PERAWATAN HIPERTENSI OLEH KELUARGA SUKU
ACEH DI GAMPONG ARAFAH KECAMATAN SAMADUA
KABUPATEN ACEH SELATAN
SKRIPSI
Oleh
Sofia Elfiani
091121006
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PRAKATA
Segala puji dan syukur panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul “Perawatan Hipertensi oleh Keluarga Suku Aceh di Gampong Arafah
Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan”
Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Medan
2. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp. MNS, selaku pembimbing I yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
3. Ibu Farida Linda Siregar, S.Kep. Ns. M.Kep, selaku pembimbing II
yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun
skripsi ini
4. Ibu Rika Endah Nurhidayah, S.Kp. M.Pd, selaku penguji dalam sidang
skripsi ini
5. Seluruh staf dan dosen yang mengajar di Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
6. Terima kasih kepada kedua orang tua saya atas segala pengorbanan dan
perjuangan ayahanda dan ibunda, setiap tetesan keringat telah
menjadikan motivasi dan dorongan kuat dalam mencapai kesuksesan
7. Terima kasih kepada kakak saya Yasmalinar, SST beserta keluarganya
yang telah banyak memberikan dukungan moril dan materil dalam
proses penyusunan skripsi ini.
8. Terima kasih kepada abang saya H. Syamsul Rizal, Kasputra, Suryadi,
Syah Rizal dan Saifa Machler.
9. Ucapan terima kasih kepada semua sahabat F. Kep ’09 Jalur B semoga
kita tetap menjadi sahabat selamanya dan terima kasih atas
kebersamaannya, dukungan serta semangat yang selalu kalian berikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, baik dalam
hal penulisan maupun isi, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
demi perbaikan skripsi ini.
Medan, 8 Januari 2011
Daftar Isi
6. Validitas Instrumen Penelitian ... 38
7. Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 38
8. Proses Pengumpulan Data ... 39
9. Analisa Data ... 40
Bab 5. Hasil dan Pembahasan ... 41
1. Hasil Penelitian ... ….. 41
2. Pembahasan ... 49
Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 51
1. Kesimpulan ...51
Daftar Pustaka
Lampiran
1. Surat Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian
3. Daftar Riwayat Hidup
4. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan
5. Surat Keterangan Penelitian dari Puskesmas 6. Surat Keterangan dari Kepala Desa
7. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan jawaban responden mengenai Perawatan Hipertensi oleh Keluarga Suku Aceh
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden ... 42
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Perawatan ... 43
DAFTAR SKEMA
Judul : Perawatan Hipertensi oleh Keluarga Suku Aceh di Gampong Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.
Hipertensi didefenisiskan sebagai tekanan darah sistoliknya 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberculosis, yakni mencapai 6,7 persen dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diantara normal yaitu 140/90 mmHg. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukkan prevalensi secara nasional mencapai 31,7 persen (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Sedangkan perawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis dalam melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon pasien terhadap penyakit yang dideritanya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perawatan hipertensi oleh keluarga suku aceh, desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Tehnik pengambilan sampel yang menggunakan random sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2010 di Gampong Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan. Hasil analisa menunjukkan bahwa perawatan hipertensi oleh keluarga suku Aceh dalam kategori cukup 52 orang (56,9%). Mayoritas usia responden berada pada rentang 40-57 tahun (56,9%) dan mayoritas jenis kelamin adalah laki-laki yaitu 54 orang (58,7%). Perawatan yang dilakukan oleh keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi perlu lebih dioptimalkan lagi, karena keluarga adalah tempat terbaik bagi penderita hipertensi dalam mendapatkan perawatan dan kasih sayang, yang sangat penting dalam proses penyembuhan.
Judul : Perawatan Hipertensi oleh Keluarga Suku Aceh di Gampong Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.
Hipertensi didefenisiskan sebagai tekanan darah sistoliknya 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberculosis, yakni mencapai 6,7 persen dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diantara normal yaitu 140/90 mmHg. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukkan prevalensi secara nasional mencapai 31,7 persen (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Sedangkan perawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis dalam melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon pasien terhadap penyakit yang dideritanya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perawatan hipertensi oleh keluarga suku aceh, desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Tehnik pengambilan sampel yang menggunakan random sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2010 di Gampong Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan. Hasil analisa menunjukkan bahwa perawatan hipertensi oleh keluarga suku Aceh dalam kategori cukup 52 orang (56,9%). Mayoritas usia responden berada pada rentang 40-57 tahun (56,9%) dan mayoritas jenis kelamin adalah laki-laki yaitu 54 orang (58,7%). Perawatan yang dilakukan oleh keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi perlu lebih dioptimalkan lagi, karena keluarga adalah tempat terbaik bagi penderita hipertensi dalam mendapatkan perawatan dan kasih sayang, yang sangat penting dalam proses penyembuhan.
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang terutama di kota-kota
besar pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein
(KEP), masalah Anemia Besi (AB), masalah Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas. Pada
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1993, telah terungkap bahwa
Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah
kekurangan gizi belum bisa diatasi secara menyeluruh.
Masalah gizi tidak terlepas dari masalah makanan karena gizi timbul
akibat kekurangan atau kelebihan zat gizi dalam makanan. Kebiasaan
mengkomsumsi makanan yang melebihi kecukupan gizi menimbulkan masalah
gizi lebih yang terutama terjadi di kalangan masyarakat perkotaan. Peningkatan
pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu di perkotaan menyebabkan
perubahan gaya hidup, terutama pada pola makan.
Pemilihan makanan yang cenderung menyukai makanan siap saji dimana
kandungan gizinya tidak seimbang. Pola makan tradisional yang tadinya tinggi
karbohidrat, tinggi serat, dan rendah lemak berubah ke pola makan baru yang
rendah karbohidrat, rendah serat, dan tinggi lemak sehingga menggeser mutu
Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang mengandung
lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan (dietary fiber),
membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit degeneratif (jantung,
diabetes mellitus, aneka kanker, osteoporosis, dan hipertensi).
Ditengah menjamurnya makanan siap saji yang banyak mengandung
lemak dan perubahan gaya hidup sebagian masyarakat perkotaan, maka penyakit
sebagai imbas dari perubahan gaya hidup itu pun akan semakin banyak
bermunculan. Salah satu penyakit tersebut adalah hipertensi (tekanan darah tinggi)
(Muhammadun, 2010).
Peran perawat keluarga sangat dibutuhkan oleh keluarga untuk
membangun keluarga sehat sesuai dengan budayanya. Perawat berperan sebagai
pemberi asuhan keperawatan, konselor, pendidik, atau peneliti agar keluarga dapat
mengenal tanda bahaya dini gangguan kesehatan pada anggota keluarganya.
Dengan demikian, apabila keluarga tersebut mempunyai masalah kesehatan,
mereka tidak datang ke pelayanan kesehatan dalam kondisi yang sudah kritis.
Perawat keluarga memiliki peran yang sangat strategis dalam pemberdayaan
kesehatan keluarga sehingga tercapai Indonesia Sehat 2010. Program pemerintah
dalam pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan belum mengikutsertakan
perawat keluarga secara optimal. Oleh karena itu, kita perlu mempertimbangkan
adanya satu orang perawat keluarga dalam satu kelurahan atau desa dalam
membangun keluarga sehat. Asuhan keperawatan tersebut tentunya dilaksanakan
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberculosis, yakni mencapai 6,7 persen dari populasi kematian pada semua umur
di Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah diantara normal yaitu 140/90 mmHg. Hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukkan
prevalensi secara nasional mencapai 31,7 persen (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2010).
