• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Program Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui Pemeriksaan Klinis Dengan Melibatkan Bidan,Kolaborasi Yayasan YAPPIKA (yayasan Penguatan Partisipasi,Inisiatif,dan Kimitraan Masyarakat Indonesia) Dan YKPJ (Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta) Di Kec.K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Program Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui Pemeriksaan Klinis Dengan Melibatkan Bidan,Kolaborasi Yayasan YAPPIKA (yayasan Penguatan Partisipasi,Inisiatif,dan Kimitraan Masyarakat Indonesia) Dan YKPJ (Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta) Di Kec.K"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PROGRAM DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA MELALUI PEMERIKSAAN KLINIS DENGAN MELIBATKAN BIDAN,

KOLABORASI YAYASAN YAPPIKA (YAYASAN PENGUATAN PARTISIPASI, INISIATIF, DAN KEMITRAAN MASYARAKAT INDONESIA)

DAN YKPJ (YAYASAN KESEHATAN PAYUDARA JAKARTA) DI KEC. KOJA. JAKARTA UTARA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi sebagai syarat untuk meraih Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Fahminudin

NIM. 103054028783

JURUSANPENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM (PMI) FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI (FDK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK Fahminudin

Evaluasi Program Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui Pemeriksaan Klinis Dengan Melibatkan Bidan,

Kolaborasi Yayasan Yappika (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat Indonesia) dan YKPJ (Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta)

Di Kec. Koja. Jakarta Utara.

Istilah pengembangan masyarakat sering kali diimplimentasikan dalam bentuk program-program sosial yang meliputi berbagai pelayanan sosial yang berbasis masyarakat yang dilakukan oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM). Salah satu LSM yang melaksanakan program-program sosial, yaitu: Yayasan Yappika (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat Indonesia) dan YKPJ (Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta) yang bekerja sama atau berkolaborasi melaksanakan program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan. Program ini merupakan salah satu bentuk pelayanan publik di bidang kesehatan dalam rangka pemenuhan hak-hak dasar masyarakat terhadap akses pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan dalam penanganan penyakit kanker payudara.

Program ini terdiri dari langkah-langkah kegiatan program yang terdiri dari: 1) Pendidikan publik, berupa penyuluhan kesehatan mengenai penyakit kanker payudara, penyuluhan tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara, dan penyuluhan mengenai hak-hak masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, yang disampaikan oleh praktisi kesehatan dan pekerja sosial melalui dialog langsung dengan masyarakat dan penyebaran brosur-brosur. 2) Pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) oleh para bidan secara manual melalui perabaan biasa, dimana masing-masing bidan memeriksa 50 perempuan. 3) Verifikasi hasil pemeriksaan oleh para bidan dengan menggunakan alat mammografi. 4) Mengembangkan sistem rujukan untuk menindak lanjuti hasil temuan kasus kelainan payudara guna diagnosa dan tindakan lanjut secara gratis di rumah sakit Dharmais. Dalam konteks ini, peserta program yang ditemukan menderita kelainan payudara, dibantu dalam pengurusan jaminan pelayanan kesehatan, seperti: Askeskin (asuransi kesehatan warga miskin), Sktm (surat keterangan tidak mampu), atau Gakin guna memperoleh pembebasan atau peringanan biaya pengobatan lebih lanjut.

Rangkaian langkah-langkah kegiatan program di atas, tentunya memiliki tujuan tertentu. Untuk memperoleh tujuan tertentu, maka proses kegiatan-kegiatan program haruslah mengarah sesuai dengan rencana-rencana kegiatan yang sudah dirancang sebelumnya, karena hal ini akan sangat berpengaruh pada keberhasilan suatu program (mencapai tujuan yang diinginkan). Bila suatu program yang dijalankan tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka yang ditinjau atau dianalisis ialah suatu proses kegiatan-kegiatan program yang telah direncanakan sebelumnya, apakah implimentasi sebenarnya dari program tersebut berbeda dari yang ada dalam rancangan (perencanaan), atau sekalipun suatu program dilaksanakan sesuai dengan rancangan, kemungkinan bisa saja program itu tidak mengarah ke kegiatan-kegiatan yang seharusnya menjadi sasaran.

Analisis suatu proses kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan, dapat dilakukan dengan suatu kegiatan evaluasi program pada Input dan Proses. Penelitian evaluasi input bertujuan untuk memperbaiki program, dengan cara mengecek persiapan-persiapan (perencanaan) yang ada. Sedangkan evaluasi proses bertujuan untuk melihat bagaimana rencana-rencana tersebut dilaksanakan dan memberikan informasi tentang deskripsi proses pelaksanaan program

(6)

Untuk menganalisis evaluasi program ini, penulis menggunakan desain penelitian Pietrzak, dkk. Pieztrzak menjelaskan, pertama, evaluasi input memfokuskan penilaian atau evaluasi pada berbagai unsur (variable) yang masuk dalam pelaksanaan suatu program. Berbagai unsur tersebut meliputi: klien (sasaran penerima kegiatan program), staf pelaksana program, dan fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program. Pertayaan kunci yang ingin dijawab melalui evaluasi input ini adalah: a. Apakah karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien) benar-benar sesuai dengan sasaran dan tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana? b. Apakah para stap pelaksana program memiliki kualifikasi yang sesuai dalam menjalankan mekanisme kerjannya? c. Apakah berbagai sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan?.

Kedua, evaluasi proses, memfokuskan diri pada penilaian perjalanan pengoperasian program dan kualitas layanan yang diberikan yang mencakup kegiatan-kegiatan program dan sistem pemberian layanan program, seperti: jenis layanan kegiatan program, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan program, serta mencakup interaksi langsung antara klien dengan staf terdepan (line staf). Pertayaan kunci yang ingin dijawab dalam evaluasi ini ialah: 1). Kegiatan program apa saja yang dilakukan? 2). Apakah kegiatan-kegiatan program yang dilakukan dapat dengan mudah dan nyaman diterima oleh sasaran penerima kegiatan program?.

Hasil analisa evaluasi input, penulis menyimpulkan, pertama, klien (sasaran penerima kegiatan program). Dari hasil observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan program dan hasil wawancara peneliti dalam bentuk kuesioner kepada sejumlah klien (sasaran penerima kegiatan program), bahwa karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien) yang terdiri dari: warga perempuan kelurahan rawa badak utara (RBU), para bidan di lokasi setempat, para relawan, dan masyarakat umum, telah sesuai dengan sasaran dan tujuan yang ditetapkan lembaga pelaksana (Yappika dan YKPJ). Kedua, para staf pelaksana program. Dari hasil wawancara peneliti kepada para staf mengenai latar belakang pendidikan para staf, pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti para staf, serta bidang kerja para staf, menunjukan bahwa para staf berasal dari latar belakang pendidikan yang sesuai dengan mekanisme kerjanya. Begitupun dengan pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh para staf dan bidang kerja para staf, telah sesuai dengan mekanisme kerjanya.

Ketiga, sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program. Dari hasil pengamatan peneliti pada saat dilaksanakannya kegiatan dan hasil wawancara peneliti kepada peserta program, bahwa fasilitas yang digunakan telah sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program dan jumlahnya telah memadai sesuai dengan kapasitas pihak-pihak yang menggunakan fasilitas tersebut.

Hasil analisa evaluasi proses, peneliti menyimpulkan, pertama, kegiatan-kegiatan program yang dilakukan, terdiri dari 4 tahap kegiatan, yaitu:

a. Tahap persiapan program. b. Tahap uji coba program c. Tahap pelaksanaan program.

d. Tahap evaluasi akhir keseluruhan program, analisis data-data, dan laporan.

(7)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmannirrahim

Segala puja dan puji bagi Allah Swt, Zat yang maha menggengam seluruh jagat alam semesta ini termasuk setiap hati manusia, zat yang maha besar, maha pengasih dan penyayang, tiada daya dan upaya kecuali hanya pada diri-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasullah Saw, sebagai teladan bagi kita semua.

Al-lhamdullilahirrabil’alamin, penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah Swt atas rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Karena tampa rahmat dan pertolongan-Nya tidaklah mungkin skripsi ini dapat diselesaikan.

Kemampuan mengevaluasi program atau menjadi seorang evaluator ini merupakan salah satu keterampilan khusus yang seharusnya dimiliki oleh seorang pengembangan masyarakat, dimana dengan kemampuan tersebut diharapkan program-program sosial yang dijalankan seorang pengembangan masyarakat dapat mencapai suatu keberhasilan. Dengan adanya pengevaluasian input dan proses akan selalu mendapatkan perbaikan-perbaikan program yang terus berjalan, mengembangkan dan memperkuat kembali sesudah stabil, menghasilkan umpan balik segera kepada pembuat program yang kemudian menggunakan informasi tersebut untuk merevisi bahan apabila diperlukan.

