• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPUASAN KLIEN TERHADAP PELAYANAN INFORMASI OBAT SECARA SWAMEDIKASI (Studi pada APOTEK X di Wilayah Kec. Singosari Kab. Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEPUASAN KLIEN TERHADAP PELAYANAN INFORMASI OBAT SECARA SWAMEDIKASI (Studi pada APOTEK X di Wilayah Kec. Singosari Kab. Malang)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

NINING SWATININGSIH

KEPUASAN KLIEN TERHADAP PELAYANAN

INFORMASI OBAT SECARA SWAMEDIKASI

(Studi pada APOTEK X di Wilayah Kec. Singosari Kab. Malang)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia atas seluruh hambanya. Akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW, kesejahteraan semoga terlimpah kepada keluarga, sahabat serta orang-orang beriman.

Dengan terselesainya skripsi yang berjudul KEPUASAN KLIEN TERHADAP PELAYANAN INFORMASI OBAT SECARA SWAMEDIKASI (Studi pada APOTEK X di Wilayah Kecamatan Singosari Kabupaten Malang) ini, dengan penuh rasa hormat perkenankanlah penyusun mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada :

1. Tri lestari H., M.Kep., Sp.Mat selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan 2. Drs. H. Achmad Inoni, Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi

Universitas Muhammadiyah

3. Hidajah Rachmawati, S.Si.Apt,Sp.FRS dan Dra.Liza Pristianty, M.Si., Apt selaku pembimbing skripsi yang selalu memberikan arahan-arahan terbaik untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Dra. Lilik Yusetyani., Apt., Sp.FRS dan Siti Rofida, S.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Dra. Lilik Yusetyani., Apt., Sp.FRS selaku Dosen dan sekaligus Apoteker Pengelola Apotek dan Pemilik Sarana Apotek atas ijin dan bantuannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

6. Ika H. S.Farm., Apt sebagai dosen yang membantu membimbing skripsi ini yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Para Dosen Program Studi Farmasi yang telah mengajarkan pengetahuan yang berguna

(3)

9. Ayahanda H. Idris Hasyim, S.E beserta Ibunda Hj. Siti Raodah tercinta dan adik tersayang Muhamad Sayyid Anshari. Terima kasih untuk semua hal teridah selama ini.

10.Yang terkasih H. Ibrahim beserta Ina Sabiah, orangtua angkat terbaik yang telah mengasuh dan merawat sedari kecil. Terima kasih untuk segalanya. 11.Pak Lukman, Mbak Susi, Mbak Sri dan Mbak Nila, para staf Program

Studi Farmasi yang tidak pernah bosan memberikan bantuan selama ini. 12.Teman-teman seperjuangan team skripsi ”Client Satisfaction” Heru,

Abang, Acy dan Suhud, teringat ketika kita selalu pergi bimbingan ke Surabaya bersama-sama pakai sepeda motor, pengalaman yang tak terlupakan dan makasih atas kerjasamanya. Tetap semangat Guyz...!

13.Sahabat-sahabat Angkatan 2006 Farmasi UMM yang selalu memberikan dukungan kepada saya dan khusus ”TRIBIM” trimakasih telah menjadi sahabat sekaligus saudara terbaik dalam perjalanan hidup ini.

14.Bpk. Muhamad Aqib, Mbak Rahma, dan seluruh karyawan Apotek Singosari yang telah membantu menyelesaikan penelitian ini.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat Nya atas segala budi baik yang telah diberikan. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kefarmasian.

Malang, Juli 2010

(4)

RINGKASAN

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari drug

oriented menjadi pasien oriented yang mengacu kepada asuhan kefarmasian

(pharmaceutical care) (ISFI, 2004). Menurut World Health Organization (WHO) swamedikasi merupakan pemilihan dan penggunaan obat, baik obat modern maupun obat tradisional oleh seseorang untuk mengobati penyakit atau gejalanya yang dapat dikenali sendiri. Salah satu peran seorang farmasis dalam swamedikasi yaitu sebagai komunikator. (WHO, 1998).

Untuk dapat menilai/mengukur pelayanan di apotek, maka tolok ukur yang di gunakan adalah kepuasan klien, yang merupakan perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk atau jasa dan harapan–harapannya, dimana kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau kesan atas kinerja dan harapan (Kotler, 2004). Untuk mengetahui kepuasan konsumen dilakukan dengan metode survei berupa angket atau wawancara langsung terhadap klien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kepuasan klien yang melakukan swamedikasi dengan menggunakan metode analisa kesesuaian antara tingkat kepentingan unsur-unsur pelayanan informasi obat terhadap kinerja yang telah dilakukan pada apotek ”X” di wilayah Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.

