilaku yang lebih kompleks. Estimasi model dengan menggunakan data panel dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu metode kuadrat terkecil (pooled least square), metode efek tetap (fixed effect), dan metode efek random (random effect).
3.7.1.1 Metode kuadrat terkecil (Pooled Least Square)
Metode kuadrat terkecil yaitu mengestimasi data panel dengan
Metode ordinary least square (OLS). Metode ini merupakan metode yang
paling sederhana dalam pengolahan data panel yaitu dengan
menggabungkan seluruh data time series dan data silang. Dengan N
sebagai jumlah unit cross section (individu) dan T adalah jumlah periode
waktunya. Dengan mengansumsi komponen error dalam pengolahan
kuadrat terkecil biasa, kita dapat melakukan proses estimasi secara
terpisah untuk setiap unit cross section. Bila kita berasumsi bahwa α dan β
akan sama (konstan) untuk setiap data time series dan cross section, maka
α dan β dapat diestimasi dengan menggunakan N x T pengamatan maka
bentuk modelnya adalah:
Yit = α + β Xit + єit
Dengan asumsi bahwa α dan β konstan akan jauh dari kenyataan
3.7.1.2 Metode efek tetap (Fixed Effect)
Kesulitan terbesar dalam pendekatan metode kuadrat terkecil
adalah adanya asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi yang
dianggap konstan, baik antar daerah maupun antar waktu yang kurang
sesuai dengan tujuan penggunaan data panel. Untuk mengatasi hal ini
dapat digunakan pendekatan model efek tetap (fixed effect) yaitu dengan
menambahkan model dummy pada data panel. Metode efek tetap
memper-hitungkan kemungkinan bahwa peneliti menghadapi masalah omitted
variables, yang mungkin membawa perubahan pada intercept time series
atau cross-section .Model efek tetap atau Least Square Dummy Variable
atau disebut juga Covarians Model adalah model yang dapat digunakan
dengan mempertimbangkan bahwa perubah-perubah yang dihilangkan
dapat mengakibatkan perubahan dalam intersep-intersep cross section dan
time series. Untuk memungkinkan perubahan perubahanintersep ini, dapat
ditambahkan variabel dummy ke dalam model yang selanjutnya akan
diduga dengan model OLS (Ordinary Least Square).
Pada metode efek tetap estimasi dapat dilakukan dengan tanpa
pembobot (no weighted) atau Least Square Dummy (LSDV) dan dengan
pembobot (cross section weight) atau General Least Square (GLS).
Tujuan dilakukan pembobotan ini adalah untuk mengurangi heterogenitas
3.7.1.3 Metode efek acak (Random Effect)
Pendekatan Metode efek acak memperbaiki efisiensi proses least
square dengan memperhitungkan error dan cross-section dan time series.
Model efek acak adalah variasi dari estimasi generalized least square
(GLS). Keputusan untuk memasukkan variabel dummy ke dalam model
akan mengakibatkan berkurangnya jumlah derajat kebebasan yang pada
akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi.
Pendekatan yang digunakan untuk mengatasi hal ini adalah model efek
acak. Model efek acak disebut juga sebagai error component model karena
dalam model ini, parameter yang berbeda antar individu maupun antar
waktu dimasukkan ke dalam error.
Asumsi yang digunakan dalam model ini adalah error secara
individual tidak saling berkorelasi, begitu pula dengan error
kombinasinya. Penggunaan model efek acak dapat menghemat derajat
kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti pada model fixed
effect. Hal ini berimplikasi kepada parameter hasil estimasi akan menjadi
efisien. Semakin efisien maka model yang akan didapat semakin baik.
Dengan demikian adanya gangguan asumsi klasik dalam model ini telah
terdistribusi secara normal sehingga tidak diperlukan lagi treatmen
terhadap model bagi pelanggaran asumsi klasik yaitu asumsi adanya
3.7.2 Pengujian Model Data Panel
Model mana yang akan dipilih dari 3 pendekatan model yang ada
maka perlu dilakukan analisis terlebih dahulu agar diperoleh pendekatan
model yang paling sesuai terhadap hasil penelitian ini. Adapun pengujian
statistik yang digunakan dalam data panel yaitu:
3.7.2.1.Uji Chow (Chow test)
Uji Chow atau yang sering juga disebut dengan uji F statistik
merupakan pengujian statistik yang digunakan untuk memilih apakah
lebih baik menggunakan model Kuadrat Terkecil atau Efek Tetap. Uji F
digunakan untuk mengetahui apakah teknik regresi data panel dengan
model Efek Tetap lebih baik dari teknik regresi data panel tanpa variabel
dummy dengan melihat residual sum of squares (RSS). Dalam pengujian
ini dilakukan dengan hipotesa berikut :
H0 : Model Kuadrat Terkecil
Ha: Model Efek Tetap
Dasar penolakan terhadap hipotesis nol adalah dengan
menggunakan F statistik atau Uji Chow yang dirumuskan dalam bentuk
persamaan berikut ini:
F = (RSS 1−RSS 2)/(�−1)
���2/(��−�−�)
Dimana:
RSS1 = residual sum square hasil pendugaan model Efek Tetap
RSS2 = residual sum square hasil pendugaan model PLS
T = jumlah data time series
K = jumlah variabel bebas
Jika nilai chow statistics (F-stat) hasil pengujian lebih besar dari F-tabel,
maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga
model yang digunakan adalah Model Efek Tetap dan sebaliknya.
