FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELANCARAN PENGEMBALIAN
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
(Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis,Cabang Pasar Minggu)
SKRIPSI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA. H34050921. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI).
Lebih dari 80 persen usaha yang ada di Indonesia adalah usaha mikro. Sektor usaha mikro mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional, khususnya dalam hal menyediakan kesempatan kerja dan merupakan sumber yang cukup besar bagi penerimaan negara (BPS 2007). Walaupun sektor usaha mikro memberikan kontribusi besar terhadap PDB nasional dan dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat namun hal ini belum dapat mendorong pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat. Faktor internal yang diduga menjadi salah satu penyebabnya adalah kurangnya permodalan. Salah satu langkah nyata pengembangan sektor usaha mikro adalah melalui peningkatan permodalan berupa kredit.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan kredit bagi usaha mikro maupun bagi usaha kecil, dan menengah dengan pola penjaminan diharapkan akan dapat memberikan kemudahan akses serta kesempatan yang lebih besar terhadap kredit, terutama pada usaha mikro. PT Bank Rakyat Indonesia merupakan bank penyalur yang paling banyak menyalurkan KUR. Meskipun KUR merupakan hasil dari kebijakan pemerintah, tidak membuat kegiatan penyaluran pinjaman ini lepas dari risiko kredit. Risiko kredit dalam kegiatan pembiayaan melalui pemberian KUR ini diindikasikan dengan tingkat kredit macet atau tingkat Non Performing Loan (NPL), seperti yang terjadi pada BRI Unit Cimanggis yang nilainya cenderung meningkat seiring dengan peningkatan jumlah debiturnya. Sehingga penelitian yang bertujuan mengidentifikasi karakteristik debitur berdasarkan kelancaran pengembaliannya serta menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR pada BRI Unit Cimanggis diharapkan akan bermanfaat untuk mengantisipasi risiko kredit tersebut sedini mungkin.
Penelitian ini dilakukan pada PT Bank BRI Unit Cimanggis Cabang Pasar Minggu pada bulan Maret hingga April 2009. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Metode penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja dan disproporsional. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 65 orang dengan jumlah sampel untuk masing-masing subpopulasi yaitu 40 orang mewakili subpopulasi dengan pengembalian lancar dan 25 orang mewakili subpopulasi yang menunggak. Pengolahan data di dalam penelitian ini menggunakan dua metode pengolahan data yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi logistik.
bulan. Antara responden debitur lancar dengan responden debitur menunggak dapat dibedakan berdasarkan ada tidaknya pinjaman lain yang sedang diakses responden debitur bersamaan dengan KUR pada BRI Unit Cimanggis,besarnya jumlah pinjaman, serta besarnya omzet usaha. Responden debitur menunggak sebagian besar ditemukan sedang dalam pinjaman lain, sementara pada responden debitur lancar sebaliknya. Jumlah pinjaman pada responden debitur lancarn sebagian besar sejumlah Rp 5.000.000, sementara pada responden debitur menunggak sebagian besar meminjam sejumlah Rp 3.000.000 dan Rp 5.000.000. Besarnya omzet usaha pada responden debitur lancar cenderung lebih besar jika dibandingkan dengan besarnya omzet usaha responden debitur menunggak.
Faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR adalah omzet usaha, besarnya jumlah pinjaman, dan pinjaman lain pada selang kepercayaan 90 persen (α = 0,1). Omzet usaha memiliki pengaruh (p-value= 0,025) dan keterkaitan positif (koefisien = 0,0628) dengan kelancaran pengembalian kredit. Artinya, semakin tinggi omzet usaha maka peluang dan kecenderungannya untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar semakin tinggi. Odds ratio sebesar 1,06 mengartikan bahwa peningkatan omzet usaha sebesar satu satuan (juta rupiah) akan meningkatkan peluang tingkat kelancaran pengembalian kredit sebesar 1,06 kali lebih besar.
Jumlah pinjaman memiliki pengaruh (p-value= 0,06) dan keterkaitan positif (koefisien = 0,71) dengan kelancaran pengembalian kredit. Artinya, semakin tinggi jumlah pinjaman maka peluang dan kecenderungannya untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar semakin tinggi. Odds ratio sebesar 2,04 mengartikan bahwa peningkatan jumlah pinjaman sebesar satu satuan (juta rupiah) akan meningkatkan peluang tingkat kelancaran pengembalian kredit sebesar 2,04 kali lebih besar.
Berbeda dengan pinjaman lain yang memiliki (p-value = 0,015) dan keterkaitan negatif (koefisien = -1,747) dengan kelancaran pengembalian kredit, dimana jika debitur memiliki atau sedang terlibat dengan pinjaman pada pihak lain selain pada BRI Unit Cimanggis maka peluang dan kecenderungannya untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar semakin kecil. Nilai odds ratio sebesar 0,17 mengartikan bahwa nasabah yang memiliki pinjaman pada pihak lain akan berpeluang lebih 0,17 kali lebih kecil untuk mengembalikan kredit secara lancar.
Berdasarkan faktor yang berpengaruh nyata tersebut, pihak BRI Unit Cimanggis diharapkan lebih selektif dalam memutuskan calon debitur yang akan menerima pinjaman (KUR) dengan mempertimbangkan berbagai hal khususnya mengenai ada tidaknya pinjaman lain yang sedang diakses calon debitur, besarnya jumlah pinjaman, dan besar omzet usaha yang dimiliki calon debitur. Kondisi usaha calon debitur di masa yang akan datang harus diprediksi karena terdapat kemungkinan keberhasilan atau kegagalan usaha di masa yang akan datang dimana kondisi tersebut berpengaruh pada jumlah omzet di masa yang akan datang.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELANCARAN PENGEMBALIAN
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
(Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis,Cabang Pasar Minggu)
VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian
Kredit Usaha Rakyat (Studi Kasus pada PT Bank BRI
Unit Cimanggis Cabang Pasar Minggu)
Nama : Virgitha Isanda Agustania
NIM : H34050921
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si
NIP. 19640921 199003 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR),
Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu” adalah
karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2009
Virgitha Isanda Agustania
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 28 Agustus 1987. Penulis adalah anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Haris Kaswara dan Ibunda Hj.
Etna Solihati (alm). Penulis menunaikan wajib belajar sembilan tahun di SD Swata
Pupuk Iskandar Muda (lulus tahun 1999) dan SMP Negeri 41 Ragunan (lulus tahun
2002). Penulis kemudian menyelesaikan pendidikan lanjutan menengah atas di SMA
Negeri 28 Pasar Minggu dan lulus pada tahun 2005.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) di
Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada
tahun 2005. Pada tahun 2006, penulis diterima untuk melanjutkan pendidikan di
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui seleksi umum yang
dilakukan terhadap seluruh mahasiswa TPB-IPB angkatan 42. Selama mengikuti
pendidikan di IPB, penulis aktif pada Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis
(HIPMA), Himpunan Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi (MISETA), serta
International Association of Students in Agriculture and Related Sciences Local
Committee IPB (IAAS-LC IPB).
Pada tahun 2007, penulis bersama dengan dua rekan mahasiswa lainnya tercatat
sebagai juara 2 LKTM Bidang Pendidikan tingkat IPB. Pada tahun 2008, penulis
kembali bersama dengan dua rekan mahasiswa lainnya tercatat sebagai penerima hibah
DIKTI untuk Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat. Pada
tahun 2009, penulis memperoleh beasiswa Prestasi Pengembangan Akademik dari
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmatNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat
(KUR),
StudiKasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kelancaran pengembalian Kredit Usaha Rakyat
(KUR)
padaPT Bank BRI Unit Cimanggis. Penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan, baik dari aspek teknis penulisan maupun substansi, karena
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan sehingga penulis dapat
menyusun penelitian yang lebih baik di masa mendatang. Kekurangan-kekurangan
maupun kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalam skripsi ini juga dapat
dijadikan pembelajaran oleh peneliti yang menjadikan skripsi ini sebagai
referensi, agar kekurangan maupun kesalahan tersebut tidak terulang lagi.
