Skripsi
Disusun Oleh :
Rasyid Hadi Wijaya Kusuma 2012 022 0087
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Hanya karena rahmat dan
ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Sikap Masyarakat Desa Karangsewu Terhadap Tambak Udang Di Sepanjang Pantai Trisik”.
Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh
sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Kedua orangtua saya terutama Ibu yang tak henti-hentinya berdoa untuk
kebaikan anak-anaknya, yang selalu memberikan nasihat, dorongan
moril serta materi.
2. Kakak terbaik Hadi Pranata Yudha Bakti, S.T. yang selalu memberikan do`a, dorongan motivasi serta materi.
3. Keluarga Besar HADI KARTOMO`S atas semangat dan do`a nya.
4. Ibu Ir. Sarjiyah, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
5. Ibu Retno Wulandari, SP. M.S.c selaku Dosen Pembimbing Utama
yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan
skripsi ini.
6. Bapak Sutrisno, SP. M.Sc selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang
telah memberikan arahan selama penyusunan skripsi.
7. Ibu Ir. Siti Yusi Rusimah, MS selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan kepada penulis saat ujian skripsi.
8. Ibu Francy Risvansuna F. SP, MP selaku Dosen Pendamping Akademik
9. Bapak Solichin selaku Kepala Dusun Imorenggo yang telah bersedia
ii
10.Yuni Sofiana yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini dan terimakasih atas do`a nya, semoga cepat tercapai cita-cita nya, segera menyusul ya…
11.Teman-teman seperjuangan Agribisnis angkatan 2012 (Akhmad Khusaini, SP, Edi Yanto, Sri Utami Lestari, SP, Kartika Farah Istiqomah, SP , Ayu Rahayu, SP, Nala Rohmayani, SP, Nizar Alfian SP , Hanif Nafiah, SP, Ayu Fitrianingsih, SP) dan teman-teman Agribisnis angkatan 2012.
12.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi
ini
Semoga Allah SWT selalu meridhoi setiap langkah dan senantiasa
membalas budi kebaikan Bapak/Ibu/Sdr sekalian. Penulis berharap semoga skripsi
ini dapat memberikan tambahan informasi dan memberikan manfaat bagi kita
semua. Amin…
Yogyakarta, September 2016
iii
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 4
A. Tinjauan Pustaka ... 4
1. Pengelolaan Tambak Udang ... 4
2. Peraturan Tambak Udang ... 7
3. Sikap Masyarakat ... 8
4. Hasil Penelitian Tentang Sikap Manusia ... 10
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Masyarakat ... 12
B. Kerangka Pemikiran ... 13
III. METODE PENELITIAN ... 15
A. Metode Dasar ... 15
B. Metode Pengambilan Sampel ... 16
C. Teknik Pengumpulan Data ... 18
D. Pembatasan Masalah ... 19
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 19
F. Teknik Analisis Data... 27
IV. KEADAAN UMUM DAERAH ... 31
A. Letak Geografis ... 31
B. Topografi dan Kondisi Tanah ... 32
C. Kependudukan... 33
1. Penduduk Berdasarkan Usia ... 33
2. Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 34
D. Perekonomian Desa ... 35
iv
F. Keadaan Perikanan ... 37
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40
A. Profil Masyarakat Desa Karangsewu ... 40
B. Paguyuban Petambak Imorenggo ... 43
C. Pengetahuan Masyarakat Tentang Peraturan Tambak Udang ... 46
D. Sikap Masyarakat Terhadap Tambak Udang di Sepanjang Pantai Trisik .... 52
1. Sikap Kognitif (Pengetahuan) ... 52
2. Sikap Afektif (Kesetujuan) ... 58
3. Sikap Konatif (Kecenderungan) ... 65
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Masyarakat Desa Karangsewu .. 66
KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Proses pengambilan sampel dusun, Desa Karangsewu. ... 17
Tabel 2. Proses pengambilan sampel masyarakat dari kelompok dusun ... 18
Tabel 3. Pengukuran pengetahuan masyarakat tentang peraturan tambak ... 21
Tabel 4. Menunjukkan pengukuran aspek kognitif ... 23
Tabel 5. Menunjukkan pengukuran aspek afektif ... 24
Tabel 6. Menunjukkan pengukuran aspek konatif ... 26
Tabel 7. Pengetahuan masyarakat tentang peraturan tambak udang ... 28
Tabel 8. Sikap masyarakat terhadap tambak udang dilihat dari sisi kognitif... 28
Tabel 9. Sikap masyarakat terhadap tambak udang dilihat dari sisi afektif ... 29
Tabel 10. Sikap masyarakat terhadap tambak udang dilihat dari sisi konatif ... 29
Tabel 11. Besaran Angka Korelasi Rank Spearman ... 30
Tabel 12. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Galur ... 31
Tabel 13. Luas Penggunaan Lahan ... 32
Tabel 14. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ... 34
Tabel 15. Pendidikan Penduduk Desa Karangsewu ... 35
Tabel 16. Sarana Transportasi Desa Karangsewu 2012 ... 37
Tabel 17. Profil Masyarakat Desa Karangsewu ... 40
Tabel 18. Pengetahuan Masyarakat Tentang Peraturan Tambak ... 47
Tabel 19. Pengetahuan Masyarakat Terhadap Tambak Udang ... 53
Tabel 20. Kesetujuan Masyarakat Terhadap Tambak Udang ... 59
Tabel 21. Kecenderungan Masyarakat Terhadap Tambak Udang ... 66
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii
SIKAP MASYARAKAT DESA KARANGSEWU TERHADAP TAMBAK UDANG DI SEPANJANG PANTAI TRISIK
THE SOCIETY ATTITUDE TOWARD SHRIMPS POND OVER TRISIK
BEACH IN KARANGSEWU VILLAGE
Rasyid Hadi Wijaya Kusuma / 2012 022 0087 Retno Wulandari, SP, M.Sc / Sutrisno, SP, MP
Agriculture Faculty
Muhammadiyah Yogyakarta University
ABSTRACT
South coastal of Kulon progo has a various potential and problem. Such as chicken husbandry, shrimp pond, watermelon and vegetables cultivation. With that potentials will bring the expectation to increase native economics level by good managements. Illegal shrimp fishing appears and disturb the people there, causing environment matter such waste scent and loudly sound from the diesel machine which use in shrimp pond operation.
This research aims to describe people’s knowledge in Karangsewu about shrimp pond rules, describe society attitude toward shrimp pond over Trisik beach, and to find out the factors that influence that society attitude in Karangsewu village. The respondents in this research are 60 head of household by Descriptive analysis. The results show that people in Karangsewu knew about the shrimp pond rules and people also agree about the existence of shrimp pond and make it if there is an official rule by the native government.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas 17.504 pulau
dengan pesisir yang mempunyai garis sepanjang 95.181 km, sehingga mempunyai
potensi dan permasalahan yang beraneka ragam. Wilayah kepesisiran merupakan
wilayah yang unik, dinamis dan rentan terhadap perubahan lingkungan.
Sumberdaya alam tersedia beraneka ragam dengan berbagai fungsi, yaitu untuk
pertanian, perikanan, pemukiman, pelabuhan, pariwisata dan industri. (Komite
Nasional Pengelolaan Ekosistem Lahan Pesisir, 2004).
Pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, peningkatan permintaan akan
ruang dan sumberdaya, merupakan contoh faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap lingkungan pesisir (Dahuri dkk, 2001). Berbagai macam aktivitas
manusia yang dilakukan baik di daratan maupun di lautan mendorong terjadinya
perubahan lingkungan di wilayah kepesisiran. Hal ini menyebabkan
pengelolaannya sering tumpang tindih, karena digunakan berbagai kepentingan
yang mengakibatkan daya dukung pesisir terlampaui.
Lahan pesisir terdiri dari berbagai ekosistem yang memiliki karakteristik
tersendiri. Karaktersitik ini dapat didefinisikan melalui bentuk lahan yang
membentuk kehidupan dalam ekosistem lahan pasir. Lahan pasir merupakan
sistem penyangga kehidupan menjadi sumber air, sumber pangan, menjaga
kekayaan keanekaragaman hayati dan berfungsi sebagai pengendali iklim global.
terhadap bencana yang mungkin timbul di wilayah pesisir. Setiap ekosistem yang
tergolong dalam lahan pesisir ini memiliki bentuk pengurangan resiko yang
berbeda-beda. Pengetahuan masyarakat terkait peranan tiap ekosistem penting
untuk diketahui karena masyarakat berperan sebagai subyek dan obyek dalam
manajemen bencana. Kesadaran masyarakat terkait fungsi tiap ekosistem dalam
lahan pesisir berperan penting dalam upaya pengurangan resiko bencana.
