• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PELAYANAN ASURANSI KECELAKAAN DIRI PADA AJB BUMI PUTERA 1912 KANTOR CABANG ASURANSI KUMPULAN (ASKUM) YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SISTEM PELAYANAN ASURANSI KECELAKAAN DIRI PADA AJB BUMI PUTERA 1912 KANTOR CABANG ASURANSI KUMPULAN (ASKUM) YOGYAKARTA"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PELAYANAN ASURANSI KECELAKAAN DIRI PADA AJB BUMI PUTERA 1912 KANTOR CABANG ASURANSI KUMPULAN (ASKUM) YOGYAKARTA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Sebutan Vokasional Ahli Madya ( A.Md ) dalam Bidang

Manajemen Administrasi

Oleh : Tony Hariyanto

D.1506113

PROGRAM DIPLOMA III MANAJEMEN ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

iv

MOTTO

“ Menarik Hikmah, Jangan Menyerah ”

“ Berpikir Positif dan Berjiwa Besar ”

“ Dzikir Dalam Hati Akan Membuat Sesuatu

Terjadi, Kekuatan Doa Akan Memberikan

Segalanya ”

“ Berani SUKSES Artinya Berani Mengambil

(3)

PERSEMBAHAN

♦ Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah di berikan

♦ Kepada Bapak dan Ibu yang telah merawat, membesarkanku dan yang selalu mendoakan, membimbing, mendukung dan memberikan semangat serta dorongan yang tiada hentinya

♦ Kepada kakakku semua yang tersayang, m’eko, mb’dwi, m’en serta keluarga besarku yang memberi motivasi dan insipirasi buat aku

♦ Via yang telah memberi dukungan, kasih sayang, motivasi, semangat dan inspirasi kepada aku. ♦ Keluarga Bapak Sulaeman, Mbah, dek Rita & dek Wulan, makasih buat semuanya

♦ Keluarga Besar D III FISIP MA 2006 dan teman-teman jurusan lain ♦ Orang-orang yang selalu memberi dukungan buat aku

♦ Almamater yang kubanggakan ♦ Aku dan masa depanku

(4)

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “SISTEM PELAYANAN ASURANSI KECELAKAAN DIRI PADA AJB. BUMIPUTERA 1912 Kc ASKUM YOGYAKARTA”.

Tugas Akhir ini disusun dan diajukan dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh sebutan Vokasional Ahli Madya (A.Md) dalam bidang Manajemen Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (UNS).

Dengan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, saya menyadari sepenuhnya bahwa yang tersusun dalam tugas akhir ini masih jauh dari sempurna sehingga saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun guna penulisan yang lebih baik selanjutnya.

Kami yakini bahwa penyusunan tugas akhir ini tidaklah akan terwujud bila tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait untuk mewujudkan penyusunan tugas akhir ini, maka melalui kata pengantar ini tidaklah berlebihan kiranya bila kami menyampaikan kata terima kasih yang sebesar-besarnya yang terhormat kepada :

1. Bapak Drs. Supriyadi SN, SU, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Sakur, MS, selaku Ketua Program Diploma III Manajemen Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Agung Priyono, M.Si, selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan memberi semangat dalam penyusunan Tugas Akhir.

4. Ibu Dra. Kristina Setyowati M.si, selaku pembimbing akademis yang telah memberi bimbingan selama menjadi mahasiswa.

5. Bapak Murkadi, selaku Pimpinan Kc Askum AJB BumiPutera Yogyakarta

6. Seluruh karyawan beserta staff Askum AJB Bumiputera 1912 yang telah memberikan bimbingan serta informasi yang penulis butuhkan selama melaksanakan magang terutama kepada Ibu Erna Widyastuti, S. Si, AAi. J, Ibu Lilis Sugiarti, Ibu Safitriani Dewi, SE, Bapak Aris Darmawan, Ibu Thri Wahyuningsih, dan Bapak R. Arif Suryohandaru, SE

7. Bapak dan Ibu tercinta yang telah membesarkan, mendidik, menyanyangi dan memberi kepercayaan kepada penulis.

(5)

selama menjalani hidup di perantauan.

9. Teman – teman kelas MA A / B, terima kasih atas persahabatannya terutama Putra, Sunar, Ongky, Ndaru, Anto, Mbah Darmo, Rohmat dan Sidik, kebersamaan bersama kalian takkan pernah terlupakan..

10. Semua pihak yang telah membantu dan memudahkan penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir dengan lancar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan. Harapan penulis semoga tugas akhir ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan dan pengalaman bagi semua pihak yang membutuhkan serta bermanfaat pula pada perkembangan ilmu Manajemen Administrasi.

Surakarta, Juni 2009 Hormat Kami,

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN MOTTO...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

KATA PENGANTAR...vi

DAFTAR ISI...viii

(6)

DAFTAR LAMPIRAN...xi ABSTRAK...xii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Perumusan Masalah 3

C. Tujuan Pengamatan 4

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sistem Pelayanan Asuransi Kecelakaan Diri...5

a. Pengertian Sistem 5

b. Pengertian Pelayanan 6

c. Pengertian Asuransi 11

d. Pengertian Kecelakaan Diri 14

B. Metode Pengamatan 17

a. Sumber Data 17

b. Teknik Pengumpulan Data 18 c. Teknik Analisa Data 18

BAB III : DESKRIPSI PERUSAHAAN

A. Gambaran Umum Tentang AJB. Bumiputera 1912...20 Kelahiran AJB. Bumiputera 1912 20

b. Perjalanan Bumiputera 1912...25 c. Nilai Perjuangan AJB Bumiputera 1912...27 B. Bentuk Usaha Bersama 28

C. Tujuan Berdirinya Bumiputera 1912 29 1.Masa Kelahiran Bumiputera 1912 29

2. Masa Pembangunan 29

(7)

E. Pengertian Asuransi Jiwa 30 F. Sumber Hukum Asuransi Jiwa 31 G. Produk Dasar Asuransi Jiwa 31 H. Karakteristik Produk Askum 33 I. Istilah-istilah yang Berlaku Pada Askum 36

BAB IV : PEMBAHASAN

A. Cara Pemberian Pelayanan Pada Nasabah 39 1.Pelayanan Pengajuan Surat Penutupan 40

2. Underwriting Asuransi Kumpulan 42

3. Pelayanan Klaim 48

4. Pembayaran Premi 54

5. Pelayanan Habis Kontrak 55 B. Data Nasabah 56

BAB V : KESIMPULAN & SARAN

Kesimpulan 60

Saran 61

(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dekade terakhir, perusahaan yang bergerak di bidang jasa semakin meningkat, namun hal ini tidak semuanya mendasar pada kualitas pelayanan yang ditawarkan. Peningkatan kualitas akan jasa yang diberikan semakin mendapat banyak perhatian bagi perusahaan–perusahaan jasa. Hal ini disebabkan karena kualitas jasa dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai keunggulan dalam persaingan. Kualitas yang diberikan oleh perusahaan, akan menimbulkan persepsi konsumen terhadap kualitas yang diberikan kepadanya.

Seringkali terdapat perbedaan antara harapan konsumen dengan persepsi konsumen terhadap kualitas yang diberikan oleh perusahaan. Persepsi pelanggan terhadap kepuasan merupakan penilaian subyektif dari hasil yang diperolehnya. Harapan pelanggan bersumber dari faktor pemasaran yang terkendali seperti harga, promosi dan faktor–faktor lain yang menunjang pemasaran. Untuk mengetahui apakah perusahaan telah memberikan kualitas jasa yang sesuai dengan harapan konsumen, maka perlu dilakukan evaluasi (penilaian) dari konsumennya agar perusahaan tetap exist (hidup) dan semakin berkembang ketika situasi persaingan mengalami banyak perubahan. Perubahan tersebut terjadi karena tingkah laku dari para pesaing itu sendiri.

Pesaing baru mungkin akan masuk dalam arena persaingan. Perusahaan-perusahaan yang tidak begitu menonjol/kecil, mungkin akan diambil alih oleh perusahaan yang lebih besar. Perusahaan yang tidak mampu mempertahankan pelanggannya, akan kalah oleh pesaing–pesaing baru dengan strategi yang dimiliki pesaing tersebut.

Pada situasi persaingan di bidang jasa yang semakin ketat, suatu perusahaan dituntut untuk bisa bertindak secepat mungkin guna mengatasi permasalahan yang mungkin terjadi. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas pelayanan terutama pada perusahaan jasa. Dengan

(13)

adanya peningkatan kualitas jasa yang baik, maka dapat menimbulkan suatu loyalitas konsumen dan berkemungkinan besar menarik konsumen baru.

Konsumen yang telah loyal pada suatu produk dalam perusahaan jasa, juga dapat diartikan konsumen tersebut merasa terpuaskan kebutuhannya sehingga melakukan pembelian lebih dari sekali. Hal tersebut sangat menguntungkan perusahaan, karena melalui terpuasnya kebutuhan konsumen, maka konsumen tidak akan melirik perusahaan lain dan kemungkinan besar terjadi promosi gratis dalam bentuk ”mulut ke mulut” yang dilakukan oleh konsumen loyal kepada konsumen lainnya.

Pelaksanaan pelayanan jasa dilakukan oleh suatu perusahaan yang bergerak di bidang jasa dengan memberikan kualitas pelayanan (service) yang terbaik bagi konsumen dengan tujuan untuk menciptakan kepuasan konsumen sehingga konsumen cenderung akan menjadi pelanggan setia pada perusahaan tersebut.

