• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Antar Pribadi dan Peningkatan Produktivitas Kerja.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Komunikasi Antar Pribadi dan Peningkatan Produktivitas Kerja."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DAN PENINGKATAN

PRODUKTIVITAS KERJA

(Studi Korelasional Antara Komunikasi Antar Pribadi dengan

Peningkatan Produktivitas Kerja Karyawan di Bel Mondo Cafe)

Diajukan Oleh :

Nova Marlina Hasibuan

050922049

Ilmu Komunikasi

(Ekstension)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Komunikasi Antar Pribadi dan Peningkatan Produktivitas Kerja” dengan

sebaik-baiknya.

Selama melakukan penulisan skripsi ini, banyak hal-hal yang merupakan

hambatan-hambatan maupun keterbatasan yang penulis alami, kesemuanya ini

disebabkan karena keterbatasan ilmu pengetahuan penulis.

Dalam penulisan laporan ini penulis banyak menerima bantuan, masukan

dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu izinkan penulis menyampaikan

terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Arif Nasution,MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi

FISIP USU.

3. Bapak Drs. Mukti Sitompul, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk dan bimbingan selama

penelitian dalam penulisan skrpsi ini.

4. Bapak dan Ibu dosen, staf dan pegawai fakultas ilmu komunikasi, serta staf

pegawai perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

5. Pimpinan dan seluruh karyawan Bel Mondo Cafe, yang telah banyak

(3)

6. Teristimewa kepada kedua orang tua, suami dan anak yang selalu mendukung

baik moril dan materil kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

dengan baik.

7. Teman - teman Ekstension dan yang lainnya yang tak mungkin penulis sebut

satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi

ini

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna, sehingga dengan segala kerendahan hati penulis akan menerima kritik

dan saran demi kesempurnaan tulisan ini. Akhirnya penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juni 2007

Penulis,

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang Masalah ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 5

I.3. Pembatasan Masalah ... 5

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

I.4.1. Tujuan Penelitian ... 6

I.4.2. Manfaat Penelitian ... 6

I.5. Kerangka Teori... 7

I.5.1. Komunikasi ... 8

I.5.2. Komunikasi Antar Pribadi ... 9

I.5.3. Teori Self Discloser ... 13

I.5.4. Produktivitas Kerja ... 14

I.6. Kerangka Konsep ... 16

(5)

I.8. Operasionalisasi Variabel ... 18

I.9. Defenisi Operasional ... 19

I.10. Hipotesis ... 21

BAB II URAIAN TEORITIS ... 22

II.1. Pengertian Komunikasi dan Komunikasi Antar Pribadi ... 22

II.1.1. Pengertian Komunikasi ... 22

II.1.2. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi ... 24

II.2. Proses Komunikasi Antar Pribadi ... 26

II.3. Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi ... 31

II.4. Teori Self Discloser ... 35

II.5. Pengertian Produktivitas Kerja ... 38

II.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

III.1. Metode Penelitian ... 43

III.2. Lokasi Penelitian ... 43

III.3. Populasi dan Sampel ... 43

III.4. Teknik Penarikan Sampel ... 44

III.5. Teknik Pengumpulan Data ... 45

III.6. Teknik Analisa Data... . 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

IV.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………. 49

(6)

IV.2. Analisa Tabel Tunggal ... 52

IV.3. Analisa Tabel Silang ... 73

IV.4. Uji Hipotesis ... 77

IV.5. Pembahasan ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

V.1. Kesimpulan ... 82

V.2. Saran ... 82

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Umur Responden ... 52

Tabel 2. Jenis Kelamin Responden ... 53

Tabel 3. Pendidikan Terakhir Responden ... 53

Tabel 4. Masa Kerja Responden ... 54

Tabel 5. Keterbukaan Komunikasi Antar Pribadi yang Dilakukan ... 55

Tabel 6. Pihak yang Diajak Membicarakan Masalah dalam Pekerjaan ... 56

Tabel 7. Keberhasilan Pembicaraan dengan Lawan Bicara Terhadap Masalah yang Dihadapi Karyawan ... 57

Tabel 8. Penguasaan Terhadap Masalah yang Sedang Dihadapi ... 58

Tabel 9. Frekwensi Karyawan dalam Memberikan Saran/Ide ... 59

Tabel 10. Penerimaan Pimpinan Terhadap Saran/Ide dari Karyawan ... 59

Tabel 11. Pesan yang Disampaikan Oleh Pimpinan Terhadap Karyawan ... 60

Tabel 12. Harga Diri ... 61

Tabel 13. Frekwensi Komunikasi Antar Pribadi ... 62

Tabel 14. Empati Terhadap Lawan Komunikasi/Komunikan ... 63

Tabel 15. Saling Mempercayai ... 63

Tabel 16. Dukungan Terhadap Apa yang Dibicarakan ... 64

Tabel 17. Tanggapan Positif dalam Berkomunikasi ... 64

Tabel 18. Kesamaan Kedudukan dalam Komunikasi Antar Pribadi... 65

(8)

Tabel 21. Keseriusan Dalam Melaksanakan Pekerjaan ... 68

Tabel 22. Disiplin Kerja Karyawan ... 68

Tabel 23. Partisipasi Karyawan ... 69

Tabel 24. Semangat Kerja Para Karyawan ... 70

Tabel 25. Mutu Kerja Para Karyawan ... 70

Tabel 26. Loyalitas Kerja KAryawan ... 71

Tabel 27. Betah di Lingkungan Kerja ... 72

Tabel 28. Hubungan Usia Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan ... 73

Tabel 29. Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Produktivitas Kerja ... 74

Tabel 30. Hubungan Pendidikan Terhadap Produktivitas Kerja ... 75

Tabel 31. Hubungan Masa Kerja Terhadap Produktivitas Kerja ... 76

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner

Lampiran 2 Tabel Foltron Cobol

Lampiran 3 Nilai-nilai Dalam Distibusi t

Lampiran 4 Nilai-nilai r Product Moment

Lampiran 5 Surat Izin Prapenelitian

Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 7 Lembar Catatan Bimbingan

(10)

DAFTAR REFERENSI

Andrews, Mc. Collin dan Depari Edward. 1988. Peranan Komunikasi Massa

Dalam Pembangunan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Arifin, Anwar. 1992. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

A.W. Widjaja. 1986. Komunikas Dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bina

Aksara.

Devito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Proffesional Books.

Effendy, Onong Uchjana. 1981. Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung: Alumni.

____________________. 1986. Hubungan Masyarakat Suatu Study

Komunikologis. Bandung: Remaja Rosdakarya.

____________________. 1992. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Fisher, B. Aubrey. 1986. Teori-Teori Komunikasi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Hadi, Sutrisno. 1987. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.

Lee, Liang, Oey. 1977. Pengertian Manajemen. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Mulyana, Deddy. 1996. Human Communication Konteks-Konteks Komunikasi

(11)

Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press.

Pratikno, Riyono. 1982. Lingkaran-Lingkaran Komunikasi. Bandung: Alumni.

Rakhmat, Jalaluddin. 1993. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

________________. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Singarimbun, Masri dan Effendy. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta:

LP3ES.

Sinungan, Muchdarsyah. 1987. Produktivitas, Apa dan Bagaimana. Jakarta: Bina

Aksara.

Susanto, Astrid S. 1997. Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek. Bandung: Bina

(12)

ABSTRAKSI

Penelitian ini mengambil judul Komunikasi Antar Pribadi dan Peningkatan Produktivitas Kerja (Studi Korelasional Antara Komunikasi Antar Pribadi dengan Produktivitas Kerja Karyawan Di Bel Mondo Cafe).

Penelitian ini menggunakan metode korelasional yaitu metode yang bertujuan mencari hubungan antara dua variabel yang diteliti. Jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 43 orang dan penarikan sampelnya menggunakan teori arikunto, sehingga didapat jumlah sampel 30 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan dan kuesioner.