Bogor, September 2009
ix
UCAPAN TERIMA KASIH
Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik atas bantuan dan partisipasi dari
berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis memberikan
penghargaan dan ucapan terima kasih atas semua dukungan, bimbingan, dan arahan
yang telah diberikan kepada penulis. Penghargaan dan ucapan terima kasih tersebut
penulis sampaikan kepada :
1. Orang tua, adik, dan saudara tercinta untuk setiap dukungan dan doa yang diberikan,
untuk kasih sayang yang tidak pernah henti. Almarhum Mamih, Papih, Risha, Ninik,
serta Uwa Ewin karya kecil ini dipersembahkan dengan sepenuh hati untuk kalian.
2. Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen pembimbing dan juga figur ibu bagi
kami anak bimbingannya. Terima kasih atas bimbingan, arahan, masukan, koreksi,
waktu, dukungan, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama proses
pra-penelitian hingga penyusunan skripsi.
3. Ibu Ir Dwi Rachmina, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ibu Etriya, SP,MM
selaku dosen penguji Komisi Pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta
memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini pada ujian sidang penulis.
4. Bapak Hadi di Kantor Pusat BRI, Mas Maulana di Kantor Cabang Pasar Minggu,
Mas Indra dan Bapak Joko di BRI Unit Cimanggis, beserta rekan-rekan di BRI Unit
Cimanggis yang telah banyak membantu sebelum hingga selama proses penelitian
berlangsung.
5. Seluruh nasabah BRI Unit Cimanggis yang telah bersedia menjadi responden dalam
penelitian.
6. Staf pelayanan akademik (Mba Dian dan Bu Ida) yang telah membantu penulis
menyelesaikan semua urusan administrasi serta seluruh staf Departemen Agribisnis
lainnya.
7. Bapak Yusuf yang selalu sigap mempersiapkan segala keperluan seminar hingga
keperluan sidang dengan baik.
8. Anisa Dwi Utami yang telah meluangkan waktu dan menyumbangkan pikiran
melalui pertanyaan, kritik, serta saran yang diberikan saat menjadi pembahas
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELANCARAN PENGEMBALIAN
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
(Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis,Cabang Pasar Minggu)
SKRIPSI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA. H34050921. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI).
Lebih dari 80 persen usaha yang ada di Indonesia adalah usaha mikro. Sektor usaha mikro mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional, khususnya dalam hal menyediakan kesempatan kerja dan merupakan sumber yang cukup besar bagi penerimaan negara (BPS 2007). Walaupun sektor usaha mikro memberikan kontribusi besar terhadap PDB nasional dan dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat namun hal ini belum dapat mendorong pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat. Faktor internal yang diduga menjadi salah satu penyebabnya adalah kurangnya permodalan. Salah satu langkah nyata pengembangan sektor usaha mikro adalah melalui peningkatan permodalan berupa kredit.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan kredit bagi usaha mikro maupun bagi usaha kecil, dan menengah dengan pola penjaminan diharapkan akan dapat memberikan kemudahan akses serta kesempatan yang lebih besar terhadap kredit, terutama pada usaha mikro. PT Bank Rakyat Indonesia merupakan bank penyalur yang paling banyak menyalurkan KUR. Meskipun KUR merupakan hasil dari kebijakan pemerintah, tidak membuat kegiatan penyaluran pinjaman ini lepas dari risiko kredit. Risiko kredit dalam kegiatan pembiayaan melalui pemberian KUR ini diindikasikan dengan tingkat kredit macet atau tingkat Non Performing Loan (NPL), seperti yang terjadi pada BRI Unit Cimanggis yang nilainya cenderung meningkat seiring dengan peningkatan jumlah debiturnya. Sehingga penelitian yang bertujuan mengidentifikasi karakteristik debitur berdasarkan kelancaran pengembaliannya serta menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR pada BRI Unit Cimanggis diharapkan akan bermanfaat untuk mengantisipasi risiko kredit tersebut sedini mungkin.
Penelitian ini dilakukan pada PT Bank BRI Unit Cimanggis Cabang Pasar Minggu pada bulan Maret hingga April 2009. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Metode penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja dan disproporsional. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 65 orang dengan jumlah sampel untuk masing-masing subpopulasi yaitu 40 orang mewakili subpopulasi dengan pengembalian lancar dan 25 orang mewakili subpopulasi yang menunggak. Pengolahan data di dalam penelitian ini menggunakan dua metode pengolahan data yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi logistik.
bulan. Antara responden debitur lancar dengan responden debitur menunggak dapat dibedakan berdasarkan ada tidaknya pinjaman lain yang sedang diakses responden debitur bersamaan dengan KUR pada BRI Unit Cimanggis,besarnya jumlah pinjaman, serta besarnya omzet usaha. Responden debitur menunggak sebagian besar ditemukan sedang dalam pinjaman lain, sementara pada responden debitur lancar sebaliknya. Jumlah pinjaman pada responden debitur lancarn sebagian besar sejumlah Rp 5.000.000, sementara pada responden debitur menunggak sebagian besar meminjam sejumlah Rp 3.000.000 dan Rp 5.000.000. Besarnya omzet usaha pada responden debitur lancar cenderung lebih besar jika dibandingkan dengan besarnya omzet usaha responden debitur menunggak.
Faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR adalah omzet usaha, besarnya jumlah pinjaman, dan pinjaman lain pada selang kepercayaan 90 persen (α = 0,1). Omzet usaha memiliki pengaruh (p-value= 0,025) dan keterkaitan positif (koefisien = 0,0628) dengan kelancaran pengembalian kredit. Artinya, semakin tinggi omzet usaha maka peluang dan kecenderungannya untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar semakin tinggi. Odds ratio sebesar 1,06 mengartikan bahwa peningkatan omzet usaha sebesar satu satuan (juta rupiah) akan meningkatkan peluang tingkat kelancaran pengembalian kredit sebesar 1,06 kali lebih besar.
Jumlah pinjaman memiliki pengaruh (p-value= 0,06) dan keterkaitan positif (koefisien = 0,71) dengan kelancaran pengembalian kredit. Artinya, semakin tinggi jumlah pinjaman maka peluang dan kecenderungannya untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar semakin tinggi. Odds ratio sebesar 2,04 mengartikan bahwa peningkatan jumlah pinjaman sebesar satu satuan (juta rupiah) akan meningkatkan peluang tingkat kelancaran pengembalian kredit sebesar 2,04 kali lebih besar.
Berbeda dengan pinjaman lain yang memiliki (p-value = 0,015) dan keterkaitan negatif (koefisien = -1,747) dengan kelancaran pengembalian kredit, dimana jika debitur memiliki atau sedang terlibat dengan pinjaman pada pihak lain selain pada BRI Unit Cimanggis maka peluang dan kecenderungannya untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar semakin kecil. Nilai odds ratio sebesar 0,17 mengartikan bahwa nasabah yang memiliki pinjaman pada pihak lain akan berpeluang lebih 0,17 kali lebih kecil untuk mengembalikan kredit secara lancar.
