SELAMA PENYIMPANAN
SKRIPSI
Oleh:
RAHMI RANGKUTI
060305010/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
SELAMA PENYIMPANAN
SKRIPSI
Oleh:
RAHMI RANGKUTI
060305010/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
NIM : 060305010
Departemen : Teknologi Pertanian Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si Ir. Lasma Nora Limbong Ketua Anggota
Mengetahui,
RAHMI RANGKUTI, dilahirkan di Padangsidimpuan pada tanggal
17 April 1987 dari Bapak Ibrahim Rangkuti dan Ibu Zubaidah Nasution. Penulis
merupakan anak keempat dari empat bersaudara.
Tahun 2006 penulis lulus dari SMAN 4 Padangsidimpuan dan pada tahun
yang sama lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.
Penulis memilih Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Departemen Teknologi
Pertanian Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif menjadi pengurus IMTHP
(Ikatan Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian). Penulis juga aktif menjadi
pengurus ATM (Agricultural Tecnology Moeslem). Penulis merupakan asisten di
Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan mulai tahun 2007-2010.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pabrik Biodiesel
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Komposisi Udara Ruang Penyimpanan Terhadap Mutu
Buah Terung Belanda Selama Penyimpanan”, yang merupakan salah satu
syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Program Studi Teknologi Hasil
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis menghanturkan pernyataan terima kasih
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang telah membesarkan, memelihara
dan mendidik penulis selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan
Ibu Ir. Lasma Nora Limbong selaku anggota komisi pembimbing yang telah
membimbing dan memberi masukan berharga kepada penulis dari penetapan
judul, melakukan penelitian, sampai pada tahap skripsi.
Penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada
abang-abang dan kakak saya Ir. Ismerdi Rangkuti, Rahmat Syah Rangkuti, SP,
Muhammad Jamal, AMd, Nurhafni Rangkuti, AMd dan Meyarlis, SE yang
telah memberikan doa, kasih sayang, nasehat, semangat kepada
penulis.
Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Departemen
Teknologi Pertanian, serta semua teman-teman stambuk 06 yang tidak dapat
kita semua.
Medan, Agustus 2010
Buah Terung Belanda Selama Penyimpanan, dibimbing oleh ELISA JULIANTI dan LASMA NORA LIMBONG.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pangaruh komposisi udara ruang penyimpanan dan lama penyimpanan dalam mempertahankan mutu buah terung belanda.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap yang terdiri atas dua faktor yaitu lama penyimpanan L1= 3 hari, L2= 6 hari, L3= 9 hari
dan L4= 12 hari, dan komposisi udara dengan konsentrasi G1 = 3 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2, G2 = 3 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2, G3 = 3 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2, G4 = 4 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2, G5 = 4 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2, G6 = 4 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2, G7 = u n (21% O2 dan 0.003% CO2). Parameter yang diamati meliputi susut bobot, kadar air, kadar vitamin C, total padatan terlarut, total asam, uji organoleptik warna, uji organoleptik aroma, uji organoleptik tekstur, kekerasan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyimpanan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap susut bobot, kadar air, kadar vitamin C, total padatan terlarut, total asam, uji organoleptik warna, uji organoleptik aroma, uji organoleptik tekstur dan kekerasan. Komposisi udara memberikan pengaruh sangat nyata terhadap susut bobot, kadar air, total padatan terlarut, total asam dan kekerasan dan berbeda tidak nyata terhadap kadar vitamin C, uji organoleptik warna, uji organoleptik aroma dan uji organoleptik tekstur. Interaksi perlakuan berpengaruh nyata hanya terhadap susut bobot. Komposisi udara dengan G1(3 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2) dapat mempertahankan mutu buah terung belanda selama penyimpanan 6 hari.
Kata kunci : Terung Belanda, Komposisi Udara, Lama Penyimpanan.
ABSTRACT
RAHMI RANGKUTI: The Effect of Air Composition in Storage Room on the Quality of
Tamarillo Fruit during Storage, supervised by ELISA JULIANTI and
LASMA NORA LIMBONG.
The aim this research was to find the effect of air composition in storage room and storage time in maintaining the quality of tamarillo. The research had been performed using completely randomized design with two factors i.e the length of storage L1= 3 days, L2= 6 days, L3= 9 days and L4= 12 days, and air composition with concentrations G1 = 3 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2, G2 = 3 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2, G3 = 3 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2, G4 = 4 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2, G5 = 4 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2, G6 = 4 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2, G7 = n air (21% O2 dan 0.003% CO2). Parameters analysed were weight lost, water content, vitamin C content, total soluble solids, acid content, organoleptic values of color, smell, texture and hardness.
The result showed that storage time had highly significant effect on weight lost, water content, vitamin C content, total soluble solids, acid content, organoleptic values of color, smell, texture and hardness. The air composition had highly significant effect on weight lost, water content, total souble solid, acid content and hardness. But had no significant effect on vitamin C content, organoleptic values of color, smell and texture. The interaction of the air composition and storage time had significant effect only on
weight lost. Composition with concentration G1(3 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2) gave the
best quality of tamarillo fruit up to 6 days of storage.
Hal
Pengaruh Oksigen pada Kerusakan Buah... . 8
Pengaruh CO2 terhadap Mutu Buah ... . 8
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respirasi ... . 9
Penyimpanan dengan Modifikasi Armosfir ... 10
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 14
Bahan Penelitian ... 14
Pengamatan dan Pengukuran Data ... 18
Penentuan susut bobot ... 18
Penentuan kadar air ... 18
Penentuan kadar vitamin C ... 18
Penentuan total padatan terlarut ... 19
Penentuan total asam ... 19
Penentuan uji organoleptik aroma ... 21 Pengaruh Komposisi Udara terhadap Parameter
No Hal
11. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi lama penyimpanan dengan komposisi gas terhadap susut bobot buah terung belanda ... 33
16. Uji LSR efek utama pengaruh komposisi gas
terhadap total asam buah terung belanda ... 43
17. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan
terhadap uji organoleptik warna buah terung belanda... 45
18. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan
terhadap uji organoleptik aroma buah terung belanda ... 47
19. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan
terhadap uji organoleptik tekstur buah terung belanda ... 49
20. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap uji kekerasan dengan teksturometer buah terung belanda ... 51
No Hal
1. Skema pengaruh komposisi udara ruang penyimpanan terhadap mutu terung belanda (Cyphomandra betacea) selama penyimpanan ... 22
2. Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air buah
5. Pengaruh komposisi gas terhadap susut bobot buah terung belanda ... 32
6. Pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dengan komposisi gas terhadap susut bobot buah terung belanda……… ... …34
7. Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C buah
terung belanda ... 36
8. Pengaruh lama penyimpanan terhadap total padatan terlarut
buah terung belanda ... 38
9. Pengaruh komposisi gas terhadap total padatan terlarut buah
terung belanda ... 40
10. Pengaruh lama penyimpanan terhadap total asam buah
terung belanda ... 42
11. Pengaruh komposisi gas terhadap total asam buah terung belanda ... 44
12. Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik warna
buah terung belanda ... 45
13. Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik aroma
buah terung belanda ... 48
14. Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik tekstur
buah terung belanda ... 50
15. Pengaruh lama penyimpanan terhadap kekerasan buah
No Hal
1. Data pengamatan analisa kadar air (%) ... 59
2. Data pengamatan analisa susut bobot (%) ... 60
3. Data pengamatan analisa kadar vitamin c (mg/100 g) ... 61
4. Data pengamatan analisa total padatan terlarut (oBrix) ... 62
5. Data pengamatan analisa total asam (%) ... 63
6. Data pengamatan analisa uji organoleptik warna (numerik) ... 64
7. Data pengamatan analisa uji organoleptik aroma (numerik) ... 65
8. Data pengamatan analisa uji organoleptik tekstur (numerik) ... 66
RAHMI RANGKUTI: Pengaruh Komposisi Udara Ruang Penyimpanan Terhadap Mutu Buah Terung Belanda Selama Penyimpanan, dibimbing oleh ELISA JULIANTI dan LASMA NORA LIMBONG.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pangaruh komposisi udara ruang penyimpanan dan lama penyimpanan dalam mempertahankan mutu buah terung belanda.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap yang terdiri atas dua faktor yaitu lama penyimpanan L1= 3 hari, L2= 6 hari, L3= 9 hari
dan L4= 12 hari, dan komposisi udara dengan konsentrasi G1 = 3 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2, G2 = 3 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2, G3 = 3 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2, G4 = 4 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2, G5 = 4 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2, G6 = 4 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2, G7 = u n (21% O2 dan 0.003% CO2). Parameter yang diamati meliputi susut bobot, kadar air, kadar vitamin C, total padatan terlarut, total asam, uji organoleptik warna, uji organoleptik aroma, uji organoleptik tekstur, kekerasan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyimpanan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap susut bobot, kadar air, kadar vitamin C, total padatan terlarut, total asam, uji organoleptik warna, uji organoleptik aroma, uji organoleptik tekstur dan kekerasan. Komposisi udara memberikan pengaruh sangat nyata terhadap susut bobot, kadar air, total padatan terlarut, total asam dan kekerasan dan berbeda tidak nyata terhadap kadar vitamin C, uji organoleptik warna, uji organoleptik aroma dan uji organoleptik tekstur. Interaksi perlakuan berpengaruh nyata hanya terhadap susut bobot. Komposisi udara dengan G1(3 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2) dapat mempertahankan mutu buah terung belanda selama penyimpanan 6 hari.