Saat ini angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi.
Jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia diperkirakan 972 juta jiwa atau setara
dengan 26,4 persen populasi orang dewasa. Angka prevalensi hipertensi di
Indonesia berdasarkan Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007 mencapai 30
persen dari populasi. Dari jumlah itu, 60 persen penderita hipertensi berakhir pada
stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal dan kebutaan. Sementara di
dunia barat, hipertensi justru banyak menimbulkan gagal ginjal, oleh karena itu
perlu digalakkan pada masyarakat mengenai pengobatan dan perawatan
hipertensi.
Dari data Puskesmas Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan, data
pasien hipertensi yang berobat jalan tahun 2008 berjumlah 308 orang dan tahun
2009 berjumlah 613 orang.
Dari data Rumah Sakit Yuliddin Away Tapak Tuan Aceh Selatan, tahun
2008 rawat inap pasien hipertensi berjumlah 240 orang dan rawat jalan 1.080
2. Tujuan Penelitian
2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perawatan
hipertensi yang dilakukan oleh keluarga Suku Aceh di Gampong Arafah
Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.
1.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pola hidup sehat anggota keluarga penderita
hipertensi
b. Mengidentifikasi kebiasaan keluarga mengenai kebiasaan dalam
mengkonsumsi garam
c. Mengidentifikasi kebiasaan keluarga membatasi konsumsi alkohol,
rokok dan kafein
d. Mengidentifikasi kebiasaan olahraga anggota keluarga penderita
hipertensi
e. Mengidentifikasi kebiasaan keluarga dalam membatasi konsumsi
lemak dan kolesterol
f. Mengidentifikasi kebiasaan keluarga dalam penyediaan buah dan
3. Manfaat Penelitian
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk praktek
keperawatan dan riset keperawatan berikutnya.
3.1 Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi petugas kesehatan,
khususnya perawat keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan hipertensi
dalam keluarga.
3.2 Riset Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan fakta yang ada tentang
gambaran perawatan hipertensi dalam keluarga hingga berguna bagi penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Hipertensi
1.1. Defenisi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi berarti tekanan tinggi di dalam
arteri-arteri dan suatu tekanan darah dari 140/90 atau diatasnya dianggap tinggi.
(Muhammadun, 2010).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 dan tekanan darah diastolik
90 mmHg, atau bila pasien memakai obat hipertensi (Arif, 1999).
1.2. Klasifikasi / Etiologi
a. Hipertensi Esensial
Merupakan bentuk hipertensi yang paling lazim pada semua kelompok
usia kecuali anak-anak. Penyebab hipertensi esensial belum dipahami
sepenuhnya.
b. Hipertensi Sekunder
Disebabkan oleh beberapa proses patologik yang dapat dikenali, biasanya
yang terkait dengan fisiologi ginjal. Penyebab hipertensi sekunder antara
lain, stenosis arteri renalis (atau penyebab peningkatan renin plasma
lainnya), penyakait parenkim ginjal (glomerulonefritis, nefropati diabetic,
penyakit polikistik, uropati obstruktif), obat-obatan (kontrasepsi oral,
(sindrom Cushing), atau mineralokortikoid (hipoaldosteronisme) (Palmer,
2007).
1.3 Manifestasi Klinis
- Pols teratur kadang tidak teratur
- Asthma cardiale
- Respirasi chiene stoke Keluhan Umum :
- Perasaan capek
- Mudah tersinggung
- Insomnia
- Pusing, sakit kepala dan di belakang kepala/tengkuk
- Palpitasi
- Dispnea
- Kadang kaki bengkak. 1.4 Faktor Resiko
Pada sebagian kasus, penyebab tekanan darah tinggi tidak diketahui. Hal
ini terutama terjadi pada hipertensi esensial. Walaupun demikian, terdapat
beberapa faktor resiko yang dapat membuat anda lebih mudah terkena
tekanan darah tinggi.
Faktor resiko tersebut meliputi :
- Kelebihan berat badan
- Kurang berolahraga
- Kurang mengkonsumsi buah dan sayur
- Terlalu banyak minum alkohol
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
- Usia tua (tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya
usia)
- Riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga (kita cenderung
menyandang tekanan darah tinggi bila kedua orang tua kita juga
menyandangnya)
- Etnis (tekanan darah tinggi lebih sering terjadi pada orang berkulit hitam)
- Gender (tekanan darah tinggi sedikit lebih sering terjadi pada pria dibanding dengan wanita (Palmer, 2007).
1.5 Pengobatan
1.5.1 Mendiagnosis Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah diukur dengan sphygmomanometer. Hasil pengukuran
tekanan darah dipengaruhi oleh:
- Aktivitas yang anda lakukan sebelum pengukuran
- Tekanan atau stress yang anda alami
- Posisi saat pengukuran
- Waktu pengukuran Tes lain yang dilakukan:
- Tes darah
- Pemeriksaan fisik
- Elektrokardiogram (EKG)
1.5.2 Obat-obatan
a. Diuretik (misalnya chlortalidone (Hygroton),
bendroflumethiazide (Aprinox)).
Menurunkan tekanan darah dengan bekerja pada ginjal. Diuretik
menyebabkan ginjal mengeluarkan kelebihan garam dalam darah
melalui urin. Hal ini mengurangi volume cairan dalam sirkulasi dan
kemudian menurunkan tekanan darah.
b. Alfa-bloker (misalnya doxazosin (cadura), terasozin
(Hytrin))
Menurunkan tekanan darah dengan memblokade reseptor pada otot
yang melapisi pembuluh darah. Jika reseptor tersebut diblokade,
pembuluh darah akan melebar (dilatasi) sehingga darah mengalir
dengan lancar dan tekanan darah menurun.
c. Beta-bloker (misalnya atenolol (tenormin) bisoprolol
(concor, emcor))
Menurunkan tekanan darah dengan memperlambat denyut dan
mengurangi kontraksi jantung. Dengan demikian, tekanan yang
disebabkan oleh pompa jantung juga berkurang. Beta-bloker juga
hormone renin yang mengurangi resistensi sistemik, sehingga
jantung dapat bekerja lebih ringan.
d. Bloker kanal kalsium (misalnya amlodipine(tensivask,
istin), felodipine (plendil))
Menurunkan tekanan darah dengan memblokade masuknya
kalsium ke dalam sel. Jika kalsium memasuki sel otot, maka otot
akan berkontraksi. Dengan menghambat kontraksi otot yang
melingkari pembuluh darah, pembuluh akan melebar sehingga
darah mengalir dengan lancar dan tekanan darah menurun.
e. Inhibitor ACE (misalnya captopril (capoten), ramipil
(triatec), perindropril (coversyl))
Menurunkan tekanan darah dengan memblokade produksi hormone
angiotensin II yang menyebabkan kontriksi pembuluh darah.
Dengan demikian obat ini dapat memperlebar pembuluh darah dan
mengurangi tekanan darah.
f. Bloker reseptor angiotensin (misalnya losartan (cozaar),
Irbesartan (Aprovel))
Bekerja dengan cara yang sama seperti inhibitor ACE yaitu dengan
memblokade efek kontriksi dari angiotensin II. Berbeda dengan
inhibitor ACE yang memblokade angiotensin II, ARB bekerja
dengan memblokade pengikatan angiotensin ke reseptor
spesifiknya, bukannya mengurangi produksi angiotensin. Oleh
maka pembuluh darah akan melebar dan tekanan dalam sistemik
berkurang (Palmer, 2007).
