Meita Widian Pangestika
ABSTRAK
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) PADA KOMPETENSI
DASAR MENYELIDIKI SIFAT–SIFAT ZAT BERDASARKAN WUJUDNYA DAN PENERAPANNYA DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Oleh
MEITA WIDIAN PANGESTIKA
Berdasarkan observasi di sekolah melalui wawancara penulis terhadap siswa dan
guru IPA fisika di SMPN Bina Bhakti Way Pengubuan, diketahui bahwa guru
belum memanfaatkan secara maksimal sarana dan prasarana yang ada seperti
laboratorium untuk pembelajaran. Diketahui pula bahwa pada materi wujud zat
kompetensi dasar menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari murid merasa kesulitan dalam
menerima materi tersebut secara jelas dan nyata. Mempertimbangkan
masalah-masalah tersebut, maka penulis mengembangkan LKS sebagai salah satu media
pembelajaran. LKS yang dikembangkan berbasis KPS yaitu penemuan secara
langsung oleh siswa yang berisi pertanyaan (melakukan dan menafsirkan
pengamatan, mengelompokkan, meramalkan, berkomunikasi dan berhipotesis
mengenai suatu peristiwa), Kegiatan keterampilan proses sains (pra laboratorium
Meita Widian Pangestika pengembangan dilengkapi dengan kunci jawaban. Desain tersebut meliputi tujuh
tahapan prosedur pengembangan produk dan uji produk, yaitu: analisis kebutuhan,
identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan, identifikasi spesifikasi
produk yang diinginkan pengguna, pengembangan produk, uji internal uji
kelayakan produk, uji eksternal uji kemanfaatan produk oleh pengguna dan tahap
terakhir produksi. Hasil uji internal menunjukkan media yang dikembangkan telah
sesuai dengan teori dan layak digunakan sebagai salah satu media pembelajaran.
Hasil uji eksternal menunjukkan bahwa kualitas media sangat menarik, sangat
mudah digunakan, dan sangat bermanfaat serta efektif digunakan sebagai media
pembelajaran ditunjukkan oleh siswa yang antusias dan mampu mengerjakan
pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
dihasilkan media pembelajaran LKS berbasis KPS yang telah teruji dan layak
digunakan dengan kualitas sangat menarik, sangat mudah digunakan, dan sangat
bermanfaat, dan dinyatakan efektif digunakan sebagai media pembelajaran.
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) PADA KOMPETENSI DASAR MENYELIDIKI SIFAT-SIFAT ZAT BERDASARKAN
WUJUDNYA DAN PENERAPANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Oleh
MEITA WIDIAN PANGESTIKA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA KOMPETENSI DASAR
MENYELIDIKI SIFAT – SIFAT ZAT BERDASARKAN WUJUDNYA DAN PENERAPANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI - HARI Nama Mahasiswa : Meita Widian Pangestika
Nomor Pokok Mahasiswa : 0853022035
Program Studi : Pendidikan Fisika
Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Drs. Eko Suyanto, M.Pd. Viyanti, S.Pd, M.Pd.
NIP 19640310 199112 1 001 NIP 19800330 200501 2 001
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Eko Suyanto, M.Pd.
Sekretaris : Viyanti, S.Pd, M.Pd.
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Undang Rosidin, M.Pd
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Bujang Rahman, M.Si NIP 19600315 198503 1 003
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah:
Nama : Meita Widian Pangestika
NPM : 0853022035
Fakultas/ Jurusan : KIP/ P. MIPA
Program Studi : Pendidikan Fisika
Alamat : Mujirahayu RT/ RW 11/3 Kecamatan Seputih
Agung Kabupaten Lampung Tengah
Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar sarjana disuatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang penuh ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacuan dalam naskah ini disebut
dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Januari 2012
Yang Menyatakan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Mujirahayu pada tanggal 03 Mei1990, anak kedua dari tiga
bersaudara dari pasangan Bapak Ngadiman dan Ibu Sarmini.
Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1996 di SD Negeri III Mujirahayu,
kemudian melanjutkan di SMP Negeri I Way Pengubuan yang diselesaikan pada
Tahun 2005 dan masuk SMA Negeri I Seputih Agung yang diselesaikan pada
Tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima di Program Studi Pendidikan
Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
Pada tahun 2010, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapang (KKL) di Jakarta,
Bandung, Semarang dan Yogyakarta. Pada tahun 2011, penulis melakukan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di desa Terbanggi Subing Kecamatan Gunung Sugih
Kabupaten Lampung Tengah dan sekaligus melaksanakan Praktek Pengalaman
Lapang (PPL) di SMP Negeri 4 Gunung Sugih.
Selama sekolah di SD, SMP, dan SMA, penulis mengikuti organisasi yaitu: SD
(Pramuka), SMP (Pencak silat, Paskibra dan Olah raga) dan SMA (Pramuka,
PMR, Seni Tari danTeater). Selama menempuh pendidikan di Pendidikan Fisika,
penulis memiliki beberapa pengalaman organisasi yaitu: Menwa Satuan 201
(MENWA) Raden Intan Satuan 201 Universitas Lampung. Di organisasi
MENWA penulis melewati beberapa jenjang pendidikan: Pra pendidikan dasar
tahun 2008, Pendidikan dasar tahun 2009, dan Pendidikan Provos tahun 2009.
Selanjutnya penulis menjabat sebagai staf pada tahun 2009–2012 (Ksu Tri, Kasi
Min, dan Kaset) dan menjadi Komandan Satuan 201 Universitas Lampung pada
periode 2012/2013. Pada Tahun 2009 penulis mengikuti pelatihan Bela Negara
tingkat Propinsi dan pada tahun 2012 mengikuti Kursus Dinas Staf (KDS) Menwa
se-Indonesia di Bandung. Pada tahun 2010 penulis mulai mengikuti pelatihan
SAR Menwa Se-Lampung dan Pelatihan SAR tingkat daerah yang dilaksanakan
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan kepada Tuhan Mu’lah Kamu Berharap”
(Q.S. Al-Insyirah: 6-8)
“Tidak ada kata mundur sebelum melangkah, mencoba dan melaksansanakan
dengan keseriusan dan penuh tanggung jawab”
(Meita Widian Pangestika)
“Setiap langkah kaki harus ada perencanaan dan tujuan yang jelas”
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat-Nya. Teriring do’a dan rasa syukur penulis persembahkan karya kecil ini sebagai
ungkapan rasa sayang dan cinta penulis kepada:
Kedua orang tua penulis, Bapak Ngadiman dan Ibu Sarmini yang telah sepenuh hati membesarkan, menyayangi, mendidik, dan mendo’akan penulis yang tiada henti untuk kesuksesannya. Semua yang Bapak dan Ibu berikan tidak akan pernah
penulis lupakan. Penulis akan membuat kalian bangga dengan hasil yang akan didapatkan kelak.
Mbak Sivi Ani Neri Anggraeni dan Adik Anggit Mulya Permana yang selalu menyayangi, mendo’akan dan memberikan semangat kepada penulis untuk
melakukan aktivitas sehari-harinya demi keberhasilan penulis.
Saudara penulis di Bandar Lampung Bulek Sundari, Paklek Daud, Dek Agung, Dek Berti dan Mbak Nur yang telah mendukung dan memberikan
semangat untuk kesuksesan penulis.
Saudara-saudara penulis di rumah yang selalu mendo’akan dan mendukung untuk kesuksesan penulis.
Keluarga Besar Menwa Satuan 201 Universitas Lampung terimakasih yang telah memberikan ilmu organisasi.
SANWACANA
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT, atas rahmat dan ridho-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja
Siswa (LKS) Berbasis Keterapilan Proses Sains (KPS) pada Kompetensi Dasar
Menyelidiki Sifat–sifat Zat Berdasarkan Wujudnya dan Peranannya dalam
kehidupan Sehari-hari”. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Rosululloh
SAW dan mudah-mudahan kelak kita mendapat syafa’atnya di yaumil akhir.
Amiin ya Robbal’alamiin.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak. Dr. Agus Suyatna, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika.
4. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik (PA) dan
sekaligus Pembimbing I, atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan,
arahan, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.
5. Ibu Viyanti, S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II, atas kesabarannya dalam
memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama
6. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd, selaku Pembahas yang banyak memberikan
masukan dan kritik yang bersifat positif dan membangun.
7. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si, selaku evaluator uji ahli desain LKS,
terimakasih atas waktu dan masukkannya untuk perbaiakan LKS hasil
pengembangan penulis.
8. Ibu Catur Damar Tanjung S.Pd, selaku evaluator uji spesifikasi LKS Sekaligus
sebagai guru mitra, terimakasih atas waktu, kerjasama dan masukkannya
untuk perbaiakan LKS hasil pengembangan penulis.
9. Ibu Partiyani S.Pd, selaku evaluator uji isi LKS, terimakasih atas waktu dan
masukkannya untuk perbaiakan LKS hasil pengembangan penulis.
10.Bapak dan ibu dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang telah
membimbing penulis dalam pembelajaran di Universitas Lampung.
11.Bapak Drs. Mujahidin selaku Kepala SMP Bina Bhakti Way Pengubuan yang
telah memberi izin dan arahan selama penelitian.
12.Bapak dan ibu dewan guru SMP Bina Bhakti Way Pengubuan beserta staf tata
usaha yang membantu penulis dalam melakukan penelitian.
13.Anak-anak siswa kelas VIIB SMP Bina Bhakti Way Pengubuan atas bantuan
dan kerjasamanya.
14.Paling istimewa untuk orang tua penulis bapak Ngadiman dan ibu Sarmini,
untuk saudara penulis mbak Silvi dan adik anggit.
15.Saudara satu angkatan penulis di Menwa Sat 201 Universitas lampung
(Angkatan XXX) Ngah Wina (Kancil), Lek Rahmad (Sate Masate), Bang
Widayat (Ki patkai), Udo Fahrudin (Sunggokong), Mas Yoan (Tessi) dan
Ayuk Ferni Eliza.
16.Kakanda penulis ajo Desfan, bang Hafiz, bang Tiar, mas Eko, kanjeng doel,
bang Joni, mbak eli, uncu Fitri, mas Radit, uda Chandra, mbak Santi, mbak
Ana, mbak Nela, mas Robertus, mas kukuh, mas Agus, dan udo Miftah.
Adinda penulis Indri, Bina, Irma, Ita, Yusrina, Meyrisda, Gusti, Roganda,
Gunawan, Arif, Purba, Afdal, Ipin, Arif, Amin, dan Benny. Adinda penulis
angkatan 34 yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu terimakasih atas
kebersamaan dan kerjasamanya selama di Menwa, lanjutkan perjuangan kita
di Menwa dengan penuh tanggung jawab dan keikhlasan.
17. Kakanda dan Ayunda penulis dari angkatan 1-24 yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis semenjak masuk di organisasi Menwa Sat 201
Universitas Lampung hingga saat ini.
18.Kakanda dan Ayunda penulis di jajaran Skomen periode 2013-2015, Danmen
Iwan Gunawan, Wadanmen 1 Solehan, Wadanmen 2 Darlian Pone dan jajaran
staf skomen, dewan pakar beserta staf ahli terimakasih atas dukungan,
pengalaman dan ilmu yang diberikan selama ini.
19.Teman-teman penulis di organisasi Menwa Se-Indonesia yang telah
bekerjasama dan berbagi ilmu selama di Menwa.
20.Sahabat–sahabat penulis di pendidikan fisika Selly Monalisa (han), Eva
Ronica (beb), teh Rika, Eka Prasetiya, Liyan (tew), Yuniar Alam, Bang Ajeng
dan mbak Indah, terimakasih atas semua yang telah kalian berikan selama kita
berjuang di pendidikan fisika 2008.
22.Teman satu angkatan penulis di Team Search And Rescue tahun 2011. 23.Almamater tercinta Universitas Lampung.
24.Teman-teman seperjuangan penulis dalam menyelesaikan skripsi teh Nurul,
Nces Nova, Eneng Mayang dan Nduk Eva terimaksih atas dukungannya.
25. Teman-teman seperjuangan penulis, keluarga besar pendidikan fisika 2008
26.Kakak tingkat angkatan 2007, 2006, 2005, terimakasih atas bimbingannya.
27.Adik-adik tingkat dan keluarga besar fisika, 2009, 2010, 2011 dan 2012.
28.Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis berdo’a semoga semua amal dan bantuan saudara/i mendapat pahala serta
balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amiin.
Bandarlampung, Januari 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... xvi
DAFTAR TABEL ... xix
DAFTAR GAMBAR ... xx
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 7
1. Pengertian LKS ... 7
2. Manfaat LKS ... 9
3. Tujuan LKS ... 11
4. Langkah-langkah penulisan LKS ... 13
5. Struktur LKS ... 18
6. Prosedur Pengembangan LKS ... 20
B. Keterampilan Proses Sains (KPS) ... 22
C. Instrumen Penilaian ... 30
1. Penilaian KPS ... 30
2. Komponen penilaian KPS ... 32
3. Pelaksanaan penilaian KPS ... 32
III. METODE PENELITIAN
A. Setting Pengembangan ... 36
B. Prosedur Penelitian Pengembangan ... 36
1. Analisis Kebutuhan ... 38
2. Identifikasi Sumber Daya ... 38
3. Identifikasi Spesifikasi Produk ... 39
4. Pengembangan Produk ... 39
5. Uji Internal ... 40
6. Uji Eksternal ... 42
7. Pencetakan Produk ... 42
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengembangan ... 43
B. Pembahasan ... 56
1. Kesesuaian Media yang Dihasilkan dengan Tujuan Pengembangan ... 56
2. Kelebihan dan Kekurangan Media ... 59
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 61
B. Saran ... 61
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1Indikator Keterampilan Proses Sains ... 25
2.2Klasifikasi Keterampilan Proses Sains ... 26
2.3 Konversi skor penilaian ke pernyataan kualitas ... 31
4.1 Rekapitulasi Hasil Wawancara ... 44
4.2 Indikator Keterampilan Proses Sain ... 48
4.3 Konversi skor penilaian ke pernyataan penilaian ... 49
4.4 Rangkuman Hasil Uji Spesifikasi Produk ... 49
4.5 Rangkuman Hasil Uji Ahli Desain... 50
4.6 Rangkuman Hasil Uji Ahli Isi ... 51
4.7 Rangkuman Hasil Uji Satu Lawan Satu ... 52
4.8 Rangkuman Hasil Uji afektif pengguna dalam uji satu lawan satu ... 53
4.9 Rangkuman Hasil Uji Kelompok Kecil ... 54
4.10Rangkuman Hasil Uji afektif pengguna dalam uji kelompok kecil ... 55
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman 3.1 Model Pengembangan Media intruksional diadaptasi dari prosedur
pengembangan produk dan uji produk menurut
1
I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah. Oleh karena itu, dalam upaya membelajarkan fisika
yang mengacu pada pemahaman dan penalaran maka diperlukan metode
pengajaran yang sesuai dengan lingkungan belajar siswa dan karakter materi
fisika yang akan dibelajarkan. Pendekatan dan metode yang dipakai dalam
pembelajaran harus dapat membelajarkan siswa untuk memahami dan menalar
materi yang dipelajari, selain itu pendekatan dan metode ini juga harus dapat
menampilkan hakekat fisika sebagai proses ilmiah, sikap ilmiah serta produk
ilmiah.
Peserta didik harus mempelajari materi fisika melalui pemahaman dan aktif
membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya. Dalam mempelajari suatu pelajaran peserta didik tidak hanya
bergantung pada “apa” yang diajarkan, tetapi juga bergantung pada “bagaimana”
pelajaran fisika itu diajarkan, atau bagaimana peserta didik belajar memahami
suatu materi pelajaran. Peserta didik harus diberikan pengalaman langsung agar
2 yang dilakukan untuk memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik
dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang tepat.
Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains (KPS) dapat
digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk
mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan
penyangkalan terhadap suatu penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan KPS
akan berjalan dengan baik jika ada dukungan fasilitas yang cukup. Fasilitas
tersebut meliputi: laboratorium fisika (alat dan bahan lengkap), buku pegangan
siswa (buku paket dan buku penunjang lainnya), dan buku/lembaran tuntunan
belajar dan mengajar bagi siswa dan guru untuk melakukan diskusi, praktikum,
latihan penemuan hingga latihan inkuiri.
Keberadaan Lembar Kerja Siswa (LKS) memberi pengaruh yang cukup besar
dalam proses belajar mengajar, sehingga penyusunan LKS harus memenuhi
berbagai persyaratan misalnya syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik
LKS merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru
sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang disusun dapat
dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan
pembelajaran yang akan dihadapi. LKS juga merupakan media pembelajaran,
karena dapat digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media
pembelajaran yang lain. LKS menjadi sumber belajar dan media pembelajaran
tergantung pada kegiatan pembelajaran yang dirancang.
Pemanfaatan media pembelajaran Fisika terutama alat peraga dan lembar kerja
3 yang efektif digunakan hendaknya mampu meningkatkan aktifitas dan minat
belajar siswa. Untuk mendapatkan media yang efektif dapat digunakan LKS yang
disusun menggunakan model dan metode tertentu.
Berdasarkan analisis dalam Standar Isi tahun 2006, suatu sajian pembelajaran
dapat berjalan secara optimal jika terdapat kesesuaian Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, kelengkapan pemilihan materi, adanya contoh penerapan
konsep, adanya soal latihan untuk pendalaman konsep, adanya alat evaluasi serta
adanya umpan balik terhadap keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran diperlukan adanya kesesuaian
antar komponen dalam suatu sajian pembelajaran yang dipadukan dengan suatu
model pembelajaran yang sesuai. Dari hasil analisis kelengkapan sajian
pembelajaran dalam LKS yang digunakan oleh beberapa sekolah, ternyata isi
pembelajarannya kurang mematuhi KTSP.
Banyak sekolah menggunakan LKS yang diterbitkan oleh beberapa penerbit
nasional. Hasil analisis terhadap LKS yang digunakan di sekolah belum menuntun
peserta didik untuk mendapatkan pengalaman secara langsung agar dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik sebelumnya. Hal ini
disebabkan kebanyakan LKS yang ada hanya menyajikan ringkasan materi dan
soal latihan.Seharusnya LKS yang digunakan peserta didik dapat memandu
peserta didik melakukan sebuah pengalaman secara langsung dengan
memanfaatkan fasilitas yang dimiliki sekolah misalnya laboratorium dan
perpustakaan. Laboratorim dan perpustakaan merupakan fasilitas penunjang yang
4 secara langsung dengan suatu proses penemuan. Namun pada kenyataannya
perpustakaan belum mempunyai produk yang dapat mendukung siswa untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya melalui pengalaman secara langsung di
laboratorium.
Berdasarkan kondisi tersebut di atas salah satu alternatif yang diharapkan dapat
membantu penyelenggaraan pembelajaran yang aktif bagi peserta didik adalah
dengan adanya LKS yang disusun dengan model pembelajaran berbasis KPS.
Konteks isi dari LKS ini disesuaikan dengan kondisi yang ada. Sehingga siswa
dapat menggunakan LKS ini untuk mengembangkan pengalaman seperi dapat
melakukan pengamatan, menafsirkan pengamatan, mengelompokkan,
meramalkan, berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan dan
menerapkan subkonsep. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh
tujuan pengembangan pribadi peserta didik.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mempunyai gagasan untuk
mengembangkan LKS fisika berbasis keterampilan proses sains sebagai inovasi
dalam dunia pendidikan. Gagasan ini diwujudkan dalam bentuk skripsi dengan
judul ”PengembanganLembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Keterampilan
Proses Sains untuk Kompetensi Dasar Menyelidiki Sifat–sifat Zat
Berdasarkan wujudnya dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian
5 berbasis ketrampilan proses sains untuk pembelajaran fisika kelas VII semester
ganjil pada Kompetensi Dasar Menyelidiki Sifat-Sifat Zat Berdasarkan Wujudnya
dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian adalah dihasilkan
LKS fisika berbasis keterampilan proses sains untuk pembelajaran fisika kelas VII
semester ganjil pada Kompetensi Dasar Menyelidiki Sifat-Sifat Zat Berdasarkan
Wujudnya dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini adalah:
1. Bagi guru, LKS hasil pengembangan merupakan sumbangan ide yang dapat
memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa melalui
ketrampilan proses sains.
2. Bagi siswa, untuk menambah pengalaman belajar melalui eksperimen dan
menambah pemahaman konsep pada kompetensi dasar Menyelidiki Sifat-Sifat
Zat Berdasarkan Wujudnya dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-Hari
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian pengembangan ini berorientasi pada pengembangan produk.
2. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS)
6 3. Materi pokok yang disajikan dalam penelitian ini adalah materi fisika SMP
pada Kompetensi Dasar Menyelidiki Sifat-sifat Zat Berdasarkan Wujudnya
dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari
4. Keterampilan Proses Sains (KPS) merupakan kemampuan siswa untuk
menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan
menemukan ilmu pengetahuan secara langsung
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lembar Kerja Siswa (LKS)
1. Pengertian Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembar kerja bagi siswa baik dalam
kegiatan intrakurikuler maupun kokurikuler untuk mempermudah pemahaman
terhadap materi pelajaran yang didapat (Azhar, 2000). LKS (lembar kerja siswa)
adalah materi ajar yang dikemas secara integrasi sehingga memungkinkan siswa
mempelajari materi tersebut secara mandiri.
Lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu perangkat pembelajaran fisika
yang cukup penting dan diharapkan mampu membantu peserta didik menemukan
serta mengembangkan konsep pembelajaran fisika.
LKS merupakan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah dalam
kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif antara
siswa dengan guru, sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam
peningkatan prestasi belajar. Dalam lembar kerja siswa (LKS) siswa akan
mendapatkan uraian materi, tugas, dan latihan yang berkaitan dengan materi yang
diberikan.
Lembar Kerja Siswa (LKS) Merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran,
8 Secara umum LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau
sarana pendukung pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Lembar kerja siswa berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun
soal-soal (pertanyaan-pertanyaan) yang harus dijawab oleh peserta didik. LKS ini
sangat baik digunakan untuk menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam
belajar baik dipergunakan dalam penerapan metode terbimbing maupun untuk
memberikan latihan pengembangan. Dalam proses pembelajaran fisika, LKS
bertujuan untuk menemukan konsep atau prinsip dan aplikasi konsep atau prinsip.
LKS merupakan stimulus atau bimbingan guru dalam pembelajaran yang akan
disajikan secara tertulis sehingga dalam penulisannya perlu memperhatikan
kriteria media grafis sebagai media visual untuk menarik perhatian peserta didik.
Paling tidak LKS sebagai media kartu. Sedangkan isi pesan LKS harus
memperhatikan unsur-unsur penulisan media grafis, hirarki dan pemilihan
pertanyaan-pertanyaan sebagai stimulus yang efisien dan efektif.
(Hidayah, 2007: 8).
Peran LKS dalam proses pembelajaran menurut (Dhari dan Haryono, 1988)
adalah sebagai alat untuk memberikan pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada
siswa. Penggunaan LKS memungkinkan guru mengajar lebih optimal,
memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan, memberi
9 2. Manfaat Lembar Kerja Siswa
Melalui LKS guru akan memperoleh kesempatan untuk memancing siswa agar
secara aktif terlibat dengan materi yang dibahas. Siswa dirangsang untuk
memperhatikan pengorganisasian materi, membubuhkan tanda-tanda khusus pada
materi yang diberikan. Misalnya siswa diminta membubuhkan tanda kurung pada
ide utama, menggaris bawahi rincian yang menunjang ide utama, dan menjawab
pertanyaan yang sudah disiapkan pada LKS. Sedangkan manfaat yang diperoleh
dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran menurut (Suyitno, 1997: 40)
adalah:
“(a) Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran, (b) Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep, (c) Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses, (d) Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran, (e) Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar, (f) Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.”
