PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN LOKAL
(Studi Kasus Keluarga yang Terkena PHK di Kelurahan Cigugur Tengah
Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi Propinsi Jawa Barat)
REVITA ARDYANI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir dengan judul “Peningkatan Peran-ekonomi Perempuan dalam Memenuhi Pendapatan Keluarga Melalui Pendayagunaan Kelembagaan Lokal (Studi Kasus Keluarga yang Terkena PHK di Kelurahan Cigugur Tengah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat)” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.
Bogor, Januari 2007
REVITA ARDYANI
REVITA ARDYANI, Peningkatan Peran-ekonomi Perempuan dalam Memenuhi Pendapatan Keluarga Melalui Pendayagunaan Kelembagaan Lokal (Studi Kasus Keluarga yang Terkena PHK di Kelurahan Cigugur Tengah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat). Dibimbing oleh HOLIL SOELAIMAN sebagai Ketua, WINATI WIGNA sebagai Anggota Komisi Pembimbing.
Krisis nilai tukar mata uang regional pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan banyak perusahaan terpaksa menghentikan kegiatan produksi, akibatnya banyak laki-laki terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Kondisi Laki-laki sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga menyebabkan perlu dibantunya peran tersebut, yaitu perempuan tampil mengambil peran-ekonomi.
Perempuan dalam berperan ekonomi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menghambat dan mendukung. Faktor-faktor yang menghambat peran-ekonomi perempuan dapat diatasi melalui pendayagunaan kelembagaan lokal dan modal sosial berupa saling mengenal, sambatan atau tolong-menolong, hubungan kerjasama yang didasarkan atas rasa saling percaya, saling mengenal, tolong-menolong dan jujur sebagai faktor pendukung perempuan berperan ekonomi.
Permasalahan yang berkaitan dengan peran-ekonomi perempuan adalah hubungan gender yang membedakan peran laki-laki dan perempuan, rendahnya potensi ekonomi yang dimiliki perempuan, kurangnya sumber daya lokal, kurangnya jaringan dengan lembaga lokal dan belum dimanfaatkannya modal sosial.
Tujuan kajian ini adalah mengetahui kondisi kehidupan dan permasalahan keluarga PHK dalam memenuhi pendapatan rumah tangganya, mengetahui peran-ekonomi perempuan dan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung, mengetahui kelembagaan yang dapat dimanfaatkan dan merencanakan program dan strategi yang tepat untuk mengatasi permasalahan keluarga PHK di Kelurahan Cigugur Tengah dalam memenuhi pendapatan rumah tangganya.
Kajian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu pemetaan sosial, evaluasi program, dan kajian lapangan dengan fokus kegiatan merancang strategi dan program peningkatan peran-ekonomi perempuan di Kelurahan Cigugur Tengah. Metode kajian yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan berperan serta dan wawancara mendalam, studi dokumentasi danfocus group discussion(FGD). FGD dilakukan dengan perangkat kelurahan, keluarga PHK dan lembaga lokal yang ada.
Penyusunan rancangan program dilakukan secara partisipatif dengan tahap-tahap, yaitu membahas dan menentukan masalah yang dihadapi dan masalah yang menjadi prioritas, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peran-ekonomi perempuan, serta melakukan penggalian aspirasi dalam rangka penyusunan rancangan program dan strategi pengembangan masyarakat.
REVITA ARDYANI, The Increase of Women-Economic Role in Fulfilling the Family Income through Local Institution Utilization(A Case Study on The Wor -Disconnected Familyat Kelurahan Cigugur Tengah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat). Advisor Team HOLIL SOELAIMAN, as the Chairman,andWINATI WIGNA,as the Member of Advisor Commission.
The decrease of the Rupiah value, in the middle of 1997, forced many companies to quit their production.Consequently,a lot of men were disconnected from their work.The condition of men as the housholders who had to earn a living in family has triggered women to help and take over the economic role.
There are several constraining and supporting factors faced by women in playing their economic role. They can overcome the constrains through local institutional utilization and social capital which are mutual recognition, helping each other, trust-based cooperation, mutual recognition, and also honest are several factors that can support women to perform their economic role.
The problems related to women-economic role are gender relationship discriminating the role of men and women,the low economy potential of women, the lack of local resources, and the lack of network with local institutions,as well as social capital which is not yet utilized.
This study aims to know the condition of the Work-Disconnected Family’s life and their problems in fulfilling their household income, to know the women -economic role, the constraining and supporting factors, to know the utilizable institutions,and to plan the appropiate strategy and program in overcoming the work-disconnected family in fulfilling their household income at Kelurahan Cigugur Tengah.
There are three stages used in this study,namely social mapping, program evalution, and field study focused on designing the increasing strategy and program of women-economic role atKelurahan Cigugur Tengah.This study uses a qualitative method and data collection techniques used were participation observatios, in-depth interviews, documents,and focus group discussion (FGD) as well.The people involved in FGD activity were the personnel ofKelurahan, the work-disconnected family, and the available local institutions.
The program was designed in a participatory way with several stages: (1) discussing and determinig an encountered and prioritized problem, (2) analyzing any factors influencing women-economic role, and(3)triggering some aspiration in the effort to design the strategy and program of community development.
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,
PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN LOKAL
(Studi Kasus Keluarga yang Terkena PHK di Kelurahan Cigugur Tengah
Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi Propinsi Jawa Barat)
REVITA ARDYANI
Tugas Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional pada
Program Studi Pengembangan Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(Studi Kasus Keluarga yang Terkena PHK di Kelurahan Cigugur Tengah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat)
Nama Mahasiswa : REVITA ARDYANI
NRP : A 154050125
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Drs. HOLIL SOELAIMAN, MSW
Ketua
Dra. WINATI WIGNA, MDS
Anggota
Diketahui :
Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. DJUARA P. LUBIS, MS
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. KHAIRIL A. NOTODIPUTRO, MS
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
limpahan rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Kajian
Pengembangan Masyarakat ini (KPM) sebagai lanjutan dari kajian lapangan
yang dilaksanakan di Kelurahan Cigugur Tengah Kecamatan Cimahi Tengah.
Penulisan kajian ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, sehingga dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih, terutama kepada yang
terhormat :
1. Bapak Drs. Holil Soelaiman, MSW, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang
telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran dalam
rangka penyusunan dan penyempurnaan kajian ini ;
2. Ibu Dra. Winati Wigna, MDS, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan dorongan moril
dalam rangkaian proses penyelesaian kajian ini ;
3. Departemen Sosial Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menambah pengetahuan di bidang Pengembangan
Masyarakat melalui proses pembelajaran di Magister Profesional
Pengembangan Masyarakat kerjasama Institut Pertanian Bogor dan
Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung ;
4. Segenap Pimpinan dan civitas akademika Magister Profesional
Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor ;
5. Segenap Pimpinan dan civitas akademika Sekolah Tinggi Kesejahteraan
Sosial Bandung ;
6. Ir. Fredian Tonny, MS, selaku Dosen Penguji Luar Komisi yang telah
memberikan saran dan masukan guna perbaikan kajian ini ;
7. Pemerintah Kabupaten Bandung yang telah memberikan kepercayaan dan
membantu penulis selama menjalankan kewajiban sebagai Tugas Belajar ;
8. Camat, Lurah dan masyarakat Kelurahan Cigugur Tengah yang telah
membantu penulis dalam melaksanakan Kajian Pengembangan Masyarakat ;
9. Orang tua dan seluruh keluarga penulis atas segala doa dan dukungannya
10. Seluruh sahabat dan saudara-saudara penulis, khususnya mahasiswa
Magister Profesional Pengembangan Masyarakat dan Diploma IV STKS
Bandung, serta seluruh pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu, yang
telah banyak membantu dan memberikan motivasi selama proses
perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa kajian lapangan ini masih sangat jauh dari yang
diharapkan. Hal ini disadari karena adanya keterbatasan dan kemampuan
penulis dalam melakukan analisa dan membahas data yang ada. Namun,
harapan penulis semoga apa yang telah dilakukan ini dapat menjadi langkah
awal yang baik untuk proses-proses selanjutnya.
Semoga kajian ini bermanfaat dan semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia Nya kepada kita semua. Amin.
Bogor, Januari 2007
Penulis dilahirkan di Cimahi pada tanggal 13 Januari 1982 dari pasangan
Ibu bernama Christina Isfandiary dan Bapak Susanto (alm). Penulis merupakan
putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2000 penulis lulus dari
SMA Negeri 2 Cimahi dan pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan
dengan mengikuti seleksi Calon Praja Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam
Negeri (STPDN) asal pendaftaran Provinsi Jawa Barat dan diterima sebagai
Praja STPDN angkatan XII. Lulus dari STPDN Jatinangor pada Bulan Juli
tahun 2004.