Pesisir selatan Pulau Jawa berada di jalur subduksi atau petemuan dua
lempeng besar yang saling bertumbukan, yaitu lempeng Eurasia dan lempeng
Indo-Australia. Kondisi ini menyebabkan pesisir selatan Pulau Jawa berada pada
wilayah jalur gempa aktif yang rawan terhadap bencana tsunami. Salah satu
contohnya adalah kawasan hilir suatu daerah aliran sungai (DAS) hilir yang
berpotensi terhadap bahaya banjir luapan sungai akibat curah hujan yang tinggi.
Pesisir pantai selatan Kulon Progo mempunyai potensi dan permasalahan
yang beraneka ragam. Potensi tersebut antara lain untuk peternakan ayam
pedaging, budidaya tambak udang, budidaya semangka, budidaya melon dan
budidaya sayur-sayuran. Dengan adanya potensi tersebut akan meningkatkan
perekonomian warga setempat apabila dikelola dengan baik dan benar serta tidak
merusak lingkungan. Dengan adanya petambak udang liar yang akhir-akhir ini
bermunculan, warga mulai terganggu dan resah dengan adanya tambak udang
karena menimbulkan pencemaran lingkungan, seperti bau limbah dan suara bising
dari mesin diesel yang digunakan untuk mengoperasikan tambak udang.
merusak konservasi alam, bahkan sebagian berada diatas lahan gumuk pasir yang
dapat merusak kelestariannya dan sudah membuat abrasi pantai semakin parah.
B. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan pengetahuan masyarakat Desa Karangsewu tentang
peraturan tambak udang yang dibuat oleh Paguyuban Petambak Imorenggo
(PPI) di sepanjang Pantai Trisik.
2. Mendeskripsikan sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang
di sepanjang Pantai Trisik.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat Desa
Karangsewu terhadap tambak udang di sepanjang Pantai Trisik.
C. Kegunaan
1. Jika pengetahuan masyarakat Desa Karangsewu tentang peraturan tambak
udang di sepanjang Pantai Trisik diketahui, maka diharapkan masyarakat Desa
Karangsewu akan lebih tahu dengan peraturan pembuatan tambak udang yang
dibuat oleh Paguyuban Petambak Imorenggo (PPI) dan masyarakat Desa
Karangsewu akan mentaati peraturan tambak udang yang dibuat oleh
Paguyuban Petambak Imorenggo (PPI).
2. Jika sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang di sepanjang
Pantai Trisik diketahui, maka dapat mengatasi atau menjawab
persoalan-persoalan yang dihadapi serta dapat membantu manusia untuk meningkatkan
kemampuannya menginterpretasikan fenomena-fenomena yang terjadi di
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengelolaan Tambak Udang
Pembudidayaan udang adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan
atau memperkembangbiakkan udang serta memanen hasilnya dalam lingkungan
yang terkontrol (UU No. 31 / 2004). Kegiatan-kegiatan yang umum termasuk
didalamnya adalah budidaya udang, budidaya ikan, budidaya tiram dan budidaya
rumput laut. Di Indonesia, budidaya perairan dilakukan melalui berbagai sarana.
Kegiatan budidaya yang paling umum dilakukan di kolam/empang, tambak,
tangki, karamba, serta karamba apung.
Definisi tambak atau kolam menurut Biggs et al. (2005) adalah badan air yang berukuran 1m² hingga 2 hektar yang bersifat permanen atau musiman yang
terbentuk secara alami atau buatan manusia. Rodriguez-Rodriguez (2007)
menambahkan bahwa tambak atau kolam cenderung berada pada lahan atau
lapisan tanah yang terdapat didaratan dengan air tawar, sedangkan tambak untuk
air payau atau air asin. Biggs et al. (2005) menyebutkan salah satu fungsi tambak bagi ekosistem perairan adalah terjadinya pengkayaan jenis biota air.
Bertambahnya jenis biota tersebut berasal dari pengenalan biota-biota yang
dibudidayakan.
Jenis-jenis tambak yang ada di Indonesia meliputi: tambak intensif,
tambak semi intensif, tambak tradisional dan tambak organik. Perbedaan dari jenis
pemberian pakan, serta sistem pengelolaan air dan lingkungan (Widigdo, 2000).
Hewan yang dibudidayakan dalam tambak adalah hewan air, terutama ikan,
udang, serta kerang.
Perkembangan tambak di Indonesia secara intensif meningkat sejak tahun
1990. Pengembangan tambak tersebut dilakukan melalui upaya konversi hutan
mangrove (Gunarto, 2004). Peningkatan luas lahan tambak diiringi dengan
berkurangnya luas mangrove diwilayah pesisir tersebut memicu terjadinya
kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dari polusi kegiatan pertambakan.
Keberlanjutan budidaya tambak sangat tergantung pada kondisi kualitas
lingkungan perairan. Kondisi lingkungan perairan yang berbeda mempengaruhi
kondisi kualitas lingkungan, baik secara fisika kimia maupun biologi. Cottenie et al. (2001) menunjukkan adanya perbedaan struktur komunitas zooplankton pada kondisi lingkungan perairan yang berbeda. Shartau et al. (2010) menunjukkan adanya pengaruh lingkungan terhadap perkembangan zooplankton dalam tambak. Sementara Senarah dan Vishvanathan (2001) menyebutkan bahwa pengembangan
usaha budidaya tambak juga menghasilkan dampak negatif terhadap lingkungan
disamping keuntungan secara ekonomi. Biao et al. (2009) menunjukkan bahwa jenis tambak yang berbeda akan menghasilkan kondisi kualitas lingkungan yang
berbeda pula. Yuvanatamya (2007) juga menunjukkan adanya interaksi antara
bahan organik dengan efisiensi produksi dari tanah tambak dimana kandungan
bahan organik pada tambak yang produktivitasnya rendah cenderung lebih rendah
dibandingkan tambak dengan produktivitas tinggi. Sementara Rahimibashar
di sekitarnya dimana kondisi air buangan tambak yang buruk (tercemar) juga akan
menurunkan kondisi kualitas air sungai.
Sebagai media pemeliharaan biota air, tambak membutuhkan pengelolaan
terkait dengan kesesuaian kondisi lingkungan budidaya untuk biota yang
dibudidayakan. Pengelolaan yang dilakukan dalam budidaya tambak diantaranya
adalah pengelolaan kualitas lingkungan, baik fisika, kimia maupun biologis
(Abowei et al, 2011). Beberapa parameter lingkungan yang sangat penting menurut Kalita et al (2004) adalah kandungan oksigen terlarut, kekeruhan serta masuknya organisme pengganggu (predator/parasit). Sementara Morris dan Mischke (1999) menyebutkan salah satu faktor yang penting dalam pengelolaan
tambak adalah plankton sebagai pakan alami serta sebagai indikator bagi kualitas
tambak.
Abowei et al. (2011) menyatakan bahwa pengelolaan tambak tidak hanya sebatas pada upaya untuk menghasilkan ikan, tetapi juga penting untuk menjaga
kondisi lingkungan yang layak, mengawasi panen dan pertumbuhan ikan,
pemeriksaan keberhasilan reproduksi ikan dan menjauhkan ikan-ikan yang tidak
diinginkan (predator/parasit). Disamping itu juga masih terdapat banyak faktor yang harus diperhatikan dalam pengelolaan tambak udang seperti pengelolaan
populasi ikan, pengelolaan sistem, pemilihan spesies ikan, pemberian pakan,
pemasaran dan sebagainya. Tambak udang yang dikelola dengan baik cenderung
2. Peraturan Tambak Udang
Adapun peraturan tentang tambak udang yang dibuat oleh organisasi
Paguyuban Petambak Imorenggo (PPI) yang berdiri pada tanggal 3 Mei 2014
adalah sebagai berikut
1. Pembuatan tambak tidak boleh di selatan gunungan yang ada di sempadan
pantai (harus di utara gunungan).
2. Pembuatan tambak minimal 2 meter dari bibir jalan aspal dan minimal ½
meter dari batas lahan sebelahnya.
3. Pembuatan tambak dilarang merusak gunungan sempadan pantai ke selatan
sampai laut kecuali untuk sementara pemasangan paralon dan sebagainya dan
setelah selesai wajib memulihkan minimal seperti sebelumnya.
