PERAN UNICEF DALAM IMPLEMENTASI
KONVENSI HAK ANAK PBB DI INDONESIA
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
SKRIPSI
DIAJUKAN OLEHPUTRA YUSUF GRATH BARUS NIM : 060200302
FALKUTAS HUKUM
PERAN UNICEF DALAM IMPLEMENTASI KONVENSI HAK ANAK PBB DI INDONESIA
SKRIPSI
Disusun dan diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum Pada Falkutas Hukum Universitas Sumatra Utara
Oleh :
PUTRA YUSUF GRATH BARUS NIM : 060200302
Disetujui
Ketua Bagian Hukum Internasional
(SUTIARNOTO, SH, MH) NIP. 131616321
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
(SUTIARNOTO, SH, MH) (MAKDHIN MUNTHE,SH) FALKUTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
UNICEF menjalin kerjasama erat dengan pemerintah ,baik pusat maupun
daerah.baik melalui lembaga-lembaga swadaya maupun secara langsung. Secara
mendukung dengan kegiatan-kegiatan sosial,UNICEF juga melakukannya dengan
penerapan hukumnya. Dimana UNICEF menjadi fasilator dalam mendukung
penerapan KHA di indonesia,melihat begitu banyaknya anak-anak mengalami
dampak buruk akibat orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Penelitian ini membahas hal-hal upaya yang menjadi peranan UNICEF dan
juga Upaya UNICEF dalam Konvensi Hak Anak agar bias berjalan,serta hal-hal
yang menyebabkan perlunya KHA di implementasikan di Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan adalah Library Research. Dan hasil
penelitian bersifat deskriptif ,yang bertujuan memberikan pandangan bahwa ada
peranan UNICEF dalam Konvensi Hak Anak di Indonesia.
Hasil penelitan menunjukan bahwa UNICEF sebagai Organisasi luar
memiliki peranan yang membantu dalam ratifikasi KHA dalam undang-undang
No.23 tahun 2002. Namun diharapkan bahwa peranan UNICEF saja tidak dapat
berbuat banyak,kuncinya adalah kesadaran kita masing-masing,bahwa anak-anak
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,berkat
kasih dan karunianya yang berlimpah,sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini yang berjudul : “Peran UNICEF dalam Implementasi
Konvensi Hak Anak PBB di Indonesia”.sebagai salah satu persyaratan untuk
meraih gelar sarjana Hukum di Jurusan Hukum Internasional pada Falkutas Hukum
Universitas Sumatra Utara.
Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi
ini,oleh karena itu dengan sepenuh hati penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Runtung Sitepu, SH. M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatra Utara.
2. Bapak Prof.Dr.Suhaidi, SH. M.Hum selaku pembantu Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Sumatra Utara.
3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH. MH. DFM selaku Pembantu Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara.
4. Bapak Muhammad Husni, SH. M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatra Utara.
5. Bapak Sutiarnoto,SH.MH selaku Ketua Departeman Hukum Internasional
dan selaku Dosen Pembimbing I serta selaku Dosen Penasehat Akademik
Terima Kasih atas kesabaran atas bimbingan dan arahanya.
6. Bapak Makdhin Munthe SH. Selaku Dosen Pembimbing II terima kasih
7. Bapak Arif,SH.MH. selaku motivator dalam menyelesaikan Skripsi saya
ini.
8. Dosen-dosen yang telah mendidik penulis selama masa kuliah di Falkutas
Hukum Universitas Sumatra Utara,dan Para pegawai yang juga telah
membantu penulis selama masa perkuliahan di Falkutas Hukum Universitas
Sumatra Utara.
9. Kedua Orang Tua saya, Ayahanda Imannuel Barus SE. dan Ibunda Suzanna
Br Ginting Mba. Yang telah membesarkan dan memberikan kasih sayang
kepada saya serta menyekolahkan saya hingga jenjang perkuliahan dan
yang telah memberikan kelimpahan segala dukungan moral dan materil
kepada penulis.
10.Kepada teman-teman saya ……terima kasih atas dukungannya……
Akhir kata ,semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi kita semua.
Medan,Desember 2009
Penulis
Putra Yusuf Grath Barus
DAFTAR ISI
ABSTRAK………...i
KATA PENGANTAR………ii
DAFTAR ISI………iii
KONVENSI HAK ANAK BAB I PENDAHULUAN……….1
A. Latar belakang………1
B. Perumusan Masalah………...3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….3
D. Keaslian Penulisan……….4
E. Tinjauan kepustakaan……….5
F. Metode Penulisan………...6
G. Sistematika Penulisan………6
BAB II TINJAAUAN PUSTAKA MENGENAI UNICEF………...8
A. Pengertian UNICEF di Indonesia………..8
B. Tujuan dan Sasaran UNICEF di Indonesia………..11
C. Struktur UNICEF……….12
D. Peran dan Tanggung Jawab UNICEF………..14
BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI KONVENSI HAK ANAK DALAM PBB………..19
A. Latar belakang dan Sejarah Konvensi Hak Anak………19
C. Implementasi Konvensi Hak Anak di Indonesia……….33
BAB IV PERANAN UNICEF DALAM IMPLEMENTASI CONVENTION ON THE HUMAN OF THE CHILD DI INDONESIA…………48
A. Pandangan UNICEF terhadap anak-anak Korban bencana Alam………...48
B. Pencapaian Kerjasama Antara UNICEF dengan Idonesia dalam Implementasi Konvensi Hak anak………...53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..62
A. Kesimpulan………..62
B. Saran……….62
DAFTAR PUSTAKA..………64
KONVENSI HAK ANAK PBB Article 1
Everyone under 18 has these rights.
Article 2
All children have these rights, no matter whothey are, where they live, what their
parents do,what language they speak, what their religion is,whether they are a boy
or girl, what their cultureis, whether they have a disability, whether they are rich or
poor. No child should be treated unfairly on any basis.
Article 3
All adults should do what is best for you. When adults make decisions, they should
think about how their decisions will affect children.
Article 4
The government has a responsibility to make sure your rights are protected. They
must help your family to protect your rights and create an environment where you
can grow and reach your pot ential.
Article 5
Your family has the responsibility to help you learn to exercise your rights, and to
ensure that your rights are protected.
Article 6
You have the right to be alive.
Article 7
You have the right to a name, and this should be officially recognized by the
Article 8
You have the right to an identity – an official record of who you are. No one should
take this away from you.
Article 9
You have the right to live with your parent(s),unless it is bad for you. You have the
right to live with a family who cares for you.
Article 10
If you live in a different country than your parents do, you have the right to be
together in the same place.
Article 11
You have the right to be protected from kidnapping.
Article 12
You have the right to give your opinion, and for adults to listen and take it
seriously.
Article 13
You have the right to find out things and share what you think with others, by
talking, drawing,writing or in any other way unless it harms or offends other
people.
Article 14
You have the right to choose your own religion and beliefs. Your parents should
help you decide what is right and wrong, and what is best for you.
You have the right to choose your own friends and join or set up groups, as
long as it isn't harmful to others.
Article 16
You have the right to privacy.
Article 17
You have the right to get information that is important to your well-being, from
radio, newspaper,books, computers and other sources.Adults should make sure that
the information you are getting is not harmful, and help you find and understand
the information you need.
Article 18
You have the right to be raised by your parent(s) if possible.
Article 19
You have the right to be protected from being hurt and mistreated, in body or mind.
Article 20
You have the right to special care and help if you cannot live with your parents.
Article 21
You have the right to care and protection if you are adopted or in foster care.
Article 22
You have the right to special protection and help if you are a refugee (if you have
been forced to leave your home and live in another country), as well as all the
rights in this Convention.
Article 23
You have the right to special education and care if you have a disability, as well as
Article 24
You have the right to the best health care possible,safe water to drink, nutritious
food, a clean and safe environment, and information to help you stay well.
Article 25
If you live in care or in other situations away from home, you have the right to
have these living arrangements looked at regularly to see if they are the most
appropriate.
Article 26
You have the right to help from the government if you are poor or in need.
Article 27
You have the right to food, clothing, a safe place to live and to have your basic
needs met.You should not be disadvantaged so that you can't do many of the things
other kids can do.
Article 28
You have the right to a good quality education.You should be encouraged to go to
school to the highest level you can.
Article 29
Your education should help you use and develop your talents and abilities. It
should also help you learn to live peacefully, protect the environment and respect
other people.
You have the right to practice your own culture,language and religion - or any you
choose.Minority and indigenous groups need special protection of this right.
Article 31
You have the right to play and rest.
Article 32
You have the right to protection from work that harms you, and is bad for your
health and education.If you work, you have the right to be safe and paid fairly.
Article 33
You have the right to protection from harmful drugs and from the drug trade.
Article 34
You have the right to be free from sexualabuse.Article 35No one isallowed to
kidnap or sell you.
Article 36
You have the right to protection from any kind of exploitation (being taken
advantage of).
