KINERJA PERTUMBUHAN IKAN NILA YANG DIBERI
PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA DAN
DIPERKAYA HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN
IKAN KERAPU KERTANG
ZAKY ABDULLATIF
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Yang Diberi Pakan Dengan Kadar Protein Berbeda Dan Diperkaya Hormon Pertumbuhan Rekombinan Ikan Kerapu Kertang” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Zaky Abdullatif
ABSTRAK
ZAKY ABDULLATIF. Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Yang Diberi Pakan Dengan Kadar Protein Berbeda Dan Diperkaya Hormon Pertumbuhan Rekombinan Ikan Kerapu Kertang. Dibimbing oleh ALIMUDDIN dan DEDI JUSADI.
Komponen biaya produksi terbesar dalam budidaya ikan adalah pakan. Penggunaan pakan berprotein rendah yang relatif murah umumnya berdampak pada terhambatnya laju pertumbuhan ikan. Penambahan hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH) pada pakan berkadar protein rendah diharapkan dapat menanggulangi terhambatnya pertumbuhan ikan sehingga produktivitas budidaya meningkat. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja pertumbuhan ikan nila yang diberi rElGH melalui pakan dengan kadar protein berbeda. Benih ikan nila sebanyak 25 ekor per perlakuan dipelihara selama 50 hari dalam hapa berukuran 2x1x1 m3 yang dipasang dalam kolam beton ukuran 20x10x1 m3. Ikan diberi pakan secara at satiation dengan frekuensi 3 kali sehari. Pakan mengandung hormon pertumbuhan rekombinan diberikan 2 kali per minggu pada hari Senin dan Kamis. Bobot pakan harian ditimbang untuk menentukan nilai konversi pakan. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh rElGH yang signifikan (p<0,05) terhadap peningkatan biomassa, bobot rerata, laju pertumbuhan harian, dan konversi pakan. Tidak ada pengaruh signifikan (p>0,05) dari rElGH, kadar protein pakan, maupun interaksi antara keduanya terhadap kelangsungan hidup semua perlakuan dan kontrol. Kinerja pertumbuhan perlakuan pakan diperkaya rElGH dengan pakan kadar protein 20% dan 15% tidak berbeda nyata (p>0,05). Berdasarkan analisis ekonomi, pakan yang paling efisien adalah pakan diperkaya rElGH dengan kadar protein 15%.
Kata kunci: Oreochromis niloticus, rElGH, protein, pakan, pertumbuhan ABSTRACT
ZAKY ABDULLATIF. Growth Performance of Nile Tilapia Fed Diet at Different Protein Level and Enriched with Recombinant Giant Grouper Growth Hormone. Supervised by ALIMUDDIN and DEDI JUSADI.
to determine the feed conversion ratio. The results showed significant effects of rElGH (p<0,05) on improvement of biomass, average weight, daily growth rate, and feed conversion ratio. There were no significant effects (p>0,05) of rElGH, protein, and interaction between the two factors on survival rate of fishes in all treatments and control. There was no significant difference (p>0,05) in growth performance between rElGH enriched diet at 20% and 15% protein level. Based on economic analysis, the most efficient feed in this study was rElGH enriched feed with 15% protein level.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan
KINERJA PERTUMBUHAN IKAN NILA YANG DIBERI
PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA DAN
DIPERKAYA HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN
IKAN KERAPU KERTANG
ZAKY ABDULLATIF
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Yang Diberi Pakan Dengan Kadar Protein Berbeda Dan Diperkaya Hormon Pertumbuhan Rekombinan Ikan Kerapu Kertang
Nama : Zaky Abdullatif NIM : C14100071
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya
Disetujui oleh
Dr. Alimuddin, S.Pi, M.Sc Pembimbing I
Dr. Ir. Dedi Jusadi, M.Sc Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Sukenda, M.Sc Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Yang Diberi Pakan Dengan Kadar Protein Berbeda Dan Diperkaya Hormon Pertumbuhan Rekombinan Ikan Kerapu Kertang” ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 28 Februari 2014 sampai dengan 24 April 2014 di Laboratorium Nutrisi Ikan, Kolam Percobaan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, dan Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik, Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Alimuddin, S.Pi, M.Sc selaku dosen pembimbing I atas segala bimbingan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan.
2. Bapak Dr. Ir. Dedi Jusadi, M.Sc selaku dosen pembimbing II sekaligus dosen pembimbing akademik.
3. Bapak Dr. Ir. Sukenda, M.Sc selaku Kepala Departemen Budidaya Perairan 4. Ibu Dr. Sri Nuryati, S.Pi, M.Si. selaku dosen penguji tamu dan Ibu Yuni
Puji Hastuti, S.Pi, M.Si selaku komisi pendidikan S1 Departemen Budidaya Perairan.
5. Keluarga penulis: bapak Muryadi Nurta, ibu (almh.) Zahro Abdullah bin Nuh, ibu Tini Sumartini, Alia Latifah Hanum, dan Ridho Muhammad Alghazaly.