Berdasarkan faktor yang berpengaruh nyata tersebut, pihak BRI Unit Cimanggis diharapkan lebih selektif dalam memutuskan calon debitur yang akan menerima pinjaman (KUR) dengan mempertimbangkan berbagai hal khususnya mengenai ada tidaknya pinjaman lain yang sedang diakses calon debitur, besarnya jumlah pinjaman, dan besar omzet usaha yang dimiliki calon debitur. Kondisi usaha calon debitur di masa yang akan datang harus diprediksi karena terdapat kemungkinan keberhasilan atau kegagalan usaha di masa yang akan datang dimana kondisi tersebut berpengaruh pada jumlah omzet di masa yang akan datang.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELANCARAN PENGEMBALIAN
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
(Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis,Cabang Pasar Minggu)
VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian
Kredit Usaha Rakyat (Studi Kasus pada PT Bank BRI
Unit Cimanggis Cabang Pasar Minggu)
Nama : Virgitha Isanda Agustania
NIM : H34050921
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si
NIP. 19640921 199003 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR),
Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu” adalah
karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2009
Virgitha Isanda Agustania
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 28 Agustus 1987. Penulis adalah anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Haris Kaswara dan Ibunda Hj.
Etna Solihati (alm). Penulis menunaikan wajib belajar sembilan tahun di SD Swata
Pupuk Iskandar Muda (lulus tahun 1999) dan SMP Negeri 41 Ragunan (lulus tahun
2002). Penulis kemudian menyelesaikan pendidikan lanjutan menengah atas di SMA
Negeri 28 Pasar Minggu dan lulus pada tahun 2005.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) di
Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada
tahun 2005. Pada tahun 2006, penulis diterima untuk melanjutkan pendidikan di
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui seleksi umum yang
dilakukan terhadap seluruh mahasiswa TPB-IPB angkatan 42. Selama mengikuti
pendidikan di IPB, penulis aktif pada Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis
(HIPMA), Himpunan Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi (MISETA), serta
International Association of Students in Agriculture and Related Sciences Local
Committee IPB (IAAS-LC IPB).
Pada tahun 2007, penulis bersama dengan dua rekan mahasiswa lainnya tercatat
sebagai juara 2 LKTM Bidang Pendidikan tingkat IPB. Pada tahun 2008, penulis
kembali bersama dengan dua rekan mahasiswa lainnya tercatat sebagai penerima hibah
DIKTI untuk Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat. Pada
tahun 2009, penulis memperoleh beasiswa Prestasi Pengembangan Akademik dari
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmatNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat
(KUR),
StudiKasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kelancaran pengembalian Kredit Usaha Rakyat
(KUR)
padaPT Bank BRI Unit Cimanggis. Penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan, baik dari aspek teknis penulisan maupun substansi, karena
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan sehingga penulis dapat
menyusun penelitian yang lebih baik di masa mendatang. Kekurangan-kekurangan
maupun kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalam skripsi ini juga dapat
dijadikan pembelajaran oleh peneliti yang menjadikan skripsi ini sebagai
referensi, agar kekurangan maupun kesalahan tersebut tidak terulang lagi.
Bogor, September 2009
ix
UCAPAN TERIMA KASIH
Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik atas bantuan dan partisipasi dari
berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis memberikan
penghargaan dan ucapan terima kasih atas semua dukungan, bimbingan, dan arahan
yang telah diberikan kepada penulis. Penghargaan dan ucapan terima kasih tersebut
penulis sampaikan kepada :
1. Orang tua, adik, dan saudara tercinta untuk setiap dukungan dan doa yang diberikan,
untuk kasih sayang yang tidak pernah henti. Almarhum Mamih, Papih, Risha, Ninik,
serta Uwa Ewin karya kecil ini dipersembahkan dengan sepenuh hati untuk kalian.
2. Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen pembimbing dan juga figur ibu bagi
kami anak bimbingannya. Terima kasih atas bimbingan, arahan, masukan, koreksi,
waktu, dukungan, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama proses
pra-penelitian hingga penyusunan skripsi.
3. Ibu Ir Dwi Rachmina, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ibu Etriya, SP,MM
selaku dosen penguji Komisi Pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta
memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini pada ujian sidang penulis.
4. Bapak Hadi di Kantor Pusat BRI, Mas Maulana di Kantor Cabang Pasar Minggu,
Mas Indra dan Bapak Joko di BRI Unit Cimanggis, beserta rekan-rekan di BRI Unit
Cimanggis yang telah banyak membantu sebelum hingga selama proses penelitian
berlangsung.
5. Seluruh nasabah BRI Unit Cimanggis yang telah bersedia menjadi responden dalam
penelitian.
6. Staf pelayanan akademik (Mba Dian dan Bu Ida) yang telah membantu penulis
menyelesaikan semua urusan administrasi serta seluruh staf Departemen Agribisnis
lainnya.
7. Bapak Yusuf yang selalu sigap mempersiapkan segala keperluan seminar hingga
keperluan sidang dengan baik.
8. Anisa Dwi Utami yang telah meluangkan waktu dan menyumbangkan pikiran
melalui pertanyaan, kritik, serta saran yang diberikan saat menjadi pembahas
x
9. Dicky Satria yang senatiasa mengingatkan dan memberi semangat tanpa pernah
bosan.
10.Dina Wening, Rika Kemala, Lizna Seftiana, Wiwi Heryawati, Retno Suandari, Gusri
Ayu Farsa, M. Reza, Resha Adriansyah, Wiyanto, Alessandro Ginting, Marlinda
Sari, dan rekan-rekan mahasiswa Agribisnis lainnya serta tidak lupa Gina Almirani,
Intan Tanjung, Ika Novi, Diajeng Sagita yang selalu memberi dukungan dan
semangat.
11.Teman-teman kecilku, Diah Ayu, Yulia Prihandini, Halina Amanda, Yusna Ayu,
Nurani Agustina, Meilani Martini, Riesa Eka, Astatine Sunardi, dan Qisha Quarina,
yang selalu mendukung, memberi warna, dan inspirasi dalam hidup.
12.Mba Anis, Ratna MS dan Novy, rekan-rekan satu bimbingan yang selalu saling
mendukung.
13.Teman-teman Perwira 41, Intan, Adek, Rani, Lina, Mei, Rini, Tita, Amma, yang
memberikan kehangatan dan kenyamanan seperti sebuah keluarga kedua.