Article 37
No one is allowed to punish you in a cruel or harmful way.
Article 38
You have the right to protection and freedom from war. Children under 15 cannot
be forced to go into the army or take part in war.
Article 39
You have the right to help if you've been hurt, neglected or badly treated.
You have the right to legal help and fair treatment in the justice system that
respects your rights.
Article 41
If the laws of your country provide better protection of your rights than the articles
in this Convention, those laws should apply.
Article 42
You have the right to know your rights!Adults should know about these rights and
help you learn about them, too.
Articles 43 to 54
These articles explain how governments and international organizations like
ABSTRAK
UNICEF menjalin kerjasama erat dengan pemerintah ,baik pusat maupun
daerah.baik melalui lembaga-lembaga swadaya maupun secara langsung. Secara
mendukung dengan kegiatan-kegiatan sosial,UNICEF juga melakukannya dengan
penerapan hukumnya. Dimana UNICEF menjadi fasilator dalam mendukung
penerapan KHA di indonesia,melihat begitu banyaknya anak-anak mengalami
dampak buruk akibat orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Penelitian ini membahas hal-hal upaya yang menjadi peranan UNICEF dan
juga Upaya UNICEF dalam Konvensi Hak Anak agar bias berjalan,serta hal-hal
yang menyebabkan perlunya KHA di implementasikan di Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan adalah Library Research. Dan hasil
penelitian bersifat deskriptif ,yang bertujuan memberikan pandangan bahwa ada
peranan UNICEF dalam Konvensi Hak Anak di Indonesia.
Hasil penelitan menunjukan bahwa UNICEF sebagai Organisasi luar
memiliki peranan yang membantu dalam ratifikasi KHA dalam undang-undang
No.23 tahun 2002. Namun diharapkan bahwa peranan UNICEF saja tidak dapat
berbuat banyak,kuncinya adalah kesadaran kita masing-masing,bahwa anak-anak
BAB I PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Pada awalnya, organisasi yang disebut “Organisasi Darurat” ini terbentuk
dikarenakan pengaruh yang besar dari perang dunia kedua. Oleh karena itu,
lembaga yang resmi berdiri pada tanggal 11 Desember 1946 ini merupakan
organisasi yang didirikan untuk menjaga dan melindungi anak-anak dari segala
peperangan dan juga diskriminasi terhadap anak-anak. Organisasi yang diberi nama
UNICEF,United International Children’s Fund, merupakan organisasi yang
bernaung dalam PBB dan merupakan organisasi global yang bekerja ,terutama
untuk anak-anak.
1
Secara umum unicef merupakan organisasi yang membantu anak-anak
dalam mendapatkan perhatian dan perawatan yang dibutuhkan ketika mereka kecil
karena tanpa didasari perhatian dan kasih sayang seseorang anak dapat mengalami Oleh didasari rasa kemanusian dan peduli atas anak-anak secara global,
UNICEF mengembangkan pergerakannya keseluruh belahan dunia seperti Afrika ;
Amerika ; Timur tengah dan Asia(Indonesia). Khusus bagi Indonesia UNICEF
sudah menujukan rasa kepeduliannya dengan membantu korban-korban
(anak-anak) bencana alam yang sudah terjadi di Indonesia,seperti;bencana Tsunami ;
bencana gempa di nias ; bencana lumpur lapindo ;dll.Menyusul dengan banyaknya
Bencana alam di Indonesia, banyak juga bantuan yang datang dari dunia
internasional melalui organisasi tersebut.
1
keterbelakangan mental dan moral. Hal tersebut sudah banyak terjadi di Indonesia,
khusus diIndonesia kebanyakan anak mengalami ketidakadilan dalam mendapatkan
haknya.Kebanayakan orangtua memperlakukan anak-anaknya dengan didikan yang
keras dan tidak dipenuhi dengan kasih sayang.karena secara daya pikir bahwa kasih
sayang orangtua tidak lepas dalam mendidik anak-anaknya. Karena untuk pola
pikir kebanyakan orangtua,dengan memberikan segala keperluan yang diperlukan
anaknya maka mereka sudah membahagiakan anak-anaknya, akan tetapi pola pikir
sangat salah. Oleh didasari kurangnya kepedulian tersebut banyak juga anak-anak
yang dipaksa untuk bekerja dibawah umur,dengan pekerjan seperti “mengamen” ;
berjualan ; bahkan buruh kasar. Padahal sesuai salah satu salah satu Undang –
undang bahwa yang dikatakan “Anak adalah setiap orang berumur dibawah 18
tahun” jadi tidak diperbolehkan untuk bekerja secara kasar.2
2
Undang – Undang Nomor 13 tahun 2003,tentang ketenagakerjaan Republik Indonesia.
Melainkan berhak
mendapatkan pendidikan Sembilan tahun, seperti yang diprogramkan pemerintah
RI. Selain itu keterpurukan mutu pendidikan dan moral yang sekarang ini di alami
Indonesia juga berpengaruh bagi anak-anak karena dengan kesalahan pendidikan
yang dialami oleh mereka, maka anak-anak juga akan tumbuh dengan pendidikan
dan moral yang buruk. Oleh karena kurangnya kepedulian kita ,maka organisasi
anak dunia ini bergerak untuk bertujuan untuk membantu anak-anak yang ada di
Indonesia, sesuai dengan perjanjian yang dibuat disemua Negara untuk anak-anak ,
dalam konvensi PBB tentang hak-hak anak. Maka dalam hal itu UNICEF
memastikan agar setiap anak yang sebagai salah satu aspek pembangun bangsa
memperolehkan perlakuan khusus untuk dilindungi dan di perhatikan oleh suatu
B . Perumusan Masalah
Berpijak pada uraian – uraian latar belakang permasalahan diatas maka
pokok permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana Peranan UNICEF menurut hukum Internasional ?
2. Bagaimana Peranan konvensi hak anak-anak PBB di Indonesia ?
3. Bagaimana Pandangan UNICEF dalam Implementasi Convention on the
Rights of child di indonesia?
C . Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara rinci tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui Peran UNICEF menurut hukum internasional
diIndonesia.
2. Untuk mengetahui Konvensi Hak anak dalam UU perlindungan hak anak
No 23 Tahun 2002.
3. Untuk memperoleh informasi dan mengetahui mengenai hal-hal yang
dilakukan UNICEF dalam menangani masalah bencana alam yang kian
Sedangkan yang menjadi manfaat teoritis dari penulisan skripsi ini antara
lain:
1. Sebagai bahan informasi bagi para akademis maupun sebagai bahan
perbandingan bagi penelitian lebih lanjut.
2. Untuk menambah pengetahuan dalam hukum internasional
Secara praktis, penulisan skripsi ini diharpkan memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Menambah bahan referensi pada perpustakan falkutas hukum universitas
sumatera.
2. Masukan bagi praktisi hukum dalam pembahasan mengenai peranan suatu
organisasi internasional dalam memerangi ketidakpedulian terhadap
anak-anak dan perlindungan hukumnya , terutama di Indonesia.
D . Keaslian Penulisan
Skripsi ini merupakan karya tulis yang asli. Belum ada penulis yang
menulis skripsi tentang hal yang sama, yaitu tentang Peranan UNICEF dalam
implementasi konvensi hak anak PBB di Indonesia.
Khususnya untuk yang terdapat di falkutas hukum universitas sumatera
utara medan, keaslian penulisan ini ditunjukan dengan adanya penegasan dari pihak
E . Tinjauan Kepustakaan
Judul skripsi ini berjudul “Peranan UNICEF dalam implementasi konvensi
hak anak PBB di Indonesia.”.
Untuk menghindari keragu-raguan pada bab-bab selanjutnya maka terlebih
dahulu pengertian judul diatas secara umum. Hubungan yang terjadi antara
UNICEF dengan indonesia dalam Perlindungan hak anak merupakan suatu cara
untuk memerangi diskriminasi terhadap anak-anak dari berbagai aspek social.
Perlindungan anak adalah segala kegiatan yang dilakukan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya (Sesuai Konvensi Hak Anak PBB) agar dapat
hidup, tumbuh,berkembang dan berpartisipasi secara optimal dengan harkat dan
martabat kemanusian serta mendapat perlindungan dari diskriminasi.
Judul ini membahas juga mengapa Indonesia dapat bekerjasama dengan
UNICEF dalam melindungi dan memelihara anak-anak di Indonesia yang kurang
mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari masyarakat umum. Serta membahas
sejauhmana pencapaian hasil kerjasama yang sudah terbentuk antara UNICEF
dengan Indonesia sesuai Kovensi hak anak dan UU No 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Hak Anak.
Berdasarkan ini ,maka penulisan ini hanya menelaah Peranan UNICEF
F . Metode Penelitian
Penulisan skripsi ini mengunakan metode penelitian hukum normatif karena
dalam penelitian yang dilakukan penulis untuk penulisan skripsi ini penulis
mendasarkan pada data sekunder yang berasal dari data kepustakaan.
