• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI ALAT-ALAT OPTIK DI KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 5 BINJAI T.P. 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI ALAT-ALAT OPTIK DI KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 5 BINJAI T.P. 2014/2015."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI TERHADAP KETERAMPILAN

PROSES SISWA PADA MATERI ALAT-ALAT OPTIK DI KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 5 BINJAI T. P. 2014/2015

Oleh : Tariza Fairuz NIM 4113121066

Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini semaksimal mungkin dan sesuai waktu yang telah direncanakan. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training dengan Menggunakan Media Animasi Terhadap Keterampilan Proses Siswa Pada Materi Alat-alat Optik di Kelas X Semester Genap SMA Negeri 5 Binjai T.P 2014/2015disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.S., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sejak awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dr. Betty M. Turnip, M.Pd selaku dosen penguji I, Bapak Drs. Pintor Simamora, M.Si, selaku dosen penguji II sekaligus pembimbing akademik yang telah membimbing dan memotivasi serta membantu penulis selama perkuliahan, dan Bapak Alkhafi Maas Siregar, M.Si, selaku dosen penguji III yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Alkhafi Maas Siregar, M.Si selaku ketua jurusan Fisika dan Bapak Drs. Sehat Simatupang, M.Si selaku ketua prodi pendidikan Fisika, serta kepada seluruh bapak dan ibu dosen beserta staf dan pegawai jurusan fisika FMIPA Unimed yang telah banyak membantu penulis. Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada Bapak Prof. Dr. Motlan, M.Sc., Ph.D, selaku dekan FMIPA Unimed.

Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Ibu Hidayati Hanum, S.Pd selaku kepala sekolah dan Ibu Yusni Darmawati Lubis, S.Pd selaku guru bidang studi fisika di SMA Negeri 5 Binjai yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama penelitian, juga tidak lupa penulis ucapkan terima

(4)

v

Teristimewa kepada kedua orangtua penulis yaitu Ayahanda Tarmuji, S.E dan Ibunda Milza yang telah mendo’akan dan memberikan motivasi yang tidak terkira besarnya baik secara moril maupun materi, beserta adik-adik (Tariza Nur Farahim dan Muhammad Ikhwan Mulyawan) yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk dapat menyelesaikan studi di Unimed ini.

Selain itu penulis ucapkan terima kasih kepada sahabat yang selalu mendengarkan cerita baik sedih maupun senang, membantu menghadapi cobaan, dan memberikan banyak motivasi serta kritik yang membangun, Fitri Ramadhani,

S.Pd dan Aulia Khusna Damanik. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar Asisten Laboratorium Fisika Umum yang selalu memberikan motivasi, ilmu dan dukungan selama perkuliahan dan penulisan skripsi, dan kepada Fisika Reguler B 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan ide-ide dan keceriaan selama perkuliahan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik konstruktif dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Medan, Juli 2015 Penulis,

(5)

iii

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI TERHADAP KETERAMPILAN

PROSES SISWA PADA MATERI ALAT-ALAT OPTIK DI KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 5 BINJAI T. P. 2014/2015

Tariza Fairuz (4113121066) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inquiry training dengan menggunakan media animasi terhadap keterampilan proses siswa pada materi alat optik di kelas X semester genap SMA Negeri 5 Binjai T.P 2014/2015.

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain two group pretest and postest. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X MIA SMA Negeri 5 Binjai yang terdiri dari 4 kelas. Pemilihan sampel dilakukan secara cluster random sampling dan terpilih kelas X MIA-1 sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 35 orang dan kelas X MIA-3 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 35 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui keterampilan proses siswa adalah tes keterampilan proses dalam bentuk esai sebanyak 10 soal.

Berdasarkan analisa data, nilai rata-rata preteskelas eksperimen 51,37 dan kelas kontrol 51,11. Kedua kelas berdistribusi normal, homogen, dan memiliki kemampuan awal yang sama. Kemudian diberikan perlakuan, kelas eksperimen dengan model pembelajaran inquiry training dengan media animasi dan kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata postes kelas eksperimen 74,14 dan kelas kontrol 68,80. Hasil uji t diperoleh thitung= 2,053 dan ttabel = 1,997 sehingga thitung > ttabel maka Ho ditolak, yang berarti ada perbedaan akibat pengaruh model pembelajaran inquiry training dengan menggunakan media animasi terhadap keterampilan proses siswa pada materi alat-alat optik di kelas X semester genap SMA Negeri 5 Binjai T.P 2014/2015.

