ANALISIS PEMBANGUNAN EKONOMI TERHADAP
KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR SEKTOR
WILAYAH KOTA MEDAN
DISERTASI
Untuk Memperoleh Gelar Doktor Dalam Ilmu Perencanaan Wilayah Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Dengan Wibawa Rektor Universitas Sumatera Utara Prof.Dr.dr.Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM) Sp.A(K)
Dipertahankan Pada Tanggal 30 Maret 2011
Nama
: Hasan Basri Tarmizi
NIM
: 048105011
Program : S3 Perencanaan Wilayah
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Disertasi : Analisis Pembangunan Ekonomi Terhadap Ketimpangan Pembangunan Antar Sektor Wilayah Kota Medan
Nama Mahasiswa : Hasan Basri Tarmizi Nomor Induk Mahasiswa : 048105011
Program Studi : S3 Perencanaan Wilayah
Menyetujui
Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE Promotor
Prof. Dr. Ramli SE, MS Prof. Dr. Syaad Afifuddin, SE, Mec
Co-Promotor Co-Promotor
Mengetahui,
Ketua Program Studi Direktur
Prof.Dr.Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE
PERSYARATAN GELAR
ANALISIS PEMBANGUNAN EKONOMI TERHADAP
KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR SEKTOR
WILAYAH KOTA MEDAN
DISERTASI
Untuk Memperoleh Gelar Doktor Dalam Ilmu Perencanaan Wilayah Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Telah Dipertahankan
Dihadapan Panitia Ujian Tertutup
Pada Hari : Sabtu
Tanggal : 19 Februari 2011
Pukul : 08.00 WIB
Oleh :
HASIL PENELITIAN DISERTASI TELAH DISETUJUI
UNTUK SIDANG TERBUKA TANGGAL 30 MARET 2011
Oleh
Promotor
Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE
Co-Promotor
Prof. Dr. Ramli SE, MS Prof. Dr. Syaad Afifuddin, SE, Mec
Mengetahui
Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Telah diuji pada Ujian Tertutup
Tanggal 19 Februari 2011
PANITIA PENGUJI DISERTASI
Ketua
: Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang, MSIE
Anggota
: 1. Prof.Dr.Ramli, SE, MS
2. Prof.Dr.Syaad Afifuddin, SE, M.Ec
3. Prof.Dr.Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE
4. Prof.Dr.Erlina MSi. Ak
5. Prof. Badia Perizade, MBA
Dengan Surat Keputusan
Rektor Universitas Sumatera Utara
Nomor :
490/H5.1/R/SK/TPM/2011
Telah diuji pada Ujian Disertasi (Promosi)
Tanggal 30 Maret 2011
PANITIA PENGUJI DISERTASI
Ketua
: Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang, MSIE
Anggota
: 1. Prof.Dr.Ramli, SE, MS
2. Prof.Dr.Syaad Afifuddin, SE, M.Ec
3. Prof.Dr.Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE
4. Prof.Dr.Erlina MSi. Ak
5. Prof.Dr.Badia Perizade, MBA
Dengan Surat Keputusan
Rektor Universitas Sumatera Utara
Nomor :
898/H5.1/R/SK/TPM/2011
TIM PROMOTOR
Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang, MSIE
Prof.Dr.Ramli, SE, MS
TIM PENGUJI LUAR KOMISI
Prof.Dr.Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE
Prof.Dr.Erlina MSi. Ak
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
izinNya penulis dapat menyelesaikan penulisan Disertasi ini dengan judul
”Analisis Pembangunan Ekonomi Terhadap Ketimpangan Pembangunan Antar
Sektor Wilayah Kota Medan”.
Penulisan disertasi ini adalah merupakan salah satu syarat dalam rangka
menyelesaikan Pendidikan Doktor (S-3) di Program Studi Perencanaan Wilayah
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima
kasih yang seikhlasnya kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin kepada penulis
untuk melanjutkan pendidikan ke Pendidikan Doktor (S-3) di Program Studi
Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,
Medan.
2. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, sebagai Promotor, Prof. Dr. Ramli,
SE,MS dan Prof. Dr.Syaad Afifuddin, SE, MEc, sebagai Tim Promotor dan
Penguji, yang telah membimbing dan memberikan dorongan moril kepada
penulis.
3. Prof.Dr.Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE, Prof.Dr.Erlina MSi. Ak, dan Prof.Badia
Perizade, MBA, Ph.D, sebagai Penguji Luar Komisi yang telah banyak
memberikan masukan dan saran-saran demi perbaikan disertasi ini.
4. Ketua dan Sekretaris Program Doktor (S-3) di Program Studi Perencanaan
Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah banyak
5. Kepada BPS Propinsi Sumatera Utara dan BPS Kota Medan yang telah
membantu dan mengizinkan penulis untuk mendapatkan data penelitian.
6. Dosen dan Staf Administrasi Program Doktor (S-3) di Program Studi
Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,
Medan.
7. Teman se-Angkatan yaitu Angkatan I Program Doktor (S-3) di Program Studi
Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,
Medan.
8. Istri dan anak-anak tercinta, yang telah mendoakan dan sabar menanti selama
penulis menyelesaikan studi di program ini.
9. Seluruh keluarga : Ayah (Alm), Ibu (Alm), Bapak Mertua (Alm), Ibu Mertua,
kakak serta adik-adik. Tanpa bantuan dan dorongan keluarga tidak mungkin
penulis menyelesaikan studi.
10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah ikut
membantu penulis.
Terakhir Penulis menyadari bahwa Disertasi ini masih belum sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif untuk
penyempurnaan Disertasi ini. Semoga Disertasi ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Medan, Januari 2011 Penulis
ABSTRAK
Analisis Pembangunan Ekonomi Terhadap Ketimpangan Pembangunan Antar Sektor Wilayah Kota Medan oleh Hasan Basri Tarmizi. Promotor Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang, MSIE, Co-Promotor : Prof.Dr.Ramli, MS dan Prof. Dr.Syaad Afifuddin, MEc.
Hasil pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh Pemerintah akan lebih berarti apabila diikuti oleh pemerataan atas hasil pembangunan tersebut. Namun kenyataannya hasil pembangunan selalu tidak berlangsung secara seimbang dan merata, akibatnya terjadi ketidakmerataan pendapatan yang diterima oleh masyarakat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) menganalisis pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor industri, pertumbuhan sektor perdagangan dan pertumbuhan sektor keuangan berpengaruh terhadap jumlah kesempatan kerja ; (2) menganalisis pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor industri, pertumbuhan sektor perdagangan dan pertumbuhan sektor keuangan serta jumlah kesempatan kerja berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi ; (3) menganalisis pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor industri, pertumbuhan sektor perdagangan dan pertumbuhan sektor keuangan, jumlah kesempatan kerja, sektor pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap ketimpangan pembangunan ; (4) menganalisis tingkat pengaruh langsung, tidak langsung, pengaruh total pertumbuhan sektor pertanian, sektor industri, sektor perdagangan, sektor keuangan, jumlah kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan pembangunan wilayah Kota Medan; (5) menganalisis kombinasi sektor ekonomi yang mana yang dapat menggambarkan model persamaan struktural pertumbuhan ekonomi yang terbaik wilayah Kota Medan; dan (6) menganalisis tingkat kemajuan pendapatan masyarakat antar sektor pertanian, sektor perindustrian, sektor perdagangan dan sektor keuangan.
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode purpossive sampling. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 200 orang dibagi atas 50 orang untuk sektor pertanian, 50 orang untuk sektor perindustrian, 50 orang untuk sektor perdagangan dan 50 orang untuk sektor keuangan. Analisis data menggunakan analisis jalur dengan persamaan struktural dan koefisien gini.
Hasil penelitian menunjukkan : a) Pertumbuhan sektor industri, pertumbuhan sektor perdagangan dan sektor keuangan berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kesempatan kerja, dimana nilai t-hitung > t-tabel, sektor industri (12,625>1,980), sektor perdagangan (2,009>1,980), sektor keuangan (2,906<-1,980) untuk α=5% ; b) Pertumbuhan sektor perindustrian, sektor keuangan dan jumlah kesempatan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan, dimana nilai t-hitung>t-tabel, sektor perindustrian (7,784>1,980), sektor perdagangan (-2,741<-1,980), sektor keuangan (5,958>1,980) dan jumlah kesempatan kerja (4,840>1,980) untuk α=5% ; c) Pertumbuhan sektor pertanian, sektor keuangan, jumlah kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap indeks distribusi pendapatan, dimana nilai t-hitung > t-tabel, sektor pertanian (2,810>1,980), sektor keuangan (12,545>1,980), jumlah kesempatan kerja (2,017>1,980) dan pertumbuhan ekonomi (-3,930<-1,980) untuk α=5% ; d) Secara langsung yang berpengaruh terhadap indeks distribusi pendapatan adalah pertumbuhan sektor keuangan (positif) dengan koefisien 1,318 secara tidak langsung adalah sektor keuangan melalui jumlah kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap indeks distribusi pendapatan dengan koefisien 0,054, secara total sektor keuangan, jumlah kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap indeks distribusi pendapatan dengan koefisien = -0,870, e) Kombinasi sektor ekonomi yang terbaik adalah sektor keuangan jumlah kesempatan kerja pertumbuhan ekonomi indeks distribusi pendapatan, dan f) Koefisien Gini masyarakat Medan untuk yang bekerja di sektor pertanian = 0,14 ; sektor industri = 0,25 ; sektor perdagangan = 0,28 ; sektor keuangan = 0,20 sedangkan untuk semua sektor = 0,29.