4. Pihak tambak wajib menanam, merawat dan menjaga tanaman mangrove/
tanaman lindung khususnya di gunungan sempadan pantai ke selatan (kecuali
lahan yang telah digarap pribadi/lahan usaha transmigrasi).
5. Pihak tambak wajib menjaga ekosistem lingkungan (termasuk kebersihan dan
kerapian lingkungan).
6. Menjaga dan meningkatkan kerjasama dengan masyarakat/ lingkungan sekitar.
7. Setelah masa kerjasama antara pemilik tambak dan pemilik lahan sudah habis/
selesai, pemilik tambak wajib mengembalikan lahan seperti semula (kecuali
ada perjanjian khusus)
Apabila dikemudian hari ada penambahan maupun perubahan aturan
kesepakatan akan diselesaikan dan diputuskan secara musyawarah untuk
3. Sikap Masyarakat
Definisi sikap dikemukakan oleh Thurstone pada tahun 1993, sikap
sebagai salah satu konsep yang cukup sederhana yaitu jumlah pengaruh yang
dimiliki seseorang atas atau menentang suatu objek. Beberapa tahun kemudian,
Gordon Allphort mengajukan definisi yang lebih luas, yaitu : „„Sikap adalah suatu
mental dan syaraf penghubung dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi
melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarah dan dinamis terhadap
perilaku‟‟.
Definisi yang dikemukakan oleh Gordon Allphort tersebut mengandung
makna bahwa sikap mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan terhadap
suatu objek baik disenangi maupun tidak disenangi secara konsisten. Tradisi dan
ahli lainnya mengkombinasikan tiga jenis tanggapan yaitu : (pikiran, perasaan dan
tindakan) kedalam model tiga unsur dari sikap (Tripartite Model Attitude). Dalam skema ini sikap dipandang mengandung tiga komponen yang terkait, yaitu :
kognisi (pengetahuan tentang objek), afeksi (evaluasi positif atau negative
terhadap suatu objek) dan konasi (perilaku aktual terhadap suatu objek).
Selanjutnya Fisbein, seperti halnya Thurstone, meyatakan bahwa lebih
berguna untuk melihat sikap sebagai suatu konsep suatu dimensi sederhana. Saat
ini sebagian periset setuju bahwa konsep sederhana dari sikap yang diajukan oleh
Thurstone dan Fishbein adalah yang paling bermanfaat. Artinya sikap mewakili
perasaan senang atau tidak senang terhadap objek yang dipertanyakan.
memiliki hubungan dengan sikap dan merupakan konsep negative yang terpisah,
bukan merupakan bagian dari sikap itu sendiri.
Sikap memiliki beberapa fungsi. Daniel Kazt mengklasifikasikan empat
sikap, yaitu sebagai barikut
a) Fungsi pengetahuan, merupakan sikap membentuk seseorang
mengorganisasikan informasi yang begitu banyak yang setiap hari dipaparkan
pada dirinya. Fungsi pengetahuan dapat membantu seseorang mengurangi
ketidak pastian dan kebingungan dalam memilah-milah informasi yang
relevan dan tidak relevan dengan kebutuhannya.
b) Fungsi mempertahankan ego, merupakan sikap yang dikembangkan oleh
seseorang cenderung untuk melindunginya dari tantangan eksternal maupun
perasaan internal, sehingga membentuk fungsi mempertahankan ego.
c) Fungsi utilitarian, merupakan fungsi yang berhubungan dengan prinsip-prinsip
dasar imbalan dan hukuman.
d) Fungsi ekspresi nilai, seseorang mengembangkan suatu objek bukan
didasarkan atas objek manfaat objek itu, tetapi lebih didasarkan atas
kemampuan objek.
Selain fungsi diatas, sikap juga mempunyai komponen. Dalam Azwar
(2005) struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang paling menunjang yaitu
sebagai berikut
a) Komponen Kognitif, komponen ini berkaitan dengan pengetahuan,
pandangan, keyakinan dan kepercayaan. Mann (1969), dalam Azwar (2005)
stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Sering kali kepercayaan yang telah terbentuk akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai
objek tertentu terlepas benar atau tidak. Namun kadang-kadang kepercayaan
terbentuk karena kurangnya informasi yang benar mengenai objek yang
dihadapi.
b) Komponen Afektif, menyangkut masalah emosional yang subjektif seseorang
terhadap suatu objek sikap. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar
paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling
bertahan terhadap pengaruh yang memungkinkan mengubah sikap seseorang.
c) Komponen Konatif, menunjukkan bagaimana kecenderungan berperilaku ada
pada diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini
didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi
perilaku. Komponen ini menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak
atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.
Ketika berada dalam situasi dan lingkungan sosial, selalu ada mekanisme
mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan dan akan
ikut menentukan kecenderungan perilaku terhadap manusia atau sesuatu yang
sedang dihadapi bahkan terhadap diri sendiri. Pandangan dan perasaan
terpengaruh oleh ingatan akan rasa malu, apa yang diketahui dan kesan terhadap
apa yang sedang dihadapi, itulah fenomena sikap (Azwar, 2005).
4. Hasil Penelitian Tentang Sikap Manusia
Penelitian Sikap Pelajar di Kabupaten Sleman Terhadap Pembangunan
Hayuningsih (2010), secara umum sikap pelajar terhadap pembangunan pertanian
sub sektor pertanian tanaman pangan adalah positif dan faktor-faktor korelasi
terhadap sikap pelajar di Kabupaten Sleman terhadap pembangunan pertanian sub
sektor tanaman pangan adalah persepsi, pengalaman, inovasi dan keberadaan
media. Hal ini ditunjukkan dengan kesetujuan pelajar terhadap pembangunan
pertanian yang sudah dilakukan selama ini dan mempunyai keinginan untuk
berperan dalam usaha pembangunan pertanian di masa mendatang walaupun dari
segi pengetahuan masih kurang.
Penelitian tentang Sikap Generasi Muda Terhadap Sektor Pertanian di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang ditulis oleh Murbayati, yaitu sikap
generasi muda terhadap sektor pertanian adalah baik, jika dilihat dari sikap
kognitif (tingkat pengetahuan) tergolong cukup dan jika dilihat dari komponen
afektif (perasaan atau sikap emosi) tergolong kategori baik. Faktor-faktor yang
secara nyata mempengaruhi sikap generasi muda terhadap sektor pertanian adalah
latar belakang keluarga, terpaan media massa, latar belakang sosial budaya dan
pengalaman agraris.
Hasil penelitian Lestariningsih (2010) mengenai “ Sikap Petani Terhadap
Proyek Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pantai di Kabupaten Bantul”
menunjukkan terdapat hubungan antara kondisi sosial ekonomi petani dengan
sikap antara lain, umur, tingkat pendidikan, mobilitas sosial, aktivitas komunikasi
dan pemilikan lahan. Faktor umur mempunyai hubungan dengan sikap yaitu
semakin bertambahnya umur seseorang maka sikap akan semakin rendah.
kepemilikan lahan mempunyai hubungan positif dengan sikap, artinya makin
tinggi pengaruh faktor-faktor tersebut maka sikap akan semakin tinggi.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Masyarakat
Adanya sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dibentuk
oleh individu. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan yang saling mempengaruhi
diantara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang
turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota
masyarakat.
Menurut Azwar (2005), diantara berbagai faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting
(tokoh masyarakat), institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama.
a. Pengalaman pribadi
Segala sesuatu yang telah dan akan dialami akan turut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan seseorang dalam stimulus sosial. Tanggapan akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan
dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan
objek psikologis. Sehubungan dengan hal itu, Middlebrook (1974) dalam Azwar
(2005) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu
objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negative terhadap objek
tersebut.
b. Orang lain yang dianggap penting (tokoh masyarakat)
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu yang ikut mempengaruhi
pembentukan sikap terhadap sesuatu. Pada umumnya, individu cenderung untuk
memiliki sikap yang searah dengan sikap yang dianggapnya penting.
c. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama mempunyai pengaruh penting
dalam pembentukan sikap karena kedua hal tersebut meletakkan dasar pengertian
dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis
pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari
pendidikan agama. Oleh karena itu, konsep moral dan ajaran agama sangat
menentukan system kepercayaan, maka wajar saja jika pada saatnya kemudian
konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap suatu
hal.
B. Kerangka Pemikiran
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo yang serius mengembangkan tambak
udang, sangat positif bagi pengembangan yang berwawasan lingkungan.