Perusahaan yang bergerak di bidang jasa, salah satunya adalah perusahaan asuransi. Jasa asuransi semakin menjamur di berbagai segi kehidupan. Hal ini disebabkan karena banyaknya produk–produk jasa yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi. Mulai dari asuransi jiwa, asuransi kendaraan hingga asuransi bangunan/gedung telah ditawarkan guna mewaspadai terjadinya sesuatu hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan hingga mengakibatkan kematian ataupun bencana alam.

Semakin banyaknya perusahaan asuransi dan produk yang ditawarkan, memberikan banyak pilihan kepada seseorang atau pun suatu organisasi untuk menentukan asuransi yang diinginkan. Begitu banyak bermunculan perusahaan asuransi di Indonesia, namun hanya sebagian kecil yang masih tetap exsis sejak dari dulu.

Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera sebagai badan usaha yang bergerak di sektor jasa khususnya asuransi jiwa, dituntut untuk dapat menciptakan bisnis dengan memberikan pelayanan semaksimal mungkin dalam upaya tetap unggul untuk persaingan jangka panjang dengan memberikan jaminan kepastian dalam pelayanan kesehataan bagi nasabahnya.

(14)

”Asuransi jiwa menyediakan lembaga bagi orang–orang untuk dapat secara sistematis menciptakan jaminan keuangan bagi keluarganya dan/atau bagi perusahaannya. Ia juga merupakan sumber modal yang penting bagi perusahaan dan industri sehingga dengan demikian ia menunjang perekonomian.” (A. Hasymi Ali, 1993 : 76)

Peningkatan minat masyarakat akan asuransi jiwa, mendorong AJB Bumiputera 1912 untuk melayani masyarakat dalam jumlah besar pada suatu wadah kumpulan atau organisasi. Bagian tersebut yaitu divisi asuransi kumpulan (askum). AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta dengan sekuat tenaga memberikan kepuasan pelayanan agar nasabah tidak kecewa dengan kinerja perusahaan. Sistem pelayanan harus dibuat secara sederhana, tidak berbelit-belit dan sesuai standar yang telah ditetapkan perusahaan.

Untuk itu perusahaan harus mampu melakukan desain ulang sistem pelayanannya, jika pelayanan yang diberikan tidak atau belum bisa memuaskan pelanggan. Pelayanan yang diberikan AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta salah satunya yaitu dalam asuransi kecelakaan diri. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui sejauh mana ”SISTEM PELAYANAN ASURANSI KECELAKAAN DIRI PADA AJB BUMIPUTERA 1912 KANTOR CABANG

ASKUM YOGYAKARTA ” sebagai judul Tugas Akhir ini.

B. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : ” Bagaimana sistem pelayanan asuransi kecelakaan diri pada AJB. Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta?”.

C. Tujuan Pengamatan

Dalam pelaksanaan suatu kegiatan, pada dasarnya selalu mempunyai tujuan. Demikian juga dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Manajemen Administrasi (KKMA) ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Tujuan Operasional

a. Untuk mengetahui dan memperoleh suatu gambaran mengenai sistem pelayanan asuransi kecelakaan diri pada AJB. Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta b. Untuk membantu meningkatkan kualitas pelayanan terutama pada asuransi kecelakaan diri.

(15)

2. Tujuan Fungsional

a. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya tentang bidang pelayanan asuransi kecelakaan diri terutama dalam perannya membantu meningkatkan kualitas pelayanan asuransi kecelakaan diri.

3. Tujuan Individu

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka pada kegiatan pengamatan bertujuan untuk mengkaji teori-teori tentang masalah yang dirumuskan, selain itu tinjauan pustaka juga merupakan landasan dalam menyelesaikan pengamatan. Pada bab ini penulis akan menguraikan tinjauan pustaka yang akan digunakan untuk menganalisa setiap variabel dari sistem pelayanan asuransi kecelakaan diri pada AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta.

D. Pengertian Sistem Pelayanan Asuransi Kecelakaan Diri

Sistem Pelayanan Asuransi Kecelakaan Diri adalah kesatuan atau kumpulan bagian subsistem–subsistem yang saling terjalin satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan yaitu kepuasan pengguna dengan jalan melayani atau memberi bantuan kepada orang lain di dalam suatu perusahaan jasa yang menawarkan perlindungan diri dari kecelakaan.

1. Pengertian Sistem

Setiap sistem merupakan bagian dari sistem lain yang lebih besar dan terdiri dari berbagai sistem yang lebih kecil yang disebut subsistem. Suatu sistem sangat diperlukan dalam setiap organisasi. Tanpa sistem, sebuah organisasi tidak akan mampu menjalankan usahanya. Ada berbagai pendapat mengenai definisi sistem itu sendiri, antara lain :

a. Sistem adalah setiap sesuatu yang terdiri atas obyek–obyek atau unsur– unsur atau komponen–komponen yang bertata kaitan atau bertata hubungan satu sama lain sedemikian sehingga unsur–unsur tersebut merupakan satu kesatuan pemprosesan atau pengolahan yang tertentu.

( S. Prayudi Atmosudirjo, 1979: 231 )

b. Sistem merupakan kumpulan dan komponen yang saling berinteraksi atau saling bergantung yang dikoordinasikan sedemikian rupa sehingga

(17)

membentuk suatu kebulatan dan diorganisir untuk mencapai tujuan. ( Radiosunu, 1982 : 7 )

c. Sistem adalah kesatuan jumlah sarana yang saling berkaitan satu dengan lainnya dan secara bersama–sama mengolah rangsang (masukan, input) yang berasal dari lingkungan untuk menghasilkan suatu reaksi (output).

( R. Matindas, 1997 : 5 )

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, istilah sistem mempunyai beberapa pengertian yaitu :

1) Sekelompok bagian–bagian yang bekerja bersama–sama untuk melakukan sesuatu maksud.

2) Sekelompok dari pendapat, peristiwa, kepercayaan dan sebagainya yang disusun dan diatur baik–baik.

3) Cara atau metode yang teratur untuk melakukan sesuatu. ( Ig. Wursanto, 1995 : 20 )

Tidak ada sebuah sistem yang bisa berlaku untuk semua organisasi. Bagi masing–masing organisasi, sistem harus dipelajari, dirancang dan dikembangkan sendiri–sendiri sesuai dengan tujuan organisasinya. Tetapi, apapun bentuk dan bagaimanapun corak suatu sistem, tujuan terakhir dan cita–cita tertinggi dari penelaahan–penelaahan terhadap sistem dalam organisasi ialah mencapai target/sasaran yang diinginkan organisasi tersebut.

2. Pengertian Pelayanan

Pelayanan adalah kunci keberhasilan dalam berbagai usaha atau kegiatan yang bersifat jasa. Terdapat berbagai macam definisi mengenai pelayanan seperti yang dikemukakan oleh A.S. Moenir dalam bukunya Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, bahwa pelayanan umum dapat diartikan sebagai “suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor materiil melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya”(1995 : 26).

(18)

Melayani yaitu membantu menyediakan ( menyiapkan ) apa-apa yang diperlukan seseorang (1989 : 504), jadi pelayanan dapat diartikan melayani, bukan untuk dilayani karena didalamnya terdapat makna agar yang dilayani merasa terlayani dengan baik.

Bagi perusahaan yang bergerak dibidang jasa, memuaskan kebutuhan pelanggan berarti perusahaan harus memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pelanggan.

Terdapat teknik–teknik dasar dalam pelayanan menurut Endar Sugiarto dalam bukunya “Psikologi Pelayanan dalam Industri Jasa”, yaitu:

a. Ucapkan salam pada pelanggan b. Tawarkan bantuan untuk melayani c. Layanilah tamu dengan sebaik–baiknya d. Setelah selesai melayani ucapkan terima kasih ( 1999 : 225 )

Pelayanan haruslah aktif karena di dalam pelayanan pada dasarnya manusialah yang menjadi tujuan pokok baik secara perorangan maupun organisasi atau kelompok badan usaha. Pelayanan yang berdasarkan ikatan organisasi inilah yang menimbulkan pelayanan publik, sebab didalamnya terdapat interaksi antara karyawan dengan masyarakat ataupun publik.

Persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan maupun instansi pelayanan umum merupakan dasar usaha peningkatan kualitas pelayanan. Penelitian terhadap berbagai pihak yang berkepentingan dengan jasa pelayanan menghasilkan berbagai faktor yang menjadi penghambat peningkatan kualitas pelayanan.

Faktor–faktor penghambat tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Kurang otoritas yang diberikan pada bawahan

2. Terlalu birokrasi sehingga lambat dalam menanggapi keluhan konsumen 3. Bawahan tidak berani mengambil keputusan sebelum ada ijin dari atasan 4. Petugas sering bertindak kaku dan tidak memberi jalan keluar yang baik

e. Petugas sering tidak ada di tempat pada waktu jam kerja sehingga sulit untuk dihubungi f. Banyak interest pribadi

g. Budaya tip

h. Aturan main yang tidak terbuka dan tidak jelas

(19)

j. Banyak instansi atau bagian lain yang terlibat k. Disiplin kerja sangat kurang dan tidak tepat waktu

l. Tidak ada keselarasan antar bagian dalam memberikan layanan m. Kurang kontrol sehingga petugas agak “nakal”

n. Ada diskriminasi dalam memberikan pelayanan

o. Belum ada sistem informasi manajemen ( SIM ) yang terintegrasi. ( Zulian Yamit, 2005 : 32 )

Pada dasarnya manusia dalam mempertahankan hidupnya memerlukan pelayanan yang baik bagi diri sendiri maupun untuk orang lain. Pelayanan disini yaitu proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang berlangsung menggunakan akal, pikiran, panca indera dan anggota badan dengan atau tanpa alat dalam bentuk barang atau jasa.

