• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengendalian Intern Atas Sistem Akuntansi Penjualan Kredit dan Penagihan Piutang Pada PT. Indojaya Agrinusa Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengendalian Intern Atas Sistem Akuntansi Penjualan Kredit dan Penagihan Piutang Pada PT. Indojaya Agrinusa Medan."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISA PENGENDALIAN INTERN ATAS SISTEM AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT DAN PENAGIHAN PIUTANG PADA

PT. INDOJAYA AGRINUSA MEDAN

OLEH :

NAMA : RINNI ANDINY

NIM : 040522023

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

“Analisis Pengendalian Intern Atas Sistem Akuntansi Penjualan Kredit dan Penagihan Piutang Pada PT. Indojaya Agrinusa Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasi atau

diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S1

Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas,

benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya

bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.

Medan, 05 Mei 2008 Yang membuat pernyataan

(3)

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, serta salawat dan salam kepada

junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, karena berkat dan hidayah-Nyalah

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun penulisan skripsi ini adalah

merupakan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

banyak kekurangan atau masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan

keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu dengan segala

kerendahan hati penulis mengharapkan saran, kritik yang bersifat membangun

untuk penyempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih

sebesar-besarnya pada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis

selama mengikuti perkuliahan dan penyusunan skripsi ini :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, MSi, Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan petunjuk bagi

(4)

memberikan bimbingan bagi penulis selama masa perkuliahan.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta para pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

7. Ibu Christine Lie, Bapak Junairi Sungkono, Bapak Zulham, Bapak Dino

dan Ibu Megawati Saragih dari PT. Indojaya Agrinusa yang telah bersedia

membantu penulis selama mengadakan penelitian di perusahaan tersebut.

8. Teristimewa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada keluarga

besar penulis, Keluarga Yusbier Yusuf.

9. Terima kasih terutama kepada Teguh, yang selalu berusaha membuat

penulis percaya bahwa mustahil adalah kata yang tak masuk akal.

10.Buat teman-teman penulis yang banyak memberikan bantuan selama

mengikuti perkuliahan : Imel, Marini, Rufa, Rahmi, Mirza, Julita, Nova

dan Wina, Yuni, Sella, Kak Ipat, Ari Effendi dan Ferri, serta lainnya yang

tak dapat disebutkan satu per satu.

Wasalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, 05 Mei 2008

Penulis

Rinni Andiny

(5)

menjaga aktiva perusahaan, memastikan akurasi dan dapat diandalkannya catatan dan informasi akuntansi, serta mengukur kesesuaian kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan manajemen. Perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah PT. Indojaya Agrinusa, perusahaan industri yang bergerak di bidang pakan ternak. Pada skripsi ini penulis memfokuskan pada pengendalian intern atas sistem akuntansi penjualan kredit dan penagihan piutang pada PT. Indojaya Agrinusa. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana efektifitas pengendalian intern atas sistem akuntansi penjualan kredit dan penagihan piutang yang diterapkan perusahaan dapat mencegah atau memperkecil kemungkinan terjadinya penyelewengan.

Metode penelitian yang digunakan penulis yaitu penelitian deskriptif dan data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Sedangkan teknik pengumpulan data yang dipergunakan yaitu teknik dokumentasi, teknik wawancara dan study kepustakaan.

Dari hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa PT. Indojaya Agrinusa telah menerapkan pengendalian intern atas sistem akuntansi penjualan kredit yang cukup memadai untuk mencegah dan memperkecil kemungkinan terjadinya penyelewengan. Selain itu penulis memiliki beberapa saran bagi perusahaan, yaitu peninjauan ulang atas kebijakan perusahaan dalam pemberian persetujuan kredit, perlunya menambah bagian internal audit, dan penerapan sistem rotasi bagi karyawan.

(6)

organization to achieve their main goals, in examples : to keep the assets of organization, to ensure a high degree of accuracy in use accounting record and information, and to measure the suitability of policies and procedure applied by management. The object of this research is PT. Indojaya Agrinusa, an industrial company that operated in poultry feeds. In this thesis, the writer focuse to internal control on accounting system of credit sales and claim of account receivable at PT. Indojaya Agrinusa. The objective of this research is to study the effectivity of internal control on accounting system of credit sales and claim of account receivable applied by company to prevent and to minimize the discrepancy.

The research methode applied by the writer is a descriptive study and the applied data are primary and secondary data. While the data collecting are documentation, interview and library research.

Of the result of study, the writer coclude that PT. Indojaya Agrinusa applies internal control on accounting system of credit sales and claim of account receivable that suitable to prevent and to minimize the discrepancy. In addition, the writer have some suggestion for the company to review their policy in approvement of credit, the addition of audit internal department and application of turning system of employee.

(7)

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR... ii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang masalah... 1

B. Perumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian... 3

D. Manfaat Penelitian... 3

E. Kerangka Konseptual... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5

A. Pengertian, Tujuan dan Elemen Sistem Akuntansi... 5

B. Pengertian, Tujuan dan Elemen Sistem Pengendalian Intern.. 11

C. Sistem Akuntansi Penjualan Kredit dan Penagihan Piutang.... 26

D. Pengendalian Intern Penjualan Kredit dan Penagihan Piutang 43

BAB III METODE PENELITIAN... 47

A. Jenis Penelitian... 47

(8)

A. Data Penelitian... 50

1. Sejarah Singkat Dan Struktur Organisasi Perusahaan... 50

2. Sistem Akuntansi Penjualan Kredit dan Penagihan Piutang 54

3. Pengendalian Intern Penjualan Kredit dan Penagihan Piutang 65 B. Analisis dan Evaluasi... 72

1. Sistem Akuntansi Penjualan Kredit dan Penagihan Piutang.. 72

2. Pengendalian Intern Penjualan Kredit dan Penagihan Piutang 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 77

A. Kesimpulan... 77

B. Saran... 78

DAFTAR PUSTAKA... 80

(9)

Lampiran 2 Flowchart Prosedur Penjualan Kredit

Lampiran 3 Flowchart Prosedur Penagihan Piutang

Lampiran 4 Flowchart Prosedur Penerimaan Agen Pada PT. Indojaya Agrinusa

Lampiran 5 Flowchart Prosedur Penjualan Kredit Pada PT. Indojaya Agrinusa

Lampiran 6 Flowchart Prosedur Penagihan Piutang Pada PT. Indojaya Agrinusa

Lampiran 7 Laporan Kunjungan

Lampiran 8 Rekapitulasi Nama Pelanggan

Lampiran 9 Formulir Nota Pesan Barang

Lampiran 10 Rekapitulasi Nama Agen

Lampiran 11 Estimasi Penjualan dan Order Pakan Harian

Lampiran 12 Formulir Memo Persetujuan Pengeluaran barang

Lampiran 13 Formulir Delivery Order

Lampiran 14 Faktur

Lampiran 15 Formulir Konfirmasi Piutang

Lampiran 16 Formulir Tanda Terima Pembayaran

(10)

menjaga aktiva perusahaan, memastikan akurasi dan dapat diandalkannya catatan dan informasi akuntansi, serta mengukur kesesuaian kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan manajemen. Perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah PT. Indojaya Agrinusa, perusahaan industri yang bergerak di bidang pakan ternak. Pada skripsi ini penulis memfokuskan pada pengendalian intern atas sistem akuntansi penjualan kredit dan penagihan piutang pada PT. Indojaya Agrinusa. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana efektifitas pengendalian intern atas sistem akuntansi penjualan kredit dan penagihan piutang yang diterapkan perusahaan dapat mencegah atau memperkecil kemungkinan terjadinya penyelewengan.

Metode penelitian yang digunakan penulis yaitu penelitian deskriptif dan data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Sedangkan teknik pengumpulan data yang dipergunakan yaitu teknik dokumentasi, teknik wawancara dan study kepustakaan.

Dari hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa PT. Indojaya Agrinusa telah menerapkan pengendalian intern atas sistem akuntansi penjualan kredit yang cukup memadai untuk mencegah dan memperkecil kemungkinan terjadinya penyelewengan. Selain itu penulis memiliki beberapa saran bagi perusahaan, yaitu peninjauan ulang atas kebijakan perusahaan dalam pemberian persetujuan kredit, perlunya menambah bagian internal audit, dan penerapan sistem rotasi bagi karyawan.

(11)

organization to achieve their main goals, in examples : to keep the assets of organization, to ensure a high degree of accuracy in use accounting record and information, and to measure the suitability of policies and procedure applied by management. The object of this research is PT. Indojaya Agrinusa, an industrial company that operated in poultry feeds. In this thesis, the writer focuse to internal control on accounting system of credit sales and claim of account receivable at PT. Indojaya Agrinusa. The objective of this research is to study the effectivity of internal control on accounting system of credit sales and claim of account receivable applied by company to prevent and to minimize the discrepancy.

The research methode applied by the writer is a descriptive study and the applied data are primary and secondary data. While the data collecting are documentation, interview and library research.

