• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar Dalam Program Pita Pink Di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar Dalam Program Pita Pink Di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarata"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KOMUNIKASI LINDA AGUM GUMELAR

DALAM PROGRAM PITA PINK

DI YAYASAN KESEHATAN PAYUDARA

JAKARTA

Di Susun Oleh

DESI LESTARI 104051001782

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1 Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarief

Hidayatullah Jakarta.

2 Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syariaef

Hidayatullah Jakarta.

3 Jika dikemudian hari terbukti bahwa bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil karya jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ciputat, 15

September 2008

(3)

ABSTRAK Nama Desi Lestari

Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar dalam Program Pita Pink di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta

Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi tentang pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang dirasakan belum layak. Setidaknya berbeda dengan keberadaan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ), sebagai sebuah yayasan yang memiliki kepedulian tinggi terhadap penderita kanker payudara dapat membantah argumentasi tersebut. Inilah yang menyebabkan peneliti tetarik untuk memilih YKPJ dan sosok Linda Agum Gumelar selaku Dewan Pembina YKPJ untuk diajukan dalam tugas skripsi ini.

Dalam penelitian ini penyusun mengajukan rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana bentuk komunikasi yang diterapkan oleh Linda Agum Gumelar dalam proses pembinaan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta? Bagaimana strategi komunikasi yang dipakai Linda Agum Gumelar dalam dalam implementasi program kampanye gerakan penyakit kanker payudara ”Program Pita Pink” di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta?Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seperti apa saja kiprah Linda Agum Gumelar dalam pemberdayaan YKPJ juga strategi dan bentuk komunikasi yang dipakai Linda Agum Gumelar dalam dalam implementasi program kampanye gerakan penyakit kanker payudara ”Program Pita Pink” di YKPJ.

Sedangkan metodologi dalam pembahasan skripsi ini menggunakan kualitatif yaitu, melakukan wawancara langsung dengan Linda Agum Gumelar dan Dr. Sutjipto, Sp.B(K)Onk selaku ketua YKPJ, kemudian mengumpulkan, menyusun dan mengklasifikasikan data kegiatan YKPJ. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah deskriftif interpertatif yaitu dengan menjelaskan langkah-langkah strategi komunikasi yang dilakukan oleh Linda Agum Gumelar dalam aktifitasnya sebagai Dewan Pembina YKPJ dalam”Program Pita Pink”.

Teori yang digunakan dalam pembahasan ini adalah teori difusi inovasi. Implementasi dari teori ini adalah sosok Linda Agum Gumelar bersama YKPJ sebagai source selalu menerima feed back dari destinastion. Tetapi sebagai sumber pesan yang dominan YKPJ memiliki beragam inovasi dalam mengemas pesannya. Sehingga pesan dapat diterima oleh khalayak dan target serta sasaran dari YKPJ dapat tercapai.

Dengan mengoptimalkan sosialisasi ”Program Pita Pink” melalui perluasan dan memperkuat Jaringan, guna mempromosikan deteksi dini dan rehabilitatif melalui Program Proaktif – Preventif dan Program Kuaratif.

(4)

yang menyebabkan tingkat kematian tinggi. Kini deteksi dini banyak dilakukan orang ketika masih stadium awal. Sehingga tingkat kesembuhannya semakin besar.

(5)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan sekalian alam, shalawat dan salam

semoga selalu tercurah keharibaan sebaik-baik makhluk Allah, baginda

Muhammad Saw, para keluarga beliau yang suci, para sahabat beliau yang

mulia, dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan kebaikan hingga hari

pembalasan.

Begitu banyak nikmat dan anugerah yang diberikan Allah S.W.T. Do’a

dan dukungan yang selalu mengiringi setiap langkah penulis dalam

menyelesaikan penelitian ini sehingga kesulitan yang dihadapi dapat teratasi

dan penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Sebagai rasa syukur, penulis mengucapakan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi

ini, diantaranya adalah:

1. Bapak Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Bpk. Dr. H. Murodi, MA, Pudek I Bpk. Drs. Arief

Subhan, M.Ag, Pudek II Drs. Mahmud Jalal, MA, Pudek II Bpk. Drs.

Studi Rizal LK, MA, atas segala kebijakan akademik yang telah

ditetapkan.

2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam dan Ibu Umi Musyarofah, MA, selaku Sekertaris Jurusan

(6)

3. Bapak Gun Gun Heryanto M.Si, selaku Pembimbing skripsi yang telah

banyak memberikan bimbingan dan pengarahan serta petunjuk dengan

sabar selama penulisan skripsi ini.

4. Bapak Masran, selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak

memberikan bimbingan dalam menyelesaikan studi di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah.

5. Seluruh Dosen, Staf administrasi dan karyawan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kepada Staf Perpustakaan Fakultas Dakwah yang banyak membantu

dalam pencarian reverensi buku.

7. Teruntuk kedua orang tua ananda tercinta Kamaluddin dan Ani Kartini

yang selalu membantu ananda untuk bertumbuh cinta dan do’a.

8. Kepada kakanda Puga Hilal Bayhaqie, yang selalu ada buat ananda,

memberikan dukungan moril dan materil. Adikku tersayang Yulianto

Bachtiar yang selalu ikut memberikan motifasi, tak lupa untuk nenek ku

tersayang yang selalu tak henti mendukung perjuangan ini melalui

doa-doanya.

9. Ibu Linda Agum Gumelar beserta keluarga yang telah memberikan

waktunya di tengah kesibukan aktifitasnya, dan Bapak Rantijar yang ikut

membantu dalam memberikan informasi.

10. Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ), terutama untuk ketua YKPJ

Dr. Sutjipto, Sp.B(K)Onk, dan kesesekretariatan YKPJ Very Fathony yang

(7)

11. Sahabat terbaik yang pernah dimiliki : Asep Raka, Anna Madaniah,

Pupun, Ana Sabhana, Muhamad Alive, Dian Rapiqie, Ranita Erlanty dan

Bpk. Budi Harto Prayogo, terima kasih atas bantuan dan motifasinya.

Tidak ada kata menyerah dalam perjuangan ini. Bersemangat,

Allahuakbar!!!

12. Teman-teman Fakultas Dakwah dan Komunikasi Angkatan 2004 terutama

KPI B, KPI E, KPI A, yang telah memberikan dukungan serta do’a kepada

penulis.

Untuk semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini,

yang tidak dapat disebutkan satu persatu tanpa mengurangi ucapan terima kasih

yang begitu besar. Mohon maaf apabila ada kesalahan yang pernah dilakukan,

sengaja ataupun tidak disengaja, semoga yang dilakukan adalah hal yang

terbaik dan mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah S.W.T, Amien. Akhir

kata, penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Amien.

Jakarta, 15 September 2008

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR TABEL... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN A...La tar Belakang Masalah... 1

B...Pe mbatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C...Tu juan dan Manfaat Penelitian... 6

D...M etodologi Penelitian...7

E...Si stematika Penulisan...11

(9)

B. Teori Difusi – Inovasi...15

C. Strategi Komunikasi...20

1. Pengertian Strategi ………...20

2. Tahapan – Tahapan Strategi……….…...22

3. Pengertian Komunikasi………..24

4. Proses Komunikas ... … 25

5. Strategi Komunikasi ... 28

6. Fungsi Strategi Komunikasi ... 29

7. Bentuk - Bentuk Komunikasi ... 31

BAB III BIOGRAFI LINDA AGUM GUMELAR A. Profile Linda Agum Gumelar ... 36

B. Kiprah Linda Agum Gumelar di YKPJ ... 39

C. Pemikiran Linda Agum Gumelar... 41

D. Profile Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta... 45

1.Profile Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta ... 45

2.Pita Pink ... 48

BAB IV TEMUAN DATA PENELITIAN DAN PEMBATASAN A. Bentuk Komuniksi Komunikasi Linda Agum Gumelar ... 52

1. Komunikasi Antar Pribadi. ... 52

(10)