Penulis sejak Bulan September tahun 2004 bertugas sebagai pelaksana
pada Bagian Bina Pemerintahan Umum Sekretariat Kabupaten Bandung.
Selanjutnya pada Bulan September Tahun 2005 berkesempatan menjadi Tugas
Belajar Pemerintah Kabupaten Bandung dengan melanjutkan pendidikan di
Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat kerjasama
Institut Pertanian Bogor dengan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung
PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN LOKAL
(Studi Kasus Keluarga yang Terkena PHK di Kelurahan Cigugur Tengah
Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi Propinsi Jawa Barat)
REVITA ARDYANI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir dengan judul “Peningkatan Peran-ekonomi Perempuan dalam Memenuhi Pendapatan Keluarga Melalui Pendayagunaan Kelembagaan Lokal (Studi Kasus Keluarga yang Terkena PHK di Kelurahan Cigugur Tengah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat)” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.
Bogor, Januari 2007
REVITA ARDYANI
REVITA ARDYANI, Peningkatan Peran-ekonomi Perempuan dalam Memenuhi Pendapatan Keluarga Melalui Pendayagunaan Kelembagaan Lokal (Studi Kasus Keluarga yang Terkena PHK di Kelurahan Cigugur Tengah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat). Dibimbing oleh HOLIL SOELAIMAN sebagai Ketua, WINATI WIGNA sebagai Anggota Komisi Pembimbing.
Krisis nilai tukar mata uang regional pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan banyak perusahaan terpaksa menghentikan kegiatan produksi, akibatnya banyak laki-laki terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Kondisi Laki-laki sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga menyebabkan perlu dibantunya peran tersebut, yaitu perempuan tampil mengambil peran-ekonomi.
Perempuan dalam berperan ekonomi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menghambat dan mendukung. Faktor-faktor yang menghambat peran-ekonomi perempuan dapat diatasi melalui pendayagunaan kelembagaan lokal dan modal sosial berupa saling mengenal, sambatan atau tolong-menolong, hubungan kerjasama yang didasarkan atas rasa saling percaya, saling mengenal, tolong-menolong dan jujur sebagai faktor pendukung perempuan berperan ekonomi.
Permasalahan yang berkaitan dengan peran-ekonomi perempuan adalah hubungan gender yang membedakan peran laki-laki dan perempuan, rendahnya potensi ekonomi yang dimiliki perempuan, kurangnya sumber daya lokal, kurangnya jaringan dengan lembaga lokal dan belum dimanfaatkannya modal sosial.
Tujuan kajian ini adalah mengetahui kondisi kehidupan dan permasalahan keluarga PHK dalam memenuhi pendapatan rumah tangganya, mengetahui peran-ekonomi perempuan dan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung, mengetahui kelembagaan yang dapat dimanfaatkan dan merencanakan program dan strategi yang tepat untuk mengatasi permasalahan keluarga PHK di Kelurahan Cigugur Tengah dalam memenuhi pendapatan rumah tangganya.
Kajian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu pemetaan sosial, evaluasi program, dan kajian lapangan dengan fokus kegiatan merancang strategi dan program peningkatan peran-ekonomi perempuan di Kelurahan Cigugur Tengah. Metode kajian yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan berperan serta dan wawancara mendalam, studi dokumentasi danfocus group discussion(FGD). FGD dilakukan dengan perangkat kelurahan, keluarga PHK dan lembaga lokal yang ada.
Penyusunan rancangan program dilakukan secara partisipatif dengan tahap-tahap, yaitu membahas dan menentukan masalah yang dihadapi dan masalah yang menjadi prioritas, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peran-ekonomi perempuan, serta melakukan penggalian aspirasi dalam rangka penyusunan rancangan program dan strategi pengembangan masyarakat.
REVITA ARDYANI, The Increase of Women-Economic Role in Fulfilling the Family Income through Local Institution Utilization(A Case Study on The Wor -Disconnected Familyat Kelurahan Cigugur Tengah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat). Advisor Team HOLIL SOELAIMAN, as the Chairman,andWINATI WIGNA,as the Member of Advisor Commission.
The decrease of the Rupiah value, in the middle of 1997, forced many companies to quit their production.Consequently,a lot of men were disconnected from their work.The condition of men as the housholders who had to earn a living in family has triggered women to help and take over the economic role.
There are several constraining and supporting factors faced by women in playing their economic role. They can overcome the constrains through local institutional utilization and social capital which are mutual recognition, helping each other, trust-based cooperation, mutual recognition, and also honest are several factors that can support women to perform their economic role.
The problems related to women-economic role are gender relationship discriminating the role of men and women,the low economy potential of women, the lack of local resources, and the lack of network with local institutions,as well as social capital which is not yet utilized.
This study aims to know the condition of the Work-Disconnected Family’s life and their problems in fulfilling their household income, to know the women -economic role, the constraining and supporting factors, to know the utilizable institutions,and to plan the appropiate strategy and program in overcoming the work-disconnected family in fulfilling their household income at Kelurahan Cigugur Tengah.
There are three stages used in this study,namely social mapping, program evalution, and field study focused on designing the increasing strategy and program of women-economic role atKelurahan Cigugur Tengah.This study uses a qualitative method and data collection techniques used were participation observatios, in-depth interviews, documents,and focus group discussion (FGD) as well.The people involved in FGD activity were the personnel ofKelurahan, the work-disconnected family, and the available local institutions.
The program was designed in a participatory way with several stages: (1) discussing and determinig an encountered and prioritized problem, (2) analyzing any factors influencing women-economic role, and(3)triggering some aspiration in the effort to design the strategy and program of community development.
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,
PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN LOKAL
(Studi Kasus Keluarga yang Terkena PHK di Kelurahan Cigugur Tengah
Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi Propinsi Jawa Barat)
REVITA ARDYANI
Tugas Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional pada
Program Studi Pengembangan Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(Studi Kasus Keluarga yang Terkena PHK di Kelurahan Cigugur Tengah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat)
Nama Mahasiswa : REVITA ARDYANI
NRP : A 154050125
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Drs. HOLIL SOELAIMAN, MSW
Ketua
Dra. WINATI WIGNA, MDS
Anggota
Diketahui :
Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. DJUARA P. LUBIS, MS
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. KHAIRIL A. NOTODIPUTRO, MS
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
limpahan rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Kajian
Pengembangan Masyarakat ini (KPM) sebagai lanjutan dari kajian lapangan
yang dilaksanakan di Kelurahan Cigugur Tengah Kecamatan Cimahi Tengah.
Penulisan kajian ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, sehingga dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih, terutama kepada yang
terhormat :
1. Bapak Drs. Holil Soelaiman, MSW, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang
telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran dalam
rangka penyusunan dan penyempurnaan kajian ini ;
2. Ibu Dra. Winati Wigna, MDS, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan dorongan moril
dalam rangkaian proses penyelesaian kajian ini ;
3. Departemen Sosial Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menambah pengetahuan di bidang Pengembangan
Masyarakat melalui proses pembelajaran di Magister Profesional
Pengembangan Masyarakat kerjasama Institut Pertanian Bogor dan
Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung ;
4. Segenap Pimpinan dan civitas akademika Magister Profesional
Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor ;
5. Segenap Pimpinan dan civitas akademika Sekolah Tinggi Kesejahteraan
Sosial Bandung ;
6. Ir. Fredian Tonny, MS, selaku Dosen Penguji Luar Komisi yang telah
memberikan saran dan masukan guna perbaikan kajian ini ;
7. Pemerintah Kabupaten Bandung yang telah memberikan kepercayaan dan
membantu penulis selama menjalankan kewajiban sebagai Tugas Belajar ;
8. Camat, Lurah dan masyarakat Kelurahan Cigugur Tengah yang telah
membantu penulis dalam melaksanakan Kajian Pengembangan Masyarakat ;
9. Orang tua dan seluruh keluarga penulis atas segala doa dan dukungannya
10. Seluruh sahabat dan saudara-saudara penulis, khususnya mahasiswa
Magister Profesional Pengembangan Masyarakat dan Diploma IV STKS
Bandung, serta seluruh pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu, yang
telah banyak membantu dan memberikan motivasi selama proses
perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa kajian lapangan ini masih sangat jauh dari yang
diharapkan. Hal ini disadari karena adanya keterbatasan dan kemampuan
penulis dalam melakukan analisa dan membahas data yang ada. Namun,
harapan penulis semoga apa yang telah dilakukan ini dapat menjadi langkah
awal yang baik untuk proses-proses selanjutnya.
Semoga kajian ini bermanfaat dan semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia Nya kepada kita semua. Amin.
