• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik Pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik Pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

90

Lampiran 1.

Kuesioner Penelitian

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN

Saya yang bernamaResky Arisda Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul

“ Faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan metode kontrasepsi sunti kepada Wanita Usia Subur (WUS) di desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan tahun 2016”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam rangka menyelesaikan proses belajar dan mengajar pada semester kedelapan.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Ibu menjadi responden dalam penelitian ini dan mengisi kuesioner dengan jujur. Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga Ibu bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Data pribadi dan jawaban yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Jika Ibu bersedia menjadi responden, silahkan menandatangani lembar persetujuan.

Atas perhatian dan kesediaan Ibu menjadi responden dalam penelitian ini saya ucapkan terimakasih.

Medan, 2016 Peneliti,

(2)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Resky Arisda, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, dengan judul

“Faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan metode kontrasepsi suntik pada Wanita Usia Subur (WUS) di desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan tahun 2016”.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan keluarga saya. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Medan, 2016 Responden,

(3)

92

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik Pada Wanita Usia Subur(WUS) di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016.

Nama Responden :

1. Faktor Internal Responden A. Umur

C. Tingkat Pendidikan

1. Apakah pendidikan terakhir anda?

(4)

3) Kristen katolik 4) Hindu

5) Budha 6) konghucu E. Penghasilan

7) Berapakah penghasilan rata – rata dalam sebulan? 1) <1.830.000,- 2) >1.830.000,-

I. Pengetahuan

1. Menurut Ibu Apakah yang dimaksud dengan alat kontrasepsi?

a. Alat untuk mencegah kehamilan, alat untuk mengatur jarak kehamilan b. Alat untuk mengahiri masa haid

2.Menurut Ibu Apakah yang dimaksud dengan alat kontrasepsi suntik?

a. Suntikan hormonal mencegah kehamilan, mencegah masuknya sel sperma kedalam rahim

b. Mencegah supaya tidak memiliki anak lagi

3. MenurutIbuapasajakahjenis-jenisalatkontrasepsisuntik? a. Penyuntikan 1 bulansekali, Penyuntikan 2 bulan sekali b. Penyuntikan 3 bulan sekali

4. Darimanakah ibu mengetahuai tentang penggunaan alat kontrasepsi suntik? a. Puskesmas (Dokter, bidan, perawat), media elektronik, media cetak b. Orang tua atau Teman

5. Menurut ibu kapan Akseptor KB suntik datang untuk kunjungan ulang penyuntikan?

a. Datang tepat waktu saat jadwal ulangan penyuntikan, datang lebih awal sebelum jadwal ulangan penyuntikan

b. Datang setelah jadwal penyuntikan ulang

6. Menurut Ibu bagaimana cara kerja alat kontrasepsi suntik?

a. Mencegah ovulasi, lender serviks menjadi kental, membuat endometrium menjadi kurang layak

(5)

94

7. Menurut Ibu Apakah keuntungan menggunakan alat kontrasepsi suntik? a. Kesuburan dapat kembali, sangat efektif,murah

b. Pemakaian tidak merepotkan

8. Menurut ibu apakah efek samping yang ditimbulkan memakai KB Suntik a. Gangguan haid, berat badan bertambah

b. Tidak nafsu makan

9. Menurut ibu siapakah yang boleh memberikan/melakukan penyuntikan KB suntik?

a. Dokter, bidan b. Perawat

10. Menurut ibu siapa saja yang boleh menggunakan alat kontrasepsi suntik? a. Usia reproduksi, menyusui, tidak menyusui

b. Setelah melahirkan II. Sikap

II.a. Sikap Responden (Favourable)

No Pernyataan S TS

1. Kontrasepsi adalah alat untuk mencegah kehamilan 2. Kontrasepsi suntik mencegah masuknya sel sperma

kedalam rahim

3. Sebaiknya ibu yang menggunakan KB suntik harus mengadakan pemeriksaan rutin ke pelyanan kesehatan terdekat

4. Sebaiknya penanganan pelyanan kesehatan dilakuakan oleh yang sudah ahli dibidangnya 5. KB suntik mencegah ovulasi, lender serviks

menjadi kental, membuat endometrium menjadi kurang layak

6. KB suntik dapat mengembalikan kesuburan 7. KB suntik dapat menimbulkan gangguan haid 8. Usia reproduksi, menyusui, tidak menyusui dan

(6)

II.b. Sikap Responden (Unfavourable)

No Pernyataan SS TS

1. Kontrasepsi tidak dapat mencegah kehamilan hanya dapat mengatur jarak kehamilan

2. Ibu yang menggunakan KB suntik tidak harus mengadakan pemeriksaan rutin ke pelayanan kesehatan terdekat

3. KB suntik dapat dilakukan tanpa bantuan orang medis 4. Hanya bidan yang dapat memberikan pelayanan KB

7. KB suntik dapat menggangu kesuburan

8. KB suntik tidak efektif pada ibu yang menyusui, dan WUS

III. Sarana dan Prasarana

1. Darimana ibu mendapatkan pelayanan kontrasepsi KB Suntik? a. Puskesmas/rumah sakit

b. Klinik Swasta/Praktek dokter/bidan

2. Apakah tempat pelayanan kesehatan yang ibu kunjungi lengkap? a. Ya

b. Yidak

3. Pada saat ibu akan mengikuti KB suntik, apakah alat KB suntik selalu di sarana pelayanan kesehatan terdekat?

(7)

96

4. Berapakah jarak rumah ibu ke sarana pelayanan kesehatan terdekat a. < 2 km

b. > 2 km

5. Apakah ibu mengeluarkan biaya untuk memperoleh pelayanan KB Suntik a. Ya

b. Tidak

6. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai di tempat pelayanan kesehatan terdekat?

a. < 30 menit b. > 30 menit

IV. Petugas Kesehatan

No Pernyataan Ya Tidak

1. Apakah petugas kesehatan melakukan penyuluhan tentang KBsuntik?

2. Apakah petugas kesehatan menyarankan agar ibu ikut KB suntik?

3. Apakah ibu mendapatkan penjelasan terlebih dahulu tentang KB suntik dan efek sampingnya sebelum digunakan?

4. Apakah petugas kesehatan menyarankan untuk pemeriksaan rutin?

(8)

V. Dukungan Suami

No Pernyataan Ya Tidak

1. Apakah suami ibu ikut dalam mengambil keputusan tentang memakai alat kontrasepsi suntik dalam keluarga

(9)

98

OUTPUT

Umur Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Rendah 57 71,3 71,3 71,3

Tinggi 23 28,8 28,8 100,0

(10)

Agama Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Islam 80 100,0 100,0 100,0

Penghasilan Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 59 73,8 73,8 73,8

Benar 21 26,3 26,3 100,0

(11)

100

Pertanyaan Pengetahuan No5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(12)

Pernyataan SIkap No 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Setuju 38 47,5 47,5 47,5