ABSTRACT
Economic Development Analysis On The Development of Inter-Sector Regional Inequality Medan by Hasan Basri Tarmizi. Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang, MSIE, the Promoter, Prof.Dr.Ramli and Prof. MS. Dr.Syaad Afifuddin, MEC are the Co Promoters.
The economic development result, undertaken by the Government will more meaningful if it followed by equal distribution result. In fact the result of the development does not always balanced and evenly distributed, and this course income inequality among society.
This study purpose at (a) analyzing the agricultural, industrial, trade and financial sector’s growth effect on employment activities (2) analyze agricultural, industrial, trade and financial sectors growth and the number of employment opportunities effect on economic growth, (3) analyze the growth of the agricultural, industrial, trade, financial sector, the employment opportunity, and the economic growth, sectors effect on the development imbalance, (4) to analyze the level of direct and indirect effect of the total growth of agricultural sector, industrial sector, trade and financial sector, the number of employment opportunities and economic growth of regional combination of economic sector that representing the best structural equation model of economic growth for Medan City, and (6) to analyze the progress of people’s income level between the agricultural, trade and financial sectors.
Sampling method was conducted by using purposive sampling. Total sample taken of 200 peoples which is evenly distributed to agricultural, trade and financial sector’s consist of 50 people’s each. Data analysis using path analysis with structural equation and the Gini Coefficient.
The results showed: a) The growth of industrial sector, the growth of trade and financial sectors significantly influence the number of employment opportunities, where the value t count> t-table, the industrial sector (12.625> 1.980), trade (2.009> 1.980), financial sector (2.906 <-1.980) for α = 5%; b) Growth in the industrial sector, financial sector and the number of employment opportunities significantly influence economic growth in the city of Medan, where the value t count> t-table, the industrial sector (7.784> 1.980), trade (-2.741 <-1.980), the financial sector (5.958> 1.980) and total employment (4.840> 1.980) for α = 5%; c) Growth in the agricultural sector, financial sector, the number of employment opportunities, economic growth significantly influence income distribution index, where the value t count> t-table, the agricultural sector (2.810> 1.980), the financial sector (12.545> 1.980), total employment (2.017> 1.980) and economic growth (-3.930 <- 1.980) for α = 5%; d) Directly affecting the income distribution index is the financial sector growth (positive) with a coefficient of 1.318 is indirectly the financial sector through a number of employment opportunities and economic growth has positive influence on the index of income distribution with a coefficient of 0.054 , in total financial sector, the number of employment opportunities and economic growth negatively affect income distribution index coefficient = -0.870, e) Combination of the best economic sector is the financial sector, the number of employment opportunities economic growth income distribution index, and f) Gini Coefficient people working in Medan for the agricultural sector = 0.14; industrial sector = 0.25, the trade = 0.28; = 0.20 while the financial sector to all sectors = 0.29.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I. PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Permasalahan ... 7
1.3 Perumusan Masalah ... 7
1.4 Tujuan Penelitian ... 8
1.5 Kegunaan Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Teori Pembangunan Ekonomi... 11
2.2 Teori Pengembangan Wilayah ... 14
2.2.1 Pelaku-Pelaku Pengembangan Wilayah... 21
2.2.2 Prinsip-Prinsip Pengembangan Wilayah... 24
2.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah... 25
2.4 Distribusi Pendapatan dan Pengukurannya... 34
2.5 Ketimpangan Distribusi Pendapatan Antar Wilayah ... 39
2.6 Penelitian Sebelumnya ... 47
2.7 Keaslian Penelitian ... 52
3.1 Kerangka Konseptual ... 57
3.2 Hipotesis Penelitian... 60
BAB IV METODE PENELITIAN ... 62
4.1 Desain Penelitian... 62
4.2 Lokasi Penelitian ... 63
4.3 Responden ... 64
4.4 Besaran dan Distribusi Sampel ... 64
4.5 Teknik Penentuan Sampel ... 66
4.6 Jenis Variabel ... 67
4.7 Defenisi Operasional ... 68
4.8 Teknik Pengumpulan Data ... 69
BAB V GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN... 76
5.1 Sejarah Kota Medan... 76 5.2 Hasil Penelitian ... 88 5.3 Pengaruh Pertumbuhan Sektor Pertanian, Sektor
Industri, Sektor Perdagangan Dan Sektor Keuangan Terhadap Jumlah Kesempatan Kerja Wilayah Kota
Medan ... 93 5.4. Pengaruh Pertumbuhan Sektor Pertanian, Sektor
Industri, Sektor Perdagangan, Sektor Keuangan, dan Jumlah Kesempatan Kerja terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Wilayah Kota Medan... 94 5.5. Pengaruh Pertumbuhan Sektor Pertanian, Sektor
Industri, Sektor Perdagangan, Sektor Keuangan, Jumlah Kesempatan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap
Indeks Distribusi Pendapatan Wilayah Kota Medan ... 95 5.6 Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Pengaruh
Total Variabel Pertumbuhan Sektor Pertanian, Industri, Perdagangan, Keuangan, Jumlah Kesempatan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Ketimpangan
Pendapatan Wilayah Kota Medan ... 96 5.7. Tingkat Kemajuan Pendapatan Masyarakat Sektor
Pertanian, Sektor Industri, Sektor Perdagangan, Sektor Keuangan, Kesempatan Kerja, Pertumbuhan Ekonomi
Wilayah Kota Medan ... 106
BAB VI PEMBAHASAN ... 107
6.1. Pengaruh Pertumbuhan Sektor Pertanian, Sektor Industri, Sektor Perdagangan dan Sektor Keuangan Terhadap Jumlah kesempatan kerja Wilayah Kota
Medan... 107 6.1.1 Pengaruh Pertumbuhan Sektor Pertanian
Terhadap Jumlah Kesempatan Kerja ... 108 6.1.2 Pengaruh Pertumbuhan Sektor Industri
Terhadap Jumlah Kesempatan Kerja ... 109 6.1.3 Pengaruh Pertumbuhan Sektor Perdagangan
Terhadap Jumlah Kesempatan Kerja ... 111 6.1.4 Pengaruh Pertumbuhan Sektor Keungan
Terhadap Jumlah Kesempatan Kerja ... 113 6.2. Pengaruh Pertumbuhan Sektor Pertanian, Sektor
Industri, Sektor Perdagangan, Sektor Keuangan, dan Jumlah kesempatan kerja terhadap Pertumbuhan
6.3 Pengaruh Pertumbuhan Sektor Pertanian, Sektor Industri, Sektor Perdagangan, Sektor Keuangan, Jumlah kesempatan kerja dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Indeks Distribusi Pendapatan Wilayah Kota
Medan ... 126
6.4. Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, dan Pengaruh Total Pertumbuhan Sektor Pertanian, Pertumbuhan Sektor Industri, Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Pertumbuhan Sektor Keuangan, Jumlah Kesempatan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Ketimpangan Pembangunan Wilayah Kota Medan ... 132
6.5. Kombinasi Sektor Ekonomi Yang Dapat Menggambarkan Model Persamaan Struktural Antar Sektor Ekonomi Yang Terbaik Wilayah Kota Medan .... 134
6.6. Tingkat Kemajuan Pendapatan Masyarakat Antar Sektor Pertanian, Sektor Perindustrian, Sektor Perdagangan, dan Sektor Keuangan Wilayah Kota Medan ... 137
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 144
7.1 Kesimpulan ... 144
7.2 Saran ... 146
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
2.1 Paradigma Baru Teori Pembangunan Ekonomi Wilayah ... 18
2.2 Matriks Hasil Penelitian Terkait Dengan Ketimpangan ... 53
4.1 Penduduk Medan 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, 2008... 64
4.2 Worksheet Besar Sampel Masing-Masing Sektor Utama... 65
4.3. Besarnya Sampel Berdasarkan Sektor ... 66