Bogor, Januari 2007
Penulis dilahirkan di Cimahi pada tanggal 13 Januari 1982 dari pasangan
Ibu bernama Christina Isfandiary dan Bapak Susanto (alm). Penulis merupakan
putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2000 penulis lulus dari
SMA Negeri 2 Cimahi dan pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan
dengan mengikuti seleksi Calon Praja Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam
Negeri (STPDN) asal pendaftaran Provinsi Jawa Barat dan diterima sebagai
Praja STPDN angkatan XII. Lulus dari STPDN Jatinangor pada Bulan Juli
tahun 2004.
Penulis sejak Bulan September tahun 2004 bertugas sebagai pelaksana
pada Bagian Bina Pemerintahan Umum Sekretariat Kabupaten Bandung.
Selanjutnya pada Bulan September Tahun 2005 berkesempatan menjadi Tugas
Belajar Pemerintah Kabupaten Bandung dengan melanjutkan pendidikan di
Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat kerjasama
Institut Pertanian Bogor dengan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 4
Tujuan Kajian... 4
Kegunaan Kajian ... 5
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka ... 6
Kerangka Kajian ... 13
METODE KAJIAN Metode dan Strategi Kajian... 17
Lokasi dan Waktu Kajian ... 17
Pemilihan Kasus Kajian ... 18
Metode Pengumpulan Data ... 19
Analisis Data dan Pelaporan ... 20
Penyusunan Rancangan Program ... 20
PETA SOSIAL KELURAHAN CIGUGUR TENGAH Keadaan Umum Lokasi ... 22
Kependudukan ... 23
Sistem Ekonomi ... 26
Kepemimpinan Lokal ... 27
Lembaga Kemasyarakatan ... 27
Sumber Daya Lokal ... 28
Kesejahteraan Sosial ... 30
Program Peningkatan Peran Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS).. ... 30
PERAN EKONOMI PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Kondisi Kehidupan dan Permasalahan Ekonomi Keluarga yang Terkena PHK... 35
Peran-ekonomi Perempuan dalam Keluarga yang Terkena PHK ... 44
Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Peningkatan Peran-ekonomi Perempuan ... 48
PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN LOKAL DALAM PENINGKATAN PERAN-EKONOMI PEREMPUAN
Keragaan Lembaga-lembaga Lokal di Kelurahan Cigugur Tengah ... 57 Analisis Diagram Venn Terhadap Lembaga-lembaga Lokal di
Kelurahan Cigugur Tengah... 67 Pendayagunaan Kelembagaan Lokal ... 69
RANCANGAN PROGRAM DAN STRATEGI PENINGKATAN PERAN EKONOMI PEREMPUAN
Program dan Strategi Peningkatan Peran-ekonomi Perempuan dalam Mengatasi Ekonomi Keluarga yang Terkena PHK ... 82
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan ... 85 Rekomendasi ... 87
DAFTAR PUSTAKA... 88
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Tujuan dan Teknik Pengumpulan Data ... 20
2 Komposisi Jumlah Penduduk Kelurahan Cigugur Tengah
Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Tahun 2005... 23
3 Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Cigugur Tengah Tahun 2005 ... 24
4 Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan
Mata Pencaharian di Kelurahan Cigugur Tengah Tahun 2005... 26
5 Profil Lembaga-lembaga Lokal di Kelurahan Cigugur Tengah
Tahun 2006 ... 66
6 Lembaga-lembaga Lokal dan Kaitannya dengan Peningkatan Peran-ekonomi Perempuan di Kelurahan Cigugur Tengah Tahun 2006 ... 77
7 Analisis Masalah, Potensi dan Alternatif Pemecahan Masalah Perempuan dari Keluarga yang Terkena PHK
di Kelurahan Cigugur Tengah... 80
8 Program dan Strategi Peningkatan Peran-ekonomi Perempuan melalui Pendayagunaan Kelembagaan Lokal di
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Alur Pemikiran Peningkatan Peran-ekonomi Perempuan
dalam Memenuhi Pendapatan Keluarga melalui Pendayagunaan
KelembagaanLokaldi Kelurahan Cigugur Tengah... 16
2 Diagram Venn Perempuan dan Lembaga-lembaga di
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perekonomian nasional yang dibangun dan bertumpu pada perindustrian
manufaktur, yang sebagian besar menggunakan bahan baku impor ketika terjadi
krisis nilai tukar mata uang regional pada pertengahan tahun 1997, mengalami
kelumpuhan. Banyak perusahaan yang terpaksa harus menghentikan kegiatan
produksi. Akibatnya banyak pekerja yang kehilangan pekerjaannya dan terkena
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Selama kurun waktu bulan Agustus 1997
-Agustus 1998, sekitar 4,2 juta orang berusia 15 tahun ke atas berhenti bekerja
(Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), 1998).
Departemen Sosial (1999) menyatakan bahwa salah satu persoalan yang
ditimbulkan oleh krisis ekonomi adalah banyaknya lapangan kerja yang hilang di
sektor industri, khususnya industri yang bergantung pada komponen impor. Usaha
industri yang masih mencoba bertahan terpaksa melakukan efisiensi. Efisiensi
tersebut meliputi pengurangan jam kerja, penghapusan fasilitas karyawan hingga
pengurangan jumlah karyawan melalui pemutusan hubungan kerja (PHK).
PHK merupakan langkah yang dianggap rasional untuk memungkinkan
industri tersebut tetap berjalan. Hal ini mengakibatkan bertambahnya angka
pengangguran dan kemiskinan. Kondisi perekonomian seperti ini menyebabkan
penduduk bekerja seadanya. Mereka menjadikan sektor informal sebagai pilihan.
Departemen Sosial (1999) menyatakan bahwa perempuan lebih mudah untuk
mendapat pekerjaan di sektor-sektor informal daripada laki-laki. Para pekerja
yang masih bertahan di sektor formal, bekerja dengan jumlah jam kerja terbatas
atau dengan upah lebih rendah dari upah yang biasanya mereka terima bila
bekerja penuh. Hal ini mengakibatkan terjadinya masalah ekonomi keluarga yang
berdampak luas terhadap kesehatan dan pendidikan anak-anak. Situasi demikian
menyebabkan kondisi perlu dibantunya peran pencari nafkah utama dalam hal ini
para suami. Berkaitan dengan hal tersebut, para istri tampil mengambil peran
sebagai pencari nafkah namun mereka menghadapi banyak kendala. Kendala
yang dihadapi oleh perempuan adalah kurang modal, kurang bekal pengetahuan
dan keterampilan yang menunjang dan yang juga penting adalah masalah
Kelurahan Cigugur Tengah merupakan satu kelurahan yang sebagian
besar penduduknya bekerja di sektor industri, yaitu tekstil dan produk tekstil yang
banyak mengalami PHK. Hasil pemetaan sosial pada Praktik Lapangan I yang
dilaksanakan dari tanggal 1 sampai dengan 16 Nopember 2005 dan evaluasi
program pada Praktik Lapangan II yang dilaksanakan dari tanggal 17 sampai
dengan 24 Pebruari 2005 di Kelurahan Cigugur Tengah terdapat 8.972 orang yang
mengalami PHK dari jumlah penduduk keseluruhan sebanyak 35.296 orang.
Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, mereka yang terkena PHK
melakukan pekerjaan serabutan, seperti menjadi pekerja/buruh bangunan, supir
atau berdagang kecil-kecilan. Upaya lain adalah dengan perempuan (dalam hal
ini adalah istri dari para lelaki terkena PHK) tampil sebagai pencari nafkah di
sektor informal dengan penghasilan relatif rendah. Laki-laki yang terkena PHK
lebih sulit mendapatkan pekerjaan dan hanya sebagian kecil yang berhasil.
Program-program pembangunan untuk perempuan masih belum menjamin
kesempatan mereka untuk melaksanakan perannya. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal seperti yang dikemukakan Soetrisno (1997), yaitu:
a. Program-program tersebut masih dihubungkan dengan usaha-usaha yang
mendukung kelestarian jabatan pelaksana program, seperti proyek PKK.
b. Sifat administratif program tersebut sama dengan program pembangunan
lainnya yang berorientasi pada kemudahan pimpinan proyek mengawasi
tercapainya target program itu daripada menyesuaikan program itu dengan
kepentingan serta kondisi sosial-ekonomi manusia yang menjadikan objek
program.
Salah satu program untuk menanggulangi kemiskinan khususnya yang
diakibatkan oleh PHK adalah melalui pelaksanaan Program Peningkatan Peranan
Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS). Tujuannya adalah untuk
meningkatkan sumber daya manusia, sumber daya alam dan lingkungan guna
mewujudkan dan mengembangkan keluarga sehat sejahtera dan bahagia dalam
rangka pembangunan masyarakat desa/kelurahan dengan wanita sebagai
penggeraknya (Pedoman Umum Pelaksanaan Program P2WKSS, 1991). Bentuk
kegiatannya adalah pemberian bantuan modal, pelatihan keterampilan dan
penyuluhan keluarga dan balita. Program ini membantu meningkatkan
kesejahteraan keluarga mereka, namun kurang berkembang. Permasalahan
ekonomi keluarga PHK untuk memenuhi kebutuhan hidup belum terpecahkan.