Setuju 42 52,5 52,5 100,0

(13)

102

Pernyataan SIkap No7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Setuju 48 60,0 60,0 60,0

(14)

Pernyataan SIkap No14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang Baik 50 62,5 62,5 62,5

Baik 30 37,5 37,5 100,0

(15)

104

Pertanyaan Sarana dan Prasarana No1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Klinik Swasta/Praktek

dokter/bidan

58 72,5 72,5 72,5

Puskesmas/rumah sakit 22 27,5 27,5 100,0

Total 80 100,0 100,0

Pertanyaan Sarana dan Prasarana No2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid > 30 Menit 47 58,8 58,8 58,8

< 30 Menit 33 41,3 41,3 100,0

(16)

SUNTIK

Pertanyaan Sarana dan Prasarana No1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Klinik Swasta/Praktek

dokter/bidan

25 78,1 78,1 78,1

Puskesmas/rumah sakit 7 21,9 21,9 100,0

Total 32 100,0 100,0

Pertanyaan Sarana dan Prasarana No2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid > 30 Menit 17 53,1 53,1 53,1

< 30 Menit 15 46,9 46,9 100,0

(17)

106

sarana

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 40 50,0 50,0 50,0

Ya 40 50,0 50,0 100,0

(18)

peran

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(19)

108

Continuity Correctionb ,476 1 ,490

Likelihood Ratio ,845 1 ,358

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,00. b. Computed only for a 2x2 table

kdidik * suntik Crosstabulation

Continuity Correctionb ,430 1 ,512

(20)

kkerja * suntik Crosstabulation

Continuity Correctionb ,252 1 ,616

Likelihood Ratio ,535 1 ,465

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,60. b. Computed only for a 2x2 table

(21)

110

Continuity Correctionb ,112 1 ,738

Likelihood Ratio ,332 1 ,565

Fisher's Exact Test ,637 ,371

Linear-by-Linear Association ,326 1 ,568

N of Valid Cases 80

(22)

pengetahuan * suntik

Continuity Correctionb 46,722 1 ,000

Likelihood Ratio 55,669 1 ,000

Fisher's Exact Test ,000 ,000

Linear-by-Linear Association 49,375 1 ,000

N of Valid Cases 80

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00. b. Computed only for a 2x2 table

(23)

112

Continuity Correctionb 4,500 1 ,034

Likelihood Ratio 5,542 1 ,019

Fisher's Exact Test ,033 ,017

Linear-by-Linear Association 5,486 1 ,019

N of Valid Cases 80

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00. b. Computed only for a 2x2 table

sarana * suntik

Continuity Correctionb 2,022 1 ,155

Likelihood Ratio 2,732 1 ,098

Fisher's Exact Test ,114 ,077

Linear-by-Linear Association 2,693 1 ,101

(24)

peran * suntik

Continuity Correctionb 4,286 1 ,038

Likelihood Ratio 5,315 1 ,021

Fisher's Exact Test ,038 ,019

Linear-by-Linear Association 5,225 1 ,022

N of Valid Cases 80

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,00. b. Computed only for a 2x2 table

(25)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 4,453a 1 ,035

Continuity Correctionb 3,537 1 ,060

Likelihood Ratio 4,474 1 ,034

Fisher's Exact Test ,042 ,030

Linear-by-Linear Association 4,397 1 ,036

N of Valid Cases 80

(26)
(27)
(28)
(29)

87

DAFTAR PUSTAKA .

Albar Erdjan, 1980. Kontrasepsi. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran USU/RS.DR.Pirngadi. Medan.

Arum, 2011. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini, Penerbit Nuha Medika, Jakarta.

Atikah, Pramono Agus,Santoso. 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. Nuha Medica. Yogyakarta

Bathara Appriana. 2012. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pemakaian Kontrasepsi Implan Pada Akseptor KB di Puskesmas Ciomas Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Skripsi Universitas Indonesia. Depok.

BKKBN, 2009. Pedoman Tata Cara Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi Program KB Nasional di Kecamatan dan Klinik KB. Jakarta.

BKKBN, 2010. Badan Pelayanan Kontrasepsi & Pengendalian Lapangan Program KB Nasional. Jakarta.

BPS, 2015. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Indonesia. Jakarta. http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/pertumbuhan%20dan%20persebaran% 20penduduk%20 indonesia/. Diakses pada tanggal 20 Februari 2016. Budiarto, Eko,.2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan

Masyarakat. Jakarta.

Chandra Budiman,2012. Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Dahlan,M.Sopiyudin,2013. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi Kelima.Salemba Medika. Jakarta

Dinkes Sumatera Utara. Profil KesehatanTahun 2015.

Everette, Suzzane. 2008. Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif. EGC, Jakarta.

(30)

Hidayati, Ratna. 2009. Metode Dan Tekhnik Penggunaan Alat Kontrasepsi. Salemba Medika. Jakarta.

Kholid, Ahmad,2012. Promosi Kesehatan Dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media, Dan Aplikasinya.Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Koblinsky Marge, dkk. 1993. Kesehatan Wanita: Sebuah Perspektif Global, Alih bahasa: Adi Utarini (1997). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Kusumaningrum, Radita. 2009. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang Digunakan PUS di Kota Semarang. Skripsi Universitas Diponegoro. Semarang.

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.1981.Dasar-Dasar Demografi.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Depok.

Mubarak,dkk.2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan.Graha Ilmu. Yogyakarta.

Notoatmodjo, 2005. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

__________,2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Rineka Cipta. Jakarta.

Pinasti Putri.2013. Pengaruh Penggunaan Kontrasepsi Suntik Terhadap Peningkatan Berat Badan Dan Kenaikan Tekanan Darah Pada Akseptor Keluarga Berencana di Puskesmas Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen. Naskah Publikasi. Surakarta

Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Trans Info Media, Jakarta.

Rizali, M.I. 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik Di Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2013. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddi Makassar.

(31)

89

Siregar, Menasari. 2010. Analisis Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor Kb Di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010. Skripsi USU

Suherni,Candra. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Tramajaya, Yogyakarta. Supriatna, Undang. 2011. Analisa Pengaruh Konflik Peran Ganda dan Kelelahan Kerja Terhadap Kinerja Perawat RSUD Pandeglang. Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta.

Suratun, 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Trans Media, Jakarta.

Syafrudin,. 2009. Promosi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kebidanan. Trans Info Media. Jakarta.

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi pemilihan metode kontrasepsi suntik pada Wanita Usia Subur di desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjungbalai Kabupaten Asahan tahun 2016.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Bagan Asahan kecamatan Tanjung BalaiKabupaten Asahan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret 2016 sampai Oktober 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah seluruh Wanita Usia Suburdi Desa Bagan Asahan kecamatan Tanjung BalaiKabupaten Asahan yaitu sebanyak 400 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian

(33)

49

Keterangan : N= Besar populasi n= Besar sampel

d= Tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan (0,1) Maka

n = 80 wanita Usia subur

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Simple Random Sampling, yaitu metode pengambilan sampel secara acak sederhana

dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama besar untuk terpilih sebagai sampel.