4.4. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 69
5.1. Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan... 81
5.2. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Medan (Jiwa) Tahun 2004-2008 ... 85
5.3. Banyaknya Lapangan Kerja/Perusahaan di Kota Medan (Unit) Dari Tahun 2004-2008 ... 86
5.4. Banyaknya Prasarana Pendidikan di Kota Medan (Unit) Dari Tahun 2004-2008 ... 87
5.5. Banyaknya Prasarana Perdagangan di Kota Medan (Unit) Dari Tahun 2004-2008 ... 87
5.6. Banyaknya Perusahaan Industri di Kota Medan (Unit) Dari Tahun 2004-2008 ... 88
5.7. Banyaknya Lembaga Keuangan di Kota Medan (Unit) Dari Tahun 2004-2008 ... 88
5.8. Jenis Kelamin Responden ... 89
5.9. Pendidikan Responden ... 90
5.10. Status Rumah Responden... 91
5.11. Jumlah Tanggungan Responden ... 92
5.12. Gini Ratio Masyarakat yang Bekerja di Sektor Pertanian, Industri, Perdagangan dan Keuangan di Kota Medan ... 106
6.1. Perkembangan Industri Rumah Tangga di Kota Medan Dari Tahun 2004-2008 ... 110
6.2. Nilai Investasi di Sektor Industri Pengolahan di Kota Medan Dari Tahun 2006-2009 (Milyar Rupiah) ... 111
6.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan Dari Tahun 2006-2009 (%)... 116
6.4. PDRB Perkapita Kota Medan Menurut Harga Berlaku dan Konstan 2000 Tahun 2006-2009... 118
6.5. Luas lahan pertanian di Kota Medan Tahun 2008 ... 119
6.6. Pertumbuhan Sektor Industri Kota Medan dari Tahun 2006-2009. 121 6.7. Perkembangan Prasarana Perdagangan Swalayan/ Supermarket di Kota Medan dari Tahun 2004-2008 ... 123
6.9. PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006 –
2009 (Milyar Rupiah)... 124 6.10. Banyaknya Lapangan Kerja/Perusahaan di Kota Medan (Unit)
Dari Tahun 2004-2008 ... 125 6.11. Mata Pencaharian Penduduk Kota Medan Sebagai Petani, Tahun
2004-2008 ... 128 6.12. Indikator Ketenagakerjaan di Kota Medan Tahun 2006-2009... 130 6.13. Indikator Ekonomi Kota Medan Dari Tahun 2006-2009... 132 6.14. PDRB Kota Medan (ADHK 2000) dan Pertumbuhan Tahun 2000
– 2008... 135 6.15. PDRB Perkapita (ADHK 2000) Kota Medan dari Tahun 2000 –
2008 (Rp) ... 136 6.16. Jumlah Masyarakat Kota Medan Yang Bekerja dan
Pertumbuhannya dari Tahun 2002 – 2008 ... 136 6.17. Gini Ratio Masyarakat yang Bekerja di Sektor Pertanian, Industri,
Perdagangan dan Keuangan di Kota Medan ... 137 6.18. Distribusi Pendapatan Masyarakat Kota Medan Yang Bekerja di
Sektor Pertanian Tahun 2010 ... 138 6.19. Distribusi Pendapatan Masyarakat Kota Medan Yang Bekerja di
Sektor Industri Tahun 2010... 139 6.20. Distribusi Pendapatan Masyarakat Kota Medan Yang Bekerja di
Sektor Perdagangan Tahun 2010 ... 140 6.21. Distribusi Pendapatan Masyarakat Kota Medan Yang Bekerja di
Sektor Keuangan Tahun 2010... 141 6.22. Distribusi Pendapatan Masyarakat Kota Medan Yang Bekerja di
Sektor Pertanian, Industri, Perdagangan dan Keuangan Tahun
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan Di Indonesia Dari Tahun
2006-2010 ... 4 2.1 Kaitan Elemen Globalisasi Ekonomi, Desentralisasi dan
Pembangunan Ekonomi Lokal ... 22 2.2. Kurva Lorenz ... 37 2.3. Pilihan Produksi Antara Barang Mewah Versus Barang
Kebutuhan Pokok ... 42 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... 59 4.1. Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Pengaruh Total
Variabel Pertumbuhan Sektor Pertanian, Industri, Perdagangan, Keuangan, Jumlah Kesempatan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Tingkat Ketimpangan Pendapatan ... 73 5.1. Direct Effect, Indirect Effect, dan Total Effect Model Diagram
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Kuesioner ... 147
2. Data Interpolasi Pertumbuhan Sektor Pertanian, Sektor Perindustrian, Sektor Perdagangan, Sektor Keuangan, Jumlah Kesempatan Kerja, Pertumbuhan Ekonomi, dan Distribusi
Pendapatan ... 150
3. Data Responden Tentang Pendapatan Dan Pengeluaran Antar
Sektor Wilayah Kota Medan... 152
4. Regresi untuk Z1, Z2, dan Z3... 160
Analisis Pembangunan Ekonomi Terhadap Ketimpangan
Pembangunan Antar Sektor Di Kota Medan
Hasan Basri Tarmizi
Fakultas Ekonomi USU
Summary
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor industri, pertumbuhan sektor perdagangan dan pertumbuhan sektor keuangan berpengaruh terhadap jumlah kesempatan kerja ; untuk menganalisis pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor industri, pertumbuhan sektor perdagangan dan pertumbuhan sektor keuangan serta jumlah kesempatan kerja berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi ; untuk menganalisis pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor industri, pertumbuhan sektor perdagangan dan pertumbuhan sektor keuangan, jumlah kesempatan kerja, dan pertumbuhan sektor pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap indeks ketimpangan pembangunan ; untuk menganalisis tingkat pengaruh langsung, tidak langsung, dan pengaruh total terhadap indeks ketimpangan pembangunan ; untuk menganalisis kombinasi sektor ekonomi yang mana yang dapat menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang terbaik dan untuk menganalisis tingkat kemajuan pendapatan masyarakat antar sektor ekonomi tersebut.
Penelitian dilakukan di Kota Medan pada bulan Juni 2010 sampai dengan
November 2010 dengan menggunakan metode Random Sampling, untuk
mendapatkan 50 orang responden untuk masing-masing sektor pertanian, sektor industri, sektor perdagangan dan sektor keuangan. Data sekunder diperoleh dari BPS Kota Medan. Alat analisis yang dipergunakan adalah Regresi Linier Berganda dan Gini Ratio.
ABSTRAK
Analisis Pembangunan Ekonomi Terhadap Ketimpangan Pembangunan Antar Sektor Wilayah Kota Medan oleh Hasan Basri Tarmizi. Promotor Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang, MSIE, Co-Promotor : Prof.Dr.Ramli, MS dan Prof. Dr.Syaad Afifuddin, MEc.
Hasil pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh Pemerintah akan lebih berarti apabila diikuti oleh pemerataan atas hasil pembangunan tersebut. Namun kenyataannya hasil pembangunan selalu tidak berlangsung secara seimbang dan merata, akibatnya terjadi ketidakmerataan pendapatan yang diterima oleh masyarakat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) menganalisis pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor industri, pertumbuhan sektor perdagangan dan pertumbuhan sektor keuangan berpengaruh terhadap jumlah kesempatan kerja ; (2) menganalisis pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor industri, pertumbuhan sektor perdagangan dan pertumbuhan sektor keuangan serta jumlah kesempatan kerja berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi ; (3) menganalisis pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor industri, pertumbuhan sektor perdagangan dan pertumbuhan sektor keuangan, jumlah kesempatan kerja, sektor pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap ketimpangan pembangunan ; (4) menganalisis tingkat pengaruh langsung, tidak langsung, pengaruh total pertumbuhan sektor pertanian, sektor industri, sektor perdagangan, sektor keuangan, jumlah kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan pembangunan wilayah Kota Medan; (5) menganalisis kombinasi sektor ekonomi yang mana yang dapat menggambarkan model persamaan struktural pertumbuhan ekonomi yang terbaik wilayah Kota Medan; dan (6) menganalisis tingkat kemajuan pendapatan masyarakat antar sektor pertanian, sektor perindustrian, sektor perdagangan dan sektor keuangan.
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode purpossive sampling. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 200 orang dibagi atas 50 orang untuk sektor pertanian, 50 orang untuk sektor perindustrian, 50 orang untuk sektor perdagangan dan 50 orang untuk sektor keuangan. Analisis data menggunakan analisis jalur dengan persamaan struktural dan koefisien gini.
