EVALUASI PROGRAM DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA MELALUI PEMERIKSAAN KLINIS DENGAN MELIBATKAN BIDAN,
KOLABORASI YAYASAN YAPPIKA (YAYASAN PENGUATAN PARTISIPASI, INISIATIF, DAN KEMITRAAN MASYARAKAT INDONESIA)
DAN YKPJ (YAYASAN KESEHATAN PAYUDARA JAKARTA) DI KEC. KOJA. JAKARTA UTARA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi sebagai syarat untuk meraih Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Fahminudin
NIM. 103054028783
JURUSANPENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM (PMI) FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI (FDK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
ABSTRAK Fahminudin
Evaluasi Program Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui Pemeriksaan Klinis Dengan Melibatkan Bidan,
Kolaborasi Yayasan Yappika (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat Indonesia) dan YKPJ (Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta)
Di Kec. Koja. Jakarta Utara.
Istilah pengembangan masyarakat sering kali diimplimentasikan dalam bentuk program-program sosial yang meliputi berbagai pelayanan sosial yang berbasis masyarakat yang dilakukan oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM). Salah satu LSM yang melaksanakan program-program sosial, yaitu: Yayasan Yappika (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat Indonesia) dan YKPJ (Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta) yang bekerja sama atau berkolaborasi melaksanakan program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan. Program ini merupakan salah satu bentuk pelayanan publik di bidang kesehatan dalam rangka pemenuhan hak-hak dasar masyarakat terhadap akses pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan dalam penanganan penyakit kanker payudara.
Program ini terdiri dari langkah-langkah kegiatan program yang terdiri dari: 1) Pendidikan publik, berupa penyuluhan kesehatan mengenai penyakit kanker payudara, penyuluhan tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara, dan penyuluhan mengenai hak-hak masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, yang disampaikan oleh praktisi kesehatan dan pekerja sosial melalui dialog langsung dengan masyarakat dan penyebaran brosur-brosur. 2) Pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) oleh para bidan secara manual melalui perabaan biasa, dimana masing-masing bidan memeriksa 50 perempuan. 3) Verifikasi hasil pemeriksaan oleh para bidan dengan menggunakan alat mammografi. 4) Mengembangkan sistem rujukan untuk menindak lanjuti hasil temuan kasus kelainan payudara guna diagnosa dan tindakan lanjut secara gratis di rumah sakit Dharmais. Dalam konteks ini, peserta program yang ditemukan menderita kelainan payudara, dibantu dalam pengurusan jaminan pelayanan kesehatan, seperti: Askeskin (asuransi kesehatan warga miskin), Sktm (surat keterangan tidak mampu), atau Gakin guna memperoleh pembebasan atau peringanan biaya pengobatan lebih lanjut.
Rangkaian langkah-langkah kegiatan program di atas, tentunya memiliki tujuan tertentu. Untuk memperoleh tujuan tertentu, maka proses kegiatan-kegiatan program haruslah mengarah sesuai dengan rencana-rencana kegiatan yang sudah dirancang sebelumnya, karena hal ini akan sangat berpengaruh pada keberhasilan suatu program (mencapai tujuan yang diinginkan). Bila suatu program yang dijalankan tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka yang ditinjau atau dianalisis ialah suatu proses kegiatan-kegiatan program yang telah direncanakan sebelumnya, apakah implimentasi sebenarnya dari program tersebut berbeda dari yang ada dalam rancangan (perencanaan), atau sekalipun suatu program dilaksanakan sesuai dengan rancangan, kemungkinan bisa saja program itu tidak mengarah ke kegiatan-kegiatan yang seharusnya menjadi sasaran.
Analisis suatu proses kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan, dapat dilakukan dengan suatu kegiatan evaluasi program pada Input dan Proses. Penelitian evaluasi input bertujuan untuk memperbaiki program, dengan cara mengecek persiapan-persiapan (perencanaan) yang ada. Sedangkan evaluasi proses bertujuan untuk melihat bagaimana rencana-rencana tersebut dilaksanakan dan memberikan informasi tentang deskripsi proses pelaksanaan program
Untuk menganalisis evaluasi program ini, penulis menggunakan desain penelitian Pietrzak, dkk. Pieztrzak menjelaskan, pertama, evaluasi input memfokuskan penilaian atau evaluasi pada berbagai unsur (variable) yang masuk dalam pelaksanaan suatu program. Berbagai unsur tersebut meliputi: klien (sasaran penerima kegiatan program), staf pelaksana program, dan fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program. Pertayaan kunci yang ingin dijawab melalui evaluasi input ini adalah: a. Apakah karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien) benar-benar sesuai dengan sasaran dan tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana? b. Apakah para stap pelaksana program memiliki kualifikasi yang sesuai dalam menjalankan mekanisme kerjannya? c. Apakah berbagai sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan?.
Kedua, evaluasi proses, memfokuskan diri pada penilaian perjalanan pengoperasian program dan kualitas layanan yang diberikan yang mencakup kegiatan-kegiatan program dan sistem pemberian layanan program, seperti: jenis layanan kegiatan program, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan program, serta mencakup interaksi langsung antara klien dengan staf terdepan (line staf). Pertayaan kunci yang ingin dijawab dalam evaluasi ini ialah: 1). Kegiatan program apa saja yang dilakukan? 2). Apakah kegiatan-kegiatan program yang dilakukan dapat dengan mudah dan nyaman diterima oleh sasaran penerima kegiatan program?.
Hasil analisa evaluasi input, penulis menyimpulkan, pertama, klien (sasaran penerima kegiatan program). Dari hasil observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan program dan hasil wawancara peneliti dalam bentuk kuesioner kepada sejumlah klien (sasaran penerima kegiatan program), bahwa karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien) yang terdiri dari: warga perempuan kelurahan rawa badak utara (RBU), para bidan di lokasi setempat, para relawan, dan masyarakat umum, telah sesuai dengan sasaran dan tujuan yang ditetapkan lembaga pelaksana (Yappika dan YKPJ). Kedua, para staf pelaksana program. Dari hasil wawancara peneliti kepada para staf mengenai latar belakang pendidikan para staf, pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti para staf, serta bidang kerja para staf, menunjukan bahwa para staf berasal dari latar belakang pendidikan yang sesuai dengan mekanisme kerjanya. Begitupun dengan pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh para staf dan bidang kerja para staf, telah sesuai dengan mekanisme kerjanya.
Ketiga, sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program. Dari hasil pengamatan peneliti pada saat dilaksanakannya kegiatan dan hasil wawancara peneliti kepada peserta program, bahwa fasilitas yang digunakan telah sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program dan jumlahnya telah memadai sesuai dengan kapasitas pihak-pihak yang menggunakan fasilitas tersebut.
Hasil analisa evaluasi proses, peneliti menyimpulkan, pertama, kegiatan-kegiatan program yang dilakukan, terdiri dari 4 tahap kegiatan, yaitu:
a. Tahap persiapan program. b. Tahap uji coba program c. Tahap pelaksanaan program.
d. Tahap evaluasi akhir keseluruhan program, analisis data-data, dan laporan.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmannirrahim
Segala puja dan puji bagi Allah Swt, Zat yang maha menggengam seluruh jagat alam semesta ini termasuk setiap hati manusia, zat yang maha besar, maha pengasih dan penyayang, tiada daya dan upaya kecuali hanya pada diri-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasullah Saw, sebagai teladan bagi kita semua.
Al-lhamdullilahirrabil’alamin, penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah Swt atas rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Karena tampa rahmat dan pertolongan-Nya tidaklah mungkin skripsi ini dapat diselesaikan.
Kemampuan mengevaluasi program atau menjadi seorang evaluator ini merupakan salah satu keterampilan khusus yang seharusnya dimiliki oleh seorang pengembangan masyarakat, dimana dengan kemampuan tersebut diharapkan program-program sosial yang dijalankan seorang pengembangan masyarakat dapat mencapai suatu keberhasilan. Dengan adanya pengevaluasian input dan proses akan selalu mendapatkan perbaikan-perbaikan program yang terus berjalan, mengembangkan dan memperkuat kembali sesudah stabil, menghasilkan umpan balik segera kepada pembuat program yang kemudian menggunakan informasi tersebut untuk merevisi bahan apabila diperlukan.