1.6 Perawatan Hipertensi di Rumah
Perubahan gaya hidup yang dokter anjurkan sebenarnya baik untuk
diterapkan oleh semua orang. Walaupun mereka tidak menyandang tekanan
darah tinggi. Beberapa saran perubahan gaya hidup yang dapat menurunkan
tekanan darah dan menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler adalah:
1. Menjaga Pola Hidup Sehat
Secara umum, semakin berat tubuh anda, semakin tinggi tekanan darah
anda. Jika anda menerapkan gaya hidup sehat dan olah raga teratur dan pola
makan seimbang, maka anda dapat mengurangi berat badan dan menurunkan
tekanan darah anda dengan cara-cara yang terkontrol. Untungnya, banyak
cara yang dapat anda lakukan untuk mengurangi berat badan, dapat juga
menurunkan tekanan darah dengan sendirinya. Mengurangi berat badan juga
menurunkan resiko diabetes, penyakit kardiovaskuler, dan kanker.
2. Mengurangi asupan garam
Terlalu banyak mengkonsumsi garam dapat meningkatkan tekanan darah
hingga ke tingkat yang membahayakan. Panduan teknisi dari British
Hypertension Society mengajurkan asupan natrium dibatasi sampai kurang
dari 2,4 gram sehari. Jumlah tersebut setara dengan 6 gram, yaitu sekitar satu
Ada lima cara untuk mengurangi asupan garam:
a. Jangan menambah garam meja pada makanan
b. Jangan menambah garam saat memasak
c. Gunakan bumbu lain selain garam untuk menambah rasa makanan
d. Perhatikan berapa banyak garam yang terkandung dalam saus dan
makanan yang diproses. Kurangi mengkonsumsi makanan tersebut
e. Hindari makanan yang berkadar natrium tinggi, seperti keripik,
kacang olahan yang diasinkan, daging olahan, dan keju.
3. Membatasi konsumsi alkohol, merokok dan kafein
Konsumsi alkohol dalam jumlah sedang sebagai bagian dari pola makan
yang sehat dan bervariasi tidak merusak kesehatan. Namun demikian, minum
alkohol secara berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah.
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun
hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil
dalam paru-paru diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak akan
bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena
tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok
menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan mengakibatkan tekanan
darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang
Kafein memiliki kemampuan mempersempit pembuluh darah ke otak
(vasokontriksi). Kafein bisa meningkatkan aliran darah keginjal dengan
akibat produksi urin bertambah, kandung kencing cepat penuh (Ineycermin,
2009).
Kafein dapat meningkatkan Adrenalin yang akan memacu saraf simpatis
yang berefek pada jantung berdebar, pikiran melompat-lompat, panas tubuh
meningkat dan berkeringat. Kondisi ini dapat membahayakan khususnya bagi
penderita penyakit jantung.
4. Olahraga
Bagi sebagian besar orang, menyelipkan jadwal olahraga ke dalam
kegiatan sehari-hari yang padat sangatlah sulit. Olah raga sebaiknya
dilakukan teratur dan bersifat aerobic, karena kedua sifat inilah yang dapat
menurunkan tekanan darah.
5. Lemak dan kolesterol
Lemak tak jenuh tunggal (misalnya minyak zaitun) dan lemak tak jenuh
ganda (misalnya lemak omega-3 dalam minyak ikan) telah terbukti dapat
menurunkan kadar kolesterol dan tekanan darah, sehingga keduanya dapat
menurunkan resiko penyakit jantung. Oleh karena itu bagi yang menderita
hipertensi disarankan mengganti lemak jenuh dengan lemak tak jenuh tunggal
dan lemak tak jenuh ganda omega-3 untuk menurunkan tekanan darah dan
6. Buah dan sayur
Meningkatkan konsumsi buah dan sayuran sudah jelas terbukti dapat
menurunkan tekanan darah.
2. Suku Aceh
2.1 Sejarah Kebudayaan Aceh
Kebudayaan Aceh banyak dipengaruhi oleh budaya-budaya melayu,
karena letak Aceh strategis dan merupakan jalur perdagangan maka masuklah
kebudayaan Timur Tengah. Beberapa budaya yang ada sekarang ini adalah
hasil dari akulturasi antara budaya Melayu, Timur Tengah dan Aceh sendiri.
Suku bangsa yang mendiami Aceh merupakan keturunan orang-orang
Melayu dan Timur Tengah, hal ini menyebabkan wajah-wajah orang Aceh
sedikit berbeda dengan orang Indonesia yang lainnya.
Pada abad ke XVI, Aceh memegang peranan penting sebagai daerah
transit barang-barang komoditi dari Timur ke Barat. Aceh juga dikenal
sebagai daerah pertama masuknya Islam ke nusantara. Para pedagang dari
Saudi Arabia, Turki, Gujarat dan India yang beragama Islam singgah di Aceh
dalam perjalanan mereka ke Indonesia. Aceh terletak pada jalur perdagangan
internasional yang merupakan daerah pertama yang mereka singgahi di Asia
Tenggara. Kemudian sekitar akhir abad ke XII di Aceh telah berdiri sebuah
kerajaan besar yaitu kerajaan Pasai yang bukan saja bandar paling penting
bagi perdagangan, namun juga sebagai pusat penyebaran agama Islam baik ke
Pendaratan Portugis di Aceh pada tahun 1509 mengunjungi kerajaan
Pedir (Pidie) dan Pasai untuk mencari sutra. Portugis menaklukkan Malaka
(Malaysia) pada tahun 1511, yang menyebabkan Sultan Aceh marah dan
mengirimkan armada untuk membebaskan Malaka. Namun usaha tersebut
gagal bahkan Syech Syamsuddin Assumatrani yaitu salah seorang ulama
besar Aceh turut tewas dan dikebumikan disana.
Malaka baru dapat dibebaskan pada masa Sultan Iskandar Muda, serta
jalur perdagangan di Selat Malaka kembali dikuasai oleh Aceh Darussalam.
Bukti sejarah yang masih tersisa adalah mesjid, tugu dan batu nisan orang
Turki yang ada di desa Bitai (3 km dari Banda Aceh).
Awal Juni 1602 saudagar-saudagar Inggris oleh Ratu Elizabeth dikirim
ke Aceh untuk melakukan hubungan kerja sama. Namun karena keserakahan
V.O.C, Belanda mengumumkan perang atas Aceh pada tanggal 14 April
1873, yang merupakan perang terpanjang dalam sejarah dunia yaitu lebih
kurang 69 tahun (1873-1942).
Jepang mendarat di Aceh pada tahun 1942 dan di sambut baik oleh
Aceh. Namun kemudian Aceh merasa ditipu dan mengangkat senjata
memerangi Jepang. Jepang berada di Aceh hanya 2,5 tahun. Sepanjang
keberadaan Jepang, ada dua pertempuran yang sulit untuk di lupakan yaitu di
Pandrah (Aceh Utara) dan di Cot Plieng (Aceh Utara). Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 sedikit
banyaknya telah membebaskan Aceh dari belenggu perang yang
2.2 Mata Pencaharian
Mata pencaharian pokok orang Aceh adalah bertani di sawah dan di
ladang, dengan tanaman pokok berupa padi, cengkeh, lada, pala, kelapa, dll.
Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai umumnya menjadi nelayan.
