ANALISIS DISKRIMINAN DALAM MENENTUKAN FAKTOR DOMINAN YANG MENYEBABKAN KENAKALAN REMAJA DAN
PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI (studikasus : SMA Prayatna Medan)
SKRIPSI
SITI RAYANI SIMATUPANG 090803014
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS DISKRIMINAN DALAM MENENTUKAN FAKTOR DOMINAN YANG MENYEBABKAN KENAKALAN REMAJA DAN
PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI (studikasus : SMA Prayatna Medan)
SKRIPSI
DiajukanuntukmelengkapitugasdanmemenuhisyaratmencapaigelarSarjanaSains
SITI RAYANI SIMATUPANG 090803014
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
Judul : Analisis Diskriminan Dalam Menentuka Faktor Dominan Yang Menyebabkan Kenakalan Remaja Dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi
(studi kasus : SMA Prayatna Medan).
Kategori : Skripsi
Nama : Siti Rayani Simatupang Nomor Induk Mahasiswa : 090803014
Program Studi : Sarjana (S1) Matematika Departemen : Matematika
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (Fmipa) Universitas Sumatera Utara
Disetujui di
Medan, Oktober 2013
Komisi Pembimbing,
Pembimbing 2, Pembimbing 1,
Dra. Normalina Napitupulu, M.Sc Drs. Rachmad Sitepu, M.Si NIP. 19631106 198902 2 001 NIP. 19530418 198703 1 001
Disetujui oleh Departemen Matematika FMIPA USU
Ketua,
PERNYATAAN
ANALISIS DISKRIMINAN DALAM MENENTUKAN FAKTOR DOMINAN YANG MENYEBABKAN KENAKALAN REMAJA DAN
PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI (Studi Kasus : SMA Prayatna Medan)
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.
Medan, Oktober 2013
PENGHARGAAN
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dalam waktu yang ditetapkan. Serta shalawat beriringkan salam kepada Rasulullah SAW.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang memberikan kontribusi kepada penulis. Kepada Bapak Drs. Rachmad Sitepu M.Si dan Ibunda Dra. Normalina Napitupulu M.Sc selaku dosen-dosen pembimbing penulis yang telah memberikan panduan dan ilmu pengetahuan dalam menyelesaikan penulisan ini, dan Bapak Drs. Marihat Situmorang M.Komp dan Ibunda Asima Manurung S.Si M.Si selaku dosen penguji penulis yang telah memberikan kritik dan saran pada penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Sutarman M.Si sebagai Dekan FMIPA Universitas Sumatera Utara, dan ketua dan sekretaris Departmen Matematika FMIPA Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si.Ph.D dan Ibunda Dra. Mardiningsih, M.Si serta seluruh staf pengajar dan pegawai Departmen Matematika FMIPA Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih teristimewa penulis ucapkan kepada kedua Orang tua tercinta ayahanda Johari Simatupang dan Ibunda Masdalifah Harahap, juga Abangda Rahmad Fauzi Simatupang, Abangda Ismail Simatupang S.Pt dan Adinda Nur Hasanah Simatupang telah memberikan doa, nasihat, serta bantuan yang tak ternilai harganya, dan kepada keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
Dan juga ucapan terima kasih kepada Keluarga Besar HMI KOMISARIAT semangat dan persaudaraan yang begitu erat selama mengenyam pendidikan di FMIPA Universitas Sumatera Utara, serta teman-teman stambuk 2009, adek-adek stambuk 2012, 2011, 2010 dan rekan-rekan Mahasiswa Matematika FMIPA USU dan terima kasih atas bantuan kepada pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu semoga Allah SWT memberikan balasan dengan kebaikan yang berlipat ganda.
ANALISIS DISKRIMINAN DALAM MENENTUKAN FAKTOR DOMINAN YANG MENYEBABKAN KENAKALAN REMAJA DAN
PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI (studi kasus : SMA Prayatna Medan)
ABSTRAK
Kenakalan remaja adalah semua perubahan anak remaja (usia belasan tahun) yang berlawanan dengan ketertiban umum (nilai dan norma yang diakui bersama). Analisis diskriminan adalah metode statistik untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan sejumlah obyek ke dalam beberapa kelompok, berdasarkan beberapa variabel, sedemikian hingga setiap obyek yang menjadi anggota lebih dari satu kelompok.Tujuan penelitian ini adalah Mencari pengaruhnya prestasi berdasarkaN faktor penyebab kenakalan remaja. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Prayatna Medan Medan menunjukkan bahwa Ketepatan klasifikasi dari model ini adalah 59,6% dalam menentukan seberapa berpengaruhnya penyebab kenakalan remaja terhadap prestasi siswa.