Penelitian ini dilakukan dengan survey cross sectional dengan menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian dan metode wawancara untuk menjelaskan tentang soal yang tertera pada kuisioner. Penelitian ini menggunakan apotek X karena sesuai dengan kriteria inklusi dari sampel penelitian untuk apotek dan menggunakan 100 responden sebagai sampel penelitian untuk jumlah klien. Analisa data menggunakan analisa importance

performance matriks dengan membandingkan persepsi pasien terhadap tingkat

kinerja dan tingkat kepentingan.

(5)

Kinerja (NIK) dengan Nilai Indeks Kepentingan (NIP). Apabila NIK lebih tinggi dari pada NIP ( ≥ 0) maka dianggap puas. Sedangkan jika NIK lebih rendah dari pada NIP ( ≤ 0) maka dianggap tidak puas.

Hasil penelitian ini terbagi menjadi empat kuadran. Kuadran pertama kepentingan tinggi tetapi kinerja dari apotek masih rendah, meliputi pemberian informasi tentang efek samping akibat penggunaan obat dan tersedianya tempat konsultasi bagi klien.

Kuadran kedua, kepentingan dan kinerja mempunyai nilai yang sama tinggi, meliputi pemberian informasi tentang nama,kegunaan dan aturan pakai obat; petugas apotek menanggapi/menjawab pertanyaan klien dengan baik, memberikan kesempatan bertanya apabila ada hal yang kurang dipahami oleh klien, melayani klien dengan sopan dan ramah, memberi informasi yang dapat dipercaya dan dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Kuadran ketiga, kepentingan dan kinerja sama-sama mempunyai nilai yang rendah, meliputi informasi tentang kekuatan, cara kerja dan cara penyimpanan obat, life style ataupun aktivitas yang harus dikurangi selama minum obat, obat lain dan yang harus dihindari selama minum obat, kapan obat harus segera dibuang dan adanya saran dari petugas apotek untuk berkonsultasi ke dokter.

Kuadran keempat, tingkat kinerja tinggi tetapi tingkat kepentingan rendah, meliputi petugas apotek memberikan informasi sebelum klien bertanya, mengkonfirmasi kembali tentang kejelasan informasi yang diberikan dan petugas apotek berpenampilan rapi.

(6)

ABSTRAK

KEPUASAN KLIEN TERHADAP PELAYANAN INFORMASI OBAT SECARA SWAMEDIKASI

(Studi Pada Apotek X Wilayah Kecaman Singosari Kabupaten Malang) Untuk dapat menilai pelayanan di apotek, maka tolok ukur yang di gunakan adalah kepuasan klien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kepuasan klien yang melakukan swamedikasi pada apotek ”X” di wilayah Kecamatan Singosari Kabupaten Malang dengan menggunakan lima variabel kepuasan. Variabel tersebut yaitu reliability, responsiveness, assurance, empathy and tangible.

Penelitian ini dilakukan dengan survey cross sectional dengan menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian dan metode wawancara untuk menjelaskan tentang soal yang tertera pada kuisioner. Penelitian ini menggunakan apotek X karena sesuai dengan kriteria inklusi dari sampel penelitian apotek dan menggunakan 100 responden sebagai sampel penelitian klien. Analisa data menggunakan analisa importance performance matriks dengan membandingkan persepsi klien terhadap tingkat kinerja dan tingkat kepentingan.

Hasil penelitian ini terbagi menjadi empat kuadran. Kuadran pertama kepentingan tinggi tetapi kinerja dari apotek masih rendah, meliputi pemberian informasi tentang efek samping akibat penggunaan obat dan tersedianya tempat konsultasi bagi klien. Kuadran kedua, kepentingan dan kinerja mempunyai nilai yang sama tinggi, meliputi pemberian informasi tentang nama,kegunaan dan aturan pakai obat; petugas apotek menanggapi/menjawab pertanyaan klien dengan baik, memberikan kesempatan bertanya apabila ada hal yang kurang dipahami oleh klien, melayani klien dengan sopan dan ramah, memberi informasi yang dapat dipercaya dan dengan bahasa yang mudah dimengerti. Kuadran ketiga, kepentingan dan kinerja sama-sama mempunyai nilai yang rendah, meliputi informasi tentang kekuatan, cara kerja dan cara penyimpanan obat, life style

ataupun aktivitas yang harus dikurangi selama minum obat, obat lain dan yang harus dihindari selama minum obat, kapan obat harus segera dibuang dan adanya saran dari petugas apotek untuk berkonsultasi ke dokter. Kuadran keempat, tingkat kinerja tinggi tetapi tingkat kepentingan rendah, meliputi petugas apotek memberikan informasi sebelum klien bertanya, mengkonfirmasi kembali tentang kejelasan informasi yang diberikan dan petugas apotek berpenampilan rapi.