Istri dari keluarga PHK umumnya bekerja di sektor informal dan formal
tetapi dengan gaji rendah. Hal ini disebabkan ada faktor penghambat dan
pendukung. Faktor-faktor tersebut adalah hubungan gender, potensi ekonomi
yang dimiliki perempuan, kondisi sumber daya lokal, modal sosial dan jaringan
dengan lembaga lokal.
Hubungan gender berupa anggapan-anggapan masyarakat seperti
mengenai perempuan tidak seharusnya bepergian jauh dari rumah serta
anggapan bahwa kedudukan dan peran perempuan secara kodrati adalah
mengurus anak dan keluarga sedangkan laki-laki mencari nafkah. Adanya
anggapan tersebut menjadi kendala karena secara kodrati perempuan
mempunyai kemampuan melahirkan dan menyusui anak sedangkan mengurus
anak dan keluarga adalah bagian dari kewajiban perempuan. Kodrat itu sendiri
adalah hal yang tidak dapat dipertukarkan dan merupakan sesuatu yang harus
diterima dari Ilahi. Anggapan tersebut juga membuat perempuan kurang leluasa
untuk melakukan kegiatan ekonomi dalam rangka meningkatkan ekonomi
keluarga.
Potensi ekonomi yang dimiliki perempuan dilihat dari pendidikan dan
keterampilan serta ketersediaan waktu untuk melakukan kegiatan ekonomi.
Potensi ekonomi yang rendah akan menghambat peran-ekonomi perempuan
begitu pula halnya dengan kondisi sumber daya lokal dan modal sosial yang ada
dalam masyarakat. Dalam hal ini sumber daya lokal maupun modal sosial dapat
menjadi penghambat dan pendukung terhadap kegiatan ekonomi yang dilakukan
perempuan. Faktor yang juga mempengaruhi peran perempuan dalam
berekonomi adalah lemah dan kurangnya jaringan dengan lembaga lokal
sehingga dapat dikatakan menjadi faktor penghambat peran perempuan dalam
berekonomi.
Kelurahan Cigugur Tengah mempunyai lembaga-lembaga lokal yang dapat
didayagunakan untuk meningkatkan peran ekonomi perempuan, baik lembaga
dalam bentuk konkret seperti yaitu Pemerintah Kelurahan, Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga (PKK), kelompok arisan, koperasi, pasar dan warung,
maupun yang berwujud abstrak seperti goyong-royong, norma-norma,
tolong-menolong, perasaan sebagai sesama warga. Lembaga-lembaga tersebut belum
banyak didayagunakan masyarakat khususnya perempuan dalam rangka
mengatasi permasalahan ekonomi keluarga (memenuhi pendapatan) akibat
Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dikaji dalam
kajian pengembangan masyarakat ini adalah “bagaimana meningkatkan peran-ekonomi perempuan untuk memenuhi pendapatan rumah tangga pada keluarga yang keluarga yang terkena PHK melalui pendayagunaan kelembagaan lokal”.
Pengkajian terhadap permasalahan perempuan mencari nafkah menjadi
penting karena merupakan fenomena yang umum dihadapi masyarakat.
Perumusan Masalah
Untuk menjawab permasalahan utama di atas, maka dapat dirumuskan dalam
permasalahan berikut:
1. Bagaimana kondisi kehidupan dan permasalahan keluarga PHK dalam
memenuhi pendapatan rumah tangganya di Kelurahan Cigugur Tengah ?
2. Bagaimana peran-ekonomi perempuan dari keluarga yang terkena PHK di
Kelurahan Cigugur Tengah dan faktor-faktor apa yang menghambat dan
mendukungnya ?
3. Kelembagaan apa yang dapat dimanfaatkan serta rencana program dan strategi
apa yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi keluarga PHK
dalam memenuhi pendapatan rumah tangganya di Kelurahan Cigugur Tengah ?
Tujuan Kajian
Tujuan dari kajian pengembangan masyarakat ini adalah untuk:
1. Mengetahui kondisi kehidupan dan permasalahan keluarga PHK dalam
memenuhi pendapatan rumah tangganya di Kelurahan Cigugur Tengah.
2. Mengetahui peran-ekonomi perempuan dari keluarga yang terkena PHK di
Kelurahan Cigugur Tengah dan faktor-faktor yang mempengaruhi.
3. Mengetahui kelembagaan yang dapat dimanfaatkan dan merencanakan
program dan strategi yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi
keluarga PHK dalam memenuhi pendapatan rumah tangganya di
Kegunaan Kajian
Hasil kajian pengembangan masyarakat yang dilaksanakan di Kelurahan
Cigugur Tengah, diharapkan dapat berguna untuk :
1. Pemerintah Kelurahan Cigugur Tengah, sebagai bahan masukan tentang bagaimana mengatasi masalah kesejahteraan keluarga PHK.
2. Lembaga-lembaga lokal, sebagai bahan dalam rangka mengatasi permasalahan ekonomi keluarga yang terkena PHK.
3. Keluarga PHK, sebagai pengembangan peran untuk mengatasi masalah perekonomian keluarganya.
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Krisis ekonomi akhir tahun 1997 mengakibatkan banyak perusahaan
manufaktur bangkrut dan mengakibatkan banyak pekerja kehilangan pekerjaan
yang pada akhirnya menimbulkan permasalahan ekonomi bagi keluarganya.
Pasal 25 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
menyatakan bahwa PHK adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal
tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara
pekerja/buruh dan pengusaha.
Krisis dapat menjadi tantangan sekaligus peluang karena sebelumnya
perempuan hanya berada di rumah menjadi dapat keluar rumah untuk
mengaktualisasikan dirinya (self actualization). Deere et.al (2005) mengemukakan bahwa: “The impact of the crisis and structural adjusment policies has been devastating for poor women due primarily to three factors: (1) a sharp fall in wages and rising female unemployment; (2) the unequal burden which the rising cost of living imposes on women; (3) the reductions in public spending for services on which women rely”.
Ada empat langkah strategi mengatasi dampak krisis ekonomi seperti
dikemukakan oleh Deereet.al(2005) berikut :
Four main strategies can be detected, (1) women are entering the labour force in increasing numbers, particularly as workers in export-processing industries; (2) along with men, they are engaging in a wide variety of activities in the informal sector; (3) household are diversifying their survival strategies, changing living and consumption patterns; and (4) women are joining, and even predominating in, the international migration stream. All of these constitute important economic and social changes of the last decade.
Snel dan Staring (2001) mengatakan terdapat empat tipe strategi yang
dilakukan oleh keluarga yang terkena PHK, yaitu (1) membatasi pengeluaran
rumah tangga dengan mengkonsumsi lebih sedikit atau mengurangi unit yang
mengkonsumsi; (2) menggunakan sumber daya internal rumah tangga secara
lebih intensif atau membangun hubungan tolong-menolong di dalam jaringan
sosial informal yang ada; (3) melakukan kegiatan, seperti menjual aset rumah
tangga, mempertukarkan keterampilan dengan upah di sektor pekerjaan formal
maupun informal; (4) mengupayakan dukungan dari pihak yang mempunyai
kekuatan sosial-ekonomi-politik yang lebih besar, seperti institusi negara, tokoh
masyarakat lokal atau organisasi-organisasi swasta. Keempat tipe strategi ini
menunjukkan tingkat ketergantungan. Jika sumber daya sudah berada di luar
jangkauan (kontrol) keluarga pekerja yang terkena dampak PHK, tingkat
ketergantungan mereka terhadap pihak lain semakin rentan kondisinya.
Masalah PHK menjadi semakin berat dirasakan oleh keluarga karena
laki-laki yang terkena PHK merupakan pencari nafkah/pendapatan utama dan
satu-satunya dalam keluarga. Strategi yang paling mungkin untuk dilakukan pada
saat terjadi kondisi demikian adalah perempuan tampil menjadi pencari nafkah.
Akan tetapi, tampilnya perempuan sebagai pencari nafkah masih sangat
terbatas. Ruang gerak perempuan yang terbatas tersebut bukan hanya karena
keterikatan mereka pada tugas rumah tangga, tetapi juga karena adanya norma
dalam masyarakat yang menganggap pantang bagi perempuan pergi jauh-jauh
dari rumah tanpa pendamping, serta rendahnya tingkat pendidikan dan
keterampilan, kurangnya keterampilan, kurangnya pengetahuan, pengalaman
dan pergaulan yang sempit.
