• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis pendekatan kontekstual dalam buku teks biologi tingkat smp/mts kelas VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "analisis pendekatan kontekstual dalam buku teks biologi tingkat smp/mts kelas VII"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM BUKU TEKS

BIOLOGI TINGKAT SMP/MTs KELAS VII

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Licha Utari

108016100019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ABSTRAK

Licha Utari 108016100019. Analisis Pendekatan Kontekstual dalam Buku Teks Biologi Tingkat SMP/MTs Kelas VII. Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur kontekstual yang terkandung dalam buku teks biologi tingkat SMP/ MTs Kelas VII yang digunakan di sekolah-sekolah. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sample. Sampel penelitian berjumlah 3 buah buku teks pegangan siswa kelas VII. Kode buku A merupakan kurikulum 2013, kode buku B merupakan kurikulum KTSP, kode buku C merupakan kurikulum KTSP yang berlabel kontekstual. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen sederhana yang mengembangkan definisi dari setiap komponen pendekatan kontekstual sesuai dengan rumusan masalah yang diberikan. Instrumen divalidasi oleh dosen pembimbing dan staff ahli dari Balitbang. Analisis data yang diperoleh menunjukkan keunggulan buku kurikulum 2013 ada pada lima unsur yaitu konstruktivisme sebesar 60.36%, bertanya 38.13%, Inquiry 32.2%, masyarakat belajar 10.98% dan refleksi 22.86%. Buku kurikulum sebelumnya (KTSP 2006) yang tidak berlabel kontekstual unggul pada unsur pemodelan sebesar 14.17% dibandingkan buku yang lainnya. Buku kurikulum KTSP 2006 yang berlabel kontekstual memiliki keunggulan dalam penilaian autentik sebesar 4.7%.

Kata Kunci : Kontekstual, Buku Teks, Konstruktivisme, Penilaian Autentik

(3)

ABSTRACT

Licha Utari 108016100019. Contextual Approach Analysis on Grade 7 Junior High School Biology Text Book. BA Thesis, Biology Education Study Program, Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

This study aims to explore contextual factors embedded in Biology text book for grade 7 Junior High School. This study was carried out in Tangerang. It employed descriptive qualitative research method. Purposive sampling technique was used to determine the samples; three grade 7 text books. Book code „A‟ indicated 2013 curriculum book, then book code „B‟ represented KTSP curriculum, and book code „C‟ symbolized KTSP curriculum book with contextual label. Then the instrument of this study was the elaboration of each contextual approach factors corresponding to the problem. This instrument was validated by academic advisor and an expert from Balitbang. The results indicated that 2013 curriculum book is superior in five factors, these are constructivism 60.36%, questioning 38.13 %, inquiry 32.20%, community learning 10.98% and reflection 22.86%. The book in the previous curriculum (KTSP 2006), which is not labelled contextual, is more excellent in the modelling factor 14.17% than the other books. The last book, KTSP 2006 with contextual label, is greater in authentic assessment 4,7%.

Keywords: Contextual, Text book, Constructivism, Authentic Assessment

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan ridho-Nya yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi dengan judul Analisis Pendekatan Kontekstual Dalam Buku Teks Biologi Tingkat SMP/MTs Kelas VII.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih. Dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Eny S. Rosyidatun, MA., Dosen pembimbing akademik.

5. Bapak Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd., Pembimbing I dalam penyusunan skripsi. Terima kasih atas bimbingan Bapak selama ini, semoga Allah membalas semua kebaikan Bapak.

6. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd., Pembimbing II dalam penyusunan skripsi. Terima kasih atas bimbingan Ibu selama ini, semoga Allah membalas semua kebaikan Ibu.

7. Bapak Sujari H. Prayitno dan Mama Endang Yuliati tercinta, terima kasih atas doa, motivasi serta kasih sayangnya.

8. Adik-adik ku Adi dan Ilham tersayang, terima kasih atas doa, motivasi serta kasih sayangnya.

(5)

9. Sahabat-sahabat biologi A angkatan 2008, khususnya Tri Suwarno, Triyana, Endri, Nelly, Tata, dan lulu terima kasih atas dukungan, doa serta bantuan Kalian semua.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu baik secara langsung maupun tidak langsung, dari lubuk hati yang paling dalam Saya ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini cukup sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Jakarta, Mei 2015

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori ... 6

1. Pengertian Buku Teks ... 6

2. Syarat-syarat Buku Teks yang Baik ... 7

3. Tujuan dan Fungsi Buku Teks ...10

4. Buku Sekolah Elektronik (BSE) ...12

5. Penilaian Buku Teks Pelajaran...13

6. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) ... 14

7. Konsep Belajar Megajar IPA Melalui Pendekatan Kontekstual ... 16

8. Literasi Sains ... 18

(7)

9. Situasi dan Konteks pada PISA ... 20

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 22

C. Kerangka Berpikir ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 27

B. Teknik Sampling ... 28

C. Teknik Pengumpulan Data ... 28

D. Instrumen Penelitian ... 29

E. Teknik Analisis Data ... 30

F. Uji Keabsahan Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Buku dan Topik ... 33

B. Hasil Penelitian ... 34

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 48

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 65

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Cakupan Penelitian Konteks dalam PISA ... 21

Tabel 3.1 Kisi- kisi Instrumen ... 29

Tabel 4.1 Data Buku yang Diteliti ... 33

Tabel 4.2 Topik buku dan PISA yang bersinergi ... 34

Tabel 4.3 Data analisis dari unsur kontekstual... 34

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Data analisis unsur kontekstual kode A ... 35 Gambar 4.2 Data analisis unsur kontekstual kode C2 ... 43 Gambar 4.3 Data analisis unsur kontekstual kode B1 ... 46

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 65

Lampiran 2. Gambar Data Indikator Kode Buku A ... 68

Lampiran 3. Gambar Data Karakteristik Kode Buku A ... 69

Lampiran 4. Gambar Data Indikator Kode Buku B1 ... 70

Lampiran 5. Gambar Data Karakteristik Kode Buku B1 ... 71

Lampiran 6. Gambar Data Indikator Kode Buku B2 ... 72

Lampiran 7. Gambar Data Karakteristik Kode Buku B2 ... 73

Lampiran 8. Gambar Data Indikator Kode Buku C1 ... 74

Lampiran 9. Gambar Data Karakteristik Kode Buku C1 ... 75

Lampiran 10. Gambar Data Indikator Kode Buku C2 ... 76

Lampiran 11. Gambar Data Karakteristik Kode Buku C2 ... 77

Lampiran 12. Uji Referensi ... 78

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan standarisasi buku teks pelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 11 Tahun 2005 tentang Buku Teks Pelajaran bagi Peserta Didik. Buku teks pelajaran diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih terjamin dan akurat pada peserta didik, sehingga dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.1

Buku merupakan salah satu faktor penentu suatu program pengajaran. Buku ajar adalah bentuk dari uraian dan rincian dalam kurikulum dan silabus. Proses perencanaan kurikulum yang bermutu, tidak akan berjalan dengan baik, tanpa adanya buku-buku teks yang bermutu sehingga tujuan pembelajaran tidak akan pernah tercapai dengan baik.2 Buku teks merupakan komponen penting dari perangkat kurikulum di sekolah. Pentingnya buku teks sebagai sarana belajar mengajar sehingga UNESCO mencanangkan semboyan book for all yang tertuang dalam semboyan seperti buku adalah guru yang tidak pernah jemu, buku adalah jendela informasi dunia, dan buku menjadi sarana pokok untuk menyimpan dan menyebarluaskan khazanah ilmu pengetahun, teknologi, informasi, dan seni.3

Buku teks berperan sebagai media instruksional yang dominan di kelas dalam penyampaian materi di dalam kurikulum.4 Buku teks juga berperan sebagai sumber informasi yang keakuratannya lebih terjamin.5 Buku teks juga berperan sebagai acuan bagi para guru untuk memberikan materi kepada peserta didik.