Of the result of study, the writer coclude that PT. Indojaya Agrinusa applies internal control on accounting system of credit sales and claim of account receivable that suitable to prevent and to minimize the discrepancy. In addition, the writer have some suggestion for the company to review their policy in approvement of credit, the addition of audit internal department and application of turning system of employee.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan tentu memiliki tujuan dalam menjalankan usaha. Tujuan

tersebut dapat direalisasikan dengan mengorganisir dan mengkoordinasikan

seluruh fungsi yang ada dalam perusahaan. Perusahaan yang berorientasi laba

pada umumnya memiliki tiga tujuan dasar yaitu untuk memperoleh laba dalam

jangka panjang, mencapai pertumbuhan, dan untuk mempertahankan

kelangsungan hidup perusahaan. Dari ketiga tujuan tersebut, profitabilitas ataupun

kemampuan untuk menghasilkan laba merupakan tujuan utama perusahaan dan

merupakan penentu atas tercapainya usaha tujuan lain.

Dalam perusahaan dagang maupun industri, laba yang diperoleh dari

pendapatan umumnya berasal dari penjualan. Pada perusahaan besar atau pada

perusahaan sedang berkembang, selain dalam bentuk tunai, penjualan juga

dilakukan dalam bentuk kredit. Perusahaan juga telah terbagi dalam

departemen-departemen ataupun bagian yang menjalankan fungsinya masing-masing dan telah

ada pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dari pimpinan perusahaan

kepada bawahan atau kepada tiap departemen yang ada dalam perusahaan.

Untuk menghindari terjadinya penyelewengan maka sudah seharusnya

perusahaan melakukan pengendalian intern yang memadai terhadap sistem

penjualan kredit dan penagihan piutang. Dengan demikian perusahaan dapat

(13)

diuraikan di atas. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kenyataannya

selalu ada perusahaaan yang lalai dalam menerapkan pengendalian intern,

sehingga memungkinkan bagi pihak tertentu dalam mencari celah dari setiap

sistem yang ada untuk melakukan penyelewengan.

PT. Indojaya Agrinusa merupakan sebuah perusahaan industri yang

memproduksi pakan ternak, yang dalam operasinya melakukan penjualan secara

kredit yang menimbulkan piutang. PT. Indojaya Agrinusa menerapkan Standard

Operating Procedures (SOP) sebagai landasan setiap kegiatan manajemen dan

aktifitas perusahaan. Pengendalian intern juga merupakan salah satu sistem yang

dibahas dalam SOP. Semua kebijakan, prosedur, dan praktik yang terangkum

dalam pengendalian intern sudah diatur secara baku dalam SOP perusahaan.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan, penulis menemukan bahwa

dalam kebijakan perusahaan dalam penerapan pengendalian intern atas sistem

akuntansi penjualan kredit dan penagihan piutang ada tugas fungsi kredit yang

dilakukan oleh fungsi penjualan yaitu dalam pemberian otorisasi kredit pelanggan

sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan resiko tidak tertagihnya piutang.

Berdasarkan uraian tersebut dan mengingat pentingnya penerapan

pengendalian intern atas sistem akuntansi penjualan kredit dan penagihan piutang

(14)

B. Perumusan Masalah

Berkenaan dengan identifikasi masalah di atas maka penulis mencoba

merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu apakah

pengendalian intern yang diterapkan oleh PT. Indojaya Agrinusa selama ini telah

cukup efektif dalam mencegah atau memperkecil terjadinya kesalahan atau

kecurangan dalam sistem akuntansi penjualan kredit dan penagihan piutang ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pengendalian intern

atas sistem akuntansi penjualan kredit dan penagihan piutang yang

diterapkan PT. Indojaya Agrinusa Medan.

2. Untuk mengetahui sampai sejauh mana efektifitas pengendalian intern atas

sistem akuntansi penjualan kredit dan penagihan piutang yang ada dalam

perusahaan tersebut dapat mencegah atau memperkecil kemungkinan

terjadinya penyelewengan.

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah pengetahuan penulis mengenai penerapan pengendalian

intern atas sistem akuntansi penjualan kredit dan penagihan piutang.

2. Sebagai sumbangan pemikiran yang mungkin berguna khususnya bagi

pihak manajemen dalam mengevaluasi penerapan pengendalian intern atas

(15)

3. Memberikan informasi bagi pihak yang ingin menggunakannya sebagai

bahan pembanding, pelengkap dan menambah kepustakaan.

E. Kerangka Konseptual

Pengawasan intern

Sistem Akuntansi Penjualan Kredit

Sistem Akuntansi Penagihan Piutanh

Analisis

Menilai apakah pengawasan intern atas sistem akuntansi

penjualan kredit dan penagihan piutang telah

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian, Tujuan dan Elemen Sistem Akuntansi

Suatu perusahaan memerlukan sistem akuntansi yang baik yang dapat

memberikan pengawasan yang dibutuhkan untuk menghindari kesalahan dan

ketidakjujuran. Dengan adanya sistem akuntansi yang direncanakan dengan baik

maka pimpinan perusahaan dapat memperoleh informasi yang diperlukan guna

mengawasi kekayaan perusahaan dengan lebih tepat. Untuk mengetahui

bagaimana sistem akuntansi yang baik itu, terlebih dahulu perlu diketahui apa

pengertian dari sistem akuntansi itu sendiri.

Mulyadi (2001: 2) menyatakan bahwa “suatu sistem pada dasarnya adalah

sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi

bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu”. Setiap sistem dirancang untuk

menangani sesuatu yang terjadi secara rutin atau yang terjadi berulang-ulang.

Menurut James A. hall (2001: 5), “sebuah sistem adalah sekelompok dua atau

lebih komponen-komponen yang saling berkaitan (interrelated) atau

subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common purpose).

Definisi akuntansi yang dimuat dalam Statement of Accounting Principles

Board No. 4 (1970) yang dikemukakan Suwardjono (2003: 6) adalah sebagai

berikut : “Accounting is a service activity. Its function is to provide quantitative

information, primarily financial in nature, about economic entities that is intended

(17)

didefinisikan sebagai “sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak

yang berkepentingan mengenai aktifitas ekonomi dan kondisi perusahaan” (C.

Rollin Niswonger et al., terjemahan Alfonsus Sirait dan Helda Gunawan, 1999:

6).

Adapun definisi “sistem akuntansi (accounting system) adalah metode dan

prosedur untuk mengumpulkan, mengklasifikasi, mengihtisarkan, dan melaporkan

informasi mengenai keuangan dan operasi usaha” (C. Rollin Niswonger et al.,

terjemahan Alfonsus Sirait dan Helda Gunawan, 1999: 182). Mulyadi (2001: 3)

mengemukakan bahwa “sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan dan

laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi

keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan

perusahaan”.

Maka dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi adalah suatu sistem yang

terdiri dari prosedur-prosedur yang bertujuan untuk menghasilkan informasi

akuntansi dan alat pengawasan. Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa suatu

sistem terdiri dari jaringan prosedur sebagai “suatu urutan kegiatan klerikal,

biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departement atau lebih, yang

dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang

terjadi berulang-ulang”

Menurut Hadibroto (1994: 123),

“Sistem akuntansi yang baik mempunyai tiga sasaran, yaitu :

1. Memperoleh informasi yang bermutu

(18)

3. memperoleh efisiensi dalam biaya administrasi”.

Sistem akuntansi tertentu tidak akan selalu menjadi sistem terbaik yang dapat

diterapkan pada organisasi manapun. Menurut Robert N. Anthony, Hawkins dan

Merchant (1999 : 104) :

The best system is the one that best achieves the following objectives :

1. To process the information efficiently, at low cost. 2. To obtain reports quickly.

3. To ensure a high degree of accuracy.

4. To minimize the possibility of theft or fraud.

Maka tujuan sistem akuntansi yang utama adalah memberikan informasi

yang akurat dengan tepat waktu dan efisien serta dapat memberikan pengawasan

intern yang efektif untuk menghindari terjadinya kesalahan dan ketidakjujuran.

Dari definisi sistem akuntansi yang telah diberikan, elemen-elemen atau

unsur-unsur suatu sistem akuntansi adalah formulir, catatan yang terdiri dari

jurnal, buku besar dan buku pembantu, serta laporan.

1. Formulir

Formulir menurut Mulyadi (2001: 3) merupakan “dokumen yang digunakan

untuk merekam terjadinya transaksi”. Suatu formulir haruslah dirancang untuk

dapat memenuhi beberapa fungsi sekaligus sehingga dapat mengurangi pekerjaan

klerikal.

Mulyadi (2001: 78) mengemukakan manfaat formulir sebagai berikut :

a.Menetapkan tanggung jawab timbulnya transaksi bisnis perusahaan b.Merekam data transaksi bisnis perusahaan

c.Mengurangi kemungkinan kesalahan dengan cara menyatakan semua kejadian dalam bentuk tulisan.