Keadaan krisis yang berdampak pada menurunnya kesejahteraan keluarga
mempunyai efek paling parah terhadap perempuan seperti yang dikemukakan
Deereet.al(2005) sebagai berikut:
Poor women, especially those with families, have had to bear the major brunt of the regional economic crisis. The economic crunch has hit women harder than men because women’s disadvantaged occupational distribution and more limited access to resources, makes them more vulnerable; moreover their roles as producers and consumers are different. In addition, women have always assumed a primary role in household survival strategies, securing and allocating usually meagre cash and other resources to enable their families to make ends meet.
perempuan mempunyai ketidakberuntungan dalam distribusi pekerjaan dan lebih terbatas dalam hal akses terhadap sumber-sumber, membuat mereka lebih terpukul; lebih jauh lagi karena peran mereka sebagai produsen dan konsumen juga berbeda. Sebagai tambahan, perempuan selalu diasumsikan sebagai pemegang peranan utama dalam strategi bertahan hidup suatu rumah tangga, mengamankan dan mengalokasikan uang kontan yang sangat kecil serta sumber-sumber lain agar kebutuhan tetap terpenuhi.
Hal senada diungkapkan Davies dan Patricia (2005) sebagai berikut.
The economic crisis has made it extremely difficult for families to survive on a single wage, forcing additional women into labour force to meet the rising cost of living and the decreased wage-earning capacity of men due to unemployment or wage cuts, or due to their absence as a result of migration. At the same time structural adjustment policies are forcing families to absorb a greater share of the cost of survival as a result of cutbacks in social services, such as health and education, and the elimination or reduction of subsidies on food, transportation and utilities. By shifting more responsibility for survival from the state to the household, structural adjustment policies are increasing the burden on the poor, especially women.
Krisis ekonomi telah membuat kesulitan bagi keluarga untuk bertahan hanya dengan satu jenis upah, memaksa perempuan bekerja untuk mengatasi kenaikan biaya hidup dan penurunan upah akibat laki-laki di-PHK menjadi alasan terjadinya migrasi. Pada saat yang sama kebijakan struktural memaksa keluarga untuk membatasi pengeluaran sebagai hasil dari pengurangan pelayanan sosial, seperti kesehatan dan pendidikan, dan eliminasi atau pengurangan subsidi makanan, transportasi dan fasilitas. Dengan membagi tanggung jawab untuk bertahan hidup dari negara kepada rumah tangga, kebijakan struktural seperti ini akan menambah jumlah orang miskin, terutama perempuan.
Strategi bertahan hidup seperti dikemukakan di atas dilakukan perempuan
untuk mempertahankan keluarganya. Perempuan yang kemudian bekerja atau
melakukan aktivitas ekonomi untuk mencari nafkah dapat diartikan sebagai
peran-ekonomi perempuan dalam keluarga. Peran-ekonomi perempuan akan dilihat
dari besarnya kontribusi pendapatan perempuan.
Hubungan Gender
Gender sebagaimana diungkapkan Fakih (1996) adalah suatu sifat yang
melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara social
maupun cultural (misalnya perempuan dikenal sebagai lemah lembut dan
emosional, sedangkan laki-laki dianggap kuat dan rasional). Identitas, peran,
fungsi, pola perilaku, kegiatan dan persepsi tentang perempuan dan laki-laki
ditentukan oleh masyarakat dan kebudayaan tempat mereka dilahirkan dan
Perbedaan gender melahirkan peran gender. Persoalan dapat muncul dari
pembedaan peran gender. Peran gender perempuan seringkali dinilai lebih
rendah dan kurang berarti dibanding peran laki-laki (Fakih, 1996). Peran gender
dapat dilihat dari pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Pembagian
kerja yang dimaksud adalah dalam hal kegiatan produktif dan reproduktif, yaitu
sejauhmana perempuan dan laki-laki melakukan pembagian kerja atau peran
dengan baik sehingga perempuan dapat melakukan pekerjaan produktif.
Beban domestik yang pada umumnya menjadi tanggung jawab perempuan
dikerjakan secara bersama-sama dengan laki-laki atau dapat digantikan oleh
laki-laki dengan tujuan membuka peluang perempuan untuk berusaha. Sumarti
dan Ekawati (2005) mengemukakan bahwa pembagian kerja dalam keluarga
maupun masyarakat pada umumnya dapat dilihat dari profil kegiatannya. Profil
kegiatan ini mencakup informasi, yaitu (a) siapa (pria, wanita atau bersama) yang
melakukan kegiatan (produktif, reproduktif dan sosial), (b) kapan dan di mana
kegiatan dilaksanakan serta berapa frekuensi dan waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan kegiatan tersebut, dan (c) berapa pendapatan yang dihasilkan
melalui kegiatan tersebut.
Kegiatan produktif adalah kegiatan yang menyumbang pendapatan keluarga
dalam bentuk uang atau barang, misalnya bertani, berkebun, beternak, berdagang.
Kegiatan reproduktif adalah kegiatan yang menjamin kelangsungan hidup manusia
dan keluarga, seperti mengandung, melahirkan dan mengasuh anak, pekerjaan
rumah tangga, memasak, mencuci. Kegiatan-kegiatan aksi sosial di luar rumah
tangga adalah keterlibatan bersama kelompok atau organisasi sosial.
Potensi Ekonomi Perempuan
Potensi adalah sesuatu yang bisa dimanfaatkan atau didayagunakan.
Pengertian ekonomi menurut Mubyarto (dalam Sajogyo dan Martowijoyo, 2005)
adalah suatu kegiatan produksi untuk memperoleh pendapatan bagi kehidupannya.
Potensi ekonomi yang dimiliki perempuan adalah unsur-unsur yang dapat memberi
kekuatan untuk perempuan supaya bisa beraktivitas ekonomi seperti pendidikan
(formal dan informal), keterampilan dan waktu yang tersedia untuk bekerja seperti
dikemukakan Sadli dan Patmonodewo (dalam Ihromi, 1995).
Potensi ekonomi yang dimiliki perempuan adalah kemampuan yang dimiliki
perempuan untuk menjalankan kegiatan ekonomi sehingga dapat berperan
Patmonodewo dalam Ihromi, 1995). Tinggi rendahnya potensi ekonomi yang
dimiliki perempuan ini sangat tergantung pada tingkat pendidikan, ada tidaknya
keterampilan dan berhubungan dengan ketersediaan waktu untuk melakukan
kegiatan ekonominya tersebut. Waktu yang tersedia bagi perempuan untuk
melakukan aktivitas ekonomi dapat dilihat dari pembagian kerja dalam keluarga.
Potensi ekonomi yang dimiliki perempuan juga dipengaruhi oleh ada
tidaknya peluang-peluang ekonomi yang dapat diperolehnya. Peluang ekonomi
perempuan adalah kesempatan kerja yang dapat dimanfaatkan untuk
mendapatkan penghasilan, yaitu sejauhmana perempuan dapat diterima sebagai
tenaga kerja (buruh atau karyawan) dalam suatu perusahaan baik formal
maupun informal ataupun kesempatan kerja bagi perempuan dimana perempuan
bekerja sebagai pengusaha dalam usaha mandiri (Mosse, 1996).
Kesempatan kerja dalam wujud usaha mandiri seperti ini biasanya dalam
bentuk sektor informal. Asumsinya adanya potensi dan peluang ekonomi
perempuan akan dapat mendukung kenyataan bahwa perempuan harus dapat
bekerja sebagai pencari nafkah atau pendapatan utama dalam keluarga yang
terkena dampak PHK sekalipun dalam bentuk sektor informal.
Usaha-usaha dalam sektor informal berkaitan dengan daya beli masyarakat.
Daya beli sebagian besar masyarakat pada saat ini dapat dikatakan rendah karena
daya beli dipengaruhi oleh tingkat upah. Di satu sisi, rendahnya daya beli
merupakan peluang bagi sektor informal karena harga yang ditawarkan relatif lebih
mudah dijangkau oleh masyarakat dengan pendapatan kecil. Di sisi yang lain, hal
ini merupakan tantangan karena dengan daya beli yang rendah tersebut
menyebabkan masyarakat mengurangi pengeluaran, terutama konsumsi.
Kelembagaan Lokal
Kelembagaan adalah himpunan norma-norma yang diwujudkan dalam
hubungan antar manusia (Soekanto, 1999). Menurut Syahyuti (2003),
kelembagaan yang tumbuh di masyarakat diumpamakan ibarat organ-organ yang
ada dalam tubuh manusia, yang masing-masing menjalankan fungsinya, dan satu
sama lain saling berkaitan.