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo menyadari bahwa upaya pengembangan
tambak udang di sepanjang Pantai Trisik tidak dapat dilakukan oleh Pemkab dan
pihak kelurahan terkait, sehingga instansi tersebut menginstruksikan ke Kelurahan
untuk melakukan sosialisasi dan pengarahan kepada masyarakat Desa
Karangsewu agar pembuatan dan pengembangan tambak udang tersebut berjalan
dengan lancar. Jadi, sosialisasi berawal dari Kabupaten Kulon Progo kemudian ke
Kelurahan Karangsewu dan berakhir pada masyarakat Desa Karangsewu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap antara lain pendidikan terakhir,
pada penelitian terdahulu. Walaupun hasil korelasi faktor-faktor tersebut terhadap
sikap masyarakat tidak selalu sama pada tiap-tiap penelitian.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas lebih jelasnya dapat diihat pada
gambar skema kerangka pemikiran di bawah ini
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian Sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang
-Kognitif -Afektif -Konatif Pengembangan Tambak udang di
sepanjang Pantai Trisik
Pengetahuan terhadap peraturan Paguyuban Petambak Imorenggo
Faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang :
- Pendidikan Terakhir
- Pekerjaan
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar
Metode dasar yang digunakan pada penelitian ini yaitu deskriptif analisis,
penelitian yang berusaha menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik
objek yang diteliti secara tepat dan lengkap yang bertujuan untuk memahami (to understand) fenomena atau gejala sosial sesuai dengan apa adanya, tetapi berupa deskripsi atas gejala-gejala yang diamati (Wiratha, 2005).
Penelitian ini berusaha menggambarkan atau mendeskripsikan
pengetahuan masyarakat Desa Karangsewu tentang peraturan tambak udang di
sepanjang Pantai Trisik, mendeskripsikan sikap masyarakat Desa Karangsewu
terhadap tambak udang di sepanjang Pantai Trisik dan mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi sikap masyarakat Desa Karangsewu.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan atas dasar beberapa pertimbangan
berikut
1. Desa Karangsewu terdapat usaha budidaya tambak udang ilegal yang berada di
sepanjang Pantai Trisik, Kulon Progo.
2. Masyarakat Desa Karangsewu sebagaian besar sebagai petani dan mampu
memanfaatkan pertanian lahan pasir untuk budidaya tanaman hortikultura.
3. Desa Karangsewu, khususnya Dusun Imorenggo sering dijadikan tempat studi
banding oleh daerah-daerah transmigrasi lokal dari provinsi lain dan dijadikan
daerah transmigrasi lokal percontohan bagi daerah lain. Dusun Imorenggo
4. Pemerintah Daerah menganggap bahwa usaha tambak udang di sepanjang
pantai Trisik belum terdapat ijin resmi.
B. Metode Pengambilan Sampel
Penentuan lokasi penelitian untuk sampel masyarakat dilakukan dengan
pertimbangan bahwa wilayah Desa Karangsewu ada yang dekat, sedang, dan jauh
dari lokasi tambak udang di sepanjang Pantai Trisik. Dusun yang dalam kategori
dekat yaitu Dusun Imorenggo, Dusun Bedoyo, Dusun Gupit, Dusun Siliran V,
Dusun Siliran VI, Dusun Boro I dan Dusun Boro II, ≤3 kilometer dari lokasi tambak udang di sepanjang Pantai Trisik. Dusun yang dalam kategori sedang
yaitu Dusun Sorogaten I, Dusun Sorogaten II, Dusun Bapangan, Dusun Mabeyan
dan Dusun Wonopeti, 3 sampai 4 kilometer dari lokasi tambak udang di sepanjang
Pantai Trisik. Dusun yang dalam kategori jauh yaitu Dusun Barongan, Dusun
Kempleng I, Dusun Kempleng II, Dusun Dalen dan Dusun Sewugalur, >5
kilometer dari lokasi tambak udang di sepanjang Pantai Trisik. Berikut ini (lihat
tabel 1) proses pengambilan sampel dusun di Desa Karangsewu.
Untuk pengambilan sampel masyarakat Desa Karangsewu dilakukan dengan
mengambil tiga dusun berdasarkan jarak lokasi tambak udang di Sepanjang Pantai
Trisik, yaitu : kategori dekat (≤3 kilometer) yang terdiri dari Dusun Imorenggo, Dusun Bedoyo, Dusun Gupit, Dusun Siliran V, Dusun Siliran VI, Dusun Boro I,
Dusun Boro II, dari ke tujuh dusun tersebut yang menjadi sampel dusun adalah
Dusun Bedoyo. Kategori sedang (3-4 kilometer) yang terdiri dari Dusun
Sorogaten I, Dusun Sorogaten II, Dusun Bapangan, Dusun Mabeyan, Dusun
Bapangan. Kategori jauh (>5 kilometer) yang terdiri dari Dusun Barongan, Dusun
Kempleng I, Dusun Kempleng II, Dusun Dalen, Dusun Sewugalur, dari ke lima
dusun tersebut yang menjadi sampel dusun adalah Dusun Sewugalur. Metode
yang digunakan untuk menentukan 3 dusun tersebut yaitu Cluster Sampling
merupakan teknik pengambilan sampel dimana pemilihan mengacu pada
kelompok bukan pada individu.
Tabel 1. Proses pengambilan sampel dusun, Desa Karangsewu.
Jarak lokasi tambak udang dengan Dusun (Kilo meter)
Dusun Sampel dusun Jumlah sampel
Dekat,
5. Sewugalur Sewugalur 19 Kepala
Keluarga
Tabel 2. Proses pengambilan sampel masyarakat dari kelompok dusun
No. Nama Dusun Jumlah Kepala
Keluarga Sampel Masyarakat
1 Bedoyo x60 19
2 Bapangan x60 22
3 Sewugalur x60 19
Jumlah 565 60
Sumber: Desa Karangsewu 2016, diolah kembali
Kemudian setelah diketahui masing-masing kelompok dusun terpilih,
dilakukan pengambilan sampel secara Simple Random Sampling merupakan metode penentuan sampel dengan acak sederhana yaitu dengan mengundi
responden berdasarkan nomor urut pada daftar anggota kelompok dusun sesuai
dengan kuota sampel yang dibutuhkan sehingga dapat dijadikan perwakilan
sampel data (Sugiono, 2010). Sampel Dusun Bedoyo yang berjumlah 174 kepala
keluarga dibagi jumlah kepala keluarga (565 KK) dikalikan jumlah sampel (60
KK) akan mendapatkan 19 sampel masyarakat. Sampel Dusun Bapangan yang
berjumlah 210 kepala keluarga dibagi jumlah kepala keluarga (565 KK) dikalikan
jumlah sampel (60 KK) akan mendapatkan 22 sampel masyarakat. Sampel Dusun
Sewugalur yang berjumlah 181 kepala keluarga dibagi jumlah kepala keluarga
(565 KK) dikalikan jumlah sampel (60 KK) akan mendapatkan 19 sampel
masyarakat. Total sampel yang dibutuhkan yakni sebanyak 60 orang.
C. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini yaitu data
1. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden,
antara lain data tentang biodata masyarakat Desa Karangsewu, data pengetahuan
masyarakat Desa Karangsewu tentang peraturan tambak udang yang dibuat oleh
Paguyuban Petambak Imorenggo, data sikap masyarakat Desa Karangsewu
terhadap tambak udang di sepanjang Pantai Trisik. Data primer dikumpulkan
dengan metode wawancara secara mendalam kepada responden. Peneliti
menggunakan panduan wawancara, selain itu peneliti juga melakukan pengamatan
langsung saat survey pra penelitian maupun saat berada di lokasi penelitian
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data pendukung atau data primer yang telah diolah.
Data sekunder didapatkan dari data penduduk Desa Karangsewu, buku profil Desa
Karangsewu dan dokumentasi kelompok. Data sekunder ini meliputi keadaan
umum, keadaan penduduk, sarana dan prasarana serta keadaan pertanian di
wilayah tersebut.
D. Pembatasan Masalah
Masyarakat yang menjadi responden adalah penduduk asli Desa Karangsewu
dan bukan pendatang.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Profil masyarakat Desa Karangsewu adalah informasi data diri responden
yang menunjukkan keterangan umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan
a. Umur adalah usia responden saat penelitian dilakukan dan dinyatakan
dalam satuan tahun.
b. Jenis kelamin adalah pembeda antara responden satu dengan yang lain
dilihat dari sisi seksualitasnya, dibedakan menjadi dua kategori yaitu
laki-laki dan perempuan.
c. Pekerjaan adalah suatu aktifitas ekonomi yang dilakukan masyarakat Desa
Karangsewu dalam mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga kesehariannya.
d. Pendidikan terakhir adalah jenjang pendidikan formal yang pernah
ditempuh responden sampai saat penelitian dilakukan yakni pada tingkatan
SD, SMP, SMA (sederajat), Akademi/Perguruan Tinggi.