Kesimpulan dari hasil perhitungan NIK dan NIP, variabel-variabel kehandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan (assurance), empati (empathy), dan bukti fisik (tangible) seluruhnya tidak puas.

Kata kunci : swamedikasi, pharmaceutical care, kepuasan klien, analisa

(7)

ABSTRACT

CLIENT’S SATISFACTION TOWORD DRUG INFORMATION SERVICES GIVEN IN SELF MEDICATION

(Study In Pharmacies X In District Of Singosari Malang)

Client’s satisfaction is one of the indicator to evaluate services. The objective of this study was to know the client’s satisfaction toward drug information in self medication in pharmacies ‘X’ in District of Singosari Malang using five variable of service quality. These variable were reliability, responsiveness, assurance, empathy and tangible.

Cross sectional study was conducted by collecting data from 100 client’s who did self medication in pharmacies ’X’ using questionnaire and make interview method. Pharmacies were selected to match in criteria inclusion of sample pharmacies. Data were analyzed by Importance Performance Matrix analysis. Client’s satisfaction measured differences performance indexes value with importance indexes value.

The result of this study were : firstly, important with a low level of performance, to include information on side effect and consultation area. secondly, importance with a high level of performance, to include to information on name, use and schedule drug; answer patient questions; opportunity to ask; politeness and confidential service; give trust information; and give information with simple language. Thirdly, unimportant with a low level of performance, include information on strength of drug; mechanism of action; storage; decrease of activity; drug interaction; potential dietary interaction; expiration date; and consultation with doctor. Fourthly, unimportant with a high level of performance, include give information before client ask; confirmation of information and neatness.

In conclusion, client’s were not satisfied with pharmacies ‘X’ performance toward variable of reliability, responsiveness, assurance, empathy and tangible.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RINGKASAN ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Tinjauan tentang Swamedikasi (self- medication) ... 6

2.1.1 Definisi Swamedikasi ... 6

2.1.2 Penggunaan Obat yang Rasional dalam Swamedikasi ... 6

2.2 Tinjauan tentang Peran Farmasis dalam Swamedikasi ... 7

2.3 Tinjauan tentang Informasi Obat ... 11

2.3.1 Informasi Obat dalam Swamedikasi ... 11

2.3.2 Masalah yang Berhubungan dengan Obat ... 13

2.4 Tinjauan tentang Kepuasan ... 15

2.4.1 Definisi Kepuasan ... 15

2.4.2 Konsep Pengukuran Kepuasan ... 15

2.4.3 Tolak Ukur Kualitas Jasa ... 17

2.5 Tinjauan Tentang Obat ... 18

(9)

2.5.2 Penggolongan Obat ... 18

2.5.3 Obat-obat Yang Diijinkan Untuk Swamedikasi ... 20

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 22

BAB 1V METODE PENELITIAN ... 23

4.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 23

4.1.1 Jenis Penelitian ... 23

4.1.2 Penelitian Survei ... 23

4.1.3 Metode Wawancara ... 23

4.2 Variabel Penelitian ... 24

4.3 Definisi Operasional ... 27

4.4 Teknik Sampling ... 27

4.4.1. Populasi Penelitian ... 27

4.4.2 Sampel Penelitian ... 27

4.4.3 Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ... 28

4.4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 29

4.5. Lokasi dan Pelaksanaan Penelitian ... 29

4.6. Instrumen Penelitian ... 29

4.7 Metode Pengumpulan Data ... 29

4.7.1 Kuisioner ... 29

4.8. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 32

4.8.1 Uji Validitas ... 32

4.8.2 Uji Reliabilitas ... 33

4.9 Teknik Analisa Data ... 33

4.9.1 Analisa Deskriptif ... 33

4.9.2 Analisa Importance dan Performance Matriks ... 34

BAB V HASIL PENELITIAN... 37

5.1 Gambaran Umum Penelitian ... 37

5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 37

5.3 Demografi Klien ... 40

5.3.1 Usia ... 40

5.3.2 Tingkat Pendidikan ... 41

(10)