2.3 Sistem Kekerabatan
Dalam sistem kekerabatan, bentuk kekerabatan yang terpenting adalah
keluarga inti dengan prinsip keturunan bilateral. Adat menetap sesudah
menikah bersifat matrilokal, yaitu tinggal di rumah orang tua istri selama
beberapa waktu. Sedangkan anak merupakan tanggung jawab ayah
sepenuhnya.
Dalam sistem kekerabatan tampaknya terdapat kombinasi antara
budaya Minangkabau dan Aceh. Garis keturunan diperhitungkan berdasarkan
prinsip bilateral, sedangkan adat menetapkan sesudah nikah adalah uxorilikal
(tinggal dalam lingkungan keluarga pihak wanita). Kerabat pihak ayah
mempunyai kedudukan yang kuat dalam hal pewarisan dan pewalian,
sedangkan ninik mamak berasal dari kerabat pihak ibu. Kelompok
kekerabatan yang terkecil adalah keluarga inti yang disebut rumah tanggo.
Ayah berperan sebagai kepala keluarga yang mempunyai kewajiban
memenuhi kebutuhan keluarganya. Tanggung jawab seorang ibu yang utama
2.4 Sistem Pelapisan Sosial
Pada masa lalu masyarakat Aceh mengenal beberapa lapisan sosial
diantaranya ada 4 golongan masyarakat, yaitu golongan keluarga sultan,
golongan ulee balang, golongan ulama, dan golongan rakyat biasa.
Golongan-golongan keluarga sultan merupakan keturunan bekas sultan-sultan yang
pernah berkuasa. Panggilan yang lazim untuk keturunan sultan ini adalah
ampon untuk laki-laki dan cut untuk perempuan. Golongan ulee balang
adalah orang-orang keturunan bawahan para sultan yang menguasai
daerah-daerah kecil di bawah kerajaan. Biasanya mereka bergelar teuku. Sedangkan
para ulama atau pemuka agama lazim disebut tengku.
2.5 Sistem Kemasyarakatan
Bentuk kesatuan hidup setempat yang terkecil disebut gampong
(kampung/desa) yang dikepalai oleh seorang Geucik atau Keucik. Dalam
setiap gampong ada sebuah meunasah (madrasah) yang dipimpin seorang
Imeum Meunasah. Kumpulan dari beberapa gampong disebut mukim yang
dipimpin oleh seorang Uleebalang, yaitu para panglima yang berjasa kepada
sultan. Kehidupan sosial dan keagamaan di setiap gampong dipimpin oleh
pemuka-pemuka adat dan agama, seperti Imeum Meunasah, Teungku Khatib,
2.6. Agama
Aceh termasuk salah satu daerah yang paling awal menerima agama
Islam. Oleh sebab itu, provinsi ini dikenal dengan sebutan “Serambi Mekah”,
maksudnya “Pintu Gerbang” yang paling dekat antara Indonesia dengan
tempat darimana agama tersebut berasal. Meskipun demikian kebudayaan asli
Aceh tidak hilang begitu saja, sebaliknya beberapa unsur kebudayaan
setempat mendapat pengaruh dan berbaur dengan kebudayaaan Islam.
Dengan demikian kebudayaan hasil akulturasi tersebut melahirkan corak
kebudayaan Islam-Aceh yang khas. Di dalam kebudayaan tersebut masih
terdapat sisa-sisa kepercayaan animisme, dan dinamisme.
2.7 Bahasa
Bahasa yang digunakan orang Aceh termasuk dalam rumpun bahasa
Austronesia yang terdiri dari beberapa dialek, antara lain dialek Pidie, Aceh
Besar, Meulaboh, serta Matang. Dilihat dari segi bahasa, kosa kata bahasa
aneuk jamee yang berasal dari bahasa Minangkabau lebih dominan daripada
kosakata bahasa Aceh. Penggunaan bahasa aneuk jamee dibedakan atas
beberapa dialek, antara lain dialek Samadua dan dialek Tapak Tuan.
2.8 Kesenian
Corak kesenian Aceh memang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan
Islam, namun telah diolah dan disesuaikan dengan nilai-nilai budaya yang
dan Seudati Tunang. Seni lain yang dikembangkan adalah seni kaligrafi arab,
seperti yang banyak terlihat pada berbagai ukiran mesjid, rumah adat, alat
upacara, perhiasan, dan sebagainya. Selain itu berkembang seni sastra dalam
bentuk hikayat yang bernafaskan Islam, seperti hikayat Perang Sabil.
Bentuk-bentuk kesenian Aneuk Jamee berasal dari dua budaya yang
berasimilasi. Orang Aneuk Jamee mengenal kesenian Seudati, Dabus
(Dabuih), dan Ratoh yang memadukan unsur tari, musik, dan seni suara.
Selain itu dikenal Kaba yaitu seni bercerita tentang seorang tokoh yang
dibumbui dengan dongeng (Andrian, 2008).
3. Keluarga
3.1 Defenisi
Duval dan Logan (1986) menguraikan defenisi keluarga adalah:
“sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang
bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga.”
Bailon dan Maglaya (1978) mendefenisikan keluarga sebagai berikut:
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai peran masing-masing dan
Spredley dan Allender (1996) mendefenisikan keluarga adalah satu atau
lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional
dan mengembangkan dalam interaksi sosial, peran dan tugas.
Menurut BKKBN (1992), Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat
yang terdiri dari suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan
anaknya.
3.2 Karakteristik keluarga
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
perkawinan atau adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka
teteap memperhatikan satu sama lain
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial suami, istri, anak, kakak, adik.
4. Mempunyai tujuan; (a) menciptakan dan mempertahankan budaya, (b)
meningkatkan perkembangan fisik, psikologi, dan sosial anggota.
3.3 Fungsi Keluarga
Fiedmann (1986) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai
berikut:
1. Fungsi afektif
a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan
orang lain diluar keluarga/masyarakat.
b. Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan
tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru. Ikatan antara anggota keluarga
dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada
berbagai aspek kehidupan anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dimulai
individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan
dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat individu untuk
belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan
keluarga dicapai melalui interaksi dan hubungan antar anggota yang
diwujudka n dalam sosialisasi.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,
selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi untuk memenuhi kebutuhan
anggota keluarga seperti makan, pakaian dan tempat tinggal.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan
kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.
Tugas kesehatan kelurga adalah sebagai berikut:
1. Mengenal masalah kesehatan
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
5. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat (Setyowati, 2008).
3.4 Peran Perawat Keluarga
Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga dalam
menyelesaikan masalah atau melakukan perawatan kesehatan keluarga,
diantaranya sebagai berikut:
1. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dengan
a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara
mandiri
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
2. Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai, koordinasi juga sangat diperlukan untuk
mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak
terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
3. Pelaksanaan
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah, klinik
maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan
langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga
yang sakit, perawat dapat mendemontrasikan kepada keluarga asuhan
keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan
asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit.
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home visit atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan
pengkajian tentang kesehatan keluarga. Perawat tidak hanya melakukan
kunjungan tetapi mengharapkan ada tindak lanjut dari kunjungan ini.
5. Konsultan
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah
perawat dan keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka
dan dipercaya.
6. Kolaborasi
Sebagai perawat di komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan
di rumah sakit, puskesmas, dan anggota tim kesehatan yang lain untuk
mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal, kolaborasi tidak hanya
dilakukan sebagai perawat di rumah sakit tetapi juga di keluarga dan komunitas
dapat dilaksanakan.
7. Fasilitator
Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga dalam
menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.
