• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ekuitas Merek (Brand Equity) Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Konsumen Sony Ericsson Pada Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Ekuitas Merek (Brand Equity) Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Konsumen Sony Ericsson Pada Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH EKUITAS MEREK (BRAND EQUITY) TERHADAP

KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN SONY ERICSSON

PADA MAHASISWA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

FRANZ ADYTIA LESMANA GINTING

067019095/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH EKUITAS MEREK (BRAND EQUITY) TERHADAP

KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN SONY ERICSSON

PADA MAHASISWA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

Dalam Program Studi Ilmu Manajemen

Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

FRANZ ADYTIA LESMANA GINTING

067019095/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH EKUITAS MEREK (BRAND EQUITY) TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN SONY ERICSSON PADA MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : Franz Adytia Lesmana Ginting Nomor Pokok : 067019095

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Amrin Fauzi) (Dr. Rismayani, MS)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Dr. Rismayani, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc.)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 8 Juli 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Amrin Fauzi.

Anggota : 1. Dr. Rismayani, MS.

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

“PENGARUH EKUITAS MEREK (BRAND EQUITY) TERHADAP KEPUASAN

DAN LOYALITAS KONSUMEN SONY ERICSSON PADA MAHASISWA

FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara

benar dan jelas.

Medan, 8 Juli 2008

Yang membuat pernyataan,

Franz Adytia Lesmana Ginting

(6)

ABSTRAK

Sony Ericsson adalah salah satu merek telepon seluler yang ada di pasaran yang terus berupaya meramaikan industri telepon seluler (ponsel) dan ingin tetap mempertahankan eksistensinya di masa yang akan datang. Menyadari pentingnya kepuasan konsumen bagi pencapaian tujuan perusahaan, Sony Ericsson terus memperkuat ekuitas mereknya. Salah satu konsumen potensial Sony Ericsson adalah kalangan pelajar dan mahasiswa. Pada Fakultas Sastra USU jumlah mahasiswa yang menjadi konsumen Sony Ericsson (tahun ajaran 2005-2007) adalah 526 orang atau ±1/4 dari jumlah keseluruhan mahasiswa tahun ajaran 2005-2007. Jadi, Sony Ericsson hendaknya meningkatkan ekuitas mereknya.

Perumusan masalah dalam penelitian ini sejauh mana pengaruh ekuitas merek terhadap kepuasan mahasiswa dan bagaimana hubungan kepuasan dengan loyalitas konsumen Sony Ericsson. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh ekuitas merek yang terdiri dari; kesadaran merek, kesan kualitas merek, dan asosiasi merek terhadap kepuasan konsumen dan untuk mengetahui variabel yang dominan terhadap kepuasan serta mengetahui hubungan kepuasan dengan loyalitas mahasiswa konsumen Sony Ericsson pada Fakultas Sastra USU.

Teori yang digunakan adalah Manajemen Pemasaran yang berkaitan dengan teori ekuitas merek, kepuasan dan loyalitas.

Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah studi kasus yang didukung dengan survey, sifat penelitian ini adalah explanatory. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak SPSS versi 11 dengan analisa deskriptif. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda, Uji F dan Uji t dimaksud untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0.05) serta Uji Korelasi Rank Spearman dimaksud untuk mengetahui hubungan kepuasan dengan loyalitas. Teknik pengumpulan data primer dengan daftar pertanyaan, dan pengamatan. Sampel dalam penelitian ini 84 responden.

Hasil penelitian menunjukkan dari uji serempak terdapat pengaruh yang signifikan antara ekuitas merek yang terdiri dari; kesadaran merek, kesan kualitas merek, dan asosiasi merek terhadap kepuasan mahasiswa, sedangkan pada uji parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara kesan kualitas merek dan asosiasi merek terhadap kepuasan. Variabel yang paling dominan yaitu asosiasi merek (65,8 %) mempengaruhi kepuasan mahasiswa. Variabel kesadaran merek tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan mahasiswa. Uji Korelasi Rank Spearman terdapat hubungan yang nyata antara kepuasan dengan loyalitas. Nilai koefisien determinasi

(R2) menunjukan bahwa variabel–variabel bebas yang diteliti mampu menjelaskan

(7)

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekuitas merek kesadaran merek, kesan

kualitas merek, dan asosiasi merek) berpengaruh high significant terhadap kepuasan

mahasiswa, variabel asosiasi merek mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap kepuasan mahasiswa dan ada hubungan antara kepuasan dengan loyalitas.

(8)

ABSTRACT

Sony Ericsson is one of cellular phone brand that take apart in cellular phone industry and want to keep their existence in the future. Sony Ericsson always stronger their brand equity because they realize customer satisfaction is important to achieve company’s goal. One of Sony Ericsson’s potencial customer is student. In Faculty of Art in North Sumatera University (attended class 2005-2007), there is 526 student use Sony Ericsson or ± ¼ from all student attended class 2005-2007. So Sony Ericsson need to increase their brand equity.

The problem formulation in this research is how far the effect of brand equity for the students satisfaction and how the strength relationship between satisfaction with students loyalty. The objective of this research is to understand and analysis the effect of brand equity that consists of brand awareness, brand perceived quality, and brand association to the students satisfaction and to know which variable will be the dominant to the students satisfaction and how the strength relationship between satisfaction with students loyalty.

The theory of brand equity to be used is the marketing management, brand equity, customer satisfaction, and loyalty.

The research type was descriptive quantitative research, case study supported by survey method research approach, research character was explanatory. The data processing using by SPSS version 11. The hypothesis test uses multiple linear regression analysis, F-test and t-test in order to explain the effect of independent variables on dependent variable at the coefficient level 95% ( = 0.05), Rank Spearman’s Correlation Test in order to explain the the strength relationship between satisfaction with students loyalty. The technique of primary data collection were with questionnaires and observation. The sample of this research was 84 respondents.

Research result show from multiple test, there is significant effect between brand equity consists of brand awareness, brand perceived quality, and brand association to the student satisfaction while by partial test shows that brand awareness had not significant effect to the student satisfaction. The most dominant variable is brand association (65,8 %) that influences the student satisfaction. While variable of brand perceived quality do not influence significantly to the student satisfaction. Rank Spearman’s correlation Test show that The students satisfaction had the strength relationship with the student loyalty. The determinant coefficient

(R2) shows that researche independent variables able to explain 69,7 % to the the

student satisfaction while the remaining of 30,3 % explained by independent variables that were un-researched.

(9)

satisfaction, and there is strength relationship beetwen student satisfaction with student loyalty.

(10)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmad

dan karuniaNya., sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

“Pengaruh Ekuitas Merek (Brand Equity) Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas

Konsumen Sony Ericsson Pada Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera

Utara”. Tesis ini disusun guna melengkapi salah satu syarat untuk mencapai derajat

Sarjana Strata-2 Program Studi Magister Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara, Medan..

Selama menyelesaikan tesis ini maupun selama mengikuti program studi

banyak pihak yang turut memberikan bantuan baik secara moril maupun material.

Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga

kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc. Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Amrin Fauzi, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

banyak memberikan pengarahan, bimbingan dan membantu penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

3. Ibu Dr. Hj. Rismayani, MS., selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen dan

juga selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan

(11)

4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku sekretaris Jurusan Program Studi Ilmu

Manajemen dan juga selaku Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak

memberikan masukan dan pengarahan demi sempurnanya tesis ini.

5. Bapak Dr. Iic.rer.reg. Sirojuzilam, SE dan Bapak Drs. HB. Tarmizi, SU., selaku

Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan masukan yang berharga

dalam penyempurnaan tesis ini.

6. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang

bermanfaat bagi penulis.

7. Bapak Drs. A. Ridwan Siregar, SH, M.lib., selaku Kepala Perpustakaan dan

Sistem Informasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan pada Program Studi Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh Pustakawan pada Perpustakaan dan Sistem Informasi Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan perhatian, dorongan semangat, dan

bantuan kepada penulis.

9. Teman-teman khususnya Angkatan XI Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

10.Adik-adik di jurusan Ilmu Perpustakaan S-1, Fakultas Sastra USU yang telah

membantu penulis dalam pengumpulan data dan memberikan semangat dalam

(12)

11.Secara khusus terima kasih yang terhingga kepada Ayahanda J.N Ginting, SH dan

Ibunda Dra. Mahy Sebayang atas kasih sayang, pengarahan, bimbingan yang telah

diberikan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan rahmad dan karuniaNya

kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan perhatian kepada

penulis baik ketika masa kuliah maupun saat penulisan tesis. Akhirnya penulis

berharap agar tesis ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.