Peran LKS sangat besar dalam proses pembelajaran karena dapat meningkatkan
aktifitas siswa dalam belajar dan penggunaannya dalam pembelajaran geografi
dapat membantu guru untuk mengarahkan siswanya menemukan konsep-konsep
melalui aktifitasnya sendiri. Selain itu LKS juga dapat mengembangkan
ketrampilan proses, meningkatkan aktifitas siswa dan dapat mengoptimalkan hasil
belajar. Manfaat secara umum menurut (Sungkono, 2009: 8) adalah:
“(1) Membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran, (2)
10 dipelajari melalui kegiatan belajar, (5) Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis, (6) Melatih peserta didik untuk menemukan dan mengembangka keterampilan proses, (7) Mengaktifkan peserta didik dalam mengembangkan konsep.”
Secara umum LKS bermanfaat untuk guru dan peserta didik, baik sebagai
pedoman dalam pembelajaran dan sebagai salah satu media pembelajaran yang
dapat digunakan di sekolah dalam proses belajar mengajar. LKS berbasis KPS
mengajarkan peserta didik untuk menemukan hal-hal baru secara langsung
melalui suatu eksperimen dan penguasaan konsep.
Adapun manfaat secara khusus menurut (Sungkono, 2009: 9) adalah:
“(a) Untuk tujuan latihan, siswa diberikan serangkaian tugas/aktivitas latihan. Lembar kerja seperti ini sering digunakan untuk memotivasi siswa ketika sedang melakukan tugas latihan.Untuk menerangkan penerapan (aplikasi), (b) Siswa dibimbing untuk menuju suatu metode penyelesaian soal dengan kerangka penyelesaian dari serangkaian soal-soal tertentu. Hal ini bermanfaat ketika kita menerangkan penyelesaian soal aplikasi yang memerlukan banyak langkah. Lembaran kerja ini dapat digunakan sebagai pilihan lain dari metode tanya jawab, dimana siswa dapat memeriksa sendiri jawaban pertanyaan itu, (c) Untuk kegiatan penelitian, siswa ditugaskan untuk mengumpulkan data tertentu, kemudian menganalisis data tersebut. Misalnya dalam penelitian statistika, (d) Untuk penemuan, dalam lembaran kerja ini siswa dibimbing untuk menyelidiki suatu keadaan tertentu, agar menemukan pola dari situasi itu dan kemudian menggunakan bentuk umum untuk membuat suatu perkiraan. Hasilnya dapat diperiksa dengan observasi dari contoh yang sederhana, (e) Untuk penelitian hal yang bersifat terbuka penggunaan lembaran kerja siswa ini
mengikutsertakan sejumlah siswa dalam penelitian dalam suatu bidang tertentu.”
Secara khusus LKS digunakan untuk mengerjakan pertanyaan-pertanyaan konsep
dan melakukan penelitian berdasarkan materi/ teori pembelajaran yang didapat
11 Adapun bagi siswa menurut Dhari dan Haryono, 1988: 19 penggunaan LKS bermanfaat untuk:
“(1) Meningkatkan aktifitas siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar, (2) Melatih dan mengembangkan ketrampilan proses pada siswa sebagai dasar penerapan ilmu pengetahuan, (3) Membantu memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan tersebut, (4) Membantu menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar siswa secara sistematis.”
Lembar kerja siswa (LKS) memiliki manfaat bagi guru maupun bagi siswa yang
menggunakannya untuk mempermudah dalam proses pembelajaran. LKS akan
lebih bermanfaat jika didalamnya memuat tentang proses keterampilan sains yang
digunakan sebagai media pembelajaran untuk memeperkenalkan kepada siswa
tentang alat-alat laboratorium dan meberikan pengalaman langsung kepada siswa
disekolah.
3. Tujuan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Dalam suatu pembelajaran di sekolah membutuhkan beberapa media pembeljaran
dalam menyampaikan materi pelajaran. Media yang sering digunakan dalam
pembelajaran disekolah misalnya buku paket dan LKS. Azhar (2000: 78)
mengatakan bahwa:
“LKS dibuat bertujuan untuk menuntun siswa akan berbagai kegiatan yang perlu diberikan serta mempertimbangkan proses berpikir yang akan
ditumbuhkan pada diri siswa. LKS mempunyai fungsi sebagai urutan kerja yang diberikan dalam kegiatan baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler terhadap pemahaman materi yang telah diberikan.”
Dalam suatu pembelajaran LKS digunakan untuk membantu siswa dalam
membangun proses berpikir dan membuat siswa lebih aktif dalam proses
12 Menurut tim instruktur PKG dalam Sudiati (2003 : 11), tujuan Lembar Kerja
Siswa (LKS), antara lain:
“Melatih siswa berfikir lebih mantap dalam kegiatan belajar mengajar. Memperbaiki minat siswa untuk belajar, misalnya guru membuat LKS lebih sistematis, berwarna serta bergambar untuk menarik perhatian dalam mempelajari LKS tersebut.”
Tujuan penggunaan LKS dalam proses belajar mengajar menurut tim instruktur
PKG dalam Sudiati (2003 : 11) adalah:
“(1)Memberi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik. (2) Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan. (3) Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan.”
Dengan adanya media Lembar Kerja Siswa (LKS) diharapkan dapat menjadikan
peserta didik aktif dan cepat tanggap, serta kreatif. LKS dapat digunakan pada
peserta didik untuk mengamati kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Dapat
pula digunakan dalam pendekatan ketrampilan proses, dimana Siswa berlatih
mengumpulkan kosep sebanyak–banyaknya tentang materi yang akan dipelajari
melalui LKS dan kemudian didiskusikan untuk memperoleh kesimpulan
mengenai definisi dan karakteristik materi yang dipelajari.
Pemanfaatan LKS sebagai media pembelajaran dilakukan secara optimal, yaitu
digunakan sebagai sumber perolehan informasi serta media dalam latihan soal.
Implementasi pendekatan ketrampilan proses, dilakukan sesuai bagan desain
pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses melalui media LKS. Proses
pembelajaran dilakukan dengan terlebih dahulu membagi siswa dalam kelompok
13 metode penemuan konsep, metode diskusi, dan metode latihan soal. Penerapan
setiap metode pembelajaran tersebut disesuaikan dengan karakteristik materi
pelajaran pada setiap pertemuan. (Darliana: 1991)
4. Langkah-Langkah Penulisan LKS
Dalam menulis Lembar Kerja Siswa harusmelewati beberapa tahap/ langkah.
Melakukan analisis kurikulum; standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
dan materi pembelajaran. Menyusun peta kebutuhan LKS, menentukan judul
LKS, menulis LKS, menentukan alat penilaian.
Langkah-langkah menyusun LKS adalah:
a. Analisis kurikulum untuk menentukan materi yang memerlukan bahan ajar
LKS. Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana
yang memerlukan bahan ajar LKS. Biasanya dalam menentukan materi dianalisis
dengan cara melihat materi pokok dan pengalaman belajar dari materi yang akan
diajarkan, kemudian kompetesi yang harus dimiliki oleh siswa.
b. Menyusun peta kebutuhan LKS.sangat diperlukan guna mengetahui jumlah
LKS yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKS-nya juga dapat dilihat.
Sekuens LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan.
Diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar.
c. Menentukan judul-judul LKS ditentukan atas dasar KD-KD, materi-materi
pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu KD dapat
14 sedangkan besarnya KD dapat dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan
ke dalam materi pokok (MP) mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu
telah dapat dijadikan sebagai satu judul LKS. Namun apabila diuraikan menjadi
lebih dari 4 MP, maka perlu dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya
menjadi 2 judul LKS. (Abadi, Hartono, Junaedi dalam Rahmawati, 2006: 25)
d. Penulisan LKS
1. Rumusan kompetensi dasar
LKS diturunkan dari buku pedoman khusus pengembangan silabus. Rumusan KD
pada suatu LKS langsung diturunkan dari dokumen SI
2. Menentukan alat penilaian
Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik. Karena
pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, dimana
penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompeten-si, maka alat penilaian yang
cocok adalah menggunakan pendekatan Panilaian Acuan Patokan (PAP) atau
Criterion Referenced Assesment. Dengan demikian guru dapat menilainya melalui
proses dan hasil kerjanya.