Bahan pustaka di bidang hukum yang penulis gunakan sesuai dengan
ketentuan bahan-bahan dasar suatu penelitian , terdiri :
1. Bahan hukum primer berupa konvensi-konvensi ,undang-undang khusus
anak terutama undang-undang perlindumgan anak No 23 Tahun 2002.
2. Bahan hukum skunder ,yaitu tulisan-tulisan atau karya-karya para ahli
hukum dalam buku-buku teks,makalah internet dan lain-lain yang relevan
dengan masalah penelitian.
3. Bahan hukum tersier,yaitu bahan-bahan yang dapat dipergunakan untuk
membantu bahan hukum primer dan sekunder ,antara lain kamus-kamus
hukum .
G . Sistematika Penulisan
Secara keseluruhan penulisan ini terbagi dalam lima bab yang
masing-masing bab terdiri dari sub bab yang dikembangkan jika memerlukan pembahasan
yang lebih terperinci :
1. Bab I : PENDAHULUAN
adalah merupakan pendahuluan yang memberikan gambaran umum yang
dan Manfaat Penelitian , Keaslian Penulisan ,Tinjauan Kepustakaan
,Metode Pengumpulan Data dan Sistematika Penulisa.
2. Bab II : TINJAUAN PUSTAKA MENGENAI UNICEF
adalah bab yang membahas mengenai Pengertian UNICEF , Tujaan dan
Sasaran UNICEF di Indonesia , Struktur UNICEF , Peranan dan Tanggung
jawab PBB.
3. Bab III : TINJAUAN UMUM MENGENAI KONVENSI HAK ANAK PBB
adalah berisikan mengenai sejarah terbentuknya Konvensi hak
anak,Defenisi hak anak menurut PBB,dan Implementasi Konvensi hak anak
di Indonesia.
4. Bab IV : PERANAN UNICEF DALAM IMPLEMENTASI CONVENTION ON THE RIGHT OF THE CHILD DI INDONESIA
adalah membahas mengenai hal-hal atau bantuan-bantuan yang sudah
diberikan UNICEF sesuai Implementasi Konvensi hak anak PBB di
Indonesia dan Pencapaiannya selama ini terhadap anak-anak korban
bencana alam di Indonesia.
5. Bab V : KESIMPULAN DAN SARAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA MENGENAI UNICEF A . Pengertian UNICEF di Indonesia
UNICEF atau yang dikenal United Nations International Children’s
Emergency Fund merupakan organisasi yang didirikan oleh majelis umum pada
tanggal 11 desember 1946 untuk membantu dan memberikan bantuan darurat
dalam bentuk berupa makanan , obat-obatan , dan pakaian untuk anak-anak Eropa
dan juga pada masa peperangan di Cina ,yang dimana menjadi korban perang.
Sejarah awalnya, tepatnya desember 1950. Majelis umum PBB
memperpanjang pemberian dana selama hampir tiga tahun, mengubah mandatnya
menjadi lebih menekankan kesejahteraan dan kesehatan serta gizi dari program
jangka panjang untuk kepentingan anak-anak dari tiap Negara berkembang.
Dalam hal ini Indonesia yang dimaksud Negara berkembang juga
merespond masuknya UNICEF. Organisasi ini mulai Resmi pada tahun 1950,dan
melakukan kerjasama dengan Indonesia.UNICEF telah memutuskan menjadi mitra
tetap Indonesia dalam upaya mentranformasi seluruh kehidupan anak-anak dan
perempuan di seluruh Nusantara.
1946: Pertama hadir di Lombok 1950: Kantor resmi UNICEF dibuka
1959: Applied Nutrition Program (ANP) dimulai dan dalam 3 tahun menyebar ke 100 desa di 8 propinsi
1965: RI keluar dari PBB, kantor dibekukan 2 tahun 1974: Upaya Peningkatan Gizi Keluarga
- monitoring pertumbuhan anak - pendidikan ttg gizi
- kebun keluarga 1975: Master Plan of Operation perta
Setelah itu , pada tahun 1960-an UNICEF berkembang menjadi organisasi
yang bergerak dalam pembangunan umumnya lebih kepada kepedulian terhadap
kesejahteraan anak, bukan hanya bantuan darurat. Bagi UNICEF operasi besarnya
ialah program gizi di Indonesia yang mencapai 100 desa di delapan provinsi
(1959). Indonesia yang rejoined untuk PBB, pada November 1966 setelah keluar
dari PBB (1965), oleh menteri Luar Negeri Adam Malik , menandatangani “surat
perjanjian baru mengenai penangan anak di Indonesia”, antara UNICEF dan
Indonesia.3
Selama periode 1951-1960, UNICEF terus memenuhi kebutuhan darurat ,
yaitu melindungi kesehatan anak-anak. UNICEF melakukan beberapa kampanye Pada bulan Oktober 1953, setelah Indonesia resmi bergabung dengan
UNICEF. Majelis menentukan dan memutuskan bahwa organisasi ini harus terus
berkembang dan meneruskan tugasnya sebagai lengan permanen dari PBB,dan
dituntut untuk menekankan program-program jangka panjang yang member
manfaat kepada anak-anak di mana-mana, terkhusus pada anak-anak di Negara
berkembang yang benar membutuhkan . ketika diadopsi pada misi yang
menyatakan UNICEF dipandu oleh “konvensi hak-hak anak” dan berusaha
menekankan dan menetapkan hak anak-anak sebagai sumber prinsip-prinsip etis
dan kekal standar internasional prilaku terhadap anak-anak .
3
untuk melakukan program melawan tuberkolosis, kusta, dan malaria. Dengan
ketentuan yang dibuat oleh UNICEF ,sanitasi lingkungan yang mendorong
pendidikan kesehatan anak. Dengan bantuan dana sebesar $152.000.000, UNICEF
mengadopsi sebuah konsep allying yaitu bantuan anak-anak untuk pembangunan
bangsa.
Secara terprogram UNICEF terus membantu anak-anak dan wanita . juga
membantu para Guru untuk reformasi pendidikan dan kurikulum. Dalam hal ini
,organisasi ini telah berhasil dalam melaksanakan misi yang telah di berikan
kepada Negara-negara berkembang.
Begitu halnya di Indonesia, awal fokusnya dari kerjasama dalam membantu
anak-anak . sebelum kerjasama diperluas dan diversifikasi, UNICEF lebih focus
terhadap beberapa daerah lainnya yang bermanfaat bagi kedua belah pihak. Dalam
hal inilah terlihat hubungan kerjasama antara Indonesia dan UNICEF dalam
kepedulian terhadap anak-anak. Dalam hal ini juga UNICEF berusaha untuk
memperbaiki kualitas kehidupan anak-anak dinegara berkembang ,dan upaya
koordinasi dengan pemerintah yang bersangkutan.
Secara data statistic UNICEF dari 25 tahun sejarah mengungkapkan hanya
dari segi kontruktif yang dicapai, tetapi UNICEF memberikan beberapa indikasi
dengan jangkauan antara lain 73.000.000 anak untuk diperiksa dan 43.000.000
anak dirawat ; 425.000.000 anak untuk diperiksa framboesia 23.000.000 dirawat ;
400.000.000 divaksinasi terhadap TBC ; jutaan dari malaria dan 415.000 sembuh
dari penyakit kusta. Selain itu UNICEF juga membangun 13.000 pusat kesehatan
termaksud Indonesia.4
kata melayani adalah kata yang tepat untuk UNICEF,dimana yang memang
tujuan UNICEF untuk melayani anak-anak korban dari diskriminasi Negara. Secara
garis besar UNICEF memiliki tujuan yang berfokus pada anak-anak. Yang dimana
badan inter-pemerintah ini diberi wewenang oleh pemerintah dunia memberikan,
mempromosikan dan melindungi hidup dan hak-hak anak. Organisasi
kemasyarakatan, termasuk mitra lembaga swadaya masyarakat (LSM) berperan
serta dalam tugas-tugas UNICEF di Indonesia dan di 190 negara dimana UNICEF
bekerja. Selain itu UNICEF dapat dijadikan pola hubungan kerjasama yang
mengkaitkan lembaga-lembaga diindonesia dengan berbagai lembaga-lembaga
didunia yang memiliki tujuan untuk memelihara dan melindungi anak-anak serta
hak-haknya. Tujuan UNICEF ini merupakan bagian dari isi tujuan PBB, yang
meliputi sebagai berikut
Untuk indonesia salah satunya UNICEF memberikan
bantuan tenda-tenda sekolah gratis kedaerah Hiliduho yang terletak di perbukitan
yang terletak sangat terpencil,yang mempunyai luas sekitar 221,65 km2. Didaerah
ini juga terdapat perubahan struktur permukaan tanah yang diakibatkan oleh
gempa. Akan tetapi untuk di indonesia UNICEF telah memperlihatkan bentuk
kepedulianya terhadap anak dan wanita korban bencana alam yang terjadi di
Indonesia.