Menurut Zulian Yamit (2005:21) terdapat beberapa karakteristik jasa pelayanan, karakteristik jasa pelayanan tersebut antara lain :

1. Tidak dapat diraba ( Intangibility )

Jasa adalah sesuatu yang sering kali tidak dapat disentuh atau tidak dapat diraba. Bagaimanapun juga pada kenyataannya konsumen membeli dan memerlukan sesuatu yang tidak dapat diraba.

2. Tidak dapat disimpan ( Inability to Inventory )

Salah satu ciri khusus dari jasa adalah tidak dapat disimpan. 3. Produksi dan konsumsi secara bersama.

Jasa adalah sesuatu yang dilakukan secara bersama dengan produksi. 4. Memasukinya lebih mudah.

Mendirikan usaha di bidang jasa membutuhkan investasi yang lebih sedikit, mencari lokasi lebih mudah dan banyak tersedia tidak membutuhkan teknologi tinggi.

5. Sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar.

Jasa sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar seperti : teknologi, peraturan pemerintahan dan kenaikan harga energi. Sektor jasa keuangan merupakan contoh yang paling banyak dipengaruhi oleh peraturan dan perundang–undangan pemerintah dan teknologi komputer.

(20)

Perusahaan bisa hancur jika mengabaikan keluhan pelanggan. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh para petugas ketika menghadapi keluhan pelanggan, antara lain yaitu : 1. Pelanggan biasanya marah pada saat menyampaikan keluhan, tetapi petugas tidak boleh

terpancing dan ikut marah.

2. Petugas tidak boleh membuat janji–janji demi menyenangkan pelanggan namun berakibat fatal di kemudian hari, serta tidak menjanjikan sesuatu di luar kewenangannya.

3. Jika permasalahan tidak dapat diselesaikan sementara petugas sudah berbuat maksimal untuk pelanggan, petugas harus berani menyatakan menyerah dengan jujur. Kejujuran adalah kebijaksanaan terbaik.

4. Ada pelanggan yang selalu mengeluh. Dalam menghadapi pelanggan seperti itu, petugas harus sabar dan melakukan pendekatan terhadap orang tersebut secara khusus.

( Endar Sugiarto, 1999 : 204 )

Dijelaskan bahwa wujud pelayanan yang didambakan oleh pengguna jasa adalah sebagai berikut :

a. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan dengan pelayanan yang cepat dalam arti tanpa hambatan yang kadang kala dibuat–buat.

b. Memperoleh layanan secara wajar tanpa gerutu, sindiran atau untaian kata lain yang nadanya mengarah pada permintaan sesuatu baik alasan untuk dinas maupun alasan untuk kesejahteraan. c. Mendapatkan perlakuan yang sama dalam pelayanan tanpa pandang bulu.

d. Pelayanan yang jujur dan terus terang yang artinya apabila ada hambatan karena suatu masalah yang tidak dapat dielakkan hendaknya diberitahukan.

( A.S. Moenir, 1995 : 41–44 )

Pada prinsipnya, ada tiga kunci memberikan layanan pelanggan yang unggul. Pertama, kemampuan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan. Termasuk di dalamnya memahami tipe–tipe pelanggan. Kedua, pengembangan database yang lebih akurat daripada pesaing (mencakup data kebutuhan dan keinginan setiap segmen pelanggan dan perubahan kondisi persaingan). Ketiga, pemanfaatan informasi–informasi yang diperoleh dari riset pasar dalam suatu kerangka strategik. Kerangka ini diwujudkan dalam pengembangan relationship marketing.

( Fandy Tjiptono, 1997 : 128 )

(21)

penerima pelayanan. Kepuasan penerima pelayanan dapat dicapai apabila penerima pelayanan memperoleh pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkan.

Dalam pelaksanaan pelayanan, terdapat delapan dasar untuk memberikan kepuasan pada pelanggan. Pelaksanaan delapan dasar pelayanan tersebut, yaitu :

a. Memusatkan Perhatian pada Pelanggan b. Memberikan Pelayanan yang Efisien c. Meningkatkan Perasaan Harga Diri Tamu d. Membina Hubungan Baik dengan pelanggan e. Memberikan Penjelasan dan Keterangan f. Dapat Menentukan Apa Keinginan Pelanggan

g. Penjelasan Jasa Pelayanan yang Dapat Diberikan oleh Perusahaan h. Mengalihkan Pelayanan ke Orang Lain

( Endar Sugiarto, 1999 : 171-174 )

3. Pengertian Asuransi

Definisi asuransi bisa diberikan dari berbagai sudut pandang, yaitu dari sudut pandangan ekonomi, hukum, bisnis, sosial, ataupun berdasarkan pengertian matematika.

1. Dalam pandangan ekonomi, asuransi merupakan suatu metode untuk mengurangi risiko dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan (

finansial ).

2. Dari sudut pandang hukum, asuransi merupakan suatu kontrak (perjanjian) pertanggungan risiko antara tertanggung dan penanggung. Penanggung berjanji akan membayar kerugian yang disebabkan risiko yang dipertanggungkan kepada tertanggung. Sedangkan tertanggung membayar premi secara periodik kepada penanggung. Jadi tertanggung mempertukarkan kerugian besar yang mungkin terjadi dengan pembayaran tertentu yang relatif kecil.

(22)

4. Dari sudut pandang sosial, asuransi didefinisikan sebagai organisasi sosial yang menerima pemindahan risiko dan mengumpulkan dana dari anggota–anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masing–masing anggota tersebut. Karena kerugian tidak pasti akan terjadi pada setiap anggota, maka anggota yang tidak pernah mengalami kerugian dari sudut pandangan sosial merupakan penyumbang terhadap organisasi. Hal itu berarti kerugian setiap anggota dipikul bersama.

5. Dalam pandangan matematika, asuransi merupakan aplikasi matematika dalam memperhitungkan biaya dan faedah pertanggungan risiko. Hukum probabilitas dan teknik statistik dipergunakan untuk mencapai hasil yang dapat diramalkan.

( Herman Darmawi, 2001 : 2–3 )

Sementara adanya berbagai pendapat mengenai definisi asuransi, masing–masing definisi itu membantu kita memperoleh pengertian tentang sifat asuransi itu.

“Asuransi adalah suatu alat sosial yang menggabungkan risiko–risiko individu kedalam suatu kelompok dan menggunakan dana yang disumbangkan oleh anggota–anggota kelompok itu untuk membayar kerugian–kerugian.”

( A. Hasymi Ali, 1993 : 170 )

Terdapat beberapa pendapat mengenai manfaat asuransi. Manfaat asuransi seperti yang dikemukakan oleh Herman Darmawi dalam bukunya Manajemen Asuransi, yaitu :

1. Asuransi melindungi risiko investasi 2. Asuransi sebagai sumber dana investasi 3. Asuransi untuk melengkapi persyaratan kredit 4. Asuransi dapat mengurangi kekhawatiran 5. Asuransi mengurangi biaya modal

6. Asuransi menjamin kestabilan perusahaan 7. Asuransi dapat meratakan keuntungan

8. Asuransi dapat menyediakan layanan profesional 9. Asuransi mendorong usaha pencegahan kerugian 10. Asuransi membantu pemeliharaan kesehatan.

(1998 : 4-11)

(23)

1. Asuransi dapat memberikan rasa terjamin atau rasa aman dalam menjalankan usaha.

2. Asuransi dapat menaikkan efisiensi dan kegiatan perusahaan, sebab dengan pengalihan resiko kepada perusahaan asuransi maka perusahaan akan mencurahkan perhatian dan pikirannya pada peningkatan usaha.

3. Asuransi cenderung kearah perkiraan dan penilaian biaya yang layak, dengan demikian perusahaan akan memperhitungkan adanya ganti rugi dari asuransi didalam ia menilai biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.

4. Asuransi merupakan dasar pertimbangan dari pemberian suatu kredit. 5. Asuransi dapat mengurangi timbulnya kerugian–kerugian.

6. Asuransi merupakan alat untuk membentuk modal pendapatan atau untuk harapan masa depan, terutama dalam asuransi jiwa.

7. Asuransi merupakan alat pembangunan. Premi yang terkumpul dapat dipakai sebagai dana investasi dalam pembangunan.

( 1997 : 70–71 )

4. Pengertian Kecelakaan Diri

Yang dimaksud kecelakaan diri dalam asuransi kecelakaan diri adalah suatu kejadian/peristiwa yang secara tiba–tiba, tidak diduga sebelumnya, datang dari luar diri peserta, bersifat kekerasan, tidak dikehendaki dan tanpa adanya unsur kesengajaan dalam peristiwa itu yang mengakibatkan peserta menderita cacat jasmani atau meninggal dunia atau sebagai akibat tindakan pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung tidak mempunyai kepentingan dalam asuransinya.

