• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Determinan Kesempatan Kerja Sektor Industri Di Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Determinan Kesempatan Kerja Sektor Industri Di Sumatera Utara"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DETERMINAN KESEMPATAN KERJA

SEKTOR INDUSTRI DI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

M. IDRIS LUTHFI

087018052/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S E K

O L A

H

P A

S C

A S A R JA N

(2)

ANALISIS DETERMINAN KESEMPATAN KERJA

SEKTOR INDUSTRI DI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

M. IDRIS LUTHFI

087018052/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS DETERMINAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR INDUSTRI DI SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : M. Idris Luthfi

Nomor Pokok : 087018052

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui, Komisi Pembimbing:

(Dr. Murni Daulay, SE, M.Si) Ketua

(Dr. Rahmanta, M.Si) Anggota

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 11 Februari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Murni Daulay, SE. M.Si

Anggota : 1. Dr. Rahmanta, M.Si

2. Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec

3. Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul:

ANALISIS DETERMINAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR INDUSTRI

DI SUMATERA UTARA”.

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 11 Februari 2011 Yang membuat pernyataan

(6)

ANALISIS DETERMINAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR INDUSTRI DI SUMATERA UTARA

M. Idris Luhtfi, Dr. Murni Daulay, SE., M.Si dan Dr. Rahmanta, M.Si

ABSTRAK

Sumatera Utara merupakan salah satu wilayah yang potensi dilihat dalam kerangka makro, di wilayah Sumatera Utara tidak mengalami kekurangan dalam jumlah tenaga kerja, tetapi besarnya tenaga kerja tidak menjamin terwujudnya pembangunan. Untuk daerah Sumatera Utara jika kita melihat PDRB maka sektor industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting.

Penelitian ini menggunakan Investasi, PDRB, Inflasi, dan Upah Minimum

sektor industri sebagai variabel bebas dan kesempatan kerja sektor industri di Sumatera Utara sebagai variabel terikat. Data penelitian diestimasi dengan

menggunakan regresi linier berganda dengan memakai metode Ordinary Least

Square.

Hasil Penelitian menunjukkan investasi sektor industri, PDRB sektor industri, dan inflasi memiliki pengaruh positif terhadap kesempatan kerja di Sumatera Utara,

sementara upah minimum memiliki pengaruh negatif terhadap kesempatan kerja di Sumatera Utara, serta inflasi memiliki pengaruh paling kecil dan investasi

memiliki pengaruh paling dominan.

(7)

THE ANALYZE of JOB OPPORTUNITY DETERMINANT ON INDUSTRIAL SECTOR AT SUMATERA UTARA

M. Idris Luhtfi, Dr. Murni Daulay, SE., M.Si and Dr. Rahmanta, M.Si

ABSTRACT

North Sumatera is one of potential regions in Indonesia in macro economy perspective, North Sumatera has many man power, but man power is only one of the factors in developing a region, and for North Sumatera Gross Domestic Regional Product in industrial sector is one of the most important factors

This research used Investment, Gross Domestic Regional Product, Inflation, and Wage as independent variables and job opportunity as dependent variable. Data was estimated using multiple linier regression and Ordinary Least Square method.

The result showed Investment, Gross Domestic Regional Product, and Inflation had positive impact on job opportunity, meanwhile Wage had negative impact on job opportunity in North Sumatera, and Inflation had the least impact, and Investment had the most impact.

(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur terhadap Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penyusunan tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul penelitian yang dilakukan penulis adalah: “Analisis Determinan Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor Industri di Sumatera Utara”.

Selama melakukan penulisan tesis penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

(9)

4. Ibu Dr. Murni Daulay, SE, M.Si, dan Bapak Prof. Dr. Ramli, M.S selaku Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan hingga selesainya tesis ini.

5. Bapak Dr. Rahmanta, M.Si, Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si dan Drs. Rujiman, M.A selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan masukan-masukan demi penyempurnaan tesis ini.

6. Bapak (Alm) Drs. Iskandar Syarief, MA yang telah banyak memberikan ide-ide dalam penulisan tesis ini.

7. Seluruh Staf Pengajar Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

8. Orang tua penulis, H. Syamsuddin dan (Almh) Hj. Salamah Nasution, (Alm) H. Abd. Latief (Almh) Hj. Siti Akbari yang memberikan perhatian, motivasi, saran serta do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

9. Khusus kepada isteri penulis Taviana Sri Rahayu yang selama penulisan ini banyak membantu dan memberi semangat, penulis ucapkan terima kasih, dan putra dan putri penulis, Ari Affandi, SH, Ira Mandasari, SH, dan Briptu Mhd. Farij, SH terima kasih atas motivasi yang telah diberikan.

(10)

Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca. Semoga Allah SWT, memberikan rahmat dan karuniaNya kepada kita. Amin.

Medan, 11 Februari 2011 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : M. Idris Luthfi

2. Agama : Islam

3. Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 11 Mei 1961

4. Pekerjaan : PNS Pemko Medan

5. Nama Orang Tua

Ayah : H. Syamsuddin

Ibu : (Almh) Hj. Salamah Nasution

6. Pendidikan

a. SD. Negeri No. 44 Medan : Lulus Tahun 1973 b. SMP. Negeri 1 Medan : Lulus Tahun 1979 c. SMA Dwi Warna Medan : Lulus Tahun 1980 d. Fakultas Hukum UISU : Lulus Tahun 1990 e. Program Studi Ekonomi Pembangunan

(12)

DAFTAR ISI

BAB II. TINJAUAN TEORITIS... 9

2.1. Penyerapan Tenaga Kerja... 9

2.2. Investasi..……… 10

2.2.1. Pengertian Investasi... 10

2.2.2. Jenis-jenis Investasi... 11

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Investasi... 12

2.3. Industri... 14

2.3.1. Pengertian Industri... 14

2.3.2. Teori Industrialisasi... 16

2.3.3. Strategi Industrialisasi... 17

(13)

2.4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)... 20

3.2. Jenis dan Sumber Data... 30

3.3. Metode Analisis Data... 30

3.6. Definisi Operasional Variabel Penelitian………..……….. 36

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………... 38

4.1. Hasil Penelitian………..……….. 38

4.1.1. Kesempatan Kerja Sektor Industri Provinsi Sumatera Utara... 38

4.1.2. Investasi pada Sektor Industri Provinsi Sumatera Utara…… 41

(14)

4.1.4. Inflasi Sektor Industri Provinsi Sumatera Utara... 45

4.1.5. Upah Minimum Regional (UMR)/Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara... 47

4.2. Pembahasan Penelitian……... 51

4.2.1. Uji Kesesuaian (Goodness of Fit)……… 51

4.2.2. Uji Asumsi Klasik... 53

4.2.3. Hubungan Antar Variabel Penelitian….………. 57

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……… 62

5.1. Kesimpulan………... 62

5.2. Saran………. 62

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha/

Sektor (Persen)……….. 4

1.2. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Sumatera Utara……….. 5

2.1. Penggolongan Industri Menurut ISIC………. 19

4.1. Perkembangan Kesempatan Kerja Sumatera Utara... 39

4.2. Perkembangan Investasi Sektor Industri Sumatera Utara 1990- 2008 (Juta Rupiah)... 41

4.3. Perkembangan PDRB Sektor Industri Sumatera Utara 1990-2008 Harga Konstan 2000... 44

4.4. Perkembangan Inflasi Sumatera Utara (Persen)……... 46

4.5. Perkembangan Upah Minimum Sumatera Utara... 49

4.6. Uji Persial... 52

4.7. Uji Serempak... 52

4.8. Uji Stasioner... 53

4.9. Hasil Ramsey RESET Test... 55

4.10. Uji Autokorelasi...………. 55

4.11. Uji Multikolinearitas ... 56

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kerangka Pikir Penelitian…... 28

