• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perawatan Hipertensi oleh Keluarga Suku Aceh di Gampong Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perawatan Hipertensi oleh Keluarga Suku Aceh di Gampong Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PERAWATAN HIPERTENSI OLEH KELUARGA SUKU

ACEH DI GAMPONG ARAFAH KECAMATAN SAMADUA

KABUPATEN ACEH SELATAN

SKRIPSI

Oleh

Sofia Elfiani

091121006

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PRAKATA

Segala puji dan syukur panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat

dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul “Perawatan Hipertensi oleh Keluarga Suku Aceh di Gampong Arafah

Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan”

Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara Medan

2. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp. MNS, selaku pembimbing I yang telah

banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis

3. Ibu Farida Linda Siregar, S.Kep. Ns. M.Kep, selaku pembimbing II

yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun

skripsi ini

4. Ibu Rika Endah Nurhidayah, S.Kp. M.Pd, selaku penguji dalam sidang

skripsi ini

5. Seluruh staf dan dosen yang mengajar di Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

6. Terima kasih kepada kedua orang tua saya atas segala pengorbanan dan

perjuangan ayahanda dan ibunda, setiap tetesan keringat telah

menjadikan motivasi dan dorongan kuat dalam mencapai kesuksesan

(4)

7. Terima kasih kepada kakak saya Yasmalinar, SST beserta keluarganya

yang telah banyak memberikan dukungan moril dan materil dalam

proses penyusunan skripsi ini.

8. Terima kasih kepada abang saya H. Syamsul Rizal, Kasputra, Suryadi,

Syah Rizal dan Saifa Machler.

9. Ucapan terima kasih kepada semua sahabat F. Kep ’09 Jalur B semoga

kita tetap menjadi sahabat selamanya dan terima kasih atas

kebersamaannya, dukungan serta semangat yang selalu kalian berikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, baik dalam

hal penulisan maupun isi, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

demi perbaikan skripsi ini.

Medan, 8 Januari 2011

(5)

Daftar Isi

6. Validitas Instrumen Penelitian ... 38

7. Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 38

8. Proses Pengumpulan Data ... 39

9. Analisa Data ... 40

Bab 5. Hasil dan Pembahasan ... 41

1. Hasil Penelitian ... ….. 41

2. Pembahasan ... 49

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 51

1. Kesimpulan ...51

(6)

Daftar Pustaka

Lampiran

1. Surat Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Daftar Riwayat Hidup

4. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan

5. Surat Keterangan Penelitian dari Puskesmas 6. Surat Keterangan dari Kepala Desa

7. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan jawaban responden mengenai Perawatan Hipertensi oleh Keluarga Suku Aceh

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden ... 42

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Perawatan ... 43

(8)

DAFTAR SKEMA

(9)

Judul : Perawatan Hipertensi oleh Keluarga Suku Aceh di Gampong Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.

Hipertensi didefenisiskan sebagai tekanan darah sistoliknya 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberculosis, yakni mencapai 6,7 persen dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diantara normal yaitu 140/90 mmHg. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukkan prevalensi secara nasional mencapai 31,7 persen (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Sedangkan perawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis dalam melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon pasien terhadap penyakit yang dideritanya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perawatan hipertensi oleh keluarga suku aceh, desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Tehnik pengambilan sampel yang menggunakan random sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2010 di Gampong Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan. Hasil analisa menunjukkan bahwa perawatan hipertensi oleh keluarga suku Aceh dalam kategori cukup 52 orang (56,9%). Mayoritas usia responden berada pada rentang 40-57 tahun (56,9%) dan mayoritas jenis kelamin adalah laki-laki yaitu 54 orang (58,7%). Perawatan yang dilakukan oleh keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi perlu lebih dioptimalkan lagi, karena keluarga adalah tempat terbaik bagi penderita hipertensi dalam mendapatkan perawatan dan kasih sayang, yang sangat penting dalam proses penyembuhan.

(10)

Judul : Perawatan Hipertensi oleh Keluarga Suku Aceh di Gampong Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.

Hipertensi didefenisiskan sebagai tekanan darah sistoliknya 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberculosis, yakni mencapai 6,7 persen dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diantara normal yaitu 140/90 mmHg. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukkan prevalensi secara nasional mencapai 31,7 persen (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Sedangkan perawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis dalam melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon pasien terhadap penyakit yang dideritanya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perawatan hipertensi oleh keluarga suku aceh, desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Tehnik pengambilan sampel yang menggunakan random sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2010 di Gampong Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan. Hasil analisa menunjukkan bahwa perawatan hipertensi oleh keluarga suku Aceh dalam kategori cukup 52 orang (56,9%). Mayoritas usia responden berada pada rentang 40-57 tahun (56,9%) dan mayoritas jenis kelamin adalah laki-laki yaitu 54 orang (58,7%). Perawatan yang dilakukan oleh keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi perlu lebih dioptimalkan lagi, karena keluarga adalah tempat terbaik bagi penderita hipertensi dalam mendapatkan perawatan dan kasih sayang, yang sangat penting dalam proses penyembuhan.

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang terutama di kota-kota

besar pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein

(KEP), masalah Anemia Besi (AB), masalah Gangguan Akibat Kekurangan

Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas. Pada

Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1993, telah terungkap bahwa

Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah

kekurangan gizi belum bisa diatasi secara menyeluruh.

Masalah gizi tidak terlepas dari masalah makanan karena gizi timbul

akibat kekurangan atau kelebihan zat gizi dalam makanan. Kebiasaan

mengkomsumsi makanan yang melebihi kecukupan gizi menimbulkan masalah

gizi lebih yang terutama terjadi di kalangan masyarakat perkotaan. Peningkatan

pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu di perkotaan menyebabkan

perubahan gaya hidup, terutama pada pola makan.

Pemilihan makanan yang cenderung menyukai makanan siap saji dimana

kandungan gizinya tidak seimbang. Pola makan tradisional yang tadinya tinggi

karbohidrat, tinggi serat, dan rendah lemak berubah ke pola makan baru yang

rendah karbohidrat, rendah serat, dan tinggi lemak sehingga menggeser mutu

(12)

Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang mengandung

lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan (dietary fiber),

membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit degeneratif (jantung,

diabetes mellitus, aneka kanker, osteoporosis, dan hipertensi).

Ditengah menjamurnya makanan siap saji yang banyak mengandung

lemak dan perubahan gaya hidup sebagian masyarakat perkotaan, maka penyakit

sebagai imbas dari perubahan gaya hidup itu pun akan semakin banyak

bermunculan. Salah satu penyakit tersebut adalah hipertensi (tekanan darah tinggi)

(Muhammadun, 2010).

Peran perawat keluarga sangat dibutuhkan oleh keluarga untuk

membangun keluarga sehat sesuai dengan budayanya. Perawat berperan sebagai

pemberi asuhan keperawatan, konselor, pendidik, atau peneliti agar keluarga dapat

mengenal tanda bahaya dini gangguan kesehatan pada anggota keluarganya.

Dengan demikian, apabila keluarga tersebut mempunyai masalah kesehatan,

mereka tidak datang ke pelayanan kesehatan dalam kondisi yang sudah kritis.

Perawat keluarga memiliki peran yang sangat strategis dalam pemberdayaan

kesehatan keluarga sehingga tercapai Indonesia Sehat 2010. Program pemerintah

dalam pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan belum mengikutsertakan

perawat keluarga secara optimal. Oleh karena itu, kita perlu mempertimbangkan

adanya satu orang perawat keluarga dalam satu kelurahan atau desa dalam

membangun keluarga sehat. Asuhan keperawatan tersebut tentunya dilaksanakan

(13)

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan

tuberculosis, yakni mencapai 6,7 persen dari populasi kematian pada semua umur

di Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang

menyebabkan kenaikan tekanan darah diantara normal yaitu 140/90 mmHg. Hasil

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukkan

prevalensi secara nasional mencapai 31,7 persen (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2010).

Saat ini angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi.

Jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia diperkirakan 972 juta jiwa atau setara

dengan 26,4 persen populasi orang dewasa. Angka prevalensi hipertensi di

Indonesia berdasarkan Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007 mencapai 30

persen dari populasi. Dari jumlah itu, 60 persen penderita hipertensi berakhir pada

stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal dan kebutaan. Sementara di

dunia barat, hipertensi justru banyak menimbulkan gagal ginjal, oleh karena itu

perlu digalakkan pada masyarakat mengenai pengobatan dan perawatan

hipertensi.

Dari data Puskesmas Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan, data

pasien hipertensi yang berobat jalan tahun 2008 berjumlah 308 orang dan tahun

2009 berjumlah 613 orang.

Dari data Rumah Sakit Yuliddin Away Tapak Tuan Aceh Selatan, tahun

2008 rawat inap pasien hipertensi berjumlah 240 orang dan rawat jalan 1.080

(14)

2. Tujuan Penelitian

2.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perawatan

hipertensi yang dilakukan oleh keluarga Suku Aceh di Gampong Arafah

Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.

1.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pola hidup sehat anggota keluarga penderita

hipertensi

b. Mengidentifikasi kebiasaan keluarga mengenai kebiasaan dalam

mengkonsumsi garam

c. Mengidentifikasi kebiasaan keluarga membatasi konsumsi alkohol,

rokok dan kafein

d. Mengidentifikasi kebiasaan olahraga anggota keluarga penderita

hipertensi

e. Mengidentifikasi kebiasaan keluarga dalam membatasi konsumsi

lemak dan kolesterol

f. Mengidentifikasi kebiasaan keluarga dalam penyediaan buah dan

(15)

3. Manfaat Penelitian

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk praktek

keperawatan dan riset keperawatan berikutnya.

3.1 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi petugas kesehatan,

khususnya perawat keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan hipertensi

dalam keluarga.

3.2 Riset Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan fakta yang ada tentang

gambaran perawatan hipertensi dalam keluarga hingga berguna bagi penelitian

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Hipertensi

1.1. Defenisi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi berarti tekanan tinggi di dalam

arteri-arteri dan suatu tekanan darah dari 140/90 atau diatasnya dianggap tinggi.

(Muhammadun, 2010).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 dan tekanan darah diastolik

90 mmHg, atau bila pasien memakai obat hipertensi (Arif, 1999).

1.2. Klasifikasi / Etiologi

a. Hipertensi Esensial

Merupakan bentuk hipertensi yang paling lazim pada semua kelompok

usia kecuali anak-anak. Penyebab hipertensi esensial belum dipahami

sepenuhnya.

b. Hipertensi Sekunder

Disebabkan oleh beberapa proses patologik yang dapat dikenali, biasanya

yang terkait dengan fisiologi ginjal. Penyebab hipertensi sekunder antara

lain, stenosis arteri renalis (atau penyebab peningkatan renin plasma

lainnya), penyakait parenkim ginjal (glomerulonefritis, nefropati diabetic,

penyakit polikistik, uropati obstruktif), obat-obatan (kontrasepsi oral,

(17)

(sindrom Cushing), atau mineralokortikoid (hipoaldosteronisme) (Palmer,

2007).

1.3 Manifestasi Klinis

- Pols teratur kadang tidak teratur

- Asthma cardiale

- Respirasi chiene stoke Keluhan Umum :

- Perasaan capek

- Mudah tersinggung

- Insomnia

- Pusing, sakit kepala dan di belakang kepala/tengkuk

- Palpitasi

- Dispnea

- Kadang kaki bengkak. 1.4 Faktor Resiko

Pada sebagian kasus, penyebab tekanan darah tinggi tidak diketahui. Hal

ini terutama terjadi pada hipertensi esensial. Walaupun demikian, terdapat

beberapa faktor resiko yang dapat membuat anda lebih mudah terkena

tekanan darah tinggi.

Faktor resiko tersebut meliputi :

- Kelebihan berat badan

- Kurang berolahraga

(18)

- Kurang mengkonsumsi buah dan sayur

- Terlalu banyak minum alkohol

Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi

- Usia tua (tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya

usia)

- Riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga (kita cenderung

menyandang tekanan darah tinggi bila kedua orang tua kita juga

menyandangnya)

- Etnis (tekanan darah tinggi lebih sering terjadi pada orang berkulit hitam)

- Gender (tekanan darah tinggi sedikit lebih sering terjadi pada pria dibanding dengan wanita (Palmer, 2007).

1.5 Pengobatan

1.5.1 Mendiagnosis Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah diukur dengan sphygmomanometer. Hasil pengukuran

tekanan darah dipengaruhi oleh:

- Aktivitas yang anda lakukan sebelum pengukuran

- Tekanan atau stress yang anda alami

- Posisi saat pengukuran

- Waktu pengukuran Tes lain yang dilakukan:

- Tes darah

(19)

- Pemeriksaan fisik

- Elektrokardiogram (EKG)

1.5.2 Obat-obatan

a. Diuretik (misalnya chlortalidone (Hygroton),

bendroflumethiazide (Aprinox)).

Menurunkan tekanan darah dengan bekerja pada ginjal. Diuretik

menyebabkan ginjal mengeluarkan kelebihan garam dalam darah

melalui urin. Hal ini mengurangi volume cairan dalam sirkulasi dan

kemudian menurunkan tekanan darah.

b. Alfa-bloker (misalnya doxazosin (cadura), terasozin

(Hytrin))

Menurunkan tekanan darah dengan memblokade reseptor pada otot

yang melapisi pembuluh darah. Jika reseptor tersebut diblokade,

pembuluh darah akan melebar (dilatasi) sehingga darah mengalir

dengan lancar dan tekanan darah menurun.

c. Beta-bloker (misalnya atenolol (tenormin) bisoprolol

(concor, emcor))

Menurunkan tekanan darah dengan memperlambat denyut dan

mengurangi kontraksi jantung. Dengan demikian, tekanan yang

disebabkan oleh pompa jantung juga berkurang. Beta-bloker juga

(20)

hormone renin yang mengurangi resistensi sistemik, sehingga

jantung dapat bekerja lebih ringan.

d. Bloker kanal kalsium (misalnya amlodipine(tensivask,

istin), felodipine (plendil))

Menurunkan tekanan darah dengan memblokade masuknya

kalsium ke dalam sel. Jika kalsium memasuki sel otot, maka otot

akan berkontraksi. Dengan menghambat kontraksi otot yang

melingkari pembuluh darah, pembuluh akan melebar sehingga

darah mengalir dengan lancar dan tekanan darah menurun.

e. Inhibitor ACE (misalnya captopril (capoten), ramipil

(triatec), perindropril (coversyl))

Menurunkan tekanan darah dengan memblokade produksi hormone

angiotensin II yang menyebabkan kontriksi pembuluh darah.

Dengan demikian obat ini dapat memperlebar pembuluh darah dan

mengurangi tekanan darah.

f. Bloker reseptor angiotensin (misalnya losartan (cozaar),

Irbesartan (Aprovel))

Bekerja dengan cara yang sama seperti inhibitor ACE yaitu dengan

memblokade efek kontriksi dari angiotensin II. Berbeda dengan

inhibitor ACE yang memblokade angiotensin II, ARB bekerja

dengan memblokade pengikatan angiotensin ke reseptor

spesifiknya, bukannya mengurangi produksi angiotensin. Oleh

(21)

maka pembuluh darah akan melebar dan tekanan dalam sistemik

berkurang (Palmer, 2007).

