PENGARUH KADAR PROTEIN DAN NISBAH
ENERGI PROTEIN PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA
PERTUMBUHAN BENIH IKAN BATAK
(Labeobarbus soro)
H A R U N
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Pengaruh Kadar Protein dan Nisbah Energi-Protein Pakan Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Batak (Labeobarbus soro) adalah karya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belurn diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber inforrnasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, April 2007
Harun
ABSTRAK
HARUN, Pengaruh Kadar Protein dan Nisbah Energi Protein Pakan Berbeda Terhadap Kinerja Perturnbuhan Benih Ikan Batak (Labeobarbus soro). Dibimbing oleh DEDI JUSADI, M. AGUS SUPRAYUDI dan ING MOKOGINTA.
Dalam rangka penyediaan pakan untuk budidaya intensif penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar protein pakan dan nisbah energi-protein pakan yang tepat untuk pertumbuhan benih ikan batak (Labeobarbus soro). Pakan yang digunakan sebagai pakan percobaan terdiri atas 9 perlakuan yakni: A pakan kadar protein 25% dengan nisbah energi terhadap protein sebesar 18 kkal GElgram (25%;18,0), B (30%;13,9), C (30%;14,1), D (30%;14,2), E (30%;15,0),
F (30%;15,0), G (35%;12,0), H (35%;12,2), dan 1 (35%;12,5). Ikan dengan bobot rata-rata 6,00&0,12g ditebar dengan kepadatan 8 ekorlakuarium. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari sampai ikan kenyang. Pemeliharaan berlangsung selama 75 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan B dan G menghasilkan retensi protein, efisiensi pakan, dan perturnbuhan relatif yang tertinggi (p<0, 05). Namun perlakuan B dengan kadar protein yang lebih rendah dibandingkan dengan G menghasilkan efisiensi pemanfaatan protein yang lebih baik.
ABSTRACT
HARUN, Effects of different protein levels and energy-protein ratio on growth
performance of batak fish (Labeobarbus soro). Under supervision by
DEDI JUSADI, M. AGUS SUPRAYUDI and ING MOKOGINTA.
In the programe of feed prepare for intensive culture, this experiment was conducted to know the effect of protein levels and energy to protein ratio on the growth performance of batak fish (Labeobarbus soro) fingerling. Nine experimental diets were used in this experiment. Diet A containing 25 % protein with energy to protein ratio 18,O kcal GEIg protein (25%;18,0), B (30%;13,9), C (30%;14,1), D (30%;14,2), E (30%;15,0), F (30%;15,0) G (35%;12,0), H
(35%;12,2), and I (35%;12,5). Fish with an initial body weight of 6,00*0,12g were placed into aquaria, at the density of 8 fishlaquarium. Fish fed on experimental diets there time daily at satiation for 75 days. Results of experiment showed that fish fed on diets B and G significantly had the highest growth, feed efficiency and protein retention. On the other hand, due to the low protein content diet B had better protein efficiency ratio than diet B.
O Hak Cipta milik Institut Pertanaian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dun memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanaian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, foto copi,
PENGARUH KADAR PROTEIN DAN NISBAH
ENERGI PROTEIN PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA
PERTUMBUHAN BENIH IKAN BATAK
(Labeobarbus soro)
H A R U N
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
Pada Program Studi Ilmu Perairan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Pengaruh Kadar Protein dan Nisbah Energi Protein Pakan Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Batak (Labeobarbus soro)
Nama NIM
/'
Prof. Dr. Inn Mokoninta Anggota
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Dedi Jusadi Ketua
Dr. M. A w s Suprawdi Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Perairan
t
Prof. Dr. Enan- Harris
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pameue pada tanggal 10 November 1968, Kabupaten
Aceh Tengah, Popinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dari Ayahanda Ismail Rasyid
dan Ibunda Syahbandi. Penulis merupakan putra pertama dari 5 bersaudara.
Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan,
Universitas Abulyatama Nanggroe Aceh Darussalam, lulus pada tahun 1996. Pada
tahun 2003 penulis diterima di Program Studi Ilmu Perairan, Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor dengan Biaya Pendidikan Pascasarjana
(BPPS).
Penulis bekerja sejak tahun 1998 sebagai tenaga pengajar pada Jurusan
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan, Universitas Abulyatama, Nanggroe Aceh
Darussalam. Pada tanggal 16 oktober 1997 penulis menikah dengan Nafsah, dan
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Karunia-Nya dan Ridha-Nyalah dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan judul Pengaruh Kadar Protein dan Nisbah Energi Protein Pakan Berbeda Terhadap
Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Batak (Labeobarbus soro).
Terima kasih penulis ucapkan yang setulus-tulusnya atas bimbingan dan dorongan yang tidak ternilai kepada :
1. Bapak Dr. Dedi Jusadi sebagai Ketua Komisi Pembimbing 2. Bapak Dr. M. Agus Suprayudi sebagai anggota Pembimbing 3. Ibu Prof. Dr. Ing Mokoginta sebagai anggota Pembimbing
4. Bapak Prof. Dr. Enang Harris sebagai Ketua Program Studi Ilmu Perairan 5. Bapak Dr. Chairul Muluk Ketua Program Studi Ilmu Perairan periode
2003-2006 atas segala nasehat, bimbingan dan bantuan.
6. Rektor Universitas Abulyatama, Nanggroe Aceh Darussalam, Bapak Prof Dr. Burhannuddin Salim yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana IPB. 7. Dekan Fakultas Perikanan Universitas Abulyatama Nanggroe Aceh
Darussalam, Bapak Samsul Bahri S.Pi, M.Si, yang mendorong penulis untuk melanjutkan pendidikan pada Program Sekolah Pascasarjana IPB.
8. Kepada Ayahanda dan Ibunda yang telah membesarkan dan membimbing
di masa lalu, kini dan hari esok. Adikku Malahayati S.Pd, Latifah SP. Irna Jaya (Alm), Saloma (Alm), Adik ipar Rusli, Dzulkarnaini, dan Muhammad (Alm) serta seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan yang berharga dalarn menyelesaikan pendidikan.
9. Istriku, Nafsah atas pengertian dimasa musibah tsunami di tempat pengungsian dengan tabah menjagafmerawat kedua putraku (Haikal Aziz dan Hafidhan Amny).
10. Teman-teman angkatan 2003 dan 2004 Program Studi Ilmu Perairan atas kebersamaan disaat gembira dan disaat saya dalam musibah dengan penuh perhatian, membantu baik moril dan materil hingga terselesainya pendidikan ini.
11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang berarti yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Saran dan kritik sangat diharapkan oleh penulis demi perbaikan karena penulis menyadari laporan ini masih belurn sempurna. Semoga laporan ini bermanfaat.
DAFTAR IS1
Halaman DAFTAR TABEL
...
DAFTAR GAMBAR
...
DAFTAR LAMPIRAN...
PENDAHULUAN
Latar Belakang
...
...
Pendekatan Masalah...
Hipotesis...
Tuj uan
TINJAUAN PUSTAKA
Kebutuhan Protein Pakan
...
Keseimbangan Energi Protein Pakan...
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
...
...
Pakan UjiPemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data
...
...
Analisa Kimia
Analisa Statistik
...
HASIL DAN PEMBAHASAN
...
Hasil...
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
...
Kesimpulan
...
SaranDAFTAR TABEL
Halaman
1. Komposisi bahan pakan percobaan dengan kadar protein dan nisbah
energi-protein yang berbeda (g 11 00 g pakan).
...
102. Komposisi proksimat dan kandungan energi pakan (% bobot kering).. 10
3. Konsurnsi pakan (KP), pertumbuhan relatif (PR), retensi protein (RP), retensi lemak(RL)
,
efisiensi pakan (EP) dan tingkat kelangsunganhidup selarna penelitian
...
15DAPTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
.
Prosedur ekstraksi lemak dalam bahan baku pakan...
242
.
Hasil analisis proksimat tepung ikan. bungkil kedelai. polard.
tepung terigu dan tepung tapioka...
243
.
Prosedur analisa proksimat bahan pakan dan tubuh ikan...
254
.
Data biomassa awal dan akhir. konsumsi pakan. efisiensi pakan dan pertumbuhan relatif...
285
.
Perhitungan retensi protein benih ikan batak (Labeobarbus soro)...
296
.
Perhitungan retensi lemak benih ikan batak (Labeobarbus soro)...
307
.
Analisis ragam dan uji BNT konsumsi pakan...
318
.
Analisis ragam dan uji BNT perturnbuhan relatif...
319
.
Analisis ragam dan uji BNT retensi protein...
3210
.
Analisis ragam dan uji BNT retensi lemak...
3211
.
Analisis ragam dan uji BNT efisiensi pakan...
3312
.
Analisis ragam dan uji BNT kelangsungan hidup...
3313
.
Analisis ragam dan uji BNT kadar air tubuh akhir...
3414
.
Analisis ragam dan uji BNT kadar protein tubuh akhir...
3415
.
Analisis ragam dan uji BNT kadar lemak tubuh akhir...
3516
.
Analisis ragam dan uji BNT kadar abu tubuh akhir...
35PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan batak (Labeobarbus soro) merupakan salah satu jenis ikan air tawar
dari kelompok Cyprinid yang dikenal dengan nama daerah ikan batak atau ihan di
Surnatera Utara. Jenis ikan batak ini juga dikenal di beberapa daerah seperti di
daerah Aceh sebagai engkoet kerling, di Sumatera Barat sebagai ikan garing
sedangkan oleh masyarakat Jawa Barat disebut ikan kancera bodas, ikan dewa
atau ikan keramat dan nama dagang yang populer di wilayah Asia saat ini adalah
mahseer. Di perairan urnurn, populasi ikan ini sudah langka akibat penangkapan
yang berlebihan (Kottelat et al. 1993). Oleh karena itu, teknologi domestikasi
perlu segera diupayakan untuk mendukung pelestariannya dan sekaligus
mendukung produksinya yaitu melalui usaha budidaya intensif.
Pada masa lalu, budidaya ikan ini belum dapat dilakukan karena belum
tersedianya benih dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan. Saat ini
pemijahan ikan batak dengan cara kawin suntik telah berhasil dilakukan
(Sulhi et al. 2004). Oleh karena itu pada masa yang akan datang pengembangan
budidayanya dapat dilaksanakan. Dalam budidaya ikan, selain kebutuhan benih
yang cukup, juga diperlukan pakan yang memadai. Namun inforrnasi yang ada
sehubungan dengan kebutuhan nutrisi pada tingkat benih masih sangat sedikit.
Protein adalah nutrien yang penting dalam pakan ikan, baik dilihat dari
pertumbuhan maupun biaya pakan secara total. Protein merupakan nutrien
terbesar bagi tubuh ikan, oleh karena itu protein pakan harus dimanfaatkan
seefisien mungkin untuk pertumbuhan ikan. Agar pemanfaatan protein dari pakan
efisien, protein harus diimbangi oleh energi non protein, seperti lemak dan
karbohidrat yang dapat berperan sebagai sparing effect dari protein (Shiau &
Huang 1990; Peres & Teles 1999). Sebagian besar protein harus dimanfaatkan
untuk pertumbuhan, bukan untuk diubah menjadi energi (NRC 1993).
Pertumbuhan hanya dapat terjadi jika kebutuhan energi untuk
pemeliharaan proses-proses hidup dan fungsi-fungsi lain sudah terpenuhi. Jadi
energi non protein dalam jumlah cukup, supaya protein pakan sebagian besar
digunakan untuk pertumbuhan (Furuichi 1988). Oleh sebab itu penelitian
mengenai kebutuhan protein dan energi pakan untuk ikan ini perlu dilakukan.
Pendekatan Masalah
Ikan dapat tumbuh apabila ikan mengkonsumsi pakan. Pakan dicema
menjadi partikel yang kecil dan diserap oleh sel enterosit usus serta diangkut oleh
darah ke seluruh tubuh untuk dimanfaatkan oleh tubuh ikan melalui proses
metabolisme bagi keperluan kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Ikan yang
telah memakan pakan tidak selalu mengalami pertumbuhan yang diharapkan. Hal
tersebut terjadi kemungkinan disebabkan oleh protein pakan yang diberikan belum
mencukupi untuk pertumbuhan ikan yang optimal dan pakan belum mengandung
nutrien yang seimbang dalam penyediaan energi.
Pertumbuhan ikan yang relatif larnbat salah satunya disebabkan
kandungan energi pakan, khususnya yang berasal dari lemak dan karbohidrat tidak
cukup untuk proses metabolisme. Akibatnya protein digunakan untuk proses
tersebut, sehingga protein dalam pakan tidak mencukupi bagi ikan untuk proses
pertumbuhan. Penelitian mengenai keseimbangan energi protein telah dilakukan
terhadap ikan tilapia berukuran 1,60g dimana pertumbuhan meningkat seiring
dengan peningkatan energi pada kadar protein 21% dan 24% dengan energi 190,
230, 270 kkal DEI100g. Namun pertumbuhan tidak meningkat lagi pada tingkat
energi yang lebih tinggi yakni pada 310, 350, dan 390 kkal DE1100 g (Shiau &
Huang 1990). Selanjutnya Adelina (1999) melakukan penelitiannya terhadap ikan
bawal air tawar (Colossoma macropomurn) ukuran 0,9g pada kadar protein 30 %,
37% dan 45% dengan energi berbeda. Pertumbuhan terbaik dicapai pada kadar
protein 37% dengan energi protein 8,5 kkal DEI100g. Peningkatan kadar protein pakan menjadi 45% pada rasio energi protein yang sama temyata menurunkan
pertumbuhan ikan. Pemberian protein secara berlebihan akan menurunkan
pertumbuhan diduga karena sebagian asam amino dideaminasi dan menghasilkan
amonia (NH3) Love11 (1 988).
Ketepatan dalam penyusunan komposisi nutrien, khususnya karbohidrat,
telah dibuat diujicobakan pada ikan dengan membuat kondisi lingkungan
hidupnya optimal. Sementara sampai saat ini belum diperoleh infonnasi mengenai
kadar protein dan nisbah energi protein pakan yang tepat untuk menunjang
efisiensi pakan dan pertumbuhan terbaik benih ikan batak.
Hipotesis
Apabila pakan yang memiliki kadar protein dan total nisbah energi optimal
dapat dikonsumsi maksimal maka retensi protein dari pakan yang dikonsumsi
tinggi sehingga pertumbuhan ikan semakin tinggi.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kadar protein
dan nisbah energi protein (C/P;Kkal GE/g) pakan yang berbeda terhadap kinerja
TINJAUAN PUSTAKA
Kebutuhan Protein Pakan
Protein adalah salah satu nutrien yang sangat diperlukan oleh ikan. Protein
dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh, pembentukan jaringan, penggantian
jaringan tubuh yang rusak dan penarnbahan protein tubuh dalam proses
pertumbuhan. Kebutuhan ikan akan protein dipengaruhi oleh berbagai faktor
antara lain jenis ikan, umur ikanlukuran ikan, kualitas protein, pakan, kecernaan
pakan dan kondisi lingkungan (Furuichi 1988).
Chuapoehuk (1 987) menyatakan bahwa untuk ikan, kadar protein optimal
dalam pakan sangat penting sebab jika protein terlalu rendah akan mengakibatkan
pertumbuhan rendah dan daya tahan terhadap penyakit dan parasit menurun.
Penggunaan protein oleh ikan berbeda untuk setiap jenis ikan. Hepher (1990)
menyatakan bahwa kebutuhan protein bagi ikan berkisar 35-50% dalam pakannya.
Kebutuhan optimum beberapa spesies ikan seperti ikan lele (Clarias batrachus)
memerlukan kadar protein 30% (Chuapoehuk 1987) dan African catfish (Clarias
gariepinus) 45-49% (Henken et al. 1986). Ikan baung (Mystus nemurus) ukuran
5,3 g membutuhkan protein 29% dalam pakannya (Kurnia 2002). Sedangkan
Khan et al. (1 993) mengemukakan bahwa kebutuhan ikan Malaysian catfish, ikan
baung (Mystus nemurus) yang berukuran 25,4 g adalah 42 %.
Pandian (1989) menyatakan ikan-ikan herbivor/omnivor dari jenis tilapia
dan bandeng membutuhkan protein 25-35%, dan dari kelompok karnivora seperti
salmon dan ikan trout membutuhkan protein 30-40%. Kebutuhan optimum protein
pakan untuk beberapa spesies Cyprinid telah ditentukan pada stadia yang berbeda
dari pertumbuhan dan pada kondisi yang beragam. Ikan mas (Cyprinus carpio)
memerlukan kadar protein 25-35% (Ogino dan Saito 1970). Ikan Semah (Tor
duronensis) ukuran 14g membutuhkan protein optimal dalam pakan 35%
(Ningrum et al. 1999). Ikan mahseer (Tor khudree) ukuran 5g membutuhkan
protein 40%(Shankar 1988).Ikan mahseer (Tor putitora) ukuran 1 g membutuhkan
protein 40% (Hossain et al. 2002). Sedangkan menurut Mohan & Basade (2005)
Tepung ikan sebagai sumber protein utama pakan kaya dengan asam
amino esensial, memiliki kecernaan protein dan energi yang tinggi serta
palatabilitas juga tinggi (Lovell 1988). Sedangkan tepung kedelai sebagai surnber
protein nabati memilki ketersediaan asam amino esensial yang cukup bagi
kebutuhan ikan namun kekurangan asam amino lisina dan metionina (Furuichi
1988).
Suprayudi et al. (1999) menyatakan bahwa protein tepung kedelai
memiliki komposisi asarn amino yang kaya diantara protein nabati lain untuk
pemenuhan kebutuhan asam amino esensial bagi ikan namun tepung kedelai juga
memiliki keterbatasan nutrisi yang terkait dengan rendahnya kecernaan dan
energi, defisiensi mineral, kandungan oligosakarida yang tidak tercerna d m faktor
anti-nutrisi yang menyebabkan pertumbuhan ikan yang rendah. Selanjutnya
Suprayudi et al. (1999) menyatakan bahwa rendahnya retensi protein disebabkan
oleh tingginya perbedaan komposisi asam amino esensial dalam protein
dibandingkan komposisi asam amino esensial tubuh ikan. Pillay (1980)
menyatakan bahwa keterbatasan beberapa asam amino dalam pakan dapat
mengurangi sintesis protein per gram protein konsumsi sehingga menghasilkan
rendahnya retensi protein tubuh.