1

Pudji Muljono, “Kegiatan Penilaian Buku Teks Pelajaran Pendidikan Dasar dan Menengah”,

Naskah Akademik Penilaian Buku Teks Pelajaran, h. 1.

2

Widiasih, “Kajian Terhadap Penyajian Konsep Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) pada Buku Ajar IPA Kelas VI Sekolah Dasar (SD)”, Jurnal Pendidikan, Volume 3, Nomor 1, Maret 2002, h. 2.

3

Aim Abdulkarim, “Analisis Isi Buku Teks dan Implikasinya dalam Memberdayakan Keterampilan Berpikir Peserta didik SMA”,Jurnal Forum Kependidikan, Volume 26, Nomor 2, Maret 2007, h. 71.

4

Pudji Muljono. loc. cit. 5

(12)

Kita bisa menarik kesimpulan dari uraian buku di atas bahwa buku teks adalah segala bahan tulisan yang memuat materi dalam pembelajaran selama proses belajar. Buku teks membantu peserta didik untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Buku teks membuat sarana dalam belajar dikelas menjadi efisien karena guru tidak perlu mencatat materi, guru hanya menerangkan catatan penting, selebihnya peserta didik yang harus membaca dan guru hanya sebagai fasilitator.

Pentingnya peranan buku teks dalam pembelajaran mengharuskan buku teks berkualitas baik. Buku teks pelajaran memiliki kualitas yang baik jika memenuhi standar tertentu.6 Di antaranya buku teks harus :

1. Memperhatikan karakteristik siswa dengan lingkungannya,

2. Mengandung nilai-nilai kehidupan yang bisa dipelajari untuk kehidupan sehari-hari,

3. Merangkum berita-berita terbaru sekitar kehidupan,

4. Membangkitkan motivasi yang positif bagi para pembaca.7

Pengaitan pengalaman belajar dengan kehidupan sehari-hari disebut kontekstual. Unsur kontekstual suatu buku teks dinilai melalui butir-butir instrumen penilaian buku teks.8

Buku teks IPA penting disajikan dengan pendekatan kontekstual. Buku teks kontekstual menghubungkan teori, fenomena dan permasalahan yang ditemui sehingga siswa dapat mengimplementasikan teori, konsep dan prinsip yang sudah dipelajari dengan kehidupan sehari-hari.9 Akibat peserta didik mempelajari buku teks pelajaran yang kontekstual, maka tercipta pembelajaran yang menyenangkan, sehingga konsep biologi lebih mudah dipahami dan peserta didik dapat mengaitkan ilmu yang telah dimilikinya dengan kehidupan nyata sehari-hari.10

6

Ibid.

7

Indriyati Ibrahim,“Representasi Konsep Biologi kontekstual pada Buku Pelajaran IPA

Kelas VIII”, Journal of Research and Educational Research Evaluation, Juni 2012, h. 83.

8

Mohamad Waluyo, “Analisis Buku Sekolah Elektronik (BSE) Kelas VII SMP Pelajaran

Matematika Ditinjau dari Implementasi Pendekatan Kontekstual”, Skripsi pada Program Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2010, h. 5.

9

Indriyati Ibrahim, op. cit., h. 83

10

(13)

Pendekatan kontekstual juga menjadi syarat dalam penilaian buku di Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) pada instrumen 2 penilaian buku butir 10 mengenai masalah kontekstual, dijelaskan:

Materi menyajikan masalah kontekstual yang akrab, menarik, atau bermanfaat bagi peserta didik. Masalah kontekstual sedapat mungkin dimunculkan pada bagian awal sajian dengan maksud untuk memfasilitasi penemuan konsep, prinsip, atau prosedur. Masalah tersebut dapat pula disajikan di bagian akhir sebagai uji pemahaman, ilustrasi aplikasi, atau generalisasi.11

Fakta yang terjadi di lapangan bahwa banyak buku teks pelajaran yang diterbitkan oleh berbagai penerbit, baik oleh pihak swasta maupun pemerintah, telah menimbulkan banyak perbedaan antara satu buku dengan buku lainnya. Sebagai contoh, buku teks IPA kelas VII yang telah diterbitkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sebanyak 40 buku teks.12 Dalam hal ini, pemerintah tidak memberikan pengarahan buku-buku mana saja yang harus digunakan sebagai bahan ajar. Persoalan seleksi mutu buku teks menjadi sangat penting karena banyaknya buku teks yang telah diterbitkan. Oleh karena itu, pemakaian buku teks secara serampangan (tanpa seleksi yang memadai) dapat menimbulkan kerugian khususnya bagi peserta didik.13

Buku-buku yang umumnya banyak digunakan di SD adalah buku–buku yang banyak mencantumkan soal latihan. Dengan banyaknya berlatih soal-soal tersebut, guru beranggapan bahwa peserta didik akan memahami IPA melalui proses bagaimana menemukan konsep tersebut. Padahal, untuk menemukan konsep-konsep IPA diperlukan buku teks yang mengarahkan kepada IPA sebagai inkuiri.14 Penelitian lain menunjukkan bahwa kurangnya memenuhi kriteria kontekstual dalam standar isi buku IPA Biologi kelas VII di Kota Semarang pada suatu buku tertentu.15 Penelitian dari Aim Abdulkarim menunjukkan bahwa buku teks yang digunakan pada tingkat SMA di Kota Bandung kurang membangkitkan

11

Mohammad Waluyo, op. cit., h. 5.

12

(14)

minat siswa, buku teks kurang mudah dipahami, belum memiliki muatan materi yang dapat memotivasi, merangsang, dan melatih kemampuan berpikir siswa kadar tinggi.16

Peran buku teks yang dominan dalam pembelajaran menjadikan penggunaan buku teks harus dipilih secara kritis.17 Salah satu cara kritis untuk menilai buku teks pelajaran adalah melalui indikator kontekstual yang meliputi constructivism (konstruktivisme, membangun, membentuk), questioning (bertanya), inquiry (menyelidiki, menemukan), learning community (masyarakat belajar), modelling (pemodelan), reflection (refleksi atau umpan balik), authentic assessment (penilaian autentik).

Untuk mengetahui perbedaan variasi buku teks antara penerbit satu dengan penerbit lainnya berdasarkan analisis indikator kontekstual maka penulis melakukan penelitian dengan judul, “Pendekatan Kontekstual dalam Buku Teks Biologi Tingkat SMP/MTs Kelas VII”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Banyaknya buku teks yang beredar tanpa ada pengesahan dari Pemerintah sehingga membingungkan pihak sekolah untuk memilih buku teks yang tepat. 2. Buku teks yang digunakan di sekolah umumnya belum mengaitkan ilmu yang

telah dipelajari dengan kehidupan sehari-hari, materi yang disajikan kurang memotivasi peserta didik dan kurangnya penyajian gambar atau contoh.

3. Buku teks kurang mudah dipahami peserta didik.18

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dibatasi pada aspek-aspek berikut:

16 Aim

Abdulkarim, op, cit., h. 78.

17

Ibid., h. 72.

18

(15)

1. Analisis buku yang dimaksud adalah analisis buku pelajaran biologi berdasarkan kesesuaian dengan unsur kontekstual.

2. Buku teks yang dimaksud dalam penelitian ini adalah buku teks utama yang memuat materi pelajaran biologi yang menjadi pegangan peserta didik di sekolah pada tingkat SMP kelas VII.

3. Hanya ada peneliti dan satu validator buku teks karena sulitnya mencari validator kedua yang ahli dibidang kontekstual.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Apakah penyajian konsep yang ada pada buku teks biologi tingkat SMP/MTs Kelas VII menggunakan pendekatan kontekstual ?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui unsur-unsur kontekstual yang terkandung dalam buku teks biologi yang digunakan di sekolah-sekolah.

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi beberapa orang yang terlibat dalam bidang pendidikan, diantaranya:

1. Bagi guru, bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai buku biologi yang mengandung unsur-unsur kontekstual.

