i ANALISIS PENGARUH EFESIENSI MODAL KERJA, LEVERAGE,
LIKUIDITAS DAN FIRM SIZE TERHADAP PROFITABILITAS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh :
AFRIANI WULAN SARI NIM : 206081003933
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ii Hari ini Kamis, Tanggal 2 Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah
dilakukan Ujian Skripsi atas nama Afriani Wulan Sari NIM: 206081003933
dengan judul skripsi “ANALISIS PENGARUH EFESIENSI MODAL KERJA,
LEVERAGE, LIKUIDITAS, DAN FIRM SIZE TERHADAP
PROFITABILITAS” Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
ANALISIS PENGARUH EFESIENSI MODAL KERJA,
LEVERAGE, LIKUIDITAS DAN FIRM SIZE TERHADAP
PROFITABILITAS
(Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Yang terdapat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 – 2009)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh
Afriani Wulan Sari NIM.206081003933
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
iv Hari ini Kamis Tanggal 26 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Sepuluh telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Afriani Wulan Sari NIM: 206081003933 dengan judul Skripsi “ANALISIS PENGARUH EFESIENSI MODAL KERJA, LEVERAGE, LIKUIDITAS DAN FIRM SIZE TERHADAP PROFITABILITAS” (Studi kasus pada Perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 – 2009). Memperhatikan
kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah
dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
Perumnas II – Karawaci, Tangerang 15810
4. E-M@il : Chi_ci21@yahoo.com
II. PENDIDIKAN
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Januari 1958
3. Alamat : Jln. Nusa Dua III No.6 Rt.001/013
Perumnas II – Karawaci ,Tangerang
4. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
5. Ibu : Hj. Faridah
6. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Agustus 1965
vi
ABSTRACT
This research has a purpose is, to analyze the influence of working capital efficiency, leverage, liquidity and Firm Size on profitability, both simultaneously and partially on the manufacturing company located in Indonesia Stock Exchange, To know how much influence the efficiency of working capital, leverage, liquidity and Firm Size effect on profitability, both simultaneously and partial. In order to determine which are the most dominant variables on profitability. This study uses multiple regression analysis with firm size as a dummy variable. Data used in this study uses secondary data obtained from the Indonesian Stock Exchange. The sample in this study is a company registered in the Indonesian Stock Exchange are included in manufacturing company from 2005 until 2009. The results of this study indicate that there are significant variables simultaneously on Working Capital Turnover, Debt Equity Ratio, Current Ratio and Firm Size of Return On Asset. The results of this study also showed variable Turnover Working Capital, Debt Equity Ratio, Current Ratio and Firm Size has a significant partial to Return On Assets. In this study, the analysis found the most dominant variable is Firm Size. Results of determination coefficient of 43.4%, this means the ability of the independent variables explain the dependent variable at 43.4%, while the remaining 56.6% are influenced by other variables and not included in this regression analysis.
vii ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan yaitu, menganalisis pengaruh efesiensi modal kerja, leverage, likuiditas dan firm Size terhadap profitabilitas, baik secara simultan maupun secara parsial pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia, Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh efesiensi modal kerja, leverage, likuditas dan Firm Size terhadap profitabilitas baik secara simultan maupun parsial. Agar dapat menentukan variabel mana yang paling dominan terhadap profitabilitas. Penelitian ini menggunakan analisa regresi linier berganda dengan firm size sebagai variabel dummy. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel pada penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang masuk dalam perusahaan manufaktur mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan pada variabel Working Capital Turnover, Debt Equity Ratio,Current Ratio dan Firm Size terhadap Return On Asset. Hasil penelitian ini juga menunjukkan variabel Working Capital Turnover, Debt Equity Ratio, Current Ratio dan Firm Size berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
Return On Asset. Pada penelitian ini ditemukan hasil analisa variabel yang paling dominan adalah Firm Size. Hasil koefisien determinasi sebesar 43,4%, hal ini berarti kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen sebesar 43,4 %, sedangkan sisanya 56,6% dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk kedalam analisis regresi ini.
viii KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memebrikan rahmat,
hidayah-Nya dan Nikamt-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam tercurah kepada Suri Tauladan kita Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan hingga zaman terang
benderang yang kita rasakan saat ini.
Pada Kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebanyak- banyaknya kepada berbagai pihak yang telah membantu serta
memberikan motivasi kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini. Ucapan
Terima Kasih penulis sampaikan kepada :
1. Almh. Nenekku tercinta, Ibu Hj. Chairiyah binti Zakariah yang semasa hidupnya sering memberikan do’a dan motivasi kepada saya untuk cepat menyelesaikan kuliahnya.
2. Kedua orang tuaku, Ayahanda Tercinta H. Mufraini dan Ibunda tersayang
Hj. Faridah yang telah memberikan curahan kasih saying yang tiada
hentinya serta memotivasi untuk terus maju sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pudek I dan Dosen Pembimbing I,
yang senantiasa memberikan Motivasi dan bimbingan dalam penyusunan
skripsi ini hingga selesai.
5. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, Msi. Selaku pembimbing II, yang telah
berkenan meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan kesabarannya untuk
selalu memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Non
regular, khususnya Dosen-dosen manajemen, terima kasih atas ilmu dan
ix 7. Para Staff akademik non regular dan jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis yang telah banyak membantu penulis
8. Adik-adikku tersayang Syafrian Akbar, S.Sos.I., Helmi Yusuf,
Muhammad Fikri dan Dewi Maulidia.
9. Semua teman-teman Konsentrasi Manajemen Keuangan A (Akibar,
Khania V.,Dewi Antika, Devi, Fajriyah, Dede Yana R.,Lina, Aditya Y,
Ary H., Iskandar, Toto, Andry,dLL) serta teman-teman di Manajemen B
(lutfiah, akhirnya kita bareng yah Vi, Prima, Rika, Ririn, Nurul, Anggi P,
DLL) atas motivasi dan kebersamaanya serta semangatnya selama kuliah,
serta Teman–temanku di Kost Albarkah II (Yusfi A., Susi, Laila dll) thanks For all…
10. Kepada Someone Special Rama Indra Syahputra, yang rajin mengantar
penulis untuk mencari jurnal – jurnal dan referensi , dan yang telah
memberikan motivasi serta semangatnya kepada penulis, hingga
terselesaikan dengan baik.
11. Dan kepada semua teman – teman dan pihak – pihak lain yang telah membantu, mendukung, dan mendo’akan dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis Menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
terdapat kekuarangan, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dari penulis. Oleh
karena itu, penulis ucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan skripsi ini. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, amin.