Keseimbangan Energi Protein Pakan
Perbedaan pokok dalam nutrisi antara ikan dan hewan darat adalah bahwa
jumlah energi yang diperlukan untuk sintesis protein lebih sedikit dibanding
hewan darat. Ikan mempunyai kebutuhan energi yang lebih rendah sebab ikan
tidak mempertahankan suhu tubuh secara tetap, juga ikan relatif memerlukan
energi yang kurang untuk mempertahankan posisi dan bergerak dalam air
dibanding marnalia dan burung (Lovell 1988).
Pakan yang dikonsumsi ikan akan menyediakan energi yang sebagian
besar digunakan untuk metabolisme yang meliputi energi untuk hidup pokok,
energi untuk aktivitas, energi untuk pencernaan makanan dan energi untuk
pertumbuhan, sedangkan sebagian lainnya dikeluarkan dalam bentuk feses dan
dari protein. Protein adalah bahan organik terbesar dalarn jaringan ikan, kira-kira
mencapai 65-75% dari total bobot kering dasar (Hepher 1990).
Pertumbuhan ikan sangat bergantung kepada energi yang tersedia dalam
pakan dan pembelanjaan energi tersebut. Kebutuhan energi untuk maintenance
hams terpenuhi lebih dahulu, dan apabila berlebih maka kelebihannya akan
digunakan untuk pertumbuhan (Lovell 1988). Menurut Furuichi (1988) bahwa
pertumbuhan atau pembentukan jaringan tubuh paling besar dipengaruhi oleh
keseimbangan energi dan protein dalam pakan. Pakan yang mempunyai kadar
protein tinggi belum tentu dapat mempercepat pertumbuhan apabila total energi
pakan lebih rendah dari kebutuhan. Karena energi pakan terlebih dahulu dipakai
untuk kegiatan metabolisme standar (maintenance) seperti untuk respirasi,
transportasi metabolit dan pengaturan suhu tubuh serta aktivitas fisik lainnya.
Energi untuk seluruh aktivitas tersebut diharapkan sebagian besar berasal dari
nutrien non protein (lemak dan karbohidrat). Apabila sumbangan energi dari
bahan non protein tersebut rendah, maka protein akan didegradasi untuk
menghasilkan energi, sehingga fungsi protein sebagai nutrien pembangun jaringan
tubuh akan berkurang.
Dalam penyusunan ransum ikan perlu diperhatikan keseimbangan antara
protein dan energi. Pakan yang kandungan energinya rendah dapat menyebabkan
ikan menggunakan sebagian protein sebagai sumber energi untuk keperluan
metabolisme, sehingga bagian protein untuk pertumbuhan menjadi berkurang.
Sebaliknya jika kandungan energi pakan terlalu tinggi dapat membatasi jurnlah
pakan yang akan dimakan. Keadaan ini dapat membatasi jumlah protein yang
dimakan ikan, akibatnya pertumbuhan ikan menjadi relatif rendah (Lovell 1988).
Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi ikan. Fungsi utarna
karbohidrat adalah menyediakan energi untuk proses kehidupan normal. Sumber
energi utama untuk semua sel adalah glukosa (Church & Pond 1988). Sedangkan
peranan selain sebagai sumber energi juga berperan sebagai prekursor berbagai
hasil metabolit interrnedier yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan misalnya
untuk biosintesis berbagai asam amino non esensial dan asam nukleat. Kemudian
manfaat lain dengan adanya karbohidrat dalam pakan adalah bahwa pakan yang
protein sebagai sumber energi yang dikenal sebagai protein sparing effect.
Terjadinya protein sparing effect oleh karbohidrat dan lemak dapat menurunkan
biaya produksi @&an) dan mengurangi pengeluaran limbah nitrogen ke
lingkungan (Shiau & Huang 1990 ; Peres & Teles 1999). Selanjutnya kemampuan
ikan laut mencerna karbohidrat adalah sekitar 20%, sedangkan ikan air tawar
mampu mencerna di atas 20% seperti 30-40% untuk ikan mas (Cyprinus carpio)
untuk Tilapia sp 35% (Wilson 1994). &an rohu (Labeo rohita) membutuhkan
karbohidrat dalam pakan sekitar 40% (Krishna & Kumar 2001).
Lemak mempunyai peranan penting bagi ikan karena b e r h g s i sebagai
sumber energi dan asam lemak esensial, memelihara bentuk dan h g s i membran
atau jaringan sel yang penting bagi organ tubuh tertentu, membantu dalam
penyerapan vitamin yang larut dalam lemak dan untuk mempertahankan daya
apung tubuh (NRC 1993). Kebutuhan ikan akan asam-asam lemak esensial
berbeda untuk setiap species ikan (Furuichi 1988). Perbedaan kebutuhan ini
terutama dihubungkan dengan habitatnya. Ikan yang hidup di laut lebih
memerlukan asam lemak n-3, sedangkan ikan yang hidup di air tawar ada yang
hanya membutuhkan asam lemak n-6 atau kombinasi asam lemak n-3 dan n-6
(Hepher 1990). Di antara spesies ikan air tawar seperti ikan channel catfish, coho
salmon dan rainbow trout memerlukan 18:3n-3 atau 2 0 5 - 3 dan 20:6n-3. Ikan
Chum salmon, ikan mas dan sidat Jepang memerlukan campuran 18:2n-6 dan
18:3n-3 sedangkan ikan nila (Tilapia zilli) hanya memerlukan 18:2n-6 untuk
pertumbuhan maksimum dan efisiensi pakan (NRC 1993).
Kebutuhan lemak kasar dalam ransum ikan adalah sekitar 5-1 0 % dengan
sumber lemak nabati misalnya minyak jagung dan sumber lemak hewani misalnya
minyak ikan (Furuichi 1988). Hossain et al. (2002) menyatakan bahwa komposisi
lemak pakan benih ikan mahseer (Tor putitora) sebesar 10% dengan kadar protein
40% menghasilkan bobot tubuh dan efisiensi pakan yang lebih baik dibandingkan
dengan kadar lemak 10% dengan protein 20% dan 50% dalam pakan. Hasil ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mohan & Basade (2005)
menyatakan pertumbuhan terbaik ikan mahseer (Tor putitora) untuk benih ukuran
3g diperoleh pada kadar lemak 17,89% dengan kadar protein 47% dalam pakan.
terhadap ikan mahseer (Tor putitora) ukuran 14g diperoleh pada kadar lemak
pakan 14% dengan kadar protein 45%.
Keberadaan tingkat energi yang optimum dalarn pakan sangat penting
sebab kelebihan atau kekurangan energi mengakibatkan penurunan laju
pertumbuhan (NRC 1993). Menurut Cho & Watanabe (1988) bahwa hewan muda
memerlukan energi yang lebih tinggi per unit bobot tubuh untuk fungsi
pemeliharaan dibandingkan hewan dewasa, meskipun proses reproduksi
meningkatkan kebutuhan energi bagi hewan dewasa.
Kebutuhan setiap spesies ikan akan protein dan energi berbeda dan
dipengaruhi oleh umurlukuran ikan. Kurnia (2002) menyatakan bahwa benih ikan
baung (Mystus nemurus) berkuran 5,3g mengalami pertumbuhan terbaik pada
pemberian pakan dengan kadar protein 29% dengan rasio energi protein 11,47
kkal DEIg protein. Sedangkan penelitian Shiau & Huang (1990) terhadap tilapia
(Oreochromis niloticus dan Oreochromis aureus) menunjukkan bahwa
pertumbuhan ikan tilapia berukuran 1,60g meningkat seiring dengan peningkatan
energi pada kadar protein 21% dan 24% dengan energi 190, 230, 270 kkal
DE1100g. Namun pertumbuhan tidak meningkat lagi pada tingkat energi yang
lebih tinggi yakni pada 3 10, 350, dan 390 kkal DE1100g. Hossain et al. (2002)
menyatakan bahwa rasio energi protein ikan Mahseer (Tor putitora) ukuran l g
sebesar 20,90 kJ/mg. Sedangkan Mohan & Basade (2005) menyatakan bahwa
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April 2006 sampai dengan bulan
Juni 2006. Bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pakan Uji
Pakan uji selama pengamatan perturnbuhan adalah pakan buatan yang
memiliki kandungan protein dan nisbah energi yang berbeda. Kandungan protein
pakan terdiri dari tiga kadar protein yaitu 25%, 30% dan 35% dengan kandungan
lemak pakan yang berbeda. Pakan dibuat dalam bentuk pellet. Komposisi pakan
percobaan disajikan pada Tabel 1. Sebelurn pakan dibuat, bahan baku pakan
diekstraksi kadar lemaknya dengan alkohol (Lampiran 1). Setelah proses
ekstraksi, energi bahan baku diukur dengan bomb calorimeter untuk mengetahui
total energinya dan dianalisis proksimat. Hasil analisa bahan baku pakan dapat
dilihat pada Lampiran 2. Pakan yang telah dibuat juga dianalisis proksimat dan
Tabel 1. Komposisi bahan pakan percobaan dengan kadar protein dan nisbah energi
-
protein yang berbeda (g 1100 g pakan)Pakan, Protein (%) ; C/P (kkaVg protein)
Bahan Pakan A B C D E F G H I
T
.