3. Komunikasi Organisasi ... 58

B. Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar ... 62

1. Mengoptimalkan Sosialisasi ”Program Pita Pink” ... 62

2. Memperkuat dan Memperluas Jaringan ... 65

3..Mempromosikan Deteksi Dini ... 68

4..Rehabilitatif... 68

C. Penerapan Metode Komunikasi Linda Agum Gumelar ... 69

1. ProgramProaktif – Preventif ... 70

2. Program Kuratif ... 73

D. Implementasi Difusi – Inovasi Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar ... 74

E. Faktor - Faktor Penghambat dan Pendukung Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar ... 77

1. Faktor Pendukung... 77

2. Faktor Penghambat ... 78

BAB V PENUTUP... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran-saran... 80

(11)

DAFTAR GAMBAR

A. Gambar 2.1 Model Komunikasi Schramm ... 13

B. Gambar 2.2 Model Komunikasi Schramm yang Berbentuk Sirkuler .... 14

(12)

DAFTAR TABEL

A. Tabel 4.1 Akses Media ... 66

B. Tabel 4.2 Tabel Kegiatan ... 69

C. Tabel 4.9 Lokasi Penyuluhan Kanker ... 78

D. Tabel 4.10 Kelompok Usia Peserta Mammografi dan Faktor Resiko.. 80

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sudah bukan rahasia lagi bahwa pelayanan kesehatan bagi masyarakat

dirasakan belum layak. Ketidaklayakan ini bisa bersumber dari banyak faktor,

misalnya faktor human error, bencana alam, ekonomi miskin, status sosial,

dan budaya. Faktor ekonomi miskin menyebabkan masyarakat miskin

diperlakukan secara tidak adil, tidak layak dan tidak sama. Layanan kesehatan

masyarakat belum adil di tataran orang dengan ekonomi kelas bawah. Hanya

masyarakat yang mampu saja yang bisa menikmati layanan kesehatan

menggunakan teknologi canggih, sementara masyarakat miskin hanya puas

dengan pelayanan seadanya dan asal-asalan.1

Ketidaksamaan perlakuan terhadap pasien dikarenakan oleh human

error, sering terjadi, misalnya, tidak ada komunikasi antara dokter dengan

pasien, dan anggapan bahwa pasien lebih rendah posisinya dari dokter.

Akibatnya, banyak ditemukan kesalahan praktek yang merugikan, salah obat

dan berakibat fatal bagi pasien. Pemberi layanan merasa sebagai orang yang

paling tahu, paling pandai, sehingga menjadi satu-satunya penentu untuk

mengobati pasien. Cara ini cenderung serampangan dan mengabaikan

kemampuan pasien. Misalnya, tidak ada komunikasi antara dokter dengan

pasien, dan anggapan bahwa pasien di sisi lain, harga berobat mahal, tidak

1

(14)

terjangkau oleh masyarakat kelas rendah. Perlindungan terhadap konsumen

juga tergolong rendah. Tiada komunikasi antara dokter-pasien telah

mengakibatkan meningkatnya sejumlah penyakit yang tiada kunjung sembuh,

bahkan kecenderungan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Rendahnya kualitas pendidikan masyarakat Indonesia terutama kaum

perempuan menjadi pemicu terhadap minimnya pengetahuan mereka akan

kesehatan. Terutama bagi mereka yang tinggal di pedesaan Sehingga tidak

mengherankan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia menempati urutan

kedua terburuk setelah Myanmar untuk kawasan Asia Tenggara.2

Anggapan-anggapan yang telah baku mengenai supremasi laki-laki

atas perempuan dengan menyandarkan dalil-dalil keagamaan justru telah

merugikan kaum perempuan3. Hal tersebut diperparah lagi dengan legitimasi

dari sebagian kaum perempuan bahwa mereka telah menjadi imferior dari

kaum laki-laki. Sehingga pendidikan bagi perempuan bukan menjadi skala

prioritas. Maka tidak mengherankan apabila pemahaman tentang kesehatan

menjadi terbelakang.

Sosok perempuan adalah pendamping bagi suaminya. Ia juga

merupakan ibu bagi anak-anaknya. Keberadaannya saling melengkapi. Isteri

bukan sebagai beban suami, dan anak bukan menjadi beban keluarga. Maka

hubungan suami isteri, laki-laki dan perempuan adalah hubungan kemitraan.

Dari sini dapat dimengerti sesungguhnya ayat-ayat Al-qur’an menggambarkan

2

Data WHO 2006, diakses pada tanggal 17 Februari 2007 jam 19.15 dari http://www .yahoo.com,

3

(15)

hubungan laki-laki dan perempuan, suami dan isteri sebagai hubungan saling

menyempurnakan yang tidak dapat terpenuhi kecuali atas dasar kemitraan.4

فوﺮْ ْﺎﺑ

نوﺮ ْﺄ

ﺾْ ﺑ

ءﺎ ْوأ

ْ ﻬﻀْ ﺑ

تﺎﻨ ْﺆ ْاو

نﻮﻨ ْﺆ ْاو

ﻪﱠ ا

نﻮ ﻄ و

ةﺎآﱠﺰ ا

نﻮ ْﺆ و

ةﺎ ﱠﺼ ا

نﻮ ﻘ و

ﺮﻜْﻨ ْا

نْﻮﻬْﻨ و

ﺰ ﺰ

ﻪﱠ ا

ﱠنإ

ﻪﱠ ا

ﻬ ﺣْﺮ ﺳ

ﻚﺌ وأ

ﻪ ﻮﺳرو

ﻜﺣ

)

ﻪﺑﺔ ا

(

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan , sebagian mereka

adalah awliya bagi sebagian yang lain, mereka menyuruh mengerjakan yang

ma’ruf, mencegah yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan

taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat dari Allah,

sesungguhnya Allah Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. (Qs. Attaubah 9:7)

Jadi Allah SWT menciptakan laki-laki dan perempuan jelas berbeda.

Namun bukan untuk dibeda-bedakan apalagi harus ada yang mendapatkan

perlakuan diskriminatif. Karena sesungguhnya perbedaan tersebut merupakan

suatu anugerah apabila manusia mau berfikir .

Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh perempuan dan tidak dimiliki

oleh laki-laki adalah keindahan bentuk payudaranya. Dari payudara inilah

menghasilkan ASI yang memiliki banyak manfaatnya. ASI yang dihasilkan

oleh ibu-ibu yang memiliki balita dapat menekan angka kematian bayi hingga

13 persen sehingga dengan dasar asumsi jumlah penduduk 219 juta, angka

4

(16)

kelahiran total 22/1000 kelahiran hidup, angka kematian balita 46/1000

lahiran hidup maka jumlah bayi yang akan terselamatkan sebanyak 30 ribu.5

Namun yang patut disayangkan tingkat pemberian ASI secara

eksklusif di tanah air hingga saat ini, masih tergolong sangat rendah, yakni

antara 39 persen hingga 40 persen dari jumlah ibu yang melahirkan padahal

pemberian ASI dapat menurunkan resiko terkena kanker payudara dan kanker

rahim. Hal ini disebabkan karena rendahnya pengetahuan dan pemahaman

akan fungsi dan peranan payudara yang dimiliki kaum perempuan itu sendiri.6

Penyakit kanker payudara merupakan momok yang paling menakutkan

bagi sebagian besar kaum perempuan. Namun demikian banyak diantara

mereka yang tidak memahami penyebab timbulnya penyakit tersebut.

Sehingga mereka tidak mengetahui bagaimana diteksi dini dalam mencegah

kanker payudara.

Jumlah penderita kanker payudara di Indonesia menempati urutan

kedua setelah kanker leher rahim. Penderitanya pun ada yang baru berusia 18

tahun. Padahal di negara-negara lain, Eropa atau Amerika misalnya, jumlah

penderita kanker payudara tidak begitu banyak dibanding dengan jumlah

penderita kanker jenis lain. Hal ini disebabkan di negara-negara tersebut

kesadaran untuk melakukan deteksi dini sudah berkembang baik. Kebanyakan

kanker payudara ditemukan pada stadium awal, sehingga segera dapat diobati

5

Setiap Tahun 30 Ribu Anak Dapat Diselamatkan Dengan Pemberian ASI, pada tanggal6 Desember 2007 jam 19.00 diakses dari http:// www.idionline.net

6

(17)

dan disembuhkan. Sedang di negara kita, kebanyakan kasus kanker ditemukan

pada stadium lanjut, ketika penyembuhan sudah sulit dilakukan.7

Dengan konteks ini peneliti tertarik untuk mengkaji Strategi

Komunikasi Linda Agum Gumelar dalam program Pita Pink di Yayasan

Kesehatan Payudara Jakarta, karena Linda Agum Gumelar bagaikan dua sisi

mata uang yang tidak dapat dipisahkan dengan Yayasaan Kesehatan Payudara

Jakarta (YKPJ). Sebagai salah seorang pendiri yayasan sekaligus Dewan

Pembina, andil Linda Agum Gumelar cukup besar dalam menentukan arah

dan kebijkan yayasan tersebut. Rendanya pemahaman mengenai penyakit

kanker payudara, menjadi alasan Linda Agum Gumelar untuk melalukan

berbagai upaya sosialisasi tentang pentingnya kesadaran masyarakat dalam

menjaga kesehatan payudara.

