• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PENGAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PROBLEM BASED INSTRUCTION)PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 8 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PENGAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PROBLEM BASED INSTRUCTION)PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 8 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PENGAJARAN BERDASARKAN MASALAH

(PROBLEM BASED INSTRUCTION)PADA SISWA KELAS IV S D N E G E R I 8 M E T R O B A R A T

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

LUMINTO WIDIATOKO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PENGAJARAN BERDASARKAN MASALAH

(PROBLEM BASED INSTRUCTION)PADA SISWA KELAS IV S D N E G E R I 8 M E T R O B A R A T

TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh

LUMINTO WIDIATMOKO

Permasalahan yang ada di SD Negeri 8 Metro Barat yaitu rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa sebesar 45,8%, terlihat dari siswa yang mencapai ketuntasan belajar yangmemperoleh nilai >65 baru mencapai 11 orang siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, evaluasi, dan refleksi. Instrumen analisis tingkat keberhasilan atau persentase ketuntasan belajar siswa pada setiap siklusnya berupa soal test tertulis pada setiap akhir siklus, untuk aktivitas belajar siswa berupa lembar observasi aktivitas siswa dan untuk kinerja guru berupa lembar observasi kinerja guru. Data kualitatif dianalisis dengan teknik deskriptif dengan tujuan mengetahui aktivitas siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model

PengajaranBerdasarkanMasalah (Problem Based Instruction)dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal inidapatdilihat dari nilai aktivitas siswa pada siklus I dengan nilai aktivitas siswa 51,85(cukup) dan meningkat pada siklus II menjadi 76,96 (baik).Peningkatanhasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai hasil belajar siklus I dengan nilai terendah 20, nilai rata-rata 57,50, persentase ketuntasan belajar sebesar 54, 17%, Hasil akhir siklus Iinilai terendah 25, nilai rata-rata 80,63, serta persentase ketuntasan belajar sebesar95,83% siswa.Dengan demikian maka model PengajaranBerdasarkanMasalah (Problem Based Instruction) baik untuk digunakansebagaiproses pengajaran.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Batasan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Hasil Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 7

1. Belajar ... 7

a. Aktivitas Belajar ... 8

b.Hasil Belajar ... 10

2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 12

3. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 13

B. Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Prosedur Penelitian ... 22

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

C. Subjek Penelitian ... 22

D. Tahap Pelaksanaan Penelitian... 23

(7)

F. Alat Pengumpulan Data... 28

G. Analisa Data ... 29

H. Indikator Keberhasilan... 31

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 32

B. Pembahasan ... 49

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sintak Pengajaran Berdasarkan Masalah ... 17

2. Penilaian Aktivitas Belajar Siswa ... 29

3. Penilaian Kinerja Guru ... 30

4. Kriteria Ketuntasan Siswa dalam Presentase ... 31

5. Hasil Observasi aktivitas siswa Siklus I... 35

6. Kinerja Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus I ... 38

7. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 39

8. Hasil Observasi aktivitas siswa Siklus II ... 44

9. Kinerja Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus II ... 46

10.Hasil Belajar siswa Siklus II ... 48

11.Rekapitulasi Nilai Aktivitas Belajar Siklus I dan II ... 49

12.Perbandingan Kinerja Guru Siklus I dan II ... 50

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Siklus Penelitian Tindakan dari Kemmis dan Taggart ... 22

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat izin Penelitian ... 57

2. Surat Keterangan Penelitian ... 58

3. Surat Pernyataan Peneliti ... 59

4. Pemetaan Standar Kompetensi ... 60

5. Silabus Pembelajaran ... 61

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 63

7. Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 68

8. Soal Evaluasi Siklus I... 71

9. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I ... 73

10.Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 74

11.Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 75

12.Instrumen Penilaian Kinerja Guru Siklus I ... 77

13.Rencana Perbaikan Pembelajaran ... 81

14.Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 85

15.Soal Evaluasi Siklus II ... 86

16.Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II ... 88

17.Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 89

18.Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 91

19.Instrumen Penilaian Kinerja Guru Siklus II ... 93

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,ini

berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu

berkembang dalam pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu

proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan

melangsungkan kehidupan.

Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 31 ayat (1) bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, ayat (2) setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya, ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang dan ayat (4) negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional bahwa manusia membutuhkan pendidikan dalam

kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha manusia agar dapat mengembangkan

potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan

diakui oleh masyarakat.Untuk itu seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan

kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia.

Tujuan dari pembelajaran IPA di SD dimaksudkan guna menumbuhkan

sikap ilmiah dalam diri siswa, melalui beberapa aspek yaitu faktual,

keseimbangan antara proses dan produk, keaktifan dalam proses penemuan,

(12)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsipsaja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan”. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses

diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual.

Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang

melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.