Hasil penelitian menunjukkan : a) Pertumbuhan sektor industri, pertumbuhan sektor perdagangan dan sektor keuangan berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kesempatan kerja, dimana nilai t-hitung > t-tabel, sektor industri (12,625>1,980), sektor perdagangan (2,009>1,980), sektor keuangan (2,906<-1,980) untuk α=5% ; b) Pertumbuhan sektor perindustrian, sektor keuangan dan jumlah kesempatan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan, dimana nilai t-hitung>t-tabel, sektor perindustrian (7,784>1,980), sektor perdagangan (-2,741<-1,980), sektor keuangan (5,958>1,980) dan jumlah kesempatan kerja (4,840>1,980) untuk α=5% ; c) Pertumbuhan sektor pertanian, sektor keuangan, jumlah kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap indeks distribusi pendapatan, dimana nilai t-hitung > t-tabel, sektor pertanian (2,810>1,980), sektor keuangan (12,545>1,980), jumlah kesempatan kerja (2,017>1,980) dan pertumbuhan ekonomi (-3,930<-1,980) untuk α=5% ; d) Secara langsung yang berpengaruh terhadap indeks distribusi pendapatan adalah pertumbuhan sektor keuangan (positif) dengan koefisien 1,318 secara tidak langsung adalah sektor keuangan melalui jumlah kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap indeks distribusi pendapatan dengan koefisien 0,054, secara total sektor keuangan, jumlah kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap indeks distribusi pendapatan dengan koefisien = -0,870, e) Kombinasi sektor ekonomi yang terbaik adalah sektor keuangan jumlah kesempatan kerja pertumbuhan ekonomi indeks distribusi pendapatan, dan f) Koefisien Gini masyarakat Medan untuk yang bekerja di sektor pertanian = 0,14 ; sektor industri = 0,25 ; sektor perdagangan = 0,28 ; sektor keuangan = 0,20 sedangkan untuk semua sektor = 0,29.
ABSTRACT
Economic Development Analysis On The Development of Inter-Sector Regional Inequality Medan by Hasan Basri Tarmizi. Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang, MSIE, the Promoter, Prof.Dr.Ramli and Prof. MS. Dr.Syaad Afifuddin, MEC are the Co Promoters.
The economic development result, undertaken by the Government will more meaningful if it followed by equal distribution result. In fact the result of the development does not always balanced and evenly distributed, and this course income inequality among society.
This study purpose at (a) analyzing the agricultural, industrial, trade and financial sector’s growth effect on employment activities (2) analyze agricultural, industrial, trade and financial sectors growth and the number of employment opportunities effect on economic growth, (3) analyze the growth of the agricultural, industrial, trade, financial sector, the employment opportunity, and the economic growth, sectors effect on the development imbalance, (4) to analyze the level of direct and indirect effect of the total growth of agricultural sector, industrial sector, trade and financial sector, the number of employment opportunities and economic growth of regional combination of economic sector that representing the best structural equation model of economic growth for Medan City, and (6) to analyze the progress of people’s income level between the agricultural, trade and financial sectors.
Sampling method was conducted by using purposive sampling. Total sample taken of 200 peoples which is evenly distributed to agricultural, trade and financial sector’s consist of 50 people’s each. Data analysis using path analysis with structural equation and the Gini Coefficient.
The results showed: a) The growth of industrial sector, the growth of trade and financial sectors significantly influence the number of employment opportunities, where the value t count> t-table, the industrial sector (12.625> 1.980), trade (2.009> 1.980), financial sector (2.906 <-1.980) for α = 5%; b) Growth in the industrial sector, financial sector and the number of employment opportunities significantly influence economic growth in the city of Medan, where the value t count> t-table, the industrial sector (7.784> 1.980), trade (-2.741 <-1.980), the financial sector (5.958> 1.980) and total employment (4.840> 1.980) for α = 5%; c) Growth in the agricultural sector, financial sector, the number of employment opportunities, economic growth significantly influence income distribution index, where the value t count> t-table, the agricultural sector (2.810> 1.980), the financial sector (12.545> 1.980), total employment (2.017> 1.980) and economic growth (-3.930 <- 1.980) for α = 5%; d) Directly affecting the income distribution index is the financial sector growth (positive) with a coefficient of 1.318 is indirectly the financial sector through a number of employment opportunities and economic growth has positive influence on the index of income distribution with a coefficient of 0.054 , in total financial sector, the number of employment opportunities and economic growth negatively affect income distribution index coefficient = -0.870, e) Combination of the best economic sector is the financial sector, the number of employment opportunities economic growth income distribution index, and f) Gini Coefficient people working in Medan for the agricultural sector = 0.14; industrial sector = 0.25, the trade = 0.28; = 0.20 while the financial sector to all sectors = 0.29.
BAB I
PENDAHULUAN
1.6Latar Belakang
Pada umumnya pembangunan di suatu daerah selalu diarahkan pada
pembangunan ekonomi yang dapat dilihat melalui usaha pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi disebabkan adanya peningkatan produksi barang dan jasa,
yang antara lain diukur dengan besaran yang disebut Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). Faktor utama yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan
ekonomi daerah adalah adanya permintaan barang dan jasa dari luar daerah,
sehingga sumber daya lokal akan dapat menghasilkan kekayaan daerah karena
dapat menciptakan peluang kerja di daerah (Boediono, 1999).
Salah satu indikator yang digunakan dalam mengukur pembangunan
ekonomi yang terjadi pada suatu daerah adalah pertumbuhan ekonomi. Walaupun
indikator ini hanya mengukur tingkat pertumbuhan output dalam suatu
perekonomian, namun juga memberikan indikasi tentang bagaimana aktivitas
perekonomian yang terjadi pada suatu periode tertentu dapat menghasilkan
peningkatan pendapatan bagi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
diperlukan untuk menggerakkan dan memacu pembangunan di bidang-bidang
lainnya, sekaligus sebagai kekuatan utama pembangunan dalam rangka
meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat yang ikut
berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembangunan
tersebut.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi lebih berarti apabila diikuti
oleh hasil-hasil pembangunan yang merata dinikmati oleh masyarakat, namun
seperti yang diharapkan, yaitu seimbang dan merata. Beberapa daerah mencapai
pertumbuhan yang cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami
pertumbuhan yang sebaliknya.
Daerah-daerah tersebut tidak mengalami pertumbuhan yang tinggi
disebabkan kurangnya sumber daya yang dimilikinya. Faktor lainnya adalah
adanya kecenderungan peranan pemilik modal (investor) yang lebih memilih
daerah perkotaan atau daerah yang memiliki fasilitas lengkap seperti prasarana
perhubungan, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, perbankan, asuransi, dan
tenaga kerja yang terampil, selain itu adanya ketimpangan pembagian pendapatan
dari pemerintah pusat kepada daerah (Sutarno, 2002).
Lebih lanjut menurut Todaro (2008) tujuan utama dari usaha-usaha
pembangunan ekonomi selain upaya menciptakan pertumbuhan yang
setinggi-tingginya, pembangunan harus pula berupaya untuk menghapus atau mengurangi
tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran atau
upaya untuk menciptakan kesempatan kerja baru bagi penduduk. Terciptanya
kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat, maka akan memperoleh
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sejalan dengan itu, maka pembangunan ekonomi sebaiknya diarahkan
kepada suatu proses yang menyebabkan adanya usaha untuk menaikkan
pendapatan perkapita penduduk, dan ini terjadi terus menerus dalam jangka
panjang (Asyad, 2004). Untuk mengurangi kesenjangan sosial ekonomi dan
kemelaratan sebahagian besar rakyat Indonesia maka dirumuskanlah suatu tujuan
pendapatan, (2) mengurangi kemiskinan, dan (3) memperluas dan menciptakan
kesempatan kerja. Tujuan tersebut sejalan dengan yang digariskan di dalam
GBHN, yang mengatakan bahwa disamping menaikkan pendapatan nasional,
pembangunan harus sekaligus menjamin distribusi pendapatan yang seimbang
bagi semua orang sesuai azas keadilan (GBHN TAP MPR RI No.IV/MPR/1973).
Williamson (1965) menyatakan bahwa ketimpangan wilayah akan
memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap pertumbuhan ekonomi dan
pemerataan pendapatan antarwilayah karena akan mengakibatkan: Pertama,
makin besarnya arus perpindahan penduduk desa terutama yang berketerampilan
ke daerah perkotaan. Kedua, investasi cenderung mengarah kepada
wilayah-wilayah kota yang telah jauh berkembang dengan sarana dan prasarana yang
mampu memberikan keuntungan aglomerasi yang lebih tinggi. Ketiga, pemerintah
lebih cenderung melakukan investasi ke daerah-daerah yang telah lebih dulu
berkembang. Keempat, tidak adanya keterkaitan (linkage) antardaerah yang lebih
berkembang dengan daerah yang kurang berkembang. Kesemuanya ini akan
memperburuk perbedaan kemajuan ekonomi yang dicapai antardaerah (dalam
Sirojuzilam, 2010).