1.6 Perawatan Hipertensi di Rumah

Perubahan gaya hidup yang dokter anjurkan sebenarnya baik untuk

diterapkan oleh semua orang. Walaupun mereka tidak menyandang tekanan

darah tinggi. Beberapa saran perubahan gaya hidup yang dapat menurunkan

tekanan darah dan menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler adalah:

1. Menjaga Pola Hidup Sehat

Secara umum, semakin berat tubuh anda, semakin tinggi tekanan darah

anda. Jika anda menerapkan gaya hidup sehat dan olah raga teratur dan pola

makan seimbang, maka anda dapat mengurangi berat badan dan menurunkan

tekanan darah anda dengan cara-cara yang terkontrol. Untungnya, banyak

cara yang dapat anda lakukan untuk mengurangi berat badan, dapat juga

menurunkan tekanan darah dengan sendirinya. Mengurangi berat badan juga

menurunkan resiko diabetes, penyakit kardiovaskuler, dan kanker.

2. Mengurangi asupan garam

Terlalu banyak mengkonsumsi garam dapat meningkatkan tekanan darah

hingga ke tingkat yang membahayakan. Panduan teknisi dari British

Hypertension Society mengajurkan asupan natrium dibatasi sampai kurang

dari 2,4 gram sehari. Jumlah tersebut setara dengan 6 gram, yaitu sekitar satu

(22)

Ada lima cara untuk mengurangi asupan garam:

a. Jangan menambah garam meja pada makanan

b. Jangan menambah garam saat memasak

c. Gunakan bumbu lain selain garam untuk menambah rasa makanan

d. Perhatikan berapa banyak garam yang terkandung dalam saus dan

makanan yang diproses. Kurangi mengkonsumsi makanan tersebut

e. Hindari makanan yang berkadar natrium tinggi, seperti keripik,

kacang olahan yang diasinkan, daging olahan, dan keju.

3. Membatasi konsumsi alkohol, merokok dan kafein

Konsumsi alkohol dalam jumlah sedang sebagai bagian dari pola makan

yang sehat dan bervariasi tidak merusak kesehatan. Namun demikian, minum

alkohol secara berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah.

Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun

hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan

peningkatan tekanan darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil

dalam paru-paru diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak akan

bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk

melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan

pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena

tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok

menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan mengakibatkan tekanan

darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang

(23)

Kafein memiliki kemampuan mempersempit pembuluh darah ke otak

(vasokontriksi). Kafein bisa meningkatkan aliran darah keginjal dengan

akibat produksi urin bertambah, kandung kencing cepat penuh (Ineycermin,

2009).

Kafein dapat meningkatkan Adrenalin yang akan memacu saraf simpatis

yang berefek pada jantung berdebar, pikiran melompat-lompat, panas tubuh

meningkat dan berkeringat. Kondisi ini dapat membahayakan khususnya bagi

penderita penyakit jantung.

4. Olahraga

Bagi sebagian besar orang, menyelipkan jadwal olahraga ke dalam

kegiatan sehari-hari yang padat sangatlah sulit. Olah raga sebaiknya

dilakukan teratur dan bersifat aerobic, karena kedua sifat inilah yang dapat

menurunkan tekanan darah.

5. Lemak dan kolesterol

Lemak tak jenuh tunggal (misalnya minyak zaitun) dan lemak tak jenuh

ganda (misalnya lemak omega-3 dalam minyak ikan) telah terbukti dapat

menurunkan kadar kolesterol dan tekanan darah, sehingga keduanya dapat

menurunkan resiko penyakit jantung. Oleh karena itu bagi yang menderita

hipertensi disarankan mengganti lemak jenuh dengan lemak tak jenuh tunggal

dan lemak tak jenuh ganda omega-3 untuk menurunkan tekanan darah dan

(24)

6. Buah dan sayur

Meningkatkan konsumsi buah dan sayuran sudah jelas terbukti dapat

menurunkan tekanan darah.

2. Suku Aceh

2.1 Sejarah Kebudayaan Aceh

Kebudayaan Aceh banyak dipengaruhi oleh budaya-budaya melayu,

karena letak Aceh strategis dan merupakan jalur perdagangan maka masuklah

kebudayaan Timur Tengah. Beberapa budaya yang ada sekarang ini adalah

hasil dari akulturasi antara budaya Melayu, Timur Tengah dan Aceh sendiri.

Suku bangsa yang mendiami Aceh merupakan keturunan orang-orang

Melayu dan Timur Tengah, hal ini menyebabkan wajah-wajah orang Aceh

sedikit berbeda dengan orang Indonesia yang lainnya.

Pada abad ke XVI, Aceh memegang peranan penting sebagai daerah

transit barang-barang komoditi dari Timur ke Barat. Aceh juga dikenal

sebagai daerah pertama masuknya Islam ke nusantara. Para pedagang dari

Saudi Arabia, Turki, Gujarat dan India yang beragama Islam singgah di Aceh

dalam perjalanan mereka ke Indonesia. Aceh terletak pada jalur perdagangan

internasional yang merupakan daerah pertama yang mereka singgahi di Asia

Tenggara. Kemudian sekitar akhir abad ke XII di Aceh telah berdiri sebuah

kerajaan besar yaitu kerajaan Pasai yang bukan saja bandar paling penting

bagi perdagangan, namun juga sebagai pusat penyebaran agama Islam baik ke

(25)

Pendaratan Portugis di Aceh pada tahun 1509 mengunjungi kerajaan

Pedir (Pidie) dan Pasai untuk mencari sutra. Portugis menaklukkan Malaka

(Malaysia) pada tahun 1511, yang menyebabkan Sultan Aceh marah dan

mengirimkan armada untuk membebaskan Malaka. Namun usaha tersebut

gagal bahkan Syech Syamsuddin Assumatrani yaitu salah seorang ulama

besar Aceh turut tewas dan dikebumikan disana.

Malaka baru dapat dibebaskan pada masa Sultan Iskandar Muda, serta

jalur perdagangan di Selat Malaka kembali dikuasai oleh Aceh Darussalam.

Bukti sejarah yang masih tersisa adalah mesjid, tugu dan batu nisan orang

Turki yang ada di desa Bitai (3 km dari Banda Aceh).

Awal Juni 1602 saudagar-saudagar Inggris oleh Ratu Elizabeth dikirim

ke Aceh untuk melakukan hubungan kerja sama. Namun karena keserakahan

V.O.C, Belanda mengumumkan perang atas Aceh pada tanggal 14 April

1873, yang merupakan perang terpanjang dalam sejarah dunia yaitu lebih

kurang 69 tahun (1873-1942).

Jepang mendarat di Aceh pada tahun 1942 dan di sambut baik oleh

Aceh. Namun kemudian Aceh merasa ditipu dan mengangkat senjata

memerangi Jepang. Jepang berada di Aceh hanya 2,5 tahun. Sepanjang

keberadaan Jepang, ada dua pertempuran yang sulit untuk di lupakan yaitu di

Pandrah (Aceh Utara) dan di Cot Plieng (Aceh Utara). Proklamasi

Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 sedikit

banyaknya telah membebaskan Aceh dari belenggu perang yang

(26)

2.2 Mata Pencaharian

Mata pencaharian pokok orang Aceh adalah bertani di sawah dan di

ladang, dengan tanaman pokok berupa padi, cengkeh, lada, pala, kelapa, dll.

Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai umumnya menjadi nelayan.

2.3 Sistem Kekerabatan

Dalam sistem kekerabatan, bentuk kekerabatan yang terpenting adalah

keluarga inti dengan prinsip keturunan bilateral. Adat menetap sesudah

menikah bersifat matrilokal, yaitu tinggal di rumah orang tua istri selama

beberapa waktu. Sedangkan anak merupakan tanggung jawab ayah

sepenuhnya.

Dalam sistem kekerabatan tampaknya terdapat kombinasi antara

budaya Minangkabau dan Aceh. Garis keturunan diperhitungkan berdasarkan

prinsip bilateral, sedangkan adat menetapkan sesudah nikah adalah uxorilikal

(tinggal dalam lingkungan keluarga pihak wanita). Kerabat pihak ayah

mempunyai kedudukan yang kuat dalam hal pewarisan dan pewalian,

sedangkan ninik mamak berasal dari kerabat pihak ibu. Kelompok

kekerabatan yang terkecil adalah keluarga inti yang disebut rumah tanggo.