Skripsi evaluasi program ini penulis sadari masih jauh dari kesempurnaan. Namun demikian mudah-mudah skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna, khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya untuk mahasiswa atau orang lain yang mungkin dapat berguna sebagai bahan tambahan bagi mereka yang berkonsentrasi pada bidang studi dalam dimensi pelayanan masyarakat dan evaluasi program-program sosial.

Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan bila tampa bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil, sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya dan dukungannya sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai. Penulis menghaturkan terima kasih sebesar besarnya kepada seluruh keluarga penulis, ayahanda dan ibunda tersayang Bapak Drs. Chaeruna. MM. dan Ibu Bai Nafiah, yang telah banyak memberikan motivasi dan saran-sarannya secara terus menerus, ketika penulis mengalami hambatan dalam penulisan skripsi ini. Mereka mengajarkan arti hidup sesungguhnya di dunia ini. Mereka telah rela banyak berkorban jiwa dan raga demi untuk kesuksesan putranya ini. Tentunya terima kasih yang penulis haturkan tidak pernah cukup untuk membalas semua kasih sayangnya kepada penulis dan semoga Allah selalu merahmatinya.

(8)

skripsi, sehingga enggan menyuruh-menyuruh penulis bila terdapat keperluan-keperluan yang harusnya penulis kerjakan, yang telah membantu mendukung terselesaikannya proses penulisan skripsi ini.

Terima kasih yang tak terhingga penulis juga sampaikan kepada Bapak. Dr. Murodi, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta Staf-stafnya. Penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd dan Ibu Wati Nilamsari, M.Si. selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingannya mengenai dunia akademis kepada penulis.

Kepada Ibu Nurul Hidayati, M.Pd. sebagai dosen pembimbing penulisan skripsi ini. Penulis haturkan terima kasih banyak yang telah meluangkan banyak waktunya kepada penulis untuk dapat memberikan bimbingan setiap kali penulis mengalami kesulitan dan kebingungan dalam penulisan skripsi ini. Beliau dengan sabar dan tidak bosan-bosannya menerima penulis untuk dapat berkonsultasi kapanpun waktunya, yang telah banyak memberikan motivasi untuk terus maju, bersabar dan berdoa kepada Allah, serta memberikan masukan-masukan yang sangat berarti kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Syamsir Salam, M.Si. Sebagai Dosen Penasehat Akademik Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam angakatan 2003. Serta para Bapak/Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengarahkan, mendidik, membimbing, dan memberi ilmu yang sangat bermanfaat untuk hidup penulis.

Terima yang tak terhingga juga, penulis sampaikan kepada Ibu Sri Indiyastusi selaku Maneger Humas dan Kampanye Publik Yappika beserta Staf-stafnya, atas kemurahan hatinya telah mengizinkan penulis melakukan riset di Yappika. Memberikan arahan-arahan terkait dengan riset yang dilakukan penulis, meluangkan waktunya untuk diwawancarai di tengah kesibukannya bekerja, serta banyak membantu penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada Elita Triandayani selaku Kordinator Lapangan dan Relawan Yappika yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data-data yang diperlukan penulis untuk penyusunan skripsi ini. Semoga Allah membalas atas semua bantuannya. Dan juga teman-teman para relawan Yappika (Yuliyanti, Achmad Romadhan, Leonardo) dan semuanya yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak mendukung dalam bantuannya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

(9)

Tidak lupa pula ucapan terima kasih untuk teman-teman seperjuangan dan sepermainan Siti Nurasiyah, Anwar, Nasro, Al-Hasanah, Cucun, Sri Yanah, Andi Hastono, Sopyan, Anang, Amri, Sueb, Ifdal, Azis, Edi, Hasan, Iwan, Sahroni, Uwes, yang telah banyak memberikan masukan dan dorongan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Mereka telah banyak menghibur penulis di tengah penulis kebingungan dan kesulitan dalam proses penulisan skripsi ini. Kepada Iskandar, Rizki, Roy, Kahfi, Bagus, Wawan, Apen, Datam, Ilham dan teman-teman lainnya yang tidak penulis sebutkan satu-persatu, penulis ucapkan terima kasih atas dukungan kalian, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Sekali lagi terima kasih, jasa-jasamu tidak akan pernah penulis lupakan. Jazakumullah Khoirul Jaza.

Jakarta, 15 September 2008

(10)

DAFTAR ISI

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 09

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

D. Metodologi Penelitian ... 12

E. Sistematika Penulisan ... 22

BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Teori-Teori Evaluasi Program ... 25

1. Pengertian Evaluasi... 25

2. Model-Model Evaluasi ... 26

3. Desain Evaluasi ... 28

4. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi... 33

B. Pelayanan Publik... 35

1. Definisi Pelayanan Publik ... 35

2. Penyelenggara Pelayanan Publik ... 35

3. Prinsip-Prinsip Pokok Pelayanan Publik ... 36

C. Bimbingan Penyuluhan Sosial ... 38

1. Paradigma Bimbingan Penyuluhan Sosial dan Pengertian ... 38

2. Metode Bimbingan Penyuluhan Sosial ... 39

D. Pendekatan Pelayanan Masyarakat ... 40

1. Latar Belakang dan Pengertian ... 40

2. Strategi dan Prinsip dalam Intervensi ... 43

E. Kanker Payudara ... 47

1. Pengertian Kanker Payudara ... 47

2. Penyebab Faktor Beresiko Kanker Payudara ... 47

3. Gejala-Gejala Kanker Payudara ... 48

4. Stadium-Stadium pada Kanker Payudara ... 49

5. Tata Cara Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Payudara ... 50

F. Kolaborasi ... 55

1. Pengertian Kolaborasi... 55

2. Tujuan dan Jenis-Jenis Kolaborasi ... 56

(11)

A. Profil Yayasan Yappika (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif dan Kemitraan Masyarakat

Indonesia) ... 58

1. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri Yappika ... 58

2. Visi, Misi, dan Peran Yappika ... 59

3. Pandangan dan Peranan Yappika Terhadap program ... 60

B. Profil YKPJ (Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta) ... 61

1. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri YKPJ ... 61

2. Visi, Misi, dan Tujuan YKPJ ... 62

C. Program Deteksi Dini Kanker Payudara melalui Pemeriksaan Klinis dengan Melibatkan Bidan . ... 62

1. Latar Belakang dan Sejarah Munculnya Program ... 62

2. Sasaran dan Tujuan Program ... 66

3. Struktur Personil Pelaksana Program ... 67

4. Mekanisme Kerja Pelaksanaan Program ... 68

5. Kerja Sama Program ... 75

6. Sarana atau Fasilitas Pelaksanaan Program ... 75

BAB IV ANALISIS EVALUASI PROGRAM DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA MELALUI PEMERIKSAAN KLINIS DENGAN MELIBATKAN BIDAN A. Evaluasi Input ... 77

1. Klien (Sasaran penerima kegiatan program) ... 79

2. Staf Pelaksana Program ... 98

3. Sarana atau Fasilitas pelaksanaan program ... 107

B. Evaluasi Proses ... 125

1. Kegiatan-Kegiatan Program ... 125

2. Apakah kegiatan-kegiatan program dapat dengan mudah dan nyaman diterima oleh klien 130 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 142

B. Saran-Saran ... 149

(12)

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kebijakan sosial merupakan seperangkat tindakan, kerangka kerja, petunjuk, rencana, peta atau strategi

yang dirancang untuk menterjemahkan visi politik pemerintah atau lembaga pemerintah ke dalam program dan

tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di bidang kesejahtraan sosial. Karena kesejahtraan sosial

senantiasa menyangkut orang banyak, maka kebijakan sosial sering kali identik dengan kebijakan publik1.

Kebijakan publik berorentasi kepada pencapaian tujuan sosial. Tujuan sosial mengandung dua pengertian

yang saling terkait, yakni: memecahkan masalah sosial dan memenuhi kebutuhan sosial. Pemecahan masalah

sosial mengandung arti mengusahakan atau mengadakan perbaikan karena ada suatu keadaan yang tidak

diharapkan, misalnya, kemiskinan atau kejadian yang patalogis (misalnya kenakalan remaja). Sedangkan

pemenuhan kebutuhan sosial, yaitu, menyediakan pelayanan sosial yang diperlukan, baik karena adanya masalah

ataupun tidak ada masalah untuk pencegahan2.