Kendala yang sering dialami oleh keluarga adalah keraguan di dalam
menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi, dan sosial budaya. Agar
dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas
harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan, misalnya sistem rujukan dan
dana sehat.
8. Penemu Kasus
Peran perawat komunitas yang sangat penting adalah mengidentifikasi
kesehatan secara dini (case finding), sehingga tidak terjadi ledakan atau
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik
lingkungan rumah, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekitarnya agar
dapat tercipta lingkungan yang sehat.
4. Perawatan hipertensi dirumah
4.1 Pengertian perawatan dirumah
Perawatan kesehatan di rumah merupakan salah satu jenis dari perawatan
jangka panjang (long term care) yang dapat diberikan oleh tenaga profesional
yang telah mendapat pelatihan. Perawatan kesehatan di rumah yang merupakan
salah satu bentuk pelayanan kesehatan adalah suatu komponen rentang
kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada
individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan serta
memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit
termasuk penyakit terminal. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasi dan disediakan oleh pemberi
pelayanan yang diorganisir untuk memberi home care melalui staf atau
pengaturan berdasarkan perjanjian atau kombinasi dari keduanya (Warholac,
1980).
Sherwen (1991) mendefenisikan perawatan kesehatan di rumah sebagai
bagian integral dari pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk
untuk mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang
mereka hadapi.
Menurut American of Nurses Association (ANA) tahun 1992, pelayanan
kesehatan di rumah adalah perpaduan perawatan kesehatan masyarakat dan
ketrampilan teknis yang terpilih dari perawat spesialis yang terdiri dari perawat
komunitas, perawat gerontology, perawat pskiatri, perawat maternitas dan
perawat medikal bedah.
4.2 Tujuan Perawatan Kesehatan dirumah
1. Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan
kualitas hidupnya.
2. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota
keluarga dengan masalah kesehatan dan kecatatan.
3. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antara keluarga
4. Membantu klien pulang atau kembali ke rumah dan mendapatkan
perawatan yang diperlukan atau perawatan paliatif
5. Biaya kesehatan akan lebih terkendali
4.3 Ruang lingkup keperawatan di rumah
1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
2. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik.
3. Pelayanan rehabilitasi dan rujukan
4. Pelayanan informasi dan rujukan
6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial
4.4 Mekanisme Perawatan
Pasien/klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat
merupakan rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit,
maupun puskesmas, namun pasien/klien dapat langsung menghubungi agensi
pelayanan keperawatan di rumah atau praktek keperawatan perorangan untuk
memperoleh pelayanan. Mekanisme yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Pasien/klien paska rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih
dahulu oleh dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk
dirawat di rumah atau tidak.
2. Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat
dirumah, maka dilakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang
merupakan staf dari pengelola atau agensi perawatan kesehatan di rumah,
kemudian bersama-sama klien dan keluarga, akan menentukan
masalahnya, dan membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat
kesepakatan pelayanan apa yang akan diterima oleh klien, kesepakatan
juga mencakup jenis pelayanan, jenis peralatan, dan jenis sitem
pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.
3. Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan
pelaksana yang direkrut oleh pengelola perawatan di rumah. Pelayanan
koordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap kegiatan yang
dilaksanakan oleh tenaga pelaksanaan pelayanan harus diketahui oleh
koordinator kasus.
4. Secara periodik koordinator kasus akan melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan
kesepakatan.
4.5 Fase-fase perawatan di rumah
1. Fase Persiapan
Struktur organisasi yang di dalamnya ada pemimpin home care,
manager administrasi, manager pelayanan, koordinator kasus dan
pelaksana pelayanan.
2. Fase implementasi
Case manager menugaskan surveyor untuk melakukan pengkajian
kebutuhan klien dan perawat pelaksana untuk merawat klien. Hasil
pengkajian awal sebagai referensi untuk merencanakan kebutuhan klien
selanjutnya di buat kesepakatan dengan keluarga (waktu, biaya dan sistem
perawatan yang dipilih) surveyor memantau pelaksanaan pelayanan
3. Fase terminasi
Perawat menyelesaikan tugas sesuai kontrak yng disepakati surveyor
menyerahkan rekap peralatan dan biaya selama perawatan. Kolektor
melakukan kunjungan ke keluarga untuk menyelesaikan administrasi.
4. Fase paska kunjungan
Evaluasi pelayanan home care pada pasien/keluarga dengan
a. Angket
b. Perteleponan
c. Lewat email
d. Kunjungan mengenai: pelayanan perawatan, komunikasi, sarana dll.
4.6 Diet / Makanan Terbaik untuk Penderita Hipertensi
Pengaturan pola dan jenis makanan yang tepat adalah kunci penting
mencegah hipertensi. Berikut beberapa makanan yang baik penyandang
hipertensi.
1. Ikan
Diantara semua produk hewan, ikan paling menyehatkan, tinggi protein
dan rendah lemak. Kandungan asam lemak omega-3 membantu mencegah
pembentukan plak pada dinding pembuluh darah, mengurangi peradangan dan
mencegah tekanan darah tinggi. Minyak flaxseed, semisal minyak ikan, kaya
2. Jus Seledri
Orang Cina sudah lama menggunakan jus seledri untuk tekanan darah
tinggi. Minum jus seledri dua sampai tiga gelas per hari dapat mencegah
tekanan darah tinggi atau mengembalikan tekanan darah ke level normal.
Sebagai tambahan seledri juga bagus untuk orang dengan penyakit asam urat
3. Minyak Zaitun
Sejak lama digunakan dalam diet ala mediterania dan menunjukkan
manfaat terhadap lemak darah dan menurunkan tekanan dalam masakan
maupun salad
4. Buah dan sayur aneka warna
Dua item ini wajib dikonsumsi oleh orang hipertensi setiap hari.
5. Ketimun
Buah berair ini banyak membantu hidrasi tubuh dan menurunkan tekanan
pada pembuluh nadi. Makanlah dua buah ketimun setiap hari selama dua
minggu dan lihat hasilnya.
6. Cuka apel
Selama puluhan tahun, cuka apel yang didapat dari fermentasi buah apel
diklaim mampu mengobati berbagai penyakit diantaranya: mengencerkan
tekanan darah dan menurunkan tekanan darah
Pada pagi hari saat perut masih kosong, minumlah segelas air hangat
yang dicampur satu sendok makan cuka apel dan satu sendok madu secara
teratur. Ini bertujuan melancarkan pencernaan agar tidak kesulitan buang air
memicu tekanan darah meningkat. Jika ada yang baik maka ada yang jahat,
beberapa makanan yang tidak baik orang hipertensi dan harus dihindari adalah
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
1. Kerangka Konseptual
Penelitian ini menggambarkan tentang perawatan pasien hipertensi yang
dilakukan oleh keluarga di desa Gampong Arafah Kecamatan Samadua
Kabupaten Aceh Selatan.
Saat ini angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi.
Jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia diperkirakan 972 juta jiwa atau setara
dengan 26,4 persen populasi orang dewasa. Angka prevalensi hipertensi di
Indonesia berdasarkan Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007 mencapai 30
persen dari populasi. Dari jumlah itu, 60 persen penderita hipertensi berakhir pada
stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal dan kebutaan. Sementara di
dunia barat, hipertensi justru banyak menimbulkan gagal ginjal, oleh karena itu
perlu digalakkan pada masyarakat mengenai pengobatan dan perawatan
hipertensi.