Skripsi evaluasi program ini penulis sadari masih jauh dari kesempurnaan. Namun demikian mudah-mudah skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna, khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya untuk mahasiswa atau orang lain yang mungkin dapat berguna sebagai bahan tambahan bagi mereka yang berkonsentrasi pada bidang studi dalam dimensi pelayanan masyarakat dan evaluasi program-program sosial.
Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan bila tampa bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil, sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya dan dukungannya sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai. Penulis menghaturkan terima kasih sebesar besarnya kepada seluruh keluarga penulis, ayahanda dan ibunda tersayang Bapak Drs. Chaeruna. MM. dan Ibu Bai Nafiah, yang telah banyak memberikan motivasi dan saran-sarannya secara terus menerus, ketika penulis mengalami hambatan dalam penulisan skripsi ini. Mereka mengajarkan arti hidup sesungguhnya di dunia ini. Mereka telah rela banyak berkorban jiwa dan raga demi untuk kesuksesan putranya ini. Tentunya terima kasih yang penulis haturkan tidak pernah cukup untuk membalas semua kasih sayangnya kepada penulis dan semoga Allah selalu merahmatinya.
skripsi, sehingga enggan menyuruh-menyuruh penulis bila terdapat keperluan-keperluan yang harusnya penulis kerjakan, yang telah membantu mendukung terselesaikannya proses penulisan skripsi ini.
Terima kasih yang tak terhingga penulis juga sampaikan kepada Bapak. Dr. Murodi, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta Staf-stafnya. Penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd dan Ibu Wati Nilamsari, M.Si. selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingannya mengenai dunia akademis kepada penulis.
Kepada Ibu Nurul Hidayati, M.Pd. sebagai dosen pembimbing penulisan skripsi ini. Penulis haturkan terima kasih banyak yang telah meluangkan banyak waktunya kepada penulis untuk dapat memberikan bimbingan setiap kali penulis mengalami kesulitan dan kebingungan dalam penulisan skripsi ini. Beliau dengan sabar dan tidak bosan-bosannya menerima penulis untuk dapat berkonsultasi kapanpun waktunya, yang telah banyak memberikan motivasi untuk terus maju, bersabar dan berdoa kepada Allah, serta memberikan masukan-masukan yang sangat berarti kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Syamsir Salam, M.Si. Sebagai Dosen Penasehat Akademik Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam angakatan 2003. Serta para Bapak/Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengarahkan, mendidik, membimbing, dan memberi ilmu yang sangat bermanfaat untuk hidup penulis.
Terima yang tak terhingga juga, penulis sampaikan kepada Ibu Sri Indiyastusi selaku Maneger Humas dan Kampanye Publik Yappika beserta Staf-stafnya, atas kemurahan hatinya telah mengizinkan penulis melakukan riset di Yappika. Memberikan arahan-arahan terkait dengan riset yang dilakukan penulis, meluangkan waktunya untuk diwawancarai di tengah kesibukannya bekerja, serta banyak membantu penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada Elita Triandayani selaku Kordinator Lapangan dan Relawan Yappika yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data-data yang diperlukan penulis untuk penyusunan skripsi ini. Semoga Allah membalas atas semua bantuannya. Dan juga teman-teman para relawan Yappika (Yuliyanti, Achmad Romadhan, Leonardo) dan semuanya yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak mendukung dalam bantuannya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Tidak lupa pula ucapan terima kasih untuk teman-teman seperjuangan dan sepermainan Siti Nurasiyah, Anwar, Nasro, Al-Hasanah, Cucun, Sri Yanah, Andi Hastono, Sopyan, Anang, Amri, Sueb, Ifdal, Azis, Edi, Hasan, Iwan, Sahroni, Uwes, yang telah banyak memberikan masukan dan dorongan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Mereka telah banyak menghibur penulis di tengah penulis kebingungan dan kesulitan dalam proses penulisan skripsi ini. Kepada Iskandar, Rizki, Roy, Kahfi, Bagus, Wawan, Apen, Datam, Ilham dan teman-teman lainnya yang tidak penulis sebutkan satu-persatu, penulis ucapkan terima kasih atas dukungan kalian, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Sekali lagi terima kasih, jasa-jasamu tidak akan pernah penulis lupakan. Jazakumullah Khoirul Jaza.
Jakarta, 15 September 2008
DAFTAR ISI
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 09
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
D. Metodologi Penelitian ... 12
E. Sistematika Penulisan ... 22
BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Teori-Teori Evaluasi Program ... 25
1. Pengertian Evaluasi... 25
2. Model-Model Evaluasi ... 26
3. Desain Evaluasi ... 28
4. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi... 33
B. Pelayanan Publik... 35
1. Definisi Pelayanan Publik ... 35
2. Penyelenggara Pelayanan Publik ... 35
3. Prinsip-Prinsip Pokok Pelayanan Publik ... 36
C. Bimbingan Penyuluhan Sosial ... 38
1. Paradigma Bimbingan Penyuluhan Sosial dan Pengertian ... 38
2. Metode Bimbingan Penyuluhan Sosial ... 39
D. Pendekatan Pelayanan Masyarakat ... 40
1. Latar Belakang dan Pengertian ... 40
2. Strategi dan Prinsip dalam Intervensi ... 43
E. Kanker Payudara ... 47
1. Pengertian Kanker Payudara ... 47
2. Penyebab Faktor Beresiko Kanker Payudara ... 47
3. Gejala-Gejala Kanker Payudara ... 48
4. Stadium-Stadium pada Kanker Payudara ... 49
5. Tata Cara Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Payudara ... 50
F. Kolaborasi ... 55
1. Pengertian Kolaborasi... 55
2. Tujuan dan Jenis-Jenis Kolaborasi ... 56
A. Profil Yayasan Yappika (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif dan Kemitraan Masyarakat
Indonesia) ... 58
1. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri Yappika ... 58
2. Visi, Misi, dan Peran Yappika ... 59
3. Pandangan dan Peranan Yappika Terhadap program ... 60
B. Profil YKPJ (Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta) ... 61
1. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri YKPJ ... 61
2. Visi, Misi, dan Tujuan YKPJ ... 62
C. Program Deteksi Dini Kanker Payudara melalui Pemeriksaan Klinis dengan Melibatkan Bidan . ... 62
1. Latar Belakang dan Sejarah Munculnya Program ... 62
2. Sasaran dan Tujuan Program ... 66
3. Struktur Personil Pelaksana Program ... 67
4. Mekanisme Kerja Pelaksanaan Program ... 68
5. Kerja Sama Program ... 75
6. Sarana atau Fasilitas Pelaksanaan Program ... 75
BAB IV ANALISIS EVALUASI PROGRAM DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA MELALUI PEMERIKSAAN KLINIS DENGAN MELIBATKAN BIDAN A. Evaluasi Input ... 77
1. Klien (Sasaran penerima kegiatan program) ... 79
2. Staf Pelaksana Program ... 98
3. Sarana atau Fasilitas pelaksanaan program ... 107
B. Evaluasi Proses ... 125
1. Kegiatan-Kegiatan Program ... 125
2. Apakah kegiatan-kegiatan program dapat dengan mudah dan nyaman diterima oleh klien 130 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 142
B. Saran-Saran ... 149
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kebijakan sosial merupakan seperangkat tindakan, kerangka kerja, petunjuk, rencana, peta atau strategi
yang dirancang untuk menterjemahkan visi politik pemerintah atau lembaga pemerintah ke dalam program dan
tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di bidang kesejahtraan sosial. Karena kesejahtraan sosial
senantiasa menyangkut orang banyak, maka kebijakan sosial sering kali identik dengan kebijakan publik1.
Kebijakan publik berorentasi kepada pencapaian tujuan sosial. Tujuan sosial mengandung dua pengertian
yang saling terkait, yakni: memecahkan masalah sosial dan memenuhi kebutuhan sosial. Pemecahan masalah
sosial mengandung arti mengusahakan atau mengadakan perbaikan karena ada suatu keadaan yang tidak
diharapkan, misalnya, kemiskinan atau kejadian yang patalogis (misalnya kenakalan remaja). Sedangkan
pemenuhan kebutuhan sosial, yaitu, menyediakan pelayanan sosial yang diperlukan, baik karena adanya masalah
ataupun tidak ada masalah untuk pencegahan2.