4.1. Perkembangan Kesempatan Kerja Sumatera Utara....……… 40

4.2. Perkembangan Investasi Sektor Industri... 42

4.3. Perkembangan PDRB Sektor Industri Sumatera Utara... 45

4.4. Perkembangan Inflasi Sumatera Utara... 47

4.5. Perkembangan Upah Minimum Sumatera Utara... 50

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Penelitian... 66

2. Uji Stasioner... 67

3. First Difference... 68

4. Second Difference... 69

5. First Difference... 70

6. Second Difference... 71

7. Uji Linieritas... 72

8. Autokorelasi……… 73

9. Uji Multikolinearitas... 74

10. Regresi Linier Berganda... 76

11. Uji Normalitas... 77

(18)

ANALISIS DETERMINAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR INDUSTRI DI SUMATERA UTARA

M. Idris Luhtfi, Dr. Murni Daulay, SE., M.Si dan Dr. Rahmanta, M.Si

ABSTRAK

Sumatera Utara merupakan salah satu wilayah yang potensi dilihat dalam kerangka makro, di wilayah Sumatera Utara tidak mengalami kekurangan dalam jumlah tenaga kerja, tetapi besarnya tenaga kerja tidak menjamin terwujudnya pembangunan. Untuk daerah Sumatera Utara jika kita melihat PDRB maka sektor industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting.

Penelitian ini menggunakan Investasi, PDRB, Inflasi, dan Upah Minimum

sektor industri sebagai variabel bebas dan kesempatan kerja sektor industri di Sumatera Utara sebagai variabel terikat. Data penelitian diestimasi dengan

menggunakan regresi linier berganda dengan memakai metode Ordinary Least

Square.

Hasil Penelitian menunjukkan investasi sektor industri, PDRB sektor industri, dan inflasi memiliki pengaruh positif terhadap kesempatan kerja di Sumatera Utara,

sementara upah minimum memiliki pengaruh negatif terhadap kesempatan kerja di Sumatera Utara, serta inflasi memiliki pengaruh paling kecil dan investasi

memiliki pengaruh paling dominan.

(19)

THE ANALYZE of JOB OPPORTUNITY DETERMINANT ON INDUSTRIAL SECTOR AT SUMATERA UTARA

M. Idris Luhtfi, Dr. Murni Daulay, SE., M.Si and Dr. Rahmanta, M.Si

ABSTRACT

North Sumatera is one of potential regions in Indonesia in macro economy perspective, North Sumatera has many man power, but man power is only one of the factors in developing a region, and for North Sumatera Gross Domestic Regional Product in industrial sector is one of the most important factors

This research used Investment, Gross Domestic Regional Product, Inflation, and Wage as independent variables and job opportunity as dependent variable. Data was estimated using multiple linier regression and Ordinary Least Square method.

The result showed Investment, Gross Domestic Regional Product, and Inflation had positive impact on job opportunity, meanwhile Wage had negative impact on job opportunity in North Sumatera, and Inflation had the least impact, and Investment had the most impact.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal utama yang menjadi pokok pemikiran, pertama pertumbuhan ekonomi, kedua inflasi, dan ketiga pengangguran, pengangguran bukan hanya dialami oleh negara negara berkembang namun juga dialami oleh negara-negara maju, namun pengangguran di negara-negara maju jauh lebih mudah terselesaikan dari pada di negara-negara berkembang karena hanya berkaitan dengan pasang surutnya business cycle dan bukannya karena faktor kelangkaan investasi, ledakan penduduk, ataupun sosial politik di negara tersebut.

Pada umumnya negara sedang berkembang, Indonesia juga mengalami masalah semakin tingginya tingkat pengangguran, jumlah tenaga kerja yang semakin tinggi yang terus bertambah dan tidak sebanding dengan lapangan kerja yang tersedia.

Sebagai akibatnya muncul masalah pengangguran diberbagai kota yang ada di Indonesia. khususnya dengan adanya krisis ekonomi jumlah pengangguran

(21)

Pemerintah mulai menyadari bahwa industri dengan teknologi berskala besar tidak lagi sesuai untuk diterapkan, kemudian pada akhir-akhir ini pemerintah mulai beralih ke sektor industri kecil dan menengah, yang nyata mampu bertahan walaupun berada di tengah-tengah krisis moneter dan ekonomi dilihat dari kemampuan dalam menyerap tenaga kerja, maka industri secara modern yang padat modal kurang dapat menyerap angkatan kerja dibandingkan dengan industri yang padat karya.

Tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan industri sejalan juga bagi keberhasilan pembangunan suatu negara tenaga kerja ditempatkan sebagai bagian dari upaya pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia. pembangunan dan pengembangan sektor industri, sebagai salah satu sektor yang banyak menggunakan tenaga kerja merupakan sebuah investasi vital dan merupakan penggerak dalam mencapai tujuan pembangunan sektor industri. Dalam rangka mengoptimalkan partisipasi yang optimum dari tenaga kerja industri ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah upah yang dapat memenuhi kebutuhan hidup, dengan imbalan upah tersebut berarti telah ada jaminan hidup bagi tenaga kerja tersebut walaupun bukan untuk seumur hidup, apabila jaminan hidup telah terpenuhi maka peningkatan kualitas manusia akan dapat dimulai sebab salah satu indikator penting dalam menilai kesejahteraan tenaga kerja adalah melalui upah yang diterima.

(22)

Untuk mendukung pembangunan tersebut, sektor industri menjadi salah satu faktor pendukung, dilihat dari karakteristik sosial ekonomi Indonesia saat ini, maka industri kecil menjadi salah satu kekuatan dalam mewujudkan pembangunan tersebut. Pembangunan industri kecil di Indonesia sesuai dengan isi GBHN yaitu industri kecil dan menengah termasuk industri kerajinan dan industri Rumah Tangga perlu lebih ditingkatkan dan dibina menjadi industri uang yang lebih efisien dan mampu berkembang, meningkatnya pendapatan masyarakat membuka lapangan pekerjaan hingga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

(23)

mempercepat proses pembangunan ekonomi, tenaga kerja yang mempunyai kemampuan demikian sangat terbatas sekali jumlahnya.

Untuk daerah Sumatera Utara jika kita melihat PDRB maka sektor industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting. Kontribusi dari sektor industri terhadap pengembangan ekonomi Sumatera Utara rata-rata tiap tahunnya mengalami peningkatan.

Tabel 1.1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha/Sektor (Persen)

(24)

sektor pertanian. Jika pada Februari 2008 terdapat 49,90% penduduk yang bekerja pada sektor pertanian, maka pada Agustus 2009 menurun menjadi 46,72%. Di sisi lain, peningkatan terutama terjadi pada sektor industri, sektor bangunan dan sektor jasa kemasyarakatan. Sehubungan dengan hal tersebut, kebijakan pemerintah dalam pengembangan dan pertumbuhan industri baik besar, sedang, dan kecil dalam jangka panjang bertujuan untuk peningkatkan potensi dan partisipasi dalam upaya menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Tabel 1.2. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Sumatera Utara

No Sektoral 2008 2009

Februari Agustus Februari Agustus

1. Pertanian 49.40 47.12 48.35 46.72

(25)

Faktor tingkat upah dan Inflasi dimasukkan ke dalam penelitian ini karena secara teoritis permintaan tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh tingkat upah dan tingkat inflasi. Ditinjau dari faktor upah, selama ini masalah yang sering timbul dalam hal pengupahan adalah adanya perbedaan pengertian dan kepentingan mengenai upah antara pengusaha dan pekerja. Sehingga dalam hal ini diperlukan kebijaksanaan pemerintah untuk mengatasi perbedaan kepentingan tersebut.