Analisa data menggunakan analisa tabel tunggal dan analisa tabel silang, sedangkan hipotesa penelitian diuji dengan korelasi pearson product moment, karena penulis menggunakan skala interval, penarikan sampel dengan cara random dan mencari hubungan signifikan antara dua variabel yang dikorelasikan. Hasil antara x dan y diukur berdasarkan skala Guilford dan dilanjutkan dengan uji signifikan untuk N<50 dapat menggunakan rumus ttest. Berdasarkan analisa data

diketahui bahwa terdapat hubungan antara kegiatan komunikasi antar pribadi yang dilakukan pimpinan dan bawahan di Bel Mondo Cafe. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya rtabel<rtemuan yaitu 0,361<0,49 yang berarti Ha diterima dan Ho

ditolak. Merujuk pada skala Guilford menunjukkan hubungan yang berarti. Hasil uji signifikan nilai rxy ditemukan nilai ttest sebesar 2,97 dan ttabel

2,042 yang berarti thitung>ttabel maka hubungan signifikan. Hal ini berarti Ha

(13)

ABSTRAKSI

Penelitian ini mengambil judul Komunikasi Antar Pribadi dan Peningkatan Produktivitas Kerja (Studi Korelasional Antara Komunikasi Antar Pribadi dengan Produktivitas Kerja Karyawan Di Bel Mondo Cafe).

Penelitian ini menggunakan metode korelasional yaitu metode yang bertujuan mencari hubungan antara dua variabel yang diteliti. Jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 43 orang dan penarikan sampelnya menggunakan teori arikunto, sehingga didapat jumlah sampel 30 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan dan kuesioner.

Analisa data menggunakan analisa tabel tunggal dan analisa tabel silang, sedangkan hipotesa penelitian diuji dengan korelasi pearson product moment, karena penulis menggunakan skala interval, penarikan sampel dengan cara random dan mencari hubungan signifikan antara dua variabel yang dikorelasikan. Hasil antara x dan y diukur berdasarkan skala Guilford dan dilanjutkan dengan uji signifikan untuk N<50 dapat menggunakan rumus ttest. Berdasarkan analisa data

diketahui bahwa terdapat hubungan antara kegiatan komunikasi antar pribadi yang dilakukan pimpinan dan bawahan di Bel Mondo Cafe. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya rtabel<rtemuan yaitu 0,361<0,49 yang berarti Ha diterima dan Ho

ditolak. Merujuk pada skala Guilford menunjukkan hubungan yang berarti. Hasil uji signifikan nilai rxy ditemukan nilai ttest sebesar 2,97 dan ttabel

2,042 yang berarti thitung>ttabel maka hubungan signifikan. Hal ini berarti Ha

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Perusahaan merupakan tempat dilakukannya berbagai kegiatan dalam

usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Proses

pencapaian tujuan perusahaan melibatkan semua sumber daya yang tersedia di

dalam perusahan tersebut. Dalam hal ini karyawan memegang peranan penting,

karena berhasil tidaknya tugas yang dipikul oleh perusahaan tergantung dari

hasil kerja karyawannya. Diharapkan karyawan dapat bekerja secara maksimal

dan se-produktif mungkin.

Dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan kadangkala terdapat

ketidakpuasan dikalangan karyawan yang dapat menyebabkan hubungan yang

terbina kurang harmonis. Sumber ketidakpuasan itu bukan hanya berupa materi

saja (gaji dan fasilitas yang minim), akan tetapi juga dapat bersifat non material,

misal : penghargaan sebagai manusia, kebutuhan untuk berpartisipasi, dan lain

sebagainya.

Hubungan yang kurang harmonis pasti akan menciptakan suasana

kerja yang tidak menyenangkan yang akan mengganggu produktivitas kerja.

Untuk menciptakan hubungan yang harmonis diperlukan komunikasi antara

pimpinan dan bawahan maupun antara sesama karyawan itu sendiri. Bentuk

komunikasi yang paling tepat digunakan adalah komunikasi antar pribadi.

(15)

dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Dengan demikian juga

halnya dalam hubungan dengan sesama karyawan itu sendiri. Adanya hubungan

yang baik dan harmonis menjadikan adanya suatu kerjasama yang mantap.

Karenanya karyawan akan merasa betah dan senang bekerja di lingkungan

tempat ia bekerja, sehingga produktivitas kerja meningkat.

Komunikasi antar pribadi yang merupakan salah satu bentuk

komunikasi, memungkinkan seorang pemimpin atau atasan untuk berhadapan

secara langsung dengan bawahannya, sekaligus dapat mengetahui keadaan

bawahannya. Dengan bentuk komunikasi ini pula, tingkat persuasif dapat lebih

baik dilakukan oleh seorang pemimpin. Dari sini, diharapkan dapat timbul

kesamaan pengertian antara sesama anggota, yang kemudian dapat

menimbulkan suatu sikap dan tingkah laku yang diharapkan dari para karyawan.

Terbentuknya gairah kerja, disiplin kerja, dan kerjasama di antara

karyawan sebagai akibat komunikasi antar pribadi yang dilaksanakan pimpinan

terhadap bawahannya, akan dapat menciptakan produktivitas kerja yang pada

akhirnya akan mewujudkan tujuan perusahaan.

Adapun upaya-upaya yang dilakukan dalam menumbuhkan

produktivitas kerja karyawan, yang berhubungan dengan komunikasi antar

pribadi yang dilakukan pimpinan antara lain dengan menumbuhkan rasa

percaya, sikap supportif dan sikap terbuka kepada karyawan, yang dapat

mendorong timbulnya saling pengertian dan saling menghargai.

Mengadakan hubungan seperti diuraikan di atas, hendaknya

(16)

konsultasi dengan pimpinan tentang masalah yang berhubungan dengan

pekerjaan.

Pentingnya hubungan ini dilaksanakan pimpinan, adalah mengingat

karyawan di dalam perusahaan terdiri dari individu-individu yang mempunyai

kepentingan pribadi yang berbeda-beda, yang mana hal tersebut dapat

menciptakan konflik dalam perusahaan.

Apabila terjadi konflik antar karyawan dalam satu perusahaan, maka

hal tersebut dapat mengakibatkan aktivitas perusahaan tidak berjalan dengan

baik, dan pada tahap selanjutnya tidak akan ada kegairahan dan semangat kerja,

dengan kata lain tidak akan menimbulkan produktivitas kerja.

Untuk itulah, seorang pemimpin atau atasan harus mampu

menciptakan hubungan pribadi dengan para karyawan di dalam perusahaan, baik

melalui pertemuan formal maupun informal, yang dapat menumbuhkan rasa

percaya, sikap supportif dan sikap terbuka, yang dapat mendorong timbulnya

saling pengertian, saling menghargai dan pada akhirnya, timbul suatu kerjasama

yang dapat mewujudkan tercapainya tujuan perusahaan, dan dari keadaan seperti

itu diharapkan dapat menciptakan produktivitas kerja karyawan.

Bel Mondo Cafe merupakan salah satu restaurant yang terbaik di

Medan dengan menyajikan pelayanan yang cepat dan tepat, beraneka ragam

hidangan makanan dan minuman dan juga restaurant kedua serta yang pertama

di Sumatera setelah salah satu hotel di Jakarta pada tahun 2000 yang

mendapatkan American Beef Club Member by United State Meat Export

(17)

September 2005. Penghargaan ini diperuntukkan bagi jasa makanan dan

minuman (cafe, restaurant maupun hotel) yang memenuhi standard kualifikasi

khusus bagi penanganan dan pengolahan daging dari Amerika dari berbagai

grade yang telah ditentukan oleh USDA (United State Departement of

Agriculture). Keberhasilan Bel Mondo Cafe mendapatkan penghargaan tersebut

pastinya tidak terlepas dari kerjasama yang baik antara pimpinan dan bawahan

yang terjalin dari adanya komunikasi antar pribadi yang baik pula di cafe

tersebut, sehingga meningkatkan produktivitas kerja karyawannya. Seperti yang

penulis ketahui para karyawan sering melakukan konsultasi tentang masalah

yang mereka hadapi didalam pekerjaan mereka kepada pimpinannya. Jadi

apabila terjadi konflik antar karyawan maupun dengan pimpinan tentunya tidak

mempengaruhi produktivitas kerja mereka. Apalagi seperti yang kita ketahui Bel

Mondo Cafe bergerak dalam usaha jasa restaurant yang menuntut para

karyawannya untuk ramah dan cekatan dalam melayani pelanggan. Hal ini

kiranya terbukti dengan tetap ramainya pengunjung yang datang ke cafe tersebut

untuk bersantap maupun bersantai melepaskan penat setelah seharian bekerja.

Dengan adanya kedekatan antara pimpinan dan bawahan di Bel Mondo Cafe

yang tercurahkan melalui komunikasi antar pribadi yang baik sudah pasti

membuat para karyawannya memiliki semangat dan disiplin kerja yang tinggi

yang akhirnya tentu saja dapat meningkatkan produktivitas kerja. Peneliti

menilai bahwa berkembangnya Bel Mondo Cafe tentu saja tidak terlepas dari

hubungan interpersonal yang baik, yang dilakukan melalui komunikasi antar

(18)

Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti

hubungan komunikasi antar pribadi yang dilakukan pimpinan terhadap

peningkatan produktivitas kerja karyawan di Bel Mondo Cafe.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut :

“Apakah terdapat hubungan antara komunikasi antar pribadi dengan

peningkatan produktivitas kerja karyawan di Bel Mondo Cafe?”.