Berdasarkan latarbelakang pemikiran inilah, maka peneliti tertarik

meneliti dengan judul : “Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar dalam

Program Pita Pink di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta” Judul tersebut

fokus pada bentuk dan strategi komunikasi yang dikembangkan dan

diimplementasikan oleh Linda Agum Gumelar dalam menjalankan

programnya.

7

(18)

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Untuk lebih mengarahkan penelitian, penyusun membatasi penelitian

dalam rentang waktu pada 1 Juny 2007 - 31 Juny 2008. Dengan rumusan

masalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimanakah bentuk-bentuk komunikasi yang diterapkan oleh Ibu

Linda Agum Gumelar dalam proses pembinaan Yayasan Kesehatan

Payudara Jakarta?

2. Bagamana strategi komunikasi yang di pakai Linda Agum Gumelar dalam

implementasi program kampanye gerakan penyakit kanker payudara

Program Pita Pink di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah yang telah

dikemukakan maka penelitian ini bertujuan :

a. Ingin mengetahui bentuk-bentuk komunikasi yang diterapkan oleh Ibu

Linda Agum Gumelar dalam proses pembinaan Yayasan Kesehatan

Payudara Jakarta

b. Ingin mengetahui strategi komunikasi yang dipakai Linda Agum

Gumelar dalam dalam implementasi program kampanye gerakan

penyakit kanker payudara Program Pita Pink di Yayasan Kesehatan

(19)

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

a. Untuk Menambah literatur dan khazanah keilmuan KPI terutama tentang

bentuk – bentuk dan strategi komunikasi

b. Untuk memberikan kontribusi positif dalam studi Dakwah dan

komunikasi, khususnya dalam kaitan diantara dua bidang ilmu tersebut.

2. Manfaat Praktis

a. Membantu Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta sebagai bahan masukan,

agar ke depan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik.

b. Bahan informasi awal bagi penelitian dengan fokus serupa dimasa yang

akan datang.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan cara

menggunakan deskriptif interpretatif .8

Adapun data yang diambil bersifat kualitatif, yaitu yang digambarkan

dengan kata-kata atau kalimat analisis dan dipisah-pisahkan menurut katagori

untuk memperoleh kesimpulan.9

8

(20)

Satu metode yang diharapkan dapat menemukan beberapa

kemungkinan dan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan jalan

mengumpulkan data, menyusun, serta mengklasifikasikannya. Tujuan metode

ini adalah untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena dan

melukiskan secara sistematik populasi tertentu secara faktual dan cermat.

Penelitian kualitatif umumnya mencangkup penelitian naturalistik dan

etnografi, mencangkup beberapa pendekatan yang juga menggunakan

nama-nama lain seperti : studi kasus, penelitian tindakan (action researce), riset

kolaboratif, riset fenomonologi, studi lapangan, dan intraksionisme interpretif.

Semua penelitian ini bersifat kualitatif berdasarkan ciri-ciri berikut : Memiliki

minat teoretis pada proses interpretasi manusia, memfokuskan perhatian pada

studi tindakan manusia dan artefak yang bersituasikan secara sosial,

menggunakan manusia sebagai instrumen penelitian utama, mengandalkan

terutama bentuk-bentuk narataif untuk mengkode data dan menulis teks untuk

disajiakn kepada khalayak.10

2. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah Linda

Agum Gumelar. Sedangkan yang menjadi objek dari penelitian adalah strategi

komunikasi Linda Agum Gumelar dalam “Program Pita Pink” di Yayasan

Kesehatan Payudara Jakarta..

9

Ibid, h. 246

10

(21)

3. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta :

JL. Letjend. S. Parman Kav. 84-86, Slipi, Jakarta 11420. Pada 1 Juni 2007 -

31 Juni 2008.

4. Teknik Pengumpulan Data

Berikut ini adalah teknik pengumpualan data yang peneliti lakukan :

a. Observasi : ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti.11 Peneliti juga mengawasi dengan mencermati

setiap perkembangan yang berkaitan dengan penelitaian ini. Dalam

penelitian ini, peneliti mengadakan pengamatan terhadap kegiatan dan

strategi komunikasi Linda Agum Gumelar dalam mensosialisasikan

“Program Pita Pink”.

b. Wawancara : berbentuk tanya jawab lisan antara dua orang lebih secara

langsung. Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang yang

diwawancara di sebut Interviewee.12 Berkaitan dengan penelitian ini,

peneliti melakukan wawancara dengan Linda Agum Gumelar, dan Dr.

Sutjipto, Sp.B (K)Onk.

11

Suharsimi, Arikuntoro, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT. Rieneka Cipta 1998), Cet, ke- 2,, h.54

12

(22)

c. Dokumentasi : tehnik pengumpulan data yang diperoleh melalui

dokuimen-dokumen.13 Adapun dokumen yang peneliti peroleh dari buku

bacaan, kepustakaan, foto-foto.

5. Analisis Data

Untuk menganalisiss oprasional strategi komunikasi Linda Agum

Gumelar, dalam “Program Pita Pink” di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta,

maka peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif interpretatif, Yang

dimaksud dengn deskriftif interpretatif adalah penulis berusaha menjelaskan

bentuk dan langkah-langkah strategi komunikasi yang dilakukan oleh Linda

Agum Gumelar dalam aktifitasnya sebagai Dewan Pembina Yayasan

Kesehatan Payudara Jakarta dalam mensosialisasikan ”Program Pita Pink”

sebagai sumber primer, sedangkan sebagai sumber data skunder penulis

memperoleh dari berbagai dokumen, literatur, dan data-data yang

berhubungan dengan pembahasan skripsi ini, yakni dengan menganalisis data

berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dai hasil wawancara dan

studi dokumentasi. Sedangkan tekhnik dan metode penulisannya ini, penulis

berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang

diterbitkan oleh UIN Jakarta Press.

13

(23)

E. Sistematika Penulisan

Berdasarkan penelitian diatas, maka sistematika penulisan dalam

pembahasan ini adalah sebagai berikut .

Bab I Merupakan bab Pendahuluan. Pada bab ini membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah,

Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan

Pustaka, dan Sistematika Penulisan

Bab II Menjelaskan tentang Kajian teoritis. Pada bab ini membahas tentang : Model Komunikasi Wilber schramm, Teori Difusi –

Inovasi , Strategi Komunikasi

Bab III Membahas tentang Biograpi Linda Agum Gumelar Pada bab ini membahas tentang : Profile Linda Agum Gumelar, Profile

Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta, Profile Program Pita Pink.

Bab IV Menguraikan tentang Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar Di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta Yayasan Kesehatan

Payudara Jakarta Pada bab ini membahas tentang : Bentuk

komunikasi linda Agum gumelar, Strategi Komunikasi Linda

Agum Gumelar, Penerapan Metode Komunikasi Linda Agum

Gumelar, Faktor - Faktor Penghambat dan Pendukung Strategi

Komunikasi Linda Agum Gumelar.

(24)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

3. Model Komunikasi Wilbur Schramm

Menurut Wilbur Schramm, komunikasi membutuhkan setidaknya tiga

unsur yaitu: sumber (source), pesan (message), dan sasaran (destination).

