• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anallsis Penentuan Daur Finansial Kelas Perusahaan Acacia mangium di KPH Bogor PT. Perhutani Unit III Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Anallsis Penentuan Daur Finansial Kelas Perusahaan Acacia mangium di KPH Bogor PT. Perhutani Unit III Jawa Barat"

Copied!
214
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)

ANALISIS PENENTUAN

DAUR FINANSIAL

KELAS PERUSAHAAN

Acacia

mangium

DI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN BOGOR

PT. P E M U T A N I UNIT I11 JAWA BARAT

OLEH

:

HENRY

GUNAWAN

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN

BOGOR

(114)

ABSTRAK

]HENRY GUNAWAN. Analisis Penentuan Daur Finansial Kelas Perusahaan Acacia

mangium di K P H Bogor PT. Perhutani Unit 111 Jawa Barat. Dibimbing oleh

DUDUNG DARUSMAN dan Z A WCOTO.

Pengeloaan hutan akan selalu memperhatikan lamanya waktu pemanenan.

Penentuan waktu atau lainanya pohon untuk ditebang biasa disebut dengan daur

(rotasi tebang). Penetapan daur yang tepat sangat menentukan kelangsungan

pengusahaan hutan sehingga penelitian mengenai daur perlu dilakukan sesuai dengan kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Dengan prinsip-prinsip kelestarian hasil dan kelestarian ekonomis, rnaka penentuan daur yang secara ekonomis menguntungkan dan memperhatikan kondisi biologis hams diperhatikan bagi suatu pemsahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan daur secara finansial yang paling menguniungkan bagi perusahaan dengan menggunakan pendekatan pada potensi

tegakan Acaclu manglum yang ada di KPH Bogor dan analisa proyek atau dengan

kata lain dengan kelayakan usaha.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap penaksiran produksi kayu terhadap

daur-daur yang diuji, yaitu daur 6, 7 ,8, 9 dan 10 tahun diperoleh hasil bahwa pada

daur 9 tahun diperoleh produksi kayu yang tertinggi 73,695 m3/Ha. Dengan

mernperhatikan etat untuk menjamin kelestarian hasil maka pada daur 9 tahun total produksi bempa kayu perkakas sebesar 17.873,87 m3 dan kayu bakar I 1.192,42 sm. Dengan menggunakan harga jual rata-rata tahun 2000, maka pendapatan yang dapat

diperoleh dari penjualan kayu Acucia mangium terbesar pada daur 9 tahun dengan

total pendapatan Rp.2.714.644.667,- yang diperoleh dari pendapatan tebang habis sebesar Rp.2.503.962.926 ditambah dengan pendapatan dari tebang penjarangan

sebesar Rp.210.681.74 I,-. Adapun biaya yang terbesar dikeluarkan dari kegiatan

biaya tahunan dan eksploitasi kayu, ha1 ini karena pelaksanaan masih dilakukan

dengan cara sederhana sehingga produktivitas k e j a rnasih sangat rendah dan nlenyedot biaya yang cukup besar. PerIiiturigan daur finansial dengan menggunakan

analisa proyek menunjukkan bahwa pada daur 9 tahun adalah Iayak Cfeasih!e) bagi

kelangsungan usaha pada tingkat suku bunga OOA, 6%, 12%, 18% dan 24%.

(ditunjukam oleh NPV dan BCR terbesar) serta IRR sebesar 24,407;. Demikian pula

dengan menggunakan nilai harapan tanah, pada daur 9 tahun mendapatkan nilai tertinggi bagi perusahaan pada tingkat suku bunga 6%, 12% dan 18%.

Dengan demikian penetapan daur 9 tahun untuk jenis Acacia mangium di

KPH Bogor disarankan untuk dapat dilaksanakan, karena selama ini nienggunakan

daur 10 t a b . Penggu- daur 9 tahun akan memberikan nilai keuntungan yang

paling tinggi dengan mempertimbmgkan waktu dan biaya, selain mengurangi rcsiko

kemsakan tegakan dari pengaruh alam maupun manusia. Perlu juga diperhatikan

faktor-faktor yang mempengamhi penentuan daur antara lain; intensitas pengelolaan,

(115)

ABSTRACT

HENRY GUNAWAN. Financial Rotation Age Analysis O f Acuc~u rnangiurn in

Bogor Forest District, PT. Perhutani Unit ILI, West Java. Under the direction of

DUDUNG DARUSMAN and ZAHRIAL COTO.

This study describes the determination o f the financially rotation age of

Acuciu rncmgfum plantation b ~ o w n in Parung Panjang S u b Forest District, Bogor and impact of change that rotation age. Data is colfected *om survey and data fiom

secondary sources such as Forest District Bogor, I T . Perfiutar~i Unit I11 -West Java

and literatures.

The research used in rotation age varies from 6 to I 0 years and a profit

maximizing model (which is modified to take into account the cost of time) to

determine the financially optimum rotation age under various interest rate, price and cost regime. A~laIysis data is used invesration criteria I>iscounted ( 'ash F h w ( N P V ,

BCR and IRR) and Soil Expected Value from Faustman Theory.

TIie study indicated that the best rotation age ofAcuclu rnungiurn for this fkst

growing species is 9 years depending primarily on the cost of capita1 (or interest

rates). The rotation age of .4cucia manglum influented of large area, intensity forest

(116)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan b a h w ~ tesis yang berjudul :

ANALISIS PENENTUAN DAUR FINANSIAL KELAS PERUSAHAAN

Acacia mangiunz DI KPH BOGOR PT. PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri d m belum pernah dipublikasikan.

Semua surnber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan

dapat diperiksa kebenarannya.

(117)

ANALISIS PENENTUAN DAUR FINANSIAL

KELAS

PERUSAHAAN

Acacia

mangium

D I

KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN BOGOR

PT. PERHUTANI UNIT I11 JAWA BARAT

HENRY GUNAWAN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Umu Pengetahuan Kehutanan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(118)

Jndul T e s ~ s : Anallsis Penentuan Daur Finansid Kelas P e ~ s a h a a n A c a c i a

mun,qium di KPH Bogor PT. Perhutani Unit I11 Jawa Barat

Nama : Henry Gunawan

NRP

: 9969908

Program Studi : Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Menyetujui

I . Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Dudunr~ Darusman. MA

Ketua

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi

Ilmu Pengetahuan Kehutanan I

-

Prof Dr. Ir. Dodl N a n d ~ k a M S

Prof Dr. Ir. Zahrial Coto. MSG Anggota

(119)

Penulis dilahirkan di Cirebon, Jawa Barat, pada tanggal 29 Oktober I967

sebzgai anak pertama dan empat bersaudara, pasangan Bapak H. Sutani Y u ~ u s BSc.

dan Ibu Hj. Emi Fatimah.

Pengalaman pendidikan penulis diawali di Taman Kanak-Kanak Nira lndria

PG. Gempol, Palimanan-Cirebon (lulus tahun I973), dilanjutkan dengan pendidikan

sekoIah dasar di SDN Kadipaten 6 Majalengka (lulus tahun 1980), sekolah

menengah tingkat pertama di SMPN 1 Jatiwangi, Majalengka Oulus tahun 1983), d m

sekolah menengah tingkat atas di SMAN I Cirebon (lulus tahun 1986).

Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Teknobgi HasiI Huian, Fakultas

Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), lulus pada tahun 199 1 . Pada tahun 1999

penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan ke progam S2 pada Program Studi

Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Program Pasacasarjana IPB. Beasiswa pendidikan

pascasajana diperoleh dari PT. Perhutani.

Saat ini penulis bekerja pada PT. Perhutani (Persero), salah satu B U M N

bidang Kehutanan sejak tahun 1992 dan ditempatkan di Unit I Jawa Tengah.

Penulis rnenikah dengan istri tercinta Trts Wachjuni, SE. Pada tahun 1995,

(120)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang telab memberikan

nikmat dan karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Judul karya ilmiah yang dipilih oleh

penulis adalah Analisis Finansial Penentuan Daur Kelas Perusahaan Acuc~u munglzlm

di KPH Bogor PT. Perhutani Unit III Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan di Kelas

Perusahaan A c a c i a mangium BKPH Parung Panjang, KPH Bogor PT. Perhutani Unit

I11 Jawa Barat.