6. Rekan-rekan Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik: Rangga Garnama, Darmawan Setiabudi, Fajar Maulana, Denny Wahyudi, Kurdianto, Steven Michail Sutiono, Hasan Nasrullah, Raditya Wahyu P, Habib Fadhlan Tamami, Imam Rusydi Hasibuan, Riyan Maulana, Linly Amelianing Mustikasari, Nurindah Rozi Rahmawati, dan Maya Fitriana. 7. Rekan-rekan BDP 47 dan pihak-pihak yang telah membantu secara
langsung maupun tidak langsung hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN ... 2
Latar Belakang ... 2
Tujuan Penelitian ... 3
METODE ... 3
Rancangan Percobaan ... 3
Formulasi dan Pembuatan Pakan Uji ... 3
Pemeliharaan Ikan Uji ... 4
Sampling ... 4
Parameter Uji ... 4
Analisis Data ... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6
Hasil ... 6
Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ... 6
Respons pakan ... 8
Pembahasan ... 9
KESIMPULAN DAN SARAN ... 13
Kesimpulan ... 13
Saran ... 13
DAFTAR PUSTAKA ... 13
LAMPIRAN ... 16
DAFTAR TABEL
1. Rancangan penelitian ... 3
2. Hasil analisis proksimat pakan dalam persentase basah dan kering ... 4
3. Biomassa, bobot rerata, LPH, dan kelangsungan hidup ikan nila diberi pakan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH). ... 7
4. Jumlah konsumsi dan konversi pakan (KP) ikan nila diberi pakan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH). ... 8
5. Formulasi dan perkiraan harga pakan uji ikan nila diberi pakan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH). ... 9
6. Komparasi biaya pakan ikan nila diberi pakan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH). ... 9
DAFTAR GAMBAR 1. Biomassa ikan nila diberi pakan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH). ... 6
2.Dokumentasi pasca penelitian ikan nila diberi pakan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH) ... 7
DAFTAR LAMPIRAN 1. Biaya produksi rElGH (Garnama 2013) ... 16
2. Hasil uji sidik ragam (ANOVA) biomassa ... 17
3. Hasil uji sidik ragam (ANOVA) bobot rerata ... 18
4. Hasil uji sidik ragam (ANOVA) kelangsungan hidup... 19
5. Hasil uji sidik ragam (ANOVA) laju pertumbuhan harian... 20
6. Hasil uji sidik ragam (ANOVA) Jumlah konsumsi pakan ... 21
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas budidaya ikan air tawar dunia. Salah satu kendala utama yang dihadapi dalam budidaya ikan nila di Indonesia adalah margin yang relatif kecil dibandingkan ikan air tawar konsumsi lainnya. Secara umum telah diketahui bahwa komponen biaya produksi terbesar dalam budidaya adalah pakan. Dalam sistem budidaya intensif, biaya pakan berkisar antara 60-80% dari total biaya operasional, sedangkan pada sistem budidaya semi-intensif biaya pakan berkisar antara 30-60% (Hasan 2010). Diketahui pula bahwa komponen yang paling mahal dalam pakan ikan adalah protein. Penggunaan pakan dengan kadar protein rendah yang relatif lebih murah umumnya berdampak pada terhambatnya laju pertumbuhan ikan.
Dalam bidang rekayasa genetika, teknik peningkatan produktivitas budidaya yang sedang banyak dikembangkan adalah penggunaan hormon pertumbuhan rekombinan (recombinant growth hormone/rGH). Hormon pertumbuhan adalah polipeptida rantai tunggal berukuran sekitar 22 kDa yang dihasilkan dari kelenjar pituitari dan memiliki fungsi pleiotropik pada hewan vertebrata. Fungsi utama hormon pertumbuhan antara lain mengatur pertumbuhan sel somatik, reproduksi, imunitas, dan osmoregulasi pada ikan teleost (Acosta et al. 2009). Kobayashi et al.
(2007) juga menyebutkan bahwa hormon pertumbuhan dapat meningkatkan retensi dan penyerapan protein serta mereduksi ekskresi amonia. Penambahan hormon pertumbuhan rekombinan pada pakan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pakan sehingga penggunaan pakan berprotein rendah dapat menghasilkan pertumbuhan yang sama atau bahkan lebih baik daripada pakan berprotein tinggi.
3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kinerja pertumbuhan ikan nila yang diberi hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang melalui pakan dengan kadar protein berbeda.
METODE
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan faktorial dengan dua faktor, yaitu kadar protein pakan berbeda dan penambahan hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (Tabel 1). Setiap perlakuan dan kontrol terdiri atas tiga ulangan. Kadar protein pakan yang diuji adalah 15 dan 20%, sedangkan kadar hormon pertumbuhan ikan kerapu kertang dalam pakan yang ditambahkan adalah 3 mg/kg pakan dan 0 mg/kg pakan sebagai kontrol. Tabel 1. Rancangan penelitian
Penambahan rElGH Kadar Protein Pakan
15% 20%
Keterangan: rElGH adalah hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang. Formulasi dan Pembuatan Pakan Uji
Pakan uji dibuat di Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan FPIK-IPB. Formulasi pakan disesuaikan dengan kadar protein pakan uji, dengan rasio kalori: protein yang seimbang. Analisis proksimat dilakukan untuk memastikan kesesuaian formulasi dengan kandungannya dalam pakan. Hasil analisis proksimat disajikan dalam persentase basah dan kering (Tabel 2).