Asuransi kecelakaan pribadi adalah sebuah asuransi yang memberi perlindungan (proteksi) kepada orang yang membeli polis jasa asuransi terhadap bahaya atau resiko kecelakaan yang menyebabkan yang berikut ini :

1). Kematian (death)

2). Cacat tetap (permanent disablement) 3). Cacat sementara (temporary disablement)

4). Biaya perawatan dokter dan pengobatan (medical treatment expenses) ( Herman Darmawi, 2001 : 125-126 )

(24)

dimana saja. Dewasa ini asuransi kecelakaan pada umumnya menawarkan jenis asuransi yang berikut :

1. Kehilangan jiwa

2. Kehilangan anggota badan dan penglihatan

3. Penggantian kerugian mingguan untuk ketidakmampuan (disability) total atau sebagian

4. Penggantian kerugian khusus untuk patah/lepas tulang tertentu 5. Penggantian ganda ( lipat dua, lipat tiga atau lebih )

6. Penggantian biaya pengobatan, pembedahan, rumah sakit dan perawatan, 7. Pembebasan premi untuk ketidakmampuan total

( Drs. A. Hasymi Ali, 1993 : 101 )

Tunjangan yang diperoleh jika kecelakaan menyebabkan cacat tetap atau meninggal ialah 100% dari uang pertanggungan. Tidak semua kecelakaan bisa mendapat ganti rugi. Kejadian atau peristiwa yang dapat dianggap sebagai kecelakaan diri dalam Asuransi Kecelakaan Diri adalah :

a. Keracunan dalam bentuk yang mendadak, karena masuknya gas, uap atau bahan makanan yang mengandung racun ke dalam tubuh yang tidak disengaja oleh peserta.

b. Penularan karena masuknya zat–zat yang mengandung kuman–kuman penyakit sebagai akibat dari jatuhnya ke dalam air atau ke dalam zat cair atau zat padat lainnya dengan tidak sengaja. c. Akibat malapetaka yang datang secara mendadak dari luar diri peserta, seperti : kapal karam,

pendaratan darurat, keruntuhan, tabrakan kendaraan bermotor.

d. Akibat tindakan penganiayaan atau penyerangan yang dilakukan oleh pihak lain tanpa adanya unsur–unsur kesalahan pada diri peserta, bagaimanapun bentuk dan sifatnya.

e. Masuknya kuman–kuman penyakit ke dalam luka yang dikaitkan oleh suatu kecelakaan, misalnya : tetanus atau infeksi.

Asuransi kecelakaan juga memiliki bermacam–macam ciri. Ciri tersebut memberi sedikit gambaran tentang asuransi kecelakaan diri kepada orang yang masih awam mengenai asuransi khususnya kecelakaan diri. Ciri–ciri asuransi kecelakaan diri diantaranya yaitu :

1. Memberikan Santunan akibat kecelakaan :

• Santunan meninggal

(25)

• Bantuan biaya perawatan/pengobatan.

2. Cara bayar premi fleksibel (Tunggal, Semesteran, Triwulanan, Bulanan).

3. Tarip premi sama untuk semua usia.

4. Besarnya premi dibedakan berdasarkan tingkat resiko (Klasifikasi Pekerjaan)

5. Masa asuransi 1 tahun atau kurang

6. Untuk polis dengan jumlah peserta tertentu diberikan potongan/diskon premi.

7. Plan Asuransi Kecelakaan Diri dapat berdiri sendiri, tanpa harus menjadi rider untuk polis lainnya

Manfaat Asuransi Kecelakaan Diri : 1. Manfaat bagi Peserta :

Plan Asuransi Kecelakaan Diri memberikan manfaat dari segi financial bagi keluarga peserta jika kecelakaan tersebut sampai menyebabkan kematian atau cacat tetap dan atau biaya pengobatan yang akan mengganggu keperluan lain yang telah direncanakan.

2. Manfaat bagi Perusahaan/Organisasi :

a. Membantu perusahaan/organisasi dalam hal penyediaan dana santunan sebagai tanggung jawab moral pengusaha/organisasi terhadap karyawan/anggota maupun keluarganya yang mendapat musibah kecelakaan.

b. Memberikan citra yang baik bagi perusahaan karena perusahaan/organisasi tersebut peduli pada karyawannya.

c. Meningkatkan loyalitas, memotivasi dan produktivitas kerja karyawan. E. Metode Pengamatan

Berdasarkan tentang tinjauan pustaka tersebut didepan, maka akan diuraikan tentang metode pengamatan. Pengamatan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu pengamatan yang bertujuan untuk menggambarkan, memaparkan, menuturkan dan menganalisa data yang ada sekaligus memberi penjelasan.

(26)

penjelasan dan gambaran yang menjelaskan tentang pokok pembahasan dalam pengamatan, sebagian besar data yang diperoleh bukan berupa angka dan nominal yang bersifat matematis.

1. Sumber Data

Dalam penelitian ini, penulis menjelaskan bagaimana Sistem Pelayanan Asuransi Kecelakaan Diri pada AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta. Sumber data yang diperlukan antara lain :

1) Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung oleh penulis dari obyek pengamatannya, tujuannya agar memperoleh data sesuai dengan kondisi sebenarnya. Dalam pengamatan, sumber data primer berupa informan yaitu pegawai AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta.

2) Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau dari pihak yang berhubungan dengan obyek pengamatan, guna mendukung data primer.

Adapun sumber-sumber datanya berupa :

a. Dokumen-dokumen yang dimiliki AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta b. Buku-buku literatur (profil produk, struktur organisasi, sejarah perusahaan)

c. Website dari AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta d. Buku pendukung studi pustaka lainnya

2. Teknik Pengumpulan Data

Kecermatan dalam memilih dan menyusun teknik/cara pengumpulan data ini sangat berpengaruh pada subyektifitas hasil pengamatan. Penulis dalam usaha memperoleh data, yaitu melalui cara sebagai berikut:

1. Pengamatan langsung (observasi)

Yaitu pengumpulan data secara langsung terhadap obyek yang diamati. Observasi ini dilakukan dengan cara mengikuti program magang di AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta

2. Wawancara ( Interview)

(27)

3. Telaah Dokumen

Telaah dokumen merupakan teknik pengumpulan data dengan jalan membaca dan mempelajari brosur-brosur, peralatan-peralatan, laporan dan literatur lain yang berhubungan dengan materi pengamatan. Metode dokumentasi merupakan metode pokok dalam pengamatan ini, sebab dalam pengolahan data penulis banyak menggunakan dokumentasi yang ada.

3. Teknik Analisis Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis maka data akan dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah dalam pengamatan.

Dalam teknik analisis data ini penulis menggunakan model analisis interaktif, sesuai dengan tujuan proses pengamatan yakni proses pengumpulan data saling berinteraksi dalam satu proses membentuk suatu siklus. Teknik analisis data ini juga dipakai untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai Sistem Pelayanan Asuransi Kecelakaan Diri pada AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta.

(28)

KCA

F. Gambaran Umum Tentang Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 1.Kelahiran AJB Bumiputera 1912 waktu yang sama dengan pendirinya Budi Utomo yang dijadikan tonggak sejarah untuk kemudian dikenal dengan Kebangkitan Nasional.

Dilatar belakangi oleh kondisi bangsa Indonesia yang terjajah selama lebih hampir tiga ( 3 ) abad oleh colonial Belanda maka timbulah Gerakan Nasional oleh bangsa Indonesia yang ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo yang merupakan gabungan dari unsur - unsur Jong Java, Jong Sumatera, Jong Batak Bond, Jong Islamieten Bond, dan Jong Selebes.

(29)

yang terdiri dari bangsawan. Sedangkan Cabang dari Yogyakarta II diketuai oleh M. Djoko Soeroso yang angotanya terdiri atas pelajar-pelajar Kweekschool ( Sekolah Pendidikan Guru ) Jetis Yogyakarta.

Menjelang konggres I Boedi Oetomo yang diadakan di Yogyakarta pada tanggal 3-5 Oktober 1908, dibentuk Panitia Konggres yang susunannya sebagai berikut :

Ketua : Dr. Wahidin Soediri Hoesodo Wakil Ketua : R. M. Pandji Brotoatmojo Penulis I : M. Ng. Dwidjosewojo Penulis II : R. Sosrosoegondo Bendahara : Pangeran Noto Dirodjo

Dari anggota panitia itu diketahui bahwa M. Ng. Dwidjosewojo berasal dari unsur Boedi Oetomo Cabang Yogyakarta II, karena dia adalah guru Bahasa Jawa di Sekolah Pendidikan Guru tersebut diatas. Hal ini perlu penulis kemukakan karena akan ada kaitannya dengan kegiatan dan penganut Boedi Oetomo dikalangan guru.

Berdirinya Boedi Oetomo mempunyai dampak yang luas dikalangan Kaum Pergerakan Nasional di Indonesia. Berbagai perkumpulan muncul dengan program perjuangan masing-masing, seperti Serikat Perdagangan Islam ( SDI ) di Jakarta tahun 1909, disusul dengan pendirian SDI di Bogor dan Surakarta, Indische Partij 1912, dan pergerakan-pergerakan lain.

Sifat perjuangan Boedi Oetomo adalah moderat, inilah yang membedakan dengan organisasi pergerakan lain yang sifatnya radikal, sifat moderat Boedi Oetomo ini tercermin dari pilihan tokoh yang memimpin, hampir semua pengurus Boedi Oetomo baik pusat maupun cabang memilih cara perjuangan yang moderat yang kooperatif dengan Belanda.

Dari sifat perjuangan Boedi Oetomo yang moderat itu, menimbulkan kontroversi. M. Ng. Dwidjosewojo pernah memperjelas sifat Boedi Oetomo, yaitu moderat dalam cara perjuangannya dan kooperatif dalam menghadapi Pemerintahan Kolonial Belanda. Pernyataan tersebut mengundang berbagai reaksi, yang paling tajam datang dari kelompok Radikal Revolusioner. Bahkan Soewardi Soerjaningrat pernah mencurigai Dwidjosewojo sebagai de loyal “strooplikers” walaupun pada akhirnya pernyataan itu diralatnya sendiri.