(16)

BAB II

DESKRIPSI TEORITIK

A. Buku Teks Pelajaran

1. Pengertian Buku Teks

Bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang dimanfaatkan oleh guru/instruktur untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang digunakan dapat berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.19

Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis dan memperlihatkan bagian utuh dari kompetensi yang nantinya harus dikuasai oleh peserta didik selama kegiatan belajar mengajar di sekolah.20 Bahan ajar yang digunakan di sekolah dapat berupa buku teks, yang merupakan bahan ajar cetak.

Buku teks merupakan buku yang mengandung substansi materi pelajaran atau bidang studi tertentu, yang penulisannya dilakukan secara sistematis dengan proses penyeleksian yang mengacu pada tujuan, orientasi pembelajaran dan perkembangan peserta didik, dengan tujuan akhir untuk diasimilasikan.21 Sedangkan menurut Safdar buku teks adalah dasar dan pelengkap pembelajaran guru dalam proses belajar mengajar. Buku teks menjadi dasar dan pendukung pada aktivitas pembelajaran di kelas.22

Direktorat Pendidikan Menengah Umum memaparkan bahwa buku teks adalah kumpulan dari berbagai tulisan yang dibuat secara sistematis, yang mengandung materi pelajaran tertentu, dan disusun oleh penulis dengan mengacu pada kurikulum yang berlaku. Isi materi pada buku teks, diturunkan dari kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.23

19

Depdiknas, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008, h.6

20

Ibid., h. 6

21

Masnur Muslich, Text Book Writing, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2010), cet. 2, h. 50.

22

Safdar,dkk, An analysis of Biology Textbook for 9th Class Published By NWFP Textbook Board Peshawar, Pakistan. International Journal of Academy Research, Volume 3, nomor 2, march 2011, p. 314.

23

Ibid., h. 50.

(17)

Buku teks pelajaran membagi buku menjadi dua bagian, yakni buku teks utama dan buku teks pelengkap. Buku teks utama berisi bahan-bahan pelajaran suatu bidang studi yang digunakan sebagai buku pokok bagi peserta didik dan guru dalam mengajar di sekolah. Buku teks pelengkap adalah buku yang sifatnya membantu untuk menyempurnakan materi atau tambahan bagi buku teks utama dan digunakan oleh guru dan peserta didik.24

Buku teks pelajaran yang dimaksud dalam penelitian kali ini adalah buku teks utama yang digunakan oleh guru dan peserta didik di sekolah. Adanya buku teks tersebut, peserta didik dituntun untuk berlatih, berpraktik, atau mencobakan teori-teori yang sudah dipelajari dari buku tersebut dan mengulang pelajaran serta mempelajari pelajaran selanjutnya yang akan diajarkan. Waktu guru dalam mengajar pun lebih efisien karena peserta didik telah membaca terlebih dahulu pelajarannya, sehingga guru hanya sebagai fasilitator.

Buku teks pelajaran memiliki fungsi untuk mengoptimalisasi pengembangan pengetahuan deklaratif dan pengembangan prosedural. Pengetahuan tersebut harus menjadi target utama dari buku pelajaran yang digunakan di sekolah.25

2. Syarat- Syarat Buku Teks yang Baik

Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan sebagai hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisannya. Buku pelajaran berisi tentang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar.26

Buku teks atau dengan kata lain buku ajar, yakni buku yang menjadi pegangan pembelajaran untuk digunakan di sekolah. Buku teks memiliki peran

24

Bambang Sutedjo, Pengembangan Bahan Ajar dan Media, h. 16.Diakses melalui Tedjofilewordpress.com/pengembangan-materi-ajar-lpp-maret-2008 pada juni 2010

25

Ibid.,

26

(18)

untuk menyajikan pengalaman tak langsung dalam jumlah yang banyak dan untuk menunjang program pengajaran.27

Syarat – syarat buku teks yang bermutu adalah penyajiannya menarik, menantang, materinya bervariasi, sehingga membuat peserta didik termotivasi untuk mempelajarinya. Oleh karena itu dalam penyusunan buku teks harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu antara lain sudut pandang (point of view), kejelasan konsep, Relevan, menarik minat, menumbuhkan motivasi, menstimulasi dan merangsang aktivitas peserta didik, ilustratif, bahasa yang mudah dimengerti, berhubungan dengan mata pelajaran lain, menghargai perbedaan individu, memantapkan nilai-nilai.28

a. Sudut pandang (point of view).

Buku teks harus mempunyai landasan, prinsip, dan sudut pandang tertentu yang menjiwai dan melandasi buku teks secara keseluruhan. Buku tersebut harus menjelaskan tentang materi yang disampaikan oleh guru.

b. Kejelasan konsep. Konsep-konsep yang digunakan dalam suatu buku teks harus jelas dan tandas. Konsep yang disampaikan harus sesuai dengan materi, agar siswa mudah mencernanya.

c. Relevan dengan kurikulum. Buku teks harus relevan dengan kurikulum yang berlaku. Buku harus menyesuaikan dengan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah.

d. Menarik minat. Buku teks ditulis untuk peserta didik sehingga penulis harus mengerti bagaimana menyajikan buku tersebut agar peserta didik senang untuk mempelajarinya.

e. Menumbuhkan motivasi. Buku teks yang dapat membuat peserta didik merasa ingin dan senang untuk mengerjakan tugas atau latihan-latihan. Buku yang membuat para peserta didik selalu ingin menyelesaikan semua tugas-tugas yang ada di buku tersebut.

27

Aim Abdulkarim, Analisis Isi Buku Teks dan Implikasinya dalam Memberdayakan Keterampilan Berpikir Siswa SMA, Jurnal Forum Kependidikan, Volume 26, nomor 2, maret 2007, h. 73.

28

(19)

f. Menstimulasi aktivitas peserta didik. Buku yang merangsang, menantang, dan menggiatkan aktivitas peserta didik. Bagaimana buku tersebut membuat peserta didik selalu terpacu untuk melakukan percobaan-percobaan yang baru. g. Ilustratif. Buku teks harus di sertai dengan ilustrasi yang mengena dan

menarik. Agar peserta didik lebih mudah untuk mempelajari hal-hal yang susah untuk diperlihatkan.

h. Keterbacaan bahasa. Bahasa buku haruslah sesuai dengan bahasa peserta didik. Kalimat-kalimatnya efektif dan terhindar dari makna ganda. Maksudnya agar guru dan peserta didik bisa komunikasi searah dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.

i. Menunjang mata pelajaran lain. Misalnya peserta didik membaca buku biologi, maka dengan sendirinya, peserta didik akan termotivasi untuk membaca buku fisika.

j. Menghargai perbedaan individu. Tidak semua buku menjelaskan teori dengan perincian yang sama. Maka seharusnya setiap buku mengutamakan persamaan konsep.

k. Memantapkan nilai-nilai. Buku teks yang baik berusaha memantapkan nilai. Nilai yang berlaku dalam masyarakat, melestarikan nilai-nilai perjuangan, dan semangat UUD 1945. Mengajarkan siswa bagaimana bersosialisai dengan masyarakat lainnya serta beretika baik.