Kondisi perekonomian dengan tingkat inflasi yang tinggi dapat menyebabkan perubahan-perubahan dalam output dan kesempatan kerja. Tingkat inflasi yang tinggi berdampak pada pengangguran. Bila tingkat inflasi tinggi, dapat menyebabkan angka pengangguran tinggi, ini berarti perkembangan kesempatan kerja menjadi semakin mengecil atau dengan kata lain jumlah tenaga kerja yang diserap juga akan kecil, dari sini terlihat bahwa pemerintah harus menjalankan kebijakan makro yang tepat, untuk

menjaga tingkat inflasi agar tidak tinggi maka jumlah uang yang beredar di masyarakat juga harus dikendalikan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik membuat penelitian dengan judul: “Analisis Determinan Kesempatan Kerja Sektor Industri di Sumatera Utara”.

1.2. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka ada rumusan masalah yang dapat diambil sebagai kajian dalam penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

(26)

2. Bagaimana pengaruh PDRB sektor industri terhadap kesempatan kerja di Sumatera Utara.

3. Bagaimana pengaruh inflasi sektor industri terhadap kesempatan kerja di Sumatera Utara.

4. Bagaimana pengaruh Upah Minimum Regional Sumatera Utara terhadap kesempatan kerja di Sumatera Utara.

1.3. Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh investasi sektor industri terhadap kesempatan kerja di Sumatera Utara.

2. Untuk menganalisis pengaruh PDRB sektor Industri terhadap kesempatan kerja

di Sumatera Utara.

3. Untuk menganalisis pengaruh inflasi sektor industri terhadap kesempatan kerja di Sumatera Utara.

(27)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna bagi:

1. Pemerintah atau pembuat kebijakan, sebagai masukan dalam hal membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan kesempatan kerja dan pembangunan sektor industri.

2. Sebagai aplikasi dalam melakukan sebuah kajian ilmiah yang kelak diharapkan bisa dipergunakan oleh penulis khususnya mengenai kesempatan kerja dan pembangunan sektor industri.

(28)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Penyerapan Tenaga Kerja

Pada negara yang sedang berkembang umumnya masalah pengangguran merupakan problema yang sulit dipecahkan hingga kini, karena masalah pengangguran menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal, seperti halnya juga di Indonesia, pemerintah mengupayakan berbagai jalan keluar untuk mengatasi pengangguran secara lambat laun baik di perkotaan dan di pedesaan.

Proses dari usaha-usaha kesempatan kerja yang merupakan topik dalam penelitian ini dapat diwujudkan apabila pembinaan dan pengembangan industri- industri kecil dapat berjalan dengan semestinya, berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk dapat mendorong perekonomian rakyat.

Pengertian dari penyerapan itu sendiri diartikan cukup luas, menyerap tenaga kerja dalam maknanya menghimpun orang atau tenaga kerja di suatu lapangan usaha, untuk dapat sesuai dengan kebutuhan usaha itu sendiri.

(29)

Banyak tenaga kerja yang tersedia tetapi tidak dapat diserap oleh industri hal ini dikarenakan keahlian tenaga kerja tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh industri, di sinilah perlunya peranan pemerintah untuk melakukan pendidikan atau pelatihan terhadap tenaga kerja agar memiliki skill yang dibutuhkan oleh industri.

Mengingat kesempatan kerja yang terbatas tersebut maka pemerintah mengupayakan penciptaan lapangan kerja yang nantinya dapat menampung maupun mengurangi tingkat pengangguran yang berada di tengah masyarakat melalui penciptaan usaha usaha industri kecil.

Semakin bertambahnya jumlah industri kecil akan membawa dampak sangat luas terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan SDM yang terbatas tentunya akan menghambat pengembangan itu sendiri, merupakan tugas dan tanggung jawab masyarakat secara bersama sama dengan pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan serta berpartisipasi menunjang program pemerintah pada peningkatan taraf hidup yang lebih adil dan merata, lalu pemerintah memberikan bantuan dan penyuluhan.

2.2. Investasi

2.2.1. Pengertian Investasi

(30)

Investasi adalah pengeluaran untuk membeli barang modal dan peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti atau menambah barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan, dengan perkataan lain investasi adalah kegiatan perbelanjaan untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam perekonomian (Sukirno, 2000).

Investasi merupakan peugeluaran perusahaan secara keseluruhan yang mencakup pengeluaran untuk membeli bahan baku atau material, mesin-mesin dan peralatan pabrik serta semua modal lain yang diperlukan dalam proses produksi, pengeluaran untuk keperluan bangunan kantor, bangunan tempat tinggal karyawan dan bangunan konstruksi lainnya juga perubahan nilai stok atau barang cadangan sebagai akibat dari perubahan jumlah dan harga (Tambunan, 2001).

Dari beberapa pendapat di atas tentang investasi, maka dapat diketahui investasi merupakan suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau pengusaha guna membiayai kegiatan produksi untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.

2.2.2. Jenis-jenis Investasi

Jenis-jenis investasi berdasarkan dari pelaku investasi terbagi dua, yaitu:

a. Autonomous Investment (Investasi Otonom)

(31)

Investasi ini dilakukan oleh pemerintah (public investment), karena di samping biayanya sangat besar, investasi ini juga tidak memberikan keuntungan, maka swasta tidak dapat melakukan investasi jenis ini karena tidak memberikan keuntungan secara langsung.

b. Induced Investment (Investasi Dorongan)

Investasi dorongan adalah investasi yang besar kecilnya sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, baik itu pendapatan daerah ataupun pendapatan pusat atau nasional, diadakannya investasi ini akibat adanya pertambahan permintaan, di mana pertambahan permintaan tersebut sebagai akibat dari pertambahan pendapatan.

Jelasnya apabila pendapatan bertambah maka pertambahan permintaan akan digunakan untuk tambahan konsumsi, sedangkan pertambahan konsumsi pada dasarnya adalah tambahan permintaan, dan jika ada tambahan permintaan maka akan mendorong berdirinya pabrik baru atau memperluas pabrik lama untuk dapat memenuhi tambahan permintaan tersebut.

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Investasi

a. Tingkat Bunga

(32)

Keynes mengatakan masalah investasi baik ditinjau dari penentuan jumlahnya maupun kesempatan untuk mengadakan investasi itu sendiri, didasarkan pada konsep

Marginal Efficiency of Capital (MEC). MEC merupakan tingkat keuntungan yang

diharapkan dari investasi yang dilakukan (Return of Investment), hubungan antara MEC, investasi, dan tingkat bunga dapat dilihat dari MEC sebagai garis yang menurun, di mana garis ini memperlihatkan jumlah investasi yang terlaksana pada setiap tingkat bunga yang berlaku.

b. Peningkatan Aktivitas Perekonomian

Harapan adanya peningkatan aktivitas perekonomian di masa datang, merupakan salah satu faktor penentu untuk mengadakan investasi atau tidak, kalau ada perkiraan akan terjadi peningkatan aktivitas perekonomian di masa yang akan datang, walaupun tingkat bunga lebih besar dari tingkat MEC (sebagai penentu investasi), investasi mungkin akan tetap dilakukan oleh investor yang instingnya tajam melihat peluang meraih keuntungan yang lebih besar di masa yang datang.

c. Kestabilan Politik Suatu Negara

(33)

d. Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi akan meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya produksi, dengan demikian kemajuan teknologi yang berlaku diberbagai kegiatan ekonomi akan mendorong lebih banyak investasi, semakin besar biaya yang diperlukan untuk melakukan perombakan dalam teknologi yang digunakan, semakin banyak investasi yang akan dilakukan.

Hubungan investasi dengan penyerapan tenaga kerja dinyatakan oleh Sukirno (2000) kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat.