ikan T.kedelai Polard Terigu Tapioka M.ikan M.kedelai BHT Min.mix Vit.mix Vit .C C.cloridaAtraktan 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,SO 0,50 0,50 0,50
Keterangan : Kandungan protein (berat kering) tepung ikan 68,05%, tepung bungkil kedelai 41,01%, tepung polar 14,23%. tepung terigu 12,45% dan tepung tapioka 0,91%
Tabel 2. Komposisi proksimat dan kandungan energi pakan (% bobot kering)
Pakan, Protein (%) ; C/P (kkaVg protein)
Nutrien A B C D E F G H I
8
Protein 24,96 30,30 30,62 30,59 30,84 30,16 35,49 35,56 35,36 Lemak 10,33 2,08 3,94 6,18 8,30 9,98 2,14 4,31 6,27 Kadar abu 8,49 9,22 9,16 9,34 9,07 9,10 10,68 10,39 10,09 Seratkasar 8,80 6,73 6,74 8,17 7,80 8,47 5,40 6,22 6,76 BETN' 47,42 51,67 4934 45,72 43,99 42,29 46,29 43,52 41,52 Total Energi
(KkalGE 450,Ol 420,85 430,26 43339 446,91 451,21 424,69 432,73 440,87 11 00gram)~'
Keterangan :
1. BETN = Bahan ekstrak tanpa nitrogen
2. Perhitungan energi berdasarkan Furuichi (1988) (Protein : 5,6 kkallg, Lipid 9,4 kkallg, Karbohidrat 4,l kkallg).
Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data
Ikan uji adalah ikan batak berurnur 60 hari dengan bobot awal rata-rata
6,00&0,12g berasal dari Instalasi Plasma Nutfah Perikanan Tawar Cijeruk.
Sebelurn diberikan pakan uji, ikan diadaptasikan selama 30 hari dalam wadah
menggunakan akuarium berukuran 50 x 40 x 35 cm, sebanyak 27 buah dengan
volume air 50 liter. Masing-masing akuarium dilengkapi dengan sistem resirkulasi
dan diberikan penutup plastik agar ikan tenang dan tidak keluar dari wadah
pemeliharaan.
Air yang digunakan untuk pemeliharaan terlebih dahulu diendapkan dan
diaerasi minimal selama 24 jam dalam bak penampungan. Selama masa
pemeliharaan berlangsung penggantian air dilakukan sebanyak 75% dari volume
total setiap pagi sebelum ikan diberi pakan. Setiap 10 hari dilakukan penggantian
air sebanyak 100%. Ikan dipelihara selama 75 hari. Parameter kualitas air yang
diamati adalah oksigen terlarut, pH dan suhu air. Pengamatan terhadap oksigen,
pH dan suhu dilakukan di awal dan akhir masa pemeliharaan pada tandon dan
setiap wadah pemelihraan. Data kualitas air yang diperoleh selama penelitian
adalah: suhu air 27-28"C, oksigen terlarut 5,40-5,60 ppm dan pH air 7-7,89 cukup
menunj ang untuk pertumbuhan ikan.
Pemberian pakan dilakukan sampai ikan kenyang dengan frekuensi
pemberian 3 kali sehari yaitu sekitar pukul 08.00, 13 .OO dan 18.00 WIB. Jurnlah pakan yang diberikan selama penelitian dicatat untuk mengetahui tingkat
konsurnsi pakan sebagai dasar dalam menghitung efisiensi pakan, retensi protein
dan retensi lemak.
Penimbangan bobot biomassa dilakukan pada awal dan akhir penelitian.
Bobot yang diukur adalah bobot biomassa ikan. Pada saat penimbangan, ikan
dibius dengan menggunakan 2-phenoxi-ethanol dengan dosis 0,7 mglliter dengan
tujuan untuk mengurangi ikan stres. Sebelum dilakukan penimbangan, ikan
terlebih dahulu dipuasakan selama 24 jam. Pengukuran bobot bertujuan untuk
mengetahui tingkat pertumbuhan.
Analisa Kimia
Analisis proksimat terdiri atas protein kasar, lemak kasar, serat kasar, abu,
bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), dan kadar air dari masing-masing bahan
antara lain: daging ikan, hati ikan, bahan pakan uji dan pakan uji. Sampel masing-
masing bahan tersebut dianalisis secara kimia sesuai prosedur yang sudah baku
dengan metode ekstraksi dengan alat soxhlet, kadar abu melalui pemanasan
sampel dalam tanur pada suhu 400-600°C, kadar serat kasar dengan metode
pelarutan sampel dalam asam dan basa kuat serta pemanasan dan kadar air dengan
metode pemanasan dalam oven pada suhu 105- 1 1 O°C. Analisis proksimat bahan
penyusun pakan dan pakan dilakukan pada awal percobaan sedangkan analisis
proksimat tubuh ikan dilakukan pada awal dan akhir percobaan. Pada awal
percobaan diambil 5 ekor ikan yang dipilih secara acak dari stok dan pada akhir
percobaan diambil 3 ekor ikan pada setiap perlakuan dan ulangan. Prosedur
analisa terhadap bahan baku pakan dan tubuh ikan disajikan pada Lampiran 3.
Analisis Statistik
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari 9
perlakuan dan 3 ulangan dengan jumlah satuan percobaan 27 buah akuarium.
Parameter yang diuji secara statistik meliputi tingkat konsumsi pakan, efisiensi
pakan pakan, laju pertumbuhan relatif, retensi protein, retensi lemak dan hasil
proksimat tubuh ikan pada akhir penelitian.
Untuk mengetahui pengaruh pakan uji terhadap setiap peubah yang diukur
digunakan analisis ragam (uji F). Jika terdapat perbedaan antara perlakuan, maka
di lanjutkan dengan uji BNT (Duncan test) pada selang kepercayaan 95%
menggunakan program SPSS versi 1 1 3 .
Variabel yang diuji secara statistik adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan relatif
Keterangan :
PR = bertumbuhan relatif (%)
Wt = biomassa akhir (g)
b. Retensi protein (Takeuchi 1988)
bobot protein akhir (g)
-
bobot protein awal (g)RP
(%) = ~ 1 0 0 %bobot total konsumsi protein (g)
c. Retensi lemak (Takeuchi 1988)
bobot lemak akhir (g)
-
bobot lemak awal (g)RL (%) = x 100%
bobot total konsumsi lemak (g)
d. Efisiensi pakan (Takeuchi 1988)
Keterangan :
Bt = bobot ikan pada akhir percobaan (g)
Bo = bobot ikan pada awal percobaan (g)
Bd = jumlah bobot ikan yang mati selama percobaan (g)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil percobaan pemberian pakan dengan kandungan protein dan energi
berbeda dalam pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan batak. Perubahan
biomassa ikan disajikan pada Gambar 1. Sedangkan data perubahan biomassa
rata-rata ikan pada setiap perlakuan dan ulangan selama percobaan dapat lihat
pada Larnpiran 4.
- - - -- -
I
A B C D E F G H I
Perlakuan
1
rn Akhir1~
Garnbar 1. Bobot biomassa ikan batak pada awal dan akhir percobaan.
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa pada setiap perlakuan terjadi
peningkatan biomassa ikan. Biomassa rata-rata ikan meningkat diakhir
pemeliharaan, yakni : A = 55,178, B = 78,878, C = 68,43g, D = 67,00g,
E =63,73g, F=62,97g, G = 84,13g, H = 70,20g, danI =64,67 g.
Pemberian pakan dengan kandungan protein dan nisbah energi berbeda
dalam pakan dapat mempengaruhi tingkat konsumsi pakan, pertumbuhan relatif,
retensi protein, retensi lemak dan efisiensi pakan, sedangkan tingkat kelangsungan
Tabel 3. Konsumsi pakan (KP), pertumbuhan relatif (PR), retensi protein (RP),
retensi lemak(RL) dan efisiensi pakan (EP) dan tingkat kelangsungan hidup selama penelitian
- - - -
Pakan, Protein Parameter
("h) ; c/P
(kkaVg protein) KP PR RP RL EP SR
--
A (25; 18,O) 194,93*4,70a 17,72* 0,82a 4,69f 0,33a 13,64 f 0,34a 4,26 f 0,27a 1 OOa
B (30;13,9) 224,80f8,30d 66,78+3,5Oc 9,45*0,46" 136,58 f 1 4 , 4 5 ~ 14,04
*
0,17' 100a C (30;14,1) 216,65*4,7gbC 37,78*9,21 6,47*l,5ob 54,62 *15,2lC 8,66*
2.1 l b 95,83a D (30;14,2) 210,43*0,51c 38,63*9,6gb 6,18*1,14~ 35,96*
4,60b 8,85*
2 , 0 5 ~ 100a E (30;14,5) 209,43*4,2lC 37,17f7,82~ 6,13*1,16~ 16,68 f 3,3Sa 8,20*
1 , 3 5 ~ 100aF (30;15,0) 196,40*2,12a 30,28*12,84~ 6,00*1,89~ 17,99 rt 9,63a 7,49 f 3,3sb 100a
G (35; 12,O) 2 19,50*2,1 gCd 72,45*11,43' 10,08f0,89C 188,35 ~k14,96~ 16,10 f 2,35' 1 OOa H (35;12,2) 214,52~t0,90~~ 46,72f7,91b 6,75*0,35~ 37,75 f 5,42b 10,40 f 1 ~ 4 9 ~ 100a
I (35;12,5) 199,40+2,0Sa 34,58f13,59~ 6,3&1,16~ 27,83 f 3 , 0 4 ~ ~ 8,29 f 3 , 0 4 ~ 100a
Keterangan:
1. Data setiap perlakuan dan ulangan dapat dilihat pada Lampiran 4, 5, dan 6.
2. Huruf dibelakang nilai standar deviasi yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)
Pada Tabel 3 di atas pakan B (30; 13,9) dan G (35; 12,O) menunjukkan
nilai tertinggi untuk semua parameter evaluasi (KP, PR, RP, RL, EP)
dibandingkan dengan pakan perlakuan lainnya. Sedangkan ikan yang diberikan
pakan A (25; 18,O) memberikan nilai terendah untuk semua parameter uji
(Lampiran 7, 8, 9, 10, dan 11). Selanjutnya tidak ada perbedaan yang nyata antar
perlakuan terhadap nilai kelangsungan hidup ikan diakhir penelitian.