Pada kesempatan ini penulis rnenyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih

yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang teIah membantu, baik selama

penulis mengikuti kuliah, melaksanakan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini;

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi pada Program S2 di Program Studi Ilmu

Pengetahuan Kehutanan, Program Pascasarjana IPB, terutama kepada :

I . Prof Dr. Ir. Dudung Darusrnan, MA sebagai Ketua Komisi Pembimbing, dan

Prof: Dr. Ir. Zahrial Coto, MSc sebagai anggota Komisi Pembimbing, atas

ketersediaan waktu, kesungguhan, dan kesabaran yang telah diberikan selama

membimbing penulis.

2. PT. Perhutani (Persero) Unit 1 dan Direksi PT. Perhutani, atas ijin yang telah

diberikan kepada penulis untuk mengikuti progam S2 di Program Pascasarjana

P B .

3 . Kepala PT. Perhutani Unit III Jawa Barat dan Administratur KPH Bogor yang

(121)

kejanya, AsperKBKPH Parung Panjang beserta seluruh staf, atas segaIa bantuan dan pelayanannya selama penuIis mengadakan penelitian di lapangan.

4. Rekan-rekan di Bagian TKU dan Keuangan KPH Bogor yang telah meluangkan

waktu mengumpulkan data yang dibutuhkan dan untuk berdikusi dan berbagi pengalaman dengan penulis selama penyelesaian karya ilmiah ini.

5. Istri tercinta penulis Tris Wachjuni, SE. Atas ketulusan, kesabaran dan perannya

yang selalu mendorong penulis untuk terus belajar dan bekerja dengan tekun:

serta Bapak, Mamah; Bapak, Ibu mertua, saudara-saudara dan seluruh keluarga

atas segala doa dan kasih sayangnya.

6 . Ternan-teman di Program Studi llmu Pengetahuan Kehutanan Angkatan 1999

atas segala kekornpakan dan kerjasamanya, khususnya rekan-rekan dan

Perhutani.

Akhirnya saran dan kritik sangat penulis harapkan demi kesempumaan karya

ilmiah ini. Semoga karya ilmiah in; bermanfat.

Bogor, Februari 2002

(122)

DAFTAR IS1

DAFTAR TABEL ... xii DAFTAR GAMBAR ... xiv DAFTAR LAMPIRAN ... xv PENDAHULUAN

Latar Belakang ... 1 Rumusan Masalah ...

.

3

...

Kerangka Pemikiran . . 3

Tujuan Penellt~an ... 5 ...

Kegunaan 5

Hipotesis ... 5

TINJAUAN PUSTAKA

...

Daur 6

Pengaturan Hasil ...

. . 10

A n a h s ~ s Proyek ... 12 Mangium ( A c a c ~ u rnungfum) ... 15

METODOLOGI PENELITIAN

... Waktu dan Lokasi Penelitiiui

. . 18

...

Metode Penelltlan 18

Asumsi-asumsi ... 24

KEADAAN Uh4UM LOKASI PENELITIAN

Sejarah Pembentukan KPH Bogor ... 26 Letak dan Luas ... 26

...

Keadaan Hutan 28

...

Tanah dan Iklirn 30

Sosial Ekonomi Penduduk ... 31 Pengelolaan Hutan Mangium ... 32

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penaksiran Produksi Kayu ...

.

.

... 3 3

...

Perhitungan Pendapatan dan Pengeluaran 39

...

(123)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... Saran ...

DAFTAR P U STAKA ...

(124)

DAFTAR TABEL

1 . Ikhtisar Penyebaran Kelas Perusahaan Acacia mangium di BKPH

Parung Panjang, KPH Bogor ... ... .. ...

2. Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Kabupaten Bogor ... ... ...

3. HasiI Perhitungan Pendugaan Potensi Rata-rata per Hektar . .... . . ...

4. Penaksiran Produksi Tebang Habis Pada Tiap Daur Alternatif . ... .

5. Taksiran Produksi Tebang Habis Kayu Mangium Menurut Sortimen

pada Setiap Daur Altematif ... ... ... . ... . . . .. ... ...

6. Penaksiran Hasil Penjarangan Tiap-tiap Daur Alternatif ... ... ....

7. Taksiran Produksi Penjarangan Kayu Mangium Menurut Sortimen

Pada Setiap Daur Altematif ... ... .. ...

8. Rekapitulasi Produksi Hasil IIutan Mangium pada Setiap Daur

Alternatif . . . . .... .. . .. ... . . ... .... ... .. . .. . ... ... . . . ... . .. . ... .. . . .... . .

9 . Realisasi Harga Rala-rata Penjualan Hasil Hutan KPH Bogor Tahun 2000

10. Rekapitulasi Pendapatan Hasil Hutan Mangium pada Setiap Daur

Altematif . . . ... .. . . ... ... . .. . . .. . ... .. . .. ....

1 1. Rekapitulasi Biaya Pengelolaan Hutan Mangium di KPH Bogor

12. Rekapitulasi Biaya yang Dikeiuarkan pada Setiap Daur Altematif

13. Rekapitulasi Perhitungan NPV, BCR dan IRR pada Setiap Daur

Alternatif ...

.

.

..

. . . .. . . .. . . .. . .. . .. . .

.

. . . . .. . .. . .. . .

.

. .. .... . . ... .. . .

14. Rekapitulasi Perhitungan Nilai Harapan Tanah pada Setiap Daur

(125)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 . Kerangka Pemikiran Pemecahan Masalah drtlam Penentuan daur

Mangium ...

(126)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

I

.

EZegister Inventarisasi Hutan Kelas Perusahaan Acacia nzangiurn

KPH Bogor ... 55

...

2

.

Hasil Perhitungan Pendugaan Potensi Rata-rata per Hektar 58

3 . Tabel Tegakan Jenis Acucia mungiurn ... 5 9

4 . Perhitungan Faktor Koreksi Kayu Perkakas (KP) dan Angka Kayu

Bakar (KB) Acacra mungzurn di KPH Bogor ... 60

5 . Persentase Pembagian Sortimen AI. AII. A111 dan Kayu Bakar

Marlgium Terhadap Kayu Perkakas Produksi Tebang Habis pada

Setiap Kelas Umur di KPH Bogor ... 61

6 . Produksi Kayu Perkakas dan Kayu Bakar Hasil Penjarangan pada

Setiap Daur AItematif ... 62

7 . Pendapatan dari Kayu Perkakas dan Kayu Bakar Hasil Penjarangan

pada Setiap Daur Altematif ... 63

8 . Rincian Biaya Tahunan ... 6 4 9 . Rincian Biaya Persemaian ... 65

10 . Rincian Biaya Penanaman ... 66 1 1

.

Rincian Biaya Penyulaman Tanaman ... 67

12 . Rincian Biaya Pemeliharaan 4-5 ... 6 8

13 . Rincian Biaya Penjarangan ... 69

14 . Rincian Biaya Eksploitasi Kayu ... 70 15 . Rincian Biaya Pemasaran Kayu ... 71

16 . Proyeksi Cash Flow Pengusahaan Hutan Acacia mangium di KPH Bogor

(127)

17. Proyeksi Cash Flow Pengusahaan Hutan Acacia mangium di KPH Bogor Pada Daur 7 Tahun ...

18. Proyeksi Cash Flow Pengusahaan Hutan Acacia mangium di K P H Bogor

Pada Daur 8 Tahun ...

.

.

...

19. Proyeksi Cash FIow Pengusahaan Hutan Acacia mungium di KPH Bogor

...

...

Pada Daur 9 Tahun

.

.

20. Proyeksi Cash Flow Pengusahaan Hutan Acaciu mangiurn di K P H Bogor

Pada Daur I 0 Tahun ...

2 1 . Perhitungan Nilai Harapan Tanah (Se) pada Daur 6 Tahun ...