Salah satu kelemahan pembelajaran IPA pada mayoritas SD selama ini

adalah bahwa pembelajaran tersebut lebih menekankan pada penguasaan sejumlah

fakta dan konsep, dan kurang memfasilitasi siswa agar memiliki hasil belajar yang

comprehensive. Tidak jarang pembelajaran IPA bahkan dilaksanakan dalam

bentuk latihan-latihan penyelesaian soal-soal tes, semata-mata dalam rangka

mencapai target nilai tes tertulis evaluasi hasil belajar sebagai “ukuran utama”

prestasi siswa dan kesuksesan guru dalam mengelola pembelajaran. Oleh karena

target seperti itu maka guru tidak terlalu terdorong untuk menghadirkan

fenomena-fenomena alam ke dalam pembelajaran IPA.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan terhadap pembelajaranIPApada

semester ganjilkhususnya di kelas IVSD Negeri 8 Metro Barat diperoleh

gambaran bahwa selama ini guru banyak menggunakan metode ceramah dalam

menyampaikan materi dan hanya mengerjakan tugas-tugas yang ada pada buku

pegangan siswa. Pembelajaran selama ini hanya terfokus kepada guru sehingga

(13)

3

konsep yang diajarkan. Siswa hanya aktif membuat catatan saja dan menyebabkan

siswa menjadi belajar menghafal yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian.

Guru dalam mengajar selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan

pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk

menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya

menyelesaikan masalah.

Hasil belajar IPA siswa kelas IVpada semester ganjilSD Negeri 8 Metro

Baratdiperoleh nilai rata-rata kelas masih dibawah standar KKM. Dari 24orang

siswa yang memperoleh nilai >65 baru mencapai 11 orang siswa atau 45,83%.

Hasil belajar tersebut, masih rendah jika dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) belajar yang ditetapkan oleh pihak sekolah yaitu harus mencapai

minimal 65.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka diperlukan upaya untuk

meningkatan kemamampuan siswa dalam memahami fenomena-fenomena yang

ada dalam pembelajaran IPA dengan mendorong kemandirian siswa dalam

memecahkan masalah yang ada.Meminjam pendapat Bruner (dalam Trianto

2011), bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta

pengetahuan, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Suatu

konsekuensi logis, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah

secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkret, dengan pengalaman

tersebut dapat digunakan pula memecahkan masalah-masalah serupa, karena

(14)

Model Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)

berfungsi sebagai sarana dalam proses pembelajaran IPAmembantu siswa dalam

mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah dan

mengembangkan ketrampilan intelektual, belajar mengenal berbagai peran orang

dewasa melalui perlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan

menjadi pelajar yang mandiri. Hasil penelitian Anggraini(2011) menunjukkan

model pengajaran berdasarkan masalahterbukti dapat meningkatkan dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siwa.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka untuk meningkatkan aktivitas dan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, peneliti ingin mengembangkan

penggunaan model Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based

Instruction)dalam pembelajaran IPA pada kelas IV SD Negeri 8 Metro Barat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasikan

beberapamasalah antara lain:

1. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan

materi pada mata pelajaran IPA.

2. Guru kurang membimbing dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

lebih berperan aktif dalam memecahkan masalah secara mandiri.

3. Siswa hanya mengerjakan tugas-tugas yang ada pada bukupegangansaja.

4. Dalam proses pembelajaran siswa hanya aktif membuat cacatan saja

5. Masih rendahnya aktivitas belajar siswa.

6. Hanya 37,93% siswa kelas IVyang hasil belajar pada semester ganjil tahun

(15)

5

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis merumuskan

masalah:

1. Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar siswa dengan penggunaan model

Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)pada mata

pelajaran IPA siswa Kelas IVSD Negeri 8 Metro Barat tahun pelajaran

2012-2013?.

2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa dengan penggunaan model

Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)pada mata

pelajaran IPA siswa Kelas IV SD Negeri 8 Metro Barat tahun pelajaran

2012-2013?

D. Batasan Masalah

Untuk membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini penulis

membatasi masalah pada meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata

pelajaran IPA dengan penggunaan model Pengajaran Berdasarkan Masalah

(Problem Based Instruction)pada kelas IV SD Negeri 8 Metro Barat.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, tujuan penelitian tindakan kelas

yang ingin dicapai adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar padamata pelajaran IPAdengan penggunaan

Model Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)pada

(16)

2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan

penggunaan Model Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based

Instruction)pada siswa kelas IV SD Negeri 8 Metro Barat tahun pelajaran

2012-2013.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:

1. Siswa, hasil belajar siswa dapat meningkat khususnya pada kelas IVSD

Negeri 8 Metro Barat pada pelajaran IPA denganpenggunaan model

Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)yang akan dapat

melatih siswa untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Keterlibatan siswa

secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir

pembelajaran.

2. Guru, dapat lebih profesional dan memahami akan manfaat digunakannya

metodepembelajaran yang bervariasi sehingga diharapkan menjadi guru yang

lebih kreatif dalam melakukan proses pembelajaran dan lebih jauh lagi

diharapkan metode ini dapat diterapkan pada mata pelajaran yang lain.