Ayah berperan sebagai kepala keluarga yang mempunyai kewajiban

memenuhi kebutuhan keluarganya. Tanggung jawab seorang ibu yang utama

(27)

2.4 Sistem Pelapisan Sosial

Pada masa lalu masyarakat Aceh mengenal beberapa lapisan sosial

diantaranya ada 4 golongan masyarakat, yaitu golongan keluarga sultan,

golongan ulee balang, golongan ulama, dan golongan rakyat biasa.

Golongan-golongan keluarga sultan merupakan keturunan bekas sultan-sultan yang

pernah berkuasa. Panggilan yang lazim untuk keturunan sultan ini adalah

ampon untuk laki-laki dan cut untuk perempuan. Golongan ulee balang

adalah orang-orang keturunan bawahan para sultan yang menguasai

daerah-daerah kecil di bawah kerajaan. Biasanya mereka bergelar teuku. Sedangkan

para ulama atau pemuka agama lazim disebut tengku.

2.5 Sistem Kemasyarakatan

Bentuk kesatuan hidup setempat yang terkecil disebut gampong

(kampung/desa) yang dikepalai oleh seorang Geucik atau Keucik. Dalam

setiap gampong ada sebuah meunasah (madrasah) yang dipimpin seorang

Imeum Meunasah. Kumpulan dari beberapa gampong disebut mukim yang

dipimpin oleh seorang Uleebalang, yaitu para panglima yang berjasa kepada

sultan. Kehidupan sosial dan keagamaan di setiap gampong dipimpin oleh

pemuka-pemuka adat dan agama, seperti Imeum Meunasah, Teungku Khatib,

(28)

2.6. Agama

Aceh termasuk salah satu daerah yang paling awal menerima agama

Islam. Oleh sebab itu, provinsi ini dikenal dengan sebutan “Serambi Mekah”,

maksudnya “Pintu Gerbang” yang paling dekat antara Indonesia dengan

tempat darimana agama tersebut berasal. Meskipun demikian kebudayaan asli

Aceh tidak hilang begitu saja, sebaliknya beberapa unsur kebudayaan

setempat mendapat pengaruh dan berbaur dengan kebudayaaan Islam.

Dengan demikian kebudayaan hasil akulturasi tersebut melahirkan corak

kebudayaan Islam-Aceh yang khas. Di dalam kebudayaan tersebut masih

terdapat sisa-sisa kepercayaan animisme, dan dinamisme.

2.7 Bahasa

Bahasa yang digunakan orang Aceh termasuk dalam rumpun bahasa

Austronesia yang terdiri dari beberapa dialek, antara lain dialek Pidie, Aceh

Besar, Meulaboh, serta Matang. Dilihat dari segi bahasa, kosa kata bahasa

aneuk jamee yang berasal dari bahasa Minangkabau lebih dominan daripada

kosakata bahasa Aceh. Penggunaan bahasa aneuk jamee dibedakan atas

beberapa dialek, antara lain dialek Samadua dan dialek Tapak Tuan.

2.8 Kesenian

Corak kesenian Aceh memang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan

Islam, namun telah diolah dan disesuaikan dengan nilai-nilai budaya yang

(29)

dan Seudati Tunang. Seni lain yang dikembangkan adalah seni kaligrafi arab,

seperti yang banyak terlihat pada berbagai ukiran mesjid, rumah adat, alat

upacara, perhiasan, dan sebagainya. Selain itu berkembang seni sastra dalam

bentuk hikayat yang bernafaskan Islam, seperti hikayat Perang Sabil.

Bentuk-bentuk kesenian Aneuk Jamee berasal dari dua budaya yang

berasimilasi. Orang Aneuk Jamee mengenal kesenian Seudati, Dabus

(Dabuih), dan Ratoh yang memadukan unsur tari, musik, dan seni suara.

Selain itu dikenal Kaba yaitu seni bercerita tentang seorang tokoh yang

dibumbui dengan dongeng (Andrian, 2008).

3. Keluarga

3.1 Defenisi

Duval dan Logan (1986) menguraikan defenisi keluarga adalah:

“sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang

bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan

perkembangan fisik, mental emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga.”

Bailon dan Maglaya (1978) mendefenisikan keluarga sebagai berikut:

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga

karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling

berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai peran masing-masing dan

(30)

Spredley dan Allender (1996) mendefenisikan keluarga adalah satu atau

lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional

dan mengembangkan dalam interaksi sosial, peran dan tugas.

Menurut BKKBN (1992), Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

yang terdiri dari suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan

anaknya.

3.2 Karakteristik keluarga

1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan

perkawinan atau adopsi

2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka

teteap memperhatikan satu sama lain

3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing

mempunyai peran sosial suami, istri, anak, kakak, adik.

4. Mempunyai tujuan; (a) menciptakan dan mempertahankan budaya, (b)

meningkatkan perkembangan fisik, psikologi, dan sosial anggota.

3.3 Fungsi Keluarga

Fiedmann (1986) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai

berikut:

1. Fungsi afektif

a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling

(31)

keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan

orang lain diluar keluarga/masyarakat.

b. Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan

mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu

mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan

tercapai.

c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan

sepakat memulai hidup baru. Ikatan antara anggota keluarga

dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada

berbagai aspek kehidupan anggota keluarga.

2. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dimulai

individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan

dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat individu untuk

belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan

keluarga dicapai melalui interaksi dan hubungan antar anggota yang

diwujudka n dalam sosialisasi.

3. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah

sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,

selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan

(32)

4. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi untuk memenuhi kebutuhan

anggota keluarga seperti makan, pakaian dan tempat tinggal.

5. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek

asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan

kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.

Tugas kesehatan kelurga adalah sebagai berikut:

1. Mengenal masalah kesehatan

2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

5. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas

kesehatan masyarakat (Setyowati, 2008).

3.4 Peran Perawat Keluarga

Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga dalam

menyelesaikan masalah atau melakukan perawatan kesehatan keluarga,

diantaranya sebagai berikut:

1. Pendidik

Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dengan

(33)

a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara

mandiri

b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.

2. Koordinator

Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang

komprehensif dapat tercapai, koordinasi juga sangat diperlukan untuk

mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak

terjadi tumpang tindih dan pengulangan.

3. Pelaksanaan

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah, klinik

maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan

langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga

yang sakit, perawat dapat mendemontrasikan kepada keluarga asuhan

keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan

asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit.

4. Pengawas kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home visit atau

kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan

pengkajian tentang kesehatan keluarga. Perawat tidak hanya melakukan

kunjungan tetapi mengharapkan ada tindak lanjut dari kunjungan ini.

5. Konsultan

Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah

(34)

perawat dan keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka

dan dipercaya.

6. Kolaborasi

Sebagai perawat di komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan

di rumah sakit, puskesmas, dan anggota tim kesehatan yang lain untuk

mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal, kolaborasi tidak hanya

dilakukan sebagai perawat di rumah sakit tetapi juga di keluarga dan komunitas

dapat dilaksanakan.

7. Fasilitator

Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga dalam

menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.

Kendala yang sering dialami oleh keluarga adalah keraguan di dalam

menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi, dan sosial budaya. Agar

dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas

harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan, misalnya sistem rujukan dan

dana sehat.

8. Penemu Kasus

Peran perawat komunitas yang sangat penting adalah mengidentifikasi

kesehatan secara dini (case finding), sehingga tidak terjadi ledakan atau

(35)

9. Modifikasi lingkungan

Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik

lingkungan rumah, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekitarnya agar

dapat tercipta lingkungan yang sehat.