Bagi penderita, berada di lingkungan sekitar rumah yang sudah dikenal
bersama-sama dengan anggota keluarga, adalah hal yang sangat penting. Bagi
kebanyakan penderita, ia merasa lebih senang bila dirawat oleh orang yang
mereka kasihi dan percayai, di dalam lingkungan yang sudah dikenalnya. Namun,
bagi seorang pemberi pelayanan, merawat orang sakit dapat menjadi beban yang
menakutkan dan membuat cemas. Anda dapat merasakan bahwa anda marah,
dokter atau perawat akan membantu, sehingga ketakutan anda akan berkurang dan
anda beserta anggota keluarga yang lain akan benar-benar memahami mengenai
apa-apa yang diperlukan oleh orang sakit (Hastings, 2005).
Pengobatan dan perawatan yang dilakukan di rumah tentunya akan
memberikan pengaruh dan dampak tersendiri terhadap penyembuhan atau
perbaikan keadaan umum pasien dengan hipertensi. Perawatan yang dilakukan di
rumah oleh keluarga tentu juga tidak terlepas dari faktor kepercayaan dan
kebudayaan yang dianut. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diidentifikasi
bagaimanaa perawatan yang dilakukan keluarga yang sesuai dengan standar
kesehatan dan yang tidak sesuai dengan standar kesehatan berkaitan dengan
faktor-faktor tersebut.
Skema 1. Kerangka konsep perawatan hipertensi oleh keluarga di rumah
2. Defenisi Operasional
3. Defenisi operasional
Gambaran perawatan yang dilakukan oleh keluarga dalam merawat pasien 2.
Perawatan Hipertensi di Rumah
1. Menjaga pola hidup sehat
2. Mengurangi makan
garam
3. Membatasi konsumsi alkohol, rokok dan kafein
4. Olahraga
5. Mengurangi konsumsi
2. Defenisi Operasional
Perawatan hipertensi di rumah baik perawatan yang sesuai dengan standar
kesehatan maupun yang kurang atau tidak sesuai dengan standar kesehatan,
dengan tujuan mengoptimalkan kualitas hidup para pasien dengan hipertensi yang
dirawat di rumah di desa Gampong Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif
yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
perawatan hipertensi yang dilakukan oleh keluarga Suku Aceh di Gampong
Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.
2. Populasi dan Sampel
2.1 Populasi
Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2008). Di dalam penelitian ini yang diambil sebagai
populasi adalah seluruh keluarga yang memiliki anggota keluarga penderita
hipertensi dan dirawat di rumah yang bertempat tinggal di Gampong Arafah
Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan. Berdasarkan data dari
Puskesmas Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan penderita
hipertensi tahun 2009 berjumlah 613 orang.
2.2 Sampel
Di dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah teknik convinience sampling, dengan pertimbangan besarnya cakupan
sebanyak 10-15 % (Arikunto, 2006). Berdasarkan hal tersebut, peneliti
mengambil sampel sebanyak 15% dari 613 orang yaitu sebanyak 92 orang.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Gampong Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten
Aceh Selatan, dengan beberapa pertimbangan, yaitu jumlah penderita hipertensi
yang dirawat di rumah cukup banyak, selain itu lokasi penelitian mudah
dijangkau,dan belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Alokasi waktu
untuk penelitian sampai dengan laporan hasil penelitian adalah minggu ke-3 Juni
sampai minggu ke-1 September 2010.
4. Pertimbangan Etik
Penelitian ini akan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Dekan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara dan kepala desa Gampong
Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan. Sebelum penelitian
dilakukan, peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan penelitian,
bagaimana proses pengambilan populasi serta bagaimana data ditangani untuk
menjaga kerahasiaan responden.
Untuk menjaga kerahasiaan responden peneliti tidak mencantumkan data-data
yang tidak dikehendaki oleh responden untuk dicantumkam. Selain itu penelitian
ini juga disertakan surat persetujuan (informed concent) kepada kepala desa dan
responden. Kemudian peneliti mulai mengumpulkan data dengan memberikan
mengisi dan menandatangani lembar persetujuan, peneliti menjelaskan maksud,
tujuan, manfaat dan efek serta prosedur penelitian. Bila responden tidak bersedia
menandatangani lembar persetujuan dapat dinyatakan secara lisan. Responden
berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian ini, atau menarik kesediaannya
pada proses pengumpulan data.
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama
lengkap tetapi hanya mencantumkan inisial nama responden atau memberi kode
pada masing-masing lembar pengumpulan data. Kerahasiaan informasi responden
dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan
sebagai hasil penelitian.
5. Instrumen Penelitian
Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk angket
(kuisioner) yang pertanyaannya dibuat oleh peneliti dan disesuaikan dengan
teoritis. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu kuesioner
data demografi dan kuesioner tentang perawatan hipertensi yang dilakukan oleh
keluarga di rumah.
a. Kuesioner Data Demografi
Instrumen penelitian tentang pengumpulan data demografi terdiri dari:
b. Kuesioner Perawatan Hipertensi di Keluarga
Instrumen penelitian tentang perawatan hipertensi di rumah oleh keluarga
terdiri dari 20 pertanyaan. Dimana 9 pertanyaan mengenai pola hidup sehat
yaitu pertanyaan nomor 1 sampai 9, 3 pertanyaan mengenai mengurangi
konsumsi garam yaitu dari nomor 10 sampai 12, 3 pertanyaan mengenai
membatasi konsumsi alkohol, rokok dan kafein yaitu dari nomor 13 sampai
15, 2 pertanyaan mengenai olah raga yaitu nomor 16 dan 17, 2 pertanyaan
mengenai konsumsi lemak dan kolesterol yaitu nomor 18 dan 19, 1
pertanyaan mengenai meningkatkan konsumsi buah dan sayur yaitu nomor
20.
Data mengenai perawatan hipertensi yang dilakukan oleh keluarga di rumah
dilakukan dengan wawancara dan dibantu dengan pertanyaan yang telah dibuat
oleh peneliti. Bentuk pertanyaan menggunakan skala Likert dengan pilihan
jawaban dalam rentang skala 1-4, yaitu 1= tidak pernah, 2= kadang-kadang, 3=
sering, 4= selalu (Arikunto, 2006).
6. Validitas Instrumen Penelitian
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas yang tinggi, dan juga sebaliknya (Arikunto, 2006).
Instrumen dikatakan valid jika instrumen itu mampu mengukur yang
dikatakan bahwa instrumen dianggap valid jika instumen itu dapat dijadikan alat
untuk mengukur yang akan diukur (Danim, 2003).
Untuk menilai apakah kuesioner tersebut dapat diuji dengan dua cara yaitu
dengan melakukan uji instrumen atau dengan memvalidasi kuesioner kepada
seorang ahli di bidangnya. Dalam uji validitas ini kuesioner akan dikonsultasikan
dengan seorang staf pengajar Komunitas Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara, yaitu Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp. MNS.
7. Reliabilitas Instrumen Penelitian
Reliabilitas adalah sifat konsistensi hasil yang dicapai oleh sebuah alat
ukur, meskipun digunakan berulang-ulang pada subjek yang sama atau berbeda
(Danim, 2003). Menurut Arikunto (2006) reliabilitas menunjuk pada suatu
pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
8. Proses Pengumpulan Data
Prosedur awal peneliti adalah dengan mengajukan permohonan izin
pelaksanaan penelitian pada Fakultas Keperwatan Universitas Sumatera Utara,
kemudian izin yang diperoleh dipergunakan untuk dibawa pada saat penelitian
dilakukan di Desa Gampong Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh
Selatan.