B . Tujuan dan sasaran UNICEF di indonesia
5
4
http://www.nationsencyclopedia.com
5
T.May Rudy,administrasi dan Organisasi Internasional, Bandung, PT.Refika aditama ,2005,hal 57.
a. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional.
b. Mengembangkan hubungan persaudaran antar bangsa
c. Bekerjasama secara internasional untuk memecahkan persoalan ekonomi
internasional , social , kebudayaan , dan kemanusiaan serta untuk
memajukan rasa hormat untuk hak-hak manusia dan
kemerdekaan-kemerdekaan asasi.
d. Untuk menjadi pusat bagi tindakan-tindakan bangsa-bangsa dalam usaha
untuk mencapai tujuan bersama.
Setiap organisasi memiliki sasaran hasil yang ingin dicapai untuk
memenuhi tujuannya.6
Ada 3 hal yang menjadi sasaran UNICEF sebagai sebuah organisasi
Internasional antara lain7
1. Menumbuhkan kepercayaan anak-anak terhadap kepedulian Negara. :
2. Membantu kaum muda untuk membangun sebuah dunia dimana semua
anak-anak hidup secara terhormat dan memperoleh keamanan.
3. Menciptakan dunia yang cocok untuk anak-anak.
Setiap poin-poin penting sasaran UNICEF ini berfungsi untuk membantu
pembangunan suatu Negara yang berkembang. Dengan kaitan hubungan,
bahwasanya suatu Negara dapat tumbuh dan berkembang apabila taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat termasuk anak-anak,mendapat perhatian yang baik.
C . Struktur UNICEF
6
T.May Rudy,administrasi dan Organisasi Internasional, Bandung, PT.Refika aditama ,2005,hal 27.
7
Sebagai bagian intergral dari PBB,UNICEF adalah semi otonom yang
memiliki badan pengatur sendiri, yaitu Dewan eksekutif dan Sekretariat.
UNICEF juga dikaitkan dengan UNGA & ECOSOC: UNICEF merupakan
anak tubuh majelis umum , yang laporan melalui dewan ekonomi dan social
perserikatan bangsa-bangsa. Sebagai bagian intergral bangsa-bangsa,tugasnya
ditinjau tiap tahun oleh dewan ekonomi dan sosial. Dewan terdiri dari 41 anggota,
yang melakukan perotasian berdasarkan rotasi tahunan untuk 3 tahun.
Dewan menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan UNICEF,yang di tinjau
program-program dan menyetujui pengeluaran-pengeluaran untuk bekerjasama
UNICEF di Negara-negara berkembang dan dana biaya operasional. Kecuali
siding-sidang luar biasa, Dewan berkumpul dan bertemu selama dua minggu setiap
tahun.
Dewan Eksekutif yang bertanggung jawab atas administrasi UNICEF
diangkat oleh sekertaris jendral PBB setelah berkonsultasi dengan Dewan. Sejak
januari 1980, direktur eksekutif adalah James P. Grant. Kantor-kantor perwakilan
UNICEF merupakan unit-unit operasi kunci untuk dukungan , pemberi nasehat,
pembuat program dan logistik. Di bawah tanggung jawab menyeluruh dari kepala
Perwakilan UNICEF untuk Negara yang bersangkutan,para pengelola program
membantu departemen-departemen dan lembaga-lembaga yang terkait untuk
mempersiapkan , melaksanakan dan mengevalusi program kerjasama dengan
UNICEF.
Kantor-kantor regional di Abidjan , amman , Bangkok , bogota , Nairobi,
dan New delhi member dan mengkoordinasikan dukungan khusus untuk program
Fungsi kantor di new York , jenewa, kopenhagen, Tokyo dan Sydney
adalah untuk melayani Dewan Eksekutif ,mengembangkan dan mengarahkan
,kebijaksanaan mengelola sumber keuangan ,personalia dan informasi, kegiatan
pemeriksaan keuangan, penyebarluasaan informasi, dan memupuk hubungan
dengan pemerintahan donor dan komite-komite nasional untuk UNICEF.
Miskipun dalam kerjanya diarahkan dari New York , sebagian besar dari
operasi suplai/ pengadaan UNICEF berada di kopenhagen di Pusat Pembelian dan
Pengadaan UNICEF.
Selain itu UNICEF juga menjalankan IRC ( Innocenti Research Center )8
Setiap organisasi internasional tentunya dibentuk untuk melaksanakan
peran-peran dan fungsi-fungsi sesuai tujuan pendirian organisasi internasional
tersebut oleh para anggotanya
di
Florence dan kantor di jepang dan Brussels, yang membantu penggalangan dan
perantara bagi para pembuat kebijakan.
D . Peran danTanggung Jawab UNICEF
9
a. Bidang kesehatan : UNICEF menjamin bahwa setiap anak dan wanita
mendapatkan perhatian dalam peningkatan kesehatan dengan membantu .
Dalam setiap organisasi memiliki peran yang berbeda sesuai bidang dan
tujuan organisasinya. UNICEF sebagai organisasi yang berfokus pada
kesejahteraan anak memiliki peran-peran pokok pada bidang-bidang
tertentu,seperti :
8
UNICEF innocent research Center di Florence,Italia,didirikan pada 1988 untuk riset UNICEF dan untuk mendukung advokasi untuk anak-anak di seluruh dunia.
9
memberi bantuan kesehatan yang layak antara lain, pemberian vaksinasi
untuk tuberkolosi (TBC) ;penyuluhan HIV;penyuluhan Malaria ; dll.
b. Bidang ekonomi : memberi bantuan pengembangan kesejahteraan rezeki
untuk anak-anak seperti, memberi kesempatan kerja bagi wanita untuk
kehidupannya.
c. Bidang hukum : membantu anak-anak dan wanita memperoleh dan
melindungi hak-haknya.
Secara organisasi Internasional,ada 4 hal utama yang menjadi peranan
UNICEF sebagai organisasi internasional antara lain10
1. Memberikan kehidupan yang lebih baik pada anak-anak.
2. Membantu setiap anak-anak untuk bertahan dan menjalani kehidupannya
dengan baik.
3. Member anak-anak kesempatan untuk menuntut ilmu disekolah.
4. Menciptakan suasana lingkungan yang kondusif bagi anak-anak khususnya
korban perang.
UNICEF turut serta dalam memajukan pendidikan bagi kaum perempuan
dengan memastikan bahwa mereka sedikit-dikitnya menyelesaikan pendidikan
dasar karena hal ini member manfaat bagi semua anak, baik anak perempuan
maupun anak laki-laki. Setiap anak perempuan yang dibekali pendidikan akan
tumbuh dan memiliki pemikiran yang lebih baik, menjadi warga yang lebih baik
dan menjadi orang tua yang lebih baik bagi anak-anak mereka. UNICEF juga
bergerak agar seluruh anak mendapat imunisasi dan kebal terhadap penyakit yang
umum dialami pada masa anak-anak , sehingga mereka tumbuh dengan baik,
10
karena merupakan hal buruk apabila seorang anak menderita atau meninggal akibat
penyakit yang seharusnya bias ditanggulangi.
UNICEF telah berupaya untuk mencegah penyebaran AIDS/HIV diantara
para remaja karena merupakan hal yang seharusnya mereka terhindar dari bahaya
dan memampukan mereka melindungi orang lain dari penyakit ini. UNICEF juga
membantu keluarga dan anak-anak dalam menderita AIDS/HIV agar tetap
menjalani kehidupan mereka dengan bermartabat.
UNICEF terus melibatkan setiap orang dalam memberikan perlindungan
terhadap lingkungan anak-anak. UNICEF hadir untuk memberikan uluran tangan
selama masa-masa darurat dan dimana anak merasa terancam,karena
anak-anak tidak boleh mengalami perlakuan kekerasan ,pelanggaran atau eksploitasi.
Oleh karena itu , UNICEF menyadari bahwa perlunya kerjasama dengan
sektor swasta dapat menjadi mitra yang berperan penting dalam mewujudkan misi
dalam menjamin kesehatan, pendidikan, keadilan, dan perlindungan bagi setiap
anak, maka UNICEF melakukan kerjasama tersebut dari berbagai tingkat dan
bidang , dalam hal ini kerjasama tersebut mencakup :
a. Kemitraan yang inovatif
b. Inisiatif filantropis strategis
c. Inisiatif pemasaran global ,regional dan local
Perntayaan dari , J.G. Strake mengatakan , masing-masing organisasi
Internasional dibatasi berdasarkan fungsi-fungsi dan tanggung jawab hukumnya,
dengan masing-masing memiliki lapangan kegiatan sendiri yang terbatas 11
UNICEF yang bertanggung jawab dibidang kesehatan ibu dan anak ,
pendidikan dasar , kesehatan gizi dan perlindungan anak serta kontribusi untuk
meningkatkan pengurangan anak malnutrisi. Maka UNICEF juga memiliki
ketentuan atau wilayah yang focus untuk meningkatkan gizi anak-anak dan
perempuan
.