Sumber boleh jadi seorang individu (berbicara, menulis menggambar,

memberi isyarat) atau suatu organisasi komunikasi (seperti sebuah surat kabar,

penerbit, stasiun TV atau Studio Film). Pesan dapat berbentuk tinta pada

kertas, gelombang suara di udara, impus arus listrik, lambaian tangan, bendera

diudara atau setiap tanda yang ditafsirkan. Sasarannya mungkin seorang

individu yang mendengarkan, menonton atau membaca, atau anggota suatu

kelompok, seperti diskusi, khalayak pendengar ceramah, kumpulan penonton

sepak bola, atau anggota khalayak media massa.14

Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi-balik pesan,

berdasarkan pengalaman yang dimiliki masing-masing. Bila kedua orang

memiliki wilayah pengalaman bersama yang besar, maka komunikasi mudah

dilakukan. Semakin besar wilayah tersebut, semakin miriplah bidang

pengalamannya (field of experience) yang dimiliki kedua pihak yang

berkomunikasi. Bila kedua lingkaran itu tidak bertemu, artinya bila tidak ada

pengalaman bersama-sama komunikasi tidak mungkin berlangsung. Bila

wilayah yang berimpit itu kecil, artinya pengalamaan sumber dan pengalaman

14

(25)

sasaran sangat jauh berbeda, maka sangat sulit untuk menyampaikan makna

dari seseorang kepada orang lain.

Menurut Schramm, seperti ditunjukkan model ketiganya, jelas bahwa

setiap orang dalam proses komunikasi adalah sekaligus sebagai encoder dan

decoder. Kita secara konstan menyandi balik tanda-tanda dari lingkungan kita,

menafsirkan tanda-tanda tersebut dan menyandi sesuatu sebagai hasilnya.

Makna yang dihasilkan dari penyandian-balik (penafsiran) yang akan

membuat kita menyandi.15

Gambar 2.1

Model Komunikasi Schramm

Proses kembali dalam model di atas disebut umpan balik (feed back),

yang memainkan peran sangat penting dalam komunikasi, karena hal itu

memberi tahu kita bagaimana pesan kita ditafsirkan, baik dalam bentuk

kata-kata sebagai jawaban, anggukan kepala, dan sebagainya. Begitu juga surat

15

(26)

pembaca kepada redaksi sebagai protes atas editorial yang ditulis surat kabar

tersebut, ataupun tepuk tangan khalayak yang mendengarkan ceramah. Namun

menurut Schramm, umpan balik juga dapat berasal dari pesan kita sendiri,

misalnya kesalahan ucapan atau kesalahan tulisan yang kemudian kita

perbaiki.16

Gambar 2.2

Model Komunikasi Schramm yang Berbentuk Sirkuler

Schramm memberikan model proses komunikasi ini yang lebih

memperlihatkan pentingnya pengalaman dalam proses komunikasi. Bidang

pengalaman akan menentukan apakah pesan yang dikirimkan diterima oleh si

penerima sesuai dengan apa yang dimaksud oleh si pengirim pesan. Schramm

mengatakan jika tidak ada kesamaan dalam bidang pengalaman, bahasa yang

16

(27)

sama, maka sedikit kemungkinan pesan yang diterima diinterprestasikan

dengan benar. 17

Model ini sama dengan model-model sebelumnya yaitu

memperlihatkan proses komunikasi yang satu arah dan tidak dua arah oleh

karena Schramm menyadari pentingnya balikan dalam komunikasi, akhirnya

menyempurnakan model ini menjadi model dua arah. Balikan adalah penting

dalam proses komunikasi karna akan menceritakan kepada kita bagaimana

pesan yang dikirimkan diinterprestasikan oleh yang menerima pesan. Bila

peneriam pesan memberikan kepada si pengirim, maka si penerima berubah

menjadi si pengirim atau sumber, sehingga komunikasi tidak satu arah lagi,

tetapi satu lingkaran. Seorang individu dapat dipandang sebagai si pengirim

atau penerima pesan.18

4. Teori Difusi – Inovasi

Penelitian difusi adalah satu jenis penelitian komunikasi yang khas,

tetapi penelitian ini dimulai di luar bidang komunikasi, penelitian ini berasal

dari sosiologi. Rogers, tokoh difusi yang kemudian menjadi peneliti

komunikasi, membuat desertasi dalam pedesaan.19

Berbagai macam difusi didefinisikan, tetapi ada satu asumsi yang

mengikat semua difusi. Difusi adalah suatu proses komunikasi yang

17

Muhamad ,Arni, Komunikasi Organisasi PT.Bumi Aksara Jakarta 2004. Cet keenam, h.10

18

Ibid , h.11

19

(28)

menetapkan titik-titik tertentu dalam penyebaran informasi melalui ruang dan

waktu dari satu agen ke agen yang lain.

Salah satu saluran informasi yang penting adalah media massa, karena

itu model difusi mengasumsikan bahwa media massa mempunyai efek yang

berbeda-beda pada titik-titik waktu yang berlainan, mulai dari menimbulkan

tahu sampai mempengaruhi adopsi atau rejeksi (penerimaan atau

penolakan).20

Secara umum, inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau

obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau

satu unit adopsi lain. Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi

sama dengan teknologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan

instrumental dalam rangka mengurangi ketidak teraturan suatu hubungan

sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu.21

Inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan

tertentu. Sebagaimana dikutif oleh Fullan (1996) menerangkan bahwa tahun

1960-an adalah era dimana banyak inovasi-inovasi pendidikan kontemporer

diadopsi, seperti matematika, kimia dan fisika baru, mesin belajar (teaching

machine), pendidikan terbuka, pembelajaran individu, pengajaran secara team

(team teaching) dan termasuk dalam hal ini adalah sistem belajar mandiri.22

Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi

dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu

terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai

20

Ibid, h.71

21

Difusiinovasi, diakses pada tanggal 15 juni 2008 jam 14.30 di www.yahoo.com,

22

(29)

suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping

itu, difusi juga dapat diangap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu

proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas

disini bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena tujuan

utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem

sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok

informal, organisasi dan atau sub sistem.23.

Sesuai model tersahulu, model difusi dapat dinyatakan secara

operasionalnya :

Model Difusi Inovasi24

Antaseden Variabel Media Efek difusi

- Variabel penerima - Terapan Media - Temporal

- Dimensi Inovasi - Penggunaan Media - Spasial

- Saluran Interpersonal - Stuktural

- Fasal

Sebagai paradigma difusi inovasi, arus banyak tahap (multi step flow)

harus menelusuri dua unsur arus komunikasi informasi tentang informasi ini

tentang penerimaan atau penggunaan inovasi tersebut.25

23

Ibid, jam 16.00

24

Rahmat Jalaluddin, M.SC Metode Penelitian Komunikasi (Bandung : P.T Remaja Rosdakarya 2007), Cet ketiga belas h., h.71

25

(30)

Dengan menggunakan model ini, peneliti dapat meneliti inovasi atau

informasi baru tersebar pada unit-unit adopsi (penerima inovasi). Inovasi

dapat berupa berita, peristiwa, pesan-pesan politik, gagasan baru dan

sebagainya. Dengan ini media massa atau saluran interpersonal

mempengaruhi efek difusi dapat ditentukan oleh variabel antara, yang dalam

model ini disebut antaseden. Variabel penerima yang antara lain meliputi data

demografis dan variabel sosiopsikologis sudah dibicarakan pada model

terdahulu.

Divusi inovasi menunjukan faedah relatif, komtabilitas, kompleksitas

dan lain-lain. Faedah relatif menunjukan tingkat kelebihan inovasi

dibandingkan dengan gagasan yang mendahuluinya. Komtabilitas

(compability) adalah tingkatan kesesuaian inovasi dengan nilai-nilai yang ada.

Kompleksitas berarti tingkat kesukaran untuk memahami atau menggunakan

inovasi.