Materi dalam buku teks harus berdasarkan dari taksonomi bloom. Memulai materi dari yang mudah sampai ke materi yang sulit. Materi tersebut juga harus mengandung pokok-pokok bahasan serta penjabarannya. Untuk memudahkan peserta didik dalam memahami materi, maka buku teks juga harus menampilkan gambar, grafik, istilah atau rumus yang sesuai dengan peserta didik.29

Buku teks yang berkualitas harus memiliki semua komponen yang disebutkan diatas serta harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Kurikulum merupakan pedoman dan panduan dalam sistem pembelajaran agar sistem pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

29

(20)

3. Tujuan dan Fungsi Buku teks

Buku teks berdasarkan segi isinya merupakan buku yang berisi materi bahan ajar bidang tertentu, untuk jenjang pendidikan tertentu, dan pada kurun ajaran tertentu. Buku teks berdasarkan segi tata letaknya merupakan sajian bahan ajar yang mempertimbangkan beberapa faktor yaitu tujuan pembelajaran, kurikulum dan struktur program pendidikan, tingkat perkembangan peserta didik, kondisi dan fasilitas sekolah, kondisi guru dan pemakainya.30

Dari segi fungsinya, selain mempunyai fungsi umum sebagai sosok buku, buku teks mempunyai fungsi sebagai sarana pengembang bahan dan program dalam kurikulum pendidikan. Buku teks sebagai bahan materi yang akan disampaikan dalam pengajaran. Sarana pemerlancar tugas akademik guru. Buku teks membuattugas guru menjadi lebih terarah. Sarana pemerlancar ketercapaian tujuan pembelajaran. Buku teks membimbing guru untuk melanjutkan pengajaran berikutnya. Sarana pemerlancar efisiensi dan efektivitas kegiatan pembelajaran. Guru hanya menerangkan saja, tidak perlu guru harus mencatat, sehingga lebih efisien.31

Sementara itu, nilai lebih buku teks bagi guru yaitu buku teks memuat persediaan materi bahan ajar. Guru bisa lebih terencana dalam melaksanakan pengajaran. Buku teks memuat masalah-masalah terpenting dari satu bidang studi. Guru bisa lebih jelas dalam menjelaskan pokok permasalahan dari materi yang diajarkan. Buku teks banyak memuat alat bantu pengajaran, misalnya gambar, skema, diagram, dan peta. Buku teks yang memuat alat peraga, akan memudahkan guru untuk menjelaskan hal-hal yang sulit dibayangkan peserta didik, seperti gambar sel, darah dan jaring-jaring makanan. Buku teks merupakan rekaman yang permanen untuk memudahkan guru mengevaluasi kembali pengajaran yang disampaikan. Buku teks memuat bahan ajar yang seragam. Maksudnya adalah kesamaan evaluasi, dan juga kelancaran diskusi, sehingga guru tidak melenceng dari kurikulum. Buku teks memungkinkan peserta didik belajar di rumah. Peserta didik dapat mengulang kembali pelajaran yang disampaikan di

30

Masnur Muslich, op. cit., h. 52.

31

(21)

sekolah. Buku teks memuat bahan ajar yang telah tertata menurut sistem dan logika tertentu. Buku teks membebaskan guru dari kesibukan mencari bahan ajar sendiri sehingga sebagian waktunya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain.32

Membaca buku teks akan membuat peserta didik terdorong untuk berpikir dan berbuat yang positif, misalnya memecahkan masalah yang dilontarkan dalam buku teks, mengadakan pengamatan yang disarankan dalam buku teks, atau melakukan pelatihan yang diinstruksikan dalam buku teks.33

Buku teks mempunyai peran tersendiri bagi orang tua untuk memantau dan menemani ketika peserta didik belajar di rumah. Orang tua dapat menerangkan kembali materi yang di pelajari di sekolah agar anaknya dapat lebih memahami materi pelajaran. Orang tua bisa mengetahui daya serap anaknya terhadap materi mata pelajaran tertentu. Apabila daya serapnya kurang, perlu dilakukan perbaikan, dan apabila daya serapnya baik, perlu juga dilakukan langkah-langkah pemantapan atau pengayaan.34

Keberadaan buku teks sangat banyak fungsinya. Fungsi buku teks tidak hanya bagi guru, tetapi peserta didik dan orang tua pun butuh buku teks untuk memantapkan atau mengulang materi yang diajarkan di sekolah. Keberadaan buku teks juga sangat fungsional sebagai kelancaran dalam proses belajar mengajar dan bisa mengefisienkan waktu belajar mengajar di sekolah.

4. Buku Sekolah Elektronik (BSE)

Kebijakan pemerintah pada tahun ajaran baru 2008/2009 ialah diluncurkannya Buku Sekolah Elektronik (BSE). Jumlah Buku Sekolah Elektronik yang disingkat BSE atau e-Book ini sejatinya telah mencapai kurang lebih seribu seratus tiga puluh ( ± 1130 ) judul buku. Tersedia untuk tingkatan SD/MI, SMP/MTs dam SMA/SMK/MA.35Anggaran yang dialokasikan oleh Depdiknas guna mensukseskan program ini pun mencapai hingga 20 miliar.

(22)

Keberadaan BSE ini awalnya diharapkan agar buku teks pelajaran mudah diakses sehingga peserta didik dan pendidik di seluruh Indonesia dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar yang bermutu dan terjangkau.36

BSE merupakan wadah penunjang bagi Program Massal Buku Teks Pelajaran Murah, dimana pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional telah membeli hak cipta buku-buku teks pelajaran tertentu dari penulisnya langsung. Tentu saja, buku-buku tersebut telah dinilai kelayakannya oleh Badan Nasional Standarisasi Pendidikan (BSNP) sesuai dengan Permendiknas No. 46/2007, Permendiknas No. 12/2008, Permendiknas No. 34/2008 dan Permendiknas No. 41/2008. Dengan BSE, buku teks pelajaran dapat diunduh oleh siapa saja, kapan saja, di mana saja melalui situs

http://bse.depdiknas.go.id.37

Guru harus bisa memanfaatkan sumber pengetahuan dan informasi untuk memperkaya wawasan, pemikiran dan inspirasi melalui buku BSE.38 BSE bisa di unduh secara gratis melalui website khusus, tetapi BSE ini juga menjadi hal yang sulit diwujudkan, karena pihak sekolah susah mengeluarkan uang untuk mengcopy unduhan tersebut.

Sebenarnya memang tidak ada kewajiban untuk memakainya, yang ada hanya anjuran. Sekolah/guru lah yang pada akhirnya menentukan buku yang dipakai di sekolah, bukan siswa atau orang tuanya. Jadi, meskipun sudah ada himbauan agar sekolah memakai BSE, tapi kalau guru/sekolah memutuskan untuk memakai buku lain (yang tidak ada dalam BSE), maka siswa/orang tua tidak akan bisa berbuat apa-apa kecuali membelinya. Dalam kasus seperti itu, yang tidak punya uang akan terpaksa belajar tanpa memakai buku.

Cara sederhana yang dapat digunakan oleh orangtua dalam mengidentifikasi buku teks pelajaran yang layak digunakan di sekolah adalah Bagian belakang buku memakai legalitas berdasarkan SK Dirjen Dikdasmen Nomor 455 atau 505

36

Mohamad Waluyo.” Analisis Buku Sekolah Elektronik (BSE) Kelas VII SMP Pelajaran

Matematika Ditinjau dari Implementasi Pendekatan Kontekstual”, Skripsi pada Program Sarjana Univesitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2010, h 20.

37

Tim Penyusun. op. cit., h. iv.

38Jamal Ma’mur Asmani

(23)

atau Permendiknas Nomor 26/2005 atau Nomor 22/2007. Disajikan dalam bentuk satu tahun (tidak per semester). Mencantumkan harga jual maksimal buku pada jilid luar. Menggunakan kertas HVS bukan kertas koran. Pada bagian jilid muka tidak menggunakan embel-embel tulisan rujukan kurikulum yang digunakan.39

Berdasarkan pengertian Buku Sekolah Elektronik (BSE) tersebut, maka para guru atau orang tua tidak perlu khawatir untuk mencetak atau memperbanyak buku BSE. Malah pemerintah menganjurkan untuk mencetaknya agar mempermudah peserta didik dalam belajar. Para orang tua juga bisa mengidentifikasi sendiri buku teks pelajaran yang layak digunakan untuk anak-anak mereka.

5. Penilaian Buku Teks Pelajaran

Komponen penilaian buku teks pelajaran meliputi empat komponen komponen kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, kegrafikaan dan dilaksanakan dalam dua tahap pokok. 40

Komponen penilaian kelayakan harus disesuaikan dengan SK dan KD mata pelajaran, perkembangan anak dan kebutuhan masyarakat. Kelengkapan materi dan life skills. Keluasaan materi untuk maju dan berkembang serta keberagaman nilai- nilai sosial yang ada pada masyarakat sekitar.