Medan, 8 Juli 2008

Penulis,

(13)

RIWAYAT HIDUP

Franz Adytia Lesmana Ginting lahir di Medan 30 April 1982, anak tunggal dari pasangan Bapak J.N Ginting, SH dan Ibu Dra Mahy Sebayang. Belum menikah.

Sejak tahun 2005 sampai pada saat ini bekerja sebagai staf Teknologi Informasi pada

Perpustakaan dan Sistem Informasi Universitas Sumatera Utara yang beralamat di Jl.

Perpustakaan No. 1 Kampus USU Padang Bulan Medan.

Pendidikan dimulai pada tahun 1986 hingga tahun 1988 di TK Methodist 1 Jln.

Hang Tuah Medan. Pada tahun 1988 di Sekolah Dasar (SD) Methodist 1 Jln Hang

Tuah Medan, tamat tahun 1994. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Negeri 1 Medan pada tahun 1994, dan lulus tahun 1997. Selanjutnya

pada tahun 1997 meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1

Medan, lulus tahun 2000, dan melanjutkan ke Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara (USU) pada tahun 2000

hingga tahun 2001. Tahun 2001 melanjutkan studi ke Fakultas Sastra Universitas

Sumatera Utara (USU) jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, lulus Sarjana tahun

2005 dan pada tahun 2006 melanjutkan ke Sekolah Pascasarjana (Strata-2) Program

Studi Magister Ilmu Manajemen Universitas Sumatera Utara selesai pada tanggal 8

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... . v

RIWAYAT HIDUP... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL………. xiv

DAFTAR GAMBAR………..xv

BAB I. PENDAHULUAN... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Rumusan Masalah... 5

I.3. Tujuan Penelitian ... 5

I.4. Manfaat Penelitian ... 6

I.5. Kerangka Berfikir ... 7

I.6. Hipotesis ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10

II.1. Penelitian Terdahulu... 10

(15)

II.2.2. Pengertian dan Proses Pemasaran Produk... 14

II.2.3. Kualitas Produk...19

II.3. Teori Tentang Merek... 21

II.3.1. Pengertian, Peranan dan Kegunaan Merek...21

II.3.2. Pengertian dan Peranan Ekuitas Merek... 24

II.3.3. Strategi Merek...26

II.3.4. Sikap Konsumen Terhadap Merek...27

II.4. Teori Tentang Perilaku Konsumen... 28

II.4.1. Pengertian Perilaku Konsumen...28

II.4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 30

II.4.3. Analisis Pengambilan Keputusan Konsumen... 31

II.5. Teori Tentang Kepuasan Konsumen...33

II.5.1. Pengertian dan Manfaat Kepuasan Konsumen...33

II.5.2. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen...35

II.5.3. Mengukur Kepuasan Konsumen...36

II.5.4. Hubungan Nama Merek dengan Kepuasan Konsumen...37

II.6. Teori Tentang Loyalitas Konsumen...38

II.6.1. Pengertian Loyalitas Konsumen...38

II.6.2. Hubungan Kepuasan dengan Loyalitas Konsumen...39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 41

(16)

III.2. Metode Penelitian ... 41

III.3. Populasi dan Sampel ... 42

III.3.1. Populasi...42

III.3.2. Sampel...43

III.4. Metode Pengumpulan Data ... 45

III.5. Jenis dan Sumber Data ... 45

III.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel... 45

III.6.1. Identifikasi Variabel...45

III.6.2. Definisi Operasional Variabel...46

III.7. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 49

III.7.1. Uji Validitas ... 49

III.7.2. Uji Reliabilitas ... 49

III.8. Model Analisis Data...50

III.9. Pengujian Hipotesis...51

III.10. Pengujian Asumsi Klasik ... 56

III.10.1. Uji Normalitas ... 56

III.10.2. Uji Multikolinieritas... 57

III.10.3. Uji Heteroskedastisitas... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...59

(17)

IV.1.2. Jenis-Jenis Pelayanan...65

IV.1.3. Karakteristik Responden...68

IV.1.3.1. Asal Departemen Studi Responden...68

IV.1.3.2. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin...69

IV.1.3.3. Lama Pemakaian Telepon Seluler...70

IV.1.4. Analisis Deskriptif...71

IV.1.4.1. Kesadaran Merek...71

IV.1.4.2. Kesan Kualitas Merek...74

IV.1.4.3. Asosiasi Merek...77

IV.1.4.4. Kepuasan Konsumen...80

IV.1.4.5. Loyalitas Konsumen...82

IV.1.5. Pengujian Asumsi Klasik...84

IV.1.5.1. Uji Normalitas...84

IV.1.5.2. Uji Multikolinearitas...85

IV.1.5.3. Uji Heterokedastisitas...87

IV.2. Pembahasan...89

IV.2.1. Pengujian Hipotesis...89

IV.2.1.1. Hipotesis Pertama...89

IV.2.1.2. Hipotesis Kedua...95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...98

(18)

V.2. Saran...99

(19)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

III.1. Jumlah Mahasiswa Sampel Penelitian... ..……… 44

III.2. Definisi Operasional Variabel ……… 48

IV.1. Komposisi Responden Berdasarkan Departemen Studi... 68

IV.2. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 70

IV.3. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Pemakaian Ponsel... 70

IV.4. Tanggapan Responden Atas Kesadaran Merek... 71

IV.5. Tanggapan Responden Atas Kesan Kualitas Merek... 74

IV.6. Tanggapan Responden Atas Asosiasi Merek... 77

IV.7. Tanggapan Responden Atas Kepuasan Konsumen... 80

IV.8. Tanggapan Responden Atas Loyalitas Konsumen... 82

IV.9. Hasil Uji Multikolinieritas dengan Nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF)... 86

IV.10. Hasil Uji Regresi Linear Berganda... 89

IV.11. Hasil Uji Serempak... 90

IV.12. Hasil Uji R Square... 91

IV.13. Hasil Uji Secara Parsial... 92

(20)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

I.1. Kerangka Pemikiran……… 9

II.1. Proses Pemasaran……… 16

IV.1. Ponsel GSM Sony Ericsson yang Pertama Kali... 62

IV.2. Beberapa Tipe Ponsel Sony Ericsson... 64

IV.3. Empat Produk Baru Ponsel Sony Ericsson... 65

IV.4. Uji Normalitas Kepuasan... 84

IV.5. Uji Normalitas Loyalitas... 85

IV.6. Hasil Uji Heteroskedastisitas Kepuasan... 87

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Perkembangan dunia yang begitu cepat dewasa ini dapat dilihat di segala

bidang seperti teknologi, ekonomi dan sebagainya. Dampak dari perkembangan ini

memberikan suatu tantangan dan peluang bagi industri dan perusahaan besar ataupun

kecil. Di era globalisasi, seperti yang terjadi di kawasan Asia Tenggara khususnya

Negara Indonesia, dapat dilihat bahwa dengan adanya perdagangan bebas membuka

jalan bagi perkembangan industri dan perusahaan dalam memasarkan produk dan

memperluas pasarnya.

Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi

perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

pasar produk perusahaan dan di sisi lain keadaan tersebut memunculkan persaingan

yang ketat antar perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. Fenomena

persaingan ini akan semakin mengarahkan sistem perekonomian Indonesia ke

mekanisme pasar yang memposisikan pemasar untuk selalu mengembangkan dan

merebut pangsa pasar. Salah satu aset untuk mencapai keadaan tersebut adalah

dengan merek.

Merek mengidentifikasikan suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu

perusahaan. Identifikasi tersebut juga berfungsi untuk membedakannya dengan

(22)

konsumen pada saat perusahaan menjanjikan sesuatu kepada konsumen. Dengan

demikian dapat diketahui adanya ikatan emosional yang tercipta antara konsumen

dengan penghasil produk melalui merek. Pesaing bisa saja menawarkan produk yang

mirip, tetapi mereka tidak mungkin menawarkan janji emosional yang sama.

Kekuatan persaingan adalah persaingan antar merek, maka ekuitas merek suatu

perusahaan harus semakin kuat. Dengan semakin kuatnya ekuitas merek suatu

produk, maka konsumen akan merasa puas dan semakin kuat pula daya tariknya di

mata konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut yang selanjutnya akan

membawa konsumen untuk melakukan pembelian secara berulang-ulang sehingga

akhirnya menjadi pelanggan yang setia serta mendatangkan keuntungan bagi

perusahaan.