Menghindari akibat yang terjadi tersebut di atas maka diperlukan suatu
strategi pembangunan yang berorientasi pada pemerataan. Perlunya strategi
pemerataan ini disebabkan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh hampir
sebahagian besar negara-negara sedang berkembang di dunia, yang semata-mata
berorientasi pada pertumbuhan yang mengakibatkan terjadinya ketimpangan
Berikut adalah grafik pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan di Indonesia
dari tahun 2006 - 2010 (Kompas, 2011).
42
66
51
63
13.3
14
15
17
39.3
37.1
34.9
32.5
5.5
6.3
6.0
4.5
6.11
31.0
16
94.0
2009 2010
2006 2007 2008
Pertumbuhan Ekonomi (persen)
Penduduk Miskin
Jumlah (Juta orang) Persentase
Anggaran Kemiskinan (Rp Triliun
Gambar 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan Di Indonesia Dari Tahun 2006-2010
Dari gambar di atas terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dari
tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 mengalami peningkatan dan penurunan
jumlah penduduk yang miskin tetapi diikuti oleh jumlah anggaran untuk
Sejalan dengan uraian di atas, Kota Medan mengalami tingkat
pertumbuhan ekonomi sebesar 6,75% pada tahun 2008, dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi pada tahun yang sama dengan pertumbuhan ekonomi
Provinsi Sumatera Utara dan Nasional, maka pertumbuhan ekonomi Kota Medan
lebih tinggi (Provinsi Sumatera Utara sebesar 6,39%, Nasional sebesar 6,06%).
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini tidak terlepas dari pertumbuhan
sektor ekonomi yang mendukungnya terutama dari pertumbuhan sektor pertanian
sebesar 3,61%, pertumbuhan sektor industri 3,91%, pertumbuhan sektor
perdagangan sebesar 5,6% dan pertumbuhan sektor keuangan sebesar 9,50% pada
tahun yang sama.
Selanjutnya kontribusi masing-masing sektor di atas terhadap PDRB Kota
Medan atas dasar harga konstan tahun 2000 menunjukkan bahwa pertumbuhan
sektor pertanian sebesar 2,34%, pertumbuhan sektor industri sebesar 14,41%,
pertumbuhan sektor perdagangan sebesar 25,96% dan pertumbuhan sektor
keuangan sebesar 14,53% pada tahun 2008.
Dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh Kota Medan seperti
yang dijelaskan di atas, dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 833.832 orang
(tingkat pertumbuhan sebesar 14,24%). Pada tahun yang sama, pendapatan
perkapita penduduk Kota Medan adalah sebesar Rp.31.030.000,- pertahun ADHB
dibandingkan dengan pendapatan perkapita masyarakat Sumatera Utara dan
Nasional jauh lebih tinggi, dimana Sumatera Utara pendapatan perkapita sebesar
Rp.16.400.000,- dan Nasional sebesar Rp.21.170.000,- pertahun. Dengan kata lain
kalaulah pendapatan perkapita ini yang menjadi tolok ukur kemakmuran, berarti
masyarakat Kota Medan lebih makmur dibandingkan dengan masyarakat Provinsi
Selanjutnya, kalau dilihat dari koefisien Gini yaitu salah satu tolok ukur
untuk menentukan merata atau tidaknya pendapatan yang diterima oleh
masyarakat, maka koefisien Gini Kota Medan pada tahun 2008 adalah sebesar
0,269. Berdasarkan kriteria yang berlaku, berarti nilai ini berada pada posisi
ketimpangan rendah, artinya perbedaan pendapatan antara satu masyarakat dengan
masyarakat lainnya pada tahun yang sama tidak terlalu berbeda.
Dari uraian di atas terlihat bahwa Kota Medan mengalami tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi Provinsi Sumatera Utara ataupun pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini mengakibatkan
fenomena-fenomena yang terjadi, diantaranya tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
belum diikuti oleh tingkat pertumbuhan yang tinggi di sektor pertanian, sektor
perindustrian, sektor perdagangan, dan sektor keuangan. Kontribusi
masing-masing sektor pertanian, perindustrian, perdagangan dan sektor keuangan
terhadap perkembangan ekonomi juga menunjukkan kontribusi yang belum
merata. Tingginya tingkat penyerapan tenaga kerja belum menggambarkan
penyerapan yang terjadi di sektor pertanian, perindustrian, perdagangan dan sektor
keuangan. Pendapatan perkapita yang tinggi belum menggambarkan pendapatan
perkapita untuk masyarakat yang bekerja di sektor pertanian, perindustrian,
perdagangan dan sektor keuangan. Koefisien Gini yang terjadi belum
menggambarkan Gini Ratio untuk masyarakat yang bekerja di sektor pertanian,
1.7Identifikasi Permasalahan
Dari fenomena-fenomena di atas dapat diidentifikasi permasalahan yang
terjadi yaitu sebagai berikut : Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Kota Medan
belum tentu diikuti oleh pertumbuhan yang tinggi untuk sektor pertanian, sektor
perindustrian, sektor perdagangan dan sektor keuangan. Adanya perbedaan
kontribusi masing-masing sektor terhadap pertumbuhan ekonomi terutama sektor
pertanian, sektor perindustrian, sektor perdagangan dan sektor keuangan.
Penyerapan tenaga kerja yang tinggi belum tentu terdapat pada sektor pertanian,
sektor perindustrian, sektor perdagangan dan sektor keuangan. Pendapatan
perkapita yang terjadi belum bisa menggambarkan pendapatan perkapita untuk
sektor pertanian, sektor perindustrian, sektor perdagangan dan sektor keuangan.
Koefisien Gini yang terjadi di Kota Medan belum menggambarkan koefiesien
Gini yang terjadi di sektor pertanian, sektor perindustrian, sektor perdagangan dan
sektor keuangan.
Dari fenomena-fenomena dan identifikasi masalah di atas maka perlu
dilakukan penelitian dan analisis yang mendalam tentang pembangunan ekonomi
terhadap ketimpangan pembangunan antar sektor wilayah Kota Medan.
1.8Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, maka yang menjadi
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor industri,
pertumbuhan sektor perdagangan dan pertumbuhan sektor keuangan
2. Apakah pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor industri,
pertumbuhan sektor perdagangan dan pertumbuhan sektor keuangan serta
jumlah kesempatan kerja berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
wilayah Kota Medan.
3. Apakah pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor industri,
pertumbuhan sektor perdagangan dan pertumbuhan sektor keuangan, jumlah
kesempatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap indeks
ketimpangan pembangunan wilayah Kota Medan.
4. Bagaimana tingkat pengaruh langsung, tidak langsung, dan pengaruh total
pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor perdagangan, pertumbuhan
sektor perindustrian, pertumbuhan sektor keuangan, jumlah kesempatan kerja,
dan pertumbuhan ekonomi terhadap indeks ketimpangan pembangunan
wilayah Kota Medan.
5. Kombinasi sektor ekonomi yang mana yang dapat menggambarkan model
persamaan struktural, pertumbuhan ekonomi yang terbaik wilayah Kota
Medan.
6. Bagaimana tingkat kemajuan pendapatan masyarakat antar sektor pertanian,
sektor perindustrian, sektor perdagangan, dan sektor keuangan dibandingkan
dengan pendapatan masyarakat keseluruhan wilayah Kota Medan.
1.9Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor
industri, pertumbuhan sektor perdagangan dan pertumbuhan sektor keuangan
berpengaruh terhadap jumlah kesempatan kerja wilayah Kota Medan.
2. Untuk menganalisis pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor
industri, pertumbuhan sektor perdagangan dan pertumbuhan sektor keuangan
serta jumlah kesempatan kerja berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
wilayah Kota Medan.
3. Untuk menganalisis pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor
industri, pertumbuhan sektor perdagangan dan pertumbuhan sektor keuangan,
jumlah kesempatan kerja, dan pertumbuhan sektor pertumbuhan ekonomi
berpengaruh terhadap indeks ketimpangan pembangunan wilayah Kota
Medan.
4. Untuk menganalisis tingkat pengaruh langsung, tidak langsung, dan pengaruh
total pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor perdagangan,
pertumbuhan sektor perindustrian, pertumbuhan sektor keuangan, jumlah
kesempatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi terhadap indeks ketimpangan
pembangunan wilayah Kota Medan.