22. Perhitungan Nilai Harapan Tanah (Se) pada Daur 7 Tahun ...

23. Perhitungan Nilai Harapan Tanah (Se) pada Daur 8 Tahun ...

24. Perhitungan Nilai Harapan Tanah (Se) pada Daur 9 Tahun ...

25. Perhitungan Nilai Harapan Tanah (Se) pada Daur 10 Tahun ...

26. Realisasi Volume dan Pendapatan Hasil Hutan KPH Bogor Tahun 2000

27. Daftar harga Jual Dasar (HJD) Kayu Acacia mangrum ...

. .

(128)

PENDAHULUAN

Latar Bela kang

Hutan sebagai sumber kekayaan alam merupakan suatu modal dasar

pembangunan nasionaI yang perju dimanfaatkan secara maksimal dan lestan untuk

kesejahteraan rakyat, baik materia1 maupun spiritual. Pemanfaatan hutan secara

maksimd dan lestari adalah untuk memperoleh berbagai manfaat, baik langsung

maupun tidak langsung, yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah

ditentukan.

Untuk mencapai tujuan itu diperlukan pengelolaan hutan secara akhf dengan

cara melakukan kegiatan produksi di bidang pengusahaan hutan berupa perencanaan,

penanaman, pemeliharaan, eksploitasi, pengolahan dan pemasaran hasil hutan.

Dalam pengelolaan hutan ini hams diciptakan suatu keseimbangan agar dapat dicapai

prinsip kelestarian hasil dan prinsip ekonomis (perusahaan).

Pengusahaan hutan di Pulau Jawa dilakukan oleh PT. Perhutani dengan areal

Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) sebagai unit kelestarian hasil, yang d a l a i

pengelolaannya dibedakan dalarn bentuk kelas-kelas pemsahaan hutan menurut jenis

tanaman yang diusahakan. Sistem pengelolaan ini lebih menekankan distribusi

kelas-kelas umur yang bertujuan untuk membentuk h11-n normal dalam rangka

mencapai kelestarian hasil dan kelestarian perusahaan.

Salah satu ciri dari pengusahaan hutan yakni adanya wak-tu yang panjang untuk

dapat memungut hasilnya. Aspek waktu ini akan tetap sebagai pertimbangan dan

(129)

Namun demikian suatu usaha tentunya ingin memperoleh rentabilitas yang

tinggi, yakni tingkat kemampuan menghasilkan keuntungan d a n investasi atau modal

yang ditanam dalarn melaksanakan kegiatan pengusahaannya. Rentabilitas akan

sangat ditentukan oleh upaya menekan biaya yang dikeluarkan seoptimal rnungkin

dengan tetap mempertahankan jumlah dan mutu produksinya.

Berkaitan dengan masalah di atas, hutan Acuciu mungium, seianjumya disebut

Mangium, sebagai salah satu bentuk terobosan untuk menjadi kelas perusahaan oleh

KPH Bogor PT. Perhutani Unit III Jawa Barat, harus memberikan keuntungan yang

lebih besar dari investasi yang dikeluarkan dalam melakukan pengusahaannya. Oleh

karena itu daur atau umur tebang perlu ditetapkan dengan baik sesuai dengan tujuan

yang telah ditentukan. Dalam hal ini keuntungan tertinggi merupakan sasaran yang

ingin dicapai oleh setiap pengelola hutan. Daur ini disebut daur finansi

J.

Dengan data yang lengkap daur finansial dapat ditentukan untuk jenis tegakan

yallg sedang diusahakan, sehingga berdasarkan hat ini dapat disusun suatu rumusan

kebijaksanaan yang pada gilirannya akan dapat ditentukan suatu rencana manajemen

yang mantap. Harapan tentunya keadaan ini akan membawa pada suatu pengelolaan

hutan yang rasional.

Rumusan Masalah

Kayu mangium me~upakan jenis yang memiliki prospek untuk menjadi pilihan

dalam menentukan jenis kayu yang ditanam, maka upaya pengembangan telah

(130)

swasta. Namun pemanfaatan yang didasarkan kepada nilai keuntungan dan waktu

yang diusahakan belum ditelaah lebih lanjut.

Sejalan dengan upaya untuk meningkatkan penghasilan dan kemandirian usaha,

KPH Bogor telah menanam jenis mangium dan telah dilakukan pemungutan

kayunya. Pemanfaatan kayu mangium hams tetap berlandaskan prinsip-prinsip

keuntungan dan kelestarian. Mengingat faktor waktu sangat menentukan dalam

pemanfaatan kayu, maka daur kayu mangium yang paling menguntungkan untuk

ditebang harus diketahui secara pasti guna memperoleh hasil yang paling

menguntungkan dari sudut pembiayaan.

Pertanyaan-pertanyaan yang menjadi pokok pernasalahan :

1. Pada umur tebang atau daur herapa kayu mangium dapat dipanen yang paling

menguntungkan bagi perusahaan ?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap pemilihan daur yang paling

rnenguntungkan tersebut ?

Kerangka Pemikiran

Hutan mangium mempunyai potensi menghasilkan kayu yang serbaguna. PT.

Perhutani membangun hutan mangium dengan tujuan untuk memperoleh

pendapatan. Dalam pemanfaatan kayu mangium perlu memperhmbangkan berbagai

faktor terutama aspek finansial yang merupakan salah satu faktor p e n t ~ n g berkaitan

dengan keuntungan ekonomi. Namun dari segi biologis perlu dikaji pula secara

(131)

biaya yang dikeluarkan sesuai dengan peruntukannya. Rangkaian alur kerangka

pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1

Faktor gendukung :

-

potensi cukup besm

- mem beri manfaat /

pendapatan bagi perusahanan

- daur pendek

Aspek Finansial

9

-

Daur ACUC~U muwgi~im

kayu Acacia mangium

v

Perlu analisis daur finansial untuk memperoleh suatu pengelolaan yang tepat

Kondisi dan darnpak Pemanfaatai hutan

Acacia rnaneiurn

Kendala :

- Analisis

daur belum optinla1

-

Informas1 pasar

terbatas

-

Data finansial

terbatas

[image:131.556.71.474.110.449.2]

-

Gambar I . Kerangka pemikiran pemecahan masalah dalam penentuan daur

(132)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adaiah untuk menentukan daur finansial kelas perusahaan

Acacia nrangittm di KPH Bogor, sehingga pada daur atau urnur tebang tersebut akan

didapat keuntungan atau nilai finansial maksirnum.

Kegunaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar dalam mewujudkan

kebijaksanaan penentuan keputusan pengelolaan/pengusahaan hutan yang rasional

dan menguntungkan dari sisi ekologis dan ekonomis

Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

PoIa penentuan daur tanaman mangium belum diterapkan secara optimal sehingga

(133)

T I N J A U A N P U S T A K A

Daur

Daur adalah suatu jangka. waktu antara penanaman dan penebangan atau

antara penanaman dan penanaman berikutnya di tempat yang sama, yang ditentukan

oleh jenis. 11asil yang diinginkan, nilai tanah dan suku bunga lisaha yang tersedia.

Konsep daur dipakai untuk pengelolaan hutan seumur, sedangkan untuk hutan tidak

seumur istilah yang memiiki arti yang sama adalah sikIus tebang (cutting cycle).

lstilah daur berkaitan erat dengan adanya konsep hutan normal. Secara ideal,

hutan normal akan terdiri atas kelompok tegakan dan semua umur yang mempunyai

potensi sama, mulai dari umur satu tahun sampai akhir daur. Oleh karena itu,

menentukan panjang daur merupakan salah satu faktor kunci dalam pengelolaan

hutan seumur sesuai dengan definisiriya. Masalah penentuan panjang daur sangat

berkaitan erat dengan cara menentukan waktu, yang diperiukan oleh suatu jenis

tegakan untuk mencapai kondisi masak tebang, atau siap dipanen. Lamanya waktu

tersebut tergantung pada sifat pertumbuhan jenis yang diusahakan, tujuan

pengelolaan dan pertimbangan ekonomi. Dari sinilah lahir beberapa macarn atau

cara d d a m menentukan panjang daur (Departemen Kehutanan, 1992).