3. Menyusun materi.
Materi LKS sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi LKS dapat
berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi
yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku,
majalah, internet, jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap materi
15 siswa membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara
jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya
siswa dapat melakukannya, misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi
diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam
kelompok diskusi dan berapa lama. (Abadi, Hartono, Junaedi dalam Rahmawati,
2006: 25)
Dalam pembuatan lembar kerja siswa perlu diperhatikan beberapa syarat dan
hal-hal yang penting yaitu:
1.Mempunyai tujuan yang ingin dicapai berdasarkan GBPP, AMP, dan buku
pegangan/paket, mengandung proses dan kemampuan yang dilatih, serta
mengutamakan bahan-bahan yang penting.
a. Tata letak harus dapat menunjukkan urutan kegiatan secara logis dan
sistematis, menunjukan bagian-bagian yang sudah diikuti dari awal sampai
akhir, serta desainnya menarik dan indah.
b. Susunan kalimat dan kata-kata memenuhi kriteria berikut : sederhana dan
mudah dimengerti, singkat dan jelas, istilah baru hendaknya diperkenalkan,
serta informasi/ penjelasan yang panjang hendaknya dibuat dalam lembar
catatan peserta didik.
c. Gambar ilustrasi dan skema sebaiknya membantu peserta didik,
menunjukkan cara, menyusun, dan merangkai sehingga membantu anak
16 Agar lebih spesifik lagi pembahasan tentang cara pembuatan LKS maka
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Syarat didaktik, LKS sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya proses
belajar- mengajar haruslah memenuhi persyaratan didaktik, artinya suatu LKS
harus mengikuti asas belajar-mengajar yang efektif, yaitu : memperhatikan
adanya perbedaan individual, sehingga LKS yang baik itu adalah yang dapat
digunakan baik oleh siswa yang lamban, yang sedang maupun yang pandai,
menekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga LKS
dapat berfungsi sebagai petunjuk jalan bagi siswa untuk mencari tahu,
memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa, dapat
mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan
estetika pada diri siswa, pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan
pengembangan pribadi siswa (intelektual, emosional dan sebagainya), bukan
ditentukan oleh materi bahan pelajaran.
2. Syarat konstruksi, yang dimaksud dengan syarat konstruksi adalah
syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata,
tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat guna
dalam arti dapat dimengerti oleh peserta didik. Menggunakan bahasa yang
sesuai dengan tingkat kedewasaan peserta didik, menggunakan struktur kalimat
yang jelas, memiliki taat urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat
kemampuan peserta didik menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka, tidak
mengacu pada buku sumber yang diluar kemampuan keterbacaan, peserta didik
17 didik untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS, menggunakan
kalimat yang sederhana dan pendek, lebih banyak menggunakan ilustrasi
daripada kata-kata, sehingga akan mempermudah peserta didik dalam
menangkap apa yang diisyaratkan LKS, memiliki tujuan belajar yang jelas
serta manfaat dari pelajaran itu sebagai sumber motivasi, mempunyai identitas
untuk memudahkan administrasinya.
3. Syarat teknis, dari segi teknis memiliki beberapa pembahasan yaitu:
1) Tulisan
Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi,
menggunakan huruf tebal yang agak besar, bukan huruf biasa yang diberi garis
bawah, menggunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris, menggunakan
bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban peserta didik,
mengusahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar
serasi.
2) Gambar
Gambar yang baik untuk LKS adalah yang dapat menyampaikan pesan/isi dari
gambar tersebut secara efektif kepada penguna LKS. Yang lebih penting
adalah kejelasan isi atau pesan dari gambar itu secara keseluruhan.
3) Penampilan
Penampilan adalah hal yang sangat penting dalam sebuah LKS. Apabila suatu
LKS ditampilkan dengan penuh kata-kata, kemudian ada sederetan pertanyaan
18 sehingga membosankan atau tidak menarik. Apabila ditampilkan dengan
gambarnya saja, itu tidak mungkin karena pesannya atau isinya tidak akan
sampai. Jadi yang baik adalah LKS yang memiliki kombinasi antara gambar
dan tulisan.
Uraian di atas merupakan syarat khusus pembuatan lembar kerja siswa, jika sudah
terpenuhi maka melangkah pada syarat umum yang harus dipenuhi untuk
membuat LKS.
“(a) Melakukan analisis kurikulum baik SK,KD, indikator, maupun materi pokok, (b) Menyusun peta kebutuhan lembar kerja siswa yaitu pembuatan LKS harus membuat suatu konsep/rancangan terlebih dahulu guna
mengetahui materi/komponen perihal yang akan dibahas di dalam LKS tersebut,sehingga akan lebih mudah dalam pelaksanaannya, (c)
Menentukan judul LKS dan menulis LKS dengan buku paduan yang jelas, (d) Mencetak lembar kerja siswa dan menentukan lembar penilaian.” (Siddiq (2009: 13))
LKS yang dibuat harus sesuai langkah-langkah pembuatan LKS. Pembuatan LKS
berbasis keterampilan proses sains meliputi langkah analisis kebutuhan dari media
atau LKS yang digunakan di sekolah sekarang untuk dikembangkan yang lebih
sesui dengan karakter pembelajaran sains yaitu bereksperimen, analisis kebutuhan
juga dilakukan pada pengguna maupun pendidik.
5. Struktur LKS
Adapun struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut: Judul, mata pelajaran,
semester, dan tempat Petunjuk belajar Kompetensi yang akan dicapai Indikator,
19 Lembar kerja siswa berstruktur memuat informasi, contoh dan tugas-tugas. LKS
ini dirancang untuk membimbing peserta didik dalam satu program kerja atau
mata pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan pembimbing untuk
mencapai sasaran pembelajaran. Pada LKS telah disusun petunjuk dan
pengarahannya, LKS ini tidak dapat menggantikan peran guru dalam kelas. Guru
tetap mengawasi kelas, memberi semangat dan dorongan belajar dan memberi
bimbingan pada setiap siswa.
Rumaharto dalam Hartati, 2002: 22 menyebutkan bahwa
“LKS yang baik harus memenuhi persyaratan konstruksi dan didaktik. Persyaratan konstruksi tersebut meliputi syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran dan kejelasan yang pada hakekatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna LKS yaitu peserta didik sedangkan syarat didaktif artinya bahwa LKS tersebut haruslah memenuhi asas-asas yang efektif.”
Lembar kerja dapat digunakan sebagai pengajaran sendiri, mendidik siswa untuk
mandiri, percaya diri, disiplin, bertanggung jawab dan dapat mengambil
keputusan. LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan pada tahap
penanaman konsep (menyampaikan konsep baru) atau pada tahap penanaman
konsep (tahap lanjutan dari penanaman konsep). Pemanfaatan lembar kerja pada
tahap pemahaman konsep berarti LKS dimanfaatkan untuk mempelajari suatu
topik dengan maksud memperdalam pengetahuan tentang topik yang telah
dipelajari pada tahap sebelumnya yaitu penanaman konsep (TIM PPPG
20 Karakteristik Lembar Kerja Siswa menurut Sungkono, (2009: 11):
“(1) LKS memiliki soal-soal yang harus dikerjakan siswa, dan kegiatan-kegitan seperti percobaan atau terjun ke lapangan yang harus siswa lakukan, (2) Merupakan bahan ajar cetak, (3) Materi yang disajikan
merupakan rangkuman yang tidak terlalu luas pembahasannya tetapi sudah mencakup apa yang akan dikerjakan atau dilakukan oleh peserta didik, (4) Memiliki komponen-komponen seperti kata pengantar, pendahuluan, daftar isi, dan lain-lain.”
Spesifikasi LKS dibuat sebagai media pembelajaran berbasis keterampilan proses
sains memuat indikator KPS, sebagai metode pembelajaran yang mengajarkan
siswa untuk mendapatkan pengalaman secara langsung.