3.7.2.2.Uji Hausman
Uji Hausman adalah pengujian statistik sebagai dasar
pertimbangan dalam memilih apakah menggunakan model Efek Tetap atau
menggunakan model Efek Random. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari
nilai α = 5% maka Ho ditolak dan model yang dipilih adalah Fixed Effect.
Menurut beberapa ahli ekonometri yang telah membuktikan secara
matematis dikatakan bahwa untuk memilih apakah model Efek Tetap atau
Model Efek Random yang digunakan dapat dilakukan dengan melihat:
- Jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah waktu (T) lebih besar
dibandingkan dengan jumlah individu (N) maka disarankan menggunakan
model efek tetap. T > N maka digunakan model effek tetap.
- Jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah waktu (T) lebih kecil
dibandingkan dengan jumlah individu (N) maka disarankan untuk
menggunakan model efek random. T < N maka digunakan model efek
3.7.3 Pengujian Hipotesis
Penelitian ini menggunakan metode analisis data panel dengan
model regresi berganda (multiple regression analysis), karena terdiri dari
satu variabel dependen dan empat variabel independen. Model persamaan
regresi dirumuskan sebagai berikut:
Y = β0 + βitX1 + βitX2 + βitX3 + βitX4 + єit
Dimana :
Y = Anggaran Belanja daerah
X1 = Pendapatan Asli Daerah
X2 = Dana Alokasi Umum
X3 = Dana Alokasi Khusus
X4 = Jumlah penduduk
β0 = Konstanta
βit, βit, βit dan βit = Koefisien variabel
є = Error Term
i = 1, 2, …, N (banyaknya sampel) dan t = 1, 2, …, T (banyaknya waktu)
3.7.4. Kriteria Pengujian
Setelah mendapatkan paramater estimasi yang dianggap sesuai
maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian terhadap parameter
estimasi tersebut. Pengujian dilakukan untuk menentukan baik tidaknya
3.7.4.1 Uji signifikansi simultan (uji - F)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen secara bersama-sama secara serentak (simultan)
mempengaruhi variabel dependen. Caranya adalah dengan
membandingkan F-hitung dan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka dapat
dikatakan bahwa PendapatanAsli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana
Alokasi Khusus dan jumlah penduduk secara simultan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Belanja daerah.
Kriteria pengujiannya adalah seperti berikut ini :
H0 : β1 = β2 = ... = βt = 0, artinya pendapatan asli daerah,dana alokasi
umum, dana alokasi khusus, dan jumlah penduduk secara simultan tidak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah.
Ha : βt≠ 0, artinya pendapatan asli daerah,dana alokasi umum, dana
alokasi khusus, dan jumlah penduduk secara simultan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap belanja daerah.
Pengujian tersebut juga dapat dilakukan dengan membandingkan
nilai probabilitas (F-Statistics) dengan nilai signifikansi α. Jika nilai
probabilitas (FStatistics) lebih kecil dari nilai α yang dipilih maka H0
ditolak atau menerima Ha.
3.7.4.2 Uji signifikansi parsial (uji - t)
Uji t merupakan pengujian yang dilakukan terhadap variabel
bebas. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara
independen lainnya konstan. Jika t-hitung > t-tabel maka dapat
disimpulkan bahwa artinya pendapatan asli daerah,dana alokasi umu, dana
alokasi khusus, dan jumlah penduduk. Secara parsial berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
Cara pengujian lain adalah dengan membandingkan nilai
probabilitas p dengan nilai signifikansi α. Jika nilai probabilitas p lebih
kecil dari nilai α yang dipilih maka H0 ditolak atau menerima Ha.
Kriteria pengujiannya adalah seperti berikut ini.
H0 : b = 0 artinya pendapatan asli daerah,dana alokasi umum, dana alokasi
khusus, dan jumlah penduduk secara parsial tidak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap belanja daerah Kabupaten/kota di Sumatera Utara.
Ha : b ≠ 0 artinya artinya pendapatan asli daerah,dana alokasi umum, dana
alokasi khusus, dan jumlah penduduk secara parsial berpengaruh positif
dan signifikan terhadap belanja daerah Kabupaten/kota di Sumatera Utara.
3.7.4.3 Koefisien determinasi (R2)
Pengujian Koefisien determinasi (R2) atau adjusted R2 ini untuk
mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel independen. Tingkat ketepatan regresi dinyatakan dalam koefisien
determinasi majemuk (R2) yang nilainya antara 0 sampai dengan 1,
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Penelitian
Berdasarkan hasil pengolahan dari data penelitian dengan program eviews
[image:53.595.107.519.270.561.2]7.0 diperoleh hasil statistik deskripsi sebagai berikut:
Tabel 4.1 Statistik Deskripsi
KETERAN GAN
BELANJA_
DAERAH PAD DAU DAK JP
Mean 750293.4 56129.75 394922.0 43768.41 414612.6 Median 593872.0 21175.00 347370.5 44318.50 275762.0 Maximum 4524738. 1147901. 1153789. 90869.00 2122804. Minimum 249122.0 2394.000 143843.0 1107.000 40505.00 Std. Dev. 637592.4 164604.3 191004.7 18245.65 422231.1 Skewness 3.980787 5.472747 1.710056 0.120149 2.825586 Kurtosis 20.82731 33.15784 6.351129 2.741153 11.46208
Jarque-Bera 1524.799 4117.197 91.70893 0.498981 414.1698 Probability 0.000000