14.Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas seluruh
bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Bogor, September 2009
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 5 1.3 Tujuan Penelitian ... 7 1.4 Manfaat Penelitian ... 8
II TINJAUAN PUSTAKA ... 9 2.1 Usaha Mikro ... 9 2.2 Pengertian,Fungsi,dan Tujuan Kredit ... 13 2.3 Lembaga Keuangan Bank ... 16 2.4 Lembaga Penjaminan ... 19 2.5 Kredit Usaha Rakyat (KUR) ... 19 2.6 Pasar Kredit pada Usaha Mikro ... 20 2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kelancaran
Pengembalian Kredit ... 20
III KERANGKA PEMIKIRAN ... 24 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 24
3.1.1 Permintaan dan Penawaran Kredit ... 24 3.1.2 Risiko Kredit ... 25 3.1.3 Strategi Penghindaran Kredit Bermasalah ... 27 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 29
IV METODOLOGI PENELITIAN ... 35 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34 4.2 Jenis dan Sumber Data ... 34 4.3 Metode Pengambilan Sampel ... 35 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 36 4.4.1 Analisis Kualitatif ... 37 4.4.2 Analisis Kuantitatif ... 38 4.5 Definisi Operasional... 43
VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TINGKAT KELANCARAN PENGEMBALIAN KUR
PADA BRI UNIT CIMANGGIS ... 57 6.1 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Kelancaran
Pengembalian Kredit ... 57 6.1.1 Karakteristik Personal ... 57 6.1.2 Karakteristik Usaha ... 62 6.1.3 Karakteristik Kredit ... 64 6.2 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat
Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) ... 66 6.2.1 Karakteristik Personal ... 67 6.2.2 Karakteristik Usaha ... 69 6.2.3 Karakteristik Kredit ... 70 6.3 Implikasi Manajerial ... 72
VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 76
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Jumlah Unit Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja
menurut Skala Usaha Tahun 2006 ... 2
2 Nilai Produk Domestik Bruto Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Nasional
Tahun 2005-2007 atas Dasar Harga Berlaku ... 2
3 Pertumbuhan Kredit di Indonesia Tahun 2005 - 2008 ... 4
4 Realisasi Penyaluran KUR hingga Februari 2009 ... 5
5 Stastistika Deskriptif Responden ... 57
6 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58
7 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 59
8 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 60
9 Sebaran Responden Berdasarkan Pinjaman Lain ... 61
10 Sebaran Responden Berdasarkan Omzet Usaha ... 63
11 Sebaran Responden Berdasarkan Lama Usaha ... 64
12 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Pinjaman ... 65
13 Sebaran Responden Berdasarkan Jangka Waktu
Pengembalian ... 66
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR)
BRI Unit Cimanggis Tahun 2008 – 2009 ... 6
2 Keragaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bermasalah
BRI Unit Cimanggis Tahun 2008 – 2009 ... 7
3 Produksi Total ... 24
4 Permintaan dan Penawaran Kredit ... 25
5 Kerangka Risiko Kredit ... 26
6 Bagan Alur Kerangka Pemikiran Penelitian ... 33
7 Transformasi Logit ... 39
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Pelaporan Data Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro
BRI Unit Cimanggis ... 80
2 Struktur Organisasi BRI Pusat ... 81
3 Struktur Organisasi Kantor Wilayah BRI ... 82
4 Struktur Organisasi Kantor Cabang BRI ... 83
5 Struktur Organisasi Kantor Cabang Pembantu BRI ... 84
6 Data Debitur Responden Berdasarkan
Variabel-Variabel Amatan ... 85
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan dan pertumbuhan usaha mikro merupakan salah satu
penggerak yang penting bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di
berbagai negara dunia. Salah satu karakteristik negara dengan dinamika dan
kinerja ekonomi yang baik dan laju pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto
(PDB) yang tinggi di negara-negara Asia Timur dan Tenggara seperti Korea
Selatan, Singapura, dan Taiwan adalah kinerja usaha mikro mereka yang sangat
efisien, produktif, dan memiliki daya saing global yang sangat tinggi. Usaha
mikro di negara-negara tersebut sangat responsif terhadap kebijakan-kebijakan
pemerintahnya dalam pembangunan sektor swasta dan peningkatan pertumbuhan
ekonomi yang berorientasi ekspor. Pada negara-negara berkembang dengan
tingkat pendapatan menengah dan rendah, peranan usaha mikro juga sangat
penting. Di India, sektor ini menyumbang sekitar 32 persen dari total nilai ekspor
dan 40 persen dari nilai output dari sektor industri manufaktur di negara tersebut.
Di beberapa negara di kawasan Afrika, perkembangan dan pertumbuhan sektor
usaha mikro juga berperan penting dalam meningkatkan keluaran (output) agregat
dan kesempatan kerja (Tambunan 2002).
Di Indonesia, lebih dari 80 persen unit usaha yang ada merupakan usaha
mikro. Usaha mikro mendominasi dari total usaha yang ada di Indonesia
sementara sektor usaha menengah dan besar hanya mengambil sebagian kecil dari
jumlah unit usaha keseluruhan. Sektor usaha mikro mampu memberikan
kontribusi bagi perekonomian nasional khususnya dalam hal menyediakan
kesempatan kerja. Pada tahun 2006, tenaga kerja banyak diserap oleh usaha mikro
(Tabel 1). Sektor usaha ini mampu memberi sumber kehidupan bagi masyarakat,
bahkan di saat kondisi perekonomian negara sulit sekalipun. Hal ini dibuktikan
pada saat krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, sektor usaha mikro
2 pengaman bagi dampak krisis, seperti pengangguran dan pemutusan hubungan
kerja 1.
Tabel 1. Jumlah Unit Usaha dan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja menurut Skala Usaha Tahun 2006
Skala Usaha Jumlah Usaha (Unit) Persentase Jumlah Usaha (%) Jumlah Tenaga Kerja (Orang) Persentase Jumlah Tenaga Kerja
(%)
Usaha Besar 45.313 0,2 4.943.083 9,6
Usaha
Menengah 158.597 0,7 3.037.936 5,9
Usaha Kecil 3.579.761 15,8 11.276.408 21,9
Usaha Mikro 18.873.043 83,3 32.181.529 62,5
Total 22.656.714 100 51.438.956 100
Sumber: BPS (2007)
Selain itu, usaha mikro juga merupakan sumber yang cukup besar bagi
penerimaan negara. Hal ini dapat dilihat dari nilai persentase PDB yang
disumbangkan usaha mikro pada tahun 2007 sebagai bagian dari sektor usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terhadap nilai PDB nasional yakni sebesar
53,6 persen (Tabel 2).
Tabel 2. Nilai Produk Domestik Bruto Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Nasional Tahun 2005-2007 atas Dasar Harga Berlaku
Keterangan 2005
(Miliar Rupiah)
2006 (Miliar Rupiah)
2007 (Miliar Rupiah)
UMKM 1.941,10 1.778,70 2.121,31
Nasional 3.164,10 3.338,20 3.957,66
Persentase UMKM 61,35 53,30 53,60
Sumber: BPS (2008)
Walaupun sektor usaha mikro memberikan kontribusi besar terhadap PDB
nasional dan dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat namun hal
ini belum dapat mendorong pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat. Faktor
internal yang diduga menjadi salah satu penyebabnya adalah kurangnya
permodalan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Padahal berdasarkan rantai
1
3 ekonomi, modal akan menghasilkan pendapatan. Apabila modal rendah, maka
akan menyebabkan rendahnya tingkat produktifitas baik input maupun tenaga
kerja yang pada akhirnya akan menghasilkan tingkat pendapatan dan investasi
yang rendah, dan begitu pula sebaliknya. Dengan demikian maka keberadaan
kredit bagi sektor usaha mikro sangat dibutuhkan mengingat kebutuhan untuk
pembiayaan modal kerja dan investasi diperlukan guna menjalankan usaha dan
meningkatkan akumulasi pemupukan modal mereka.
Salah satu langkah nyata pengembangan sektor usaha mikro adalah
melalui bantuan permodalan berupa kredit. Perkembangan aliran modal kepada
sektor usaha mikro ini ditunjukkan dengan rata-rata pertumbuhan total kredit
usaha mikro, kecil, dan menengah pada tahun 2005 hingga tahun 2008 yang
menunjukkan tren kenaikan sebesar 12,3 persen. Bank Swasta Nasional tercatat
sebagai pemberi kredit usaha mikro, kecil, dan menengah terbesar dengan
proporsi rata-rata sebesar 48 persen dari total keseluruhan kredit usaha mikro,
kecil, dan menengah pada tahun 2005 hingga tahun 2008 (Tabel 3).
Meskipun sejumlah kredit telah mengalir kepada usaha mikro, kecil, dan
menengah, namun jumlah usaha yang telah memperoleh kredit dari perbankan
hanya sekitar 39,06 persen. Sisanya belum tersentuh oleh perbankan dan
mayoritas diantaranya merupakan usaha mikro yang berbentuk usaha rumah
tangga, pedagang kaki lima, dan berbagai jenis usaha mikro lain yang bersifat
informal. Berdasarkan latar belakang tersebut, kebijakan Kredit Usaha Rakyat
(KUR) khususnya KUR Mikro yang diperuntukkan bagi usaha mikro yang sudah
feasible namun belum bankable dengan memberikan pola penjaminan digulirkan.