Jakarta, Oktober 2010
x DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DALAM ... i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF... .... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP... v A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Perumusan Masalah... 10
2. Faktor–faktor yang menentukan besarnya modal kerja ……..………...…………. 14
3. Sumber Modal Kerja………... 16
4. Fungsi Modal Kerja……….. 18
xi A. Ruang Lingkup Penelitian... 44
B. Metode Penetuan Sampel... 44
C. Metode Pengumpulan Data... 46
D. Metode Analisis Data... 46
E. Operasional Variabel Penelitian... 53
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ……….. 60
B. Perusahaan yang menjadi Objek Penelitian………. 64
xii DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Perusahaan Manufaktur 45
4.1 Perusahaan Objek Penelitian 62
4.7 Hasil Pengujian Multikolinearitas 71
4.8 Hasil Pengujian Autokolerasi 72
4.9 Hasil Pengujian Uji t 74
4.10 Hasil Pengujian Uji F 76
4.11 Hasil Pengujian Adj R Square 77
xiii DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 42
4.1 Grafik. Working Capital Turnover 63
4.2 Grafik. Debt To Equity Ratio 65
4.3 Grafik. Current Ratio 66
4.4 Grafik. Firm Size 67
4.5 Grafik. Return On Asset 68
4.6 Pengujian Normalitas data 70
xiv DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan
1 Daftar Perusahaan Objek Penelitian
2 Data Mentah
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Di Era globalisasi yang melanda di dunia saat ini memberi dampak yang
signifikan bagi kehidupan manusia. Perekonomian dunia akan terintegrasi secara
global dengan semakin kuatnya tuntutan terhadap penerapan prinsip perdagangan
bebas. Dengan bertambah dewasanya perusahaan – perusahaan juga berkembang
untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar yang berubah – ubah dan bersaing untuk
memperoleh manajemen berkemampuan terbaik. Serta dengan makin
berkembangnya teknologi dan semakin meningkatnya spesialisasi dalam
perusahaan, semakin banyak pula perusahaan – perusahaan yang menjadi besar,
dimana faktor produksi mempunyai modal penting (Restu:2009). Setiap
perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai operasinya
sehari-hari, misalkan untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membayar
upah buruh, gaji pegawai, dan lain sebagainya, dimana dana yang telah
dikeluarkan itu diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam
waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya. Uang yang masuk
berasal dari penjualan produk tersebut akan dikeluarkan lagi untuk membiayai
2
Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor
dalam mengambil keputusan investasi. Manfaat laporan keuangan tersebut
menjadi optimal bagi investor apabila investor dapat menganalisis lebih lanjut
melalui analisis rasio keuangan (Penman, 1991). (Horigan, 1965) dalam (Tuasikal,
2001) menyatakan bahwa rasio keuangan berguna untuk memprediksi kesulitan
keuangan perusahaan, hasil operasi, kondisi keuangan perusahaan saat ini dan
pada masa mendatang, serta sebagai pedoman bagi investor mengenai kinerja
masa lalu dan masa mendatang. Rasio keuangan yang berasal dari laporan
keuangan ini sering disebut faktor fundamental perusahaan yang dilakukan
dengan teknik analisis fundamental. Bagi perusahaan-perusahaan yang go public
diharuskan menyertakan rasio keuangan yang relevan sesuai dengan Keputusan
Ketua Bapepam Nomor KEP-51/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 (BEJ).
Manajemen modal kerja berkepentingan terhadap keputusan investasi pada
aktiva lancar dan hutang lancar. Dari hasil penjualan yang tinggi perusahaan akan
mendapatkan keuntungan yang semakin tinggi. Jumlah keuntungan yang diperoleh
secara teratur merupakan salah satu faktor penting untuk menilai tingkat
profitabilitas. Dan perusahaan di tuntut untuk selalu meningkatkan efesiensi
kerjanya sehingga tujuan yang diharapkan dapat dicapai oleh perusahaan dengan
pencapaian laba yang optimal.
Menurut Indriyo (1980) seperti yang dikutip dalam Mahaldi (2003) pada
3
yaitu modal kerja permanen dan modal kerja variabel: Modal kerja permanen
adalah kebutuhan minimum bagi perusahaan untuk memutarkan usahanya
merupakan modal kerja permanen. Sering juga diartikan dengan jumlah kebutuhan
modal kerja yang harus selalu ada dalam satu tahun. Kebutuhan tersebut adalah
berupa jumlah aktiva lancar yang harus selalu ada dalam satu tahun perputaran
usahanya. Modal kerja variabel adalah kebutuhan modal kerja yang hanya
dibutuhkan pada saat-saat tertentu saja dalam satu tahun perputaran usahanya.
Misalnya tambahan-tambahan kebutuhan modal kerja pada saat penjualan
meningkat (penjualan puncak). Pada saat-saat meningkatnya penjualan tersebut
tentu saja kebutuhan juga bertambah begitu pula upah buruh. Jumlah piutang juga
bertambah besar dan diperlukan dana untuk itu Besar kecilnya kebutuhan dari
kedua jenis modal kerja tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
volume penjualan, pengaruh musim, kemajuan teknologi.
Modal kerja dalam neraca mencakup aktiva lancar dan kewajiban lancar
dalam jangka pendek. Oleh sebab itu, modal kerja bersih menggambarkan selisih
antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dalam perusahaan. Jadi manajemen
modal kerja sangat berkaitan dengan manajemen investasi dalam aktiva lancar
serta kebijakan dalam kewajiban lancarnya. Modal kerja memiliki sifat fleksibel,
besar kecilnya modal kerja ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan perusahaan.
Menetapkan modal kerja terdiri atas, kas, piutang, persediaan yang harus
4
kebutuhan perusahaan, karena baik kelebihan atau kekurangan modal kerja
sama-sama akan membawa dampak negatif bagi perusahaan.
Dalam pengelolaan modal kerja mempunyai peranan yang sangat penting
dalam usaha menciptakan laba yang memadai bagi terjaminnya komunitas
perusahaan. Perusahaan yang tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja
yang memuaskan, maka perusahaan kemungkinan mengalami insolvency (tak
mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin dengan terpaksa
harus dilikuidasi. Aktiva lancar cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar
sedemilkian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin
safety) yang memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan menetapkan modal kerja
yang berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan
dana menganggur yang mengakibatkan inefesiensi perusahaan, dan membuang
kesempatan memperoleh laba. Adanya modal kerja yang cukup, memungkinkan
perusahaan beroperasi seekonomis mungkin, sehingga diperlukan kebijaksanaan
yang tepat dalam modal kerja. Adanya kebijaksanaan modal kerja yang tepat, akan
menyebabkan seluruh aktivitas usaha dapat terjamin dengan lancar sehingga akan
mendorong peningkatan profitabilitas.