3. Sekolah,dapat lebih meningkatnya kualitas pendidikan dan memberikan

sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di

SD Negeri 8 Metro Barat.

4. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengetahuan, sehingga dapat

memberikan informasi penting terhadap dunia pendidikan berkaitan dengan

penggunaan modelPengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based

(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka 1. Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan

kehidupan manusia. Kegiatan belajar merupakan dasar dari setiap siswa untuk

memahami sutu mata pelajaran di sekolah dan suatu aktivitas yang di dalamnya

terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi

mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal.

Menurut Rahadi (2004: 7) belajar merupakan usaha yang dilakukan

seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk mengubah

perilaku.Sejalan dengan pendapat tersebut menurut Winkel (1983: 36) belajar

merupakan suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek

dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman ketrampilan nilai sikap yang bersifat konstan atau menetap.

Belajar sering disebut juga sebagai model perseptual dan tingkahlaku

seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahaman tentang situasi

berhubungan dengan tujuan belajar.Menurut teori konstruktivisme, satu prinsip

yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya

(18)

pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk

proses ini, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau

menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara

sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.

Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke

pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat

anak tangga tersebut (Nur, 2002: 8).

Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar itu

adalah usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya

dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman

ketrampilan nilai sikap yang bersifat konstan atau menetap.

a. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan

belajar mengajar siswa karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat, “learning

by doing” (Sardiman, 2001: 92). Setiap orang yang belajar harus aktif sendiri

tanpa ada aktivitas, maka proses belajar tidak mungkin terjadi. Aktivitas

merupakan bagian yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Sardiman

(2001: 93) mengemukakan bahwa: pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

berbuat untuk mengubah tingkah laku. Jadi tidak ada kegiatan belajar kalau tidak

ada aktivitas.

Menurut pendapat Winkel (1983: 48) menyatakan bahwa aktivitas belajar

atau kegiatan belajar adalah segala bentuk kegiatan siswa yang menghasilkan

suatu perubahan yaitu hasil belajar yang dicapai. Menurut Abdurrahman (2006:

(19)

9

maupun kegiatan rohani yang mendukung keberhasilan belajar. Semakin banyak

aktivitas yang dilakukan oleh siswa, diharapkan siswa akan semakin memahami

dan menguasai pelajaran yang disampaikan guru. Aktivitas siswa tidak hanya

cukup mendengarkan dan mencatat seperti lazimnya terdapat di sekolah-sekolah

tradisional.

Dalam proses pembelajaran, guru perlu membangkitkan aktivitas siswa

dalam berfikir maupun berbuat. Slameto (2004:36) menyatakan bahwa

penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan

berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam

bentuk yang berbeda seperti: mengajukan pertanyaan, menyatakan pendapat, dan

membuat kesimpulan bersama guru.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka penulis menyimpulkan

bahwa aktivitas belajar adalah segala bentuk kegiatan belajar siswa baik kegiatan

jasmani maupun rohani yang mendukung keberhasilan belajar yang baik sehingga

menghasilkan suatu perubahan yang positif sebagai hasil belajar yang dicapai.

Diedrich yang dikutip oleh Sardiman (2001: 95) membuat suatu daftar

yang berisi macam-macam kegiatan siswa, antara lain dapat digolongkan sebagai

berikut: 1) visual activities, 2) oral activities, 3) listening activities, 4) writing

activities, 5) drawing activities, (6) motor activities. Bila siswa menjadi

partisipan yang aktif, maka siswa akan memiliki pemahaman yang lebih baik.

Pada kegiatan pembelajaran, perhatian siswa merupakan kesadaran yang

menyertai aktivitas siswa. Hamalik (1994) berpendapat: kegiatan atau aktivitas

siswa dalam pembelajaran bermanfaat bagi dirinya yaitu siswa memperoleh

pengalaman langsung, memupuk kerja sama, disiplin belajar, kemampuan berfikir

(20)

Siswa dikatakan aktif belajar jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu

yang sesuai dengan tujuan belajarnya, memberikan tanggapan terhadap suatu

peristiwa dan mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam proses belajarnya.

Untuk itu aktivitas siswa dalam pembelajaran perlu diperhatikan.

Beberapa aktivitas siswa yang tidak sesuai dengan kegiatan pembelajaran

dimana siswa tidak terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran

seperti: 1) berbicara yang tidak berhubungan dengan pembelajaran, 2) tidak

mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, 3) mengerjakan tugas orang lain,

4) mengganggu teman kelompok, 5) mencari perhatian.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar digunakan guru untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat

menyerap materi pembelajaran yang telah diberikan. Melalui hasil belajar tersebut

dapat diambil beberapa tindak lanjut seperti perbaikan (remidial) bagi peserta

didik, perbaikan program dan proses pembelajaran, dan pelaporan pada akhir

proses belajar.

Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mujiono (2002: 36), bahwa hasil belajar

yang diperoleh seseorang setelah belajar, berupa keterampilan, pengetahuan, sikap

dan nilai. Poerwanto (1998: 28) mengemukakan bahwa hasil belajar atau prestasi

belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana

yang dinyatakan dalam raport. Sedangkan Winkel (1986: 226) yang dikutip oleh

Sudjana (1990: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang

diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar, belajar itu sendiri merupakan

perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia dan proses tersebut tidak

akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang

(21)

11

Menurut Hamalik (2005) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar

akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sedangkan menurut

Dimyati dan Mudjiono (1999:3), hasil belajar merupakan hal yang dapat

dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

dibandingkan pada saat sebelum belajar.

Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar

merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom dalam (Sudjana, 2007; 116) hasil

belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah yaitu kognitif,

afektif, dan psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi, dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria

dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.Hal ini dapat tercapai apabila siswa

sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih

baik lagi.

Berdasarkan pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah

(22)

bahkan tidak akan hilang selama-lamanya, karena hasil belajar turut serta dalam

membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi

sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih

baik.

2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar

IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam

semesta.Pengertian ilmu pengetahuan alam Ilmu pengetahuan alam atau sains

(science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan,

tetapi kemudian berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains.

Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan

pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains

adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan

mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak

dapat dipisahkan. “Real Science is both product and process, inseparably Joint

(Agus. S. 2003: 11). Sedangkan dalam kurikulum 2006: “IPA berhubungan

dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Untuk membahas hakikat IPA, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

sehingga memungkinkan para guru memahami IPA dalam perspektif yang lebih

luas.Menurut Hardy dan Fleer (1996: 15-16), sekurang-kurangnya ada 7 ruang

lingkup pemahaman IPA sebagaimana berikut:

1. IPA sebagai kumpulan pengetahuan

(23)

13

2. IPA sebagai suatu proses penelusuran (investigation)

Umumnya merupakan suatu pandangan yang menghubungkan gambaran IPA yang berhubungan erat dengan kegiatan laboratorium beserta perangkatnya.

3. IPA sebagai kumpulan nilai

Berhubungan erat dengan penekanan IPA sebagai proses, pandangan ini menekankan pada aspek nilai ilmiah yang melekat pada IPA. Ini termasuk di dalamnya nilai kejujuran, rasa ingin tahu, dan keterbukaan.

4. IPA sebagai cara untuk mengenal dunia Proses

IPA dipertimbangkan sebagai suatu cara di mana manusia mengerti dan memberi makna pada dunia di sekeliling mereka, selain juga merupakan salah satu cara untuk mengetahui dunia beserta isinya dengan segala keterbatasannya.

5. IPA sebagai institusi sosial

IPA seharusnya dipandang dalam penegrtian sebagai kumpulan para profesional, yang didanai, dilatih dan diberi penghargaan akan hasil karya. 6. IPA sebagai hasil konstruksi manusia

Pandangan ini menunjuk pada pengertian bahwa IPA sebenarnya merupakan penemuan dari suatu kebenaran ilmiah mengenai hakikat semesta alam. Hal pokok dalam pandangan ini adalah IPA merupakan konstruksi pemikiran manusia. Oleh karenanya, dapat saja apa yang dihasilkan IPA memiliki sifat bias dan sementara.

7. IPA sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari

Apa yang dipakai dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sangat dipengaruhi oleh IPA. Bukan saja pemakaian berbagai jenis produk teknologi sebagai hasil investigasi dan pengetahuan, melainkan pula cara bagaimana orang berpikir mengenai situasi sehari-hari sangat kuat dipengaruhi oleh pendekatan ilmiah (scientific approach).

3. Model Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) a. Pengertian Problem Based Instruction

Istilah Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBM) diadopsi dari istilah

Inggris Problem Based Instructrion (PBI).Model pengajaran ini mulai

diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah

terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan

bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk

melakukan penyelidikan dan inkuiri.Menurut Dewey (dalam Trianto, 2011:

(24)

respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan

lingkungan.Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan

masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu

secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai,

dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang

diperoleh lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna

memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.

Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif

untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu

siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan

menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan

sekitarnya.Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahup dasar

maupun kompleks (Trianto, 2011: 92).

Pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok

kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati

oleh siswa dan guru. Model pemelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh

teori belajar konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan

menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerja

sama di antara siswa-siswa. Dalam model pemelajaran ini guru memandu

siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap

kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan

strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru

menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya

(25)

15

b. Ciri-ciri khususProblem Based Instruction

Menurut Arends (dalam Trianto, 2011: 93), berbagai pengembang

pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu

memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.

2) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, dan ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

3) Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpul dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.

4) Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.

5) Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.

c. Tujuan Pengajaran Berdasarkan Masalah

Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki bertujuan:

1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan

pemecahan masalah.

2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik.

(26)

d. Manfaat Pengajaran Berdasarkan Masalah

Pengajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.Pengajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri (Ibrahim dan Nur, 2000).

Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan

bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran.Objek pelajaran tidak dipelajari dari

buku, tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya.Selain manfaat, model

pengajaran berdasarkan masalahnya memiliki kelebihan dan kekurangan.

Menurut Trianto (2011: 96), kelebihan PBM sebagai suatu model

pembelajaran adalah:

(1) realisticdengan kehidupan siswa; (2) konsep Sesuai dengan kebutuhan siswa; (3) memupuk sifat inqury siswa; (4) retensi konsep jadi kuat; dan (5) memupuk kemampuan problem solving.

Selain kelebihan tersebut PBM juga memiliki beberapa kekuarangan antara lain:

(1) Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks; (2) sulitnya mencari problem yang relevan; (3) Sering terjadi miss-konsepsi; dan (4) konsumsi waktu, di mana model ini memerlukan waktu yang cukup dam proses penyelidikan. Sehingga terkadang banyak waktu yang tersita untuk proses tersebut.

e. Langkah-langkah Pengajaran Berdasarkan Masalah

Langkah-langkah praktis yang harus dilakukan oleh guru dan siswa

dalam suatu kegiatan. Pada pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari 5

(lima) langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa

dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil

kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan berdasarkan langkah-langkah

(27)

17

Peran guru di dalam kelas PBI antara lain sebagai berikut:

1) Mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata seharihari;

2) Memfasilitasi/membimbing penyelidikan misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimen/percobaan;

3) Memfasilitasi dialog siswa; dan

4) Mendukung belajar siswa (Trianto, 2011: 98).

Tabel 1. Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap-1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.

Tahap-2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap-3

Membimbing penyelidikan individual dan kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Tahap-5

Menganalisis dan mengevaluasi

proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

(28)

f. Pelaksanaan Pengajaran Berdasarkan Masalah

1) Tugas-tugas Perencanaan

Model pengajaran berdasarkan masalah membutuhkan banyak

perencanaan, seperti model pembelajaran yang berpusat pada siswa

lainnya.

a) Penetapan tujuan

Model pengajaran berdasarkan masalah dirancang untuk

mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki, memahami

peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi pelajar yang

mandiri.Dalam pelaksanaannya pembelajaran berdasarkan masalah

bisa saja diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

b) Merancang situasi masalah

Beberapa guru dalam pengajaran lebih memberi kesempatan

kepada siswa untuk memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara

ini dapat meningkatkan motivasi siswa. Situasi masalah yang baik

seharusnya autentik, mengandung teka-teki, dan tidak didefinisikan

secara ketat, memungkinkan kerja sama, bermakna bagi siswa, dan

konsisten dengan tujuan kurikulum.

c) Organisasi sumber daya dan rencana logistik

Dalam pengajaran berdasarkan masalah siswa dimungkinkan

berkerja dengan beragam material dan peralatan, dan dalam

pelaksanaannya bisa dilakukan di dalam kelas, di perpustakaan, atau di

(29)

19

2) Tugas Interaktif

a) Orientasi Siswa pada Masalah

Siswa perlu memahami bahwa pengajaran berdasarkan

masalah adalah untuk melakukan penyelidikan terhadap

masalah-masalah penting dan untuk menjadi pelajar yang mandiri.Cara yang

baik adalah dengan menggunakan kejadian yang menimbulkan misteri

sehingga membangkitkan minat dan keinginan untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapi.

b) Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar.

Dibutuhkan pengembangan keterampilan kerja sama di antara

siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara

bersama. Berkenaan dengan hal tersebut siswa memerlukan bantuan

guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan.

c) Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok.

(1) Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai

sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka berpikir

tentang suatu masalah dan jenis informasi yang diperlukan untuk

memecahkan masalah tersebut.

(2) Guru mendorong pertukaran ide gagasan secara bebas dan

penerimaan sepenuhnya gagasan-gagasan tersebut. Selama dalam

tahap penyelidikan guru memberikan bantuan yang dibutuhkan

(30)

d) Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah

Tugas guru pada tahap akhir pengajaran berdasarkan pemecahan

masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi

proses berpikir mereka sendiri, dan keterampilan penyelidikan yang

mereka gunakan.Hal penting yang harus diketahui adalah bahwa guru

perlu memiliki seperangkat aturan yang jelas agar supaya pemelajaran

dapat berlangsung tertib tanpa gangguan, dapat menangani perilaku

siswa yang menyimpang secara cepat dan tepat, juga perlu memiliki

panduan mengenai bagaimana mengelola kerja kelompok.

Dalam model pengajaran berdasarkan masalah, guru sering

menggunakan sejumlah bahan dan peralatan, oleh karena itu untuk

efektivitas kerja guru harus memiliki aturan dan prosedur yang jelas

dalam pengelolaan, penyimpanan, dan pendistribusian bahan, guru

harus menyampaikan aturan, tata krama, dan sopan santun yang jelas

untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan

penyelidikan.