Kata kunci : Terung Belanda, Komposisi Udara, Lama Penyimpanan.
ABSTRACT
RAHMI RANGKUTI: The Effect of Air Composition in Storage Room on the Quality of
Tamarillo Fruit during Storage, supervised by ELISA JULIANTI and
LASMA NORA LIMBONG.
The aim this research was to find the effect of air composition in storage room and storage time in maintaining the quality of tamarillo. The research had been performed using completely randomized design with two factors i.e the length of storage L1= 3 days, L2= 6 days, L3= 9 days and L4= 12 days, and air composition with concentrations G1 = 3 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2, G2 = 3 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2, G3 = 3 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2, G4 = 4 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2, G5 = 4 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2, G6 = 4 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2, G7 = n air (21% O2 dan 0.003% CO2). Parameters analysed were weight lost, water content, vitamin C content, total soluble solids, acid content, organoleptic values of color, smell, texture and hardness.
The result showed that storage time had highly significant effect on weight lost, water content, vitamin C content, total soluble solids, acid content, organoleptic values of color, smell, texture and hardness. The air composition had highly significant effect on weight lost, water content, total souble solid, acid content and hardness. But had no significant effect on vitamin C content, organoleptic values of color, smell and texture. The interaction of the air composition and storage time had significant effect only on
weight lost. Composition with concentration G1(3 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2) gave the
best quality of tamarillo fruit up to 6 days of storage.
Latar Belakang
Ditinjau dari aspek fungsionalnya ternyata buah terung belanda
mempunyai khasiat yang cukup besar dan sangat unggul sebagai sumber
antioksidan alami. Buah terung belanda banyak mengandung senyawa-senyawa
seperti beta karoten, antosianin dan serat, disamping itu mengandung vitamin A,
vitamin E, vitamin C, vitamin B6 dan kalsium. Di antara antioksidan di atas, beta
karoten mempunyai peranan yang sangat penting karena paling tahan terhadap
serangan radikal bebas.
Terung belanda merupakan tanaman yang sangat populer di New Zealand.
Tanaman ini termasuk keluarga solanaceae yang berasal dari peru dan masuk ke negara Indonesia dikembangkan antara lain di Bali, Jawa Barat, dan Tanah Karo
Sumatera Utara. Buah ini bentuknya bulat panjang kombinasi antara tomat dan
jambu biji.
Buah terung belanda dapat diperoleh dari pasar lokal di daerah tropik,
hampir sepanjang tahun. Dengan sifat kulitnya yang liat tahan terhadap
penanganan yang kasar, hal ini merupakan suatu keuntungan besar bagi petani di
dataran tinggi yang daerahnya sering sekali sulit dicapai. Jenis buah terung
belanda ini tidak selamanya habis terjual terutama pada saat musim panen besar.
Dalam 2 tahun ini, buah terung belanda mulai dikembangkan
pengolahannya dimana ternyata diminati oleh masyarakat baik dari daerah Medan
dan sekitarnya, bahkan sudah mulai merambah ke daerah Jakarta serta ke daerah
Departemen Pertanian (2003), yaitu hanya 39 ton pada tahun 2000, meskipun
pada tahun 2002 terjadi pelonjakan yang sangat signifikan yaitu menjadi 101 ton
dengan tingkat pertumbuhan 123%.
Buah-buahan dikenal sebagai hasil pertanian yang mudah rusak (busuk).
Walaupun data mengenai jumlah kerusakan pasca panen buah-buahan di
Indonesia belum diketahui secara pasti namun dari data yang berhasil
dikumpulkan diperkirakan bahwa kerusakan pasca panen mencapai 25%.
Kerusakan tersebut terutama disebabkan karena penanganan pasca panen
(termasuk pengepakan dan pengangkutannya) yang kurang baik, suhu rata-rata
harian dan kelembaban udara di Indonesia yang cukup tinggi, serta belum adanya
sistem pengawetan yang memadai yang diterapkan untuk komoditi tersebut.
Agar buah-buahan yang diterima dari pengirim menjadi lebih tahan lama,
maka penyimpanannya yang baik disertai dengan beberapa perlakuan sangat
diperlukan.
Proses penyimpanan dengan udara terkendali merupakan salah satu
teknologi yang paling penting dalam penyimpanan buah-buahan. Teknologi
modifikasi atmosfir merupakan suatu cara penyimpanan dimana tingkat
konsentrasi O2 lebih rendah dan tingkat konsentrasi CO2 lebih tinggi, bila
dibandingkan dengan udara normal.
Reaksi biokimia pada hasil pertanian dapat dihambat dengan menurunkan
konsentrasi oksigen dan meningkatkan konsentrasi karbondioksida selama
penyimpanan. Secara umum konsentrasi oksigen udara diturunkan sampai 5% dan
konsentrasi karbondioksida ditingkatkan menjadi 1 sampai 3%. Pada udara bebas,
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang ”Pengaruh Komposisi Udara Ruang Penyimpanan
Terhadap Mutu Buah Terung Belanda Selama Penyimpanan.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh komposisi udara ruang penyimpanan
terhadap mutu buah terung belanda selama penyimpanan.
Kegunaan Penelitian
Sebagai sumber informasi untuk mengetahui pengaruh komposisi udara
ruang penyimpanan terhadap mutu buah terung belanda selama penyimpanan.
Dan sebagai sumber data dalam penyusunan skripsi di Departemen Teknologi
Pertanian, Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hipotesa Penelitian
Ada pengaruh komposisi udara dan lama penyimpanan serta interaksi
lama penyimpanan dan komposisi udara terhadap mutu buah terung belanda
Terung Belanda
Tanaman terung belanda berbentuk perdu yang rapuh dengan
pertumbuhan yang cepat dan tinggi dapat mencapai 7,5 meter. Tanaman ini mulai
berproduksi pada umur 18 bulan setelah tanam hingga umur 11-12 tahun,
walaupun setelah 5-6 tahun produksinya akan menurun. Pemanenan dilakukan
secara bertahap karena kemasakan buah tidak bersamaan. Terung belanda bersifat
non-klimakterik sehingga buah mentah yang dipanen tidak akan mengalami
kematangan Verhoeven (1991). Indikator kematangan buah yang akan dipanen
menurut Kader (2001) adalah terbentuknya warna merah atau kuning secara
penuh, bergantung pada kultivarnya, atau berumur 21-24 minggu setelah
penyerbukan.
Terung belanda bersifat non-klimakterik dengan produksi CO2
(10 -12 ml CO2/kg/jam) pada suhu 20oC, pH berkisar antara 3,17 – 3,80,
relatif humidity optimal antara 90-95 %, etilen yang dihasilkan termasuk rendah yaitu kurang dari 0,1 μL/kg/jam pada suhu 20oC dan tingkat sensitivitasnya
terhadap perlakuan etilen tergolong sedang (Kader, 2001).
Terung belanda hidup di daerah pegunungan pada ketinggian 500 hingga
1000 meter di atas permukaan laut dengan suhu 20 hingga 27oC. Di dataran
rendah, pohon terung belanda tidak mampu berbunga, sedangkan udara sejuk
dapat mendorong pembungaan. Oleh karena itu, tanaman ini berubah matang pada
musim dingin di daerah subtropik, dan jika ditanam di daerah tropik buah matang
Terung belanda ini mulai berbunga dan menghasilkan buah setelah
mencapai umur 2 tahun dan baru dapat dipanen pada saat umur ± 4 bulan setelah
muncul bunga. Buah yang siap dipanen ditandai dengan kulit buah berwarna
merah kekuningan atau ungu dengan tekstur agak lunak bila ditekan dengan jari
tangan relatif berbau harum (Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).
