STRATEGI KOMUNIKASI LINDA AGUM GUMELAR
DALAM PROGRAM PITA PINK
DI YAYASAN KESEHATAN PAYUDARA
JAKARTA
Di Susun Oleh
DESI LESTARI 104051001782
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1 Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarief
Hidayatullah Jakarta.
2 Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syariaef
Hidayatullah Jakarta.
3 Jika dikemudian hari terbukti bahwa bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil karya jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Ciputat, 15
September 2008
ABSTRAK Nama Desi Lestari
Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar dalam Program Pita Pink di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta
Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi tentang pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang dirasakan belum layak. Setidaknya berbeda dengan keberadaan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ), sebagai sebuah yayasan yang memiliki kepedulian tinggi terhadap penderita kanker payudara dapat membantah argumentasi tersebut. Inilah yang menyebabkan peneliti tetarik untuk memilih YKPJ dan sosok Linda Agum Gumelar selaku Dewan Pembina YKPJ untuk diajukan dalam tugas skripsi ini.
Dalam penelitian ini penyusun mengajukan rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana bentuk komunikasi yang diterapkan oleh Linda Agum Gumelar dalam proses pembinaan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta? Bagaimana strategi komunikasi yang dipakai Linda Agum Gumelar dalam dalam implementasi program kampanye gerakan penyakit kanker payudara ”Program Pita Pink” di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta?Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seperti apa saja kiprah Linda Agum Gumelar dalam pemberdayaan YKPJ juga strategi dan bentuk komunikasi yang dipakai Linda Agum Gumelar dalam dalam implementasi program kampanye gerakan penyakit kanker payudara ”Program Pita Pink” di YKPJ.
Sedangkan metodologi dalam pembahasan skripsi ini menggunakan kualitatif yaitu, melakukan wawancara langsung dengan Linda Agum Gumelar dan Dr. Sutjipto, Sp.B(K)Onk selaku ketua YKPJ, kemudian mengumpulkan, menyusun dan mengklasifikasikan data kegiatan YKPJ. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah deskriftif interpertatif yaitu dengan menjelaskan langkah-langkah strategi komunikasi yang dilakukan oleh Linda Agum Gumelar dalam aktifitasnya sebagai Dewan Pembina YKPJ dalam”Program Pita Pink”.
Teori yang digunakan dalam pembahasan ini adalah teori difusi inovasi. Implementasi dari teori ini adalah sosok Linda Agum Gumelar bersama YKPJ sebagai source selalu menerima feed back dari destinastion. Tetapi sebagai sumber pesan yang dominan YKPJ memiliki beragam inovasi dalam mengemas pesannya. Sehingga pesan dapat diterima oleh khalayak dan target serta sasaran dari YKPJ dapat tercapai.
Dengan mengoptimalkan sosialisasi ”Program Pita Pink” melalui perluasan dan memperkuat Jaringan, guna mempromosikan deteksi dini dan rehabilitatif melalui Program Proaktif – Preventif dan Program Kuaratif.
yang menyebabkan tingkat kematian tinggi. Kini deteksi dini banyak dilakukan orang ketika masih stadium awal. Sehingga tingkat kesembuhannya semakin besar.
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan sekalian alam, shalawat dan salam
semoga selalu tercurah keharibaan sebaik-baik makhluk Allah, baginda
Muhammad Saw, para keluarga beliau yang suci, para sahabat beliau yang
mulia, dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan kebaikan hingga hari
pembalasan.
Begitu banyak nikmat dan anugerah yang diberikan Allah S.W.T. Do’a
dan dukungan yang selalu mengiringi setiap langkah penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini sehingga kesulitan yang dihadapi dapat teratasi
dan penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Sebagai rasa syukur, penulis mengucapakan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi
ini, diantaranya adalah:
1. Bapak Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Bpk. Dr. H. Murodi, MA, Pudek I Bpk. Drs. Arief
Subhan, M.Ag, Pudek II Drs. Mahmud Jalal, MA, Pudek II Bpk. Drs.
Studi Rizal LK, MA, atas segala kebijakan akademik yang telah
ditetapkan.
2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam dan Ibu Umi Musyarofah, MA, selaku Sekertaris Jurusan
3. Bapak Gun Gun Heryanto M.Si, selaku Pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan dan pengarahan serta petunjuk dengan
sabar selama penulisan skripsi ini.
4. Bapak Masran, selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberikan bimbingan dalam menyelesaikan studi di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
5. Seluruh Dosen, Staf administrasi dan karyawan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Kepada Staf Perpustakaan Fakultas Dakwah yang banyak membantu
dalam pencarian reverensi buku.
7. Teruntuk kedua orang tua ananda tercinta Kamaluddin dan Ani Kartini
yang selalu membantu ananda untuk bertumbuh cinta dan do’a.
8. Kepada kakanda Puga Hilal Bayhaqie, yang selalu ada buat ananda,
memberikan dukungan moril dan materil. Adikku tersayang Yulianto
Bachtiar yang selalu ikut memberikan motifasi, tak lupa untuk nenek ku
tersayang yang selalu tak henti mendukung perjuangan ini melalui
doa-doanya.
9. Ibu Linda Agum Gumelar beserta keluarga yang telah memberikan
waktunya di tengah kesibukan aktifitasnya, dan Bapak Rantijar yang ikut
membantu dalam memberikan informasi.
10. Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ), terutama untuk ketua YKPJ
Dr. Sutjipto, Sp.B(K)Onk, dan kesesekretariatan YKPJ Very Fathony yang
11. Sahabat terbaik yang pernah dimiliki : Asep Raka, Anna Madaniah,
Pupun, Ana Sabhana, Muhamad Alive, Dian Rapiqie, Ranita Erlanty dan
Bpk. Budi Harto Prayogo, terima kasih atas bantuan dan motifasinya.
Tidak ada kata menyerah dalam perjuangan ini. Bersemangat,
Allahuakbar!!!
12. Teman-teman Fakultas Dakwah dan Komunikasi Angkatan 2004 terutama
KPI B, KPI E, KPI A, yang telah memberikan dukungan serta do’a kepada
penulis.
Untuk semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini,
yang tidak dapat disebutkan satu persatu tanpa mengurangi ucapan terima kasih
yang begitu besar. Mohon maaf apabila ada kesalahan yang pernah dilakukan,
sengaja ataupun tidak disengaja, semoga yang dilakukan adalah hal yang
terbaik dan mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah S.W.T, Amien. Akhir
kata, penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Amien.