(19)

2. Jurnal

Data transaksi keuangan perusahaan yang telah direkam dalam formulir

kemudian dicatat di dalam jurnal. Dalam jurnal, transaksi mulai digolongkan

menurut klasifikasi yang dituju dalam perkiraan-perkiraan buku besar.

Pencatatan transaksi yang bersifat rutin dan frekuensinya sangat tinggi dapat

menggunakan jurnal khusus yang menyediakan format tertentu yang disesuaikan

untuk menampung jenis transaksi tersebut. Penggunaan jurnal khusus akan

menghemat waktu yang diperlukan untuk mencatat setiap transaksi yang terjadi

dan untuk memeriksa ketelitian pencatatan di dalam buku pembantu.

Jurnal khusus terdiri dari :

a. Jurnal penjualan

Jurnal penjualan digunakan untuk mencatat transaksi penjualan kredit.

b. Jurnal pembelian

Jurnal pembelian digunakan untuk mencatat transaksi pembelian kredit.

c. Jurnal penerimaan kas

Jurnal penerimaan kas digunakan untuk mencatat transaksi penerimaan kas

yang umumnya berasal dari penjualan tunai dan penerimaan barang.

d. Jurnal pengeluaran kas

Jurnal penerimaan kas digunakan untuk mencatat transaksi pengeluaran kas.

Transaksi-transaksi yang tidak dapat sesuai dengan penggolongan untuk

(20)

3. Buku Besar dan Buku pembantu

Setelah data transaksi keuangan perusahaan dicatat dalam jurnal selanjutnya

transaksi tersebut digolongkan menurut klasifikasinya untuk dicatat dalam buku

besar (general ledger). Buku besar adalah kumpulan dari perkiraan-perkiraan

yang saling berhubungan dan yang merupakan suatu kesatuan tersendiri. Apabila

suatu perkiraan dalam buku besar perlu dibuatkan perincian lebih lanjut maka

biasanya dapat dilakukan dengan membentuk buku pembantu (subsidiary ledger).

Setiap transaksi harus dikelompokkan dan dikodekan sebelum di-posting ke

buku besar. Menurut Mulyadi (2001: 127), “kode adalah suatu kerangka

(framework) yang menggunakan angka atau huruf atau kombinasi angka dan

huruf untuk memberi tanda terhadap klasifikasi yang sebelumnya telah dibuat”.

Untuk mempermudah posting, kode perkiraan dimuat dalam daftar yang disebut

bagan perkiraan (chart of account).

M. Nafarin (2004: 26) menyatakan :

Kode rekening (chart of ccount) adalah daftar yang memuat nama dan kode rekening beserta penjelasannya yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan proses akuntansi. Syarat dalam membuat rencana (kode rekening), antara lain:

a. Fleksibel (tidak kaku),

b. Up to date (selalu sesuai dengan zaman), c. Relevan (cocok / sesuai dengan keperluan), d. Mudah dipahami.

Sebagian besar perusahaan mengklasifikasikan perkiraan dalam golongan

aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan modal. Klasifikasi ini dibagi lagi

menjadi beberapa golongan utama yang tergabung dalam satu blok khusus yang

tercakup dalam blok kode golongannya. Contoh bagan perkiraan yang

(21)

1-24 Aktiva Lancar 130-139 Modal

1 Kas Dan Bank 130 Modal Saham

2 Piutang 131 Laba Ditahan

25-39 Investasi Jangka Panjang 140-169 Pendapatan Penjualan 25 Investasi Saham

40-69 Aktiva Tetap Berwujud 170-199 Harga Pokok Penjualan

40 Tanah 200-299 Biaya Produksi

41 Gedung 200 Biaya Bahan Baku

42 Akumulasi Peny. Gedung 230 Biaya Tenaga Kerja 271 Biaya Overhead Pabrik

70-79 Aktiva Tidak Berwujud 300-349 Biaya Administrasi Dan Umum

80-99 Aktiva Lain-Lain 350-399 Biaya [Pemasaran

100-124 Utang Lancar 400-449 Penghasilan Di Luar Usaha 100 Utang Dagang

125-129 Utang Jangka Panjang 450-499 Biaya Diluar Usaha 125 Utang Bank

126 Utang Obligasi 500 Rugi-Laba

Gambar 2.1 Bagan Perkiraan

Buku pembantu dibentuk apabila diperlukan rincian perkiraan tertentu

dalam buku besar. “Buku pembantu adalah suatu kelompok rekening yang

merupakan rincian tertentu dalam buku besar (general ledger), yang dibentuk

untuk memudahkan dan mempercepat penyusunan laporan dan neraca percobaan”

(Mulyadi, 2001: 139).

Perkiraan yang ada dalam buku besar yang mempunyai rincian dalam buku

pembantu disebut perkiraan pengendali (controlling account), sedangkan

(22)

tertentu dalam buku besar disebut dengan perkiraan pembantu (subsidiary

account).

Buku pembantu yang umumnya digunakan adalah buku pembantu piutang,

buku pembantu persediaan, buku pembantu biaya, dan buku pembantu aktiva

tetap. Penggunaan buku pembantu ini tergantung pada perusahaan apakah

dianggap perlu atau tidak.

4. Laporan

Hasil akhir dari periode akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat

berupa neraca, laporan rugi-laba, laporan perubahan laba yang ditahan, laporan

harga pokok produksi, laporan biaya pemasaran, laporan harga pokok penjualan,

daftar umur piutang, daftar utang yang akan dibayar, daftar saldo persediaan yang

lambat penjualannya.

B. Pengertian, Tujuan dan Elemen Sistem Pengendalian Intern

Pengendalian intern yang terstruktur dengan baik merupakan alat yang dapat

membantu manajemen perusahaan dalam melaksanakan tugas atau fungsinya,

sehingga mempunyai peranan yang sangat penting dalam organisasi perusahaan.

Melalui pengendalian intern yang efektif, manajemen dapat menilai apakah

kebijakan dan prosedur yang diterapkan telah dilaksanakan dengan baik, sehingga

tujuan perusahaan dapat dicapai.

Pengertian pengendalian intern pada mulanya menurut Comitte on Auditing

(23)

of Coordinate System and Its Importance to Management and the Independent

Public Accountant, berbunyi sebagai berikut :

Pengendalian intern mencakup struktur organisasi dan seluruh metode dan prosedur yang terkoordinasi yang diterapkan oleh perusahaan untuk mengamankan hartanya, mengecek ketelitian dan kepercayaan terhadap data akuntansi, mendorong agar kegiatan efisien, dan mengajak untuk mentaati kebijaksanaan perusahaan. (Harahap : 122)

Selanjutnya definisi tentang pengendalian intern tadi ditinjau kembali pada

tahun 1984 dengan keluarnya SAS No. 48. Setelah keluarnya SAS ini maka

definisi pengendalian intern menjadi sebagai berikut :

a. Kontrol Administrasi

Termasuk namun tidak hanya terbatas pada struktur organisasi, prosedur dan catatan yang melaksanakan transaksi yang diotorisasi manajemen. Otorisasi ini merupakan fungsi manajemen yang langsung menyangkut tanggung juawab untuk mencapai tujuan perusahaan dan hal ini merupakan awal dalam melaksanakan accounting control atas transaksi perusahaan.

b. Kontrol Akuntansi

Meliputi struktur organisasi, prosedur, dan catatan yang berhubungan dengan usaha untuk menjaga keamanan dan dipercayainya catatan keuangan perusahaan.

(Harahap : 123)

Definisi sistem pengendalian intern tersebut menekankan tujuan yang

hendak dicapai, dan bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem tersebut.

Dengan demikian, pengertian pengendalian intern tersebut di atas berlaku baik

dalam perusahaan yang mengolah informasinya secara manual, dengan mesin

pembukuan, maupun dengan komputer.

Menurut Mulyadi (2001 : 163) tujuan sistem pengendalian intern adalah

a. Menjaga kekayaan organisasi

b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi

(24)

d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Ad. a. Menjaga kekayaan organisasi

Kekayaan fisik suatu perusahaan dapat dicuri, disalahgunakan atau hancur

karena kecelakaan kecuali jika kekayaan tersebut dilindungi dengan pengawasan

yang memadai. Kekayaan perusahaan yang tidak memiliki wujud fisik seperti

piutang dagang, akan rawan oleh kecurangan jika tidak dijaga dengan baik.

Ad. b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi

Manajemen memerlukan informasi keuangan yang teliti dan andal untuk

menjalankan kegiatan perusahaan. Banyak informasi akuntansi yang digunakan

oleh manajemen sebsgai dasar pengambilan keputusan penting,.

Pengawasan intern dirancang untuk memberikan jaminan proses pengolahan

data akuntansi akan menghasilkan informasi yang teliti dan dapat diandalkan.

Karena data akuntansi mencerminkan perubahan kekayaan perusahaan, maka

ketelitian dan keakuratan data akuntansi mencerminkan pertanggungjawaban

penggunaan kekayaan perusahaan.