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembaran Pengesahan i

Daftar Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 5

1.3 Batasan Masalah 5

1.4 Rumusan Masalah 5

1.5 Tujuan Penelitian 6

1.6 Manfaat Penelitian 6

1.7 Definisi Operasional 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8

2.1 Kerangka Teoretis 8

2.1.1 Model Pembelajaran 8

2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran 8

2.1.1.2 Ciri-ciri Model Pembelajaran 8

2.1.2 Model Pembelajaran Inquiry Training 9

2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Inquiry Training 9 2.1.2.2 Sintaks Model Pembelajaran Inquiry Training 10 2.1.2.3 Sistem Sosial dan Sistem Pendukung Model Pembelajaran

Inquiry Training 11

2.1.2.4 Dampak-dampak Instruksional dan Pengiring Model

Pembelajaran Inquiry Training 11

2.1.3 Model Konvensional 13

2.1.4 Media Animasi 13

2.1.5 Keterampilan Proses 15

2.1.6 Materi Pembelajaran 16

2.1.6.1 Mata 17

(7)

vii

2.1.6.2 Lup 20

2.1.6.3 Mikroskop 21

2.1.6.4 Teropong 23

2.1.6.5 Kamera 28

2.2 Penelitian Terdahulu 29

2.3 Kerangka Konseptual 30

2.4 Hipotesis Penelitian 31

BAB III METODE PENELITIAN 32

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 32

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 32

3.3 Variabel Penelitian 32

3.4 Jenis dan Desain Penelitian 32

3.4.1 Jenis Penelitian 32

3.4.2 Desain Penelitian 33

3.5 Prosedur Penelitian 33

3.6 Teknik Pengumpulan Data 34

3.6.1 Pretes 34

3.6.2 Postes 35

3.7 Instrumen Penelitian 35

3.7.1 Validitas Tes 35

3.8 Teknik Analisis Data 36

3.8.1 Mean dan Standar Deviasi 36

3.8.2 Uji Normalitas 36

3.8.3 Uji Homogenitas 37

3.8.4 Uji Hipotesis 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 40

4.1 Hasil Penelitian 40

4.1.1 Deskripsi Penelitian 40

4.1.2 Hasil Data Penelitian 40

4.1.2.1 Data Pretes 40

4.1.2.1.1 Uji Normalitas Data Pretes 42

4.1.2.1.2 Uji Homogenitas Data Pretes 42

4.1.2.1.3 Uji Kemampuan Pretes 42

4.1.2.2 Perlakuan 43

4.1.2.2.1 Penilaian Sikap 43

4.1.2.2.2 Penilaian Keterampilan 45

4.1.2.4 Data Postes 46

(8)

viii

4.1.2.4.2 Uji Homogenitas Data Postes 48

4.1.2.4.3 Uji Kemampuan Postes 49

4.2 Pembahasan 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 53

5.1 Kesimpulan 53

5.2 Saran 53

DAFTAR PUSTAKA 54

(9)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Inquiry Training 10

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu 29

Tabel 3.1 Two Group Pretest-Posttest Design 33

Tabel 3.2 Tabel Spesifikasi Tes Keterampilan Proses 35 Tabel 4.1 Data Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 40

Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol 42

Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Pretes 42 Tabel 4.4 Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Pretes Siswa 43 Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Penilaian Sikap Siswa 43 Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Penilaian Keterampilan 45 Tabel 4.7 Data Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 47 Tabel 4.8 Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol 48

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Dampak dalam model inquiry training 12

Gambar 2.2 Bagian-bagian mata 18

Gambar 2.3 Mata rabun jauh dan koreksinya 19

Gambar 2.4 Mata rabun dekat dan koreksinya 20

Gambar 2.5 Astigmatisma dan koreksinya 20

Gambar 2.6 Pembentukan bayangan menggunakan lup dan tanpa lup 21

Gambar 2.7 Bagian Mikroskop 21

Gambar 2.8 Pembentukan bayangan pada mikroskop untuk mata

berakomodasi maksimum 22

Gambar 2.9 Pembentukan bayangan pada mikroskop untuk mata

tak berakomodasi 23

Gambar 2.10 Pembentukan bayangan pada teropong bintang 24 Gambar 2.11 Pembentukan bayangan pada teropong bumi dengan mata

berakomodasi maksimum 25

Gambar 2.12 Pembentukan bayangan pada teropong bumi dengan mata

tak berakomodasi 26

Gambar 2.13 Teropong prisma 26

Gambar 2.14 Periskop pada kapal selam 27

Gambar 2.15 Pembentukan bayangan pada periskop 28

Gambar 2.16 Pembentukan bayangan pada kamera 28

Gambar 2.17 Persamaan pembentukan bayangan pada kamera dan mata 29

Gambar 4.1 Diagram batang data pretes kelas eksperimen dan kelas

kontrol 41

Gambar 4.2 Diagram batang penilaian sikap kelas eksperimen 44 Gambar 4.3 Diagram batang penilaian sikap kelas kontrol 44 Gambar 4.4 Diagram batang penilaian keterampilan siswa 46 Gambar 4.5 Diagram batang data postes kelas eksperimen dan kelas

