SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH PERPUTARAN PERSEDIAAN, PERPUTARAN HUTANG DAGANG, RASIO LANCAR, LEVERAGE, PERTUMBUHAN
PENJUALAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
Candro S.Joni Sihombing 100522053
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Pada APBD Di Pemerintahan Kota Di Sumatera Utara” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna
menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan,
Yang Membuat Pernyataan
ABSTRAK
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh retribusi daerah dan pajak daerah terhadap pengalokasian belanja modal. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja modal pada Pemerintah Kabupaten di provinsi Sumatera Utara.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Variabel dalam penelitian ini adalah pajak daerah dan retribusi daerah sebagai variable independen dan belanja modal sebagai variabel dependen.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja modal pada kabupaten di Sumatera Utara. Secara parsial pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada kabupaten di Sumatera Utara. Sedangkan retribusi daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Nilai adjusted R² sebesar 0,260 mengindikasikan bahwa 26 % perubahan belanja modal dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada. Sisanya sebesar 74,00 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak disebutkan dalam model penelitian ini.
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out and to analyze whether local taxes receipt and retributions receipt influence the capital expenditure in North Sumatera province. And so far is the influence to local taxes and retributions receipt.
The analyze method that is used in this research is quantitative method with multiple linier regression with bring about classical assumption test before finding out the best linier method. The variable used in this research are local taxes receipt and retributions receipt as independent variable and capital expenditure as dependent variable.
The result of this research show that, simultaneously taxes receipt and retributions receipt influence significantly toward the capital expenditure of regencies and cities in North Sumatera. Partially local taxes receipt significantly influence toward capital expenditure meanwhile retributions receipt have no significant influence toward the capital expenditure. Adjusted R² show value 0,260 indicates that 26,00 % turning in capital expenditure can be explained by independent variables. The rest 74,00 % explained by other variables are not mentioned in this research model.
Keywords : local taxes receipt, retributions receipt, and capital expenditure.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya berkat
rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan
judul “Pengaruh Pajak Daeraha dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian
Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten di Sumatera Utara”. Adapun tujuan
dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi
Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa
pengarahan, bimbingan, bantuan dan kerja sama semua pihak yang telah turut
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada berbagai pihak.
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak dan Bapak Drs.
Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku Ketua Departemen dan Sekretaris
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM,
Ak, selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Dosen
Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga
5. Iskandar Muda, M.Si, Ak selaku Pembaca Penilai yang telah
memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi.
6. Kepada Abah dan Ummi serta keluarga besar saya yang telah
memberikan kasih sayang, didikan, perhatian, doa, serta dukungan
moril dan materil kepada penulis, serta terimakasih kepada
teman-teman saya yang telah membantu mulai dari pemilihan judul hingga
selesai.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
skripsi ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang
membacanya.
Medan, Juli 2012 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendapatan Asli Daerah ... 7
1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah ... 7
2. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah ... 7
B. Belanja Modal ... 16
1. Pengertian Belanja Modal ... 16
2. Klasifikasi Belanja Modal ... 18
C. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20
D. Kerangka Konseptual ... 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24
C. Jenis Dan Sumber Data ... 25
D. Teknik Pengumpulan Data ... 26
E. Defenisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 26
F. Metode Analisis Data ... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum ... 33
B. Hasil Penelitian ... 35
1 Analisis Statistik Deskriptif ... 35
2 Pengujian Asumsi Klasik ... 36
2.1 Uji Normalitas ... 36
2.2 Uji Multikolinearitas ... 40
2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 41
2.4 Uji Autokorelasi ... 43
2.5 Uji Regresi ... 44
C. Pengujian Hipotesis ... 45
3.1 Uji Signifikan Parsial (Uji-T) ... 45
3.2 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 46
D. Pembahasan Hasil Analisis ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 50
C. Keterbatasan Penelitian ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52 LAMPIRAN ... 54
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 2.3 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20
Tabel 3.2 Daftar Kabupaten di Sumatera Utara ... 24
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran i Data Sampel Penelitian ... 54
Lampiran ii Waktu Penelitian ... 59
Lampiran ix Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 37
Lampiran x Hasil Uji Normalitas Data ... 39
Lampiran xi Hasil Uji Multikolinearitas ... 42
Lampiran xii Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 44
Lampiran xiii Hasil Uji Autokorelasi ... 45
Lampiran xiv Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 46
Lampiran xv Hasil Uji-F ... 47
ABSTRAK
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh retribusi daerah dan pajak daerah terhadap pengalokasian belanja modal. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja modal pada Pemerintah Kabupaten di provinsi Sumatera Utara.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Variabel dalam penelitian ini adalah pajak daerah dan retribusi daerah sebagai variable independen dan belanja modal sebagai variabel dependen.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja modal pada kabupaten di Sumatera Utara. Secara parsial pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada kabupaten di Sumatera Utara. Sedangkan retribusi daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Nilai adjusted R² sebesar 0,260 mengindikasikan bahwa 26 % perubahan belanja modal dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada. Sisanya sebesar 74,00 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak disebutkan dalam model penelitian ini.
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out and to analyze whether local taxes receipt and retributions receipt influence the capital expenditure in North Sumatera province. And so far is the influence to local taxes and retributions receipt.
The analyze method that is used in this research is quantitative method with multiple linier regression with bring about classical assumption test before finding out the best linier method. The variable used in this research are local taxes receipt and retributions receipt as independent variable and capital expenditure as dependent variable.
The result of this research show that, simultaneously taxes receipt and retributions receipt influence significantly toward the capital expenditure of regencies and cities in North Sumatera. Partially local taxes receipt significantly influence toward capital expenditure meanwhile retributions receipt have no significant influence toward the capital expenditure. Adjusted R² show value 0,260 indicates that 26,00 % turning in capital expenditure can be explained by independent variables. The rest 74,00 % explained by other variables are not mentioned in this research model.