Ad. c. Mendorong efisiensi

Pengendalian intern ditujukan untuk mencegah duplikasi pekerjaan yang

tidak perlu atau pemborosan dalam segala kegiatan bisnis perusahaan dan untuk

mencegah penggunaan sumber daya perusahaan yang tidak efisien.

Ad. d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen

Untuk mencapai tujuan perusahaan, manajemen menetapkan kebijakan dan

prosedur. Struktur pengendalian intern ditujukan untuk memberikan jaminan agar

(25)

Dengan mengetahui pengertian dan tujuan pengendalian intern maka dapat

dipahami betapa pentingnya penerapan pengendalian intern dalam perusahaan.

Namun selain itu harus diketahui juga ciri-ciri sistem pengendalian intern yang

baik yaitu :

a. Struktur organisasi yang baik

Perusahaan harus memiliki struktur organisasi yang jelas dan tegas yang dapat

membedakan tugas dan tanggung jawab masing-masing personel.

b. Sistem otorisasi dan tanggung jawab yang jelas

Harus ada pemberian wewenang yang jelas dan tanggung jawab yang tegas

pula. Sistem yang baik ditandai oleh aturan yang menyatakan bahwa semua

transaksi harus diotorisasi, kemudian dicatat, setiap akses ke asset harus

mendapat otorisasi.

c. Sistem akuntansi yang baik

Perusahaan harus memiliki sistem akuntansi yang baik dan berguna untuk

mengolah data menjadi informasi yang dapat dimengerti dan dapat

mendukung kebijaksanaan manajemen.

d. Kebijakan personalia yang baik

Pedoman sistem pengendalian intern yang baik dalam bidang ini adalah

pemilihan pegawai yang objektif dan profesional, pelatihan terhadap karyawan

secara berkesinambungan, dan melakukan supervisi secara tepat serta

(26)

e. Badan atau staf internal audit

Dalam struktur organisasi biasanya ada unit yang berfungsi sebagai pelaksana

fungsi pengendalian intern. Sebaiknya harus ada unit ini dalam setiap

organisasi, kemudian posisinya dalam organisasi harus jelas dan kuat.

Semakin kuat posisinya dalam struktur organisasi itu semakin baik bagi

pelaksanaan pengendalian intern.

f. Dewan komisaris yang kompeten dan aktif

Dewan komisaris yang merupakan lembaga pengawasan tertinggi dalam

perusahaan harus benar-benar memiliki kemampuan dan keberanian untuk

melaksanakan fungsinya sebagai pengawas direksi. Dia harus aktif memantau

pelaksanaan manajemen perusahaan, bekerja sama dengan internal auditor.

Menurut Mulyadi (2001 : 164) unsur pokok pengendalian intern adalah :

1.Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.

2.Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.

3.Praktik sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. 4.Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawab.

Dalam meneliti pengendalian intern, sebagian besar waktu biasanya habis

digunakan untuk menganalisa dan mengevaluasi pengendalian intern secara

terperinci. Dan mungkin ini merupakan cara yang seharusnya. Akan tetapi dengan

diketahuinya tanggung jawab dari Dewan Komisaris dan manajemen tertinggi,

maka tujuan terakhir dari sistem adalah untuk membantu dalam memenuhi tujuan

dan sasaran perusahaan. Oleh karena itu, sistem pengendalian intern yang akan

(27)

berhubungan. Ini dapat dibagi menjadi tiga golongan, seperti yang dikemukan

Heckert (1996: 130), yaitu sebagai berikut :

a. Strategis – Dewan Komisaris Dan Manajemen Tertinggi

 Struktur organisasi

 Tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran perusahaan

 Prosedur-prosedur perencanaan jangka panjang

 Pengambilan keputusan kebijaksanaan pemasaran

 Pengambilan keputusan kebijakan manajemen

 Pengambilan keputusan kebijakan finansial b. Taktis – Dewan Komisaris dan Manajemen Tertinggi

 Rencana laba tahunan

 Kebijaksanaan-kebijaksanaan personalia eksekutif

 Pengeluaran modal (capital expanditure)  Rencana tahunan riset dan pengembangan c. Operasional

 Praktek-praktek pemberian persetujuan kredit

 Perlakuan terhadap piutang sangsi

 Prosedur pembuatan/ penerbitan faktur

 Prosedur pembelian

 Otorisasi gaji dan upah

 Pelaksanaan rencana pensiun

Sistem pengendalian intern dapat berfungsi sebagai sebuah perisai yang

melindungi aktiva perusahaan dari serangakaian peristiwa-peristiwa yang tidak

diinginkan yang menyerang organisasi. Termasuk dalam hal ini adalah akses yang

tidak otoratif ke aktiva perusahaan, kesalahan yang disebabkan ketidakmampuan

pegawai, kesalahan program komputer, dan input data yang dikorupsi, serta

tindakan-tindakan yang merugikan lainnya, seperti akses yang tidak diotorisasi

oleh pembajak komputer dan ancaman virus komputer yang menghancurkan

program dan database.

Kelemahan dan tidak adanya kontrol disebut eksposur. Eksposur,

meningkatkan resiko perusahaan akan kerugian keuangan atau kerusakkan dari

(28)

kelemahan dalam pengendalian intern dapat mengekspos perusahaan pada satu

atau lebih dari jenis-jenis resiko berikut ini :

a. Perusakkan aktiva (baik aktiva fisik maupun informasi)

b. Pencurian aktiva

c. Korupsi informasi atau sistem informasi

d. Kekacauan sistem informasi

Keterbatasan pengendalian intern

Penting untuk diketahui bahwa pengendalian intern itu tidak bisa

memberikan jaminan absolut sehingga dianggap semua akan berjalan lancar dann

tujuan organisasi tercapai dengan maksimal. Kemudian perlu diingat bahwa

perngendalian intern itu dilakukan di berbagai tingkat, unit organisasi dengan

berbagai tujuan yang berbeda. Sehingga tidak ada jaminan bahwa sistem ini akan

menjamin tujuan tercapai. Menurut Harahap (2001 : 134-135), ada beberapa

keterbatasan pengendalian intern, yaitu :

a. Pertimbangan manusia

Sistem itu dibuat dan dilaksanakan oleh manusia dengan segala keterbatasannya khususnya pengaruh ‘judgement’ yang dominan baik dalam penafsiran, peraturan maupun pelaksanaannya.

b. Sistem rusak (breakdown)

Sistem apapun yang dibuat manusia masih berpotensi untuk rusak yang disebabkan berbagai hal. Kesalahan informasi, penafsiran maupun implementasi yang tidak hati-hati. Bisa juga ketidakmampuan sistem dan manusia merespon perubahan lingkungan yang demikian cepat.

c. Pelanggaran oleh manajemen

Pengendalian intern hanya efektif jika manajer yang bertanggung jawab melaksanakan berfungsi sesuai yang diharapkan oleh sistem itu. Jika manajemen yang justru melanggar peraturan dan prosedur yang dibuatnya maka dapat dipastikan sistem itu gagal.

d. Kolusi

(29)

memberikan informasi yang tidak benar ataun tidak menjalankan komunikasi dengan koleganya.

e. Biaya dan keuntungan (cost vs benefit)

Untuk melaksanakan pengendalian intern kita memiliki keterbatasann khususnya dalam menerapkan sistem tersebut. Sistem pengendalian hanya tepat jika manfaat yang diperoleh dari sistem pengendalian itu lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk menerapkannya. Keterbatasan kemampuan ini akan dapat mempengaruhi efektifitas sistem pengendalian intern.

Menurut Hall (2001: 155), pengendalian intern seperti yang didefinisikan

dalam SAS 78 terdiri atas lima komponen, yaitu :

a. Lingkungan Kontrol b. Penilaian Resiko

c. Informasi Dan Komunikasi d. Pengawasan

e. Kegiatan Kontrol

a. Lingkungan Kontrol

Lingkungan kontrol merupakan pondasi dari keempat komponen

pengendalian lainnya. Lingkungan kontrol menetapkan suasana organisasi dan

mempengaruhi kesadaran kontrol dari para manajemen dan pegawainya.

Elemen-elemen yang penting dari lingkungan kontrol adalah :

1) Integritas dan nilai etika manajemen 2) Struktur organisasi

3) Partisipasi dewan direktur organisasi dan komite audit 4) Filosofi manajemen dan gaya operasi

5) Prosedur pemberian tanggung jawab dan otoritas 6) Metode manajemen dalam menilai kinerja

7) Pengaruh eksternal seperti penilaian dari agen penentu undang-undang 8) Kebijakan dan praktek organisasi dalam manajemen sumber daya

manusia (Hall: 155)

1) Integritas dan nilai etika manajemen

Reputasi dan integritas manajer perusahaan merupakan faktor kritikal dalam

(30)

2) Struktur organisasi

Struktur organisasi yang tepat akan tergantung pada jenis, besar, daerah

operasi, jumlah cabang perusahaan dan faktor penting lainnya. Struktur

organisasi perusahaan menentukan garis tanggung jawab dan wewenang yang

ada. Dengan adanya pemisahan fungsi, maka efektifitas pengawasan intern

akan dapat dicapai, hal ini karena masing-masing fungsi dipegang oleh

orang-orang yang berbeda. Struktur organisasi membatasi garis tanggung jawab dan

wewenang yang ada serta menciptakan garis komunikasi yang baik.