Salah satu perusahaan yang mengalami persaingan yang ketat pada saat ini

adalah perusahaan telepon seluler. Berbagai merek telepon seluler semakin banyak

diperkenalkan dan beredar di pasaran seperti : Nokia, Sony Ericsson, Samsung,

Siemens, Motorola, BlackBerry, O2, Dopod, LG, Philips, dan sebagainya.

Dari berbagai merek telepon seluleryang ada dipasaran, salah satunya adalah

telepon selulermerek Sony Ericsson. Enam tahun sudah Sony Ericsson, merek yang

lahir dari hasil merger antara Divisi Mobile Communication Sony Corporation dan

Telefonaktiebolaget LM Ericsson, terus berupaya meramaikan industri telepon

selular (ponsel). Walaupun berasal dari dua perusahaan yang kuat, kehadirannya

(23)

Sony Ericsson yang merger pada Oktober 2001 dan masuk Indonesia secara

resmi Februari 2002 itu terbukti mampu mempertahankan keberadaannya di pasar

global maupun Tanah Air. Di pasar domestik, serbuan ponsel ini pelan-pelan mampu

menggoyang pasar Nokia. Dalam pasar global, pangsa pasar Sony Ericsson terus

merangkak naik. Variasi produknya juga sangat banyak dan tersebar di seluruh

dunia, termasuk Indonesia. Merek ponsel ini menyadari bila varian yang banyak

merupakan kunci untuk mengenalkan produknya ke pasar.

Dengan menyadari pentingnya kepuasan konsumen bagi pencapaian tujuan

perusahaan, Sony Ericsson terus memperkuat ekuitas mereknya. Guna meningkatkan

kesadaran masyarakat (brand awareness) terhadap merek Sony Ericsson di

Indonesia, pabrikan Jepang dan Swedia itu agresif memasarkan berbagai model

barunya ke pasar. Jika semula hanya menawarkan delapan varian dalam waktu lebih

dari setahun, kini minimal 12 model baru hadir setiap tahunnya. Pengalaman yang

kaya dari Ericsson dalam bidang telekomunikasi menemukan pasangan yang jitu

lewat ketangguhan Sony dalam dua bidang : kamera (ingat Sony Cybershot) dan

audio (ingat Walkman). Kekuatan Sony ini benar-benar dieksploitasi guna

menghasilkan aneka produk ponsel yang memukau. Sony Ericsson mengategorikan

produknya menjadi empat, yaitu ponsel berkamera (imaging), gaya hidup (lifestyle),

musik (walkman phone), dan ponsel bisnis (web communication).

Produk yang variatif, desain yang menarik, menu yang mudah digunakan, fitur

yang beragam, juga lebih terjangkau oleh masyarakat Indonesia karena disesuai

(24)

telepon seluler merek Sony Ericsson. Tersedianya content-content di internet berupa

musik, permainan (game), tema (themes), wallpaper dan lain-lain yang dapat

didownload gratis juga diharapkan mendukung kepuasan konsumen telepon seluler

Sony Ericsson.

Pada mahasiswa Fakultas Sastra tahun ajaran 2005-2007 sejumlah 2507 orang

hanya terdapat 526 orang yang menggunakan telepon seluler Sony Ericsson. Dari

fenomena dilihat penggunaan merek telepon seluler di Fakultas Sastra cenderung

didominasi oleh merek lain di luar merek Sony Ericsson.

Dominasi merek lain di luar merek Sony Ericsson menunjukkan gejala belum

kuatnya pengaruh ekuitas merek terhadap kepuasan dan loyalitas merek konsumen

Sony Ericsson di Fakultas Sastra dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi.

Harga produk Sony Ericsson yang ditawarkan sudah pada taraf terjangkau oleh

masyarakat Indonesia, tetapi tidak semua konsumen mau untuk membeli semua jenis

produk yang ditawarkan.

Terdapatnya produk telepon seluler lain di pasaran dengan variasi produk,

kualitas yang sama, pelayanan yang tidak jauh berbeda serta memberikan promosi

yang menarik, adakalanya juga menjadi salah satu hal yang membuat konsumen

beralih ke produk telepon seluler tersebut.

Ada kecenderungan di kalangan mahasiswa membeli dan menggunakan telepon

seluler dengan melihat merek yang paling banyak dipakai dan dikenal masyarakat,

(25)

Untuk itulah Sony Ericsson dituntut untuk dapat membentuk kepuasan

konsumen secara total dengan memberikan nilai-nilai yang berdayaguna agar

pelanggan puas dan tidak berpindah ke merek yang lain. Kegagalan suatu merek

menyampaikan citra yang baik kepada konsumen akan memberikan dampak buruk

terhadap persepsi mereka terhadap merek tersebut.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Sejauh mana pengaruh ekuitas merek yang terdiri dari; kesadaran merek (brand

awareness), kesan kualitas merek (brand perceived quality), asosiasi merek

(brand association) terhadap kepuasan konsumen Sony Ericsson pada mahasiswa

Fakultas Sastra Univesitas Sumatera Utara Medan

2. Bagaimana hubungan kepuasan dengan loyalitas mahasiswa konsumen Sony

Ericsson pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan.

I.3. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh ekuitas merek yang terdiri dari;

kesadaran merek (brand awareness), kesan kualitas merek (brand perceived

quality), asosiasi merek (brand association) terhadap kepuasan konsumen Sony

(26)

2. Untuk mengetahui dan menganalisa hubungan variabel kepuasan mahasiswa

dengan variabel loyalitas mahasiswa konsumen Sony Ericsson pada Fakultas

Sastra Universitas Sumatera Utara Medan.

I.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini dapat direkomendasikan kepada konsumen menjadi faktor

pertimbangan dalam memilih telepon seluler yang sesuai dengan keinginan

mereka.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi atau masukan bagi

perusahaan telepon seluler merek Sony Ericsson maupun perusahaan ponsel

merek lainnya untuk mengetahui pengaruh ekuitas merek (brand equity) terhadap

kepuasan dan loyalitas guna peningkatan jumlah penjualan produk mereka.

3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi tambahan bagi

pihak akademisi untuk pembahasan mengenai manajemen pemasaran khususnya

kekuatan merek dalam kaitannya dengan kepuasan dan loyalitas konsumen.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan penahaman

peneliti mengenai hal-hal yang berhubungan dengan teori perilaku konsumen dan

penerapannya dilapangan.

5. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya

(27)

umum maupun khusus terhadap ilmu pengetahuan yang dijadikan dasar

(28)

I.5. Kerangka Berfikir

Ekuitas merek memiliki posisi yang penting dalam tercapainya tujuan

perusahaan. Bagi perusahaan yang ingin tetap bertahan dan melangkah lebih maju

untuk memenangkan persaingan, sangat perlu mengetahui kondisi ekuitas merek

produknya. Ekuitas merek yang kuat akan mampu mengembangkan keberadaan suatu

merek dalam persaingan apapun dalam jangka waktu yang panjang.

Menurut Aaker (1997) Ekuitas merek adalah : “Serangkaian aset dan

kewajiban (liabilities) merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama, dan

simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan dan/atau pelanggan perusahaan tersebut. Agar aset dan liabilitas mendasari ekuitas merek, keduanya harus saling berhubungan dengan nama atau simbol sebuah merek. Dimensi ekuitas merek

terdiri atas kesadaran merek (brand awareness), kesan kualitas merek (brand

perceived quality), asosiasi merek (brand associations) dan loyalitas merek (brand loyality)”.

Sedangkan menurut Simamora (2000) bahwa “Ekuitas merek (brand

equity) disebut juga nilai merek, yang menggambarkan keseluruhan kekuatan merek di pasar. Ekuitas merek memberikan suatu keunggulan kompetitif bagi sebuah perusahaan karena orang lebih cenderung membeli produk yang membawa nama merek terkenal dan dihormati”.

Konsep ekuitas merek dapat terjadi ketika seorang konsumen memiliki

tingkatan yang tinggi terhadap kesadaran dan pengenalan terhadap suatu merek dan

berpegang pada kekuatan kegemaran dan keunikan asosiasi-asosiasi merek dalam

ingatannya.