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memperjelas dan menghindari ruang lingkup penelitian

yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka perlu dibuat

pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti penulis

adalah :

1. Yang dimaksud dengan komunikasi antar pribadi dibatasi pada faktor-faktor

keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, kesamaan.

2. Yang dimaksud dengan produktivitas kerja dibatasi pada faktor-faktor

keseriusan kerja, disiplin kerja, partisipasi kerja, semangat kerja, mutu kerja,

loyalitas kerja.

3. Objek penelitian adalah seluruh karyawan Bel Mondo Cafe baik dari lini

bawah sampai lini atas yang telah bekerja selama 2 tahun.

(19)

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian, yang akan

menguraikan apa yang akan dicapai, dan biasanya disesuaikan dengan

kebutuhan peneliti dan pihak lain yang berhubungan dengan penelitian tersebut.

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui teknik komunikasi antar pribadi yang dilakukan pimpinan

dan bawahan dalam peningkatan produktivitas kerja.

2. Untuk mengetahui hubungan komunikasi antar pribadi yang dilakukan

pimpinan dan bawahan dengan peningkatan produktivitas kerja.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang sesungguhnya mempengaruhi

produktivitas kerja karyawan di Bel Mondo Cafe.

I.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya Khasanah

penelitian yang menyangkut komunikasi antar pribadi khususnya

komunikasi antara pimpinan dan bawahan dalam usaha meningkatkan

produktivitas kerja dan sebagai sumber bacaan di lingkungan FISIP USU,

khususnya di Departemen Ilmu Komunikasi.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi Bel Mondo

(20)

3. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

penulis mengenai hubungan komunikasi antar pribadi dalam meningkatkan

produktivitas kerja.

I.5. Kerangka Teori

Untuk memecahkan suatu permasalahan dengan jelas dan sistematis,

dibutuhkan teori-teori sebagai landasan dan kerangka berpikir, karena kerangka

teori berguna sebagai pendukung pemecahan masalah.

Teori terdiri dari konsep-konsep, defenisi, acuan dan proporsi yang

menggambarkan suatu fenomena secara sistematis melalui penentuan hubungan

antara variabel dengan tujuan untuk menjelaskan (memprediksikan) fenomena

tersebut (Rakhmat, 1993 : 7).

Dalam setiap penelitian diperlukan dukungan dari teori-teori yang

merupakan titik tolak dalam mencari penyelesaian dari suatu masalah. Untuk itu

perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok pikiran yang menggambarkan

dari sudut mana suatu masalah akan disoroti (Nawawi, 1991 : 140).

Untuk memberikan kejelasan pada penelitian ini, penulis

mengemukakan beberapa kerangka teori yang berkaitan dengan penelitian yang

dilakukan. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini

adalah : teori Komunikasi, Komunikasi Antar Pribadi, teori Self Disclosure,

(21)

I.5.1. Komunikasi

Manusia adalah makhluk sosial yang mana selalu berinteraksi dengan

manusia yang lain. Karena sejarah lahirnya manusia memiliki hasrat untuk

menjadi satu dengan manusia yang lainnya. Untuk menciptakan suatu relasi

manusia membutuhkan komunikasi sebagai sarana. Oleh karena itu komunikasi

merupakan dasar dari eksistensi manusia yang ingin bermasyarakat.

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communication, yang

bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya

adalah sama makna. Jadi komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan makna

mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh

komunikan (Effendy, 1992 : 5).

Shannon dan Weaver (1949) menyatakan bahwa komunikasi adalah

bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja

atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi yang

di dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan tekhnologi.

Menurut Harold D. Lasswell dalam bukunya The Structuer and

function of communication in Society, mengatakan bahwa cara yang baik untuk

menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut : who, says

what, in which channel, to whom, with what effect.

Jadi berdasarkan pandangan Lasswell tersebut komunikasi adalah

proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media

(22)

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya

komunikasi merupakan suatu proses dua arah. Komunikasi tidak hanya

memberitahukan atau mendengarkan saja, komunikasi harus mengandung

pembagian ide, pikiran, fakta, atau pendapat. Komunikasi bertujuan untuk

menyalurkan ide atau pesan kepada orang lain dengan maksud agar mengerti,

memperkuat, ataupun mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku seseoarang.

Proses komunikasi tersebut dikatakan berhasil jika pesan yang disampaikan

dimiliki bersama oleh komunikator dan komunikan. Proses tersebut akan lebih

efektif jika sejalan dengan sistem nilai yang ada dilingkungan masyarakat

ataupun dilingkungan kerja yang bersangkutan.

Berdasarkan hal diatas suatu perusahaan akan dapat menangani

permasalahan dalam mengkoordinasikan tujuan yang akan dicapai melalui

kegiatan berkomunikasi. Bila disesuaikan dengan penelitian ini, bahwa peranan

komunikasi disini adalah suatu proses penyampaian dan pertukaran pesan antar

pimpinan dan karyawan.

I.5.2. Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antar dua orang atau

lebih, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi

jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face), bisa juga

melalui sebuah medium, umpanya telepon, surat, telegram dan lain sebagainya.

Ciri khas komunikasi antar pribadi ialah sifatnya dua arah atau timbal balik (two

ways traffic of communication). Dalam komuniksi seperti komunikasi antar

(23)

komunikan menjadi komunikator, demikian sebaliknya. Dalam situasi seperti

itu, maka komunikator utama adalah orang yang pertama-tama menyampaikan

pesan (message), sebab dialah yang memulai komunikasi dan dialah yang

mempunyai tujuan tertentu dengan menggunakan komunikasi itu.

Asumsi dasar komunikasi antar pribadi adalah bahwa setiap orang

yang berkomunikasi akan membuat prediksi tentang efek atau perilaku

komunikasinya, yaitu bagaimana pihak yang menerima pesan memberikan

reaksinya. Jika menurut persepsi komunikator, reaksi komunikasi mentenangkan

atau positif maka ini merupakan suatu pertanda bagi komunikator bahwa

komunikasinya berhasil.

Apabila dua orang individu terlibat dalam suatu percakapan dan

terdapat kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan, maka dapat

dikatakan bahwa komunikasi antar pribadi cukup efektif dalam merubah prilaku

orang lain. Segi efektifnya adalah adanya arus balik langsung yang dapat

ditangkap oleh komunikator, baik secara verbal dalam bentuk kata, maupun

secara non-verbal dalam bentuk gerak-gerik seperti anggukan dan lain-lain.

Menurut William F. Gluek mengatakan bahwa :

“ komunikasi antar pribadi yaitu proses pertukaran informasi serta pemindahan

pengertian antar dua orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia ”

(A.W. Widjaja, 1986 : 8).

Dalam proses komunikasi antar pribadi nampak adanya upaya dari

para pelaku komunikasi untuk terjadinya pengertian bersama (mutual

(24)

efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubungan

dengan prosesnya yang dialogis (Liliweri, 1997 : 12). Dialog adalah proses

komunikasi antar pribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi.

Selanjutnya untuk menjelaskan pengertian komunikasi antar pribadi,

De Vito (1976) (dalam Liliweri, 1997:12) memberikan beberapa ciri-ciri

komunikasi interpersonal yang terdiri atas adanya :

a. Keterbukaan ( openess) b. Empati (empathy)

c. Dukungan (supportiveness) d. Rasa positif (positiveness) e. Kesamaan (equality)

a. Keterbukaan (openess)

Pihak komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide atau

gagasan bahwa permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa

rasa takut atau malu. Kedua-duanya saling mengerti dan memahami pribadi

masing-masing.

b. Empati (empathy)

Segala kepentingan yang dikomunikasikan ditanggapi dengan penuh

perhatian oleh kedua belah pihak. Masing-masing merasakan situasi dan

kondisi yang dialami tanpa pura-pura.

c. Dukungan (supportiveness)

Setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan

dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Sehingga dengan demikian keinginan

(25)

seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta

meraih tujuan yang didambakan.

d. Rasa positif

Jika setiap pembicaraan yang dibicarakan mendapat tanggapan pertama yang

positif, maka lebih mudah melanjutkan percakapan yang selanjutnya. Rasa

positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk curiga atau

berprasangka yang mengganggu jalinan interaksi.

e. Kesamaan

Suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan antar pribadipun lebih kuat,

apabila mempunyai kesamaan pandangan, kesamaan sikap, kesamaan

ideologi dan sebagainya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar pribadi

adalah terdapatnya suatu hubungan komunikasi yang bukan saja sekedar

menyampaikan informasi, tetapi terdapat unsur pendekatan pribadi. Karena hal

ini penting dalam upaya mengubah sikap, pendapat dan prilaku.