2. Pengetahuan masyarakat Desa Karangsewu tentang peraturan tambak udang
yang dibuat oleh organisasi Paguyuban Petambak Imorenggo (PPI) di
Tabel 3. Menunjukkan pengukuran pengetahuan masyarakat Desa Karangsewu tentang peraturan tambak udang yang dibuat oleh organisasi Paguyuban Petambak Imorenggo (PPI) di sepanjang Pantai Trisik
NO Indikator Skor
1 2 3 4
1 Apakah bapak/ibu tahu dengan aturan
2 Apakah bapak/ibu tahu dengan aturan
4 Apakah bapak/ibu tahu
5 Apakah bapak/ibu tahu dengan aturan
6 Apakah bapak/ibu tahu dengan aturan
3. Sikap masyarakat merupakan kecenderungan masyarakat untuk memberikan
reaksi terhadap tambak udang di sepanjang Pantai Trisik, yang terdiri dari :
a. Aspek kognitif yaitu pengetahuan masyarakat Desa Karangsewu
terhadap tambak udang di sepanjang Pantai Trisik.
Tabel 4. Menunjukkan pengukuran aspek kognitif
NO Indikator Sikap Skor
1 2 3 4
1 Apakah bapak/ibu tahu di sepanjang Pantai
2 Apakah bapak/ibu tahu tambak udang harus
3 Apakah bapak/ibu tahu tambak udang minimal
4 Apakah bapak/ibu tahu kalau pihak tambak
5 Apakah bapak/ibu tahu kalau di sekitar tambak
7 Apakah bapak/ibu tahu
b. Aspek afektif yaitu kesetujuan masyarakat Desa Karangsewu terhadap
tambak udang di sepanjang Pantai Trisik, yang terdiri dari :
Tabel 5. Menunjukkan pengukuran aspek afektif
NO Indikator Sikap Skor
1 2 3 4
1 Apakah bapak/ibu setuju di sepanjang Pantai
2 Apakah bapak/ibu setuju tambak udang harus
3 Apakah bapak/ibu setuju tambak udang minimal
4 Apakah bapak/ibu setuju kalau pihak tambak
5 Apakah bapak/ibu setuju kalau di sekitar tambak
7
c. Aspek konatif yaitu kecenderungan atau perilaku masyarakat Desa
Karangsewu terhadap tambak udang di sepanjang Pantai Trisik, yang
Tabel 6. Menunjukkan pengukuran aspek konatif
Tidak ingin Tidak terlalu ingin
4. Faktor- faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat Desa Karangsewu
terhadap tambak udang di sepanjang Pantai Trisik
a. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah
ditempuh responden sampai saat penelitian dilakukan yakni pada tingkatan
SD, SMP, SMA (sederajat), Akademi/Perguruan Tinggi.
b. Pekerjaan merupakan suatu aktifitas ekonomi yang dilakukan masyarakat
dalam mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
kesehariannya.
c. Umur merupakan tingkat kedewasaan atau usia responden yang dihitung
mulai dari waktu kelahiran sampai pada waktu wawancara dalam satuan
F. Teknik Analisis Data
Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan dalam penggambaran data
karakteristik masyarakat Desa Karangsewu. Analisis deskripitif dipilih karena
dinilai mampu mendeskripsikan dan menggambarkan karakteristik serta sikap
masyarakat Desa Karangsewu. Kemudian, hasil wawancara kuisioner akan
diklasifikasikan dan dihitung persentasenya. Profil masyarakat Desa Karangsewu,
pengetahuan masyarakat Desa Karangsewu tentang peraturan tambak udang dan
sikap masyarakat Desa Karangsewu dapat dilihat dari hasil klasifikasi dan
perhitungan.
Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat Desa karangsewu tentang
peraturan tambak udang dan sikap masyarakat Desa Karangsewu secara
keseluruhan yang meliputi sikap kognitif, afektif dan konatif, dapat diukur dengan
perhitungan interval dan dapat dijelaskan secara deskriptif.
Interval (i) =
1. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat Desa Karangsewu tentang
peraturan tambak udang yang dibuat oleh Paguyuban Petambak Imorenggo
(PPI) di sepanjang Pantai Trisik adalah sebagai berikut.
28-7 Interval (i) = = 5,25
Tabel 7. Tingkat pengetahuan masyarakat Desa Karangsewu tentang peraturan tambak udang yang dibuat oleh Paguyuban Petambak Imorenggo (PPI) di sepanjang Pantai Trisik
Kategori Indikator Sikap Pengukuran Skor
Tidak Baik 7,00 – 12,25
Kurang Baik 12,26 – 17,50
Baik 17,51 – 22,76
Sangat Baik 22,77 – 28,00
Kisaran Skor 7,00 - 28,00
2. Untuk mengetahui kategori sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap
tambak udang (kognitif) adalah sebagai berikut.
Interval (i) = 28-7 =5,25 4
Tabel 8. Tingkat sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang dilihat dari sisi kognitif (pengetahuan)
Kategori Indikator Sikap Pengukuran Skor
Tidak Baik 7,00 – 12,25
Kurang Baik 12,26 – 17,50
Baik 17,51 – 22,76
Sangat Baik 22,77 – 28,00
Kisaran Skor 7,00 - 28,00
3. Untuk mengetahui kategori sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap
tambak udang (afektif) adalah sebagai berikut.
Interval (i) = 48-12 = 9 4
Tabel 9. Tingkat sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang dilihat dari sisi afektif (kesetujuan)
Kategori Indikator Sikap Pengukuran Skor
Tidak Baik 12.00 – 21.00
Kurang Baik 21.01 – 30,01
Baik 30.02 – 39.02
Sangat Baik 39.03 – 48.03
Kisaran Skor 12,00 - 48,00
4. Untuk mengetahui kategori sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap
tambak udang (konatif) adalah sebagai berikut.
Interval (i) = 28-7 =5,25 4
Tabel 10. Tingkat sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang dilihat dari sisi konatif (kecenderungan)
Kategori Indikator Sikap Pengukuran Skor
Tidak Baik 2,00 – 3,50
Kurang Baik 3,51 – 5,01
Baik 5,02 – 6.52,
Sangat Baik 6,53 – 8.03
Kisaran Skor 2,00 - 08,00
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat Desa
Karangsewu terhadap tambak udang di sepanjang Pantai Trisik, dilakukan
perhitungan menggunakan rumus Rank Spearman (rs) dengan rumus sebagai berikut:
rs
= 1
–
Keterangan: rs = Rank Spearman
Jika sudah didapatkan hasil dari perhitungan Rank Spearman, selanjutnya adalah proses pengambilan keputusan dengan penafsiran besaran angka korelasi
menggunakan kriteria dalam Tabel 11 di bawah ini:
Tabel 11. Besaran Angka Korelasi Rank Spearman
Interval koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
IV. KEADAAN UMUM DAERAH
A. Letak Geografis
Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten
Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo,
Karangsewu, Pandowan dan Tirtorahayu yang terbagi dalam 75 pedukuhan, 148
RW, 305 RT dengan luas wilayah 3.291.2325 ha, jumlah penduduk 35.489 jiwa.
Dengan batas wilayah Kecamatan Galur adalah sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Lendah, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia,
sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Srandakan, dan sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Panjatan. Dengan perincian penggunaan lahan
sebagai berikut
Tabel 12. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Galur
Kecamatan Galur dalam angka (BPS)
Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa Kecamatan Galur memiliki lahan
yang paling luas yaitu lahan sawah dengan persentase 37,28% dan lahan tegalan
dengan nilai persentase 29,05%.
Desa Karangsewu merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan
Galur. Desa Karangsewu mempunyai luas wilayah 926,13 Ha dan memiliki 17
pedukuhan. Secara administrasi Desa Karangsewu memiliki batas wilayah yaitu
sebelah barat berbatasan dengan Desa Bugel, sebelah utara berbatasan dengan
No. Penggunaan Lahan Luas Lahan(Ha) Persentase (%)
1. Lahan Pekarangan 217, 8705 6,62
2. Lahan Sawah 1.227,0000 37,28
3. Lahan Tegalan 956,2364 29,05
4. Lain-lain 890,1256 27,05
Desa Tirtorahayu, sebelah timur berbatasan dengan Desa Nomporejo dan sebelah
selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.
