• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi UAS SALWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Materi UAS SALWA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

QADHA’ DAN QADAR

Sesungguhnya segala sesuatu telah Kami Ciptakan menurut ukuran.

Innā kulla syai-in (sesungguhnya segala sesuatu), termasuk amal perbuatan kalian. Khalaqnāhu bi qadar (telah Kami Ciptakan menurut ukuran), akan tetapi kalian mengingkari hal itu. Ayat ini diturunkan berhubungan dengan ahli qadar.

Ada yang mengungkapkan, innā kulla syai-in khalaq nāhu bi qadar (sesungguhnya segala sesuatu telah Kami Ciptakan menurut ukuran), yakni Kami telah

Menciptakan untuk segala sesuatu, bentuknya dan hal-hal yang bersesuaian dengannya, seperti pakaian dan barang-barang.

(AL QAMAR:49).

Dan tiadalah Perintah Kami melainkan satu saja seperti kedipan mata.

Wa mā amrunā (dan tiadakah Perintah Kami) berkenaan dengan terjadinya kiamat. Illā wāhidatun (melainkan satu saja), yakni satu kata saja, dan tidak akan diulangi. Ka lamhim bil bashar (seperti kedipan mata), yakni yang kecepatannya bagaikan kejapan mata.

(AL QAMAR: 50)

Sesungguhnya Perintah-Nya, apabila Dia Menghendaki sesuatu, hanyalah berkata kepadanya, “Jadilah!” maka terjadilah ia.

(2)

Idzā arāda syai-an (apabila Dia Menghendaki sesuatu), yakni Menghendaki terjadinya kebangkitan, maka kebangkitan itu akan terjadi.

Ay yaqūla lahū kuη fa yakūn (hanyalah berkata kepadanya, “Jadilah!” maka terjadilah ia), yakni terjadilah hari kiamat.

(YASIN :82)

Yang Menentukan, kemudian Memberi petunjuk,

Wal ladzī qaddara (yang Menentukan), yakni yang telah Menjadikan semua laki-laki dan perempuan.

Fa hadā (kemudian Memberi petunjuk), yakni kemudian mengenalkan dan mengilhamkan, bagaimana laki-laki dan perempuan itu menjadi sempurna. Menurut satu pendapat, Dia benar-benar telah Menciptakannya dalam rupa yang cantik atau jelek, tinggi atau pendek. Ada yang berpendapat, Dia telah

Menakdirkan kebahagiaan dan kecelakaan bagi Makhluk-Nya; fa hadā (kemudian Memberi petunjuk), yakni kemudian Menjelaskan keimanan dan kekafiran serta kebaikan dan kekafiran.

(AL-‘ALA: 3)

(3)

Lahū mu‘aqqibātun (baginya [setiap manusia] ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya secara bergiliran), yakni malaikat-malaikat yang saling bergiliran. Malaikat malam bergiliran dengan malaikat siang dan malaikat siang bergiliran dengan malaikat malam.

Mim baini yadaihi wa min khalfihī yahfazhūnahū min amrillāh, innallāha lā

yughayyiru mā bi qaumin (di depan dan di belakangnya. Mereka menjaganya atas Perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan Mengubah keadaan suatu kaum), yakni ketenteraman dan kenikmatan yang ada pada suatu kaum.

Hattā yughayyirū mā bi aηfusihim (sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka) dengan cara tidak bersyukur.

Wa idzā arādallāhu bi qaumiη sū-an (dan apabila Allah Menghendaki keburukan terhadap suatu kaum) dengan cara menimpakan azab dan kehancuran.

Fa lā maradda lahū (maka tidak ada yang dapat menolaknya), yakni menolak Ketentuan Allah terhadap mereka.

Wa mā lahum (sekali-kali tidak ada bagi mereka), yakni bagi orang-orang yang hendak Dibinasakan Allah itu.

Miη dūnihī (selain Dia), yakni selain Allah Ta‘ala.

Miw wāl (pelindung), yakni pembela dari Azab Allah Ta‘ala. Menurut satu pendapat, tempat berlindung untuk perlindungan mereka.

(AR-RA’DU: 11)

AL-QUR’AN

(4)

kemudian antarkanlah dia ke tempat yang aman baginya. Hal itu karena mereka adalah kaum yang tidak mengetahui.

