SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS, LEVERAGE, DAN PROFITABILITAS TERHADAP PERUBAHAN HARGA
SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA
OLEH
AGUS
050503236
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh
Likuiditas, Leverage, dan Profitabilitas Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar,
saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, Maret 2011 Yang membuat pernyataan,
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dan hormat kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena atas
berkat dan kuasa-Nya saya mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Sepanjang proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak
bantuan, dukungan, serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MSi, Ak. selaku Ketua Program Studi S-1 Departemen Akuntansi dan Dosen
Pembimbing serta Sekretaris Program Studi S-1 Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak selaku Dosen Pembanding/ Penguji I dan Ibu Dra. Salbiah, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding/ Penguji II atas segala
masukan dan saran yang telah diberikan.
4. Kepada ayah tercinta Murni Salim (alm) dan ibunda tercinta Nurhajaty. Terima kasih banyak untuk kasih sayang, didikan, dan dukungan berupa
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua
pihak. Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat dan karunia-Nya. Amin.
Medan, Maret 2011
Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah likuiditas, leverage, dan profitabilitas berpengaruh terhadap perubahan harga saham baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah current
ratio (CR), debt to asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER), return on asset
(ROA), return on equity (ROE) dan earnings per share (EPS) dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan harga saham.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009 dimana jumlah populasi yang digunakan adalah sebanyak 37 perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling dimana jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 24 sampel dengan 72 amatan. Pengujian penelitian ini menggunakan regresi linear berganda.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa secara uji simultan current ratio (CR), debt to asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER), return on asset (ROA),
return on equity (ROE), dan earning per share (EPS) berpengaruh signifikan
terhadap perubahan harga saham. Secara parsial debt to equity ratio (DER) dan
earnings per share (EPS) yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga
saham. Current ratio (CR), debt to asset ratio (DAR), return on asset (ROA), dan
return on equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga
saham.
ABSTRACT
This study aimed to determine whether the liquidity, leverage and profitability impact on stock price movements either simultaneously or partially on consumption goods companies listed in Indonesia Stock Exchange. Independent variables used in this study were current ratio (CR), debt to asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER), return on assets (ROA), return on equity (ROE) and earnings per share (EPS) and the dependent variable in this study is the change in stock price.
The population used in this research is that consumer goods companies listed on the Stock Exchange in 2007-2009 where the total population was used as many as 37 companies. The sampling technique used was purposive sampling technique in which the number of samples obtained in this study were 24 samples with 72 observations. Tests for this study using multiple regression linear.
The result showed that a simultaneous test of current ratio (CR), debt to asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER), return on assets (ROA), return on equity (ROE) and earnings per share (EPS) have a significant effect on stock price changes. Partially debt to equity ratio (DER) and earnings per share (EPS) that have a significant effect on stock price movements. Current ratio (CR), debt to asset ratio (DAR), return on assets (ROA) and return on equity (ROE) have no significant effect on stock price movements.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 7
1.Rasio Lancar (Current Ratio) ... 7
3. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio / DER) ... 9
4. Pengembalian atas Total Aktiva (Return on Asset / ROA) ... 10
5. Pengembalian atas Ekuitas Saham (Return on Equiy / ROE) ... 11
6. Earnings Per Share (EPS) ... 11
7. Saham ... 12
a. Pengertian Saham ... 12
b. Perubahan Harga Saham ... 16
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu... 19
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 21
1. Kerangka Konseptual ... 21
2. Hipotesis Penelitian ... 22
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 23
B. Jenis dan Sumber Data ... 23
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
D. Metode Pengumpulan Data ... 25
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 26
1. Variabel Penelitian ... 26
2.Pengukuran Variabel ... 28
F. Metode Analisis Data ... 29
2. Model Regresi Berganda ... 31
3. Pengujian Hipotesis... 32
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ... 34
B. Pengujian Asumsi Klasik ... 35
1. Hasil Uji Normalitas... 36
2. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 38
3. Hasil Uji Autokorelasi ... 40
4. Hasil Uji Multikolinearitas ... 41
C. Pengujian Hipotesis ... 42
1. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 42
2. Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji F)... 43
3. Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 45
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 53
B. Keterbatasan ... 54
C. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 19
Tabel 3.1 Sampel Penelitian ... \25
Tabel 3.2 Pengukuran Variabel... 28
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 34
Tabel 4.2 One–Sample Kolmogorov–Smirnov Test ... 38
Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi ... 40
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 42
Tabel 4.5 Adjusted R2 ... 43
Tabel 4.6 Hasil Uji F ... 45
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 21
Gambar 4.1 Grafik Histogram ... 36
Gambar 4.2 Grafik P-P Plot ... 37
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran i Populasi dan Sampel Penelitian ... 58
Lampiran ii Data Penelitian ... 61
Lampiran iii Statistik Deskriptif ... 68
Lampiran iv Uji Normalitas ... 68
Lampiran v Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 70
Lampiran vi Hasil Uji Autokorelasi ... 71
Lampiran vii Hasil Uji Multikolinearitas ... 71
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah likuiditas, leverage, dan profitabilitas berpengaruh terhadap perubahan harga saham baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah current
ratio (CR), debt to asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER), return on asset
(ROA), return on equity (ROE) dan earnings per share (EPS) dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan harga saham.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009 dimana jumlah populasi yang digunakan adalah sebanyak 37 perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling dimana jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 24 sampel dengan 72 amatan. Pengujian penelitian ini menggunakan regresi linear berganda.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa secara uji simultan current ratio (CR), debt to asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER), return on asset (ROA),
return on equity (ROE), dan earning per share (EPS) berpengaruh signifikan
terhadap perubahan harga saham. Secara parsial debt to equity ratio (DER) dan
earnings per share (EPS) yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga
saham. Current ratio (CR), debt to asset ratio (DAR), return on asset (ROA), dan
return on equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga
saham.