3) Partisipasi dewan direktur organisasi dan komite audit

Suatu komite audit adalah sejumlah anggota puncak perusahaan yang

bertanggung jawab untuk mempertahankan kebebasan manajemen. Komite

audit ini membantu manajemen dalam menjamin bahwa pengawasan tehadap

operasional perusahaan, khususnya prosedur penjualan kredit dan penagihan

piutang telah dijalankan sebagaimana mestinya.

4) Filosofi manajemen dan gaya operasi

Manajemen melalui tindakannya memberikan pertanda yang jelas kepada

pegawai mengenai pentingnya pengawasan intern dan menetapkan

kebijakan-kebijakan dalam operasional perusahaan.

5) Prosedur pemberian tanggung jawab dan otoritas

Metode komunikasi formal mengenai wewenang dan tanggung jawab serta

hal-hal serupa dan berhubungan dengan pengawasan intern adalah penting

bagi perusahaan. Metode yang dapat mencakup serta memorandum dari

(31)

berhubungan dengan pengawasan tersebut, rencana organisasi dan operasi

yang formal dan urutan tugas karyawan dan kebijakan yang berhubungan

dengannya, dokumen kebijakan yang mencakup perilaku karyawan seperti

pertentangan kepentingan dan petunjuk resmi mengenai perilaku.

6) Metode manajemen dalam menilai kinerja

Metode yang digunakan manajemen untuk memantau kegiatan anggota lain

akan mempertinggi efektifitas struktur pengendalian intern karena dapat

membantu manajemen dalam menentukan kesalahan yang mungkin telah

terjadi, contohnya kesalahan pencatatan piutang.

7) Pengaruh eksternal

Pengaruh eksternal adalah pengaruh yang ditetapkan dan dilakukan oleh pihak

luar perusahaan yang mempengaruhi operasi perusahaan, khususnya terhadap

penjualan kredit dan penagihan piutang.

8) Kebijakan dan praktek organisasi dalam manajemen sumber daya manusia

Aspek yang paling penting dalam pengendalian intern adalah personalia, jika

personalia dapat dipercaya maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat

diandalkan. Oleh sebab itu dibutuhkan metode penerimaan dalam penerimaan

pegawai, evaluasinya dan pembayaran balas jasa merupakan bagian yang

penting dari struktur organisasi.

b. Penilaian resiko

Penetapan resiko oleh manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan sama

dengan resiko bawaan yang merupakan pusat perhatian dari eksternal auditor.

(32)

laporan keuangan pada umumnya, dan khususnya untuk kegiatan-kegiatan yang

berhubungan dengan proses pencatatan, penjumlahan, pemprosesan, dan

pelaporan data-data yang berhubungan dengan penjualan kredit dan piutang.

Mengingat tujuan manajemen adalah untuk mempertimbangkan bagaimana

mengidentifikasi resiko yang timbul, dalam hal ini tugas auditor adalah

mengevaluasi kemungkinan timbulnya kesalahan yang bersifat materiil dalam

laporan keuangan.

c. Informasi dan komunikasi

Sistem informasi dan komunikasi berhubungan erat dengan tujuan pelaporan

keuangan yang dalam hal ini termasuk sistem akuntansi, mengandung

metode-metode dan pencatatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi, menjumlahkan,

menganalisis, mengklasifikasi, mencatat dan melaporkan transaksi yang terjadi

dalam perusahaan dan memelihara tanggung jawab atas harta dan hutang

perusahaan. Sedangkan komunikasi berhubungan dengan pemahaman yang baik

atas peranan dan tanggung jawab seseorang dalam menjalankan struktur

pengendalian intern untuk pelaporan keuangan.

Menurut Hall (2001: 157) sistem informasi akuntansi yang baik akan :

 Mengidentifikasikan dan mencatat semua transaksi keuangan yang sah

 Menyediakan informasi yang tepat waktu tentang transaksi dengan rincian yang rumit untuk memungkinkan klasifikasi dan pelaporan keuangan yang benar.

 Mengukur nilai transaksi keuangan dengan akurat sehingga efek mereka dapat dicatat dalam laporan keuangan.

(33)

d. Pengawasan

Pihak manajemen harus menentukan bahwa pengendalian intern berfungsi

dengan benar. Pengawasan adalah proses dimana kualitas desain pengendalian

intern dan operasinya dapat dinilai. Hal ini dapat dicapai dengan prosedur yang

terpisah atau dengan kegiatan yang berkelanjutan.

Seorang auditor internal dapat mengawasi kegiatan entitas dalam prosedur

terpisah. Mereka mengumpulkan bukti kecukupan kontrol dengan menguji

kontrol, kemudian mengkomunikasikan kekuatan dan kelemahan kontrol kepada

manajemen. Sebagai bagian dari proses ini, auditor internal memberikan

rekomendasi spesifik untuk perbaikan kontrol.

Teknik lain untuk mencapai pengawasan yang berkelanjutan adalah

penggunaan laporan manajemen secara bijaksana. Laporan yang tepat waktu

memungkinkan para manajer di wilayah-wilayah fungsional seperti : penjualan,

pembelian, produksi dan pengeluaran kas untuk mengawasi dan mengontrol

kegiatan organisasi mereka. Dengan merangkumkan kegiatan, menyoroti trend

dan mengidentifikasi pengecualian dari kinerja normal, laporan manajemen yang

didisain dengan baik akan memberikan bukti tentang berfungsi atau tidaknya

pengendalian intern.

e. Kegiatan Kontrol

Menurut Hall (2001: 158), kegiatan kontrol adalah : “kebijakan dan prosedur

yang digunakan untuk memastikan bahwa tindakan yang benar diambil untuk

menghadapi resiko organisasi yang diidentifikasi. Kegiatan-kegiatan kontrol dapat

(34)

1) Kontrol komputer kontrol komputer secara khusus berkaitan dengan lingkungan teknologi informasi (TI) dan auditing TI, dikelompokkan dalam dua

kelompok besar, yaitu kontrol umum dan kontrol aplikasi. Kontrol umum

berkaitan dengan keseluruhan entitas, seperti kontrol atas pusat data, database

organisasi, pengembangan sistem dan pemeliharaan program. Kontrol aplikasi

memastikan integritas sistem spesifik seperti pemprosesan pesanan penjualan,

piutang dagang dan lainnya.

2) Kontrol fisik Jenis kegiatan ini terutama berkaitan dengan sistem akuntansi tradisional yang menerapkan prosedur manual. Menurut Hall (2001 :

158), ada enam kategori tradisional dalam kegiatan kontrol fisik, yaitu :

a) Otorisasi transaksi b) Pemisahan tugas c) Supervisi

d) Catatan Akuntansi e) Kontrol akses

f) Verifikasi independen

a) Otorisasi transaksi

Tujuan dari otorisasi transaksi adalah untuk memastikan bahwa semua materi

transaksi yang diproses oleh sistem informasi tersebut valid dan sesuai dengan

tujuan manajemen. Dapat bersifat umum atau spesifik. Otoritas umum diberikan

oleh personel operasi untuk melaksanakan operasi sehari-hari. Misalnya prosedur

untuk mengotorisasi pembelian persediaan dari pemasok yang ditunjuk hanya

ketika tingkat persediaan mencapai tingkat pemesanan yang telah ditetapkan. Hal

ini disebut prosedur yang telah diprogramkan. Aturan keputusan ditetapkan

dimuka, dan tidak diperlukan persetujuan tambahan. Disisi lain, otorisasi spesifik

(35)

adalah memperluas batas kredit pelanggan melebihi jumlah normal. Otoritas

spesifik merupakan tanggung jawab manajemen.

b) Pemisahan Tugas

Salah satu kegiatan kontrol paling penting adalah pemisahan tugas pegawai untuk

meminimalkan fungsi yang saling bertentangan. Pemisahan tugas dapat

mengambil banyak bentuk, tergantung pada tugas spesifik yang dikontrol. Namun

demikian, ketiga tujuan berikut ini memberikan petunjuk umum yang dapat

diterapkan pada kebanyakan organisasi, seperti yang dikemukakan oleh Hall

(2001 : 159) :

Tujuan 1. Pemisahan tugas harus sedemikian rupa sehingga otorisasi untuk suatu transaksi terpisah dari pemprosesan transaksi tersebut. Misalnya, pembelian tidak boleh dilakukan oleh departemen pembelian sampai diotorisasi oleh departemen kontrol persediaan. Pemisahan tugas ini merupakan kontrol untuk mencegah pembelian persediaan yang tidak perlu oleh individu.