(30)

peranan dan pengaruh di lingkungan Boedi Oetomo. Di sini Dwidjosewojo berperan sangat aktif bersama rekan-rekannya dari Boedi Oetomo seperti Sastrowidjoyo, maka dari sini dapat disimpulkan bahwa Dwidjosewojo adalah motor penggerak dihampir semua kegiatan Boedi Oetomo, baik di bidang sosial, maupun politik seperti perjuangannya dalam membentuk

Volksraad (Dewan Rakyat Hindia Belanda) yang terwujud pada tahun 1918.

Juga salah satu usahanya adalah membentuk organisasi di kalangan para guru. Pembentukan organisasi ini merupakan cikal bakal berdirinya AJB Bumiputera 1912 yang sekarang. Tahun 1912 Dwidjosewojo mendirikan Perserikatan Guru-guru Hindia Belanda ( P.G.H.B ) yang mendapat pengakuan dari pemerintah pada tanggal 18 Desember 1912. Pada Konggres I di Magelang tanggal 12 Februari 1912 P.G.H.B memilih Pengurus Besarnya yang terdiri dari :

Ketua : Mas Karto Hadi Soenoto, Guru Bahasa Melayu, MOSVIA Magelang

Sekretaris : M. Ng. Dwidjosewojo

Bendahara : Mas Amidjojo, Guru H.I.S Magelang

Meskipun tidak diketemukan sumber yang dapat menjelaskan pembentukan organisasi guru ini, tapi dapat diduga bahwa dalam Boedi Oetomo sendiri banyak sekali yang anggota-anggotanya menduduki jabatan sebagai guru, yang konon tidak mendapat perlakuan yang layak dari Pemerintah Hindia Belanda, antara lain tidak adanya peraturan tentang gaji yang memadai, juga belum ada ketentuan tentang dana pensiun. Perasaan senasib kaum guru itulah yang mendorong mereka membentuk organisasi profesi untuk memperjuangkan kepentingan yang dianggap mendesak. Lagipula, salah satu program Boedi Oetomo adalah memajukan pendidikan bagi anak-anak Bumiputera.

(31)

terdiri dari pejabat Pemerintahan yang sudah mapan secara ekonomi, menjadi kurang peka terhadap usulan ini dan akhirnya usulan ini tidak ada kelanjutannya.

Solidaritas di kalangan para guru yang terbentuk karena persamaan nasib, telah membuat gagasan Dwidjosewojo memperoleh sambutan yang sangat positif. Konggres I P.G.H.B di Magelang pada tanggal 12 Februari 1912 dengan suara aklamasi menerima usulan Dwidjosewojo dan kawan-kawan tokoh guru lainnya, untuk mendirikan sebuah perusahaan Asuransi Jiwa khusus untuk anggota P.G.H.B dan diberi nama “Onderlinge Levensverzekering Maatschappj P.G.H.B” disingkat O.L Mij. P.G.H.B yang berkedudukan di Magelang

sebagaimana disebutkan di muka, O.L Mij. P.G.H.B ini dipimpin oleh Pengurus Besar P.G.H.B yaitu :

Direktur : M.K.H Soebroto Sekretaris : M. Ng. Dwidjosewojo Bendahara : M. Adimidjojo

Ada sumber lain yang menyebutkan bahwa M. Ng. Dwidjosewojo tidak menjabat sebagai sekretaris tetapi Komisaris O.L Mij. P.G.H.B, dan perlu diketahui bahwa bentuk usaha

”onderlinge” pada saat itu dapat didirikan tanpa harus mengeluarkan modal terlebih dahulu, lagipula pada saat itu belum ada Undang-Undang yang mengatur perasuransian, asuransi jiwa khususnya. Semua kegiatan usaha diatur berdasarkan Kitab Undang - Undang Hukum Dagang (W.v.K) dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ( B.W ) yang dibuat pada pertengahan abad 19.

Kelanjutan usaha O.L Mij. P.G.H.B selanjutnya kurang menggembirakan, karena adanya masalah, antara lain diantara para pengurus P.G.H.B tidak ada seorangpun yang memiliki kualifikasi untuk memimpin perusahaan Asuransi Jiwa, yang mengharuskan adanya keahlian khusus, seperti keahlian dalam bidang matematika ( aktuaria ), keahlian bidang seleksi, dan keahlian lain yang lazim dibutuhkan dalam perusahaan asuransi.

(32)

sudah dapat menerima pegawai negeri dan pegawai swapraja di seluruh Indonesia.

Dengan begitu dan juga merupakan suatu keharusan bahwa O.L Mij. P.G.H.B saat ini tidak hanya anggota P.G.H.B saja melainkan bagi umum. Maka O.L Mij. P.G.H.B harus menyesuaikan dengan tuntutan tersebut dan dirubah menjadi perusahaan yang terbuka bagi masyarakat yang lebih luas.

Mengingat karena usaha ini tidak diperuntukkan bagi anggota P.G.H.B saja melainkan untuk masyarakat yang lebih luas juga dengan pertimbangan lain akhirnya O.L Mij. P.G.H.B diganti namanya menjadi O.L Mij. Boemipoetra diumumkan melalui majalah resmi P.G.H.B Dwidjo-Oetomo edisi 25 Desember 1914, jadi jelaslah bahwa perubahan tersebut sebagai akibat dari pemberian subsidi pemerintah Hindia Belanda yang disertai perjanjian bahwa perusahaan untuk selanjutnya tidak hanya dibuka bagi anggota P.G.H.B saja tapi juga bagi pegawai negeri lainnya, dan tidak boleh menerima kalangan swasta.

Demikianlah sejarah kelahiran Bumiputera 1912, melalui liku-liku yang mencerminkan kondisi perjuangan pada jamannya. Mula-mula Dwidjosewojo yang menjabat sebagai sekretaris pengurus besar Budi Utomo mendapat kiriman laporan tahunan NILLMIJ tahun 1908, yang kemudian mengilhaminya untuk mendirikan perusahaan asuransi jiwa bagi kaum Bumiputera, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan mereka, yang merupakan salah satu maksud tujuan didirikannya Budi Utomo.

2. Perjalanan Bumiputera 1912 a. Masa Hindia Belanda

AJB Bumiputera 1912 saat itu tidak mendapat dukungan dari pemerintah Kolonial Hindia Belanda, dapat digambarkan sulitnya posisi Bumiputera 1912 pada waktu itu adalah sebagai berikut:

a. Bumiputera 1912 harus menghadapi persaingan, baik secara teknik maupun secara komersial dengan perusahaan asing yang lebih maju dan pada waktu yang bersamaan masih menerima tekanan dari pihak pemerintah Kolonial Hindia Belanda agar Bumiputera 1912 tetap terbelakang terutama dalam bidang teknik dan komersial.

(33)

c. Di bidang teknik yaitu aktuaria, pihak Belanda tidak pernah memberikan bimbingan yang memadai, apalagi mendidik tenaga Bumiputera untuk menjadi aktuaris yang kompeten, pihak Belanda hanya menyerahkan tabel-tabel cadangan premi yang siap pakai, walaupun orang yang menghitung cadangan premi untuk Bumiputera 1912 itu tidak mempunyai latar belakang pendidikan aktuaria sama sekali. Seandainya tabel-tabel itu palsu, pihak Bumiputera tidak dapat berbuat apa-apa.

b. Masa Pendudukan Jepang

Jepang menduduki Indonesia dengan mengalahkan tentara Kolonial Belanda yang didukung sekutu dalam rangka memenangkan perang dan bukan untuk membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu Kolonialisme. Dalam keadaan seperti itu hampir di semua sektor mengalami kekalutan tidak terkecuali Bumiputera 1912. Direksi terpaksa mengeluarkan peraturan darurat untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan diantaranya: 1. Pembekuan sementara peraturan-peraturan pinjaman polis

2. Pembekuan peraturan penjualan polis

3. Pembayaran klaim dilakukan dengan angsuran c. Masa Revolusi

Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 mengubah keadaan bangsa yang semula terjajah menjadi bangsa yang merdeka. Namun kemerdekaan terancam oleh kembalinya pihak penjajah Belanda dan pihak tersebut mempengaruhi seluruh Direksi Bumiputera 1912 untuk mewujudkan cita-cita yang selama ini terhambat oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dan pemerintahan tentara Jepang. Lalu segara dibentuk “Planning Board” (Badan Perencanaan) yang dipimpin Notohamiprojo, dimaksudkan untuk mencapai sasaran modernisasi Bumiputera 1912.

(34)

Tanggal 1 Juni 1949, Pemerintah RI kembali ke Yogyakarta. Demikian juga dengan Bumiputera 1912 yang segera kembali membuka kantornya sedikit demi sedikit keadaan mulai berlangsung membaik. Kemunduran perusahaan akibat perang Pasifik antara tahun 1941-1945 dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan antara tahun 1945-1949 secara sistematik dapat diatasi. Dan Bumiputera 1912 dapat memulai pembangunan secara modernisasi yang sebelumnya telah direncanakan.

3. Nilai Perjuangan AJB Bumiputera 1912

Gerakan usaha AJB Bumiputera 1912 mempunyai nilai kejuangan yang sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan bahwa lahirnya AJB Bumiputera 1912 dilatarbelakangi oleh:

a. Kondisi bangsa dan masyarakat yang terjajah dan ingin bangkit.

b. Kesejahteraan para guru Hindia Belanda ( pribumi ) yang diperlakukan berbeda dengan guru-guru Belanda.

Nilai kejuangan yang ditunjukkan bahwa AJB Bumiputera 1912 didirikan dengan bentuk

mutual karena :

a. Untuk mewujudkan cita-cita bersama masyarakat sejahtera.

b. Hanya memerlukan anggota dan tanpa modal ( uang ) yang memang tidak dimiliki oleh para pendiri.

c. Sebagai sarana media persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

d. Sebagai perwujudan budaya gotong royong/usaha bersama (ondernaling/mutual).

e. Didirikan dari, oleh dan untuk anggota yang dimanifestasikan dengan kedudukan tertinggi ada pada anggota yang diwakili oleh Badan Perwakilan Anggota (BPA) dan organisasinya.