(34)

3.4Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan dan melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. 3.4.2 Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder didapatkan dari Puskesmas Desa Bagan Asahan dan kantor BKKBN Kabupaten Asahan.

3.5 Defenisi Operasional

Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Pengetahuan ialah pengertian dan pemahaman responden mengenai kontrasepsi yang mencakup pengertian, tujuan dan manfaat, jenis kontrasepsi dan efek samping kontrasepsi suntik.

2. Sikap adalah pernyataan responden terhadap pemakaian kontrasepsi suntik.

3. Umur adalah lamanya waktu perjalanan hidup responden yang dihitung sejak ia lahir sampai pada pelaksanaan wawancara yang dinyatakan dalam satuan tahun.

(35)

51

5. Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti atau diselesaikan oleh responden( telah mendapatkan ijazah) yang dinyatakan dengan rendah, sedang, dan tinggi.

6. Penghasilan adalah jumlah uang yang diterima setiap bulannya oleh responden yang sudah bekerja dan penghasilan keluarga bagi responden yang belum kerja dikategorikan berdasarkan Upah Minimum Kabupaten) Tahun 2015, yakni :

1. Penghasilan di bawah UMK (<Rp1.830.000,-)

2. Penghasilan di atas atau sama dengan UMP (>Rp1.830.000,-) 7. Agama adalah kepercayaan responden ketika diwawancara.

8. Sarana adalah keterjangkauan pelayanan kontrasepsi dan ketersediaan alat kontrasepsi di puskesmas terdekat.

9. Prasarana adalah kemudahan akses terhadap pelayanan kontrasepsi dari segi jarak, waktu tempuh, dan biaya.

10. Peran petugas kesehatan adalah pendapat atau penilaian dari responden terhadap keterlibatan petugas kesehatan dalam memberikan informasi lengkap tentang alat kontrasepsi.

(36)

3.6 Metode Pengukuran 3.6.1 Pengetahuan

Pengetahuan diukur melalui jawaban kuesioner dengan cara memberi skor

pada 10 pertanyaan. Dengan sistem skor : 2 untuk jawaban yang benar, dan 0 untuk

jawaban yang salah. Variabel pengetahuan memiliki skor tertinggi 20 dan nilai

terendah 0.

Berdasarkan skor kemudian variabel pengetahuan dikategorikan menjadi 2 kategori, yaitu :

1. Baik bila jawaban responden benar > 75% dari total skor yang diperoleh. 2. Kurang bila jawaban responden benar < 45% dari total skor yang

diperoleh .

3.6.2 Sikap

Sikap diukur melalui jawaban kuesioner dengan cara memberi skor pada 8 pertanyaan mendukung (favourable) dan 8 pertanyaan tidak mendukung (unfavourable). Dengan sistem skor 4 untuk jawaban yang sangat setuju, 3 untuk jawaban setuju,16 untuk jawaban tidak setuju. Variabel sikap memiliki skor tertinggi 32 dan nilai terendah 10. Berdasarkan skor kemudian variabel sikap dikategorikan menjadi 2 kategori, yaitu:

1.Baik bila jawaban responden benar > 75% dari total skor yang diperoleh. 2.Kurang bila jawaban responden benar < 45% dari total skor yang diperoleh. 3.6.3 Sarana dan Prasarana

(37)

53

melalui jawaban kuesioner dengan cara memberi skor pada 6 pertanyaan. Dengan sistem skor 2 untuk jawaban yang benar, dan 0 untuk jawaban yang salah. Variabel sarana dan prasarana memiliki skor tertinggi 12 dan nilai terendah 0. Berdasarkan skor kemudian variabel sarana dan prasarana dikategorikan menjadi 2 kategori, yaitu :

1. Baik bila jawaban responden benar ≥ 50% dari total skor yang diperoleh.

2. Tidak baik bila jawaban responden benar < 50% dari total skor yang diperoleh. 3.6.4 Peran Petugas Kesehatan

Peran Petugas Kesehatan diukur melalui jawaban kuesioner dengan cara memberi skor pada 5 pertanyaan. Dengan sistem skor : 2 untuk jawaban yang benar, dan 0 untuk jawaban yang salah

Variabel Peran Petugas Kesehatan memiliki skor tertinggi 10 dan nilai terendah 0. Berdasarkan skor kemudian variabel dukungan pasangan dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu :

1.Baik bila jawaban responden benar > 75% dari total skor yang diperoleh. 2.Kurang bila jawaban responden benar < 45% dari total skor yang diperoleh. 3.7 Metode Analisis Data

3.7.1 Teknik Pengolahan Data

(38)

1. Editing, penyuntingan data dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.

2. Coding, pemberian kode atau scoring pada tiap jawaban untuk memudahkan entry data.

3. Entry data, data yang telah diberi kode tersebut kemudian dimasukkan dalam program komputer untuk selanjutnya akan diolah.

4. Cleaning, dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap data yang masuk sebelum data dianalisis.

5. Data-data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan analisis univariat dan analisis bivariat.

3.7.2 Teknik Analisis Data 3.7.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian yang disajikan dalam bentuk distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2002).

3.7.2.2 Analisis Bivariat

(39)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografis

Desa Bagan Asahan berada di Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan yang memiliki luas 415 Ha yang terdiri dari pemukiman, perkebunan, kuburan, luas taman dan prasarana umum lainnya. Batas wilayah desa Bagan Asahan adalah :

a) Sebelah Timur : Sei Asahan

b) Sebelah Barat : Desa Asahan Mati

c) Sebelah Selatan : Desa Bagan Asahan Pekan d) Sebelah Utara : Selat Malaka

4.1.2 Kependudukan Dan Fasilitas Kesehatan

Jumlah penduduk desa Bagan Asahan adalah 7.004 orang yang terdiri dari laki-laki 3.517 orang dan perempuan 3.487 orang dengan jumlah rumah tangga sebanyak 1.602. fasilitas kesehatan yang tersedia di desa ini adalah puskesmas dan polindes desa Bagan Asahan. Jarak dari Desa Bagan Asahan Ke Puskesmas Desa Bagan Asahan sejauh hanya 2 Km.

4.1.3 Karakteristik Responden

(40)

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Wanita Usia Subur di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

No Karakteristik Responden Jumlah %

1 Umur

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa sebesar 56,3% responden berumur 15-30 tahun, selain itu sebesar 57% responden memiliki pendidikan rendah. Kemudian sebesar 51,3% responden tidak bekerja, penghasilan keluarga responden sebesar 65% berpengahasilan sebesar > Rp. 1.830.000,- serta sebesar 100% responden beragama islam.