Tabel 13. Luas Penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1. Tanah Sawah 264,15 28,52
2. Tanah Kering 374,62 40,45
3. Bangunan 23,24 2,52
4. Lainnya 264,12 28,52
Jumlah 926,13 100,00
Monografi Desa Karangsewu 2012
Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan yang paling
banyak yaitu tanah kering seluas 374,62 Ha yang meliputi tanah pasir dan tanah
pekarangan, kemudian lahan sawah yang meliputi pengairan teknis dan tadah
hujan memiliki luas 264,15 Ha. Sementara tanah bangunan terdiri dari
permukiman/rumah, perkantoran, masjid/mushola, sekolah, kuburan, dan jalan
seluas 23,24 Ha, dan lainnya meliputi rekreasi dan olahraga, pembuatan kolam,
dan tanggul/tempat pengembalaan seluas 264,12 Ha.
B.Topografi dan Kondisi Tanah a. Topografi
Desa Karangsewu terletak di kawasan tepi pantai dengan kondisi topografi
yang landai dan datar. Elevasi ketinggian rata-rata Desa Karangsewu adalah 2-7
meter diatas permukaan laut dengan Sungai Progo sebagai muara serta
sungai-sungai lain yang dimanfaatkan sebagai saluran irigasi dan drainase. Karena hal
tesebut, lahan dipinggir pantai banyak dimanfaatkan untuk membuat kolam
budidaya tambak udang vannamei di daerah tersebut, hal ini dikarenakan untuk
b. Jenis Tanah
Karangsewu merupakan wilayah pesisir alluvial dengan material penyusun
tanah berupa pasir bercampur dengan tanah regosol serta grumusol. Penyebaran
jenis tanah tersebut membuat wilayah desa menjadi cocok untuk budidaya
tanaman pertanian karena tingkat kesuburan yang cukup baik selain juga material
tambahan yang merupakan sedimentasi dari vulkanik gunung Merapi yang
terendapkan lewat aliran sungai Progo. Selain tanaman pertanian, jenis tanah ini
banyak juga dimanfaatkan untuk membuat kolam budidaya tambak udang
vannamei di daeraha tersebut.
C. Kependudukan
1. Penduduk Berdasarkan Usia
Berdasarkan data kependudukan Pemerintahan Desa, jumlah penduduk
Desa Karangsewu yang tercatat, terdiri dari 2.094 KK dengan jumlah total 8.233
jiwa. Jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki 3.966 jiwa, sedangkan
berjenis kelamin perempuan berjumlah 4.267 jiwa. Desa Karangsewu
mempunyai luas 927 Ha, maka dengan jumlah penduduk 8.233 jiwa
didapatkan ratio kepadatan penduduk 889 jiwa/Km². Desa Karangsewu termasuk
desa dengan penduduk golongan usia muda.
sehingga pertumbuhan penduduknya masih tergolong tinggi. Dapat pula dilihat
Tabel 14. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
Monografi Desa Karangsewu 2012
Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa usia penduduk Desa Karangsewu
mayoritas berada dalam golongan usia yang tergolong usia produktif yaitu sebesar
62,71%. Hal ini menunjukan sebagian besar penduduk Desa Karangsewu pada
usia tersebut mereka memiliki kekuatan fisik yang yang bagus dan semangat kerja
yang tinggi.
2. Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu hal yang memiliki peranan penting bagi
setiap orang. Dari pendidikan tersebut orang dapat meningkatkan pola pikir dan
jangkauan wawasan yang lebih luas. Pendidikan dapat dijadikan salah satu ukuran
kemajuan suatu daerah, faktor penyebab perubahan sikap, tingkah laku dan pola
pikir seseorang. Selain itu, tingkat pendidikan yang dimiliki oleh suatu
masyarakat pada suatu daerah menunjukan keadaan sosial penduduknya dan
tingkat kemajuan pada daerah tersebut.
Dalam dunia pertanian bahkan perikanan dalam menerima teknologi dan
pengetahuan baru ditentukan oleh tingkat pendidikan penduduk setempat.
Pendidikan Desa Karangsewu dapat dilihat pada tabel 15 berikut:
No. Golongan Usia Jenis Kelamin Jumlah Persentase
(%) Laki-laki Perempuan
1 0 – 15 tahun 1036 1115 2151 26,13
2 16 – 60 tahun 2518 2645 5163 62,71
3 >61 412 507 919 11,16
Tabel 15. Pendidikan Penduduk Desa Karangsewu
No. Uraian Jumlah Persentase (%)
1 Tidak Tamat SD 638 28.70
2 Tamat SD 362 16.28
3 Tamat SLTP 481 21.64
4 Tamat SLTA 599 26.95
5 Tamat Perguruan Tinggi 143 6.43
6 Kejar Paket yang mengikuti Ujian Persamaan :
a. SD 0 0.00
b. SLTP 0 0.00
Jumlah 2223 100.00
Monografi Desa Karangsewu
Dari Tabel 15 dapat diketahui bahwa pendidikan penduduk Desa
Karangsewu telah menempuh pendidikan, meskipun masih sebagian besar
penduduk yang tidak tamat SD yaitu sebanyak 28,70%. Namun, tingkat
pendidikan penduduk Desa Karangsewu sebagian besar lagi yaitu tamatan
SLTA/SMA sebanyak 26,95%. Kemudian ada pula yang tamatan perguruan tinggi
sebanyak 6.43%. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran penduduk Desa
Karangsewu terhadap pendidikan sudah cukup tinggi, dan akan berpengaruh
dalam upaya penerapan, pengolahan dan usaha untuk meningkatan produksi baik
dalam sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan sektor lainnya di desa tersebut.
D. Perekonomian Desa
Potensi perekonomian Desa Karangsewu sangat variatif yang terdiri sektor
pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, industri dan pariwisata. Kegiatan
pertanian di Desa Karangsewu menyerap sebanyak 3.341 tenaga yang terdiri dari
pemilik, dan buruh tani, selain itu sebanyak 1.000 penduduk bergerak di
merupakan nelayan yang melaut baik merupakan pemilik kapal ataupun buruh
nelayan. Selain itu, mayoritas penduduk bergerak di sektor perdagangan baik
produk ataupun jasa. Potensi perikanan berupa bandeng, lele, gurame, dan yang
merupakan sektor penopang roda ekonomi desa. Perikanan ini dibudidayakan di
pekarangan-pekarangan warga karena tidak memerlukan area yang luas.
Sedangkan sektor peternakan yang juga cukup berkembang baik dimana ternak
sapi 962 orang merupakan peternak sapi, serta peternak ayam buras sebesar
2.062 orang.
E. Sarana Transportasi
Sarana Transportasi merupakan perpindahan atau pergerakan orang,
barang, informasi, untuk tujuan spesifik dari satu tempat ke tempat lain. Peranan
transportasi yaitu memungkinkan manusia dan barang bergerak/berpindah tempat
dengan aman dan cepat. Dengan transportasi peralatan atau kebutuhan dapat
sampai ke tempat produksi dan dengan transportasi hasil produksi dapat
dipasarkan. Dengan demikian sarana transportasi berfungsi sebagai sektor
penunjang pembangunan dan pemberi jasa bagi perkembangan ekonomi
khususnya Desa Karangsewu. Adapun jumlah sarana transportasi yang terdapat di
Tabel 16. Sarana Transportasi Desa Karangsewu 2012
No. Jenis Prasarana Jumlah Persentase (%)
1.
Kendaraan Umum Roda Empat : a. Bis (yang trayeknya melewati
Desa) Kendaraan Tidak Bermotor Roda Dua Kereta Api
Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa transportasi di Desa
Karangsewu sudah cukup tersedia, sehingga dapat menunjang dan memperlancar
dalam kegiatan usaha udang vannamei. Dengan tersedianya transportasi truk dan
colt pick up akan membantu memudahkan untuk memasarkan hasil panen udang
ke pasar atau bahkan daerah lainnya.
F. Keadaan Perikanan
Potensi sektor perikanan di Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu
sektor andalan Kabupaten Kulon Progo. Potensi perikanan sangat berkaitan erat
dengan kondisi sosial ekonomi pada sumber daya kelautan meliputi perikanan
budidaya maupun perikanan tangkap. Perikanan budidaya dikawasan pesisir
Kabupaten Kulon Progo memungkinkan untuk dikembangkan yakni udang,
gurami dan lele. Namun, karena tekstur pasir di pesisir Kulon Progo
konstruksi khusus, yakni (tambak plastik/biokrit), dan hal ini membutuhkan
modal yang cukup besar selain cara pengembangan khusus yang memerlukan
pengetahuan. Berikut ini adalah data potensi perikanan sumberdaya kelautan dan
perikanan tangkap.