ABSTRACT
This study aimed to determine whether the liquidity, leverage and profitability impact on stock price movements either simultaneously or partially on consumption goods companies listed in Indonesia Stock Exchange. Independent variables used in this study were current ratio (CR), debt to asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER), return on assets (ROA), return on equity (ROE) and earnings per share (EPS) and the dependent variable in this study is the change in stock price.
The population used in this research is that consumer goods companies listed on the Stock Exchange in 2007-2009 where the total population was used as many as 37 companies. The sampling technique used was purposive sampling technique in which the number of samples obtained in this study were 24 samples with 72 observations. Tests for this study using multiple regression linear.
The result showed that a simultaneous test of current ratio (CR), debt to asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER), return on assets (ROA), return on equity (ROE) and earnings per share (EPS) have a significant effect on stock price changes. Partially debt to equity ratio (DER) and earnings per share (EPS) that have a significant effect on stock price movements. Current ratio (CR), debt to asset ratio (DAR), return on assets (ROA) and return on equity (ROE) have no significant effect on stock price movements.
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana efektif untuk mempercepat
pembangunan suatu negara, hal ini dimungkinkan karena pasar modal merupakan wahana yang dapat menggalang pengerahan dana jangka panjang dari masyarakat
untuk disalurkan ke sektor – sektor produktif. Ketika pasar modal Indonesia diaktifkan kembali, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai. Pertama, untuk memobilisasi dana di luar sistem perbankan. Kedua, untuk memperluas distribusi kepemilikan saham terutama untuk pemodal-pemodal kecil atau dengan adanya
perusahaan yang go public berarti memberikan kesempatan bagi masyarakat kecil untuk memiliki saham dan menikmati keuntungan atau meratakan pendapatan masyarakat. Ketiga, untuk memperluas dan memperdalam sektor keuangan.
Menurut Husnan (1998: 47) para pemodal menghadapi kesempatan investasi yang
beresiko, pilihan investasi tidak dapat hanya dengan mengandalkan pada tingkat
keuntungan yang diharapkan. Apabila pemodal mengharapkan untuk memperoleh tingkat
keuntungan yang tinggi, maka ia harus bersedia menanggung resiko yang tinggi pula.
Salah satu karakteristik investasi pada sekuritas adalah kemudahan untuk membentuk
diversifikasi investasinya pada berbagai kesempatan investasi. Oleh karena itu, perlu
dipahami tentang proses investasi mulai dari ekuitas apa yang akan dipilih, berapa
banyak, dan kapan investasi tersebut akan dilakukan. Investor akan menanamkan
investasinya pada perusahaan yang dianggap dapat memberikan keuntungan. Perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan selalu dinilai perkembangannya oleh
investor dan calon investor. Para investor dan calon investor dapat menilai apakah
perusahaan tersebut memiliki prospek yang baik di masa depan atau tidak.
Harga saham merupakan indikator adanya keberhasilan manajemen dalam
mengelola perusahaan. Jika harga saham suatu perusahaan selalu mengalami kenaikan,
maka investor atau calon investor menilai bahwa perusahaan berhasil dalam mengelola
usahanya. Kepercayaan investor atau calon investor sangat bermanfaat bagi emiten,
karena semakin banyak orang yang percaya terhadap emiten maka keinginan untuk
berinvestasi pada emiten tersebut semakin kuat. Menurut teori, semakin banyak
permintaan terhadap saham suatu emiten maka akan menaikkan harga saham emiten
tersebut. Jika harga saham yang tinggi dapat dipertahankan maka kepercayaan investor
atau calon investor terhadap emiten juga semakin tinggi, dan hal ini menaikkan nilai
emiten. Sebaliknya, jika harga saham selalu mengalami penurunan terus -menerus berarti
akan menurunkan nilai emiten di mata investor atau calon investor.
Menurut Sutojo dan Suprapto dalam Anoraga (2001: 87), pasar modal Indonesia
memiliki bentuk efisiensi pasar yang lemah dimana harga-harga kurang mencerminkan
semua informasi yang ada pada catatan harga di waktu yang lalu, yang memiliki
tidak dapat memprediksi harga di masa yang akan datang. Oleh karena itu, investor
melakukan pendekatan fundamental dalam menilai suatu saham, yaitu pendekatan yang
didasarkan pada informasi yang diterbitkan oleh perusahaan yang go public. Dalam hal
ini yang dinilai investor adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dan
keuntungan yang diperoleh investor tercermin pada laba bersih per saham.
Harga saham pada perusahaan barang konsumsi mengalami perkembangan yang
berfluktuasi dari tahun 2007 hingga tahun 2009. Kondisi tersebut dapat terlihat dari data
harga saham pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI pada tahun 2007
sampai 2009 pada Tabel 1.1
Tabel 1.1
Besarnya CR, DAR,DER, ROE, ROA, EPS dan Perubahan Harga Saham Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI
Tahun 2007 – 2009
Perubahan harga saham rata-rata per tahun pada perusahaan barang konsumsi selalu mengalami fluktuasi. Dari tabel 1.1 terlihat bahwa perubahan harga saham
sangat dipengaruhi oleh besarnya CR, DAR,DER, ROE, ROA dan EPS. Pada tahun 2007 besarnya CR sebesar 356,48, DAR sebesar 0,41%, DER sebesar 90%, ROA
menjadi 14,23% , ROE meningkat menjadi 26,44% , EPS meningkat sebesar Rp 1257,40 dan perubahan harga saham menunjukkan peningkatan 10%. Pada tahun 2009, besarnya CR menurun menjadi 300,07%, DAR menurun menjadi sebesar 40%,
DER meningkat menjadi sebesar 105%, ROA meningkat menjadi 15,51%, ROE meningkat menjadi 43,34%, EPS meningkat sebesar Rp 1790,97 dan perubahan harga
saham menunjukkan peningkatan 30%. Dari keterangan tersebut jelas bahwa besarnya perubahan harga saham sangat dipengaruhi oleh besarnya CR, DAR, DER, ROE, ROA, dan EPS.