Kebijakan penjaminan kredit ini diharapkan akan dapat memberikan kemudahan
akses serta kesempatan yang lebih besar terhadap kredit, terutama pada usaha
mikro 2.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) tidak disalurkan langsung oleh pemerintah,
melainkan disalurkan oleh bank-bank yang telah ditunjuk pemerintah sebagai
bank penyalur KUR. Enam bank yang ditunjuk pemerintah sebagai penyalur KUR
adalah Bank Rakyat Indonesia, Bank Nasional Indonesia, Bank Tabungan Negara,
2
4
Tabel 3. Pertumbuhan Kredit UMKM di Indonesia Tahun 2005 - 2008
Kelompok Bank
2005 2006
Growth (%) 2007 Growth (%) Januari 2008 Growth (%) Rata-Rata Nilai (Milyar Rupiah)
Share Nilai (Milyar Rupiah)
Share Nilai
(Milyar Rupiah) Share (%) Nilai (Milyar Rupiah) Share (%) Share
(%) Growth
(%)
(%) (%)
Bank Persero
122.189 34.43 144.935 35.31 18.62 176.74 35.15 21.94 172.797 34.77 -2.23 34.92
12.78 Bank BPD 42.462 11.96 52.859 12.88 24.49 67.774 13.48 28.22 67.508 13.59 -0.39 12.98 17.44 Bank Swasta
Nasional
176.421 49.71 195.326 47.59 10.72 238.211 47.38 21.96 235.961 47.48 -0.94 48.04
10.58 Bank Asing
dan Campuran
13.836 3.9 17.322 4.22 25.2 20.073 3.99 15.88 20.658 4.16 2.91 4.07
14.66 Total Kredit
UMKM
354.908 100 410.442 100 15.65 502.798 100 22.5 496.924 100 -1.17 100
12.33 Jenis
Penggunaan
Modal Kerja 142.633 40.19 171.118 41.69 19.97 204.765 40.73 19.66 197.067 39.66 -3.76 40.57
11.96 Investasi 33.049 9.31 37.147 9.05 12.4 44.578 8.87 20 43.898 8.83 -1.53 9.02 10.29 Konsumsi 179.225 50.5 202.177 49.26 12.81 253.453 50.41 25.36 255.959 51.51 0.99 50.42 13.05
5 Bank Mandiri, Bank Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri. Di antara keenam bank
tersebut, bank yang paling banyak menyalurkan KUR adalah BRI yang
menyalurkan hingga 76,69 persen dari total dana KUR yang telah disalurkan
(Tabel 4). Tingginya penyaluran KUR oleh BRI disebabkan telah luasnya jaringan
kantor BRI Unit (4300 unit) yang dapat menjangkau hingga masyarakat di
[image:31.595.114.518.246.425.2]pedalaman3.
Tabel 4. Realisasi Penyaluran KUR hingga Februari 2009
Bank Kredit Debitur Rata-Rata Kredit (Juta Rupiah) (Orang) (Juta Rupiah/Orang)
BRI 9.681.322 1.717.666 5,64
-BRI KUR 3.009.856 26.711 112,68
-BRI KUR Mikro 6.671.466 1.690.955 3,95
BNI 1.153.303 8.821 130,75
Mandiri 1.168.285 37.087 31,50
BTN 176.541 1.112 158,76
Bukopin 612.730 2.918 209,98
BSM 344.394 4.350 79,17
TOTAL 13.136.575 1.771.954 7,41
Sumber: Kantor Menko Perekonomian dalam Bank Rakyat Indonesia (2009)
Adapun fungsi PT Bank BRI sebagai lembaga intermediasi antar pihak
yang memiliki dana berlebih dengan pihak yang kekurangan dana, menimbulkan
adanya risiko dalam kegiatan pembiayaan bank. Pentingnya pengelolaan risiko
menjadi salah satu faktor keberhasilan PT Bank BRI dalam meningkatkan
kualitas dan kuantitas pembiayaan serta menyokong pengembangan sektor usaha
mikro melalui penyaluran KUR.
1.2. Perumusan Masalah
Kredit Usaha Rakyat (KUR) khususnya KUR Mikro merupakan kredit
bagi usaha mikro yang telah feasible namun membutuhkan modal baik dalam
menjalankan usaha maupun untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya sehingga
akan dapat memperlancar dan meningkatkan produktivitas usahanya dengan pola
3
6 penjaminan hingga 70 persen dari plafon kredit. Penjaminan diharapkan akan
memberikan usaha mikro akses yang lebih luas kepada perbankan.
Adanya aspek kelayakan usaha sebagai salah satu persyaratan untuk dapat
mengakses KUR diharapkan calon debitur akan memiliki kemampuan dalam
penegmbalian kredit dengan teratur. Namun di dalam pengembalian kredit ini
masih terdapat permasalahan yang timbul, yaitu keterlambatan
pengembalian/pelunasan kredit. Hal ini menunjukkan bahwa usaha mikro yang
feasible ternyata tidak menjamin kelancaran pengambalian kredit. Masih terdapat
faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian selain
aspek kelayakan usaha tersebut.
PT. Bank BRI merupakan salah satu bank pelaksana Kredit Usaha Rakyat
(KUR) dan hingga kini telah menyalurkan paling berperan dalam penyaluran
KUR terutama pada KUR Mikro. Adanya risiko dalam kegiatan pembiayaan
melalui pemberian KUR ini diindikasikan dengan tingkat kredit macet atau
tingkat Non Performing Loan (NPL). Hingga Februari 2009, secara nasional rasio
kredit bermasalah (NPL) KUR mencapai 2,63 persen dan tingkat NPL pada dua
bank penyalur seperti Mandiri dan BNI masing-masing adalah sebesar 0,44
persen dan 1,96 persen. Adapun tingkat NPL KUR PT. Bank BRI sendiri adalah
sebesar 2,58 persen (Kantor Menko Perekonomian dalam Bank Rakyat Indonesia
2009). Jika dibandingkan dengan tingkat NPL KUR pada dua bank penyalur
tersebut, maka persentase NPL PT Bank BRI masih dapat ditekan dengan
[image:32.595.117.497.547.680.2]berupaya meningkatkan kinerja penyaluran KUR ini menuju arah yang lebih baik.
Gambar 1. Debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI Unit Cimanggis Tahun 2008 - 2009
7 BRI Unit Cimanggis Cabang Pasar Minggu merupakan salah satu dari
kantor unit yang dibuka oleh BRI untuk melayani masyarakat termasuk di
dalamnya adalah memberikan pelayanan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Di antara
unit-unit BRI yang berada dibawah Kantor Cabang Pasar Minggu, BRI Unit
Cimanggis memiliki peluang terhadap sektor usaha mikro. Sejak
direalisasikannya penyaluran KUR oleh BRI, jumlah debitur yang mengakses
KUR pada BRI Unit Cimanggis secara umum cenderung memperlihatkan adanya
peningkatan (Gambar 1).
Namun seiring dengan peningkatan penyaluran KUR, peningkatan rasio
kredit bermasalah (NPL) KUR juga terjadi seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
Selain menunjukkan adanya penurunan kinerja, tingkat NPL tersebut juga
menunjukkan kinerja penyaluran KUR pada BRI Unit Cimanggis masih berada di
bawah tingkat NPL KUR pada BRI secara keseluruhan. Per Februari 2009, tingkat
NPL KUR PT Bank BRI, adalah sebesar 2,58 persen sementara tingkat NPL KUR
[image:33.595.114.509.406.566.2]pada BRI Unit Cimanggis mencapai 4,7 persen.