Dengan tanpa uang maka modal utama yang sesungguhnya adalah idealisme, semangat nasionalisme, patriotisme dan dedikasi terhadap perjuangan

G. Bentuk Usaha Bersama

(35)

Menurut sejarahnya, ciri-ciri utama usaha bersama dibidang asuransi adalah:

a. Besarnya premi yang harus dibayar tidak tetap. Dalam rangka perkembangannya di kemudian hari, premi tidak tetap ini juga digunakan perusahaan yang berbentuk lain dari usaha bersama. b. Usaha bersama tidak memerlukan modal. Hal ini yang membedakan bentuk usaha bersama

dengan perseroan terbatas ( PT ).

c. Pada dasarnya, usaha bersama tidak mengejar laba. Jika ada surplus dari hasil usahanya, maka surplus itu dibagikan pada seluruh pesertanya.

d. Asuransi dalam bentuk usaha bersama berstandar pada resiko murni, sedang bentuk perseroan terbatas dengan premi tetapnya dapat saja menetapkan asas resiko spekulatif, jadi ada dua unsur laba yang diharapkan dari modal yang ditanamkannya.

e. Dalam usaha bersama, resiko dipikul oleh para peserta sendiri sebagai pemilik perusahaan, sedang pada Perseroan Terbatas, perusahaanlah yang memikul resikonya.

a. Tujuan Berdirinya Bumiputera 1912 1. Masa Kelahiran Bumiputera 1912

Berusaha memperbaiki nasib dan derajat guru-guru Indonesia, yang konon pada saat itu merupakan golongan pegawai paling rendah, baik gaji maupun martabatnya, dibanding dengan pegawai pemerintah di lingkungan pemerintahan ( pamong praja ).

2. Masa Pembangunan

Setiap usaha baik jasa maupun non jasa pastilah mempunyai tujuan yang ingin dicapai untuk kemajuan perusahannya, Bumiputera 1912 sendiri sebagai badan usaha yang bergerak dalam bidang jasa berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik.

Bumiputera 1912 juga berupaya untuk terus memajukan kelangsungan usaha ini antara lain menjamin kesejahteraan keluarga dan ikut membangun bangsa dan negara menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 45. Dan usaha yang dilakukan ini selalu berprinsip pada gotong royong, dimana semua akibat atau resiko yang terjadi menjadi tanggung jawab bersama.

(36)

service, distribution, channel, costumer foccus, outstanding organization. Dimana setiap perubahan pola konsumen yang juga cepat berubah, maka Bumiputera memfokuskannya pada para nasabah yaitu dengan cara pemisahan aktivitas asuransi dengan investasi, mengorganisasikan segmen pasar, sehingga konsumen dapat dengan mudah memilih asuransi yang diinginkannya dan sesuai garis program asuransi yang ditawarkan AJB Bumiputera 1912, serta mengidentifikasi need and want yang sesuai dengan apa yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen saat ini.

b. Visi dan Misi AJB Bumiputera 1912 Visi :

“ Selalu berada dibenak dan di hati masyarakat melalui cara dengan mempertinggi kepercayaan ( terpercaya ) : mempertinggi kualitas output ( bermutu ); Mempertinggi efisiensi ( terefisien ) dengan cara memfokuskan pada nasabah untuk mencapai hasil operasi yang prima dalam rangka mengembangkan organisasi ”

Misi :

“ Menjadikan AJB Bumiputera 1912 sebagai Asuransinya Bangsa Indonesia “

c. Pengertian Asuransi Jiwa 1. Pengertian Asuransi

Asuransi adalah peniadaan resiko kerugian yang datanganya tak terduga sebelumnya yang menimpa seseorang dengan cara menggabungkan sejumlah orang yang menghadapi resiko yang sama dan mereka itu membayar premi yang besarnya cukup untuk menutupi resiko kerugian yang mungkin atau pasti menimpa salah seorang atau lebih diantara mereka.

2. Pengertian Asuransi Jiwa

Asuransi Jiwa adalah pelimpahan resiko ( risk shifting ) kerugian ekonomi dari tertanggung kepada penanggung akibat meninggal atau hilangnya jiwa tertanggung pada usia produktif atau mencapai usia tua sehingga tidak mampu bekerja. Jadi resiko yang dilimpahkan pada penanggung bukanlah resiko hilangnya jiwa tertanggung melainkan kerugian ekonomi sebagai akibat meninggalnya jiwa tertanggung.

(37)

“ Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan “. 1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, buku ke 3 tentang perikatan

2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, buku ke 1 bab IX dan bab X, UU No. 2/92 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.

3. PP No. 73/92 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian

e. Produk Dasar Asuransi Jiwa 1. Formula Dasar Produk Asuransi Jiwa a. Term Insurance

Merupakan program asuransi jiwa dimana uang pertanggungan akan dibayar kepada yang ditunjuk jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi. Jika sampai habis kontrak tertanggung masih hidup maka tak ada pembayaran uang pertanggungan ( death benefit )

b. Whole Life

Program asuransi jiwa yang berlaku seumur hidupnya tertanggung. Whole Life dibedakan menjadi 3 yaitu ;

i. Asuransi seumur hidup tanpa batasan, artinya premi dibayar secara berkala sepanjang tertanggung masih hidup

ii. Asuransi seumur hidup dengan batasan, artinya premi dibayar secara berkala sampai umur tertentu misal 55-60 tahun atau 65 tahun.

iii. Asuransi seumur hidup dengan premi tunggal artinya premi dibayar sekaligus kemudian polis menjadi bebas premi.

c. Pure Endowment

Suatu Asuransi dimana pertanggungan hanya akan dibayarkan jika tertanggung masih hidup pada akhir masa asuransinya, tapi jika tertanggung meninggal pada masa asuransi maka tidak ada pembayaran uang pertanggungan. Jelas bahwa pure endowment hanya menitikberatkan pada unsur saving saja.

2. Produk yang dipasarkan AJB Bumiputera 1912

(38)

perusahaan AJB Bumiputera 1912 memasarkan 4 macam produk dasar yaitu : 1. Asuransi Jiwa

2. Asuransi Kecelakaan 3. Asuransi Kesehatan 4. Program Aktivitas

• Produk AJB Bumiputera 1912 Berdasarkan Segmen Pasar i. Asuransi Jiwa Perorangan

1. Asuransi Jiwa Perorangan Standard

Produk asuransi jiwa perorangan yang diperuntukkan bagi para perorangan untuk segmen pasar kelas menengah (standar), dipasarkan dan dikelola oleh Divisi Asuransi Jiwa Standar.

2. Asuransi Jiwa Perorangan Eksekutif

Produk asuransi jiwa perorangan yang diperuntukkan bagi pasar perorangan untuk segmen pasar kelas atas (eksekutif), dipasarkan dan dikelola oleh Divisi Asuransi Jiwa Eksekutif

ii. Asuransi Kumpulan

Produk asuransi jiwa, asuransi kecelakaan, asuransi kesehatan, dan program anuitas yang diperuntukkan bagi pasar organisasi (kumpulan), dipasarkan dan dikelola oleh divisi asuransi jiwa kumpulan.

Struktur Organisasi Kantor Operasional Askum ( Asuransi Kumpulan )

KCA : Kepala Cabang Askum TTA : Tenaga Teknik Aktuaria AKA : Agen Koordinator Askum KUO : Koordinator Unit Operasional

(39)

f. Karakteristik Produk Askum 1. Satu Polis

Asuransi kumpulan memberikan perlindungan/proteksi terhadap peserta atau tertanggung dalam satu kontrak asuransi dengan satu polis yang dipegang oleh pemegang polis.

2. Sertifikat Peserta

Peserta Asuransi Kumpulan diberikan sertifikat peserta sebagai bukti kepesertaannya dalam asuransi kumpulan.

3. Polis Terbuka

Dalam perjalanan masa asuransi dapat dilakukan penambahan peserta/tertanggung. 4. Administrasi Sederhana

Administrasi asuransi kumpulan dikatakan sederhana karena :

i. Hanya dengan satu surat permintaan sejumlah peserta yang ditandatangani oleh pemegang polis

ii. Hanya dengan satu kuitansi premi untuk bukti pembayaran premi pertama maupun premi lanjutan.

5. Korespondensi Sederhana

Korespondensi dengan para nasabah cukup dilakukan dan hanya berhubungan dengan pemegang polis untuk mengurus keperluan asuransi bagi semua peserta.

6. Faktor Biaya Rendah

Dengan kesederhanaan administrasi dan korespondensi, mengakibatkan rendahnya biaya dalam premi untuk setiap peserta bila dibanding dengan faktor biaya pada asuransi perorangan.

7. Premi Lebih Rendah

Dengan rendahnya biaya dalam premi maka secara langsung preminya menjadi lebih rendah. Faktor lain adalah kemungkinan tabel mortalita yang digunakan dalam menghitung premi lebih maju

8. Experience Rating

(40)

atau lebih tinggi, tergantung pengalaman klaim tahun sebelumnya atas peserta yang diasuransikan.