Instansi pemerintah yang memegang kewenangan untuk menyediakan pelayanan-pelayanan sosial yang

diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat, haruslah benar-benar menentukan tipe, jenis, dan sistem pendekatan

pemberian pelayanan sosial kepada kelompok sasaran. Hal ini diperlukan untuk menentukan, apakah penyediaan

pelayanan sosial memiliki dampak positif atau negatif kepada masyarakat, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan,

dan apakah penyediaan layanan sosial dapat merespon masalah-masalah sosial yang dirasakan masyarakat3.

Meskipun penyediaan layanan-layanan sosial kepada masyarakat menjadi wewenangan dan tanggung

jawab pemerintah, namun seiring dengan dinamika kehidupan sosial masyarakat yang dinamis di bidang politik

1

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h.107.

2

Ibid., h. 110.

3

(13)

dan menguatnya semangat demokrasi, terjadilah pergeseran peran pemerintah dalam ketatanegaraan dan kebijakan

publik, yaitu dari pemerintah yang pada awalnya memiliki wewenang dalam menentukan kebijakan publik dalam

hal penyediaan layanan-layanan sosial, belakangan pemerintah dipandang bukan lagi mendominasi kekuasaan

orang banyak, akan tetapi ke tatakelolahan pemerintah yang identik dengan istilah stakeholder atau pemangku

kepentingan4.

Para stakeholder ini, salah satunya, yaitu, Lembaga Swadaya masyarakat (LSM) yang berperan melakukan

advokasi kebijakan dan pelayanan publik, mengkritisi, menganalisis, dan mengidentifikasi subtansi kebijakan dan

pelayanan publik yang dapat memberikan jaminan hak-hak layanan publik secara adil dan berkualitas.

Lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang berpartisipasi melakukan advokasi perbaikan kebijakan dan pelayanan publik

ini, dipengaruhi seiring dengan banyaknya muncul fenomena kebijakan dan pelayanan publik di negara Indonesia

yang dianggapnya buruk dan tidak berpihak pada rakyat, khususnya masyarakat miskin. Rakyat selalu dibebani

dengan kebijakan dan pelayanan yang tidak rasional demi untuk kepentingan sekelompok elit tertentu5.

Buruknya pelayanan publik di berbagai bidang sosial, tercermin salah satunya pada bidang kesehatan,

khususnya pada pelayanan kesehatan dalam penanganan penyakit kanker payudara.

“Berdasarkan data dari Yayasan kesehatan payudara Jakarta (YKPJ) dan YAPPIKA, kanker payudara dapat menyerang siapa saja, terutama kaum perempuan. Di Asia insiden kanker payudara masih rendah: 20 kasus baru di antara 100.000 penduduk. Adapun di Amerika Serikat dan negara maju jauh lebih tinggi yaitu 100 kasus baru per 100.000 penduduk dan sekitar 40.000 akan meninggal akibat penyakit ini.

Di Indonesia, penyakit kanker payudara belum secara luas dimengerti oleh masyarakat, begitupun kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini kanker relatif rendah. Ini bisa dilihat dari banyaknya penderita yang baru datang ke rumah sakit ketika penyakitnya sudah pada stadium lanjut (III dan IV). Padahal, penyakit ini bisa dideteksi secara dini melalui pemeriksaan klinis dan mammografi, sehingga harapan untuk hiduppun bagi pasein yang belum sampai memasuki pada stadium lanjut lebih besar.

Kardinah, radiologist Rumah Sakit Kanker Dharmais yang juga aktif di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) mengatakan, “bahwa akhir-akhir ini penderita kanker payudara tidak lagi didominasi oleh perempuan usia 40 tahun ke atas, namun ada kecenderungan menyerang perempuan di usia lebih muda bahkan 20-an tahun”. Informasi ini tentu saja perlu menjadi perhatian berbagai pihak, khususnya kaum perempuan untuk mengenali dan berusaha mengantisipasi kemungkinan serangannya

4

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat., h. 108.

5

(14)

sedini mungkin, mengingat kanker payudara adalah penyakit yang berbahaya dan mematikan yang telah memakan korban yang tidak sedikit akibat keterlambatan penanganan yang tidak cepat dan tepat”1.

Sarana atau fasilitas yang menunjang pelayanan yang disediakan pemerintah terhadap informasi dan upaya

publikasi mengenai antisipasi dini serangan penyakit kanker payudara melalui efen-efen tertentu, seperti kampanye

publik, penyiaran berita di media masa yang bisa diakses oleh seluruh masyarakat sangat minim. SDM kesehatan

atau tenaga medis yang kompenten untuk dapat melakukan pemeriksaan secara dini kesehatan payudara, serta

peralatan-peralatan medis yang digunakan sebagai verifikasi hasil pemeriksaan kesehatan payudara di setiap rumah

sakit dan puskesmas juga kurang memadai. Hal ini menyebabkan banyak dari kalangan masyarakat tidak

mengetahui dan mengerti bahaya penyakit kanker payudara yang mayoritas menyerang pada kaum perempuan,

disamping itu kesadaran masyarakatpun relatif rendah untuk melakukan pencegahan dini melalui deteksi dini yang

bisa dilakukan oleh sendiri, sebelum penyakit kanker payudara berlanjut pada tahap stadium yang lebih tinggi.

Sistem rujukan penderita kanker payudara melalui Sktm (Surat keterangan tidak mampu) atau Askeskin

(asuransi kesehatan warga miskin) mulai dari layanan kesehatan paling bawah sampai ke rumah sakit, khusus yang

menangani kanker belum terkelola dengan baik. Kondisi ini cukup menyulitkan untuk penanganan secara cepat.

Pemerintah melalui Menteri Kesehatan sejak tahun 2005 lalu telah mencanangkan, melalui kebijakannya,

dimana setiap warga miskin memperoleh hak untuk mendapatkan pengobatan secara gratis di rumah-rumah sakit

Pemerintah. Namun dalam realitanya masih banyak warga miskin yang mengalami kendala untuk memperoleh

haknya tersebut. Beberapa kendala tersebut diantaranya, yaitu: pertama, selama ini informasi kebijakan pemerintah

untuk menyediakan pelayanan kesehatan gratis bagi warga miskin telah disosialisasikan, akan tetapi banyak warga

miskin yang tidak mengetahui prosedur pengurusan jaminan kesehatan tersebut. Mereka tidak tahu kepada siapa

harus bertanya, ada rasa takut bertanya kepada petugas penyelenggara kesehatan, dan rasa was-was apakah biaya

pengobatan benar-benar gratis atau tidak. Belum tersosialisasinya informasi secara mendetail mengenai

langkah-langkah pengurusan surat-menyurat jaminan pelayanan kesehatan, menyebabkan warga miskin terkadang sulit

untuk memperoleh haknya mendapatkan pengobatan gratis.

1

(15)

Kedua, pengurusan surat menyurat jaminan pelayanan kesehatan, seperti: Sktm (surat keterangan tidak

mampu) atau Askeskin (asuransi kesehatan warga miskin) atau Gakin, prosedur administrasinya sangat rumit.

Prosedurnya harus melalui jalur pengurusan yang panjang mulai dari Rt, Rw, Kelurahan, Puskesmas, menunggu

verifikasi dari Puskesmas setempat, kembali lagi ke Puskesmas untuk mengambil surat hasil verifikasi dan rujukan

ke rumah sakit, dan terakhir ke Dinas Kesehatan untuk mengajukan permohonan katastropik. Jika kelengkapan

surat-menyurat masih kurang di salah satu atau beberapa langkah tersebut maka warga harus melengkapi terlebih

dahulu dan kembali lagi2.

Jalur pengurusan yang cukup panjang tersebut tentunya akan berdampak pada tingginya biaya transportasi

yang harus dikeluarkan oleh warga miskin. Urusan prosedur administrasi pengurusan surat jaminan kesehatan bagi

warga miskin (Sktm/ Gakin/ Askeskin), sangat penting, namun perlula dipikirkan efektivitas prosesnya, sehingga

dapat memudahkan bagi warga miskin.

Fenomena kejadian yang memprihatinkan, yaitu, buruknya penanganan pelayanan kesehatan dalam

penanganan penyakit kanker payudara, sebagaimana disebutkan di atas, menyebabkan munculnya Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM) yang berperan melakukan advokasi perbaikan pelayanan publik di bidang kesehatan

yang dapat memberikan jaminan terhadap hak-hak layanan kesehatan secara adil dan berkualitas. Salah satu LSM

tersebut adalah YAPPIKA (Yayasan Penguatan, Partisipasi, Inisiatif dan Kemitraan Indonesia) dan YKPJ

(Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta). Mereka bekerja sama melaksanakan program deteksi dini kanker payudara

melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan.