Jakarta, 15 September 2008
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI ... iv
ABSTRAK ... vii
DAFTAR GAMBAR ...viii
DAFTAR TABEL... ix
ABSTRAK ... x
BAB I PENDAHULUAN A...La tar Belakang Masalah... 1
B...Pe mbatasan dan Perumusan Masalah ... 5
C...Tu juan dan Manfaat Penelitian... 6
D...M etodologi Penelitian...7
E...Si stematika Penulisan...11
B. Teori Difusi – Inovasi...15
C. Strategi Komunikasi...20
1. Pengertian Strategi ………...20
2. Tahapan – Tahapan Strategi……….…...22
3. Pengertian Komunikasi………..24
4. Proses Komunikas ... … 25
5. Strategi Komunikasi ... 28
6. Fungsi Strategi Komunikasi ... 29
7. Bentuk - Bentuk Komunikasi ... 31
BAB III BIOGRAFI LINDA AGUM GUMELAR A. Profile Linda Agum Gumelar ... 36
B. Kiprah Linda Agum Gumelar di YKPJ ... 39
C. Pemikiran Linda Agum Gumelar... 41
D. Profile Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta... 45
1.Profile Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta ... 45
2.Pita Pink ... 48
BAB IV TEMUAN DATA PENELITIAN DAN PEMBATASAN A. Bentuk Komuniksi Komunikasi Linda Agum Gumelar ... 52
1. Komunikasi Antar Pribadi. ... 52
3. Komunikasi Organisasi ... 58
B. Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar ... 62
1. Mengoptimalkan Sosialisasi ”Program Pita Pink” ... 62
2. Memperkuat dan Memperluas Jaringan ... 65
3..Mempromosikan Deteksi Dini ... 68
4..Rehabilitatif... 68
C. Penerapan Metode Komunikasi Linda Agum Gumelar ... 69
1. ProgramProaktif – Preventif ... 70
2. Program Kuratif ... 73
D. Implementasi Difusi – Inovasi Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar ... 74
E. Faktor - Faktor Penghambat dan Pendukung Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar ... 77
1. Faktor Pendukung... 77
2. Faktor Penghambat ... 78
BAB V PENUTUP... 79
A. Kesimpulan ... 79
B. Saran-saran... 80
DAFTAR GAMBAR
A. Gambar 2.1 Model Komunikasi Schramm ... 13
B. Gambar 2.2 Model Komunikasi Schramm yang Berbentuk Sirkuler .... 14
DAFTAR TABEL
A. Tabel 4.1 Akses Media ... 66
B. Tabel 4.2 Tabel Kegiatan ... 69
C. Tabel 4.9 Lokasi Penyuluhan Kanker ... 78
D. Tabel 4.10 Kelompok Usia Peserta Mammografi dan Faktor Resiko.. 80
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sudah bukan rahasia lagi bahwa pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dirasakan belum layak. Ketidaklayakan ini bisa bersumber dari banyak faktor,
misalnya faktor human error, bencana alam, ekonomi miskin, status sosial,
dan budaya. Faktor ekonomi miskin menyebabkan masyarakat miskin
diperlakukan secara tidak adil, tidak layak dan tidak sama. Layanan kesehatan
masyarakat belum adil di tataran orang dengan ekonomi kelas bawah. Hanya
masyarakat yang mampu saja yang bisa menikmati layanan kesehatan
menggunakan teknologi canggih, sementara masyarakat miskin hanya puas
dengan pelayanan seadanya dan asal-asalan.1
Ketidaksamaan perlakuan terhadap pasien dikarenakan oleh human
error, sering terjadi, misalnya, tidak ada komunikasi antara dokter dengan
pasien, dan anggapan bahwa pasien lebih rendah posisinya dari dokter.
Akibatnya, banyak ditemukan kesalahan praktek yang merugikan, salah obat
dan berakibat fatal bagi pasien. Pemberi layanan merasa sebagai orang yang
paling tahu, paling pandai, sehingga menjadi satu-satunya penentu untuk
mengobati pasien. Cara ini cenderung serampangan dan mengabaikan
kemampuan pasien. Misalnya, tidak ada komunikasi antara dokter dengan
pasien, dan anggapan bahwa pasien di sisi lain, harga berobat mahal, tidak
1
terjangkau oleh masyarakat kelas rendah. Perlindungan terhadap konsumen
juga tergolong rendah. Tiada komunikasi antara dokter-pasien telah
mengakibatkan meningkatnya sejumlah penyakit yang tiada kunjung sembuh,
bahkan kecenderungan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Rendahnya kualitas pendidikan masyarakat Indonesia terutama kaum
perempuan menjadi pemicu terhadap minimnya pengetahuan mereka akan
kesehatan. Terutama bagi mereka yang tinggal di pedesaan Sehingga tidak
mengherankan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia menempati urutan
kedua terburuk setelah Myanmar untuk kawasan Asia Tenggara.2
Anggapan-anggapan yang telah baku mengenai supremasi laki-laki
atas perempuan dengan menyandarkan dalil-dalil keagamaan justru telah
merugikan kaum perempuan3. Hal tersebut diperparah lagi dengan legitimasi
dari sebagian kaum perempuan bahwa mereka telah menjadi imferior dari
kaum laki-laki. Sehingga pendidikan bagi perempuan bukan menjadi skala
prioritas. Maka tidak mengherankan apabila pemahaman tentang kesehatan
menjadi terbelakang.
Sosok perempuan adalah pendamping bagi suaminya. Ia juga
merupakan ibu bagi anak-anaknya. Keberadaannya saling melengkapi. Isteri
bukan sebagai beban suami, dan anak bukan menjadi beban keluarga. Maka
hubungan suami isteri, laki-laki dan perempuan adalah hubungan kemitraan.
Dari sini dapat dimengerti sesungguhnya ayat-ayat Al-qur’an menggambarkan
2
Data WHO 2006, diakses pada tanggal 17 Februari 2007 jam 19.15 dari http://www .yahoo.com,
3
hubungan laki-laki dan perempuan, suami dan isteri sebagai hubungan saling
menyempurnakan yang tidak dapat terpenuhi kecuali atas dasar kemitraan.4
فوﺮْ ْﺎﺑ
نوﺮ ْﺄ
ﺾْ ﺑ
ءﺎ ْوأ
ْ ﻬﻀْ ﺑ
تﺎﻨ ْﺆ ْاو
نﻮﻨ ْﺆ ْاو
ﻪﱠ ا
نﻮ ﻄ و
ةﺎآﱠﺰ ا
نﻮ ْﺆ و
ةﺎ ﱠﺼ ا
نﻮ ﻘ و
ﺮﻜْﻨ ْا
ﻦ
نْﻮﻬْﻨ و
ﺰ ﺰ
ﻪﱠ ا
ﱠنإ
ﻪﱠ ا
ﻬ ﺣْﺮ ﺳ
ﻚﺌ وأ
ﻪ ﻮﺳرو
ﻜﺣ
)
ﻪﺑﺔ ا
(
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan , sebagian mereka
adalah awliya bagi sebagian yang lain, mereka menyuruh mengerjakan yang
ma’ruf, mencegah yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan
taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat dari Allah,
sesungguhnya Allah Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. (Qs. Attaubah 9:7)
Jadi Allah SWT menciptakan laki-laki dan perempuan jelas berbeda.
Namun bukan untuk dibeda-bedakan apalagi harus ada yang mendapatkan
perlakuan diskriminatif. Karena sesungguhnya perbedaan tersebut merupakan
suatu anugerah apabila manusia mau berfikir .
Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh perempuan dan tidak dimiliki
oleh laki-laki adalah keindahan bentuk payudaranya. Dari payudara inilah
menghasilkan ASI yang memiliki banyak manfaatnya. ASI yang dihasilkan
oleh ibu-ibu yang memiliki balita dapat menekan angka kematian bayi hingga
13 persen sehingga dengan dasar asumsi jumlah penduduk 219 juta, angka
4
kelahiran total 22/1000 kelahiran hidup, angka kematian balita 46/1000
lahiran hidup maka jumlah bayi yang akan terselamatkan sebanyak 30 ribu.5
Namun yang patut disayangkan tingkat pemberian ASI secara
eksklusif di tanah air hingga saat ini, masih tergolong sangat rendah, yakni
antara 39 persen hingga 40 persen dari jumlah ibu yang melahirkan padahal
pemberian ASI dapat menurunkan resiko terkena kanker payudara dan kanker
rahim. Hal ini disebabkan karena rendahnya pengetahuan dan pemahaman
akan fungsi dan peranan payudara yang dimiliki kaum perempuan itu sendiri.6
Penyakit kanker payudara merupakan momok yang paling menakutkan
bagi sebagian besar kaum perempuan. Namun demikian banyak diantara
mereka yang tidak memahami penyebab timbulnya penyakit tersebut.
Sehingga mereka tidak mengetahui bagaimana diteksi dini dalam mencegah
kanker payudara.