Komponen penilaian kebahasaan meliputi indikator keterbacaan, kesesuaian

dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar serta logika berbahasa. Buku

teks yang baik harus mengikuti bahasa yang mudah di pahami peserta didik sesuai

dengan jenjang kelas. Bahasa yang sesuai kaidah dapat mengajarkan siswa berlatih

komunikasi yang baik dan benar.

Komponen penyajian meliputi teknik sistematika penyajian. Meliputi

keruntutan materi dalam penyajian seta pembelajaran. Teknik pembelajaran

dimaksudkan dalam observasi, investigasi, eksplorasi, atau inkuiri, masalah

kontekstual, dan menumbuhkan berpikir kritis.

Komopnen kegrafikaan meliputi indikator ukuran/format buku, desain bagian

kulit, desain bagian isi, kualitas kertas, kualitas cetakan, kualitas jilidan. Buku teks

39

Mohamad Waluyo, loc. cit.

40

(24)

yang memiliki kegrafikaan yang bagus akan membuat peserta didik lebih senang

untuk membaca. Misalnya dengan desain buku yang center,colour and picture.

Memusatkan inti materi di tengah kertas. Mendesain buku dengan banyak warna dan

gambar .

B. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja, sehingga peserta didik mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yakni konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menyelidiki (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic assessment).41

Konstruktivisme (constructivism) adalah peserta didik mengkonstruksi/membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasarkan pada pengetahuan awal melalui proses interaksi sosial dan asimilasi-akomodasi. Implikasinya adalah pembelajaran harus dikemas menjadi proses

“mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.

Tanya jawab (questioning) dalam kegiatan belajar mengajar, peserta didik belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis. Bertanya atau dalam pembelajaran kontekstual dilakukan baik oleh guru maupun peserta didik. Guru bertanya dimaksudkan untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir peserta didik.

Inkuiri (inquiry) dalam proses belajar mengajar intinya menyelidiki adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Proses menemukan cara atau ilmu baru yang dipelajari peserta didik.

41

(25)

Masyarakat (learning community) belajar merupakan sekelompok orang (peserta didik) yang terikat dalam kegiatan belajar, tukar pengalaman, dan berbagi pengalaman. Sesuai dengan teori konstruktivisme, melalui interaksi sosial dalam masyarakat belajar ini maka peserta didik akan mendapat kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, oleh karena itu bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.

Pemodelan (modelling) merupakan proses penampilan suatu contoh agar orang lain (peserta didik) meniru, berlatih, menerapkan pada situasi lain, dan mengembangkannya. Mencontoh ilmu yang ada di buku teks dan menerapkan nya pada kehidupan sehari-hari.

Penilaian autentik (authentic assessment) dimaksudkan untuk mengukur dan membuat keputusan tentang pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang autentik (senyatanya). Agar dapat menilai senyatanya, penilaian autentik dilakukan dengan berbagai cara misalnya penilaian penilaian produk, penilaian berbasis proses,42 potofolio, tugas yang relevan dan kontekstual, penilaian diri, penilaian sejawat dan sebagainya. tes yang baik bukanlah tes yang sulit dikerjakan siswa, tetapi tes yang baik adalah tes yang membuat siswa berpikir dengan berproses.

Refleksi pada prinsipnya adalah berpikir tentang apa yang telah dipikir atau dipelajari. Merefleksi diri dengan kata lain merupakan evaluasi dan introspeksi terhadap kegiatan belajar yang telah peserta didik lakukan.

Dari batasan di atas, dapat ditarik dua hal pokok, yakni mengenai peran guru dan peran siswa dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa harus meyakini bahwa yang mereka pelajari itu berguna sebagai bekal hidup mereka. Di sisi lain, guru harus menjadi fasilitator yang membimbing siswa untuk dapat menemukan sendiri hal-hal yang seharusnya mereka temukan. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa harus memposisikan diri sebagai diri sendiri yang sedang mencari bekal untuk hidupnya nanti. Dalam upaya itu, guru berperan sebagai pengarah dan pembimbing.

42

(26)

C. Konsep Belajar Mengajar IPA Melalui Pendekatan Kontekstual

Pembelajaran berdasarkan masalah sebagai satu strategi pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual berupa belajar berbagai peran orang dewasa dan melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi.

Kemampuan berpikir sudah dimiliki siswa sejak mereka lahir. Makin sering seseorang berhadapan dengan sesuatu yang menuntutnya untuk berpikir, makin berkembang dan makin meningkatkan kemampuan berpikirnya. Jika proses belajar hanya melatih siswa menghafal atau memecahkan soal tertulis saja, maka kemampuan berpikir siswa hanya akan meningkat dalam kemampuan menhafal atau mengerjakan soal tertulis saja. Untuk dapat menghadapi masalah-masalah ilmu pengetahuan alam dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari maka siswa dalam proses belajarnya harus dilatih berpikir untuk memecahkan masalah-masalah autentik yang ada disekitarnya.

Pendidikan sains seperti biologi ditingkat SMA/MA berperan dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai. Biologi merupakan wadah untuk membangun warga negara yang memperhatikan lingkungan serta bertanggung jawab kepada masyarakat serta memahami makna secara sistematis sehingga biologi bukan hanya penugasan juga pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip dan merupakan proses penemuan.43

Untuk pelajaran IPA, sebagai re-orientasi bahwa model pembelajaran IPA memmiliki ciri-ciri seperti menggunakan permasalahan kontekstual. Mengembangkan kemampuan problem solving. Memberikan kesempatan yang luas untuk reinvitation dan construction konsep, prinsip, definisi, dan eksperimen. Membuat peserta didik melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi dan eksperimen. Mengembangkan kreatifitas berpikir yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan melalui pemikiran divergen, original, membuat prediksi, dan

43

(27)

error, Menggunakan modelling (contoh). Memperhatikan karakteristik individu siswa.44

Biologi sebagai salah satu mata pelajaran kelompok sains mempunyai karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Biologi memiliki struktur keilmuan dan metode pembelajaran tersendiri serta terdapatnya produk-produk keilmuan seperti konsep, teori,dan lain-lain.45

Mata pelajaran biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam. Bisa dikatakan bahwa IPA atau sains biologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang makhluk hidup yang dipelajari dengan mengembangkan keterampilan proses peserta didik dalam belajar dan didasari oleh sikap ilmiah.

Selain buku teks, pembelajaran di sekolah juga dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Dalam hal ini adalah guru biologi tersebut. Guru biologi hendaknya mampu mengaplikasikan proses pembelajaran dan prosedur penilaian dalam bidang sains. Permasalahan kontekstual yang digunakan adalah permasalahan yang nyata atau dekat dengan lingkungan dan kehidupan peserta didik sehingga dapat dibayangkan dan disaksikan langsung oleh peserta didik.

D. Literasi Sains

PISA mendefinisikan bahwa literasi sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami karakteristik sains sebagai penyelidikan ilmiah, kesadaran akan betapa sains dan teknologi membentuk lingkungan material, intelektual dan budaya, serta keinginan untuk terlibat dalam isi-isu terkait sains sebagai manusia yang reflektif. Literasi

44Erwan Sutarno, Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah “Open

-Ended” untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Hasil Belajar Fisika Dasar I Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus Th XXXVIII Desember 2005.

45

(28)

sains juga didefinisikan sebagai pengetahuan, nilai-nilai dan kemampuan siswa saat ini yang dihubungkan dengan kebutuhan masa yang akan datang.46

Secara harfiah literasi berasal dari “Literacy” (dari bahasa inggris) yang berarti melek huruf atau gerakan pemberantasan buta huruf. Kata sains berasal dari “Science” (dari bahasa inggris) yang berarti ilmu pengetahuan.47 Salah satu indikator keberhasilan siswa menguasai berpikir logis, berpikir kreatif, dan teknologi dapat dilihat dari penguasaan literasi sains siswa dari Program PISA. PISA (Programme for International Student Assesment) mendefinisikan literasi sains atau scientific literacy didefinisikan PISA sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam. 48

PISA 2006 menetapkan lima komponen proses sains. Penilaian literasi sains meliputi mengenal pertanyaan ilmiah, mengidentifikasi masalah, menarik dan mengevaluasi kesimpulan, mengkomunikasikan kesimpulan yang valid, mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains. 49

Komponen pertama yaitu mengenal pertanyaan ilmiah. Pertanyaan yang dapat diselidiki secara ilmiah, yaitu pertanyaan yang dihadapkan dalam kehidupannya yang memerlukan informasi ilmiah. Bisa diidentifasi secara proses sains.