Hasil analisa proksimat tubuh pada akhir penelitian secara umum
menunjukkan adanya peningkatan kandungan protein dan lemak tubuh selarna
pemberian pakan percobaan. Pengaruh pakan percobaan terhadap komposisi
proksimat tubuh dan hati benih ikan batak pada setiap perlakuan disajikan pada
Tabel 4. Komposisi proksimat tubuh dan hati (% bobot basah) benih ikan batak (Labeobarbus soro)
Pakan, Protein Parameter
(%) ; CIP (kkavg Air Protein Lemak Abu
protein)
Awal 67,28 13,23 12,13 3,56
Tubuh :
A (25; 18,O) 66,67
*
0,57~' 14,05*
0,06a 14,83+ 0,34' 2,85* 0,06"~B (30;13,9) 66,85
*
0,72' 14,54*
0,3sabC 14,48* 0,74~' 2,23* 0,06aC (30;14,1) 66,9 1
*
0,7gc 14,66*
0,4sabC 15,16* 0,78* 2,48* 0,0gabD (30;14,2) 66,51
*
0 , 6 9 ~ 14,29 0,30* 15,27* 0,53'~ 2,73*0,53~~E (30;14,5) 68,32
*
0,4gd 14,61*
0,54"~" 13,11*1,31* 3,03* 0,37~F (30;15,0) 65,72 =t 0,46~ 14,s 1
*
0,09*' 14,38*1,2obC 2,84* 0,33*G (35; 12,0) 64,69
*
0,29 a 15,46*
0,32~ 16,52*0,24~ 2,54* 0,24"~H (35;12,2) 68,10
*
0,44~ 14,88*
0,84~* 12,74*O,1Oa 2,83*0,50*I (35;12,5) 66,99
*
0,27' 15,27*
0,32'~ 13,96*0,79* 2,58*0,37~~Hati :
A (25; 18,O) 72,55 14,50 8,81
B (30; 13,9) 65,56 16,27 9,71
C (30;14,1) 69,49 13,82 10,19
D (30;14,2) 67,23 1733 7,99
E (30;14,5) 67,65 15,92 7,15
F (30;15,0) 7 1,23 15,88 6,87
G (35;12,0) 72,66 12,95 7,35
H (35;12,2) 67,7 1 15,17 7,94
I (35;12,5) 68,98 15,15 10,96
Hasil proksimat tubuh ikan pada Tabel 4 menunjukkan terjadinya
peningkatan kadar air tubuh ikan pada perlakuan E dan H sedangkan pada
perlakuan lainnya rendah. Kadar air tubuh terendah dihasilkan oleh perlakuan G.
Selanjutnya, kadar protein dan lemak tubuh meningkat pada setiap pemberian
pakan uji. Kadar protein dan lemak tubuh tertinggi dihasilkan oleh pakan G,
sedangkan ikan yang diberikan pakan A menghasilkan kadar protein tubuh
terendah dan kadar lemak tubuh terendah dihasilkan oleh perlakuan H. Kadar abu
tubuh ikan mengalami penurunan dari hasil proksimat tubuh awal pada setiap
perlakuan. Kadar abu tertinggi dicapai oleh perlakuan E, sedangkan yang terendah
diantara perlakuan dicapai oleh perlakuan B (Lampiran 12, 13, 14, dan 15). Data
lengkap setiap perlakuan dan ulangan hasil proksimat tubuh ikan disajikan pada
Pembahasan
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran panjang, bobot dan volume selama
periode tertentu. Pertumbuhan ikan erat kaitannya dengan ketersediaan protein
dalam pakan. Hal ini dapat dimengerti mengingat hampir 65-75% daging ikan
terdiri dari protein (Watanabe 1988). Protein merupakan nutrien yang sangat
dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. Jumlah dan kualitas protein akan
mempengaruhi pertumbuhan ikan (Halver 1988). Jadi dengan adanya pemanfatan
protein pakan akan diharapkan protein tubuh bertambah atau terjadi
pertumbuhan.
Pertumbuhan biomassa tubuh dibatasi oleh tinggi rendahnya kadar protein
dan rasio energi protein (atau energi total) pakan. Setelah 75 hari percobaan
terlihat ada perubahan biomassa pada setiap perlakuan (Gambar I). Hal ini
disebabkan karena kandungan energi dalam pakan yang dikonsumsi oleh ikan
melebihi kebutuhan energi maintenance dan aktivitas tubuh lainnya, sebagaimana
yang dinyatakan oleh Love11 (1 988) bahwa kebutuhan energi untuk maintenance
hams dipenuhi terlebih dahulu, dan apabila berlebih maka kelebihannya akan
digunakan untuk pertumbuhan. Hal ini membuktikan bahwa pemanfaatan jurnlah
protein pakan oleh ikan diantara perlakuan tidak sama. Karena adanya perbedaan
kandungan protein dalam pakan dan kandungan energi non potein pakan pada
setiap perlakuan.
Dari data pertumbuhan biomassa ikan menunjukkan bahwa pakan B dan
G memperoleh pertumbuhan paling tinggi. Pakan B terdiri dari protein 30 %,
sedangkan pakan G 35 %. Sementara kandungan lemak relatif sama dan kadar
karbohidrat pakan B lebih tinggi dari pakan G, berarti rasio energi protein pakan
B lebih besar dari pakan G (Tabel 2). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
ikan batak membutuhkan energi non protein, baik dari lemak dan karbohidrat
pakan. Ternyata ikan batak mampu memanfaatkan energi karbohidrat dari pakan
B dengan baik, walaupun kadar protein pakan B lebih rendah dari G. Namun
pakan B dapat menyimpan protein pakan menjadi protein tubuh sama dengan
seperti pakan G, yang ditunjukkan oleh nilai retensi protein yang sama dengan
Peningkatan total energi pakan, dengan cara meningkatkan kadar lemak
pakan mengakibatkan energi dalam pakan berlebih sehingga konsumsi pakan
turun dan pertumbuhan ikan juga rendah. Perlakuan A, C, D, E, F, H, dan I
memiliki energi non protein lebih tinggi dibandingkan pakan B dan G (Tabel 2).
Tingkat konsumsi pakan semakin menurun seiring meningkatnya energi dalam
pakan (Tabel 3). Peningkatan kadar lemak yang tinggi menghasilkan total energi
pakan yang tinggi sehingga melebihi kebutuhan energi untuk ikan batak. Apabila
energi dalam pakan tinggi ikan mengkonsumsi pakan rendah dan menghentikan
aktivitas makannya, sehingga nutrien yang diserap oleh tubuh juga rendah dan
mengakibatkan retensi protein rendah, yang pada gilirannya pertumbuhan ikan
juga rendah. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan A dan F memiliki energi
paling tinggi (450,Ol - 45 1,21 kkal GEIlOOg), tingkat konsumsi pakan paling
rendah (194,938 dan 196,408) dibandingkan perlakuan lainnya (Tabel 3). NRC
(1993) menyatakan bahwa pakan yang memiliki kelebihan energi dapat
membatasi jumlah pakan yang dikonsumsi termasuk protein dan lemak serta
nutrien lainnya yang dibutuhkan oleh ikan. Alanara (1994) juga menyatakan
bahwa pakan yang berenergi tinggi karena keberadaan lemak yang tinggi
menyebabkan tingkat konsumsi pakan menjadi rendah. Rendahnya konsumsi
pakan menyebabkan rendahnya nutiren-nutrien pakan seperti protein dan lemak
terserap oleh ikan sehingga protein dan lemak yang disimpan dalam tubuh juga
rendah, dengan demikian pertumbuhan biomassa ikan semakin rendah.
Keseimbangan energi dan protein di dalam pakan sangat berperan dalam
menunjang pertumbuhan ikan. Perlakuan A memiliki kandungan protein 25%
dengan imbangan energi dalam pakan (450,Ol kkal GEI100g) diduga belum
mampu memenuhi kebutuhan protein bagi ikan batak. Rendahnya retensi protein
yang terjadi pada kadar protein 25% diduga protein yang diberikan masih rendah
untuk kebutuhan protein tubuh ikan batak, walaupun diimbangi oleh total
energinya yang tinggi. Menurut beberapa hasil penelitian terhadap ikan Mahseer
seperti yang dilakukan oleh Mohan & Basade (2005) kebutuhan protein dan
imbangan energi ikan mahseer (Tor putitora) ukuran 3,248 yakni 47,47% dengan
energi-protein 22,75 Wmg dalam pakan. Islam & Tanaka (2004) menyatakan
energi-protein 2 1,8 kJ/mg. Sedangkan Shankar (1 988) menyatakan bahwa ikan
mahseer (Tor khudree) ukuran 5g membutuhkan protein 40%.