Variabel efek diskusi dapat berupa temporal, spasial, stuktural dan

fasal. Istilah temporal menunjukan pola adopsi gagasan-gagasan baru dalam

jangka waktu. Istilah spasial menunjukan keteraturan tertentu dalam pola

spasial distribusi inovasi. Sedangkan istilah stuktural menunjukan penyebaran

informasi melalui stuktur-struktur komunikasi, bisa melalui dua tahap (

(31)

fase-fase dalam proses adopsi, yang terkenal ada lima fase-fase yaitu : pengenalan,

informasi, evaluasi, percobaan dan keputusan.26

The hybrid Corn Study adalah penelitian difusi yang paling pertama

dan paling terkenal. Penelitia ini dilakukan Ryn dan Gross. Diantara

penemuan-penemuan yang lain dari studi ini adalah : (1) adopter awal lebih

lama memerlukan waktu untuk mengambil keputusan dari adopter akhir, (2)

Media massa dan sumber-sumber interpersonal yang dekat amat selektif

dalam mengubah tingkah laku.

The Saucio Study adalah penelitian yang pertama kali menerapkan

metode penelitian difusi Amerika pada negara berkembang. Deuthschman dan

Fals Borda melakukan penelitian adopsi dengan menggunakan indeks prilaku

inovatif dibuat dengan menggunakan analisis skala Guttman. Diantara

penemuan penelian ini ialah : (1) sumber-sumber interpersonal adalah yang

paling efektif untuk menyebarkan informasi dan pengaruh-hanya 17%

menyebutkan media massa sebagai sumber informasi, (2) adopter awal lebih

cenderung mengunakan semua media massa (radio, surat kabar, buku) dari

adopter terakhir.27

Model difusi informasi melacak penyebaran inovasi dalam satu sistem

sosial melalui ruang dan waktu.

Implementasi dari teori ini adalah sosok Linda Agum Gumelar

bersama Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) sebagai source selalu

menerima feed back dari destinastion. Tetapi sebagai sumber pesan yang

26

Rahmat, Jalaluddin, M.Sc Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung P.T Remaja Rosdakarya) 2007 Cet ketiga belas, h.72

27

(32)

dominan Yayasan Kesehata Payudara Jakarta ini, memiliki beragam inovasi

dalam mengemas pesannya. Sehingga pesan dapat diterima oleh khalayak dan

target serta sasaran dari YKPJ dapat tercapai.

5. Strategi Komunikasi C. Pengertian Strategi

Pada awalnya strategi digunakan dalam dunia militer, yaitu untuk

memenangkan suatu peperangan.28 Istilah strategi sebenarnya berasal dari kata

yunani stratogos (artinya pasukan) dan ageni (artinya memimpin), jadi

strategi adalah hal memimpin pasukan, ilmu tentang perang dan

kadang-kadang dikaitkan orang sebagai ilmunya para Jenderal, ilmunya para

komandan.

Strategi adalah pusat dan intinya yang khas dari manajemen strategi,

strategi mengacu pada perumusan, tugas, tujuan, dan sasaran organisasi,

dewasa ini strategi adalah istilah paling lazim untuk apa yang bisa disebut

kebijakan, tetapi tidak terdapat kesepakatan tentang hal itu. Beberapa penulis

mengacu pada tingkat abstraksi yang tinggi. Dalam hal ini strategi adalah

konsep, penempaan, misi perusahaan, penetapan, sasaran organisasi dengan

mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi

tertentu untuk mencapai sasaran dan memungkinkan implementasinya secara

tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organissasi akan tercapai.29

28

Komarudin, Ensiklopedi Manajemen (Jakarta : Bumi Aksara,1994)Cet.Ke 1, h.539

29

(33)

Orang sudah mulai berbicara strategi dalam arti yang luas dan strategi

dalam arti yang sempit strategi bukan sekedar paham di saat terjadi

peperangan, akan tetapi strategi menjadi paham disaat damai. Strategi pada

hakikatnya menjadi berarti : hal-hal yang berkenaan dengan cara dan usaha

menguasai dan mendayagunakan segala, sumber daya suatu masyarakat, suatu

bangsa, untuk mencapai tujuan. Sudah jelas bahwa kita di Indonesia

mengikuti paham strategi yang luas tidak mengikuti paham strategi yang

sempit. Hal ini tercermin dalam doktrin ketahanan nasional dan wawasan

nusantara.

Kalau kita mengambil saripatinya, maka pada pendekatan strategi pada

hakikatnya mempunyai lima ciri-ciri berikut :

Pertama, ia memusatkan perhatian pada kekuatan. Kekuatan adalah

bagaikan fokus dalam pokok pendekatan strategi. Kedua, ia memusatkan

kepada analisa dinamika, analisa gerak, analisa aksi. Ketiga, strategi

memusatkan pada perhatian kepada tujuan yang ingin dicapai serta gerak

untuk mencapai tujuan tersebut. Keempat, strategi memperhatikan

faktor-faktor waktu (sejarah : masa lampau, masa kini dan trauma masa depan) dan

faktor lingkungan dan Kelima, strategi berusaha menemukan

masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa-peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan

(34)

serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat

diambil dalam rangka bergerak menuju kepada tujuan itu.30

Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planing) dan

manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan tersebut. Strategi

tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan peta arah saja

melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik oprasionalnya.31

D. Tahapan – Tahapan Strategi

Dalam proses penerapan strategi menggunakan beberapa tahapan yaitu

diantaranya :32

1. Perumusan Strategi

Langkah awal yang perlu dilakukan dalam menyusun strategi yaitu

dengan cara merumuskan strategi, atau menyusun langkah awal. Sudah

termasuk di dalamnya untuk pengembangan tujuan, mengenai peluang dan

ancaman ekstrnal, menetapkan kekuatan kelemahan secara internal,

menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternative, dan memilih

strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga di tentukan suatu

sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari, atau melakukan suatu

keputusan dalam proses kegiatan.

2. Implementasi Strategi

30

Mortopolo, Ali, Staregi Kebudayaan Jakarta : (Esiter For Strategic End International Study 1978 ) Cet pertama, h.8

31

Onong Uehjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,(Bandung :PT: Remaja Rosd Karya offset,2004)Cet ke-18, h. 35

32

(35)

Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan, maka

langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut.

Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan

komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat dan anggota organisasi.

Dalam pelaksaan strategi yang tidak menerapkan komitmen dan kerja sama

dalam pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi hanya

akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan. Implementasi strategi

bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang ditampakan

melalui penetepan struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang

dijalankan bersama budaya perusahaan dan organisasi.

3. Evaluasi Strategi

Tahap akhir dari menyusun strategi adalah evaluasi implementasi

strategi. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai,

dan dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi

menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu

organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang

dinyatakan telah dicapai. Ada tiga macam langkah dasar untuk mengevaluasi

strategi, yaitu :

a. Meninjau faktor – faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar

strategi. Adanya perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam

pencapaian tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya

strategi tidak efektif atau hasil implementasi yang buruk dapat berakibat

(36)

b. Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan

kenyataan). Prosesnya dapat dilakukan dengan menyidiki penyimpanan

dari rencana, mengevaluasi prestasi indivisual, dan menyimak kemajuan

yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk

mengevaluasi strategi harus dapat diukur dan mudah dibuktikan, kriteria

yang meramalkan hasil lebih penting dari pada kriteria yang

mengungkapkan apa yang terjadi.

c. Mengembalikan tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi

sesuai dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti strategi yang ada

yang ditinggalkan atau harus merumuskan strategi yang baru. Tindakan

korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang

dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan.

E. Pengertian Komunikasi

Komunikasi secara etimologi berasal dari bahsa latin “communicatio”.

Istilah ini bersumber dari perkataaan ”communis” yang berarati sama, sama

disini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila

terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh

komunikator yang diterima oleh komunikan.33 Hakikat komunikasi adalah

proses pernyataan antar manusia yang dinyatakan itu adalah pikiran atau

perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai

alat penyalurnya.

33

(37)

Dalam bahasa komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message),

orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator),

sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan

(communicate).