12
‘kemitraan untuk mencapai kesuksesan’ merupakan salah satu strategi
UNICEF dalam rencana tindakan untuk menciptakan suasana lingkungan yang baik
bagi anak-anak,sebuah rencana yang terpadu dalam mempromosikan hidup sehat . Dalam meningkatkan gizi anak-anak dan perempuan,UNICEF dan
masyarakat bekerjasama yang terkordinasi demi kepentingan anak dan perempuan.
Secara global menangani masalah anak-anak merupakan tantangan yang sulit,oleh
karena itu memerlukan kemampuan yang lebih dalam suatu organisasi untuk
mengurangi masalah anak-anak tersebut.
Sasaran UNICEF saat ini ,membangun dunia yang nyaman dan sesuai untuk
anak-anak agar terlepas dari diskriminasi ,memerlukan bantuan dari kemitraan dari
setiap pemerintah , individu ,dan Organissasi yang menerapkan nilai-nilai
kemanusiaan dan penghormatan akan hak-hak anak-anak. Yang termasuk
didalamnya individu-individu masyarakat ,organisasi-organisasi kemasyarakatan
,lembaga sukarela ,persekutuan dagang ,bidang keagamaan , intitusi penelitian dan
akademis serta anak-anak itu sendiri.
11
Hasnil Basri Siregar , Hukum Organisasi Internasional, hal 35
12
memberikan pendidikan dasar yang berkualitas memerangi AIDS/hiv dan
melindungi anak-anak dari pelecehan ,eksploitasi ,dan kekerasan. Hal ini sesuai
dengan keputusan UN Special Sessions on Children pada mei 2002.
Bekerjasama dengan berbagai lembaga swadaya masyarakan di tingkat
dunia ,regional ,nasional ,dan tingkat komunitas yang selama ini menjadi cirri khas
dari tugas UNICEF .semua ini menjadi sumber –sumber bantuan kekuatan bagi
UNICEF dalam menangani masalah anak saat ini. Oleh karena luas dan
keanekaragaman jaringan kemitran ini akan membantu memperbesar
manfaat-manfaat dari upaya yang dilakukan UNICEF. Karena itu secara garis besar peranan
dan tanggung jawab yang paling besar ialah melalui kesadaraan dari tiap-tiap
individu dan organisasi masyarakat untuk memerangi diskriminasi anak.UNICEF
hanya lembaga dunia yang ingin meningkatkan kesadaran bahwa pentingnya anak
BAB III
TINJAUAN UMUM MENGENAI KONVENSI HAK ANAK DALAM PBB
A . Latar Belakang dan Sejarah Konvensi Hak Anak
Gagasan mengenai hak anak bermula sejak berakhirnya Perang Dunia I
sebagai reaksi atas penderitaan yang timbul akibat dari bencana peperangan
terutama yang dialami oleh kaum perempuan dan anak-anak. Liga Bangsa-Bangsa
saat itu tergerak karena besarnya jumlah anak yang menjadi yatim piatu akibat
perang. Awal bergeraknya ide hak anak bermula dari gerakan para aktivis
perempuan yang melakukan protes dan meminta perhatian publik atas nasib
anak-anak yang menjadi korban perang.
Salah seorang di antara para aktivis tersebut yakni yang bernama Eglantyne
Jebb (pendiri Save the Children) kemudian mengembangkan sepuluh butir
pernyataan tentang hak anak atau rancangan deklarasihak anak (Declaration of The
Rights of The Child) yang pada tahun 1923 diadopsi oleh lembaga Save The
Children Fund International Union. Kemudian pada tahun 1924 untuk pertama
kalinya Deklarasi Hak Anak diadopsi secara Internasional oleh Liga
Bangsa-Bangsa.
Deklarasi ini dikenal juga sebagai “Deklarasi Jenewa”. Setelah berakhirnya
Perang Dunia II, pada tahun 1948 Majelis Umum PBB kemudian mengadopsi
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pada tanggal 10 Desember. Peristiwa ini
yang kemudian pada setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Hak Asasi Manusia
se-dunia ini menandai perkembangan penting dalam sejarah HAM dan beberapa
tahun 1959 Majelis Umum PBB kembali mengeluarkan Pernyataan mengenai Hak
Anak yang merupakan deklarasi internasional kedua bagi hak anak.
Tahun 1979 saat dicanangkannya Tahun Anak Internasional, Pemerintah
Polandia mengajukan usul bagi perumusan suatu dokumen yang meletakkan
standar internasional bagi pengakuan terhadap hak-hak anak dan mengikat secara
yuridis.
Inilah awal perumusan Konvensi Hak Anak. Tahun 1989, rancangan
Konvensi Hak Anak diselesaikan dan pada tahun itu juga naskah akhir tersebut
disahkan dengan suara bulat oleh Majelis Umum PBB tanggal 20 November.
Konvenan ini kemudian diratifikasi oleh setiap bangsa kecuali oleh Somalia dan
Amerika Serikat. Dan pada akhirnya pada tahun 1990 Konvensi Hak Anak
dinyatakan berlaku sebagai Hukum Internasional tepatnya bertanggal 2 september
1990.
Isi Konvensi Hak Anak
Konvensi ini merupakan instrument Internasional di bidang Hak Asasi
Manusia dengan cakupan hak yang paling komprehensif. Terdiri dari 54 pasal,
Konvensi hingga saat ini dikenal sebagai satu-satunya konvensi di bidang Hak
Asasi Manusia yang mencakup baik hak-hak sipildan politik maupun hak-hak
ekonomi,sosial dan budaya sekaligus.
Berdasarkan strukturnya
Konvensi ini dibagi menjadi 4 bagian yakni : Preambule (mukadimah)
hak bagi semua anak, Bagian Dua (Pasal 42-45) yang mengatur masalah
pemantauan dan pelaksanaan KonvensiHak Anak, dan Bagian Tiga (Pasal 46-54)
yang mengatur masalah pemberlakukan Konvensi.
Berdasarkan isinya
ada empat cara mengkategorikan Konvensi Hak Anak, yakni :
Pertama ,kategorisasi berdasarkanKonvensi Induk Hak Asasi Manusia,
dikatakan bahwa Konvensi Hak Anak mengandung hak sipil politik dan
hak-hak ekonomi sosial budaya.
Kedua, ditinjau dari sisi yang berkewajiban melaksanakan Konvensi Hak
Anak, yaitu negara dan yang bertanggung jawab untuk memenuhi hak anak, yakni
orang dewasa pada umumnya.
Ketiga, menurut cara pembagian yang sudah sangat populer dibuat
berdasarkan cakupan hal yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak, yakni : hak
ataskelangsungan hidup (survival), hak untuk berkembang (development), hak atas
perlindungan (protection) dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan
masyarakat(participation).
Keempat, menurut cara pembagian yang dirumuskan oleh Komite Hak
Anak PBB yang mengelompokkan Konvensi Hak Anak menjadi delapan Kategori
sebagai berikut :(1) langkah-langkah implementasi umum; (2) defenisi anak; (3)
prinsip-prinsip umum; (4) hak sipil dan kemerdekaan;(5) lingkungan keluarga dan
pengasuhanalternatif; (6) kesehatan dan kesejahteraandasar; (7) pendidikan, waktu
luang dan kegiatan budaya;(8) langkah-langkah perlindungan khusus (berkaitan
yakni 4 s/d 8 merupakan kategori hak substantif hak anak,sedangkan tiga kelompok
yang pertama yakni 1 s/d 3 bersifat lintas kategori. Cara pembagian ini lebih
banyak dipakai terutama oleh yang mengkhususkan diri dengan Konvensi Hak
Anak, karena pembagian ini sekaligus memberikan kerangka kerja yang sangat
komprehensif, dan juga melingkupi cara-cara pembagian yang sebelumnya
digunakan.
Defenisi Anak
Pasal 1 Konvensi Hak Anak secara umum mendefinisikan anak sebagai
orang yang belum mencapai usia 18 tahun, namun dalam pasal tersebut juga
mengakui kemungkinan adanya perbedaan atau variasi dalam penentuan batas usia
kedewasaan di dalam peraturan perundang-undangan dari tiap-tiap Negara Peserta.
Misalnya, untuk bekerja, untuk ikut pemilihan umum, untuk mengkonsumsi
minuman beralkohol, untuk bertanggung jawab secara pidana atau untuk bisa
dijatuhi hukuman mati dan sebagainya. Ideal-nya negara peserta memperlakukan
standar yang ditetapkan dalam Standar KonvensiHak Anak sebagai standar
terendah dan sedikit demi sedikit mulai menyesuaikan batasan umur anak yang
terdapat dalam perundang-undangan nasional agar sesuai dengan standar Konvensi
Hak Anak.