Target sasaran program ini ialah masyarakat kaum perempuan usia 40-55 tahun sejumlah 1500 orang

kelompok menengah ke bawah lokasi Kecamatan Koja. Jakarta Utara, yang meliputi: Kelurahan Rawa Badak

Selatan, Keluruhan Tugu Utara (di Kedua Kelurahan ini sudah terlaksana). Rencana selanjutnya di Kelurahan

Rawa Badak Utara, Tugu Selatan, Kelurahan Lagoa, dan Kelurahan Koja. Dalam kaitannya dengan penulisan

7

(16)

skripsi ini, fokus penelitian pada program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan

melibatkan bidan, ditentukan di satu lokasi, yaitu, di kelurahan Rawa Badak Utara. Jakarta Utara.

Adapun langkah-langkah kegiatan pelaksanaan program ini terdiri dari: 1) Pendidikan publik, berupa

penyuluhan kesehatan mengenai penyakit kanker payudara, penyuluhan tentang pentingnya deteksi dini kanker

payudara, dan penyuluhan mengenai hak-hak masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, yang disampaikan oleh

praktisi kesehatan dan pekerja sosial melalui dialog langsung dengan masyarakat dan penyebaran brosur-brosur. 2)

Pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) oleh para bidan secara manual melalui perabaan

biasa, dimana masing-masing bidan memeriksa 50 perempuan. 3) Verifikasi hasil pemeriksaan oleh para bidan

dengan menggunakan alat mammografi. 4) Mengembangkan sistem rujukan untuk menindak lanjuti hasil temuan

kasus kelainan payudara guna diagnosa dan tindakan lanjut secara gratis di rumah sakit Dharmais. Dalam konteks

ini, peserta program yang ditemukan menderita kelainan payudara, dibantu dalam pengurusan jaminan pelayanan

kesehatan, seperti: Askeskin (asuransi kesehatan warga miskin), Sktm (surat keterangan tidak mampu), atau Gakin

guna memperoleh pembebasan atau peringanan biaya pengobatan lebih lanjut.

Rangkaian langkah-langkah kegiatan program di atas, tentunya memiliki tujuan tertentu. Untuk

memperoleh tujuan tertentu, maka proses kegiatan-kegiatan program haruslah mengarah sesuai dengan

rencana-rencana kegiatan yang sudah dirancang sebelumnya, karena hal ini akan sangat berpengaruh pada keberhasilan

suatu program (mencapai tujuan yang diinginkan). Bila suatu program yang dijalankan tidak mencapai hasil yang

diharapkan, maka yang ditinjau atau dianalisis ialah suatu proses kegiatan-kegiatan program yang telah

direncanakan sebelumnya, apakah implimentasi sebenarnya dari program tersebut berbeda dari yang ada dalam

rancangan, atau sekalipun suatu program dilaksanakan sesuai dengan rancangan, kemungkinan bisa saja program

itu tidak mengarah ke kegiatan-kegiatan yang seharusnya menjadi sasaran8.

Menganalisa kembali suatu proses kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan, dapat dilakukan dengan

suatu kegiatan evaluasi program pada Input dan Proses, karena penelitian evaluasi Input bertujuan untuk

8

(17)

memperbaiki program, dengan cara mengecek persiapan-persiapan yang ada. Sedangkan evaluasi proses bertujuan

untuk melihat bagaimana rencana-rencana tersebut dilaksanakan9 serta mendeskripsikan proses pelaksanaan program10.

Penelitian evaluasi program pada Input dan Proses penting, karena keputusan selama proses diperlukan

untuk memperbaiki, mengembangkan, dan memperkuat kembali program11. Seperti: penyusunan dan pengaturan kembali jadwal dan semua hal baik moril maupun materil. Namun sayangnya pihak-pihak yang terkait dengan

penelitian evaluasi, hanya melakukan penelitian evaluasi program pada output (hasil) atau dampak. Hal ini

disesalkan karena hasil evaluasi program pada input dan proses akan memberikan umpan balik segera kepada

pembuat program yang kemudian menggunakan informasi tersebut untuk merevisi bahan apabila diperlukan.

Evaluasi program hanya pada Output saja, mungkin akan terlambat dan tidak dapat menolong untuk melakukan

perbaikan-perbaikan proses.

Melihat persoalan buruknya pelayanan kesehatan dalam penanganan penyakit kanker payudara yang telah

dipaparkan dan juga mengingat pentingnya suatu penelitian evaluasi program pada Input dan Proses, sebagaimana

yang telah dijelaskan di atas, penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut pada suatu penelitian ilmiah yang

penulis tuangkan dalam skripsi berjudul:

”Evaluasi Program Deteksi Dini Kanker Payudara

Melalui Pemeriksaan Klinis Dengan Melibatkan Bidan,

Kolaborasi Yayasan YAPPIKA (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif dan Kemitraan Masyarakat Indonesia

YKPJ (Yayasan kesehatan Payudara Jakarta ).

di Kec. Koja . Jakarta Utara”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

9

Nurul Hidayati, Metode Penelitian Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), h. 124.

10

Hendera, “Evaluasi Program”, h. 72.

11

(18)

Agar penelitian yang dilakukan dan dibahas pada penulisan skripsi ini lebih terarah dan tidak meluas, maka penulis membatasi penelitian pada pengevaluasian program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan di Kelurahan Rawa badak Utara. Jakarta Utara.

Adapun pemilihan kreteria evaluasi, terkait tipe-tipe evaluasi yang memberikan penekanan atau fokus

tertentu sesuai dengan ruang lingkup kegiatan yang dievaluasi, maka pada penelitian ini, penulis menggunakan

tipe atau model evaluasi input dan evaluasi proses.

2. Perumusan Masalah

Dalam merealisasikan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan

permasalahannya untuk memudahkan pembahasan selanjutnya, adapun perumusan masalah tersebut, yaitu,

sebagai berikut:

a. Evaluasi Input:

1) Apakah karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien) benar-benar sesuai dengan sasaran dan

tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana (Yappika dan YKPJ)?

2) Apakah para staf pelaksana program memiliki kualifikasi yang sesuai dalam menjalankan mekanisme

kerjanya?

3) Apakah berbagai sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program memadai dan sesuai

dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan program?

b. Evaluasi Proses:

1) Kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan dalam pelaksanaan program?

2) Apakah kegiatan-kegiatan program yang dilaksanakan dapat dengan mudah dan nyaman diterima oleh

(19)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Dengan mengacu pada perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini,

yaitu:

a. Evaluasi Input:

1) Untuk mengetahui apakah karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien) benar-benar sesuai

dengan sasaran dan tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana program (Yappika dan YKPJ).

2) Untuk mengetahui apakah para staf pelaksana program memiliki kualifikasi yang sesuai dalam

menjalankan mekanisme kerjanya.

3) Untuk mengetahui apakah berbagi sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program

memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan program.

b. Evaluasi Proses:

1) Untuk memperoleh gambaran kegiatan apa saja yang dilakukan dalam pelaksanaan program.

2) Untuk mengetahui apakah kegiatan-kegiatan program yang dilaksanakan dapat dengan mudah dan

nyaman diterima oleh sasaran penerima kegiatan program (Klien).

Sedangkan manfaat penelitian yang diharapkan dari seluruh rangkaian kegiatan dan hasil penelitian, adalah

sebagai berikut:

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi yang bisa dimanfaatkan bagi para pengelolah

program yang terkait pada program-program sosial, khususnya bagi pengelolah program deteksi dini

kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan. Informasi ini berupa masukan

umpan balik perencanaan program, untuk dapat membantu memperbaiki dan mengembangkan

(20)

b. Penelitian ini hasilnya akan menyiapkan informasi tentang diskripsi proses aktivitas-aktivitas program pada

pengelolah program yang terkait.

3. Manfaat Akademis

a. Diharapkan dapat menambah kontribusi keilmuan yang dapat dijadikan dokumentasi Perguruan Tinggi

UIN Syarif Hidayatulllah, untuk dijadikan sebagai rujukan bagi para Mahasiswa yang berkonsentrasi pada

study sosial dalam dimensi Pelayanan Masyarakat dan Evaluasi Program-program Sosial.

b. Menghasilkan karya Ilmiah yang diajukan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar SI (strata satu) di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian evaluasi merupakan salah satu tipe penelitian ilmu sosial terapan yang dilakukan untuk

menilai suatu program, yang terdiri dari: evaluasi input, proses, dan output. Karena itu penelitian evaluasi

mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku dalam penelitian ilmu sosial12.