4.2 Analisis Univariat

(41)

57

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengguna KB Suntik pada Wanita Usia Subur di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten

Berdasarkan tabel diatas diperleh hasil bahwa sebesar 60% responden tidak menggunakan KB suntik, sedangkan sebesaar 40% responden menggunakan KB suntik.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang KB Suntik Berdasarkan Jawaban Responden di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

No Pengetahuan Jawaban Total

Benar % Salah % 1 Apakah yang dimaksud dengan alat

kontrasepsi

26 32,5 54 67,5 80

2 Apakah yang dimaksud dengan alat kontrasepsi suntik 4 Darimanakah ibu mengetahuai

tentang penggunaan alat kontrasepsi suntik

21 26,3 59 73,8 80

5 Kapan Akseptor KB suntik datang untuk kunjungan ulang penyuntikan

22 27,5 58 72,5 80

6 Bagaimana cara kerja alat kontrasepsi suntik

21 26,3 59 73,8 80

7 Apakah keuntungan menggunakan alat kontrasepsi suntik menggunakan alat kontrasepsi suntik

(42)

Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa sebesar 67,5% responden tidak tahu dengan apa yang dimaksud dengan alat kontrasepsi, sebesar 70% responden tidak tahu apa yang dimaksud dengan alat kontrasepsi suntik, sebesar 73,8% responden tidak tahu penggunaan alat kontrasepsi suntik serta bagaimana cara kerjanya. Selain itu sebesar 72,5% responden tidak tahu jenis-jenis alat kontrasepsi suntik, kapan harus datang untuk kunjungan ulang penyuntikan, serta apa keuntungan menggunakan alat kontrasepsi suntik.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang KB Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

No Kategori Pengetahuan Jumlah %

1 Baik 30 37,5

2 Kurang 50 62,5

Total 80 100

Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa sebesar 37,5% responden memiliki pengetahuan yang baik, sedangkan sebesar 62,5 memiliki pengetahuan kurang.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Wanita Usia Subur tentang KB Suntik Berdasarkan Jawaban Responden di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

No Sikap Jawaban

S % TS %

1 Kontrasepsi adalah alat untuk mencegah kehamilan

34 42,5 46 57,5

2 Kontrasepsi suntik mencegah masuknya sel sperma kedalam rahim

36 45,0 44 55,0

3 Sebaiknya ibu yang menggunakan KB suntik harus mengadakan pemeriksaan rutin ke pelayanan kesehatan terdekat

30 37,5 50 62,5

4 Sebaiknya penanganan pelayanan kesehatan dilakuakan oleh yang sudah ahli dibidangnya

(43)

59

5 KB suntik mencegah ovulasi, lendir serviks menjadi kental, membuat endometrium menjadi kurang layak menyusui dan setelah melahirkan dapat menggunakan KB suntik

28 35,0 52 65,0

9 Kontrasepsi tidak dapat mencegah kehamilan hanya dapat mengatur jarak kehamilan

47 58,8 33 41,3

10 Ibu yang menggunakan KB suntik tidak harus mengadakan pemeriksaan rutin ke pelayanan kesehatan terdekat

47 58,8 33 41,3

13 Ibu yang mengalami tekanan darah tinggi boleh di berikan KB suntik

48 60,0 32 40,0

14 Ibu yang

mengalamiganguanhaidbolehdiberika n KB suntik

53 66,3 27 33,8

15 KB suntikdapatmenggangukesuburan 43 53,8 37 46,3 16 KB suntiktidakefektifpada ibu yang

menyusui, dan Wanita Usia Subur

42 52,5 38 47,5

(44)

responden tidak setuju usia reproduksi, menyusui, tidak menyusui dan setelah melahirkan dapat menggunakan KB suntik, sebesar 62,5% responden setuju hanyabidan yang dapatmemberikanpelayanan KB suntik serta sebesar 66,3% responden setuju ibu yang mengalamiganguanhaidbolehdiberikan KB suntik. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Wanita Usia Subur tentang

KB Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai memiliki sikap yang kurag baik tentang KB suntik.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Sarana dan Prasarana KB Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

No Sarana dan Prasarana

Jawaban

Jumlah %

1 Darimana ibu mendapatkan pelayanan kontrasepsi KB Suntik

a. Puskesmas/rumah sakit 22 27,5

b. Klinik Swasta/Praktek dokter/bidan 58 72,5

Total 80 100

(45)

61 sampai di tempat pelayanan kesehatan terdekat

a. < 30 menit 33 41,3

b. > 30 menit 47 58,8

Total 80 100

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa sebesar 72,5% responden memperoleh Kb suntik di klinik Swasta/Praktek dokter/bidan, sebesar 70% responden mengatakan tempat pelayanan kesehatan yang ibu kunjungi tidak lengkap, sebesar 57,5% responden mengatakan bahwa mereka mengikuti KB suntik tidak selalu di sarana pelayanan kesehatan terdekat.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kategori Sarana dan Prasarana KB Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

No Sarana Prasarana Jumlah %

1 Baik 44 55,0

2 Kurang Baik 36 45,0

(46)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebesar 55% responden mengatakan bahwa sarana prasarana yang tersedia sudah baik, sedangkan sebesar 45% responden mengatakan bahwa sarana prasana yang tersedia kurang baik.

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Peran Petugas Kesehatan di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

No Peran Petugas Kesehatan Jawaban Total

Ya % Tidak %

1 Apakah petugas kesehatan melakukan penyuluhan tentang KBsuntik?

35 43,8 45 56,3 80

2 Apakah petugas kesehatan menyarankan agar ibu ikut KB suntik?

27 33,8 53 66,3 80

3 Apakah ibu mendapatkan penjelasan terlebih dahulu tentang KB suntik dan efek sampingnya sebelum digunakan?

35 43,8 45 56,3 80

4 Apakah petugas kesehatan menyarankan untuk pemeriksaan rutin?

34 42,5 46 57,5 80

5 Petugas kesehatan menjelaskan tentang tempat atau fasilitas

(47)

63

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Kategori Peran Petugas Kesehatan di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

No Peran Petugas Jumlah %

1 Baik 35 43,8

2 Kurang Baik 45 56,3

Total 80 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa sebsesar 43,8% responden mengatakan peran petugaskesehatan baik, sedangkan sebesar 56,3% responden mengatakan bahwa peran petugas kesehatan kurang baik.

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Dukungan Suami di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

No Peran Petugas Kesehatan Jawaban Total

Ya % Tidak %

1 Apakah suami ibu ikut dalam mengambil keputusan tentang memakai alat kontrasepsi suntik dalam keluarga

Berdasarkan hasil diatas, diperoleh hasil bahwa sebesar 55% suami responden tidak ikut dalam mengambil keputusan tentang memakai alat kontrasepsi suntik dalam keluarga, sedangkan sebesar 52,5% suami responden tidak mendukung ibu untuk menggunakan KB suntik.