5.3.4 Pekerjaan ... 42

5.4 Analisa Deskriptif ... 43

5.4.1 Dimensi Kehandalan (Reliability) ... 43

5.4.2 Dimensi Ketanggapan (Responsiveness) ... 54

5.4.3 Dimensi Jaminan (Assurance) ... 56

5.4.4 Dimensi Empati (Emphati) ... 58

5.4.5 Dimensi Bukti Fisik (Tangible) ... 62

5.5 Analisa Importance dan Performance Matriks ... 64

BAB VI PEMBAHASAN ... 71

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

7.1 Kesimpulan ... 82

7.2 Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II.1 Penyebab Drug related problem ... 13

II.2 Penyebab Masalah Terapi Obat (drug Therapy Problem) ... 13

IV.1 Variabel Penelitian dan Indikator-Indikatornya ... 25

V.1 Tabulasi tingkat kinerja karyawan apotek pada uji reliabilitas ... 38

V.2 Tabulasi tingkat kepentingan karyawan apotek pada uji reliabilitas ... 39

V.3 Distribusi frekuensi usia sampel klien ... 40

V.4 Distribusi frekuensi tingkat pendidikan sampel klien ... 41

V.5 Distribusi frekuensi jenis kelamin sampel klien ... 41

V.6 Distribusi frekuensi pekerjaan sampel klien ... 42

V.7 Disribusi frekuensi pelayanan dan kinerja atas indikator nama obat ... 43

V.8 Distribusi frekuensi pelayanan dan kinerja atas indikator kekuatan obat ... 44

V.9 Distribusi frekuensi pelayanan dan kinerja atas Indikator kegunaan obat ... 45

V.10 Distribusi frekuensi pelayanan dan kinerja atas Indikator efek samping akibat penggunaan obat ... 46

V.11 Distribusi frekuensi pelayanan dan kinerja atas indikator aturan pakai obat ... 46

V.12 Disribusi frekuensi pelayanan dan kinerja atas indikator cara kerja obat ... 47

V.13 Distribusi frekuensi pelayanan dan kinerja atas indikator cara penyimpanan obat ... 48

V.14 Distribusi frekuensi pelayanan dan kinerja atas indikator life stile yang harus dirubah selama minum obat ... 49

V.15 Distribusi frekuensi pelayanan dan kinerja atas indikator obat lain yang harus dihindari selama minum obat ... 50

(12)

harus dibuang/tidak boleh digunakan lagi ... 52 V.18 Distribusi frekuensi pelayanan dan kinerja atas indikator petugas

apotek menyarankan kapan harus ke dokter ... 53 V.19 Distribusi frekuensi pelayanan dan kinerja atas indikator petugas

apotek menanggapi/menjawab pertanyaan dengan baik... 54 V.20 Distribusi frekuensi pelayanan dan kinerja atas indikator petugas

apotek member informasi sebelum klien bertanya ... 55 V.21 Distribusi frekuensi pelayanan dan kinerja atas indikator petugas

apotek mengkonfirmasi kembali tentang kejelasan informasi yang

diberikan ... 56 V.22 Disribusi frekuensi pelayanan dan kinerja atas indikator petugas

apotek memberikan kesempatan bertanya apabila ada ha-hal yang

kurang dimengerti ... 57 V.23 Distribusi frekuensi pelayanan dan kinerja atas indikator petugas

apotek melayani dengan sopan ... 58 V.24 Distribusi frekuensi pelayanan dan kinerja atas indikator petugas

apotek melayani dengan ramah ... 59 V.25 Distribusi frekuensi pelayanan dan kinerja atas indikator petugas

apotek memberikan informasi yang dapat dipercaya ... 60 V.26 Distribusi frekuensi pelayanan dan kinerja atas indikator petugas

apotek memberikan informasi dengan bahasa yang mudah dimengerti . 61 V.27 Disribusi frekuensi pelayanan dan kinerja atas indikator tersedia

tempat konsultasi yang cukup pribadi untuk memberikan informasi

obat ... 62 V.28 Distribusi frekuensi pelayanan dan kinerja atas indikator petugas

apotek melayani dengan berpenampilan rapi ... 63 V.29 Perhitungan nilai indeks kepentingan pelayanan informasi obat pada

swamedikasi pada Apotek X di wilayah Kecamatan Singosari

Kabupaten Malang ... 65 V.30 Perhitungan nilai indeks kinerja pelayanan informasi obat pada

swamedikasi pada Apotek X di wilayah Kecamatan Singosari

(13)

V.31 Nilai Indeks Tingkat Kepentingan (Importance) dan Tingkat Kinerja (Performance) pada Pelayanan Informasi Obat secara Swamedikasi pada Apotek X di wilayah Kecamatan Singosari Kabupaten Malang .... 67 V.32 Perbedaan Nilai Indeks Kepentingan dan Kinerja pada Pelayanan