Osmaton ( 1 968) menjelaskan bahwa daur merupakan suatu faktor pengatur

dalam pengusahaan Iiutan seumur. Daur akan dipakai pada waktu rnembuat

rancangan perusahaan tersebut, d m akan tcrdapat perbedaan yang besar dalanl

penataan hutan apabila tegakan ditebang pada batas bawah dari umur tebang atau

(134)

sama dengan tahun sebenamya tegakan hams ditebang. Karena keadaan silvikultur

danlatau pertimbangan lain dapat menyebabkan tegakan hams ditebang lebih cepat

atau lebih lambat dari waktu yang telah ditentukan.

Dari segi pasar, daur ditentukan oIeh macam p ~ o d u k tegakan, tipe tegakan,

tempat tumbuh dan jenis tanaman. Dengan demikian daur dari jenis yang sama

sed~kit banyak dipengaruhi oleh tempat tumbuh (Chapman, I 9 3 1).

Menurut Osmaston ( 1 968), lamanya daur tergantung pada interaksi beberapa

faktor, yaitu :

a. Tingkat kecepatan pertumbuhan tegakan, yang tergantung pada jenis pohon,

lokasi tempat tumbuh serta intensitas penjarangan.

b. Karakteristik jenis atau spesies tanaman, dimana hams dipcrhatikan umur

maksimal secara alami, umur menghasilkan benih, umur kecepatan turnbuh

terbaik dan umur kualitas terbaik.

c. Pertirnbangan ekonomi, dimana hams memperhitungkan ukuran yang dapat

dipasarkan dan harga terbaik yang dapat diperoleh.

d. Respon tanah terhadap penggunaan yang berulang-ulang, ha1 ini erat

hubungannya dengan batuan induk, pelapukan tanah dan alelopathy.

Hiley (1956) menyatakan bahwa ada beberapa macanl daur yang ditetapkan

berdasarkan keadaan sifat tegakan sesuai dengan tujuan pengelolaan hutan yang

bersangkutax, yaitu :

I . Daur Silvikultur, yaitu daur yang ditetapkan berdasarkan keadaan saat tegakan

dapat tumbuh mempertahankan kualitasnya atau mengadakan permudaan dan

(135)

2 . Daur Teknis, yaitu daur yang ditetapkan berdasarkan keadaan dimana tegakan

telah mencapai ukuran yang sudah ditetapkan untuk keperIuan produk yang akan

dihasilkan.

3. Daur Pendapatan Tertinggi (daur produksi maksimal), yaitu daur yang ditetapkan

berdasarkan keadaan dimana tegakan dapat menghasilkan pendapatan atau

volume tertinggi per satuan luas per tahun tanpa memperhitungkan jumlah modak

untuk mendapatkannya. Daur ini dapat ditentukan dengan memotongkan kurva

riap CAI dan kurva riap M A 1 dari jenis yang bersangkutan.

4. Daur Finansial, yaitu daur yang ditetapkan berdasarkan keadan dimana tegakan

dapat menghasilkan keuntungan atau nilai finansial terbesar. Penentuan daur ini

dapat didekati dengan dua cara, yaitu :

a. Nilai Harapan Tanah

Pendekatan yang terkenal dikemukakan oleh Martin Fustman, guna

menyelesaikan rnasalah evduasi lahan hutan untuk kepentingan pajak.

Rumus yang dikemukakannya adalah :

dimana : Se = NiIai harapan tanah

Yr = Hasil bersih panenlpenebanyan akhir daur

(136)

C = Biaya pengelolaan

p = tingkat suku bunga

E = biaya administrasi dan manajemen (biaya tahunan)

b. Hasil Finansial

Pendekatan in1 menggunakan kritena-kritena investasi, yaitu Net

Present Value ( N P V ) , Internal Rate ofRelui-n (IRR) dan Benefit (:ost I<utio

( B C R ) , yang dihitung dari biaya-biaya yang dikeluarkan dan pendapatan

yang diperoleh sampai tegakan tersebut ditebang habis (umur daur).

Menurut Perhutani (1992), daur adalah jangka waktu antara saat

penanaman hutan sampai dengan saat pemungutan hasil akhir atau Iebangan

habis. Daur dibedakan menurut jangka waktu (lamanya) sebagai berikut :

a. Daur pendek : kurang dari 15 tahun

b. Daur rnenengah : 1 5 - 3 5 t a h u n

c. Daur Panjang : lebih dari 40 tahun

Pada dasarnya daur yang digunakan adalah daur ekonomislfinansial

karena lebih sesuai tujuan perusahaan. Namun demikian dalam menetapkan

daur juga mempertimbangkan berbagai aspek lain sesuai kondisi sosial

ekonomi daerah, tingkat kerawanan sosial dan sebagainya. Sebagai pedoman

umum daur jenis kayu kelas perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Jati 40 - 80 tahun

2. Pinus 2 5 tahun

(137)

4. Mahoni 30 - 60 tahun

5. Sonokeiing 10 - 60 tahun

6. Rasamala 40 - 60 tahun

7. Meranfi 70 tahun

8. Sengon 8 tahun

9. Maugiunl 8 - 15 tahun

10. Gmelina 7 - 15 tahun

Pengaturan Hasit

Menurut Osmaston ( 1 9 6 8 ) , dalarn tegakan seumur terdapat d u a macam tipe

hasil tegakan, yaitu :

1. Hasil akhir (hasiI utama), merupakan tebangan pada akhir daur yang disusul

dengan permudaan. Hasil akhir ini berguna untuk mengendalikan perbandingan

sebaran kelas umur.

2. Hasil antara, yaitu tebangan hasil penjarangan. Hasil ini merupakan

pengendalian ekonomi yang mempengaruhi parjang daur d m kualitas kayu.

Pengaturan hasil lebih ditekankan pada hasil utarna (hasil akhir), dimana

tujuannya adalah untuk mendapatkan hasil yang maksimum dari tebangan tersebut

dengan ukilran dan kualitsts kayu yang iebih baik, dan untuk mendapatkan

keseimbangan antara etat dan riap.

Beberapa ha1 yang perlu diperhatikan d d a m pengaturan hasil, yailu :

I. Penentuan jumlah kayu yang seharusnya atau sebaiknya ditebang.

(138)

3 . Penyusunan rencana penebangan menurut alokasi tempat dan waktu.

Ada beberapa metoda pengaturan hasil yang dapat digunakan pada tegakan

seumur dimana ha1 ini tergantung pada bentuk tegakan, sistem silvikultumya,

pengetahuan volume, riap dan daur tegakan.

1. Metoda berdasarkan areal

a. Pengendalian berdasarkan prinsip silvikuitur.

Metoda ini banyak digunakan di areal hutan tropis. Hutan dibagi ke dalam

beberapa bagian yang sama dan masing-masing bagian tersebut ditebang

setiap tahunnya.

b. Pengendalian dengan daur dan penyebaran kelas umur. Daiam ha1 ini hasil

akhir dari tegakan seumur dapat diatur dengan menggunakan hubungan

sederhana antara areal dan daur.

2. Metoda berdasarkan volume dan riap

a. Metoda Austria

b. Metoda Hundeshagen

c. Metoda Gerdhart

d. Metoda Chapman

3. Metoda Berdasarkan luas dan volume

Metoda ini biasa dipakai berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Kehutanan No.

143/Kpts/Dj/V1974 yang kemudian disesuaikan untuk tebangan A c u c ~ u

(139)

usul SPH I Bogor Nomor 155/043.9/SPH Bgr/III tentang Pedoman Pelaksanaan

Inventarisasi Wutan Kelas Perusahaan Acacia mangrum.

Analisis Proyek

Proyek adalah suatu keseiuruhan aktivitas yang menggunakan sumber-

sumber untuk mendapatkan kernanfaatan (benefit); atau suatu aktivitas dimana

dikeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasii (returns) di waktu yang

akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu

unit. Aktivitas suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan

(objective) dan mempunyai titik tolak (starting point) dan suatu titik akhir (ending

point). Baik biaya-biayanya maupun hasilnya yang pokok dapat diukur (Kadariah,

KarIina dan Gray, 1978).