Komponen penting dalam aktiva lancar adalah kas dan setara kas
(termasuk diantaranya adalah surat – surat berharga). Masalah yang selalu di
hadapi oleh manajer keuangan adalah penyediaan alat yang paling likuid yang
5
“menghasilkan” dari pada dibiarkan menganggur. Lalu komponen lainnya adalah
piutang, yang terjadi karena perusahaan menjual barang secara kredit. Dan yang
terakhir adalah persediaan barang dagangan. Dalam perusahaan manufaktur
persediaan barang umumnya juga terdiri dari bahan baku, barang setengah jadi dan
barang jadi (Arief:2009)
Efesiensi Modal Kerja adalah ketepatan cara (usaha dan kerja) dalam
menjalankan sesuatu yang tidak membuang waktu, tenaga, biaya dan kegunaan
berkaitan penggunaan modal kerja yaitu mengupayakan agar modal kerja yang
tersedia tidak kelebihan dan tidak juga kekurangan. Untuk dapat menentukan
jumlah modal kerja yang efisien, terlebih dahulu diukur dari elemen – elemen
modal kerja. Elemen Modal Kerja terdiri dari kas, piutang, dan persediaan. Dari
semua elemen modal kerja dihitung perputarannya semakin cepat tingkat
perputaran nya semakin lambat maka penggunaan modal kerja yang ada dalam
perusahaan tersebut kurang efisien.
Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal
kerja yang disebabkan rendahnya turnover persediaan dan piutang atau adanya
saldo kas yang terlalu besar. Penurunan laba menunjukkan pendapatan yang
menurun atau naiknya biaya-biaya yang digunakan untuk menghasilkan laba.
Pembiayaan dengan utang atau leverage keuangan menurut Brigham dan
Houston (2001: 84) memiliki tiga implikasi penting, yaitu: Pertama, memperoleh
6
pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas. Kedua, kreditur
melihat ekuitas atau dana yang disetor pemilik untuk memberikan marjin
pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dari
total pembiayaan, maka risiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditur.
Ketiga, Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi
yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga, maka
pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar. Sementara itu Sawir (2005)
menyebutkan bahwa leverage dapat digunakan untuk meningkatkan hasil
pengembalian pemegang saham, tetapi dengan risiko akan meningkatkan kerugian
pada masa-masa suram.
Profitabilitas menurut S.Munawir (2004) adalah suatu kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu. Profitabilitas
juga dapat menunjukan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan
keputusan-keputusan manajemen. Profitabilitas merupakan salah satu bagian yang terpenting
bagi perusahaan karena disamping dapat menilai efisiensi kerja, juga merupakan
alat untuk meramal laba pada masa yang akan datang dan juga merupakan alat
pengendalian bagi manajemen.
Alasan yang membuat peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan ini
adalah karena adanya perbedaan data yang akan dihitung untuk mengukur
perbedaan nilai waktu pada data terbaru yang diperoleh. Data saat ini yang
7
tahun. Sedangkan pada penelitian terdahulu, memang terdapat pengaruh signifikan
antara tingkat efektifitas komponen modal kerja terhadap profitabilitas dengan
pengolahan data pada tahun 2007. Peneliti tertarik untuk menguji apakah terdapat
perbedaan dari sudut konsep situasi ekonomi pada tahun 2007 dan penambahan
variabel - variabel, dengan tahun perolehan data terbaru yaitu tahun 2005 hingga
2009.
Rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur
sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. (Riyanto, 2001).
Leverage menjadi indikasi efisiensi kegiatan bisnis perusahaan, serta pembagian
resiko usaha antara pemilik perusahaan dan para pemberi pinjaman atau kreditur.
Sebagian pos utang jangka pendek, menengah dan panjang menanggung biaya
bunga. Contoh utang dengan beban bunga adalah kredit dari bank dan lembaga
keuangan yang lain. Semakin kecil jumlah pinjaman berbunga semakin kecil pula
beban bunga kredit yang ditanggung perusahaan. Dengan demikian dipandang dari
segi beban bunga, perusahaan tersebut lebih efisien operasi bisnisnya. Apabila
beban biaya operasional yang lain wajar, dengan beban bunga pinjaman kecil
diharapkan profitabilitas perusahaan meningkat. (Sutojo dan Kleinsteuber,
2004:37). Semakin tinggi rasio leverage maka semakin tinggi pula resiko kerugian
yang dihadapi, tetapi juga ada kesempatan mendapatkan laba yang besar.
Sebaliknya apabila perusahaan memiliki rasio leverage (solvabilitas) yang rendah
8
mengakibatkan rendahnya tingkat hasil pengembalian (return) pada saat
perekonomian tinggi.
Likuiditas merupakan bentuk kemampuan yang dalam hal ini adalah
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang
harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan pada saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban
keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan
“likuid”. Menurut Riyanto (2001:24) masalah likuiditas berhubungan dengan
masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya
yang segera harus dipenuhi.
Ukuran Perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan
dalam hampir setiap studi dan untuk sejumlah alasan berbeda. Pertama, ukuran
perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana
dari pasar modal. Menurut Dwi mulyani (2007), ukuran perusahaan secara tidak
langsung menentukan kemampuan suatu perusahaan dalam mengendalikan dan
menghasilkan laba. Ukuran suatu perusahaan salah satunya dapat dilihat dari
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan, karena aktiva menggambarkan tersedianya
sumber daya untuk kegiatan perusahaan dimana kegiatan tersebut cenderung
dilakukan untuk memperoleh laba. Hal tersebut membuktikan bahwa ukuran suatu
perusahaan secara tidak langsung juga mementukan laba yang diperoleh
9
Pada penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian
terdahulu, dimana pada penelitian ini memiliki perbedaan dalam hal metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode regresi dengan dummy
sedangkan, pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ririn (2009). Ririn
melakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh Modal Kerja Terhadap
Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2004 - 2007. Dalam Penelitianya menggunakan metode regresi
berganda dan menggunakan variabel sales growth ratio, financial debt ratio, fixed
financial assets ratio, inventories turnover ratio, receivable turnover ratio.
Oleh sebab itu, berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas,
maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh apakah ada pengaruh dari efesiensi
modal kerja, leverage, likuiditas, dan firm size terhadap profitabilitas, yang di
tuangkan dalam judul “ANALISIS PENGARUH EFESIENSI MODAL KERJA,
LEVERAGE, LIKUIDITAS DAN FIRM SIZE TERHADAP PROFITABILITAS
(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang terdapat Di Bursa Efek
10
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah tersebut di atas maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh efesiensi modal kerja, leverage, likuiditas dan Firm Size
terhadap tingkat profitabilitas?
2. Berapa besar pengaruh efesiensi modal kerja, leverage, likuiditas dan Firm Size
terhadap tingkat profitabilitas?
3. Dari ke empat variabel independen tersebut, variabel manakah yang paling
dominan mempengaruhi profitabilitas?
C. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh efesiensi modal kerja, leverage, likuiditas dan firm size
terhadap profitabilitas, baik secara simultan maupun secara parsial pada
perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk menganalisis berapa besarnya pengaruh efesiensi modal kerja, leverage,
likuditas dan firm size terhadap profitabilitas .
3. Untuk menganalisis variabel independen yang paling dominan mempengaruhi
11
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan dicapai dari penelitian ini , antara lain :
1. Bagi Perusahaan
Sebagai pengukur untuk memaksimalisasi keuntungan perusahaan yang
lebih optimal. Sebagai bahan informasi bagi perusahaan dalam mengelola
modal kerja secara efektif dan efisien sehingga tujuan perusahaan dalam
memperoleh laba dan meningkatkan perkembangan perusahaan dapat tercapai.
2. Bagi Akademis
Dapat digunakan untuk menambah wawasan mengenai pengaruh modal
kerja, leverage, likuiditas dan firm size terhadap profitabilitas, dan juga dapat
dijadikan acuan yang nanti nya dapat di teliti oleh peneliti selanjutnya, karena
nilai kesempurnaannya yang belum maksimal dan dapat membantu akademisi
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Modal Kerja
Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk dapat
menjalankan operasionalnya sehari – hari, misalnya pemabayaran uang muka
pembelian bahan baku atau bahan mentah, dan membayar upah karyawan, gaji
karyawan. Dimana dana yang dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi
masuk kedalam perusahaan dalam kurun waktu yang pendek melalui hasil
produksi perusahaan.
Menurut Elisa Tjondro (2007) struktur modal adalah gabungan hutang
jangka panjang (long-term debt ) dan modal (equity). Menurut ghosh et.al. (2000)
struktur modal adalah perbandingan antara hutang perusahaan (total debt) dengan
total aktiva (total assets). Menurut westo & Copeland (2001: 19) struktur modal
atau kapitalisasi perusahaan adalah pembiyaan permanen yang terdiri dari hutang
jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham.
Pengelolaan modal kerja meliputi usaha mendapatkan dan menyediakan
dana yang di butuhkan serta usaha untuk menggunakan dana tersebut secara
efektif dan efisien dengan tetap mempertahankan arus pendapatan guna
kelangsungan perusahaan dalam membiayai operasi selanjutnya. Oleh sebab itu,
13
1. Pengertian Modal Kerja
Ada tiga konsep modal kerja yang dapat kita ketahui, yaitu :
a. Konsep Kuantitatif atau Modal Kerja Bruto, menurut konsep ini modal kerja
adalah sejumlah aktiva lancar. Berarti jumlah Kas/Bank + efek yang bias
diperjual belikan + piutang + persediaan.
b. Konsep Kualitatif atau Modal Kerja Neto, Menurut konsep ini modal kerja
adalah selisih lebih jumlah aktiva lancar terhadap jumlah utang lancar.
c. Konsep Fungsional , menurut konsep ini modal kerja adalah dana yang
digunakan selama periode akuntansi untuk menghasilkan penghasilan yang
utama (current income) pada saat sekarang ini sesuai dengan maksud utama
didirikannya perusahaan.
Apabila kita melihat kepada beberapa pos Neraca maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1) Kas dan Persediaan merupakan modal kerja
2) Piutang Dagang terbagi 2 bagian, yaitu ;
(a) Bagian dana dalam bentuk piutang yang di investasikan dalam
produk yang terjual (harga pokok produknya) merupakan modal
kerja.
(b) Bagian dana dalam bentuk piutang merupakan keuntungan yang
terjual secara kredit merupakan modal kerja potensial. Karena baru
14
(c) Efek yang bisa diperjual belikan merupakan modal kerja potensial,
karena baru bisa dianggap sebagai modal apabila efek tersebut sudah
terjual
(d) Aktiva tetap terbagi 2 yaitu;
a. Penyusutan aktiva merupakan modal kerja
b. Nilai buku aktiva tetap bukan merupakan modal kerja
Perencanaan yang tidak cermat dalam aktiva lancar akan
menimbulkan masalah likuiditas bagi perusahaan. Mengaitkan masalah
tersebut dengan modal kerja bertujuan untuk mencari susunan aktiva lancar
serta kewajiban lancar yang optimal. Keterkaitan lainnya adalah masalah
pembiayaan dari aktiva lancar tersebut dengan berbagai alternative pilihan
antara aktiva lancarnya dan pinjaman jangka panjang yang akan
dipertimbangkan. Tingkat investasi dalam aktiva lancar itu ditentukan oleh
manfaat dan biayanya.
2. Faktor – faktor yang menentukan besarnya modal kerja
a. Sifat dan Jenis Perusahaan
Pada umumnya modal kerja untuk suatu perusahaan jasa relative lebih
15
b. Proses Produksi
Jika proses produksi untuk suatu industry cukup rumit dan memakan
waktu yang lama, tentu saja proses produksi itu akan memerlukan modal
kerja yang cukup pula.
c. Sistem Penjualan
Jika suatu perusahaan yang sebagian penjualannya dilakukan dengan
sistem kredit, tentu saja modal kerja akan banyak terserap terutama untuk
membiayai piutang.
d. Sistem Persediaan
Sistem persediaan ini sangat mempengaruhi modal kerja yangtertanam
dalam perusahaan. Hal itu dapat dilihat dari jenis barangnya apakah
mudah rusak atau tahan lama. Selain itu, bagi perusahaan yang
membutuhkan bahan baku, perlu dipertimbangkan apakah harganya
sangan fluktuatif terhadap pasar komoditi serta apakah bahan baku
tersebut dapat diperoleh secara lokal atau impor .
e. Sikap dari Pengambil Putusan (Manajemen Perusahaan)
Sikap ini sangat penting untuk menetukan tingkat modal kerja yang
16
3. Sumber Modal Kerja
Pada dasarnya modal kerja itu terdiri dari dua bagian pokok, yaitu :
a. Bagian yang tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah minimum yang
harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan
keuangan, dan
b. Jumlah modal kerja yang variabel yang jumlahnya tergantung pada aktivitas
musiman dan kebutuhan – kebutuhan di luar aktivitas yang biasa.
Kebutuhan modal kerja yang permanen seharusnya atau sebaiknya
dibiayai oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Semakin besar
jumlah modal kerja yang dibiayai atau berasal dari investasi pemilik
perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena akan
semakin besar kemampuan perusahaan tersebut karena akan semakin besar
kemampuan untuk memperoleh kredit dan semakin besar jaminan kreditor
jangka pendek.
Pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari :
a. Hasil Operasi Perusahaan
Adalah jumlah Net Income yang Nampak dalam laporan
perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah
ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi
17
b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek)
Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek
adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan
menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan
surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal
kerja yaitu bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas.
c. Penjualan aktiva tidak lancar
Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil
penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar
yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini
menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja
sebesar hasil penjualan tersebut.
d. Penjualan saham atau Obligasi
Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan,
perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta
kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, di samping
perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka
18
4. Fungsi Modal kerja
Modal kerja dalam suatu perusahaan digunakan operasi perusahaan,
tergantung dari tipe dan sifat dari aktiva lancar yang dimilki seperti kas, piutang
dan persediaan. Modal kerja yang tersedia harus cukup jumlahnya. Artinya
harus mampu membiayai pengeluaran sehari – hari, disamping memungkinkan
bagi perusahaan untuk beroperasi seekonomis mungkin sehingga perusahaan
tidak mengalami kesulitan keuangan.
Modal kerja yang cukup bagi perusahaan, mempunyai peranan penting yaitu :
a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai
dari aktiva lancar
b. Memungkinkan untuk membayar semua kewajiban tepat pada waktunya
c. Memungkinkan bagi perusahaan untuk menghadapi kesulitan keuangan yang
mungkin terjadi.
d. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang
cukup untuk melayani para konsumen
e. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih
menguntungkan kepada para pelanggan
f. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih
efisien, karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang
19
5. Efesiensi Modal Kerja
Manajemen atau pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat
penting agar kelangsungan usaha sebuah perusahaan dapat dipertahankan.
Kesalahan atau kekeliruan dalam pengelolaan modal kerja akan menyebabkan
buruknya kondisi keuangan perusahaan sehingga perusahaan dapat terhambat
atau terhenti sama sekali.
Adanya kesalahan atau kekeliruan dalam pengelolaan modal kerja dapat
menimbulkan kelebihan atau kekurangan dalam penyediaan modal kerja
(Tunggal, 1995:92). Adanya kelebihan modal kerja dalam sebuah perusahaan
dapat disebabkan oleh :
a. Pengeluaran obligasi/saham dalam jumlah yang lebih dari yang diperlukan
b. Penjualan aktiva tak lancar yang tak diganti
c. Terjadinya laba operasi yang tidak digunakan untuk pembayaran dividen,
untuk pembelian aktiva tetap atau untuk tujuan lainnya yang serupa
d. Konversi atau perubahan aktiva tetap ke dalam modal kerja
e. Karena akumulasi atau penimbunan sementara dari berbagai dana yang
20
6. Rasio – rasio yang digunakan untuk mengukur efesiensi modal kerja
a. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)
Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang
dapat diperoleh perusahaan untuk tiap modal kerja. Formulasi dari Working
Capital Turnover (WCT) adalah sebagai berikut :
(Arief Sugiono,2009;73)
b. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Rasio ini mengukur efesiensi pengelolaan persediaan barang dagang,
menunjukkan berapa kali persediaan dapat berputar dalam
setahun.Formulasi dari Inventory Turnover adalah sebagai berikut :
21
c. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Rasio ini menunjukkan efesiensi pengelolaan piutang perusahaan.
Semakin tinggi rasio menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam
piutang rendah. Formulasi dari Receivable Turnover (RT) adalah :
Kebijakan modal kerja yang efisien menghadapkan pihak
manajemen pada keputusan yang mengakibatkan adanya pertukaran (trade
off) antara faktor likuiditas dan profitabilitas (van Horne,1997). Keputusan
untuk menetapkan jumlah modal kerja yang besar memungkinkan tingkat
likuiditas terjaga namun dapat menurunkan profitabilitas. Sebaliknya
keputusan yang cenderung untuk memaksimalkan profitabilitas dapat
mengganggu tingkat kelancaran likuiditas.
B. Leverage
Rasio Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aktiva perusahaan dibiayai dari hutang. Artinya berapa besar beban utang
yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas
dikatakan bahwa rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
22
panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Leverage suatu perusahaan
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban
finansialnya apabila perusahaan sekiranya saat ini dilikuidasikan (Riyanto, 1995:
32). Pengertian Leverage dimaksudkan sebagai kemampuan perusahaan untuk
membayar semua utang-utangnya (baik jangka pendek dan jangka panjang).
Sedangkan menurut Munawir (2002: 32) Leverage adalah kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
dilikuidasikan, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang.
Semakin tinggi rasio leverage maka semakin tinggi pula resiko kerugian
yang dihadapi, tetapi juga ada kesempatan mendapatkan laba yang besar.
Sebaliknya apabila perusahaan memiliki rasio leverage (solvabilitas) yang rendah
tentu mempunyai resiko kerugian yang lebih kecil. Dampak ini juga
mengakibatkan rendahnya tingkat hasil pengembalian (return) pada saat
perekonomian tinggi.
1. Pengukuran rasio Leverage, dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu:
a) mengukur rasio-rasio neraca dan sejauh mana pinjaman digunakan untuk
permodalan
b) melalui pendekatan rasio rasio laba rugi.
2. Manfaat rasio Leverage :
a) untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban
23
b) untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajibanyang
bersifat tetap.
c) untuk menganalisis keseimbangan antara lain aktiva khususnya aktiva
khususnya aktiva tetapdengan modal.
d) untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
e) untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap
pengelolaan aktiva
f) untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal
sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
g) untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada
terdapat sekian kalinya modal sendiri.
Intinya dengan analisis rasio leverage, perusahaan akan mengetahui
beberapa hal berkaitan dengan penggunaan modal sendiri dan modal pinjaman
serta mengetahui rasio kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.
3. Jenis-jenis Rasio Leverage
Adapun jenis rasio leverage yang sering digunakan perusahaan :
a) Debt To Asset Ratio (debt ratio)
b) Debt To Equity Ratio
c) Long Term Debt To Equity Ratio
d) Times Interest Earned
24
a) Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Rasio ini merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain,
seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar
utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Semakin tinggi rasio ini maka pendanaan dengan utang semakin
banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan
pinjaman karena dikhawatirkan perusahan tidak mampu menutupi
utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Sebaliknya semakin rendah rasio
ini maka semakin kecil perusahaan dibiayai dari utang. Standar pengukuran
untuk menilai baik tidaknya rasio perusahaan, digunakan rasio rata-rata
industri yang sejenis.
Rumus :
b) Debt to Equity Ratio
Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang
dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara
25
berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan pinjaman
(kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini berfungsi
untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan utang.
Debt To Equity Ratio merupakan perhitungan sederhana yang
membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham.Hal
tersebut sesuai dengan pendapat (Ross et al : 2003) yang menyatakan
bahwa “debt to equity ratio is dividing total debt with total equity”.
Menurut Horne dan Wachoviz (1998:145) “Debt to equity is computed by
simply dividing the total debt of the firm (lincluding current liabilities) by
its shareholders equity”. Debt to equity ratio merupakan perhitungan
sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal
pemegang saham.
Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Brealey et al.