Retensi lemak tertinggi dicapai oleh perlakuan B dan G sebanyak
136,58% dan 188,35% (Tabel 3), sementara bila dibandingkan dengan seluruh
perlakuan lainnya kadar lemak pakan paling rendah, yakni sebesar 2,08% dan
2,14%. Retensi lemak meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar karbohidrat
dalam pakan, narnun sebaliknya retensi lemak menurun seiring meningkatnya
kadar lemak dalam pakan (Tabel 3). Retensi lemak B dan G yang tinggi pada
kadar lemak rendah diduga akibat ikan mensintesis lemak dari nutrien non lemak.
Tabel 2 menunjukkan bahwa seluruh perlakuan memiliki karbohidrat lebih dari
40%. Akibatnya kemungkinan terjadi sintesis lemak yang berasal dari karbohidrat
(glukosa) yang terjadi pada organ hati dan jaringan lemak (Linder 1992). Hasil
penelitian Seenappa & Devaraj (1995) pada ikan Indian major carp (Catla catla)
memperlihatkan bahwa yang diberi lemak rendah (4%) turnbuh lebih cepat
dibandingkan yang diberikan lemak tinggi (8 dan 12%).
Kelangsungan hidup ikan selama berlangsungnya penelitian sama antar
perlakuan. Kematiannya terjadi pada perlakuan C ulangan ke dua sebanyak 1
ekor. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah maupun jenis pakan yang diberikan
sudah cukup untuk mendukung kebutuhan pokok ikan bahkan dapat memberikan
pertumbuhan. Keadaan ini didukung pula oleh kualitas air media yang cukup
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pakan B dan G
masing-masing dengan kadar protein 30 % dan 35 % serta nisbah energi protein
13,9 dan 12,O Kkal GE/g protein dapat menghasilkan kineda pertumbuhan yang
terbaik pada benih ikan batak. Namun demikian pakan B memberikan efisiensi
pemanfaatan protein yang tertinggi.
Saran
Untuk pemeliharaan ikan batak disarankan menggunakan pakan dengan kadar
DAFTAR PUSTAKA
Adelina. 1999. Pengaruh pakan dengan kadar protein dan rasio energi protein berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan bawal air tawar (Colossomma macropomum). [ Tesis]. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. 75 hal.
Alanara 1994. The effect of temperature, dietary energy content and reward level on the demand feeding activity of rainbow trout (Onchorhynchus mykiss), Aquaculture, 126: 348-359
Brett JR and Groves TD. 1979. Physiological energetics. p. 599-675. In. Hoar, WS, Randal DJ, Brett JR, Editor. Fish physiology. London: Academic Press. Volume VIII
Cho CY and Watanabe T.1988. Nutritional energetics. p. 79-92. In. Watanabe T, editor. Fish nutrition and mariculture JICA textbook the General Aquaculture Course. Tokyo : Kanagawa International Fisheries Training Center.
Church DC and Pond WG. 1988. Basic animal nutrition and feeding. Third edition. Jhon Wiley and Son, New York. p.105 - 120.
Chuapoehuk W. 1987. Protein requirements of walking catfish (Clarias batrachus) (Linneus) fry. Aquaculture, 63:2 15-2 19.
Furuichi M. 1988. Fish nutrition. pp. 1-78. In. Watanabe T, editor. Fish nutrition and mariculture, JICA textbook, the General Aquaculture Course. Tokyo. Kanagawa International Fisheries Training Center.
Halver JE. 1988. Fish Nutrition. Academis Press, INC. London, 798 pp.
Henken AM, Machiels MAM, Dekker W and Hogendorn H. 1986. The effect of dietary protein and energy content on growth rate and feed utilization of the African catfish, Clarias gariepienus (Burchell 1822). Aquaculture, 5855-74.
Hepher B. 1990. Nutrition of pond fishes. University Press. Cambridge, New York, p. 507-5 1 1
Hossain MA, Azad Shah AKM and Hussain MG. 2002. Optimum dietary protein
Islam MS and Tanaka M. 2004. Optimization of dietary protein requirement for pond-reared mahseer Tor putitora Hamilton (Cypriniformes, Cyprinidae). Division of Applied Bio-sciences, Graduate School of Agriculture, Kyoto University, Kyoto. Japan Aquaculture Research, 35,1270 - 1276.
Khan MS, Ang KJ, Ambak MA and Saad CS. 1993. Optimum dietary protein Requirement of Malaysian freshwater catfish (Mystus nemurus). Aquaculture, 1 12:227-235.
Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirjoatmodjo S. 1993. Freshwater fishes of Westrn Indonesia and Sulawesi. Periplus Edition. Ltd. Jakarta. 293pp
Krishna A. and Kumar A. 2001. Optimum dietary carbohydrate requirement of rohu (Labeo rohita) fingerlings. Fisheries Laboratory, Department of Zoology, Visva Bharati University, West Bengal, India. Acta Ichthy Piscat, 3 1 (1): 8 1-96.
Kurnia A. 2002. Pengamh pakan dengan kadar protein dan rasio energi protein berbeda terhadap efisiensi pakan dan perhunbuhan benih ikan baung (Mystus nernurus C.V). [ Tesis]. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. 54 hal.
Linder MC. 1992. Biokimia nutrisi dan metabolisme dengan pemakaian secara klinis. Departemen of Chemistry, California State University, Fullerton. Penerjemah Aminuddin Parakkasi.UI Press. 78 1 hal.
Love11 RT. 1988. Nutrition and feeding of fish. New York Van Nostrand Reinhold, p. 1 1-91.
Mohan M and Basade Y. 2005. Effects of available diets with different protein to energy ratios on growth, nutrient utilization and body composition of juvenile Himalayan golden mahseer, (Tor putitora). Asian Fisheries
Society, Manila, Philippines. Asian Fisheries Science 18 : 275-283.
Ningrum S, Harjdamulia A, Muharam M dan Wahyudin E. 1999. Pengaruh Pakan Berkadar protein Berbeda terhadap Pertumbuhan, Laju sintasan dan Perkembangan Ovari Gelondongan Ikan Semah (Tor douronensis) Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol. V No.4
.
[NRC] National Research Council, Subcornmite on Warmwater Fish Nutrition.1993. Nutrient requirements of fish. Washington DC National Academy of science, 1 14 pp.
Pandian TJ. 1989. Protein requirements of fish and prawns cultured in Asia. p. 1 1
-
22. In. De Silva SS. Editor. Fish nutrition research in Asia. Proceeding of the third Asian fish nutrition network meeting. Manila: Asian fisheries society.
Peres H. and Teles AO. 1999. Effect of dietary lipid level on growth performance and feed utilization by European sea bass juveniles (Dicentrarchus labra). Aquaculture, 179: 325-334.
Pillay TVR. 1980 Fish feed tecknology. United Nation Development Programmed. Food and Agriculture Organization of The United Nation. 395 pp.
Seenappa D and Devaraj KV 1995. Effect of different levels of protein, fat and carbohydrate on growth, feed utilization and body carcass composition of fingerling in Catla catla (Ham). Aquaculture, 129: 243-249.
Shankar TJ. 1988. Effect of dietary protein level on the growth of Decan mahseer fry Tor khudree (Sykes). Journal of Indian Fisheries Association 18: 135- 140.
Shiau S and Huang S. 1990. Influence of varying energy levels with two protein concentration in diets for hybrid tilapia (Oreochromis niloticus and Oreochromis aureus) reared in seawater. Aquaculture, 9 1 : 143-1 52.
Sulhi MJ. Subagja J, Asih S. dan Nugroho E. 2004. Perubahan musim serta induksi pematangan gonada ikan tor soro (Teleostei) melalui implantasi pellet hormon gonadotropin mamalia (HCG). Laporan hasil riset BRPBAT Bogor. 2 17-225.
Suprayudi MA, Bintang M, Takeuchi T, Mokoginta I, and Sutardi T. 1999. Defatted soybean meal as an alternatif source to substitute fish meal in the feed of giant gouramy, Osphronemus gouramy Lac. Sanzoshoku. 47(4):551-557.
Takeuchi T. 1988. Laboratory work chemical evaluation of dietary nutrition. p. 179 - 229. In. Watanabe T, editor. Fish nutrition and mariculture JICA textbook the general aquaculture course. Tokyo : Kanagawa International Fisheries Training Center.
Watanabe T. 1988. Fish nutrition and marincultur. Departement of aquatic biosciences, Tokyo University of Fisheries. JICA.233 p.
Lampiran 1. Prosedur ekstraksi lemak dalam bahan baku pakan .
1. Bahan baku tepung ikan ditimbang sebayak 1 kg dimasukkan ke dalam labu ukuran 5 liter.
2. Tambahkan alkohol90 % ke dalam labu erlimeyer yang telah berisi tepung Ikan dengan perbandingan 4 : 1.
3. Panaskan di atas tanur pada suhu 70 OC selama 3 jam.
4. Pisahkan tepung ikan dengan alkohol dan minyak ikan dengan menggunakan saringan halus.
5. Ulang kegiatan no. 1 dan 2
6. Keringkan tepung ikan agar sisa alkohol menguap dari bahan baku tepung ikan.
Lampiran 2. Hasil analisis proksimat tepung ikan, bungkil kedelai, polard, tepung terigu dan tepung tapioka
-
Bahan Pakan Parameter
T. Ikan B.Kedelai Polard T. terigu T. Tapioka
Protein 68,36 39,92 14,23 12,77 0,9 1
Lemak 0,54 0,60 0,98 0,26 0,09
Serat kasar 0,47 13,03 10,ll 0,57 0,27
Kadar Abu 17,56 8,52 4,89 0,59 0,07
BETN 13,03 37,93 69,79 85,81 98,66
Lampiran 3. Prosedur analisa proksimat bahan pakan dan tubuh ikan
A. Prosedur analisa protein (Metode Kjeldahl)
1. Sample 0,5 - 1,O gram ditimbang dan dimasukkan kedalam labu Kjeldahl no. 1 dan salah satu labu digunakan sebagai blanko dimana pada labu itu tidak dimasukkan sampel.