Tujuan 2. tanggung jawab untuk mengawasi aktiva harus dipisahkan dari tanggung jawab pembukuan. Misalnya departemen yang memiliki pengawasan fisik terhadap persediaan barang jadi (gudang) tidak boleh melakukan tugas pembukuan persediaan. Akuntansi untuk persediaan barang jadi dilakukan oleh kontrol persediaan yang merupakan fungsi akuntansi. Ketika seorang individu atau suatu departemen bertanggung jjawab baik untuk pengawasan aktiva ataupun pembukuannya, potensi

fraud timbul. Aktiva dapat dicuri atau hilang, dan pembukuan dipalsukan untuk menutupi peristiwa tersebut.

(36)

dipekerjaan adalah justifikasi untuk membentuk peraturan yang melarang nepotisme.

c) Supervisi

Penerapan pemisahan tugas secukupnya mensyaratkan suatu perusahaan

menerapkan sejumlah besar pegawai. Mencapai pemisahan tugas yang memadai

sering kali sulit bagi organisasi kecil. Jelas bahwa tidak mungkin memisahkkan

lima tugas yang bertentangan diantara tiga pegawai. Oleh karena itu, dalam

organisasi kecil atau wilayah fungsional yang kecil yang kekurangan personel,

manajemen harus mengkompensasi ketiadaan kontrol pemisahan ini dengan

supervisi yang ketat. Asumsi yang mendasari adalah bahwa perusahaan

mempekerjakan personel yang kompeten dan dapat dipercaya. Asumsi pegawai

kompeten dan dapat dipercaya mempromosikan efisiensi pelaksanaan supervisi.

Karenanya perusahaan dapat membangun suatu jangkauan kontrol dimana satu

orang manajer dapat mensupervisi beberapa pegawai.

d) Catatan Akuntansi

Catatan akuntansi tradisional dalam satu organisasi terdiri atas dokumen sumber,

jurnal, dan buku besar. Catatant tersebut menangkap esensi ekonomi dari transaksi

dan menyediakan jejak audit bagi peristiwa ekonomi. Jejak audit memungkinkan

auditor menelusuri setiap transaksi melalui semua fase pemprosesan dari awal

sampai pembentukan laporan keuangan. Organisasi harus mempertahankan jejak

audit untuk dua alasan. Pertam, informasi ini diperlukan untuk melakukan operasi

setiap hari. Kedua, jejak audit memainkan peranan esensial dalam audit keuangan

perusahaan sehingga memungkinkan auditor eksternal (dan internal) untuk

(37)

akun buku besar, ke jurnal, ke dokumen sumber dan kembali ke dokumen

awalnya. Untuk alasan praktis dan kewajiban hukum, organisasi bisnis harus

mempertahankan catatan akuntansi yang cukup untuk menjaga jejak audit.

e) Kontrol akses

Tujuan dari kontrol akses adalah untuk memastikan hanya personel yang

diotorisasi memiliki akses ke aktiva perusahaan. Kontrol akses yang diperlukan

untuk melindungi catatan akuntansi akan bergantung pada karakter teknologi dari

sistem akuntansi. Kontrol akses dilakukan denan mengontrol dokumen dan

catatan dan dengan memisahkan tugas antara mereka yang harus mengakses dan

memproses catatan tersebut.

f) Verifikasi independent

Prosedur verifikasi adalah pengecekan independen terhadap sistem akuntansi

untuk mengidentifikasikan kesalahan dan alah penafsiran. Verifikasi berbeda

dengan supervisi karena ia dilakukan setelah terjadi kegiatan, oleh individu yang

tidak secara langsung terlibat dalam transaksi atau tugas yang sedang diverifikasi.

C. Sistem Akuntansi Penjualan Kredit dan Penagihan Piutang 1. Sistem Akuntansi Penjualan Kredit

Menurut Mulyadi (2001 : 219)

Jaringan prosedur yang membentuk sistem penjualan kredit adalah sebagai berikut:

a. Prosedur order penjualan b. Prosedur persetujuan kredit c. Prosedur pengiriman d. Prosedur penagihan

e. Prosedur pencatatan piutang f. Prosedur distribusi penjualan

(38)

a. Prosedur order penjualan

Dalam prosedur ini, bagian penjualan menerima order dari pelanggan yang

dapat dilakukan melalui surat, telepon, di toko, melalui wiraniaga di lapangan

ataupun melalui website. Order pelanggan ini dapat berupa purchase order dari

pelanggan ataupun sales order yang di buat oleh wiraniaga perusahaan. Kemudian

bagian order penjualan membuat shipping order (surat order pengiriman) dan

mengirimkannya ke berbagai fungsi lain.

b. Prosedur persetujuan kredit

Dalam prosedur ini bagian penjualan meminta persetujuan penjualan kredit

dari bagian kredit dengan mengirimkan tembusan kredit dari surat oder

pengiriman. Penentuan pemberian kredit dapat dilakukan dengan melihat status

kredit pelanggan, jangka waktu pembayaran dan batas kredit. Setelah pemberian

kredit mendapat persetujuan, maka diperiksa apakah persediaan yang ada

mencukupi untuk memenuhi pesanan. Tembusan kredit akan ditambahkan pada

arsip order pelanggan.

c. Prosedur Pengiriman

Dalam prosedur ini, bagian pengiriman akan mengirimkan barang pada

pembeli sesuai dengan informasi yang tercantum dalam surat order pengiriman

yang diterima dari bagian order penjualan. Bagian gudang akan mengidentifikasi

produk dan jumlah yang harus diambil dari gudang. Dokumen tersebut juga

memberikan persetujuan formal bagi petugas gudang untuk menyerahkan barang.

(39)

petugas kemudian menyesuaikan data catatan untuk menggambarkan penurunan

persediaan.

Sebelum menerima barang dan surat order pengiriman dari bagian gudang,

bagian pengiriman menerima empat tembusan surat order pengiriman dari bagian

order penjualan berupa surat order pengiriman asli, packing slip, dan surat muat

beserta salinannya. Bagian pengiriman melakukan perhitungan fisik barang untuk

disesuaikan dengan yang tercantum di dokumen yang diterimannya. Rekonsiliasi

barang yang diterima dari dari gudang dengan informasi penjualan yang sudah

diterima terlebih dahulu sangat penting untuk mendeteksi terjadinya kesalahan

sebelum pengiriman barang.

Petugas pengiriman kemudian menempelkan packing slip pada pembungkus

barang dan menyerahkannya pada perusahaan jasa pengiriman beserta surat muat.

Surat order pengiriman asli dan surat muat diserahkan kepada bagian order

penjualan untuk menunjukkan bahwa barang telah dikirimkan.

Bagian order penjualan kemudian mencatat tanggal pengiriman pada sales

order follow-up copy dan memindahkannya ke arsip pengiriman yang telah

dipenuhi. Surat order pengiriman dan surat muat diteruskan ke bagian penagihan.

d. Prosedur penagihan

Bagian penagihan membuat faktur penjualan dan mengirimkannya kepada

pembeli. Bagian penagihan menerima surat order pengiriman dan surat muat dari

bagian order penjualan kemudian menyiapkan faktur penjualan yang berisi data

yang diperlukan untuk penagihan kepada konsumen. Faktur asli dikirimkan

(40)

surat order pengiriman dan surat muat. Salinan ketiga dan keempat dikirim kepada

bagian kartu persediaan dan bagian jurnal. Salinan kelima merupakan tembusan

bagi wiraniaga.

e. Prosedur pencatatan piutang

Dalam prosedur ini bagian piutang akan memutakhirkan buku besar

pembantu piutang berdasarkan surat order pengiriman, surat muat dan faktur yang

duterima serta menyimpan dokumen tersebut sesuai urutan nomornya, Tembusan

faktur yang diterima oleh bagian kartu persediaan digunakan untuk

memutakhirkan buku besar pembantu persediaan. Bagian jurnal yang menerima

tembusan faktur dari bagian penagihan mencatat transaksi dalam jurnal penjualan

dan mengarsipkan faktur.

f. Prosedur distribusi penjualan

Bagian jurnal juga bertugas membuat laporan penjualan yamg akan

mempengaruhi prosedur distribusi penjualan. Definisi distribusi menurut Mulyadi

(2001 : 278):

Distribusi adalah prosedur peringkasan rincian yang tercantum dalam media (faktur penjualan misalnya) dan pengumpulan total ringkasan tersebut untuk keperluan pembuatan laporan. Jika diterapkan dalam penjualan, distribusi penjualan adalah prosedur ringkasan yang tercantum dalam penjualan (misalnya hasil penjualan menurut daerah pemasaran) dan pengumpulan total ringkasan pejualan menurut daerah pemasaran tersebut untuk keperluan pembuatan laporan hasil penjualan menurut daerah pemasaran.

g. Prosedur pencatatan harga pokok penjualan

Dari buku besar tambahan persediaan, secara periodik bagian kartu

persediaan membuat rekapitulasi harga pokok penjualan dan membuat bukti

(41)

rekapitulasi harga pokok penjualan dan bukti memorial tersebut, bagian jurnal

mencatat harga pokok penjualan dalam jurnal umum serta mengarsipkan

rekapitulasi harga pokok penjualan dan bukti memorial tersebut.