Buah ini perlu dipanen pada saat masak optimal, artinya buah telah
berwarna kuning meskipun belum penuh. Buah tersebut perlu disimpan dalam
wadah dan jangan ditumpuk supaya tidak terjadi kumpulan panas di antara
buahnya, karena masih terjadi proses respirasi lanjutan. Di dalam buah terdapat
gula, oksigen yang terlarut dalam air. Pada saat penyimpanan gula yang ada di
dalam jaringan akan diubah dengan reaksi sebagai berikut
C6H12O6 + O2 6CO2 + 6H2O + energi
Pada proses tersebut dikeluarkan gas CO2, H2O dan energi atau panas.
Meskipun gula di dalam buah terung belanda tidak banyak tetapi bila buah
ditumpuk akan terjadi akumulasi panas, air dan gas yang menyebabkan buah-buah
tersebut masak, lunak dan bila luka maka akan cepat membusuk
(Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).
Penyimpanan dalam wadah yang ada aliran udaranya memungkinkan
panas, gas dan air akan keluar sehingga tidak terjadi kerusakan. Bila akan diolah
lebih lanjut dalam jumlah yang banyak maka perlu dilakukan teknik penyimpanan
yang benar untuk mencegah kehilangan senyawa-senyawa potensial dalam buah
terung belanda (Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).
Senyawa-senyawa potensial ini mempunyai kandungan gizi dan vitamin
vitamin A, B6, C dan E serta kaya akan zat besi, potassium dan serat. Terung
belanda memiliki kandungan sodium yang rendah. Rata-rata buah terung belanda
mempunyai kalori kurang dari 40 kalori (± 160 kJoule). Hasil analisis lengkap
kandungan gizi buah terung belanda dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Kandungan Gizi Buah Terung Belanda/100 gram1)
Kandungan Nutrisi Terong Belanda mg/100 g
Sumber : Clinical handbook, NZ Dietetic Assoc. Inc (1995) dalam Kumalaningsih dan Suprayogi (2006) 1 dinyatakan dalam µg, 2 dinyatakan dalam g
(Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).
Dalam setiap 100 g bagian terung belanda yang dapat dimakan
mengandung air 82.7-87.8 g, protein 1.59 g, lemak 0.06-1.289 g, karbohidrat
10.3 g, serat 1.4-4.29 g, abu 0.66-0.94 mg, karoten 0.371-0.603 mg, vitamin A
540 SI dan vitamin C 23.3-44.9 mg. Jika buah ini dimasak, maka sebagian besar
vitamin C berkurang (Supriharti, et al., 2007).
Ditinjau dari aspek fungsionalnya ternyata buah terung belanda
mempunyai khasiat yang cukup besar dan sangat unggul sebagai sumber
antioksidan alami.. Buah terung belanda banyak mengandung senyawa-senyawa
vitamin E, vitamin C, vitamin B6 dan kalsium. Di antara antioksidan di atas, beta
karoten mempunyai peranan yang sangat penting karena paling tahan terhadap
serangan radikal bebas (Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).
Terung belanda juga sumber vitamin C, yang berfungsi sebagai
antioksidan karena menjaga kesehatan sel, meningkatkan penyerapan zat besi, dan
memperbaiki sistem kekebalan tubuh. Bagi pria, antioksidan ini memperbaiki
mutu sperma dengan cara mencegah radikal bebas merusak lapisan pembungkus
sperma. Di samping sebagai antioksidan, vitamin C berfungsi menjaga dan
memelihara kesehatan pembuluh kapiler, gigi dan gusi. Menurut kumalaningsih
(2006), kandungan vitamin C pada terung belanda cukup untuk pencegahan
penyakit (Astawan, 2008).
Mineral penting seperti potasium, fosfor dan magnesium mampu menjaga
dan memelihara kesehatan. Serat yang tinggi di dalam terung belanda
bermanfaat untuk mencegah kanker dan sembelit / konstipasi. Terung Belanda
mengandung antosianin yang termasuk ke dalam golongan flavanoid yang
merupakan salah satu jenis antioksidan. Serat yang tinggi di dalam terong belanda
bermanfaat untuk mencegah kanker dan sembelit/konstipasi (Musthafa, 2009).
Terung belanda selain kaya akan air juga mengandung provitamin A yang
bagus untuk kesehatan mata dan vitamin C untuk mengobati sariawan dan
meningkatkan daya tahan tubuh. Mineral penting seperti potasium, fosfor dan
magnesium mampu menjaga dan memelihara kesehatan tubuh. Serat yang tinggi
di dalam terung belanda bermanfaat untuk mencegah kanker dan sembelit
Pengaruh Oksigen pada Kerusakan Buah
Setiap hasil tanaman mempunyai ketahanan sendiri-sendiri terhadap
oksigen, apabila oksigen dalam udara lebih dari 5% kebanyakan buah-buahan
ketahanannya kurang sehingga akan mengalami kerusakan. Beberapa
buah-buahan bahkan kadar oksigen lebih rendah telah mengalami kerusakan,
seperti buah jeruk kerusakan sudah berlangsung pada kadar oksigen sekitar 3%,
kerusakan buah apel sudah berlangsung pada kadar oksigen di bawah 1%
(Kartasapoetra, 1994).
Menurut Pantastico (1993), konsentrasi O2 yang rendah dapat mempunyai
pengaruh terhadap laju respirasi dan oksidasi subtrat menurun, pematangan
tertunda dan sebagai akibatnya umur komoditi menjadi lebih panjang,
perombakan klorofil tertunda, produksi C2H4 rendah, laju pembentukan asam
askorbat berkurang, perbandingan asam-asam lemak tak jenuh berubah, laju
degradasi senyawa pektin tidak secepat seperti dalam udara normal.
Kerusakan akan terjadi pada hasil pertanian selama penyimpanan apabila
terdapat oksigen, terutama apabila proses anaerobik masih berjalan. Pada
umumnya kerusakan tersebut merupakan perubahan bau dan rasa. Tiap-tiap hasil
pertanian mempunyai ketahanan sendiri-sendiri terhadap oksigen. Kebanyakan
buah-buahan akan rusak apabila oksigen dalam udara lebih dari 5%, sedangkan
buah jeruk sudah rusak pada kadar oksigen 3% dan apel rusak pada kadar oksigen
di bawah 1% (Hadiwiyoto dan Soehardi, 1981).
Pengaruh CO2 Terhadap Mutu Buah
Bila kandungan CO2 dalam atmosfer simpanan bertambah, jumlah CO2
meningkat. Kandungan CO2 dalam sel yang tinggi mengarah ke
perubahan-perubahan fisiologi berikut: (a) penurunan reaksi-reaksi sintesis
pematangan (misalnya protein, zat warna), (b) penghambatan beberapa kegiatan
enzimatik (misalnya suksinodehidrogenase, sitokrom oksidase), (c) penurunan
produksi zat-zat atsiri, gangguan metabolisme asam organik, terutama
penimbunan asam suksinat, (e) kelembaban pemecahan zat-zat pektin,
(f) penghambatan sintesis klorofil dan penghilangan warna hijau, terutama setelah
pemanenan dini, dan (g) perubahan perbandingan berbagai gula (misalnya rasa
buah kastanye menjadi lebih manis sesudah mengalami penyimpanan pada suhu
rendah dan konsentrasi CO2 tinggi) (Pantastico, 1993).
Banyak pengamatan telah menunjukkan bahwa konsentrasi CO2 yang
tepat, dapat menghambat perkecambahan dan pertumbuhan beberapa jenis jamur
yang menyerang buah-buahan dalam simpanan, seperti Rhizopus, Botrytis dan
Trichothecium (Paulin, 1966). Hambatan itu tampak nyata pada 10 sampai 15% CO2, namun rupa-rupanya konsentrasi CO2 yang tinggi dapat membunuh sel-sel,
jadi memberikan kemudahan untuk pertumbuhan jamur. Pengaruh CO2 terhadap
jamur ini merupakan alasan kuat untuk memilih penyimpanan UT
(udara terkendali). Namun demikian, dalam beberapa kasus, pengaruh peracunan
dan timbulnya rasa yang tidak dikehendaki menghilangkan keuntungan ini,
sehingga lebih baik menggunakan udara yang tidak mengandung CO2, tetapi
hanya mengandung persentase O2 yang rendah (Pantastico, 1993).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Respirasi
Respirasi merupakan pemecahan bahan-bahan kompleks dalam sel, seperti
dan air, bersamaan dengan terbentuknya energi dan molekul lain yang dapat
digunakan sel untuk reaksi sintesa (Wills et al., 1981).