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran 56

Lampiran 2 Lembar Kegiatan Siswa 80

Lampiran 3 Instrumen Penilaian 93

Lampiran 4 Soal 105

Lampiran 5 Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen 108

Lampiran 6 Data Pretes dan Postes Kelas Kontrol 109 Lampiran 7 Rekapitulasi Nilai Pretes Kelas Eksperimen 110 Lampiran 8 Rekapitulasi Nilai Postes Kelas Eksperimen 111 Lampiran 9 Rekapitulasi Nilai Pretes Kelas Kontrol 112 Lampiran 10 Rekapitulasi Nilai Postes Kelas Kontrol 113 Lampiran 11 Perhitungan Mean, Standar Deviasi, dan Varians 114

Lampiran 12 Uji Normalitas 117

Lampiran 13 Uji Homogenitas 122

Lampiran 14 Uji Hipotesis 125

Lampiran 15 Rekapitulasi Penilaian Sikap Siswa Kelas Eksperimen 129 Lampiran 16 Rekapitulasi Penilaian Sikap Siswa Kelas Kontrol 132 Lampiran 17 Rekapitulasi Penilaian Keterampilan 135

Lampiran 18 Dokumentasi Penelitian 138

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Namun, pendidikan yang berjalan di lapangan belum berfungsi dengan baik sehingga tujuan pendidikan nasional tersebut belum tercapai.

Fisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang semua peristiwa dan gejala fisis yang terjadi di alam. Pengetahuan fisika diperoleh dan dikembangkan dengan berlandaskan pada serangkaian penelitian yang dilakukan fisikawan dalam mencari jawaban pertanyaan apa, mengapa, bagaimana dari gejala-gejala alam serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Fisika sebagai mata pelajaran menuntut siswa untuk lebih memahami konsep fisika dan mampu mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Namun fakta yang ada bahwa fisika merupakan mata pelajaran yang memiliki hasil terendah diantara mata pelajaran eksakta lainnya.

Faktor yang menyebabkan rendahnya hasil fisika antara lain; kualitas guru, minat belajar siswa, sarana pembelajaran atau media pembelajaran, status sosial, dan lingkungan. Dari sisi guru misalnya, guru biasanya hanya menggunakan model konvensional tanpa media pembelajaran, sehingga siswa bosan, dan mereka tidak terlalu memahami konsep fisika. Sehingga mereka hanya terfokus pada rumus-rumus yang ditulis di papan dan tidak mampu

(13)

2

Sesuai dengan pengalaman peneliti saat melakukan Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT), banyak siswa yang menyatakan bahwa pelajaran fisika itu merupakan pelajaran yang kurang menarik. Mereka juga cenderung menganggap pelajaran fisika salah satu pelajaran yang membosankan, karena selalu identik dengan rumus yang banyak dan susah untuk diingat. Guru lebih sering menggunakan pola mengajar dengan menyajikan materi dan penyelesaian soal-soal dengan rumus. Siswa hanya dapat menghitung tetapi tidak dapat mengerti konsep fisika sebenarnya.

Dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran fisika guru merupakan figur yang harus pandai memilih metode, media maupun model pembelajaran yang akan digunakan untuk menjelaskan materi pelajaran agar tercapai sesuai dengan tujuan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru fisika di SMA Negeri 5 Binjai, Ibu Yusni Darmawati Lubis menyatakan bahwa hanya 50% dari 35 orang siswa yang mampu mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal atau KKM, yaitu 70. Model pembelajaran yang digunakan adalah model konvensional yaitu pola mengajar yang cenderung menggunakan metode ceramah dan penugasan. Selain itu, guru belum pernah menggunakan model inquiry training menggunakan media animasi dalam pembelajarannya di

kelas karena hampir tidak pernah menggunakan media pembelajaran sedangkan sarana media pembelajaran tersedia cukup baik di sekolah tersebut, seperti adanya proyektor dan laboratorium fisika. Hal ini mengakibatkan kemampuan siswa seperti melakukan pengamatan, merumuskan hipotesis, menggunakan alat, mengumpulkan data, mengidentifikasi variabel, membuat kesimpulan dan kegiatan yang lain dapat mengembangkan keterampilan proses ilmiah yang ada pada diri siswa tidak tampak.