4. Perawatan hipertensi dirumah

4.1 Pengertian perawatan dirumah

Perawatan kesehatan di rumah merupakan salah satu jenis dari perawatan

jangka panjang (long term care) yang dapat diberikan oleh tenaga profesional

yang telah mendapat pelatihan. Perawatan kesehatan di rumah yang merupakan

salah satu bentuk pelayanan kesehatan adalah suatu komponen rentang

kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada

individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk

meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan serta

memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit

termasuk penyakit terminal. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien

individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasi dan disediakan oleh pemberi

pelayanan yang diorganisir untuk memberi home care melalui staf atau

pengaturan berdasarkan perjanjian atau kombinasi dari keduanya (Warholac,

1980).

Sherwen (1991) mendefenisikan perawatan kesehatan di rumah sebagai

bagian integral dari pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk

(36)

untuk mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang

mereka hadapi.

Menurut American of Nurses Association (ANA) tahun 1992, pelayanan

kesehatan di rumah adalah perpaduan perawatan kesehatan masyarakat dan

ketrampilan teknis yang terpilih dari perawat spesialis yang terdiri dari perawat

komunitas, perawat gerontology, perawat pskiatri, perawat maternitas dan

perawat medikal bedah.

4.2 Tujuan Perawatan Kesehatan dirumah

1. Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan

kualitas hidupnya.

2. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota

keluarga dengan masalah kesehatan dan kecatatan.

3. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antara keluarga

4. Membantu klien pulang atau kembali ke rumah dan mendapatkan

perawatan yang diperlukan atau perawatan paliatif

5. Biaya kesehatan akan lebih terkendali

4.3 Ruang lingkup keperawatan di rumah

1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan

2. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik.

3. Pelayanan rehabilitasi dan rujukan

4. Pelayanan informasi dan rujukan

(37)

6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan

7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial

4.4 Mekanisme Perawatan

Pasien/klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat

merupakan rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit,

maupun puskesmas, namun pasien/klien dapat langsung menghubungi agensi

pelayanan keperawatan di rumah atau praktek keperawatan perorangan untuk

memperoleh pelayanan. Mekanisme yang harus dilakukan adalah sebagai

berikut:

1. Pasien/klien paska rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih

dahulu oleh dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk

dirawat di rumah atau tidak.

2. Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat

dirumah, maka dilakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang

merupakan staf dari pengelola atau agensi perawatan kesehatan di rumah,

kemudian bersama-sama klien dan keluarga, akan menentukan

masalahnya, dan membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat

kesepakatan pelayanan apa yang akan diterima oleh klien, kesepakatan

juga mencakup jenis pelayanan, jenis peralatan, dan jenis sitem

pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.

3. Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan

(38)

pelaksana yang direkrut oleh pengelola perawatan di rumah. Pelayanan

koordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap kegiatan yang

dilaksanakan oleh tenaga pelaksanaan pelayanan harus diketahui oleh

koordinator kasus.

4. Secara periodik koordinator kasus akan melakukan monitoring dan

evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan

kesepakatan.

4.5 Fase-fase perawatan di rumah

1. Fase Persiapan

Struktur organisasi yang di dalamnya ada pemimpin home care,

manager administrasi, manager pelayanan, koordinator kasus dan

pelaksana pelayanan.

2. Fase implementasi

Case manager menugaskan surveyor untuk melakukan pengkajian

kebutuhan klien dan perawat pelaksana untuk merawat klien. Hasil

pengkajian awal sebagai referensi untuk merencanakan kebutuhan klien

selanjutnya di buat kesepakatan dengan keluarga (waktu, biaya dan sistem

perawatan yang dipilih) surveyor memantau pelaksanaan pelayanan

(39)

3. Fase terminasi

Perawat menyelesaikan tugas sesuai kontrak yng disepakati surveyor

menyerahkan rekap peralatan dan biaya selama perawatan. Kolektor

melakukan kunjungan ke keluarga untuk menyelesaikan administrasi.

4. Fase paska kunjungan

Evaluasi pelayanan home care pada pasien/keluarga dengan

a. Angket

b. Perteleponan

c. Lewat email

d. Kunjungan mengenai: pelayanan perawatan, komunikasi, sarana dll.

4.6 Diet / Makanan Terbaik untuk Penderita Hipertensi

Pengaturan pola dan jenis makanan yang tepat adalah kunci penting

mencegah hipertensi. Berikut beberapa makanan yang baik penyandang

hipertensi.

1. Ikan

Diantara semua produk hewan, ikan paling menyehatkan, tinggi protein

dan rendah lemak. Kandungan asam lemak omega-3 membantu mencegah

pembentukan plak pada dinding pembuluh darah, mengurangi peradangan dan

mencegah tekanan darah tinggi. Minyak flaxseed, semisal minyak ikan, kaya

(40)

2. Jus Seledri

Orang Cina sudah lama menggunakan jus seledri untuk tekanan darah

tinggi. Minum jus seledri dua sampai tiga gelas per hari dapat mencegah

tekanan darah tinggi atau mengembalikan tekanan darah ke level normal.

Sebagai tambahan seledri juga bagus untuk orang dengan penyakit asam urat

3. Minyak Zaitun

Sejak lama digunakan dalam diet ala mediterania dan menunjukkan

manfaat terhadap lemak darah dan menurunkan tekanan dalam masakan

maupun salad

4. Buah dan sayur aneka warna

Dua item ini wajib dikonsumsi oleh orang hipertensi setiap hari.

5. Ketimun

Buah berair ini banyak membantu hidrasi tubuh dan menurunkan tekanan

pada pembuluh nadi. Makanlah dua buah ketimun setiap hari selama dua

minggu dan lihat hasilnya.

6. Cuka apel

Selama puluhan tahun, cuka apel yang didapat dari fermentasi buah apel

diklaim mampu mengobati berbagai penyakit diantaranya: mengencerkan

tekanan darah dan menurunkan tekanan darah

Pada pagi hari saat perut masih kosong, minumlah segelas air hangat

yang dicampur satu sendok makan cuka apel dan satu sendok madu secara

teratur. Ini bertujuan melancarkan pencernaan agar tidak kesulitan buang air

(41)

memicu tekanan darah meningkat. Jika ada yang baik maka ada yang jahat,

beberapa makanan yang tidak baik orang hipertensi dan harus dihindari adalah

(42)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konseptual

Penelitian ini menggambarkan tentang perawatan pasien hipertensi yang

dilakukan oleh keluarga di desa Gampong Arafah Kecamatan Samadua

Kabupaten Aceh Selatan.

Saat ini angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi.

Jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia diperkirakan 972 juta jiwa atau setara

dengan 26,4 persen populasi orang dewasa. Angka prevalensi hipertensi di

Indonesia berdasarkan Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007 mencapai 30

persen dari populasi. Dari jumlah itu, 60 persen penderita hipertensi berakhir pada

stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal dan kebutaan. Sementara di

dunia barat, hipertensi justru banyak menimbulkan gagal ginjal, oleh karena itu

perlu digalakkan pada masyarakat mengenai pengobatan dan perawatan

hipertensi.

Bagi penderita, berada di lingkungan sekitar rumah yang sudah dikenal

bersama-sama dengan anggota keluarga, adalah hal yang sangat penting. Bagi

kebanyakan penderita, ia merasa lebih senang bila dirawat oleh orang yang

mereka kasihi dan percayai, di dalam lingkungan yang sudah dikenalnya. Namun,

bagi seorang pemberi pelayanan, merawat orang sakit dapat menjadi beban yang

menakutkan dan membuat cemas. Anda dapat merasakan bahwa anda marah,

(43)

dokter atau perawat akan membantu, sehingga ketakutan anda akan berkurang dan

anda beserta anggota keluarga yang lain akan benar-benar memahami mengenai

apa-apa yang diperlukan oleh orang sakit (Hastings, 2005).

Pengobatan dan perawatan yang dilakukan di rumah tentunya akan

memberikan pengaruh dan dampak tersendiri terhadap penyembuhan atau

perbaikan keadaan umum pasien dengan hipertensi. Perawatan yang dilakukan di

rumah oleh keluarga tentu juga tidak terlepas dari faktor kepercayaan dan

kebudayaan yang dianut. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diidentifikasi

bagaimanaa perawatan yang dilakukan keluarga yang sesuai dengan standar

kesehatan dan yang tidak sesuai dengan standar kesehatan berkaitan dengan

faktor-faktor tersebut.