Proses metabolik yang terpenting sesudah panen adalah respirasi yang
meliputi perombakan substrat yang lebih besar. Namun demikian, tidak selalu
aktivitas metabolik ini bersifat katabolik yang merugikan, melainkan bisa
menguntungkan seperti sintesa pigmen, enzim dan senyawa lain khususnya
perubahan-perubahan yang terjadi selama pemasakan (Winarno, 1993).
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh ketesediaan substrat. Tersedianya
substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi.
Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi
dengan laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya bila substrat yang tersedia
cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat (Pradana, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi terbagi dua, yaitu ;
1. Faktor internal
Semakin tinggi tingkat perkembangan organ, semakin banyak jumlah CO2 yang
dihasilkan. Susunan kimiawi jaringan mempengaruhi laju respirasi, pada
buah-buahan yang banyak mengandung karbohidrat, maka laju respirasi akan
semakin cepat. Produk yang lebih kecil ukurannya mengalami laju respirasi lebih
cepat daripada buah yang besar, karena mempunyai permukaan yang lebih luas
yang bersentuhan dengan udara sehingga lebih banyak O2 berdifusi ke dalam
jaringan. Pada produk-produk yang memiliki lapisan kulit yang tebal, laju
respirasinya rendah, dan pada jaringan muda proses metabolisme akan lebih aktif
2. Faktor eksternal
Umumnya laju respirasi meningkat 2-2,5 kali tiap kenaikan 10°C. Pemberian
etilen pada tingkat pra-klimaterik, akan meningkatkan respirasi buah klimaterik.
Kandungan oksigen pada ruang penyimpanan perlu diperhatikan karena semakin
tinggi kadar oksigen, maka laju respirasi semakin cepat. Konsentrasi CO2 yang
sesuai dapat memperpanjang umur simpan buah-buahan dan sayuran karena
terjadi gangguan pada respirasinya. Kerusakan atau luka pada produk sebaiknya di
hindari, karena dapat memacu terjadinya respirasi, sehingga umur simpan produk
semakin pendek (Pantastico, 1993).
Penyimpanan dengan Modifikasi Atmosfir
Proses metabolisme yang terus berlangsung selepas panen mengakibatkan
terjadinya perubahan-perubahan, baik secara fisik, kimia maupun biologis yang
mengarah ke tanda-tanda kerusakan. Komposisi dari udara di ruang penyimpanan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat-sifat bahan segar yang disimpan.
Baik kandungan oksigen, karbondioksida dan etilen, sehingga mempengaruhi
metabolism komoditi. Dengan melakukan modifikasi atmosfir di sekitar komoditi
tersebut dapat menghasilkan beberapa keuntungan terhadap bahan hasil pertanian
(Wardhanu, 2009).
Penghambatan respirasi diakukan dengan memperhatikan faktor-faktor
yang berpengaruh pada proses respirasi. Penghambatan penyimpanan buah pada
suhu rendah dapat menghambat respirasi buah, sehingga kematangan dapat
dihambat. Namun penyimpanan pada suhu rendah ini dapat menyebabkan
lain adalah penyimpanan dengan modifikasi atmosfir. Metoda penyimpanan
berdasarkan modifikasi komposisi udara ruang penyimpanan (Dumadi, 2001).
Penyimpanan dengan cara pengaturan komposisi udara atau pengaturan
konsentrasi oksigen dan karbondioksida, dikenal dengan penyimpanan dengan
pengendalian atmosfir. Ada beberapa metode penyimpanan dengan pengendalian
atmosfir yaitu controlled atmosphere storage (CAS) dan modified atmosphere storage (MAS). Controlled atmosphere storage adalah metode penyimpanan dengan pengendalian konsentrasi oksigen dan karbondioksida secara terus
menerus sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan. Modified atmosphere storage
adalah penyimpanan dimana perubahan komposisi udara disebabkan oleh aktifitas
respirasi dari produk yang dikemas (Julianti dan Nurminah, 2006).
Proses penyimpanan dengan udara terkendali (UT) merupakan teknologi
yang paling penting dalam penyimpanan buah-buahan dan sayur-sayuran seperti
halnya pendinginan. Cara ini bila dikombinasikan dengan pendinginan, dengan
nyata menghambat kegiatan respirasi, dan dapat menunda pelunakan,
penguningan, perubahan-perubahan mutu, dan proses-proses pembongkaran
lainnya dengan mempertahankan atmosfer yang mengandung lebih banyak CO2
dengan lebih sedikit O2 daripada dalam udara biasa (Pantastico, 1997).
Prinsip pengawetan dengan cara ini adalah pengaturan jumlah gas oksigen
dan gas karbondioksida di dalam ruang penyimpanan yang tertutup rapat, di mana
kadar gas oksigen dikurangi sedangkan kadar gas karbondioksida dinaikkan.
Dengan keadaan ini maka proses pernafasan sayuran/buah-buahan menjadi
terhambat, sehingga proses pematangannya pun akan terhambat. Dalam sistem
penyimpanan. Kemudian ruangan tersebut ditutup rapat. Setelah itu, komposisi
udara di dalam ruangan tersebut diatur, sehingga diperoleh kadar gas oksigen
yang jauh lebih rendah daripada udara di luar sedangkan kadar gas karbondioksida
sebaliknya (Muchtadi, 2005).
Pengaturan komposisi gas tersebut dapat dilakukan dengan cara menyedot
udara di dalam ruangan dan menggantikannya dengan campuran gas oksigen dan
karbondioksida dengan perbandingan tertentu. Untuk menyeimbangkan tekanan
gas di dalam ruangan penyimpanan kadang-kadang ke dalam ruangan tersebut
dimasukkan gas nitrogen. Akhirnya suhu ruangan penyimpanan diturunkan
menjadi lebih rendah daripada suhu udara di luar, agar proses pengawetan
komoditi tersebut menjadi lebih tahan lama (Muchtadi, 2005).
Ada 2 tipe penyimpanan atmosfir termodifikasiyaitu :
- Atmosfir termodifikasi aktif : penyimpanan dengan modified atmosphere di
mana udara di dalam ruangan awalnya dikontrol dengan menarik semua udara
dalam kemasan kemudian diisi kembali dengan udara dan konsentrasinya
diatur sehingga keseimbangan langsung dicapai.
- Atmosfir termodifikasi pasif : keseimbangan antara O2 dan CO2 diperoleh
melalui pertukaran udara dalam kemasan (mengandalkan permeabilitas
kemasan)
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2010 di
Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan Departemen Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah terung belanda yang
diperoleh dari petani di Tanah Karo, Brastagi, gas O2, gas CO2, dan gas N2.
Reagensia
Bahan kimia yang digunakan adalah bahan kimia untuk analisa total asam
dan kadar vitamin C dimana reagensianya yaitu NaOH 0.1N, larutan iod 0.01N,
indikator phenolptalein 1%, indikator pati 1%, aquades.
Alat Penelitian
Stoples yang digunakan sebagai ruang penyimpanan, selang plastik,
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan dua faktor, yang terdiri dari:
Faktor 1 : Lama Penyimpanan
L1 = 3 hari
L2 = 6 hari
L3 = 9 hari
L4 = 12 hari
Faktor II : Komposisi Udara
G1 = 3 ± 2% O2 dengan 4 ± 2% CO2
G2 = 3 ± 2% O2 dengan 6 ± 2% CO2
G3 = 3 ± 2% O2 dengan 8 ± 2% CO2
G4 = 4 ± 2% O2 dengan 4 ± 2% CO2
G5 = 4 ± 2% O2 dengan 6 ± 2% CO2
G6 = 4 ± 2% O2 dengan 8 ± 2% CO2
G7 = Udara Normal (21% O2 dan 0.003% CO2)
Kombinasi perlakuan (Tc) =4 x 7 = 28 dengan jumlah minimum perlakuan (n)
adalah:
Tc (n-1) > 15
28(n-1) > 15
28 n > 43
n > 1, 28 ...Dibulatkan menjadi n=2
Model Rancangan
Penelitian ini dilakukan dengan model Rancangan Acak Lengkap (RAL)
faktor dengan model:
Ŷijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Dimana :
Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor L pada taraf ke-i dan faktor G pada taraf
ke –j dalam ulangan ke –k
µ : Efek nilai tengah
αi : Efek faktor L pada taraf ke-i
βj : Efek faktor G pada taraf ke-j
(αβ)ij : Efek interaksi faktor L pada taraf ke-i dan faktor G pada taraf ke-j
εijk : Efek galat dari faktor L pada taraf ke-i dan faktor G pada taraf ke-j
dalam ulangan.