Gambar 2. Keragaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bermasalah BRI Unit Cimanggis Tahun 2008 - 2009
Sumber: Bank Rakyat Indonesia, 2009
Tingginya angka kredit bermasalah merupakan salah satu indikasi kurang
berhasilnya suatu unit kerja BRI. Oleh karena itu, PT Bank BRI harus terus
melakukan pengembangan salah satunya dengan terus mengembangkan
pengelolaan risiko kredit, terutama dalam hal penyeleksian calon debitur agar
dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pembiayaan serta menyokong
pengembangan usaha mikro. Dengan demikian faktor-faktor yang berpengaruh
0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00%
AGT '08 SEPT '08 OKT '08 NOV '08 DES '08 JAN '09 FEB '09
N
PL
(%
)
8 terhadap tingkat kelancaran pengembalian oleh debitur perlu menjadi hal yang
diperhatikan oleh PT Bank BRI agar angka kredit bermasalah dapat ditekan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik debitur KUR pada BRI Unit Cimanggis berdasarkan
tingkat kelancaran pengembaliannya?
2. Faktor-faktor apa yang berpengaruh nyata terhadap tingkat kelancaran
pengembalian KUR pada BRI Unit Cimanggis?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi karakteristik debitur KUR pada BRI Unit Cimanggis
berdasarkan tingkat kelancaran pengembalian.
2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat
kelancaran pengembalian KUR pada BRI Unit Cimanggis.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi manajemen PT Bank BRI
terutama bagi BRI Unit Cimanggis sebagai masukan dan solusi untuk dapat
mengetahui karakteristik debiturnya serta faktor-faktor yang berpengaruh
nyata terhadap tingkat kelancaran pengembalian KUR oleh debiturnya
sehingga bank dapat mengantisipasi faktor tersebut untuk meningkatkan
kualitas kredit dan PT Bank BRI menjadi bank yang handal dalam
menjalankan perannya.
2. Bagi penulis penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan teori-teori yang
pernah dipelajari untuk mengkaji berbagai fakta yang terjadi di lembaga
perbankan.
3. Bagi pembaca, dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kelancaran pengembalian
KUR oleh debitur serta dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Mikro
Usaha mikro merupakan suatu unit usaha yang banyak memiliki
keterbatasan dibandingkan perusahaan besar. Keterbatasan ini tampak dalam hal
skala usaha sesuai dengan namanya yaitu usaha “mikro” yang sangat jelas
mencerminkan ruang lingkup usahanya yang cukup terbatas (Muhammah 2008)
Pada umumnya usaha ini belum memiliki legalitas usaha yang sah
sehingga sektor usaha ini sering disebut dengan sektor informal. Ciri dari sektor
informal antara lain tidak mempunyai badan hukum, tidak tercatat dalam daftar
resmi, menciptakan kegiatan sendiri, tidak mempunyai jenis organisasi formal,
jenis dan tempat usaha tidak permanen, untuk melakukan kegiatan usaha tidak
memerlukan keahlian dan keterampilan berdasarkan pendidikan formal dan lain
sebagainya.
Batasan atau ruang lingkup usaha mikro sangat beragam bergantung pada
pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2008,
usaha mikro didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi rakyat berskala mikro yang
modal usahanya tidak lebih dari Rp 50.000.000,-. tidak termasuk tanah dan
bangunan usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp
300.000.000,- . Usaha tersebut merupakan milik warga Negara Indonesia yang
berdiri sendiri dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung ataupun tidak langsung
dengan usaha menengah atau besar, dan berbentuk perseorangan badan usaha
yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk
koperasi. Ciri lain yang juga sering digunakan berbagai instansi sebelum
keluarnya Undang-Undang Nomor 20 tersebut adalah jumlah tenaga kerjanya
maksimal lima orang dan sebagian besar menggunakan anggota keluarga/kerabat
atau tetangga, pemiliknya bertindak secara alamiah dengan mengandalkan insting
dan pengalaman sehari-hari.
Dalam menjalankan usahanya, usaha mikro ini belum disertai analisis
kelayakan usaha dan rencana bisnis yang sistematis, melainkan hanya ditunjukkan
oleh kerja keras pemilik yang sekaligus pemimpin usaha. Kegiatan usahanya
10
dipengaruhi faktor budaya, jaringan usaha terbatas, tidak memiliki tempat
permanen, usahanya mudah ditinggalkan, modal relatif kecil,serta menghadapi
persaingan ketat karena hambatan masuk (entry barrier) usaha mereka sangat
lonnggar.
Berbeda pula dengan Departemen Koperasi yang menetapkan batasan
yaitu usaha mikro adalah usaha dengan total kekayaan maksimum sebesar
Rp 100.000.000 usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan total Rp 200.000.000
dan usaha menengah adalah usaha dengan total kekayaan lebih besar dari Rp
200.000.000 hingga Rp 10.000.000.000 (Departemen Koperasi 2008)
Pihak perbankan umumnya memandang pelayanan terhadap sektor ini
mendatangkan biaya transaksi tinggi dan penuh dengan risiko. Tingginya biaya
disebabkan skala kredit yang dibutuhkan terlalu kecil untuk bank komersial,
kemudian tidak mampu memberikan agunan, ditambah lagi dengan pendapatan
yang menjadi jaminan juga rendah (Kusmuljono 2009). Hal ini sejalan dengan
karakteristik usaha mikro secara umum yakni:
1) Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti
kaidah administrasi pembukuan standar
2) Marjin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi
3) Modal terbatas
4) Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih terbatas
5) Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan penekanan
biaya untuk mencapai efisiensi jangka panjang
6) Kemampuan pemasaran dan negosiasi terbatas
7) Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal yang rendah
karena keterbatasan sistem administrasi.
Karakteristik yang dimiliki oleh usaha mikro mengisyaratkan adanya
kelemahan-kelemahan yang potensial menimbulkan masalah. Hal ini telah
menyebabkan berbagai masalah internal, terutama berkaitan dengan pendanaan,
walaupun pemerintah telah mengeluarkan berbagai kemudahan dengan
paket-paket kebijakan untuk mendorong sektor usaha kecil tersebut. Atas dasar potensi
dan karateristik tersebut, maka pemberdayaan usaha kecil ini masih strategis dan
11
Di samping itu, usaha mikro menghadapi pula faktor-faktor yang masih
menjadi kendala dalam peningkatan daya saing dan kinerja usaha mikro, yaitu:
1) Lemahnya sistem pembiayaan dan kurangnya komitmen pemerintah bersama
lembaga legislatif terhadap dukungan permodalan usaha mikro, sehingga
keberpihakan lembaga-lembaga keuangan dan perbankan masih belum
seperti yang diharapkan
2) Kurangnya kemampuan usaha mikro untuk meningkatkan akses pasar
3) Terbatasnya informasi sumber bahan baku dan panjang jaringan distribusi
4) Belum terciptanya “blue print” platform teknologi dan informasi, yang
meliputi masalah regulasi, pembiayaan, standarisasi, lisensi jenis teknologi
tepat
5) Proses perizinan pendirian badan usaha, paten, merek, hak cipta, investasi,
izin yang masih birokratis, biaya tinggi, dan waktu yang lama.
Namun demikian jika mendapatkan sokongan dari berbagai pihak yang
saling terintegrasi sebenarnya sektor usaha mikro akan dapat berkembang lebih
baik. Pertama, pemerintah memberikan regulasi dan supervisi yang tepat, dalam
hal ini peran pemerintah. Kedua, tersedianya sumber permodalan dan pembiayaan
yang mudah dijangkau dan sustainable, yang perannya diperankan oleh perbankan
dan lembaga keuangan mikro. Dan ketiga, adanya pendampingan untuk capacity
building yang diperankan oleh kalangan akademisi termasuk lembaga
pemeringkat, konsultan manajemen, dan sebagainya (Kusmuljono 2009).
2.2. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Kredit
Kredit berasal dari bahasa latin credere yang artinya mempercayai.