Penelitian evaluasi yang mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku dalam penelitian ilmu sosial, maka

dalam penelitian evaluasi ini, jenis penelitian yang penulis gunakan, yaitu jenis penelitian lapangan.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam membahas masalah ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu, penelitian

yang berupaya menghimpun data, mengelolah data, dan menganalisis data secara kualitatif. Pendekatan

penelitian kualitatif ini, bersifat deskriptif (menggunakan data-data kualitatif)13 yaitu, penelitian yang berusaha menerangkan atau menggambarkan peristiwa yang terjadi pada subyek penelitian pada masa sekarang

kemudian dijelaskan, dianalisa, dan disajikan sedemikian rupa untuk mendapatkan gambaran yang sistematis.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

12

Hendra, ”Evaluasi Program“ h. 65.

13

(21)

Lokasi penelitian ditentukan di dua tempat: Pertama, di Yayasan YAPPIKA dan YKPJ, sebagai lokasi

lembaga yang bekerjasama melaksanakan program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis

dengan melibatkan bidan. Kedua, di Kelurahan Rawa Badak Utara, sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan

program.

Adapun waktu penelitian lapangan akan dilakukan mulai tanggal 6 juni 2008 sampai dengan tanggal 31

juli 2008.

4. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini, yaitu, peneliti sendiri. Sedangkan obyek dalam penelitian ini ialah pihak

pelaksana program, yaitu: yayasan YAPPIKA dan YKPJ. Dan pihak sasaran penerima kegiatan program, yaitu:

warga perempuan Kelurahan rawa badak utara (RBU), bidan setempat, para relawan, dan masyarakat umum di

lokasi kegiatan.

Obyek penelitian dari YAPPIKA dan YKPJ, yaitu, pihak bagian mekanisme kerja dalam pelaksanaan

kegiatan program. Masing-masing pihak bagian mekanisme kerja pelaksanaan program, diambil sejumlah 10

orang.

Adapun penentuan jumlah obyek penelitian dari pihak sasaran penerima kegiatan program yang terdiri

dari: pertama, warga perempuan kelurahan rawa badak utara, peneliti tentukan sejumlah 20 orang, diambil

sesuai dengan yang ditemukan di lapangan. Kedua, para bidan setempat, peneliti tentukan sejumlah 3 orang,

diambil sesuai dengan jumlah para bidan yang sering terlibat langsung sebagai tenaga medis lokal yang

melakukan pemeriksaan kesehatan payudara melalui perabaan dengan tangan biasa (Sadari/periksa payudara

sendiri). Ketiga, para relawan, peneliti tentukan sejumlah 5 orang, diambil sesuai dengan kebutuhan yang

mewakili para relawan lainnya. Keempat, masyarakat umum, peneliti tentukan sesuai kebutuhan. Penentuan

jumlah obyek penelitian pada pihak sasaran penerima program ini, tidak diambil dari keseluruhan populasi

target sasaran penerima kegiatan program yang ditetapkan lembaga pelaksana, hal ini dilakukan dengan

(22)

5. Sumber Data

Dalam penelitian ini, yang dijadikan sumber data, yaitu:

a. Data Primer: yaitu, data-data yang diperoleh secara langsung dari pihak pelaksana program, yaitu, dari

Yayasan YAPPIKA dan YKPJ. Dan dari sasaran penerima kegiatan program yang terdri dari: 1) Warga

perempuan Kelurahan rawa badak utara. 2) Para bidan setempat. 3) Para relawan. 4) Masyarakat umum di

lokasi kegiatan.

b. Data sekunder: yaitu, data-data yang diperoleh dari catatan-catatan tertulis atau dokumen yang terkait

dengan penelitian dari lembaga yang terkait, yaitu: dari YAPPIKA dan YKPJ.

6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini, teknik mengumpulkan data yang penulis

gunakan, sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah usaha untuk memperoleh dan mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan

langsung di lapangan terhadap suatu kegiatan secara akurat, serta mencatat fenomena yang muncul dan

mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut14. Dalam observasi, peneliti melakukan pencatatan data yang dibutuhkan terkait dengan penelitian yang dilakukan, berdasarkan apa

yang bisa dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan diraba oleh tangan, kemudian peneliti tuangkan

dalam penulisan skripsi. Pencatatan data ini, penulis menggunakan catatan lapangan yang ditulis dengan

bahasa apa adanya. Observasi dilakukan setiap kali pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan

kesehatan payudara, sebanyak 5 kali.

b. Wawancara

14

(23)

Wawancara yaitu, metode pengumpulan data dengan mengadakan percakapan yang dilakukan oleh

dua pihak, yaitu pewancara yang mengajukan pertayaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas

pertayaan itu dengan maksud dan tujuan tertentu dalam penelitian15.

Penulis melakukan wawancara dengan bertanya langsung kepada sejumlah responden yang

dijadikan obyek dalam penelitian ini, yaitu, kepada pihak pelaksana program (Yappika dan YKPJ) dan

pihak sasaran penerima kegiatan program (warga perempuan kelurahan RBU, para bidan di lokasi kegiatan,

dan para relawan). Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan tipe recorder untuk merekam,

kemudian hasil rekaman dari wawancara dicatat dalam bentuk transkip wawancara dengan bahasa apa

adanya.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen. Dalam penelitian ini,

dimana peneliti sendiri mengumpulkan, membaca, dan mempelajari berbagai macam bentuk bahan tertulis

yang ada di lapangan serta data-data lain yang menunjang dalam penelitian yang dapat dijadikan bahan

analisis untuk hasil dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang telah

didokumentasikan dalam bentuk buku, majalah, arsip, artikel, makalah, dan webset dari lembaga yang

terkait, baik itu dari YAPPIKA maupun YKPJ.

7. Analisis Data

Dalam melakukan penelitian ini, data-data yang diperoleh dari lapangan akan diolah serta dianalisis

oleh penulis. Proses analisis dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber-sumber

pengumpulan data, yaitu: dari wawancara, observasi, dan dokumentasi.

15

(24)

Keseluruhan data yang tersedia ditelaah dengan cara reduksi, reduksi yaitu, dengan jalan melakukan

abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman inti menjadi satuan, yang kemudian

satuan-satuan tersebut dikategorisasikan, sebagai upaya memilah-milah satuan-satuan ke dalam bagian yang memiliki

kesamaan data. Kategori itu dibuat sambil melakukan koding, dan kemudian tahap terakhir mengadakan

pemeriksaan keabsaan data16.

8. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data merupakan usaha meningkatkan derajat kepercayaan data, dimana peneliti

berusaha bagaimana agar pesertanya (termasuk dirinya), bahwa temuan-temuan penelitiannya dipercaya, atau

dapat dipertimbangkan. Dalam melakukan penelitian ini. Penulis menggunakan tiga pengecekan keabsahan

data17, yaitu:

a. Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data itu

untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan data yang diperoleh. Triangulasi dalam penelitian

ini, penulis melakukan pemeriksaan data yang diperoleh dengan sumber data lainya, dimana peneliti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu

dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini bisa dicapai dengan jalan:

1) Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara yang terkait dengan penelitian yang

dilakukan.

2) Membandingkan keadaan dan perpektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain,

misalnya dalam hal ini, peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh sasaran penerima

kegiatan program yang satu dengan jawaban dari sasaran penerima kegiatan program lainya atau

membandingkan jawaban yang diberikan oleh staf pelaksana program dari YAPPIKA yang terkait

dengan jawaban yang diberikan oleh staf dari YKPJ.

16

Ibit., h. 247.

17

(25)

3) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan dengan masalah yang

diajukan.

b. Ketekunan atau Keajegan Pengamatan. Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan

unsur-unsur dalam situasi yang sangat releven dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, kemudian

memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dalam hal ini, peneliti mengadakan pengamatan dengan

teliti dan rinci secara berkesinambungan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah dalam

penelitian yang dilakukan.

c. Pengecekan Anggota, yaitu, dengan melakukan pengecekan para anggota yang terlibat mewakili

rekan-rekan mereka dalam proses pengumpulan data dari wawancara dan observasi. Para anggota yang terlibat

dalam penelitian dimanfaatkan untuk memberikan reaksi dari segi pandangan yang terkait dengan fokus

penelitian, kemudian hasil pandangan anggota tersebut dibandingkan dengan pandangan dari rekan-rekan

lainnya yang mewakili.

9. Buku Pedoman yang digunakan

Karya-karya tulis yang dikaji dan digunakan dalam penelitian penulisan skripsi ini, baik dari buku,

artikel, dan skripsi, yaitu:

a. Buku pedoman evaluasi program: Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program. Jakarta: PT Rineka Cipta,

2000.

b. Artikel pedoman evaluasi program: Ferdy S.Nggao “Evaluasi Program, Bahan Presentasi untuk Fakultas

Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, 18 Januari 2006.

c. Skripsi pedoman evaluasi program: Siti Nurasiyah, “Evaluasi Program Pemberdayaan Keterampilan

Olahan Pangan dalam Pemberdayaan Wanita Susila di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Pasar Rebo.