Prinsip-Prinsip Umum
Ada empat Prinsip yang terkandung didalam Konvensi Hak Anak, yakni :
Artinya semua hak yang diakui dan terkandung dalam Konvensi Hak Anak
harus diberlakukan kepada setiap anak tanpa pembedaan apapun. Prinsip ini
tertuang dalam Pasal 2 Konvensi Hak Anak, yakni : “Negara-negara peserta akan
menghormati dan menjamin hak-hak yangditerapkan dalam konvensi ini bagi
setiap anak yang berada dalam wilayah hukum mereka tanpa diskriminasi dalam
bentuk apapun, tanpa memandang ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama,
pandangan politik atau pandangan-pandangan lain,asal-usul kebangsaan, etnik
atau sosial, status kepemilikan, cacat atau tidak, kelahiran atau status lainnya baik
dari si anak sendiri atau dari orang tua atauwalinya yang sah”. (Ayat 1).
“Negara-negara peserta akan mengambil semua langkah yang perlu untuk
menjamin agar anak dilindungi dari semua bentuk diskriminasi atau hukuman
yang didasarkan pada status, kegiatan, pendapat yang dikemukakan atau
keyakinan dari orang tuaanak, walinya yang sah atau anggota keluarga”. (Ayat
2).
2. Prinsip yang terbaik bagi anak (best interest of the child).
Yaitu bahwa dalam semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan
oleh lembaga-lembaga kesejahteraan sosial pemerintah atau badan legislatif. Maka
dari itu, kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama
(Pasal 3 ayat 1).
3. Prinsip atas hak hidup, kelangsungan dan perkembangan (the rights to life, survival and development).
hak yang melekat atas kehidupan (Pasal6 ayat 1). Disebutkan juga bahwa
negara-negara peserta akan menjamin sampai batas maksimal kelangsungan hidup dan
perkembangan anak (Pasal 6 ayat 2).
4. Prinsip penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the views of the child).
Maksudnya bahwa pendapat anak, terutama jika menyangkut hal-hal yang
mempengaruhi kehidupannya, perlu diperhatikan dalam setiap pengambilan
keputusan. Prinsip ini tertang dalamPasal 12 ayat 1 Konvensi Hak Anak, yaitu :
“Negara-negara peserta akan menjamin agar anak-anak yang mempunyai
pandangan sendiri akan memperoleh hak untuk menyatakan
pandangan-pandangannya secara bebas dalam semua hal yang mempengaruhi anak, dan
pandangan tersebut akan dihargai sesuai dengan tingkat usia dan kematangan
anak”.
Lingkungan Keluarga dan Pengasuh Pengganti
Konvensi Hak Anak menegaskan pentingnya peranan keluarga dalam upaya
pemenuhan hak anak. Oleh karena itu, maka lingkungan keluarga memperoleh
perhatian khusus dalam Konvensi. Bagianak-anak yang hidup dan berkembang
diluar keluarga alami, diberikan ketentuan ketentuan khusus untuk memberikan
kepada mereka keluarga atau lembaga asuh alternatif, mengingat bahwa anak-anak
bergantung pada orang dewasa. Inilah yang dimaksud dengan “pengasuh
pengganti” Dalam Konteks Konvensi Hak Anak, anak berhak untuk mendapatkan
keluarga ataukeluarga pengganti agar kehidupan dan perkembangannya bisa
memenuhi hak-hak dasar anak, sedangkan Negara berkewajiban untuk mengambil
langkah-langkah agar hak-hak anak untuk memperoleh keluarga atau keluarga atau
keluarga pengganti dapat terpenuhi dan agar keluarga atau keluarga pengganti
dapat melaksanakan tanggung jawabnya
dengan maksimal.
Secara umum, ketentuan-ketentuan yang tercakup, dalam kelompok
lingkungan keluarga atau pengasuhan pengganti meliputi antara lain : tanggung
jawab keluarga dalam pengasuhan anak, penempatan bagi anak-anak yang terpisah
dari keluarganya, yatim piatu, terlantar dan sebagainya. (dengan kafalah
sebagaimana yang dikenal dalam hukum islam, adopsi atau panti-panti yang
dikelola oleh Negara), serta melindungi anak-anak dari tindakan kekerasan oleh
orang tua, keluarga atau keluarga pengganti mereka.
Kesehatan dan Kesejahteraan Dasar
Kesehatan dan kesejahteraan dasar berisi berbagai ketentuan yang pada
prinsipnya memberikan hak kepada anak untuk memperoleh standar kehidupan
yang layak agar mereka bisa berkembang, fisik, mental spiritual, moral maupu n
sosial dengan baik, termasuk hak anak untuk memperoleh pelayanan kesehatan
serta jaminan sosial.
Pendidikan Waktu Luang dan Kegiatan Budaya
Kelompok ini memberikan ketentuan mengenai hak-hak anak untuk
bimbingan kejuruan. Perlu juga diperhatikan bahwa kegiatan waktu luang dan
kegiatan budaya dianggap penting pengaruhnya bagi perkembangan anak.
Langkah-Langkah Perlindungan Khusus
Karena anak merupakan individu yang belum matang baik secara fisik,
mental maupun sosial. Karena kondisinya yang rentan tergantung dan berkembang,
anak dibanding dengan orang dewasa lebih beresiko terhadap tindak eksploitasi,
kekerasan, penelantaran dan lain-lainnya. Anak juga sangat rawan sebagai korban
dari kebijakan ekonomi makro atau keputusan politik yang salah, meskipun secara
umum pandangan masyarakat, termasuk para politisi terhadap anak kadang
bersikap naïf dan apolitis.
Begitu pula seperti telah sering dikemukakan orang, anak merupakan asset
utama bagi masa depan bangsa dan kemanusiaan secara menyeluruh. Di atas
segalanya, kondisi kehidupan anak diseluruh dunia pada saat ini ternyata tidak
menjadi lebih baik. Ancaman terhadap anak pada saat ini baik ancaman fisik,
mental maupun sosial ternyata lebih serius dibanding pada waktu-waktu yang lalu.
Secara umum, anak perlu dilindungi dari : Pertama, keadaan darurat atau
keadaan yang membahayakan. Kedua, kesewenangwenangan hukum. Ketiga,
eksploitasi termasuk tindak kekerasan (abuse) dan penelantaran. Keempat ,
diskriminasi. Komite Hak Anak PBB, dalam pedoman laporan untuk Negara
Peserta mengkategorikan anak-anak yang membutuhkan upaya perlindungan
khusus tersebut, yakni :
1. Anak yang berada dalam situasi darurat, yakni pengungsi anak dan anak
2. Anak yang mengalami masalah dengan hukum.
3. Anak yang mengalami situasi eksploitasi, meliput i eksploitasi ekonomi,
penyalahgunaan obat dan substan, eksploitasi seksual, penjualan dan
perdagangan.
4. Anak yang berasal dari kelompok minoritas dan masyarakat adat.
Pihak-Pihak Terkait dengan Konvensi Hak Anak
Dalam Hak Asasi Manusia, manusia memiliki hak, sedang kewajiban
berada di tangan Negara. Kekhususan Konvensi-Konvensi di bidang Hak Asasi
Manusia sebagai suatu bentuk Perjanjian Internasional ialah bahwa Negara yang
melakukan ratifikasi konvensi dimaksud saling berjanji untuk terikat pada
kewajibannya guna memberikan hak kepada manusia yang berada di dalam
wilayah hukum negara bersangkutan. Dalam Konteks tersebut, pihak-pihak yang
terkait dengan Konvensi Hak Anak, pada dasarnya meliputi :
1. Anak sebagai pemegang Hak;
2. Negara sebagai pihak yangberkewajiban memenuhi hak anak.
Namun, karena Konvensi Hak Anak menempatkan keluarga atau keluarga
pengganti dalam posisi sentral bagi pemenuhan hak anak, maka pihak orang tua
atau keluarga dan masyarakat pada umumnya mempunyai tanggung jawab dalam
pemenuhan hak anak. Negara berarti pihak yang diberi mandat untuk mewakili
negara untuk menyelenggarakan negara, untuk membuat atau mengubah
undang-undang dan peraturan-peraturan, untuk merumuskan dan menjalankan kebijakan
administrative serta mengatur kehidupan masyarakat. Ini berarti mencakup pihak
Anak, orang tua/keluarga atau keluarga pengganti serta masyarakat dewasa
bertanggung jawab (bukan berkewajiban) memenuhi hak anak.