9. Uang pertanggungan dapat diperlakukan sama atau berbeda untuk setiap peserta.

10.Profit Sharing

Pada plan-plan tertentu dimungkinkan adanya pembagian keuntungan kepada pemegang polis pada masa asuransi. Ada 2 macam profit sharing yaitu :

a. Mortalita Profit Sharing

Yaitu pembagian keuntungan mortalita pada plan asuransi ekawaktu dan ekawarsa. Apabila klaim meninggal pada plan tersebut sampai dengan berakhirnya masa asuransi lebih kecil dari asumsi perhitungan teknik pada awal asuransi, maka terdapat pembagian keuntungan.

b. Profit Sharing pada Asuransi Rawat Inap dan Pembedahan

Apabila klaim rawat inap dan pembedahan lebih kecil dari asumsi perhitungan teknik pada awal asuransi, maka terdapat pembagian keuntungan (profit sharing). 11. Premi Kembali

Pada kondisi tertentu dimungkinkan adanya pengembalian premi. Misalnya pada rawat inap dan pembedahan, apabila ada peserta mengundurkan diri sebelum berakhirnya masa asuransi, maka premi akan dikembalikan kepadanya.

12. Peserta Berhenti

Pada produk saving (tabungan), apabila peserta menghentikan asuransinya dapat diambil nilai tunainya atau diubah menjadi Asuransi Jiwa Perorangan.

13. Pembayaran Premi

Cara pembayaran premi berdasarkan sistem pendanaan dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :

a. Non Contributory

Pembayaran premi seluruhnya ditanggung oleh pemegang polis. Dalam hal demikian maka seluruh karyawan yang memenuhi syarat harus diasuransikan.

b. Contributory

(41)

peserta. Dalam hal demikian sekurang-kurangnya 75 % dari seluruh karyawan yang memenuhi syarat harus diasuransikan.

c. Sepenuhnya Oleh Peserta

Dalam hal ini seluruh premi dibayar oleh pemegang polis dan peserta berperan sebagai penghimpunan dan membayarkan premi ke perusahaan asuransi.

14. Tailor Mode

Meskipun terdapat produk standar, namun dapat dilayani permintaan modifikasi produk standar atau bahkan mendisain produk khusus ( pure tailor made )

g. Istilah-istilah Yang Berlaku Pada Askum

1. Direksi : Direksi AJB Bumiputera 1912

2. Badan Perwakilan Anggota : Lembaga tertinggi di AJB Bumiputera 1912 yang memiliki kekuasaan tertinggi. Anggotanya berasal dari pemegang polis yang dipilih oleh pemegang polis itu sendiri.

3. Badan : Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912

4. Polis : Akte perjanjian Asuransi Jiwa Kumpulan antara badan dengan pemegang polis.

5. Pemegang Polis : Lembaga yang mengadakan kontrak asuransi jiwa kumpulan dengan lembaga.

6. Peserta/tertanggung : Seorang yang atas jiwanya diasuransikan dan terdaftar pada peserta yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari polis asuransi jiwa kumpulan.

7. Yang ditunjuk : Lembaga atau seseorang yang mendapat kuasa dari pemegang polis yang ditunjuk untuk menerima uang pertanggungan.

8. Sertifikat : Tanda bukti dalam keikutsertaan pada Asuransi Jiwa Kumpulan.

9. Uang Pertanggungan : Sejumlah uang yang tercantum pada sertifikat dan atau daftar peserta yang pembayarannya dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya peserta.

10. Premi : Jumlah uang yang disetujui oleh pemegang polis yang wajib dibayarkan kepada badan untuk memperoleh manfaat asuransi.

(42)

12. Plan : Suatu rancangan produk atau program yang memberikan manfaat asuransi yang ditawarkan pada pasar. Plan menjelaskan secara detail mengenai manfaat-manfaat atau benefit, premi, ketentuan underwriting dan syarat-syarat lain yang berhubungan dengan produk tersebut.

13. Nilai Tunai : Sejumlah uang yang akan diterima oleh pemegang polis jika yang bersangkutan membatalkan penutupan dan menyerahkan kembali polis kepada perusahaan. Nilai tunai hanya terdapat pada polis yang mengandung unsur tabungan. 14. Jangka asuransi/kontrak : Lamanya kontrak asuransi sesuai dengan yang

diperjanjikan yang dihitung sejak mulainya kontrak asuransi sampai dengan berakhirnya kontrak asuransi yang tertuang dalam polis, daftar data peserta atau sertifikat peserta. 15. Mulai Asuransi : Mulai berlakunya kontrak perjanjian dimana hak dan kewajiban

masing-masing pihak mulai timbul.

16. Cara Bayar : Suatu sistem pembayaran premi yang disepakati pemegang polis sesuai dengan polis yang diambilnya. Pada dasarnya premi asuransi dibayarkan secara tahunan, namun perusahaan dapat mengambil kebijaksanaan dengan cara pembayaran premi dengan cara cicilan yaitu antara lain dengan premi cicilan bulanan, premi cicilan triwulanan, premi cicilan setengah tahunan, dan tahunan serta tunggal atau sekaligus. 17. Usia : Usia tertanggung pada saat masuk menjadi peserta asuransi kumpulan.

(43)

BAB IV

PEMBAHASAN

1. CARA PEMBERIAN PELAYANAN PADA NASABAH

Cara pemberian pelayanan yang baik sangat penting dilakukan oleh setiap perusahaan. Karena dengan memberikan pelayanan yang baik akan meningkatkan citra perusahaan. AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta yang mempunyai jumlah nasabah yang cukup banyak, juga perlu memberikan pelayanan yang baik bagi nasabahnya.

Untuk meningkatkan kualitas serta keberhasilan yang ingin dicapai oleh AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta, maka dibutuhkan cara– cara dalam memberikan pelayanan pada nasabah. Dalam hal ini pegawai dan juga penagih (agen) harus berusaha dengan baik dalam meningkatkan pelayanan bagi nasabahnya. Penagih (agen) dan pegawainya harus berkomunikasi dengan baik karena mereka yang biasa berhadapan langsung dengan para nasabahnya.

Adapun cara yang ditempuh para pegawai AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta dalam memberikan pelayanan yang memuaskan kepada nasabah antara lain sebagai berikut :

1. Sabar dalam memberikan pelayanan dan menjawab semua pertanyaan dari nasabah dengan penuh perhatian.

2. Bersikap ramah apabila berbicara dengan nasabah dengan menggunakan nada bicara yang sopan

3. Mampu memberikan kesan yang baik terhadap para nasabah yang datang ke AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta.

4. Para pegawai dan para penagih berusaha meningkatkan pengetahuan tentang jasa–jasa yang ditawarkan oleh AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta

5. Jujur serta menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh para nasabah. Itulah cara–cara yang dilakukan oleh AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta dalam memberikan pelayanan bagi nasabahnya. Dan

(44)

untuk itu diharapkan para nasabahnya dapat semakin memberikan kepercayaannya pada AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta.

Yang menjadi subyek asuransi adalah badan asuransi, dalam hal ini yaitu Badan Askum, sedang yang menjadi obyek asuransi adalah instansi, organisasi, perguruan/sekolahan, lembaga, perbankan, perusahaan, industri dan lain sebagainya yang bersifat kelompok dan memungkinkan untuk diasuransikan. Hak subyek asuransi adalah menerima premi, sedangkan kewajiban subyek asuransi adalah membayar klaim apabila terjadi klaim atas diri peserta asuransi.

1. Pelayanan Pengajuan Surat Penutupan

Setiap agen/pegawai yang berhasil melakukan presentasi hingga lembaga/organisasi tersebut mengajukan penutupan Askum, maka hal–hal yang harus dilakukan setelah itu adalah :

a. Melakukan pendataan calon peserta Askum yang meliputi nomor, nama, tanggal lahir, usia, nama ibu kandung, mulai asuransi, masa asuransi, Uang Pertanggungan dan premi

b. Membantu calon Pemegang Polis mengisi Surat Permintaan Penutupan Asuransi Kumpulan c. Meminta tanda tangan dan stempel perusahaan calon Pemegang Polis pada Surat Pernyataan

dan pada Daftar data peserta Asuransi Kumpulan d. Membuat kwitansi premi

e. Melakukan penagihan premi kepada calon Pemegang Polis f. Menyetorkan premi kepada kasir Kantor Cabang Askum g. Membuat/mengisi blanko provisi penutupan Askum

PROSEDUR PENGAJUAN SURAT PENUTUPAN & UNDERWRITING TTA ( Tenaga Teknik Aktuaria )

- Mengklasifikasikan tingkat resiko dari calon peserta

(45)
(46)

Subsistem dalam pelayanan pengajuan surat penutupan dan underwriting adalah : 1.Calon Peserta/ Pemegang Polis

2. TTA ( Tenaga Teknik Aktuaria ) 3. AKA ( Agen Koordinator Askum )

4. KUAK ( Koordinator Unit Administrasi dan Keuangan ) 5. Pegawai Kantor Pusat

Berdasar data yang diperoleh dari Ibu Lilis selaku KUAK Askum Bumiputera, bagi calon nasabah yang akan mengajukan surat penutupan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. Setiap lembaga yang bermaksud mengambil Polis Asuransi Kecelakaan Diri pada Askum, harus mengisi dengan benar dan lengkap serta menandatangani formulir Surat Penutupan berikut kelengkapannya yang disediakan untuk keperluan tersebut dan kemudian mengirimkannya ke Badan Askum.

b. Surat Penutupan yang telah diisi dengan lengkap dan benar tersebut menjadi dasar perjanjian Asuransi Kumpulan antara Badan dengan Pemegang Polis.

c. Jika kemudian ternyata keterangan–keterangan yang dinyatakan dalam Surat Penutupan berikut kelengkapannya tersebut tidak benar atau palsu, sedang kontrak asuransinya masih berjalan, maka Badan Askum berhak sepenuhnya untuk membatalkan kontrak asuransinya dengan tidak dapat diwajibkan untuk mengembalikan premi yang telah diterima oleh Badan Askum kepada pemegang Polis, kecuali jika keterangan yang tidak benar itu terbukti diberikan dengan sengaja satu sama lain menurut pertimbangan Badan Askum.