Untuk memilih sekuritas mana yang akan dipilih dan perusahaan mana yang cocok untuk berinvestasi, investor harus mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham. Menurut Arifin (2001: 116–125), faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham antara lain adalah kondisi fundamental perusahaan, hukum permintaan dan penawaran, tingkat suku bunga, kurs valuta asing, dana asing
di bursa, indeks harga saham, news and rumors, deviden, laba perusahaan, dan faktor lain. Faktor-faktor fundamental merupakan faktor yang berkaitan dengan kinerja
perusahaan itu sendiri. Harga suatu sekuritas akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan (tingkat penjualan dan laba usaha). Kinerja perusahaan itu sendiri akan dipengaruhi oleh kondisi industri dan perekonomian secara umum. Dalam penelitian
ini penulis hanya membatasi pada kondisi fundamental perusahaan saja yaitu rasio keuangan yang terdiri atas likuiditas, leverage, dan profitabilitas.
(2003) dan Sasongko dan Wulandari (2003) namun penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti tersebut menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
kembali yang berhubungan dengan penelitian terdahulu. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009 dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Likuiditas, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Perubahan
Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang menjadi pokok dalam penelitian ini adalah “Apakah likuiditas, leverage dan profitabilitas berpengaruh
terhadap perubahan harga saham baik secara simultan dan parsial pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah likuiditas, leverage dan profitabilitas berpengaruh terhadap perubahan harga saham baik secara simultan dan
2. Manfaat Penelitian
Ada pun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Peneliti selanjutnya, untuk memberikan tambahan wawasan kepada peneliti selanjutnya khusunya tentang faktor yang mempengaruhi perubahan harga
saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Investor, memberikan tambahan info kepada calon investor tentang
bagaimana melihat perusahaan yang dapat memberikan imbal saham yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka pendek untuk memenuhi kewajiban tersebut. Dari rasio ini dapat diperoleh pandangan tentang keadaan
solvabilitas kas pada saat ini dan kemampuan perusahaan untuk tetap mempertahankan solvabilitasnya. Munawir (2001:71) menyatakan rasio likuiditas
sebagai rasio modal kerja, yaitu rasio yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam
perusahaan, juga penting bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham yang setidak-tidaknya ingin mengetahui prospek dari dividen dan pembayaran bunga di
masa yang akan datang.
Dapat dipahami bahwa rasio likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang
segera jatuh tempo dengan sumber dana jangka pendeknya. Semakin tinggi rasio likuiditas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan membayar hutang-hutang
Menurut Darsono (2005:52), rasio lancar adalah kemampuan aktiva lancar perusahan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Menurut Brigham dan Houston (2001:80), rasio lancar mengukur
kemampuan aktiva lancar membayar hutang lancar. Aktiva lancar biasanya terdiri dari kas, surat berharga, piutang, dan persediaan. Hutang lancar terdiri dari hutang
dagang, wesel bayar jangka pendek, hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, pajak yang belum dibayar, dan biaya-biaya yang belum dibayar (accrued) lainnya (terutama upah). Menurut Darsono (2005:52), semakin tinggi rasio lancar seharusnya
semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Namun, rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk
atas sumber likuiditas. Kelebihan dalam aktiva lancar seharusnya digunakan untuk membayar dividen, membayar hutang jangka panjang, atau untuk investasi yang bisa menghasilkan tingkat kembalian lebih. Rumus untuk menghitung rasio lancar adalah
sebagai berikut:
Rasio Lancar = x 100%
2. Rasio Hutang terhadap Total Aktiva (Debt to Asset Ratio / DAR)
Rasio ini merupakan rasio total hutang terhadap total harta yang mengukur persentase total dana yang berasal dari kreditur (Lukas Setia,1999:416). Menurut
Menurut Darsono (2005:54), rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang jangka panjang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan
perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan
peningkatan dari resiko pada kreditor berupa ketidak mampuan perusahaan membayar semua kewajibannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akan mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi
pembayaran dividen. Rumus untuk menghitung DAR adalah sebagai berikut:
DAR =
x100%
3. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio / DER)
Rasio hutang terhadap ekuitas dihitung dengan jalan membagi total hutang
perusahaan (termasuk kewajiban lancar) dengan ekuitas pemegang saham (Horne dan Wachowicz, 1997:137). Menurut Darsono (2005:54), rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham kepada pemberi pinjaman.
Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif membayar kewajiban jangka panjang, semakin
DER = x 100%
Rasio hutang terhadap ekuitas berbeda-beda tergantung dari karakteristik bisnis
dan keberagaman arus kas. Perusahaan dengan arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio hutang terhadap ekuitas yang lebih tinggi daripada perusahaan dengan arus kas
yang kurang stabil. Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan semakin besar batas pengaman pemberi pinjaman jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian.
4. Pengembalian atas Total Aktiva (Return On Asset / ROA)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. ROA juga sering disebut juga sebagai Return
On Investment (ROI) (Hanafi dan Halim, 2000:84). Horne dan Wachowicz (1997:
147) mengatakan rasio ini adalah rasio keuntungan yang menghubungkan laba dengan investasi. Menurut Ang (1997:32), profitabilitas mengukur efektifitas
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio pengembalian atas total aktiva dihitung dengan membagi laba bersih sesudah pajak dengan total aktiva.
ROA yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset/aktiva. Rendahnya rasio ini diakibatkan oleh (a) rendahnya Basic Earnings power (BEP) perusahaan, (b) tingginya biaya bunga karena penggunaan kewajiban di atas rata-rata yang
menyebabkan laba bersih relatif rendah.
5. Pengembalian atas Ekuitas Saham (Return On Equity / ROE)
Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa mengukur pengembalian atas ekuitas saham biasa atau tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham
(Brigham dan Houston 2001:91). Return On Equity (ROE) sering disebut sebagai rentabilitas modal sendiri (Return on Common Equity).