4
Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan dalam persentase basah dan kering
Pakan Persentase Basah disortir dengan ukuran panjang tubuh sekitar 2 cm dan rerata bobot awal sebesar 3,07± 0,03 gram/ ekor. Ikan dipelihara dalam hapa berukuran 2 x 1 x 1 m3 yang dipasang dalam kolam beton (ukuran 20 x 10 x 1 m3) di Kolam Percobaan FPIK-IPB. Jumlah hapa dalam kolam adalah 12 unit. Jumlah ikan dalam setiap hapa adalah 25 ekor. Sistem pergantian air yang digunakan adalah flow-trough. Untuk mempertahankan kadar oksigen terlarut tetap tinggi, dipasang blower dengan jumlah titik aerasi sebanyak 2 titik aerasi per hapa. Pengukuran parameter kualitas air tidak dilakukan. Nilai kualitas air diasumsikan sama untuk semua perlakuan karena ikan dipelihara dalam wadah yang sama, hanya dipisahkan oleh hapa.
Ikan diadaptasikan selama seminggu dengan pakan buatan. Setelah itu, ikan diberi pakan perlakuan dengan metode at satiation (sekenyangnya), dengan frekuensi 3 kali sehari. Pakan mengandung hormon pertumbuhan rekombinan diberikan 2 kali seminggu pada hari Senin dan Kamis selama 30 hari pertama pemeliharaan, sedangkan sisanya menggunakan pakan tanpa diperkaya rElGH. Ikan dipelihara selama 50 hari. Bobot sisa pakan pada setiap perlakuan ditimbang untuk menentukan nilai konversi pakan pada akhir penelitian.
Sampling
Sampling bobot ikan dilakukan setiap 10 hari, dengan menghitung jumlah ikan serta menimbang biomassanya pada setiap hapa. Biomassa ikan ditimbang menggunakan timbangan digital dengan tingkat ketelitian 0,01 g. Sampling dilakukan sebanyak 5 kali. Penghitungan kelangsungan hidup ikan dilakukan pada akhir pemeliharaan.
Parameter Uji
5 konversi pakan dan efisiensi pakan. Penghitungan parameter teknis produksi, meliputi:
1) Kelangsungan hidup menggunakan rumus dari Zonneveld et al. (1991), yaitu:
Keterangan:
KH = Kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan pada akhir pengamatan (ekor) No = Jumlah ikan pada awal pengamatan (ekor)
2) Laju pertumbuhan harian menggunakan rumus dari Huisman (1987), yaitu:
[√
]
Keterangan:
LPH = Laju pertumbuhan harian (%)
Wt = Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (gram/ekor) Wo = Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (gram/ekor) t = Periode pemeliharaan (hari)
3) Konversi pakan (KP) dihitung dengan rumus dari Effendie (1997), yaitu: KP =
Keterangan:
Pa = Jumlah pakan yang dihabiskan (gram) Bt = Biomassa ikan pada akhir perlakuan (gram) Bo = Biomassa ikan pada awal perlakuan (gram) Bm = Biomassa ikan yang mati (gram)
4) Efisiensi biaya dilakukan dengan membandingkan hasil perkalian nilai KP, jumlah konsumsi pakan, dan harga pakan tiap perlakuan dan kontrol:
Keterangan:
KP = Konversi pakan
JKP = Jumlah Konsumsi Pakan (gram) Hp = Harga pakan (gram)
Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pertumbuhan dan kelangsungan hidup
Biomassa, bobot rerata, KH, dan LPH ikan perlakuan dan kontrol disajikan dalam Tabel 3. Hasil menunjukkan bahwa biomassa ikan perlakuan C (262,17 ± 27,38 gram) dan D (283,48 ± 31,54 gram) adalah tidak berbeda (p>0,05). Biomassa perlakuan C meningkat sebesar 22.10% dibandingkan kontrol (Pakan A), sedangkan biomassa perlakuan D meningkat sebesar 59.65 % dibandingkan kontrol (pakan B). Berdasarkan hasil uji sidik ragam (ANOVA) terdapat pengaruh signifikan dari penambahan rElGH pada pakan (p<0,05; R2: 0,831), sedangkan pengaruh perbedaan kadar protein dan interaksi antara kedua faktor tidak berbeda nyata (p>0,05; R2: 0,831). Pertumbuhan biomassa ikan dari sampling awal hingga akhir pemeliharaan ditampilkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Biomassa ikan nila diberi pakan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH).
Bobot rerata ikan perlakuan C dan D adalah sama (p>0,05), dan lebih tinggi dibandingkan kontrol (Tabel 3), dengan peningkatan masing-masing sebesar 16,20% dan 47,03%. Pengaruh penambahan rElGH terhadap bobot rerata ikan uji berbeda nyata (p<0,05; R2: 0,747), sedangkan pengaruh perbedaan kadar protein dan interaksi kedua faktor tidak berbeda nyata (p>0,05; R2: 0,747). Perbedaan ukuran ikan secara visual pasca penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
7
Gambar 2. Dokumentasi pasca penelitian ikan nila diberi pakan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH). (Keterangan: A= Pakan protein 15% + rElGH; B= Pakan protein 20% + rElGH; C= Pakan protein 15% non-rElGH; dan D= Pakan protein 20% non-rElGH)
Laju pertumbuhan harian (LPH) ikan perlakuan C dan D sama (p>0,05), dan lebih tinggi dibandingkan perlakuan B, sedangkan LPH ikan perlakuan A dan D adalah sama (p>0,05). Pengaruh utama dari penambahan rElGH dan protein, serta interaksi antara protein dan rElGH menunjukkan hasil yang berbeda secara signifikan (p> 0,05; R2: 0,971).