5. Untuk menganalisis kombinasi sektor ekonomi yang mana yang dapat
menggambarkan persamaan struktural, pertumbuhan ekonomi yang terbaik
wilayah Kota Medan.
6. Untuk menganalisis tingkat kemajuan pendapatan masyarakat antar sektor
dibandingkan dengan pendapatan masyarakat keseluruhan wilayah Kota
Medan.
1.10 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini terdiri dari :
1. Kegunaan teoritis yakni diharapkan akan memberikan sumbangan pemikiran
dan upaya penajaman konsep tentang pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan
pembangunan yang terjadi di suatu daerah.
2. Kegunaan praktis, yaitu bagi pemerintah Kota Medan mengambil kebijakan
mengenai pengalokasian dana pembangunan kepada masing-masing sektor
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.8 Teori Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf
hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan
riil per kapita. Jadi tujuan pembangunan ekonomi disamping untuk menaikkan
pendapatan nasional riil juga untuk meningkatkan produktivitas. Pada umumnya
dapat dikatakan bahwa tingkat output pada suatu saat tertentu ditentukan oleh
tersedianya atau digunakannya baik sumber daya alam maupun sumber daya
manusia, tingkat teknologi, keadaan pasar dan kerangka kehidupan ekonomi
(sistem perekonomian) serta sikap dari output itu sendiri (Irawan dan Suparmoko,
2002).
Studi pembangunan ekonomi adalah suatu cabang ilmu yang paling
menggairahkan dan menantang dari disiplin ilmu ekonomi. Ahli ilmu ekonomi
pembangunan pertama adalah Adam Smith yang terkenal dengan bukunya yang
berjudul Wealth of Nations terbit pada tahun 1776. Buku ini diyakini sebagai
pelopor mengenai pembangunan ekonomi. Namun ada beberapa kalangan yang
menyatakan bahwasannya ilmu ekonomi pembangunan itu bukan merupakan
cabang khusus dari ilmu ekonomi, seperti cabang-cabang ilmu ekonomi lainnya
yang memiliki ciri khas seperti halnya ilmu makroekonomi, ilmu ekonomi
ketenagakerjaan, ilmu keuangan publik atau ilmu ekonomi moneter. Pandangan
para penentangnya tersebut menyatakan bahwa ilmu ekonomi pembangunan itu
atas, yang memusatkan perhatian khusus kepada perekonomian di masing-masing
negara-negara Afrika, Asia, Amerika Latin (Todaro, 2008).
Ekonomi pembangunan mempunyai cakupan yang cukup luas, selain
mengupas tentang cara-cara alokasi sumber daya produktif langka yang seefisien
mungkin serta kesinambungan pertumbuhannya dari waktu ke waktu. Ekonomi
pembangunan juga memperhatikan mekanisme-mekanisme ekonomi, sosial,
politik dan kelembagaan baik yang terkandung di sektor swasta maupun di sektor
pemerintah/publik. Semua mekanisme tersebut sangat diperlukan untuk
memperbaiki taraf hidup manusia secara cepat (Todaro, 2008).
Menurut Arsyad (2004) beberapa bidang penting yang dianalisis dalam
ekonomi pembangunan antara lain: masalah pertumbuhan ekonomi, masalah
kemiskinan, masalah pembentukan modal, masalah pengerahan tabungan,
masalah bantuan luar negeri. Faktor penting lainnya menyebabkan keadaan
tersebut adalah ketiadaan teori-teori pembangunan yang dapat menciptakan suatu
kerangka dasar yang berlaku umum dalam memberikan gambaran mengenai
proses pembangunan ekonomi. Para ekonom sampai saat ini belum mencapai
kesepakatan mengenai faktor-faktor apa yang memegang peranan paling penting
dalam pembangunan ekonomi dan bagaimana mekanisme proses pembangunan
ekonomi tersebut terjadi.
Keberhasilan pembangunan ekonomi menurut Todaro dalam Arsyad
(2004) ditunjukkan oleh 3 (tiga) nilai pokok:
1. Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
2. Meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia;
3. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom from
servitude) yang merupakan salah satu hak asasi manusia.
Akhirnya disadari bahwa pengertian pembangunan sangat luas bukan
hanya sekedar bagaimana menaikkan GNP per tahun saja. Pembangunan ekonomi
itu bisa diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk
mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Dengan
adanya batasan di atas maka pembangunan ekonomi pada umumnya didefenisikan
sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita
penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem
kelembagaan.
Pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses agar saling
berkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang menghasilkan
pembangunan ekonomi tersebut dapat dilihat dan dianalisis. Dengan cara tersebut
dapat diketahui deretan peristiwa yang timbul dan akan mewujudkan peningkatan
ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tap pembangunan ke tahap
pembangunan berikutnya.
Selanjutnya pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai kenaikan
dalam pendapatan per kapita, karena kenaikan itu merupakan penerimaan dan
timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat. Biasanya laju
pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan dengan menggunakan tingkat
Namun demikian cara tersebut mempunyai kelemahan karena cara itu
tidak secara tepat menunjukkan perbaikan kesejahteraan masyarakat yang dicapai.
Dalam jangka waktu tertentu, pada saat GDP/GNP dihitung, disamping akan
terdapat pertambahan dalam kegiatan ekonomi masyarakat pertambahan
penduduk pun terjadi. Dengan demikian, sebagian pertambahan hasil kegiatan
ekonomi tersebut harus digunakan untuk mempertinggi kesejahteraan ekonomi
masyarakat. Jika tingkat pertambahan GDP/GNP sama dengan atau lebih rendah
daripada tingkat pertambahan penduduk, maka pendapatan perkapita akan tetap
sama atau bahkan menurun. Ini berarti bahwa pertambahan GDP/GNP tidak
memperbaiki tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat (Arsyad, 2004).
2.9 Teori Pengembangan Wilayah
Wilayah adalah suatu area geografis yang memiliki ciri tertentu dan
merupakan media bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan berinteraksi
(Sumodiningrat, 2004). Komponen-komponen wilayah mencakup komponen
biofisik alam, sumberdaya buatan (infrastruktur), manusia serta bentuk-bentuk
kelembagaan. Dengan demikian istilah wilayah menekankan interaksi antar
manusia dengan sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu batasan
unit geografis tertentu. Sebuah wilayah adalah suatu area geografis yang memiliki
ciri tertentu dan merupakan media lokasi berinteraksi (Nugroho, 2004).
Berdasarkan fungsi dan sifatnya, wilayah dikelompokkan ke dalam 3 (tiga)
1. Wilayah fungsional, merupakan wilayah yang terdiri dari berbagai komponen
yang saling berinteraksi dan saling melengkapi. Tiap komponen mempunyai
peran tersendiri menyumbang terhadap pembangunan daerah. Hal ini
tercermin dalam perilaku para pelaku ekonomi yang saling tergantung
terhadap yang lain. Konsep wilayah nodal adalah wilayah fungsional. Suatu
wilayah nodal terdiri dari sekelompok wilayah, beberapa wilayah akan
menjadi wilayah simpul kecil yang diikat oleh wilayah perdagangan besar.
Disini interaksi ekonomi menjadi penting dalam hubungan antar wilayah.
2. Wilayah homogeny, merupakan wilayah yang dikelompokkan berdasarkan
kemiripan dalam aspek tertentu. Kemiripan yang dimaksud meliputi sumber
daya alam (iklim dan sumber mineral), sosial (agama, suku, dan budaya) dan
ekonomi (mata pencaharian). Kategori wilayah biasanya berdasarkan pada
klasifikasi tersebut. Misalnya, kita sering mendengar wilayah beriklim sejuk
dan beriklim panas. Wilayah kumuh dan wilayah teratur, wilayah orang kaya
dan wilayah orang miskin, dan wilayah pertanian dan wilayah pertambangan.
3. Wilayah Administratif, merupakan wilayah yang selalu dikaitkan dengan
pemerintah dalam rangka pengelolaan organisasi kepemerintahan. Wilayah
administrasi dibedakan menjadi wilayah provinsi, wilayah kabupaten, wilayah
kecamatan, dan wilayah pedesaan. Pembedaan wilayah ini lebih didasarkan
lingkup tanggung jawab administrasi dan sangat hierarkis.
Di dalam prakteknya pembagian wilayah di Indonesia didasarkan atas
pembagian wilayah administrasi. Oleh karena itu wilayah negara dibagi menjadi
yang ada. Pembagian wilayah berdasarkan administrasi akan lebih mudah untuk
diakses dan dianalisis, karena pada umumnya pengumpulan data di berbagai
wilayah atau negara didasarkan kepada satuan administratifnya.