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan menyebarkan angket
keluarga dalam merawat pasien hipertensi, dengan terlebih dahulu memberikan
penjelasan dan petunjuk kepada responden mengenai cara pengisian kuesioner.
Setelah semua kuesioner terisi dan dikembalikan kepada peneliti, maka dapat
dilakukan proses analisa data.
9. Analisa Data
Data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner kemudian diolah, dengan
langkah-langkah:
a. Editing atau memeriksa, mengecek kelengkapan data termasuk isi instrumen
yakni mengecek apakah semua kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk.
b. Coding atau memberi tanda, yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari
para responden ke dalam kategori-kategori dan diklasifikasikan dengan cara
memberi tanda atau kode untuk mempermudah melakukan tabulasi dan
analisa data.
c. Tabulasi, yaitu jawaban yang telah diberi kode kategori jawaban, kemudian
dimasukkan ke dalam tabel.
d. Analisa data, yaitu menganalisa data yang telah dimasukkan ke dalam tabel
yaitu, data demografi dan pertanyaan mengenai perawatan hipertensi yang
dilakukan oleh keluarga di rumah, untuk kemudian disajikan ke dalam
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang Perawatan
Hipertensi oleh Keluarga Suku Aceh di Gampong Arafah Kecamatan Samadua
Kabupaten Aceh Selatan. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus 2010
dan jumlah seluruh responden dalam penelitian ini sebanyak 92 keluarga.
Berikut ini dijabarkan deskripsi dan persentase karakteristik responden dan
perawatan penderita hipertensi oleh Keluarga Suku Aceh di Gampong Arafah
Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.
1.1 Deskripsi karakteristik responden
Deskripsi karakteristik responden mencakup umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan dapat dilihat pada tabel 5.1. Data yang diperoleh
menunjukkan mayoritas responden berumur diantara 40-57 tahun (42,4%) . Jenis
kelamin mayoritas adalah perempuan (58,7%). Jenjang pendidikan
SMU/sederajat sebanyak 34 orang (37,0%). Serta mayoritas responden bekerja
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (N=92)
Karakteristik responden Frekuensi Persentase%
Usia
Ibu Rumah Tangga
1.2 Perawatan Hipertensi oleh Keluarga Suku Aceh di Gampong Arafah
Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.
Hasil penelitian pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa responden dari
keluarga suku Aceh memiliki perawatan yang baik sebanyak 37 responden
(39,7%), perawatan yang cukup sebanyak 52 responden (56,9%), dan perawatan
yang kurang baik sebanyak 3 responden (2,7 %).
1.3 Deskripsi responden berdasarkan jawaban terhadap perawatan hipertensi oleh
suku Aceh
Pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa pada pernyataan perawatan hipertensi
oleh keluarga suku aceh yaitu keluarga menganjurkan anggota keluarga yang
menderita tekanan darah tinggi mengontrol berat badan setiap bulan menjawab
kadang-kadang dengan jumlah responden 44 (47,8), keluarga menganjurkan
anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi mengontrol tekanan darah
setiap minggu dijawab kadang-kadang sebanyak 47 (51,1), keluarga
menganjurkan anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi minum obat
sesuai ketentuan dijawab selalu sebanyak 42 (45,7), keluarga melarang anggota
keluarga yang menderita tekanan darah tinggi minum obat yang dibeli dipasaran
dijawab selalu sebanyak 29 (31,5), keluarga menganjurkan kepada anggota
keluarga yang menderita tekanan darah tinggi untuk minum air putih 2 L atau 8
gelas setiap hari dijawab kadang-kadang sebanyak 35 (38,0), keluarga
menganjurkan anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi untuk
kadang-kadang sebanyak 34 (37,0), keluarga menganjurkan kepada anggota keluarga yang
menderita tekanan darah tinggi supaya tidur sebelum jam 22.00 WIB dijawab
kadang-kadang sebanyak 35 (38,0), keluarga membantu anggota keluarga yang
menderita tekanan darah tinggi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi
untuk mencegah stess dijawab selalu sebanyak 47 (51,1), keluarga menganjurkan
anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi untuk mengungkapkan
masalah-masalah yang dihadapinya dijawab selalu sebanyak 47 (51,1), keluarga
mengurangi garam dalam memasak masakan kepada anggota keluarga yang
menderita darah tinggi dijawab selalu sebanyak 36 (39,1), keluarga melarang
anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi untuk mengkonsumsi ikan
asin dijawab kadang-kadang sebanyak 34 (37,0), keluarga melarang anggota
keluarga yang menderita tekanan darah tinggi untuk mengkonsumsi makanan
tinggi garam dalam kehidupan sehari-hari dijawab selalu sebanyak 34 (37,0),
keluarga menganjurkan anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi
untuk tidak minum kopi dijawab selalu sebanyak 38 (41,3), keluarga melarang
anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi minum minuman
beralkohol dijawab tidak pernah sebanyak 60 (65,2), keluarga menganjurkan
anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi untuk menghindari asap
rokok dijawab tidak pernah sebanyak 37 (40,2), keluarga menganjurkan anggota
keluarga yang menderita tekanan darah tinggi untuk rajin berolahraga dijawab
kadang-kadang sebanyak 29 (31,5), keluarga melarang anggota keluarga yang
menderita tekanan darah tinggi untuk melakukan aktivitas yang berat dijawab
menderita tekanan darah tinggi mengkonsumsi daging berlemak dalam kehidupan
sehari-hari dijawab selalu sebanyak 31 (33,7), keluarga dalam menyiapkan
makanan untuk anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi lebih
banyak menyiapkan makanan yang dimasak dengan cara direbus atau dikukus
seperti sayur-sayuran dijawab kadang-kadang sebanyak 43 (46,7), keluarga
menyiapkan makanan yang berserat tinggi seperti buah dan sayur di rumah
dijawab tidak pernah sebanyak 11 (12,0).
2. Pembahasan
Dalam pembahasan ini dijabarkan hasil penelitian tentang Perawatan
Penderita Hipertensi oleh Keluarga Suku Aceh di Gampong Arafah Kecamatan
Samadua Kabupaten Aceh Selatan.
Dari hasil pengetahuan diketahui bahwa sebagian besar responden berusia
40-57 tahun, dan jenis kelamin perempuan 54 orang (58,7%). Ini terjadi karena
perbedaan gaya hidup antara laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki lebih
cenderung mempunyai kebiasaan hidup buruk seperti merokok, minum alkohol
dan bergadang, yang mengakibatkan jumlah penderita tekanan darah tinggi berada
pada jenis kelamin laki-laki. Mayoritas pendidikan responden SMU/sederajat,
keadaan ini disebabkan karena mayoritas responden berada pada rentang usia
40-57 tahun, dimana pada masa mayoritas responden bersekolah, sarana untuk
melanjutkan sekolah masih minim dan jauh di pusat kota yang berjarak tempuh 24
responden yang mayoritas adalah pegawai negeri, keadaan ini disebabkan karena
mayoritas responden mendapatkan pekerjaan sebagai pegawai negeri pada masa
dibutuhkannya tenaga pegawai dalam jumlah banyak, yang jauh berbeda dengan
masa sekarang. Selain itu anggapan bahwa dengan bekerja sebagai pegawai
negeri, pada masa tua kita akan tetap dapat menikmati dana pensiunan.
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan
bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden
hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia manusia, ini sering di
sebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung,
pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun
akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur (Julianti,
2005).