Informasi Obat secara Swamedikasi pada Apotek X di wilayah

Kecamatan Singosari Kabupaten Malang ... 70

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Kerangka Konseptual ... 22

4.1 Diagram Importance dan Performance Matriks ... 35

5.1 Disribusi frekuensi usia sampel klien ... 40

5.2 Disribusi frekuensi tingkat pendidikan sampel klien ... 41

5.3 Disribusi frekuensi jenis kelamin sampel klien ... 42

5.4 Disribusi frekuensi pekerjaan sampel klien ... 42

5.5 Penilaian klien yang melakukan swamedikasi terhadap tingkat kepentingan dan tingkat kinerja pada pelayanan informasi obat mengenai nama obat ... 43

5.6 Penilaian klien yang melakukan swamedikasi terhadap tingkat Kepentingan dan tingkat kinerja pada pelayanan informasi obat mengenai kekuatanobat ... 44

5.7 Penilaian klien yang melakukan swamedikasi terhadap tingkat kepentingan dan tingkat kinerja pada pelayanan informasi obat mengenai kegunaan obat ... 45

5.8 Penilaian klien yang melakukan swamedikasi terhadap tingkat kepentingan dan tingkat kinerja pada pelayanan informasi obat mengenai efek samping obat ... 46

5.9 Penilaian klien yang melakukan swamedikasi terhadap tingkat kepentingan dan tingkat kinerja pada pelayanan informasi obat mengenai aturan pakai Obat ... 47

5.10 Penilaian klien yang melakukan swamedikasi terhadap tingkat kepentingan dan tingkat kinerja pada pelayanan informasi obat mengenai cara kerja Obat ... 48

(15)

5.12 Penilaian klien yang melakukan swamedikasi terhadap tingkat kepentingan dan tingkat kinerja pada pelayanan informasi obat

mengenai life style yang harus dirubah selama minum obat ... 50 5.13 Penilaian klien yang melakukan swamedikasi terhadap tingkat

kepentingan dan tingkat kinerja pada pelayanan informasi obat

mengenai obat lain yang harus dihindari selama minum obat ... 51 5.14 Penilaian klien yang melakukan swamedikasi terhadap tingkat

kepentingan dan tingkat kinerja pada pelayanan informasi obat

mengenai makanan yang harus dihindari selama minum obat ... 52 5.15 Penilaian klien yang melakukan swamedikasi terhadap tingkat

kepentingan dan tingkat kinerja pada pelayanan informasi obat

mengenai kapan obat harus dibuang/tidak boleh digunakan lagi ... 53 5.16 Penilaian klien yang melakukan swamedikasi terhadap tingkat

kepentingan dan tingkat kinerja pada pelayanan informasi obat

mengenai petugas menyarankan kapan harus ke dokter ... 54 5.17 Penilaian klien yang melakukan swamedikasi terhadap tingkat

kepentingan dan tingkat kinerja pada pelayanan informasi obat mengenai petugas apotek menanggapi/menjawab pertanyaan dengan

baik ... 55 5.18 Penilaian klien yang melakukan swamedikasi terhadap tingkat

kepentingan dan tingkat kinerja pada pelayanan informasi obat mengenai petugas apotek memberikan informasi sebelum klien

bertanya ... 56 5.19 Penilaian klien yang melakukan swamedikasi terhadap tingkat

kepentingan dan tingkat kinerja pada pelayanan informasi obat mengenai petugas apotek mengkonfirmasi kembali tentang kejelasan informasi yang diberikan ... 57 5.20 Penilaian klien yang melakukan swamedikasi terhadap tingkat

(16)

5.21 Penilaian klien yang melakukan swamedikasi terhadap tingkat kepentingan dan tingkat kinerja pada pelayanan informasi obat

mengenai petugas apotek melayani dengan sopan ... 59 5.22 Penilaian klien yang melakukan swamedikasi terhadap tingkat

kepentingan dan tingkat kinerja pada pelayanan informasi obat

mengenai petugas apotek melayani dengan ramah ... 60 5.23 Penilaian klien yang melakukan swamedikasi terhadap tingkat

kepentingan dan tingkat kinerja pada pelayanan informasi obat mengenai petugas apotek memberikan informasi yang dapat

dipercaya ... 61 5.24 Penilaian klien yang melakukan swamedikasi terhadap tingkat

kepentingan dan tingkat kinerja pada pelayanan informasi obat mengenai petugas apotek memberikan informasi dengan bahasa

yang mudah dimengerti ... 62 5.25 Penilaian klien yang melakukan swamedikasi terhadap tingkat

kepentingan dan tingkat kinerja pada pelayanan informasi obat mengenai tersedia tempat konsultasi yang cukup pribadi untuk

memberikan informasi obat ... 63 5.26 Penilaian klien yang melakukan swamedikasi terhadap tingkat

kepentingan dan tingkat kinerja pada pelayanan informasi obat

mengenai petugas apotek melayani dengan berpenampilan rapi ... 64 5.27 Diagram importance performance matriks klien yang melakukan