Skema 1. Kerangka konsep perawatan hipertensi oleh keluarga di rumah

2. Defenisi Operasional

3. Defenisi operasional

Gambaran perawatan yang dilakukan oleh keluarga dalam merawat pasien 2.

Perawatan Hipertensi di Rumah

1. Menjaga pola hidup sehat

2. Mengurangi makan

garam

3. Membatasi konsumsi alkohol, rokok dan kafein

4. Olahraga

5. Mengurangi konsumsi

(44)

2. Defenisi Operasional

Perawatan hipertensi di rumah baik perawatan yang sesuai dengan standar

kesehatan maupun yang kurang atau tidak sesuai dengan standar kesehatan,

dengan tujuan mengoptimalkan kualitas hidup para pasien dengan hipertensi yang

dirawat di rumah di desa Gampong Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh

(45)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif

yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

perawatan hipertensi yang dilakukan oleh keluarga Suku Aceh di Gampong

Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.

2. Populasi dan Sampel

2.1 Populasi

Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan (Nursalam, 2008). Di dalam penelitian ini yang diambil sebagai

populasi adalah seluruh keluarga yang memiliki anggota keluarga penderita

hipertensi dan dirawat di rumah yang bertempat tinggal di Gampong Arafah

Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan. Berdasarkan data dari

Puskesmas Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan penderita

hipertensi tahun 2009 berjumlah 613 orang.

2.2 Sampel

Di dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah teknik convinience sampling, dengan pertimbangan besarnya cakupan

(46)

sebanyak 10-15 % (Arikunto, 2006). Berdasarkan hal tersebut, peneliti

mengambil sampel sebanyak 15% dari 613 orang yaitu sebanyak 92 orang.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Gampong Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten

Aceh Selatan, dengan beberapa pertimbangan, yaitu jumlah penderita hipertensi

yang dirawat di rumah cukup banyak, selain itu lokasi penelitian mudah

dijangkau,dan belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Alokasi waktu

untuk penelitian sampai dengan laporan hasil penelitian adalah minggu ke-3 Juni

sampai minggu ke-1 September 2010.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini akan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Dekan

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara dan kepala desa Gampong

Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan. Sebelum penelitian

dilakukan, peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan penelitian,

bagaimana proses pengambilan populasi serta bagaimana data ditangani untuk

menjaga kerahasiaan responden.

Untuk menjaga kerahasiaan responden peneliti tidak mencantumkan data-data

yang tidak dikehendaki oleh responden untuk dicantumkam. Selain itu penelitian

ini juga disertakan surat persetujuan (informed concent) kepada kepala desa dan

responden. Kemudian peneliti mulai mengumpulkan data dengan memberikan

(47)

mengisi dan menandatangani lembar persetujuan, peneliti menjelaskan maksud,

tujuan, manfaat dan efek serta prosedur penelitian. Bila responden tidak bersedia

menandatangani lembar persetujuan dapat dinyatakan secara lisan. Responden

berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian ini, atau menarik kesediaannya

pada proses pengumpulan data.

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama

lengkap tetapi hanya mencantumkan inisial nama responden atau memberi kode

pada masing-masing lembar pengumpulan data. Kerahasiaan informasi responden

dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan

sebagai hasil penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk angket

(kuisioner) yang pertanyaannya dibuat oleh peneliti dan disesuaikan dengan

teoritis. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu kuesioner

data demografi dan kuesioner tentang perawatan hipertensi yang dilakukan oleh

keluarga di rumah.

a. Kuesioner Data Demografi

Instrumen penelitian tentang pengumpulan data demografi terdiri dari:

(48)

b. Kuesioner Perawatan Hipertensi di Keluarga

Instrumen penelitian tentang perawatan hipertensi di rumah oleh keluarga

terdiri dari 20 pertanyaan. Dimana 9 pertanyaan mengenai pola hidup sehat

yaitu pertanyaan nomor 1 sampai 9, 3 pertanyaan mengenai mengurangi

konsumsi garam yaitu dari nomor 10 sampai 12, 3 pertanyaan mengenai

membatasi konsumsi alkohol, rokok dan kafein yaitu dari nomor 13 sampai

15, 2 pertanyaan mengenai olah raga yaitu nomor 16 dan 17, 2 pertanyaan

mengenai konsumsi lemak dan kolesterol yaitu nomor 18 dan 19, 1

pertanyaan mengenai meningkatkan konsumsi buah dan sayur yaitu nomor

20.

Data mengenai perawatan hipertensi yang dilakukan oleh keluarga di rumah

dilakukan dengan wawancara dan dibantu dengan pertanyaan yang telah dibuat

oleh peneliti. Bentuk pertanyaan menggunakan skala Likert dengan pilihan

jawaban dalam rentang skala 1-4, yaitu 1= tidak pernah, 2= kadang-kadang, 3=

sering, 4= selalu (Arikunto, 2006).

6. Validitas Instrumen Penelitian

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih

mempunyai validitas yang tinggi, dan juga sebaliknya (Arikunto, 2006).

Instrumen dikatakan valid jika instrumen itu mampu mengukur yang

(49)

dikatakan bahwa instrumen dianggap valid jika instumen itu dapat dijadikan alat

untuk mengukur yang akan diukur (Danim, 2003).

Untuk menilai apakah kuesioner tersebut dapat diuji dengan dua cara yaitu

dengan melakukan uji instrumen atau dengan memvalidasi kuesioner kepada

seorang ahli di bidangnya. Dalam uji validitas ini kuesioner akan dikonsultasikan

dengan seorang staf pengajar Komunitas Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara, yaitu Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp. MNS.

7. Reliabilitas Instrumen Penelitian

Reliabilitas adalah sifat konsistensi hasil yang dicapai oleh sebuah alat

ukur, meskipun digunakan berulang-ulang pada subjek yang sama atau berbeda

(Danim, 2003). Menurut Arikunto (2006) reliabilitas menunjuk pada suatu

pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

8. Proses Pengumpulan Data

Prosedur awal peneliti adalah dengan mengajukan permohonan izin

pelaksanaan penelitian pada Fakultas Keperwatan Universitas Sumatera Utara,

kemudian izin yang diperoleh dipergunakan untuk dibawa pada saat penelitian

dilakukan di Desa Gampong Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh

Selatan.

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan menyebarkan angket

(50)

keluarga dalam merawat pasien hipertensi, dengan terlebih dahulu memberikan

penjelasan dan petunjuk kepada responden mengenai cara pengisian kuesioner.

Setelah semua kuesioner terisi dan dikembalikan kepada peneliti, maka dapat

dilakukan proses analisa data.

9. Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner kemudian diolah, dengan

langkah-langkah:

a. Editing atau memeriksa, mengecek kelengkapan data termasuk isi instrumen

yakni mengecek apakah semua kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk.

b. Coding atau memberi tanda, yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari

para responden ke dalam kategori-kategori dan diklasifikasikan dengan cara

memberi tanda atau kode untuk mempermudah melakukan tabulasi dan

analisa data.

c. Tabulasi, yaitu jawaban yang telah diberi kode kategori jawaban, kemudian

dimasukkan ke dalam tabel.

d. Analisa data, yaitu menganalisa data yang telah dimasukkan ke dalam tabel

yaitu, data demografi dan pertanyaan mengenai perawatan hipertensi yang

dilakukan oleh keluarga di rumah, untuk kemudian disajikan ke dalam

(51)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang Perawatan

Hipertensi oleh Keluarga Suku Aceh di Gampong Arafah Kecamatan Samadua

Kabupaten Aceh Selatan. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus 2010

dan jumlah seluruh responden dalam penelitian ini sebanyak 92 keluarga.

Berikut ini dijabarkan deskripsi dan persentase karakteristik responden dan

perawatan penderita hipertensi oleh Keluarga Suku Aceh di Gampong Arafah

Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.