Kelembagaan lokal yang dimaksud di sini adalah kelembagaan dalam
bentuk konkret yakni lembaga yang dibuat baik oleh pemerintah dan masyarakat,
yang terpolakan dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Pada
kelembagaan lokal terdapat jaringan sosial.
Jaringan sosial menurut Calhoun et.al (dalam Sumarti dkk, 2003) adalah jejaring hubungan di antara beragam komunikasi dan transaksi di antara mereka
sedangkan menurut Suparlan, masih dalam Sumarti dkk (2003), jaringan sosial
merupakan pengelompokan orang yang terdiri atas sejumlah orang (minimal tiga
orang) yang masing-masing memiliki identitas tersendiri dan dihubungkan melalui
hubungan sosial yang ada, dan melalui hubungan tersebut dapat dikelompokkan
sebagai satu kesatuan sosial yang berbeda dengan yang lain.
Suatu jaringan sosial mencakup tiga komponen pokok berikut:
(1) Simpul-simpul (nodes) jaringan, yaitu sekumpulan orang, obyek atau peristiwa yang berperan sebagai simpul, (2) Ikatan (keterhubungan), yang menghubungkan
satu simpul dengan simpul lain, biasanya digambarkan dengan garis yang
merupakan suatu jalur; dan (3) Arus, yaitu sesuatu yang mengalir dari suatu simpul
ke simpul lainnya, yang digambarkan dengan anak panah. Komponen-komponen
tersebut bekerja berdasarkan prinsip-prinsip tertentu, yaitu: (a) memiliki pola
tertentu; (b) sekumpulan simpul-simpul yang ada bisa digolongkan dalam satu
kesatuan yang berbeda dengan golongan lainnya; (c) ikatan bersifat relatif
permanen; dan (d) ada aturan main (hak dan kewajiban) yang berlangsung antara
simpul-simpul tersebut.
Kelembagaan lokal dapat didayagunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat melalui jaringan-jaringan sosial yang terbentuk di dalamnya namun
bukan berarti pendayagunaan terbatas pada pendayagunaan kelembagaan yang
sudah ada saja karena lembaga bisa muncul bila masyarakat membutuhkannya.
Lembaga dalam hal ini merupakan alat bagi masyarakat untuk mengatasi masalah
dan mewujudkan tujuan bersamanya. Lokal yang dimaksud di sini adalah lembaga
yang muncul asli dari bawah dan bisa pula lembaga yang sudah melembaga
(internalized) dalam masyarakat. Pendayagunaan bisa berarti menciptakan atau memelihara jaringan yang sudah ada.
Permasalahan dalam pendayagunaan dan pengembangan kelembagaan
adalah keberhasilan membentuk kerjasama antar pihak, pemerintah, swasta,
lembaga pembina keswadayaan masyarakat, masyarakat sebagai pelaku di
sektor ekonomi. Tonny (2005) mengatakan bahwa program pengembangan
usaha-usaha produktif skala kecil dan menengah seringkali mengabaikan
kelembagaan kolaborasi (stakeholders) karena masing-masing mempunyai kepentingan. Tonny (2005) juga menyatakan bahwa pengembangan
usaha-usaha produktif yang berbasiskan kepada komunitas diharapkan dapat
melibatkan stakeholdersyang lain (kelembagaan kolaboratif), seperti organisasi pemerintah dan berbagai organisasi lainnya.
Kelembagaan dapat dianalisis menggunakan Diagram Venn. Pembuatan
Diagram Venn dapat dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD), yaitu dengan meletakkan lembaga-lembaga yang ada di dalam suatu kelurahan dan
digambarkan dalam bentuk lingkaran. Komunitas yang menjadi sasaran digambar
sebagai pusat diagram, sedangkan lembaga-lembaga yang berperan bagi
komunitas tersebut digambar di sekitarnya. Jarak antara lingkaran-lingkaran
menunjukkan jarak secara fisik (jauh-dekatnya) atau intensitas hubungan dengan
lembaga tersebut. Lingkaran-lingkaran ini bisa saling menyentuh atau tumpang
tindih untuk menggambarkan hubungan antar lembaga atau antar anggota lembaga
tersebut. Ukuran dan letak lingkaran dalam diagram tersebut sesuai dengan
penilaian dan kriteria yang telah disepakati oleh peserta FGD.
Diagram Venn atau bagan hubungan antar pihak berguna untuk mengetahui
lembaga dan jaringan atau kelembagaan mana yang dapat didayagunakan atau
dimanfaatkan dan mana yang bisa diakses oleh komunitas. Diagram Venn
memperlihatkan persepsi anggota komunitas mengenai lembaga-lembaga yang
ada di lingkungan mereka menurut kriteria yang disepakati bersama. Dengan
mempergunakan Diagram Venn maka dapat diketahui dan dikaji sejauhmana
peran kelembagaan yang ada di Kelurahan Cigugur Tengah terhadap peluang
ekonomi perempuan, sehingga diperoleh gambaran kelembagaan mana yang kuat
atau lemah dan perlu ditingkatkan sehubungan dengan peningkatan
peran-ekonomi perempuan.
Kelembagaan erat kaitannya dengan modal sosial. Modal sosial adalah suatu
sistem yang mengacu kepada atau hasil dari organisasi sosial dan ekonomi,
seperti pandangan tentang dunia (world-view), kepercayaan (trust), pertukaran timbal-balik (reciprocity), pertukaran ekonomi dan informasi (informational and economic exchange), kelompok-kelompok formal dan informal (formal and informal groups), serta asosiasi-asosiasi yang melengkapi modal-modal lainnya (fisik, manusiawi, budaya) sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif,
Modal sosial menurut Fukuyama (2002) adalah serangkaian nilai atau norma
informal yang dimiliki bersama di antara anggota kelompok masyarakat yang
memungkinkan terjadinya kerjasama atas dasar rasa saling mempercayai ( mutual-trust). Norma-norma yang menghasilkan modal sosial harus secara substantif menginternalkan nilai-nilai seperti kejujuran, pemenuhan tugas dan kesediaan
untuk saling menolong serta komitmen bersama.
Fukuyama (2002) juga menyatakan bahwa modal sosial yang kuat akan
merangsang pertumbuhan berbagai sektor ekonomi dan sektor-sektor lainnya. Ini
terkait dengan melekatnya nilai-nilai yang kuat dan tumbuhnya tingkat rasa saling
percaya yang tinggi di tengah masyarakat. Tingkat kohesifitas ke dalam yang
kuat, dan keluasan jaringan keluar yang tinggi, adanya trust, nilai-nilai dan norma
yang menunjang berbagai bentuk interelasi sosial yang dilakukan akan dapat
dipergunakan untuk mengatasi masalah.
Hal lain yang dibutuhkan selain kelembagaan sosial dan modal sosial yang
bisa mendukung peran ekonomi perempuan adalah sumber daya lokal. Sumber
daya lokal seperti tenaga kerja dan modal. Pemerintah lokal dengan kemampuan
yang dimiliki dapat menjadikan tenaga kerja sebagai suatu kekuatan tenaga kerja
terampil, dalam hal modal (selain modal sosial) diperlukan juga modal alam dan
modal ekonomi yang dapat menunjang peningkatan peran ekonomi.
Kerangka Kajian
Krisis ekonomi yang menyebabkan PHK berdampak pada lumpuhnya
pencari nafkah utama dalam keluarga (laki-laki). Pihak lain dalam keluarga yang
paling memungkinkan untuk melakukan peran pencari nafkah adalah perempuan
atau istri dari keluarga yang terkena PHK sedangkan anak-anak dianggap tidak
seharusnya mendapat peran bekerja karena sesuai dengan fungsinya mereka
ada dalam perlindungan dan tanggung jawab orang tua. Kenyataan bahwa
laki-laki terkena PHK mempengaruhi perempuan untuk tampil sebagai pencari nafkah
atau berperan ekonomi demi mempertahankan kehidupan keluarganya.
Peran-ekonomi perempuan masih lemah dilihat dari besarnya kontribusi
pendapatan terhadap keluarga karena masih terhambat oleh berbagai faktor.
Faktor-faktor tersebut adalah hubungan gender, potensi ekonomi yang dimiliki
Selain menjadi faktor penghambat, sumber daya lokal dan modal sosial
juga bisa menjadi faktor pendukung bagi kegiatan ekonomi perempuan.
Peran-ekonomi perempuan sangat tergantung pada potensi Peran-ekonomi yang dimiliki
perempuan. Di samping itu, peran-ekonomi perempuan juga ditentukan oleh
kuatnya jaringan antara perempuan dengan lembaga-lembaga lokal. Demikian
juga faktor sumber daya lokal dan modal sosial menentukan peran-ekonomi
perempuan baik sebagai faktor penghambat maupun faktor pendukung. Semua
faktor tersebut sangat dipengaruhi oleh hubungan gender yang ada di dalam
masyarakat.