Keywords : local taxes receipt, retributions receipt, and capital expenditure.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belanja modal yang sebagai perubahan yang fundamental di dalam
Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) telah mulai dilakukan
pasca reformasi dengan didasarkan pada peraturan-peraturan mengenai
otonomi daerah. Sebelumnya di dalam APBD, pengaokasian untuk jenis
belanja berupa investasi, diklasifikasikan ke dalam belanja pembangunan.
Layaknya belanja pembangunan, belanja modal dilakukan oleh pemerintah
daerah untuk pengadaan asset daerah sebagai investasi, dalam rangka
membiayai pelaksanaan otonomi daerah yang pada akhirnya bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Alokasi belanja modal
disesuaikan dengan kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana untuk
kelancaran aktivitas kegiatan pemerintah daerah tersebut.
Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi
pedoman dalam melakukan pelayanan publik selama satu periode.
Anggaran daerah disebut juga Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Dalam penyusunan APBD, eksekutif dan legislatif melakukan
kesepakatan mengenai Kebijakan Umum APBD dan Plafon Anggaran
yang akan menjadi pedoman dalam penyusunan anggaran pendapatan dan
belanja. Eksekutif akan membuat Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja (RAPBD), kemudian diberikan kepada legislatif untuk dibahas
pelaksanaannya, legislatif akan bertindak sebagai pengawas pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja tersebut.
Dana yang dibutuhkan dalam pemenuhan anggaran belanja yang
telah dibuat berasal dari beberapa sumber. Yang pertama adalah
Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD merupakan sumber penerimaan
yang bergantung pada kemampuan daerah untuk mengolah
sumber-sumber ekonomi asli daerah. Pengolahan tersebut yang akan dimanfaatkan
dalam proses untuk mewujudkan pembangunan daerah yang
berkelanjutan. Dalam proses inilah yang sering disalahgunakan oleh pihak
eksekutif maupun legislatif untuk melakukan keputusan pengalokasian
sesuai dengan kepentingan pribadinya.
Keberhasilan peningkatan PAD hendaknya tidak hanya diukur dari
jumlah yang diterima, tetapi juga diukur dengan perannya untuk mengatur
perekonomian masyarakat agar dapat lebih berkembang, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah. Upaya
peningkatan kemandirian daerah pemerintah daerah juga dituntut untuk
mengoptimalkan potensi pendapatan yang dimiliki dan salah satunya
memberikan proporsi belanja modal yang lebih besar untuk pembangunan
pada sektor-sektor yang produktif di daerah.
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah merupakan
Kedua Undang-Undang di bidang otonomi daerah ini berdampak pada
terjadinya pelimpahan kewenangan yang semakin luas kepada pemerintah
daerah dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efesiensi
penyelenggaraan fungsi pemerintah daerah. Era Otonomi daerah yang
secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia sejak 1 Januari 2001
menghendaki daerah untuk berkreasi mencari sumber penerimaan yang
dapat membiayai pengeluaran pemerintah dalam rangka
menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan.
Untuk dapat memenuhi pengeluaran belanja modal
pemerintah, maka sumber-sumber pendapatan yang ada harus
dapat dioptimalkan. Penerimaan pajak kendaraaan bermotor,
retribusi, pendapatan transfer dan pendapatan lain-lain. Dengan
melakukan optimalisasi pendapatan tersebut, maka pemerintah
dapat memenuhi semua pengeluaran belanja rutin dalam periode
tertentu
Pendapatan Asli Daerah itu sendiri terdiri dari 4 Bagian
yaitu : pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengolahan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pada penelitian ini peneliti membatasi objek penelitian dengan
hanya melingkupi pajak daerah dan retribusi daerah saja. Hal ini
dikarenakan 2 komponen penyumbang Pendapatan Asli Daerah
komponen tersebut diharapkan telah mewakili komponen
Pendapatan Asli Daerah.
Sebagaimana yang diketahui bahwasanya pajak merupakan
iuran wajib rakyat kepada negara. Dari pajak tersebut yang
akhirnya akan digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan.
Oleh karena itu, Pajak daerah juga berperan serta dalam membiayai
pembangunan daerah. Tanpa adanya pajak daerah maka kebutuhan
akan dana pembangunan akan sulit untuk dipenuhi karena telah
diketahui bahwa sebagian besar pendapatan negara kita adalah
berasal dari pajak. Oleh sebab itu permasalahan tentang pajak ini
harus ditangani secara tepat agar iuran pajak ataupun retribusi
daerah dapat dimanfaatkan dengan baik.
Fenomena yang terjadi saat ini adalah sejak otonomi daerah
setiap daerah berusaha menggali potensi keuangannya melalui
Pendapatan Asli Daerah. Dengan demikian seharusnya Pendapatan
Asli Daerah memiliki kontribusi terbesar dalam penerimaan daerah
namun pada praktiknya, Dana Alokasi Umum (DAU) lebih
mendominasi dalam keuangan daerah dimana kedua dana tersebut
digunakan sebagai dana utama untuk membiayai belanja daerah.
Berdasarkan pengumpulan data awal terdapat gambaran adanya
kesenjangan antara komposisi Pendapatan
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa pendapatan
pemerintah daerah yang dikenal dengan nama tax spend hypothesis. Dalam hal ini pengeluaran pemerintah daerah akan disesuaikan dengan perubahan dalam penerimaan pemerintah
daerah atau pendapatan terjadi sebelum perubahan pengeluaran.
Dalam era desentralisasi fiskal diharapkan juga terjadinya
peningkatan pelayanan di berbagai sektor terutama sektor publik.
Peningkatan layanan ini diprediksi dapat meningkatkan daya tarik
bagi investor untuk membuka usaha di daerah. Harapan ini tentu
saja dapat terwujud apabila ada upaya serius pemerintah dengan
memberikan berbagai fasilitas pendukung. Oleh sebab itu, dari
berbagai jenis anggaran belanja daerah Pemerintah Daerah
mengalokasikan dana berbentuk anggaran belanja modal dalam
APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini
didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik
untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk
fasilitas publik .