Hanafi dan Halim (2000:85) mengatakan bahwa ROE mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Hal ini senada dengan pernyataan Ang (1997:33) bahwa ROE mengukur tingkat kembalian
perusahaan atau efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki perusahaan. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.
Rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya karena rasio ini tidak memperhitungkan dividen maupun capital gain untuk pemegang saham. ROE dipengaruhi ROA dan tingkat leverage keuangan perusahaan.
6. Earnings Per Share (EPS)
Earnings per share adalah pendapatan perusahaan dari per lembar saham yang
dijual. EPS didapatkan dari pembagian antara laba setelah pajak dengan jumlah lembar saham. Dengan memperhatikan EPS maka investor dapat mempertimbangkan
untuk berinvestasi di pasar modal. EPS dipengaruhi oleh pendapatan perusahaan. Jika pendapatan perusahaan tinggi maka EPS juga akan tinggi, begitu juga sebaliknya. Hal
ini yang akan mempengaruhi harga saham, karena pergerakan harga saham pengaruh awalnya adalah pendapatan perusahaan (Husnan,1998:287). Menurut Darsono (2005:57), investor biasanya lebih tertarik dengan ukuran profitabilitas dengan
menggunakan dasar saham yang dimiliki. Alat analisis yang dipakai untuk melihat keuntungan dengan dasar saham adalah Earnings per Share yang dicari dengan laba
bersih dibagi saham yang beredar. Rasio ini menggambarkan besarnya pengambalian modal utntuk setiap satu lembar saham. Rumus untuk menghitung Earnings per
Share adalah sebagai berikut:
7. Saham
a. Pengertian Saham
Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan
yang berbentuk perseroan terbatas (emiten) yang menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Husnan (2001:303)
menyebutkan bahwa sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan
berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya.
Menurut Darmadji dan Hendi (2001: 6) menyebutkan bahwa dalam praktek
dikenal adanya beraneka ragam jenis saham, antara lain : 1) Cara peralihan hak
Ditinjau dari cara peralihannya saham dibedakan menjadi saham atas
unjuk dan saham atas nama.
a) Saham atas unjuk (bearer stock). Sertifikat saham atas unjuk tidak
dituliskan nama pemiliknya. Dengan pemilikan saham ini, seorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya mirip dengan uang.
b) Saham atas nama (registered stock). Sertifikat saham ini ditulis nama pemiliknya. Cara pemindahannya harus memenuhi prosedur tertentu
dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham.
2) Hak tagihan (klaim)
Ditinjau dari segi manfaatnya, pada dasarnya saham dapat digolongkan menjadi saham biasa dan saham preferen.
a) Saham biasa (common stock). Saham biasa selalu muncul dalam setiap struktur modal saham perseroan terbatas. Besar kecilnya deviden yang diterima tidak tetap, tergantung pada keputusan RUPS.
b) Saham preferen (preferred stock). Saham preferen merupakan gabungan pendanaan antara hutang dan saham biasa. Dalam praktek
terdapat beraneka ragam jenis saham preferen, di antaranya adalah: i.Cumulative Preferred Stock. Saham preferen jenis ini memberikan hak
pada pemiliknya atas pembagian deviden yang sifatnya kumulatif
dalam suatu persentase atau jumlah tertentu dalam arti bahwa jika pada tahun tertentu deviden yang dibayarkan tidak mencukupi atau
tidak dibayar sama sekali, maka akan diperhitungkan pada tahun-tahun berikutnya.
ii.Non Cumulative Preferred Stock. Pemegang saham jenis ini mendapat
prioritas dalam pembagian deviden sampai pada suatu persentase atau jumlah tertentu, tapi tidak bersifat kumulatif. Dengan
sekali, maka hal ini tidak dapat diperhitungkan pada tahun berikutnya.
iii.Participating Preferred Stock. Pemilik saham jenis ini di samping
memperoleh deviden tetap seperti yang telah ditentukan, juga memperoleh deviden ekstra apabila perusahaan dapat mencapai
sasaran yang ditetapkan.
iv.Convertible Preferred Stock (saham istimewa). Pemegang saham
istimewa mempunyai hak lebih tinggi dibanding pemegang saham
lainnya. Hak lebih itu terutama dalam penunjukan direksi perusahaan.
3) Berdasarkan kinerja saham a) Blue Chip Stock
Yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi
sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil, dan konsisten dalam membayar deviden.
b) Income Stock
Merupakan saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan
Saham ini merupakan saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
d) Speculative Stock
Adalah saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten
memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun belum pasti.
e) Counter Cyclical Stock
Saham ini merupakan saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi
ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.
b. Perubahan harga saham
Saham merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas. Harga suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham.
Harga dasar suatu saham merupakan harga perdananya. Perubahan harga saham dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar sekunder. Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu saham, maka
harganya akan semakin naik. Sebaliknya jika semakin banyak investor yang menjual atau melepaskan maka akan berdampak pada turunnya harga saham. Harga saham
Secara umum semakin baik keuangan perusahaan dan semakin banyak keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham, kemungkinan harga saham akan naik. Namun, saham yang memiliki tingkat keuntungan yang baik juga bisa
mengalami penurunan harga. Hal ini dapat disebabkan oleh keadaan pasar saham. Hal seperti ini tidak akan hilang jika kepercayaan pemodal belum pulih, kondisi ekonomi
belum membaik, ataupun hal-hal lain yang membaik. Salah satu resiko dari pemegang saham adalah menurunnya harga saham. Hal ini dapat diatasi dengan cara menahan saham tersebut sampai keadaan pasar membaik.
Analisis saham merupakan salah satu dari sekian tahapan dalam proses investasi yang berarti melakukan analisis terhadap individual atau sekelompok sekuritas.