Potensi ekonomi yang dimiliki perempuan merupakan faktor penghambat
yang sifatnya internal (melekat/ada dalam diri perempuan), faktor jaringan
dengan lembaga lokal, sumber daya lokal dan modal sosial merupakan faktor
eksternal (berada di luar diri perempuan), sedangkan hubungan gender
merupakan move driver factor bagi seluruh faktor-faktor baik penghambat maupun pendukung terhadap peran-ekonomi perempuan. Potensi ekonomi yang
dimiliki perempuan dilihat dari tingkat pendidikan atau pengetahuan,
keterampilan yang dimiliki dan ketersediaan waktu yang dapat digunakan
perempuan untuk beraktivitas ekonomi sehingga dapat memberikan kontribusi
berupa pendapatan.
Potensi ekonomi yang lemah akan menjadi faktor penghambat bagi
peran-ekonomi perempuan. Tinggi rendahnya potensi peran-ekonomi yang dimiliki perempuan
sangat dipengaruhi hubungan gender yang berkembang di dalam masyarakat.
Begitu pula lemah dan kurangnya jaringan antara perempuan dengan lembaga
lokal akan menjadi faktor penghambat pada peran ekonomi perempuan, dan
faktor ini pun sangat dipengaruhi oleh hubungan gender yang dianut oleh
masyarakat Kelurahan Cigugur Tengah.
Faktor eksternal lainnya, yaitu sumber daya lokal dan modal sosial yang
bisa menjadi faktor penghambat maupun pendukung. Kedua faktor eksternal ini
juga dipengaruhi oleh gender yang berkembang dalam masyarakat. Faktor
sumber daya lokal seperti jumlah perempuan dalam usia produktif yang tinggi
bisa menjadi faktor pendukung, sedangkan di samping itu ideologi gender yang
mengatakan perempuan tidak boleh bekerja di luar rumah menjadikan sumber
Sama halnya dengan modal sosial, rasa saling percaya, saling mengenal,
tolong-menolong, dan jujur, yang biasanya dimiliki perempuan merupakan modal
sosial yang mendukung. Sedangkan modal sosial seperti rentenir yang hidup
dalam masyarakat sebagai sumber modal merupakan faktor penghambat bagi
kegiatan ekonomi perempuan.
Peran-ekonomi perempuan dapat ditingkatkan melalui pendayagunaan
kelembagaan lokal. Faktor jejaring dengan lembaga lokal merupakan faktor yang
ikut menentukan peningkatan peran-ekonomi perempuan dilihat melalui
pendayagunaan kelembagaan lokal. Lemah atau kurangnya jaringan antara
perempuan dengan lembaga lokal dilihat melalui pendayagunaan kelembagaan
lokal. Kelembagaan lokal dapat berwujud konkret yang diwujudkan pada
lembaga-lembaga yang mengarah kepada organisasi maupun yang bersifat
pranata sosial, yaitu wujud tingkah laku yang terpolakan dalam memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat.
Lembaga-lembaga tersebut baik merupakan bentukan pemerintah maupun
yang dibentuk oleh masyarakat. Masing-masing lembaga tersebut mempunyai
peran yang dapat dikategorikan ke dalam tiga peran besar dalam peningkatan
peran ekonomi perempuan, yaitu sebagai lembaga pemasaran, lembaga
permodalan dan lembaga penyedia bahan baku. Pendayagunaan kelembagaan
lokal mengandung makna sejauhmana jejaring berfungsi baik sebagai lembaga
pemasaran, lembaga permodalan maupun lembaga penyedia bahan baku dalam
meningkatkan peran ekonomi perempuan. Ketiga jenis lembaga tersebut sangat
penting bagi perempuan karena bila perempuan sulit mengakses pasar,
permodalan dan bahan baku akan membatasi atau menghambat perempuan
dalam berusaha.
Analisis terhadap fenomena laki-laki di-PHK yang mempengaruhi
perempuan untuk bekerja (peran-ekonomi) serta analisis faktor-faktor
penghambat dan pendukungnya berguna untuk melakukan penyusunan program
dan strategi. Adapun program dan strategi disusun sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan perempuan melalui FGD dan bertujuan untuk memenuhi/mengatasi
pendapatan rumah tangga dari keluarga yang terkena PHK.
Kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan dalam bentuk bagan
Program tersebut disusun sebagai strategi untuk mengatasi masalah
ekonomi keluarga yang diwujudkan ke dalam beberapa kegiatan pokok yang
diharapkan berkelanjutan untuk mendorong terwujudnya peningkatan
peran-ekonomi perempuan melalui pendayagunaan kelembagaan lokal.
Kerangka pikir di atas digambar sebagaimana tampak pada Bagan 1.
Bagan 1 Alur Pemikiran Peningkatan Peran-ekonomi Perempuan dalam Memenuhi Pendapatan Keluarga melalui Pendayagunaan Kelembagaan Lokal di Kelurahan Cigugur Tengah Kecamatan Cimahi Tengah
Hubungan Gender
PHK Laki-laki
Peran-ekonomi Perempuan
Program dan Strategi Peningkatan
Peran-Ekonomi Perempuan
Peningkatan Ekonomi Keluarga
Faktor Internal dan Eksternal
Faktor Internal : potensi ekonomi yang dimiliki perempuan Faktor Eksternal : sumber daya lokal, modal sosial dan jaringan dengan lembaga lokal
Keterangan : = mempengaruhi
METODE KAJIAN
Metode dan Strategi Kajian
Metode kajian adalah kualitatif dalam bentuk studi kasus. Menurut Stake
(1994) dan Yin (1996): “Studi kasus adalah penerapan serangkaian metode kerja
(multi-metode) penelitian untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman atas
satu atau lebih kejadian/gejala sosial”. Berdasarkan pengertian tersebut, maka
studi kasus dianggap relevan untuk mengkaji masalah yang dihadapi oleh
perempuan dari keluarga terkena dampak PHK di Kelurahan Cigugur Tengah.
Kajian ini akan membahas peran-ekonomi perempuan dan kendala internal dan
eksternal perempuan dalam memenuhi/mengatasi pendapatan rumah tangga
akibat PHK. Tipe studi kasus dalam kajian ini adalah studi kasus instrumental,
yaitu studi yang memperlakukan kasus sebagai instrumen untuk memahami
masalah tertentu.
Lokasi dan Waktu Kajian
Lokasi kajian dilaksanakan di Kelurahan Cigugur Tengah Kecamatan
Cimahi Tengah Kota Cimahi dengan beberapa pertimbangan antara lain:
1. Adanya keluarga yang mengalami kelumpuhan ekonomi yang disebabkan
karena PHK.
2. Adanya lembaga-lembaga lokal baik yang berbentuk konkret yang dibentuk
oleh pemerintah atau masyarakat dan berbentuk pranata sosial yang dapat
berdaya guna untuk mendukung aktivitas ekonomi perempuan dalam bentuk
jaringan sosial, dimana jaringan tersebut kondisinya saat ini lemah.
Waktu kajian dilaksanakan sejak Praktik Lapangan I pada tanggal 1 sampai
dengan 16 Nopember 2005 dan Praktik Lapangan II pada tanggal 17 sampai
Pemilihan Kasus Kajian
Pemilihan kasus dilakukan dengan berdasarkan pada tujuan kajian, yaitu
peningkatan peran-ekonomi perempuan pada keluarga PHK yang dilihat dari :
1. Perempuan yang sedang berkegiatan ekonomi karena PHK.
2. Perempuan yang sedang berkegiatan ekonomi karena PHK dan membuat
jaringan dengan lembaga lokal dan program pemerintah.
3. Perempuan yang mempunyai kegiatan ekonomi yang berhasil.
4. Perempuan yang mempunyai kegiatan ekonomi karena PHK tapi tidak
membuat jaringan dengan lembaga pemerintah.
5. Perempuan yang mempunyai kegiatan ekonomi karena PHK dan mempunyai
karakteristik berpendidikan tinggi dan mempunyai waktu.
6. Perempuan yang mempunyai kegiatan ekonomi karena PHK dan mempunyai
karakteristik berpendidikan rendah dan mempunyai waktu.
7. Perempuan yang mempunyai kegiatan ekonomi karena PHK dan mempunyai
karakteristik berpendidikan rendah dan tidak mempunyai waktu.
8. Perempuan yang bekerja formal karena PHK dengan pendapatan yang
rendah.
9. Perempuan yang berkegiatan ekonomi karena PHK tetapi dengan beban
kerja rumah tangga yang berat.