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata atau sangat nyata maka uji
dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan menggunakan uji LSR (Least Significant Range).
Pelaksanaan Penelitian
Disortasi terong belanda dan ditimbang beratnya sekitar 300 gr.
Dimasukkan ke dalam stoples yang tutupnya dilubangi sebanyak dua buah dan
dipasang dengan selang plastik untuk mengatur konsentrasi gas O2 dan CO2..
Diatur konsentrasi O2 di dalam stoples dengan cara salah satu selang plastik
dihubungkan dengan alat pengukur O2 dan pipa yang satu dihubungkan dengan
seperti pada perlakuan. Di atur konsentrasi CO2 di dalam stoples dengan cara
salah satu selang plastik dihubungkan dengan alat pengukur CO2 dan pipa yang
satu dihubungkan gas CO2 dan gas dialirkan sampai konsentrasi CO2 naik seperti
pada perlakuan. Selang plastik ditekuk dan dijepit dengan penjepit dan di sekitar
selang plastik, tutup stoples diberi lilin untuk mencegah adanya kebocoran.
Disimpan pada suhu ruang sesuai dengan perlakuan (3 , 6, 9 dan 12 hari).
Dilakukan analisa terhadap parameter :
1. Kadar Air
2. Susut Bobot
3. Kadar Vitamin C
4. Total Padatan Terlarut
5. Total Asam
6. Uji Organoleptik Warna
7. Uji Organoleptik Aroma
8. Uji Organoleptik Tekstur
Parameter yang Diamati
Penentuan Sosot Bobot
Di timbang terung belanda sebelum penyimpanan dan sesudah
penyimpanan. Kemudian dihitung dengan rumus :
Susut Bobot = berat awal – berat akhir berat awal
x 100%
Penentuan Kadar Air (AOAC, 1984)
Di timbang bahan sebanyak 5 gr ke dalam cawan aluminium yang telah
diketahui berat kosongnya. Kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu
105oC selama 3 jam kemudian didinginkan dengan desikator selama 15 menit lalu
ditimbang. Selanjutnya dipanaskan lagi dalam oven selama 15 menit. Kemudian
didinginkan dalam desikator dan di timbang. Perlakuan ini di ulang sampai
diperoleh berat yang konstan. Pengurangan berat merupakan banyaknya air yang
diuapkan dari bahan dengan perhitungan :
Kadar Air = berat awal – berat akhir berat awal
x 100%
Penentuan Kadar Vitamin C (Sudarmadji, et al., 1989)
Sampel yang telah di hancurkan sebanyak 10g dimasukkan ke dalam
erlenmeyer ukuran 100 ml dan ditambahkan aquadest kemudian diaduk hingga
merata dan disaring dengan kertas saring. Filtrat diambil sebanyak 10 ml dengan
menggunakan gelas ukur lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan
2-3 tetes larutan pati 1% lalu dititrasi dengan menggunakan iodium 0.01N hingga
terjadi perubahan warna biru sambil dicatat berapa ml iodium yang dipakai. Kadar
KVC (mg / 100 g bahan) =
Berat contoh (g)
ml iod 0.01 N x 0.88 x FP x 100
Keterangan : FP = Faktor Pengencer (100/10= 10)
Penentuan Total Solid Soluble (o Brix) (AOAC, 1984)
Contoh diambil 10 g dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
kedalamnya ditambahkan aquadest hingga tanda tera kemudian digojog.
Dilakukan pengukuran padatan terlarut dan mengambil setetes larutan dan
diteteskan pada lensa handrefraktometer, lalu dilihat batas tera dan gelap, angka
yang tertera pada batas tersebut merupakan nilai padatan terlarut. Untuk nilai
padatan terlarut. Untuk menilai padatan terlarut yang sebenarnya digunakan
rumus
% Padatan terlarut = Angka yang Tertera x Faktor Pengencer
Penentuan Total Asam (Ranganna, 1978)
Ditimbang contoh sebanyak 10 g yang telah dihancurkan, dimasukkan ke
dalam beaker glass dan ditambahi aquadest sampai volume 100 ml. Diaduk
hingga merata dan disaring dengan kain saring. Diambil filtrat sebanyak 10 ml
dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu ditambahkan indikator phenolptalein
1% sebanyak 2-3 tetes kemudian dititrasi dengan menggunakan NaOH 0.1N.
titrasi dihentikan setelah timbul warna merah jambu yang stabil.
Total asam dapat dihitung dengan menggunakan rumus yaitu :
%TA = ml NaOH x N NaOH x BM Asam Dominan x
Berat contoh (g) x 1000 x valensi
Keterangan : Asam Dominan = Asam Sitrat
Valensi = 3
FP = faktor pengencer (10)
BM = berat molekul (192)
Uji Organoleptik Warna (Soekarto, 1985)
Penentuan uji organoleptik dilakukan dengan uji kesukaan atau uji
hedonik. Caranya contoh diuji secara acak dengan memberikan kode pada bahan
yang akan diuji kepada 10 panelis yang melakukan penilaian. Pengujian dilakukan
secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik.
Untuk skala uji hedonik warna adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Skala Uji Hedonik Warna
Skala Hedonik Skala Numerik
Agak Merah 1
Merah 2
Merah Agak Tua 3
Merah Sangat Tua 4
Penentuan Uji Organoleptik Aroma (Soekarto, 1985)
Uji organoleptik digunakan dengan menggunakan panelis sebanyak 10 orang.
Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan
Tabel 3. Skala Uji Hedonik Aroma
Skala Hedonik Skala Numerik
Sangat Suka 5
Uji organoleptik dilakukan dengan menggunakan panelis sebanyak 10
orang. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan
berdasarkan skala numerik.
Uji organoleptik yang digunakan untuk menentukan tingkat kelembutan dilakukan
berdasarkan skala numerik sebagai berikut :
Tabel 4. Skala Uji Hedonik Tekstur
Skala Hedonik Skala Numerik
Sangat Suka 5
Suka 4
Agak Suka/Netral 3
Tidak Suka 2
Sangat Tidak Suka 1
Penentuan Kekerasan dengan Teksturometer (Purba dan Rusmarilin, 2004 )
Penentuan kekerasan dilakukan dengan menggunakan pnetrometer yang dinyatakan dalam satuan g/mm2. Penusukan dilakukan pada tiga tempat yaitu pada
bagian pangkal, tengah, dan ujung dari setiap buah lalu dirata-ratakan.