Jumlah penderita kanker payudara di Indonesia menempati urutan
kedua setelah kanker leher rahim. Penderitanya pun ada yang baru berusia 18
tahun. Padahal di negara-negara lain, Eropa atau Amerika misalnya, jumlah
penderita kanker payudara tidak begitu banyak dibanding dengan jumlah
penderita kanker jenis lain. Hal ini disebabkan di negara-negara tersebut
kesadaran untuk melakukan deteksi dini sudah berkembang baik. Kebanyakan
kanker payudara ditemukan pada stadium awal, sehingga segera dapat diobati
5
Setiap Tahun 30 Ribu Anak Dapat Diselamatkan Dengan Pemberian ASI, pada tanggal6 Desember 2007 jam 19.00 diakses dari http:// www.idionline.net
6
dan disembuhkan. Sedang di negara kita, kebanyakan kasus kanker ditemukan
pada stadium lanjut, ketika penyembuhan sudah sulit dilakukan.7
Dengan konteks ini peneliti tertarik untuk mengkaji Strategi
Komunikasi Linda Agum Gumelar dalam program Pita Pink di Yayasan
Kesehatan Payudara Jakarta, karena Linda Agum Gumelar bagaikan dua sisi
mata uang yang tidak dapat dipisahkan dengan Yayasaan Kesehatan Payudara
Jakarta (YKPJ). Sebagai salah seorang pendiri yayasan sekaligus Dewan
Pembina, andil Linda Agum Gumelar cukup besar dalam menentukan arah
dan kebijkan yayasan tersebut. Rendanya pemahaman mengenai penyakit
kanker payudara, menjadi alasan Linda Agum Gumelar untuk melalukan
berbagai upaya sosialisasi tentang pentingnya kesadaran masyarakat dalam
menjaga kesehatan payudara.
Berdasarkan latarbelakang pemikiran inilah, maka peneliti tertarik
meneliti dengan judul : “Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar dalam
Program Pita Pink di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta” Judul tersebut
fokus pada bentuk dan strategi komunikasi yang dikembangkan dan
diimplementasikan oleh Linda Agum Gumelar dalam menjalankan
programnya.
7
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Untuk lebih mengarahkan penelitian, penyusun membatasi penelitian
dalam rentang waktu pada 1 Juny 2007 - 31 Juny 2008. Dengan rumusan
masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimanakah bentuk-bentuk komunikasi yang diterapkan oleh Ibu
Linda Agum Gumelar dalam proses pembinaan Yayasan Kesehatan
Payudara Jakarta?
2. Bagamana strategi komunikasi yang di pakai Linda Agum Gumelar dalam
implementasi program kampanye gerakan penyakit kanker payudara
Program Pita Pink di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan maka penelitian ini bertujuan :
a. Ingin mengetahui bentuk-bentuk komunikasi yang diterapkan oleh Ibu
Linda Agum Gumelar dalam proses pembinaan Yayasan Kesehatan
Payudara Jakarta
b. Ingin mengetahui strategi komunikasi yang dipakai Linda Agum
Gumelar dalam dalam implementasi program kampanye gerakan
penyakit kanker payudara Program Pita Pink di Yayasan Kesehatan
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
a. Untuk Menambah literatur dan khazanah keilmuan KPI terutama tentang
bentuk – bentuk dan strategi komunikasi
b. Untuk memberikan kontribusi positif dalam studi Dakwah dan
komunikasi, khususnya dalam kaitan diantara dua bidang ilmu tersebut.
2. Manfaat Praktis
a. Membantu Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta sebagai bahan masukan,
agar ke depan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik.
b. Bahan informasi awal bagi penelitian dengan fokus serupa dimasa yang
akan datang.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan cara
menggunakan deskriptif interpretatif .8
Adapun data yang diambil bersifat kualitatif, yaitu yang digambarkan
dengan kata-kata atau kalimat analisis dan dipisah-pisahkan menurut katagori
untuk memperoleh kesimpulan.9
8
Satu metode yang diharapkan dapat menemukan beberapa
kemungkinan dan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan jalan
mengumpulkan data, menyusun, serta mengklasifikasikannya. Tujuan metode
ini adalah untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena dan
melukiskan secara sistematik populasi tertentu secara faktual dan cermat.
Penelitian kualitatif umumnya mencangkup penelitian naturalistik dan
etnografi, mencangkup beberapa pendekatan yang juga menggunakan
nama-nama lain seperti : studi kasus, penelitian tindakan (action researce), riset
kolaboratif, riset fenomonologi, studi lapangan, dan intraksionisme interpretif.
Semua penelitian ini bersifat kualitatif berdasarkan ciri-ciri berikut : Memiliki
minat teoretis pada proses interpretasi manusia, memfokuskan perhatian pada
studi tindakan manusia dan artefak yang bersituasikan secara sosial,
menggunakan manusia sebagai instrumen penelitian utama, mengandalkan
terutama bentuk-bentuk narataif untuk mengkode data dan menulis teks untuk
disajiakn kepada khalayak.10
2. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah Linda
Agum Gumelar. Sedangkan yang menjadi objek dari penelitian adalah strategi
komunikasi Linda Agum Gumelar dalam “Program Pita Pink” di Yayasan
Kesehatan Payudara Jakarta..
9
Ibid, h. 246
10
3. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta :
JL. Letjend. S. Parman Kav. 84-86, Slipi, Jakarta 11420. Pada 1 Juni 2007 -
31 Juni 2008.
4. Teknik Pengumpulan Data
Berikut ini adalah teknik pengumpualan data yang peneliti lakukan :
a. Observasi : ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti.11 Peneliti juga mengawasi dengan mencermati
setiap perkembangan yang berkaitan dengan penelitaian ini. Dalam
penelitian ini, peneliti mengadakan pengamatan terhadap kegiatan dan
strategi komunikasi Linda Agum Gumelar dalam mensosialisasikan
“Program Pita Pink”.
b. Wawancara : berbentuk tanya jawab lisan antara dua orang lebih secara
langsung. Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang yang
diwawancara di sebut Interviewee.12 Berkaitan dengan penelitian ini,
peneliti melakukan wawancara dengan Linda Agum Gumelar, dan Dr.
Sutjipto, Sp.B (K)Onk.
11
Suharsimi, Arikuntoro, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT. Rieneka Cipta 1998), Cet, ke- 2,, h.54
12
c. Dokumentasi : tehnik pengumpulan data yang diperoleh melalui
dokuimen-dokumen.13 Adapun dokumen yang peneliti peroleh dari buku
bacaan, kepustakaan, foto-foto.
5. Analisis Data
Untuk menganalisiss oprasional strategi komunikasi Linda Agum
Gumelar, dalam “Program Pita Pink” di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta,
maka peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif interpretatif, Yang
dimaksud dengn deskriftif interpretatif adalah penulis berusaha menjelaskan
bentuk dan langkah-langkah strategi komunikasi yang dilakukan oleh Linda
Agum Gumelar dalam aktifitasnya sebagai Dewan Pembina Yayasan
Kesehatan Payudara Jakarta dalam mensosialisasikan ”Program Pita Pink”
sebagai sumber primer, sedangkan sebagai sumber data skunder penulis
memperoleh dari berbagai dokumen, literatur, dan data-data yang
berhubungan dengan pembahasan skripsi ini, yakni dengan menganalisis data
berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dai hasil wawancara dan
studi dokumentasi. Sedangkan tekhnik dan metode penulisannya ini, penulis
berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang
diterbitkan oleh UIN Jakarta Press.
13
E. Sistematika Penulisan
Berdasarkan penelitian diatas, maka sistematika penulisan dalam
pembahasan ini adalah sebagai berikut .
Bab I Merupakan bab Pendahuluan. Pada bab ini membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan
Pustaka, dan Sistematika Penulisan
Bab II Menjelaskan tentang Kajian teoritis. Pada bab ini membahas tentang : Model Komunikasi Wilber schramm, Teori Difusi –
Inovasi , Strategi Komunikasi
Bab III Membahas tentang Biograpi Linda Agum Gumelar Pada bab ini membahas tentang : Profile Linda Agum Gumelar, Profile
Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta, Profile Program Pita Pink.