2.3. Industri

2.3 1. Pengertian Industri

Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1999, Industri adalah kegiatan ekonomi mengolah bahan mentah menjadi bahan baku, bahan setengah jadi atau barang jadi dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk rancang bangunan dengan rekayasa industri, industri mempunyai dua pengertian (Dumairy, 2001), Pertama; industri merupakan himpunan perusahaan-perusahaan penghasil kertas. Kedua; industri adalah sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi.

(34)

industri mencakup semua usaha dan kegiatan di bidang ekonomi yang bersifat produktif, sedangkan pengertian secara sempit, industri adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang jadi dan barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih nilainya.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi manusia yang sangat penting, melalui kegiatan industri akan dihasilkan berbagai kebutuhan manusia, mulai dari peralalan sederhana sampai pada peralatan modern, jadi pada dasarnya kegiatan itu lahir untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dengan kata lain, industri sudah dikenal sejak zaman purbakala, walaupun pada awal perkembangannya masih sangat sederhana dan terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan dalam lingkungan yang terbatas.

(35)

dan impor), produksi dan penggunaan faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal yang diperlukan guna mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.

2.3.2. Teori Industrialisasi

Seluruh negara di dunia melaksanakan proses industrialisasi, untuk menjamin pertumbuhan ekonomi (Chenery dalam Tambunan, 2001). hal ini menunjukkan bahwa sektor industri telah dipercaya oleh seluruh dunia sebagai satu-satunya leading sektor yang membawa suatu perekonomian menuju kemakmuran, sektor industri dijadikan leading sektor sebab sektor ini mempunyai begitu banyak kelebihan dibandingkan sektor pertanian, kelebihannya diantara lain produksinya mempunyai dasar, nilai tukar (term of trade) yang tinggi, nilai tambah besar, bagi pengusaha mempunyai keuntungan yang besar, dan proses produksinya lebih dapat dikendalikan oleh manusia.

Industrialisasi di setiap negara mempunyai corak yang berbeda-beda, dalam implementasinya ada empat teori yang dilaksanakan oleh beberapa negara yang melandasi industrialisasinya (Dumairy, 2001). Adapun 4 teori tersebut adalah:

1. Keunggulan komparatif (Comparative advantage), Jenis industri yang dikembangkan oleh negara yang menganut teori ini adalah industri yang merupakan keunggulan komperatif negara tersebut.

(36)

3. Penciptaan kesempatan kerja (employment creation), Jenis industri yang dikembangkan oleh negara yang menganut teori ini adalah industri mempunyai penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar.

4. Loncatan teknologi (technology jump) Jenis industri yang dikembangkan oleh negara yang menganut teori ini adalah industri yang mempunyai teknologi tinggi sehingga akan terjadi alih ekonomi bagi sektor-sektor lain.

2.3.3. Strategi Industrialisasi

Menurut Dumairy (2001), ada dua strategi industrialisasi, yakni:

1. Substitusi impor (import substitution). Strategi ini disebut strategi orientasi ke dalam atau inward looking strategy yaitu industrialisasi yang mengutamakan pengembangan jenis-jenis industri untuk menggantikan kebutuhan akan impor barang-barang sejenis terlaksana dalam dua tahap, pertama: terlebih dahulu mengembangkan industri-industri barang konsumsi. Kedua: menggalakkan pengembangan industri-industri hulu seperti industri baja dan aluminium, salah satu ciri yang menonjol dalam strategi ini adalah pelaksanaan disertai dengan tingkat proteksi yan tinggi, baik tarif bea masuk dan pajak barang impor.

(37)

2.3.4. Klasifikasi Industri

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, penggolangan industri dibagi atas empat golongan dengan didasarkan atas banyaknya jumlah tenaga kerja, tanpa melihat alat yang digunakan dalam proses produksinya. Keempat golongan yaitu:

1. Industri Rumah Tangga. 2. Industri Kecil.

3. Industri Sedang. 4. Industri besar.

Industri dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

a) Industri Besar, yaitu industri yang menggunakan mesin dengan jumlah tenaga kerja 50 orang atau lebih.

b) Industri Sedang, yaitu industri yang menggunakan mesin dengan jumlah tenaga kerja 5-49 orang.

c) Industri Kecil, yaitu industri yang menggunakan mesin dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang.

d) Industri Rumah Tangga, yaitu suatu usaha pengubahan atau pembentukan suatu barang menjadi barang lain yang nilainya lebih tinggi dan tidak menggunakan tenaga kerja yang dibayar, misalnya istri membantu suami dalam usaha atau kegiatan industri keluarga.

(38)

skala usaha, dan berdasarkan arus produknya penggolongan yang paling universal adalah berdasarkan International Standart of Industrial Classification (ISIC), yaitu berdasarkan pendekatan kelompok komoditas.

Tabel 2.1. Penggolongan Industri Menurut ISIC

Kode Kelompok Industri

31 Industri makanan, minuman dan tembakau. 32 Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit.

33 Industri kayu dan barang-barang dari kayu, termasuk perabotan rumah tangga. 34 Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan. 35 Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyak bumi, batu bara,

karet, dan plastik.

36 Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara. 37 Industri logam dasar, Industri barang dari logam, mesin dan peralatan. 38 Industri pengolahan lainnya.

Sumber: Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Untuk keperluan perencanaan anggaran negara dan analisis pembangunan, pemerintah membagi sektor pengolahan menjadi tiga sub sektor, yaitu.

1. Sub sektor industri pengolahan non migas. 2. Sub sektor pengilangan minyak bumi. 3. Sub sektor pengolahan gas alam cair.

Sedangkan untuk keperluan pengembangan sektor industri itu sendiri serta berkaitan dengan administrasi Departemen Perindustrian dan Perdagangan, digolongkan atas, hubungan arus produk, yaitu:

1. Industri Hulu, yang terdiri dari: a. Industri kimia dasar.

(39)

2. Industri Hilir, yan terdiri dari: a. Aneka industri.

b. Industri kecil.

Hubungan industri dengan penyerapan tenaga kerja sangat erat sekali, karena semakin baik pertumbuhan sektor industri akan semakin meningkat pula jumlah penyerapan tenaga kerja.

2.4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB merupakan penjumlahan dari semua harga dan jasa akhir atau semua nilai tambah yang dihasilkan oleh daerah dalam periode waktu tertentu (1 tahun). Untuk menghitung nilai seluruh produksi yang dihasilkan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu dapat digunakan 3 cara penghitungan ketiga cara tersebut adalah:

1. Cara Pengeluaran

Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlah pengeluaran atas barang-barang dan jasa yang diproduksikan dalam negara tersebut. Menurut cara ini pendapatan nasional adalah jumlah nilai pengeluaran rumah tangga konsumsi, rumah tangga produksi dan pengeluaran pemerintah serta pendapatan ekspor dikurangi dengan pengeluaran untuk barang-barang impor.

Pendekatan pengeluaran ini dapat dirumuskan dengan:

(40)

2. Cara Produksi atau Cara Produk Netto

Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi barang atau jasa yang diwujudkan oleh berbagai sektor (lapangan usaha) dalam perekonomian. dalam menghitung pendapatan nasional dengan cara produksi yang dijumlahkan hanyalah nilai produksi tambahan atau value added yang diciptakan. Penyajian dalam bentuk ini dapat memberikan gambaran tentang peranan masing-masing sektor dalam memberikan andilnya pada PDRB, dalam hal ini ada 9 sektor usaha dan faktor yang akan dijumlahkan, yaitu:

1. Sektor Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan. 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian.

3. Sektor Industri Pengolahan.

4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih. 5. Sektor Bangunan.

6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. 7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi.

8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. 9. Sektor Jasa-jasa.

3. Cara Pendapatan

(41)

Pendekatan dengan cara produksi ini dapat dirumuskan dengan:

PDB = sewa + upah + bunga + laba atau Y = (r + w + i + p)

Adapun manfaat penghitungan nilai PDRB adalah:

1. Mengetahui dan menelaah struktur atau susunan perekonomian, dari perhitungan PDRB dapat diketahui apakah suatu daerah termasuk daerah industri, pertanian atau jasa dan berapakah besar sumbangan masing-masing sektornya.