2. Kedalam labu no. 1 ditambahkan 3 gram katalis (K2 So4
+
CuS045H20) dengan rasio 9: 1, dan 1 0 ml H2SO4 pekat.3. Labu No. 2 dipanaskan selama 3 - 4 jam, sampai cairan dalam labu bewarna hijau , setelah itu pemanasan diperpanjang lagi 30 menit.
4. Larutan didinginkan, lalu ditambahkan air destilata 30 ml. Kemudian larutan No. 2 dimasukkan ke labu taka, tambahkan larutan destilata sampai volume larutan mencapai 100 ml.
5. Dilakukan proses destilasi untuk membebaskan kaembali NH3 yang berasal dari proses destruksi tadi pada No. 4.
6. Labu erlemeyer diisi 10 ml H2S04 0,05 N dan ditambahkan 2 - 3 tetes indikator ( Methyl redlmethylen blue) dipersiapkan sebagai penampung NH3 yang dibebaskan dari labu No. 4.
7. Labu destilasi diisi 5 ml larutan nomor 4. Lalu ditambahkan larutan sodium hydroxide 30 %.
8. Pemanasan dengan uap terhadap labu destilasi ( no.7) dilakukan minimum 10 menit setelah kondensasi uap terlihat pada kondensor.
9. Larutan dalam labu erlemeyer dititrasi dengan 0,05 N larutan sodium hydroxide.
10. Kadar protein (%) = 0,0007
*
x (Vb - Vs) x Fx 6,25**
x 20 SKeterangan : Vs = ml0,05 N titer NaOH untuk sampel
Vb = ml titer NaOH untuk blanko
F = Faktor koreksi dari 0,05 N larutan NaOH S = bobot sampel (g)
= Setiap ml0,05 N Na OH equivalent dengan 0,0007 g
nitrogen.
= faktor nitrogen
B. Prosedur analisa kadar lemak Metode ekstraksi dengan Soxhlet
1. Labu ekrtaksi dipanaskan pada suhu 1 1 O°C selama satu jam. Kemudian didinginkan selama 30 menit dalam esikator. Panaskan kembali selama 30 menit, lalu dinginkan, kemudian ditimbang. Proses tersebut diulang sampai tidak ada perbedaan bobot labu lebih dari 0,3 mg. Bobot ektraksi (XI).
2. Bahan ditimbang sebanyak 3 g (A) dan dimasukkan dalam selongsong terendam dan sisa heksan dimasukkan kedalam labu.
3. N-heksan sebanyaklO0 sampai 150 ml dimasukkan ke dalam soxlet sampai selongsong terendam dan sisa hexan dimasukkan kedalam labu.
Lanjutan lampiran 3
...
5. Labu dilepaskan dari soxlet dan tetap dipanaskan hingga N-Hexsan menguap semua.
6. Labu dan lemak yang tersisa dip[anaskan dalam oven selama 15-60 menit dan ditimbang ( X2)
7. Persentase lemak kasar dihitung dengan menggunakan rumus :
( x 1 - X2)
Kadarlemak (%) = x 100%
A
Metode Folch (analisis lemak untuk hati)
1. Labu silinder dioven pada suhu 110°C selama satu jam kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (X1).Bahan ditimbang 2 g (A) dan kemudian dimasukkan dalam gelas homogenizer, kemudian ditambahkan dengan larutan kloroformlmethanol C (20xA) dan disisakan sebagian untuk membilas pada saat penyaringan. 2. Sample yang telah diberikan larutan kemudian dihomogenizer selama 5
menit, setelah itu disaring dengan bantuan vacuum pump.
3. Sample yang telah disaring dimasukkan kedalam labu pemisah yang telah diberikan larutan MgC12 0,03 M sebanyak (0,2 x C), kemudian dikocok dengan kuat selarn lmenit lalu ditup dengan aluminium foil dan didiamkan semalam.
4. Lapisan bawah yang terdapat pada labu pemisah disaring kledalam labu silinder , kemudian di-evavorator sampai kering. Sisa kloroform /methanol yang terdapat pada labu ditiup dengan bantuan pompa kemudian ditimbang (X2)
5. Persentase lemak kasar dihitung dengan menggunakan rumus :
(X1- X2)
Kadar lemak (%) = x 100%
A
C. Prosedur analisa kadar abu
.
1. Cawan porselen dioven pada suhu 1 1 0 ' ~ selama 1 jam lalu didinginkan dalam esikator selama 15 menit dan kemudian ditimbang (XI). Masukkan sample lalu ditimbang (B), penimbangan sampai empat desimal.
2. Bahan diarnbil 1 g (A) dan dimasukkan dalam cawan porselin tersebut.
3. Cawan yang berisi bahan dipanaskan dalam tanur pada suhu 6 0 0 ' ~ sampai bahan menjadi putih semua atau menjadi abu, kemudian dimasukkan ke oven (suhu 1 OO'C 1 1 O'C) selama 1 5 menit untuk menurunkan suhunya.
4. Cawan porselin dikeluarkan lalu didinginkan dalam esikator selama 15
-
30 menit lalu ditimbang (X2).5. Persentase kadar abu dihitung dengan menggunakan rumus :
(X2 - XI) Kadar Abu (%) =
Lanjutan lampiran 3
...
D. Prosedur analisa serat kasar
1. Kertas saring dipanaskan dalam oven selama satu jam pada suhu 1 10°C kemudian didinginkan selama 30 menit dalam esikator lalu ditimbang (XI). Kertas saring tersebut kemudian dipasang pada corong dan
dihubungkan pada vacuum pump untuk mempercepat penyaringan.
2. Bahan ditimbang sebanyak 0,5 g (A) dan dimasukkan kedalam Erlimeyer 250 ml, kemudian ditambah dengan 50 ml H2S04 0,3 N, lalu dipanaskan diatas pembakar bunsen 30 menit.
3. NaOH 1,5 N sebanyak 25 ml ditambahkan kelarutan tadi dan kemudian dipanaskan kembali selama 30 menit.
4. Larutan dan bahan yang sudah dipanaskan disaring dan dituangkan kedalam corong buchner
,
kemudian dibilas berturut turut dengan 50 ml air panas, 50 ml H2SO4 0,3 N dan 50 ml air panas lagi lalu 25 ml aseton. 5. Cawan porselen disiapkan setelah sebelurnnya dipanaskan dalam ovenbersuhu 105 sampai 1 10°C selam 1 jam.
6. Kertas saring dimasukkan kedalam cawan kemudian dipanaskan dalam oven bersuhu 105 sampai 1 10°C selam 1 jam lalu didinginkan dalam esikator selam 15 -30 menit dan ditimbang (X2).
7. Cawan kemaudian dipanaskan dalam tanur yang bersuhu 600°C hingga benvarna putih atau menjadi abu (kurang lebih 4 jam), lalu dimasukkan dalam oven suhu 105 sampai 110°C selama 15 menit kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 sampai 30 menit dan kemudian ditimbang (X3).
8
.
Kandungan serat kasar dihitung dengan menggunakan rurnus :XI - X*
-
X3Kadar serat kasar (%) = x 100% A
E. Prosedur analisa kadar air
1. Cawan porselen dioven pada suhu 1 1 0 ' ~ selama 1 jam dan kemudian
ditimbang
(XI)
2. Bahan diarnbil sebanyak 1 g (A) dan dimasukkan pada cawan tadi dan kernudian dipanaskddioven pada suhu 1 1 O'C selarna 2 jam.
3. Setelah dioven, cawan tersebut dipindahkan ke desikator selama 30 menit Setelah dingin, cawan tersebut ditimbang dan beratnya dicatat (X2).