Terkait dengan hal ini, Irma Syahfitri (2008) melakukan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah pertumbuhan
ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum
berpengaruh terhadap pengalokasian anggaran belanja modal pada
Pemerintahan Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara.
Penelitian terdahulu ini memiliki keterbatasan penelitian dimana
hanya berjumlah 11 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Selain itu
penelitian ini juga hanya dilakukan pada periode 2004-2006. Oleh
karena keterbatasan penelitian terdahulu tersebut, saya selaku
peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian replikasi yang
berjudul Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap
Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten di
Sumatera Utara.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan
sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh secara simultan dan secara
parsial terhadap pengalokasian Belanja modal pada Pemerintah Kabupaten di
Sumatera Utara”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk menguji pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap pengalokasian anggaran Belanja Modal
pada Pemerintah Kabupaten di Sumatera Utar”.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap pengalokasian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Pendapatan Asli Daerah
1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Menurut Mardiasmo (2002:132), “Pendapatan Asli Daerah adalah
penerimaan yang diperoleh dan sektor pajak daerah, retribusi
daerah hasil perusahaan milik daerah hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah
yang sah”. Yang dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah adalah
penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam
wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di
dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari
Pendapatan Asli Daerah, Bagi hasil pajak dan bukan pajak.
2. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 pasal 79 disebutkan bahwa
Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari pajak daerah dan pajak
provinsi.
1) Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal
Menurut Siahaan (2005:7)
“pajak daerah adalah pungutan dari masyarakat oleh negara
(pemerintah) berdasarkan uang-uang yang bersifat dapat
dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan
tidak mendapat prestasi kembali (kontra prestasi/balas jasa) secara
langsung, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran
negara dalam penyelenggaraan pemerintah pemerintahan dan
pembangunan”.
Menurut Undang-Undang No. 34 tahun 2000 tentang perubahan atas
Undang- Undang No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Yang dimaksud pajak daerah adalah Pajak daerah adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung
yang seimabng, yang dipaksakan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
yang digunakan untuk membiayai penyelengaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah.
Dari pengertian pajak daerah tersebut d iatas maka dapat diartikan bahwa
pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur dalam
Undang-Undang tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah dan hasilnya
digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah itu sendiri.
Jenis pajak daerah terbagi 2 yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.
a) Pajak Provinsi
2000, yakni :
(1) pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air,
(2) bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas
air,
(3) pajak bahan bakar kendaraan bermotor,
(4) pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air
permukaan.
b) Pajak Kabupaten / Kota
Jenis-jenis pajak kabupaten/kota antara lain :
(1) pajak hotel,
(2) pajak restoran,
(3) pajak hiburan,
(4) pajak reklame,
(5) pajak penerangan jalan,
(6) pajak pengambilan bahan galian golongan C,
(7) pajak parkir.
2) Retribusi Daerah
Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal
dari retribusi daerah. Ada 3 bentuk retribusi yaitu retribusi jasa umum,
retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu.
3) Hasil Pengolahan kekayan daerah yang dipisahkan
Hasil perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengolahan Kekayaan
berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan. Jenis Pendapatan ini meliputi objek
pendapatan berikut :
a) bagian laba perusahaan milik daerah,
b) bagian laba lembaga keuangan daerah,
c) bagian laba lembaga keuangan non bank,
d) bagian laba atas penyertaan modal/investasi.
4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari
lain-lain milik pemerintah daerah. Jenis Pendapatan ini meliputi objek
pendapatan berikut :
a) hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan,
b) penerimaan jasa giro,
c) penerimaan bunga deposito,
d) denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan,
e) penerimaan ganti rugi atas kerugian / kehilangan kekayaan
daerah.
2. Pajak Daerah a. Pajak Provinsi
1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air adalah
pajak atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor dan
beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat dan
digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya
yang berfungsi untuk mengubah suatu bentuk sumber daya energi
tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan,
termasuk alat-alat besar yang bergerak.
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diAtas Air
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diAtas
Air adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor dan
kendaraan di atas air sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan
sepihak atau keadan yang terjadi karena jual beli, tukar-menukar, hibah,
warisan, atau pemasukan kedalam badan usaha.
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas
bahan baker yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan
bermotor, termasuk bahan baker yang digunakan untuk kendaraan
diatas air.
4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan Tanah
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan Tanah adalah pajak atas pengambilan dan pemanfaatan air
bawah tanah dan atau air permukaan untuk digunakan untuk orang
pribadi atau badan, kecuali untuk keperluan dasar rumah tangga dan
Tarif Pajak Provinsi adalah :
1) pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 5%,
2) bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas
Air 10%,
3) pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 5%,
4) pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan Tanah 20%.
b.Pajak kabupaten/Kota
1) Pajak Hotel
Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel yaitu
bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat
menginap atau beristirahat, memperoleh pelayanan dan/atau yang
fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran termasuk bangunan
lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama,
kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.
2) Pajak Restoran
Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang
disediakan dengan pembayaran di restoran, yaitu tempat yang
disediakan untuk menyantap makanan dan minuman dengan
dipungut bayaran termasuk kedai nasi, kedai kopi , kedai mie,
warung tempat jual makanan/minuman, tempat berdiskotik dan
3) Pajak Hiburan
Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelengaraan hiburan,
yaitu semua jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan,
dan/atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang
ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran
tidak termasuk pengangguran fasilitas untuk berolahraga.
4) Pajak Reklame
Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame
yaitu benda, alat, perbuatan, atau media yang menurut bentuk dan
corak ragamnya untuk tujuan komersial, digunakan untuk
memperkenalkan, menganjurkan, atau memujikan suatu barang,
jasa, atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada
suatu barang, jasa, atau orang yang ditempatkan atau yang dapat
dilihat, dibaca, didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali
yang dilakukan oleh pemerintah.