Bab IV Menguraikan tentang Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar Di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta Yayasan Kesehatan
Payudara Jakarta Pada bab ini membahas tentang : Bentuk
komunikasi linda Agum gumelar, Strategi Komunikasi Linda
Agum Gumelar, Penerapan Metode Komunikasi Linda Agum
Gumelar, Faktor - Faktor Penghambat dan Pendukung Strategi
Komunikasi Linda Agum Gumelar.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
3. Model Komunikasi Wilbur Schramm
Menurut Wilbur Schramm, komunikasi membutuhkan setidaknya tiga
unsur yaitu: sumber (source), pesan (message), dan sasaran (destination).
Sumber boleh jadi seorang individu (berbicara, menulis menggambar,
memberi isyarat) atau suatu organisasi komunikasi (seperti sebuah surat kabar,
penerbit, stasiun TV atau Studio Film). Pesan dapat berbentuk tinta pada
kertas, gelombang suara di udara, impus arus listrik, lambaian tangan, bendera
diudara atau setiap tanda yang ditafsirkan. Sasarannya mungkin seorang
individu yang mendengarkan, menonton atau membaca, atau anggota suatu
kelompok, seperti diskusi, khalayak pendengar ceramah, kumpulan penonton
sepak bola, atau anggota khalayak media massa.14
Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi-balik pesan,
berdasarkan pengalaman yang dimiliki masing-masing. Bila kedua orang
memiliki wilayah pengalaman bersama yang besar, maka komunikasi mudah
dilakukan. Semakin besar wilayah tersebut, semakin miriplah bidang
pengalamannya (field of experience) yang dimiliki kedua pihak yang
berkomunikasi. Bila kedua lingkaran itu tidak bertemu, artinya bila tidak ada
pengalaman bersama-sama komunikasi tidak mungkin berlangsung. Bila
wilayah yang berimpit itu kecil, artinya pengalamaan sumber dan pengalaman
14
sasaran sangat jauh berbeda, maka sangat sulit untuk menyampaikan makna
dari seseorang kepada orang lain.
Menurut Schramm, seperti ditunjukkan model ketiganya, jelas bahwa
setiap orang dalam proses komunikasi adalah sekaligus sebagai encoder dan
decoder. Kita secara konstan menyandi balik tanda-tanda dari lingkungan kita,
menafsirkan tanda-tanda tersebut dan menyandi sesuatu sebagai hasilnya.
Makna yang dihasilkan dari penyandian-balik (penafsiran) yang akan
membuat kita menyandi.15
Gambar 2.1
Model Komunikasi Schramm
Proses kembali dalam model di atas disebut umpan balik (feed back),
yang memainkan peran sangat penting dalam komunikasi, karena hal itu
memberi tahu kita bagaimana pesan kita ditafsirkan, baik dalam bentuk
kata-kata sebagai jawaban, anggukan kepala, dan sebagainya. Begitu juga surat
15
pembaca kepada redaksi sebagai protes atas editorial yang ditulis surat kabar
tersebut, ataupun tepuk tangan khalayak yang mendengarkan ceramah. Namun
menurut Schramm, umpan balik juga dapat berasal dari pesan kita sendiri,
misalnya kesalahan ucapan atau kesalahan tulisan yang kemudian kita
perbaiki.16
Gambar 2.2
Model Komunikasi Schramm yang Berbentuk Sirkuler
Schramm memberikan model proses komunikasi ini yang lebih
memperlihatkan pentingnya pengalaman dalam proses komunikasi. Bidang
pengalaman akan menentukan apakah pesan yang dikirimkan diterima oleh si
penerima sesuai dengan apa yang dimaksud oleh si pengirim pesan. Schramm
mengatakan jika tidak ada kesamaan dalam bidang pengalaman, bahasa yang
16
sama, maka sedikit kemungkinan pesan yang diterima diinterprestasikan
dengan benar. 17
Model ini sama dengan model-model sebelumnya yaitu
memperlihatkan proses komunikasi yang satu arah dan tidak dua arah oleh
karena Schramm menyadari pentingnya balikan dalam komunikasi, akhirnya
menyempurnakan model ini menjadi model dua arah. Balikan adalah penting
dalam proses komunikasi karna akan menceritakan kepada kita bagaimana
pesan yang dikirimkan diinterprestasikan oleh yang menerima pesan. Bila
peneriam pesan memberikan kepada si pengirim, maka si penerima berubah
menjadi si pengirim atau sumber, sehingga komunikasi tidak satu arah lagi,
tetapi satu lingkaran. Seorang individu dapat dipandang sebagai si pengirim
atau penerima pesan.18
4. Teori Difusi – Inovasi
Penelitian difusi adalah satu jenis penelitian komunikasi yang khas,
tetapi penelitian ini dimulai di luar bidang komunikasi, penelitian ini berasal
dari sosiologi. Rogers, tokoh difusi yang kemudian menjadi peneliti
komunikasi, membuat desertasi dalam pedesaan.19
Berbagai macam difusi didefinisikan, tetapi ada satu asumsi yang
mengikat semua difusi. Difusi adalah suatu proses komunikasi yang
17
Muhamad ,Arni, Komunikasi Organisasi PT.Bumi Aksara Jakarta 2004. Cet keenam, h.10
18
Ibid , h.11
19
menetapkan titik-titik tertentu dalam penyebaran informasi melalui ruang dan
waktu dari satu agen ke agen yang lain.
Salah satu saluran informasi yang penting adalah media massa, karena
itu model difusi mengasumsikan bahwa media massa mempunyai efek yang
berbeda-beda pada titik-titik waktu yang berlainan, mulai dari menimbulkan
tahu sampai mempengaruhi adopsi atau rejeksi (penerimaan atau
penolakan).20
Secara umum, inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau
obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau
satu unit adopsi lain. Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi
sama dengan teknologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan
instrumental dalam rangka mengurangi ketidak teraturan suatu hubungan
sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu.21
Inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan
tertentu. Sebagaimana dikutif oleh Fullan (1996) menerangkan bahwa tahun
1960-an adalah era dimana banyak inovasi-inovasi pendidikan kontemporer
diadopsi, seperti matematika, kimia dan fisika baru, mesin belajar (teaching
machine), pendidikan terbuka, pembelajaran individu, pengajaran secara team
(team teaching) dan termasuk dalam hal ini adalah sistem belajar mandiri.22
Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi
dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu
terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai
20
Ibid, h.71
21
Difusiinovasi, diakses pada tanggal 15 juni 2008 jam 14.30 di www.yahoo.com,
22
suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping
itu, difusi juga dapat diangap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu
proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas
disini bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena tujuan
utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem
sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok
informal, organisasi dan atau sub sistem.23.
Sesuai model tersahulu, model difusi dapat dinyatakan secara
operasionalnya :
Model Difusi Inovasi24
Antaseden Variabel Media Efek difusi
- Variabel penerima - Terapan Media - Temporal
- Dimensi Inovasi - Penggunaan Media - Spasial
- Saluran Interpersonal - Stuktural
- Fasal
Sebagai paradigma difusi inovasi, arus banyak tahap (multi step flow)
harus menelusuri dua unsur arus komunikasi informasi tentang informasi ini
tentang penerimaan atau penggunaan inovasi tersebut.25
23
Ibid, jam 16.00
24
Rahmat Jalaluddin, M.SC Metode Penelitian Komunikasi (Bandung : P.T Remaja Rosdakarya 2007), Cet ketiga belas h., h.71
25
Dengan menggunakan model ini, peneliti dapat meneliti inovasi atau
informasi baru tersebar pada unit-unit adopsi (penerima inovasi). Inovasi
dapat berupa berita, peristiwa, pesan-pesan politik, gagasan baru dan
sebagainya. Dengan ini media massa atau saluran interpersonal
mempengaruhi efek difusi dapat ditentukan oleh variabel antara, yang dalam
model ini disebut antaseden. Variabel penerima yang antara lain meliputi data
demografis dan variabel sosiopsikologis sudah dibicarakan pada model
terdahulu.