2. Membandingkan perekonomian dari waktu ke waktu. oleh karena nilai PDRB dicatat tiap tahun, maka akan didapat catatan angka dari tahun ke tahun. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh keterangan kenaikan atau penurunan apakah ada perubahan atau pengurangan kemakmuran material atau tidak.

Pertumbuhan ekonomi biasanya diikuti oleh tingkat pengangguran yang semakin menurun. Okun (1962) telah mengeluarkan suatu hukum yang mengatakan untuk menurunkan 1% tingkat pengangguran, haruslah dinaikkan 2 hingga 2½% tingkat pendapatan nasional.

2.5. Upah Tenaga Kerja

(42)

namun mereka berpendapat bahwa pengorbanan itu setimpal untuk mengentaskan kemiskinan kelompok masyarakat lainnya.

(43)

Selanjutnya Suryahadi (2003) menemukan bahwa koefisien dari upah minimum untuk semua pekerja dan seluruh segmen dari angkatan kerja adalah negatif, kecuali pekerja kerah putih (white collar), hasil ini konsisten dengan prediksi dari kerangka teoritis bahwa upah minimum akan mereduksi kesempatan kerja dari pekerja dengan skill yang rendah di sektor formal, sementara itu kenaikan dalam upah minimum sebesar 10% akan meningkatkan kesempatan kerja dari pekerja kerah putih sebanyak 10%. Kesimpulan Suryahadi secara umum sama dengan Anonim (2002). Anonim menambahkan bahwa dampak negatif kenaikan upah minimum dapat meningkatkan pengangguran untuk perempuan dan pekerja usia muda, pekerja berpendidikan rendah, pekerja penuh waktu, dan pekerja paruh waktu.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui hubungan upah dengan penyerapan tenaga kerja memiliki dua sisi yaitu kenaikan upah dapat menurunkan penyerapan tenaga kerja dan kenaikan upah juga dapat menaikkan penyerapan tenaga kerja.

2.6. Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari tingkat harga-harga umum mengalami kenaikan secara terus-menerus, dalam mengukur inflasi ada beberapa indikator yang dapat digunakan, yaitu:

1. Perubahan Inflasi atau Indeks Biaya Hidup.

(44)

Indeks harga konsumen (consumer price index) adalah nomor indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga (household). Indeks harga konsumen sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi suatu negara dan juga sebagai pertimbangan untuk penyesuaian gaji, upah, uang pensiun, dan kontrak-kontrak lainnya, untuk memperkirakan nilai indeks harga konsumen di masa depan, ekonom menggunakan indeks harga produsen, yaitu harga rata-rata bahan mentah yang dibutuhkan produsen untuk membuat produknya.

Antara indeks harga konsumen dan indeks harga produsen memiliki cara perhitungan yang sama, perbedaannya hanya terletak pada cadangan barang yang digunakan dan metode pengambilan sampel barangnya di mana indeks harga produsen mencerminkan pada tingkat harga produsen.

Indeks harga konsumen merupakan indeks yang paling banyak digunakan dalam menghitung inflasi termasuk di Indonesia yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), indeks harga konsumen dapat digunakan untuk menghitung inflasi bulanan, triwulanan, semester, dan tahunan.

(45)

2.7. Penelitian Terdahulu

Yenentri (1998) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja dan Transformasi Tenaga Kerja dari Sektor Pertanian ke Sektor Non Pertanian di Sumatera Barat menyatakan bahwa tingkat upah sektor non pertanian, keterbatasan modal, teknologi dan skala usaha merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian.

Safrida (1999) dalam penelitiannya yang berjudul Kebijakan Upah Minimum dan Makro Ekonomi terhadap Laju Inflasi, Kesempatan Kerja Serta Permintaan dan Penawaran Agregat, meneliti mengenai dampak kebijakan upah minimum dan makro ekonomi terhadap laju inflasi, kesempatan kerja serta permintaan dan penawaran agregat menyatakan bahwa khususnya dari kesempatan kerjanya tingkat upah minimum, pendapatan nasional, serta investasi merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan dan penawaran tenaga kerja.

(46)

Syafaat dan Friyanto (2000) dalam penelitian yang berjudul Analisis Dampak Krisis Ekonomi terhadap Kesempatan Kerja di Wilayah Sulawesi, meneliti kesempatan kerja di kawasan timur Indonesia pasca krisis ekonomi dengan membandingkan kesempatan kerja yang tercipta dengan pertumbuhan PDRB di kawasan Timur Indonesia, dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan PDRB yang menurun yang mengakibatkan kesempatan kerja mengalami penurunan, dengan kondisi ini disarankan perlu perencanaan pembangunan ekonomi yang berpijak pada kemampuan sumber daya agar struktur ekonomi mempunyai ketahanan yang tinggi untuk dapat menciptakan kesempatan kerja.

Rachman (2005) dalam penelitian yang berjudul Kesempatan Kerja di DKI Jakarta menemukan faktor upah minimum regional berpengaruh negatif terhadap kesempatan kerja, hal ini berarti tingkat upah Provinsi di DKI Jakarta merupakan salah satu masalah pengganggu bagi pengguna tenaga kerja untuk mempekerjakan.

Azwir Sinaga (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kesempatan Kerja Sektoral di Provinsi Sumatera Utara Indeks Harga Konsumen, Jumlah Investasi Angkatan kerja berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja sektoral di Provinsi Sumatera Utara.

(47)

terhadap kesempatan kerja, hal ini berarti tingkat bunga kredit Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu pengganggu bagi kesempatan kerja di Sumatera Utara.

2.8. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan perumusan masalah, tinjauan kepustakaan dan berbagai hasil kajian empiris yang telah dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Investasi sektor industri berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja sektor industri Sumatera Utara, ceteris paribus.

(48)

3. Inflasi berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja sektor industri Sumatera Utara, ceteris paribus.

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Analisis penelitian dibatasi pada pembentukan variabel mana yang berlaku sebagai variabel dependen dan variabel independen, variabel-variabel yang diteliti adalah variabel investasi sektor industri, PDRB sektor industri, inflasi sektor industri, Upah Minimum Regional Sumatera Utara terhadap kesempatan kerja di Sumatera Utara.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder mulai dari tahun 1990-2008 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, dan BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara, serta berbagai sumber lainnya yang relevan seperti jurnal, internet, buletin, buku, artikel, surat kabar, majalah dan hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

3.3. Metode Analisis Data

(50)

Regresi linear berganda dibantu dengan menggunakan software eviews 5.1, adapun model yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

KK = f {INV, PDRB, INF, UMR}...(3.1)

Selanjutnya dispesifikasikan ke dalam model ekonometrika sebagai berikut:

Log KK = á0 + á1 LogINV + á2 LogPDRB + á3 LogINF

+

á 4LogUMR +

å

...(3.2)

Di mana:

KK = Kesempatan Kerja (dalam orang)

INV = Investasi Sektor Industri (dalam Rupiah) PDRB = PDRB Sektor Industri (dalam Rupiah) INF = Inflasi Sektor Industri (Persen)

UMR = Upah Minimum Regional (Rupiah)

á1 - á4 = Koefisien Regresi

á0 = Intercept

å = Error term

3.4. Pengujian Statistik

3.4.1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

(51)

Nilai R2 berkisar antara 0 sampai dengan 1. Semakin besar nilai R2, maka semakin besar pula kemampuan variabel-variabel bebas menerangkan variabel tidak bebas.

3.4.2. Uji F- Statistik

Uji ini digunakan untuk mengetahui variabel-variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel tidak bebas dengan hipotesis:

H0 : semua variabel bebas secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel tidak

bebas.