5) Pajak Penerangan Jalan
Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan
tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut
tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh
Pemerintah Daerah.
6) Pajak Pengambilan Bahan Galian golongan C
Pajak Pengambilan Bahan Galian golongan C adalah pajak
perundangundangan yang berlaku.
7) Pajak Parkir
Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas
penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang
pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok
usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha termasuk
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garansi
kendaraan bermotor yang memungut bayaran.
Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat diartikan bahwa
pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur dalam
Undang-Undang tentang pokok-pokok pemerintahan daerah dan hasilnya
digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah itu sendiri.
Tarif Pajak Kabupaten/Kota adalah :
1) pajak hotel 10%,
2) pajak restoran 10%,
3) pajak hiburan 35%,
4) pajak reklame 25%,
5) pajak penerangan jalan 10%,
6) pajak pengambilan bahan galian golongan C 20%,
7) pajak parkir 20%.
3. Retribusi Daerah
Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi
retribusi perizinan tertentu
a. Retribusi Jasa Umum
Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan
atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati orang pribadi atau badan.
Jenis Retribusi Jasa Umum :
1) pelayanan Kesehatan,
2) pelayaran Persampahan/Kebersihan,
3) penggantian Biaya cetak KTP dan Akte Catatan Sipil,
4) pelayanan pemakaman dan penguburan mayat.
5) Pelayanan Parkir di tepi jalan
6) Pelayanan Pasar
7) Pengujian Kendaraan Bermotor
8) Pemeriksaan alat pemadam kebakaran
9) Penggantian biaya cetak peta
10) Pengujian Kapal Perikanan
b. Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial meliputi
pelayanan dengan memanfaatkan kekayaan daerah yang belum
dimanfaatkan secara optimal dan pelayanan oleh Pemerintah Daerah
sepanjang belum memadai disediakan swasta karena pada dasarnya
Jenis Retribusi Jasa Usaha :
1) pemakaian kekayaan daerah,
2) pasar grosir/pertokoan,
3) tempat pelelangan,
4) terminal,
5) tempat khusus parkir,
6) tempat penginapan/pesanggerahan/villa,
7) penyedotan kakus,
8) rumah potong hewan.
c. Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi Perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan
tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang
pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan,
pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,
penggunaan sumber daya alam barang, prasarana, sarana ataupun
fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu :
1) izin mendirikan bangunan,
2) izin tempat penjualan minuman beralkohol,
3) izin gangguan,
B. Belanja Modal
1. Pengertian Belanja Modal
Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang
manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan
daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya
operasi dan pemeliharaan. Berdasarkan Kepmendagri No. 29 tahun 2002, belanja
modal dibagi menjadi belanja publik dan belanja modal.
a) Belanja publik
Belanja publik yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati
secara langsung oleh masyarakat umum. Contoh belanja public :
pembangunan jembatan dan jalan raya, pembelian alat transportasi
massa dan pembelian mobil ambulans,
b) Belanja operator
Belanja operator yaitu belanja yang manfaatnya tidak secara
langsung oleh operator. Contoh belanja operator : pembelian
kendaraan dinas, pembangunan gedung pemerintahan, dan
pembangunan rumah dinas,
Menurut Halim (2004:73) belanja modal merupakan “belanja yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan
daerah serta akan menambah belanja yang sifatnya rutin seperti biaya
pemeliharaan pada kelompok biaya administrasi umum”. Belanja modal meliputi
antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung, dan bangunan, peralatan
modal dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset
tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi,
termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya
mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan
kualitas aset.
2. Klasifikasi Belanja Modal
Belanja Modal dapat dikategorikan dalam lima kategori
utama yaitu belanja modal tanah, belanja modal peralatan mesin,
belanja modal gedung dan bangunan, belanja modal jalan irigasi
dan jaringan, dan belanja modal fisik lainnya.
a) Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Tanah adalah pengeluaran/biaya yang
digunakan untuk pengadaan/pembelian/pembebasan/ penyelesaian,
balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurungan,
pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya
sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah
dimaksud dalam kondisi siap pakai.
b) Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah
pengeluaran/biaya yang digunakan untuk
pengadaan/penambahan/pernggantian/ dan peningkatan kapasitas
peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan
dimaksud dalam kondisi siap pakai.
c) Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah
pengeluaran/biaya yang digunakan untuk
pengadaan/penambahan/penggantian dan termasuk pengeluaran
untuk perencanaan, pengawasan, pengelolaan pembangunan
gedung dan bangunan yang menambah kapasitas gedung sampai
gedung sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap
pakai.
d) Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Belanja Modal Jalan, Irigasi Dan Jaringan adalah
pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan / penambahan
/ penggantian / peningkatan pembangunan / pembuatan serta
perawatan dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan,
pengawasan, dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang
menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud
dalam kondisi siap pakai.
e) Belanja Modal Fisik Lainnya
Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran/biaya
yang digunakan untuk pengadaan / penambahan / penggantian /
peningkatan / pembangunan / pembuatan / serta perawatan
terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke dalam
bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja
ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian
barang-barang kesenian, barang-barang purbakala dan barang-barang untuk museum,
hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah.
C. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.3
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti Variabel Hasil
Syahfitri Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan Pendapatan Asli Daerah
Syukriy
Pendapatan Asli Daerah
tidak berpengaruh
terhadap Belanja Modal
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah.
1. Pada penelitian ini memiliki dua variabel baru yaitu Pajak daerah dan Retribusi
Daerah yang juga merupakan komponen dari Pendapatan Asli Daerah. Disini
peneliti ingin menguji apakah variabel ini juga berpengaruh terhadap Belanja
Modal.
2. Sampel penelitian pada penelitian ini lebih banyak dibandingkan dengan
penelitian sebelumnya yang memiliki objek serupa. Pada penelitian sebelumnya,
sampel yang digunakan sebanyak 12 kabupaten/kota, sedangkan pada penelitian
ini sampel yang digunakan sebanyak 19 kabupaten/kota.