Kekerasan
Gambar 1. Pengaruh Komposisi Udara Ruang Penyimpanan Tarhadap Mutu Terung Belanda (Cyphomandra betacea) Selama Penyimpanan
Disortasi
Ditimbang
Dimasukkan ke dalam stoples dan tutupnya dipasang selang plastik untuk mengukur konsentrasi gas O2 dan CO2
Diatur konsentrasi O2 dan CO2
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Parameter Buah Terung Belanda yang Diamati
Dari hasil penelitian dan analisa yang dilakukan, lama penyimpanan
memberikan pengaruh terhadap susut bobot, kadar air, kadar vitamin C, total
padatan terlarut, total asam, uji organoleptik (warna, aroma, tekstur) dan tekstur,
yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil analisa pengaruh lama penyimpanan terhadap parameter mutu buah terung belanda yang diamati
Lama Kadar Susut Kadar Total Total Nilai Organoleptik Kekerasan Penyimpanan Air Bobot Vitamin Padatan Asam (g/mm2)
(L) (%) (%) C Terlarut (%) Warna Aroma Tekstur
(mg/100g) (oBrix) (Numerik) (Numerik) (Numerik)
L1 = 3 Hari 83,46 1,47 78,69 11,36 0,90 3,83 3,71 3,86 3,51
L2 = 6 Hari 82,73 2,13 72,87 10,97 0,92 4,16 3,65 3,62 2,92
L3 = 9 Hari 81,77 2,68 70,03 4,89 0,98 4,28 3,53 2,39 2,10
L4 =12 Hari 81,17 3,63 64,95 4,26 1,11 4,54 2,03 1,79 1,44
Dari Tabel 5 Dapat dilihat kadar tertinggi diperoleh pada perlakuan L1
sebesar 83,46% dan terendah pada perlakuan L4 sebesar 81,17%. Susut bobot
tertinggi diperoleh pada perlakuan L4 sebesar 3,63% dan yang terendah pada
perlakuan L4 sebesar 1,47%. Kadar vitamin C tertinggi diperoleh pada perlakuan
L1 sebesar 78,69 mg/100 g dan yang terendah pada perlakuan L4 sebesar 64,95
mg/100 g. Total padatan terlarut tertinggi diperoleh pada perlakuan L1 sebesar
11,36oBrix dan yang terendah pada perlakuan L4 sebesar 4,26oBrix. Total asam
yang tertinggi terdapat pada perlakuan L4 1,11% dan terendah pada perlakuan L1
sebesar 0,90%. Nilai organoleptik warna yang tertinggi diperoleh pada perlakuan
aroma yang tertinggi pada perlakuan L1 sebesar 3,71 dan yang terendah pada
perlakuan L4 sebesar 2,03. Nilai organoleptik tekstur yang tertinggi pada
perlakuan L1 sebesar 3,86 dan yang terendah pada perlakuan L4 sebesar 1,79.
tekstur bahan (menggunakan teksturometer) tertinggi pada perlakuan L1 sebesar
3,51 g/mm2 dan terendah pada perlakuan L4 sebesar 1,44 g/mm2.
Pengaruh Komposisi Udara terhadap Parameter Mutu Buah Terung Belanda yang Diamati
Dari hasil penelitian dan analisa yang dilakukan, secara umum komposisi
udara memberikan pengaruh terhadap susut bobot, kadar air, kadar vitamin c, total
padatan terlarut, total asam, uji organoleptik (warna, aroma, tekstur) dan tekstur
yang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil analisa pengaruh komposisi gas terhadap parameter mutu buah terung belanda yang diamati
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa kadar air tertinggi diperoleh perlakuan
G6 sebesar 83,35% dan terendah perlakuan G7 sebesar 80,94%. Susut bobot
G1 sebesar 1,56%. Kadar vitamin C tertinggi diperoleh pada perlakuan G1 sebesar
75,58 mg/100 g dan terendah pada perlakuan G3 sebesar 68,69 mg/100 g. Total
padatan terlarut tertinggi diperoleh pada perlakuan G3 sebesar 9,15oBrix dan
terendah pada perlakuan G1 sebesar 6,83oBrix. Total asam tertingggi diperoleh
pada perlakuan G1 sebesar 1,12% dan terendah pada perlakuan G6 sebesar 0,81%.
Nilai organoleptik warna tertinggi diperoleh pada perlakuan G7 sebesar 4,35 dan
terendah pada perlakuan G4 sebesar 4,11. Nilai organoleptik aroma tertinggi
diperoleh pada perlakuan G7 sebesar 3,44 dan terendah pada perlakuan G3 sebesar
3,03. Nilai organoleptik tekstur tertinggi diperoleh pada perlakuan G4 sebesar 3,05
dan terendah pada perlakuan G6 sebesar 2,75. Tekstur bahan (menggunakan
teksturometer) tertinggi diperoleh pada perlakuan G1 sebesar 2,95 g/mm2 dan
terendah pada perlakuan G7 sebesar 2,03 g/mm2.
Kadar Air
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1), lama penyimpanan
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air buah
terung belanda.
Tabel 7 Hasil uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpana terhadap kadar air buah terung belanda
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa pada perlakuan L1 berbeda tidak nyata
dengan L2 dan berbeda sangat nyata dengan L3 dan L4. Perlakuan L2 berbeda nyata
dengan L3 dan berbeda sangat nyata dengan L4. Perlakuan L3 berbeda nyata
dengan L4. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan L1 (3 hari) yaitu sebesar
83,46% dan terendah pada perlakuan L4 (12 hari) sebesar 81,17%.
Hubungan lama penyimpanan terhadap kadar air buah terung belanda
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air Buah Terung Belanda
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan maka
kadar air terung belanda semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh terjadinya
peningkatan laju respirasi selama penyimpanan. Laju respirasi dapat dipengaruhi
oleh ketersediaan substrat. Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal
yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat
yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian
sebaliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan
meningkat (Pradana, 2008). Menurut Setyadjit dan Syaifullah (1994) transpirasi
yang tinggi dapat menurunkan kadar air buah selama penyimpanan.
Pengaruh Komposisi Gas terhadap Kadar Air
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1), komposisi gas memberikan
pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air buah terung belanda.
Hubungan komposisi gas dengan kadar air terung belanda dapat dilihat pada
Tabel 8.
Tabel 8 Hasil uji LSR efek utama pengaruh komposisi gas terhadap kadar air buah terung belanda
Jarak LSR Komposisi Gas Rataan Notasi
0.05 0.01 0.05 0.01
- - - G1 = 3 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2 82,73 ab AB
2 1,14 1,54 G2 = 3 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2 82,02 bc ABC
3 1,19 1,60 G3 = 3 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2 81,19 b BC
4 1,23 1,64 G4 = 4 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2 82,78 ab AB
5 1,26 1,68 G5 = 4 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2 82,96 ab A
6 1,28 1,70 G6 = 4 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2 83,35 a A
7 1,30 1,72 G7 = 21% O2 : 0,003% CO2 80,94 c D
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan G1 berbeda tidak nyata dengan
G2, G3, G4, G5, G6 dan berbeda sangat nyata dengan G7. Perlakuan G2 berbeda
tidak nyata dengan G3, G4, G5 dan berbeda nyata dengan G6 dan berbeda sangat
nyata dengan G7. Perlakuan G4 berbeda tidak nyata dengan G5, G6 dan berbeda
sangat nyata dengan G7. Perlakuan G5 berbeda tidak nyata dengan G6 dan berbeda
Hubungan komposisi gas terhadap kadar air buah terung belanda dapat
dilihat pada Gambar 3.
G1 : 3±2% O2, 4±2% CO2 G3 : 3±2% O2, 8±2% CO2 G5 : 4±2% O2, 6±2% CO2
G2 : 3±2% O2, 6±2% CO2 G4 : 4±2% O2, 4±2% CO2 G6 : 4±2% O2, 8±2% CO2
G7 : Udara Normal (21% O2, 0.003% CO2)
Gambar 3. Pengaruh Komposisi Gas terhadap Kadar Air Buah Terung Belanda
Pengaruh komposisi gas terhadap kadar air terung belanda dapat dilihat
pada gambar 3. Kadar air buah terung belanda dapat dilihat pada konsentrasi
G6 (4±2% O2, 8±2% CO2) memiliki kadar air yang lebih tinggi dan yang
terendah G7 (21% O2, 0,003% CO2). Pada buah terung belanda dilihat dari
gambar histogramnya bahwa penyimpanan pada G7 kadar airnya lebih rendah
karena penyimpanan buah pada konsentrasi udara normal sehingga laju respirasi
lebih cepat dan kehilangan kadar air lebih cepat. Sedangkan pada perlakuan yang
lain buah yang disimpan dalam keadaan tertutup dan konsentrasi gasnya diatur,
Pengaruh Interaksi antara Lama Penyimpanan dengan Komposisi Gas terhadap Kadar Air
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2), interaksi lama penyimpanan
dengan komposisi gas memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05)
terhadap kadar air buah terung belanda, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Susut Bobot
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Susut Bobot
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2), lama penyimpanan
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap susut bobot buah
terung belanda. Hasil pengujian dengan LSR pengaruh lama penyimpanan
terhadap susut bobot untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Hasil uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap susut bobot buah terung belanda
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata
dengan L2, L3 dan L4. Perlakuan L2 berbeda sangat nyata dengan L3 dan L4.