Mengidentifikasi masalah yang diperlukan dalam penyelidikan ilmiah. Proses ini melibatkan identifikasi atau pengajuan bukti yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan dalam suatu penyelidikan sains, atau prosedur yang diperlukan untuk memperoleh bukti itu.

46

PISA 2006, p.23, (http://www.oecd.org). diakses pada 12 mei 2012

47

Elsy Zuriyani, Literasi Sains Dan Pendidikan.

(http://contohmakalah.blogspot.com/2011/06/literasi-sains-dengan.html) Diakses pada 14 juni

2014

48

PISA 2003, p.134, (http://www.oecd.org). Diakses pada 12 mei 2012

49

(29)

Menarik dan mengevaluasi kesimpulan. Proses ini melibatkan kemampuan menghubungkan kesimpulan dengan bukti yang mendasari atau seharusnya mendasari kesimpulan itu.

Mengkomunikasikan kesimpulan yang valid. Cara peserta didik mengungkapkan secara tepat kesimpulan yang dapat ditarik dari bukti yang tersedia.

Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains. Kemampuan peserta didik menggunakan konsep-konsep dalam situasi yang berbeda dari apa yang telah dipelajarinya.

PISA menetapkan tiga dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya, yakni proses sains, konten sains, dan konteks aplikasi sains. Proses sains merujuk pada proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidenifikasi dan menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan. Termasuk di dalamnya mengenal jenis pertanyaan yang dapat dan tidak dapat dijawab oleh sains, mengenal bukti apa yang diperlukan dalam suatu penyelidikan sains, serta mengenal kesimpulan yang sesuai dengan bukti yang ada.

Secara garis besar penilaian PISA, maka PISA menilai dari empat aspek meliputi konteks, konten, kompetensi dan proses serta sikap. 50Penilaian konteks mengenali situasi kehidupan yang melibatkan sains dan teknologi. Konten yaitu mengetahui gejala alam berdasarkan pengetahuan ilmiah yang meliputi pengetahuan tentang alam. Kompetensi atau proses yaitu mengemukakan kompetensi ilmu yang mencakup isu ilmiah, mengidentifikasi, menjelaskan fenomena alam dan menggambarkan berdasarkan bukti yang ada. Sikap yaitu menunjukkan minat dalam ilmu pengetahuan sains, mendukung penyelidikan ilmiah, motivasi untuk bertindak dengan tanggung jawab terhadap sumber daya alam dan lingkungan.

Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui

50

(30)

akitivitas manusia. Dalam kaitan ini PISA tidak secara khusus membatasi cakupan konten sains hanya pada pengetahuan yang menjadi materi kurikulum sains sekolah, namun termasuk pula pengetahuan yang dapat diperoleh melalui sumber-sumber lain.

Konsep-konsep tersebut diambil dari bidang-bidang studi biologi, fisika, kimia, serta ilmu pengetahuan bumi dan antariksa, yang terkait pada tema-tema utama berikut: struktur dan sifat materi, perubahan atmosfer, perubahan fisis dan perubahan kimia, transformasi energi, gerak dan gaya, bentuk dan fungsi, biologi manusia, perubahan fisiologis, keragaman mahluk hidup, pengendalian genetik, ekosistem, bumi dan kedudukannya di alam semesta serta perubahan geologis.

E. Situasi dan Konteks pada PISA

Sebuah aspek penting dari literasi sains adalah keterlibatan dengan ilmu pengetahuan dalam berbagai situasi. Berurusan dengan isu-isu ilmiah, pilihan metode dan representasi seringkali tergantung pada situasi di mana terdapat masalah. Masalah adalah bagian dari dunia siswa di mana kontekstual itu di nilai. Penilaian dibingkai dalam situasi kehidupan umum dan tidak terbatas pada kehidupan di sekolah. Dalam PISA 2006 fokus dari konteks pada situasi yang berkaitan dengan kelompok swadaya, keluarga dan rekan (pribadi), kepada masyarakat (sosial) dan hidup di seluruh dunia (global).

(31)
(32)

Pribadi buku teks peserta didik lebih banyak mendapatkan informasi. Selain itu guru tidak terlalu banyak membuang waktu untuk mencatat pelajaran. Buku teks yang digunakan di berbagai sekolah, tidak semuanya mengandung nilai-nilai kehidupan atau kontekstual. Faktor inilah yang membuat penulis untuk menelitinya.

(33)

sesuai dengan perkembangan mutakhir, begitu pula kurang sesuai dengan kehidupan dan pengalaman sehari-hari peserta didik, belum terlihat upaya untuk mengorganisasikan materi dengan baik yang kaya kandungan nilai-nilai pembelajaran. Di antaranya. dengan membahas materi yang sedang hangat dibicarakan masyarakat (fenomena aktual).51

Indriyati Ibrahim dalam penelitiannya tentang representasi konsep biologi kontekstual pada buku pelajaran IPA kelas VIII menunnjukkan hasil bahwa sebagian buku yang ada di kota semarang telah sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, namun belum secara optimal menyajikan konsep biologi kontekstual, gambar contoh dan latihan yang diberikan ke peserta didik baru dalam kriteria cukup kontekstual. Kemudian dalam penelitian ini, Indriyati Ibrahim menghasilkan buku teks yang berkonsep biologi kontekstual dan buku tersebut telah dinilai keterbacaannya oleh peserta didik dan termasuk dalam kategori buku yang mudah dipahami peserta didik.52

Rini Prisma Gusti dalam penelitiannya tentang upaya peningkatan pemahaman konsep biologi melalui pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran berbasis gambar (picture and picture) pada siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah kota Padang Panjang pada tahun 2006 menunjukkan hasil bahwa penggunaan pendekatan kontekstual secara umum dapat meningkatkan kualitas pembelajaran biologi.53

Hery Kustanto dan A. Hiduan dalam penelitian mereka mengenai kecenderungan buku teks fisika lama dan buku teks fisika baru untuk SMA menunjukkan bahwa materi fisika pada buku teks fisika baru cenderung lebih terstruktur dibandingkan pada buku-buku teks fisika lama. Hal itu terlihat dari pembagian materi pada kedua buku tersebut. Buku-buku teks fisika lama lebih menekankan pada aspek deskriptif fenomenal sehingga materinya menyebar. Tetapi contoh pada penerapan prinsip-prinsip fisika dalam alat-alat yang ada

51

Aim Abdulkarim, op. cit., h.71

52

Indriyati Ibrahim, Representasi Konsep Biologi Kontekstual pada Buku pelajaran IPA Kelas VIII, Journal of Research and Educational Research Evaluation, 2012, h. 82.