Jakarta Timur”. Skripsi S 1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

d. Buku pedoman penelitian kualitatif: Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

(26)

e. Buku pedoman penulisan skripsi: Hamid Nasuhi, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis,

dan Desertasi). Jakarta: Center For Quality Developmen and Assurance UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2007.

10. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan (litelatur) yang berkaitan dengan topik

pembahasan penelitian yang dilakukan pada penulisan skripsi ini. Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan

untuk membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian yang akan dilakukan untuk penulisan skripsi ini,

terkait dengan memilih metode penelitian, melaksanakan penelitian, dan menyusun argumentasi dalam

pembahasan18. Adapun tinjauan pustaka dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan litelatur berupa skripsi, yaitu: Siti Nurasiyah, “Evaluasi Program Pemberdayaan Keterampilan Olahan Pangan dalam

Pemberdayaan Wanita Susila di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Pasar Rebo. Jakarta Timur”. Skripsi S 1

Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007).

Skripsi ini membahas tentang evaluasi input pada program pemberdayaan keterampilan olahan pangan

dalam pemberdayaan wanita susila di panti sosial karya wanita (pskw) pasar rebo. Jakarta timur. Analisa

evaluasi program pada input tersebut, yaitu, berupa penilaian dengan mengkaji pada unsur-unsur atau variabel

yang masuk di dalam pelaksanaan program, yang terdiri dari: 1. Karakteristik penerima layanan (Klien). 2.

Kualifikasi para staf pemberi layanan. 3. Sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program.

Meskipun pembahasan skripsi di atas, memiliki kesamaan dalam penelitian evaluasi program pada

penulisan skripsi yang dilakukan penulis, yaitu, melakukan penelitian evaluasi program pada input. Akan tetapi

terdapat perbedaan-perbedaan pada penulisan penelitian skripsi ini, diantaranya:

18

(27)

a. Penelitian evaluasi program pada skripsi yang dijadikan sebagai kajian pustaka, mengunakan evaluasi

program pada input. Sedangkan penelitian evaluasi program pada penulisan skripsi ini, menggunakan

evaluasi program pada input dan proses.

b. Alat ukur untuk melakukan penelitian evaluasi program pada skripsi yang dijadikan kajian pustaka, tidak

menggunakan indikator yang digunakan sebagai alat ukur penilaian pada unsur-unsur yang masuk pada

pelaksanaan program. Akan tetapi menggunakan pada perumusan masalah yang ditetapkan. Sedangkan

pada penulisan skripsi ini, penulis, menggunakan indikator sebagai alat ukur untuk melakukan penilaian

evaluasi program pada input dan proses.

c. Terletak perbedaan pada obyek yang yang diteliti. Yayasan YAPPIKA dan YKPJ yang bekerja sama

melaksanakan program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan,

yang dijadikan sebagai obyek penelitian pada penulisan skripsi ini, sebelumnya, tidak ada dari salah satu

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melakukan penelitian evaluasi program pada kedua

lembaga dan program tersebut.

Perbedaan-perbedaan yang disebutkan di atas, menjadikan dasar argumentasi, bahwa penelitian evaluasi

program yang dilakukan pada penulisan skripsi ini bukanlah bersifat pelagiat.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penyajian susunan penulisan skripsi ini, penulis membagi menjadi 5 bab yang terdiri dari sub-sub

bab yang saling terkait, yaitu:

BAB I : Pendahuluan, bab ini memaparkan dan menjelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis, bab ini memaparkan dan menjelaskan tentang, 1. Teori-teori evaluasi program, terdiri dari: a. Pengertian evaluasi. b. Model-model evaluasi. c. Desain Evaluasi. d. Tujuan dan

(28)

Penyelenggara pelayanan publik. c. Prinsip-prinsip pokok pelayanan publik. 3. Bimbingan

penyuluhan sosial, terdiri dari: a. Paradigma bimbingan penyuluhan sosial dan pengertiannya. b.

Metode bimbingan penyuluhan sosial. 4. Pendekatan pelayanan masyarakat, yang terdiri dari: a.

Latar belakang dan pengertian. b. Strategi dan prinsip dalam intervensi. 5. Kanker payudara, terdiri

dari: a. Definisi kanker payudara. b. Penyebab faktor beresiko kanker payudara. c. Gejala-gejala dan

tanda kanker payudara. d. Stadium-stadium pada kanker payudara. e. Tata cara pemeriksaan deteksi

dini kanker payudara. 6. Kolaborasi, yang terdiri dari: a. Pengertian kolaborasi. b. Tujuan dan

jenis-jenis kolaborasi.

BAB III : Gambaran Umum Yayasan YAPPIKA dan YKPJ Serta Program Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui Pemeriksaan Klinis Dengan Melibatkan Bidan

Bab ini memaparkan dan menjelaskan, A. Profil Yayasan YAPPIKA, terdiri dari: 1. Latar belakang

dan sejarah berdiri Yappika. 2. Visi, misi, dan peran YAPPIKA. c. Pandangan dan peranan

YAPPIKA terhadap program. B. Profil YKPJ, terdiri dari: 1. Latar belakang dan sejarah berdiri

YKPJ. 2. Visi, misi, dan tujuan YKPJ. C. Profil program deteksi dini kanker payudara melalui

pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan, terdiri dari: 1. Latar belakang dan sejarah munculnya

program. 2. Sasaran dan tujuan program. 3. Struktur personil pelaksanaan program. 4. Mekanisme

kerja pelaksanaan program. 5. Kerja sama pelaksanaan program. 6. Sarana atau fasilitas pelaksanaan

program.

BAB IV :Analisa Evaluasi Program Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui Pemeriksaan Klinis Dengan Melibatkan Bidan

Bab ini memaparkan dan menjelaskan tentang: A. Analisa evaluasi input, berupa penilaian dengan

mengkaji pada unsur-unsur atau variabel yang masuk di dalam pelaksanaan program, yang terdiri

dari, yaitu: 1. Karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien). 2. Kualifikasi para staf

(29)

Analisis evaluasi proses program deteksi kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan

melibatkan bidan, berupa penilaian dengan mengkaji pada pengoperasian program dan kualitas

program yang dilaksanakan, yang mencakup: 1. kegiatan program. 2. Apakah

kegiatan-kegiatan program yang dilaksanakan dapat mudah dan nyaman diterima oleh klien (warga

perempuan Kelurahan RBU).

(30)

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. TEORI-TEORI EVALUASI PROGRAM 1. Pengertian Evaluasi

Banyak pengertian evaluasi dari buku-buku yang ditulis oleh ahlinya, antara lain: Pius A. Partanto dan

Al-Barry mengartikan bahwa evaluasi secara etimologi adalah penaksiran, perkiraan keadaan, dan penentuan

nilai.1 Menurut Cesley dan Kumar evaluasi adalah suatu penilaian berkala terhadap relevansi, kinerja, efisiensi, dan dampak dari suatu proyek dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan3. Sedangkan menurut Fink dan Kosecof evaluasi merupakan serangkaian prosedur untuk menilai mutu sebuah program dan menyediakan

informasi tentang tujuan, aktivitas, hasil, dampak, dan biaya program)4.

Dalam pelaksanaanya, evaluasi merupakan sebuah kegiatan penelitian (evaluation research), sehingga

evaluasi mengikuti kaidah yang berlaku dalam sebuah penelitian. Menurut ossi dan Freeman penelitian

evaluasi adalah penerapan prosedur penelitian sosial yang sistematis dalam rangka menilai konseptualisasi,

disain, implimentasi, dan kegunaan sebuah program intervensi sosial5. Berkaitan dengan ini, Piertzak dkk memandang evaluasi program merupakan salah satu tipe yang khusus dari penelitian ilmu sosial terapan.

Sebagai sebuah penelitian, pelaksanaan evaluasi program mengikuti pola-pola aktivitas atau tugas-tugas yang

standar. Aktivitas ini ada dalam setiap tipe evaluasi, yang meliputi input, proses dan output6. Dengan demikian,

dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian evaluasi dipahami sebagai salah satu tipe penelitian

ilmu sosial terapan yang dilakukan untuk menilai suatu program, yang meliputi: input, proses, dan output,

karena itu, penelitian evaluasi mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku dalam penelitian ilmu sosial7.

2. Model-model Evaluasi

1

Pius A. Partanto dan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 163

3

Ferdy S. Nggao, “Evaluasi Program, Bahan Presentasi Untuk Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatulla” Jakarta, 18 Januari 2006. h. 1.