3) Asessment dan Evaluasi

Seperti halnya dalam model pembelajaran kooperatif, dalam

model pengajaran berdasarkan masalah fokus perhatian pembelajaran tidak

pada perolehan pengetahuan deklaratif, oleh karena itu tugas penilaian

tidak cukup bila penilaiannya hanya dengan tes tertulis atau tes kertas dan

(31)

21

berdasarkan masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan siswa yang

merupakan hasil penyelidikan mereka.

Tugas asessment dan evaluasi yang sesuai untuk model

peng-ajaran berdasarkan masalah terutama terdiri dari menemukan prosedur

penilaian alternatif yang akan digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa,

misalnya dengan asessment kinerja dan peragaan hasil. Asessment kinerja

dapat berupa asessment melakukan pengamatan, asessment merumuskan

pertanyaan, asessment merumuskan sebuah hipotesis dan sebagainya.

B. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengajukan hipotesis sebagai

berikut:”Jikapembelajaran IPA menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan

Masalahdengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat,maka dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Prosedur Penelitian

Metode penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research). Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus, dilakukan dalam

2 siklus dan setiap siklus terdiri atas empat kegiatan pokok yaitu: 1) perencanaan

(plan), 2) pelaksanaan (action), 3) pengamatan (observation), dan 4) refleksi

(reflection)(Kemmis dan McTaggart dalam Arikunto, 2010). Dalam PTK siklus

selalu berulang,bila terdapat masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas

dipecahkan, maka dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama seperti

pada siklus pertama, seperti tersaji dalam gambar berikut:

Gambar 1. Siklus PTK

Sumber : Diadaptasi dari Kemmis dan McTaggart dalam Arikunto (2010: 93) Siklus 1

Siklus 2

(33)

23

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2012-2012 selama 3 bulan dan mengambil lokasi penelitian di SD Negeri 8 Metro

Barat dengan pertimbangan masih rendahnya tingkat ketuntasan yang diperoleh

siswa dalam mata pelajaran IPA kelas IV di SD Negeri 8 Metro Barat.

C. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalahguru dan siswa

kelas IV yang terdiri dari 24orang siswa dengan materi yang menjadi objek

penelitian adalah gaya dapat merubahan bentuk dan gerak benda menggunakan

Model Problem Based Instuction.

D. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Prosedur penelitian tindakan yang dilaksanakan terdiri dari dua siklus.

Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk

setiap siklus dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Siklus Pertama

Siklus pertama dilakukan melalui tahap-tahap.

a. Tahap Perencanaan

Secara rinci pelaksanaan siklus ini meliputi langkah-langkah :

1) Menetapkan materi pelajaran, meliputi standar kompetensi.

2) Menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3) Menyusun LKS dan soal tes formatif

4) Menetapkan cara pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan model

(34)

kegiatan yang akan dipelajari siswa dalam kelompok-kelompok

kooperatif

5) Menyusun panduan observasi untuk siswa dan guru

6) Menetapkan jenis data yang dikumpulkan yang sesuai dengan respon

terhadap tindakan

7) Menetapkan cara refleksi.

b. Tahap Pelaksanaan 1) Pendahuluan

Guru melakukan apersepsi guna membangkitkan motivasi dan

memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam

proses pembelajaran serta menginformasikan hal yang penting untuk

memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan

mereka pelajari.Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan

logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau

cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat

dalam pemecahan masalah yang dipilihGuru mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen,

untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

2) Inti

a) Membagi siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah antara

4 - 5 orang.

b) Menyajikan materi dengan cara guru mengandung misteri yang

harus dipecahkan mengenai bagaimana gaya dapat mempengaruhi

(35)

25

c) Membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang

akandipecahkan oleh siswa siswa.

d) Guru memberi bantuan siswa dalam mengumpulkan informasi

dengan memberikan pertanyaan yang memancing siswa untuk

memikirkan jawabannya dengan memperjelas perintah, mengulang

konsep dan menjawab pertanyaan.

3) Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri

aktivitas pembelajaran dengan kegiatan membantu siswa menganalisis

dan mengevaluasi proses pemikiran siswa dan ketrampilan mereka

dalam memecahkan masalah, menyimpulkan materi pembelajaran dan

melakukan evaluasi untuk mengumpulkan hasil dari pembelajaran atau

apa yang telah siswa pelajari selama belajar dan bekerja dalam

kelompok. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan

individu.

b. Observasi

Observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar

observasi, yang bertujuan untuk mengumpulkan data selama proses

pembelajaran dan prosedur berdasarkan masalah dan tujuan pembelajaran.

c. Refleksi

1) Mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan dan aktivitas siswa

selama pembelajaran.

2) Mengkaji kelemahan-kelemahan yang terjadi pada pembelajaran siklus

(36)

3) Hasil pengkajian tersebut digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan

pembelajaran pada siklus selanjutnya.