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Kategori Dukungan Suami di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

No Dukungan Suami Jumlah %

1 Baik 35 43,8

2 Kurang Baik 45 56,3

Total 80 100

(48)

sedangkan sebesar 56,3% responden mengatakan bahwa dukungan suami mereka kurang baik untuk menggunakan KB suntik.

4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh variabel independen dan variabel dependen. Untuk mengetahui pengaruh antar variabel maka dijelaskan melalui perincian masing-masing kategori faktor-faktor yang berpengaruhpemilihan metode kontrasepsi suntikyang disajikan dalam tabel silang (cross-tab) terhadap menggunakan uji chi square.

4.3.1 PengaruhUmurterhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

Tabel 4.13 PengaruhUmurterhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

No Umur Metode Kontrasepsi

(49)

65

Berdasarkan uji statistik pada analisis bivariat terhadapChi squarepada tingkat kepercayaan 95%, diperoleh nilai p=0,358 (p>0,05) sehingga Ho diterima. Artinya tidak ada pengaruh yang bermakna antara umurterhadappemilihan metode kontrasepsi suntik.

4.3.2 PengaruhPendidikanterhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

Tabel 4.14 PengaruhPendidikanterhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

No Pendidikan Metode Kontrasepsi Suntik berpendidikan rendah, yang memilih metode kontrasepsi suntik sebanyak 21 orang (36,8%) dan yang tidak memilih metode kontrasepsi suntik sebanyak 36 orang (63,2%) Sedangkan dari 23 responden yang berpendidikan tinggi, yang memilih metode kontrasepsi suntik sebanyak 11 orang (47,8%) dan yang tidak memilih metode kontrasepsi suntuk adalah 12 orang (52,2%).

(50)

4.3.3 PengaruhPekerjaanterhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

Tabel 4.15 PengaruhPekerjaanterhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

No Pekerjaan Metode Kontrasepsi Suntuk

Total P

Ya Tidak

F % f % F %

1 Tidak Bekerja 18 43,9 23 56,1 41 100 0,465

2 Bekerja 14 35,9 25 64,1 39 100

Total 32 40 48 60 80 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 41 responden yang tidak bekerja, yang memilih metode kontrasepsi suntik sebanyak 18 orang (43,9%) dan yang tidak memilih metode kontrasepsi suntik sebanyak 23 orang (56,1%) Sedangkan dari 39 responden yang bekerja, yang memilih metode kontrasepsi suntik sebanyak 14 orang (35,9%) dan yang tidak memilih metode kontrasepsi suntuk adalah 25 orang (64,1%).

(51)

67

4.3.4 PengaruhAgamaterhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

Tabel 4.16 PengaruhAgamaterhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

No Agama Metode Kontrasepsi

Suntuk

Uji chi-square hanya dapatdilakukan apabila ada variasi nilaipada variabel yang diteliti, padavariabel agama seluruh responden beragama islam sehingga tidak dapat dilakukan pengujian terhadapchi square.

4.3.5 PengaruhPenghasilanterhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

Tabel 4.17 Pengaruh Penghasilanterhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

(52)

> Rp. 1.830.000,-, yang memilih metode kontrasepsi suntik sebanyak 10 orang (35,7%) dan yang tidak memilih metode kontrasepsi suntik adalah 18 orang (64,3%).

Berdasarkan uji statistik pada analisis bivariat terhadapChi squarepada tingkat kepercayaan 95%, diperoleh nilai p=0,566 (p>0,05) sehingga Ho diterima. Artinya tidak ada pengaruh yang bermakna antara penghasilan terhadappemilihan metode kontrasepsi suntik.

4.3.6 Pengaruh Pengetahuan Wanita Usia Subur terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

Tabel 4.18 Pengaruh Pengetahuan Wanita Usia Subur terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

No Pengetahuan Metode Kontrasepsi Suntuk pengetahuannya kurang baik, yang memilih metode kontrasepsi suntik sebanyak 5 orang (10%) dan yang tidak memilih metode kontrasepsi suntik sebanyak 45 orang (90%) Sedangkan dari 30 responden yang berpengetahuan baik, yang memilih metode kontrasepsi suntik sebanyak 27 orang (90%) dan yang tidak memilih metode kontrasepsi suntuk adalah 3 orang (10%).

(53)

69

ditolak. Artinya ada pengaruh yang bermakna antara pengetahuanterhadappemilihan metode kontrasepsi suntik.

4.3.7 Pengaruh Sikap Wanita Usia Subur terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

Tabel 4.19 PengaruhSikap Wanita Usia Subur terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

No Sikap Metode Kontrasepsi

Suntuk memiliki sikap kurang baik, yang memilih metode kontrasepsi suntik sebanyak 15 orang (30%) dan yang tidak memilih metode kontrasepsi suntik sebanyak 35 orang (70%) Sedangkan dari 30 responden yang memiliki sikap baik, yang memilih metode kontrasepsi suntik sebanyak 17 orang (56,7%) dan yang tidak memilih metode kontrasepsi suntuk adalah 13 orang (43,3%).

(54)

4.3.8 PengaruhSarana dan Prasaranaterhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

Tabel 4.20 PengaruhSarana dan Prasaranaterhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

No Sarana dan mengatakan sarana dan prasarana yang tersedia kurang baik, yang memilih metode kontrasepsi suntik sebanyak 18 orang (50%) dan yang tidak memilih metode kontrasepsi suntik sebanyak 18 orang (50%) Sedangkan dari 44 responden yang mengatakan sarana dan prasarana yang tersedia baik, yang memilih metode kontrasepsi suntik sebanyak 14 orang (31,8%) dan yang tidak memilih metode kontrasepsi suntik adalah 30 orang (68,2%).

(55)

71

4.3.9 PengaruhPeran Petugas Kesehatanterhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

Tabel 4.21 PengaruhPeran Petugas Kesehatanterhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

No Peran Petugas mengatakan peran petugas kesehatan kurang baik, yang memilih metode kontrasepsi suntik sebanyak 13 orang (28,9%) dan yang tidak memilih metode kontrasepsi suntik sebanyak 32 orang (71,1%) Sedangkan dari 35 responden yang mengatakan peran petugas kesehatan baik, yang memilih metode kontrasepsi suntik sebanyak 19 orang (54,3%) dan yang tidak memilih metode kontrasepsi suntik adalah 16 orang (45,7%).

(56)

4.3.10 PengaruhDukungan Suamiterhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

Tabel 4.22 PengaruhDukungan Suamiterhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

No Dukungan Suami Metode Kontrasepsi Suntuk

Total P

Ya Tidak

F % f % F %

1 Kurang Baik 13 29,5 31 70,5 44 100 0,035

2 Baik 19 52,8 17 47,2 36 100

Total 32 40 48 60 80 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 44 responden yang mengatakan dukungan suami kurang baik, yang memilih metode kontrasepsi suntik sebanyak 13 orang (29,5%) dan yang tidak memilih metode kontrasepsi suntik sebanyak 31 orang (70,5%) Sedangkan dari 36 responden yang mengatakan peran dukungan suami baik, yang memilih metode kontrasepsi suntik sebanyak 19 orang (52,8%) dan yang tidak memilih metode kontrasepsi suntik adalah 17 orang (47,2%).