53

(34)

dalam kehidupan sehari-hari pada buku teks fisika lama lebih baik dari pada buku teks fisika baru.54

Mohamad Waluyo dalam penelitiannya yang berjudul analisis buku sekolah elektronik (BSE) kelas VII SMP pelajaran matematika ditinjau dari implementasi pendekatan kontekstual menunjukkan hasil bahwa dari keempat buku teks yang beliau teliti, rata-rata buku tersebut hanya menyajikan permasalahan kontekstual diawal saja, dan buku-buku tersebut terlihat kurang dalam penyaian masalah kontekstual.55

Yusuf Hilmi Adisendjaja dalam penelitiannya yang berjudul analisis buku ajar biologi SMA kelas X di kota Bandung berdasarkan literasi sains menunjukkan hasil bahwa buku ajar biologi yang dianalisis lebih menekankan pada pengetahuan sains, yakni menyajikan fakta, konsep, prinsip, hukum, hipotesis, teori, model dan pertanyaan-pertanyaan yang meminta siswa untuk mengingat pengetahuan atau informasi. Buku-buku tersebut tidak mengarahkan siswa untuk memahami dan mempraktikkan pada kehidupan nyata. Buku-buku tersebut hanya membuat siswa untuk mengingat pelajaran yang diajarkan.56

Yusuf Hilmi Adisendjaja dan Oom Romlah dalam penelitiannya yang berjudul analisis buku ajar sains berdasarkan literasi ilmiah sebagai dasar untuk memilih buku ajar sains (biologi) mengungkapkan bahwa ada beberapa konsep yang ada di dalam buku ajar yang kurang tepat atau miskonsepsi atau memerlukan konsepsi alternatif dan hal ini dapat menyebabkan miskonsepsi pada peserta didik.57

Bisa ditarik kesimpulan dari keenam penelitian tersebut bahwa masih banyak buku teks yang tergolong kurang sesuai dengan kehidupan kontekstual peserta didik sehari-hari, bahasa buku yang sulit dipahami peserta didik, adanya

54Hery Kustanto dan A.Hinduan, “Kecenderungan Buku Teks Fisika Lama dan Buku Teks

Fisika Baru untuk SMA”, Makalah, Diseminarkan pada seminar nasional fisika dan pembelajaran UKSW Salatiga, h.1.

55

Mohamad Waluyo, op. cit., h. 6.

56

Yusuf Hilmi Adisendjaja,” Analisis Buku Ajar Biologi SMA Kelas X di Kota Bandung

Berdasarkan Literasi Sains”,Makalah, FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, h. 1.

57

(35)

miskonsepsi pada beberapa konsep dan kurang menariknya buku tersebut sehingga siswa malas membacanya.

Penelitian dengan menggunakan pendekatan kontekstual menghasilkan peningkatan dalam pembelajaran biologi. Jadi, lebih baik lagi jika buku teks yang dipakai guru dan peserta didik bersifat kontekstual, agar peserta didik langsung mengerti tentang apa yang materi yang ada di buku dan kehidupan kontekstual mereka sehari-hari.

G. Kerangka Berpikir

Melihat beberapa kajian teoritik yang telah disebutkan, dapat diambil kesimpulan bahwa buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu dan merupakan buku standar, yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu dengan maksud dan tujuan-tujuan instruksional, yang diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran.

Kegiatan proses belajar mengajar di sekolah memerlukan buku teks dapat menjadi pegangan guru dan siswa yaitu sebagai referensi utama atau menjadi buku suplemen/tambahan. Proses kegiatan belajar peserta didik tak sebatas mencermati apa-apa saja yang diterangkan oleh guru. peserta didik membutuhkan referensi atau acuan untuk menggali ilmu agar pemahaman peserta didik lebih luas sehingga kemampuannya dapat lebih dioptimalkan. Terlebih lagi jika buku tersebut mengacu pada fakta yang ada di kehidupan sehari-hari, maka pembelajaran akan lebih membekas pada peserta didik.

(36)
(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

F. Tempat dan waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Tangerang. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester Genap tahun ajaran 2013/2014. Tempat penelitian adalah seluruh sekolah SMP RSBI di Kota Tangerang.

G. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif karena analisis datanya non-statistik. Penelitian ini untuk menganalisis pendekatan kontekstual dalam buku teks mata pelajaran biologi yang digunakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VII.

Memperhatikan fokus kajian maka desain penelitian ini adalah desain analisis isi dengan tujuan untuk mendeskripsikan kesesuaian isi buku teks biologi SMP berdasarkan aspek materi dengan implementasi pembelajaran kontekstual. Kajian isi sebagai teknik yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui identifikasi karakteristik pesan tertentu dan dilakukan secara obyektif dan sistematik.

H. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh buku teks IPA yang digunakan oleh sekolah tingkat SMP RSBI di Kota Tangerang. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, buku yang banyak digunakan siswa kelas VII SMP RSBI di Kota Tangerang yakni Buku IPA dengan judul Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP/MTs kelas VII yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2014 (disimbolkan dengan kode buku A).

(38)

2. Sampel

Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah unsur-unsur teks dalam buku yang menjadi populasi penelitian. Langkah - langkah untuk pengambilan sampel penelitian yaitu menentukan bab yang akan dianalisis dengan merujuk pada pedoman Literasi Sains PISA. Membandingkan tiga buku teks yaitu, buku teks kurikulum 2013 pegangan siswa, Buku Sekolah Elektronik (BSE) yang berdasarkan pembelajaran kontekstual, dan buku sekolah elektronik yang digunakan di SMP eks RSBI di kota Tangerang.

Penulis mengambil ketiga buku tersebut karena melihat dari kesamaan buku yang diajarkan di beberapa sekolah. Selanjutnya menganalisis dua bab dari keseluruhan bab yang ada pada masing-masing buku teks tersebut. Hal ini dilakukan untuk menyamakan bab pada setiap buku yang merujuk pada pedoman Literasi Sains PISA. Langkah terakhir yaitu menarik kesimpulan dari analisis ketiga buku teks tersebut yang lebih mewakili berdasarkan implementasi pendekatan kontekstual.

I. Teknik Sampling

Dalam penelitian ini digunakan purposive sampling terhadap hubungan yang dipilih menjadi unit analisis. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu58, yaitu berdasarkan wacana antara konsep yang ada pada PISA dengan bab yang ada pada buku IPA biologi kelas VII. Pemilihan buku teks didasarkan pada judul buku yang digunakan di sekolah. Buku yang diambil adalah tiga buku teks biologi yang berbeda untuk SMP kelas VII.

J. Teknik pengumpulan data

Suatu metode mempunyai tujuan-tujuan untuk memperoleh ukuran tentang suatu variabel, sehingga dalam penelitian banyak teknik yang digunakan dalam pengumpulan data, yang masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Penelitian kali ini teknik pengumpulan data yang

58

(39)

digunakan adalah dengan metode dokumentasi. Dokumen adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.59

K. Instrumen penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan instrumen sederhana dengan sebuah tabel yang terdiri atas tiga kolom yang dikembangkan untuk mendefinisikan setiap komponen pendekatan kontekstual60 sesuai dengan rumusan masalah yang diberikan. Kolom pertama berisikan unsur kontekstual, kolom kedua menunjukkan karakteristik kontekstual, kolom ketiga berisi keterangan indikator kontekstual yang dipakai. Tabel 3.1 merupakan kisi-kisi instrumen. Instrumen telah divalidasi oleh dosen pembimbing dan seorang staff ahli dari pusat kurikulum balitbang.

59

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,2010), h. 274.

60

(40)

UNSUR

KONTEKSTUAL KARAKTERISTIK KONTEKSTUAL

1.konstruktivisme 1.1 membangun pengetahuan awal

(construtivism) 1.2 mengkonstruksi konsep

1.3 menganalisis & mensisntesis konsep

1.4 mengasimilasi dan mengakomodasi

2. bertanya 2.1 mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi

(questioning) 2.2 membangkitkan respon siswa

2.3 mengeksplorasi pemahaman siswa

2.4 mengembangkan pengetahuan siswa

3. menemukan 3.1 mengamati fenomena alam

(inquiry) 3.2melakukan pengamatan dengan merumuskan masalah.mengobservasi,menganalisis,

mengkomunikasikan dan menyajikan hasil dari pengamatan/penelitian.

4. masyarakat belajar 4.1. menyajikan permasalahan untuk diskusi kelompok

(learning community) 4.2. praktikum yang membentuk kelompok

5. pemodelan

5.1. menyampaikan kompetensi & tujuan (modelling) 5.2. mengarahkan siswa pada kejelasn konsep

5.3. contoh materi tergambar jelas

5.4. pemusatan perhatian pada suatu topik

6. refleksi 6.1. rangkuman

(reflection) 6.2. membuat catatan singkat

6.3. tindak lanjut dari suatu materi 7. penilaian autentik

authenthic assesment)

7.1menjawab pertanyaan yang mengarahkan pada proses, mengamati,menganalisis & menafsirkan data yang terkumpul

(41)

Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menjumlahkan indikator kontekstual yang muncul untuk setiap kategori dalam setiap buku yang digunakan.