Selain pengertian di atas, para ahli komunikasi juga mempunyai

pendapat yang berbeda mengenai pengertian komunikasi, diantaranya

Bereslon dan Steiner mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian

informasi, ide, gagasan, emosi, keterampilam dan seterusnya melalui

penggunaan symbol kata, gambar, angka, grafik, dan lain-lain. Kemudian

Shannon dan weaver mengartikan komunikasi sebagai mencangkup produser

melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi orang lain.34

Menurut Onong Uchjana Effendy, ada beberapa sebab mengapa

manusia melakukan komunikasi, yakni untuk :

a. Mengubah sikap (to change the attitude).

b. Mengubah oponi / pendapat / pandangan (to change the opinion).

c. Mengubah prilaku (to change the behavior).

d. Mengubah masyarakat (to change the society).35

Komunikasi juga dilakukan dengan berbagai metode, istilah metode

atau dalam bahasa Inggris “method” berasal dari bahasa Yunani “methodos

yang berarti rangkaian yang sistematis dan yang merujuk kepada tata cara

yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan, dan logis. Agar

34

Aubery Fisher, Teori – Teori Komunikasi (Bandung : Remaja Karya, 1986), h.10

35

(38)

komunikasi berjalan efektif, maka kita juga memerlukan strategi dalam

menyampaikan pesan agar dapat diterima oleh orang lain.

F. Proses komunikasi

Dalam bahasa komunikasi komponen atau unsur adalah sebagai berikut :

a. Source (sumber)

Sumber adalah dasar yang digunakan didalam penyampaian pesan,

yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat

berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya.36

b. Communicator (penyampai pesan)

Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis,

kelompok orang, organisasi komunikasi, seperti : surat kabar, radio, televisi,

film dan sebagainya. Komunikator dalam penyampaian pesannya bisa juga

menjadi komunikan begitu juga sebaliknya. Syarat-syarat yang harus di

perhatikan oleh seorang komunikator adalah :

1. Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya.

2. Keterampilan berkomunikasi.

3. Mempunyai pengetahuan yang luas.

4. Sikap.

5. Memiliki daya tarik. 37

c. Message (pesan)

36

Widjadja , Konunikasi komunikasi dan hubungan masyarakat (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), h.11

37

(39)

Pesan keseluruhan dari apa yang disampaikan komunikator. Pesan

dapat bersifat informatif memberi keterangan-keterangan yang kemudian

komunikan dapat mengambil kesimpulannya sendiri. Pesuasif bujukan, yakni

membangkitkan dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan

akan memberi berupa pendapat/sikap, sehingga ada perubahan. Coersif

memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi, coersif dapat berbentuk

perintah, intruksi, dan sebagainya (biasanya hal ini terjadi pada organisasi tipe

keledai).

d. Channel (saluran)

Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima

melalui panca indera atau menggunakan media. Pada dasarnya komunikasi

yang sering dilakukan dapat berlangsung menurut 2 saluran, yaitu :

i. Saluran formal atau yang bersifat resmi.

ii. Saluran informal atau yang bersifat tidak resmi

e. Communican (penerima pesan)

Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam 3 jenis

yakni personal, kelompok dan organisasi.

f. Effect (hasil)

Effect Adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan

tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan.

Proses komunikasi

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan

(40)

Proses komunikasi secara primer

Adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada

orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media primer.

Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial,

isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu

“menerjemahkan” pikir dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.38

Proses komunikasi secara skunder

Adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain

dengan menggunakan alat atau sarannya berada ditempat yang relatif jauh dan

atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi,

film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam

komunikasi.39

G. Srategi Komunikasi

Strategi komunikasi merupakan perpaduan perencanaan komunikasi

(communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication

management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi

komunikasi harus menunjukan bagaimana oprasionalnya secara praktis harus

dilakukan, dalam arti kata pendekatannya bisa berbeda-beda tergantung pada

suatu kondisi dan situasi .40

Dalam strategi komunikasi, peran komunikan sangatlah penting.

Strategi komunikasi haruslah bersifat dinamis, sehingga komuikator sebagai

38

Efendy Onong Uchjana Ilmu Komunisi, Teori dan Praktek (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1992), h.11

39

Ibid, h.16

40

(41)

pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang

mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat komunikasi dapat datang

sewaktu-waktu, terlebih jika komunikasi langsung melalui media massa.

Faktor-faktor yang berpengaruh bisa terdapat pada komponen media atau

komponen komunikan, sehingga efek yang diharapkan tak kunjung tarcapai.

Seorang komunikan akan mempunyai kemampuan dan strategi untuk

melakukan perubahan sikap, pendapat, dan tingkah laku komunikasi melalui

mekanisme daya tarik, jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut

serta dengannya. Dengan kata lain pihak komunikan merasa adanya kesamaan

antara komunikator dengannya, sehinga dengan demikian komunikan bersedia

untuk taat pada pesan yang dikomuikasikan oleh komunikator. Sikap

komunikator yang berusaha menyamakan diri dengan komunikan ini akan

menimbulkan simpati komunikan pada komunikator.

H. Fungsi Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi sangat diperlukan dalam proses komunikasi,

karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak

ditentukan oleh strategi komunikasi. Terutama jika komunikasi dilakukan

lewat media massa yang memiliki khalayak lebih luas dan beragam, maka kita

memerlukan perencanaan lebih matang dalam menyampaikan pesan yang

ingin kita sosialisasikan. Strategi komunikasi, baik secara makro (planned

multi-media strategy) Maupun secara mikro (single communication medium

(42)

a) Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif

persuasif, dan intruktif secara sistematik kepada sasaran untuk

memperoleh hasil optimal.

b) Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperoleh dan

dioprasionalkan media massa yang begitu ampuh, yang jika

dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.41

C. Tujuan Sentral dalam Strategi Komunikasi

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan

manajemen (management) untuk mencapai tujuan. Demikian pula dengan

strategi komunikasi yang merupakan paduan perencanaan komunikasi

(communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication

manageman) untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Menurut R.Wayne

Pace, Brent D.Peterson dan M.Dallas Burrnett dalam bukunya : Technique for

Effective Communication, bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri

atas tiga tujuan utama42 : a) To secure understanding

Memastikan bahwa komunikan paham mengerti pesan yang diterima.

Andaikata ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimaan itu

harus dibina (To establish acceptance).

b) To establish acceptance

41

Ibid, h. 300

42

(43)

Setelah komunikan mengerti dan menerima pesan maka ini harus

dilakukan pembinaan. Setelah penerimaan itu dibina. Kegiatan harus

dimotivasikan (To motivate action).

c) To motivate action

Setelah peneriamman itu dibina maka kegiatan itu harus dimotivasikan (To

motivate action).

D. Kolerasi Antar Komponen dalam Strategi Komunikasi

Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu

pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan fakor-faktor

penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi itu diperhatikan

komponen-komponen komunikasi dan faktor-faktor pendukung dan

fakor-faktor penghambat pada setiap komponen tersebut.43

I. Bentuk-Bentuk Komunikasi

a. Komunikasi Personal

Bentuk komunikasi kelompok ada dua yaitu komunikasi antarpersonal

dan komunikasi intrapersonal.44

Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) adalah

komunikasi dengan diri sendiri, baik kita sadari atau tidak. Komunikasi ini

merupakan landasan komunikasi antar pribadi dan komunikasi dalam

43

Ibid, h. 11

44

(44)

kontek lainnya, dengan kata lain komunikasi intrapribadi ini inheren dalam

komunikasi dua-orang, tiga-orang, dan seterusnya, karena sebelum

berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan

diri-sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain), hanya saja

caranya sering tidak disadari. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain

bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri-sendiri.45

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah

komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap

pesertanya menangkap reaksi secara langsung, baik secara verbal ataupun non

verbal.46

Menurut sifatnya, komunikasi antarpersonal dibedakan menjadi dua,

yakni komunikasi diadik (dyadic communication), dan komunikasi kelompok

kecil (small group communication). Komunikasi diadik adalah proses

komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka yang

dilakukan melalui tiga bentuk percakapan, wawancara dan dialog. Adapun

komunikasi kelompok kecil adalah proses komunikasi yang berlangsung

antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, hal mana anggota-anggotanya

berinteraksi satu sama lain. Mengenai batas jumlah anggota tidak secara tegas

disebutkan.47

45

Don F.Faules, R Wayne Pace, editor Mulyana, Deddy,Komunikasi Organisasi,

Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, (Bandung : PT.Rosdakarya 2001),Cet.Ke-3, h.72-73

46

Ibid, h.73

47

(45)

Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi

diadik (dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang. Ciri-ciri

komunikasi dyadic adalah :

c. Pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat.

d. Pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan

secara simultan dan spontan, baiksecara verbal maupun non verbal.48

Sebagai sebuah komunikasi tatap muka, tujuan komunikasi antar

pribadi adalah :

a. Mengenal diri sendiri dan orang lain.

b. Mengetahui dunia luar.

c. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna.

d. Mengubah sikap dan prilaku.

e. Bermain dan mencari hiburan.

f. Membantu orang lain

b. Komunikasi Kelompok.