2. Siklus Kedua a. Perencanaan

Pelaksanaan siklus ini dimulai dengan membuat Rencana Perbaikan

Pembelajaran dan menyiapkan bahan pembelajaran yang dibahas bersama

observer dengan dasar perbaikan pada siklus kesatu.

1) Pendahuluan

Guru melakukan apersepsi guna membangkitkan motivasi dan

memfokuskan perhatian peserta didik serta menginformasikan kembali

hal-hal penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang

konsep-konsep yang akan mereka pelajari.

2) Inti

a) Membagi siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah

maksimal 4 - 5 orang.

b) Menyajikan materi dengan cara memerintahkan siswa mengerjakan

soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau

menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap mengerjakan tugas.

c) Membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang

akan dipelajari siswa.

d) Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang

(37)

27

3) Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri

aktivitas pembelajaran dengan kegiatan menyimpulkan materi yang

telah dipelajari dan melakukan evaluasi guna mengetahuaisejauh mana

penguasaan materi yang telah siswa pelajari selama bekerja secara

mandiri dan kelompok.Kemudian melakukan tes formatif secara

individu guna mendapatkan nilai hasil belajar siswa dan refleksi,

umpan balik, dan tindak lanjut.Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai

perkembangan individu dan hasil kerja kelompok sebagai nilai

perkembangan kelompok.

b. Observasi

Observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar

observasi, dan pengumpulan data untuk dilakukan analisis data dengan

menggunakan format pengolahan data data.

c. Refleksi

Setelah dilakukan analisis data dan keberhasilan belajar siswa, peneliti

membandingkan analisis data siklus kesatu dan analisis data siklus kedua

dan kemudian mengambil kesimpulan.

Pada akhir siklus akan dilakukan evaluasi secara keseluruhan atas

pelaksanaan tindakan kelas yang telah dilakukan dengan melakukan

analisa terhadap data yang terkumpul yang kemudian ditarik suatu

kesimpulan atas pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan secara

(38)

E. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dilakukan tes dan non tes. Pengumpulan data

dengan cara tes dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar, dengan cara guru

melakukan tes formatif dengan memberikan soal-soal tertulis sedangkan non tes

dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa serta kinerja guru dalam pembelajaran

dengan observasi.

F. Alat Pengumpulan Data

Untuk mempermudah penelitian, peneliti menggunakan alat bantu

pengumpul data. Instrumen penelitianyang digunakan untuk mengumpulkan data

mengenai hasil belajar siswa berupa:

1. Lembar Panduan Observasi

Instrumen ini digunakan dengan berkolaborasi dengan guru kelas.

Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kinerja

guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian dengan model

pengajaran berdasarkan masalah.

2. Tes hasil belajar

Instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai

peningkatan hasil belajar atau prestasi belajar siswa khusunya mengenai

penguasaan terhadap materi yang diajarkan dengan model pengajaran

(39)

29

G. Analisa Data

Analisa data yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Data yang

telah diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan tahapan-tahapan:

1. Data Kualitatif

Analisa data kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang

menunjukkan dinamika proses yaitu tentang aktivitas belajar siswa dan kinerja

guru selama pembelajarna berlangsung.

a. Nilai aktivitas belajar siswa

Nilai aktivitas belajar siswa diperoleh dengan rumus:

NS = x100

(Adaptasi dari Purwanto, 2008: 102)

Tabel 2. Penilaian Aktivitas Belajar Siswa

No Rentang Nilai Kategori

1 0 - 20 Sangat kurang

2 21 - 40 Kurang

3 41 - 60 Cukup

4 61 - 80 Baik

5 81 - 100 Sangat baik

(Dimodifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

b. Nilai Kinerja guru

Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus:

NS = x100

(40)

Tabel 3. Penilaian Kinerja Guru

No Rentang Nilai Kategori

1 0 - 20 Sangat kurang

2 21 - 40 Kurang

3 41 - 60 Cukup

4 61 - 80 Baik

5 81 - 100 Sangat baik

(Dimodifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

Kedua hasil data tersebut dianalisis secara deskriptif dengan

menampilkan hasil data yang digambarkan dalam tabel, dan dari analisis yang

telah dideskripsikan kemudian dibuat refleksinya dan disimpulkan.

2. Data Kuantitatif

Anlisa kuantitatif digunakan untuk mengetahui kemajuan hasil belajar

siswa terhadap penguasaanmateri yang telah dipelajari, yang diperoleh dari tes

formatif. Hasil tes formatif nantinya akan dihitung menggunakan rumus:

a. Nilai individu

(Adaptasi dari Purwanto, 2008: 102)

b. Nilai rata-rata

(41)

31

c. Nilai Klasikal

% 100 siswa

seluruh jumlah

tuntas yang siswa jumlah

x P

Keterangan:

P : Persentase ketuntasan siswa

Tabel 4.Kriteria Ketuntasan Siswa dalam persentase No Tingkat ketuntasan (%) Kategori

1 < 20 Sangat rendah

2 20-39 Rendah

3 40-59 Sedang

4 60-79 Tinggi

5 80-100 Sangat tinggi

(Dimodifikasi dari Aqib, dkk, 2009: 41)

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini dilihat dari:

1. Adanya peningkatan aktivitas belajar pada setiap siklusnya

2. Pada akhir penelitian ada kenaikan hasil belajar secara klasikal sebesar

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan perbaikan pembelajaran ini

adalah :

1. Penggunaan model problem based instructiondalam pembelajaran IPA

dapat meningkatkan aktivitas belajar. Hal ini terbukti dengan adanya

peningkatan setiap siklusnya. Pada siklus I dengan nilai aktivitas siswa

51,85 (cukup) dan meningkat pada siklus II menjadi 76,96 (baik).