Konsumen yang menunjukkan sikap positifnya terhadap suatu merek,

(29)

Kesetiaan merek dipengaruhi secara langsung oleh kepuasan atau ketidakpuasan

dengan merek yang telah digunakan dalam jangka waktu tertentu.

Menurut Kotler (2001) bahwa : “Kepuasan konsumen merupakan fungsi dari

seberapa dekat antara harapan pembeli atas suatu produk dengan daya guna yang

dirasakan dari produk tersebut”.

Sedangkan menurut Swan dalam Tjiptono (2005) bahwa : “Kepuasan sebagai

evaluasi secara sadar atau penilaian kognitif menyangkut apakah kinerja produk

relatif bagus atau jelek atau apakah produk bersangkutan cocok atau tidak cocok

dengan tujuan pemakaiannya”.

Konsumen dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya dengan membeli

produk dengan merek tertentu. Apabila merek yang dipilih konsumen itu dapat

memuaskan kebutuhan dan keinginannya, maka konsumen akan memiliki ingatan

yang dalam terhadap merek tersebut. Pada pembelian berikutnya, konsumen akan

memilih produk dengan merek yang telah memberikannya kepuasan, sehingga akan

terjadi pembelian yang berulang-ulang terhadap merek tersebut.

Durianto, dkk (2004) menyatakan bahwa : “Ekuitas merek akan

menciptakan nilai, baik kepada konsumen maupun kepada produsen, baik secara langsung maupun tidak langsung. Suatu merek dapat dikatakan memiliki ekuitas yang tinggi, apabila merek tersebut berhasil membuat konsumen puas dan loyal. Dari keempat faktor ekuitas merek, pada kenyataannya kesan

kualitas merek (brand perceived quality) dan asosiasi merek (brand

association) yang dapat mempertinggi tingkat kepuasan konsumen”.

(30)

ekuitas merek dan juga merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh ekuitas merek.

Secara skematis, pengaruh ekuitas merek terhadap kepuasan dan loyalitas

konsumen dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar I.1. Kerangka Pemikiran

I.6. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Ekuitas merek yang terdiri dari; kesadaran merek (brand awareness), kesan

kualitas merek (brand perceived quality), asosiasi merek (brand association)

berpengaruh terhadap kepuasan konsumen Sony Ericsson pada mahasiswa

Fakultas Sastra Univesitas Sumatera Utara Medan.

2. Kepuasan konsumen memiliki hubungan dengan loyalitas konsumen Sony

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Penelitian Terdahulu

Rachmad (2007) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan

Produk, Kepuasan dan Keterlibatan Konsumen terhadap Keputusan Melakukan

Perpindahan Merek pada Konsumen Ponsel Nokia di Surabaya”. Perilaku

perpindahan merek pada konsumen terjadi dikarenakan oleh penggunaan produk,

kepuasan dan keterlibatan konsumen. Seorang konsumen yang mengalami rasa

kecewa terhadap produk yang dibeli setelah pasca pembelian mempunyai

kemungkinan akan merubah perilaku keputusan pembelian berikutnya untuk

mencapai keinginannya tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

penggunaan produk, kepuasan dan keterlibatan konsumen berpengaruh terhadap

perilaku perpindahan merek. Responden dalam penelitian ini adalah konsumen

pengguna ponsel Nokia berbasis GSM dan CDMA. Teknik analisis yang digunakan

adalah linear berganda dan dengan bantuan program Statistical Package for Social

Science (SPSS) versi 11. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan

produk, kepuasan, dan keterlibatan konsumen berpengaruh terhadap perilaku

perpindahan merek pada konsumen pengguna ponsel Nokia. Hal ini dapat dilihat dari

hasil signifikasi uji t dan F yang dibawah 0,05 menunjukkan secara parsial dan

(32)

Djan dan Ruvendi (2006) melakukan penelitian dengan judul “Prediksi

Perpindahan Penggunaan Merek Handphone di Kalangan Mahasiswa (Studi Kasus

Pada Mahasiswa STIE Binaniaga)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

alasan mahasiswa STIE Binaniaga memilih merek handphone tertentu sebagai alat

komunikasi, untuk mengetahui perpindahan penggunaan suatu merek handphone ke

merek lainnya, membuat proyeksi pangsa pasar handphone dikalangan mahasiswa

STIE Binaniaga. Responden penelitian ini adalah seluruh mahasiswa STIE Binaniaga

baik jenjang Diploma III maupun Strata I. Data yang telah dikumpulkan diolah dan

disajikan melalui analisa deskriptif kualitatif dengan melakukan ikhtisar faktor yang

mempengaruhi pemilihan merek handphone pertama kali, kemudian ikhtisar terhadap

pendapat setelah menggunakan handphone serta daya tariknya, membuat tabel jumlah

pengguna handphone dari masing-masing merek baik saat sekarang maupun

sebelumnya, membuat tabel brand switching pattern, membuat Matrik Probabilitas

Transisional (T), dan membuat prediksi pasar berdasarkan Matrik Kejadian (MK) dari

analisis rantai Markov. Hasil penelitian menunjukkan bahwa merek handphone yang

banyak diminati adalah Nokia karena pengoperasiannya mudah serta fiturnya

lengkap. Seluruh merek handphone mengalami pergeseran permintaan kecuali Sony

Ericsson.

Budianto (2004) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Handphone Merek

(33)

yang digunakan sebanyak 200 orang responden. Teknik analisis yang digunakan

adalah Regresi Logistik. Hasil penelitian ini adalah bahwa faktor harga, desain

performance, dan promosi mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan

pembelian handphone Nokia di kecamatan Medan Belawan.

II.2. Teori Tentang Produk

II.2.1. Pengertian, Tingkatan dan Klasifikasi Produk

Produk adalah segala sesuatu yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan

manusia maupun organisasi, segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk

dapat diperhatikan, dibeli, atau dikonsumsikan.

Swastha dan Irawan (1999) mengatakan bahwa : “produk adalah suatu sifat yang kompleks, baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk pembungkus, warna, harga, prestasi perusahaan, dan pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan”.

Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2001) menyatakan “Produk adalah semua

yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau

dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan pemakainya”.

Stanton (dalam Marius, 1999) mendefinisikan produk dalam 2 pengertian dasar,

yaitu :

a. Pengertian sempit : Produk adalah sekumpulan atribut fisik nyata (tangible)

yang terkait dalam sebuah bentuk yang diidentifikasikan.

b. Pengertian luas : Produk adalah sekumpulan atribut nyata (tangible) dan tidak

(34)

prestive pabrik, prestive pengecer dan pelayanan dari pabrik serta pengecer

yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang bias memuaskan

keinginannya.

Gagasan pokok dari definisi ini adalah bahwa konsumen membeli tidak hanya

sekedar kumpulan atribut fisik. Pada dasarnya, mereka membayar sesuatu yang

memuaskan keinginan. Jadi sebuah produk yang baik menjual manfaat (benefit)

produk tidak hanya berupa produk itu sendiri. Pabrikan menjual simbol sekaligus

produk. Orang membeli barang tidak hanya untuk fungsinya, tetapi juga untuk

maknanya. Barang merupakan simbol atribut pribadi, tujuan dan pola sosial, kita

membeli produk yang mampu memperkuat citra kita dan orang merupakan penilai

yang tajam tentang simbol.

Menurut Marius (1999). “Dalam mengembangkan suatu produk perencana

produk harus membagi produk menjadi 3 tingkatan yaitu :

1. Produk inti (core product) adalah produk sesungguhnya yang harus dibeli

oleh konsumen karena memiliki manfaat yang sebenarnya.

2. Produk berwujud atau produk formal adalah produk yang ditawarkan secara

nyata dan lengkap kepada konsumen yang terdiri dari pembungkus, nama merek, mutu, corak dan ciri khas dari produk yang ditawarkan.

3. Produk tambahan (produk yang disempurnakan) adalah produk yang

ditawarkan yang mencakupi keseluruhan manfaat yang diterima dan dinikmati oleh pembeli.”

Menurut Kotler (2000), produk dapat diklasifikasikan kedalam 3 (tiga) kelompok

berdasarkan karakteristik produk, yaitu :

1. Barang tidak tahan lama (Non Durable Goods) adalah barang berujud yang

(35)

seluas mungkin, menarik keuntungan per unit yang tidak terlalu besar serta memasang iklan dengan gencar untuk merangsang orang agar mencoba dan memiliki.