Instansi pemerintah yang memegang kewenangan untuk menyediakan pelayanan-pelayanan sosial yang
diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat, haruslah benar-benar menentukan tipe, jenis, dan sistem pendekatan
pemberian pelayanan sosial kepada kelompok sasaran. Hal ini diperlukan untuk menentukan, apakah penyediaan
pelayanan sosial memiliki dampak positif atau negatif kepada masyarakat, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan,
dan apakah penyediaan layanan sosial dapat merespon masalah-masalah sosial yang dirasakan masyarakat3.
Meskipun penyediaan layanan-layanan sosial kepada masyarakat menjadi wewenangan dan tanggung
jawab pemerintah, namun seiring dengan dinamika kehidupan sosial masyarakat yang dinamis di bidang politik
1
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h.107.
2
Ibid., h. 110.
3
dan menguatnya semangat demokrasi, terjadilah pergeseran peran pemerintah dalam ketatanegaraan dan kebijakan
publik, yaitu dari pemerintah yang pada awalnya memiliki wewenang dalam menentukan kebijakan publik dalam
hal penyediaan layanan-layanan sosial, belakangan pemerintah dipandang bukan lagi mendominasi kekuasaan
orang banyak, akan tetapi ke tatakelolahan pemerintah yang identik dengan istilah stakeholder atau pemangku
kepentingan4.
Para stakeholder ini, salah satunya, yaitu, Lembaga Swadaya masyarakat (LSM) yang berperan melakukan
advokasi kebijakan dan pelayanan publik, mengkritisi, menganalisis, dan mengidentifikasi subtansi kebijakan dan
pelayanan publik yang dapat memberikan jaminan hak-hak layanan publik secara adil dan berkualitas.
Lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang berpartisipasi melakukan advokasi perbaikan kebijakan dan pelayanan publik
ini, dipengaruhi seiring dengan banyaknya muncul fenomena kebijakan dan pelayanan publik di negara Indonesia
yang dianggapnya buruk dan tidak berpihak pada rakyat, khususnya masyarakat miskin. Rakyat selalu dibebani
dengan kebijakan dan pelayanan yang tidak rasional demi untuk kepentingan sekelompok elit tertentu5.
Buruknya pelayanan publik di berbagai bidang sosial, tercermin salah satunya pada bidang kesehatan,
khususnya pada pelayanan kesehatan dalam penanganan penyakit kanker payudara.
“Berdasarkan data dari Yayasan kesehatan payudara Jakarta (YKPJ) dan YAPPIKA, kanker payudara dapat menyerang siapa saja, terutama kaum perempuan. Di Asia insiden kanker payudara masih rendah: 20 kasus baru di antara 100.000 penduduk. Adapun di Amerika Serikat dan negara maju jauh lebih tinggi yaitu 100 kasus baru per 100.000 penduduk dan sekitar 40.000 akan meninggal akibat penyakit ini.
Di Indonesia, penyakit kanker payudara belum secara luas dimengerti oleh masyarakat, begitupun kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini kanker relatif rendah. Ini bisa dilihat dari banyaknya penderita yang baru datang ke rumah sakit ketika penyakitnya sudah pada stadium lanjut (III dan IV). Padahal, penyakit ini bisa dideteksi secara dini melalui pemeriksaan klinis dan mammografi, sehingga harapan untuk hiduppun bagi pasein yang belum sampai memasuki pada stadium lanjut lebih besar.
Kardinah, radiologist Rumah Sakit Kanker Dharmais yang juga aktif di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) mengatakan, “bahwa akhir-akhir ini penderita kanker payudara tidak lagi didominasi oleh perempuan usia 40 tahun ke atas, namun ada kecenderungan menyerang perempuan di usia lebih muda bahkan 20-an tahun”. Informasi ini tentu saja perlu menjadi perhatian berbagai pihak, khususnya kaum perempuan untuk mengenali dan berusaha mengantisipasi kemungkinan serangannya
4
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat., h. 108.
5
sedini mungkin, mengingat kanker payudara adalah penyakit yang berbahaya dan mematikan yang telah memakan korban yang tidak sedikit akibat keterlambatan penanganan yang tidak cepat dan tepat”1.
Sarana atau fasilitas yang menunjang pelayanan yang disediakan pemerintah terhadap informasi dan upaya
publikasi mengenai antisipasi dini serangan penyakit kanker payudara melalui efen-efen tertentu, seperti kampanye
publik, penyiaran berita di media masa yang bisa diakses oleh seluruh masyarakat sangat minim. SDM kesehatan
atau tenaga medis yang kompenten untuk dapat melakukan pemeriksaan secara dini kesehatan payudara, serta
peralatan-peralatan medis yang digunakan sebagai verifikasi hasil pemeriksaan kesehatan payudara di setiap rumah
sakit dan puskesmas juga kurang memadai. Hal ini menyebabkan banyak dari kalangan masyarakat tidak
mengetahui dan mengerti bahaya penyakit kanker payudara yang mayoritas menyerang pada kaum perempuan,
disamping itu kesadaran masyarakatpun relatif rendah untuk melakukan pencegahan dini melalui deteksi dini yang
bisa dilakukan oleh sendiri, sebelum penyakit kanker payudara berlanjut pada tahap stadium yang lebih tinggi.
Sistem rujukan penderita kanker payudara melalui Sktm (Surat keterangan tidak mampu) atau Askeskin
(asuransi kesehatan warga miskin) mulai dari layanan kesehatan paling bawah sampai ke rumah sakit, khusus yang
menangani kanker belum terkelola dengan baik. Kondisi ini cukup menyulitkan untuk penanganan secara cepat.
Pemerintah melalui Menteri Kesehatan sejak tahun 2005 lalu telah mencanangkan, melalui kebijakannya,
dimana setiap warga miskin memperoleh hak untuk mendapatkan pengobatan secara gratis di rumah-rumah sakit
Pemerintah. Namun dalam realitanya masih banyak warga miskin yang mengalami kendala untuk memperoleh
haknya tersebut. Beberapa kendala tersebut diantaranya, yaitu: pertama, selama ini informasi kebijakan pemerintah
untuk menyediakan pelayanan kesehatan gratis bagi warga miskin telah disosialisasikan, akan tetapi banyak warga
miskin yang tidak mengetahui prosedur pengurusan jaminan kesehatan tersebut. Mereka tidak tahu kepada siapa
harus bertanya, ada rasa takut bertanya kepada petugas penyelenggara kesehatan, dan rasa was-was apakah biaya
pengobatan benar-benar gratis atau tidak. Belum tersosialisasinya informasi secara mendetail mengenai
langkah-langkah pengurusan surat-menyurat jaminan pelayanan kesehatan, menyebabkan warga miskin terkadang sulit
untuk memperoleh haknya mendapatkan pengobatan gratis.
1
Kedua, pengurusan surat menyurat jaminan pelayanan kesehatan, seperti: Sktm (surat keterangan tidak
mampu) atau Askeskin (asuransi kesehatan warga miskin) atau Gakin, prosedur administrasinya sangat rumit.
Prosedurnya harus melalui jalur pengurusan yang panjang mulai dari Rt, Rw, Kelurahan, Puskesmas, menunggu
verifikasi dari Puskesmas setempat, kembali lagi ke Puskesmas untuk mengambil surat hasil verifikasi dan rujukan
ke rumah sakit, dan terakhir ke Dinas Kesehatan untuk mengajukan permohonan katastropik. Jika kelengkapan
surat-menyurat masih kurang di salah satu atau beberapa langkah tersebut maka warga harus melengkapi terlebih
dahulu dan kembali lagi2.
Jalur pengurusan yang cukup panjang tersebut tentunya akan berdampak pada tingginya biaya transportasi
yang harus dikeluarkan oleh warga miskin. Urusan prosedur administrasi pengurusan surat jaminan kesehatan bagi
warga miskin (Sktm/ Gakin/ Askeskin), sangat penting, namun perlula dipikirkan efektivitas prosesnya, sehingga
dapat memudahkan bagi warga miskin.
Fenomena kejadian yang memprihatinkan, yaitu, buruknya penanganan pelayanan kesehatan dalam
penanganan penyakit kanker payudara, sebagaimana disebutkan di atas, menyebabkan munculnya Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) yang berperan melakukan advokasi perbaikan pelayanan publik di bidang kesehatan
yang dapat memberikan jaminan terhadap hak-hak layanan kesehatan secara adil dan berkualitas. Salah satu LSM
tersebut adalah YAPPIKA (Yayasan Penguatan, Partisipasi, Inisiatif dan Kemitraan Indonesia) dan YKPJ
(Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta). Mereka bekerja sama melaksanakan program deteksi dini kanker payudara
melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan.