6. Prosedur Pengembangan LKS
Ada tiga langkah dalam mengembangkan LKS, yaitu:
1. Penentuan tujuan instruksional
Penentuan tujuan mestinya dimulai dengan melakukan analisis siswa, yaitu
mengenali siapa siswa kita, perilaku awal dan karekteristik awal yang dimiliki
siswa. Berdasarkan analisis ini akan diperoleh peta tentang kompetensi yang telah
dan akan dicapai siswa, baik kompetensi umum maupun kompetensi khusus.
Kedua kompetensi ini jika dirumuskan kembali dengan kaidah-kaidah yang
berlaku, akan menjadi tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran
khusus. Kaidah yang berlaku antara lain dengan melengkapi pola ABDC
(Audience, Behavior, Condition, Degree). Tujuan pembelajaran ditulis untuk menunjukkan apa yang harus mampu dilakukan oleh seorang siswa yang berhasil
21 proses belajar. Dengan demikian kita harus menuliskan tujuan pembelajaran
menggunakan kata kerja operasional, dan menghindari kata kerja yang tidak jelas
seperti; memahami, mengenal, menguasai, menyadari, dan lain-lain. Tujuan
pembelajaran yang baik akan memandu kita dalam memilih topik pembelajaran,
menyusun strategi pembelajaran, memilih media dan metode pembelajaran, serta
mengembangkan alat evaluasi hasil belajar.
2. Pengumpulan materi
Tentukan materi dan tugas yang akan dimuat dalam LKS dan pastikan pilihan ini
sejalan dengan tujuan instruksional. Kumpulkan bahan/materi dan buat rincian
tugas yang harus dilaksanakan siswa. Bahan yang akan dimuat dalam LKS dapat
dikembangkan sendiri atau memanfaatkan meteri yang sudah tersedia
(menyusun).
3. Cek dan penyempurnaan.
Ada empat variabel yang harus dilihat sebelum LKS dapat dibagikan kepada
siswa, yaitu:
“(1) Kesesuaian desain dengan tujuan instruksional. (2) Kesesuaian materi dengan tujuan instruksional. (3) Kesesuaian elemen dengan tujuan
instruksional. Pastikan bahwa tugas dan latihan yang diberikan menunjang pencapaian tujuan intruksional. (4) Kejelasan penyampaian, meliputi keterbacaan, keterpahaman dan kecukupan ruang untuk mengejakan tugas. (5) Untuk langkah penyempurnaan, mintalah komentar siswa, kemudian lakukan evaluasi dan perbaikan seperlunya.”
22 Penyempurnaan merupakan suatu uji perbaikan Lembar Kerja Siswa (LKS) agar
lebih sesuai dengan desain, spesifikasi LKS dan materi yang akan disampaikan
dalam pembelajaran.
B. Keterampilan Proses Sains (KPS)
Keterampilan proses sains merupakan sejumlah keterampilan yang dibentuk oleh
komponen-komponen model sains/scientific methods. Keterampilan proses (prosess-skill) sebagai proses kognitif termasuk di dalamnya juga interaksi dengan isinya (content). Keterampilan menurut Devi, 2011: 9 mengemukakan:
“Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Proses didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian.”
Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan
kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa
Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan
mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak
dapat dipisahkan. Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang
ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari
penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data,
menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik
23 kuantitas (Wikipedia, 2011).
http://kamriantiramli.wordpress.com/2011/03/21/keterampilan-proses-sains/
Perkembangan ilmu pengetahuan sains berupaya membangkitkan minat manusia
agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya
yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir
rahasia alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya,
jangkauan sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi.
Namun dari waktu jarak tersebut semakin lama semakin sempit, sehingga
semboyan ” Sains hari ini adalah teknologi hari esok” merupakan semboyan yang
berkali-kali dibuktikan oleh sejarah. Bahkan kini Sains dan teknologi manunggal
menjadi budaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang saling mengisi
(komplementer), ibarat mata uang, yaitu satu sisinya mengandung hakikat Sains (the nature of Science) dan sisi yang lainnya mengandung makna teknologi (the meaning of technology). Oleh karena itu, proses pelaksanaan pendidikan harus mencakup perkembangan teknologi dan sains demi kebutuhan manusia di masa
yang akan datang. Blosser (1990) mengatakan bahwa
“Proses pembelajaran sains cenderung menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi dan
menumbuhkan kemampuan berfikir. Pembentukan sikap ilmiah seperti ditunjukan oleh para ilmuawan sains dapat dikembangkan melalui keterampilan - keterampilan proses sains. Sehingga keterampilan proses sains, dapat digunakan sebagai pendekatan dalam pembelajaran.”
http://www.educ.sfu.ca/narstsite/publications/research
Berdasarkan pendapat tersebut, keterampilan proses sains adalah kemampuan
siswa untuk menerapkan model ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan
24 setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan model ilmiah dalam
mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/
mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki. Keterampilan proses mencakup
keterampilan berpikir/ keterampilan intelektual yang dapat dipelajari dan
dikembangkan oleh siswa melalui proses belajar mengajar dikelas, yang dapat
digunakan untuk memperoleh pengetahuan tentang produk IPA. Keterampilan
proses perlu dikembangkan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa.
Pendekatan Keterampilan Proses menurut Devi, 2011: 12 adalah:
“Pendekatan keterampilan proses adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan
intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para ilmuwan, tetapi pendekatan keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan setiap siswa menjadi ilmuwan.”
Menurut Dahar (1985: 11):
“KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh
pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.”
Keterampilan proses sains sebagai pendekatan dalam pembelajaran sangat penting
karena menumbuhkan pengalaman selain proses belajar. Mengingat semakin
banyaknya sekolah yang telah memiliki laboratorium fisika, sehingga perlu upaya
meningkatkan efektivitas pembelajaran, khususnya prestasi hasil belajar kognitif
25 itu para guru hendaknya secara bertahap mulai bergerak melakukan penilaian
hasil belajar dalam aspek keterampilan dan sikap (Rustaman, 2003).
Menurut Mulyasa (2006: 99):
“Keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar,aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memeperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta menerapkan dalam kehidupan sehari–hari. Indikator–indikator keterampilan proses antara lain kemampuan mengidentifikasi,
mengklasifikasi, menghitung, mengukur, mengamati, mencari hubungan, menafsirkan, menyimpulkan, mengekspresikan diri dalam suatu kegiatan untuk menghasilkan suatu karya”
Hal-hal yang berpengaruh terhadap keterampilan proses sain, diantaranya yaitu
perbedaan kemampuan siswa secara genetik, kualitas guru serta perbedaan strategi
guru dalam mengajar. Adapun mengenai keterampilan proses sains dan
[image:43.595.115.506.494.757.2]indikatornya menurut Indrawati (1999: 3) adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Proses Sains
KPS Indikator
Melakukan pengamatan (observasi)
1. Mengidentifikasi ciri-ciri suatu benda
2. Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan yang nyata pada objek atau peristiwa
3. Membaca alat ukur
4. Mencocokan gambar dengan uraian tulisan/benda Menafsirkan
pengamatan (interpretasi)
Mengidentifikasi fakta-fakta berdasarkan hasil pengamatan Menafsirkan fakta atau data menjadi suatu penjelasn yang logis
Mengelompokkan (klasifikasi)
Mencari perbedaan atau persamaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan dan mencari dasar penggolongan.
Meramalkan (prediksi)
Mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecendrungan/pola yang sudah ada. Berkomunikasi 1. Mengutarakan suatu gagasan
2. Menjelaskan penggunaan data hasil penginderaan secara akurat suatu objek atau kejadian
3. Mengubah data dalam bentuk tabel kedalam bentuk lainnya misalnya grafik, peta secara akurat.
26
KPS Indikator
penggambaran yang logis dari suatu hubungan yang dapat diuji melalui eksperimen.
Merencanakan percobaan/ penyelidikan
Menentukan alat dan bahan, menentukan variabel atau peubah yang terlibat dalam suatu percobaan, menentukan variabel terikat dan variabel bebas, menentukan apa yang diamati, di ukur/ ditulis, serta menentukan cara dan langkah kerja termasuk keterampilan merencanakan penelitian.