Adapun berbagai definisi kredit menurut beberapa pandangan adalah sebagai
berikut:
1) Menurut UU Perbankan No. 14 Tahun 1967, kredit adalah penyediaan uang
atas tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan
pinjam meminjam antar bank dan pihak lain dalam hal dimana pihak
peminjam wajib melunasi utang setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah
bunga yang ditetapkan.
2) Dalam ensiklopedia umum, kredit dijelaskan sebagai sistem keuangan untuk
12
harapan akan mendapatkan keuntungan. Kredit diberikan berdasarkan
kepercayaan orang lain yang memberikannya terhadap kecakapan dan
kejujuran si peminjam.
Seseorang akan dikenai beban bunga apabila ia menggunakan jasa kredit.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kredit merupakan bentuk kegiatan yang
bermotif saling mendapatkan keuntungan antara pihak kreditur dan debitur,
dimana pihak kreditur akan mendapatkan keuntungan dari penagihan bunga
periodik kepada debitur dan debitur mendapatkan keuntungan dari manfaat modal
yang diperoleh dari kredit.
Selain saling menguntungkan, kredit juga memberikan konsekuensi
penanggungan risiko bersama, baik oleh kreditur maupun debitur. Risiko yang
mungkin ditanggung oleh kreditur adalah apabila jasa kredit yang diberikan
mempunyai masalah dalam pengembaliannya. Sedangkan risiko yang mungkin
ditanggung oleh debitur adalah jika ia tidak mampu membayar lunas kredit yang
ia terima sesuai dengan perjanjian jatuh tempo maka debitur dapat dituntut dan
akan kehilangan agunan yang menjadi jaminan dalam pemberian kredit.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan unsur-unsur yang terdapat dalam
kredit yaitu:
1) Kepercayaan, keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang
diberikan,baik dalam bentuk uang, barang, ataupun jasa akan benar-benar
diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.
2) Waktu, yaitu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dan
kontraprestasi yang diterima pada masa yang akan datang. Dalam hal ini
terkandung nilai waktu dari uang yang mencerminkan sejumlah uang dengan
nominal tertentu nilainya akn lebih besar pada waktu sekarang dibandingkan
dengan nilai pada waktu yang akan dating.
3) Degree of Risk, yaitu tingkat risiko yang dihadapi akibat jangka waktu yang
memisahkan antara pemberian prestasi dan kontraprestasi yang akan diterima
di masa yang akan dating. Semakin lama jarak waktu tersebut maka tingkat
risikonya semakin tinggi. Adanya risiko inilah yang menimbulkan perlunya
13
Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan
menurut Suyatno (1995) antara lain sebagai berikut:
1) Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang
Para pemilik uang/modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya
kepada para pengusaha yang membutuhkannya untuk meningkatkan produksi
atau untuk meningkatkan usahanya. Selain itu para pemilik uang/modal juga
dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lembaga keuangan. Keuangan
tersebut diberikan sebagai pinjaman kepada perusahaan-perusahaan untuk
meningkatkan usahanya.
2) Kredit dapat meningkatkan peredaran lalu lintas uang
Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan
pembayaran baru seperti cek, giro bilyet, dan wesel. Sehingga apabila
pembayaran dilakukan dengan cek, giro bilyet, dan wesel maka peredaran
uang giral akan dapat meningkat. Di samping itu, kredit perbankan yang
ditarik secara tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang kartal sehingga
lalu lintas uang akan berkembang pula.
3) Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang
Dengan kredit, para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang
jadi sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat. Di samping itu
kredit dapat pula meningkatkan peredaran barang, baik melalui penjualan
secara kredit maupun dengan membeli barang-barang di satu tempat dan
menjualnya ke tempat lain. Pembelian tersebut berasal dari kredit. Hal ini
juga berarti bahwa kredit tersebut dapat pula meningkatkan manfaat suatu
barang.
4) Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi
Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakn diarahkan kepada
usaha-usaha seperti pengendalian inflasi, peningkatan ekspor, dan
pemenuhan kebutuhan pokok rakyat. Untuk menekan laju inflasi pada tahun
1966 yang lebih kurang sebesar 650 persen, pemerintah memberlakukan
kebijakan uang ketat melalui pemberian kredit usaha yang selektif dan
terarah untuk melindungi usaha-usaha yang bersifat non-spekulatif. Arus
14
kualitatif dan kuantitatif. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi dan
memenuhi kebutuhan dalam negeri agar dapat diekspor. Kebijakan tersebut
telah berhasil dengan baik.
5) Kredit dapat meningkatkan kegairahan usaha
Setiap orang yang berusaha selalu ingin meningkatkan usaha tersebut.
Namun ada kalanya keinginan tersebut dibatasi oleh kemampuan
permodalan. Bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat mengatasi
kekurangmampuan para pengusaha di bidang permodalan sehingga para
pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya.
6) Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan
Dengan bantuan kredit dari bank, para pengusaha dapat memperluas
usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru. Peningkatan usaha dan
proyek-proyek baru memerlukan tenaga kerja untuk melaksanakan proyek
tersebut. Dengan demikian mereka akan mendapatkan pendapatan. Dengan
tertampungnya tenaga kerja tersebut, maka pemerataan pendapatan akan
meningkat pula.
Berdasarkan tujuan pengunaannya menurut Suyatno (1995), kredit dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Kredit Konsumtif
yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian barang-barang atau
jasa-jasa yang dapat memberikan kepuasan langsung kepada konsumen. Jenis
kredit ini digunakan untuk membiayai hal-hal yang bersifat konsumtif seperti
kredit perumahan, kredit kendaran, serta kredit untuk pembelian makanan.
Secara tidak langsung kredit konsumtif akan memberikan efek produktif
dengan cara meningkatkan dari barang atau jasa yang dibeli pelanggan.
2) Kredit Produktif
yaitu kredit yang digunakan dengan tujuan untuk memperlancar jalannya
proses produksi.
3) Kredit Perdagangan, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membeli
15
2.3. Lembaga Keuangan Bank
Lembaga keuangan merupakan suatu lembaga yang bertugas memberikan
layanan keuangan termasuk di dalamnya pemberian jasa bantuan permodalan dan
pembiayaan. Lembaga keuangan ini dibedakan menjadi lembaga keuangan bank
dan lembaga keuangan bukan bank.
Bank merupakan salah satu lembaga penyedia jasa keuangan. Pengertian
bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah
“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”.
Adapun pengertian Bank menurut Global Association of Risk Proffesional
(GARP) dan Badan Sertifikasi Manajemen Risiko adalah suatu lembaga yang
telah memperoleh izin untuk melakukan kegiatan utama menerima deposito,
memberikan pinjaman, menerima dan menerbitkan cek.
Bank merupakan satu-satunya lembaga keuangan depositori. Sebagai
lembaga keuangan depositori, bank memiliki izin untuk menghimpun dana secara
langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan, yaitu berupa giro, tabungan,
dan deposito. Dana yang diperoleh kemudian dapat dialokasikan ke dalam aktiva
dalam bentuk pinjaman dan investasi. Kekhususan kegiatan yang dilakukan oleh
bank inilah yang membedakan bank dari lembaga keuangan lain. Di samping
kekhususan dalam menghimpun dana masyarakat atau dana pihak ketiga tersebut,
bank diperbolehkan untuk menjalankan usaha yang sama dengan lembaga
keuangan lain.