Target sasaran program ini ialah masyarakat kaum perempuan usia 40-55 tahun sejumlah 1500 orang
kelompok menengah ke bawah lokasi Kecamatan Koja. Jakarta Utara, yang meliputi: Kelurahan Rawa Badak
Selatan, Keluruhan Tugu Utara (di Kedua Kelurahan ini sudah terlaksana). Rencana selanjutnya di Kelurahan
Rawa Badak Utara, Tugu Selatan, Kelurahan Lagoa, dan Kelurahan Koja. Dalam kaitannya dengan penulisan
7
skripsi ini, fokus penelitian pada program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan
melibatkan bidan, ditentukan di satu lokasi, yaitu, di kelurahan Rawa Badak Utara. Jakarta Utara.
Adapun langkah-langkah kegiatan pelaksanaan program ini terdiri dari: 1) Pendidikan publik, berupa
penyuluhan kesehatan mengenai penyakit kanker payudara, penyuluhan tentang pentingnya deteksi dini kanker
payudara, dan penyuluhan mengenai hak-hak masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, yang disampaikan oleh
praktisi kesehatan dan pekerja sosial melalui dialog langsung dengan masyarakat dan penyebaran brosur-brosur. 2)
Pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) oleh para bidan secara manual melalui perabaan
biasa, dimana masing-masing bidan memeriksa 50 perempuan. 3) Verifikasi hasil pemeriksaan oleh para bidan
dengan menggunakan alat mammografi. 4) Mengembangkan sistem rujukan untuk menindak lanjuti hasil temuan
kasus kelainan payudara guna diagnosa dan tindakan lanjut secara gratis di rumah sakit Dharmais. Dalam konteks
ini, peserta program yang ditemukan menderita kelainan payudara, dibantu dalam pengurusan jaminan pelayanan
kesehatan, seperti: Askeskin (asuransi kesehatan warga miskin), Sktm (surat keterangan tidak mampu), atau Gakin
guna memperoleh pembebasan atau peringanan biaya pengobatan lebih lanjut.
Rangkaian langkah-langkah kegiatan program di atas, tentunya memiliki tujuan tertentu. Untuk
memperoleh tujuan tertentu, maka proses kegiatan-kegiatan program haruslah mengarah sesuai dengan
rencana-rencana kegiatan yang sudah dirancang sebelumnya, karena hal ini akan sangat berpengaruh pada keberhasilan
suatu program (mencapai tujuan yang diinginkan). Bila suatu program yang dijalankan tidak mencapai hasil yang
diharapkan, maka yang ditinjau atau dianalisis ialah suatu proses kegiatan-kegiatan program yang telah
direncanakan sebelumnya, apakah implimentasi sebenarnya dari program tersebut berbeda dari yang ada dalam
rancangan, atau sekalipun suatu program dilaksanakan sesuai dengan rancangan, kemungkinan bisa saja program
itu tidak mengarah ke kegiatan-kegiatan yang seharusnya menjadi sasaran8.
Menganalisa kembali suatu proses kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan, dapat dilakukan dengan
suatu kegiatan evaluasi program pada Input dan Proses, karena penelitian evaluasi Input bertujuan untuk
8
memperbaiki program, dengan cara mengecek persiapan-persiapan yang ada. Sedangkan evaluasi proses bertujuan
untuk melihat bagaimana rencana-rencana tersebut dilaksanakan9 serta mendeskripsikan proses pelaksanaan program10.
Penelitian evaluasi program pada Input dan Proses penting, karena keputusan selama proses diperlukan
untuk memperbaiki, mengembangkan, dan memperkuat kembali program11. Seperti: penyusunan dan pengaturan kembali jadwal dan semua hal baik moril maupun materil. Namun sayangnya pihak-pihak yang terkait dengan
penelitian evaluasi, hanya melakukan penelitian evaluasi program pada output (hasil) atau dampak. Hal ini
disesalkan karena hasil evaluasi program pada input dan proses akan memberikan umpan balik segera kepada
pembuat program yang kemudian menggunakan informasi tersebut untuk merevisi bahan apabila diperlukan.
Evaluasi program hanya pada Output saja, mungkin akan terlambat dan tidak dapat menolong untuk melakukan
perbaikan-perbaikan proses.
Melihat persoalan buruknya pelayanan kesehatan dalam penanganan penyakit kanker payudara yang telah
dipaparkan dan juga mengingat pentingnya suatu penelitian evaluasi program pada Input dan Proses, sebagaimana
yang telah dijelaskan di atas, penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut pada suatu penelitian ilmiah yang
penulis tuangkan dalam skripsi berjudul:
”Evaluasi Program Deteksi Dini Kanker Payudara
Melalui Pemeriksaan Klinis Dengan Melibatkan Bidan,
Kolaborasi Yayasan YAPPIKA (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif dan Kemitraan Masyarakat Indonesia
YKPJ (Yayasan kesehatan Payudara Jakarta ).
di Kec. Koja . Jakarta Utara”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
9
Nurul Hidayati, Metode Penelitian Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), h. 124.
10
Hendera, “Evaluasi Program”, h. 72.
11
Agar penelitian yang dilakukan dan dibahas pada penulisan skripsi ini lebih terarah dan tidak meluas, maka penulis membatasi penelitian pada pengevaluasian program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan di Kelurahan Rawa badak Utara. Jakarta Utara.
Adapun pemilihan kreteria evaluasi, terkait tipe-tipe evaluasi yang memberikan penekanan atau fokus
tertentu sesuai dengan ruang lingkup kegiatan yang dievaluasi, maka pada penelitian ini, penulis menggunakan
tipe atau model evaluasi input dan evaluasi proses.
2. Perumusan Masalah
Dalam merealisasikan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan
permasalahannya untuk memudahkan pembahasan selanjutnya, adapun perumusan masalah tersebut, yaitu,
sebagai berikut:
a. Evaluasi Input:
1) Apakah karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien) benar-benar sesuai dengan sasaran dan
tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana (Yappika dan YKPJ)?
2) Apakah para staf pelaksana program memiliki kualifikasi yang sesuai dalam menjalankan mekanisme
kerjanya?
3) Apakah berbagai sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program memadai dan sesuai
dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan program?
b. Evaluasi Proses:
1) Kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan dalam pelaksanaan program?
2) Apakah kegiatan-kegiatan program yang dilaksanakan dapat dengan mudah dan nyaman diterima oleh
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Dengan mengacu pada perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini,
yaitu:
a. Evaluasi Input:
1) Untuk mengetahui apakah karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien) benar-benar sesuai
dengan sasaran dan tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana program (Yappika dan YKPJ).
2) Untuk mengetahui apakah para staf pelaksana program memiliki kualifikasi yang sesuai dalam
menjalankan mekanisme kerjanya.
3) Untuk mengetahui apakah berbagi sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program
memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan program.
b. Evaluasi Proses:
1) Untuk memperoleh gambaran kegiatan apa saja yang dilakukan dalam pelaksanaan program.
2) Untuk mengetahui apakah kegiatan-kegiatan program yang dilaksanakan dapat dengan mudah dan
nyaman diterima oleh sasaran penerima kegiatan program (Klien).
Sedangkan manfaat penelitian yang diharapkan dari seluruh rangkaian kegiatan dan hasil penelitian, adalah
sebagai berikut:
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi yang bisa dimanfaatkan bagi para pengelolah
program yang terkait pada program-program sosial, khususnya bagi pengelolah program deteksi dini
kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan. Informasi ini berupa masukan
umpan balik perencanaan program, untuk dapat membantu memperbaiki dan mengembangkan
b. Penelitian ini hasilnya akan menyiapkan informasi tentang diskripsi proses aktivitas-aktivitas program pada
pengelolah program yang terkait.