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman

I. Kuisioner... ... 86

II. Tabel r ... 90

II. Surat Ijin Penelitian ... 91

III. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 92

IV. Daftar Riwayat Hidup ... 93

V. Surat Pernyataan Bebas Plagiasi ... 94

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi revisi V. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi revisi VI. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Blenkinsopp, A. and Paxton, P., 2002. Symptoms in The Pharmacy. 4th Ed., United Kingdom : Blackwell Science Ltd., p. 1-5.

Departemen Kesehatan RI, 1996. Kompendia Obat Bebas. Jilid I. Jakarta : Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. p. 1

FIP, 1999. Joint Statement By The Internasional Pharmaceutical Federation and The World Self-Mediation Industry : Responsible self

Medication. p.1-2.

ISFI, 2004. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia. Jakarta : Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia.

ISO Indonesia, 2006. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Vol.41. Jakarta : Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. p. 454, 458.

Lwanga, S.K., Lemeshow, S. 1991. Sample Size Determination in Health Studies, Genewa : WHO,

MENKES RI, 1993. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonsia No. 922/Menkes/SK/IX/2004 : Standar Pelayanan Kefarmasian di

(19)

MENKES RI, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonsia No. 1027/Menkes/X/1993 : Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin

Apotek. Jakarta: Menteri Kesehatan.

M. Singarimbun dan S. Effendi., 1989. Metode Penelitian Survei. Edisi revisi, Jakarta : LP3ES.

MIMS Indonesia, 2007/2008. MIMS Petunjuk Konsultasi. Edisi 7. Penerbit Edisi Indonesia : PT. InfoMaster lisensi dari CMP Medica Asia Pte Ltd. p. 98-101.

Niang L, Winn T, dan Rusli B.N., 2006. Practical Issues in Calculating the Sample Size for Prevalence Studies. Archives of Orofacial Sciences. 1:9-14

Notoatmodjo, S., 2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

PAHO, 2004. Drug Classification : Prescription and OTC Drugs. PAHO, p.1- 2

Rangkuti, F., 2002. Measuring Costumer Satisfaction : Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan plus Analisa Kasus. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, p. 109-123.

Rudd, C.C., 1983. Teaching and Counseling Patient about Drugs. In: Ray, M.D.,

Basic Skill in Clinical Pharmacy Practice. Nort Carolina : Universal Printing and Publishing, P.171-173.

Sukasediati, N., 1997. Peningkatan Mutu Pengobatan Sendiri Menuju Kesehatan Untuk Semua. Publitbang Farmasi : Badan Litbangkes Depkes. p. 21-22

(20)

Suryawati, S., 1997. Menuju Swamedikasi Yang Rasional. Jogyakarta : Pusat Studi Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat Universitas Gadjah Mada.

Tjai T.H dan Raharja K., 2002. Obat-Obat Penting. Edisi V, Jakarta : PT. Gramedia. p. 1

Thomas, S.A. and Polgar, S., 1995. Introduction to Researech in the Health Science. 3’th Edition., Melbourne : Churchill Livingstone, p 127-133.

Tomechko MA, Strand LM, Morley PC, Cipolle RJ. Q and A from the pharmaceutical care project in Minnesota. Am Pharm. 1995;NS35(4):30-9

Umar, H., 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen jasa. Jakarta : Ghalia Indonesia, p. 8-9, 14-15, 80-111.

WHO, 1998. The Role of The Pharmacist in Self-Care and Self-Medication. The Hague, The Netherlands, p. 1-11.

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia sehat merupakan visi Departemen Kesehatan Republik

Indonesia yang ditetapkan pada tahun 1999, merupakan gambaran masyarakat

Indonesia pada tahun 2010 yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan

perilaku yang sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Kesehatan merupakan hak asasi manusia, oleh karena itu setiap orang

mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun

keluarganya termasuk mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit maupun

sarana kesehatan lainnya. (ISFI, 2004).