4

Ibid.,

5

Primahendera, Evaluasi Program, h. 66.

6

Ibid.,h.66.

7

(31)

Mengutip pada pendapat Nurul Hidayati dalam bukunya berjudul Metodologi penelitian Dakwah

(dengan pendekatan kualitatif)8, bahwa ada banyak model-model atau jenis evaluasi program, namun hanya

beberapa model evaluasi yang diuraikan dalam penulisan skripsi ini, yaitu, diantaranya:

a. Pelaksanaan evaluasi menurut Pietrzak, Ramler, dan Gilbert dibagi menjadi tiga tipe jenis evaluasi yaitu

evaluasi input, evaluasi proses, dan evaluasi hasil atau produk. Evaluasi input memfokuskan berbagai unsur

yang masuk dalam pelaksanaan suatu program. Tiga unsur utama yang terkait:

1) Evaluasi input adalah klien, staf, dan program serta sarana atau fasilitas yang digunakan dalam

pelaksanaan program.

2) Evaluasi proses, menurut Pietrzak dkk, memfokuskan diri pada aktivitas program yang melibatkan

interaksi langsung antara klien dengan staf terdepan (line staf) yang merupakan pusat dari pencapaian

tujuan (objektif) program.

3) Evaluasi hasil, yaitu diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak (overall impact) dari suatu program

terhadap penerima layanan.

Dalam konteks penulisan skripsi ini, penulis menggunakan model atau jenis evaluasi yang

dikemukanan oleh Pietrzak, Ramler, Ford, dan Gilbert.

b. Model evaluasi CIIP dikembangkan oleh Stuplebeam dan Shinkfield. CIIP merupakan singkatan dari kontek,

input, proses, dan produk. Stufflebeam merumuskan evaluasi sebagai suatu proses menggambarkan,

memperoleh, dan menyediakan informasi untuk menilai alternatif keputusan. Penjelasan CIPP dijelaskan

sebagai berikut:

1) Contect evaluation to serve planning decision.

Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan

dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan program.

2) Input evaluation, structuring decision.

8

(32)

Evaluasi ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif

apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, dan bagaimana prosedur kerja

untuk mencapainya.

3) Process evaluation, to serve implementing decision.

Evaluasi proses membantu mengimplimentasikan keputusan sampai sejauh mana rencana telah

diterapkan?, apa yang harus direvisi?. Begitu pertanyaan tersebut terjawab, prosedur dapat dimonitor,

dikontrol, dan diperbaiki.

4) Product evaluation, to serve recyding decision.

Evaluasi produk untuk menolong keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai? apa yang

dilakukan setelah program berjalan?

c. Model lain yang tidak hanya menggambarkan saja namun berusaha meyakinkan keputusan, memilih

informasi yang tepat, mengumpulkan, dan menganalisis sehingga dapat melaporkan ringkasan data yang

berguna bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternatif. Model ini disebut UCLA. Alkin

ahlinya, membagi model ini menjadi 5 bagian:

1) Sistem assessment, yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi sistem.

2) Program planning, membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi

kebutuhan program.

3) Program implementation, yang menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada

kelompok tertentu yang tepat seperti yang telah direncanakan?

4) Program improvement, yang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana

program bekerja atau berjalan?, apakah menuju pencapaian tujuan.

5) Program certification, yang memberikan informasi tentang nilai atau guna program.

(33)

Desain penelitian ialah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat

memperoleh jawaban dari pertayaan-pertayaan di dalam penelitian. Rencana ini merupakan suatu skema

menyeluruh yang mencakup program-program penelitian, memaparkan mengenai hal-hal yang dilakukan, dan

menetapkan kerangka bingkai bagi pengkajian relasi variabel-variabel yang diteliti9. Desain penelitian mempunyai maksud dan kegunaan untuk mengontrol atau mengendalikan varian, serta membantu mendapatkan

jawaban atas pertayaan-pertayaan peneliti10.

Adapun desain penelitian evaluasi pada penulisan skripsi ini, penulis menggunakan desain penelitian

yang dikemukakan oleh Pietrzak, dkk11. Pieztrzak menjelaskan, pertama, evaluasi input memfokuskan penilaian atau evaluasi pada berbagai unsur (variable) yang masuk dalam pelaksanaan suatu program. Berbagai

unsur tersebut meliputi: klien (sasaran penerima kegiatan program), staf pelaksana program, dan sarana atau

fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program.

Variabel klien (sasaran penerima kegiatan program) meliputi karakteristik demografi klien yang

ditetapkan lembaga pelaksana. Variabel staf pelaksana program meliputi aspek demografi dari staf, seperti:

latar belakang pendidikan staf, bidang kerja staf, dan pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh staf atau

yang didapatkan. Sedangkan variabel sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program

meliputi: efesiensi (tepat guna) dan kuantitas sarana yang digunakan.

Pertayaan kunci yang ingin dijawab melalui evaluasi input ini adalah: a. Apakah karakteristik sasaran

penerima kegiatan program (klien) benar-benar sesuai dengan sasaran dan tujuan program yang ditetapkan

lembaga pelaksana? b. Apakah para stap pelaksana program memiliki kualifikasi yang sesuai dalam

menjalankan mekanisme kerjannya? c. Apakah berbagai sarana atau fasilitas yang digunakan dalam

pelaksanaan program memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan?.

Kedua, evaluasi proses, memfokuskan diri pada penilaian perjalanan pengoperasian program dan

kualitas layanan yang diberikan yang mencakup kegiatan-kegiatan program dan sistem pemberian layanan

9

Landung R. Simatupang, Asas-asas Penelitian Behavioral, (Bandung: Gadjah Mada University Press (UGM), 1990), h. 483.

10

Ibid., 484.

11

(34)

program. Seperti: jenis layanan kegiatan program, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan program, serta

mencakup interaksi langsung antara klien dengan staf terdepan (line staf).

Pertayaan kunci yang ingin dijawab dalam evaluasi ini ialah: 1). Kegiatan program apa saja yang

dilakukan? 2). Apakah kegiatan-kegiatan program yang dilakukan dapat dengan mudah dan nyaman diterima

oleh sasaran penerima kegiatan program?.

Untuk melakukan penilaian pada unsur-unsur yang dinilai pada penelitian evaluasi input dan proses,

sebagaimana yang telah disebutkan di atas, penulis menggunakan indikator yang digunakan sebagai alat ukur

untuk menilai pada unsur-unsur yang masuk dalam pelaksanaan program tersebut. Indikator ialah suatu alat

ukur untuk menunjukan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian,

misalnya, kecantikan dapat diukur oleh 3 indikator, yakni kecerdasan, prilaku, dan penampilan fisik12.

Indikator yang digunakan tersebut terbagi menjadi dua indikator, yaitu indikator objek (suatu alat

ukur yang sudah dirumuskan dan terdapat dalam program tersebut) dan indikator analisis (suatu alat ukur untuk

menunjukan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian).

Adapun Indiktor-indikator yang perlu dipertimbangkan, terkait dengan penelitian evaluasi input dan

proses, terdapat 4 indikator yang digunakan untuk mengevaluasi suatu kegiatan, yaitu: (a). Indikator

ketersediaan, (b). Indikator relevansi, (c). Indikator efesiensi, (d). Indikator keterjangkauan13.

(1) Indikator ketersediaan, indikator ini melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu

benar-benar ada, misal dalam suatu program pembangunan sosial yang menyatakan bahwa diperlukan suatu

tenaga kader lokal yang terlatih untuk menangani 10 rumah tangga, maka perlu dicek (dilihat), apakah

tenaga kader yang terlatih tersebut benar-benar ada.

(2) Indikator Relevansi, indikator ini menujukan seberapa releven ataupun tepatnya sesuatu yang teknologi atau

layanan yang ditawarkan, misalnya pada suatu program pemberdayaan perempuaan pedesaan dimana

diperkenalkan kompor teknologi yang biasa mereka gunakan. Berdasarkan keadaan tersebut maka

12

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h 126.

13

(35)

teknologi yang lebih baru ini dapat dikatakan kurang untuk diperkenalkan, bila dibandingkan dengan

kompor biasa mereka gunakan.

(3) Indikator Efisiensi, indikator ini menunjukan apakah sumber daya dan aktivitas yang dilaksanakan guna

mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat guna (efisien), atau tidak memboroskan sumber daya yang ada

dalam upaya mencapai tujuaan, misalnya saja, suatu layanan yang dijalankan dengan baik dengan hanya

memamfaatkan 4 tenaga lapangan, tidak perlu dipaksakan untuk memperkerjakan 10 tenaga lapangan

dengan alasan untuk menghindari terjadinya pengangguran. Bila hal ini yang dilakukan, maka yang akan

terjadi adalah underemployment (pengangguran terselubung).