Flowchart prosedur penjualan kredit seperti yang telah dijabarkan di atas

dapat dilihat pada lampiran.

Menurut Mulyadi (2001 : 211 ) :

Fungsi yang terkait dalam sistem penjualan kredit adalah : 1. Fungsi penjualan

2. Fungsi kredit 3. Fungsi gudang 4. Fungsi pengiriman 5. Fungsi penagihan 6. Fungsi akuntansi

1. Fungsi Penjualan

Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima surat order dari pembeli,

mengedit order dari pelanggan untuk menambahkan informasi yang belum ada

pada surat order tersebut, meminta otorisasi kredit, menentukan tanggal

pengiriman dan dari gudang mana barang dikirim, dan mengisi surat order

pengiriman. Fungsi ini berada di tangan bagian order penjualan.

2. Fungsi Kredit

Fungsi ini bertanggung jawab untuk meneliti status kredit pelanggan dan

memberikan otorisasi pemberian kredit pada pelanggan. Tembusan kredit dari

surat order pengiriman harus dikirimkan ke fungsi kredit untuk mendapatkan

(42)

3. Fungsi Gudang

Fungsi ini bertanggung jawab untyuk menyimpan barang dan menyiapkan

barang yang dipesan pelanggan, serta menyerahkan barang kepada fungsi

pengiriman. Fungsi ini berada di tangan bagian gudang.

4. Fungsi Pengiriman

Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan barang atas dasar surat

order pengiriman yang diterimanya dari fungsi penjualan dan menjamin bahwa

tidak ada barang yang keluar dari perusahaan tanpa ada otorisasi dari yang

berwenang. Fungsi ini berada di tangan bagian pengiriman.

5. Fungsi penagihan

Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat dan mengirimkan faktur

penjualan kepada pelanggan, serta menyediakan copy faktur bagi kepentingan

pencatatan transaksi penjualan oleh fungsi akuntansi. Fungsi ini berada di tangan

bagian penagihan.

6. Fungsi Akuntansi

Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi akuntansi bertanggung jawab

untuk mencatat piutang yang timbul dari transaksi penjualan kredit dan membuat

serta mengirimkan pernyataan piutang kepada para debitur, serta membuat

laporan penjualan. Di samping itu, fungsi ini juga bertanggung jawab untuk

mencatat harga pokok persediaan yang dijual ke dalam kartu persediaan. Fungsi

ini berada di tangan bagian piutang (sebagai penyelenggara kartu piutang), bagian

jurnal (sebagai penyelenggara jurnal penjualan dan pembuatan laporan penjualan),

(43)

Adapun dokumen yang digunakan dalam sistem penjualan kredit adalah :

a. Surat order pengiriman dan tembusannya

b. Faktur dan tembusannya

c. Rekapitulasi harga pokok penjualan

d. Bukti Memorial

Surat order pengiriman merupakan dokumen pokok untuk memproses

penjualan kredit. Berbagai tembusan surst order pengiriman terdiri dari :

a. Surat order pengiriman

Dokumen ini merupakan lembar perrtama surat order pengiriman yang

mengotorisasi fungsi pengiriman untuk mengirimkan jenis barang dengan

jumlah dan spesifikasi seperti yang tertera di dokumen tersebut.

b. Tembusan Kredit (credit copy)

Dokumen ini digunakan untuk memperoleh status kredit pelanggan dan

untuk mendapatkan otorisasi penjualan kredit dan fungsi kredit.

c. Surat pengakuan (acknowledgement copy)

Dokumen ini dikirimkan oleh fungsi penjualan kepada pelanggan untuk

memberi tahu bahwa ordernya telah diterima dan dalam proses

pengiriman.

d. Surat muat (bill of landing)

Tembusan surat muat ini merupakan dokumen yang digunakan sebagai

bukti penyerahan barang dari perusahaan kepada perusahaan angkutan

(44)

angkutan umum, dan 1 lembar disimpan sementara oleh fungsi pengiriman

setelah ditandatangani oleh wakil perusahaan pengangkutan tersebut.

e. Slip pembungkus (packing slip)

Dokumen ini ditempelkan pada pembungkus barang untuk memudahkan

fungsi penerimaan di perusahaan pelanggan dalam mengidentifikasi

barang-barang yang diterimanya.

f. Tembusan gudang (warehouse copy)

Dokumen ini merupakan tembusan surat order pengiriman yang dikirim ke

fungsi gudang untuk menyiapkan jenis barang dengan jumlah seperti yang

tercantum di dalamnya, agar menyerahkan barang tersebut ke fungsi

pengiriman, dan untuk mencatat barang yang dijual dalam kartu gudang.

g. Arsip pengendalian pengiriman (sales order follow up copy)

Dokumen ini merupakan tembusan surat order pengiriman yang diarsipkan

fungsi penjualan menurut tanggal pengiriman yang dijanjikan. Dokumen

ini juga merupakan sumber informasi untuk membuat laporan mengenai

pesanan yang belum dipenuhi.

h. Arsip index silang (cross index file copy)

Dokumen ini merupakan tembusan yang diarsipkan secara alfabetik

menurut nama pelanggan untuk memudahkan menjawab

pertanyaan-pertanyaan dari pelanggan mengenai status pesanannya.

Faktur penjualan merupakan dokumen yang dipakai sebagai dasar untuk

mencatat timbulnya piutang. Berbagai tembusan faktur penjualan terdiri dari :

(45)

Dokumen ini merupakan lembar pertama yang dikirim oleh fungsi

penagihan kepada pelanggan. Jumlah lembar faktur penjualan yang

dikirim kepada pelanggan adalah tergantung dari permintaan pelanggan.

b. Tembusan piutang (account receivable copy)

Dokumen ini merupakan tembusan faktur penjualan yang dikirimkan oleh

fungsi penagihan ke fungi akuntansi sebagai dasar untuk mencatat piutang

dalam kartu piutang.

c. Tembusan jurnal penjualan (sales journal copy)

Dokumen ini merupakan tembusan yang dikirimkan ke fungsi akuntansi

sebagai dasar mencatat transaksi penjualan dalam jurnal penjualan.

d. Tembusan analisis (analysis copy)

Dokumen ini merupakan tembusan yang dikirim oleh fungsi penagihan ke

fungsi akuntansi sebagai dasar untuk menghitung harga pokok penjualan

yang dicatat dalam kartu persediaan, untuk analisis penjualan dan untuk

perhitungan komisi wiraniaga (salesperson).

e. Tembusan wiraniaga (salesperson copy)

Dokumen ini dikirimkan oleh fungsi penagihan ke pada wiraniaga untuk

memberitahu bahwa order pelanggan yang lewat di tangannya telah

dipenuhi sehingga memungkinkannya menghitung komisi penjualan yang

menjadi haknya.

Rekapitulasi harga pokok penjualan merupakan dokumen pendukung yang

digunakan untuk menghitung total harga pokok produk yang dijual selama periode

(46)

secara periodik dan kemudian dibuatkan dokumen sumber berupa bukti memorial

untuk mencatat harga pokok produk yang dijual dalam periode akuntansi tertentu.

Dalam sistem penjualan kredit, bukti memorial merupakan dokumen sumber

untuk dasar pencatatan harga pokok produk yang dijual dalam periode akuntansi

tertentu ke dalam jurnal umum.

Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem penjualan kredit adalah ;

a.Jurnal piutang

b.Kartu piutang

c.Kartu persediaan

d. Kartu gudang

e.Jurnal umum

2. Penagihan Piutang

Sumber penerimaan kas perusahaan yang melakukan penjualan kredit adalah

berasal dari pelunasan piutang para debiturnya. Mulyadi (2001 : 482) menyatakan

bahwa “penerimaan kas dari piutang dapat dilakukan melelui berbagai cara : (1)

melalui penagih perusahaan, (2) melalui pos, dan (3) melalui lock-box-collection

plan”.

Prosedur penagihan piutang melalui penagih perusahaan :

1. Bagian piutang memberikan daftar piutang yang sudah saatnya ditagih kepada

bagian penagihan.

2. Bagian penagihan mengirimkan penagih, yang merupakan karyawan

(47)

3. Bagian penagihan menerima cek atas nama dan surat pemberitahuan dari

debitur.

4. Bagian penagihan menyerahkan cek kepada bagian kasa

5. Bagian penagihan menyerahkan surat pemberitahuan kepada bagian piutang

untuk kepentingan posting ke dalam kartu piutang.

6. Bagian kasa mengirim kuitansi sebagai tanda penerimaan kas kepada debitur

7. Bagian kasa menyetorkan cek ke bank, setelah cek atas cek tersebut dilakukan

endorsement oleh pejabat yang berwenang.