Kelangsungan hidup (KH) ikan tidak berbeda nyata secara statistik serta tidak ada pengaruh dari penambahan rElGH, perbedaan kadar protein, maupun interaksi antar kedua faktor (p>0,05; R2: 0,398). Nilai KH berkisar 82,67-93,33%. Tabel 3. Biomassa, bobot rerata, LPH, dan kelangsungan hidup ikan nila diberi
pakan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH).
Perlakuan Biomassa (g) Bobot Rerata (g) LPH (%/Hari) KH (%)
A 214,71 ± 15,78b 10,43 ± 1,23a 2,11 ± 0,3a 82,67 ± 4,62a
B 177,56 ± 9,3b 8,25 ± 0,91b 1,69 ± 0,2b 86,67 ± 8,33a
C 262,17 ± 27,38a 12,12 ± 1,4a 2,47 ± 0,2a 86,67 ± 4,62a
D 283,48 ± 31,54a 12,13 ± 0,93a 2,63 ± 0,1a 93,33 ± 4,62a
Two Way ANOVA
Protein (P) p>0,05 p>0,05 p<0,05 p>0,05
rElGH (R) p<0,05 p<0,05 p<0,05 p>0,05
Interaksi (P*R) p>0,05 p>0,05 p<0,05 p>0,05
R2 0,831 0,747 0,971 0,398
8
Respons pakan
Jumlah konsumsi dan konversi pakan disajikan dalam Tabel 4. Total konsumsi pakan ikan yang diberi pakan diperkaya rElGH relatif lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi pakan kontrol. Nilai JKP ikan perlakuan C dan D adalah sama (p>0,05), dan lebih tinggi (p<0,05) daripada ikan perlakuan A dan B. JKP perlakuan C dan D masing-masing sebesar 16,79% dan 24,29% lebih tinggi terhadap masing-masing kontrolnya. Pengaruh penambahan rElGH signifikan terhadap jumlah konsumsi pakan (p<0,05; R2: 0,839), namun tidak ada pengaruh yang signifikan dari perbedaan kadar protein dan interaksi antara kadar protein dan penambahan rElGH terhadap jumlah konsumsi pakan (p>0,05; R2: 0,839).
Nilai konversi pakan (KP) paling rendah (p<0,05) terdapat pada perlakuan B, sedangkan KP perlakuan lainnya adalah sama (p>0,05). Pengaruh penambahan rElGH dan interaksi antara penambahan rElGH dan kadar protein signifikan (p<0,05; R2: 0,795), tetapi pengaruh perbedaan kadar protein terhadap nilai konversi pakan pada penelitian ini tidak signifikan (p>0,05; R2: 0,795).
Tabel 4. Jumlah konsumsi pakan (JKP) dan konversi pakan (KP) ikan nila diberi pakan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH).
Perlakuan Jumlah pakan JKP KP
Kadar Protein (P) p>0,05 p>0,05
rElGH (R) p<0,05 p<0,05
Interaksi (P*R) p>0,05 p<0,05
R2 0,839 0,795
Keterangan: Huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan (p<0,05). A= Pakan berkadar protein 15% diperkaya rElGH 3 mg/kg pakan; B= Pakan berkadar protein 20% diperkaya rElGH 3 mg/kg pakan; C= Pakan berkadar protein 15% tidak diperkaya rElGH; D= Pakan berkadar protein 20% tidak diperkaya rElGH. Ikan dipelihara selama 50 hari.
Analisis Biaya
9 daging ikan yang ditampilkan pada Tabel 6, pakan C merupakan pakan yang memerlukan biaya paling murah.
Tabel 5. Formulasi dan perkiraan harga pakan uji ikan nila diberi pakan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH).
Bahan Baku Asumsi Harga Persentase (%) Harga Pakan (Rp/kg)
(Rp) Pakan 20% Pakan 15% 20% 15%
Keterangan: asumsi harga merupakan rerata hasil survei yang dilakukan secara online pada beberapa penjual bahan baku pakan di daerah Jawa Barat. Perkiraan harga untuk pakan D senilai Rp. 3795,- per kg, sedangkan pakan C senilai Rp. 3295,- per kg.
Tabel 6. Perbandingan biaya pakan yang diperlukan untuk menghasilkan 1 kg daging ikan nila diberi pakan dengan kadar protein berbeda dan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH).
Pakan KP Harga per kg Biaya Pakan Biaya rElGH Biaya Total
A 2,90 3295 9555,5 499,38 10054,9
B 2,77 3795 10512,2 476,44 10988,6
C 3,29 3295 10840,6 0 10840,6
D 4,50 3795 17077,5 0 17077,5
Keterangan: A= Pakan berkadar protein 15% diperkaya rElGH 3 mg/kg pakan; B= Pakan berkadar protein 20% diperkaya rElGH 3 mg/kg pakan; C= Pakan berkadar protein 15% tidak diperkaya rElGH; D= Pakan berkadar protein 20% tidak diperkaya rElGH. Ikan dipelihara selama 50 hari.