Wa in ahadum minal musyrikīnastajāraka (dan jika seseorang di antara orang-orang musyrik itu meminta perlindungan kepadamu), yakni meminta pengamanan

kepadamu.

Fa ajirhu (maka lindungilah dia), yakni berilah dia keamanan.

Hattā yasma‘a kalāmallāhi (supaya dia sempat mendengar Firman Allah), yakni Firman Allah yang kamu bacakan.

Tsumma abligh-hu ma’manah (kemudian antarkanlah dia ke tempat yang aman baginya), yakni jika dia tidak mau beriman, maka antarkanlah dia ke tempat tinggalnya.

Dzālika (hal itu), yakni yang telah Aku terangkan itu.

Bi annahum qaumul lā ya‘lamūn (karena mereka adalah kaum yang tidak mengetahui) Perintah Allah dan tauhīdullāh.

(AT TAUBAH: 6)

Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah Berkata-kata dengannya kecuali dengan (penyampaian) wahyu atau di belakang hijab, atau Dia Mengutus seorang utusan kemudian mewahyukan dengan Seizin-Nya apa yang Dia

Kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. Wa mā kāna (dan tidak ada), yakni tidak diperkenankan.

(5)

Illā wahyan (kecuali [penyampaian] wahyu) pada saat tidur.

Au miw warā-i hijābin (atau di belakang hijab), yakni di belakang tabir sebagaimana Dia pernah Berbicara dengan Nabi Musa a.s..

Au yursila rasūlan (atau Dia Mengutus seorang utusan), yaitu Jibril yang Dia Utus kepada Nabi Muhammad saw..

Fa yūhiya bi idznihī (kemudian mewahyukan dengan Seizin-Nya), yakni dengan Perintah-Nya.

Mā yasyā-u (apa yang Dia Kehendaki), yakni perintah dan larangan yang Dia Kehendaki.

Innahū ‘aliyyun (sesungguhnya Dia Maha Tinggi), yakni yang paling tinggi dari apa pun.

Hakīm (lagi Maha Bijaksana) dalam Perintah dan Ketentuan-Nya. (ASY-SYURA: 51)

UCAPAN RASULULLAH

Sesungguhnya ia benar-benar merupakan firman (yang diturunkan melalui) utusan yang mulia,

Innahū (sesungguhnya ia), yakni al-Quran.

La qaulu rasūling karīm (benar-benar merupakan firman [yang diturunkan melalui] utusan yang mulia), yakni Allah Ta‘ala Menurunkan Jibril a.s. untuk membawanya kepada rasul yang mulia dalam Pandangan Allah Ta‘ala, yaitu Nabi Muhammad saw..

(6)

Dzī quwwatin (yang mempunyai kekuatan), yakni Jibril a.s. mempunyai kekuatan untuk menghadapi musuh-musuhnya.

‘Iηda dzil ‘arsyi makīn (di sisi Pemilik Arasy, dan juga kedudukan tinggi), yakni mempunyai kedudukan dan martabat yang tinggi di sisi Allah Ta‘ala.

yang dipatuhi di sana serta dipercaya.

Muthā‘in (yang dipatuhi), yakni Jibril a.s. itu dipatuhi.

Tsamma (di sana), yakni di langit ia dipatuhi oleh para malaikat.

Amīn (serta dipercaya) untuk menyampaikan risalah kepada para Nabi-Nya. (AT-TA’WIR:19-21)

yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat,

‘Allamahū (yang diajarkan kepadanya), yakni yang diberitahukan kepadanya.

Syadīdul quwā (oleh [Jibril] yang sangat kuat), yakni sangat kuat secara fisik.

yang mempunyai kehebatan, lalu ia menampakkan diri dalam sosoknya yang asli,

Dzū mirratin (yang mempunyai kehebatan), yakni yang mempunyai

kedahsyatan. Ada yang berpendapat, yang mempunyai kekuatan. Kekuatan Jibril a.s. (tampak) ketika ia memasukkan tangannya ke bawah negeri Luth. Kemudian memindahkannya dari air yang hitam dan mengangkatnya ke langit seraya

(7)

Jibril a.s. lainnya adalah ketika ia memegang kedua tiang gerbang Anthaqiyyah lalu meneriakkan suatu pekikan, hingga matilah semua makhluk yang ada di Anthaqiyyah. Menurut satu pendapat, kekuatan Jibril a.s. terbukti ketika ia menampar iblis dengan sayapnya sekali tamparan. Hal itu dilakukan Jibril a.s. di atas sebuah anak bukit yang ada di Baitul Maqdis, ia memukul iblis (dan

menghempaskannya) hingga ke sebuah batu paling jauh yang ada di India.