Perlakuan L3 berbeda sangat nyata dengan L4. Susut bobot yang tertinggi
diperoleh pada perlakuan L4 (12 hari) sebesar 3,63% dan terendah pada perlakuan
Hubungan lama penyimpanan terhadap susut bobot buah terung belanda
dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Susut Bobot Buah Terung Belanda
Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan maka
susut bobot terung belanda akan semakin meningkat. Terlihat pada tabel bahwa
peningkatan susut bobot teringgi terjadi pada L4 (12 hari) yaitu sebesar 3,63%.
Hal ini dijelaskan oleh Broto (2003) bahwa kehilangan susut bobot pada buah
selama penyimpanan disebabkan oleh kehilangan air sebagai akibat proses
penguapan karena perbedaan RH dan suhu ruangan. Hal ini disebabkan karena
buah tetap mengalami proses transpirasi dan respirasi setelah buah dipanen dari
pohonnya sehingga buah akan terus kehilangan air yang menyebabkan
berkurangnya susut bobot. Aktivitas respirasi merupakan proses perombakan
cadangan atau simpanan bahan organik (karbohidrat, lemak, protein) dengan
menggunakan oksigen yang ada, menghasilkan produk akhir senyawa yang lebih
sederhana seperti gula, asam organik, air, CO2 dan energi. Energi yang diperoleh
digunakan untuk aktivitas kehidupan setelah lepas dari pohon tanaman, dan juga
menghasilkan panas. Akumulasi panas di sekitar buah akan memicu respirasi
lebih cepat lagi. Perombakan yang berlangsung terus menerus mengakibatkan
substrat (karbohidrat dan lainnya) semakin berkurang, dan terjadilah kemunduran
kualitas yaitu buah mulai kehilangan kesegaran, layu, berkurangnya rasa manis,
dan pada akhirnya kehilangan nilai jual. Penguapan air pada buah merupakan
kerusakan yang serius, sebab transpirasi secara langsung mengakibatkan susut
bobot yang berarti kehilangan sejumlah berat buah (Prabawati, 1994).
Pengaruh Komposisi Gas terhadap Susut Bobot
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 2), komposisi gas memberikan pengaruh
berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap susut bobot buah terung belanda. Hasil
pengujian dengan LSR komposisi gas terhadap susut bobot untuk tiap perlakuan
dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Hasil uji LSR efek utama pengaruh komposisi gas terhadap susut bobot buah terung belanda
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan G1 berbeda tidak nyata
dengan G2 dan berbeda nyata dengan G3 dan berbeda sangat nyata dengan G4, G5,
G6 dan G7. Perlakuan G2 berbeda tidak nyata dengan G3 dan berbeda nyata dengan
nyata dengan G4, G5 dan berbeda nyata dengan G6 dan berbeda sangat nyata
dengan G7. Pperlakuan G4 berbeda tidak nyata dengan G5, G6 dan berbeda sangat
nyata dengan G7. Perlakuan G6 berbeda sangat nyata dengan G7. Susut bobot
tertinggi terdapat pada perlakuan G7 (21% O2, 0,003% CO2) yaitu sebesar 6,48%.
Dan yang terendah pada perlakuan G1 (3±2% O2, 4±2% CO2) sebesar 1,56%.
Hubungan komposisi gas terhadap susut bobot terung belanda dapat dilihat
pada Gambar 5.
G1 : 3±2% O2, 4±2% CO2 G3 : 3±2% O2, 8±2% CO2 G5 : 4±2% O2, 6±2% CO2
G2 : 3±2% O2, 6±2% CO2 G4 : 4±2% O2, 4±2% CO2 G6 : 4±2% O2, 8±2% CO2
G7 : Udara Normal (21% O2, 0.003% CO2)
Gambar 5. Pengaruh Komposisi Gas terhadap Susut Bobot Buah Terung Belanda
Pengaruh komposisi gas terhadap susut bobot terung belanda dapat dilihat
pada Gambar 5, dimana susut bobot terung belanda mengalami kenaikan susut
bobot yang meningkat tajam pada perlakuan G7 (21% O2, 0,003% CO2).
Komposisi gas dengan konsentrasi udara normal dan kondisi suhu yang tinggi
mengakibatkan buah terung belanda tersebut mengalami respirasi yang sangat
tinggi akibat dari gas O2 yang memiliki konsentrasi yang tinggi yaitu 21% dimana
respirasi pada buah tersebut memanfaatkan substrat yang terdapat di dalam buah
terung belanda itu sendiri sehingga terjadi penurunan komponen-komponen dalam
Pengaruh Interaksi antara Lama Penyimpanan terhadap Susut Bobot
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 2), interaksi lama penyimpanan dengan
komposisi gas memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
susut bobot buah terung belanda. Hasil pengujian dengan LSR pengaruh interaksi
lama penyimpanan dan komposisi gas terhadap susut bobot untuk tiap perlakuan
dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Hasil uji LSR efek utama pengaruh interaksi lama penyimpanan dengan komposisi gas terhadap susut bobot buah terung belanda
Jarak LSR Interaksi Rataan Notasi
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa susut bobot tertinggi terdapat pada
terendah pada perlakuan L1G1 (L1= 3 hari, G1= 3±2% O2,4±2% CO2) sebesar
1,09%.
Pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dengan komposisi gas
terhadap susut bobot buah terung belanda dapat dilihat pada Gambar 4.
G1 : 3±2% O2, 4±2% CO2 G3 : 3±2% O2, 8±2% CO2 G5 : 4±2% O2, 6±2% CO2
G2 : 3±2% O2, 6±2% CO2 G4 : 4±2% O2, 4±2% CO2 G6 : 4±2% O2, 8±2% CO2
G7 : Udara Normal (21% O2, 0.003% CO2)
Gambar 6. Pengaruh Interaksi antara Lama Penyimpanan dengan Komposisi Gas terhadap Susut Bobot Buah Terung Belanda
Terjadinya susut bobot yang tajam pada buah terung belanda pada
perlakuan L4G7 disebabkan oleh semakin lamanya penyimpanan maka susut bobot
akan semakin meningkat dan laju respirasi juga akan meningkat akibat dari
komposisi gas pada perlakuan L4G7 memiliki konsentrasi O2 yang sangat tinggi
yaitu sebesar 21%. Menurut Kader (1992) menjelaskan bahwa terjadinya susut
bobot disebabkan hilangnya air dalam buah dan oleh respirasi yang mengubah
gula menjadi CO2 dan H2O. Hal ini juga dijelaskan oleh Broto (2003) bahwa
kehilangan susut bobot pada buah dan sayuran selama penyimpanan disebabkan
oleh kehilangan air sebagai akibat proses penguapan dan kehilangan karbon
respirasi sehingga menimbulkan kerusakan dan menurunkan mutu produk
tersebut. Kehilangan bobot semakin meningkat dengan lamanya waktu
penyimpanan.
Kadar Vitamin C
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Vitamin C
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3) lama penyimpanan
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar vitamin C
buah terung belanda. Hasil pengujian dengan LSR pengaruh lama penyimpanan
terhadap kadar vitamin C untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Tabel 12 Hasil uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C buah terung belanda
Jarak LSR Lama Penyimpanan Rataan Notasi
0.05 0.01 0.05 0.01
- - - L1 = 3 hari 78,69 a A
2 3,49 3,71 L2 = 6 hari 72,87 b B
3 3,66 3,91 L3 = 9 hari 70,03 b B
4 3,77 5,03 L4 = 12hari 64,95 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata
dengan L2, L3 dan L4. Perlakuan L2 berbeda tidak nyata dengan L3 dan berbeda
sangat nyata dengan L4. Perlakuan L3 berbeda sangat nyata dengan L4. Kadar
vitamin C tertinggi diperoleh pada perlakuan L1 (3 hari) sebesar 78,69 mg/100 g
Hubungan lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C buah terung
belanda dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Vitamin C Buah Terung Belanda
Dari Tabel 12 terlihat bahwa selama penyimpanan terjadi penurunan kadar
vitamin C pada buah terung belanda dimana semakin lama penyimpanan maka
kadar vitamin C pun akan semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh terjadinya
buah tersebut masih melakukan respirasi dan perombakan asam askorbat pada
buah tersebut. Menurut Wills, et al (1981) bahwa kecenderungannya penurunan kandungan vitamin C disebabkan perombakan asam-asam organik termasuk asam
askorbat menjadi senyawa yang lebih sederhana akibat respirasi.