3. Manfaat Akademis
a. Diharapkan dapat menambah kontribusi keilmuan yang dapat dijadikan dokumentasi Perguruan Tinggi
UIN Syarif Hidayatulllah, untuk dijadikan sebagai rujukan bagi para Mahasiswa yang berkonsentrasi pada
study sosial dalam dimensi Pelayanan Masyarakat dan Evaluasi Program-program Sosial.
b. Menghasilkan karya Ilmiah yang diajukan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar SI (strata satu) di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian evaluasi merupakan salah satu tipe penelitian ilmu sosial terapan yang dilakukan untuk
menilai suatu program, yang terdiri dari: evaluasi input, proses, dan output. Karena itu penelitian evaluasi
mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku dalam penelitian ilmu sosial12.
Penelitian evaluasi yang mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku dalam penelitian ilmu sosial, maka
dalam penelitian evaluasi ini, jenis penelitian yang penulis gunakan, yaitu jenis penelitian lapangan.
2. Pendekatan Penelitian
Dalam membahas masalah ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu, penelitian
yang berupaya menghimpun data, mengelolah data, dan menganalisis data secara kualitatif. Pendekatan
penelitian kualitatif ini, bersifat deskriptif (menggunakan data-data kualitatif)13 yaitu, penelitian yang berusaha menerangkan atau menggambarkan peristiwa yang terjadi pada subyek penelitian pada masa sekarang
kemudian dijelaskan, dianalisa, dan disajikan sedemikian rupa untuk mendapatkan gambaran yang sistematis.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
12
Hendra, ”Evaluasi Program“ h. 65.
13
Lokasi penelitian ditentukan di dua tempat: Pertama, di Yayasan YAPPIKA dan YKPJ, sebagai lokasi
lembaga yang bekerjasama melaksanakan program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis
dengan melibatkan bidan. Kedua, di Kelurahan Rawa Badak Utara, sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan
program.
Adapun waktu penelitian lapangan akan dilakukan mulai tanggal 6 juni 2008 sampai dengan tanggal 31
juli 2008.
4. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini, yaitu, peneliti sendiri. Sedangkan obyek dalam penelitian ini ialah pihak
pelaksana program, yaitu: yayasan YAPPIKA dan YKPJ. Dan pihak sasaran penerima kegiatan program, yaitu:
warga perempuan Kelurahan rawa badak utara (RBU), bidan setempat, para relawan, dan masyarakat umum di
lokasi kegiatan.
Obyek penelitian dari YAPPIKA dan YKPJ, yaitu, pihak bagian mekanisme kerja dalam pelaksanaan
kegiatan program. Masing-masing pihak bagian mekanisme kerja pelaksanaan program, diambil sejumlah 10
orang.
Adapun penentuan jumlah obyek penelitian dari pihak sasaran penerima kegiatan program yang terdiri
dari: pertama, warga perempuan kelurahan rawa badak utara, peneliti tentukan sejumlah 20 orang, diambil
sesuai dengan yang ditemukan di lapangan. Kedua, para bidan setempat, peneliti tentukan sejumlah 3 orang,
diambil sesuai dengan jumlah para bidan yang sering terlibat langsung sebagai tenaga medis lokal yang
melakukan pemeriksaan kesehatan payudara melalui perabaan dengan tangan biasa (Sadari/periksa payudara
sendiri). Ketiga, para relawan, peneliti tentukan sejumlah 5 orang, diambil sesuai dengan kebutuhan yang
mewakili para relawan lainnya. Keempat, masyarakat umum, peneliti tentukan sesuai kebutuhan. Penentuan
jumlah obyek penelitian pada pihak sasaran penerima program ini, tidak diambil dari keseluruhan populasi
target sasaran penerima kegiatan program yang ditetapkan lembaga pelaksana, hal ini dilakukan dengan
5. Sumber Data
Dalam penelitian ini, yang dijadikan sumber data, yaitu:
a. Data Primer: yaitu, data-data yang diperoleh secara langsung dari pihak pelaksana program, yaitu, dari
Yayasan YAPPIKA dan YKPJ. Dan dari sasaran penerima kegiatan program yang terdri dari: 1) Warga
perempuan Kelurahan rawa badak utara. 2) Para bidan setempat. 3) Para relawan. 4) Masyarakat umum di
lokasi kegiatan.
b. Data sekunder: yaitu, data-data yang diperoleh dari catatan-catatan tertulis atau dokumen yang terkait
dengan penelitian dari lembaga yang terkait, yaitu: dari YAPPIKA dan YKPJ.
6. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini, teknik mengumpulkan data yang penulis
gunakan, sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah usaha untuk memperoleh dan mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan
langsung di lapangan terhadap suatu kegiatan secara akurat, serta mencatat fenomena yang muncul dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut14. Dalam observasi, peneliti melakukan pencatatan data yang dibutuhkan terkait dengan penelitian yang dilakukan, berdasarkan apa
yang bisa dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan diraba oleh tangan, kemudian peneliti tuangkan
dalam penulisan skripsi. Pencatatan data ini, penulis menggunakan catatan lapangan yang ditulis dengan
bahasa apa adanya. Observasi dilakukan setiap kali pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan
kesehatan payudara, sebanyak 5 kali.
b. Wawancara
14
Wawancara yaitu, metode pengumpulan data dengan mengadakan percakapan yang dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewancara yang mengajukan pertayaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas
pertayaan itu dengan maksud dan tujuan tertentu dalam penelitian15.
Penulis melakukan wawancara dengan bertanya langsung kepada sejumlah responden yang
dijadikan obyek dalam penelitian ini, yaitu, kepada pihak pelaksana program (Yappika dan YKPJ) dan
pihak sasaran penerima kegiatan program (warga perempuan kelurahan RBU, para bidan di lokasi kegiatan,
dan para relawan). Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan tipe recorder untuk merekam,
kemudian hasil rekaman dari wawancara dicatat dalam bentuk transkip wawancara dengan bahasa apa
adanya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen. Dalam penelitian ini,
dimana peneliti sendiri mengumpulkan, membaca, dan mempelajari berbagai macam bentuk bahan tertulis
yang ada di lapangan serta data-data lain yang menunjang dalam penelitian yang dapat dijadikan bahan
analisis untuk hasil dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang telah
didokumentasikan dalam bentuk buku, majalah, arsip, artikel, makalah, dan webset dari lembaga yang
terkait, baik itu dari YAPPIKA maupun YKPJ.
7. Analisis Data
Dalam melakukan penelitian ini, data-data yang diperoleh dari lapangan akan diolah serta dianalisis
oleh penulis. Proses analisis dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber-sumber
pengumpulan data, yaitu: dari wawancara, observasi, dan dokumentasi.
15
Keseluruhan data yang tersedia ditelaah dengan cara reduksi, reduksi yaitu, dengan jalan melakukan
abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman inti menjadi satuan, yang kemudian
satuan-satuan tersebut dikategorisasikan, sebagai upaya memilah-milah satuan-satuan ke dalam bagian yang memiliki
kesamaan data. Kategori itu dibuat sambil melakukan koding, dan kemudian tahap terakhir mengadakan
pemeriksaan keabsaan data16.
8. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data merupakan usaha meningkatkan derajat kepercayaan data, dimana peneliti
berusaha bagaimana agar pesertanya (termasuk dirinya), bahwa temuan-temuan penelitiannya dipercaya, atau
dapat dipertimbangkan. Dalam melakukan penelitian ini. Penulis menggunakan tiga pengecekan keabsahan
data17, yaitu:
a. Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan data yang diperoleh. Triangulasi dalam penelitian
ini, penulis melakukan pemeriksaan data yang diperoleh dengan sumber data lainya, dimana peneliti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini bisa dicapai dengan jalan:
1) Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara yang terkait dengan penelitian yang
dilakukan.
2) Membandingkan keadaan dan perpektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain,
misalnya dalam hal ini, peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh sasaran penerima
kegiatan program yang satu dengan jawaban dari sasaran penerima kegiatan program lainya atau
membandingkan jawaban yang diberikan oleh staf pelaksana program dari YAPPIKA yang terkait
dengan jawaban yang diberikan oleh staf dari YKPJ.
16
Ibit., h. 247.