Menurut Gray et al. (1992), analisis proyek mempunyai tujuan sebagai

berikut :

a. Mengetahui tingkat keuntungan yang akan dicapai meIalui investasi dalam suatu

proyek.

b. Menghindari pemborosan sumber-sumber yang digunakan.

c. Mengadakan penilaian terhadap niIai investasi yang ada untuk memilih altematif

proyek yang paling mengmtungkan.

d. Menentukan prioritas investasi.

Untuk penilaian suatu proyek terdapat berbagai macam cam, tetapi yang

paling banyak dan sering digunakan adalah Discounted Cash Flow Analysis (Analisis

(140)

waktu addah metoda pendiskontoan. Semua biaya dan pendapatan dikurangi

menjadi nilai sekarang dengan prosentase tahunan tertentu (Darusman, 1981).

Karena dalam investasi proyek selama periode waktu tertentu (umur proyek)

akan seldu menerima ataupun mengeluarkan sejumlah uang, maka perlu

dipertimbangkan bahwa uang yang diterirna pada masa yang akan datang tidak sama

dengan uang yang diterima pada saat sekarang karena adanya faktor interest rate

tertentu. Oleh karena itu untuk kepentingan perhitungan niIai uang tersebut perlu

dievaluasi pada satu waktu tertentu yaitu waktu sekarang (Gaspersz, 1992).

Menumt Gray et aI. ( I 992), dalam rangka mencari suatu ukuwn menyeluruh

tentang baik tidaknya suam proyek telah dikembangkan berbagai macam indeks.

Indeks-indeks tersebut disebut "Jnvestmenr Criter~a". Terdapat tiga macam kriteria

dalam melakukan suatu evaluasi terhadap investasi proyek yang sekarang ini banyak

digunakan, yaitu :

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Vulue (NPV) adalah metoda untuk menghitung selisih antara niIai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penenmaan kas bersih

di masa yang akan datang. Dalam evaluasi suatu proyek, kriteria keputusan

layak dinyatakan oleh NPV yang lebih besar atau s m a dengan no]. Jika NPV

lebih kecil daripada no1 berarti proyek tidak dapat menghasilkan senilai biaya

yang dipergunakan dm1 oleh karena itu proyek dinyatakan tidak layak dan

pelaksanaannya hams ditolak. Secara matematis NPV dapat dimmuskan sebagai

(141)

n Bt - Ct NPV = Z

t=O (1

+

i)t

Dimana : N P V = Net Present Value

B, = benefit sosial bmto pada tahun ke-t

Cl = biaya sosial bruto sehubungan proyek pada tahun ke-t

i = tingkat suku bunga

t = umur proyek (t = 0,1,2, ..., n)

b. Net Benefit-Cost Ratio (BCR)

Net Benefit -Cost Haslo (BCR) merupakan angka perbandingan antara

jumlah present value yang pos~tif dengan present value yang negatif Kritena

kelayakan proyek adalah jika BCR 2 1 dan tidak layak jika BCR < 1. Secara

matematis BCR dapat dirumuskan sebagai berikut :

n

C (B, - Ct)/( 1 + i)' : untuk Bt - Ct > 0

t=l

BCR =

n

C (C, - &)/(I

+

i)' : untuk B, - Ct < 0

i= I

dimana : BCR = Net Benefit-Cbst Katro

Bt = benefit sosial bruto pada tahun ke-t

C, = biaya sosial bruto sehubungan proyek pada tahun ke-t

i = tingkat suku bunga

(142)

c . Internal Rafe of Return (IRR)

Pada dasarnya

IRR

menggambarkan prosentase laba sebenarnya yang

dihasilkan proyek. Internal Rate of Return

(IRR)

addah nilai discount rate sosial

yang membuat

NPV

proyek sama dengan nol. Analisis yang dilakukan adalah

jika Z X R lebih besm daripada tingkat suku bunga yang Serlaku proyek dapat

d~jalankan, sedangkan apabila IRR yang didapat Iebih keciI daripada tingkat suku

bunga yang berlaku maka dikatakan tidak Iayak dan tidak dapat dijIankan.

Secara matematis IRR dirumuskan sebagai berikut :

dimana : IRR = Internal Kate ofHeturn

B, = benefit sosial bruto pada tahun ke-t

C, = biaya sosial bruto sehubungan proyek pada tahun ke-t

t = umur proyek (t = 0,1,2, ..., n)

Dalam semua anaIisis proyek, suatu proyek dapat diteri~na untuk

dilaksanakan jika mempunyai NPV Iebih besar atau sama dengan nol, IRR lebih

besar daripada tingkat suku bunga yang berlaku, atau BCR lebih besar atau sama

dengan saw.

Mangium (Acacia mangium)

Keadaan tempat tumbuh

Menurut Nicholson (1983), mangium dapat tumbuh pada berbagai macam

(143)

rawa dan sepanjang sungai, dataran kering di punggung dan kaki gunung, juga pinggir hutan hujan primer.

Sindusuwamo dan Utomo (1981) secara ringkas menyatakan bahwa

mangium tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi, marnpu tumbuh baik

pada lahan miskin, padang alang-daig dan areal bekas penebangan. Jenis ini

menyukai curah hujan yang tinggi, yaitu antara 1500-4000 mmJtahun, temperatur

maksimum antara 3 1-34 'C dan temperatur minimum antara 1 2-1 6

"c.

Perturnbuhan .4cacia mangiurn ini sama atau melebihi pertumbuhan (;melmo

urboreu dan Eucalyptus degluplu. Pada tempat tumbuh yang baik tegakan mangium

yang telah berumur 9 tahun dapat mencapai tinggi 23 cm dan diameter batangnya 23

cm, rata-rata dapat menghasilkan kayu sebanyak 41.5 m3/ha. Sedangkan pada lahan

yang terganggu dan bekas kebakaran, tanah lempung yang keras dengan batuan

dasar vutkanis, tanah gersang bekas perladangall liar, lereng yang teqal dengan

pertumbuhan liar (aIang-alang, kirinyu), rr~angium dapat tumbuh dengan baik dan

mampu memproduksi kayu rata-rata 20 m3/ha/tahun (Sindusuwamo dan Utomo,

1981).

Siagian dan Purba (1 994) menyatakan bahwa mangium termasuk jenis yang

cepat tumbuh dan berdaur relatif pendek sekitar 8 - 10 tahun dengan riap 25

m3/ha/tahun.

Mangium ~rlerupakan jenis pohon cepat tumbuh w s t growing species) yang

banyak digunakan untuk Hutan Tanarnan Industri (HTI) di Indonesia. Pemilihan

jenis tersebut didasarkan a n b r a lain pada : (1) pertumbuhannya yang cepat sehingga

(144)

tumbuh dengan baik pada tanah-tanah marjinal sehingga dengan input vang relatif

rendah sudah diperoleh kualitas tegakan yang cukup memuaskan (Bastoni, 1999).

Kegunaan kayu

Kayu mangium potensial untuk kayu pertukangan, moulding, meubel, veneer,

kayu bakar dan arang. Kayu mangium dipromosikan untuk pulp, kertas dan papan

partikel. Seiain itu, Kayu mangium memiliki daya tarik tersendiri bila digunakan

sebagai bahan luar dari barang-barang meubel s e p e ~ lemari, pintu jendela, rangka

pintu, moulding, dan meubel lainnya, (Nicholson, 1983).

Sedangkan menurut Sinduwamo dan Utomo (1981) bahwa kayu mangium

cocok digunakan sebagai bahan baku datam pembuatan kertas tanpa pengelantangan,

kertas pembungkus dan karung berlapis banyak (multi-wall sack). Kayu mangium

dapat dibuat Iemari dan perkakas rumah tangga yang menarik dan dapat dibuat

rangka pintu, bagian jendela, moulding dan vinir sayat. Kayu mangium yang

berbentuk gelondongan (log) dengan ukuran besar dapat digergaji atau dikupas.