2. Underwriting Asuransi Kumpulan

Underwriting sering pula disebut sebagai seleksi resiko. Selanjutnya didefinisikan bahwa underwriting atau seleksi resiko adalah suatu proses untuk menaksir dan mengklasifikasikan tingkat resiko dari seseorang yang jiwanya akan diasuransikan.

(47)

a. Untuk memastikan agar setiap calon pemegang polis atau tertanggung/peserta membayar premi sesuai dengan tingkat resikonya.

b. Untuk menjaga kelangsungan asuransi, sehingga tidak merugikan perusahaan maupun pemegang polis atau tertanggung/peserta.

c. Untuk menjaga kestabilan dana yang terhimpun, sehingga perusahaan dapat berkembang.

Untuk program Asuransi Kecelakaan Diri tidak ada batasan Uang Pertanggungan. Karena resiko kecelakaan diri tidak didasarkan pada usia maupun banyaknya peserta, tetapi didasarkan pada jenis pekerjaan Calon Peserta. Sesuai dengan jenis pekerjaannya, Calon Peserta Asuransi Kecelakaan Diri pada Asuransi Kumpulan dapat digolongkan menjadi (empat) klas resiko.

Dasar penggolongan tersebut adalah berkaitan dengan jenis atau macam pekerjaan sehari – hari dimana akan terdapat perbedaan bahaya kecelakaan yang mungkin dihadapi/dideritanya.

Klasifikasi resiko itu sebagai berikut : Resiko Klas I

Kelompok orang yang termasuk ke dalam klas ini adalah mereka yang pekerjaannya bersifat administratif, misalnya :

- Pimpinan dan Pegawai/Karyawan Administrasi dari Kantor Pemerintah. - Karyawan Administrasi pada Bank, Hotel, Restoran, Toko

- Akuntan, Pengacara, Notaris - Dosen, Guru

- Dokter

- dan lain – lain yang sejenisnya. Resiko Klas II

Kelompok orang yang termasuk dalam klas ini adalah mereka yang pekerjaannya hampir sama dengan Klas I, tetapi sering melakukan perjalanan atau dinas luar, atau melakukan tugas menggunakan tenaga fisik, misalnya :

- Salesman, Penagih Rekening/Kolektor

- Artis, Aktor/Aktris (tidak termasuk stunt-man) - Kontraktor, Konsultan, Wartawan

- Pelayan Hotel, Toko/Supermarket, Bioskop, Restoran, Penjahit - Bidan, Petugas Rumah Sakit

(48)

Resiko Klas III

Kelompok orang yang termasuk dalam klas ini adalah mereka para pekerja lapangan atau teknisi/pekerja yang bekerja secara manual atau bekerja dengan menggunakan mesin–mesin ringan, misalnya :

- Buruh pada pabrik alat–alat pertanian

- Insinyur pelaksana pekerjaan pendingin/pemanas udara dan teknisinya - Insinyur, montir dan pekerja lain di pelabuhan udara

- Sopir dan Kondektur kendaraan umum, pekerja pada pabrik - dan lain-lain yang sejenisnya.

Resiko Klas IV

Kelompok orang yang termasuk dalam klas ini adalah mereka para pekerja kasar atau sifatnya berbahaya atau pekerjaan–pekerjaan dengan menggunakan mesin berat, misalnya :

- Pekerja galangan kapal - Pekerja Tambang - Pekerja pada Dek kapal - Operator Crane, Lori - Pekerja pada pergudangan

- Pekerja yang menggunakan bahan peledak - dan lain-lain yang sejenisnya

Resiko kecelakaan dalam Asuransi Kecelakaan Diri dibedakan menjadi tiga resiko, yaitu resiko A, resiko B dan resiko D dengan benefit sebagai berikut :

1. Resiko A (Meninggal Dunia)

Jika peserta meninggal dunia akibat kecelakaan dalam masa asuransi, kepada ahli waris melalui pemegang Polis dibayarkan santunan sebesar Uang Pertanggungan.

2. Resiko B (Cacat Tetap Total/Sebagian)

Jika peserta mengalami cacat tetap total/sebagian akibat kecelakaan dalam masa asuransi, kepada peserta melalui Pemegang Polis dibayarkan santunan sebesar prosentase yang telah ditentukan maksimum sebesar Uang Pertanggungan.

(49)

hidup dan oleh dokter dinyatakan sudah tidak mungkin lagi diadakan penyembuhan.

Sedangkan cacat tetap sebagian adalah suatu keadaan cacat badan sehingga dari badan yang cacat tersebut tidak dapat berfungsi lagi sebagaimana mestinya yang dinyatakan oleh dokter. 3. Resiko D (Pengobatan akibat kecelakaan)

Jika peserta menjalani pengobatan/perawatan akibat kecelakaan dalam masa asuransi, kepada peserta yang bersangkutan melalui pemegang polis dibayarkan biaya pengobatan/perawatan sebesar kwitansi dan maksimal 10% dari Uang Pertanggungan untuk setiap kejadian dan maksimal sebesar Uang Pertanggungan selama masa asuransi.

Benefit resiko kecelakaan yang dapat dijual pada Asuransi Kecelakaan Diri: Resiko A : Meninggal Dunia

Resiko A+B : Meninggal Dunia + Cacat Tetap Resiko B + D : Cacat Tetap + Pengobatan Kecelakaan

(50)

Contoh biaya premi yang dibayar berdasarkan jenis resiko dengan Uang Pertanggungan yang telah ditetapkan :

Jenis Resiko : A

Plan : Asuransi Kecelakaan Diri Kumpulan UP : Rp.

2.000.000,-Kelas Resiko : Kelas IV Masa Asuransi : 1 Tahun

Premi Tahunan : 2.000.000 x 2. 32 = Rp. 4.640 1000

Jenis Resiko : B

Plan : Asuransi Kecelakaan Diri Kumpulan UP : Rp.

2.000.000,-Kelas Resiko : Kelas III Masa Asuransi : 1 Tahun

Premi Tahunan : 2.000.000 x 2. 64 = Rp. 5.280 1000

Jenis Resiko : B + D

Plan : Asuransi Kecelakaan Diri Kumpulan UP : Rp.

2.000.000,-Kelas Resiko : Kelas II

Masa Asuransi : 1 Tahun

Premi Tahunan : 2.000.000 x 2. 96 = Rp. 5.920 1000

Jenis Resiko : A + B + D

Plan : Asuransi Kecelakaan Diri Kumpulan UP : Rp.

2.000.000,-Kelas Resiko : Kelas I

Masa Asuransi : 1 Tahun

(51)

1000

Untuk asuransi jangka pendek (di bawah 1 tahun) pada plan Asuransi Kecelakaan Diri, besar tarip premi ditentukan dengan skala sebagai berikut :

MASA ASURANSI PREMI

1 hari s/d 7 hari 12,5% x premi 1 tahun 8 hari s/d 15 hari 15% x premi 1 tahun 16 hari s/d 1 bulan 20% x premi 1 tahun

Lebih dari 1 bulan s/d 2 bulan 30% x premi 1 tahun Lebih dari 2 bulan s/d 3 bulan 40% x premi 1 tahun Lebih dari 3 bulan s/d 4 bulan 50% x premi 1 tahun Lebih dari 4 bulan s/d 5 bulan 60% x premi 1 tahun Lebih dari 5 bulan s/d 6 bulan 70% x premi 1 tahun Lebih dari 6 bulan s/d 7 bulan 75% x premi 1 tahun Lebih dari 7 bulan s/d 8 bulan 87,5% x premi 1 tahun Lebih dari 8 bulan s/d 12 bulan 100% x premi 1 tahun

Untuk jumlah tertentu peserta Asuransi Kecelakaan Diri Kumpulan diberikan potongan (Discount) premi dengan ketentuan sebagai berikut :

Jumlah Peserta Potongan 2. s/d 24 orang 0%

25. s/d 50 orang 5% 51. s/d 100 orang 10%

101. s/d 200 orang 15%

201 s/d 300 orang 20% Lebih dari 300 orang 25%

Faktor – faktor yang dipergunakan dalam menghitung premi Asuransi Kecelakaan Diri diantaranya adalah :

a. Besarnya Uang Pertanggungan b. Masa Asuransi

Gambar

Tabel 4.1 Premi Tahunan
TABEL 4.2
Tabel 4.3Rekap Jumlah Peserta Asuransi
Tabel 4.4

Referensi

Dokumen terkait

Adapun mekanisme proses perbaikan telepon dapat diperoleh dengan melihat sumber informasi gangguan dengan menggunakan sistem komputerisasi yang bernama Sistem Informasi Kastemer (

Penerapan Model Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division(STAD) untuk MeningkatkanPemahaman Siswa pada Mata Pelajaran IPA Mengenai Pembentukan Tanah.. Universitas

Untuk mengatasi kerusakan-kerusakan tersebut, maka diperlukan peralatan pengamanan seperti rele bucholz, pengaman dan rele untuk tekanan lebih, rele differential, rele tangki

Di dalam sistem pengendalian manajemen pada suatu organisasi bisnis, pengukuran kinerja merupakan usaha yang dilakukan pihak manajemen untuk mengevaluasi hasil-hasil kegiatan

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk melihat sejauh mana perubahan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi pembentukan tanah di kelas V semester II SDN

Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang- undang Nomor 18 Tahun 1997 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran

Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada butir (1), Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko melalui Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah

[r]