D. Kerangka Konseptual 1. Kerangka Konseptual
Penelitian ini merupakan suatu kajian yang berangkat dari
berbagai konsep teori dan kajian penelitian yang mendahuluinya.
Dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah daerah diberi
kewenangan dalam menggali sumber keuangan sendiri dalam
membiayai sendiri segala kegiatan daerahnya. Sumber penerimaan
keuangan yang mmemberikan kontribusi terbesar dalam
Pendapatan Asli Daerah yaitu : Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
masyarakat dan sudah selayaknya Pemerintah Daerah
mengalokasikannya dalam bentuk belanja modal untuk mendukung
kegiatan pemerintah, memfasilitasi, kegiatan perekonomian
masyarakat dalam bentuk sarana maupun prasarana untuk
pelayanan public lainnya sebagai tujuan meningkatkan kualitas
layanan publik.
Gambar 2.4
Kerangka Konseptual
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual diatas maka Pajak Daerah
(X1)
Retribusi Daerah (X2)
Belanja Modal (Y) H1
H3
hipotesis dari penelitian ini adalah :
H1 : Pajak Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap pengalokasian Belanja Modal.
H2 : Retribusi Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap pengalokasian Belanja Modal.
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kausal atau hubungan sebab
akibat. Menurut Umar (2003:30) “Desain kausal berguna untuk mengukur hubunganhubungan antara variabel riset, atau berguna untuk menganalisis
bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Rochaety (2009:63) “ Populasi : sekelompok orang,
kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu”.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintah Kabupaten
terdapat di Sumatera Utara pada tahun 2008-2010. Jumlah populasi adalah
25 Kabupaten yang ada di Sumatera Utara.
Tabel 3.2
Daftar Populasi Pemerintahan Kabupaten di Sumatera Utara
Nomor Pemerintah Kabupaten
1 Kabupaten Asahan
2 Kabupaten Batubara
3 Kabupaten Dairi
4 Kabupaten Deli Serdang
5 Kabupaten Humbang Hasundutan
6 Kabupaten Karo
7 Kabupaten Labuhan Batu
8 Kabupaten Labuhan Batu Selatan 9 Kabupaten Labuhan Batu Utara
10 Kabupaten Langkat
11 Kabupaten Mandailing Natal 12 Kabupaten Nias
16 Kabupaten Padang Lawas 17 Kabupaten Padang Lawas Utara 18 Kabupaten Pakpak Barat
19 Kabupaten Samosir
20 Kabupaten Serdang Bedagai 21 Kabupaten Simalungun 22 Kabupaten Tapanuli Selatan 23 Kabupaten Tapanuli Tengah 24 Kabupaten Tapanuli Utara 25 Kabupaten Toba Samosir 26 Kabupaten Gunung Sitoli
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Utara
Menurut Rochaety (2009:63) “Sampel : sebagian dari unit-unit
populasi yang diperoleh melalui sampling tertentu”. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan cara purposive sampling yaitu teknik
penentuan sampel karena memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan
oleh peneliti.
Adapun pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti dalam
pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
1. Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang mempublikasikan laporan
keuangannya secara konsisten dari tahun 2008-2010,
2. Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang tidak merupakan daerah
pemekaran selama tahun 2008-2010.
C. Jenis dan Sumber Data
Menurut jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul
data seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan dipublikasikan kepada
merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam
bentuk tabel, grafik, diagram, gambar dan sebagainya sehingga lebih
informatif jika digunakan oleh pihak lain”.
Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan data time series. Data time series merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang terdapat dalam beberapa internal waktu tertentu, misalnya dalam
waktu mingguan, bulanan, atau tahunan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik
dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data yang diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara yaitu internet. Selain itu peneliti juga
mengumpulkan data-data dari Laporan Realisasi Penerimaan dan Belanja
Pemerintah Kabupaten/Kota sejak tahun 2005-2008 dengan bersumber
dari laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah yang dipublikasikan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS).
E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variable
independen dan Variabel dependen.
1. Variabel independen atau bebas (X)
Menurut Umar (2003:50), “Variabel Independen (bebas) adalah
variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain”. 2. Variabel dependen atau terikat (Y)
variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel independen”.
Tabel 3.5
Defenisi Operasional Variabel
Jenis Variabel Nama
Variabel
Defenisi
Independen
(X1)
Pajak Daerah Pajak Daerah
pemberian izin
Dependen (Y) Belanja Modal Belanja Modal
adalah
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis statistik dengan menggunakan bantuan program Software SPSS for windows 18.0. Adapun tahapan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Pengujian asumsi klasik
Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model
dari penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik.
Syarat-syarat tersebut adalah harus terdistribusi secara normal, tidak
itu sebelum melakukan pengujian regresi linier berganda perlu dilakukan
terlebih dahulu pengujian asumsi klasik.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi, variabel penganggu atau
residual memiliki distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data
normal atau mendekati data normal. Jika terdapat data yang
terdistribusi secara tidak normal maka uji statistik t dan F
tidak dapat diterapkan. Pengujian tentang normal atau
tidaknya suatu data dilakukan dengan 2 cara yaitu : dengan
analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik untuk
melihat distribusi normal dapat dilihat dengan grafik
histogram dan grafik normal Probability-Plot. Sedangkan
dengan uji statistik dapat dilakukan dengan uji non
parametric Kolmogorov-Smirnov. b. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar
variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
bebasnya. Jika variable bebas (independen) saling
Variabel Orthogonal adalah adalah variabel independen yang nilai
korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas didalam suatu model regresi
adalah sebagai berikut.
1) Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolonieritas VIF =1/Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10=0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance.
2) Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel
independen kurang dari 0,70 maka model dapat dinyatakan bebas
dari asumsi klasik multikolonieritas. Jika lebih dari 0,7 maka
diasumsikan terjadi korelasi yang sangat kuat antarvariabel
independen sehingga terjadi multikolonieritas.