Divusi inovasi menunjukan faedah relatif, komtabilitas, kompleksitas
dan lain-lain. Faedah relatif menunjukan tingkat kelebihan inovasi
dibandingkan dengan gagasan yang mendahuluinya. Komtabilitas
(compability) adalah tingkatan kesesuaian inovasi dengan nilai-nilai yang ada.
Kompleksitas berarti tingkat kesukaran untuk memahami atau menggunakan
inovasi.
Variabel efek diskusi dapat berupa temporal, spasial, stuktural dan
fasal. Istilah temporal menunjukan pola adopsi gagasan-gagasan baru dalam
jangka waktu. Istilah spasial menunjukan keteraturan tertentu dalam pola
spasial distribusi inovasi. Sedangkan istilah stuktural menunjukan penyebaran
informasi melalui stuktur-struktur komunikasi, bisa melalui dua tahap (
fase-fase dalam proses adopsi, yang terkenal ada lima fase-fase yaitu : pengenalan,
informasi, evaluasi, percobaan dan keputusan.26
The hybrid Corn Study adalah penelitian difusi yang paling pertama
dan paling terkenal. Penelitia ini dilakukan Ryn dan Gross. Diantara
penemuan-penemuan yang lain dari studi ini adalah : (1) adopter awal lebih
lama memerlukan waktu untuk mengambil keputusan dari adopter akhir, (2)
Media massa dan sumber-sumber interpersonal yang dekat amat selektif
dalam mengubah tingkah laku.
The Saucio Study adalah penelitian yang pertama kali menerapkan
metode penelitian difusi Amerika pada negara berkembang. Deuthschman dan
Fals Borda melakukan penelitian adopsi dengan menggunakan indeks prilaku
inovatif dibuat dengan menggunakan analisis skala Guttman. Diantara
penemuan penelian ini ialah : (1) sumber-sumber interpersonal adalah yang
paling efektif untuk menyebarkan informasi dan pengaruh-hanya 17%
menyebutkan media massa sebagai sumber informasi, (2) adopter awal lebih
cenderung mengunakan semua media massa (radio, surat kabar, buku) dari
adopter terakhir.27
Model difusi informasi melacak penyebaran inovasi dalam satu sistem
sosial melalui ruang dan waktu.
Implementasi dari teori ini adalah sosok Linda Agum Gumelar
bersama Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) sebagai source selalu
menerima feed back dari destinastion. Tetapi sebagai sumber pesan yang
26
Rahmat, Jalaluddin, M.Sc Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung P.T Remaja Rosdakarya) 2007 Cet ketiga belas, h.72
27
dominan Yayasan Kesehata Payudara Jakarta ini, memiliki beragam inovasi
dalam mengemas pesannya. Sehingga pesan dapat diterima oleh khalayak dan
target serta sasaran dari YKPJ dapat tercapai.
5. Strategi Komunikasi C. Pengertian Strategi
Pada awalnya strategi digunakan dalam dunia militer, yaitu untuk
memenangkan suatu peperangan.28 Istilah strategi sebenarnya berasal dari kata
yunani stratogos (artinya pasukan) dan ageni (artinya memimpin), jadi
strategi adalah hal memimpin pasukan, ilmu tentang perang dan
kadang-kadang dikaitkan orang sebagai ilmunya para Jenderal, ilmunya para
komandan.
Strategi adalah pusat dan intinya yang khas dari manajemen strategi,
strategi mengacu pada perumusan, tugas, tujuan, dan sasaran organisasi,
dewasa ini strategi adalah istilah paling lazim untuk apa yang bisa disebut
kebijakan, tetapi tidak terdapat kesepakatan tentang hal itu. Beberapa penulis
mengacu pada tingkat abstraksi yang tinggi. Dalam hal ini strategi adalah
konsep, penempaan, misi perusahaan, penetapan, sasaran organisasi dengan
mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi
tertentu untuk mencapai sasaran dan memungkinkan implementasinya secara
tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organissasi akan tercapai.29
28
Komarudin, Ensiklopedi Manajemen (Jakarta : Bumi Aksara,1994)Cet.Ke 1, h.539
29
Orang sudah mulai berbicara strategi dalam arti yang luas dan strategi
dalam arti yang sempit strategi bukan sekedar paham di saat terjadi
peperangan, akan tetapi strategi menjadi paham disaat damai. Strategi pada
hakikatnya menjadi berarti : hal-hal yang berkenaan dengan cara dan usaha
menguasai dan mendayagunakan segala, sumber daya suatu masyarakat, suatu
bangsa, untuk mencapai tujuan. Sudah jelas bahwa kita di Indonesia
mengikuti paham strategi yang luas tidak mengikuti paham strategi yang
sempit. Hal ini tercermin dalam doktrin ketahanan nasional dan wawasan
nusantara.
Kalau kita mengambil saripatinya, maka pada pendekatan strategi pada
hakikatnya mempunyai lima ciri-ciri berikut :
Pertama, ia memusatkan perhatian pada kekuatan. Kekuatan adalah
bagaikan fokus dalam pokok pendekatan strategi. Kedua, ia memusatkan
kepada analisa dinamika, analisa gerak, analisa aksi. Ketiga, strategi
memusatkan pada perhatian kepada tujuan yang ingin dicapai serta gerak
untuk mencapai tujuan tersebut. Keempat, strategi memperhatikan
faktor-faktor waktu (sejarah : masa lampau, masa kini dan trauma masa depan) dan
faktor lingkungan dan Kelima, strategi berusaha menemukan
masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa-peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan
serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat
diambil dalam rangka bergerak menuju kepada tujuan itu.30
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planing) dan
manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan tersebut. Strategi
tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan peta arah saja
melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik oprasionalnya.31
D. Tahapan – Tahapan Strategi
Dalam proses penerapan strategi menggunakan beberapa tahapan yaitu
diantaranya :32
1. Perumusan Strategi
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam menyusun strategi yaitu
dengan cara merumuskan strategi, atau menyusun langkah awal. Sudah
termasuk di dalamnya untuk pengembangan tujuan, mengenai peluang dan
ancaman ekstrnal, menetapkan kekuatan kelemahan secara internal,
menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternative, dan memilih
strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga di tentukan suatu
sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari, atau melakukan suatu
keputusan dalam proses kegiatan.
2. Implementasi Strategi
30
Mortopolo, Ali, Staregi Kebudayaan Jakarta : (Esiter For Strategic End International Study 1978 ) Cet pertama, h.8
31
Onong Uehjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,(Bandung :PT: Remaja Rosd Karya offset,2004)Cet ke-18, h. 35
32
Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan, maka
langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut.
Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan
komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat dan anggota organisasi.
Dalam pelaksaan strategi yang tidak menerapkan komitmen dan kerja sama
dalam pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi hanya
akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan. Implementasi strategi
bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang ditampakan
melalui penetepan struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang
dijalankan bersama budaya perusahaan dan organisasi.
3. Evaluasi Strategi
Tahap akhir dari menyusun strategi adalah evaluasi implementasi
strategi. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai,
dan dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi
menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu
organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang
dinyatakan telah dicapai. Ada tiga macam langkah dasar untuk mengevaluasi
strategi, yaitu :
a. Meninjau faktor – faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar
strategi. Adanya perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam
pencapaian tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya
strategi tidak efektif atau hasil implementasi yang buruk dapat berakibat
b. Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan
kenyataan). Prosesnya dapat dilakukan dengan menyidiki penyimpanan
dari rencana, mengevaluasi prestasi indivisual, dan menyimak kemajuan
yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk
mengevaluasi strategi harus dapat diukur dan mudah dibuktikan, kriteria
yang meramalkan hasil lebih penting dari pada kriteria yang
mengungkapkan apa yang terjadi.
c. Mengembalikan tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi
sesuai dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti strategi yang ada
yang ditinggalkan atau harus merumuskan strategi yang baru. Tindakan
korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang
dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan.
E. Pengertian Komunikasi
Komunikasi secara etimologi berasal dari bahsa latin “communicatio”.