(2001:490) “Debt to equity is long term debt of the firm dividing equity“.
Dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan rasio yang
membandingkan total hutang dengan total ekuitas dari pemegang saham.
Dengan demikian, debt to equity ratio juga dapat memberikan gambaran
mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat
26
Bagi bank (kreditor) semakin besar rasio ini maka akan semakin
tidak menguntungkan karena akan semakin besar rasio yang ditanggung
atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Sebaliknya semakin
rendah rasio ini maka semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan
pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi
kerugiaan atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini juga
menunjukkan kelayakan dan resiko keuangan perusahaan.
Rumus :
c) Long Term Debt to Equito Ratio (LTDtER)
LTDeER merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan
modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan
cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan cara
membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang
disediakan oleh perusahaan.
27
d) Time Interest Earned
Rasio ini merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan
bunga. Rasio ini untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Rasio ini juga
diartikan sebagai alat ukur untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar biaya bunga, sama seperti coverage ratio.
Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar kemungkinan
perusahaan dapat bunga pinjaman dan dapat menjadi ukuran untuk
memperoleh tambahan pinjaman baru dari kreditor. Demikian pula
sebaliknya apabila rasionya rendah semakin rendah pula kemampuan
perusahaan untuk membayar bunga dan biaya lainnya.
Rumus :
Atau
e) Fixed Charge Coverage (FCC)
Rasio ini sering juga disebut dengan Lingkup Biaya
Tetap, merupakan rasioyang menyerupai Times Interest Ratio. Hanya saja
28
utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa
(lease contract). Biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah kewajiban
sewa tahunan atau jangka panjang.
Rumus :
C. Likuiditas
Likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial yang segera harus dipenuhi.
Jumlah alat – alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan
pada suatu saat merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang
bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum
tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi
atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu memiliki kemampuan
membayar.
Menurut (Munawir, 2001 :31) , likuiditas adalah menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang
harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
29
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya
yang segera harus dipenuhi.
Untuk menilai likuiditas terdapat beberapa rasio yang dapat digunakan
sebagai alat untuk menganalisa dan menilai posisi likuiditas, yaitu :
1. Current Ratio
Current Ratio biasanya digunakan sebagai alat untuk mengukur
keadaan likuiditas suatu perusahaan, dan juga merupakan petunjuk untuk
dapat mengetahui dan menduga sampai dimanakah kiranya kita, apabila
memberikan kredit berjangka pendek kepada seorang nasabah, dapat merasa
aman atau tidak.
Current Ratio yang tinggi maka makin baiklah posisi kreditor. Oleh
karena itu terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang perusahaan itu
akan dapat dibayar pada waktunya. Hal ini terutama berlaku bila pimpinan
perusahaan menguasai pos-pos modal kerja dengan ketat/dengan semestinya.
Di lain pihak ditinjau dari sudut pemegang saham suatu current ratio yang
tinggi tak selalu paling menguntungkan, terutama bila terdapat saldo kas yang
kelebihan dan jumlah piutang dan persediaan adalah terlalu besar.
Pada umumnya suatu current ratio yang rendah lebih banyak
mengandung risiko dari pada current ratio yang tinggi , tetapi kadang –
kadang suatu current ratio yang rendah memungkinkan juga menunjukkan
30
saldo disesuaikan dengan kebutuhan minimum saja dan perputaran piutang
dari persediaan ditingkatkan sampai pada tingkat maksimum. Jumlah kas yang
diperlukan tergantung dari besarnya perusahaan dan terutama dari jumlah
uang yang diperlukan untuk membayar utang lancar, berbagai biaya rutin dan
pengeluaran darurat.
Formulasi dari Current Ratio sebagai berikut :
(Sugiono,2009)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui sebarapa jauh aktiva
lancar perusahaan digunakan untuk melunasi utang (kewajiban) lancar
yang akan jatuh tempo / segera dibayar.
2. Quick Ratio
Rasio ini di sebut juga sebagai acid test ratio, yaitu perbandingan
antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar. Rasio ini
merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya
dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena menganggap persediaan
memerlukan waktu lama untuk direalisir menjadi kas, persediaan merupakan
31
tetapi quick rasio rendah, hal ini menunjukkan adanya investasi yang sangat
besar dalam persediaan.
Formulasi dari Quick ratio sebagai berikut :
Tujuan dari Rasio Likuiditas menurut Fred J. Weston yaitu bertujuan
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya.
D. Firm Size (Ukuran Perusahaan)
Ukuran Perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur
keuangan dalam hampir setiap studi dan untuk sejumlah alasan berbeda. Pertama,
ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan
memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil pada umumnya kekurangan
akses ke pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke pasar
modal yang terorganisir, baik untuk obligasi maupun saham. Kalaupun mereka
punya akses, biaya peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat
menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas
32
penentuan harga sedemikian rupa agar investor mendapatkan hasil yang
memberikan return lebih tinggi secara signifikan.
Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar
dalam kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan
dari berbagai bentuk hutang, termasuk penawaran special yang lebih
menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil. Semakin besar
jumlah uang yang terlibat, semakin besar kemungkinan pembuatan kontrak yang
dirancang sesuai dengan preferensi kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan
kontrak standar hutang.
Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return
membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba.
Akhirnya, ukuran diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur
keuangan, yaitu perusahaan kecil sering tidak mempunyai staf khusus, tidak
menggunakan rencana keuangan, dan tidak mengembangkan sistem akuntansi
mereka menjadi suatu system informasi manajemen. Ukuran perusahaan dapat
ditentukan berdasarkan laba, aktiva, tenaga kerja, dan lain-lain, yang semuanya
berkorelasi tinggi (Agnes Sawir, 2004).
Menurut Dwi mulyani (2007), ukuran perusahaan secara tidak
langsung menentukan kemampuan suatu perusahaan dalam mengendalikan dan
menghasilkan laba. Ukuran suatu perusahaan salah satunya dapat dilihat dari
33
sumber daya untuk kegiatan perusahaan dimana kegiatan tersebut cenderung
dilakukan untuk memperoleh laba. Hal tersebut membuktikan bahwa ukuran
suatu perusahaan secara tidak langsung juga mementukan laba yang diperoleh
perusahaan.
Pengukuran terhadap ukuran perusahaan perusahaan mengacu pada
penelitian Krishnan dan Moyer (1996), di mana ukuran perusahaan diproxy
dengan nilai logaritma dari total aktiva. ukuran perusahaan dalam penelitian ini
merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai total
aktiva perusahaan pada neraca akhir tahun, yang diukur dengan len (Ln) dari
total aktiva
E. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan bentuk kemampuan dari suatu perusahaan dalam
hal menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas dari suatu
perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan
aktivanya secara produktif, dengan demikian profitabilitas dari suatu perusahaan
dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam
suatu periode tertentu dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan
tersebut.