Menerapkan sub konsep/ prinsip
Menggunakan subkonsep yang telah dipelajari dalam situasi baru, menggunakan subkonsep pada pengalaman baru untuk menjalaskan apa yang sedang terjadi.
Longfield (2003) dalam Nurohman (2010) membagi keterampilan proses sains
[image:44.595.112.508.78.231.2]menjadi tiga tingkatan, yaitu Basic, Intermediate, dan Edvanced yaitu:
Tabel 2.2 Klasifikasi Keterampilan Proses Sains (diadaptasi dari Longfield)
Basic
KPS Klasifikasi
Mengobservasi Menggunakan indera untuk mengumpulkan informasi.
Membandingkan Menemukan persamaan dan perbedaan antara dua objek/kejadian.
Mengklasifikasikan Mengelompokkan objek atau ide dalam kelompok atau ketegori berdasarkan bagian-bagiannya.
Mengukur Menentukan ukuran objek atau kejadian dengan menggunakan alat ukur yang sesuai
Mengkomunikasikan Menggunakan lisan, tulisan, atau grafik, untuk menggambarkan kejadian, aksi atau objek.
Membuat Model Membuat grafik, tulisan, atau untuk menjelaskan ide, kejadian, atau objek
Membuat Data Menulis hasil observasi dari objek atau kejadian menggunakan gambar, kata-kata, maupun angka.
Intermediate
KPS Klasifikasi
Inferring Membuat pernyataan mengenai hasil observasi yang
didukung dengan penjelasan yang msuk akal. Memprediksi Menerka hasil yang akan terjadi dari suatu kejadian
berdasarkan observasi dan biasanya pengetahuan dasar dari kejadian serupa
Edvanced
KPS Klasifikasi
Membuat hipotesis Membuat pernyataan mengenai suatu permasalahan dalam bentuk pertanyaan
Merancang Percobaan Membuat prosedur yang dapat menguji hipotesis Menginterpretasikan
Data
27 Proses Pembelajaran Menurut Wardiman, 1998: 32
“Proses pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses adalah proses belajar mengajar yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta–fakta, membangun konsep–konsep, dan teori– teori. Dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa itu sendiri, siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam kegiatan–kegiatan atau pengalaman–pengalaman ilmiah yang tak berbeda dengan apa yang dialami oleh ilmuwan. Siswa dilatih untuk berbuat seperti apa yang diperbuat oleh ilmuwan, berpikir dan bersikap seperti halnya ilmuwan bersikap.”
Pengklasifikasian keterampilan proses dasar yaitu:
1. Observasi (pengamatan)
Pengamatan merupakan salah satu keterampilan proses dasar. Keterampilan
pengamatan menggunakan lima indera yaitu penglihatan, pembau, peraba,
pengecap dan pendengar. Apabila siswa mendapatkan kemampuan melakukan
pengamatan dengan menggunakan beberapa indera, maka kesadaran dan kepekaan
mereka terhadap segala hal di sekitarnya akan berkembang, pengamatan yang
dilakukan hanya menggunakan indera disebut pengamatan kualitatif, sedangkan
pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur disebut pengamatan
kuantitatif. Melatih keterampilan pengamatan termasuk melatih siswa
mengidentifikasi indera mana yang tepat digunakan untuk melakukan pengamatan
suatu objek.
2. Measuring (pengukuran)
Klaslifikasi adalah proses yang digunakan ilmuwan untuk mengadakan
28 Keterampilan klasifikasi dapat dikuasai bila siswa telah dapat melakukan dua
keterampilan berikut ini:
a. Mengidentifikasi dan memberi nama sifat-sifat yanng dapat diamati dari
sekelompok objek yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasi.
b. Menyusun klasifikasi dalam tingkat-tingkat tertentu sesuai dengan sifat-sifat
objek. Klasifikasi berguna untuk melatih siswa menunjukkan persamaan,
perbedaan dan hubungan timbal baliknya.
3. Inferensi (menyimpulkan)
Inferensi adalah sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta hasil
pengamatan. Hasil inferensi dikemukakan sebagai pendapat seseorang terhadap
sesuatu yang diamatinya. Pola pembelajaran untuk melatih keterampilan proses
inferensi, sebaiknya menggunakan teori belajar konstruktivisme, sehingga siswa
belajar merumuskan sendiri inferensinya.
4. Prediksi (meramalkan)
Prediksi adalah ramalan tentang kejadian yang dapat diamati diwaktu yang akan
datang. Prediksi didasarkan pada observasi yang cermat dan inferensi tentang
hubungan antara beberapa kejadian yang telah diobservasi. Perbedaan inferensi
dan prediksi yaitu: Inferensi harus didukung oleh fakta hasil observasi, sedangkan
prediksi dilakukan dengan meramalkan apa yang akan terjadi kemudian
29
5. Clasifying (menggolongkan)
6. Communication (komunikasi)
Komunikasi didalam keterampilan proses berarti menyampaikan pendapat hasil
keterampilan proses lainnya baik secara lisan maupun tulisan. Dalam tulisan bisa
berbentuk rangkuman, grafik, tabel, gambar, poster dan sebagainya. Keterampilan
berkomunikasi ini sebaiknya selalu dicoba di kelas, agar siswa terbiasa
mengemukakan pendapat dan berani tampil di depan umum.
Menurut Rezba (2000), keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi
secara bersama-sama ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun
dalam kehidupan sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting
baik secara parsial maupun ketika terintegrasi secara bersama-sama. Keterampilan
proses dasar merupakan fondasi bagi terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh
karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan
ke keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks.
Keterampilan proses sains dapat meletakkan dasar logika untuk meningkatkan
kemampuan berpikir siswa bahkan pada siswa di kelas awal tingkat sekolah dasar.
Di kelas awal, siswa lebih banyak menggunakan keterampilan proses sains yang
mudah seperti pengamatan dan komunikasi, namun seiring perkembangannya
mereka dapat menggunakan keterampilan proses sains yang kompleks seperti
30 C. Instrumen Penilaian
1. Penilaian LKS
LKS dan Buku teks pembelajaran yang dibuat baik yang berbasis cetakan maupun
berbasis elektronik (e-Book) harus melalui tahapan pengujian untuk menilai kelayakan isi, agar sesuai dengan sasaran pengguna. Badan Standar Nasiolnal
Pendidikan pada tahun 2006 telah mengeluarkan format instrumen penilaian buku
pelajaran Fisika.
Instrumen penilaian tersebut meliputi komponen kelayakan isi, komponen
kebahasaan, dan komponen penyajian. Pada komponen-komponen tersebut
terdapat butir-butir penilaian yang lebih rinci. Dalam komponen kelayakan isi
terdapat butir-butir seperti cakupan materi, akurasi materi, dan kemuktahiran.
Dalam komponen kebahasaan terdapat butir-butir seperti kesesuaian bahasa yang
digunakan dengan perkembangan peserta didik, komunikatif, interaktif, lugas,
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar, dan penggunaan istilah dan
simbol/lambang. Komponen penyajian meliputi butir-butir teknik penyajian,
pendukung penyajian materi, dan penyajian pembelajaran.
Penilaian instrumen untuk menilai buku teks pelajaran Fisika dilakukan oleh ahli
materi dan ahli desain, untuk menilai sesuai atau tidaknya buku teks pelajaran
dengan sasaran pengguna buku teks tersebut dilakukan uji kelompok kecil oleh
siswa. Instrumen penilaian memiliki skor pada setiap butir pertanyaan. Skor 1
untuk tidak sesuai, 2 untuk kurang sesuai, 3 untuk sesuai, dan 4 untuk sangat
31 kemudian dibagi dengan jumlah total skor kemudian hasilnya dikalikan dengan
banyaknya pilihan jawaban. Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan
jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian di konversikan ke pernyataan
penilaian. Suyanto (2009) menyatakan bahwa:
[image:49.595.113.386.432.515.2]“Konversi skor penilaian ke pernyataan penilaian dapat di bagi dalam rentang 1,01–1,75 dengan kriteria Tidak Baik; 1,76–2,50 dengan kriteria Kurang Baik; 2,51–3,25 dengan kriteria Baik; dan 3,26–4,00 dengan kriteria Sangat Baik”.