4. Kadar air dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
(XI + A)-&)
Kadar air (%) = x 100%
Lampiran 4. Data biomassa awal dan akhir, konsumsi pakan, efisiensi pakan dan perturnbuhan relatif
Pakan Parameter
U A B C D E F G H I
Biomassa 1 48,70 48,40 49,40 47,30 45,80 46,60 48,70 47,70 48,80 awal (g) 2 46,70 47,90 50,50 49,OO 45,OO 49,lO 47,80 46,30 49,50
SU 1,76 1,49 0,70 0,93 2,OO 1,47 1,11 1,71 1,74
Biomassa 1 57,OO 81,30 69,80 70,30 65,50 58,70 82,40 72,50 64,60
Konsumsi
pakan (g) Rata-rata (g) S D
Efisiensi pakan 2 4,46 13,85 6,32 8,86 8,74 5,00 18,76 10,96 5,49 3 3,96 14,19 10,42 6,80 6,67 11,34 14,29 8,71 11,52 Rata-rata (%) 4,26 14,04 8,66 8,85 8,20 7,49 16,lO 10,40 8,29 SD 0,26 0,17 2,11 2,05 1,34 3,38 2,35 1,49 3,04 Pertumbuhan 1 17,04 67,98 41,30 48,63 43,Ol 25,97 69,20 51,99 32,38 relatif 2 18,63 62,84 27,33 37,96 40,22 20,16 85,15 50,54 22,22 3 17,48 69,52 44,72 29,30 28,28 44,72 63,OO 37,63 49,13 Rata-rata 17,72 66,78 37,78 38,63 37,17 30,28 72,45 46,72 34,58 SD 0,82 3 50 9,21 9,68 7,82 12,s 11,43 7,91 13,59
ppp-pp
Lampiran 5. Perhitungan retensi protein benih ikan bat& (Lubeoburbus soro)
Pakan Parameter
U A B C D E F G H I
Biomassa 1 48,70 48,40 49,40 47,30 45,80 46,60 48,70 47,70 48,80
-
Rata-rata (g)
SD 1;76 1149 0,70 0,93 2,OO 1,47 1,11 1,71 1,74
Biomassa 1 57,OO 81,30 69,80 70,30 65,50 58,70 82,40 72,50 64,60
akhir (g) - 2 55,40 78,OO 64,30 67,60 63,lO 59,OO 88,50 69,70 60,50
Rata-rata (g) -
SD lj96 2114 3,65 3,64 1,55 7,13 3,81 2,lO 4,20
Protein tubuh awal (YO) 13,23 13,23 13,23 13,23 13,23 13.23 13,23 13,23 13,23 1 14,lO 14,14 15,02 14,21 14,95 14,54 15,28 14,Ol 15,55
Protein tubuh akhir (%) .. z 2 14,06 14,72 14,16 14,62 14,89 14,40 15,27 14,94 15,34 3 13,99 14,76 14,81 14,04 13,98 14,58 15,83 15,69 14,93
Konsumsi 1 190,20 233,73 220,23 21 1,OO 214,30 197,20 221,OO 215,37 200,70
~ a k a n (g) 2 195,OO 217,33 218,50 210,OO 207,OO 198,OO 217,OO 213,58 200,50
Rata-rata (g)
SD 4,70 8,30 4,78 0,51 4,21 2,12 2,184 0,90 2,08 Protein pakan (%) 22,64 26,97 28,71 28,51 28,52 27,88 32,OO 31,92 32,12 1 43,06 63,04 63,23 60,16 61,12 54,98 70,72 68,75 64,46
Konsumsi Protein (g) 2 44,15 58,61 62,73 59,87 59,04 55,20 69,44 68,17 64,40 3 45,19 60,23 60,64 59,96 59,04 54,09 70,56 68,50 63,28 1 2,13 5,62 4,49 4,25 4,24 2,88 6,68 4,37 4,13
Protein disimpan (g) 2 2,12 5,67 2,98 3,94 3,94 2,54 7,72 4,80 3,28 3 1,95 5,88 4,58 2,94 2,83 4,41 6,84 4,70 4,68
Retensi protein (Yo) 1 4,95 8,92 7,lO 7,07 6,93 5,24 9,45 6,36 6,40 2 4,81 9,68 4,75 6,58 6,67 4,60 11,ll 7,04 5,09 3 4,31 9,76 7 3 5 4,90 4,80 8,16 9,69 6,87 7,40
Rata-rata 4,69 9,45 6,47 6,18 6,13 6,OO 10,08 6,75 6,30
SD 0,33 0,46 1,50 1,14 1,16 1,89 0,89 0,35 1,16 _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - - - -
Larnpiran 6. Perhitungan retensi lemak benih ikan batak (Labeobarbus soro)
Pakan Parameter
U A B C D E F G H I
1 48,70 48,40 49,40 47,30 45,80 46,60 48,70 47,70 48,80
Biomassaawal(g) 2 46,70 47,90 50,50 49,OO 45,OO 49,lO 47,80 46,30 49,50 3 45.20 45,60 49,20 48,80 48,80 49,20 50,OO 49,70 46,20
Rata rata (g) 46,87 47,30 49,70 48,37 46,53 48,30 48,83 47,90 48,17 SD 1,76 1,49 0,70 0,93 2,OO 1,47 1,11 1,71 1,74
1 57,OO 81,30 69,80 70,30 65,50 58,70 82,40 72,50 64,60
Biomassaakhir(g) 2 55,40 78,OO 64,30 67,60 63,lO 59,00 88,50 69,70 60,50
3 53,lO 77,30 71,20 63,lO 62,60 71,20 81,50 68,40 68,90
Rata-rata (g) 55,17 78,87 68,43 67,OO 63,73 62,97 84,13 70,20 64,67 SD 1,96 2,14 3,65 3,64 1,55 7,13 3,81 2,lO 4,20
Lemak tubuh awal (%) 12,13 12,13 12,13 12,13 12,13 12,13 12,13 12,13 12,13 1 14,68 13,83 15,19 14,74 12,76 13,36 16,54 12,74 14717
Lemak 2 14,59 14,32 14,37 15,80 12,OO 14,07 16,28 12,84 14362 tub& akhir (Oh)
3 15,21 15,29 15,93 15,27 14,56 15,70 16,76 12,64 13308
1 190,20 233,73 220,23 21 1,OO 214,30 197,20 221,OO 215,37 200,70
Konsumsi
pakan (g) 2 195,OO 2 17,33 2 18,50 2 10,OO 207,OO 198,OO 2 17,OO 2 13,58 200,50 3 199,60 223,33 21 1,23 210,30 207,OO 194,OO 220,50 214,60 197,OO
Rata-rata (g) 194,93 224,80 216,65 210,43 209,43 196,40 2 19,50 214,52 199,40
SD 4,70 8,30 4,78 0,51 4,21 2,12 2,184 0,90 2,08
Lemak pakan (%) 9,37 1,85 3,70 5,76 7,74 9,23 1,93 3,87 5,70 1 17,82 4,32 8,15 12,15 16,59 18,20 4,27 8,33 11,44 Konsumsi lemak (g) 2 18,27 4,02 8,08 12,lO 16,02 18,28 4,19 8,27 11,43
Lemak disimpan (g) 2 2,42 5,36 3,11 4,74 2,11 2,35 8,61 3,33 2,84
3 2,59 6,29 5,37 3,72 3,20 $21 7 3 9 2,62 3,41
Retensi lemak (%) 1 13,81 124,26 56,58 38,05 16,89 12,03 181,03 41,40 28,27
--- ---
Lampiran 7. Analisis ragam dan uji BNT konsurnsi pakan
Larnpiran 8. Analisis ragam dan uji BNT perturnbuhan relatif
Sig. .OOO F 20,7 1 Perlakuan A F I E D H C G B Sig. Mean Square 336,36 16,29
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a.Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Ulangan 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = 0.05
d f 8,OO 18,OO 26,OO Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 2690,9 1 292,29 2983,2 1 4 219,50 224,80 .I25 1 194,93 196,40 199,40 .215 F 10,16 Mean Square 898,56 88,36 Between Groups Within Groups Total Perlakuan A F I E C D H B G Sig. Sig. .OOO
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a.Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Ulangan 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = 0.05
2 209,43 2 10,43 214,51 2 16,65 .057
Sum of Squares 7 188,55
1590,47 8779,03
3
Lampiran 9. Analisis ragam dan uji BNT retensi protein
Lampiran 10. Analisis ragam dan uji BNT retensi lemak
Sig. .OOO F 7,29 Perlakuan A F E D I C H B G Sig. Mean Square 9,OO 1,23
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a.Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Ulangan 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = 0.05
d f 8 18 26 Between Groups Within Groups Total Sig. .OOO Sum of Squares
72,06 22,2 1 94,27 3 9,45 10,08 .496 1 4,69 .059 F 124,31 Perlakuan A E F I D H C B G Sig. - 2 6,OO 6,13 6,18 6,30 6,47 6,75 Mean Square 1 1345,56 91,26
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a.Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Ulangan 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = 0.05
d f 8 18 26 Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 90764,49 1642,76 92407,25 5 188,35 1 .OO 4 136,58
Lampiran 1 1. Analisis ragam dan uji BNT efisiensi pakan
Lampiran 12. Analisis ragam dan uji BNT kelangsungan hidup
Sig. .OOO F 11,28 Perlakuan A F E I C D H B G Sig. Mean Square 36,79 3,26
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a.Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Ulangan 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = 0.05 d f
8 18 26 Between Groups Within Groups Total Sig. 0,469 Perlakuan C
Subset for a l ~ h a = 0.05
Sum of Squares 294,38 58,71 353,09 3 14,04 16,lO .I79 1 4,26 1 .OOO F 1,OO N 3 A B D E F G H I Sig. 2 7,49 8,20 8,29 8,66 8,85 10,40 .20 1 Mean Square 5,78 5,78 3 3 3 3 3 3 3 3 d f
8 18 26 Between Groups Within Groups Total
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a.Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Sum of Squares
34
Larnpiran 13. Analisis ragam d m uji BNT kadar air akhir
Lampiran 14. Analisis ragarn dan uji BNT kadar protein tubuh akhir Mean Square 3,65 0,30 df 8 18 26 Between Groups Within Groups Total Perlakuan G F D A B C I H E Sig.
Sum of Squares 29,23
$45 34,69
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a.Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Ulangan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 F 12,05 Subset for Sig. 0,OO Sig. 0,OO
ahha = 0,05
1 64,69
1 ,00
Between Groups