10. Perempuan yang mempunyai keterampilan tapi tidak bisa dimanfaatkan.
Kesepuluh kasus keluarga PHK diharapkan dapat menggambarkan
permasalahan yang dihadapi keluarga PHK dalam usaha mencari jalan
pemecahan masalah melalui peningkatan peran-ekonomi perempuan. Dari
kesepuluh kasus tersebut yang menjadi responden adalah istri-istri dari keluarga
PHK. Disamping kesepuluh kasus di atas melalui istri sebagai respondennya,
dipilih pula beberapa informan, yaitu:
1. Perangkat kelurahan, pengurus dan kader Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga atau PKK, Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat atau
LPM, pengurus koperasi serta staf Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Keluarga Berencana. Alasan dipilihnya informan-informan tersebut adalah
untuk mendapatkan informasi dari pihak penanggung jawab kegiatan
2. Tokoh masyarakat, yaitu orang-orang yang dianggap masyarakat sebagai
tokoh atau yang dituakan dan memahami mengenai permasalahan.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam kajian ini menggunakan teknik-teknik
sebagai berikut:
a. Studi arsip/dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan mempelajari
laporan atau catatan yang relevan dengan masalah kajian dari Kantor
Kelurahan, Kantor BPMKB, laporan pelaksanaan kegiatan dan Pedoman
Umum Pelaksanaan Program P2WKSS.
b. Pengamatan langsung atau observasi lapangan, yaitu teknik pengumpulan
data dengan mengadakan pengamatan langsung di lapangan atau
mendatangi langsung untuk melihat dan mengetahui kondisi dan situasi
keluarga yang terkena PHK.
c. Wawancara mendalam, yaitu teknik pengumpulan data primer dengan
mengajukan langsung pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya terbuka kepada
responden untuk memperoleh informasi mengenai fakta dan pengalaman
perempuan dalam melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga
saat terjadi PHK. Wawancara dengan informan, yaitu aparat kelurahan, tokoh
masyarakat dan BPMKB sebagai penanggung jawab kegiatan.
d. Diskusi kelompok terfokus
Dilakukan dengan perempuan, lurah dan perangkatnya, dan
lembaga-lembaga lokal yang ada.
Rencana pengumpulan data dalam kajian ini secara rinci dapat dilihat
Tabel 1 Tujuan dan Teknik Pengumpulan Data
Tujuan Parameter Sumber Data Teknik
1. Mengetahui kondisi kehidupan dan permasalahan ekonomi keluarga yang terkena PHK
Jumlah PHK
Pekerjaan suami setelah terkena PHK
Keadaan perempuan (bekerja/tidak)
Beban tanggungan
Pengeluaran keluarga untuk konsumsi, pendidikan, transportasi dan kesehatan
Data Primer: - Perempuan dan
keluarganya Data Sekunder: - Laporan kelurahan - Potensi kelurahan
- Wawancara kepada individu maupun kelompok. - Observasi
2. Mengetahui potensi ekonomi yang dimiliki perempuan dari keluarga PHK dan kendalanya
Pendidikan
Keterampilan
Waktu untuk melakukan aktivitas ekonomi
Data Primer:
-Perempuan dan keluarganya
-Lurah dan perangkat kel
-PKK
-Informan
- Wawancara - FGD
3. Menyusun program dan strategi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi keluarga PHK dalam memenuhi pendapatan rumah tangga
-Membahas hasil penelitian mengenai kondisi kehidupan dan permasalahan ekonomi keluarga yang terkena PHK dan keadaan kelembagaan lokal.
-Mengidentifikasi potensi dan kendala perempuan dari keluarga yang terkena dampak PHK.
-Menetapkan prioritas masalah agar pelaksanaan diskusi dapat berjalan efektif.
-Menganalisis data secara bersama-sama dalam FGD dan menyusun pemecahan masalah dalam bentuk strategi.
-Penyusunan rancangan program dan strategi bersama perempuan dan lembaga-lembaga lokal.
Data Primer:
-Pemerintah kelurahan
-Lembaga lokal
-Tokoh masyarakat
-Perempuan
- Wawancara - FGD
Analisis Data dan Pelaporan
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam kajian ini adalah
dengan menggunakan metode kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong,
2002) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati.
Penyusunan Rancangan Program
Perancangan program menggunakan pendekatan partisipatif bersama
masyarakat dengan teknik FGD salah satu strategi pembangunan dengan asumsi
kehendak mereka (Mikkelsen, 2003). Teknik yang digunakan dalam penyusunan
program adalah diskusi kelompok terfokus atau Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan perempuan dari keluarga terkena PHK, kelembagaan lokal dan
stakeholders yang terkait dengan usaha peningkatan peran-ekonomi perempuan dalam mengatasi ekonomi keluarga akibat PHK di Kelurahan Cigugur Tengah
Kecamatan Cimahi Tengah.
Fokus dari FGD yang dilakukan adalah untuk memecahkan masalah ekonomi
keluarga yang terkena PHK melalui pendayagunaan kelembagaan lokal dengan titik
masuk perempuan yang di dalamnya terkandung makna pembagian kerja antara
perempuan dan laki-laki dalam keluarga. Hal ini dimaksudkan karena melalui
pembagian kerja inilah masalah perempuan bekerja mencari nafkah dapat
terpecahkan.
Langkah-langkah dalam menyusun program kajian adalah sebagai berikut:
1. Membahas hasil penelitian mengenai kondisi kehidupan dan permasalahan
ekonomi keluarga yang terkena PHK dan keadaan kelembagaan lokal.
2. Mengidentifikasi potensi dan kendala perempuan dari keluarga yang terkena
dampak PHK.
3. Menetapkan prioritas masalah agar pelaksanaan diskusi dapat berjalan
efektif.
4. Menganalisis data secara bersama-sama dalam FGD dan menyusun
pemecahan masalah dalam bentuk strategi.
5. Penyusunan rancangan program dan strategi bersama perempuan dan
lembaga-lembaga lokal.
Pengkaji berperan sebagai fasilitator dalam menyusun rancangan program.
Rancangan program disusun berdasarkan hasil kesepakatan peserta FGD
sesuai dengan potensi dan kebutuhan perempuan dari keluarga terkena PHK di
PETA SOSIAL KELURAHAN CIGUGUR TENGAH
Keadaan Umum Lokasi
Kelurahan Cigugur Tengah berada di Kecamatan Cimahi Tengah
Kota Cimahi dengan lokasi yang cukup strategis karena berbatasan langsung
dengan Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Kelurahan ini diperuntukkan
sebagai wilayah industri jasa dan perdagangan. Luas wilayahnya secara
administratif adalah 235,5 Ha, terdiri atas lahan permukiman (109 Ha), lahan
pekuburan (2,5 Ha), perkantoran (7 Ha) dan prasarana umum lainnya (117 Ha)
yang mencakup 112 RT dalam 19 RW. Sarana atau infrastruktur perhubungan
yang ada di sekitar kelurahan sudah mencukupi serta dapat diakses melalui
sarana transportasi darat seperti bus, sepeda motor, delman dan dilewati oleh
kereta api.
Tingkat kepadatan tertinggi terletak di wilayah RT yang lokasinya berdekatan
dengan pabrik, seperti di RT 2, 6 dan 3 yang keseluruhannya termasuk ke dalam
RW 4. Lokasi pabrik yang dekat dengan rumah penduduk menyebabkan
kekurangan air sekalipun musim hujan. Kepadatan penduduk diakibatkan tingkat
imigrasi dari luar ke dalam cukup tinggi, yaitu mencapai 18,43 persen (Profil
Kelurahan Cigugur Tengah Tahun 2005), dimana sebagian besar penduduk
merupakan pendatang dan bekerja di luar kelurahan, yaitu bekerja di Kota
Bandung. Penduduk asli biasanya tinggal di lahan yang lebih luas dibandingkan
penduduk pendatang. Penduduk mempunyai kebiasaan menyekat rumah untuk
disewakan kepada buruh, karena pabrik-pabrik yang ada belum menyediakan
fasilitas perumahan yang layak bagi tenaga kerjanya. Karakteristik kelurahan
yang identik dengan tingginya pertumbuhan dan perkembangan imigran
mengakibatkan persaingan dalam mencari pekerjaan bertambah berat.
Permukiman secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kategori.
Pertama, permukiman penduduk yang sangat padat, cenderung kumuh dan
berada di gang-gang, dan kedua adalah permukiman mewah. Adanya perbedaan
tersebut tidak lantas menimbulkan konflik atau kecemburuan sosial karena
letaknya agak berjauhan. Interaksi terjalin antara penduduk dari permukiman
padat dengan penduduk permukiman mewah, seperti penduduk menjadi
pembantu rumah tangga atau pekerja/buruh bangunan di permukiman mewah.
dengan baik, karena terdapat hubungan ekonomi dalam bentuk penyewaan