Fastawā (lalu ia menampakkan diri dalam sosoknya yang asli), yakni Jibril menampakkan diri dalam sosoknya yang asli sebagaimana yang Diciptakan Allah Ta‘ala. Menurut satu pendapat, lalu ia menampakkan diri dalam sosok makhluk yang sangat tampan.

sedangkan ia berada di ufuk yang paling tinggi.

Wa huwa bil ufuqil a‘lā (sedangkan ia berada di ufuk yang paling tinggi), yakni di tempat terbit matahari. Ada yang berpendapat, di langit ke tujuh.

(AN NJAM: 5-7)

Bacalah dengan Nama Rabb-mu yang telah Menciptakan.

Iqra’ (bacalah), yakni bacalah, hai Muhammad! Inilah yang pertama kali diturunkan Jibril a.s. kepada beliau.

Bismi rabbika (dengan Nama Rabb-mu), yakni dengan Perintah Rabb-mu. Alladzī khalaq (yang telah Menciptakan) seluruh makhluk.

Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah.

(8)

Min ‘alaq (dari segumpal darah), yakni dari darah yang segar. Lalu Nabi saw . berkata, Wahai Jibril, saya tidak bisa membaca. Kemudian Jibril a.s. membacakan empat ayat pertama dari surah ini kepada beliau, Jibril a.s. berkata:

Bacalah, dan Rabb-mu adalah Yang Maha Pemurah. Iqra’ (bacalah) al-Quran, hai Muhammad!

Wa rabbukal akram (dan Rabb-mu adalah Yang Maha Pemurah), yakni Yang Maha Pemaaf lagi Maha Penyantun terhadap kejahilan Hamba-hamba-Nya.

Yang telah mengajar dengan pena.

All adzī ‘allama bil qalam (yang telah mengajar dengan pena), yakni mengajarkan menulis dengan pena.

Dia telah Mengajari manusia apa yang tidak ia ketahui.

‘Allamal iηsāna (Dia telah Mengajari manusia), yakni (Mengajari) menulis dengan pena.

Mā lam ya‘lam (apa yang tidak ia ketahui) sebelumnya. Menurut satu pendapat, ‘allamal iηsāna (Dia telah Mengajari manusia), yakni Mengajari Adam a.s. nama-nama segala sesuatu; mā lam ya‘lam (apa yang tidak ia ketahui)

sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

padahal keika di dunia mereka semua sangat baik, hidup terhormat dan menghargai manusia yang lain dengan pertolongan dan bantuan yang belum tentu muslim mampu mengimbanginya,

Muhasabah berasal dari kata hasibah yang artinya menghisab atau menghitung. Dalam penggunaan katanya, muhasabah diidentikan dengan menilai diri sendiri atau mengevaluasi,

Artinya,meskipun individu maupun masyarakat adalah beragam dan berbeda-beda tetapi mereka memiliki dan diakui akan kedudukan, hak-hak dan kewajiban yang sama

Kedungmundu Raya No 95 Kel Sendangguwo/ RUKO.. PSIS BLOK

(Iran, 2010) mendapatkan hasil penelitian bahwa terdapat perbedaan yang tidak signifikan terhadap rendahnya nilai rerata T3 dan T4 dan peningkatan kadar TSH pada kelompok

Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti faktor-faktor sosiologis yang terdapat dalam novel karya Ahmad Tohari dengan berjudul “Ronggeng Dukuh Paruk”.. Ahmad

Diferensiasi sel terjadi bila sel-sel tubuh mengalami perubahan dalam sifat atau fungsi semulanya. Perubahan sifat dan fungsi sel ini adalah salah satu karakteristik dari