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama,

yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal

satu sama lain, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok

tersebut.49Adapun yang dimaksud dengan komunikasi kelompok adalah:

1) Bila proses komunikasi hal mana pesan-pesan yang disampaikan oleh

seorang pembicara kepada khalayak dalam jumlah yang lebih besar pada

tatap muka.

48

Don F.Faules, R Wayne Pace, editor Mulyana, Deddy,Komunikasi Organisasi,

Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, (Bandung : PT.Rosdakarya 2001),Cet.Ke-3, h. 73

49

(46)

2) Komunikasi berlangsung kontinyu dan bisa dibedakan mana sumber dan

mana penerima.

3) Pesan yang disampaikan terencana (dipersiapkan) dan bukan spontanitas

untuk segmen khalayak tertentu. Dalam komunikasi kelompok kita

mengenal seminar, diskusi panel, pidato, rapat akbar, pentas seni

tradisional di desa, pengarahanan ceramah. Dengan kata lain komunikasi

sosial antara tempat, situasi, dan sasarannya jelas.50

c. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi (organization communication) terjadi dalam

suatu organisasi, bersifat formal, dan juga informal, dan berlangsung dalam

suatu jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi kelompok. Komunikasi

organisasi seringkali melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi

antarpribadi dan ada kalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal

adalah komunikasi menurut stuktur organisasi, yakni komunikasi ke bawah,

komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal, sedangkan komunikasi

informal tidak tergantung pada stuktur organisasi, seperti komunikasi antar

sejawat, juga termasuk gosip.51

Komunikasi organisasi adalah sebagai pertunjukan dan penafsiran

pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu

organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam

50

Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta : PT.RajaGrapindo Persada 2005), Cet.Ke-2, h. 33

51

(47)

hubungan-hubungan hirarki antara yang satu dengan yang lain dan berfungsi

dalam suatu lingkungan.52

Komunikasi organisasi cenderung menekan kegiatan

penanganan-pesan yang terkandung dalam suatu batas organisasional (organizational

boundary), fokusnya adalah menerima, menafsirkan dan bertindak

berdasarkan informasi dalam suatu konteks. Tekanannya adalah pada

komunikasi sebagai suatu alat yang memungkinakan orang beradaptasi

dengan lingkungan mereka. komunikasi organisasi dipandang dari suatu

perspektif interpretative (subjektif) adalah proses penciptaan makna atas

interaksi yang merupakan organisasi. Proses interaksi tersebut tidak

mencerminkan organisasi, ia adalah organisasi. Komunikasi organisasi adalah

“prilaku pengorganisasian” yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat

dalam proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang sedang

terjadi.53

52

Don F.Faules, R. Wayne Pace, editor Mulyana, Deddy,Komunikasi Organisasi,

Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, (Bandung : PT.Rosdakarya 2001),Cet.Ke-3, h. 31

53

(48)

BAB III

BIOGRAFI LINDA AGUM GUMELAR

2 Profile Linda Agum Gumelar

Linda Agum Gumelar, S.Ip yang mempunyai nama asli Linda

Amaliasari. Beliau merupakan anak ke empat dari pasangan Jendral (Purn)

Achmad Tahir dan Rosilla Simanjuntak. Selain menjabat di posisi strategis, di

akhir karir militernya Achmad Tahir, yang tak lain ayah kandung Linda,

dipercaya sebagai Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi di era Kabinet

Pembangunan IV- V pemerintahan Presiden Soeharto.54

Sebagai seorang militer Achmad Tahir, sering berpindah-pindah

tugas. Tidak mengherankan apabila Linda lahir di kota Bandung, padahal

kedua orang tuanya berdarah Sumatera Utara. Linda yang lahir pada tanggal

15 November 1951, harus menerima kenyataan untuk berpindah-pindah

sekolah karena mengikuti tugas sang ayah. Bahkan ia harus rela berganti-ganti

teman dan suasana sekolah dengan berbagai kultur yang berbeda pula.

Keadaan tersebut terkadang membuat ia sedih dan stres di waktu

kecilnya.”Saya itu anak tentara, ayah saya itu bertugas pindah-pindah, waktu

saya SD saja enam kali pindah sekolah, kalau untuk anak-anak mungkin agak

stres karena setiap tahun mesti ketemu guru yang baru serta teman-teman

yang baru, itu sebabnya setelah saya menikah, bapak (suami-red) yang juga

tentara sering berpindah-pindah tugas pula tetapi, anak-anak tidak saya bawa.

54

(49)

Karena saya khawatir takut mengalami hal yang sama seperti saya kecil”,

tambah Linda.55

Namun semuanya ada hikmahnya bagi Linda, dengan

berpindah-pindah sekolah sesunggunya ia telah belajar mengamati fenomena sosial yang

terjadi. Menghadapi beragam orang dengan latar belakang yang berbeda,

menjadikan dirinya semakin peka terhadap lingkungan sekitarnya. Karena

sering berinteraksi dengan beragam orang, menjadikan Linda sejak kecil

cita-citanya selalu berubah-ubah. Namun cita-cita-citanya mengarah kepada pekerjaan

yang berada di ruang publik dan bersifat sosial. ”Cita-cita saya sejak kecil

sering ganti-ganti, pertama saya ingin jadi guru karena guru adalah pekerjaan

mulia, terus pengen jadi dokter biar bisa merawat orang, jadi perawat dan jadi

psikolog pun selalu terbayang dalam benak saya sejak kecil,”jelas Linda .56

Tetapi cita-citanya untuk menjadi perawat harus kandas di tengah jalan

karena ia merasa ngeri melihat jarum suntik. Karena alasan jarum suntik pula,

ia hanya menyelesaikan studi di Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

sampai semester IV. Setelah menikah ia melanjutkan studinya di universitas

yang sama dengan mengambil jurusan Ilmu Politik. Meskipun kajian studinya

di bidang Ilmu Politik, tetapi Linda tidak pernah berhenti berkiprah di dunia

sosial. Berkali-kali ia terpilih menjadi ketua Dharma Wanita di berbagai

departemen dan lembaga pemerintahan. Selain itu ia juga selalu menduduki

jabatan dewan pembina di beberapa instansi kesehatan.57

55

Wawancara dengan Linda Agum Gumelar, pada 26 Mei 2008

56

Ibid,

57

(50)

Selain berasal dari keluarga aktivis, ternyata Linda beserta

keluarganya penikmat sepak bola. Lapangan hijaulah yang pada akhinya

mempertemukan Linda Amaliasari dengan Agum Gumelar. Sebagai seorang

militer, Agum ternyata hoby bermain sepak bola. Maka pada tahun 1974

keduanya menikah. Dari pernikahan inilah di karuniai seorang putra dan

putri.58

Nilai-nilai kedisiplinan dan kerja keras yang ia peroleh sejah kecil

merupakan buah dari didikan kedua orang tuanya yang berlatar belakang

militer. Meskipun Linda tergolong anak petinggi militer, namun orang tuanya

tidak pernah mendidik hidup serba instan. Keadaan inilah yang membuat

Linda hingga saat ini memiliki etos dan kerja keras yang tinggi untuk

menggapai segala sesuatu. Bahkan semangat kerja keras dan nilai-nilai

kedisiplinan ia terapkan kepada kedua buah hatinnya, Haris Khaseli Gumelar

(30) dan Armidianti Gumelar (26). Terbukti keduanya mendapakan gelar

sarjana dari Universitas ternama di Amerika Serikat. Sekembalinya di tanah

air Haris Khaseli menjadi sutradara dan produser band-band ternama,

sedangkan Armidiati bekerja di perusahaan televisi swasta dan dipersunting

oleh pebulu tangkis terkenal Taufik Hidayat. 59

Selain menanamkan nilai-nilai kedisiplinan dan tanggung jawab,

ternyata Linda pun menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan

putra-putrinya. Meskipun kedua anaknya memiliki latar belakang pendidikan

dari Amerika yang sekuler. Tetapi semangat religius dalam kehipuan

58

Ibid

59

(51)