Pembahasan
10
Selain itu, pakan yang diperkaya rElGH dengan kadar protein 15% dan 20% menghasilkan kinerja pertumbuhan yang setara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomassa akhir perlakuan C dan D lebih tinggi secara signifikan dibandingkan kontrol. Namun demikian, tidak ada perbedaan yang signifikan antara biomassa perlakuan C dan B. Latar (2013) melaporkan peningkatan biomassa yang signifikan pada ikan nila yang diberi pakan diperkaya rElGH. Agustina (2013) juga melaporkan peningkatan biomassa total yang signifikan pada ikan nila yang diberi pakan diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan kerapu tikus (rCaGH) dibandingkan kontrol. Bobot rerata perlakuan C dan D juga lebih tinggi dibandingkan kontrol tanpa diikuti perbedaan yang signifikan antara kedua perlakuan tersebut. Demikian juga laju pertumbuhan harian perlakuan C dan D yang tidak berbeda nyata namun lebih tinggi dibandingkan kontrol. Hasil ini sesuai dengan penelitian Latar (2013) yaitu pemberian rElGH pada ikan nila melalui pakan dapat meningkatkan laju pertumbuhan sebesar 46,85% dibandingkan kontrol. Besarnya peningkatan laju pertumbuhan harian ikan uji dalam penelitian ini adalah 17.06 % pada perlakuan C, dan 94.00 % pada perlakuan D.
Kelangsungan hidup seluruh ikan perlakuan dan kontrol tidak berbeda nyata. Hal ini diduga terjadi karena ikan dipelihara dalam lingkungan yang sama hanya dibatasi hapa. Kematian ikan yang terjadi pun cenderung merata di semua perlakuan. Ikan mengalami kematian diduga akibat stres dari pengaruh cuaca yang buruk sehingga menyebabkan penurunan daya tahan tubuh ikan. Hasil riset ini berbeda dengan yang dilaporkan oleh Latar (2013) bahwa pemeliharaan ikan nila dengan sistem hapa dengan kelangsungan hidup ikan yang diberi rElGH lebih tinggi dibandingkan kontrol. Kelangsungan hidup yang lebih tinggi terkait dengan peran lain dari GH dalam induksi sistem imun. Hal ini dilaporkan oleh Acosta et al. (2009) bahwa hormon pertumbuhan selain dapat merangsang pertumbuhan juga berperan dalam stimulasi sistem kekebalan tubuh pada ikan.
11 dengan peningkatan biomassa maupun bobot rerata ikan yang signifikan sehingga nilai konversi pakan ikan perlakuan lebih rendah dibandingkan kontrol. Menurut Vinasyiam et al.(2014) ikan yang diberi perlakuan rElGH membutuhkan intake
pakan yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan energi yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhannya yang lebih cepat. Garnama (2013) melaporkan bahwa pemberian pakan diperkaya rElGH menghasilkan kinerja pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan kontrol dengan peningkatan bobot sebesar 8,30%, biomassa sebesar 7,39%, LPS panjang dan bobot masing-masing sebesar 4,20% dan 4,92%. Peningkatan parameter pertumbuhan dalam penelitian ini diduga lebih tinggi karena dilakukan pada skala lapang.
Kegiatan budidaya merupakan kegiatan yang berorientasi profit. Kinerja pertumbuhan ikan budidaya yang baik tidak ada artinya apabila keuntungan dari usaha budidaya yang dijalani tidak sebanding dengan biaya yang dihabiskan. Menurut Hasan (2010), komponen biaya produksi terbesar dalam budidaya adalah pakan. Dalam sistem budidaya intensif, biaya pakan berkisar antara 60 - 80 % dari total biaya operasional. Selain itu, diketahui pula bahwa komponen yang paling mahal dalam pakan ikan adalah protein. Oleh karena itu, protein dalam pakan seharusnya bukan dimanfaatkan sebagai sumber energi melainkan semaksimal mungkin untuk pertumbuhan ikan. Pengetahuan tentang kadar protein optimal dalam pakan dan protein sparing effect dari sumber-sumber non-protein seperti lemak dan karbohidrat dapat dimanfaatkan untuk mengurangi biaya pakan secara signifikan (Shiau dan Peng 1993). Hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa penggunaan pakan berkadar protein rendah yang diperkaya rElGH dapat meghasilkan kinerja pertumbuhan ikan nila yang lebih baik dibandingkan pakan berkadar protein sama maupun lebih tinggi tanpa pengayaan rElGH serta mengurangi biaya pakan secara signifikan. Perbandingan efisiensi biaya pakan yang tertera pada Tabel 6 merupakan perkiraan besarnya biaya pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging ikan dengan asumsi faktor selain yang tertera pada Tabel 6 tersebut adalah tetap. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diketahui bahwa pakan yang paling efisien secara ekonomi adalah pakan C ditunjukkan dengan harga yang paling rendah untuk menghasilkan 1 kg daging ikan. Kinerja pertumbuhan ikan uji pada perlakuan C dan D tidak berbeda nyata diikuti dengan biaya pembuatan pakan C yang lebih murah dibandingkan pakan B. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pakan C yaitu pakan dengan kadar protein 15% diperkaya rElGH merupakan pakan terbaik dalam penelitian ini.