17
3) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan dengan masalah yang
diajukan.
b. Ketekunan atau Keajegan Pengamatan. Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat releven dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dalam hal ini, peneliti mengadakan pengamatan dengan
teliti dan rinci secara berkesinambungan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah dalam
penelitian yang dilakukan.
c. Pengecekan Anggota, yaitu, dengan melakukan pengecekan para anggota yang terlibat mewakili
rekan-rekan mereka dalam proses pengumpulan data dari wawancara dan observasi. Para anggota yang terlibat
dalam penelitian dimanfaatkan untuk memberikan reaksi dari segi pandangan yang terkait dengan fokus
penelitian, kemudian hasil pandangan anggota tersebut dibandingkan dengan pandangan dari rekan-rekan
lainnya yang mewakili.
9. Buku Pedoman yang digunakan
Karya-karya tulis yang dikaji dan digunakan dalam penelitian penulisan skripsi ini, baik dari buku,
artikel, dan skripsi, yaitu:
a. Buku pedoman evaluasi program: Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program. Jakarta: PT Rineka Cipta,
2000.
b. Artikel pedoman evaluasi program: Ferdy S.Nggao “Evaluasi Program, Bahan Presentasi untuk Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, 18 Januari 2006.
c. Skripsi pedoman evaluasi program: Siti Nurasiyah, “Evaluasi Program Pemberdayaan Keterampilan
Olahan Pangan dalam Pemberdayaan Wanita Susila di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Pasar Rebo.
Jakarta Timur”. Skripsi S 1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
d. Buku pedoman penelitian kualitatif: Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
e. Buku pedoman penulisan skripsi: Hamid Nasuhi, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis,
dan Desertasi). Jakarta: Center For Quality Developmen and Assurance UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2007.
10. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan (litelatur) yang berkaitan dengan topik
pembahasan penelitian yang dilakukan pada penulisan skripsi ini. Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan
untuk membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian yang akan dilakukan untuk penulisan skripsi ini,
terkait dengan memilih metode penelitian, melaksanakan penelitian, dan menyusun argumentasi dalam
pembahasan18. Adapun tinjauan pustaka dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan litelatur berupa skripsi, yaitu: Siti Nurasiyah, “Evaluasi Program Pemberdayaan Keterampilan Olahan Pangan dalam
Pemberdayaan Wanita Susila di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Pasar Rebo. Jakarta Timur”. Skripsi S 1
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007).
Skripsi ini membahas tentang evaluasi input pada program pemberdayaan keterampilan olahan pangan
dalam pemberdayaan wanita susila di panti sosial karya wanita (pskw) pasar rebo. Jakarta timur. Analisa
evaluasi program pada input tersebut, yaitu, berupa penilaian dengan mengkaji pada unsur-unsur atau variabel
yang masuk di dalam pelaksanaan program, yang terdiri dari: 1. Karakteristik penerima layanan (Klien). 2.
Kualifikasi para staf pemberi layanan. 3. Sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program.
Meskipun pembahasan skripsi di atas, memiliki kesamaan dalam penelitian evaluasi program pada
penulisan skripsi yang dilakukan penulis, yaitu, melakukan penelitian evaluasi program pada input. Akan tetapi
terdapat perbedaan-perbedaan pada penulisan penelitian skripsi ini, diantaranya:
18
a. Penelitian evaluasi program pada skripsi yang dijadikan sebagai kajian pustaka, mengunakan evaluasi
program pada input. Sedangkan penelitian evaluasi program pada penulisan skripsi ini, menggunakan
evaluasi program pada input dan proses.
b. Alat ukur untuk melakukan penelitian evaluasi program pada skripsi yang dijadikan kajian pustaka, tidak
menggunakan indikator yang digunakan sebagai alat ukur penilaian pada unsur-unsur yang masuk pada
pelaksanaan program. Akan tetapi menggunakan pada perumusan masalah yang ditetapkan. Sedangkan
pada penulisan skripsi ini, penulis, menggunakan indikator sebagai alat ukur untuk melakukan penilaian
evaluasi program pada input dan proses.
c. Terletak perbedaan pada obyek yang yang diteliti. Yayasan YAPPIKA dan YKPJ yang bekerja sama
melaksanakan program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan,
yang dijadikan sebagai obyek penelitian pada penulisan skripsi ini, sebelumnya, tidak ada dari salah satu
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melakukan penelitian evaluasi program pada kedua
lembaga dan program tersebut.
Perbedaan-perbedaan yang disebutkan di atas, menjadikan dasar argumentasi, bahwa penelitian evaluasi
program yang dilakukan pada penulisan skripsi ini bukanlah bersifat pelagiat.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penyajian susunan penulisan skripsi ini, penulis membagi menjadi 5 bab yang terdiri dari sub-sub
bab yang saling terkait, yaitu:
BAB I : Pendahuluan, bab ini memaparkan dan menjelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis, bab ini memaparkan dan menjelaskan tentang, 1. Teori-teori evaluasi program, terdiri dari: a. Pengertian evaluasi. b. Model-model evaluasi. c. Desain Evaluasi. d. Tujuan dan
Penyelenggara pelayanan publik. c. Prinsip-prinsip pokok pelayanan publik. 3. Bimbingan
penyuluhan sosial, terdiri dari: a. Paradigma bimbingan penyuluhan sosial dan pengertiannya. b.
Metode bimbingan penyuluhan sosial. 4. Pendekatan pelayanan masyarakat, yang terdiri dari: a.
Latar belakang dan pengertian. b. Strategi dan prinsip dalam intervensi. 5. Kanker payudara, terdiri
dari: a. Definisi kanker payudara. b. Penyebab faktor beresiko kanker payudara. c. Gejala-gejala dan
tanda kanker payudara. d. Stadium-stadium pada kanker payudara. e. Tata cara pemeriksaan deteksi
dini kanker payudara. 6. Kolaborasi, yang terdiri dari: a. Pengertian kolaborasi. b. Tujuan dan
jenis-jenis kolaborasi.
BAB III : Gambaran Umum Yayasan YAPPIKA dan YKPJ Serta Program Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui Pemeriksaan Klinis Dengan Melibatkan Bidan
Bab ini memaparkan dan menjelaskan, A. Profil Yayasan YAPPIKA, terdiri dari: 1. Latar belakang
dan sejarah berdiri Yappika. 2. Visi, misi, dan peran YAPPIKA. c. Pandangan dan peranan
YAPPIKA terhadap program. B. Profil YKPJ, terdiri dari: 1. Latar belakang dan sejarah berdiri
YKPJ. 2. Visi, misi, dan tujuan YKPJ. C. Profil program deteksi dini kanker payudara melalui
pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan, terdiri dari: 1. Latar belakang dan sejarah munculnya
program. 2. Sasaran dan tujuan program. 3. Struktur personil pelaksanaan program. 4. Mekanisme
kerja pelaksanaan program. 5. Kerja sama pelaksanaan program. 6. Sarana atau fasilitas pelaksanaan
program.
BAB IV :Analisa Evaluasi Program Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui Pemeriksaan Klinis Dengan Melibatkan Bidan
Bab ini memaparkan dan menjelaskan tentang: A. Analisa evaluasi input, berupa penilaian dengan
mengkaji pada unsur-unsur atau variabel yang masuk di dalam pelaksanaan program, yang terdiri
dari, yaitu: 1. Karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien). 2. Kualifikasi para staf
Analisis evaluasi proses program deteksi kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan
melibatkan bidan, berupa penilaian dengan mengkaji pada pengoperasian program dan kualitas
program yang dilaksanakan, yang mencakup: 1. kegiatan program. 2. Apakah
kegiatan-kegiatan program yang dilaksanakan dapat mudah dan nyaman diterima oleh klien (warga
perempuan Kelurahan RBU).
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A. TEORI-TEORI EVALUASI PROGRAM 1. Pengertian Evaluasi
Banyak pengertian evaluasi dari buku-buku yang ditulis oleh ahlinya, antara lain: Pius A. Partanto dan
Al-Barry mengartikan bahwa evaluasi secara etimologi adalah penaksiran, perkiraan keadaan, dan penentuan
nilai.1 Menurut Cesley dan Kumar evaluasi adalah suatu penilaian berkala terhadap relevansi, kinerja, efisiensi, dan dampak dari suatu proyek dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan3. Sedangkan menurut Fink dan Kosecof evaluasi merupakan serangkaian prosedur untuk menilai mutu sebuah program dan menyediakan
informasi tentang tujuan, aktivitas, hasil, dampak, dan biaya program)4.