H1 : semua variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel tidak bebas.

Dengan tingkat keyakinan= dan df= (k-1) (N-k) H0 diterima jika F-hitung < F-tabel

H0 ditolak jika F-hitung > F-tabel

3.4.3. Uji t - Statistik

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas dalam model secara terpisah mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas untuk tingkat kepercayaan =  dan df = n-k dengan hipotesa:

H0 : variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tidak bebas.

H1 : variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebas.

Jika-t-hitung < t-tabel maka H0 diterima artinya variabel bebas secara terpisah

(52)

Jika t-hitung > -t-tabel maka H0 ditolak artinya variabel bebas secara terpisah

berpengaruh terhadap variabel tidak bebas.

3.5. Uji Asumsi Klasik

3.5.1. Uji Stasioner

Validitas hipotesis faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja di Provinsi Sumatera Utara periode 1990-2008 dapat dibuktikan dengan cara melakukan pengujian stasioneritas terhadap masing-masing variabel yang akan dianalisis.

Pengujian ini perlu dilakukan karena regresi klasik tidak valid jika diaplikasikan pada variabel data yang tidak stasioner (Thomas, 1997). Dalam prakteknya uji ADF inilah yang digunakan untuk mendeteksi apakah data stasioner atau tidak, adapun formulasi uji ADF sebagai berikut:

(53)

Prosedur untuk mengetahui data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai statistik ADF dengan nilai kritis distribusi MacKinnon, nilai statistik ADF ditunjukkan oleh nilai t statistik koefisien ãYt-1 pada persamaan 3.1

– 3.3. jika nilai absolut statistik ADF lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya nilai statistik ADF lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner, hal penting dalam uji ADF adalah menentukan panjangnya kelambanan, panjangnya kelambanan bisa ditentukan berdasarkan kriteria AIC ataupun SC.

3.5.2. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah data yang digunakan mempunyai distribusi normal atau tidak, data yang baik memiliki distribusi normal atau mendekati normal, dalam uji Jarque-Bera (JB).

Jika nilai probabilitas P dari statistik JB besar atau dengan kata lain jika nilai statistik dari JB ini tidak signifikan maka menerima hipotesis bahwa residual mempunyai distribusi normal karena nilai statistik JB mendekati normal.

3.5.3. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk melihat apakah spesifikasi model yang kita gunakan sudah benar atau tidak. Dengan menggunakan uji ini kita dapat mengetahui bentuk model empiris dan menguji variabel yang relevan untuk dimasukkan kedalam model empiris.

(54)

tidak maka bandingkan hasil perhitungan nilai F-hitung dengan nilai F-tabel, apabila nilai F-hitung > F-tabel maka hipotesis nol yang mengatakan bahwa spesifikasi model yang digunakan dalam bentuk fungsi linier adalah benar ditolak, dan sebaliknya apabila nilai F-hitung < F-tabel maka hipotesis nol yang mengatakan bahwa spesifikasi model yang digunakan dalam bentuk fungsi linier adalah benar tidak dapat ditolak.

3.5.4. Uji Autokorelasi

Serial korelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah serial korelasi timbul karena residual tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya. Masalah ini sering ditemukan apabila kita menggunakan data time series/runtut waktu, hal ini disebabkan karena error pada seorang individu cendrung akan mempengaruhi error pada individu yang sama pada periode berikutnya. Sedangkan, pada data cross section, masalah serial korelasi jarang terjadi karena error pada observasi yang berbeda berasal dari individu yang berbeda.

Untuk mendeteksi adanya serial korelasi dengan membandingkan nilai X hitung dengan X2 tabel, yaitu:

a. Jika nilai X2 hitung > X2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa mode bebas dari masalah serial korelasi ditolak.

(55)

3.5.5. Uji Multikolinearitas

Pada mulanya multikolinearitas berarti ada hubungan yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan:

logX1, logX2, logX1,...,LogXë

(di mana ë = 1 untuk semua pengamatan memungkinkan intersep), suatu hubungan Linear yang pasti ada apabila kondisi berikut terpenuhi:

0

Untuk menguji adanya multikolinearitas, karena multikolinearitas adalah kombinasi linear yang pasti menjelaskan lainnya, salah satunya cara untuk mengetahui hubungan antar variabel logX yang satu dengan variabel logX yang lain adalah meregresi tiap logXi sisa variabel logX dan menghitung r2 yang cocok,

(56)

3.6. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel-varibel penelitian dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Kesempatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dibayar dan bekerja bagi setiap penduduk pada sektor industri dalam usia kerja pada tahun tertentu (dalam satuan orang).

2. Investasi ialah penanaman modal baik dari dalam maupun luar negeri di Sumatera Utara (dalam satuan Rupiah).

3. PDRB ialah Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 (dalam satuan rupiah).

4. Inflasi ialah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga (dalam satuan persen).

(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Hasil Penelitian

4.1.1. Kesempatan Kerja Sektor Industri Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan data kependudukan dan ketenagakerjaan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja merupakan gambaran keadaan penduduk yang bekerja dan mencari pekerjaan, sedangkan di kelompok lainnya dikategorikan sebagai penduduk usia kerja yang tidak aktif secara ekonomi, seperti masih sekolah, mengurus rumah tangga ataupun kegiatan lainnya, tinggi laju pertumbuhan angkatan kerja dibandingkan pertumbuhan kesempatan kerja akan berdampak pada tingginya angka pengangguran.

Menurut Badan Pusat statistik Sumatera Utara, laju pertumbuhan angkatan kerja di Sumatera utara selama periode tahun 1990-2008 sebesar 1,59% (persen) per tahun, sedangkan laju pertumbuhan kesempatan kerja hanya mencapai 0.63% (persen) per tahun. Pengangguran terbuka yang dalam hal ini diartikan sebagai mereka yang tidak bekerja atau tidak punya pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan cenderung mengalami kenaikan dari tahun 1990 sebesar 7.02 % (persen) telah mencapai 14,85% (persen) di tahun 2008, hal ini disebabkan oleh tekanan ekonomi dan keterbatasan memperoleh kesempatan pendidikan bagi penduduk usia muda.

(58)

Tingginya pengangguran terdidik yang selalu dikonotasikan pada ketidaksesuaian antara keahlian pencari kerja dan lowongan yang ditawarkan, selanjutnya mengenai setengah pengangguran yang di sini didefinisikan karena jam kerja kurang, di mana di Indonesia cut off point jam kerja normal yang biasa digunakan adalah 7 jam/hari dan 40 jam/minggu, maka akibat krisis moneter di pertengahan tahun 1997 telah mengakibatkan banyaknya unit usaha yang berusaha tidak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran, tetapi melakukan pengurangan jam kerja karyawannya akibat berkurangnya kapasitas produksi.

Tabel 4.1. Perkembangan Kesempatan Kerja Sumatera Utara

(59)

Apabila kita lihat secara grafis dapat diketahui perkembangan kesempatan kerja sektor industri seperti pada Gambar 4.1 berikut ini:

Sumber: BPS Sumut (2010)

Gambar 4.1. Perkembangan Kesempatan Kerja Sumatera Utara

Gambar 4.1 menunjukkan perkembangan tenaga kerja sektor industri selama masa awal krisis ekonomi di Sumatera Utara tahun 1998 tidak mempengaruhi jumlah tenaga kerja di sektor industri, hal ini berbeda dengan yang terjadi di Indonesia di mana pada tahun awal krisis moneter 1998 pengaruhnya sangat signifikan terhadap penurunan jumlah tenaga kerja sektor industri, di Sumatera Utara pengaruh krisis moneter terhadap sektor industri baru sangat terasa pada 1999-2000, di mana tingkat penurunan jumlah tenaga kerja dari tahun 1999 mencapai sebesar 32,2 persen sedangkan untuk tahun 2000 penurunan hingga 38 persen, dibandingkan dengan

(60)

tahun 1998, kenaikan yang signifikan untuk tenaga kerja sektor industri dimulai tahun 2003.