2. Menghitung persentase munculnya indikator untuk setiap kategori kontekstual dalam setiap buku yang dianalisis.

3. Menarik kesimpulan

Untuk menghimpun data tersebut digunakan juga Tabel Distributif Frekuensi Relatif yang dinamakan Tabel Persentase.61 Hasil penjumlahan tersebut dimasukkan dalam rumus perhitungan persentase. Persentase adalah perbandingan frekuensi item yang terpilih dengan jumlah item secara keseluruhan.

P = Persentase item f = frekuensi item N = jumlah seluruh item

Hasil persentase mencerminkan nilai (hasil) analisis buku tersebut. Semakin besar persentase yang didapat dari analisis buku tersebut, maka hasil buku tersebut menunjukkan contextual problem dalam buku biologi tersebut semakin dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari.

L. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji, credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas).62 Penelitian kali ini, uji

61

Anas Sudijono, Pengantar Statistik pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo, 2008) , h.43.

62

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,h. 366.

(42)

keabsahan data di lakukan pada tahap uji kredibilitas (validitas interrnal) dan Reliabilitas.

1. Uji Kredibilitas

Dilakukan dengan cara diskusi dengan teman sejawat dan member check. Peneliti melakukan diskusi dengan teman sejawat dan melakukan member check tetapi karena teman sejawat tidak ahli dalam kontekstual, maka hasil pengamatan teman sejawat tidak seimbang dengan Peneliti.

2. Uji Dependabilitas

(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Buku dan Topik

Tiga buah buku teks biologi SMP kelas VII yang berbeda dan diterbitkan

oleh pusat perbukuan departemen pendidikan nasional. Pada Tabel 4.1 berikut adalah gambaran umum buku teks tersebut.

Tabel 4.1 Data buku yang diteliti

Kode

Buku Judul Buku Pengarang

Tahun pada PISA (Program International Student Assessment). Penulis membuat kode buku A,B,C untuk memudahkan dalam penyajian data. Topik-topik yang besinergi dengan PISA terlihat pada Tabel 4.2.

(44)

Tabel 4.2 Topik buku dan PISA yang bersinergi

Batas-Batas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

B Ekosistem

Manusia dan Lingkungan

C Ekosistem

Kepadatan Populasi Manusia

Berdasarkan Tabel 4.2 dari lima topik PISA hanya tiga topik PISA yang bersinergi dengan buku teks yang dianalisis. Topik tersebut adalah sumber daya alam, lingkungan dan bahaya. Pada buku A ketiga topik tersebut terdapat dalam satu bab. Pada buku B, ketiga topik PISA terdapat dalam dua bab, sedangkan dalam buku C hanya dua bab yang membahas dari ketiga topik PISA.

B. Hasil Penelitian

Berikut akan terlihat hasil dari keseluruhan data kesesuaian buku dengan sifat kontekstual yang akan tersaji pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Data analisis dari unsur kontekstual pada tiga buku

(45)

(reflection) unggul dalam lima unsur kontekstual dibandingkan kedua buku lainnya. Kelima unsur kontekstual tersebut adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community) dan refleksi (reflection). Pada buku B hanya unggul pada satu unsur kontekstual yaitu pemodelan (modelling) disbanding buku A dan C. unsur kontekstual penilaian autentik (authentic assessment) tertinggi dibanding buku lainnya terdapat pada buku C.

Dari analisis data ketiga buku tersebut, akan terlihat halaman-halaman dalam buku yang termasuk unsur kontekstual. Sajian data tersebut terangkum dalam Tabel 4.4

Tabel 4.4 Data halaman buku A, B dan C yang muncul unsur kontekstual

(46)

2. bertanya

(47)
(48)

1. Konstruktivisme (constructivism)

2. Bertanya (questioning)

3. Menemukan (inquiry)

4. Masyarakat belajar (learning community)

5. Pemodelan (modelling)

6. Refleksi (reflection)

7. Penilaian autentik (authentic assessment)

Unsur konstruktivisme pada buku A paling tinggi yaitu dengan persentase sebesar 60.36%. Contoh konstruktivisme yang disajikan pada awal bab kode buku A seperti berikut.

Para peserta didik perhatikan gambar di bawah ini! Terlihat bahwa burung bangau

bertengger di puncak pohon berjemur setelah mencari makan di daerah sekitar Suaka

Margasatwa Pulau Rambut Kabupaten Kepulauan Seribu DKI Jakarta. Sedang gambar yang

satunya seekor biawak mengendap-endap mencari mangsa. Sekiranya bangau tersebut berada

di bawah, maka tentu dia akan menjadi santapan bagi biawak tersebut. Nah, hal ini terjadi di

semua tempat, bahwa terdapat interaksi sesama makhluk hidup.

a b

Gambar 9.1

(a) Burung bangau yang bertengger pada pohon,

(b) seekor biawak sedang mengendap mencari makan di suaka margasatwa Pulau

Rambut DKI Jakarta

Sumber: Dokumen pribadi Drs. Paskal Sukandar, M.Si

(49)

tinggalmu ? Dalam pertanyaan tersebut, peserta didik diajak langsung untuk bisa membedakan beberapa interaksi yang ada di lingkungan sekitarnya.

Berikut contoh lainnya dalam mengkonstruksi konsep melalui kegiatan praktikum yang berkelompok.

Pada kegiatan kali ini, kamu akan melakukan simulasi tentang saling ketergantungan

makhluk hidup dalam suatu ekosistem. Diharapkan dengan kegiatan ini, kamu memahami

pentingnya setiap organisme bagi kehidupan.

Benda yang kamu perlukan:

1. benang kasur atau tali rafia.

2. kartu-kartu yang berisi komponen ekosistem.

Kegiatan ini dapat dilakukan di dalam atau luar kelas.

Lakukan langkah-langkah sebagai berikut

1. Sesuai kesepakatan, pilih salah satu ekosistem.

2. Peserta didik membentuk lingkaran.

3. Peserta didik pertama sebagai pohon dan memegang ujung tali rafia.

4. Peserta didik kedua yang berada di seberang peserta didik pertama menyebutkan

salah satu komponen ekosistem hutan tropis selanjutnya dan menjelaskan

keterkaitan dengan komponen sebelumnya. Misal burung, hubungannya adalah

tempat hidup.

5. Tali kemudian dihubungi lagi ke Peserta didik ketiga yang berada di seberang

Peserta didik kedua. Hal ini terus dilakukan sampai semua Peserta didik sudah

memegang tali rafia yang mewakili komponen hutan tropis.

Gambar

Tabel 2.1.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen
Tabel 4.1 Data buku yang diteliti
Tabel 4.2 Topik buku dan PISA yang bersinergi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan

Lembar penilaian buku yang dilakukan oleh peserta didik SMP Negeri 5 Yogyakarta yang menggunakan buku teks pelajaran matematika SMP kelas VII semester II

Guru dapat menggunakan buku teks pelajaran Bahasa Indonesia yang disusun oleh Dewi Indrawati dan Didik Durianto sebagai buku acuan utama dalam proses belajar mengajar

12.. teks pelajaran perlu adanya standar khusus dalam pengukuran buku berkualitas. Pengukuran kualitas buku pelajaran, harus diperhatikan aspek-aspek penting yaitu isi

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis teks bacaan pada buku pelajaran “Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII” berdasarkan Kurikulum 2013

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan buku petunjuk praktikum biologi SMA kelas X dengan pendekatan kontekstual berbasis inkuiri terbimbing yang dapat

Materi dalam buku teks terbitan Erlangga ini telah memuat uraian, contoh, tugas, pertanyaan, atau soal latihan yang mendorong siswa untuk secara runtut membuat

Artinya, ketiga buku teks pelajaran Biologi pada materi sistem pencernaan masih layak digunakan dalam proses pembelajaran karena persentase miskonsepsi yang ditemukan kurang dari 30%