Untuk menumbuhkan hubungan antar pribadi yang baik harus

memiliki sikap percaya, supportif, dan terbuka. Semakin baik hubungan antar

pribadi, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat

persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif

komunikasi yang berlangsung (Rahkmat, 2001 : 129).

Dari pengertian komunikasi antar pribadi yang telah dikemukakan

dapat dijelaskan agar tujuan komunikasi antar pribadi tercapai maka pimpinan

(26)

suatu pesan sehingga terjalin suatu kontak langsung, sehingga dengan sendirinya

tujuan yang hendak dicapai dapat tercapai dengan tepat yaitu peningkatan

produktivitas kerja si komunikan.

I.5.3. Teori Self Disclosure

Teori self disclosure sering juga disebut teori “Johari Window” atau

Jendela Johari. Para pakar psikologi menganggap bahwa model teoritis yang dia

ciptakan merupakan dasar untuk menjelaskan dan memahami interaksi antar

pribadi secara manusiawi. Garis besar model teoritis Jendela Johari dapat dilihat

dalam gambar berikut ini :

Terbuka

Diketahui diri sendiri dan orang lain

Buta

Tidak diketahui diri sendiri dan orang

lain tahu

Tersembunyi

Diketahui diri sendiri tetapi tidak

diketahui orang lain

Tidak dikenal

Tidak diketahui diri sendiri dan orang

lain

Sumber : Liliweri, 1951:53

Proses komunikasi antar pribadi akan datang berlangsung dengan baik

bila pribadi-pribadi yang terlibat didalam proses komunikasi antar pribadi

tersebut saling memiliki keterbukaan. Atau dalam bahasa lain komunikasi antar

pribadi tidak akan berjalan dengan baik bila masing-masing orang yang terlibat

saling menutup diri.

Jadi bila dikaitkan dengan penelitian ini apabila setiap karyawan

(27)

diperusahaan tersebut tidak akan berjalan dengan baik. Karena komunikasi antar

pribadi akan berhasil apabila diantara karyawan dan pimpinan saling terbuka

dan memahami satu sama lain.

I.5.4. Produktivitas Kerja

Berbicara mengenai pengertian atau defenisi produktivitas, bukanlah

hanya satu masalah teknis semata ataupun manejerial, tetapi merupakan suatu

masalah yang kompleks. Ada banyak pengertian tentang produktivitas, yang

mana menunjukkkan betapa kompleksnya sesungguhnya arti dari produktivitas

kerja dalam satu organisasi, ada ciri yang sama dari berbagi pengertian yang

diberikan yaitu menyangkut output banding input, yaitu perbandingan antara

totalitas pengeluaran dan totalitas pemasukan, jika semakin besar pengeluaran

dibanding pemasukan berarti tidak produktif.

Drs. Muchdarsyah Sinungan, mengartikan produktivitas sebagai :

“ hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan

masukan yang sebenarnya” (Muchdarsyah Sinungan : 1987 : 9).

Sedangkan L. Greenberg mendefenisikan produktivitas sebagai :

“ perbandingan totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas selama

periode tersebut ”( Muchdarsyah Sinungan, 1987 : 10).

Berhubung yang dibicarakan adalah produktivitas kerja karyawan di

Bel Mondo Cafe, berarti berbicara tentang produktivitas tenaga kerja. Ini juga

berarti berbicara tentang bagaimana meningkatkan kerja produktif dari

seseorang. Jadi menyangkut bagaimana menciptakan suatu kondisi kerja yang

(28)

mutu kerja yang menjadi tanggungjawabnya di organisasi tempat ia mengadakan

aktivitas kerja. Dengan demikian dibutuhkan suatu pengelolaan atau

manajemen.

Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan,

pengarahan dan pengawasan dari pada sumber daya manusia untuk mencapai

tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu” (Drs. Oey Liang Lee, 1977 : 15).

Dengan demikian dibutuhkan suatu seni mengelola manusia, baik ia sebagai

individu, maupun kelompok agar dapat menghasilkan suatu hasil kerja yang

seproduktif mungkin. Adapun faktor yang berkaitan dengan sikap untuk

meningkatkan produktivitas kerja seseorang dapat dilihat dari :

a. Keseriusan kerja

Sikap untuk melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh dan tidak

mengabaikan peraturan yang berlaku.

b. Disiplin kerja :

Sikap atau tingkah laku berupa kepatuhan dan ketaatan secara sadar

terhadap aturan yang berlaku dalam lingkungan kerja karena adanya

keyakinan bahwa dengan adanya aturan-aturan itu tujuan perusahaan akan

dapat tercapai.

c. Partisipasi kerja :

Keikutsertaan para karyawan dalam usaha mencapai tujuan yang ingin

(29)

d. Semangat kerja :

Suatu gairah yang positif yang terdapat secara internal di dalam diri

seseorang pekerja dalam melakukan aktivitas kerja.

e. Mutu kerja :

Suatu hasil yang diberikan oleh seseorang pekerja di dalam melakukan

aktivitas kerja sesuai dengan bidangnya.

f. Loyalitas kerja :

Suatu kesetiaan yang diberikan oleh seseorang pada suatu organisasi

dimana ia mengadakan aktivitas kerja.

I.6. Kerangka Konsep

Nawawi (1995 : 37), mengatakan bahwa langkah yang harus dilakukan

setelah sejumlah teori diuraikan adalah merumuskan kerangka konsep sebagai

hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan

hasil penelitian yang akan dicapai.

Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu,

sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama

(Singarimbun, 1984 : 16).

Kerangka konsep dari satu gejala sosial yang memadai diperlukan

untuk menyajikan masalah penelitian dengan cara yang jelas dan dapat diuji,

karena itu variabel-variabel yang penting harus didefenisikan dengan jelas,

setidaknya beberapa variabel yang harus didefenisikan secara operasional untuk

(30)

Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang akan diteliti

yaitu:

1. Variabel Bebas atau Independent Variabel (X)

Yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : Kegiatan Komunikasi Antar

Pribadi.

2. Variabel Terikat atau Dependent Variabel (Y)

Yaitu variabel yang dipengaruhi variabel lain.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah : Produktivitas Kerja Karyawan

3. Variabel Antara atau Intervening Variabel (Z).

Yaitu variabel yang berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, yang

berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antar variabel bebas dan

variabel terikat.

Variabel antara dalam penelitian ini adalah : Karakteristik Responden.

I.7. Model Teoritis

Berdasarkan variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam

kerangka konsep, maka dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :

Variabel Bebas (X) Kegiatan Komunikasi Antar Pribadi

Variabel Terikat (Y) Produktivitas Kerja Karyawan

Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden

(31)

I.8. Operasionalisasi Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang ada di atas,

maka dibuat operasional variabel untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian

dalam penelitian, yaitu :

VARIABEL TEORITIS VARIABEL OPERASIONAL

1. Variabel Bebas (X)

Kegiatan Komunikasi Antar

Pribadi

1. Keterbukaan

2. Empati

3. Dukungan

4. Rasa positif

5. Kesamaan

2. Variabel Terikat (Y)

Produktivitas Kerja Karyawan

1. Keseriusan kerja

2. Disiplin kerja

3. Partisipasi kerja

4. Semangat kerja

5. Mutu kerja

6. Loyalitas kerja

3. Variabel Antara (Z)

Karakteristik Responden

1. Umur

2. Kelamin

3. Pendidikan

(32)

I.9. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang

konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi operasional

adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara mengukur

variabel-variabel. Defenisi operasional juga merupakan suatu informasi alamiah yang

sangat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama

(Singarimbun, 1989 : 46).

Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (X)

Komunikasi antar pribadi :

a. Keterbukaan :

Adanya kemauan pimpinan dan karyawan di Bel Mondo Café untuk

membuka diri, mengatakan tentang keadaan dirinya sendiri sehubungan

dengan kegiatan komunikasi.

b. Empati :

Kemampuan pimpinan maupun karyawan Bel Mondo Café dalam

menempatkan diri mereka seperti apa yang dirasakan oleh rekan kerja

mereka sewaktu mengadakan komunikasi.

c. Dukungan :

Suatu keadaan yang mendorong para karyawan di Bel Mondo Café

untuk berkomunikasi dengan pimpinan ataupun rekan kerja mereka

(33)

d. Rasa positif :

Suatu perasaan yang dialami secara internal oleh individu karyawan Bel

Mondo Cafe itu sendiri bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukannya

membawa manfaat kepada dirinya.

e. Kesamaan :

Adanya suatu kondisi yang menunjukkan terdapatnya posisi kesejajaran

antara pimpinan dan bawahan dalam berkomunikasi satu sama lain di

Bel Mondo Cafe tanpa memandang siapa lawan komunikasinya, baik itu

dengan pimpinan maupun bawahan.

2. Variabel Terikat (Y)

Produktivitas kerja :

a. Keseriusan kerja :

Sikap pimpinan maupun karyawan pada Bel Mondo Café untuk

melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh dan tidak mengabaikan

peraturan yang berlaku.

b. Disiplin kerja :

Sikap atau tingkah laku pimpinan maupun karyawan Bel Mondo Café

yang berupa kepatuhan dan ketaatan secara sadar terhadap aturan yang

berlaku dalam lingkungan kerja karena adanya keyakinan bahwa dengan

adanya aturan-aturan itu tujuan perusahaan akan dapat tercapai.

c. Partisipasi kerja :

Keikutsertaan para karyawan dalam usaha mencapai tujuan yang ingin

(34)

d. Semangat kerja :

Suatu gairah yang positif yang terdapat secara internal di dalam diri

pimpinan dan karyawan dalam melakukan aktivitas kerja di Bel Mondo

Cafe.

e. Mutu kerja :

Suatu hasil yang diberikan oleh para karyawan Bel Mondo Cafe di dalam

melakukan aktivitas kerja sesuai dengan bidangnya.

f. Loyalitas kerja :

Suatu kesetiaan yang diberikan oleh para karyawan pada Bel Mondo

Café untuk mencapai tujuan perusahaan.

I.10. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan logis sebagai kemungkinan pemecahan

masalah yang hanya dapat diterima sebagai kebenaran bilamana setelah diuji

ternyata fakta atau kenyataan sesuai dengan dugaan tersebut (Nawawi, 1990 :

43). Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara kegiatan komunikasi antar pribadi yang

dilakukan pimpinan dan bawahan di Bel Mondo Cafe dengan

peningkatan produktivitas kerja karyawan.

Ha : Terdapat hubungan antara kegiatan komunikasi antar pribadi yang

dilakukan pimpinan dan bawahan di Bel Mondo Cafe dengan

(35)

I.11. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

I.2. Perumusan Masalah

I.3. Pembatasan Masalah

I.4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

I.4.1. Tujuan Penelitian

I.4.2. Manfaat Penelitian

I.5. Kerangka Teori

I.6. Kerangka Konsep

I.7. Model Teoritis

I.8. Operasionalisasi Variabel

I.9. Defenisi Operasional

I.10. Hipotesa

I.11. Sistematika Penulisan

BAB II URAIAN TEORITIS

II.1. Pengertian Komunikasi dan Komunikasi Antar Pribadi

II.1.1. Pengertian Komunikasi

II.1.2. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

II.2. Proses Komunikasi Antar Pribadi

II.3. Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

II.4. Teori Self Disclosure

(36)

II.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas Kerja

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

III.1.1. Gambaran Umum Bel Mondo Cafe

III.1.2. Lokasi Penelitian

III.1.3. Struktur Organisasi Bel Mondo Cafe

III.2. Metode Penelitian

III.3. Populasi dan Sampel

III.4. Teknik Penarikan Sampel

III.5. Teknik Pengumpulan Data

III.6. Teknik Analisa data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Analisa Tabel Sunggal

IV.2. Analisa Tabel Silang

IV.3. Uji Hipotesis

IV.4. Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

V.2. Saran

(37)

BAB II

Uraian Teoritis

II.1. Pengertian Komunikasi dan Komunikasi Antar Pribadi

Manusia adalah makhluk sosial yang mana selalu berinteraksi dengan

manusia yang lain. Karena sejarah lahirnya manusia memiliki hasrat untuk

menjadi satu dengan manusia yang lainnya. Untuk menciptakan suatu relasi

manusia membutuhkan komunikasi sebagai sarana. Oleh karena itu komunikasi

merupakan dasar dari eksistensi manusia yang ingin bermasyarakat.

Manusia secara sadar atau tidak di dalam kehidupannya sehari-hari

selalu menggunakan komunikasi karena merupakan bagian dari kehidupan

manusia. Manusia melakukan kegiatan komunikasi sebagai bukti kesadaran akan

eksistensinya, yaitu mengadakan relasi atau respon terhadap stimulasi yang datang

padanya.

Dan dengan seiring perkembangan peradapan manusia, komunikasi telah

merupakan kebutuhan yang mutlak bagi kehidupan manusia dan merupakan milik

setiap orang.

II.1.1. Pengertian Komunikasi

Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin,

“Communicatio” yang bersumber dari kata “Comunis” yang berarti sama, yakni :

sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Wilbur Schramm

(38)

“Jika kita melakukan komunikasi, kita sedang berusaha mengadakan kesamaan dengan orang lain. Ini berarti kita sedang berusaha memberikan informasi, gagasan atau sikap. Komunikasi pada hakekatnya juga membuat si penerima dan si pemberi sama-sama sesuai untuk menerima suatu pesan” (Riyono Praktikno, 1982 : 71).

Pengertian yang samapun diberikan oleh Onong U. Effendy yang mengatakan :

“Komunikasi pada hakekatnya adalah membuat komunikan dan

komunikator sama-sama sesuai (tuned) untuk suatu pesan” (Effendy,

1981 : 32).

Jadi, bila kita melihat kepada pengertian komunikasi secara etimologis,

defenisi Wilbur Schramm dan Onong U. Effendy, intinya berusaha mencari dan

membentuk kesamaan makna (arti) terhadap pesan yang saling dilontarkan baik

oleh komunikator ataupun komunikan.

Bila defenisi di atas diikuti, maka pengertian komunikasi itu begitu

sederhana sekali. Dalam kenyataannya, manusia berkomunikasi itu bukan hanya

mencari kesamaan makna terhadap sesuatu yang dikomunikasikan. Agar wawasan

lebih luas terhadap pengertian komunikasi, ada pengertian yang diberikan oleh

ahli-ahli yang lain yang menunjukkan pengertian komunikasi bukan hanya

masalah kesamaan makna.

Harold D. Lasswell mendefenisikan komunikasi sebagai :

“proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan

melalui suatu media yang menimbulkan efek” (Effendy, 1968 : 69).

Jelas di sini, komunikasi itu bukan hanya mencari kesamaan makna sesuatu

terhadap sesuatu, tetapi ada efek di sana, baik bagi komunikator maupun bagi

(39)

Hovland lebih tajam lagi dalam memberikan pengertian komunikasi. Beliau

mengatakan :

“komunikasi adalah suatu proses dengan mana seseorang (komunikator)

menyampaikan stimulasi (biasanya lambang kata-kata) untuk

membentuk tingkah laku orang lain” (Effendy, 1981 : 32).

Maka bagi Hovland komunikasi itu suatu kegiatan untuk mempengaruhi orang

lain, sesuai dengan tujuan dari si komunikator. Jadi komunikasi mengandung

unsur tujuan bagi seseorang terhadap orang lain. Jadi baik bagi Lasswell maupun

Hovland pengertian komunikasi tidaklah hanya membentuk kesamaan makna

terhadap sesuatu semata.

Dalam hal ini, kita tidak membenarkan atau menyalahkan pengertian

yang telah ada di atas, hanya saja kita dapat menyimpulkan ciri-ciri tertentu dari

pengertian komunikasi, baik menurut Wilbur Schramm dan Onong U. Effendy di

satu pihak ataupun Hovland dan Lasswell di pihak lain, yaitu :

- Adanya kesamaan arti atau makna terhadap sesuatu yang

dikomunikasikan.

- Adanya pesan

- Adanya efek

- dan adanya dimensi mempengaruhi

II.1.2. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikan, komunikasi dapat

(40)

komunikasi kelompok dan c) komunikasi massa. Sehubungan dengan penelitian

ini, maka yang dibahas hanyalah yang menyangkut komunikasi antar pribadi.