1.1 Deskripsi karakteristik responden

Deskripsi karakteristik responden mencakup umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan dapat dilihat pada tabel 5.1. Data yang diperoleh

menunjukkan mayoritas responden berumur diantara 40-57 tahun (42,4%) . Jenis

kelamin mayoritas adalah perempuan (58,7%). Jenjang pendidikan

SMU/sederajat sebanyak 34 orang (37,0%). Serta mayoritas responden bekerja

(52)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (N=92)

Karakteristik responden Frekuensi Persentase%

Usia

Ibu Rumah Tangga

(53)

1.2 Perawatan Hipertensi oleh Keluarga Suku Aceh di Gampong Arafah

Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.

Hasil penelitian pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa responden dari

keluarga suku Aceh memiliki perawatan yang baik sebanyak 37 responden

(39,7%), perawatan yang cukup sebanyak 52 responden (56,9%), dan perawatan

yang kurang baik sebanyak 3 responden (2,7 %).

1.3 Deskripsi responden berdasarkan jawaban terhadap perawatan hipertensi oleh

suku Aceh

Pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa pada pernyataan perawatan hipertensi

oleh keluarga suku aceh yaitu keluarga menganjurkan anggota keluarga yang

menderita tekanan darah tinggi mengontrol berat badan setiap bulan menjawab

kadang-kadang dengan jumlah responden 44 (47,8), keluarga menganjurkan

anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi mengontrol tekanan darah

setiap minggu dijawab kadang-kadang sebanyak 47 (51,1), keluarga

menganjurkan anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi minum obat

sesuai ketentuan dijawab selalu sebanyak 42 (45,7), keluarga melarang anggota

keluarga yang menderita tekanan darah tinggi minum obat yang dibeli dipasaran

dijawab selalu sebanyak 29 (31,5), keluarga menganjurkan kepada anggota

keluarga yang menderita tekanan darah tinggi untuk minum air putih 2 L atau 8

gelas setiap hari dijawab kadang-kadang sebanyak 35 (38,0), keluarga

menganjurkan anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi untuk

(54)

kadang-kadang sebanyak 34 (37,0), keluarga menganjurkan kepada anggota keluarga yang

menderita tekanan darah tinggi supaya tidur sebelum jam 22.00 WIB dijawab

kadang-kadang sebanyak 35 (38,0), keluarga membantu anggota keluarga yang

menderita tekanan darah tinggi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi

untuk mencegah stess dijawab selalu sebanyak 47 (51,1), keluarga menganjurkan

anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi untuk mengungkapkan

masalah-masalah yang dihadapinya dijawab selalu sebanyak 47 (51,1), keluarga

mengurangi garam dalam memasak masakan kepada anggota keluarga yang

menderita darah tinggi dijawab selalu sebanyak 36 (39,1), keluarga melarang

anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi untuk mengkonsumsi ikan

asin dijawab kadang-kadang sebanyak 34 (37,0), keluarga melarang anggota

keluarga yang menderita tekanan darah tinggi untuk mengkonsumsi makanan

tinggi garam dalam kehidupan sehari-hari dijawab selalu sebanyak 34 (37,0),

keluarga menganjurkan anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi

untuk tidak minum kopi dijawab selalu sebanyak 38 (41,3), keluarga melarang

anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi minum minuman

beralkohol dijawab tidak pernah sebanyak 60 (65,2), keluarga menganjurkan

anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi untuk menghindari asap

rokok dijawab tidak pernah sebanyak 37 (40,2), keluarga menganjurkan anggota

keluarga yang menderita tekanan darah tinggi untuk rajin berolahraga dijawab

kadang-kadang sebanyak 29 (31,5), keluarga melarang anggota keluarga yang

menderita tekanan darah tinggi untuk melakukan aktivitas yang berat dijawab

(55)

menderita tekanan darah tinggi mengkonsumsi daging berlemak dalam kehidupan

sehari-hari dijawab selalu sebanyak 31 (33,7), keluarga dalam menyiapkan

makanan untuk anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi lebih

banyak menyiapkan makanan yang dimasak dengan cara direbus atau dikukus

seperti sayur-sayuran dijawab kadang-kadang sebanyak 43 (46,7), keluarga

menyiapkan makanan yang berserat tinggi seperti buah dan sayur di rumah

dijawab tidak pernah sebanyak 11 (12,0).

2. Pembahasan

Dalam pembahasan ini dijabarkan hasil penelitian tentang Perawatan

Penderita Hipertensi oleh Keluarga Suku Aceh di Gampong Arafah Kecamatan

Samadua Kabupaten Aceh Selatan.

Dari hasil pengetahuan diketahui bahwa sebagian besar responden berusia

40-57 tahun, dan jenis kelamin perempuan 54 orang (58,7%). Ini terjadi karena

perbedaan gaya hidup antara laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki lebih

cenderung mempunyai kebiasaan hidup buruk seperti merokok, minum alkohol

dan bergadang, yang mengakibatkan jumlah penderita tekanan darah tinggi berada

pada jenis kelamin laki-laki. Mayoritas pendidikan responden SMU/sederajat,

keadaan ini disebabkan karena mayoritas responden berada pada rentang usia

40-57 tahun, dimana pada masa mayoritas responden bersekolah, sarana untuk

melanjutkan sekolah masih minim dan jauh di pusat kota yang berjarak tempuh 24

(56)

responden yang mayoritas adalah pegawai negeri, keadaan ini disebabkan karena

mayoritas responden mendapatkan pekerjaan sebagai pegawai negeri pada masa

dibutuhkannya tenaga pegawai dalam jumlah banyak, yang jauh berbeda dengan

masa sekarang. Selain itu anggapan bahwa dengan bekerja sebagai pegawai

negeri, pada masa tua kita akan tetap dapat menikmati dana pensiunan.

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan

bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden

hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia manusia, ini sering di

sebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung,

pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun

akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur (Julianti,

2005).

Dari hasil penelitian ini juga diketahui bahwa sebagian responden

melakukan perawatan yang cukup dalam merawat penderita hipertensi oleh

keluarga yaitu 52 orang (56,9%), hal ini disebabkan karena mayoritas keluarga

memiliki kesibukan masing-masing di luar rumah sehingga perawatan yang

didapatkan oleh anggota keluarga mereka yang menderita hipertensi belum

maksimal. Selain itu, hal yang menyebabkan perawatan hipertensi yang cukup

tersebut adalah kebiasaan keluarga dalam penyajian makanan, dimana keluarga

tidak terlalu patuh pada nasehat dokter mengenai pembatasan garam dalam

makanan. Dikarenakan juga kebiasaan dari kecil, yang terbiasa mengkonsumsi

(57)

perawatan melainkan juga karena penderita hipertensi itu sendiri tidak patuh

(58)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan BAB 5, dapat diambil

kesimpulan mengenai deskriptif dari karakteristik responden, perawatan hipertensi

oleh keluarga suku aceh di Gampong Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten

Aceh Selatan.

Penelitian dilakukan terhadap 92 responden keluarga penderita hipertensi,

dimana usia responden mayoritas pada usia 40-57 tahun (42,4%), dan mayoritas

jenis kelamin responden adalah perempuan sebanyak 54 orang (58,7%), mayoritas

pendidikan responden adalah SMU/sederajat, yaitu 34 orang (37,0%), responden

sebagian besar juga memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri, yaitu 38 orang

(41,3%).