Kayunya tebal dan keras benvarna coklat muda dengan kayu gubal yang tipis keras

dan padat, baik untuk papan partikel, pulp dan juga untuk perabotan rumah tangga.

Dari h a i l penelitian di Jerman, kayu mangium sangat baik ~ ~ n t u k bahan baku

pembuatan papan partikel. Selain itu hasil penelitian di Malaysia, kayo mangium

dapat dibuat pulp dengan kualitas yang memuaskan (Siagian dan Purba, 1994).

Menurut Remowati (19881, penggunaan kayu mangium untuk kayu

pertukangan, pulp, kertas dan energi, sebaiknya menggunakan kayu yang berumur

(145)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sarnpai bulan Juni 200 1 . Lokasi

penelit~an berlokasi di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Parung Panjang

dan Kantor PT. Perhutani (Persero) Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor di

Bogor.

Metode Penelitian Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diambil dari Buku

Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) Kelas Perusahaan Acacia mungium,

Buku Evaluasi Hasil Ke j a , Buku Tarif Upah dan Buku Pengamatan anggaran KPH

Bogor Tahun 2000, serta data lain yang diperlukan dalam perhitungan.

Data-data yang dikumpulkan secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai

berikut :

a. Data Volume Tegakan

b. Kelompok Data Biaya

c. Kelompok Data Pendapatan

Dari Buku Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) Kelas Perusahaan

Acacia rnangium diperoleh data luas, bonita, tahun tanam, KBD, dan jumlah pohon

per hektar masing-masing petak/anak petak yang dapat digunakan untuk menaksir

(146)

ini dimaksudkan untuk rnendapatkan komposisi umur yang lengkap dan menghindari

kesalahan yang terlalu besar dalam penaksiran, karena setiap anak petak mempunyai

luasan yang berbeda.

Selain data potensi kayu, diperlukan pula data pembiayaan dalam

pengelolaan dan hasil pendapatan yang diperoleh selama pengelolaan (umur daur),

sefia data lain yang diperlukan dalam perhitungan.

Data yang diperlukan dalam kajian ini antara lain :

I . Pertumbuhan potensi kayu per hektar pada tiap-tiap kelompok umur, baik untuk tegakan tinggal maupun tegakan penjarangan.

2. Tanf upah yang berlaku dl KPH Bogor tahun 2000.

3. Perincian biaya pengelolaan yang terdiri dari :

a. Biaya Tahunan

b. Biaya persemaian, penanaman dan penyulaman

c. Biaya pemeIiharaan tegakan (penjarangan dan pemangkasad prunning)

d. Biaya eksploitasi kayu.

4. Perincian penerimaan (pendapatan) yang diperoleh dari hasil penjualan kayu.

5. Harga jual hasil hutan di KPH Bogor tahun 2000

6. Data-data lain sebagai pelengkap.

Pengolahan Data

1. Penaksiran Produksi Kayu

Semua anak petak dikelompokkan menurut bonita dan kelas umur yang

(147)

Untuk mendapatkan volume produksi kayu per hektar pada setiap anak petak,

baik untuk tegakan tinggal maupun tegakan penjarangan, digunakan tabel

tegakan normal jenis mangium (Acacia mangium) yang dibuat berdasarkan

kejasanla penelitian Perliutani Unit 111 Jawa Barat dengan Fakultas Kehutman

IPB, dengan menggunakan rumus :

V, = KBD x Vtah ( 1 )

dirnana :

V, = Volume taksiran

KBD = Kerapatan bidang dasar

Vtab = Volume tabel normal

Sedangkan untuk mendapatkan volume rata-rata per hektar untuk setiap

kelas umur dihitung dengan rumus rata-rata luas tertimbang sebagai berikut :

dimana :

V,, = Volume taksiran rata-rata

V, = Volume tegakan pada petak ke-i

Li = Luas petak ke-i

Penaksiran ini dilakukan pada bonita rata-rata; untuk mendapatkan bonita

rata-rata dilakukan dengan rata-rata luas tertimbang, demikian juga dalarn

(148)

Hasil perhibngan potensi per petak atau anak petak sesuai dengan umur

daur atau perkembangan umur tegakan. Volume untuk seluruh kelas perusahaan

merupakan jumlah volume hutan mangium dari semua umur. Guna mewujudkan

kesinambungan perolehan hasil, rnaka perlu ditetapkan etat yaitu jumlah volume

kayu yang dapat dipungut atau jumlah Iuas areal hutan yang dapat dipanen

(ditebang) dalam jangka perusahaan atau jangka waktu tertentu.

2. Perhitungan Pendapatan dan Pengeluaran

Pendapatan dalam pengusahaan hutan mangium diperoleh dari penjualan

kayu mangium. Penjualan kayu (kayu perkakas dan kayu bakar) diperoleh dari

produksi pada saat tebang habis (umur daur). Pendapatan dari penjualan hasil

hutan rnangium dapat diketahui dengan cara mengalikan jurnlah produksi hasil

taksiran dengan harganya.

Sedangkan besamya biaya pada masing-masing kegatan mulai dari

membuat persemaian hingga pemasarannya maupun biaya yang dikeluarkan tiap

tahunnya dalam pengusahaan hutan mangium mengacu pada Buku Evaluasi Hasil

Kerja, Buku Tanf Upah dan Buku Pengamatan Anggaran. Rekapitulasi

pendapatan dan pengeluaran ini digunakan untuk mendapatkan gambaran aliran

pendapatzdpenerimaan dan pengeluaran (proyeksi cash flow) dalam

pengusahaan hutan rnangium.

3. Penentuan Daur Finansial

Sebelum dilakukan perhitungan, biaya-biaya yang dikeluarkan dan

(149)

mendapatkan gambaran aliran pengeIuaran dan penerimaan selama pengusahaan

dilaksanakan atau dari penanaman sampai penebangan akhir (umur daur)

Sesuai dengan cara penentuan daur finansial, maka digunakan dua cara,

a. NiIai harapan tanah (soil expectar~on v a l u e ) berdasarkan rumus yang

dikemukakan oleh Faustman, yaitu :

dimana

Se = nilai harapan tanah (Soil expectation v a l u e )

Yr = hasil bersih panedpenebangan akhir tahun

Ti = hasil bersih penjarangan pada tahun ke-a sampai tahun ke-x

C = biaya pengelolaan

p = tingkat suku bunga

e = biaya administrasi dan manajemen (biaya tahunan)

r = daur

b. Hasil Finansial

Penentuan daur finansial dalam kajian ini digunakan Discounted C a s h

H o w Analysis (DCF) yang meliputi :

n Bt

-

Ct

a. NPV = C

(150)

n Bt/(l + i)'

c . BCR = C

i = I Ct/(l +- i ) '

dimana :

NPV = Net Present Value

IRR = Internal Rate of Return

BCR = Benefit-Cost Ratio

Bt = Pendapatan kotor pada tahun ke-t

Ct = Biaya kotor pada tahun ke-t

I = Tingkat Diskonto

n = Umur proyek (umur daur)

Rumus penentuan IRR di atas dapat disederhanakan menjadi :

NPV

IRR = i'

+

(i' - i")

(NPV' + NPV")

Prosedur penentuan IRR dengan rumus di atas adalah sebagai berikut :

I . Dipilih suatu tingkat diskonto i yang dianggap rnendekati nilai R R yang

benar, kemudian dihitung nilai N P V dari arus pendapatan dan biayanya.

2. Jika hasiI NPV tersebut negatif, ha1 itu berarti nilai percobaan i terlalu tinggi, pendapatan waktu y ang akan datang didiskonto terlalu berat, yang

membuat nilai sekarang biaya rnelebihi nilai sekarang pendapatan, jadi

(151)

3. Jika sebaliknya hasiI niIai sekarang positic diketahui bahwa nilai

percobaan i terlalu rendah, pendapatan yang akan datang belum

didiskonto dengan cukup berat untuk disamakan dengan nilai sekarang

dari biaya, jadi dipilih nilai percobaan i baru yang Iebih tinggi.