Komunikasi antar pribadi (sering juga disebut Diadic Communication)

adalah :

“komunikasi antar dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam

bentuk percakapan, bisa secara berhadapan muka (face to face) atau bisa

juga melalui sebuah medium, umpanya telepon” (Effendy, 1981 : 48).

Jadi komunikasi jenis ini selalu membutuhkan adanya seorang lain sebagai lawan

komunikasi. Ciri khas komunikasi antar pribadi ialah sifatnya dua arah atau timbal

balik (two way traffic of communication). Dalam komunikasi seperti komunikasi

antar pribadi, komunikator dan komunikan saling bergantian fungsi. Pada suatu

ketika komunikan menjadi komunikator, demikian sebaliknya. Dalam situasi

seperti itu, maka komunikator utama adalah orang yang pertama-tama

menyampaikan pesan (message), sebab dialah yang memulai komunikasi, dialah

yang mempunyai tujuan tertentu dengan menggunakan komunikasi itu. Demikian

seterusnya selama proses komunikasi itu berlangsung.

Jika Onong U. Effendy memberikan defenisi seperti di atas yaitu :

komunikasi antar pribadi itu antara dua orang, maka William F. Gluck yang

dikutip oleh A.W. Widjaja lain lagi memberikan defenisi komunikasi antar

pribadi, yaitu :

“proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antar dua

orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia” (A.W.

(41)

Jadi bagi beliau komunikasi antar pribadi itu bukan hanya ditujukan kepada dua

orang saja, tetapi bisa lebih dari dua orang, yang penting dalam suatu kelompok

kecil. Hanya saja beliau tidak memberikan batasan kelompok kecil itu berapa

orang.

Sedangkan bagi penulis, berhubung dihadapkan kepada dua defenisi di

atas maka penulis menyimpulkan komunikasi antar pribadi itu :

- Arus pesannya cenderung dua arah secara timbal balik

- Konteks komunikasi tatap muka atau bermedia

- Feed back/umpan balik bersifat langsung saat itu juga

- Adanya proses pergantian fungsi secara timbal balik antara :

komunikator komunikan.

II.2. Proses Komunikasi Antar Pribadi

Kegiatan komunikasi antar pribadi tentu terjadi tidak dengan sendirinya.

Dia membutuhkan suatu rangkaian peristiwa yang berlangsung satu dengan kata

lain membutuhkan suatu proses. Sementara itu dalam lingkup ilmu komunikasi,

proses yang dimaksud memuat komponen-komponen yang dibutuhkan. Sejumlah

komponen atau unsur yang dicakup yang merupakan persyaratan terjadinya

komunikasi, maka perlu diperhatikan paradigma Lasswell yang berbunyi : “who

says what in which channel to whom with what effect atau siapa, mengatakan apa,

dengan media apa, kepada siapa, dengan efek apa” (Effendy, 1992:10).

Tepatnya cara menjelaskan proses komunikasi Lasswell dengan

(42)

- who ? siapa : komunikator

- says what ? mengatakan apa : pesan (message)

- in which channel ? saluran apa : saluran / media

- to whom ? kepada siapa : komunikan

- with what effect ? dengan efek apa : efek yang terjadi

Maka dalam proses komunikasi (baik interpersonal atau massa) Lasswell

menunjukkan terhadap lima unsur di dalamnya, yaitu :

1. Komunikator : orang yang menyampaikan pesan.

2. Pesan : pernyataan yang didukung oleh lambang (verbal

ataupun non verbal).

3. Media : sarana / saluran yang mendukung pesan yang

dilontarkan.

4. Komunikan : orang yang menerima pesan.

5. Efek : dampak yang ditimbulkan.

Melalui formula Lasswell ini, jalannya proses komunikasi dapat dilihat

seperti di bawah ini :

PROSES KOMUNIKASI

Sumber : Effendy, 1992:12 Who

komunikator

says what

pesan

in which channel

media

to whom

komunikan

to whom

effect

efek yang

(43)

Selanjutnya Everett M. Rogers memberikan karakteristik dari komunikasi antar

pribadi (Edward Depari dan Collin Mc. Andrews, 1988:18).

KARAKTERISTIK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

1 Arus pesan Cenderung dua arah

2 Konteks komunikasi Tatap muka / bermedia

3 Tingkat umpan balik Tinggi

4 Tingkat selektivias Tinggi

5 Kecepatan jangkauan terhadap audiens Relatif lambat

Berdasarkan uraian sebelumnya tentang pengertian komunikasi antar

pribadi, komponen komunikasi Lasswell serta karakteristik komunikasi antar

pribadi Everett M. Rogers, maka dapat dibuat visualisasi dari proses komunikasi

antar pribadi seperti di bawah ini.

PROSES LENGKAP KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

Feed back

(umpan balik)

Penyebar pesan

komunikator

pesan Media

channel

Penerima pesan

komunikan

feed back (umpan balik)

(44)

Maka dari gambar diatas jelas proses komunikasi antar pribadi itu, adanya pihak

pelaku inisiatif dan penerima pesan yang kita artikan pemberi stimulus dan

penerima stimulus dimana arus pesan itu secara timbal balik (dua arah) dan

umpan baliknya itu segera atau langsung dengan menggunakan media tertentu,

dan yang tidak boleh diabaikan bahwa komunikator dan komunikan saling

berganti peranan, satu saat sebagai komunikator saat lain jadi komunikan

(berganti peran).

Proses komunikasi antar pribadi dapat diuraikan sebagai berikut :

“Pertama-tama, sumber memberikan pesan atau informasi kepada komunikator

(apabila sumber adalah suatu kejadian), kemudian oleh komunikator pesan itu

disampaikan dengan atau tanpa media kepada komunikan. Penerimaan pesan itu

oleh komunikan melalui tahapan-tahapan yang dikenal dengan sensasi, persepsi,

memori dan berpikir” (Rakhmat, 1986:89).

- Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Proses itu berhubungan dengan

keterlibatan alat indra.

- Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan penafsiran

pesan.

- Memori adalah sistem yang bersrtuktur yang menyebabkan organisme

sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya

untuk membimbing perilakunya. Setiap saat stimuli mengenai indra kita,

(45)

Sehubungan dengan penelitian ini, maka proses lengkap dari komunikasi

antar pribadi yang ingin diteliti adalah sebagai berikut :

PROSES KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DALAM PENELITIAN YANG DIMAKSUD

Sumber : Effendy, 1992:13

Proses komunikasi antar pribadi mempergunakan lambang sebagai

media. lambang sebagai media yang terdapat dalam komunikasi antar pribadi

terbagi dua, yaitu :

- Lambang Verbal

Lambang verbal artinya penggunaan bahasa sebagai media. Bahasa adalah

lambang yang dapat mewakili kenyataan yang konkrit dan objektif dalam

dunia sekeliling kita, dan juga mewakili hal yang abstrak. Feed back

(umpan balik)

komunikator

komunikan

pesan yang dipertu-karkan

Media channel

komunikan

komunika-tor

feed back (umpan balik)

(46)

- Lambang Non Verbal

Lambang non verbal berlangsung dengan gejala yang menyangkut gerak-gerik

(gestures), sikap (pastures), ekspresi (facial expression), dan lain gejala yang

sama.

Dalam proses komunikasi, baik antar pribadi atau massa,

lambang-lambang yang dipergunakan harus dipahami dan dimengerti baik oleh

kominukator maupun komunikan, jika lambang yang dipergunakan atau

diperlukan tidak saling dimengerti itu bukan komunikasi, hanya kontak sosial.

Komunikasi lebih mudah berlangsung dan berlanjut antara orang-orang yang

sependapat tentang sesuatu masalah.

Proses komunikasi antar pribadi berhasil apabila terjadi kesesuaian

antara komunikator dan komunikan dalam arti tercapainya tujuan dari komunikasi

yaitu perubahan sikap.

II.3. Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

Yang dimaksud dengan efektif adalah mengenai sasaran atau mencapai

tujuan sesuai dengan maksud si pembicara. Jadi, dalam komunikasi antar pribadi

apabila tujuan untuk mengubah pendapat, sifat dan tingkah laku komunikasi dapat

tercapai, maka komunikasi antar pribadi itu efektif.