Istilah ini bersumber dari perkataaan ”communis” yang berarati sama, sama
disini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila
terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh
komunikator yang diterima oleh komunikan.33 Hakikat komunikasi adalah
proses pernyataan antar manusia yang dinyatakan itu adalah pikiran atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai
alat penyalurnya.
33
Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message),
orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator),
sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan
(communicate).
Selain pengertian di atas, para ahli komunikasi juga mempunyai
pendapat yang berbeda mengenai pengertian komunikasi, diantaranya
Bereslon dan Steiner mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian
informasi, ide, gagasan, emosi, keterampilam dan seterusnya melalui
penggunaan symbol kata, gambar, angka, grafik, dan lain-lain. Kemudian
Shannon dan weaver mengartikan komunikasi sebagai mencangkup produser
melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi orang lain.34
Menurut Onong Uchjana Effendy, ada beberapa sebab mengapa
manusia melakukan komunikasi, yakni untuk :
a. Mengubah sikap (to change the attitude).
b. Mengubah oponi / pendapat / pandangan (to change the opinion).
c. Mengubah prilaku (to change the behavior).
d. Mengubah masyarakat (to change the society).35
Komunikasi juga dilakukan dengan berbagai metode, istilah metode
atau dalam bahasa Inggris “method” berasal dari bahasa Yunani “methodos”
yang berarti rangkaian yang sistematis dan yang merujuk kepada tata cara
yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan, dan logis. Agar
34
Aubery Fisher, Teori – Teori Komunikasi (Bandung : Remaja Karya, 1986), h.10
35
komunikasi berjalan efektif, maka kita juga memerlukan strategi dalam
menyampaikan pesan agar dapat diterima oleh orang lain.
F. Proses komunikasi
Dalam bahasa komunikasi komponen atau unsur adalah sebagai berikut :
a. Source (sumber)
Sumber adalah dasar yang digunakan didalam penyampaian pesan,
yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat
berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya.36
b. Communicator (penyampai pesan)
Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis,
kelompok orang, organisasi komunikasi, seperti : surat kabar, radio, televisi,
film dan sebagainya. Komunikator dalam penyampaian pesannya bisa juga
menjadi komunikan begitu juga sebaliknya. Syarat-syarat yang harus di
perhatikan oleh seorang komunikator adalah :
1. Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya.
2. Keterampilan berkomunikasi.
3. Mempunyai pengetahuan yang luas.
4. Sikap.
5. Memiliki daya tarik. 37
c. Message (pesan)
36
Widjadja , Konunikasi komunikasi dan hubungan masyarakat (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), h.11
37
Pesan keseluruhan dari apa yang disampaikan komunikator. Pesan
dapat bersifat informatif memberi keterangan-keterangan yang kemudian
komunikan dapat mengambil kesimpulannya sendiri. Pesuasif bujukan, yakni
membangkitkan dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan
akan memberi berupa pendapat/sikap, sehingga ada perubahan. Coersif
memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi, coersif dapat berbentuk
perintah, intruksi, dan sebagainya (biasanya hal ini terjadi pada organisasi tipe
keledai).
d. Channel (saluran)
Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima
melalui panca indera atau menggunakan media. Pada dasarnya komunikasi
yang sering dilakukan dapat berlangsung menurut 2 saluran, yaitu :
i. Saluran formal atau yang bersifat resmi.
ii. Saluran informal atau yang bersifat tidak resmi
e. Communican (penerima pesan)
Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam 3 jenis
yakni personal, kelompok dan organisasi.
f. Effect (hasil)
Effect Adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan
tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan.
Proses komunikasi
Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan
Proses komunikasi secara primer
Adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media primer.
Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial,
isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu
“menerjemahkan” pikir dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.38
Proses komunikasi secara skunder
Adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan alat atau sarannya berada ditempat yang relatif jauh dan
atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi,
film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam
komunikasi.39
G. Srategi Komunikasi
Strategi komunikasi merupakan perpaduan perencanaan komunikasi
(communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication
management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi
komunikasi harus menunjukan bagaimana oprasionalnya secara praktis harus
dilakukan, dalam arti kata pendekatannya bisa berbeda-beda tergantung pada
suatu kondisi dan situasi .40
Dalam strategi komunikasi, peran komunikan sangatlah penting.
Strategi komunikasi haruslah bersifat dinamis, sehingga komuikator sebagai
38
Efendy Onong Uchjana Ilmu Komunisi, Teori dan Praktek (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1992), h.11
39
Ibid, h.16
40
pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang
mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat komunikasi dapat datang
sewaktu-waktu, terlebih jika komunikasi langsung melalui media massa.
Faktor-faktor yang berpengaruh bisa terdapat pada komponen media atau
komponen komunikan, sehingga efek yang diharapkan tak kunjung tarcapai.
Seorang komunikan akan mempunyai kemampuan dan strategi untuk
melakukan perubahan sikap, pendapat, dan tingkah laku komunikasi melalui
mekanisme daya tarik, jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut
serta dengannya. Dengan kata lain pihak komunikan merasa adanya kesamaan
antara komunikator dengannya, sehinga dengan demikian komunikan bersedia
untuk taat pada pesan yang dikomuikasikan oleh komunikator. Sikap
komunikator yang berusaha menyamakan diri dengan komunikan ini akan
menimbulkan simpati komunikan pada komunikator.
H. Fungsi Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi sangat diperlukan dalam proses komunikasi,
karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak
ditentukan oleh strategi komunikasi. Terutama jika komunikasi dilakukan
lewat media massa yang memiliki khalayak lebih luas dan beragam, maka kita
memerlukan perencanaan lebih matang dalam menyampaikan pesan yang
ingin kita sosialisasikan. Strategi komunikasi, baik secara makro (planned
multi-media strategy) Maupun secara mikro (single communication medium
a) Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif
persuasif, dan intruktif secara sistematik kepada sasaran untuk
memperoleh hasil optimal.
b) Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperoleh dan
dioprasionalkan media massa yang begitu ampuh, yang jika
dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.41
C. Tujuan Sentral dalam Strategi Komunikasi
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan
manajemen (management) untuk mencapai tujuan. Demikian pula dengan
strategi komunikasi yang merupakan paduan perencanaan komunikasi
(communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication
manageman) untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Menurut R.Wayne
Pace, Brent D.Peterson dan M.Dallas Burrnett dalam bukunya : Technique for
Effective Communication, bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri
atas tiga tujuan utama42 : a) To secure understanding
Memastikan bahwa komunikan paham mengerti pesan yang diterima.
Andaikata ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimaan itu
harus dibina (To establish acceptance).
b) To establish acceptance
41
Ibid, h. 300
42
Setelah komunikan mengerti dan menerima pesan maka ini harus
dilakukan pembinaan. Setelah penerimaan itu dibina. Kegiatan harus
dimotivasikan (To motivate action).
c) To motivate action
Setelah peneriamman itu dibina maka kegiatan itu harus dimotivasikan (To
motivate action).