Menurut John B. Guerard Jr. “profitability ratios tell the investor how
34
Jumlah keuntungan (laba) yang diperoleh secara teratur serta
kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor
yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian khusus sehingga perlu
dianalisis demi memperoleh penilaian atas profitabilitas suatu perusahaan. Pada
umumnya profitabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan
modal dalam suatu perusahaan dengan mempertimbangkan antara laba dengan
modal yang digunakan dalam operasi.
Rasio ini bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen yang
tercermin pada imbalan atas hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau
dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efesiensi
dalam pengelolaan kewajiban dan modal.(Sugiono, 2009)
1. Gross Profit Margin
Rasio ini menunjukkan beberapa besar keuntungan kotor yang
diperoleh dari penjualan produk. Dengan Formulasi sebagai berikut :
Selain margin laba kotor, ada baiknya jika dihitung juga persentase
35
Untuk kondisi normal, laba kotor seharusnya positif karena
perusahaan menjual barang di atas harga pokoknya. Namun, dalam beberapa
situasi biasanya gross profit margin adalah negative yang mungkin di
sebabkan oleh salah satu faktor, yaitu sebagai berikut :
a) Perusahan baru beropersasi sehingga belum mencapai skala ekonomis
yang berdampak terhadap tingginya biaya tetap pada overhead pabrik.
b) Perusahaan memberikan harga jual yang murah untuk melakukan
penetrasi pasar. Hal ini merupakan suatu kebijakan harga. Dalam masa
pengenalan produk, sering perusahaan memberikan harga untuk merebut
pangsa pasar.
c) Terjadinya perang harga di pasaran. Hal ini dapat membahayakan
perusahaan jika terjadi terus – menerus karena pada akhirnya perusahaan
yang betul-betul kuat yang dapat terus bertahan.
2. Return On Asset (ROA)
Rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh
36
digunakan dalam perusahaan. Oleh karena itu, sering pula rasio ini disebut
Return On Investment.
Dengan Formulasi sebagai berikut :
3. Return On Equity
Rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh
modal yang ada. ROE merupakan salah satu indikator yang digunakan oleh
pemegang saham untuk mengukur keberhasilan bisnis yang dijalani. Rasio
ini dapat di sebut juga dengan istilah Rentabilitas Modal Sendiri . Dengan
Formulasi sebagai berikut :
F. Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Ririn (2009). Ririn melakukan
penelitian tentang Analisis Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2004
- 2007. Dalam Penelitian Ririn menggunakan metode regresi berganda dan
37
assets ratio, inventories turnover ratio, receivable turnover ratio. Hasil dari
penelitian Ririn bahwa secara stimultan dan parsial terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel – variabel tersebut terhadap profitabilitas pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dan dari
hasil uji regresi dari lima variabel independen yang paling dominan
mempengaruhi profitabilitas yaitu financial debt ratio karena mempunyai nilai t
statistik yang paling besar dan profitabilitas paling kecil. Yang membedakan
penelitian Ririn (2009) dengan penelitian ini adalah terletak pada variabel–
variabel. Pada penelitian ini menggunakan Variabel Efesiensi modal kerja,
Leverage, Likuiditas dan Firm Size. Sedangkan Ririn menggunakan variable
Sales Growth Ratio, Financial Debt Ratio, Fixed Financial Asstes Ratio,
Inventories Turnover Ratio, dan Receivable Turnover Ratio.
Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Ima Hernawati (2007),
penelitian tentang Analisis Pengaruh Efesiensi Modal Kerja, Likuiditas dan
Solvabilitas terhadap Profitabilitas (pada perusahaan industri barang konsumsi di
Bursa Efek Indonesia). Penelitian ini menggunakan regresi berganda. Hasil dari
penelitian Ima menunjukkan efesiensi modal kerja, likuiditas dan solvabilitas
berpengaruh terhadap profitabilitas. Sedangkan secara parsial efesiensi modal
kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, namun likuiditas
dan solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Yang
38
penelitian ini menggunakan perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia sedangkan Ima menggunakan sampel perusahaan Industri Barang
konsumsi di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian Sebelumnya diteliti oleh Sri Patoyah (2005), yaitu
Penelitian tentang Efesiensi Penggunaan Modal Kerja pada Koperasi Pegawai
Republik Indonesia (KPRI) “Harapan” kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal.
Tahun 2001-2003. Penelitian Sri menggunakan metode penelitian yaitu metode
analisis deskriptif, Rasio Likuiditas, Rasio aktivitas, dan Rasio Rentabilitas.
Hasil dari analisis tersebut, bahwa rasio likuiditas menunjukkan rasio lancar
tahun 2001-2003 dibandingkan dengan tahun 2001 dan 2002 adalah kurang baik
sedangkan tahun 2003 adalah baik. Pada rasio Aktivitas, menunjukkan bahwa
perputaran piutang tahun 2001-2003 dibandingkan dengan standar pengukuran
maka perputaran piutang tahun 2001-2003 kurang efisien. Dan perputaran
persediaan tahun 2001 – 2003 cukup efisien. Dan pada rasio Rentabilitas
menunjukkan bahwa rasio laba bersih sebelum pajak dengan total aktiva tahun
2001-2003 adalah cukup baik. Yang membedakan penelitian Sri (2005) dengan
penelitian ini, adalah penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan
menggunakan regresi berganda dan variable – variable yang digunakan efesiensi
modal kerja, leverage, likuiditas dan firm size, variabel Y profitabilitas.
Sedangkan Sri (2005) menggunakan metode analisis deskriptif dan menggunakan
39
Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Nisa Fitria (2007), Nisa
melakukan penelitian tentang Analisis Efesiensi Modal Kerja dan Pengaruhnya
terhadap Rentabilitas Ekonomi pada KPRI di Semarang. Yang hasilnya adalah
ada pengaruh antara perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran
persediaan terhadap rentabilitas ekonomi. Secara Parsial tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara perputaran kas dan perputaran piutang terhadap
rentabilitas pada KPRI di kota Semarang, artinya Ha ditolak. Sedangkan hasil uji
parsial untuk perputaran persediaan terhadap rentabilitas pada KPRI di Kota
Semarang berpengaruh secara signifikan, artinya Ha diterima. Yang
membedakan penelitian Nisa (2007) dengan penelitian ini, adalah variable
penelitian ini menggunakan efesiensi modal kerja, leverage, likuiditas dan firm
size, penelitian dilakukan di perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Mutia Desanti (2008),
melakukan penelitian tentang Analisis Pengelolaan Modal Kerja, Profit Margin,
Operating Assets Turnover, dan ukuran Perusahaan serta pengaruhnya terhadap
tingkat Rentabilitas pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Bahwa dari hasil penelitian Mutia, pada variabel-variabel tersebut (Profit Margin,
Operating Assets dan firm size) memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap tingkat rentabilitas perusahaan manufaktur. Sedangkan Working Capital
40
manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian Mutia bahwa profit
margin merupakan variable yang paling dominan dan signifikan mempengaruhi
tingkat rentabilitas perusahaan manufaktur di bursa efek Indonesia.
Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Vedvinayagam (2007),
penelitian tentang An analysis of working capital management efficiency in
telecommunication equipment in industry. Penelitian ini menggunakan sampel
pada perusahaan industry telekomunikasi periode 2001-2007. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa modal kerja berhubungan negatif dengan
profitabilitas dan tidak mempengaruhi dalam perusahaan industri telekomunikasi.
Yang membedakan penelitian vedavinayagam (2007) dengan penelitian ini,
bahwa penelitian ini menggunakan variabel efesiensi modal kerja, leverage,
likuiditas dan firm size sebagai variabel bebas, sedangkan profitabilitas sebagai
variabel terikat. Dan menggunakan sampel pada perusahaan manufaktur.
Sedangkan penelitian Vedavinayagam (2007), menggunakan variable
profitabilitas sebagai bebas dan modal kerja sebagai variabel terikat. Dan
menggunakan sampel di perusahaan industri telekomunikasi.
Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Zariyawati (2007),
penelitian Zariyawati tentang effect of working capital management on
profitability of firm in Malaysia. Penelitian tersebut menggunakan metode
analisis korelasi dan regresi. Hasil dari penelitian Zariyawati menunjukkan
41
terhadap profitabilitas. Yang membedakan dari penelitian Zariyawati (2007)
dengan penelitian ini, bahwa penelitian ini menggunakan variabel efesiensi
modal kerja, leverage dan likuiditas sebagai variabel bebas sedangkan variabel
terikat adalah profitabilitas.
Penelitian selanjutnya juga dilakukan oleh Pedro, melakukan
penelitian tentang Effect of working capital management on SME profitability,
yang dilakukan dengan metode analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukan
bahwa adanya hubungan yang signifikan antara piutang dan persediaan terhadap
profitabilitas UKM. Sedangkan hutang mempengaruhi pengembalian UKM atas
Aktiva. Yang membedakan penelitian Pedro dengan penelitian ini, bahwa
penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda dan menggunakan
variabel bebas yang berbeda, dan menggunakan sampel pada perusahaan
manufaktur yang terdapat di BEI. Sedangkan penelitian Pedro, menggunakan
analisis korelasi, dan menggunakan sampel pada Usaha Kecil Menengah (UKM),
dan juga pedro menggunakan variabel bebas adalah Profitabilitas dan variabel
terikat, piutang, persediaan dan hutang.
Dan penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ioannis, melakukan
penelitian tentang The relationship between working capital management and
profitability of listed companies in the Athens stock exchange, ini menggunakan
metode analisis regresi, dengan hasil adanya hubungan yang negatif antara
42
Ioannis adalah, ioannis menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di bursa
efek Athena tahun 2001-2004. Sedangkan penelitian ini sampel yang digunakan
perusahaan manufaktur yang terdapat dibursa efek Indonesia, dan
variabel-variabel penelitian ini working capital turnover, leverage, likuiditas, dan firmsize.
G. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan masalah yang ada, maka dapat dibuat suatu kerangka
berfikir dari pengaruh efesiensi modal kerja, leverage, likuiditas dan firm size
terhadap profotabilitas secara sistematis pada gambar berikut:
43
H. Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka pemikiran tersebut berkaitan
dengan adanya pengaruh atau tidak adanya pengaruh yang signifikan dari
variabel bebas dan variabel terikat. Adapun hipotesis yang dirumuskan dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1) H0 = Terdapat pengaruh yang signifikan antara efesiensi modal kerja,
leverage, likuiditas dan firm size terhadap profitabilitas.
2) Ha = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara efesiensi modal kerja,
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdapat
di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Analisis masalah pada penelitian ini melihat pengaruhnya efesiensi modal
kerja, rasio nya adalah Working Capital TurnOver (WCT), Leverage rasionya
adalah Debt To Equity Ratio (DER), Likuiditas yang Rasio nya adalah Current
Ratio (CR) dan Firm Size ( Ukuran Perusahaan) terhadap Profitabilitas yang
rasionya Return On Assets (ROA).
B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari objek yang diteliti. Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perusahaan – perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dari tahun 2005
sampai dengan tahun 2009 yang memiliki laporan keuangan yang lengkap
45
2. Sampel
Metode dalam pemilihan sampel dilakukan berdasarkan metode
Purposive Sampling, yaitu pemilihan sampel perusahaan selama periode
penelitian berdasarkan kriteria tertentu. Dengan jumlah sampel 15 perusahaan
manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Tabel 2.1
Perusahaan Manufaktur
No. Nama Perusahaan Kode Saham
1 PT.Aqua Golden Missisippi TBK AQUA
2 PT.Astra Graphia TBK. ASGR
3 PT.Delta Djakarta TBK DLTA
4 PT.Duta Pertiwi Nusantara Tbk DPNS
5 PT.Dynaplast Tbk DYNA
6 PT.Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP
7 PT.Fast Food Indonesia Tbk FAST
8 PT.Gudang Garam Tbk GGRM
9 PT.Goodyear Indonesia Tbk GDYR
10 PT.Intan Wujaya Internasional Tbk INCI
11 PT.Pan Brother Tex Tbk PBRX
12 PT.Semen Gresik Tbk SMGR
13 PT.Unilever IndonesiaTbk UNVR
14 PT.Selamat SampoernaTbk SMSM
15 PT.Mustika Ratu Tbk MRAT
46
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh hasil penelitian yang di harapkan, dibutuhkan data
dan informasi yang mendukung penelitian ini. Data sekunder dan informasi yang
di butuhkan adalah :
Studi pustaka dilakukan dengan cara mempelajari literatur yang terkait
dengan modal kerja, leverage, likuiditas, dan firm size serta dari jurnal, buku,
website (SSRN, garudadikti.go.id, google, www.idx.co.id) dan lain-lain yang
berhubungan dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data 1. Analisis Deskriptif
Penggunaan analisis deskriptif ini ditujukan untuk mengetahui gambaran
kondisi efesiensi modal kerja, leverage, likuiditas dan firm size terhadap
profitabilitas melalui retrun on assets perusahaan yang di komparasikan secara
eksternal, yaitu melibatkan satu perusahaan yang membandingkan dengan
kondisi rata-rata seluruh objek penelitian.
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel
terikat (Y), maka peneliti menggunakan analisis regresi untuk
membandingkan dua variabel yang berbeda. Pada analisis regresi untuk
memperoleh model regresi yang bisa dipertanggung jawabkan, maka asumsi –