4.1.2. Investasi pada Sektor Industri Provinsi Sumatera Utara

Investasi sektor industri di Sumatera Utara berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA), tetapi data dalam penelitian ini merupakan jumlah investasi sektor industri total dari PMDN dan PMA pada sektor industri seperti pada Tabel 4.2 berikut ini.

(61)

Tabel 4.2 di atas dapat dilihat perkembangan investasi menurun drastis pada tahun 1998, pada saat terjadi krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan ini berdampak pada perekonomian Indonesia, dan pada akhirnya wilayah Sumatera Utara sebagai bagian dari wilayah Indonesia tidak luput dari masalah tersebut.

Sumber: BPS Sumut (2010)

Gambar 4.2. Perkembangan Investasi Sektor Industri

(62)

misalnya fasilitas pengurangan atau keringan pajak yang diberikan oleh pemerintah kepada para investor (PMA), masalah administrasi penerbitan izin yang berbelit belit, dukungan infrastruktur yang baik, dan yang paling penting juga kondisi keamanan dan ketertiban.

4.1.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Industri Provinsi Sumatera Utara

PDRB merupakan penjumlahan dari semua harga dan jasa akhir atau semua nilai tambah yang dihasilkan oleh daerah dalam periode waktu tertentu (1 tahun). Untuk menghitung nilai seluruh produksi yang dihasilkan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu.

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada penelitian ini menggunakan Pendapatan Domestik Regional Bruto atau PDRB dengan harga konstan tahun 2000. PDRB adalah jumlah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beroperasi pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu, atau apabila ditinjau dari segi pendapatan merupakan jumlah dari pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk di wilayah tersebut yang ikut serta dalam proses produksi dalam jangka waktu tertentu.

(63)

Tabel 4.3. Perkembangan PDRB Sektor Industri Sumatera Utara 1990-2008

Perkembangan PDRB sektor industri Sumatera Utara memiliki kecenderungan terus meningkat periode 1990-2008.

(64)

Sumber: BPS Sumut (2010)

Gambar 4.3. Perkembangan PDRB Sektor Industri Sumatera Utara

Gambar 4.3 menunjukkan adanya krisis ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya terhadap penurunan jumlah PDRB sektor industri di Sumatera Utara, hal ini disebabkan kebanyakan industri yang berada di Sumatera Utara adalah industri yang berbasis pada pertanian di mana sektor pertanian tidak begitu terimbas dengan adanya krisis moneter tahun 1998.

4.1.4. Inflasi Sektor Industri Provinsi Sumatera Utara

Indeks harga konsumen (consumer price index) adalah nomor indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga (household). Indeks harga konsumen sering digunakan untuk mengukur tingkat pada suatu negara dan juga sebagai pertimbangan untuk penyesuaian gaji, upah, uang pensiun, kontrak dan lainnya.

Inflasi merupakan gerakan naik harga-harga umum akibat perubahan variavel yang mempengaruhi, pada umumnya terkait erat dengan meningkatnya jumlah uang

(65)

beredar dan faktor produksi lainnya, kenaikan jumlah uang yang beredar terjadi antara lain karena meningkatnya pengeluaran agregat yang dipicu oleh meningkatnya pengeluaran pemerintah.

Perkembangan inflasi pada sektor industri di Sumatera Utara sebelum krisis ekonomi tahun 1997 cukup fluktuatif dengan rata-rata tahunan 8,37% (persen), pertumbuhan ekonomi masih terus berjalan, sektor industri yang berbasis pertanian dan perkebunan di Sumatera Utara mengalami kenaikan yang signifikan pengaruh inflasi hampir tidak dirasakan oleh sektor industri Sumatera Utara, di mana hampir 90% (persen) industri yang ada merupakan industri perdagangan yang berorientasi eksport (export oriented strategy).

Tabel 4.4. Perkembangan Inflasi Sumatera Utara (Persen)

Tahun INF dalam Persen Persentase Kenaikan

(66)

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia era 1997 dan 1998 turut menghantam sektor industri di Sumatera Utara, hal ini disebabkan industri yang berkembang di Sumatera Utara bergantung pada bahan baku impor, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar yang pernah mencapai Rp. 15.000 per 1 US$ pada tahun 1998 menyebabkan harga bahan baku impor meningkat sehingga mempengaruhi harga-harga dalam negeri.

Sumber: BPS Sumut (2010)

Gambar 4.4. Perkembangan Inflasi Sumatera Utara

(67)

4.1.5. Upah Minimum Regional (UMR)/Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Utara

Upah Minimum Regional adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada tenaga kerja, pegawai, karyawan atau buruh di dalam lingkungan usaha atau unit kerjanya, pemerintah mengatur pengupahan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah Minimum dan Pasal 90 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Penetapan upah dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang panjang, mula-mula Dewan Pengupahan Daerah (DPD) yang terdiri dari birokrat, akademisi, buruh dan pengusaha mengadakan rapat, membentuk tim survei dan turun ke lapangan mencari tahu harga sejumlah kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh tenaga kerja, pegawai, karyawan dan buruh, setelah survei di sejumlah kota dalam Provinsi tersebut yang dianggap representatif, diperoleh angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) - dulu disebut Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Berdasarkan KHL, DPD mengusulkan Upah Minimum Regional (UMR) dan Upah Minimum Sektor Regional (UMSR) kepada Gubernur untuk disyahkan, komponen kebutuhan hidup layak digunakan sebagai dasar penentuan upah minimum berdasarkan kebutuhan pokok hidup pekerja lajang (belum menikah).

(68)

Kabupaten/Kota (UMK) dan Upah Minimum Sektor Kabupaten/Kota (UMSR). Sejak bergulirnya era reformasi tahun 1998, pola hubungan industrial mengalami perubahan yang semakin memungkinkan bagi pekerja untuk memperjuangkan berbagai haknya, kebebasan untuk menyuarakan berbagai pendapat, keluhan seperti kesehatan dan keselamatan kerja, perlakuan tidak adil (diskriminasi), serta berbagai upaya peningkatan kesejahteraan termasuk penentuan upah minimum dapat dilakukan tanpa rasa takut lagi, selama periode 1999 sampai dengan 2005 upah minimum Provinsi Sumatera Utara meningkat dengan pesat.

(69)

Tabel 4.5. Perkembangan Upah Minimum Sumatera Utara

(70)

Sumber: BPS Sumut (2010)

Gambar 4.5. Perkembangan Upah Minimum Sumatera Utara

Bursa tenaga kerja di Sumatera Utara, seperti juga provinsi lainnya mencerminkan struktur lapangan kerja dan perekonomian yang dua listik, hal ini ditandai dengan adanya sektor tradisional (informal) yang besar di satu sisi, dan sektor modern (formal) di sisi lainnya, apabila dibandingkan upah minimum yang diterima pekerja di sektor modern, secara umum upah sektor informal lebih rendah dan sering kali tidak menentu, dengan demikian pekerja sektor formal sebenarnya masih lebih baik dibandingkan dengan sektor informal, dan biasanya pekerja di sektor formal tidak akan mudah terjerumus ke tingkat hidup di bawah garis kemiskinan, berkaitan dengan perbandingan tersebut, maka perumusan kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara harus mengutamakan fleksibelitas bursa tenaga kerja, kebijakan pada tenaga kerja uang fleksibel akan mendorong kesempatan

0

1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008

(71)

kerja kepada industri yang padat kerja, dengan jumlah angkatan kerja yang ada dan tingkat upah minimum yang telah ditentukan oleh Pemerintah Sumatera Utara, maka kebijakan tenaga kerja yang fleksibel tersebut akan mempermudah semua orang untuk melakukan kegiatan ekonomi termasuk kemudahan bagi tenaga kerja untuk berpindah pekerjaan dari pekerjaan yang kurang produktif ke pekerjaan yang lebih produktif.