Langkah-Langkah Implementasi Umum
Suatu Negara yang meratifikasi Konvensi Hak Anak wajib memenuhi
semua ketentuan dalam Konvensi Hak Anak, kecuali bila negara tersebut
melakukan reservasi ketentuan dalam Konvensi Hak Anak. Dalam kondisi
demikian, maka negara tidak terikat untuk melaksanakan ketentuan yang
direservasinya, namun reservasi bisa ditarik kapan saja dengan pemberitahuan
resmi (Konvensi Hak Anak Pasal 51 ayat 3) Yang berkewajiban dalam
mengimplementasikan Konvensi Hak Anak adalah negara yang meratifikasi
Konvensi Hak Anak tersebut, dalam hal ini adalah para penyelenggara negaralah
yang mempunyai wewenang untuk mengimplementasikan Konvensi. Walaupun
Konvensi ini menempatkan peranan keluarga dan masyarakat pada posisi yang
sentral dalam pemenuhan hak anak. Langkah-langkah implementasi umum adalah
langkah-langkah umum yang seharusnya diambil oleh Negara Peserta yang secara
umum bertujuan untuk meningkatkan kondisi hak anak di Negara bersangkutan.
Langkah-langkah implementasi umum antara lain meliputi :
1. Niat untuk menarik reservasi.
2. Upaya menyesuaikan legislasi nasional terhadap prinsip dan ketentuan
Konvensi Hak Anak.
3. Upaya perumusan strategi nasional bagianak yang secara komprehensif
mengacu pada kerangka Konvensi Hak Anak berikut penetapan
4. Penerjemahan Konvensi Hak Anak ke dalam bahasa nasional dan bahasa
daerah serta penyebarluasan Konvensi.
5. Penyebarluasan laporan yang disiapkan oleh pemerintah berikut kesimpulan
dan rekomendasi yang diberikan oleh Komite Hak Anak terhadap Laporan
pemerintah.
6. Dan lain-lain.
Pelanggaran Hak Anak
Sehubungan karena Konvensi Hak Anak mengandung hak-hak sipil politik
dan hak-hak ekonomi sosial budaya sekaligus dalam pasal-pasalnya, maka yang
dimaksud sebagai pelanggaran di dalam Konteks Konvensi Hak Anak bisa berarti
dua macam. Pertama, Jika negara melakukan tindakan baik tindakan legislatif,
administratif, atau tindakan lainnya yang seharusnya tidak dilakukan, misalnya
melakukan penyiksaan atau mengintersepsi hak anak untuk memperoleh informasi.
Ini merupakan suatu bentuk pelanggaran yang nyata. Kedua, Non Compliance,
yaitu negara tidak melakukan tindakan, baik tindakan legislatif, administratif atau
tindakan lain yang diisyaratkan oleh Konvensi Hak Anakbagi pemenuhan Hak
Anak, khususnya yang berhubungan dengan hak ekonomi, Secara umum yang
dimaksud dengan pelanggaran dalam Konvensi Hak Anak diukur dari compliance
atau pemenuhan negara terhadap kewajiban-kewajibannya. Namun, sekalipun
Konvensi Hak Anak mengikat secara yuridis namun belum ada mekanisme yuridis
untuk pemberian sanksi bagi negara yang melakukan pelanggaran. Sejauh ini
berupa sanksi Moral dan sanksi Politis, bias dalam bentuk embargo bantuan
ekonomi, pengucilan, mempermalukan di tingkat Internasional, dll.
Jika pelanggaran dilakukan oleh orang tua atau anggota masyarakat, maka
Negara berkewajiban menjamin agar anggota masyarakat tidak melakukan
pelanggaran hak anak atau menjamin agar jika terjadi pelanggaran seperti itu, maka
pelaku harus mempertanggungjawabkan tindakannya dan korban dibantu
pemulihannya. Hal ini bisa dilakukan dengan menyelaraskan perundangan dan
peraturan nasional sesuai Konvensi Hak Anak.
B . Defenisi Hak Anak Menurut PBB
Semua anak adalah aset bangsa13
Sayangnya, tidak semua anak mempunyai kesempatan yang sama dalam
merealisasikan harapan dan aspirasinya. Banyak diantara mereka yang beresiko
tinggi untuk tidak tumbuh dan berkembang secara sehat, mendapatkan pendidikan
yang terbaik, karena keluarga yang miskin, orang tua bermasalah, diperlakukan
salah (child abuse), ditinggal orang tua, sehingga tidak dapat menikmati hidup
secara layak. Melihat posisi anak yang begitu penting,maka upaya panjang . itulah ungkapan yang bermula dari
pemikiran Itulah ungkapan yang bermula dari pemikiran anak sebagai objek dan
subjek yang padanya melekat atribut seperti tunas bangsa, generasi
penerus,penerima tongkat estapet pembangunan, pemimpin masa depan dan
sebagainya. Berangkat dari pemikiran tersebut, kepentingan yang utama untuk
tumbuh dan berkembang dalam kehidupan anak harus memperoleh prioritas yang
sangat tinggi.
13
peningkatan kualitas tumbuh kembang anak berarti pula peningkatan kualitas
sumber daya manusia masa depan. Pemenuhan jaminan kesehatan, gizi dan
pendidikan pada masa anak menentukan banyak aspek kehidupan, termasuk
kesehatan, intelektualitas, prestasi dan produktivitas dikemudian hari pada masa
remaja dan dewasa.
dimarkas PBB bulan Mei 2002 ‘berilah aku dunia yang layak untuk hidup’.
Mereka datang mewakili berbagai bangsa dan komunitas dengan membawa
setumpuk permasalahan yang menyelimutinya. Ada yang menjadi korban
peperangan, kekerasan, kemiskinan/kelaparan, bencana alam dan lainnya.
Efek semua ini dilihat dari masa lalu yang sangat mencemaskan bagi dunia,
pada saat peperangan yang terjadi demi kepentingan Negara. oleh sebab itu PBB,
berharap tinggi kepada anak-anak sebagai aspek penting suatu Negara,demi
memajukan perkembangan secara global.
Dalam hal ini perlunya peranan dan kewajiban Negara dan Orang tua yang
dalam lingkup sehari-hari membantu dan mendidik anak-anak agar tidak salah
langkah dalam masa depannya serta kesadaran dari anak itu sendiri.
Dalam hal ini PBB menyatakan perlunya suatu Negara melakukan
kewajibannya yang sebagai berikut :
1. Kewajiban menghormati ( The obligation to respect ) mengharuskan suatu
Negara tidak melanggar Hak Asasi Manusia.
2. Kewajiban melindungi ( The obligation to protect ) mengharuskan Negara
untuk melindungi setiap manusia dari tindakan pelangaran oleh pelaku
non-negara.
3. Kewajiban memenuhi ( The Obligation to fulfill ) Negara harus menempuh
tindakan untuk memenuhi hak anak.
4. Kewajiban memajukan ( The Obligation to promote ) Negara harus
mendorong memudahkan anak-anak dalam menikmati hak-hak mereka.
Dalam hal ini , Anak sebagai tanggung jawab Negara, yang secara
pengertian yang dikatakan anak adalah “seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak dalam kandungan14
1. Jual-beli anak (trafficking).
.
Selain itu seorang anak berhak memperoleh atas suatu nama sebagai
identitas diri suatu kewarganegaraan (KHA Ps.7 dan 8). Dari dasar kewajiban
Negara inilah anak akan merasa mencapai dunianya yang lebih baik dan jauh dari
hal-hal yang bersifat pelanggaran antara lain :
2. Diskriminasi sosial dan politik.
3. Kekerasan keluarga dan Negara (Peperangan)
14
Oleh karena itu bagi PBB seorang anak berhak mendapat Perlakuan yang
Istimewa dalam suatu Negara seperti yang disyahkan PBB dalam “BEIJING
RULES”, yang di syahkan melalui revolusi PBB NO. 40/33 tanggal 29 November
1985, mengenai “Peraturan Minimum Standar PBB tentang Peradilan Anak”.
Yang didalamnya terdapat perlindungan hukum terhadap anak ,dimana anak
memperoleh Hak-hak istimewa dalam hukum seperti Hak Praduga tak bersalah
dan Hak perlindungan Privasi. Hak praduga tak bersalah bagi seorang anak ialah
memperoleh antara lain :
1. Hak untuk diberitahukan akan tuntutan hukumnya.
2. Hak untuk tetap diam.
3. Hak akan pengacara.
4. Hak akan kehadiran orang tua atau wali.
5. Hak untuk menghadapi dan memeriksa silang saksi-saksi.
6. Hak untuk naik banding.
Dan hak perlindungan privasi antara lain :
1. Tidak ada publikasi yang tidak pantas.
2. Tidak ada proses pen’cap’an.
Dari begitu banyaknya perlakuan istimewa dan begitu pentingnya
anak-anak. Maka PBB terus berupaya untuk menjaga dan melindungi serta menghormati
anak-anak dan hak-haknya sebagai aset penting suatu Negara.
C . Implementasi Konvensi Hak Anak di Indonesia
Sebagai instrumen internasional, Konvensi (atau Kovenan atau Pakta)
menyetujui suatu Konvensi. Pengikatan diri kedalam Konvensi bersifat sukarela.
Namun sekali suatu Negara mengikatkan diri, maka ia berkewajiban untuk
melaksanakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Konvensi.