12
penghentian dan pemberian kembali rGH. Laju pertumbuhan ikan menurun saat pemberian rGH dihentikan namun kembali meningkat setelah pemberian rGH kembali dilakukan. Pada penelitian ini pemberian susulan rElGH tidak dilakukan. Namun demikian, berdasarkan hasil yang diperoleh, penelitian ini menyarankan pemberian rElGH secara kontinu untuk memaksimalkan kinerja pertumbuhan ikan mengingat penambahan biaya yang diperlukan untuk pengayaan rElGH tidak signifikan dibandingkan dengan peningkatan pertumbuhan biomassa yang dihasilkan. Handoyo (2012) melakukan penelitian mengenai respons benih ikan sidat terhadap rElGH melalui perendaman, oral (melalui pakan), dan kombinasi antara kedua metode tersebut. Kombinasi antara metode perendaman dan oral menghasilkan kinerja pertumbuhan terbaik. Selain meningkatkan pertumbuhan, pemberian rElGH pada ikan sidat juga menurunkan nilai konversi pakan, meningkatkan retensi protein dan lemak, meningkatkan HSI, menurunkan ekskresi amoniak, serta meningkatkan ekspresi IGF-I (Handoyo 2012). Penelitian serupa pada ikan nila belum ada sehingga perlu dilakukan dan kemudian dikaitkan dengan hasil penelitian ini untuk memaksimalkan efisiensi budidaya ikan nila. Dosis rElGH dan strain ikan nila yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada hasil penelitian Muhammad et al. (2013) mengenai respons pertumbuhan ikan nila berbeda varietas. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, strain ikan nila dengan respons terbaik terhadap pemberian rElGH adalah strain SULTANA. Oleh karena itu, strain SULTANA digunakan sebagai ikan uji dalam penelitian ini.
13 hormon pertumbuhan antara lain mengatur pertumbuhan sel somatik, reproduksi, imunitas, dan osmoregulasi pada ikan teleost (Acosta et al. 2009). Dugaan ini diperkuat dengan hasil penelitian Vinasyiam et al. (2014), yaitu aktivitas enzim chymotripsin dari ikan nila yang diberi perlakuan rElGH lebih rendah dibandingkan kontrol namun rasio aktivitas spesifik tripsin/chymotrypsin ikan nila diberi perlakuan rElGH lebih tinggi. Kecernaan, retensi protein, dan retensi lemak ikan nila yang diberi perlakuan rElGH lebih tinggi dibandingkan kontrol yang ditunjukkan oleh persentase komposisi protein, lemak, dan BETN hasil proksimat tubuh ikan yang lebih tinggi. Penyimpanan energi sebagai glikogen otot lebih tinggi, sementara kadar glukosa darah lebih rendah pada ikan yang diberi perlakuan rElGH. Secara umum, hasil penelitian Vinasyiam et al. (2014) menyatakan bahwa ikan yang diberi rElGH secara oral menghasilkan pencernaan pakan, penyerapan nutrien, dan pemanfaatan sumber energi non-protein yang lebih baik dibandingkan kontrol. Mekanisme tersebut diduga juga terjadi pada penelitian ini yang mengakibatkan peningkatan efisiensi pemanfaatan dan penyerapan protein dalam pakan yang diperkaya rElGH.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pengayaan rElGH pada pakan berkadar protein 15% terbukti menghasilkan kinerja pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan kontrol dan mengurangi biaya pakan secara signifikan.
Saran
Penulis menyarankan dilakukannya uji lapang skala komersial untuk memastikan kesesuaian hasil penelitian ini pada skala yang lebih besar sebelum diaplikasikan langsung oleh praktisi akuakultur.
DAFTAR PUSTAKA
Acosta JR, Estrada MP, Carpio Y, Ruiz O, Morales R, Martinez E, Valdes J, Borroto C, Besada V, Sanchez A, Herrera F. 2009. Tilapia somatotropin polypeptides: potent enhancers of fish growth and innate immunity. Biotechnologia Aplicada 26: 267 - 272.
Agustina T. 2013. Performa Benih Ikan Nila Yang Diberi Hormon Pertumbuhan Rekombinan Ikan Nila Dan Ikan Kerapu Tikus Melalui Pakan [Skripsi]. ID: Bogor. Institut Pertanian Bogor.
14
Arranz SE, Sciara AA, Somoza GM. 2008. IGF-I of pejerrey, (Odontesthes bonariensis): cDNA characterization, tissue distribution and expression profiles after GH administration. Journal of Experimental Zoology 304A: 407-418.
Budi DS. 2014. Respons pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus goramy) yang diberi pakan dengan kadar protein berbeda yang diperkaya hormon pertumbuhan rekombinan. Di dalam: Seminar Nasional Ikan VIII dan Kongres IV Masyarakat Iktiologi Indonesia; 2014 Juni 3-4; Bogor. Bogor (ID). BD-232.
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusatama.