(57)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 PengaruhFaktor Predisposisiterhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

Faktor predisposisi pada penelitian ini adalah umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, agama, pengetahuan, dan sikap.

5.1.1 Pengaruh Umur terhadapPemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

Umur merupakan faktor demografi yang mencerminkan karakteristik dari seseorang yang cenderung akan berpengaruh pada pengambilan keputusan, termasuk keputusan dalam pemilihan metode kontrasepsi suntik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel umur tidak berpengaruhterhadap pemilihan metode kontrasepsi suntik. Hasil ini tidak sejalanterhadap hasil yang ditemukan oleh Rizali (2013) yang menemukan bahwa tidak ada pengaruh antara umur terhadap pemilihan metode kontrasepsi suntik di kelurahan Mattoangin, kota Makassar.

(58)

untuk tingkat pendidikannya rendah sehingga belum memahami akan manfaat kontrasepsi, sedangkan ibu yang lebih tua cenderung lebih banyak pengalaman dan informasi yang didapat mengenai manfaat kontrasepsi (Notoatmodjo, 2007).

Hal ini dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan antara tingkat usia Wanita Usia Subur dalam memilih metode kontrasepsi suntik. Tidak adanya pengaruh ini karena Wanita Usia Subur berumur 15-30 tahun proporsinya lebih tinggi bila dibandingkan terhadap yang berumur 31-49 tahun di desa Bagan Asahan, dimana mereka cenderung tidak memilih metode kontrasepsi suntik. Kecenderungan seperti itu terjadi dapat dikarenakan mereka tidak berpengalaman, jarang mendapatkan informasi kesehatan.

Umur dapat mempengaruhi cara pandang seseorang dalam menghadapi berbagai hal ataupun dalam mengambil keputusan. Proses perkembangan kedewasaan ditentukan terhadap bertambahnya usia. Umur merupakan salah satu faktor pemudah yang berguna untuk melakukan suatu tindakan yang mendukung kesehatan dalam hal ini adalah pemberian imunisasi campak

5.1.2 Pengaruh Pendidikan terhadapPemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

(59)

75

Amplas. Namun hasil penelitian ini tidak sejalanterhadap hasil penelitian Rizali (2013) yang mengatakan ada pengaruh antara pendidikan terhadap pemilihan metode kontrasepsi suntik.

Menurut Gagne yang dikutip oleh Sarwono (2004), tingkat pendidikan formal merupakan landasan seseorang dalam berbuat sesuatu, membuat lebih mengerti dan memahami sesuatu. Tingkat pendidikan formal juga memungkinkan perbedaan pengetahuan dan pengambilan keputusan. Pendidikan yang diberikan kepada masyarakat yang berkaitan terhadapkontrasepsi suntik dapat menggunakan beberapa metode dalam penyebaran pesan, menanamkan keyakinan secara terus menerus dan berkesinambungan sampai mereka sadar, tahu, mengerti, mau dan mampu melaksanakan pesan tersebut.

Dalam penelitian ini masih ada saja Wanita Usia Subur yang memiliki pendidikan tinggi tetapi tidak memilih metode kontrasepsi suntik, hal ini dikarenakan faktor-faktor lain dimana mereka yang memiliki pendidikan tinggi biasanya lebih memilih-milih tempat pelayanan kesehatan.

5.1.3 Pengaruh Pekerjaan terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

(60)

ada pengaruh antara pekerjaan terhadap pemilihan metode kontrasepsi suntik pada WUS.

Hasil penelitian menunjukkan responden yang bekerja maupun yang tidak bekerja sama-sama cenderung tidak memilih metode kontrasepsi suntik sebagai kontrasepsinya. Dari 41 orang WUS yang tidak bekerja, hanya 18 orang yang memilih metode kontrasepsi suntik, sedangkan dari 39 orang WUS yang bekerja hanya sebanyak 14 responden yang memilih metode kontrasepsi suntik. Bekerja atau tidak bekerja tidak mempengaruhi WUS dalam memilih metode kontrasepsi suntik karna metode ini tidak mengganggu aktifitas WUS sehari-hari termasuk dalam hal bekerja.

Hasil penelitian ini tidak sejalanterhadap pendapat Green yang dikutip Notoatmodjo (2010) bahwa pekerjaan merupakan salah satu faktor predisposisi yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku seseorang yang berpengaruhterhadap kesehatan.

5.1.4 Pengaruh Penghasilan terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

(61)

77

Hasil penelitian juga menunjukkan responden yang berpenghasilan di atas ataupun di bawah UMR sama-sama ada yang memilih menggunakan metode kontrasepsi suntik, hal ini dikarenakan metode kotrasepsi termasuk dalam kategori murah, tidak semahal alat kontrasepsi lain seperti halnya Alat Kontrasepsi Dalam Rahin (AKDR). Sehingga responden yang memiliki penghasilan dibawah UMR masih sanggup membayar untuk menggnuakan metode kontrasepsi suntik.

Responden yang memililah metode kontrasepsi suntik juga dikarenakan tarif pelayanan yang murah. Berdasarkan hasil penelitian Bernadus (2013) mengatakan bahwa ada pengaruh antar tarif pelayanan terhadap pemilihan metode kontrasepsi. Semakin murah suatu metode kontrasepsi, maka masyarakat akan tertarik memilihnya.

5.1.5 PengaruhPengetahuan Wanita Usia Subur terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

(62)

Hasil penelitian ini sejalanterhadap hasil penelitian Simamora (2013) dan Utami (2014) yang menyatakan bahwa ada pengaruh pengetahuan Wanita Usia Subur terhadap pemilihan metode kontrasepsi suntik. Hal ini juga sejalanterhadap hasil penelitian Rizali (2013) yang mengatakan bahwa ada pengaruh pengetahuan terhadap pemilihan metode kontrasepsi suntik.

Pengetahuan peserta KB yang baik tentang tujuan, manfaat, dan efek samping sebuah metode kontrasepsi akan mempengaruhi dalam tindakan pemilihan metode kontrasepsi yang digunakan, kesejalanan, dan kenyamanan sehingga tidak memberikan efek yang buruk bagi pengguna.