Efektivitas komunikasi juga tergantung pada “siapa” serta “cara”

penyampaian pesan kepada komunikan. Apabila kita berbicara dengan rekan

sejawat, guru, orang tua, atau pimpinan, kita harus menentukan sikap terlebih

(47)

itu kita harus mendefenisikan diri kita pada saat suatu posisi tertentu. Maka

selanjutnya dapatlah kita sampaikan pesan dengan “cara” dan “sikap” yang tepat

agar dapat menjadi sasaran yang kita inginkan.

Ada beberapa faktor yang menunjang agar komunikasi itu berlangsung

efektif. Wilbur Schramm menampilkan “The Condition of Succes In

Communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika diinginkan agar suatu

pesan membangkitkan tanggapan yang dikehendaki. Kondisi tersebut dapat

dirumuskan sebagai berikut :

a. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat

menarik perhatian komunikan.

b. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman

yang sama antar komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama

mengerti.

c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan

menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

d. Pesan harus menyarankan satu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi

yang banyak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat

itu ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

(Effendy, 1981:37).

Demikian efektivitas komunikasi dilihat dari unsur pesan, dengan diperhatikan

syarat tersebut jelaslah mengapa para komunikator memulai dengan meneliti

sedalam-dalamnya tujuan komunikasi dan mengapa “know you audience”

(48)

Ditinjau dari unsur komunikan, Chester I. Bernard menyatakan :

Seseorang dapat dan akan menerima pesan hanya kalau terjadi empat kondisi :

1. Ia dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi.

2. Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu sama

dengan tujuannya.

3. Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya

bersangkutan bagi kepentingan pribadinya.

4. Ia mampu untuk menempatinya baik secara mental maupun fisik.

(Effendy, 1981:38).

Selanjutnya Cutlip dan Center didalam bukunya “Effective Public

Relations” menggunakan fakta tanda mental yang perlu diingat oleh komunikator

yaitu :

1. Bahwa komunikan terdiri dari orang-orang yang hidup, bekerja dan

bermain satu sama lainnya dalam jaringan lembaga sosial. Karena itu,

setiap orang adalah subjek bagi lembaga pengaruh, diantaranya adalah

pengaruh bagi komunikator.

2. Bahwa komunikan membaca, mendengar dan menonton komunikasi

yang menyajikan pandangan hubungan pribadi yang mendalam.

3. Bahwa tanggapan yang diinginkan oleh komunikator dari komunikan

harus menguntungkan bagi komunikan : kalau tidak, ia tidak akan

memberikan tanggapan. (Effendy, 1981:38).

Dari sudut komunikator, ada dua faktor penting dari komunikator yaitu

(49)

(source attractiveness). Kedua hal ini berdasarkan posisi komunikan yang akan

menerima pesan :

a. Hasrat seseorang untuk memperoleh suatu pernyataan yang benar. Jadi

komunikator mendapat kualitas komunikasinya sesuai dengan kualitas

sampai dimana ia memperoleh kepercayaan dari komunikan dan apa yang

dinyatakannya.

b. Hasrat seseorang untuk menyamakan diri dengan komunikator atau bentuk

hubungan lainnya dengan komunikator yang secara emosional

memuaskan. Jadi komunikator akan sukses dalam komunikasinya, bila ia

berhasil memikat perhatian komunikan. (Effendy, 1981:39).

Mc Grosky, Larson dan Knapp dalam bukunya “Introduction to

Interpersonal Communication” menyatakan bahwa berkomunikasi yang efektif

dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi

derajatnya antar komunikator dan komunikan dalam setiap situasi. (Effendy,

1981:49).

Dari uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas

komunikasi antar pribadi pada prinsipnya adalah :

1. Kemampuan komunikator dan komunikan untuk menyesuaikan diri baik

secara fisik maupun psikis. Hal ini tidak mungkin disebabkan oleh daya

arus balik langsung.

2. Adanya keseimbangan atau keharmonisan antara komunikator dan pesan

(50)

3. Adanya respon atau tindakan nyata dari komunikan berupa perubahan

sikap, memperkuat pendapat dan sebagainya.

II.4. Teori Self Disclosure

Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Luft (1969) yang menekankan

bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya,

maupun orang lain. Untuk hal seperti itu dapat dikelompokkan kedalam empat

macam bidang pengenalan yang ditunjukkan dalam suatu gambar yang disebutnya

dengan jendela Johari (Johari Window). (Liliweri, 1951:53).

Berikut gambar jendela Johari tentang bidang pengenalan diri dan orang lain.

Terbuka

Diketahui diri sendiri dan orang lain

Buta

Tidak diketahui diri sendiri dan orang

lain tahu

Tersembunyi

Diketahui diri sendiri tetapi tidak

diketahui orang lain

Tidak dikenal

Tidak dikethui diri sendiri dan orang

[image:50.595.120.504.358.489.2]

lain

Gambar yang disebut Jendela Johari tersebut melukiskan bahwa dalam

pengembangan hubungan antar seorang dengan yang lainnya terdapat empat

kemungkinan sebagaimana terwakili melalui suasana dikeempat bidang (jendela)

itu.

- Bidang 1 (Daerah Terbuka)

Daerah terbuka (open self) berisikan semua informasi, prilaku, sikap,

perasaan, keinginan, motivasi, gagasan, dan sebagainya yang diketahui oleh

(51)

berbeda-beda besarnya bergantung pada dengan siapa orang ini

berkomunikasi. Ada orang yang membuat kita merasa nyaman dan

mendukung kita, terhadap mereka, kita membuka diri kita lebar-lebar.

Terhadap orang yang lain kita lebih suka menutup sebagian besar diri kita.

Tetapi kebanyakan diantar kita, membuka diri kepada orang-orang tertentu

tentang hal-hal tertentu pada waktu-waktu tertentu.

Komunikasi bergantung pada sejauh mana kita membuka diri kepada orang

lain dan kepada kita sendiri. Jika kita tidak membiarkan orang lain mengenal

kita, komunikasi menjadi sangat sukar, jika malah tidak mungkin. Kita dapat

berkomunikasi secara bermakna hanya bila kita saling mengenal dan juga

mengenal diri sendiri. Untuk meningkatkan komunikasi, kita terlebih dahulu

harus memperbesar daerah terbuka ini.

- Bidang 2 (Daerah Buta)

Daerah buta (blind self) berisikan informasi tentang diri kita yang diketahui

orang lain tetapi kita sendiri tidak mengetahuinya. Ini dapat berupa

kebiasaan-kebiasaan kecil mengatakan “tahu kan” atau memegang-megang hidung bila

marah atau hal-hal lain yang lebih berarti seperti sikap defensif, atau

pengalaman terpendam.

Komunikasi menuntut keterbukaan pihak-pihak yang terlibat. Bila daerah

buta, komunikasi menjadi sulit. Tetapi, daerah seperti ini akan selalu ada pada

diri kita masing-masing. Walaupun kita mungkin dapat menciutkan daerah ini,

(52)

- Bagian 3 (Daerah Tersembunyi)

Daerah tersembunyi (hidden self) mengandung semua hal yang kita ketahui

tentang diri sendiri dan tentang orang lain tetapi kita simpan hanya untuk kita

sendiri. Ini adalah daerah tempat kita merahasiakan segala sesuatu tentang diri

sendiri dan tentang orang lain.

- Bagian 4 ( Daerah Tidak Dikenal)

Daerah tidak dikenal (unknown self) adalah bagian dari diri kita yang tidak

diketahui baik oleh kita sendiri maupun oleh orang lain. Ini adalah informasi

yang tenggelam di alam bawah sadar atau sesuatu yang luput dari perhatian.

Keadaan yang dikehendaki sebenarnya dalam suatu komunikasi antar

pribadi khususnya di dalam sebuah perusahaan adalah bidang 1 (daerah terbuka),

dimana antar komunikator (pimpinan) dengan komunikan (pegawai) saling

mengetahui makna pesan yang sama. Meskipun demikian kenyataan hubungan

antar pribadi tidak seideal yang diharapkan itu, ini disebabkan karena dalam

berhubungan dengan orang lain baik pimpinan dan bawahan betapa sering

mempunyai peluang untuk menyembunyikan atau mengungkapkan masalah yang

dihadapinya.

Menurut Luft (1969) yang dikutip oleh Deddy Mulyana (1996:19)

menggambarkan beberapa ciri penyingkapan diri (self disclosure) yang tepat.