Permasalahan di atas sebenarnya dapat diatasi jika guru dapat melihat

(14)

3

menerima pelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan proses siswa adalah model pembelajaran inquiry training.

Model pembelajaran inquiry training ini diarahkan untuk mengajarkan siswa dalam proses mengkaji dan menjelaskan suatu fenomena khusus. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya.

Melalui model pembelajaran inquiry training ini siswa diharapkan aktif mengajukan pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari dan mengumpulkan serta memproses data secara logis untuk selanjutnya mengembangkan strategi intelektual yang dapat digunakan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan mengapa sesuatu terjadi. Inquiry training dimulai dengan menyajikan peristiwa yang mengandung teka-teki atau pengetahuan bersifat tentative (tidak pasti) kepada siswa.

Siswa yang menghadapi situasi tersebut akan termotivasi menemukan jawaban masalah-masalah yang masih menjadi teka-teki. Hal ini sesuai dengan teori Suchman dalam Joyce dkk yang menerapkan model pembelajaran dari fakta menuju teori atau from facts to teories. Selain itu, guru juga dapat menggunakan kesempatan ini untuk mengajarkan prosedur pengkajian sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran inquiry training.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Damanik dan Bukit (2013) pada jurnal, diperoleh hasil kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran Inquiry Training (IT) lebih baik dibandingkan dengan Direct Instruction (DI). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Pandey dkk (2011) pada jurnal, diperoleh bahwa berdasarkan tes prestasi ilmu fisika atau Achievement Test in Physical Science (ATPS), penggunaan model pembelajaran inquiry training lebih efektif dibandingkan

(15)

4

Training Model dan setelah dilaksanakan pembelajaran Inquiry Training

Model mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Penelitian yang sama dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training dilakukan oleh Setiawan (2014) dan Hasibuan (2014). Dari

hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawan di kelas VII Semester ganjil SMP Daya Cipta Medan, diperoleh hasil belajar IPA siswa yang dilihat dari hasil postes siswa di kelas eksperimen 73,4, sedangkan pada kelas kontrol nilai postes 59,2. Hasibuan (2014) melakukan penelitian di kelas X Semester

genap SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan nilai rata-rata pretes 38,86 dan setelah diberi perlakuan yaitu dengan model pembelajaran inqury training diperoleh nilai rata-rata postes 76,29. Dari hasil kedua penelitian tersebut terdapat peningkatan terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan diteliti adalah peneliti menggunakan menambahkan media yaitu media animasi. Peneliti bermaksud untuk melihat apakah penggunaan animasi dengan model inquiry training dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan keterampilan

proses siswa.

Media animasi adalah salah satu media pembelajaran nonfisik menggunakan perangkat lunak komputer. Perangkat lunak yang digunakan dalam pembuatan animasi ini adalah macromedia flash yang diproduksi oleh Adobe Flash. Adobe Flash digunakan untuk membuat gambar vektor maupun animasi gambar. Pembelajaran yang menggunakan media animasi efektif membantu siswa untuk berfikir mengenai konsep-konsep fisika yang bersifat abstrak dan dapat meminimalisir kesalahpahaman yang mungkin terjadi.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training

(16)

5

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Model yang digunakan masih konvensional dengan metode yang cenderung kepada metode ceramah dan penugasan.

2. Guru belum pernah menggunakan model Inquiry Training menggunakan media animasi dalam pembelajaran.

3. Siswa masih pasif dalam merespon pembelajaran.

4. Siswa menganggap bahwa fisika merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan.

5. Siswa hanya 50% dari 35 siswa yang mencapai nilai KKM yaitu 70.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 5 Binjai, dan objek yang diteliti adalah siswa kelas X MIA semester genap T.P 2014/2015.

2. Pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran inquiry training dengan menggunakan media animasi.

3. Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat optik.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana keterampilan proses siswa pada materi alat-alat optik dengan model pembelajaran inquiry training dengan menggunakan media animasi di kelas X semester genap di SMA Negeri 5 Binjai T.P 2014/2015?

2. Bagaimana keterampilan proses siswa pada materi alat-alat optik dengan

(17)

6

3. Bagaimana pengaruh model pembelajaran inquiry training menggunakan media animasi terhadap keterampilan proses siswa pada materi alat-alat optik di kelas X semester genap di SMA Negeri 5 Binjai T.P 2014/2015?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui keterampilan proses siswa setelah menggunakan

model pembelajaran inquiry training dengan menggunakan media

animasi pada materi alat-alat optik di kelas X semester genap di SMA Negeri 5 Binjai T.P 2014/2015.