2. Barang tahan lama (Durable Goods). Barang berujud yang biasanya bisa

bertahan lama dengan banyak pemakaian. Misalnya, lemari es, mesin bubut, mobil, pakaian. Barang jenis ini pada umumnya menuntut lebih banyak cara penjualan perorangan, keuntungan yang lebih besar dan jaminan penjual yang lebih pasti.

3. Jasa (Service). Yang dimaksud dengan jasa ialah kegiatan, manfaat atau

kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Misalnya, salon kecantikan, bengkel perbaikan, mobil, kursus-kursus. Karena jasa ini merupakan hal yang tidak berujud, sulit dipisahkan, bervariabel dan tidak tahan lama, maka pada umumnya membutuhkan lebih banyak pengawasan mutu, tingkat kepercayaan tinggi dan kesesuaian.

II.2.2. Pengertian dan Proses Pemasaran Produk

Pemasaran adalah sebuah proses dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan

manusia. Jadi, segala kegiatan dalam hubungannya dalam pemuasan kebutuhan dan

keinginan manusia merupakan bagian dari konsep pemasaran. Pemasaran dimulai

dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan

manusia. Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang

menjadi konsep pemasaran.

Menurut Boyd, Walker dan Larreche (2000), “Pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk mengembangkan hubungan pertukaran”.

(36)

Sedangkan Menurut Kotler dan Amstrong (2001), “Pemasaran adalah sebagai

proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang

mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai

dengan pihak lain”. Kotler dan Amstrong (2001) menerangkan defenisi tersebut

dengan beberapa istilah yang penting yaitu “Kebutuhan, keinginan, dan permintaan;

produk, dan jasa; nilai, kepuasan dan kualitas; pertukaran, transaksi, dan relasional;

dan pasar”.

Jadi, simpulan dari beberapa konsep di atas bahwa pemasaran merupakan suatu

interaksi yang berusaha untuk menciptakan hubungan pertukaran. Kegiatan

pemasaran bukanlah semata-mata untuk menjual barang dan jasa sebab pemasaran

terlibat dalam pengambilan keputusan manajemen jauh sebelum produk dirancang

dan terus terlibat jauh setelah produk dijual. Jadi, sebenarnya pemasaran dilakukan,

baik sebelum maupun sesudah pertukaran. Kegiatan-kegiatan di dalam pemasaran

semuanya ditujukan untuk memberikan kepuasan, baik bagi penjual maupun bagi

pembeli barang dan jasa.

Seseorang yang bekerja di bidang pemasaran disebut pemasar. Para pemasar

mengenali kebutuhan konsumen yang merupakan peluang menguntungkan. Mereka

terlibat dalam perancangan bauran barang dan jasa, mereka mempengaruhi penetapan

harga penawaran tersebut, mereka bekerja keras mengkomunikasikan serta

mempromosikan produk, jasa serta citra perusahaan, mereka mengamati kepuasan

(37)

berdasarkan umpan balik pasar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kegiatan

pemasaran bagi suatu perusahaan.

Untuk melaksanakan tugasnya, manajer pemasaran melakukan proses

pemasaran yang dimulai sebelum adanya produk dan berlanjut selama pengembangan

produk sampai produk itu dibuat. Ada enam tahapan proses pemasaran yaitu : analisis

pasar, meneliti dan memilih pasar sasaran, merancang program pemasaran dan

mengorganisir, melaksanakan serta mengawasi usaha pemasaran (Kotler, 2001).

Proses pemasaran dapat dilihat pada gambar II.1.

Sumber Kotler, 2001

Gambar II.1. Proses Pemasaran

Untuk lebih jelasnya bentuk proses pemasaran akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Menganalisis pemasaran

Hal pertama yang harus dilaksanakan adalah menganalisis peluang jangka

(38)

Usaha-usaha inovasi dan pengembangan produk dijalankan untuk dapat meraih peluang

tersebut. Pengevaluasian peluang yang ada memerlukan sistem informasi pemasaran

yang sangat berguna untuk melaksanakan penelitian pemasaran secara efisien.

Penelitian tersebut meliputi pengumpulan informasi tentang lingkungan pemasaran,

baik lingkungan mikro maupun lingkungan makro, penelitian terhadap pasar

konsumen dan perilaku pembeli, pasar bisnis, menganalisis industri para pesaing.

2. Meneliti dan memilih pasar sasaran

Meneliti dan memilih pasar sasaran dengan mengukur dan memperkirakan daya

tarik suatu pasar ditaklukkan untuk memperkirakan ukuran pasar keseluruhan,

petumbuhannya, tingkat labanya dan tingkat resikonya. Pengukuran dan prakiraan

pasar menjadi unsur utama untuk menentukan pasar dan produk baru manakah yang

harus diperhatikan dengan membagi-bagi pasar menjadi segmen dan pasar utama,

menilainya dan memilih segmen pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan dengan

cara yang paling baik dan paling efisien sebagai pasar sasaran.

3. Merancang strategi pemasaran

Setelah pasar sasaran dipilih, dibuat strategi untuk membedakan dan

menentukan posisi produk pada pasar sasaran tersebut. Setelah penentuan posisi

produk, maka dilakukan program pengembangan, pengujian dan peluncuran produk.

Strategi produk baru dirubah pada berbagai tahap dalam daur hidup produk;

mulai dari tahap pengenalan, pertumbuhan, kematangan dan penurunan. Pemilihan

(39)

pasar, pengikut pasar, penggarap pasar atau penggarap relung pasar dengan

mempertimbangkan peluang dan tantangan global yang terus berubah.

4. Merencanakan program pemasaran

Strategi pemasaran harus dijabarkan dalam program pemasaran dengan

menentukan jumlah pengeluaran biaya pemasaran, bauran pemasaran dan alokasi

biaya pemasaran. Perusahaan harus menganalisis aktivitas pemasaran yang harus

dilakukan untuk mencapai jumlah penjualan atau pangsa pasar tertentu, lalu

menghitung biaya untuk menghitung anggaran yang diperlukan.

Perusahaan juga harus memutuskan pembagian anggaran pemasaran pada

berbagai kiat dalam bauran pemasaran. Bauran pemasaran adalah sekelompok kiat

pemasaran yang dipergunakan perusahaan untuk mencapai sasaran pemasarannya

dalam pasar sasaran.

Kotler (2001) mengklasifikasikan alat bauran pemasaran dalam 4 (empat) unsur

yang sering disebut 4P yaitu:

1. Produk (product), meliputi: keanekaragaman produk, kualitas, desain, bentuk,

merek, kemasan, ukuran, pelayanan, jaminan dan pengembalian.

2. Harga (price), meliputi: daftar harga, rabat, potongan, syarat kredit dan jangka

waktu pembayaran.

3. Tempat (place), meliputi: saluran, ruang lingkup, penyortiran, lokasi,

persediaan dan pengangkutan.

4. Promosi (promotion), meliputi: promosi penjualan, iklan, usaha penjualan,

hubungan masyarakat dan pemasaran langsung.

5. Mengorganisir, melaksanakan dan mengawasi usaha pemasaran.

Langkah terakhir dalam proses pemasaran adalah mengorganisir sumber daya

(40)

membuat organisasi pemasaran yang sanggup melaksanakan rencana pemasaran yang

telah disusun. Organisasi pemasaran biasanya dipimpin oleh seorang direktur

pemasaran yang melakukan 2 (dua) tugas. Tugas pertama adalah mengkoordinir

pekerjaan semua staf pemasaran dan tugas kedua adalah mengawasi pelaksanaan

rencana pemasaran.

Ada tiga jenis pengawasan pemasaran yaitu : pengawasan rencana tahunan,

pengawasan laba dan strategi. Pengawasan tahunan akan memastikan bahwa

perusahaan mencapai sasaran penjualan, laba dan sasaran lainnya. Pengawasan laba

adalah mengukur tingkat laba sebenarnya dari setiap produk, kelompok langganan,

saluran niaga dan besarnya pesanan. Pengawasan strategi adalah menilai apakah

strategi pemasaran perusahaan masih sesuai dengan keadaan pasar.

II.2.3. Kualitas Produk

Kualitas adalah salah satu alat utama untuk menetapkan posisi bagi pemasar.

Kualitas produk mempunyai dua dimensi – tingkat dan konsistensi. Dalam

pengembangan suatu produk, pemasar awalnya harus memilih tingkat kualitas yang

akan mendukung posisi produk di pasar sasaran. Disini, kualitas produk berarti

kualitas kinerja yaitu kemampuan produk untuk melaksanakan fungsinya.