Garnama R. 2013. Performa Benih Ikan Nila Yang Diberi Pakan Mengandung Hormon Pertumbuhan Rekombinan Dengan Metode Penyiapan Berbeda [Skripsi]. ID: Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Hasan MR. 2010. On-farm feeding and feed management in aquaculture Manila, the Philippines. FAO Aquaculture Newsletter. 45(1): 48 - 49.
Huisman EA. 1987. Principles of Fish Production. Departement of Fish Culture and Fisheries. Wageningen Agricultural University. Wageningen. Netherlands. p; 57-122.
Kobayashi S, Alimuddin, Morita T, Miwa M, Lu J, Endo M, Takeuchi T, Yoshizaki G. 2007. Transgenic Nile tilapia (Oreochromis niloticus) over-expressing growth hormone show reduced ammonia excretion. Aquaculture. 270: 427 – 435. doi:10.1016/j.aquaculture.2007.05.016.
Latar DI. 2013. Efektivitas Pemberian Hormon Pertumbuhan Rekombinan Melalui Pakan Dengan Bahan Penyalut Berbeda Dan Pelleting Pada Ikan Nila [Tesis]. ID: Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Moriyama S, Hiroshi Y, Seiji S, Toshio A, Tetsuya H, Hiroshi K. 1993. Oral administration of recombinant salmon growth hormone to rainbow trout,
(Oncorhynchus mykiss). Aquaculture, 112: 99-106. Doi: 10.1016/0044-8486(93)90161-Q
Muhammad, Alimuddin, Carman O, Zairin MJr. 2013. Respons pertumbuhan ikan nila berbeda varietas yang diberi hormon pertumbuhan rekombinan. Laporan kemajuan penelitian untuk disertasi, Program Studi Ilmu Akuakultur, BDP-FPIK-IPB, siap terbit.
Qinghui Ai and Xiaojun Xie. 2005. Effects of dietary soybean protein levels on energy budget of the Southern catfish, Silurus meridionalis. Comparative Biochemistry and Physiology, 141: 461-469. Doi: 10.1016/j.cbpb. 2005.06.008
Setiawati M, Sutajaya R, Suprayudi MA. 2008. Pengaruh perbedaan kadar protein dan rasio energi protein pakan terhadap kinerja pertumbuhan fingerlings ikan mas (Cyprinus carpio). Jurnal Akuakultur Indonesia. 7(2): 171-178. Shiau SY, Peng CY. 1993. Protein-sparing effect by carbohydrates in diets for
tilapia, Oreochromis niloticus x O. aureus. Aquaculture. 117: 327-334. Doi: 10.1016/0044-8486(93)90329-w.
15 Watanabe T. 1998. Fish nutrition and mariculture. Department of aquatic
Bioscience. Tokyo University of Fisheries. JICA.
16
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biaya Produksi rElGH (Garnama 2013) Pembuatan 100 ml media 2xYT
Nama Bahan Jumlah (gram) Harga (Rp. /500 gram) Total (Rp.)
Polypeptone 1,6 1070000 3424
Yeast Extract 1 550000 1100
NaCl 0,5 490000 490
Total (Rp.) 5014,-
Lisis dinding sel bakteri
Nama Bahan Jumlah Harga (Rp.) Total (Rp.)
Lysozyme 25 mg 900000/ 5 g 4500
TE 10 mL 33500/ 500 mL 607
Total (Rp.) 5107,-
Biaya Lain
Nama Biaya Keterangan Total
(Rp.)
Preparasi Bakteri Penyiapan bakteri rElGH 5000
Sewa Alat Shaker, Thermoshake, Sentrifuge 15000
IPTG 0,8 mL 8568
PBS 100 mL 2950
Microtube 20 tube 3900
Microtip Biru 20 tip 4340
Microtip Kuning 20 tip 3540
Ampisilin 100 µL 1000
Operasional Biaya kerja, Listrik, dll 150000
17 Total Biaya
Nama Kegiatan Biaya (Rp.)