D. Kolerasi Antar Komponen dalam Strategi Komunikasi
Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu
pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan fakor-faktor
penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi itu diperhatikan
komponen-komponen komunikasi dan faktor-faktor pendukung dan
fakor-faktor penghambat pada setiap komponen tersebut.43
I. Bentuk-Bentuk Komunikasi
a. Komunikasi Personal
Bentuk komunikasi kelompok ada dua yaitu komunikasi antarpersonal
dan komunikasi intrapersonal.44
Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) adalah
komunikasi dengan diri sendiri, baik kita sadari atau tidak. Komunikasi ini
merupakan landasan komunikasi antar pribadi dan komunikasi dalam
43
Ibid, h. 11
44
kontek lainnya, dengan kata lain komunikasi intrapribadi ini inheren dalam
komunikasi dua-orang, tiga-orang, dan seterusnya, karena sebelum
berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan
diri-sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain), hanya saja
caranya sering tidak disadari. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain
bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri-sendiri.45
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah
komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi secara langsung, baik secara verbal ataupun non
verbal.46
Menurut sifatnya, komunikasi antarpersonal dibedakan menjadi dua,
yakni komunikasi diadik (dyadic communication), dan komunikasi kelompok
kecil (small group communication). Komunikasi diadik adalah proses
komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka yang
dilakukan melalui tiga bentuk percakapan, wawancara dan dialog. Adapun
komunikasi kelompok kecil adalah proses komunikasi yang berlangsung
antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, hal mana anggota-anggotanya
berinteraksi satu sama lain. Mengenai batas jumlah anggota tidak secara tegas
disebutkan.47
45
Don F.Faules, R Wayne Pace, editor Mulyana, Deddy,Komunikasi Organisasi,
Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, (Bandung : PT.Rosdakarya 2001),Cet.Ke-3, h.72-73
46
Ibid, h.73
47
Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi
diadik (dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang. Ciri-ciri
komunikasi dyadic adalah :
c. Pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat.
d. Pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan
secara simultan dan spontan, baiksecara verbal maupun non verbal.48
Sebagai sebuah komunikasi tatap muka, tujuan komunikasi antar
pribadi adalah :
a. Mengenal diri sendiri dan orang lain.
b. Mengetahui dunia luar.
c. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna.
d. Mengubah sikap dan prilaku.
e. Bermain dan mencari hiburan.
f. Membantu orang lain
b. Komunikasi Kelompok.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama,
yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal
satu sama lain, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok
tersebut.49Adapun yang dimaksud dengan komunikasi kelompok adalah:
1) Bila proses komunikasi hal mana pesan-pesan yang disampaikan oleh
seorang pembicara kepada khalayak dalam jumlah yang lebih besar pada
tatap muka.
48
Don F.Faules, R Wayne Pace, editor Mulyana, Deddy,Komunikasi Organisasi,
Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, (Bandung : PT.Rosdakarya 2001),Cet.Ke-3, h. 73
49
2) Komunikasi berlangsung kontinyu dan bisa dibedakan mana sumber dan
mana penerima.
3) Pesan yang disampaikan terencana (dipersiapkan) dan bukan spontanitas
untuk segmen khalayak tertentu. Dalam komunikasi kelompok kita
mengenal seminar, diskusi panel, pidato, rapat akbar, pentas seni
tradisional di desa, pengarahanan ceramah. Dengan kata lain komunikasi
sosial antara tempat, situasi, dan sasarannya jelas.50
c. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi (organization communication) terjadi dalam
suatu organisasi, bersifat formal, dan juga informal, dan berlangsung dalam
suatu jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi kelompok. Komunikasi
organisasi seringkali melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi
antarpribadi dan ada kalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal
adalah komunikasi menurut stuktur organisasi, yakni komunikasi ke bawah,
komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal, sedangkan komunikasi
informal tidak tergantung pada stuktur organisasi, seperti komunikasi antar
sejawat, juga termasuk gosip.51
Komunikasi organisasi adalah sebagai pertunjukan dan penafsiran
pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu
organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam
50
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta : PT.RajaGrapindo Persada 2005), Cet.Ke-2, h. 33
51
hubungan-hubungan hirarki antara yang satu dengan yang lain dan berfungsi
dalam suatu lingkungan.52
Komunikasi organisasi cenderung menekan kegiatan
penanganan-pesan yang terkandung dalam suatu batas organisasional (organizational
boundary), fokusnya adalah menerima, menafsirkan dan bertindak
berdasarkan informasi dalam suatu konteks. Tekanannya adalah pada
komunikasi sebagai suatu alat yang memungkinakan orang beradaptasi
dengan lingkungan mereka. komunikasi organisasi dipandang dari suatu
perspektif interpretative (subjektif) adalah proses penciptaan makna atas
interaksi yang merupakan organisasi. Proses interaksi tersebut tidak
mencerminkan organisasi, ia adalah organisasi. Komunikasi organisasi adalah
“prilaku pengorganisasian” yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat
dalam proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang sedang
terjadi.53
52
Don F.Faules, R. Wayne Pace, editor Mulyana, Deddy,Komunikasi Organisasi,
Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, (Bandung : PT.Rosdakarya 2001),Cet.Ke-3, h. 31
53
BAB III
BIOGRAFI LINDA AGUM GUMELAR
2 Profile Linda Agum Gumelar
Linda Agum Gumelar, S.Ip yang mempunyai nama asli Linda
Amaliasari. Beliau merupakan anak ke empat dari pasangan Jendral (Purn)
Achmad Tahir dan Rosilla Simanjuntak. Selain menjabat di posisi strategis, di
akhir karir militernya Achmad Tahir, yang tak lain ayah kandung Linda,
dipercaya sebagai Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi di era Kabinet
Pembangunan IV- V pemerintahan Presiden Soeharto.54
Sebagai seorang militer Achmad Tahir, sering berpindah-pindah
tugas. Tidak mengherankan apabila Linda lahir di kota Bandung, padahal
kedua orang tuanya berdarah Sumatera Utara. Linda yang lahir pada tanggal
15 November 1951, harus menerima kenyataan untuk berpindah-pindah
sekolah karena mengikuti tugas sang ayah. Bahkan ia harus rela berganti-ganti
teman dan suasana sekolah dengan berbagai kultur yang berbeda pula.
Keadaan tersebut terkadang membuat ia sedih dan stres di waktu
kecilnya.”Saya itu anak tentara, ayah saya itu bertugas pindah-pindah, waktu
saya SD saja enam kali pindah sekolah, kalau untuk anak-anak mungkin agak
stres karena setiap tahun mesti ketemu guru yang baru serta teman-teman
yang baru, itu sebabnya setelah saya menikah, bapak (suami-red) yang juga
tentara sering berpindah-pindah tugas pula tetapi, anak-anak tidak saya bawa.