Hal ini sejalanterhadap teori Blum yang dikutip Notoatmodjo (2007) yang mengatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dan bertahan daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan adalah bentuk tahu individu yang diperolehnya terhadap penalaran, perasaan dan akal pikiran tentang segala sesuatu yang dihadapinya. Ketika individu sudah tahu, memahami kemudian melakukan tindakan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah proses penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

5.1.6 Pengaruh Sikap Wanita Usia Subur terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

(63)

79

yaitu sebanyak 50 orang, sedangkan sebanyak 30 responden memiliki sikap yang baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki sikap kurang baik cenderung tidak memilih metode kontrasepsi suntik dan responden yang memilih sikap baik cenderung memilih metode kontrasepsi suntik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh sikap responden terhadap pemilihan metode kontrasepsi suntik. Hasil penelitian ini tidak sejalanterhadap hasil penelitian Simamora (2013) yang mengatakan bahwa tidak ada pengaruh antara sikap terhadap pemilihan metode kontrasepsi suntik.

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007), bahwa sikap merupakan faktor penentu perubahan perilaku, sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek dan struktur sikap seseorang merupakan komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif, afektif, dan psikomotorik.

(64)

untuk mendekati obyek sedangkan dalam sikap yang negatif orang cenderung untuk menjauhi atau menghindari obyek (Azwar, 2009).

Sikap responden masih merupakan reaksi tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek yang diberikan. Dalam penelitian ini sikap belum merupakan tindakan tetapi merupakan faktor yang mempermudah untuk terjadi tindakan. 5.2 Pengaruh Faktor Pemungkin terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi

Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

5.2.1 Pengaruh Sarana dan Prasarana terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

Berdasarkan hasil analisis bivariat terhadap menggunakan uji chi square diperloeh hasil bahwa terdapat pengaruh sarana dan prasarana terhadap pemilihan metode kontrasepsi suntik di desa Bagan Asahan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 36 responden mengatakan bahwa sarana dan prasarana kurang baik. Sedangkan sebanyak 44 responden mengatakan bahwa sarana dan prasarana yang tersedia baik.

Hasil penelitian Simamora (2013) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara sarana dan prasarana yang baik terhadap pemilihan alat kontrasepsi suntik.

(65)

81

Menurut Depkes RI (2007) dalam Simamora (2013), pemanfaatan pelayanan kesehatan berpengaruhterhadap akses geografis, yaitu fasilitas pemanfaatan pelayanan kesehatan. Ini berpengaruhterhadap lokasi tempat pelayanan terhadap lokasi klien yang dapat diukur terhadap jarak, waktu tempuh, dan biaya tempuh.

Sarana dan prasarana merupakan aspek yang paling penting dalam pemakaian alat kontrasepsi. Apabila sarana dan prasarana tidak ada bagaimana mungkin masyarakat akan menggunakan alat kontrasepsi.

5.3 Pengaruh Faktor Pemungkin terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

5.3.1 Pengaruh Peran Petugas Kesehatan terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh antara peran petugas kesehatan terhadap pemilihan metode kontrasepsi suntik. Adanya pengaruh ini terjadi karena responden yang menilai peran petugas kesehatan kurang baik cenderung tidak memilih metode kontrasepsi suntik, sedangkan responden yang menilai peran petugas kesehatan baik cenderung memilih metode kontrasepsi suntik.

(66)

Petugas Kesehatan memiliki peran penting dalam tahap akhir pemakaian alat kontrasepsi. Calon akseptor yang masih ragu dalam pemakaian alat kontrasepsiakhirnya memutuskan untuk memakai alat kontrasepi setelah mendapat informasi dari petugas kesehatan.

Dalam pelayanan kontrasepsi, klien bukanlah orang sakit yang ingin disembuhkan terhadap sikap pasrah terhadap semua keputusan penyedia layanan, tetapi dalam hal ini klien adalah orang yang datang terhadap sadar dan memiliki kemampuan untuk menentukan pilihannya sendiri.

5.3.2 Pengaruh Dukungan Suami terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh antara dukungan ssuami terhadap pemilihan metode kontrasepsi suntik. Dari 44 responden yang mengatakan bahwa dukungan suami kurang baik, mereka cenderung tidak memili menggunakan metode kontrasepsi suntik. Namun pada kelompok responden yang mengatakan bahwa mereka mendapatkan dukungan baik dari suami cenderung memilih metode kontrasepsi suntik.

Sarwono (2004) menyatakan bahwa ikatan suami dan istri yang kuat akan sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami/istri sangat membutuhkan dukungan dari pasangan. Hal ini disebabkan orang yang paling bertanggung jawab terhadap keluarga adalah pasangan itu sendiri.

(67)

83

memilih metode kontrasepsi yang terbaik, saling bekerjasama dalam pemilihan, membayar biaya pemakaian dam memperhatikan risiko pemakaian.

(68)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada WUS yang memilih metode kontrasepsi suntik di desa Bagan Asahan tahun 2016 dapat di ambil kesimpulan :

1. Faktor umur responden yang sebagian besar berada pada rentang usia 15-30 tahun yakni sebanyak 45 orang (56,3%), memiliki tigkat pendidikan yang rendah sebanyak 57 orang (71,3%), tidak bekerja atau hanya menjadi ibu rumah tangga sebanyak 41 orang (51,3%) tingkat pendapatan keluarga kurang dari upah minimum kabupaten (UMK) atau kurang dari Rp.1.830.000 yakni sebanyak 52 orang (65%) dan agama sebanyak 80 oarang.

2. Faktor Pengetahuan dalam memilih metode kontrasepsi suntik pada Wanita Usia Subur yang memiliki pengetahuan kurang baik yakni sebanyak 50 orang (62,5%). Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara faktor pengetahuan dengan pemilihan metode kontrasepsi suntik pada Wanita Usia Subur.

(69)

85

4. Faktor sarana dan prasarana kesehatan dalam memilih metode kontrasepsi suntik pada Wanita Usia Subur yang mengatakan bahwa sarana dan prasarana baik, yaitu sebanyak 44 orang (55%). Tidak ada pengaruh sarana dan prasarana terhadap pemilihan metode kontrasepsi suntik.

5. Faktor .dukungan suami terhadap pemilihan metode kontrasepsi suntik pada Wanita Usia Subur, yang mngatakan bahwa dukungan suami kurang baik yakni sebanyak 44 orang (55%). Responden yang memiiliki dukungan suami yang baik, cenderung mau untuk menggunakan kontrasepsi suntik dibandingkan dengan responden yang memiliki dukungan suami kurang baik. Maka hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh dukungan suami terhadap pemilihan metode kontrasepsi suntik.

6. Faktor sarana dan prasarana terhadap pemilihan metode kontrasepsi suntik pada Wanita Usia Subur , sebagian besar responden yang mengatakan bahwa sarana dan prasarana kesehatan baik yakni sebanyak 44 orang ( 55%)

(70)

6.2 Saran

1. Petugas kesehatan pada pelayanan kesehatan setempat harus meningkatkan perannya dalam pemberian informasi mengenai metode kontrasepsi yang ada sehingga Wanita Usia Subur tidak salah dalam pemilihan metode kontrasepsi.