2. Penggunaan model problem based instructiondalam pembelajaran IPA

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dengan adanya

peningkatan dari siklus I ke siklus II dengan modus nilai 65 meningkat

menjadi 75, nilai rata-rata pada siklus I yaitu 57,92 menjadi 80,62 pada

siklus II, dan peningkatan KKM siswa dimana pada siklus I terdapat 14

orang siswa (45,38%) yang tuntas menjadi 24 orang siswa (95,83%) yang

mencapai kriteria ketuntusan minimal.

Dengan demikian penerapan model problem based instructiondapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPAkelas

IV SDN 8 Metro Barat.

(43)

54

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disarankan:

1. Kepada siswa, agar lebih meningkatkan motivasi belajar dengan

menerapkan model pembelajaran model problem based instructiontidak

hanya di sekolah tapi dalam kegiatan belajar kelompok di rumah.

2. Kepada guru, untuk dapat menggunakan model problem based

instructiondalam proses pembelajaran IPA dan diharapkan model ini juga

dapat diterapkan oleh guru mata pelajaran lain.

3. Kepada pihak sekolah, diharapkan dapat memberikan dukungan berupa

penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang menunjang para guru

dalam menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi seperti model

problem based instructionguna meningkatkan mutu pembelajaran di SD

(44)

Agus S, 2003, Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam, tersedia di http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_Pengetahuan_Alam.html [Desember, 2012]

Depdiknas, 2006, Kurikulum KTSP, Jakarta.

Dimyati dan Moedjiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.

Hamalik, 2005, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.

Nasution, 2005, Teknologi Pendidikan, Bumi Aksara Prawiradilaga, Jakarta

Nur, 2008, Teori Belajar Konstruktivisme, diakses dari http://anwarholil. blogspot.com/207/04, pada tanggal 04 Maret 2012

Purwanto, 1998. Psikologi Pendidikan, PT. Bina Aksara. Jakarta.

Rahadi. 2004, Media Pembelajaran, Depdiknas, Jakarta.

Republik Indonesia, Undang-undang Dasar 1945, Jakarta.

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 20: Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.

Sardiman, A.M., 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Giafindo Persada, Jakarta.

Slameto, 1995. Perkembangan Peserta Didik, PJJ SI PGSD Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Slameto. 2004. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. PT Rineka Cipta. Cet. Ke-4. Jakarta.

Sudjana, 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosda Karya, Bandung.

Sudjana, 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan,Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, PT. Imperial Bhakti Utama, Jakarta.

(45)

Wardani, IGK, 2007. Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Universitas, Jakarta.

Winaputra, 2001. Model Pembelajaran Inovatif, Universitas Terbuka, Cet. Ke-1. Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah
Gambar 1. Siklus PTK
Tabel 2. Penilaian Aktivitas Belajar Siswa
Tabel 3. Penilaian Kinerja Guru
+2

Referensi

Dokumen terkait

ABSTRACT. The purpose of this study was to study the Meaning of Life and Anxiety in Dealing with Death in the Elderly at Samarinda Werdha Home. This study also discusses to find

drawing/verification, dengan subyek penelitian guru PAI. Penelitian yang dilakukan ini memperoleh hasil ada dua indikator manajemen kelas yang tidak terlaksana, yaitu 1) Guru

Peran koperasi wanita dalam upaya pemberdayaan perempuan dapat dilihat dari diresmikannya Kabupaten Gianyar sebagai proyek percontohan untuk program PERKASSA (Perempuan

Kriteria minimal yang dijadikan patokan oleh peneliti yaitu 75%, sebagaimana yang dikemukakan oleh Mulyasa (2006: 101), pembelajaran dikatakan berhasil jika dilihat

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungi yang terdapat pada serasah daun hutan pantai dan hutan mangrove Leuweung Sancang Garut.. Sampel yang

Prakata awal saya mengucapkan puji serta syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, petunjuk, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga saya

1. Melalui regresi berganda, diketahui bahwa PAD dan DAU secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Daerah. Ini diketahui melalui uji F, dimana

harta warisan dari almarhum P melainkan merupakan tanah kepemilikan dari Tergugat I sebagaimana bukti kepemilikan surat Tergugat I yaitu Sertifikat Hak Milik