Adapun jenis-jenis bank dapat digolongkan menjadi beberapa macam
berdasarkan formalitas undang-undang, kepemilikan, penekanan kegiatan usaha,
dan pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha (Dendawijaya 2001)
Jenis bank berdasarkan formalitas undang-undang dilandaskan oleh
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yaitu bank umum dan bank perkreditan
rakyat. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya dibedakan menjadi lima jenis
yaitu bank milik Negara (BUMN), bank milik pemerintah daerah (BUMD), bank
milik swasta nasional, bank milik swasta campuran (nasional dan asing), dan bank
16
Penggolongan jenis bank berdasarkan penekanan kegiatan usahanya yaitu
bank retail, bank korporasi, bank komersial, bank pedesaan, bank pembangunan,
dan lain-lain. Sedangkan jenis bank berdasarkan pembayaran bunga atau
pembagian hasil usaha dibedakan menjadi bank konvensional yang menetapkan
bunga sebagai biaya modal dalam penyetoran simpanan serta penyaluran kredit
dan bank berdasarkan prinsip syariah yang menerapkan konsep bagi hasil dalam
penyetoran simpanan serta pemberian kredit.
Produk bank merupakan bentuk kegiatan jasa yang dihasilkan bank.
Produk bank dipisahkan ke dalam dua sisi, yaitu sisi pasiva dan sisi aktiva.
Produk-produk bank dari sisi pasiva meliputi:
1) Giro. Merupakan simpanan dari pihak ketiga atau nasabah kepada bank yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet
giro, surat perintah pebayaran, atau dengan pemindabukuan.
2) Tabungan. Adalah simpanan dari nasabah kepada bank yang penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut ketentuan atau syarat-syarat tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan/atau lainnya
yang dapat dipersamakan dengan itu.
3) Deposito. Merupakan simpanan dari nasabah kepada bank yang penarikannya
hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian
antara nasabah dengan bank yang bersangkutan
Produk-produk bank dari sisi pasiva ini biasa dikenal dengan sebutan
kredit pasif. Produk-produk bank dari sisi aktiva atau yang biasa disebut kredit
aktif meliputi:
1) Kredit modal kerja. Pemberian kredit dari bank (kreditur) kepada nasabah
(debitur) untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan debitur.
2) Kredit investasi. Kredit yang digunakan untuk membeli barang modal
(investasi).
3) Kredit off shore. Fasilitas kredit yang diberikan kepada debitur domestik
dalam bentuk valuta asing dan dilaksanakan melalui cabang bank yang
17
4) Kredit on shore. Fasilitas kredit yang diberikan oleh unit kredit dalam negeri
(kantor wilayah, cabang, atau divisi korporasi) yang diberikan kepada debitur
dalam negeri dalam bentuk valuta asing.
5) Kredit cash collateral. Merupakan kredit khusus yang diberikan kepada
pemegang deposito berjangka bank yang bersangkutan, bank pemerintah, atau
bank asing/swasta nasional yang bonafid dan pemegang tabungan bank yang
bersangkutan.
6) Kredit profesi. Kredit yang diberikan oleh bank dalam rangka membantu para
profesional (dokter, akuntan publik, pengacara, konsultan, dan sebagainya)
untuk mengembangkan profesinya.
7) Kredit konsumsi. Kredit yang diberikan oleh bankkepada debitur untuk
keperluan membeli barang-barang konsumsi yang dibutuhkannya.
8) Kredit sindikasi. Kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur (biasanya
nasabah korporasi atau perusahaan) secara bersama-sama dengan bank lain
berdasarkan kesepakatan bersama atas beberapa ketentuan, seperti
porsivolume kredit dan agunan masing-masing bank, tingkat suku bunga, dan
lain-lain.
9) Kredit-kredit program. Berbagai jenis kredit yang dibeerikan oleh bank dalam
rangka memenuhi ketentuan untuk mengikuti suatu program pemerintah
seperti kredit canda kulak, kredit usaha kecil (KUK), dan sebagainya.
Selain berbagai jenis produk yang dihasilkan bank di atas, bank juga
memberikan berbagai pelayanan jasa yang mencakup jasa perbankan dalam negeri
dan luar negeri seperti pemindahbukuan (transfer), surat keterangan bank,
delegasi kredit, dan lain sebagainya.
2.4. Lembaga Penjaminan
PT Askrindo didirikan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan Bank
Indonesia pada tahun 1971. Askrindo bergerak pada bidang asuransi kredit bank
dan juga usaha-usaha lainnya, khusus di bidang penjaminan. Visi dari Askrindo
adalah menjadi perusahaan asuransi nasional terpercaya dan kompetitif yang
mengutamakan pelayanan prima dengan dukungan sumber daya dan lembaga
keuangan yang kuat di dalam dan di luar negeri untuk pihak-pihak yang
18
dalam menciptakan UMKM yang tangguh melalui kegiatan usaha asuransi
dan/atau penjaminan.
Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) merupakan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang didirikan berdasarkan peraturan pemerintah Nomor
95 Tahun 2000 tanggal 7 November 2000. Perusahaan ini didirikan untuk
meneruskan Perusahaan Umum Pengembangan Keuangan Koperasi (Perum PKK)
dengan sasaran dan lingkup usaha diperluas. Perluasan sasaran dan lingkup usaha
tersebut antara lain dengan memberikan pelayanan tidak hanya kepada koperasi
melainkan juga kepada UMKM. Pelayanan yang diberikan Jamkrindo di
antaranya berupa kegiatan penjaminan kredit bank atau bukan bank, penjaminan
atas pembiayaan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen dan
pembiayaan pola bagi hasil,penjaminan atas pembelian barang secara angsuran,
penjaminan atas transaksi kontrak jasa, pemberian pinjaman dengan pola bagi
hasil, bantuan manajemen dan konsultasi, penerbitan surety bond, dan kegiatan
lain yang menunjang tercapainya visi dan misi perusahaan.
2.5. Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah Kredit Modal Kerja (KMK) dan atau
Kredit Investasi (KI) dengan plafon kredit sampai dengan Rp500 juta. Di samping
itu, terdapat pula KUR Mikro dengan plafon kredit maksimal Rp. 5 juta. Pinjaman
ini diberikan kepada usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi yang memiliki
usaha produktif yang layak (feasible) namun belum bankable. Pinjaman tersebut
sebagian dijamin dengan program penjaminan kredit oleh pemerintah melalui
PT. Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan Perum Jaminan Kredit Indonesia
(Jamkrindo).
Besarnya coverage penjaminan maksimal yang diberikan Askrindo dan
Jamkrindo adalah sebesar 70 persen dari nilai kredit. Selebihnya harus disediakan
oleh pihak debitur yang menjadi risiko bank penyalur karena dana yang disalurkan
melalui KUR tersebut adalah sepenuhnya berasal dari bank penyalur. Bunga
19
2.6. Pasar Kredit pada Usaha Mikro
Jika kredit diartikan sebagai barang ekonomi, maka permintaan terhadap
kredit akan sangat dipengaruhi oleh harga kredit yang ditunjukkan dengan tingkat
bunga kredit. Sehingga semakin tinggi tingkat bunga maka jumlah permintaan
kredit akan turun. Selain itu pendapatan dan bank pemberi kredit juga
mempengaruhi permintaan terhadap kredit (Rachmina 1994).
Secara garis besar terdapat dua sumber kredit, yaitu sumber formal dan
sumber non-formal. Maka dengan demikian terdapat dua pasar kredit bagi usaha
pada sektor mikro ini, yaitu pasar kredit formal dan pasar kredit non-formal.
Kedua pasar kredit tersebut mempunyai karakteristik dan struktur yang berbeda,
sehingga dalam batas-batas tertentu kedua pasar tersebut bersifat independen.
Demikian juga dengan tingkat bunga yang ditetapkan pada kedua pasar berbeda
cukup besar, dimana tingkat bunga pasar kredit formal relatif lebih rendah dari
pasar kredit non-formal (Rachmina 1994).
2.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit telah diteliti pada
berbagai penelitian terdahulu. Alamsyah (2007