4. Nilai percobaan pertarna untuk tingkat diskonto dilambangkan i', yang

kedua dengan in, niIai percobaan pertama untuk NPV dilambangkan

dengari NPV' dan yang kedua dengan NPV". Asalkan salah satu dari

kedua perkiraan NPV tidak terlalu jauh dari no1 (yang merupakan nilai

NPV benar apabila i =

LRR),

maka perkiraan IRR yang dekat didapat

dengan memecahkan rumus di atas (cara coba-cob& frlul and error).

Penilaian daur finansial didasarkan pada besamya nilai ketiga kriteria

investasi tersebut yang diperoleh dari setiap daur alternatif Daur tanarnan

dikatakan ekonomis apabila memberikan nilai yang paling besar.

Penilaian daur finansial didasarkan pada besamya nilai harapan tanah

dan nilai investasi (nilai finansial) yang diperoleh dari setiap daur

alternatifiya. Daur tanaman dikatakan ekonomis apabila memberikan nilai

yang paling besar pada kedua nilai tersebut.

Asumsi-asumsi

Dalarn suatu analisis finansial tentu saja diperIukan beberapa asumsi sebagai

dasar daIam perhitungan, dengan catatan asumsi tersebut dapat dipertanggung-

jawabkan dan mendekati kenyataan sebenarnya di lapangan. Dalarn kajian ini

(152)

I . Produksi yang dihasilkan dapat diserap pasar dan penebangan produksi dapat dijual habis.

2. Harga jual berdasarkan harga jual rata-rata tahun 2000 dan dianggap konstan sepanj ang daur.

3. Pembiayaan dan penerimaan didasarkan pada tarif upah yang berlaku dan laporan hasil keqa tahun 2000.

4 ~ . Suku bunga yang digunakan adalah 0 %, 6%, 12%, 18% dan 24%. 5. Analisis didasarkan atas penerimaan sebelum pajak.

6. Daur dternatif yang dikaji adalah umur 6, 7, 8, 9 dan 10 tahun.

Selengkapnya metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.

C

Menaksir produksi

Hasil Penjualan Kayu (Volume x harga jual)

Selumh Biaya y g dikeharkan

4

Volu~ne tegakan

Acn<.ia mangi~rm ANALISIS FlNANSIAL

C

I

v

Nilai Harapan Tanah Hasil Finansial

C

Rumus Faustman

Nilai terbesar

(153)

KEADAAN UMUM

LOKASI

PENELITIAN

Sejarah Pembentukan KPH Bogor

MuIai tahun 1975, berdasarkan Surat Kepala Dinas Kehutanan Propinsi

Daerah Tingkat 1 Jawa Barat No. 6907/XV/10 tanggal 1 Agustus 1975, Kesatuan

Pemangkuan Hutan Bogor-Jakarta sebutannya diubah menjadi Kesatuan

Pemangkuan Hutan Bogor. Dengan dimasukkannya kawasan hutan Kehutanan Jawa

Barat ke dalam Unit Produksi Perum Perhutani berdasarkan PP No.2 tahun 1978,

maka sebutan Kesatuan Pemangkuan Hutan Bogor berubah menjadi Perum

PerhutaniKesatuan Pemangkuan Bogor. Organisasi pengeIolaan KPH Bogor terdiri

dan 2 Sub KPH, 7 bagian KPH dan 28 Resort Polisi Hutan. Perlu diketahui

berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 14 tahun 200 1 tentang Pengalihan

Bentuk Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani) menjadi

Perusahaan Perseroan (Persero), maka status Perum Perhutani berubah menjadi PT.

Perhutani (Persero).

Letak dan Luas

Wilayah k e j a PT. Perhutani KPH Bogor memiliki kawasan hutan yang

terletak di wilayah administrasi kabupaten Bogor, Tangerang dan Bekasi, dengan

batas-batas :

a. Di sebelah Utara berbatasan dengan laut Jawa dan DKI Jakarta.

b. Di sebelah Timur berbatasan dengan kawasan hutan KPH Punvakarta dan

(154)

c. Di sebelah SeIatan berbatasan dengan kawasan hutan KPH Sukabumi dan

Banten.

d. Di sebeIah Barat berbatasan dengan KPH Banten

Secara geografis wilayah kerja PT. Perhutani KPH Bogor terletak antara

0°28'00" san~pai dengan 0°41'8" Bujur Timur Jan 06"4'OXW s/d 06"46'00f' Lintang

Selatan. Sedangkan untuk letak garis lintang Kelas Perusahaan Acoctu rnungrum

adalah O0 13'25" sampal dengan 0°22'23" Bujur Barat dan 06O2 1'00" sid 06"26'59"

Lintang Selatan

Guna tercapainya kelestarian kawasan hutan di KPH Bogor telah dilakukan

penataan oleh Biro Perencanaan PT. Perhutani Unit III Jawa Barat. Produk akhir

dari kegiatan tersebut, telah diterbitkan Buku Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan

(RPKH) sebagai arah/pedoman Pengusahaan Hutan di daerah.

Luas wilayah total kring kabupaten Bogor, Tangerang dan Bekasi sekitar

585.837,65 Ha, diantaranya berupa kawasan hutan seluas 89.744,16 Ha, dengan

perincian sebagai berikut (Biro Perencanaan, 1994) :

a. Kabupaten Bogor : 77.91 5,35 Ha

- Kawasan KPH Bogor : 60.795,85 Ha,

- h'utan produksi : 36.3 18,96 Ha

- Hutan lindung terbatas : 24.476,89 Ha

- Kawasan PHFA : 17.115,50Ha

b. Kabupaten Tangerang : 1.351,66Ha

(155)

Keadaan Hutan

Kawasan hutan yang dikelola W H Bogor tersebar dalam 32 kelompok hutan, yang menetapkan jumlah KeIas Peruszhaan (KP) menjadi 4 jenis, yaitu :

1. KP Rimba lain (Acacia mungium) 5.342,90 I-ta

2. KP Meranri 14.954,33 Ha

3. KP Plnus 23. 280,10 Ha

4. KP Payau (belum ditata) 1 1 832,81 Ha

5. Kawasan PHPA 17.1 15.50 Ha

Jumlah 72.525,64 Ha

Sisanya se1uas 17.2 18,52 Ha berada di BKPH Jonggol, Parung Panjang dan

Leuwiliang.

Penyebaran tegakan kawasan hutan Kelas Perusahaan Acaciu m a n ~ i u m

jangka tahun 200 1 s/d 2005 ke dalam kelas-kelas hutan dapat dilihat pada tabel 1 .

Berdasarkan fungsinya, kawasan hutan pada Kelas Perusahaan Acuciu

rnungjum di BKPH Pamng Panjang terbagi atas :

a. Hutan produksi

b. I-lutan Tidak Produktif

c. Lapangan dengan Tujuan istimewa (Ldti)

(156)

Tabel I . Ikhtisar Penyebaran Kelas Hutan Acacia mangium di BKPH

[image:156.550.67.460.74.554.2]
(157)

Tanah dan iklim

Jenis tanah yang terdapaf di KPH Bogor, menurut peta tanah De Young d m

Mohr, meliputi jenis tanah sebagai berikut :

a. Di bagian Utara arah k e pantai terdiri dari tanah Laterit (tanah liat bandung).

b. Di bagian Tengah terdiri dari tanah tuf batu timbul, tanah laterit merah dari bahan

muda gunung berapi, tanah liat bandung dan tanah endapan mergel dan mergel

kapur.

c. Di bagian Selatan terdiri dari tanah laterit merah, sawo matang, tanah laterit

kuning dan sawo matang serta tanah latelit merah d m sawo matang dari batuan

tertier.