54
Karena saya khawatir takut mengalami hal yang sama seperti saya kecil”,
tambah Linda.55
Namun semuanya ada hikmahnya bagi Linda, dengan
berpindah-pindah sekolah sesunggunya ia telah belajar mengamati fenomena sosial yang
terjadi. Menghadapi beragam orang dengan latar belakang yang berbeda,
menjadikan dirinya semakin peka terhadap lingkungan sekitarnya. Karena
sering berinteraksi dengan beragam orang, menjadikan Linda sejak kecil
cita-citanya selalu berubah-ubah. Namun cita-cita-citanya mengarah kepada pekerjaan
yang berada di ruang publik dan bersifat sosial. ”Cita-cita saya sejak kecil
sering ganti-ganti, pertama saya ingin jadi guru karena guru adalah pekerjaan
mulia, terus pengen jadi dokter biar bisa merawat orang, jadi perawat dan jadi
psikolog pun selalu terbayang dalam benak saya sejak kecil,”jelas Linda .56
Tetapi cita-citanya untuk menjadi perawat harus kandas di tengah jalan
karena ia merasa ngeri melihat jarum suntik. Karena alasan jarum suntik pula,
ia hanya menyelesaikan studi di Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
sampai semester IV. Setelah menikah ia melanjutkan studinya di universitas
yang sama dengan mengambil jurusan Ilmu Politik. Meskipun kajian studinya
di bidang Ilmu Politik, tetapi Linda tidak pernah berhenti berkiprah di dunia
sosial. Berkali-kali ia terpilih menjadi ketua Dharma Wanita di berbagai
departemen dan lembaga pemerintahan. Selain itu ia juga selalu menduduki
jabatan dewan pembina di beberapa instansi kesehatan.57
55
Wawancara dengan Linda Agum Gumelar, pada 26 Mei 2008
56
Ibid,
57
Selain berasal dari keluarga aktivis, ternyata Linda beserta
keluarganya penikmat sepak bola. Lapangan hijaulah yang pada akhinya
mempertemukan Linda Amaliasari dengan Agum Gumelar. Sebagai seorang
militer, Agum ternyata hoby bermain sepak bola. Maka pada tahun 1974
keduanya menikah. Dari pernikahan inilah di karuniai seorang putra dan
putri.58
Nilai-nilai kedisiplinan dan kerja keras yang ia peroleh sejah kecil
merupakan buah dari didikan kedua orang tuanya yang berlatar belakang
militer. Meskipun Linda tergolong anak petinggi militer, namun orang tuanya
tidak pernah mendidik hidup serba instan. Keadaan inilah yang membuat
Linda hingga saat ini memiliki etos dan kerja keras yang tinggi untuk
menggapai segala sesuatu. Bahkan semangat kerja keras dan nilai-nilai
kedisiplinan ia terapkan kepada kedua buah hatinnya, Haris Khaseli Gumelar
(30) dan Armidianti Gumelar (26). Terbukti keduanya mendapakan gelar
sarjana dari Universitas ternama di Amerika Serikat. Sekembalinya di tanah
air Haris Khaseli menjadi sutradara dan produser band-band ternama,
sedangkan Armidiati bekerja di perusahaan televisi swasta dan dipersunting
oleh pebulu tangkis terkenal Taufik Hidayat. 59
Selain menanamkan nilai-nilai kedisiplinan dan tanggung jawab,
ternyata Linda pun menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan
putra-putrinya. Meskipun kedua anaknya memiliki latar belakang pendidikan
dari Amerika yang sekuler. Tetapi semangat religius dalam kehipuan
58
Ibid
59
putrinya selalu terbina. Sebuah kebanggaan bagi orang tua, ketika Kharis
Kaseli dan Armyati beberapa kali hatam Al-Qur’an di negeri orang, ditengah
pergaulan mereka dengan orang-orang non muslim bahkan sekuler.60
3 Kiprah Linda Agum Gumelar di YKPJ
Keberadaan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) tidak
terlepas dari peranan sosok Linda Amaliasari Agum Gumelar. Dia yang
memiliki andil yang cukup besar dalam berdirinya YKPJ. Bersama Andy
Endriarto Sutarto, dan Tati A.M Hendripriyono ketiganya sepakat untuk
mendirikan Yayasan penanggulangan kanker payudara yang kemudian hari
dikenal dengan ”Program Pita Pink”. Keberadaan yayasan tersebut tidak
terlepas pula dari peranan dr. Sutjipto, Sp.B(K)Onk, seorang dokter spesialis
penyakit kanker payudara. 61
Sulit rasanya memisahkan nama besar Yayasan Kesehatan Payudara
Jakarta (YKPJ) dengan sosok Linda Agum Gumelar. Bisa jadi dikatakan tanpa
Linda Agum Gumelar nama YKPJ belum tentu ada. Tetapi bukan seorang
Linda Agum Gumelar, bila ia hanya berlindung di balik nama besar
organisasi. Di usia yang menginjak 57 tahun Linda Amaliasari tidak pernah
lelah dengan rutinatas dan atifitasnya. Bila di runtut kegiatan sehari-hari,
maka sosok Linda Agum Gumelar menghabiskan atifitas hidupnya untuk
kegiatan sosial. Namun penulis hanya membatasi pada kegiatan Linda Agum
Gumelar yang berhubungan dengan Yayasan Kanker Payudara Jakarta saja.
60
Wawancara dengan Linda Agum Gumelar, pada 26 Mei 2008.
61
Sebagai seorang survivor yang menjadikan Linda Agum Gumelar
bersentuhan dengan masalah Kanker payudara. Awalnya di tahun 1996 ketika
dokter memvonis kanker payudara, dirinya sempat shock. Namun Linda tidak
menyerah dengan keadaan yang menimpa dirinya. Sebelum stadium lanjut, ia
memutuskan untuk berobat ke Belanda, atas saran dari Rima Melati yang
sebelumnya juga pernah mengalami kanker payudara. Menurut pengalaman
Linda, pengobatan kanker payudara memerlukan proses yang cukup lama
dalam proses penyembuhan. Ia menghabiskan waktu selama kurang lebih lima
tahun, untuk dinyatakan bebas dari kanker payudara. Padahal kanker yang
dialami Linda baru pada stadium awal.62
Dengan nasib yang dialami inilah, keputusan Linda Agum Gumelar
beserta para survivor lainnya untuk mendirikan Yayasan Kesehatan Payudara
Jakarta (YKPJ). Linda sadar betul, bahwa tingkat pengetahuan dan kesadaran
masyarakat Indonesia terhadap penyakit kanker payudara masih rendah.
Padahal tingkat kematian akibat penyakit ini masih terbilang tinggi, terutama
bagi kaum perempuan.63
Linda memahami bahwa biaya untuk pengobatan penyakit kanker
payudara terbilang cukup besar. Tentu besaran biaya tersebut tidak bisa
dijangkau oleh masyarakat dengan penghasilan kecil. Terlebih dana bantuan
dari pemerintah untuk penderita kanker payudara nyaris tidak ada. Kenyataan
inilah yang mendorong Linda Agum Gumelar melalui bendera Pita Pink,
62
Wawancara dengan Linda Agum Gumelar, pada 26 Mei 2008
63
bangkit membantu penderita kanker payudara. bahkan ia memberikan bantuan
cuma-cuma bagi penderita yang benar-benar tidak mampu secara finansial.64
Melalui mobil mammografi, Linda Agum Gumelar bersama ”Program
Pita Pink” melakukan kampanye mengenai pentingnya kesehatan payudara.
Dari mall ke mall, dari seminar ke seminar bahkan sampai kunjungan dari
rumah ke rumah, ia lakukan demi menggalakan pentingya kesehatan
payudara.65 ”Ibu Linda selalu hadir dalam kegiatan YKPJ. Ia banyak
membantu ketika ada event yang diselenggarakan oleh YKPJ. Seperti
medatangkan artis-artis, promo dengan media, mencarikan donatur-donatur
dari dalam maupun luar negeri. Tanpa Ibu Linda mungkin kita (YKPJ-red)
akan kesulitan untuk bergerak”, demikian jelas dr. Soecipto, Sp.B(K)Onk.
C. Pemikiran Linda Agum Gumelar.
Sebagai seorang muslimah Linda sadar betul, akan fungsi dan
peranannya baik sebagai ibu dalam rumah tangga maupun sebagai seorang
wanita karir. Keberhasilannya mendidik putra-purtinya merupakan sebuah
jawaban tentang asumsi keliru dari sebagian orang yang menyebutkan sukses
sebagai wanita karir tidak selamanya sukses dalam membangun rumah tangga.
Bukan perkara yang mudah untuk mengatur waktu, dikala
mendampingi suami disaat tugas, mendidik putra-putri sampai mengurus
kesibukaannya dalam berorganisasi. tetapi komitmen dan dedikasi beliau
64
Ibid
65
terhadap tugas dan tanggung jawab, menjadikan Linda selalu menjadikan
skala prioritas terhadap tanggung jawab yang ia jalani. Sehingga segala
sesuatu menjadi terarah, karena perencanaan yang matang.
Linda selalu mengkritisi tentang pemahaman sebagian orang tentang
ajaran Islam yang membelenggu, hak-hak kaum perempuan. Ia tidak
sependapat tentang pemahaman orang bahwa perempuan adalah hanya
pelengkap dalam keluaraga. Ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang sangat
mulia, tetapi tugas perempuan tidak boleh terpaku pada tataran mengurus
rumah tangga dan mendidik anak saja. Seorang isteri punya tanggung jawab
yang sama dengan seorang suami untuk ikut menafkahi keluarganya.
Andaikan seorang suami sudah tidak dapat bekerja lagi, maka peran istri yang
harus menafkahi keluarga. Pemahaman Linda Agum Gumelar merujuk pada
ayat Al-Qur’an.66
☺
⌦
☺
Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun
wanita sedang ia orang yang berimana, maka mereka itu masuk ke dalam
surga dan mereka tidak dianiyaya walau sedikitpun.(Q.S Al-Nisa 4: 124)
66