3) Jika nilai koefisien determinan, baik dilihat dari R2 maupun
R-square diatas 0,60 namun tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dimodel terkena
multikolonieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel
pengganggu dari suatu pengamatan dengan pengamatan
pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan
jika berbeda disebut Heteroskedastistas. Suatu model
regresi yang baik adalah tidak terjadi Heteroskedasitas
(Homoskedastisitas). Ada beberapa cara untuk mendeteksi
ada atau tidaknya heteroskedastisitas.
1) melihat Grafik Plot,
2) uji Park,
3) uji Glejser,
4) uji White.
Kebanyakan data crosssection mengandung situasi
Heterokedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili
berbagai ukuran (kecil, sedang, besar).
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah
dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
dengan periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Jika terjadi
korelasi maka dinamakan ada masalah autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan sepanjang waktu berkaitan satu
(kesalahan penggangu) tidak bebas dari satu observasi ke
obsertvasi berikutnya. Hal ini sering ditemukan pada data
runtut waktu (timeseries) karena “gangguan” pada seorang
individu/kelompok cenderung mempengaruhi seorang
individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya.
2. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi sederhana (single regression) dan analisis regresi berganda
(multiple regressions). Hipotesis pertama (H1) dan hipotesis kedua (H2) dianalisis dengan model regresi linear sederhana untuk melihat pengaruh
masing-masing variabel yaitu pajak daerah dan retribusi daerah terhadap
belanja modal secara terpisah sedangkan Hipotesis ketiga dianalisis
dengan model regresi berganda untuk melihat pengaruh seluruh variabel
secara serentak. Hipotesis ini juga dapat dianalisis dengan melakukan uji:
a. Uji statistik “t” atau uji signifikan parameter individual, untuk
menunjukkan seberapah jauh pengaruh satu variabel penjelas atau
independen secara individual dalam menerangkan variasi variable
dependen.
Pengujian hipotesis pertama (H1) dianalisis dengan regresi sederhana untuk melihat pengaruh variabel pajak daerah terhadap
belanja modal secara parsial.
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat atau
dependen. Pengujian hipotesis ketiga dianalisis dengan regresi
berganda untuk melihat pengaruh varibel pajak daerah dan retribusi
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
Sumatera Utara adalah sebuah Provinsi di Pulau Sumatera yang berada
di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1°-4° Lintang Utara dan 98°-100° Bujur Timur atau terbesar ketujuh dari luas wilayah Republik Indonesia.
Batas wilayah Sumatera Utara sebagai berikut.
Utara : berbatasan dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam,
Selat Malaka,
Selatan : berbatasan dengan Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat,
Samudera Indonesia,
Barat : berbatasan dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan
Samudera Indonesia,
Timur : berbatasan dengan Selat Malaka.
Berbatasan letak dan kondisi alamnya, Sumatera Utara dibagi atas 3 k
elompok wilayah yaitu :
1. Pantai barat ( Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga, dan Nias),
2. Daratan tinggi (Tapanuli Utara, Simalungun, Pematang Siantar, Karo,
dan Dairi),
3. Pantai timur (Medan, Binjai, Langkat, Tebing Tinggi, Asahan, Tanjung
Balai, dan Labuhan Batu).
Pusat pemerintahan Sumatera Utara terletak di Kota Medan.
Indonesia merdeka pada tahun 1945. Pada Tahun 1950, Provinsi Sumatera
Utara dibentuk meliputi sebagian Aceh. Tahun 1956, Aceh dipisahkan
menjadi Daerah Otonom dari Provinsi Sumatera Utara. Luas daratan
propinsi Sumatera Utara adalah 71.680 km2 dibagi kepada 25 kabupaten, 8
kota (dahulu kotamadya), 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahan/desa.
Sumatera Utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah
penduduknya di Indonesia, yang dihuni oleh penduduk dari berbagai suku
seperti Melayu, Batak, Nias, Aceh, Minangkabau, Jawa, dan menganut
berbagai agama seperti Islam, Kristen, Buddha, Hindu, dan berbagai aliran
keperayaan lainnya. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk
2000, penduduk Sumatera Utara berjumlah 11,5 juta jiwa (seperlima dari
203,5 juta jiwa penduduk Indonesia) dengan pertumbuhan 1,20 % per
tahun sejak tahun 1990. Jumlah tersebut bertambah menjadi sekitar 11,9
juta jiwa pada tahun 2003 berdasarkan Hasil Sementara Pendaftaran
Pemilih dan Pendaftaran Penduduk.
Sebelum melakukan pembahasan mengenai data secara statistik
harus terlebih dahulu memperhatikan data kabupaten yang telah ditentukan
sebagai sampel. Adapun kabupaten yang terpilih menjadi sampel
penelitian berdasarkan pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti adalah
sebanyak 19 sampel untuk setiap tahunnya. Kabupaten yang menjadi
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai
nilai minimum, nilai
maksimum, nilai rata-rata, dan standard deviasi data yang
digunakan dalam penelitian.
Tabel 4.1 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LN_BM 31 11.30 27.28 20.4710 6.72757
LN_RD 30 7.85 23.05 17.0264 6.63140
LN_PD 30 7.63 23.61 17.1604 6.55121
Valid N (listwise) 28
Sumber: Hasil Olah Data SPSS (lampiran iv)
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa (dalam ribuan rupiah) :
a. Rata-rata dari belanja modal adalah 20.4710 dengan
standard deviasi 6.72757 dan jumlah data yang ada
adalah 30. Nilai belanja modal (Y) tertinggi adalah
27.28 dan nilai belanja modal terendah adalah 11.30
b Rata-rata dari pajak daerah adalah 17.0246 dengan
standard deviasi 6.63140 dan jumlah data yang ada
adalah 30. Nilai pajak daerah (X1) tertinggi adalah
c. Rata-rata dari retribusi daerah adalah 17.0264
dengan standard deviasi 6.63140 dan jumlah data
yang ada adalah 76. Nilai retribusi daerah (X2)
tertinggi adalah adalah 23.61 dan nilai retribusi
daerah terendah adalah 7.63.