Ditinjau dari banyaknya curah hujan maka di dalam wilayah KF'H Bogor

terbagi dalam beberapa tipe curah hujan, yaitu :

a. Di bagian Utara mernpunyai curah hujan tahunan rata-rata sebesar 1 500 rnm

dengan curah hujan terendah pada bulan Agustus yaitu 50 mm, sedangkan yang

tertinggi pad bulan Februari yaitu sebesar 300 mm.

b. Di bagian Tengah mempunyai curah hujan tahunan rata-rata 3000 mm dengan

curah hujan bulan terendah terdapat pada bulm Agustus yaitu 100 mm, sedang

yang terti~lggi pada bulan Pebruari, yaitu sebesar 540 mm.

c. DI bagian Selatan mempunyai curah hujan tahunan rata-rata sebesar 4000 mm,

dengan curah hujan terendah terdapat pada bulan Juli yaitu 200 mm, sedang yang

(158)

Berdasarkan data curah hujan tersebut, maka menumt klasifikasi ikIim

Schmidt dan Fergussom termasuk ke dalam tipe iklim A dengan angka curah hujan

rata-rata 3000 mnutahun, suhu harian tertinggi 25,5OC dan suhu terendah 1

roc.

Sosial Ekonomi Penduduk

Menurut data statistik Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor tahun 1998 jurnlah

penduduk Kabupaten Bogor sebanyak 4.356.69 1 orang terdiri dari 2.235.340 orang

Laki-laki dan Perempuan 2.1 2 1 -35 1 orang.

Dari data yang dapat dihimpun mata pencaharian penduduk desa sekitar

hutan di wilayah kabupaten Bogor, Tangerang dan Bekasi tertera pada Tabel 2

berikut ini.

Tabel 2. Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Kabupaten Bogor

No. JENIS MATA MATAF'ENCAHARLAN Kabupaten

/

6.

1

Jasa dll.

1

9

1

0 9 0 3

1

1.

,

Petanflenggarap

2. ! Home Industry

i

3.

,

Pedagang

1

4.

:

Pegawai Negeri/ABRl/Pensiunan

i

5. ( Buruh tukang

I 1 1

Sumber : Buku Selayang Pandang Perum Perhutani KPH Bogor 1998.

Bogor

33 -

16

1 5 1 , 9

1

27

1

22 Tangerang 43 2.4 15,4 Bekasi

I 41

[image:158.556.85.473.286.450.2]
(159)

Pengelohan Hutan Mangium

Tanaman mangium mulai dilakukan penanaman di KPH Bogor, BKPH

Parung Panjang sejak tahun 1986 melalui proyek HTI/ADB sebagai tanaman pengisi

pada tanaman pokok Sengon (Puruserrclnthw,~cuturia) yang ditanam dengan jarak

tanam 3 x 2 m dengar] pola tanam 3 larik tanarnan dan I larik tanaman pengisi. Pola

tanam seperti di atas dilaksanakan sampai dengan tahun 1989 seluas 2.197 ha.

Mengingat tanaman mangium sebagai tanaman pengisj menampakkan

keberhasilan pertumbuhan lebih baik dari jenis Sengon, maka mulai tahun 1990 jenis

tanaman mangium mulai dikembangkan sebagai tanaman pokok. Pada pola tanaman

tumpangsari, mangium ditanam sebagai tanaman pokok dengan pola tanam 4 larik

tanaman pokok dan I larik tanaman pengisi.

Pengusahaan hutan tanaman mangium di KPH Bogor meliputi kegiatan

persemaian, pembuatan tanaman, pemeliharaan tanaman tahun ke-I dan tahun ke-2,

(160)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penaksiran Produksi Kayu

Penaksiran volume kayu dilakukan untuk semua anak petak tegakan

mangium yang terdapat di BKPH Parung Panjang. Data seiengkapnya hasii

inventarisasi hutan tegakan mangium yang bersurnber dari Buku Pengaturan

Kelestarian Hutan (RPKH) KPH Bogor dapat dilihat pada Lampiran 1.

Penaksiran produksi kayu mangium diperoleh berdasarkan tabel tegakan

normal jenis mangium (Lampiran 3) yang dibuat oieh Fakultas Kehutanan Institut

Pertanian Bogor beke jasama dengan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat tahun

1998. Penggunaan tabel tegakan ini cukup mudah dan sederhana, dari informasi

umur dan bonita suatu tegakan mangium dengan luasan tertentu akan dapat diketahui

produksi kayu per hektamya. Berdasarkan tabel tegakan normal produksi kayu

mangium dihitung pada KU I1 ke atas mengingat pada KU I mangium belum

menghasilkan kayu perkakas.

Dari Tabel 3 terlihat bahwa hutan mangium di KPH Bogor didominasi

tegakan KU 111, karena pada K U ini memiliki luas terbesar yaitu 588,6I Ha bila

dibandingkan dengan luas KU yang Iainnya. NiIai bonita berkisar antara 1 hingga 3

yang didominasi bonita 2. Nilai KBDnya berkisar antara 0,62 hingga I,O. Jumlah

pohon per hektar semakin berkurang dengan semakin tingginya KU, kecuali pada

KU VIII. Potensi produksi kayu dari penjarangan terbesar dihasilkan oleh KU VII.

(161)

TabeI 3. Hasil Perhitungan Pendugaan Potensi Rata-rata per Hektar

Tegakan

"FI

No Umur!

I Kelas

'

~ m u r

1 2

Keterangan Kelas Umurjenis mangium menunjukkan pula umur dalam tahun.

Kayu yang dihasilkan pada saat tebang akhir dan penjarangan berupa kayu

perkakas dan kayu bakar. Untuk mengetahui besarnya volume kayu perkakas dan

kayu bakar mangium yang dapat dihasilkan pada setiap tebang akhir dihitung

berdasarkan faktor koreksi kayu perkakas dan angka kayu bakamya, nilai ini

diperoleh berdasarkan rencana dan realisasi produksi kayu mangium selarna 5 tahun

(djperoleh dari produksi kayu tebang akhir tahun 1996, 1997, 1998, 1999 dan 2000).

Perhitungan faktor koreksi kayu perkakas dan angka kayu bakar jenis mangium yang

berlaku di KPH Rogor selengkapnya dapat dilihat pada tampiran 4. Faktor koreksi

ini dipakai agar taksiran produksi kayu mangium yang dihasilkan pada kegiatan

tebang akhir mendekati realisasi di lapangan, karena taksiran hasil perhitungan dalam

kajian ini diperkirakan overestimate. Dengan demikian produksi kayu pada saat

penebangan untuk tiap-tiap daur alternatif dapat ditentukan seperti TabeI 4.

Luas (Ha) 3 Bonita Rata- rata 4

KBDS Rata-

1

~ o ; ~ ~

Tegakan Tinggal (m3/Ha) 7 rata Tegakan Penjarangan (m3fHa) 8 per Ha

5 6

(162)
[image:162.556.82.452.78.197.2]

Tabel 4. Penaksiran Produksi Tebang Habis pada tiap-tiap Daur Altematif

Produksi

Kay u P

Gambar

Gambar I .  Kerangka pemikiran pemecahan masalah dalam penentuan daur
Tabel I .  Ikhtisar Penyebaran Kelas Hutan Acacia mangium di BKPH
Tabel 2. Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Kabupaten Bogor
Tabel 4. Penaksiran Produksi Tebang Habis pada tiap-tiap Daur Altematif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 tercatat sebesar 5,1 persen (angka sementara), lebih rendah dari target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

[r]

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

o Berpasangan untuk menemukan makna kata (lema) secara cepat dan tepat sesuai dengan konteks yang diinginkan dalam teks bacaan (satu siswa mencari arti lema sesuai

Tapi dalam eee untung ruginya atau tu mengganggu kesehatannya tu sebenarnya saya tidak searah bisa menyatakan itu mengganggu kesehatan mereka tapi yang pernah saya lihat di

Kita perlu meneladani perilaku warga Desa Sukamaju.. Pokok pikiran paragraf pertama

Dari nilai pre test dan post test kemudian dibandingkan, dengan demikian maka dapat disimpulkan hasil peningkatan nilai setelah menggunakan produk bahan ajar

Kawasan ini berada pada kawasan landaan tsunami sangat merusak dan di sepanjang zona sesar sangat merusak, serta pada daerah dekat dengan episentrum dimana intensitas gempa