DISCRIMINANT ANALYSIS DOMINANT FACTOR IN DETERMINING THE CAUSE AND EFFECT ON DELINQUENCY ACHIEVEMENT
(case study: SMA Prayatna Medan)
ABSTRACT
Juvenile delinquency is all change in older children (teens) are contrary to public order (values and norms that are mutually recognized). Statistic discriminant analysis is a method for grouping or classifying a number of objects into groups, based on several variables, such that each object is a member of more than one group. Research purposes based upon the achievement Looking influence adolescent Juvenile delinquency factor. Based on the results of research conducted at the high school Prayatna Medan shows that the classification accuracy of this model was 59.6% in determining how influential the causes of juvenile delinquency on student achievement.
DAFTAR ISI
2.2.1 Pengertian Kenakalan Remaja 9
2.2.2 Gejala-gejala yang mengarah kenakalan remaja 10
2.2.3 Jenis-jenis kenakalan remaja 10
2.3 Faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan remaja 11
2.4 Variabel 17
2.5 Data 18
2.5.1 Menurut Sifatnya 18
2.5.2 Menurut Cara Perolehannya 18
2.5.3 Menurut Waktunya 19
2.11.1 Hal-hal pokok tentang Analisis Diksriminan 26 2.11.2 Langkah- langkah Analisis Diskriminan 26
Bab 3 Metode Penelitian
3.1 Lokasi dan waktu penelitian 33
3.2 Visi dan misi penelitian 33
3.3 Penentuan populasi dan sampel 33
3.4 Variabel 35
3.5 Teknik Pengumpulan Data 35
3.6 Uji Pengolahan Data 36
3.7 Analisis Data 36
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
4.1 Data Hasil K uisioner 38
4.2 Pengujian Data 41
4.2.1 Uji Validitas 41
4.2.2 Uji Reliabilitas 41
4.2.3 Mencari Hubungan antar Variabel dengan Analis Korelasi 42 4.3 Mengolah Data dengan Analisis Diskriminan 47
4.3.1 Uji Kesamaan 47
4.3.2 Uji Kesamaan Matriks Kovarian 48 4.4 Analisis Diskriminan dalam SPSS 50
4.4.1 Interpretasi Output 52
4.4.2 Nilai Eigen 55
4.4.3 Uji Signifikan 55
4.5 Akurasi Statistik 58
Bab 5 Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan 60
5.2 Saran 61
Daftar Pustaka 62
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman Tabel
3.1. Jumlah Siswa 35
3.2 Jumlah Sampel Penelitian 35
4.1 . Data hasil kuesioner 39
4.2. Regresi Linear 42
4.3. Nilai Korelasi Sesama Variabel 43
4.4 interpretasi koefisien korelasi 44
4.5. Uji Kesamaan Rata-rata 49 4.6. Uji Kesamaan Matriks Kovarian 50
4.7. Uji Box’s M 50
4.8. Matriks Kovarians 51
4.9. Grup Statistik 52
4.10. Variables Entered/Removed 54 4.11 Variable in the Analysis 54 4.12. Variable not in the Analysis 55
4.13. Nilai Eigen 55
4.14. Wilk’s Lambda 56
4.15. Koefisien Fungsi Diskriminan Kanonikal 56
4.16. Struktur Matriks 56
4.17. Koefisien Fungsi Diskriminan Kanonik 57 4.18. Fungsi pada Grup Terpusat 57 4.19. Peluang Utama untuk Grups 58
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman Lampiran
1. Kuesioner Penelitian 63
2. Hasil output SPSS 17.0 65
ANALISIS DISKRIMINAN DALAM MENENTUKAN FAKTOR DOMINAN YANG MENYEBABKAN KENAKALAN REMAJA DAN
PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI (studi kasus : SMA Prayatna Medan)
ABSTRAK
Kenakalan remaja adalah semua perubahan anak remaja (usia belasan tahun) yang berlawanan dengan ketertiban umum (nilai dan norma yang diakui bersama). Analisis diskriminan adalah metode statistik untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan sejumlah obyek ke dalam beberapa kelompok, berdasarkan beberapa variabel, sedemikian hingga setiap obyek yang menjadi anggota lebih dari satu kelompok.Tujuan penelitian ini adalah Mencari pengaruhnya prestasi berdasarkaN faktor penyebab kenakalan remaja. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Prayatna Medan Medan menunjukkan bahwa Ketepatan klasifikasi dari model ini adalah 59,6% dalam menentukan seberapa berpengaruhnya penyebab kenakalan remaja terhadap prestasi siswa.