Pembuatan 100 ml 2xYT 5014
Lisis Dinding Sel Bakteri 5107
Biaya Lain 194298
Total (Rp.) 200669
Hasil kultur 100 mL 2xYT bakteri rElGH adalah 1 gram protein rekombinan dengan harga Rp. 200669. Jumlah rElGH yang diperlukan dalam 1 kg pakan adalah 3 mg atau 3 x 200.669 = Rp. 602,007
Lampiran 2. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) Biomassa
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Biomass
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 20396,406a 3 6798,802 13,075 ,002
Intercept 659756,376 1 659756,376 1268,802 ,000
rElGH 17644,835 1 17644,835 33,933 ,000
Protein 188,100 1 188,100 ,362 ,564
rElGH * Protein 2563,471 1 2563,471 4,930 ,057
Error 4159,869 8 519,984
Total 684312,652 12
Corrected Total 24556,276 11
18
Biomassa
perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Tukey HSDa non 20% 3 177,5567
non 15% 3 214,7067 214,7067
rGH 15% 3 262,1667 262,1667
rGH 20% 3 283,4800
Sig. ,266 ,126 ,675
Duncana non 20% 3 177,5567
non 15% 3 214,7067
rGH 15% 3 262,1667
rGH 20% 3 283,4800
Sig. ,081 ,285
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 3. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) Bobot Rerata
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:BR
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 30,447a 3 10,149 7,858 ,009
Intercept 1382,024 1 1382,024 1070,106 ,000
rElGH 23,297 1 23,297 18,039 ,003
Protein 3,543 1 3,543 2,743 ,136
rElGH * Protein 3,608 1 3,608 2,794 ,133
Error 10,332 8 1,291
Total 1422,803 12
Corrected Total 40,779 11
19
Bobot Rerata
perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Tukey HSDa non 20% 3 8,2467
non 15% 3 10,4300 10,4300
rGH 15% 3 12,1200
rGH 20% 3 12,1300
Sig. ,165 ,327
Duncana non 20% 3 8,2467
non 15% 3 10,4300
rGH 15% 3 12,1200
rGH 20% 3 12,1300
Sig. 1,000 ,117
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 4. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) Survival Rate
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: SR
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 176,000a 3 58,667 1,760 ,232
Intercept 91525,333 1 91525,333 2745,760 ,000
rElGH 85,333 1 85,333 2,560 ,148
Protein 85,333 1 85,333 2,560 ,148
rElGH * Protein 5,333 1 5,333 ,160 ,700
Error 266,667 8 33,333
Total 91968,000 12
Corrected Total 442,667 11
20
Survival Rate
perlakuan N
Subset for alpha =
0.05
1
Tukey HSDa non 15% 3 82,6667
rGH 15% 3 86,6667
non 20% 3 86,6667
rGH 20% 3 93,3333
Sig. ,186
Duncana non 15% 3 82,6667
rGH 15% 3 86,6667
non 20% 3 86,6667
rGH 20% 3 93,3333
Sig. ,066
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 5. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) Laju Pertumbuhan Harian
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:LPH
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 2,018a 3 ,673 90,893 ,000
Intercept 46,217 1 46,217 6245,524 ,000
rElGH 1,817 1 1,817 245,596 ,000
Protein ,066 1 ,066 8,920 ,017
rElGH * Protein ,134 1 ,134 18,163 ,003
Error ,059 8 ,007
Total 48,294 12
Corrected Total 2,077 11
21
LPH
perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Tukey HSDa non 20% 3 1,9833
non 15% 3 2,5067 2,5067
rGH 15% 3 2,7633
rGH 20% 3 2,7733
Sig. ,072 ,481
Duncana non 20% 3 1,9833
non 15% 3 2,5067
rGH 15% 3 2,7633
rGH 20% 3 2,7733
Sig. 1,000 ,189
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 6. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) Jumlah Konsumsi Pakan
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:JKP
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 27350,382a 3 9116,794 13,861 ,002
Intercept 2985786,874 1 2985786,874 4539,679 ,000
rElGH 25877,297 1 25877,297 39,345 ,000
Protein 630,895 1 630,895 ,959 ,356
rElGH * Protein 842,190 1 842,190 1,280 ,291
Error 5261,670 8 657,709
Total 3018398,927 12
Corrected Total 32612,052 11
22
JKP
perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Tukey HSDa non 20% 3 451,2500
non 15% 3 453,5033
rGH 15% 3 529,6233
rGH 20% 3 560,8800
Sig. 1,000 ,484
Duncana non 20% 3 451,2500
non 15% 3 453,5033
rGH 15% 3 529,6233
rGH 20% 3 560,8800
Sig. ,917 ,174
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 7. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) Konversi Pakan (KP)
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:KP
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 5,604a 3 1,868 10,336 ,004
Intercept 135,811 1 135,811 751,446 ,000
rElGH 3,381 1 3,381 18,709 ,003
Protein ,869 1 ,869 4,810 ,060
rElGH * Protein 1,353 1 1,353 7,488 ,026
Error 1,446 8 ,181
Total 142,861 12
Corrected Total 7,050 11
23
KP
perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Tukey HSDa rGH 20% 3 2,7667
rGH 15% 3 2,9000
non 15% 3 3,2900
non 20% 3 4,5000
Sig. ,476 1,000
Duncana rGH 20% 3 2,7667
rGH 15% 3 2,9000
non 15% 3 3,2900
non 20% 3 4,5000
Sig. ,186 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
24
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 19 Mei 1992. Penulis merupakan putra kedua dari tiga bersaudara dari seorang ibu bernama (almh.) Zahro Abdullah bin Nuh dan ayah bernama Muryadi Nurta. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Al-Ghazaly Bogor pada tahun 2004, lulus dari MTs Al-Ghazaly Bogor pada tahun 2007, dan menamatkan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 5 Bogor pada tahun yang sama saat penulis diterima di program studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Uji Talenta Mandiri (UTMI) IPB pada tahun 2010
Selama menjalani proses perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Genetika Ikan pada tahun 2012, asisten praktikum mata kuliah Bioteknologi Akuakultur pada tahun 2013, dan asisten praktikum mata kuliah Ikan Hias dan Akuaskap pada tahun 2014. Penulis juga pernah menjabat sebagai Kepala Divisi Pengembangan Sumberdaya Manusia, Himpunan Mahasiswa Akuakultur pada masa jabatan 2012 – 2013. Penulis melakukan praktik lapang akuakultur di Balai Budidaya Laut (BBL) Batam pada tahun 2013 dengan komoditas ikan kerapu macan.