putrinya selalu terbina. Sebuah kebanggaan bagi orang tua, ketika Kharis

Kaseli dan Armyati beberapa kali hatam Al-Qur’an di negeri orang, ditengah

pergaulan mereka dengan orang-orang non muslim bahkan sekuler.60

3 Kiprah Linda Agum Gumelar di YKPJ

Keberadaan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) tidak

terlepas dari peranan sosok Linda Amaliasari Agum Gumelar. Dia yang

memiliki andil yang cukup besar dalam berdirinya YKPJ. Bersama Andy

Endriarto Sutarto, dan Tati A.M Hendripriyono ketiganya sepakat untuk

mendirikan Yayasan penanggulangan kanker payudara yang kemudian hari

dikenal dengan ”Program Pita Pink”. Keberadaan yayasan tersebut tidak

terlepas pula dari peranan dr. Sutjipto, Sp.B(K)Onk, seorang dokter spesialis

penyakit kanker payudara. 61

Sulit rasanya memisahkan nama besar Yayasan Kesehatan Payudara

Jakarta (YKPJ) dengan sosok Linda Agum Gumelar. Bisa jadi dikatakan tanpa

Linda Agum Gumelar nama YKPJ belum tentu ada. Tetapi bukan seorang

Linda Agum Gumelar, bila ia hanya berlindung di balik nama besar

organisasi. Di usia yang menginjak 57 tahun Linda Amaliasari tidak pernah

lelah dengan rutinatas dan atifitasnya. Bila di runtut kegiatan sehari-hari,

maka sosok Linda Agum Gumelar menghabiskan atifitas hidupnya untuk

kegiatan sosial. Namun penulis hanya membatasi pada kegiatan Linda Agum

Gumelar yang berhubungan dengan Yayasan Kanker Payudara Jakarta saja.

60

Wawancara dengan Linda Agum Gumelar, pada 26 Mei 2008.

61

(52)

Sebagai seorang survivor yang menjadikan Linda Agum Gumelar

bersentuhan dengan masalah Kanker payudara. Awalnya di tahun 1996 ketika

dokter memvonis kanker payudara, dirinya sempat shock. Namun Linda tidak

menyerah dengan keadaan yang menimpa dirinya. Sebelum stadium lanjut, ia

memutuskan untuk berobat ke Belanda, atas saran dari Rima Melati yang

sebelumnya juga pernah mengalami kanker payudara. Menurut pengalaman

Linda, pengobatan kanker payudara memerlukan proses yang cukup lama

dalam proses penyembuhan. Ia menghabiskan waktu selama kurang lebih lima

tahun, untuk dinyatakan bebas dari kanker payudara. Padahal kanker yang

dialami Linda baru pada stadium awal.62

Dengan nasib yang dialami inilah, keputusan Linda Agum Gumelar

beserta para survivor lainnya untuk mendirikan Yayasan Kesehatan Payudara

Jakarta (YKPJ). Linda sadar betul, bahwa tingkat pengetahuan dan kesadaran

masyarakat Indonesia terhadap penyakit kanker payudara masih rendah.

Padahal tingkat kematian akibat penyakit ini masih terbilang tinggi, terutama

bagi kaum perempuan.63

Linda memahami bahwa biaya untuk pengobatan penyakit kanker

payudara terbilang cukup besar. Tentu besaran biaya tersebut tidak bisa

dijangkau oleh masyarakat dengan penghasilan kecil. Terlebih dana bantuan

dari pemerintah untuk penderita kanker payudara nyaris tidak ada. Kenyataan

inilah yang mendorong Linda Agum Gumelar melalui bendera Pita Pink,

62

Wawancara dengan Linda Agum Gumelar, pada 26 Mei 2008

63

(53)

bangkit membantu penderita kanker payudara. bahkan ia memberikan bantuan

cuma-cuma bagi penderita yang benar-benar tidak mampu secara finansial.64

Melalui mobil mammografi, Linda Agum Gumelar bersama ”Program

Pita Pink” melakukan kampanye mengenai pentingnya kesehatan payudara.

Dari mall ke mall, dari seminar ke seminar bahkan sampai kunjungan dari

rumah ke rumah, ia lakukan demi menggalakan pentingya kesehatan

payudara.65 ”Ibu Linda selalu hadir dalam kegiatan YKPJ. Ia banyak

membantu ketika ada event yang diselenggarakan oleh YKPJ. Seperti

medatangkan artis-artis, promo dengan media, mencarikan donatur-donatur

dari dalam maupun luar negeri. Tanpa Ibu Linda mungkin kita (YKPJ-red)

akan kesulitan untuk bergerak”, demikian jelas dr. Soecipto, Sp.B(K)Onk.

C. Pemikiran Linda Agum Gumelar.

Sebagai seorang muslimah Linda sadar betul, akan fungsi dan

peranannya baik sebagai ibu dalam rumah tangga maupun sebagai seorang

wanita karir. Keberhasilannya mendidik putra-purtinya merupakan sebuah

jawaban tentang asumsi keliru dari sebagian orang yang menyebutkan sukses

sebagai wanita karir tidak selamanya sukses dalam membangun rumah tangga.

Bukan perkara yang mudah untuk mengatur waktu, dikala

mendampingi suami disaat tugas, mendidik putra-putri sampai mengurus

kesibukaannya dalam berorganisasi. tetapi komitmen dan dedikasi beliau

64

Ibid

65

(54)

terhadap tugas dan tanggung jawab, menjadikan Linda selalu menjadikan

skala prioritas terhadap tanggung jawab yang ia jalani. Sehingga segala

sesuatu menjadi terarah, karena perencanaan yang matang.

Linda selalu mengkritisi tentang pemahaman sebagian orang tentang

ajaran Islam yang membelenggu, hak-hak kaum perempuan. Ia tidak

sependapat tentang pemahaman orang bahwa perempuan adalah hanya

pelengkap dalam keluaraga. Ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang sangat

mulia, tetapi tugas perempuan tidak boleh terpaku pada tataran mengurus

rumah tangga dan mendidik anak saja. Seorang isteri punya tanggung jawab

yang sama dengan seorang suami untuk ikut menafkahi keluarganya.

Andaikan seorang suami sudah tidak dapat bekerja lagi, maka peran istri yang

harus menafkahi keluarga. Pemahaman Linda Agum Gumelar merujuk pada

ayat Al-Qur’an.66

Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun

wanita sedang ia orang yang berimana, maka mereka itu masuk ke dalam

surga dan mereka tidak dianiyaya walau sedikitpun.(Q.S Al-Nisa 4: 124)

66

Gambar

Tabel Kegiatan ..................................................................
Gambar 2.1 Model Komunikasi Schramm
Gambar 2.2 Model Komunikasi Schramm yang Berbentuk Sirkuler
Gambar 4.1 Pola Komunikasi  Roda
+5

Referensi

Dokumen terkait

Bagi mendapatkan kefahaman tentang perundangan yang berkaitan dengan perlindungan pengguna dan perbankan Islam, khususnya dalam konteks penyelesaian pertikaian, maka perlu

Perbedaan skripsi tersebut dengan yang akan ditulis ialah penulis mengamati tempat dari segi letak geografisnya, kondisi atsmofernya, kondisi cuaca, tempat yang

Kelompok Kerja (Pokja) Khusus Unit Layanan Pengadaan (ULP) Atas Paket Pengadaan Jasa Konsultan Perencanaan Detail Desain Aplikasi Dan Rancangan Enterprise

Sesuai dengan syarat kurikulum yang berlaku pada Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Kristen Maranatha, penyusunan Tugas Akhir dengan.. judul “STUDI BANGKITAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI..

Sampai saat ini, bakayaik menjadi pertun- jukan kesenian yang diiringi dengan instru- men salawat dulang , dan ada juga dengan alat musik rebana. Syair ajaran Islam terse-

Atas impor sebagian Barang Kena Pajak yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk, tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Oleh karena itu pembahasan ini akan dibatasi pada masalah- masalah yaitu bagaimana strategi pemasaran secara keseluruhan, strategi pemasaran khusus tabungan junir,