Analisis yang sering digunakan untuk menilai suatu saham yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
1) Analisis fundamental
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa
yang akan datang dengan :
a) Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang.
b) Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
yang digunakan adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang telah lewat dan bukan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat analisis
(Husnan,2001:303). Cara yang digunakan untuk menganalisis perusahaan adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan, mengidentifikasi
kecenderungan atau pertumbuhan yang mungkin ada, mengevaluasi efisisensi operasional, dan memahami sifat dasar/ karakteristik operasional dari perusahaan tersebut.
Para analis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa mendatang dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham di masa mendatang, dan menempatkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
2) Analisis teknikal
Analisis teknikal merupakan suatu teknik yang meggunakan data atau
catatan pasar untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham, volume perdagangan, indeks harga saham baik individual maupun gabungan, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis (Husnan, 2001:338).
Model analisis teknikal lebih menekankan pada perilaku pasar modal di masa mendatang berdasarkan kebiasaan di masa lalu. Analisis ini berupaya
perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di waktu lalu. Para penganut analisis ini menyatakan bahwa :
a) Harga saham mencerminkan informasi yang relevan.
b) Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga saham di waktu lalu.
c) Karena perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, maka pola tersebut akan berulang.
Sasaran yang ingin dicapai dari analisis adalah ketepatan waktu dalam
memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham, oleh karena itu informasi yang berasal dari faktor-faktor teknis sangat penting bagi pemodal
untuk menentukan kapan suatu saham dibeli atau harus dijual.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh Aziz (2005) yang menganalisis Pengaruh Earnings Per Share (EPS) dan Pertumbuhan
Penjualan terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Handoko (2008) yang menganalisis Pengaruh Economic Value Added , ROE, ROA, DAN EPS terhadap
Perubahan Harga Saham Perusahaan Kategori LQ 45 pada Bursa Efek Jakarta, Sasongko dan Wulandari (2003) menganalisis pengaruh EVA dan rasio-rasio
(2003) yang menganalisis pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Industri Barang Konsumsi yang Tergabung dalam Indeks LQ45 yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Tinjauan penelitian terdahulu yang dapat mendukung
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti
(Tahun)
Judul Variabel Hasil penelitian
Aziz
secara simultan EPS dan pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Secara parsial EPS
Saham Industri
per share (EPS) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham
Sasongko
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis (Jurusan
current ratio, debt to asset ratio, debt to equity ratio, return on asset , return on equity, dan Earnings per share. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
perubahan harga saham. Kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan pada
gambar 2.1 sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2. Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2007:41), “Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat di uji secara
empiris”. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan
Current Ratio
(CR)
Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Asset Ratio
diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Current ratio berpengaruh terhadap perubahan harga saham
H2 : Debt to equity ratio berpengaruh terhadap perubahan harga saham H3 : Debt to asset berpengaruh terhadap perubahan harga saham
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut Umar
(2003:30), penelitian asosiatif kausal adalah “penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”. Dengan kata lain, desain kausal berguna
untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel yang lain.
B.Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data
yang diukur dalam bentuk skala numerik (Kuncoro,2003:124) dan merupakan data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, yang berupa catatan
maupun laporan historis yang telah tersimpan dalam arsip, baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan selama periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Data penelitian didapatkan dari situs Bursa Efek
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2004:72). Populasi dalam penelitian ini adalah industri manufakur sektor barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah berjumlah 37 perusahaan. Populasi penelitian ini dapat dilihat pada lampiran ii. Menurut Erlina dan Mulyani (2007:74), “sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk
memperkirakan karakteristik populasi”. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Menurut Jogiyanto (2004:79), ”Purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu.” Sampel perusahaan dapat dilihat pada tabel 3.1.
Adapun kriteria yang digunakan untuk pengambilan sampel penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2007-2009.
2. Tidak delisting pada tahun tersebut.
3. Melaporkan laporan keuangan yang telah diaudit dan memiliki laba positif
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
NO KODE NAMA EMITEN
1 AQUA Aqua Golden Mississippi Tbk. 2 CEKA Cahaya Kalbar Tbk.
3 DLTA Delta Djakarta Tbk.
4 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. 5 MYOR Mayora Indah Tbk
6 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 7 SKLT Sekar Laut Tbk
8 STTP Siantar TOP Tbk
9 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. 10 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk. [S
11 RMBA PT Bentoel International Investama, Tbk 12 GGRM PT Gudang Garam, Tbk
13 HMSP PT HM Samperna, Tbk
14 DVLA PT Darya Varia Laboratoria, Tbk 15 KLBF PT Kalbe Farma, Tbk 22 UNVR PT Unilever Indonesia, Tbk
23 KDSI PT Kedawung Setia Industrial, Tbk 24 LMPI PT Langgeng Makmur Industri, Tbk
D. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dilakukan proses pengumpulan
membuat salinan dengan cara mengumpulkan arsip dan catatan-catatan perusahaan yang ada. Data yang dibutuhkan terdiri dari data sekunder. Data mengenai rasio keuangan diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory, data tanggal publikasi
laporan keuangan dan perubahan harga saham diperoleh dari situs www.idx.co.id.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Variabel Penelitian
a. Variabel terikat/ dependen (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang dapat dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel dependen penelitian ini adalah perubahan harga saham yang dapat
diukur dengan rumus sebagai berikut:
Perubahan Harga Saham = 100%
saham
b. Variabel bebas/ Independen (X)
Variabel bebas adalah variabel yang tidak dapat dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel independen penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Current Ratio (CR)
Current ratio menggambarkan kemampuan aktiva lancar perusahan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang
Rasio Lancar = x 100%
2) Debt to Asset Ratio (DAR)
Debt to asset ratio menggambarkan bagian dari setiap rupiah aktiva
yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Debt to asset ratio dapat
diukur dengan rumus sebagai berikut:
DAR =
x100%
3) Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to equity ratio menggambarkan bagian dari setiap rupiah modal
yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Debt to equity ratio
dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :
DER = x 100%
4) Return on Asset Ratio (ROA)
Return on asset menggambarkan kinerja yang semakin baik. Return on Asset dapat diukur dengan:
ROA = x100%
5) Return on Equity Ratio (ROE)
Return on Equity menggambarkan kemampuan modal sendiri dalam
menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Return on equity dapat
ROE = x100%
6) Earnings per Share (EPS)
Earnings per Share menggambarkan besarnya laba bersih perusahaan
yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Earnings per
Share dapat diukur dengan:
EPS = x 100%
2. Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel penelitian ini dapat dijelaskan pada tabel 3.2 sebagai berikut:
Tabel 3.2 Pengukuran Variabel Jenis
variabel
Nama Variabel Defenisi Variabel Skala Pengukuran Independen Current Ratio Rasio aktiva lancar
terhadap total kewajiban lancar
Rasio
Debt to Asset Ratio Rasio total hutang terhadap total aktiva
Rasio
Debt to Equity Ratio Rasio total hutang terhadap
total ekuitas
Rasio
Return on Asset Rasio laba terhadap total aset
Rasio
Return on Equity Rasio laba terhadap total ekuitas
Rasio
Earnings Per Share Rasio laba terhadap total lembar saham
Rasio
Dependen Perubahan harga saham
Perbedaan selisih harga saham tahun berjalan dengan tahun sebelumnya
F. Metode Analisis Data
Data penelitian yang digunakan dalam penelitian sering bersifat bias dan tidak efisien. Untuk memperoleh nilai yang tidak bias dan efisien dari model persamaan
linear maka haruslah memenuhi asumsi-asumsi klasik yang mendasari model linear (Gujarati, 2003). Setelah data memenuhi asumsi klasik maka data layak dianalisis
lebih lanjut utuk pengujian hipotesis dengan analisis pengujian linear.