Pembangunan merupakan konsep normatif yang mengisyaratkan
pilihan-pilihan tujuan untuk mencapai apa yang disebut sebagai realisasi potensi manusia
(Safi’i, 2008). Pembangunan adalah usaha meningkatkan harkat martabat
masyarakat yang dalam kondisinya tidak mampu melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan. Membangun masyarakat berarti memampukan
atau memandirikan mereka. Dimulainya proses pembangunan dengan berpijak
pada pembangunan masyarakat, diharapkan akan dapat memacu partisipasi
masyarakat dalam proses pembangunan itu sendiri (Kartasamita dalam Safi’i,
2008)
Pembangunan ekonomi wilayah adalah suatu proses di mana pemerintah
wilayah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan
memberntuk suatu pola kemitraan antara pemerintah wilayah dengan sektor
swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut
(Arsyad, 2004).
Masalah pokok dalam pembangunan ekonomi wilayah adalah pada
penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada
kekhasan wilayah yang bersangkutan (endogenous development) dengan
menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik
untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan
ekonomi. Pelaksanaan pembangunan harus memperhatikan 2 (dua) hal penting
yaitu: mencegah penyalahgunaan (wilayah, waktu) dan memberikan kesempatan
kepada setiap orang untuk berkembang (Miller D dan Roo, 1999).
Dasar konsepsional pembangunan wilayah umumnya tidak dijelaskan
secara eksplisit. Pengertiannya lebih bermakna praktis (utilitarian), yaitu
pembangunan wilayah dianggap mampu secara efektif menghadapi permasalahan
pembangunan di wilayah. Pengertian dan penerapan pembangunan wilayah
umumnya dikaitkan dengan kebijakan ekonomi atau keputusan politik yang
berhubungan dengan alokasi secara spasial dari kebijakan pembangunan nasional
secara keseluruhan. Dengan demikian, kesepakatan nasional yang menyangkut
sistem politik dan pemerintahan, atau aturan mendasar lainnya, sangat
menentukan pengertian dari pembangunan wilayah (Nugroho dan Dahuri, 2004).
Wilayah yang dilalui infrastruktur transportasi, inti kota (wilayah maju)
yang tidak mampu menampung pesatnya perkembangan pembangunan yang
terjadi sehingga mendorong berkembangnya berbagai sektor menimbulkan
munculnya kota-kota baru dan kawasan industri hingga berakhir pada
berkurangnya wilayah pertanian dan permukiman (El-Khoury R dan Robbins E,
2004).
Pembangunan ekonomi wilayah pada hakekatnya melakukan pembahasan
mengenai dua hal yaitu berkisar tentang metode dalam menganalisis
perekonomian suatu wilayah dan teori-teori yang membahas tentang faktor-faktor
yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tertentu. Pembangunan
wilayah pada dasarnya merupakan fungsi dari sumber daya alam, tenaga kerja,
teknologi, luas wilayah, pasar ekspor, situasi ekonomi internasional, kapasitas
pemerintah wilayah, pengeluaran pemerintah pusat dan bantuan-bantuan
pembangunan (Arsyad, 2005). Teori pembangunan wilayah mengalami
perkembangan mengingat teori pembangunan yang dikenal selama ini tidak dapat
menjawab secara tuntas dan komprehensif. Suatu paradigma baru teori
[image:41.595.109.515.272.522.2]pembangunan ekonomi adalah seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Paradigma Baru Teori Pembangunan Ekonomi Wilayah
Komponen Konsep Lama Konsep Baru
Kesempatan kerja Semakin banyak perusahaan = semakin banyak peluang kerja
Perusahaan harus
mengembangkan pekerjaan yang sesuai dengan kondisi penduduk wilayah
Basis pembangunan Pengembangan sektor ekonomi
Pengembangan lembaga-lembaga ekonomi baru.
Aset-aset lokasi Keunggulan komparatif didasarkan kepada aset fisik
Keunggulan komparatif didasarkan pada kualitas lingkungan.
Sumber daya pengetahuan
Ketersediaan angkatan kerja.
Pengetahuan sebagai pembangkit ekonomi.
Sumber : Arsyad (2005)
Pengembangan Wilayah dapat diuraikan melalui berbagai teori yang
berkembang, yang meliputi:
a. Teori Ekonomi Neoklasik
Peranan teori ekonomi Neo Klasik tidak terlalu besar dalam menganalisis
pembangunan wilayah (regional) karena teori ini tidak memiliki dimensi
spasial yang signifikan. Namun demikian, teori ini memberikan 2 konsep
pokok dalam pembangunan ekonomi wilayah yaitu keseimbangan
akan mencapai kesembangan alamiahnya jika modal bisa mengalir tanpa
restriksi (pembatasan). Oleh karena itu, modal akan mengalir dari wilayah
yang tingkat upah tinggi menuju ke wilayah yang tingkat upah rendah.
b. Teori basis ekonomi
Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan
barang dan jasa dari luar wilayah. Pertumbuhan industri-industri yang
menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk
di ekspor, akan menghasilkan kekayaan wilayah dan penciptaan peluang kerja
(job creation). Strategi pembangunan wilayah yang muncul yang didasarkan
pada teori ini adalah penekanan terhadap arti penting bantuan implementasi
kebijakannya mencakup pengurangan hambatan/batasan terhadap
perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di wilayah
tersebut. Kelemahan model ini adalah bahwa model ini didasarkan pada
permintaan eksternal bukan internal. Pada akhirnya akan menyebabkan
ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kekuatan-kekuatan pasar secara
nasional maupun global. Namun demikian, model ini sangat berguna untuk
menentukan keseimbangan antara jenis-jenis industri dan sektor yang
dibutuhkan masyarakat untuk mengembangkan stabilitas ekonomi.
c. Teori Lokasi
Para ekonom regional sering mengatakan bahwa ada 3 faktor yang
mem-pengaruhi pertumbuhan wilayah yaitu: lokasi, lokasi dan lokasi! Pertanyaan
industri. Perusahaan cendrung untuk meminimumkan biayanya dengan cara
memilih lokasi yang memaksimumkan peluangnya untuk mendekati pasar.
Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang terbaik
adalah biaya yang termurah antara bahan baku dengan pasar. Tentu saja
banyak variabel lainnya yang mempengaruhi kualitas atau suitabilitas suatu
lokasi misalnya upah tenaga kerja, ketersediaan pemasok, komunikasi,
fasilitas-fasilitas pendidikan dan latihan (diklat), kualitas pemerintah wilayah
dan tanggung jawabnya, dan sanitasi. Perusahaan-perusahaan yang berbeda
membutuhkan kombinasi-kombinasi yang berbeda pula atas faktor-faktor
tersebut. Oleh karena itu, sering kali masyarakat berusaha untuk memanipulasi
biaya dari faktor-faktor tersebut untuk menarik perusahaan-perusahaan
industri. Keterbatasan dari teori lokasi ini pada saat sekarang adalah bahwa
teknologi dan komunikasi modern telah mengubah signifikansi suatu lokasi
tertentu untuk kegiatan produksi dan distribusi barang.
d. Teori tempat Sentral
Teori tempat sentral (central place theory) menganggap bahwa ada hirarki
tempat (hierarchy of places). Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah
tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumber daya (industri dan bahan
baku). Tempat sentral tersebut merupakan suatu permukiman yang
menyediakan jasa-jasa bagi penduduk wilayah yang mendukungnya. Teori
tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi wilayah, baik
di wilayah perkotaan maupun di pedesaan. Misalnya, perlunya melakukan
pembedaan fungsi antara wilayah-wilayah yang bertetangga (berbatasan).
hanya sebagai wilayah pemukiman. Seorang ahli pembangunan ekonomi
wilayah dapat membantu masyarakat untuk mengembangkan peranan
fungsional mereka dalam sestem ekonomi wilayah.
e. Teori Kausasi Kumulatif
Kondisi wilayah-wilayah sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan
konsep dasar dari tesis kausasi kumulatif (cumulative causation) ini.
Kekuatan-kekuatan pasar cendrung memperparah kesenjangan antara
wilayah-wilayah tersebut (maju versus terbelakang). Wilayah yang maju mengalami
akumulasi keunggulan kompetitif dibanding wilayah-wilayah lainnya. Hal ini
yang disebut Myrdal (1957) sebagai backwash effects.