Dalam pelaksanaanya, evaluasi merupakan sebuah kegiatan penelitian (evaluation research), sehingga
evaluasi mengikuti kaidah yang berlaku dalam sebuah penelitian. Menurut ossi dan Freeman penelitian
evaluasi adalah penerapan prosedur penelitian sosial yang sistematis dalam rangka menilai konseptualisasi,
disain, implimentasi, dan kegunaan sebuah program intervensi sosial5. Berkaitan dengan ini, Piertzak dkk memandang evaluasi program merupakan salah satu tipe yang khusus dari penelitian ilmu sosial terapan.
Sebagai sebuah penelitian, pelaksanaan evaluasi program mengikuti pola-pola aktivitas atau tugas-tugas yang
standar. Aktivitas ini ada dalam setiap tipe evaluasi, yang meliputi input, proses dan output6. Dengan demikian,
dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian evaluasi dipahami sebagai salah satu tipe penelitian
ilmu sosial terapan yang dilakukan untuk menilai suatu program, yang meliputi: input, proses, dan output,
karena itu, penelitian evaluasi mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku dalam penelitian ilmu sosial7.
2. Model-model Evaluasi
1
Pius A. Partanto dan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 163
3
Ferdy S. Nggao, “Evaluasi Program, Bahan Presentasi Untuk Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatulla” Jakarta, 18 Januari 2006. h. 1.
4
Ibid.,
5
Primahendera, Evaluasi Program, h. 66.
6
Ibid.,h.66.
7
Mengutip pada pendapat Nurul Hidayati dalam bukunya berjudul Metodologi penelitian Dakwah
(dengan pendekatan kualitatif)8, bahwa ada banyak model-model atau jenis evaluasi program, namun hanya
beberapa model evaluasi yang diuraikan dalam penulisan skripsi ini, yaitu, diantaranya:
a. Pelaksanaan evaluasi menurut Pietrzak, Ramler, dan Gilbert dibagi menjadi tiga tipe jenis evaluasi yaitu
evaluasi input, evaluasi proses, dan evaluasi hasil atau produk. Evaluasi input memfokuskan berbagai unsur
yang masuk dalam pelaksanaan suatu program. Tiga unsur utama yang terkait:
1) Evaluasi input adalah klien, staf, dan program serta sarana atau fasilitas yang digunakan dalam
pelaksanaan program.
2) Evaluasi proses, menurut Pietrzak dkk, memfokuskan diri pada aktivitas program yang melibatkan
interaksi langsung antara klien dengan staf terdepan (line staf) yang merupakan pusat dari pencapaian
tujuan (objektif) program.
3) Evaluasi hasil, yaitu diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak (overall impact) dari suatu program
terhadap penerima layanan.
Dalam konteks penulisan skripsi ini, penulis menggunakan model atau jenis evaluasi yang
dikemukanan oleh Pietrzak, Ramler, Ford, dan Gilbert.
b. Model evaluasi CIIP dikembangkan oleh Stuplebeam dan Shinkfield. CIIP merupakan singkatan dari kontek,
input, proses, dan produk. Stufflebeam merumuskan evaluasi sebagai suatu proses menggambarkan,
memperoleh, dan menyediakan informasi untuk menilai alternatif keputusan. Penjelasan CIPP dijelaskan
sebagai berikut:
1) Contect evaluation to serve planning decision.
Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan
dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan program.
2) Input evaluation, structuring decision.
8
Evaluasi ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif
apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, dan bagaimana prosedur kerja
untuk mencapainya.
3) Process evaluation, to serve implementing decision.
Evaluasi proses membantu mengimplimentasikan keputusan sampai sejauh mana rencana telah
diterapkan?, apa yang harus direvisi?. Begitu pertanyaan tersebut terjawab, prosedur dapat dimonitor,
dikontrol, dan diperbaiki.
4) Product evaluation, to serve recyding decision.
Evaluasi produk untuk menolong keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai? apa yang
dilakukan setelah program berjalan?
c. Model lain yang tidak hanya menggambarkan saja namun berusaha meyakinkan keputusan, memilih
informasi yang tepat, mengumpulkan, dan menganalisis sehingga dapat melaporkan ringkasan data yang
berguna bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternatif. Model ini disebut UCLA. Alkin
ahlinya, membagi model ini menjadi 5 bagian:
1) Sistem assessment, yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi sistem.
2) Program planning, membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi
kebutuhan program.
3) Program implementation, yang menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada
kelompok tertentu yang tepat seperti yang telah direncanakan?
4) Program improvement, yang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana
program bekerja atau berjalan?, apakah menuju pencapaian tujuan.
5) Program certification, yang memberikan informasi tentang nilai atau guna program.
Desain penelitian ialah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat
memperoleh jawaban dari pertayaan-pertayaan di dalam penelitian. Rencana ini merupakan suatu skema
menyeluruh yang mencakup program-program penelitian, memaparkan mengenai hal-hal yang dilakukan, dan
menetapkan kerangka bingkai bagi pengkajian relasi variabel-variabel yang diteliti9. Desain penelitian mempunyai maksud dan kegunaan untuk mengontrol atau mengendalikan varian, serta membantu mendapatkan
jawaban atas pertayaan-pertayaan peneliti10.
Adapun desain penelitian evaluasi pada penulisan skripsi ini, penulis menggunakan desain penelitian
yang dikemukakan oleh Pietrzak, dkk11. Pieztrzak menjelaskan, pertama, evaluasi input memfokuskan penilaian atau evaluasi pada berbagai unsur (variable) yang masuk dalam pelaksanaan suatu program. Berbagai
unsur tersebut meliputi: klien (sasaran penerima kegiatan program), staf pelaksana program, dan sarana atau
fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program.
Variabel klien (sasaran penerima kegiatan program) meliputi karakteristik demografi klien yang
ditetapkan lembaga pelaksana. Variabel staf pelaksana program meliputi aspek demografi dari staf, seperti:
latar belakang pendidikan staf, bidang kerja staf, dan pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh staf atau
yang didapatkan. Sedangkan variabel sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program
meliputi: efesiensi (tepat guna) dan kuantitas sarana yang digunakan.
Pertayaan kunci yang ingin dijawab melalui evaluasi input ini adalah: a. Apakah karakteristik sasaran
penerima kegiatan program (klien) benar-benar sesuai dengan sasaran dan tujuan program yang ditetapkan
lembaga pelaksana? b. Apakah para stap pelaksana program memiliki kualifikasi yang sesuai dalam
menjalankan mekanisme kerjannya? c. Apakah berbagai sarana atau fasilitas yang digunakan dalam
pelaksanaan program memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan?.
Kedua, evaluasi proses, memfokuskan diri pada penilaian perjalanan pengoperasian program dan
kualitas layanan yang diberikan yang mencakup kegiatan-kegiatan program dan sistem pemberian layanan
9
Landung R. Simatupang, Asas-asas Penelitian Behavioral, (Bandung: Gadjah Mada University Press (UGM), 1990), h. 483.
10
Ibid., 484.
11
program. Seperti: jenis layanan kegiatan program, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan program, serta
mencakup interaksi langsung antara klien dengan staf terdepan (line staf).
Pertayaan kunci yang ingin dijawab dalam evaluasi ini ialah: 1). Kegiatan program apa saja yang
dilakukan? 2). Apakah kegiatan-kegiatan program yang dilakukan dapat dengan mudah dan nyaman diterima
oleh sasaran penerima kegiatan program?.
Untuk melakukan penilaian pada unsur-unsur yang dinilai pada penelitian evaluasi input dan proses,
sebagaimana yang telah disebutkan di atas, penulis menggunakan indikator yang digunakan sebagai alat ukur
untuk menilai pada unsur-unsur yang masuk dalam pelaksanaan program tersebut. Indikator ialah suatu alat
ukur untuk menunjukan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian,
misalnya, kecantikan dapat diukur oleh 3 indikator, yakni kecerdasan, prilaku, dan penampilan fisik12.
Indikator yang digunakan tersebut terbagi menjadi dua indikator, yaitu indikator objek (suatu alat
ukur yang sudah dirumuskan dan terdapat dalam program tersebut) dan indikator analisis (suatu alat ukur untuk
menunjukan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian).
Adapun Indiktor-indikator yang perlu dipertimbangkan, terkait dengan penelitian evaluasi input dan
proses, terdapat 4 indikator yang digunakan untuk mengevaluasi suatu kegiatan, yaitu: (a). Indikator
ketersediaan, (b). Indikator relevansi, (c). Indikator efesiensi, (d). Indikator keterjangkauan13.