1. Uji Asumsi Klasik
Karena data yang digunakan adalah data sekunder, maka untuk menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang
mendasari model regresi. Pernyimpangan asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Adapun masing-masing pengujian tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier, kedua variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal. Cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat histrogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi
handal adalah dengan melihat normal probality plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari data yang normal.
Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan plooting data
akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya
(Ghozali, 2005 : 110).
b. Uji Multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas ini berguna untuk mengetahui apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolinieritas dalam model regresi adalah dengan menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90) maka hal ini mengindikasikan adanya multikolinieritas
(Ghozali, 2005 : 57).
Multikolinieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan nilai variance inflation
factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Nilai cutoff yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan VIF di atas 10 (Ghozali, 2005 : 91).
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Imam Ghozali (2005 : 105), uji heteroskedastisitas bertujuan menguji
model regresi adalah penaksir yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun besar. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat pada grafik scatter plot.
Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas juga dapat diketahui dengan
melakukan uji gletser. Jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005 : 69).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pada periode t dengan periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2005: 95). Untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi maka dapat dideteksi dengan uji
Durbin-Waston (DW test).
2. Model Regresi Berganda
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis ini digunakan untuk mengukur kekuatan dua variabel atau lebih dan juga menunjukkan arah
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 +e
Dimana :
Y = Perubahan Harga Saham
X1 = Current Ratio
X2 = Debt to Asset Ratio
X3 = Debt to Equity Ratio
X4 = Return on Asset
X5 = Return on Equity
X6 = Earnings Per Share
a = Konstanta
b1,b2, b3,b4, b5 = Koefisien regresi dari setiap variabel independen
e = Faktor error
3. Pengujian Hipotesis
Adapun pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
a. Uji Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh secara bersama-sama variabel
independen terhadap variabel dependen. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah sebesar 5% dengan derajat kebebasan df = (n-k-1), dimana (n) adalah jumlah
b. Uji Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel indipendennya. Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5%, dengan derajat
kebebasan df = (n-k-1), dimana (n) adalah jumlah observasi dan (k) adalah jumlah variabel.
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukut seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Besarnya koefisien determinasi
ini adalah 0 sampai dengan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen amat terbatas.
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A.Deskripsi Data Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan barang konsumsi yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) dimana jumlah populasi penelitan ini berjumlah 37 emiten. Periode pengamatan dalam penelitian ini adalah tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 emiten.
Berikut ini merupakan statistik secara umum dari seluruh data yang digunakan :
Tabel 4.1 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CR 72 1.00 809.78 300.7674 214.77282
ROA 72 .48 56.76 14.5682 13.98815
ROE 72 .66 449.09 31.1507 56.07964
EPS 72 2.55 16158.42 1282.4149 2841.01022
DAR 72 7.00 89.00 40.4167 19.59646
DER 72 8.00 844.00 93.1806 115.74563 Perubahan_Saham 72 -75.00 329.00 23.6806 82.35441
Valid N (listwise) 72
Sumber: lampiran iii
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa variabel Current Ratio (CR) memiliki nilai minimum -1%, nilai maksimum 809.78%, nilai mean (nilai rata-rata)
rata-rata) 14.57%, dan standar deviasi (simpangan baku) 13.97. Variabel Return on
Equity (ROE) memiliki nilai minimum 0.66%, nilai maksimum 449.09%, mean (nilai
rata-rata) 31.15% dan standar deviasi (simpangan baku) 56.07. Variabel Earnings
per Share (EPS) memiliki nilai minimum Rp 2.55, nilai maksimum Rp 16158.42,
nilai rata-rata 1282.41, dan standar deviasi (simpangan baku) 2841.01.Variabel Debt
to Asset ratio (DAR) memiliki nilai minimum 7%, nilai maksimum 89%, nilai
rata-rata( mean) 40.41, dan standar deviasi (simpangan baku) 19.59. variabel Debt to
Equity ratio (DER) memiliki nilai minimum 8%, nilai maksimum 844%, rata-rata
(mean) 93.18, dan standar deviasi 115.74. Variabel perubahan harga saham memiliki nilai minimum -75%, nilai maksimum 329%, nilai rata-rata (mean) 93.1806, dan
standar deviasi (simpangan baku) 82.35.