4.3. Pembahasan Penelitian

4.2.1. Uji Kesesuaian (Goodness of Fit)

1. Uji Koefisien Determinasi (R-square)

Hasil estimasi persamaan LOGKK = C + b1LOGINV + b2LOGPDRB + b3LOGINF + b4LOGUMR diperoleh r-square sebesar 0.841885 atau 84.18%, ini berarti keseluruhan variabel bebas yaitu investasi, PDRB, Inflasi, dan Upah minimum yang tercakup dalam persamaan cukup mampu untuk menjelaskan variasi kesempatan kerja di Sumatera Utara, sedangkan selebihnya sebesar 15.82% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model persamaan penelitian.

2. Uji Parsial

(72)

Tabel 4.6. Uji Parsial

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. t. tabel 5%

C 6.741586 1.590532 4.238573 0.0008 1.761310

LOGINV 6,930912 1.064051 6.514707 0.0148 1.761310

LOGPDRB 0.455040 0.081233 5.601655 0.0001 1.761310

LOGINF 0.161029 0.044024 3.659408 0.0203 1.761310

LOGUMR 3.312271 1.165351 2.844940 0.0124 1.761310

Sumber: Hasil Penelitian (Data Diolah)

Tabel 4.6 menunjukkan seluruh nilai t-hitung variabel-variabel penelitian lebih besar dari t-tabel (1,7613), demikian juga dengan nilai signifikansi probabilitas variabel penelitian semuanya lebih kecil dari á = 5% atau 0,05, sehingga dapat disimpulkan masing-masing variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat.

3. Uji Serempak

Hasil estimasi persamaan model penelitian menunjukkan sebagai berikut:

Tabel 4.7. Uji Serempak masing semua variabel bebas secara serempak dapat mempengaruhi variabel terikat penelitian.

4.2.2. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Stasioner

(73)

Tabel 4.8. Uji Stasioner

Variabel Augmented Dickey-Fuller

test statistic

Test critical values Prob Test for unit root in

KK -5.146126 1% level -3.886751 0.0008 First difference

5% level -3.052169

10% level -2.666593

INV -6.096765 1% level -3.920350 0.0002 First difference

5% level -3.065585

10% level -2.673459

PDRB -6.116630 1% level -3.959148 0.0002 Second difference

5% level -3.081002

1. Variabel Kesempatan kerja stasioner pada first difference uji stasioner. 2. Variabel Investasi stasioner pada first difference uji stasioner.

3. Variabel PDRB stasioner pada second difference uji stasioner. 4. Variabel INFLASI stasioner pada first difference uji stasioner. 5. Variabel UMR stasioner pada second difference uji stasioner.

2. Uji Normalitas

(74)

dari JB ini tidak signifikan maka menerima hipotesis bahwa residual mempunyai distribusi normal karena nilai statistik JB mendekati normal, dengan pengujian hipotesis:

H0 = data tersebar normal

H1 = data tidak tersebar secara normal

Kriteri pengujiannya adalah: Kriteria pengujiannya adalah:

1. H0 ditolak jika P value < á 5%

2. H0 diterima jika P value > á 5%

Jarque-Bera 0,395523

Probability 0,820565

Sumber: Hasil Penelitian (Data Diolah)

Gambar 4.6. Uji Normalitas

Berdasarkan Gambar 4.6 dapat dilihat nilai statistik uji normalitas adalah 0,395523 dengan probabilitasnya sebesar 0,8205, berdasarkan kriteria di atas dapat disimpulkan data terdistribusi secara normal.

3. Uji Linieritas

(75)

Tabel 4.9. Hasil Ramsey RESET Test

F-statistic 0.774584 Probability 0.397623 Log likelihood ratio 1.156816 Probability 0.282127 F-tabel 3.1122

Sumber: Hasil Penelitian (Data Diolah)

Hasil pengujian Ramsey RESET test diperoleh nilai F-hitung < F-tabel yakni 0.774 < 3.1122 maka hipotesis nol yang mengatakan bahwa spesifikasi model yang digunakan dalam bentuk fungsi linier adalah benar tidak dapat ditolak.

4. Uji Autokorelasi

Serial Correlation didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang.

Tabel 4.10. Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.172761 Probability 0.843797

Obs*R-squared 0.567770 Probability 0.752853

Sumber: Hasil Penelitian (Data Diolah)

(76)

5. Uji Mutikolinearitas

Tabel 4.11. berikut ini menunjukkan hasil uji multikolinearitas penelitian.

Tabel 4.11. Uji Multikolinearitas

Variabel Nilai R2

DLOG(KK) = f{DLOG(INV), DLOG(PDRB,2),LOGINF, DLOG(UMR,2)} DLOG(INV) = f{DLOG(PDRB,2),LOGINF, DLOG(UMR,2)}

DLOG(PDRB,2) = f{LOGINF, DLOG(UMR,2), DLOG(INV)} LOGINF = f{DLOG(UMR,2), DLOG(INV), DLOG(PDRB,2)} DLOG(UMR,2) = f{DLOG(INV), DLOG(PDRB,2), LOGINF }

0.841885 DLOG(PDRB,2),LOGINF, DLOG(UMR,2)} 0,841 lebih besar dibandingkan dengan nilai R2 dalam

regresi parsial, R2 DLOG(INV) = f{DLOG(PDRB,2),LOGINF, DLOG(UMR,2)} = 0,004, R2 DLOG(PDRB,2) = f{LOGINF, DLOG(UMR,2), DLOG(INV)} = 0,279, dan R2 LOGINF = f{DLOG(UMR,2), DLOG(INV), DLOG(PDRB,2)} = 0,569, dan R2 DLOG(UMR,2) = f{DLOG(INV), DLOG(PDRB,2), LOGINF } = 0,461,

Gambar

Tabel 1.1  Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha/Sektor
Tabel 1.2. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Sumatera Utara
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 4.1. Perkembangan Kesempatan Kerja Sumatera Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

› Mengembangkan rencana testing yang berdasar pada “ rapid recycle testing ” (siklus yang ketat – 2 % dari usaha yang dikeluarkan saat proyek).. ISU-ISU STRATEGI TESTING

156 siswa dapat memberikan masukan untuk perbaikan pekerjaannya temannya. Kegitan akhir dilaksanakan selama 10 menit. Setelah memperbaiki pekerjaan masing-masing siswa

CD Elektronik tanaman hias berbasiskan komputer ini dibuat dengan menggunakan Macromedia Flash MX, sehingga dalam pembelajaran akan lebih baik karena tampilan sajiannya yang menarik.

Penelitin ini adalah penelitian tindakan kelas dengan dua siklus yang didasarkan pada rumusan siklus penelitian yang disusun oleh Jhon Elliot. Penelitian ini dilaksanakan

Beberapa penelitian terdahulu tentang Theory of Planned Behavior terbukti mampu memprediksi dan menjelaskan perilaku konsumen organik Republik Ceko (Zagata, 2012), dan

Kalian sudah mengetahui nama dan lokasi tempat tersebut. Bisa kalian lihat pada gambar, bahwa sumber daya alam di tempat tersebut sangat beragam, seperti gunung bromo selain sebagai

Sebuah tanda adalah semua hal yang dapat diambil sebagai penanda yang mempunyai. arti penting untuk menggantikan sesuatu yang lain, sesuatu yang lain itu

Apakah ada pengaruh model pembelajaran reciprocal teaching (terbalik) terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa pada materi turunan fungsi atau