Dalam berbagai pakta utama menyangkut HAM (misalnya dalam dua
Kovenan Utama, Konvensi Anti Penyiksaan, Konvensi Anti Diskriminasi Rasial,
Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita, Konvensi
Hak Anak), mekanisme implementasinya diatur begitu rupa hingga bisa dipantau
oleh PBB.
Dewasa ini, mekanisme pemantauan telah mengalami peningkatan sehingga
bukan hanya PBB yang notabene konstituennya adalah Negara , namun juga
berbagai sektor dalam masyarakat sipil dengan dimotori oleh NGO telah dilibatkan
dalam mekanisme pemantauan. Perkembangan jumlah NGO yang memperoleh
akreditasi PBB dalam mekanisme pemantauan HAM telah meningkat dalam kurun
hampir setengah abad terakhir. Pada 1948 ketika Deklarasi Universal dicanangkan,
tercatat 15 NGO yang terlibat dalam proses perumusannya.
Pada 1993, sebanyak 1500 NGO dengan status konsultatif yang
berpartisipasi dalam Kongres Hak Asasi Manusia Sedunia di Wina. Meluasnya
gerakan hak asasi manusia ini diapresiasi oleh Theo van Boven, mantan Direktur
UN Center for Human Rights, sebagai perkembangan yang memberi harapan Ini
lebih dari sekedar bukti simbolik atas universalitas konstituensi HAM.
Berdasarkan Pasal 44 KHA sebagaimana telah disebut dalam Bagian I di
atas, Negara Peserta diwajibkan menyerahkan laporan awal setelah 2 tahun sejak
Laporan berisi usaha-usaha yang telah dilakukan oleh Pemerintah dalam
mengimplementasikan hak anak. Dalam kasus Indonesia, Laporan awal jatuh
tempo pada 4 Oktober 1992, dan laporan perodik pertama semestinya telah jatuh
tempo pada (4 Oktober) 1997. Namun Indonesia sejauh ini baru menyerahkan
laporan perdana dan belum menyerahkan laporan periodik pertama.
Laporan awal Republik Indonesia setebal 20 halaman (CRC/C/3/Add.10),
berisi substansi yang disusun sesuai Panduan Komite. Laporan ini sebenarnya
diharapkan untuk memberikan informasi mengenai langkah-langkah yang diambil
dalam rangka implementasi KHA berikut faktor dan kesulitan yang dihadapi dalam
kurun 2 tahun (5 Oktober 1990 - 4 Oktober 1992) sejak berlakunya KHA di
Indonesia.
Secara Garis besar isi laporan awal indonesia antara lain, mengenai
langkah-langkah implementasi umum. Tentang upaya menyelaraskan perundangan dan kebijakan nasional dengan ketentuan-ketentuan Konvensi: Sejak
dideklarasikannya Tahun Anak Internasional (1979), Indonesia telah
mengembangkan berbagai legislasi untuk meingkatkan kesejahteraan anak.
Perundang-undangan dimaksud meliputi UU Kesejahteraan Anak (1979), UU
Sistim Pendidikan Nasional (1989), UU Kependudukan (1992). Selain itu
disebutkan beberapa UU yang berkaitan dengan perlindungan anak, seperti UU
Perkawinan (1974) dan UU Perburuhan (1948).
Selanjutnya dijelaskan bagaimana perundang-undangan di atas cukup
kondusif bagi perlindungan dan pengembangan anak. Setelah meratifikasi KHA,
dikatakan bahwa Indonesia terus mencoba meningkatkan perundangan nasional
perceraian orang tua dan Edaran Mahkamah Agung No. 6/1983 mengenai adopsi
Tentang mekanisme untuk mengimplementasikan ketentuan hak-hak anak di
tingkat nasional, provinsi dan lokal: Dikatakan bahwa ketentuan-ketentuan hak
anak telah diintegrasikan ke dalam program-program pembangunan nasional, baik
yang dilakukan oleh pihak pemerintah, swasta maupun komunitas. Disebutkan
tentang tujuan dari Instruksi Presiden No. 2/1989 tentang Kesejahteraan Anak.
Selanjutnya dikemukakan tentang peranan Menteri Koordinator Kesejahteraan
Rakyat.
Mengenai Prinsip-prinsip Umum. Tentang prinsip non-diskriminasi
dikatakan bahwa UU Kesejahteraan Anak menjamin bahwa bantuan dan pelayanan
kepada anak adalah merupakan hak anak tanpa memperhatikan jenis kelamin,
agama, suku, ras, status sosial dan status ekonomi anak. Tentang prinsip yang
terbaik bagi anak dikatakan bahwa menurut pasal 34 UUD ?45 Negara
bertanggungjawab terhadap orang miskin dan anak terlantar. Dikatakan pula bahwa
menurut nilai-nilai alamiah dan tradisi setiap keluarga Indonesia memberikan nilai
yang tinggi kepada anak sebagai asset keluarga dan bahwa pandangan ini tercermin
dalam berbagai perundangan nasional khususnya dalam pasal 45 UU Perkawinan
(tidak ada keterangan lebih lanjut tentang UU lainnya yang mana saja). Selanjutnya
dikatakan bahwa hambatan utama dalam mewujudkan prinsip yang terbaik bagi
anak ialah faktor kemiskinan sebagai negara berkembang. Namun dikatakan upaya
mengentaskan kemiskinan melalui Instruksi Presiden. Tentang prinsip hak hidup,
kelangsungan hidup dan perkembangan dikemukakan bahwa dasar Negara
Pancasila menjamin hak hidup bagi setiap warganegara dan bahwa prinsip ini
Anak yang telah disebut dimuka. Namun begitu diakui bahwa tingkat kematian
bayi dan balita masih tinggi dan untuk itu Pemerintah memandang bahwa
program-program kelangsungan hidup dan perkembangan sangatlah penting. Dikemukakan
bahwa pada tingkat nasional telah diluncurkan program Dekade Anak yang
tujuannya untuk mendidik komunitas khususnya keluarga bahwa anak adalah aset
yang berguna baik bagi keluarga maupun bagi sumberdaya pembangunan di masa
depan. Akhirnya disebutkan bahwa Pemerintah Standing Committees on Child
Welfare baik tingkat nasional maupun propinsi. Tentang prinsip penghargaan
terhadap pandangan anak dikemukakan bahwa secara tradisional kehidupan
masyarakat di Indonesia memang paternalistik. Namun seiring dengan kemajuan
yang datang bersama dengan proses pembangunan maka terjadi pula perubahan
pola hubungan antara anak dengan orangtua yang mengarah kepada pola yang lebih
demokratis. Dan sejalan dengan perkembangan tersebut, UU sistim pendidikan
nasional memberi kesempatan kepada anak untuk menyampaikan pendapatnya
melalui organisasi OSIS, dimana para murid mempunyai hak untuk
mengemukakan pendapat. Lalu dikatakan bahwa , Pada saat yang sama para murid
juga berkewajiban untuk menghormati masyarakat. Inilah interpretasi dari konsep
hak asasi manusia terpadu di Indonesia
Mengenai hak sipil dan kemerdekaan. Tentang hak anak atas identitas
dikemukakan bahwa Menurut UU Perkawinan dan UU kewarganegaraan, setiap
anak akan mendapatkan kewarganegaraan Indonesia tanpa memandang dimana ia
dilahirkan, apakah didalam atau diluar wilayah Indonesia.
Setiap anak berhak atas identitas kewarganegaraan. Anak yang lahir di luar
mempertahankan identitas dikemukakan bahwa Komponen identitas meliputi
nama, kebangsaan, warna kulit, dan jenis kelamin. Identitas ini dilindungi oleh
undang-undang dan tak seorangpun akan memaksa anak untuk melepaskan
identitasnya.
Tentang kebebasan berekspresi dikemukakan bahwa Implementasi pasal 13
Konvensi di Indonesia sesuai belaka dengan UU Sistim Pendidikan Nasional yang
menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk menyampaikan pikiran dan
harapannya selama proses belajar. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam budaya
tradisional anak-anak kurang mendapat kesempatan untuk menyatakan
pendapatnya. Namun, Dalam struktur formal misalnya dalam sistim sekolah,
Pemerintah mencoba mendorong kebebasan berekspresi sebagai bagian dari
program pengembangan rasa percaya diri melalui pembentukan OSIS dan
Pramuka.
Tentang akses kepada sumber informasi dikemukakan bahwa anak-anak
Indonesia menerima informasi yang layak dari berbagai bahan bacaan, radio dan
televisi. Namun untuk melindungi anak dari informasi berbahaya yang
bertentangan dengan filosofi dan ideologi nasional, UU Penerbitan melarang bahan
bacaan, video dan kaset tertentu khusus yang mengenai pornografi.
Beberapa kesulitan dihadapi oleh Indonesia dewasa ini karena
diperkenalkannya teknologi satelit yang memancarkan program-program asing
yang tidak sesuai dengan anak-anak Indonesia karena program-program tersebut
vulgar, penuh kekerasan dan mengandung unsur sex dan sebagainya. Tentang