B. Pengujian Asumsi Klasik
Analisa dilakukan dengan metode analisa regresi berganda. Sebelum dilakukan uji hipotesis, peneliti akan melakukan uji asumsi klasik. Pengujian ini perlu dilakukan
untuk mengetahui apakah distribusi data yang digunakan dalam penelitian bebas dari gejala multikolinearitas, heteroskesdastisitas, dan autokorelasi. Menurut Ghozali (2005:123), asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah :
berdistribusi normal,
non-multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model regresi
tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna,
non-autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak
homoskedasitas, artinya variance variabel independen dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain adalah konstan atau sama.
1. Hasil Uji Normalitas
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Adapun uji normalitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu analisis grafik dan statistik.
a. Analisis Grafik
Analisis grafik dapat digunakan dengan dua alat, yaitu grafik histogram dan grafik P-P Plot. Data yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi normal.
Pada grafik histogram, data yang mengikuti atau mendekati distribusi normal adalah distribusi data dengan bentuk lonceng. Pada grafik P-P Plot, sebuah data dikatakan
Gambar 4.1 Uji Normalitas Sumber: Lampiran iv
Dengan melihat tampilan grafik histogram, kita dapat melihat bahwa gambarnya telah berbentuk lonceng dan tidak menceng ke kiri dan ke kanan yang menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal. Pada grafik P-P Plot terlihat titik-titik
menyebar di sepanjang garis diagonal.
b. Uji Statistik
Pengujian normalitas data dengan hanya melihat grafik dapat menyesatkan jika tidak melihat secara seksama, sehingga kita perlu melakukan uji normalitas data dengan menggunakan statistik agar lebih meyakinkan. Untuk memastikan apakah
data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal, maka dilakukan uji
Kolmogorov-Smirnov (1 sample KS) dengan melihat data residualnya apakah
berdistribusi normal atau tidak. Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data tersebut terdistribusi normal. Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada
Tabel 4.2
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 71.90684790 Most Extreme
Differences
Absolute .143
Positive .143
Negative -.073
Kolmogorov-Smirnov Z 1.218
Asymp. Sig. (2-tailed) .103
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Lampiran iv
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada penelitian ini menujukkan probabilitas =
0.103. Dengan demikian, data pada penelitian ini berdistribusi normal dan dapat digunakan untuk melakukan uji hipotesis karena 0.103 > 0,05.
2. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskesdastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode yang lain. Menurut Ghozali
(2005:105), uji heterokedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedasitas. Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heterokedasitas adalah dengan melihat grafik scatterplott yang dihasilkan dari pengolahan data menggunakan program SPSS 16. Dasar pengambilan
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur maka mengindikasikan telah terjadi heterokedasitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di bawah angka 0 dan y,
maka tidak heterokedasitas.
Uji ini dilakukan dengan mengamati pola tertentu pada grafik scatterplot, dimana
bila ada titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y serta tidak membentuk pola maka tidak terjadi heteroskesdastisitas.
GaGa mbar 4.3
Uji Heteroskedastisitas (scatterplot) Sumber: Lampiran v
Pada gambar 4.3 tentang grafik scatterplot di atas terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di
heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
3. Hasil Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1
(sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Masalah autokorelasi umumnya terjadi pada regresi yang datanya time series. Untuk mendeteksi masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin
Watson. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut : a. angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif,,
b. angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, c. angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Tabel 4.3
a. Predictors: (Constant), DER, ROA, CR, EPS, DAR, ROE
Tabel 4.3 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 0.957. Angka ini terletak di antara -2 sampai +2, dari pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam penelitian ini.
4. Hasil Uji Multikolinieritas
Pengujian bertujuan mengetahui ada tidaknya multikolinearitas antar
variabel-variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Deteksi dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variable Inflation Factor) dan toleransi. Menurut Ghozali (2005:91), untuk melihat ada atau tidaknya
multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari: a. nilai tolerance dan lawannya,
b. variance inflation factor (VIF)
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas
variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena
Tabel 4.4
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa tidak ada satu pun variabel
bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10 dan tidak ada yang memiliki tolerance
value lebih kecil dari 0,1. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari
adanya multikolinearitas. Dari hasil uji ini maka dapat disimpulkan bahwa semua
C. Pengujian Hipotesis
1. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Nilai yang digunakan untuk melihat uji koefisien determinasi adalah nilai
Adjusted R2 yang pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dalam hal ini adjusted R2
digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel Current Ratio, Return
on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Earnings per Share (EPS), Debt to Asset Ratio, dan Debt to Equity Ratio terhadap perubahan harga saham. “Adjusted R2
dianggap lebih baik dari R2 karena nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.” (Ghozali, 2005).
Tabel 4.5
a. Predictors: (Constant), DER, ROA, CR, EPS, DAR, ROE b. Dependent Variable: Perubahan_Saham
Sumber: Lampiran viii
Besarnya AdjustedR2 berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS 16 diperoleh sebesar 0.167. Dengan demikian besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel Current Ratio (CR), Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Earnings per Share
sebesar 83,3% adalah dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian
ini.
2. Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Signifikansi model regresi secara simultan diuji dengan melihat perbandingan
antara F-tabel dan F-hitung. Selain itu akan diihat nilai signifikansi (sig), dimana jika nilai sig di bawah 0,05 maka variabel independen dinyatakan berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji F digunakan untuk menguji hubungan regresi antar variabel
dependen dengan seperangkat variabel independen. Hipotesa untuk uji F adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak ada pengaruh antara variabel current ratio (CR), debt to asset ratio
(DAR), debt to equity ratio (DER), return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan earnings per share (EPS) secara bersamaan terhadap perubahan
harga saham,
Ha : Ada pengaruh antara variabel current ratio (CR), debt to asset ratio (DAR),
debt to equity ratio (DER), return on asset (ROA), return on equity (ROE),
dan earnings per share (EPS) secara bersamaan terhadap perubahan harga saham.