Potensi perikanan Desa Karangsewu meliputi perikanan budidaya maupun
perikanan tangkap. Permasalahan yang dihadapi di Desa Karangsewu yakni
minimnya sarana melaut nelayan dan juga masih sangat terbatasnya peralatan
melaut. Aksesibilitas jalan yang masih terbatas dengan jalan yang sempit
menyebabkan akses menuju TPI menjadi terkendala. Selain itu kemampuan
sumberdaya manusia yang bergelut di perikanan tangkap menjadi permasalahan
yang berpengaruh pada hasil tangkapan.
1. Budidaya Udang Vannamei
a. Persiapan Lahan (Kolam)
Persiapan Lahan merupakan kegiatan pengolahan lahan mulai dari
membuat petak lahan/kolam, pemasangan mulsa, pemberian kapur dan pengisian
air sebelum benur ditebar kedalam petak kolam.
b. Penebaran Benur
Penebaran benur dilakukan dengan cara adaptasi benur dengan air kolam
terlebih dahulu dengan memasukan benur yang berada didalam plastik ke kolam,
kemudian di ciprati air, apabila benur yang didalam plastik sudah beruap
kemudian ikatan plastik dibuka. Apabila sebagian benur mulai keluar dari plastik
itu menandakan bahwa benur-benur tersebut sudah beradaptasi dengan air yang
c. Pemberian Pakan
Pemberian pakan dilakukan 4 kali sehari dalam waktu 4 jam sekali. Jenis
pakan yang diberikan adalah pelet. Pemberian pakan dilakukan dengan melihat
usia benur apabila semakin besar usia benur maka pakan yang diberikan akan
semakin banyak.
d. Pemeliharaan dan pengendalian penyakit
Pemeliharaan dan pengendalian dilakukan dengan cara mengganti mulsa
yang sudah rusak, mengontrol kualitas air dengan cara mengganti atau menambah
air apabila air sudah terlihat bening, memberi pakan secara teratur, melakukan
penyiponan apabila kotoran udang sudah teralu banyak. Jenis penyakit yang
sering menyerang udang adalah white feces desease (berak putih) dan myo (ekor dan sebagian badan merah).
e. Panen
Pemanenan udang Vannamei dilakukan setelah udang berusia 90-120 hari.
Pemanenan dilakukan dengan cara parsial dan langsung habis. Namun, apabila
udang terkena penyakit myo ataupun berak putih udang harus segera dipanen,
karena pertumbuhan udang tidak akan baik lagi dan apabila tidak dijual segera,
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Masyarakat Desa Karangsewu
Profil masyarakat Desa Karangsewu merupakan gambaran identitas yang
dapat menonjolkan karakteristik diri seseorang yang membedakan dirinya dengan
masyarakat lainnya. Profil masyarakat Desa Karangsewu meliputi jenis kelamin,
umur, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Berikut penjelasan profil masyarakat
Desa Karangsewu dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 17. Profil Masyarakat Desa Karangsewu
Identitas Diri Jumlah (orang) Persentase (%)
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin. Jenis kelamin adalah pembeda antara responden satu dengan yang lain dilihat sisi seksualitasnya. Jenis kelamin dalam penelitian ini dibedakan
responden masyarakat Desa Karangsewu secara keseluruhan berjenis kelamin
laki-laki.
Umur. Umur merupakan tingkat kedewasaan atau usia masyarakat Desa Karangsewu yang dihitung mulai dari waktu kelahiran sampai pada waktu
wawancara dalam satuan tahun. Menunjukkan bahwa usia termuda masyarakat
Desa Karangsewu adalah 24 tahun, usia tertua adalah 56 tahun dan usia yang
paling banyak (26 orang) antara 46-56 tahun. Masyarakat Desa Karangsewu
memiliki potensi sumber daya manusia yang sangat besar karena pada tingkst
umur tersebut masyarakat Desa Karangsewu berada pada usia yang masih mampu
bekerja dengan maksimal. Selain itu, potensi sumber daya manusia yang potensial
tersebut dapat membawa perubahan yang lebih baik pada Desa Karangsewu di
masa yang akan mendatang karena usia penduduk berada pada tingkat produktif.
Pendidikan. Pendidikan adalah suatu kondisi jenjang pendidikan yang dimiliki oleh seseorang melalui pendidikan formal yang digunakan oleh pemerintah serta
disyahkan oleh pendidikan. Dalam penelitian ini jenjang pendidikan yang
digunakan terdiri dari 3 jenjang yaitu SD, SMP,dan SMA. Menunjukkan bahwa
masyarakat Desa Karangsewu yang berjumlah 60 orang, mayoritas (33 orang)
berpendidikan SMA dengan persentase 55%, dan sebanyak 14 orang
berpendidikan SD dengan persentase 23.33%. Sedangkan yang berpendidikan
SMP sebanyak 13 orang dengan persentase 21.67%. Berdasarkan pengamatan
terhadap data yang penulis dapatkan, penduduk Desa Karangsewu merupakan
penduduk yang mayoritas berpendidikan SMA. Hal ini menunjukkan bahwa
oleh penduduk yang berlulusan SMA, masuknya informasi serta ilmu
pengetahuan dari bangku pendidikan akan mendukung pola pikir yang mampu
membawa perubahan pada sesuatu yang lebih baik di masa yang akan datang.
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka masyarakat Desa Karangsewu akan lebih
terbuka dalam hal-hal baru terutama dalam bersikap terhadap keberadaan tambak
udang di sepanjang Pantai Trisik.
Pekerjaan. Pekerjaan adalah suatu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang. Masyarakat Desa
Karangsewu bekerja sebagai tani yaitu sebesar 40%, masyarakat Desa
Karangsewu sebagian besar bertani karena dilihat dari sisi lahan persawahannya
cukup luas. Para petani tersebut masih mempunyai kemampuan untuk berusaha,
sehingga kegiatan pertanian yang paling mudah untuk dijadikan sebagai
pekerjaan. Wiraswasta berjumlah 19 orang dengan persentase 31.67%, sebagai
karyawan swasta 16 orang dengan persentase 26.67%. Serta buruh terdapat satu
orang dengan persentase 1.67%, bekerja sebagai buruh karena tidak mempunyai
lahan atau sawah untuk bertani, pekerjaan buruh yang sering dilakukan yaitu kerja
serabutan seperti cuci tambak, pasang mulsa untuk kolam tambak, panen udang,
B. Paguyuban Petambak Imorenggo 1. Latar Belakang
Semenjak kian maraknya kegiatan pembuatan tambak di wilayah pesisir
pantai selatan yang dimulai sekitar delapan bulan yang lalu, kami warga
masyarakat Imorenggo khususnya, merasa sangat prihatin dengan keseimbangan
ekosistem alam yang kian terancam, namun disisi lain, dengan adanya tambak
udang memang membuka/ meningkatkan kesejahteraan masyarakat diantaranya
warga masyarakat dapat ikut serta dalam penanaman modal usaha, juga dapat
menciptakan lapangan pekerjaan baik mulai dari pembuatan tambak, perawatan,
pemanenan maupun rehabilitasi tambak dan untuk meningkatkan pembangunan
sarana dan prasarana fasilitas umum, dari pihak investor tambak udang akan
memberikan kontribusi ke pedukuhan Imorenggo yang nantinya akan dikelola
oleh paguyuban ini.
Selain itu, dengan adanya tambak udang juga menjadi salah satu aspek
daya tarik wisatawan untuk mengunjungi Desa Wisata Agro Bahari Imorenggo
yang secara otomatis juga membawa manfaat bagi masyarakat Imorenggo yang
bergerak di bidang kuliner khususnya.
Dengan berdasar fakta-fakta yang terjadi di lapangan tersebut diatas, kami
perwakilan tokoh masyarakat Imorenggo pada hari Sabtu tanggal 3 Mei 2014 jam
20.00 bertempat di rumah Bapak Sapto Raharjo bermusyawarah dan mufakat
membentuk suatu kelompok pengendali dan pelestari lingkungan dengan nama
aturan pembuatan tambak, kewajiban pemilik tambak terhadap masyarakat
Imorenggo dan kesanggupan PPI kepada pemilik tambak.