(4) Indikator keterjangkauan, indikator ini melihat apakah layanan yang ditawarkan masih berada dalam

jangkauan pihak-pihak yang membutuhkan, misalnya saja apakah puskesmas yang didirikan untuk

melayani suatu masyarakat desa berada pada posisi yang strategis, dimana sebagian warga desa mudah

datang ke puskesmas.

Untuk memudahkan gambaran desain evaluasi program pada evaluasi input dan proses, sebagaimana

yang telah dipaparkan diatas, penulis sajikan desain evaluasi program dalam bentuk skema kerangka bingkai,

sebagai berikut:

Desain Penelitian Evaluasi Program Input dan Proses

Evaluasi Input

1. Karakteristik sasaran penerima kegiatan program (Klien) yang ditetapkan sesuai dengan sasaran dan tujuan program.

2. Kualifikasi para staf pelaksana program.

3. Sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program

(36)

4. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi

Secara umum tujuan evaluasi menurut Edi Suharto, dalam bukunya Membangun masyarakat

memberdayakan rakyat adalah:

a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan.

b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran.

c. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang mungkin terjadi di luar rencana14. Evaluasi merupakan suatu yang penting dilakukan, dalam hal ini, Feurstein menyatakan 10 (sepuluh)

alasan mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan15: 1) Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai.

2) Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif program.

14

Ibit., h. 119.

15

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Pengatar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003), h. 187-188.

(37)

3) Meningkatkan pemantauan. Agar tercapai manejemen yang lebih baik.

4) Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat program itu sendiri.

5) Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat perbedaan apa yang telah terjadi

setelah diterapkan suatu program.

6) Biaya dan manfaat. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal.

7) Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengelolah kegiatan program secara lebih baik.

8) Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam kesalahan yang sama, atau untuk

mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah

berhasil dengan baik.

9) Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas.

10) Memungkinkan perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan kesempatan untuk mendapatkan

masukan dari masyarakat, komunitas fungsional dan komunitas lokal.

B. Pelayanan Publik

1. Definisi Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar

sesuai dengan hak sipil setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa, dan pelayanan administrasi

yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik (Pasal 1 ayat 1)16.

2. Penyelenggara Pelayanan Publik

Penyelenggara pelayanan publik adalah penyelenggara negara, penyelenggara ekonomi negara, dan

korporasi penyelenggara pelayanan publik, serta lembaga independen yang dibentuk pemerintah (Pasal 1 ayat

2)17.

16

(38)

Berdasarkan organisasi yang menyelenggarakannya, pelayanan publik atau pelayanan umum dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi privat, semua penyediaan

barang atau jasa publik yang diselenggarakan oleh swasta, seperti: rumah sakit swasta, PTS, dan

perusahaan pengangkutan milik swasta.

b. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi publik, yang dapat dibedakan

lagi menjadi dua, yaitu:

1) Bersifat primer, semua penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan oleh pemerintah yang

di dalamnya pemerintah merupakan satu-satunya penyelenggara dan pengguna atau klien. Mau tidak

mau harus memanfaatkannya. Misalnya adalah pelayanan di kantor imigrasi, pelayanan penjara dan

pelayanan perizinan.

2) Bersifat sekunder, segala bentuk penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan oleh

pemerintah, tetapi yang di dalamnya pengguna atau klien tidak harus mempergunakannya, karena

adanya beberapa penyelenggara pelayanan18.

3. Prinsip-prinsip Pokok Pelayanan Publik

Terdapat prinsip-prinsip pokok dalam menyelenggarakan pelayanan publik, beberapa prinsip pokok

tersebut, yaitu:

a. Kesederhanaan pelayanan.

Prinsip kesederhanaan ini mengandung arti bahwa prosedur atau tata cara pelayanan

diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah

dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan.

b. Kejelasan dan kepastian pelayanan.

17

Ibid.,

18

(39)

Prinsip ini mengandung arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai prosedur atau tata cara

pelayanan, baik persyaratan teknis maupun administrative. Unit kerja atau pejabat yang berwenang

bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan, rincian biaya atau tarif pelayanan, tata cara

pembayarannya, dan jadwal waktu penyelesaian pelayanan.

c. Keamanan dalam pelayanan.

Prinsip ini mengandung arti proses serta hasil pelayanan dapat memberikan keamanan,

kenyamanan, dan dapat memberikan kepastian hukum bagi masyarakat.

d. Keterbukaan dalam pelayanan.

Prinsip ini mengandung arti bahwa prosedur atau tata cara persyaratan satuan kerja atau pejabat

penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian biaya atau tariff, serta hal-hal lain yang

berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan

dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.

e. Efesinsi dalam pelayanan.

Prinsip ini mengandung arti persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan

langsung dengan pencapaian sasaran layanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan

dengan produk layanan yang diberikan.

f. Ekonomis dalam pelayanan.

Prinsip ini mengandung arti pengenaan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan harus ditetapkan

secara wajar dengan memperhatikan nilai barang dan atau jasa pelayanan masyarakat dan tidak menuntut

biaya yang terlalu tinggi di luar kewajaran, kondisi dan kemampuan masyarakat untuk membayar, dan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(40)

Prinsip ini mengandung arti cakupan atau jangkauan pelayanan harus diusahakan seluas mungkin

dengan disribusi yang merata dan diberlakukan secara adil bagi seluruh lapisan masyarakat.

h. Ketepatan waktu dalam pelayanan.

Prinsip ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun

waktu yang ditentukan19.

Sedangkan prinsip-prinsip dasar pelayanan publik yang baik, yaitu:

1) Tangible (nyata atau berwujud): terukur secara fisik, berupa sarana perkantoran, ruang tunggu, tempat

informasi, dsb.

2) Emphaty (empati): berusaha memahami masalah yang dihadapi masyarakat dan bertindak demi

kepentingan masyarakat.

3) Realiability (realibitas): dapat dipercaya kemampuan dan keandalannya.

4) Responsiveness (daya tanggap): memberi pelayanan secara cepat, tepat, dan tanggap terhadap keinginan

masyarakat.

5) Assurance (jaminan): keramah tamahan dan sopan santun dalam memberikan pelayanan20.

C. Bimbingan Penyuluhan Sosial

1. Paradigma Bimbingan Penyuluhan Sosial

Seringkali kita menganggap bimbingan penyuluhan sosial sama dengan bimbingan penyuluhan, padahal

antara bimbingan penyuluhan sosial dan bimbingan penyuluhan sangat berbeda jauh baik dilihat dari

paradigma, orientasi, maupun metode pelaksanaannya.

Paradigma bimbingan penyuluhan sosial adalah menggunakan paradigma komunitas, artinya obyek

utama yang dianggap sentral yang harus diintervensi adalah komunitas dan bukan individu. Hal ini tentu saja

19

. Ibid., h. 2. 20

Gambar

GAMBARAN UMUM YAYASAN YAPPIKA DAN YKPJ SERTA PROGRAM DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA MELALUI PEMERIKSAAN KLINIS DENGAN MELIBATKAN BIDAN
  gambar : ●

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun demikian, masih dapat dilihat beberapa fungsi bangunan masih menerapkan dan memiliki elemen lanskap Bali baik pada ruang terbuka di dalam pekarangan (natah) maupun

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1) penggunaan model NHT disertai media kartu pintar lebih baik daripada model pembelajaran ceramah disertai tanya jawab untuk

Berbagai topik sosialisasi dan pelatihan praktis yang penting adalah cara restorasi lahan dan hutan gambut melalui aplikasi BCF, cara mengelola sistem pertanian

Digital Compositing dalam dunia film animasi adalah salah satu aspek kreatif pascaproduksi yang mencakup perencanaan, pelaksanaan atau membuat kombinasi antara visual satu

Meningkatkan pemahaman kita atas lingkungan akuntansi, yaitu Teori Akuntansi yang didasarkan atas riset fundamental (Peningkatan dalam pengungkapan berdasarkan

Pelamar dari Indonesia (poin 3a) mengusulkan dokumen yang dipersyaratkan (poin 3c) dan telah disetujui oleh pemimpin perguruan tinggi masing-masing dan koordinator

∼ Duduk saat menyisir rambut dan gosok gigi... Pengertian Suatu tindakan memberikan perintah, nasehat, penyuluhan, pengertian kepada pasien tentang suatu teknik /

Perbedaan skripsi tersebut dengan yang akan ditulis ialah penulis mengamati tempat dari segi letak geografisnya, kondisi atsmofernya, kondisi cuaca, tempat yang