Berdasarkan Uji F maka dapat diambil kesimpulan:
a. bila nilai P-value dari F ≥ α = 5% maka Ho= diterima dan Ha = ditolak,
b. jika nilai P-value dari F < α = 5% maka Ho= ditolak dan Ha= diterima, artinya secara serempak semua variabel independen Xi berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Tabel 4.6 Hasil Uji F
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 114427.424 6 19071.237 3.377 .006a Residual 367112.229 65 5647.880
Total 481539.653 71
a. Predictors: (Constant), DER, ROA, CR, EPS, DAR, ROE
b. Dependent Variable: Perubahan Saham Sumber: Lampiran viii
Dari hasil pengujian tersebut secara keseluruhan dapat diperoleh hasil seperti
pada tabel 4.6 bahwa nila P-value dari F atau tingkat signifikasi adalah sebesar 0.006 < α = 5%. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak (Ha
diterima). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan
antara current ratio (CR), debt to asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER),
return on asset (ROA), return on equity (ROE) dan earnings per share (EPS)
3. Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu). Dalam uji t digunakan hipotesis
sebagai berikut:
H0:b1,b2,b3, b4 = 0, artinya current ratio (CR), debt to asset ratio (DAR), debt to
equity ratio (DER), return on asset (ROA), return on equity (ROE),
dan earnings per share (EPS) secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham pada
perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Ha : b1,b2,b3, b4= o, artinya current ratio (CR), debt to asset ratio (DAR), debt to
equity ratio (DER), return on asset (ROA), return on equity (ROE)
dan earnings per share (EPS) secara parsial mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Uji t ini dilakukan dengan membandingkan nilai p-value dari t dengan α. Kesimpulan yang dapat diambil dari uji t ini adalah:
a bila nilai P value dari t masing-masing variabel independen ≥ α = 5%, maka Ho:
bi = 0 diterima dan Ha: bi ≠ 0 ditolak, artinya secara individual variabel
independen Xi tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen,
bsebaliknya bila P value dari t masing-masing variabel independen < α maka Ho:
variabel independen Xi berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
a. Dependent Variable: Perubahan_Saham
Sumber: Lampiran viii
Dari tabel 4.7 diatas dapat diperoleh model persamaan regresi berganda Y= 9.417+0.013 CR+ 0.530 ROA+0.51 ROE+ 0.005 EPS -0.414DAR + 0.512 DER
Keterangan:
a. Nilai konstanta adalah 9.417 current ratio (CR), debt to asset ratio (DAR),
debt to equity ratio (DER), return on asset (ROA), return on equity (ROE)
dan earnings per share (EPS) bernilai 0, maka harga saham akan meningkat sebesar 9.417.
b.Nilai koefisien current ratio (CR) adalah 0.013 artinya setiap kenaikan
c. Nilai koefisien return on asset (ROA) adalah 0.530 artinya setiap kenaikan
return on asset (ROA) akan meningkatkan harga saham sebesar 0.530. d.Nilai koefisien return on equity (ROE) adalah 0.51 artinya setiap kenaikan
return on equity (ROE) akan meningkatkan harga saham sebesar 0.51.
e.Nilai koefisien earnings per share (EPS) adalah 0.005 artinya setiap kenaikan nilai earnings per share (EPS) akan meningkatkan harga saham sebesar 0.005.
f. Nilai koefisien debt to asset ratio (DER) adalah -0.414 artinya setiap kenaikan return on equity (ROE) akan mengurangi harga saham sebesar 0.414.
g. Nilai koefisien debt to equity ratio (DER) adalah 0.512 artinya setiap kenaikan nilai earnings per share (EPS) akan meningkatkan harga saham sebesar 0.512.
Dari hasil pengujian di atas akan dijelaskan pengaruh variabel independen secara satu per satu (parsial).
a. Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap tingkat perubahan harga saham
Hasil analisis uji t untuk variabel current ratio (CR) menunjukkan nilai t sebesar 0.259 dengan signifikansi sebesar 0.796, signifikansi t lebih besar
dari 0.05 (P > 0.05). Hal ini berarti bahwa current ratio (CR) secara parsial tidak berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b. Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap tingkat perubahan harga saham Hasil analisis uji t untuk variabel return on asset (ROA) menunjukkan nilai
t sebesar 0.441 dengan signifikansi sebesar 0.660, signifikansi t lebih besar dari 0.05 (P > 0.05). Hal ini berarti bahwa variabel return on asset (ROA) secara parsial tidak berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada
perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handoko
(2008), Susi dan Setiawan (2003) dan Sasongko dan Wulandari (2003), c. Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap tingkat perubahan harga saham.
Hasil analisis uji t untuk variabel Return on equity (ROE) menunjukkan
nilai t sebesar 0.956 dengan signifikansi sebesar 0.343, signifikansi t lebih besar dari 0.05 (P > 0.05). Hal ini berarti bahwa Return on Equity (ROE)
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handoko (2008) serta Susi dan Setiawan (2003).
d. Pengaruh Earnings per Share (EPS) terhadap perubahan harga saham
Hasil analisis uji t untuk variabel earnings per share (EPS) menunjukkan nilai t sebesar 1.030 dengan signifikansi sebesar 0.041, signifikansi t lebih
kecil dari 0.05 (P < 0.05). Hal ini berarti bahwa variabel earnings per share (EPS) secara parsial berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aziz (2005), Handoko (2008) serta Sasongko dan Wulandari (2003). Penelitian ini tidak
sejalan dengan Susi dan Setiawan (2003).
e. Pengaruh Pengaruh Debt to Asset Ratio (DAR) terhadap perubahan harga saham
Hasil analisis uji t untuk variabel debt to asset ratio (DAR) menunjukkan nilai t sebesar 0.546 dengan signifikansi sebesar 0.587, signifikansi t lebih
besar dari 0.05 (P > 0.05). Hal ini berarti bahwa variabel debt to asset ratio (DAR) secara parsial tidak berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
f. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap perubahan harga saham Hasil analisis uji t untuk variabel debt to equity ratio (DER) menunjukkan