2. Pengujian Asumsi Klasik a) Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data
dalam variabelyang akan digunakan dalam penelitian memiliki
distribusi normal atau tidak. Untuk menguji apakah data penelitian
ini terdistribusi normal atau tidak dapatdideteksi melalui dua cara
yaitu analisis grafik dan uji statistik.
1) Analisis Grafik
Hasil dari uji normalitas dengan grafik histogram,
Gambar 4.1
Sumber: Hasil Olah Data SPSS (lampiran x)
Hasil uji normalitas diatas memperlihatkan bahwa
pada grafik histogram terebut memberikan pola distribusi
data megikuti kurva berbentuk lonceng yang tidak menceng
(skewness) kiri maupun menceng kanan. Sehingga dapat
Gambar 4.2
Sumber: Hasil Olah Data SPSS (lampiran xi)
Berdasarkan pada gambar 4.2, Ghozali (2005) menyatakan
bahwa “jika distribusi data adalah normal, maka terdapat titik-titik
yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya
mengikuti arah garis diagonalnya”. Dari hasil uji normalitas diatas,
dengan menggunakan grafik normal plot, terlihat titik-titik
menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya agak
mendekati dengan garis diagonal sehingga dapat disimpulkan
bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.
2) Uji statistik
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini
H0 : Data residual berdistribusi normal
H1 : Data residual tidak berdistribusi normal
H0: Diterima apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, sedangkan
H0: Ditolak jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4.2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test transformasi data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N 28
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .96225045
Most Extreme Differences Absolute .118
Positive .118
Negative -.084
Kolmogorov-Smirnov Z .622
Asymp. Sig. (2-tailed) .834
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Olah Data SPSS (lampiran xii)
Hasil analisis metode one Sample Kolmogorov-Smirnov, menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,62 dan tidak signifikan pada 0,05
(karena Asymp. Sig (2 tailed) 0.834 > dari 0,05) jadi kita tidak
dapat menolak H0 yang mengatakan bahwa residual terdistibusi
secara normal atau dengan kata lain variabel residual berdistribusi
b) Uji Multikolonieritas
Uji multikoloniearitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen
lain dalam satu model. Menurut Ghozali (2005) “adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai variance inflation factor (VIF). Batas tolerance value adalah 0,1 dan batas VIF
adalah 10”. Apabila tolerance value < 0,1 atau VIF > 10 = terjadi
Tabel 4.4
Uji Multikolinearitas
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 18(lampiran viii)
Berdasarkan hasil pengujian diatas, dapat dilihat bahwa angka
Tolerance pajak daerah (PD), retribusi daerah (RD) > 0,10 dan VIF nya >
10. Hasil Pengujian ini mengindikasikan bahwa terjadi multikolonieritas
diantara variabel independen dalam penelitian. Tindakan perbaikan yang
dilakukan dalam penelitian ini menggunakan salah satu dari beberapa cara
yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu dengan menggunakan
transformasi seluruh variabel penelitian ke dalam fungsi Logaritma
Natural (LN), sehingga data pajak daerah dan retribusi daerah menjadi
LN_pajak daerah atau LN(PD) dan LN_retribusi daerah atau LN(RD).
c) Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya
perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode
Coefficientsa
heteroskedastisitas. Grafik scatterplot digunakan dalam penelitian ini
untuk mengetahui apakah dalam penelitian terjadiheterokedastisitas.
Analisis pada gambar scatterplot yang menyatakan model regresi linier
berganda tidak terdapat heterokedastisitas. Metode pengambilan
keputusan dengan uji heteroskedastisitas dengan melihat scatterplots yaitu
dengan melihat jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di
atas dan dibawah 0 pada sumbu Y maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi masalah pada heteroskidastisitas pada model regresi. Dari table 4.5
dapat disimpulkan bahwa titk-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas
di atas dan di bawah sumbu 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan
bahwa pada model regresi tidak terjadi masalah heteroskidastisitas.Hasil
dari uji heterokedastisitas dapat dilihat pada grafik scatterplot berikut ini :
Gambar 4.5
Gambar scatterplot diatas memperlihatkan bahwa titik-titik
menyebar secara acak serta tidak membentuk pola tertentu atau tidak
teratur, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu
Y. Gambar scatterplot ini mengindikasikan tidak terjadi heterokedastisitas
pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai untuk
memprediksi variabel dependen (belanjamodal) berdasarkan masukan
variabel independen yaitu pajak daerah dan retribusi daerah.
d) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi
antara variabel pengganggu pada periode tertentu (t) dengan variabel
pengganggu periode sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi, maka terdapat
problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul
karena residual atau kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi
ke observasi lainnya. Hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.6
a. Predictors: (Constant), LN_PD, LN_RD
b. Dependent Variable: LN_BM
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 18(Lampiran x)
Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi
adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson dengan ketentuan dari Prof.Singgih sebagai berikut :
1) angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif,
2) angka D-W diantara -2 sampai +2 , berarti tidak ada autokorelasi,
3) angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif,
Pada bagian model summary, hasil pengujian diatas terlihat bahwa
angka D-W sebesar +1.810 (-2<1.810<+2) karena angka D-W diantara -2
sampai +2, maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak ada
autokorelasi.
e) Analisis Regresi
independen dan variabel dependen, melalui pengaruh LN_X1 (pajak
daerah) dan LN_X2 (retribusi daerah) terhadap LN_Y (belanja modal).
Hasil regresi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.7
a. Predictors: (Constant), LN_PD, LN_RD
b. Dependent Variable: LN_BM
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (lampiran xi)
Hasil Analisis Regresi
a. Dependent Variable: Ln_BM
Berdasarkan nilai-nilai koefisien diatas, persamaan regresi yang
dapat disusun untuk variabel pajak daerah dan retribusi daerah adalah
(dalam ribuan rupiah) Dari tabel 4.7 ANNOVA terlihat bahwa kolom
significance secara keseluruhan untuk tahun 2008 s/d 2010 adalah 0,099 lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima, kesimpulannya yaitu PD dan RD
secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap BM.