Dari hasil penelitian ini juga diketahui bahwa sebagian responden
melakukan perawatan yang cukup dalam merawat penderita hipertensi oleh
keluarga yaitu 52 orang (56,9%), hal ini disebabkan karena mayoritas keluarga
memiliki kesibukan masing-masing di luar rumah sehingga perawatan yang
didapatkan oleh anggota keluarga mereka yang menderita hipertensi belum
maksimal. Selain itu, hal yang menyebabkan perawatan hipertensi yang cukup
tersebut adalah kebiasaan keluarga dalam penyajian makanan, dimana keluarga
tidak terlalu patuh pada nasehat dokter mengenai pembatasan garam dalam
makanan. Dikarenakan juga kebiasaan dari kecil, yang terbiasa mengkonsumsi
perawatan melainkan juga karena penderita hipertensi itu sendiri tidak patuh
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan BAB 5, dapat diambil
kesimpulan mengenai deskriptif dari karakteristik responden, perawatan hipertensi
oleh keluarga suku aceh di Gampong Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten
Aceh Selatan.
Penelitian dilakukan terhadap 92 responden keluarga penderita hipertensi,
dimana usia responden mayoritas pada usia 40-57 tahun (42,4%), dan mayoritas
jenis kelamin responden adalah perempuan sebanyak 54 orang (58,7%), mayoritas
pendidikan responden adalah SMU/sederajat, yaitu 34 orang (37,0%), responden
sebagian besar juga memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri, yaitu 38 orang
(41,3%).
2. Saran
2.1Untuk Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi baru tentang
2.2Untuk Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini hanya memperhatikan perawatan hipertensi oleh keluarga
suku Aceh, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengidentifikasi faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT
Rineka Cipta
Blais, Koenig. Kathleen (2006). Keperawatan Profesional Konsep dan Perspektif, Jakarta: EGC
Forum Masyarakat Sehat dan Sejahtera (2008). Perawatan Home Care pada Pasien Hipertensi, dibuka pada website http://stikeskabmalang.wordpress.com, pada tanggal 5 April 2010
Graber, A. (2006). Buku Saku Dokter Keluarga, Jakarta: EGC
Hastings, Diana (2005). Pedoman Keperawatan di Rumah, Jakarta: EGC
Hayens, Brian. Leenen (2003). Buku Pintar Menaklukkan Hipertensi, Jakarta: Ladang Pustaka & Intimedia
Muhammadun, AS. (2010). Hidup Bersama Hipertensi, Jogjakarta: In-Books
Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Palmer, Anna. Williams (2007). Tekanan Darah Tinggi, Jakarta: Penerbit Erlangga
Prabowo, Pramonohadi. Joewono (2003). Ilmu Penyakit Jantung, Jakarta: Airlangga University Press
Rab, Tabrani (2008). Agenda Gawat Darurat (Critical Care) Jilid 2, Bandung: PT. Alumni
Riwidikdo, Handoko (2009). Perawatan Pasien Penyakit Dalam, Jogjakarta: Mitra Cendikia Press
Ruhyanudin, Faqih (2007). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler, Malang: UMM Press
Setyowati, Sri. Murwani (2008) Asuhan Keperawatan Keluarga, Jogjakarta: Mitra Cendikia Press
Lampiran 1
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PERAWATAN HIPERTENSI OLEH KELUARGA SUKU ACEH DI GAMPONG ARAFAH
KECAMATAN SAMADUA KABUPATEN ACEH SELATAN
Saya yang bernama Sofia Elfiani/ 091121006, mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini sedang melakukan penelitian
dengan judul “Perawatan Hipertensi oleh Keluarga Suku Aceh di Gampong
Arafah Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan”. Penelitian ini merupakan
salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui
perawatan penderita hipertensi di rumah oleh keluarga suku Aceh.
Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan Saudara/i untuk
menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya memohon kesediaan
Saudara/i memberikan jawaban berdasarkan kuesioner dengan jujur dan apa
adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai
bukti kesukarelaan Saudara/i.
Terima kasih atas pertisipasi Saudara/i dalam penelitian ini.
Medan, Juni 2010
Peneliti, Responden,
Lampiran 2
KUISIONER PENELITIAN
Perawatan Hipertensi oleh Keluarga suku Aceh di Gampong Arafah
Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan
1. Data Demografi
Berilah tanda check list (√) pada pertanyaan di bawah ini pada kotak yang
tersedia.
1. Nomor Responden :
2. Umur : Tahun
3. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki
2. Perempuan
4. Pendidikan : 1. SD/Sederajat
2. SMP/Sederajat
3. SMU/Sederajat
4. D1-D3/Sederajat
5. S1 – Keatas
5. Pekerjaan : 1. Tani
2. Pegawai Negeri
3. Wiraswasta
4. Nelayan
II. Kuesioner Perawatan Penderita Hipertensi di Keluarga Suku Aceh
Petunjuk pengisian: Berilah tanda (√) pada setiap kolo m jawaban yang tersedia di
bawah ini dengan perawatan yang Bapak/ Ibu berikan kepada anggota keluarga
yang menderita tekanan darah tinggi. Dimana, TP: tidak pernah, KD:
kadang-kadang, dan SL: selalu, SR: sering.
No. Pertanyaan TP KD SL SR
1. Keluarga menganjurkan anggota keluarga
yang menderita tekanan darah tinggi
mengontrol berat badan setiap bulan
2. Keluarga menganjurkan anggota keluarga
yang menderita tekanan darah tinggi
mengontrol tekanan darah setiap minggu
3. Keluarga menganjurkan anggota keluarga
yang menderita tekanan darah tinggi
minum obat sesuai ketentuan
4. Keluarga melarang anggota keluarga yang
menderita tekanan darah tinggi meminum
obat yang dibeli dipasaran
5. Keluarga menganjurkan kepada anggota
keluarga yang menderita tekanan darah
tinggi untuk minum air putih 2 L/8 gelas
6. Keluarga menganjurkan anggota keluarga
yang menderita tekanan darah tinggi untuk
mengontrol kesehatan ke puskesmas atau
petugas kesehatan
7. Keluarga menganjurkan kepada anggota
keluarga yang menderita tekanan darah
tinggi supaya tidur sebelum jam 22.00
WIB
8. Keluarga membantu anggota keluarga
yang menderita tekanan darah tinggi
dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi untuk mencegah stress
9. Keluarga menganjurkan anggota keluarga
yang menderita tekanan darah tinggi untuk
mengungkapkan masalah-masalah yang
dihadapinya
10. Keluarga mengurangi garam dalam
memasak masakan kepada anggota
keluarga yang menderita tekanan darah
tinggi
11. Keluarga melarang anggota keluarga yang
menderita tekanan darah tinggi untuk
12. Keluarga melarang anggota keluarga yang
menderita tekanan darah tinggi untuk
mengkonsumsi makanan tinggi garam
dalam kehidupan sehari-hari
13. Keluarga menganjurkan anggota keluarga
yang menderita tekanan darah tinggi untuk
tidak minum kopi
14. Keluarga melarang anggota keluarga yang
menderita tekanan darah tinggi minum
minuman beralkohol
15. Keluarga menganjurkan anggota keluarga
yang menderita tekanan darah tinggi untuk
menghindari asap rokok
16. Keluarga menganjurkan anggota keluarga
yang menderita tekanan darah tinggi untuk
rajin berolahraga
17. Keluarga melarang anggota keluarga yang
menderita tekanan darah tinggi untuk
melakukan aktivitas yang berat
18. Keluarga melarang anggota keluarga yang
menderita tekanan darah tinggi
mengkonsumsi daging berlemak dalam