Selain tingkat kualitas, kualitas yang tinggi dapat pula berarti tingkat dari

konsistensi kualitas yang tinggi. Disini, kualitas produk berarti kualitas kesesuaian

(41)

ditargetkan. Perusahaan apapun harus mengejar tingkat kesesuaian kualitas yang

tinggi.

Selama kurun waktu dua dekade terakhir, pembaharuan penekanan atas kualitas

telah menumbuhkan suatu gerakan kualitas global. Banyak perusahaan yang

menerapkan program “Manajemen Kualitas Total” (TQM), suatu upaya yang secara

konsisten meningkatkan kualitas produk dan proses dalam setiap fase operasinya.

Namun baru-baru ini, gerakan TQM telah menimbulkan sejumlah kritikan. Banyak

perusahaan memandang TQM sebagai sebuah prinsip kualitas yang dangkal saja. Saat

ini perusahaan mengikuti pendekatan “return on quality” (ROQ) yang memandang

kualitas sebagai suatu investasi serta melihat usaha-usaha meningkatkan kualitas

sebagai hal yang mendukung untuk mencapai hasil-hasil yang mendasar.

Selain mengurangi kerusakan produk, tujuan pokok kualitas total adalah untuk

meningkatkan nilai pelanggan. Oleh karena itu, dewasa ini banyak perusahaan

mengubah kualitas menjadi senjata strategis yang potensial. Mereka bisa

mengalahkan pesaingnya dengan secara konsisten dan menguntungkan, memenuhi

kebutuhan serta preferensi pelanggan atas kualitas. Kenyataannya, sekarang kualitas

sudah menjadi suatu kebutuhan yang kompetitif pada abad dua puluh satu, hanya

perusahaan dengan kualitas yang paling baik yang akan tumbuh.

(42)

II.3. Teori Tentang Merek

II.3.1. Pengertian, Peranan dan Kegunaan Merek

Melihat fenomena persaingan pemasaran yang terjadi, membuat para pemasar

untuk mampu mencari, mengembangkan bahkan merebut pangsa pasar dari para

pesaingnya. Selain mengandalkan produk yang dihasilkan dengan segala macam

perbedaan dan keunggulannya, salah satu modal untuk memenangkan persaingan

adalah melalui merek (brand).

Suatu produk dapat dibedakan dari produk lainnya dari segi merek (brand).

Merek tersebut dapat dipakai sebagai alat untuk menciptakan pandangan tertentu

dari para pembeli baik melalui periklanan maupun melalui kegiatan promosi yang

lain. Peranan merek tidak hanya pembeda suatu produk, namun tidak mustahil ada

kondisi tertentu akan berwujud asset yang bernilai ekonomis.

Swastha dkk (1999) menyatakan bahwa : “Brand adalah suatu nama,

istilah, simbol atau desain (rancangan), atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk memberi tanda pengenal barang atau jasa dari seorang penjual atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang-barang yang dihasilkan oleh pesaing”.

Selanjutnya Kotler dan Amstrong (dalam Arnold, 1996) menyatakan bahwa :

“Merek adalah sebuah nama, istilah, simbol atau desain ataupun kombinasi dari

keduanya yang dimaksudkan untuk menandakan barang atau pelayanan satu penjual

atau sekelompok penjual dan untuk membedakan merek dari kompetitor-kompetitor

yang ada”.

(43)

UU No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1 (dalam Tjiptono, 2005) menyatakan

bahwa : “Merek adalah tanda berupa gambar, nama, kata, huruf, angka-angka,

susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya

pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa merek adalah gambar, nama, kata,

huruf, angka-angka, istilah, tanda, simbol atau desain dari produk atau jasa atau

kombinasi keseluruhan yang dimaksud untuk mengidentifikasi barang dan jasa dari

seseorang atau kelompok penjual dan untuk membedakan dari produk pesaing dan

digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Maka merek itu berkaitan

dengan cara konsumen merasa dan membeli barang-barang bukan sekedar sebuah

karakteristik barang-barang tertentu. Merek juga meninggalkan citra dan pengalaman

dibenak konsumen mengenai keuntungan apa yang dapat diperolehnya dari produk

yang diproduksi oleh perusahaan.

Menurut Arnold (1996) beberapa kenyataan-kenyataan mendasar mengenai

bagaimana orang membeli barang dapat menjelaskan alasan pentingnya sebuah

merek:

1. Pelanggan tidak pernah memahami produk sebagaimana produsen

menjualnya.

Penyalur memang mengerti segalanya mengenai sebuah produk termasuk aneka ragam aplikasinya. Sebaliknya dengan hubungan yang biasanya tidak menentu dengan produk tersebut, seorang pelanggan relatif bersifat acuh tak acuh. Pelanggan bahkan bisa tidak tertarik terhadap produk.

2. Pelanggan akan menilai produk dengan cara mereka sendiri.

(44)

menggunakan produk dan merasakan manfaatnya, meskipun hal itu sebenarnya tak menentu.

3. Persepsi pelanggan akan tertuju pada keuntungan produk yang biasanya

seringkali samar.

Persepsi pelanggan sering kali terasa irasional bagi pihak perusahaan penyalur. Ini karena pelanggan menaruh perhatian pada keuntungan yang mereka peroleh dari produk atau pelayanan ketimbang apa sebenarnya produk itu sendiri. Keuntungan tentu saja sesuatu yang tidak dapat dilihat namun ini tidak berarti mereka tidak ada.

4. Persepsi pelanggan tidakselalu didasari kesadaran.

Perasaan terhadap suatu produk tidak selalu dapat digambarkan karena memang kompleks, emosional dan berdasarkan hubungan jangka panjang.

Pelanggan jarang mengetahui produk atau pelayanan secara detail. Mereka

menilainya dengan atribut yang mereka anggap penting. Pihak supplier bisa saja

menganggap ini secara keseluruhan. Persepsi pelanggan bisa karena respon

emosional bisa juga karena keuntungan yang diperoleh yang tidak dapat dilihat dari

produk. Persepsi juga tidak selalu diperoleh dengan kesadaran atau rasional penuh.

Menurut Kotler (2000), merek bervariasi dalam hal kekuatan dan nilai yang

dimilikinya di pasar. Kesadaran akan merek yang tinggi akan membuat pelanggan

tidak akan menolak untuk membelinya.

Suatu merek dapat mencerminkan makna dari hal-hal yang ingin disampaikan,

maka ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Merek harus khas dan unik.

2. Merek harus menggambarkan sesuatu mengenai manfaat produk dan

pemakainya.

(45)

5. Merek tidak boleh mengandung arti yang buruk di negara.

Menurut Cravens (1998), nama-nama merek yang telah mapan sangat berguna untuk memperkenalkan produk-produk baru dengan menghubungkan produk-produk baru dengan satu nama merek yang sudah ada. Sebuah nama merek yang telah dikenal oleh pembeli dapat digunakan untuk mengidentifikasi produk-produk lain di dalam port folio perusahaan. Keunggulan utama dari merek adalah mudahnya pembeli mengenali produk baru.

Dalam era globalisasi ini, peranan merek menjadi sangat penting karena pembedaan

satu produk dari produk lainnya sangat tergantung pada merek yang ditampilkan.

Menurut Durianto, dkk (2004) bahwa : “Merek sangat penting atau berguna karena: 1) Mengkonsistenkan dan menstabilkan emosi konsumen; 2) Mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar; 3) Mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen; 4) Berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen 5) Memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian, karena konsumen dapat dengan mudah membedakan produk yang dibelinya dengan produk lain; 6) Dapat berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan”.

II.3.2. Pengertian dan Peranan Ekuitas merek

Ekuitas merek merupakan aset yang dapat memberikan nilai tersendiri di mata

konsumennya. Aset yang terkandung dalam ekuitas merek dapat membantu

konsumen dalam menafsirkan, memproses dan menyimpan informasi yang terkait

dengan produk dan merek tersebut. Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa percaya

diri konsumen dalam mengambil keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa

lalu dalam penggunaan atau pendekatan berbagai karakteristik merek.

Aaker (1997) menyatakan bahwa : “Ekuitas merek adalah serangkaian aset

dan kewajiban (liabilities) merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama

dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan dan/atau pelanggan perusahaan

(46)

loyality), kesan kualitas merek (brand perceived quality), asosiasi merek (brand associations) dan kesadaran merek (brand awareness)”.