DISCRIMINANT ANALYSIS DOMINANT FACTOR IN DETERMINING THE CAUSE AND EFFECT ON DELINQUENCY ACHIEVEMENT
(case study: SMA Prayatna Medan)
ABSTRACT
Juvenile delinquency is all change in older children (teens) are contrary to public order (values and norms that are mutually recognized). Statistic discriminant analysis is a method for grouping or classifying a number of objects into groups, based on several variables, such that each object is a member of more than one group. Research purposes based upon the achievement Looking influence adolescent Juvenile delinquency factor. Based on the results of research conducted at the high school Prayatna Medan shows that the classification accuracy of this model was 59.6% in determining how influential the causes of juvenile delinquency on student achievement.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Hampir setiap hari kasus kenakalan remaja selalu di temukan di media - media
massa, dimana sering terjadi di kota - kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan
Medan. Salah satu wujud dari kenakalan remaja adalah tawuran yang
dilakukan oleh para pelajar atau remaja. Pada Tahun 1998 ada 230 kasus yang
menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban
meningkat dengan 37 korban tewas (Putra, 2011). Peristiwa kenakalan remaja
ini serta korbannya dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat.
Kasus perilaku menyimpang lainnya juga ditemukan dalam bentuk
penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba ini ditemukan sebanyak
15.000 kasus dua tahun terakhir, 46 % di antaranya dilakukan oleh remaja,
selain itu di Indonesia diperkirakan bahwa jumlah prostitusi anak juga cukup
besar. Departemen Sosial memberikan estimasi bahwa jumlah prostitusi anak
yang berusia 15-20 tahun sebanyak 60% dari 71.281 orang. UNICEF
Indonesia menyebut angka 30% dari 40-150.000, dan Irwanto menyebut
angka 87.000 pelacur anak atau 50% dari total penjaja seks (Maria, 2007).
Masa remaja sering disebut dengan masa pemberontakan, kenapa? Pada
masa masa tersebut seorang anak yang baru mengalami pubertas menunjukkan
beragam gejolak emosi, mengalami banyak masalah, baik dirumah, sekolah
dan lingkungan pertemanannya. Terkadang selama menjalani pembentukan
kematangan dalam sikap, berbagai perubahan kejiwaan terjadi. Disisi lain
remaja seringkali tidak mempunyai tempat mengadu untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya. Sehingga sebagai pelarian remaja seringkali
terjerumus, seperti mabuk – mabukan, tawuran, narkotika, dan tindak
Pada awalnya, kenakalan remaja hanyalah merupakan perilaku “nakal” dari
kalangan remaja yang sering dikatakan sedang mencari identitas diri,
kenakalan remaja yang demikian ini tidak menimbulkan kekhawatiran
dikalangan masyarakat luas (guru, orang tua, teman sebaya, dan masyarakat
umum), tetapi justru perilaku yang demikian itu dapat dipahami sebagai suatu
fase yang akan terjadi dan dialami oleh setiap orang, yang pada akhirnya
berlalu begitu saja. Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat
menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya
perilaku menyimpang akan menjadi perilaku yang mengganggu. Melihat
kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan
sifat kepribadian yang kurang baik akan menjadi pemicu kenakalan remaja
semakin meningkat. Fenomena kenakalan remaja inilah yang merupakan
masalah yang sangat penting dan menarik untuk dibahas. Karena remaja
adalah bagian dari generasi muda yang merupakan aset bangsa, tumpuhan
harapan bagi masa depan.
Analisis diskriminan adalah salah satu teknik statistik yang bisa digunakan
pada hubungan dependensi (hubungan antarvariabel dimana sudah bisa
dibedakan mana variabel respon dan mana variabel penjelas). Dalam
penelitian ini juga menentukan seberapa besar faktor faktor tersebut
berpengaruh terhadap prestasi. Diantara variabel pembeda tersebut akan
dibuat suatu hubungan fungsional yang disebut dengan fungsi
diskriminan.Berdasarkan uraian diatas maka penulis memilih judul tugas akhir
“Analisis Diskriminan Dalam Menentukan Faktor Dominan Yang Menyebabkan Kenakalan Remaja Dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut
1. Faktor – faktor apa saja yang menyebabkan kenakalan remaja dan faktor
2. Seberapa besar pengaruh faktor faktor penyebab kenakalan remaja tersebut
pada prestasi.