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari drug

oriented menjadi pasien oriented yang mengacu kepada asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) (ISFI, 2004). Sebagai konsekwensi dari perubahan

tersebut, seorang farmasis dituntut untuk bertanggungjawab dalam

mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang berhubungan dengan

obat (drug related problem). Drug related problem adalah masalah yang

berhubungan dengan obat, baik yang disebabkan oleh suatu obat atau mungkin

karena diterapi dengan suatu obat.

Memperoleh dan menggunakan obat yang tidak tepat dapat menyebabkan

timbulnya drug related problem (DRP). Drug related problem (DRP) ini dapat

terjadi pada tindakan pengobatan sendiri atau dikenal dengan istilah swamedikasi.

Menurut The International Pharmaceutical Federation (FIP)

Swamedikasi/pengobatan diri sendiri adalah pemilihan dan penggunaan

obat-obatan oleh individu-individu untuk mengobati diri misalnya penyakit atau gejala.

Pengobatan diri sendiri adalah salah satu unsur perawatan diri (FIP, 1999).

Menurut World Health Organization (WHO) swamedikasi merupakan pemilihan

dan penggunaan obat, baik obat modern maupun obat tradisional oleh seseorang

untuk mengobati penyakit atau gejalanya yang dapat dikenali sendiri. Salah satu

(22)

2

seorang farmasis harus memberikan informasi yang cukup tentang pengobatan

pasien. (WHO, 1998).

Tindakan swamedikasi (self medication) mempunyai kecenderungan untuk

meningkat. Beberapa faktor yang berperan dalam peningkatan tersebut yaitu :

meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit ringan dan berbagai

gejala serta pengobatannya, motivasi masyarakat untuk mencegah atau

mengobati penyakit ringan yang mampu dikenali sendiri, ketersediaan dan

kemudahan mendapatkan obat-obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter

atau OTR / Obat Tanpa Resep (OTC /Over The Counter) secara luas dan

terjangkau untuk mengatasi penyakit ringan atau gejala yang muncul, serta

diterimanya pengobatan tradisional sebagai bagian dari sistem kesehatan.

Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian merupakan filosofi farmasi dalam melakukan pelayanan kefarmasian, yaitu tanggungjawab profesi dalam hal

pelayanan informasi dan edukasi terhadap pengobatan pasien untuk meningkatkan

kualitas hidup pasien. Asuhan kefarmasian merupakan salah satu upaya farmasis

dalam meningkatkan mutu atau kualitas pelayanan yang berorientasi kepada

pasien (ISFI, 2004).

Peran farmasis dalam konteks pharmaceutical care pada tindakan

swamedikasi tidak hanya menjual obat tetapi lebih kepada menjamin tersedianya

obat yang berkualitas disertai informasi obat yang cukup memadai yang diikuti

dengan pemantauan saat pengobatan (ISFI, 2004). Tanggungjawab farmasis

dalam swamedikasi menurut The International Pharmaceutical Federation (FIP)

antara lain mendampingi dan memberi saran kepada pasien dalam pemilihan

produk obat, memberi informasi tentang segala kemungkinan yang terjadi selama

pemakaian, menyarankan rujukan kepada dokter dan memberitahukan cara

penyimpanan obat yang benar (FIP,1999). Menurut World Health Organization

(WHO) peran farmasis dalam swamedikasi antara lain sebagai komunikator,

penyedia obat yang berkualitas, pengawas dan pelatih, kolaborator dan sebagai

promotor kesehatan. Dalam peran farmasis sebagai komunikator maka farmasis

harus mempunyai inisiatif untuk berdialog dengan pasien agar pasien memperoleh

(23)

3

Implementasi dari tanggungjawab dan tugas farmasis sebagai tenaga

professional, salah satunya adalah pelayanan yang di lakukan di apotek sebagai

wadah penyelenggaraan profesi kefarmasian. Untuk dapat menilai/mengukur

tingkat pelayanan di apotek, maka tolok ukur yang di gunakan adalah kepuasan

klien, yang merupakan perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul

setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil

suatu produk atau jasa dan harapan–harapannya, dimana kepuasan merupakan

fungsi dari persepsi atau kesan atas kinerja dan harapan (Kotler, 2004). Kepuasan

adalah evaluasi purnabeli dimana persepsi terhadap kinerja alternatif produk/jasa

yang dipilih memenuhi atau melebihi harapan sebelum pemberian. Apabila

persepsi tentang kinerja tidak memenuhi harapan, maka yang terjadi adalah

ketidakpuasan (Umar, 2003).

Tingkat kepuasan konsumen merupakan salah satu indikator yang

digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan. Untuk mengetahui tingkat

kepuasan konsumen dilakukan dengan metode survei berupa angket atau

wawancara langsung terhadap klien.