(1) Indikator ketersediaan, indikator ini melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu
benar-benar ada, misal dalam suatu program pembangunan sosial yang menyatakan bahwa diperlukan suatu
tenaga kader lokal yang terlatih untuk menangani 10 rumah tangga, maka perlu dicek (dilihat), apakah
tenaga kader yang terlatih tersebut benar-benar ada.
(2) Indikator Relevansi, indikator ini menujukan seberapa releven ataupun tepatnya sesuatu yang teknologi atau
layanan yang ditawarkan, misalnya pada suatu program pemberdayaan perempuaan pedesaan dimana
diperkenalkan kompor teknologi yang biasa mereka gunakan. Berdasarkan keadaan tersebut maka
12
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h 126.
13
teknologi yang lebih baru ini dapat dikatakan kurang untuk diperkenalkan, bila dibandingkan dengan
kompor biasa mereka gunakan.
(3) Indikator Efisiensi, indikator ini menunjukan apakah sumber daya dan aktivitas yang dilaksanakan guna
mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat guna (efisien), atau tidak memboroskan sumber daya yang ada
dalam upaya mencapai tujuaan, misalnya saja, suatu layanan yang dijalankan dengan baik dengan hanya
memamfaatkan 4 tenaga lapangan, tidak perlu dipaksakan untuk memperkerjakan 10 tenaga lapangan
dengan alasan untuk menghindari terjadinya pengangguran. Bila hal ini yang dilakukan, maka yang akan
terjadi adalah underemployment (pengangguran terselubung).
(4) Indikator keterjangkauan, indikator ini melihat apakah layanan yang ditawarkan masih berada dalam
jangkauan pihak-pihak yang membutuhkan, misalnya saja apakah puskesmas yang didirikan untuk
melayani suatu masyarakat desa berada pada posisi yang strategis, dimana sebagian warga desa mudah
datang ke puskesmas.
Untuk memudahkan gambaran desain evaluasi program pada evaluasi input dan proses, sebagaimana
yang telah dipaparkan diatas, penulis sajikan desain evaluasi program dalam bentuk skema kerangka bingkai,
sebagai berikut:
Desain Penelitian Evaluasi Program Input dan Proses
Evaluasi Input
1. Karakteristik sasaran penerima kegiatan program (Klien) yang ditetapkan sesuai dengan sasaran dan tujuan program.
2. Kualifikasi para staf pelaksana program.
3. Sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program
4. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi
Secara umum tujuan evaluasi menurut Edi Suharto, dalam bukunya Membangun masyarakat
memberdayakan rakyat adalah:
a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan.
b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran.
c. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang mungkin terjadi di luar rencana14. Evaluasi merupakan suatu yang penting dilakukan, dalam hal ini, Feurstein menyatakan 10 (sepuluh)
alasan mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan15: 1) Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai.
2) Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif program.
14
Ibit., h. 119.
15
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Pengatar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003), h. 187-188.
3) Meningkatkan pemantauan. Agar tercapai manejemen yang lebih baik.
4) Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat program itu sendiri.
5) Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat perbedaan apa yang telah terjadi
setelah diterapkan suatu program.
6) Biaya dan manfaat. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal.
7) Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengelolah kegiatan program secara lebih baik.
8) Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam kesalahan yang sama, atau untuk
mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah
berhasil dengan baik.
9) Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas.
10) Memungkinkan perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan kesempatan untuk mendapatkan
masukan dari masyarakat, komunitas fungsional dan komunitas lokal.
B. Pelayanan Publik
1. Definisi Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar
sesuai dengan hak sipil setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa, dan pelayanan administrasi
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik (Pasal 1 ayat 1)16.
2. Penyelenggara Pelayanan Publik
Penyelenggara pelayanan publik adalah penyelenggara negara, penyelenggara ekonomi negara, dan
korporasi penyelenggara pelayanan publik, serta lembaga independen yang dibentuk pemerintah (Pasal 1 ayat
2)17.
16
Berdasarkan organisasi yang menyelenggarakannya, pelayanan publik atau pelayanan umum dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi privat, semua penyediaan
barang atau jasa publik yang diselenggarakan oleh swasta, seperti: rumah sakit swasta, PTS, dan
perusahaan pengangkutan milik swasta.
b. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi publik, yang dapat dibedakan
lagi menjadi dua, yaitu:
1) Bersifat primer, semua penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan oleh pemerintah yang
di dalamnya pemerintah merupakan satu-satunya penyelenggara dan pengguna atau klien. Mau tidak
mau harus memanfaatkannya. Misalnya adalah pelayanan di kantor imigrasi, pelayanan penjara dan
pelayanan perizinan.
2) Bersifat sekunder, segala bentuk penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan oleh
pemerintah, tetapi yang di dalamnya pengguna atau klien tidak harus mempergunakannya, karena
adanya beberapa penyelenggara pelayanan18.
3. Prinsip-prinsip Pokok Pelayanan Publik
Terdapat prinsip-prinsip pokok dalam menyelenggarakan pelayanan publik, beberapa prinsip pokok
tersebut, yaitu:
a. Kesederhanaan pelayanan.
Prinsip kesederhanaan ini mengandung arti bahwa prosedur atau tata cara pelayanan
diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah
dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan.
b. Kejelasan dan kepastian pelayanan.
17
Ibid.,
18
Prinsip ini mengandung arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai prosedur atau tata cara
pelayanan, baik persyaratan teknis maupun administrative. Unit kerja atau pejabat yang berwenang
bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan, rincian biaya atau tarif pelayanan, tata cara
pembayarannya, dan jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
c. Keamanan dalam pelayanan.
Prinsip ini mengandung arti proses serta hasil pelayanan dapat memberikan keamanan,
kenyamanan, dan dapat memberikan kepastian hukum bagi masyarakat.
d. Keterbukaan dalam pelayanan.
Prinsip ini mengandung arti bahwa prosedur atau tata cara persyaratan satuan kerja atau pejabat
penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian biaya atau tariff, serta hal-hal lain yang
berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan
dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.
e. Efesinsi dalam pelayanan.
Prinsip ini mengandung arti persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan
langsung dengan pencapaian sasaran layanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan
dengan produk layanan yang diberikan.
f. Ekonomis dalam pelayanan.
Prinsip ini mengandung arti pengenaan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan harus ditetapkan
secara wajar dengan memperhatikan nilai barang dan atau jasa pelayanan masyarakat dan tidak menuntut
biaya yang terlalu tinggi di luar kewajaran, kondisi dan kemampuan masyarakat untuk membayar, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Prinsip ini mengandung arti cakupan atau jangkauan pelayanan harus diusahakan seluas mungkin
dengan disribusi yang merata dan diberlakukan secara adil bagi seluruh lapisan masyarakat.
h. Ketepatan waktu dalam pelayanan.
Prinsip ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun
waktu yang ditentukan19.
Sedangkan prinsip-prinsip dasar pelayanan publik yang baik, yaitu:
1) Tangible (nyata atau berwujud): terukur secara fisik, berupa sarana perkantoran, ruang tunggu, tempat
informasi, dsb.
2) Emphaty (empati): berusaha memahami masalah yang dihadapi masyarakat dan bertindak demi
kepentingan masyarakat.
3) Realiability (realibitas): dapat dipercaya kemampuan dan keandalannya.
4) Responsiveness (daya tanggap): memberi pelayanan secara cepat, tepat, dan tanggap terhadap keinginan
masyarakat.
5) Assurance (jaminan): keramah tamahan dan sopan santun dalam memberikan pelayanan20.
C. Bimbingan Penyuluhan Sosial
1. Paradigma Bimbingan Penyuluhan Sosial
Seringkali kita menganggap bimbingan penyuluhan sosial sama dengan bimbingan penyuluhan, padahal
antara bimbingan penyuluhan sosial dan bimbingan penyuluhan sangat berbeda jauh baik dilihat dari
paradigma, orientasi, maupun metode pelaksanaannya.
Paradigma bimbingan penyuluhan sosial adalah menggunakan paradigma komunitas, artinya obyek
utama yang dianggap sentral yang harus diintervensi adalah komunitas dan bukan individu. Hal ini tentu saja
19
. Ibid., h. 2. 20