2. Tujuan
1. Pengendalian pembuatan/ usaha tambak udang
2. Pelestarian alam khususnya gumuk pasir sempadan pantai selatan
3. Meningkatkan SDM masyarakat
4. Mengurangi angka pengangguran
5. Menjaga dan meningkatkan keamanan dan ketertiban
6. Menciptakan kerjasama dan keharmonisan antara investor dan warga
masyarakat
3. Manfaat
1. Meningkatkan pendapatan masyarakat/ SDM
2. Menciptakan kelestarian alam (khususnya hutan tanaman lindung di
pesisir pantai)
3. Terkendalinya proses pembuatan/ usaha tambak udang
4. Meningkatkan kunjungan wisatawan
5. Meningkatkan pembangunan infrastruktur fasilitas umum
6. Menciptakan keamanan dan ketertiban
7. Menciptakan keharmonisan masyarakat
4. Sasaran Kegiatan
1. Masyarakat Imorenggo dan sekitarnya
2. Kelestarian alam
4. Peningkatan pembangunan infrastruktur fasilitas umum
5. Rencana Kegiatan
a. Jangka Pendek
- Konservasi gumuk pasir
- Pemasangan plakat idetitas masing-masing tambak
- Legalitasi PPI
- Penertiban pendaftaran pelaku usaha budidaya tambak
b. Jangka Menengah
- Merealisasikan penerangan jalan
- Konservasi selatan gumuk pasir
- Perawatan mangrove
- Pembersihan dan perawatan jalan
- Membantu pelaksanaan dan pendanaan kegiatan-kegiatan pedukuhan
Imorenggo
c. Jangka Panjang
- Konservasi dan perawatan mangrove
- Pengadaan jaringan listrik untuk usaha budidaya udang
- Membantu pelaksanaan dan pendanaan pembangunan infrastruktur
pedukuhan Imorenggo
6. Susunan Pengurus
Penasehat : 1. Anton Hermawan (Kepala Desa Karangsewu) 2. Solichin (Kepala Dusun XVII Imorenggo)
2. Samroni Bendahara : 1. Sudiyanto
2. Sapto Raharjo Seksi-seksi :
Humas : 1. Eko Purwanto 2. Muridin
3. Taufik Mulyono Keamanan : 1. Hariyanto
2. Iskak 3. Suminto
7. Anggota : Warga masyarakat Imorenggo dan sekitarnya
C. Pengetahuan Masyarakat Desa Karangsewu Tentang Peraturan Tambak Udang yang Dibuat Oleh Paguyuban Petambak Imorenggo
Paguyuban Petambak Imorenggo mempunyai peraturan dalam budidaya
tambak udang, peraturan tersebut untuk mencegah terjadinya pembuatan tambak
udang yang merugikan masyarakat Desa Karangsewu.
Peraturan tambak udang yang dibuat oleh Paguyuban Petambak Imorenggo
antara lain: Pembuatan tambak tidak boleh di selatan gunungan yang ada di
sempadan pantai (harus di utara gunungan). Pembuatan tambak minimal dua
meter dari bibir jalan aspal dan minimal setengah meter dari batas lahan
sebelahnya. Pembuatan tambak dilarang merusak gunungan sempadan pantai ke
selatan sampai laut kecuali untuk sementara pemasangan paralon dan sebagainya
dan setelah selesai wajib memulihkan minimal seperti sebelumnya. Pihak tambak
wajib menanam, merawat dan menjaga tanaman mangrove atau tanaman lindung
khususnya di gunungan sempadan pantai ke selatan. Pihak tambak wajib menjaga
ekosistem lingkungan. Menjaga dan meningkatkan kerjasama dengan masyarakat
atau lingkungan sekitar. Setelah masa kerjasama antara pemilik tambak dan
seperti semula (kecuali ada perjanjian khusus). Adapun peraturan tambak udang
yang dibuat oleh Paguyuban Petambak Imorenggo dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 18. Kognitif Masyarakat Desa Karangsewu Tentang Peraturan Tambak Udang yang Dibuat Oleh Paguyuban Petambak Imorenggo (PPI)
1. Tidak di selatan gunungan, harus di utara gunungan
Skor Jumlah (orang) Persentase (%)
4 = Sangat tahu 0 0
3 = Tahu 54 90
2 = Kurang tahu 6 10
1 = Tidak tahu 0 0
Jumlah 60 100
2. Dua meter dari bibir jalan aspal
4 = Sangat tahu 2 3.33
3 = Tahu 52 86.7
2 = Kurang tahu 6 10
1 = Tidak tahu 0 0
Jumlah 60 100
3. Dilarang merusak gunungan
4 = Sangat Tahu 0 0
3 = Tahu 54 90
2 = Kurang tahu 6 10
1 = Tidak tahu 0 0
Jumlah 60 100
4. Petambak menjaga tanaman pelindung
4 = Sangat tahu 1 1.67
3 = Tahu 53 88.3
2 = Kurang tahu 6 10
1 = Tidak tahu 0 0
Jumlah 60 100
5. Wajib menjaga kebersihan lingkungan
4 = Sangat tahu 2 3.33
3 = Tahu 52 86.7
2 = Kurang tahu 6 10
1 = Tidak tahu 0 0
Jumlah 60 100
6. Meningkatkan kerja sama dengan masyarakat
4 = Sangat tahu 2 3.33
3 = Tahu 52 86.7
2 = Kurang tahu 6 10
1 = Tidak tahu 0 0
Jumlah 60 100
7. Setelah selesai mengembalikan lahan seperti semula
Pembahasan pengetahuan masyarakat Desa Karangsewu tentang peraturan
tambak udang yang dibuat oleh Paguyuban Petambak Imorenggo, dapat dilihat
pada uraian dibawah ini:
a. Tidak di selatan gunungan, harus di utara gunungan.
Bahwa masyarakat Desa Karangsewu 90% mengetahui dengan aturan
tersebut, masyarakat beranggapan bahwa tambak udang jika diselatan gunungan
akan merusak gumuk pasir dan akan mengakibatkan abrasi serta merusak
lingkungan. jika di utara gunungan petambak harus merawat tambaknya supaya
lahan atau pasir.
Adapun 10% kurang mengetahui dengan adanya butir peraturan tidak di
selatan gunungan, harus di utara gunungan, hal ini dikarenakan mereka
kekurangan informasi dari masyarakat sekitar, mereka hanya mengetahui sebagian
dari butir peraturan tersebut. Mereka sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak
sempat dalam mengikuti paguyuban. Mayoritas responden yang tidak mengetahui
butir peraturan adalah mereka yang bekerja sebagai karyawan swasta atau di
pabrik rokok dan tidak mempunyai waktu luang untuk mengikuti sosialisasi
maupun ikut paguyuban, sehingga informasi yang didapatkan berkurang.
b. Dua meter dari bibir jalan aspal.
Menunjukkan bahwa masyarakat Desa Karangsewu mengetahui aturan
tambak dua meter dari bibir jalan aspal, responden mengetahui butir aturan
tersebut karena mayoritas pernah melewati dan melihat langsung dengan obyek
atau tambak udang bahwa dalam membuat tambak minimal dua meter dari bibir
tidak cepat rusak terkena galian sekitar tambak, responden yang mngetahui butir
peraturan yaitu sebesar 86.67%.
Adapaun 3.33% menunjukkan masyarakat Desa Karangsewu sangat
mengetahui dengan adanya butir aturan tambak udang yang dibuat oleh
Paguyuban Petambak Imorenggo tersebut dikarenakan mereka adalah petani yang
mempunyai lahan di sekitar tambak udang yang sering melewati obyek tersebut,
sehingga mereka sangat mengetahui.
c. Dilarang merusak gunungan.
Menunjukkan bahwa masyarakat Desa Karangsewu mengetahui dengan
adanya butir aturan dilarang merusak gunungan sebesar 90%, responden
beranggapan bahwa dengan adanya gunungan sebagai pembatas pembuatan
tambak udang dan gunungan itu bisa mencegah air laut yang merusak tambak
udang yang bisa mengakibatkan abrasi. Adapun 10% menunjukkan bahwa
masyarakat Desa Karangsewu kurang mengetahui dengan aturan tambak udang
yang dibuat oleh Paguyuban Petambak Imorenggo tersebut, mereka kurang
mengetahui karena tidak ikut dalam paguyuban petambak imorenggo dan mereka
kurang mengetahui dampak dari kerusakan gunungan, mayoritas mereka adalah
responden yang bekerja sebagai karyawan dan kurang mempunyai waktu untuk
ikut bersosialisasi.
d. Petambak menjaga tanaman pelindung
Menunjukkan bahwa masyarakat Desa Karangsewu sangat mengetahui
butir aturan petambak menjaga tanaman pelindung, hal ini bisa dilihat di sekitaran