2. Kepada pelayanan kesehatan setempat diharapkan memperbaiki sarana dan prasarana yang ada, meliputi kelengkapan alat, ketersediaan alat kontrasepsi seperti suntik, pil, IUD, serta alat kontrasepsi lain, sehingga WUS memiliki banyak pilihan untuk menggunakan alat kontrasepsi lain.

(71)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana

2.1.1 Pengertian

Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008).

Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kelahiran, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk menwujudkan keluarga berkualitas (Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009). KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawina, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, penigkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2007).

(72)

memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi (Suratun,dkk 2008).

2.1.2 Perkembangan Keluarga Berencana

Perkembangan Keluarga Berencana seperti sekarang adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan oleh tokoh atau pelopor dibidang itu, baik didalam maupun diluar negeri. Pada abad ke 19, di luar negeri upaya keluarga berencana mula-mula timbul atas prakarsa kelompok orang-orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu. Hal tersebut sejalan dengan ditinggalkannya cara-cara mengatur kehamilan secara tradisional dan mulai di gunakannya alat-alat kontrasepsi yang memenuhi syarat-syarat medis, maka dimulailah usaha-usaha keluarga berencana di abad moderen, dengan tujuan dan sasaran yang lebih luas, tidak terbatas pada upaya mewujudkan kesehatan ibu dan anak dengan cara membatasi kehamilan/kelahiran saja.

Di Inggris dikenal Marie Stopes (1880-1950) yang menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan keluarga buruh. Di Amerika Serikat dikenal Margareth Sanger (1883-1966) yang degan program “birth control” nya merupakan pelopor KB moderen. Pada tahun 1952 Margareth Sanger meresmikan berdirinya InternationalPlanned Parenthood Federation (IPPF). Sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan keluarga berencana di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, yang merupakan cabang-cabang IPPF tersebut (Suherni,dkk 2010)

(73)

12

perkembangan Keluarga Berencana nasional. PKBI dalam misinya menyangkut hal yang mendasar dalam kehidupan manusia yakni persoalan reproduksi, yang mana padanya melekat berbagai norma, tabu, dan peraturan-peraturan. Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 26 Tahun 1968 dibentuklah sebuah lembaga keluarga berencana. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang pencapaian tujuan Deklarasi Kependudukan PBB 1967 yang kemudian dimasukkan dalam program pemerintah sejak Pelita I (1969) dan dinamai Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN). Lembaga ini masih bersifat semi pemerintah.

Program keluarga berencana yang sudah di mulai sejak Repelita I (1969-1974) bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejateraan ibu dan anak, keluarga serta masyarakat pada umunya. Berhasilnya pelaksanaan keluarga berencana diharapkan angka kelahiran dapat diturunkan, sehingga tingkat kecepatan perkembangan penduduk tidak melebihi kemampuan kenaikan produksi, dengan demikian taraf kehidupan dan kesejahteraan rakyat diharapkan lebih meningkat.

(74)

Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 103 Tahun 2001 yang diikuti dengan Keputusan Presiden RI Nomor 110 Tahun 2001.Dalam Keppres ini dikukuhkan kembali bahwa BKKBN tetap mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintah di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BKKBN sebagai lembaga non departemen dipimpin oleh seorang kepala dan berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden melaui koordinasi Menteri Kesehatan RI.

Berdasarkan Keppres ini, maka sebagian kewenangan BKKBN telah diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota. Demikian pula kelembagaan BKKBN kabupaten/kota telah diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota per-Januari 2004. Dengan diserahkannya kelembagaan ini, maka lembaga yang menangani program KB di Kabupaten/kota bentuknya bervariasi,ada yang berbentuk dinas dan adapula yang berbentuk kantor KB (BKKBN,2008)

2.1.3 Visi dan Misi BKKBN

(75)

14

Keluarga berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat , maju, mandiri, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, memiliki jumlah anak yang ideal, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Visi tersebut dijabarkan kedalam enam misi yaitu:

1. Memeberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas

2. Menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian dan ketahanan keluarga

3. Menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan,kemandirian dan ketahanan keluarga

4. Meningkatkan kualitas pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi

5. Meningkatkan promosi,perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi

6. Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan jender

7. Mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan sampai lanjut usia (Pinem,2009)

Menurut BKKBN, (2006) setelah visi tersebut disosialisasikan selama 6 tahun banyak tuntutan dari masyarakat yang menghendaki agar visi dan misi BKKBN lebih “membumi” sehingga pada akhir tahn 2006 visi dan misi

(76)

Visi :Seluruh Keluarga Ikut KB

Misi :Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera 2.1.4 Tujuan Keluarga Berencana

Adapun tujuan KB dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Secara filosofis menurunkan tingkat kelahiran sekitar 50% dari angka kelahiran tahun 1970 agar dicapai pada tahun 2000, yang selanjutnya dipercepat harus tercapai tahun 1990.

2. Secara demografis menurunkan tingkat kelahiran sekitar 50% dari angka kelahiran tahun 1970 agar dicapai pada tahun 2000, yang selanjutnya dipercepat harus tercapai tahun 1990. (Suheni,dkk 2010)

Menurut Suratun (2008) Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan:

a. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan laju pertumbuhan penduduk (LPP) dan hal ini tentunya akan diikuti dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87 menjadi 2,69 per wanita (Hanafi, 2002).

(77)

16

c. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.

d. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.

e. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.

f. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi.

2.1.5 Manfaat Keluarga Berencana

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Wanita Usia Subur di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengguna KB Suntik pada Wanita Usia Subur di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Wanita Usia Subur tentang KB Suntik Berdasarkan Jawaban Responden di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Sarana dan Prasarana KB Suntik di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Daerah Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Barat melaksanakan Pelelangan Paket Pekerjaan Pengadaan Pembangunan Gedung dan Sarana

Kehadiran peserta lelang dalam proses pembuktian dokumen kualifikasi dengan tidak membawa semua dokumen asli yang diminta beserta personil tenaga ahli, maka

Kelompok Kerja (Pokja) 3 Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tahun Anggaran 2016 akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi

Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenarnya untuk diketahui oleh seluruh calon peserta Lelang Pekerjaan Pengadaan Jasa Konsultansi Perencana

Kelompok Kerja (Pokja) 1 Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tahun Anggaran 2016 akan melaksanakan Pelelangan Sedehana dengan

Panitia Pengadaan Barang dan Jasa / Pokja ULP pada Kantor Regional VII BKN akan melaksanakan Pemilihan Langsung dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan

Berdasarkan kesimpulan di atas perlu dilakukan perbaikan dan saran dalam pemanfaa- tan produk lebih lanjut antara lain (1) guru dapat menjadikan modul praktik akuntansi

ABSENSI KELENGKAPAN ISIAN VARIABEL DATA KELENGKAPAN FASKES PRIMER JKN 2014 PROVINSI JAWA BARAT!.