2.9.1 Pelaku-Pelaku Pengembangan Wilayah
Salah satu kunci keberhasilan implementasi desentralisasi adalah
bagaimana pemerintah wilayah bisa berperan dan bertindak secara tepat didalam
perubahan yang terjadi. Termasuk di dalam peran ini adalah bagaimana membuka
ruang menampung partisipasi masyarakat dalam pembangunan wilayah. oleh
karena itu, penguatan kapasitas pemerintah wilayah dalam tataran perencanaan
pembangunan, perlu menghidupkan partisipasi masyarakat yang dicirikan
berkembangnya inisiatif lokal di pihak lain, mensinergikan inisiatif lokal yang
potensial berhasil dalam mengisi program desentralisasi.
Dalam pelaksanaan desentralisasi pelimpahan wewenang dan fiskal dalam
melaksanakan pembangunan lokal sangatlah penting. Peranan masyarakat lokal
ini bisa dimulai dengan pertama, memberi ruang mengembangkan prakarsa
keberhasilan desentralisasi adalah munculnya inisiatif membangun (apapun
defenisinya) yang dapat diakomodasikan pemerintah, masyarakat bisnis, dan
perorangan dalam memajukan dunia usaha (sektor swasta) diikuti infrastruktur
dan perbaikan kualitas SDM merupakan faktor kunci dimana inisiatif wilayah
tersebut dapat diberi ruang yang luas.
Inisiatif dapat diartikan sebagai suatu gagasan atau prakarsa dari dunia
swasta, masyarakat dan pemerintahan. Inisiatif wilayah dapat diartikan sebagai
gagasan atau prakarsa yang tumbuh dari individu atau kelompok masyarakat yang
mendiami suatu wilayah tertentu.
Tantangan Globalisasi Ekonomi Lokal Pasar terbuka Aliran modal Aliran informasi Aliran tenaga kerja
Respon Wilayah Desentralisasi
Fasilitas investasi Terbuka Fasilitas perdagangan domestik
dan ekspor
Pengelolaan fiskal tepat sasaran Kerjasama antar wilayah Merperkuat pemerintahan dan
kelembagaan ekonomi lokal
Pertanggungjawaban (demokrasi) Mengembangkan SDM terampil
Inisiatif Lokal
Meningkatkan kemampuan masyarakat Memperkuat kelembagaan sosial Pengembangan partisipasi dalam:
- Pengembangan teknologi - Mobilisasi sumberdaya - Membangun wilayah - Mengembangkan ekspor
Strategi
Perubahan pembangunan ekonomi lokal Adopsi pembangunan wilayah yang cocok Memperkuat sektor swasta
[image:45.595.148.471.361.723.2] Menjamin keamanan dan pelaksanaan hukum
Program-program yang akan dilakukan dalam pengembangan wilayah
harus dirancang dan dilaksanakan oleh, serta ditujukan bagi
kepentingan-kepentingan bersama para pelaku-pelakunya yaitu:
1. Pemerintah, yang akan bertugas melaksanakan perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, koordinasi maupun administrasi seluruh program-program di
dalam proses pengembangan wilayah sebagai bagian dari tugas-tugasnya di
dalam pengaturan wilayah sebagai wilayah. Termasuk juga sebagai tugas
pemerintah adalah menciptakan iklim sosial dan politik serta keamanan yang
menunjang serta menyediakan kemudahan-kemudahan seperti pemberian
pinjaman, hibah, atau rangsangan pajak, bagi pemilik modal/dunia usaha yang
berperan serta, bantuan mengembangkan sumberdaya manusia, transportasi
serta fasilitas-fasilitas sanitasi, dan berbagai tingkat pengaturan Pemerintah
Pusat dalam penyediaan lahan (pemerintah);
2. Masyarakat, dalam melaksanakan pengembangan wilayah sebaiknya program
yang akan dilaksanakan harus bersifat menampung yang disalurkan melewati
Dewan Perwakilan Rakyat (daerah). Dengan demikian masyarakat akan
bersedia berperan sebagai subyek dan pelaku aktif pengembangan wilayah,
sehingga akan memberikan peran sertanya secara maksimal;
3. Dunia usaha/pemilik modal, yang akan berperan sebagai pemasok jasa,
keahlian atau expertise, dana maupun material yang diperlukan. Mereka akan
mendapatkan lapangan usaha, dan keuntungan dari usaha serta peran sertanya
di dalam pelaksanaan pengembangan wilayah, dengan terciptanya pasar bagi
2.9.2 Prinsip-Prinsip Pengembangan Wilayah
Tiap kawasan andalan mempunyai konstelasi permasalahan yang
berbeda-beda. Strategi pengembangannya harus mencerminkan keseimbangan dengan
seluruh program pembangunan di seluruh tanah air (pendekatan keseimbangan).
Dengan pendekatan keseimbangan, diupayakan untuk menciptakan keserasian laju
pertumbuhan antar kawasan andalan dan wilayah. Artinya kebijaksanaan nasional
harus diintegrasikan dengan program-program pembangunan wilayah (regional)
dan kawasan andalan. Kawasan andalan yang lebih potensial dan prospektif
seharusnya diberikan perhatian yang lebih besar (Adisasmita, 2005).
Dengan dapat diatasinya kendala-kendala utama yang bersifat umum di
atas, para pelaku pengembangan wilayah bersama-sama menentukan:
1. Visi pengembangan wilayah
Yaitu penentuan atas perspektif sasaran serta masa depan apa yang ingin
dicapai dengan pengembangan wilayah yang akan dilakukan di dalam periode
yang dijadwalkan.
2. Misi pengembangan wilayah
Yaitu tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban, usaha-usaha dan tanggung jawab
yang akan diemban oleh masing-masing pelaku beserta sektor-sektor/satuan
kerja-satuan kerja dan unsur-unsurnya baik vertikal maupun horisontal, dalam
pelaksanaan pengembangan wilayah untuk mencapai visi yang telah
ditentukan dan disetujui bersama. Penentuan misi-misi sektoral/satuan kerja
ini akan berlandaskan tugas-tugas pokok dan fungsi masing-masing
3. Penyusunan strategi atau rencana pengembangan wilayah
Yaitu kerangka kerja maupun pentahapan dari program-program sektor/satuan
kerja yang akan dilaksanakan oleh para pelaku dan unsur-unsurnya untuk
melaksanakan pengembangan wilayah.
Rencana pengembangan wilayah kini umumnya berusaha memusatkan
pada beberapa titik pengembangan yang dipilih berdasarkan sifat-sifat geografik
dan daerah yang unggul atau tersedianya bahan-bahan baku atau lain-lain
kelebihan yang menjanjikan harapan terbaik untuk keberhasilan pembangunan
(Mulyanto, 2008).
2.10Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Salah satu ukuran yang dipergunakan untuk menilai kinerja perekonomian
wilayah adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah
satu tujuan penting yang harus dicapai dalam setiap kebijakan ekonomi yang
direncanakan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan disertai dengan
pemerataan pembangunan, sehingga akan dapat meningkatkan kesejahteraan dan
kualitas hidup masyarakat. Dalam melaksanakan pembangunan, wilayah
sebaiknya lebih memperhatikan keunggulan-keunggulan dan karakteristik yang
dimiliki setiap wilayah tersebut. Partisipasi masyarakat di wilayah dalam
pembangunan akan dapat meningkatkan pendapatan perkapita yang nantinya akan
mendorong peningkatan daya beli masyarakat sehingga masyarakat akan memiliki
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup secara layak. Peningkatan
pendapatan per kapita akan mendorong aktivitas ekonomi, karena permintaan
yang meningkat sebagai akibat dari peningkatan daya beli masyarakat, dan pada
Menurut Boediono (1999) pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan
output perkapita dalam jangka panjang. Penekanan pada proses tersebut, karena
proses mengandung unsur dinamis. Para teoritis ilmu ekonomi pembangunan
hingga sekarang, masih terus menyempurnakan makna, hakikat dan konsep
pertumbuhan ekonomi. Para teoritisi tersebut menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan PDB dan PDRB saja, tetapi juga
diberi bobot yang bersifat immaterial seperti kenikmatan, kepuasan dan
kebahagiaan dengan rasa aman dan tenteram yang dirasakan masyarakat luas.
Todaro (2008) menyatakan bahwa ada tiga faktor atau komponen utama
dalam pertumbuhan ekonomi di setiap negara adalah :
1. Akumulasi modal (capital accumulation), meliputi semua jenis investasi baru
yang ditanamkan pada pabrik baru, tanah, peralatan fisik dan pembinaan
sumber daya manusia juga dapat meningkatkan kualitasnya, sehingga pada
akhirnya akan membawa dampak positif yang sama terhadap angka produksi.
Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan diinvestasikan
kembali dengan tujuan memperbesar output atau pendapatan pada masa yang
akan datang.
2. Pertumbuhan penduduk (growth in population) maksudnya adalah dengan
pertumbuhan penduduk