Tabel 2.3 Konversi skor penilaian ke pernyataan kualitas.
Skor Penilaian Pernyataan Kualitas
3,26--4,00 Sangat Baik
2,51--3,25 Baik
1,76--2,50 Kurang Baik
1,01--1,75 Tidak Baik
Dari tabel 3 terlihat konversi penilaian ke pertanyaan kualitas, jika nilai yang
didapat pada uji internal 1,00–1,75 maka LKS tidak baik sedangkan jika nilai
1,76–2,50 maka LKS kurang baik dan harus mendapat suatu perbaiakan. Jika nilai
2,51–3,25 maka LKS sudah baik bisa mengalami perbaikan dan bisa juga tidak.
32 2. Komponen Penilaian Keterampilan Proses Sains
Dalam pengembangan lembar kerja siswa yang berbasiskan Keterampilan Proses
Sains mambutuhkan suatu komponen penilaian yang dapat mendukung hasil
pengembangan LKS tersebut. Setiap metode memiliki memiliki komponen
penilaian masing masing. Menurut Notohadiprawiro, (2006).
“Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan atau pendekatan rasional yang digabungkan dengan pendekatan
empirisme. Metode ilmiah menggabungkan rasionalisme dengan
empirisme. Dengan rasionalisme landasan pemikiran terpadu dan mantik, dan dengan empirisme diperoleh kerangka pengujian dalam memastikan kebenaran. Rasionalisme dapat menimbulkan kontroversi karena hakekat kebenaran tidak sama bagi semua orang. Empirisme bersifat subjektif karena memberikan arti kepada peristiwa menurut tafsiran atau pendapat pengamat. “
(http://soil.faperta.ugm.ac.id/tj/1991/1992%20meto.pdf, diakses 17 Desember 2011)
Metode ialah suatu kerangka kerja untuk melakukan suatu tindakan, atau suatu
kerangka berpikir menyusun gagasan, yang beraturan, berarah dan berkonteks,
yang berketerpaduan (relevant) dengan maksud dan tujuan tertentu.
3. Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Proses Sains
Penilaian merupakan proses pemberian atau penentuan nilai kepada objek
berdasarkan kriteria tertentu. Penilaian merupakan tahapan penting dalam proses
pembelajaran. Penilaian keterampilan proses sains merupakan pendekatan untuk
mengukur dan menilai kemampuan kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas atau
dalam mempertunjukkan kegiatan. Kinerja merupakan tanggapan aktif siswa
33 4. Cara Mengukur Keterampilan Proses Sains
A. Karakteristik Pokok Uji Keterampilan Proses Sains
1. Karakteristik umum, yaitu:
a. Pokok uji keterampilan proses tidak boleh dibebani konsep. Hal ini
diupayakan agar pokok uji tidak ranacu dengan pengukuran penguasaan
konsepnya. Konsep yang terlibat harus diyakini oleh penyusun pokok uji
sudah dipelajari siswa atau tidak asing bagi siswa.
b. Mengandung sejumlah informasi yang harus diolah responden atau siswa.
Informasinya dapat berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel atau
uraian, atau objek aslinya.
c. Aspek yang akan diukur harus jelas dan hanya mengandung satu aspek
saja, misalnya interpretasi.
2. Karakteristik khusus, yaitu:
a. Observasi harus dari objek atau peristiwa sesungguhnya
b. Interpretasi harus menyajikan sejumlah data untuk memperlihatkan pola
c. Klasifikasi harus ada kesempatan mencari/menemukan persamaan dan
perbedaan, atau diberikan kriteria tertentu untuk melakukan
pengelompokan atau ditentukan jumlah kelompok yang harus terbentuk
d. Prediksi harus jelas pola atau kecenderungan untuk dapat mengajukan
34 e. Berkomunikasi harus ada satu bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke
bentuk penyajian lainnya, misalnya bentuk uraian ke bentuk bagan atau
bentuk tabel ke bentuk grafik.
f. Berhipotesis dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara, atau
menguji pernyataan yang ada dan mengandung hubungan dua variabel
atau lebih, biasanya mengandung cara kerja untuk menguji atau
membuktikan
g. Merencanakan percobaan atau penyelidikan harus memberi kesempatan
untuk mengusulkan gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang akan
digunakan, urutan prosedur yang harus ditempuh, menentukan peubah,
mengendalikan peubah
h. Menerapkan konsep atau prinsip harus membuat konsep/prinsip yang
akan diterapkan tanpa menyebutkan nama konsepnya.
Mengajukan pertanyaan harus memunculkan sesuatu yang mengherankan,
mustahil, tidak biasa atau kontraktif agar responden atau siswa
termotivasi untuk bertanya.
B. Penyusunan Pokok Uji Keterampilan Proses sains
Penyusunan pokok uji KPS sebaiknya memilih satu konsep tertentu lalu
menyajikan sejumlah informasi yang perlu diolah. Setelah itu menentukan bentuk
jawaban yang diminta misalnya tanda silang, tanda cek, atau menuliskan jawaban
singkat 3 buah lalu menyiapkan pertanyaan untuk memperoleh jawaban yang
diharapkan. Misalnya uji keterampilan observasi tentang bagian-bagian bunga.
35 mahkota bunga, bentuk kepala sari, keadaan kepala putik, dan ciri bunga tersebut.
Respon diminta dalam bentuk jawaban singkat lima buah berurutan ke bawah dari
a sampai e (Rustaman, 2003).
C. Pemberian Skor Pokok Uji Keterampilan Proses Sains
Pokok uji keterampilan proses memerlukan skor dengan cara tertentu. Setiap
respon yang benar diberi skor dengan bobot tertentu, umpamanya masing-masing
1 untuk pokok uji observasi di atas yang berarti jumlah skornya 5. Untuk respon
yang lebih kompleks, misalnya membuat pertanyaan, dapat diberi skor bervariasi
berdasarkan tingkat kesulitannya. Misalnya pertanyaan berlatar belakang hipotesis
diberi skor 3; pertanyaan apa, mengapa, bagaimana diberi skor 2; pertanyaan yang
meminta penjelasan diberi skor 1 (Rustaman, 2003).
Pada pembelajaran IPA khususnya fisika seharusnya menggunakan metode
pembelajaran bereksperimen bukan halnya ceramah seperti dahulu. Namun ada
yang masih menggunakan metode ceramah karena belum adanya media yang
mendukung pembelajaran. Pembelajaran dengan bereksperimen membutuhkan
penilaian keterampilan proses sains untuk melihat keefektihan metode dan
36
III. METODE PENELITIAN
A. Setting Pengembangan
Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan LKS Fisika Berbasis KPS.
Sasaran pengembangan program adalah Setandar Kompetensi Menyelidiki
sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dengan adanya LKS ini, siswa
diharapkan akan lebih mudah memahami konsep yang diajarkan karena mereka
dapat mepelajari materi fisika dengan pengalaman secara langsung melalui suatu
kegiatan keterampilan proses/penemuan.
B. Prosedur Pengembangan
Metode penelitian yang digunakan mengacu pada prosedur pengembangan media
intruksional pembelajaran menurut Suyanto (2009), yang memuat
langkah-langkah pokok penelitian pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan
produk. Produk yang dihasilkan pada penelitian pengembangan ini berupa lembar
kerja siswa atau LKS. LKS yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan sebagai
sumber belajar bagi siswa SMP untuk memahami materi pelajaran dengan
menerapkan pembelajaran berbasis keterampilan proses sains. Model
pengembangan tersebut meliputi tujuh prosedur pengembangan produk dan uji
produk, yatiu: 1) Analisis kebutuhan, 2) Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi
37 Pengembangan produk, 5) Uji internal: Uji spesifikasi, Uji ahli desain dan Uji ahli
isi 6) Uji eksternal, Uji kemanfaatan produk oleh pengguna, 7) Produksi.
Untuk prosedur pengujian