2. Untuk mengetahui keterampilan proses siswa setelah menggunakan model konvensional pada materi alat-alat optik di kelas X semester genap di SMA Negeri 5 Binjai T.P 2014/2015.

3. Untuk mengetahui pengaruh model inquiry training menggunakan media animasi terhadap keterampilan proses siswa pada materi alat-alat optik di kelas X semester genap di SMA Negeri 5 Binjai T.P 2014/2015.

1.6 Manfaat Penelitian

Secara garis besar hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi keterampilan proses siswa yang dipengaruhi oleh model pembelajaran inquiry training dengan menggunakan media animasi.

2. Sebagai bahan informasi alternatif model pembelajaran inquiry training dengan menggunakan media animasi bagi pembaca ataupun peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik yang sama.

1.7 Definisi Operasional

1. Model Pembelajaran Inquiry Training

(18)

7

siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

2. Media Animasi

Media animasi merupakan media pembelajaran nonfisik menggunakan perangkat lunak komputer. Media animasi yang digunakan adalah program aplikasi macromedia flash. Macromedia flash adalah suatu karya yang memiliki banyak elemen antara lain teks, gambar,

suara, dan gerak sehingga dapat membuat gambar vektor dan animasi. 3. Keterampilan Proses

(19)

54

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, A. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Damanik, D.P., & Bukit, N. (2013). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah pada Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Inquiry Training (IT) dan Direct Instrucsion (DI), Jurnal Online Pendidikan Fisika, 2(1), 24.

Dimyati dan Mujiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, S.B., & Zein, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Giancoli, D.C. (2001). Fisika (Edisi Lima) (Y. Hanum dan I. Arifin, alih bahasa). Jakarta: Erlangga.

Hasibuan, T.B. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Materi Suhu dan Kalor di Kelas X Semester II SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan T.P. 2013/2014. Skripsi, Universitas Negeri Medan, Medan.

Hayati & Suyanti, R.D. (2013). Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Multimedia dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa, Jurnal Online Pendidikan Fisika, 2(1), 24-32.

Indahwati,T.S., Sunarno, dan W., Sajidan. (2012). Penerapan Model Inquiry Training Melalui Teknik Peta Konsep dan Teknik Puzzle Ditinjau dari Tingkat Keberagaman Aktivitas Belajar dan Kemampuan Memori. Jurnal Inkuiri, 1(3), 258-265.

Joyce, Bruce., dkk. (2011). Models of Teaching Model-Model Pengajaran (Edisi Delapan) (A. Fawaid dan A.Mirza, alih bahasa). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maizora, S. (2011). Pembuatan Media Pembelajaran dengan Macromedia Flash 8. Diakses pada tanggal 10 Februari 2015 dari https://syafdiichiemaizora.files.wordpress.com/2011/01/pengenalan-flash.pdf

(20)

55

Rasyidin, Al, & Nasution, W.N. (2011). Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan: Perdana.

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standard Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sari, Retno Putri. (2014). Penerapan Inquiry Training Model untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas VIII F SMPN 1 Karangploso, Jurnal Online Universitas Negeri Malang.

Setiawan, R. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Latihan Inkuiri (Inquiry Training Model) Berbasis Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Zat dan Wujudnya di Kelas VII Semester I Yayasan Taman Pendidikan SMP Daya Cipta Medan T.P. 2013/2014. Skripsi, Universitas Negeri Medan, Medan.

Setiawan, W. (2008). Animasi dan Multimedia. Diakses pada tanggal 25 Februari 2015 dari https://febri15.files.wordpress.com/2013/03/animasidanmultime dia.pdf

Sudijono, A. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Referensi

Dokumen terkait

4 saya akan berusaha untuk melakukan yang lebih baik dibandingkan dengan teman saya... NORMA

Langkah-langkah pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika peserta

diangkat sebagai kepala sekolah adalah guru yang telah mempunyai sertifikasi. dan pengalaman kerja

 Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan

Salep basis lanolin memiliki sifat emolien (pelunak kulit) dan menyimpan lapisan berminyak pada kulit (Lachman et al., 1994). Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas

[r]

menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Core Self-Evaluation pada Work Engagement dengan Iklim Psikologis sebagai Variabel Moderasi (Studi pada Karyawan

lembaga keuangan mikro, yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah. dalam hal ini harus menyiapkan dirinya agar mampu