2. Saran

2.1Untuk Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi baru tentang

(59)

2.2Untuk Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini hanya memperhatikan perawatan hipertensi oleh keluarga

suku Aceh, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

mengidentifikasi faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT

Rineka Cipta

Blais, Koenig. Kathleen (2006). Keperawatan Profesional Konsep dan Perspektif, Jakarta: EGC

Forum Masyarakat Sehat dan Sejahtera (2008). Perawatan Home Care pada Pasien Hipertensi, dibuka pada website http://stikeskabmalang.wordpress.com, pada tanggal 5 April 2010

Graber, A. (2006). Buku Saku Dokter Keluarga, Jakarta: EGC

Hastings, Diana (2005). Pedoman Keperawatan di Rumah, Jakarta: EGC

Hayens, Brian. Leenen (2003). Buku Pintar Menaklukkan Hipertensi, Jakarta: Ladang Pustaka & Intimedia

Muhammadun, AS. (2010). Hidup Bersama Hipertensi, Jogjakarta: In-Books

Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika

Palmer, Anna. Williams (2007). Tekanan Darah Tinggi, Jakarta: Penerbit Erlangga

Prabowo, Pramonohadi. Joewono (2003). Ilmu Penyakit Jantung, Jakarta: Airlangga University Press

Rab, Tabrani (2008). Agenda Gawat Darurat (Critical Care) Jilid 2, Bandung: PT. Alumni

Riwidikdo, Handoko (2009). Perawatan Pasien Penyakit Dalam, Jogjakarta: Mitra Cendikia Press

Ruhyanudin, Faqih (2007). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler, Malang: UMM Press

(61)

Setyowati, Sri. Murwani (2008) Asuhan Keperawatan Keluarga, Jogjakarta: Mitra Cendikia Press

(62)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PERAWATAN HIPERTENSI OLEH KELUARGA SUKU ACEH DI GAMPONG ARAFAH

KECAMATAN SAMADUA KABUPATEN ACEH SELATAN

Saya yang bernama Sofia Elfiani/ 091121006, mahasiswa Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini sedang melakukan penelitian

dengan judul “Perawatan Hipertensi oleh Keluarga Suku Aceh di Gampong

Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan”. Penelitian ini merupakan

salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui

perawatan penderita hipertensi di rumah oleh keluarga suku Aceh.

Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan Saudara/i untuk

menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya memohon kesediaan

Saudara/i memberikan jawaban berdasarkan kuesioner dengan jujur dan apa

adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai

bukti kesukarelaan Saudara/i.

Terima kasih atas pertisipasi Saudara/i dalam penelitian ini.

Medan, Juni 2010

Peneliti, Responden,

(63)

Lampiran 2

KUISIONER PENELITIAN

Perawatan Hipertensi oleh Keluarga suku Aceh di Gampong Arafah

Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan

1. Data Demografi

Berilah tanda check list (√) pada pertanyaan di bawah ini pada kotak yang

tersedia.

1. Nomor Responden :

2. Umur : Tahun

3. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki

2. Perempuan

4. Pendidikan : 1. SD/Sederajat

2. SMP/Sederajat

3. SMU/Sederajat

4. D1-D3/Sederajat

5. S1 – Keatas

5. Pekerjaan : 1. Tani

2. Pegawai Negeri

3. Wiraswasta

4. Nelayan

(64)

II. Kuesioner Perawatan Penderita Hipertensi di Keluarga Suku Aceh

Petunjuk pengisian: Berilah tanda (√) pada setiap kolo m jawaban yang tersedia di

bawah ini dengan perawatan yang Bapak/ Ibu berikan kepada anggota keluarga

yang menderita tekanan darah tinggi. Dimana, TP: tidak pernah, KD:

kadang-kadang, dan SL: selalu, SR: sering.

No. Pertanyaan TP KD SL SR

1. Keluarga menganjurkan anggota keluarga

yang menderita tekanan darah tinggi

mengontrol berat badan setiap bulan

2. Keluarga menganjurkan anggota keluarga

yang menderita tekanan darah tinggi

mengontrol tekanan darah setiap minggu

3. Keluarga menganjurkan anggota keluarga

yang menderita tekanan darah tinggi

minum obat sesuai ketentuan

4. Keluarga melarang anggota keluarga yang

menderita tekanan darah tinggi meminum

obat yang dibeli dipasaran

5. Keluarga menganjurkan kepada anggota

keluarga yang menderita tekanan darah

tinggi untuk minum air putih 2 L/8 gelas

(65)

6. Keluarga menganjurkan anggota keluarga

yang menderita tekanan darah tinggi untuk

mengontrol kesehatan ke puskesmas atau

petugas kesehatan

7. Keluarga menganjurkan kepada anggota

keluarga yang menderita tekanan darah

tinggi supaya tidur sebelum jam 22.00

WIB

8. Keluarga membantu anggota keluarga

yang menderita tekanan darah tinggi

dalam menyelesaikan masalah yang

dihadapi untuk mencegah stress

9. Keluarga menganjurkan anggota keluarga

yang menderita tekanan darah tinggi untuk

mengungkapkan masalah-masalah yang

dihadapinya

10. Keluarga mengurangi garam dalam

memasak masakan kepada anggota

keluarga yang menderita tekanan darah

tinggi

11. Keluarga melarang anggota keluarga yang

menderita tekanan darah tinggi untuk

(66)

12. Keluarga melarang anggota keluarga yang

menderita tekanan darah tinggi untuk

mengkonsumsi makanan tinggi garam

dalam kehidupan sehari-hari

13. Keluarga menganjurkan anggota keluarga

yang menderita tekanan darah tinggi untuk

tidak minum kopi

14. Keluarga melarang anggota keluarga yang

menderita tekanan darah tinggi minum

minuman beralkohol

15. Keluarga menganjurkan anggota keluarga

yang menderita tekanan darah tinggi untuk

menghindari asap rokok

16. Keluarga menganjurkan anggota keluarga

yang menderita tekanan darah tinggi untuk

rajin berolahraga

17. Keluarga melarang anggota keluarga yang

menderita tekanan darah tinggi untuk

melakukan aktivitas yang berat

18. Keluarga melarang anggota keluarga yang

menderita tekanan darah tinggi

mengkonsumsi daging berlemak dalam

Gambar

Gambaran perawatan yang dilakukan oleh keluarga dalam merawat pasien 2.  3. Membatasi konsumsi
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (N=92)

Referensi

Dokumen terkait

SDS = parameter respons spektral percepatan disain pada perioda pendek SD1 = parameter respons spektral percepatan disain pada perioda 1 detik SMS = parameter spektrum

... ﻢّﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰّﻠﺻ ّﻲﺒﻨﻟا لﺎﻗ : حّﺮﻟا ﻞﻴﻠﺧ ﻢﻴﻫاﺮﺑإ ﺐﻠﻗ ﻲﻓ ﻢﻬﺑﻮﻠﻗ ﻼﺟر نﻮﺛﻼﺛ ﺔّﻣﻷا ﻩﺬﻫ ﻲﻓ لاﺪﺑﻷا ﻦﻣ ﻼﺟر ﻪﻧﺎﻜﻣ ﷲا لﺪﺑأ تﺎﻣ ﺎﻤّﻠﻛ ) ﺖﻣﺎّﺼﻟا ﻦﺑ ةدﺎﺒﻋ ﻦﻋ ﺪﻤﺣأ ﻩاور ( ﺢﻴﺤﺻ

Sikap-sikap yang dimaksud adalah guru pembimbing yang (1) tidak terbuka terhadap siswa, antara lain meremehkan cara berpikir siswa dan mengabaikan siswa yang bertanya pada

Apakah tekanan (pressure) yang terdiri dari financial target, financial stability, external pressure dan institutional ownership berpengaruh terhadap

Laju konsumsi makanan, eisiensi makanan di konsumsi dan eisiensi makanan dicerna tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan serangga yang tidak diberi perlakuan..

The Cybersecurity and Privacy (CSP) Innovation Forum 2015, organized and successfully executed in close collaboration between the CSP Forum and the European commission DG CONNECT

Penelitian ini menggunakan campuran perbandingan 1:2:3 terhadap berat beton dan hasil menunjukan bahwa terak sebagai pengganti agregat kasar terhadap kuat tarik dan berat

Dalam hal terjadi kondisi dimana seluruh Transaksi Pembelian tidak dapat dilakukan secara langsung kepada Pemerintah, maka Pemerintah dapat membuka kesempatan bagi calon