Lima ciri terpenting adalah sebagai berikut :

1. Merupakan fungsi dari suatu hubungan sedang berlangsung 2. Dilakukan oleh kedua belah pihak.

3. Disesuaikan dengan keadaan yang berlangsung.

(53)

5. Ada peningkatan dalam penyingkapan, sedikit demi sedikit (Deddy Mulyana, 1996:19).

II.5. Pengertian Produktivitas Kerja

Negara Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang besar dan jumlah

tenaga kerjanya juga banyak tetapi dirasakan masih menjadi masalah yang perlu

dipecahkan, karena daya dagang ekonomi terbatas, tingkat pendidikan dan

produktivitas yang masih rendah. Oleh karenanya tantangan yang dihadapi adalah

peningkatan dan pembinaan pendayagunaan tenaga kerja supaya menjadi modal

dasar yang produktif dalam pembangunan.

Maka berdasarkan hal tersebut diatas pemerintah menaruh perhatian

yang sangat besar untuk menyebarluaskan dan meningkatkan produktivitas. Hal

ini dapat dilihat dengan terbitnya Inpres R.I. No 15 tahun 1986 tentang

peningkatan produktivitas. Disamping itu dalam pidato Bapak Presiden di depan

sidang umum DPR tanggal 15 Agustus 1986 mengatakan “Bahwa efesiensi dan

produktivitas itu kita jadikan gerakan nasional yang menjadi gerakan semua

aparatur pemerintah, kalangan dunia usaha atau BUMN dan kalangan masyarakat

luas lainnya”.

Istilah produktivitas muncul untuk pertama kali tahun 1996 dalam suatu

masalah yang disusun oleh Sarjana Ekonomi Prancis bernama Quesnay (pendiri

aliran phisiokrat). Tetapi menurut Walter Aignes dalam karyanya “Motivation

and Awareness”, filosofi dan spirit tentang produktivitas sudah ada sejak awal

(54)

upaya (Effort) manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan

penghidupan disegala bidang.

Menurut ILO (Internasional Labour Organization) menyatakan bahwa

“Production are produced as a result if the integration of mayor elements land, labour and organization is a measure of the productivity”. (Menurut ILO

tersebut, pada prinsipnya bahwa perbandingan antara element-element produksi

dengan yang dihasilkan merupakan ukuran produktivitas. Element-element

produktivitas tersebut berupa : tanah, capital, buruh dan organisasi).

Sedangkan menurut tulisan Vinay Goel yang termuat dalam “Toward

Higher productivity” menyatakan bahwa “productivity is the relationship between the output produced and the input consumedat any given point of time. (Menurut

Vinay Goel tersebut bahwa produktivitas adalah hubungan antara keluaran yang

dihasilkan dengan masukan yang dipakai pada waktu tertentu).

Sesuai dengan laporan I Dewan Produktivitas Nasional 1983, bahwa

produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai

pandangan bahwa untuk kehidupan hari ini harus lebih-lebih baik dari kemarin

dan hari esok lebih baik dari hari ini.

Adapun yang berkaitan dengan sikap mental yang produktif antara lain

menyangkut sikap mental yang :

a. Motivatif

b. Disiplin

c. Kreatif

(55)

e. Dinamis

f. Professional

g. Berjiwa kejuangan

II.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Peningkatan produktivitas mempunyai pengertian menghasilkan barang

atau jasa yang lebih baik dengan biaya perunit yang lebih rendah, dari semula

dengan menggunakan masukan tertentu. Seperti diketahui produktivitas adalah

ratio output dan input. Variasi perubahan output dan input tersebut akan

mempengaruhi produktivitas.

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi produktivitas khususnya

tenaga kerja, diantaranya sikap mental yang berupa :

1. Keseriusan kerja

Sikap untuk melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh dan tidak

mengabaikan peraturan yang berlaku. Untuk itu disini diperlukan manajemen

yang berkaitan dengan sistem yang diterapkan oleh pimpinan untuk

mengelola ataupun memimpin serta mengendalikan karyawan bawahannya.

Apabila manajemen tepat maka akan menimbulkan keseriusan kerja yang

lebih tinggi sehingga dapat mendorong tenaga kerja untuk melakukan

(56)

2. Disiplin kerja :

Sikap atau tingkah laku berupa kepatuhan dan ketaatan secara sadar terhadap

aturan yang berlaku dalam lingkungan kerja karena adanya keyakinan bahwa

dengan adanya aturan-aturan itu tujuan perusahaan akan dapat tercapai.

3. Partisipasi kerja :

Keikutsertaan para karyawan dalam usaha menciptakan hubungan kerja yang

serasi dan dinamis sehingga tercapai tujuan yang ingin dicapai organisasi.

Kalau tenaga kerja mempunyai sikap partisipasi kerja yang tinggi akan

mampu mengarahkan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan

produktivitasnya.

4. Semangat kerja :

Suatu gairah yang positif yang terdapat secara internal di dalam diri seseorang

pekerja dalam melakukan aktivitas kerja. Semangat kerja juga berarti adanya

suatu dorongan kehendak yang mempengaruhi prilaku tenaga kerja untuk

berusaha untuk meningkatkan produktivitas kerja karena adanya keyakinan

bahwa meningkatkan produktivitas mempunyai manfaat bagi dirinya.

5. Mutu kerja :

Suatu hasil yang diberikan oleh seseorang pekerja di dalam melakukan

aktivitas kerja sesuai dengan bidangnya. Mutu kerja seseorang tenaga kerja

dapat dilihat dari keterampilan yang ia miliki. Pada aspek tertentu kalau

tenaga kerja makin terampil maka akan lebih mampu bekerja serta akan

(57)

terampil kalau mempunyai kecakapan (ability) dan pengalaman (experiment)

yang cukup sehingga produktivitas kerjanya meningkat.

6. Loyalitas kerja :

Suatu kesetiaan yang diberikan oleh seseorang pada suatu organisasi dimana

ia mengadakan aktivitas kerja. Faktor yang mempengaruhi loyalitas kerja

seseorang yaitu :

a. Tingkat Penghasilan

Apabila tingkat penghasilan memadai dapat menimbulkan konsentrasi

kerja dan meningkatkan loyalitas kerja sehingga kemampuan yang dimiliki

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas.

b. Jaminan Sosial

Jaminan sosial yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada karyawan

dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan semangat kerja.

Apalagi jaminan sosialnya mencukupi maka akan dapat menimbulkan

kesenangan bekerja sehingga mendorong pemanfaatan kemampuan yang

dimiliki untuk meningkatkan produktivitasnya.

c. Lingkungan dan Iklim Kerja

Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong karyawan untuk

lebih betah bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk

(58)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode

korelasional, yaitu metode yang berusaha untuk meneliti sejauhmana variasi pada

suatu variabel berhubungan dengan variasi-variasi pada variabel lain (Rakhmat,

2002 : 27).

Dengan metode korelasional, kita bukan hanya menghimpun data dan

menyusun secara sistematis, tetapi juga meneliti hubungan diantara

variabel-variabel.

III.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Belmondo Cafe Jl. H. Zainul Arifin No.122B

Medan 20152.

III.3. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian yang terdiri dari

manusia, benda-banda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test data

peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu

(59)

Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah jumlah keseluruhan

karyawan Bel Mondo Cafe yang berada pada cafe tersebut, yang sampai saat ini

berjumlah sebanyak 43 orang.

Gambar

Gambar yang disebut Jendela Johari tersebut melukiskan bahwa dalam
Tabel 1 Umur Responden
Tabel 3 Pendidikan Terakhir
Tabel 4 Masa Kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bakso jamur tiram putih dan ikan patin setiap perlakuan kondisi kemasan dan suhu penyimpanan menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap angka asam thiobarbiturat, pH,

Jika potensiometer diubah dalam keadaan 0%, maka arus dan tegangan listrik yang mengalir akan maksimal, karena nilai tahanan dalam potensiometer menjadi 0 sehingga arus

• 16 Agustus 1945 jam 04.00 WIB Soekarno-Hatta dibawa para pemuda yang dipimpin Syodanco Singgih ke Rengasdengklok dengan tujuan menjauhkan kedua tokoh pejuang

Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis uji t dengan nilai p=0.103 &gt; 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai farmakologi kelompok

19 Sebaran jumlah individu setiap famili ikan karang yang hadir di sekitar bubu dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon di lokasi L1

Data parameter- parameter yang diperlukan dalam model diadopsi dan dikembangkan dari berbagai literatur.Pada bagian berikut diuraikan analisis secara teknis dari proses berkaitan

berkembangnya ekonomi kelas menengah, konsumerisme muncul melalui semangat dan upaya untuk menandai diri dengan barang-barang produksi sehingga orang terkesan berbeda dari yang

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya yang telah diberikan sehingga dapat menyususun dan