Sedangkan menurut Lamb (2001) bahwa : “Ekuitas merek adalah nilai dari perusahaan dan nama merek. Merek yang mempunyai kesadaran yang tinggi, kualitas yang dirasakan dan kesediaan merek di antara konsumen mempunyai nilai merek yang tinggi. Merek dengan nilai merek yang kuat adalah harta yang berharga”.

Aset dan kewajiban yang menjadi dasar ekuitas merek akan berbeda antara satu

konteks dengan konteks lainnya.

Kotler (2001) menyatakan bahwa : “Nilai dari suatu merek berdasarkan pada sejauhmana merek itu mempunyai loyalitas merek, kesadaran nama merek, anggapan mutu, asosiasi merek yang tinggi, dan aset lain seperti paten, merek dagang, dan hubungan distribusi”.

Ekuitas merek dapat diartikan sebagai suatu nilai dari merek atau perusahaan.

Ekuitas merek semakin tinggi dengan semakin tingginya kesetiaan merek, kesadaran

merek, mutu yang diyakini, hubungan merek yang kuat, dan aktiva lainnya seperti

paten, hak dagang dan hubungan distribusi.

Ekuitas merek selain menjadikan merek suatu produk dikenal baik juga

menciptakan nilai baik kepada konsumen maupun perusahaan. Aset yang

terkandung dalam ekuitas merek dapat membantu konsumen dalam menafsirkan,

memproses dan menyimpan informasi yang terkait dengan produk dan merek

tersebut. Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam

mengambil keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa lalu dalam

(47)

Menurut Kotler (2001), ekuitas merek itu akan berpengaruh terhadap suatu produk tersebut. Dimana dengan kata lain bahwa apabila ekuitas merek suatu produk tinggi maka persepsi konsumen terhadap kualitas produk tinggi. Tingkatan ekuitas merek menurut Kotler (2001) adalah sebagai berikut :

1. Brand awereness (kesadaran merek)

Kesadaran merek ini diukur berdasarkan ingatan atau pengakuan atas merek tersebut.

2. Brand acceptability (penerimaan merek)

Pada tingkatan ini, pelanggan pada umumnya tidak akan menolak untuk membeli suatu produk.

3. Brand prefence (preferensi merek)

Maksudnya disini adalah tingkat preferensi merek suatu produk tertentu tinggi, dimana konsumen mempunyai pandangan positif.

4. Brand loyality (kesetiaan merek)

Kesetiaan pelanggan terhadapmerek merupakan salah satu aset merek. Hal

ini amat mahal nilainya, karena itu untuk membangunnya banyak tantangan yang harus dihadapi serta membutuhkan waktu yang sangat lama.

Berdasarkan uraian di atas ekuitas merek menempati posisi yang demikian

penting bagi tercapainya tujuan perusahaan. Dengan demikian perusahaan yang

ingin tetap bertahan, dan melangkah lebih maju untuk memenangkan persaingan,

sangat perlu mengetahui kondisi ekuitas merek produknya melalui riset terhadap

elemen-elemen ekuitas merek.

II.3.3. Strategi Merek

Nilai merek yang tinggi memberikan banyak keunggulan bersaing kepada

perusahaan. Untuk itu perusahaan harus menangani mereknya dengan hati-hati untuk

melindungi nilai merek yang telah ada. Strategi yang efektif harus dikembangkan

(48)

merek yang dipahami serta asosiasi merek yang positif sepanjang waktu dimata

konsumennya.

II.3.4. Sikap Konsumen Terhadap Merek

Sikap merupakan suatu respon individu terhadap suatu objek sikap, jadi dapat

dikatakan bahwa sikap terhadap merek merupakan respon individu terhadap merek

yang memiliki elemen seperti nama merek, logo dan simbol, karakter dan kemasan.

Melalui proses evaluatif individu akan memberikan kesimpulan terhadap objek sikap

tersebut baik disenangi atau tidak disenangi secara konsisten.

Azwar (2003), menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka pemikiran. Pertama, kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood. Menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berarti sikap seseorang

terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable)

maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada

objek tersebut.

Lebih lanjut Assael (1998) mendefinisikan sikap terhadap merek sebagai

kecenderungan seseorang untuk mengevaluasi suatu merek dalam bentuk

menguntungkan atau tidak menguntungkan (favorable-unfavorable), dan dalam

bentuk baik atau buruk. Setiadi (2003) sejalan dengan pendapat Assael menyatakan

bahwa sikap terhadap merek merupakan kecenderungan konsumen untuk

mengevaluasi merek baik disenangi maupun tidak disenangi secara konsisten.

Jadi dapat disimpulkan bahwa favorable itu adalah sesuatu yang

(49)

II.4. Teori Tentang Perilaku Konsumen

II.4.1. Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen menurut The American Marketing Association dalam buku

Setiadi, (2003) merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku dan

lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka.

Solomon (2003), menyatakan bahwa “ consumer behavior is the process

involved when individuals or groups select, purchase, use, and dispose of goods,

services, ideas, or experiences to satisfy their needs and desires”. Yang dapat

diartikan bahwa prilaku konsumen adalah merupakan suatu proses yang melibatkan

seseorang ataupun suatu kelompok untuk memilih, membeli, menggunakan dan

memanfaatkan barang-barang, pelayanan, ide, ataupun pengalaman untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan.

Kotler (2001) mengartikan perilaku konsumen sebagai perilaku konsumen

akhir, baik individu maupun rumah tangga yang membeli produk untuk konsumsi

personal. Sedangkan Mowen (2002), mengartikan perilaku konsumen sebagai studi

tentang unit pembelian dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, komsumsi,

dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide.

Jadi dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan studi tentang

bagaimana pembuat keputusan (decision units) baik individu, kelompok ataupun

organisasi, membuat keputusan membeli atau melakukan transaksi pembelian suatu

(50)

Berdasarkan pendapat diatas dapat dikemukakan unsur-unsur dari perilaku

konsumen adalah sebagai berikut :

a. Perilaku konsumen menyoroti perilaku individu.

b. Perilaku konsumen menyangkut suatu proses keputusan memakai dan

menghabiskan produknya.

c. Mengetahui perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati seperti

kapan, dengan siapa, oleh siapa dan bagaimana barang yang telah dibeli

dikonsumsi, juga termasuk variabel variabel yang tidak dapat diamati seperti

nilai-nilai yang diinginkan konsumen, kebutuhan pribadi, persepsi, bagaimana

mereka mengevakuasi alternatif, dan apa yang mereka rasakan tentang

kepemilikan dan penggunaan produk yang bermacam-macam.

Ada beberapa hal penting yang dapat diungkapkan dari defenisi di atas yaitu,

perilaku konsumen adalah suatu proses yang terdiri dari beberapa tahap yaitu :

1. Tahap perolehan (acquisition) : mencari (searching) dan membeli (purchasing).

2. Tahap konsumsi (consumption) : menggunakan (using) dan mengevaluasi

(evaluating).

3. Tahap tindakan pasca pembelian (disposition) : apa yang dilakukan oleh

konsumen setelah produk itu digunakan atau dikonsumsi.

Sukses tidaknya suatu perusahaan tidak terlepas dari bagaimana perusahaan

memahami perilaku konsumen. Perilaku konsumen yang positif tentu akan

(51)

memasarkan produk yang dihasilkannya. Dengan mengetahui perilaku konsumen

mungkin dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan kemampuan

pemasar dalam menjalankan tugasnya.

II.4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Kotler (2001) mengemukakan bahwa ada empat faktor-faktor utama yang

mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor

kepribadian dan faktor psikologis.

Faktor budaya. Kebudayaan merupakan hal yang kompleks yang meliputi

ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat, kebiasaan, dan norma-norma yang

berlaku pada masyarakat. Faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling meluas

dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Kita akan melihat peranan yang

dimainkan oleh kultur, sub kultur dan kelas sosial pembeli. Kultur adalah determinan

paling fundamental dan keinginan perilaku seseorang. Sub-kultur yang lebih kecil

yang memberikan identifikasi dan sosialisasi anggotanya yang lebih spesifik yang

mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras dan daerah geografis.