C. Pengujian Hipotesis 1. Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap
variabel independennya. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan
Tabel 4.8
a. Dependent Variable: LN_BM
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 18 (Lampiran xii)
Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis tersebut
adalah sebagai berikut:
Pajak daerah (LN_PD) mempunyai nilai signifikansi 0.025
yang berarti nilai ini lebih kecil dari 0.05, sedangkan nilai t hitung
2.295 > t tabel 1,992997. {ttabel = (α,0.05 ; df, 73 = 1,992997)}.
Berdasarkan kedua nilai tersebut disimpulkan bahwa H0 ditolak, ini
menunjukkan bahwa secara parsial pajak daerah berpengaruh
signifikan terhadap belanja modal, retribusi daerah (LN_RD)
mempunyai nilai signifikansi 0.803 yang jauh lebih besar dari 0.05,
dan nilai t hitung 0.250 < t tabel 1,992997 {t-tabel = (α,0.05 ; df, 73 =
1,992997). Dapat disimpulkan bahwa variabel retribusi daerah
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap belanja modal.
2. Uji Simultan (Uji F)
Menguji pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah secara
dapat dilihat pada tabel berikut:
a. Predictors: (Constant), LN_PD, LN_RD
b. Dependent Variable: LN_BM
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 18 (Lampiran xiii)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat, bahwa nilai F hitung
adalah 14.144, dengan tingkat signifikansi 0.000 yang lebih kecil
dari 0.05, ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen,
LN_X1 (pajak daerah) dan LN_X2 (retribusi daerah) secara
bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap LN_Y
(belanja modal). Hasil analisis ini diperkuat dengan
membandingkan antara nilai F hitung 14.144 yang jauh lebih besar
dari F tabel 3,122103, dimana F tabel dihitung dengan
menggunakan fungsi FINV pada microsoft office excel
{(α=0,05:2:73)=3.122103}.
D. Pembahasan hasil analisis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara
pajak daerah dan retribusi daerah terhadap belanja modal pada Pemerintah
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen yaitu
pajak daerah dan retribusi daerah dapat berpengaruh signifikan positif
terhadap variabel dependen belanja modal, yang ditunjukkan oleh nilai
signifikansi F (0.000) < 0.05 dan F hitung 14.144 > F tabel 3,122103.
Hasil pengujian variabel penelitian secara parsial, didapati bahwa
variabel independen, yaitu pajak daerah berpengaruh signifikan positif
terhadap variabel dependen yaitu belanja modal. Hal ini sesuai dengan
nilai signifikansi t untuk variabel pajak daerah yang lebih kecil dari 0.05 .
Nilai signifikansi ini didukung dengan nilai t hitung 2.295 > t tabel
1,992997. Variabel retribusi daerahberpengaruh tetapi tidak signifikan.
Hal ini sesuai dengan nilai signifikansi untuk retribusi daerah yang lebih
besar dari 0.05.
Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran
belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja
modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana,
baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk
fasilitas publik. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik,
pemerintah daerah seharusnya mengubah komposisi belanjanya. Selama
ini belanja daerah lebih banyak digunakan untuk belanja rutin yang relatif
kurang produktif, seperti belanja barang dan jasa aparatur daerah, serta
belanja pemeliharaan.
Saragih (2003) menyatakan bahwa “pemanfaatan belanja
melakukan aktivitas pembangunan”. Penerimaan pemerintah hendaknya lebih banyak digunakan untuk program-program pelayanan publik, hal ini
menyiratkan pentingnya mengalokasikan belanja pemerintah daerah untuk
berbagai kepentingan publik. Dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal,
menunjukkan bahwa potensi fiskal pemerintah daerah antara satu dengan
daerah yang lain bisa jadi sangat beragam. Perbedaan ini pada gilirannya
dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang beragam pula. Pemberian
otonomi yang lebih besar akan memberikan dampak yang lebih besar bagi
pertumbuhan ekonomi, hal inilah yang mendorong daerah untuk
mengalokasikan secara lebih efisien berbagai potensi lokal untuk
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pengujian hipotesis penelitian dan pengujian regresi
berganda dapat diperoleh:
1. Bahwa Pajak Daerah mempunyai pengaruh terhadap Belanja
Modal, sementara Retribusi Daerah mempunyai pengaruh yang positif
terhadap Belanja Modal. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
Pajak Daerah memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap Belanja
Modal.
2. Secara simultan dapat diambil kesimpulan bahwa pajak daerah dan
retribusi daerah memiliki pengaruh positif terhadap Belanja Modal.
3. Angka R square atau koefisien determinasi adalah 0.315. Hal ini
berarti bahwa 27,90% variasi atau perubahan dari Pajak Daerah dan
Retribusi daerah, sedangkan sisanya sebesar 72,10 % dijelaskan oleh
B. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil
penelitian ini bagi pemerintah, dan bagi peneliti selanjutnya.
1. Bagi Pemerintah
a. Semakin efektif dalam mengelola Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah sehingga realisasi Belanja Modal semakin meningkat
yang kemudia akan meningkatkan Pengalokasian Belanja
Modal
b. Meningkatkan efisiensi, efektivitas dan profesionalisme
aparatur publik dan lembaga-lembaga publik di daerah dalam
mengelola sumber daya daerah serta meningkatkan kualitas
pelayanan umum
2. Penelitian selanjutnya disarankan agar lebih memperbanyak jumlah
variable, periode, dan sampel yang akan digunakan, sehingga akan
diperoleh sampel yang banyak dan hasil yang lebih akurat. Selain
memperbanyak sampel kabupaten di luar Sumatera Utara, peneliti
juga menyarankan untuk mengambil jangka waktu yang lebih lama