Pengaruh Komposisi Gas terhadap Kadar Vitamin C
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2), pengaruh komposisi gas
memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar vitamin C
buah terung belanda, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Pengaruh Interaksi antara Lama Penyimpanan dengan Komposisi Gas terhadap Kadar Vitamin C
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3), interaksi lama penyimpanan
dengan komposisi gas memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05)
terhadap kadar vitamin C buah terung belanda, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Total Padatan Terlarut
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Total Padatan Terlarut
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) lama penyimpanan
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total padatan
terlarut buah terung belanda. Hasil pengujian dengan LSR pengaruh lama
penyimpanan terhadap total padatan terlarut untuk tiap perlakuan dapat dilihat
pada Tabel 13.
Tabel 13 Hasil uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap total padatan terlarut buah terung belanda
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda tidak nyata
dengan L2 dan berbeda sangat nyata dengan L3 dan L4. Perlakuan L2 berbeda
sangat nyata dengan L3 dan L4. Perlakuan L3 berbeda sangat nyata dengan L4.
Total padatan terlarut tertinggi terdapat pada perlakuan L1 (3 hari) sebesar
11,36oBrix dan terendah pada perlakuan L4 (12 hari) sebesar 4,26oBrix.
Gambar 8. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Total Padatan Terlarut Buah Terung Belanda
Semakin lama penyimpanan total padatan terlarut buah terung belanda
mengalami penurunan hal ini disebabkan karena buah terung belanda pada hari ke
3 dan ke 6 total padatan terlarut buah terung belanda masih tinggi, sedangkan pada
9 dan 12 hari terjadi penurunan yang drastis. Hal ini disebabkan karena terjadinya
perombakan bahan-bahan organik dengan semakin lamanya penyimpanan, maka
perombakan bahan organik akan semakin meningkat sehingga dapat menurunkan
nilai total padatan terlarut. Perombakan bahan-bahan organik ini disebabkan oleh
laju respirasi pada buah terung belanda karena buah terung belanda berespirasi
dengan menggunakan subtrat dari buah itu sendiri tidak lagi dari tanaman
induknya yang merupakan sebagai sumber energinya melainkan semua
bahan-bahan organik yang ada dalam buah.
Pengaruh Komposisi Gas terhadap Total Padatan Terlarut
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) komposisi gas memberikan
pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total padatan terlarut buah terung
belanda. Hasil pengujian dengan LSR pengaruh komposisi gas terhadap total
padatan terlarut untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Hasil uji LSR efek utama pengaruh komposisi gas terhadap total padatan terlarut buah terung belanda
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Dari Tabel 14 dapat dilihat perlakuan G1 berbeda sangat nyata dengan G2,
G3 dan berbeda tidak nyata dengan G4, G5, dan G6 dan berbeda sangat nyata
dengan G7. Perlakuan G2 berbeda tidak nyata dengan G3 dan berbeda sangat nyata
dengan G4, G5, G6 dan berbeda tidak nyata dengan G7. Perlakuan G3 berbeda
sangat nyata dengan G4, G5, G6 dan berbeda tidak nyata dengan G7. Perlakuan G4
berbeda tidak nyata dengan G5, G6 dan berbeda sangat nyata dengan G7. Perlakuan
G5 berbeda tidak nyata dengan G6 dan berbeda sangat nyata dengan G7. Perlakuan
G6 berbeda sangat nyata dengan G7. Total padatan terlarut yang tertinggi terdapat
pada perlakuan G3 (3±2% O2, 8±2% CO2) sebesar 9,15oBrix dan yang terendah
Pengaruh komposisi gas terhadap total padatan terlarut buah terung
belanda dapat dilihat pada Gambar 9.
G1 : 3±2% O2, 4±2% CO2 G3 : 3±2% O2, 8±2% CO2 G5 : 4±2% O2, 6±2% CO2
G2 : 3±2% O2, 6±2% CO2 G4 : 4±2% O2, 4±2% CO2 G6 : 4±2% O2, 8±2% CO2
G7 : Udara Normal (21% O2, 0.003% CO2)
Gambar 9. Pengaruh Komposisi Gas terhadap Total Padatan Terlarut Buah Terung Belanda
Peningkatan kadar gula sebagai akibat proses respirasi yang terus
berlangsung sehingga terjadi hidrolisis zat pati menjadi zat lainnya seperti glukosa,
sukrosa dan fruktosa. Kemungkinan lain, yaitu kecepatan hidrolisis pati lebih besar
dari pada kecepatan penguraian glukosa menjadi senyawa lain atau energi.
Winarno dan Aman (1981) menyatakan bahwa peningkatan total gula disebabkan
oleh terjadinya akumulasi gula sebagai hasil degradasi pati, sedangkan penurunan
terjadi karena sebagian gula digunakan untuk proses respirasi.
Pengaruh Interaksi antara Lama Penyimpanan dengan Komposisi Gas terhadap Total Padatan Terlarut
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4), interaksi lama penyimpanan
dengan komposisi gas memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05)
terhadap total padatan terlarut buah terung belanda, sehingga uji LSR tidak
Total Asam
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Total Asam
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 5), lama penyimpanan
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01) terhadap total asam buah
terung belanda, sehingga uji LSR dilanjutkan. Hasil pengujian dengan LSR
pengaruh lama penyimpanan terhadap total asam untuk tiap perlakuan dapat dilihat
pada Tabel 15.
Tabel 15 Hasil uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap total asam buah terung belanda
Jarak LSR Lama Penyimpanan Rataa Notasi
0.05 0.01 0.05 0.01
- - - L1 = 3 hari 0.90 c C
2 0.06 0.08 L2 = 6 hari 0.92 c BC
3 0.06 0.08 L3 = 9 hari 0.98 b B
4 0.06 0.08 L4 = 12 hari 1.11 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda tidak nyata
dengan L2, dan berbeda sangat nyata dengan L3, L4. Perlakuan L2 berbeda nyata
dengan L3 dan berbeda sangat nyata dengan L4. Perlakuan L3 bebeda sangat nyata
dengan L4 Total asam yang tertinggi terdapat pada perlakuan L4 (12 hari) yaitu
Hubungan lama penyimpanan dengan total asam buah terung belanda
dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Total Asam Buah Terung Belanda
Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan maka
total asam yang terkandung pada buah terung belanda semakin meningkat. Hal ini
disebabkan oleh terjadinya perombakan kandungan-kandungan nutrisi yang
terdapat pada buah tersebut seperti gula, protein yang berubah menjadi asam. Hal
ini disebabkan oleh perubahan asam organik selama penyimpanan dan sejalan
dengan pendapat Pantastico (1990), yang menyatakan bahwa penelitian-penelitian
yang luas dilakukan pula terhadap perubahan-perubahan asam-asam organik pada
buah.
Pengaruh Komposisi Gas terhadap Total Asam
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 5), komposisi gas memberikan
pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01) terhadap total asam buah terung belanda,
sehingga uji LSR dilanjutkan. Hasil pengujian dengan LSR komposisi gas
terhadap total asam untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Hasil uji LSR efek utama pengaruh komposisi gas terhadap total asam
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Dari Tabel 16 dapat dilihat perlakuan G1 berbeda tidak nyata dengan G2,
G3, G4, G5, G6 dan berbeda sangat nyata G7. Perlakuan G2 berbeda tidak nyata
dengan G3, G4, G5, G6 dan G7. Perlakuan G3 berbeda tidak nyata dengan G4, G5, G6
dan G7. Perlakuan G4 berbeda tidak nyata dengan G5, G6 dan G7. Perlakuan G5
berbeda tidak nyata dengan G6 dan G7. Perlakuan G6 berbeda tidak nyata dengan
G7. Total asam yang tertinggi terdapat pada perlakuan G1 (3±2% O2, 4±2% CO2)
sebesar 1,12% dan yang terendah pada perlakuan G6 (4±2% O2, 6±2% CO2)
sebesar 0,81%.
Perbedaan total asam aibat perbedaan komposisi udara ruang
penyimpanan sehingga menyebabkan perbedaan laju respirasi buah dengan
berbedanya komposisi udara ruang penyimpanan. Penurunan konsentrasi O2
dan peningkatan konsentrasi CO2 menyebabkan laju respirasi akan semakin
menurun. Penurunan laju respirasi menyebabkan perombakan gula-gula menjadi
asam organik menjadi lebih lambat. Menurut Pantastico (1993) peningkatan CO2
dapat menunda pembentukan asam amino khas yang diperlukan untuk sintesis