Pelayanan konsumen dapat berupa produk, jasa, atau campuran dari

produk dan jasa. Apotek merupakan pusat pelayanan produk dan jasa yang

dikaitkan dengan kepuasan klien. Model yang komprehensif dengan fokus utama

pada pelayanan produk dan jasa meliputi lima dimensi penilaian yaitu reliability

(kehandalan), responsiveness (ketanggapan), assurance (jaminan), empathy

(empati), dan tangibles (bukti langsung) (Umar, 2003). Kelima penentu kualitas

jasa inilah yang digunakan sebagai dasar pengukuran tingkat kepuasan klien

terhadap pelayanan informasi obat secara swamedikasi sebagai pelayanan jasa

yang disediakan oleh apotek.

Pada penelitian ini dipilih apotek ”X” yang ada di wilayah Kecamatan

Singosari karena wilayah Kecamatan Singosari merupakan wilayah yang dapat

dijangkau oleh peneliti dan di wilayah Kecamatan Singosari terdapat banyak

apotek swasta yang melakukan pelayanan kefarmasian sehingga masyarakat lebih

condong melakukan tindakan swamediksi terlebih dahulu sebelum melakukan

pengobatan ke dokter, oleh karena itu pemberian layanan informasi obat di

(24)

4

untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang obat yang akan

digunakannya serta agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan obat.

Kecenderungan adanya peningkatan tindakan pengobatan secara

swamedikasi dapat terjadi karena pengetahuan masyarakat semakin tinggi dan

adanya motivasi yang tinggi dari masyarakat untuk mengupayakan penyembuhan

penyakit yang dapat dikenali sendiri sehingga adanya sebuah pelayanan khusus

seperti pemberian informasi obat dirasakan sangat perlu untuk menghindari

adanya penggunaan obat yang salah pada masyarakat.

Dalam penelitian ini alasan pemilihan apotek X sebagai sampel penelitian

yaitu karena apotek X merupakan apotek yang sesuai dengan kriteria inklusi

sebagai sampel penelitian dimana apotek X telah mendapatkan persetujuan dari

APA dan PSA, letaknya strategis yaitu di wilayah pasar dan berada di pinggir

jalan raya utama sehingga untuk mendapatkan klien yang melakukan tindakan

swamedikasi cenderung lebih mudah.

1.2.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka hal yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kesesuaian antara harapan dan kepuasan klien apotek ”X” di

wilayah Kecamatan Singosari Kabupaten Malang atas faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan konsumen dalam menerima pelayanan informasi

obat.

2. Bagaimanakah kepuasan klien terhadap pelayanan informasi obat secara

swamedikasi pada apotek ”X” di wilayah Kecamatan Singosari

Kabupaten Malang.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kepuasan klien yang

melakukan swamedikasi dengan menggunakan metode analisa kesesuaian antara

tingkat kepentingan unsur-unsur pelayanan informasi obat terhadap kinerja yang

telah dilakukan pada apotek ”X” di wilayah Kecamatan Singosari Kabupaten

(25)

5

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan referensi ilmiah bagi mahasiswa dalam melakukan

penelitian selanjutnya.

2. Sebagai bahan evaluasi bagi apotek untuk meningkatkan pelayanan

Gambar

Tabel                                                                                                             Halaman

Referensi

Dokumen terkait

Nawawi dalam Akdon (2007) mengatakan bahwa manajemen strategi adalah proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan

Kelompok Kerja (Pokja) 1 Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tahun Anggaran 2016 akan melaksanakan Pelelangan Sedehana dengan

______ murid dapat mencapai objektif yang ditetapkan dan ______ murid yang tidak mencapai objektif akan diberi bimbingan khas dalam sesi akan datang. PdP

Topografis Kabupaten Kotawaringin Barat digolongkan menjadi 4 bagian dengan ketinggian antara 0-500 m dari permukaan laut dan kemiringan antara 0-40 persen, yaitu dataran, daerah

yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika dengan Pokok Bahasan Lingkaran dan Garis Singgung Lingkaran, (2) untuk mengetahui cara menyusun model pembelajaran matematika

Oleh panitia penyelenggara saya ditempatkan sekamar dengan orang yang tidak saya kenal yang berasal dari kota lain.. Sikap saya

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa paragraf merupakan bagian dari suatu karangan atau tuturan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang saling bertalian

 Tes pilihan ganda dengan alasan bebas dilakukan untuk mendapatkan data dari jawaban siswa yang merupakan alasan pada tingkat pertama, yang. kemudian dikembangkan