Kelompok sosial termasuk kedalam faktor budaya. Sebenarnya semua

masyarakat memperlihatkan stratifikasi sosial yang terkadang berupa sebuah sistem

kasta dimana anggota dari kasta yang berbeda dibesarkan untuk peranan-peranan

tertentu dan tidak dapat merubah keanggotaan kasta mereka. Kelas sosial

menunjukkan preferensi produk dan merek dalam bidang-bidang tertentu seperti

(52)

Faktor sosial. Faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan

status sosial terdiri dari semua kelompok yang mempunyai pengaruh langsung atau

tidak langsung terhadap pendirian atau perilaku seseorang ditempat orang tersebut

berinteraksi. Posisi orang dalam setiap kelompok dapat didefenisikan dalam istilah

peran atau status dalam banyak kelompok seperti keluarga, klub dan organisasi.

Faktor pribadi. Keputusan seseorang pembeli juga dipengaruhi oleh

karakteristik pribadi, yaitu usia pembeli dan tahap siklus hidup pekerjaan, keadaan

ekonomis, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep pribadi pembeli.

Faktor psikologis. Pilihan pembeli seseorang dipengaruhi lagi oleh empat

faktor psikologis utama, yaitu : motivasi, persepsi, pengetahuan, serta kepercayaan

dan pendirian.

II.4.3. Analisis Pengambilan Keputusan Konsumen

Hampir semua penulis mendefinisikan keputusan sebagai suatu pemilihan

tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Dengan kata lain orang yang

mengambil keputusan harus mempunyai satu pilihan dari beberapa alternatif yang

ada.

Kotler (2001) membagi jenis perilaku keputusan konsumen, antara lain :

Perilaku pembelian kompleks. Terjadi ketika pembeli terlibat dalam suatu

pembelian dan menyadari adanya perbedaan nyata antara berbagai merek. Para

(53)

proses belajar yang ditandai dengan mengembangkan kepercayaan mengenai produk

tersebut dan kemudian membuat perilaku pembelian dengan kebijaksanaan.

Perilaku konsumen yang mengurangi ketidaksesuain. Terkadang terlibat

dalam suatu pembelian tanpa melihat banyak perbedaan dalam merek. Keterlibatan

yang tinggi ini sekali lagi berdasarkan kenyataan bahwa pembelian tersebut bersifat

mahal, jarang dan beresiko. Dalam kasus ini pembeli akan berkeliling untuk

mempelajari apa yang tersedia dan akan membeli dengan cukup cepat karena

perbedaan mereka tidak nyata. Pembeli menanggapi harga menurut harga yang baik

atau menurut kemudahan dalam membeli. Sebagai contoh dalam pembelian mobil,

merupakan keputusan yang mempunyai keterlibatan tinggi karena harganya yang

mahal dan merupakan barang yang memberikan ekspresi diri. Jika konsumen

mengalami ketidaksesuaian dikemudian hari, maka konsumen akan waspada terhadap

informasi yang dapat membenarkan keputusan tersebut.

Perilaku pembelian menurut kebiasaan. Perilaku konsumen dalam kasus

terdapat kebiasaan bahwa para konsumen mempunyai keterlibatan yang rendah

dengan kebanyakan barang yang murah dan sering dibeli tidak melalui urutan

kepercayaan/pendirian perilaku yang normal. Sebab para konsumen tidak secara

ekstensif mencari informasi mengenai merek, mengevaluasi karakteristiknya dan

membuat keputusan penuh pertimbangan mengenai merek apa yang dibeli. Merek

dianggap sebagai penerima informasi pasif ketika mereka melihat ditelevisi atau iklan

dimedia cetak. Para konsumen melakukan pembelian karena merek tersebut terasa

(54)

Perilaku pembelian yang mencari variasi. Pada perilaku ini konsumen

terlihat banyak melakukan peralihan merek dan memiliki sedikit kepercayaan dalam

memilih sebuah merek. Konsumen tidak melakukan evaluasi selama mengkonsumsi

atau mempergunakan produk tersebut.

II.5. Teori Tentang Kepuasan Konsumen

II.5.1. Pengertian dan Manfaat Kepuasan Konsumen

Mencapai tingkat kepuasan pelanggan tertinggi adalah tujuan utama pemasaran.

Pada kenyataannya, akhir-akhir ini banyak perhatian terarah pada konsep kepuasan

“total”, yang implikasinya adalah mencapai kepuasan sebagian saja tidaklah cukup

untuk membuat pelanggan setia dan kembali lagi. Ketika pelanggan merasa puas akan

pelayanan yang didapatkan pada saat proses transaksi dan juga puas akan barang dan

jasa yang mereka dapatkan, besar kemungkinan mereka akan kembali lagi dan

melakukan pembelian-pembelian yang lain dan juga akan merekomendasikan kepada

teman-teman dan keluarganya tentang perusahaan tersebut dan produk-produknya.

Juga kecil kemungkinan mereka berpaling ke pesaing-pesaing.

Mempertahankan kepuasan pelanggan dari waktu ke waktu akan membina

hubungan yang baik dengan pelanggan. Hal ini dapat meningkatkan keuntungan

perusahaan dalam jangka panjang. Pemasaran bukanlah semata-mata membuat

penjualan; melainkan tentang bagaimana memuaskan pelanggan terus-menerus.

(55)

Kepuasan pelanggan adalah suatu keadaan dimana keinginan, harapan dan

kebutuhan pelanggan dapat dipenuhi. pengukuran kepuasan pelanggan merupakan

elemen penting menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih

efektif.

Menurut Kotler (2001) “Kepuasan konsumen merupakan fungsi dari seberapa

dekat antara harapan pembeli atas suatu produk dengan daya guna yang dirasakan dari

produk tersebut”. Seandainya produk tersebut berada di bawah harapan pelanggan,

maka pelanggan tersebut merasa dikecewakan (tidak puas) dan jika memenuhi

harapan maka pelanggan tersebut merasa puas.

Menurut Irawan (2003) : “Seorang pelanggan yang puas adalah pelanggan yang merasa mendapatkan value dari pemasok, produsen atau penyedia jasa. Value ini berasal dari produk, pelayanan, sistem atau sesuatu yang bersifat emosi. Pelanggan yang puas adalah pelanggan yang akan berbagi kepuasan dengan produsen atau penyedia jasa. Bahkan pelanggan yang puas akan berbagi pengalaman dengan pelanggan lain. Ini akan menjadi referensi bagi perusahaan yang bersangkutan.”

Secara umum dapat dikatakan bahwa kepuasan adalah perasaan senang atau

kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja

(hasil) suatu produk dan harapannya. Pelanggan yang senang dan puas cenderung

akan berperilaku positif. Mereka akan membeli kembali. Apakah pembeli akan puas

setelah pembelian tergantung pada kinerja penawaran sehubungan dengan harapan

pembeli.

Kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan. Jika kinerja

melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang. Kepuasan tinggi atau

Gambar

Gambar I.1. Kerangka Pemikiran
Gambar II.1. Proses Pemasaran
Tabel III.1 Jumlah Mahasiswa Sampel Penelitian  Populasi
Tabel III.2 Definisi Operasional Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil data pada tabel 4.10 di atas bahwa dari 25 orang atau 83,33% responden menjawab “ya” bahwa terdapat perubahan dalam acara peningsetan karena mereka

1) Pajak Masukan dalam satu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran untuk Masa Pajak yang sama. 2) Dalam hal belum ada Pajak Keluaran dalam suatu Masa Pajak, maka Pajak

Nilai determinan suatu matriks dapat juga di hitung dengan menggunakan ekspansi kofaktor sebeelum kita menghitung determinan suatu matriks.Namun sebelum

Kissé irigyelhetjük a finn kutatókat, akik számára már releváns kutatási kérdéssé vált, hogy milyen hatást fejt ki a számítógéppel segített tanulás többek között

5 2007 Pola Permainan Off=The Ball Screen utk Menghadapi Pertahanan Man-to-Man 6 2007 Pengembangan Tes Psikomotorik dlm Penjas dan Orpres melalui Pendekatan teori Respon Butir 7

Umur nelayan yang ditemui di TPI Aertembaga sebagai responden bahwa para responden memiliki umur yang produktif umur dapat mempengaruh kinerja seseorang. Namun berdasarkan

Menyatakan bahwa “skripsi” yang saya buat untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam negeri (UIN) Maulana Malik

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional ( Instructional Leadership ) Kepala Sekolah dan Komitmen Guru terhadap Mutu Kinerja Mengajar Guru………... Skala Nilai dan Persentase