8. Bank perusahaan melakukan clearing atas cek tersebut ke bank debitur.

Flowchart prosedur penagihan piutang melalui penagih perusahaan seperti

yang telah dijabarkan di atas disajikan pada lampiran.

Prosedur penagihan piutang melalui pos :

1. Bagian penagihan mengirimkan faktur penjualan kredit kepada debitur pada

saat transaksi penjualan kredit terjadi

2. Debitur mengirim cek atas nama yang dilampiri surat pemberitahuan melalui

pos.

3. Bagian sekretariat menerima cek atas nama dan surat pemberitahuan dari

debitur

4. Bagian sekretariat menyerahkan cek pada bagian kasa.

5. Bagian sekretariat menyerahkan surat pemberitahuan kepada bagian piutang

untuk kepentingan posting ke dalam kartu piutang

6. Bagian kasa mengirim kuitansi kepada debitur sebagai tanda terima

(48)

7. Bagian kasa menyetorkan cek ke bank, setelah cek atas cek tersebut dilakukan

endorsement oleh pihak yang berwenang.

8. Bank perusahaan melakukan clearing atas cek tersebut ke bank debitur.

Lock box adalah suatu alamat pos dimana pelanggan mengirim cek dan surat

pemberitahuannya. Lock-box-collection plan dapat mengatasi masalah perusahaan

yang debitur tersebar luas di berbagai daerah geografis dengan pembuatan

post-office box (PO-Box) di kota yang jumlah debiturnya banyak. Perusahan kemudian

membuka rekening giro di bank yang terletak di kota yang sama dengan PO-Box

tersebut.

Prosedur penagihan piutang melalui lock-box-collection plan :

1. Bagian penagihan mengirim faktur penjualan kredit kepada debitur pada saat

transaksi penjualan kredit terjadi.

2. Debitur melaksanakan pembayaran utang pada saat faktur jatuh tempo dengan

mengirimkan cek dan surat pemberitahuan kepada PO Box di kota terdekat.

3. Bank membuka PO Box dan mengumpulkan cek dan surat pemberitahuan

yang diterima oleh perusahaan

4. Bank membuat daftar surat pemberitahuan. Dokumen ini dilampiri dengan

surat pemberitahuan dikirimkan oleh bank ke bagian sekretariat.

5. Bank mengurus check-clearing.

6. Bagian sekretariat menyerahkan surat pemberitahuan kepada bagian piutang

untuk mengkredit rekening pembantu piutang debitur tersebut.

(49)

8. Bagian kasa menyerahkan daftar surat pemberitahuan ke bagian jurnal untuk

dicatat di dalam jurnal penerimaan kas.

Kebanyakan pelanggan akan melunasi saldo utang mereka ataupun

melakukan pembayaran angsuran setelah menerima pernyataan piutang yang

biasanya dikirimkan oleh perusahaan setiap bulan atau yang disebut dengan

monthly statement.

Pernyataan piutang menurut Mulyadi (2001: 270) adalah “formulir yang

menyajikan jumlah kewajiban debitur pada tanggal tertentu dan (dalam

pernyataan piutang bentuk tertentu) disertai dengan rinciannya”. Bentuk

pernyataan piutang perusahaan tergantung pada cara perusahaan memutakhirkan

catatan piutangnya. Penyesuaian saldo piutang dapat dilakukan dengan metode

open invoice dan metode balance forward. Perbedaannya terletak pada kapan

pelanggan melakukan pembayaran, bagaimana pembayaran diaplikasikan untuk

memutakhirkan catatan piutang, dan format dari pernyataan piutang yang dikirim

pada pelanggan.

Dengan metode open invoice, pelanggan membayar per faktur. Dua salinan

faktur dikirim pada pelanggan dan satu salinan yang disebut dengan surat

pemberitahuan akan dikirim kembali saat pembayaran. Pernyataan piutang dalam

metode ini berisi daftar faktur yang belum dilunasi oleh debitur pada tanggal

tertentu disertai dengan tanggal faktur dan jumlah rupiahnya.

Dengan metode balance forward, pelanggan membayar berdasarkan jumlah

yang tertera pada pernyataan piutang. Pernyataan piutang berisi daftar penjualan

(50)

Pernyataan piutang biasanya memuat bagian yang bisa dirobek yang berisi nama

informasi mengenai pelanggan, nomor rekening, dan saldo piutang. Pada saat

pembayaran, pelanggan akan diminta mengembalikan potongan ini yang berfungsi

sebagai surat pemberitahuan.

Supaya arus penerimaan kas lebih seragam pada metode balance forward

perusahaan dapat melakukan penagihan bersiklus (cycle billing) untuk

mempersiapkan dan mengirimkan pernyataan piutang kepada pelanggan. Jika

semua pelanggan dikirimi pernyataan piutang pada akhir bulan, pekerjaan

memposting media ke dalam pernyataan piutang dan kartu piutang akam

menumpuk pada akhir bulan. Demikian juga arus penerimaan kas sepanjang bulan

tidak akan seragam. Dalam metode penagihan bersiklus pekerjaan posting ke

dalam kartu piutang dan pernyataan piutang tersebar merata dalam hari kerja

selama sebulan. Setiap pelanggan akan menerima pernyataan piutang pada tanggal

hari kerja yang sama setiap bulan dan harus membayar tagihan mereka dalam

jangka waktu tertentu setelah mereka menerima tagihan.

Bagi pelanggan yang lambat membayar, umumnya akan diberi peringatan

kedua mengenai saldo yang jatuh tempo. Selanjutnya peringatan terakhir

(deliquency notice) mungkin dikirimkan. Jika pembayaran masih belum diterima,

perusahaan dapat menyewa biro penagihan, menggunakan jasa anjak piutang

(factoring), atau akhirnya menghapus saldo tersebut.

Menurut Mulyadi (2001 : 487) :

Fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari piutang adalah : a. fungsi sekretariat

(51)

d. fungsi akuntansi

e. fungsi pemeriksa intern

a. fungsi sekretariat

Fungsi sekretariat bertanggung jawab dalam penerimaan cek dan surat

pemberitahuan (remittance advice) melalui pos dari para debitur perusahaan jika

penerimaan kas dari piutang dilakukan melalui pos dari para perusahaan jika

penerimaan kas dilakukan melalui lock-box-collection plan, fungsi sekretariat

bertanggung jawab dalam penerimaan daftar surat pemberitahuan dan surat

pemberitahuan yang dikirim oleh bank. Fungsi sekretariat bertugas untuk

membuat daftar surat pemberitahuan atas dasar surat pemberitahuan yang diterima

bersama cek dari para debitur. Fungsi sekretariat ini berada di tangan bagian

sekretariat.

b. Fungsi penagihan

Jika perusahaan melakukan penagihan piutang langsung kepada debitur,

fungsi penagihan bertanggung jawab untuk melakukan penagihan kepada para

debitur berdasarkan daftar piutang yang ditagih yang dibuat oleh fungsi akuntansi.

Fungsi penagihan berada di tangan bagian penagihan.

c. Fungsi kas

Fungsi ini bertanggung jawab atas penerimaan cek dari fungsi sekretariat

(jika penerimaan kas dari piutang dilakukan melalui pos) atau dari fungsi

penagihan (jika penerimaan kas dari piutang dilaksanakan melalui penagih

perusahaan). Fungsi kas bertanggung jawab untuk menyetorkan kas yang diterima

dari berbagai fungsi tersebut segera ke bank dalam jumlah penuh. Fungsi kas ini

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Perkiraan

Referensi

Dokumen terkait

3 Universitas Kristen Maranatha prosedur pencatatan terhadap piutang usaha dengan baik, dikarenakan piutang usaha berhubungan dengan uang kas yang sangat penting bagi

Di antara sekian banyak fungsi pengendalian intern yang diperlukan oleh perusahaan yang akan melakukan penjualan secara kredit kepada para konsumen akan memerlukan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat diketahui sistem pengendalian intern pada aktivitas penjualan kredit dapat mencegah

Apakah audit intern memiliki kedudukan yang independen dalam melakukan pemeriksaan kepada bagian yang diperiksanya?. Apakah audit intern mempunyai hubungan kekerabatan dengan salah

judul Laporan Akhir ini adalah “ Analisis Sistem Pengendalian Intern atas Prosedur Penagihan Piutang Usaha pada PT Diva Cash & Credit Palembang”.. Masalah yang

Berdasarkan hasil penelitian sistem evaluasi pengendalian internal atas penjualan kredit dan penagihan piutang pada PT Kanemitsu Sgs Indonesia secara keseluruhan belum berjalan

Struktur organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah perusahaan, karena struktur organisasi akan memberikan gambaran dan penjelasan tentang batasan tugas,

Kemudian mengarahkan perusahaan untuk menemukan akar permasalahan yang menyebabkan kerugian dan kecurangan dalam perusahaan sehingga perusahaan dapat melakukan perbaikan dalam Sistem