1.3Batasan Masalah
Agar nantinya lebih terarah dalam hal penulisan, maka penulis memberikan
batasan masalah, sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan di SMA Prayatna Medan
2. Responden penelitian siswa/i SMA Prayatna Medan
3. Data yang digunakan berupa data primer yaitu data yang diperoleh
melalui kuesioner
1.4Tinjauan Pustaka
Analisis diskriminan merupakan teknik menganalisis data, kalau variabel tak
bebas (criterion) merupakan kategori (non-metrik, nominal atau ordinal,
bersifat kualitatif) sedangkan variabel bebas sebagai prediktor merupakan
metrik (interval atau rasio, bersifat kuantitatif) (Supranto, 2004). Analisis
diskriminan mirip dengan regresi linear berganda (multivariable regression).
Perbedaannya, analisis diskriminan dipakai kalau faktor dependennya
kategoris (maksudnya kalau menggunakan skala ordinal ataupun skala
nominal) dan faktor independennya menggunakan skala metrik (interval dan
rasio). Sedangkan dalam regresi independen, bisa metrik maupun non metrik.
Model analisis diskriminan adalah sebuah persamaan yang menunjukkan suatu
kombinasi linier dari berbagai variabel independen, Simamora (2005).
Pengklasifikasian adalah salah satu analisis statistika yang diperlukan
jika ada beberapa kelompok kemudian ingin diketahui apakah
kelompok-kelompok tersebut memang berbeda secara statistika. Kelompok-kelompok-kelompok ini
independen. Kombinasi linier dari faktor-faktor ini akan membentuk suatu
fungsi diskriminan (Tatham et.al, 1998).
Koefisien atau timbangan (weight) fungsi diskriminan bj diperkirakan
sedemikian rupa sehingga kelompok (kategori) mempunyai nilai fungsi
diskriminan (skor) yang sangat berbeda. Kalau ada dua kategori A dan B,
nilai/skor fungsi diskriminan dari kelompok satu (A) sanga berbeda dengan
kelompok kedua (B). Kalau ada 3 kelompok A, B dan C. Nilai fungsi
diskriminan kelompok A sangat berbeda dengan B dan sangat berbeda dengan
kelompok C.
Analisis diskriminan berguna untuk menganalisis data kalau variabel
criterion atau dependent (tak bebas) berupa kategori/non-metrik/kualitatif dan
variabel bebas atau prediktor merupakan skala interval (kuantitatif,hasil
penilaian/rating). Kalau variabel tak bebas (dependent) terdiri dua kategori,
disebut analisis diskriminan dua kelompok, sedangkan kalau variabel
dependent lebih dari dua kategori disebut analisis diskriminan berganda.
Dalam tahapan melakukan diskriminan terdiri dari lima langkah :
1. Merumuskan masalah diskriminan, memerlukan identifikasi tujuan
2. Membuat estimasi (perkiraan), meliputi pengembangan suatu kombinasi
linear dari prediktor
3. Penentuan signifikansi statistik, ,meliputi pengujian hipotesis nol
4. Mengintrepretasikan timbangan diskriminan
5. Validasi, mencakup pemgembangan matrik klasifikasi.
Di tahun 2006, Suryatmojo melakukan penelitian Analisis diskriminan
terhadap perilaku PNS ADMINISTRASI UNS Bebelanja di Toko KPRI UNS
SURAKARTA.Di tahun 2011, Dian Cahyawati melakukan penelitian Aplikasi
analisis diskriminan dalam menentukan fungsi pengelompokkan anak putus
penentuan strategi pemasaran berdasarkan perilaku konsumen dengan metode
diskriminan.
1.5Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengkaji faktor-faktor kenakalan remaja.
2. Untuk mengetahui faktor yang lebih dominan pada faktor penyebab
kenakalan remaja dan pengaruhnya pada prestasi.
3. Untuk mengetahui tingkat pengaruhnya faktor penyebab kenakalan remaja
terhadap prestasi.
1.6Kontribusi Penelitian
1. Penulis
Penelitian ini dapat berguna sebagai data pendukung bagi para peneliti
yang diharapkan akan melanjutkan penelitian ini di masa yang akan
datang.
2. Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan referensi tambahan mengenai faktor – faktor yang
berhubungan dengan kenakalan remaja pada siswa SMA dan sebagai
sebagai bahan bacaan yang dapat menambah ilmu pengetahuan.
3. Masyarakat Umum
Dengan adanya penelitian ini, dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
masukan dalam peningkatan moralitas, pengaruh faktor penyebab
1.7Metodologi Penelitian
Adapun metodologi penelitian dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
a) Mengumpulkan bahan – bahan yang berkaitan dengan kenakalan remaja, dan analisis diskriminan.
b) Menentukan variabel penelitian
Adapun variabel - variabel yang digunakan dalam penelitian ini
yang digunakan pada penelitian ini berupa angket (kuesioner).
2. Pengolahan Data
Metode analisis data yang digunakan adalah teknik analisis diskriminan dan
dengan bantuan SPSS dengan tahapan sebagai berikut:
a. Memisahkan faktor kedalam faktor dependent dan faktor independent
b. Menguji validitas data. (Kesahian)
Validitas menunjukkan sejauh mana skor /nilai/ ukuran yang diperoleh
benar-benar menyatakan hasil pengukuran / pengamatan yang ingin
c. Menguji matriks varian kovarian antar kelompok homogen.
d. Menghitung ketepatan klasifikasi dari hasil analisis kelompok yang
terbentuk dengan Discriminant Analysis
e. Membentuk fungsi diskriminan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang
mencakup kematangan mental, emosional social dan fisik. Remaja adalah seorang
individu mengalami peralihan dari satu tahap keberikutnyadan mengalami
perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan
masalah – masalah. (Hurlock,1998).
Masa remaja merupakan awal masa transisi, dimana usianya berkisar antara
13-16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak
menyenangkan. Dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,
psikis maupun secara social (Hurlock, 1973). Drs. Andi Mappiere dengan
mengutip lengkap dari Elisabeth B Hurlock, menulis tentang adanya sebelas masa
rentan kehidupan.
1. Prenata : Saat konsepsi sampai lahir
2. Masa neonatal : Lahir sampai akhir minggu kedua setelah lahir
3. Masa bayi : Akhir minggu kedua sampai akhir minggu kedua
4. Masa kanak - kanak awal : Dua tahun sampai enam tahun
5. Masa kanak – kanak akhir : Enam tahun sampai sepuluh atau sebelas tahun
6. Pubertas pra-adolesen : Sepuluh tahun atau dua belas tahun sampai
empat belas tahun
7. Masa remaja awal : Tiga belas tahun atau empat belas tahun
sampai tujuh bekas tahun
8. Masa remaja akhir : Tujuh belas tahun sampai dulu puluh satu tahun
9. Masa dewasa awal : Dua puluh satu tahun sampai empat puluh tahun
10. Masa setengah baya : Empat puluh tahun sampai enam puluh tahun
Menurut parapsikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak
anak hingga masa awal dewasa, yang berlangsung antara umur 13 tahun sampai
dengan 21 tahun. Secara umum dapat disimpulkan bahwa remaja adalah individu
individu yang berada pada masa peralihan dari masa kanak – kanak menuju masa
pendewasaan diri yang ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari
aspek fisik, psikis dan sosial.
2.2Kenakalan remaja
2.2.1 Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja adalah semua perubahan anak remaja (usia belasan tahun) yang
berlawanan dengan ketertiban umum (nilai dan norma yang diakui bersama) yang
ditujukan pada orang, binatang, dan barang-barang yang dapat menimbulkan
bahaya atau kerugian pada pihak lain. Menurut Sudarsono kenakalan adalah:
“Bukan hanya merupakan perbuatan anak yang melawan hukum semata, akan tetapi juga termasuk di dalamnya perbuatan yang melanggar norma masyarakat.”
Dengan demikian masalah-masalah sosial yang timbul karena perbuatan remaja
dirasakan sangat mengganggu, dan merisaukan kehidupan masyarakat, bahkan
sebagian anggota masyarakat menjadi terancam hidupnya.
2.2.2 Gejala – gejala yang mengarah kenakalan remaja
Adapun beberapa gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah pada
kenakalan remaja, yaitu sebagai berikut:
a. Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya baik di sekolah
maupun di tempat-tempat bermain sehingga anak tersebut selalu
menyendiri. Perilaku demikian, dapat menyebabkan kegoncangan emosi
sehingga dapat mengarahkan pada tindakan-tindakan yang melanggar nilai
b. Anak-anak yang suka atau biasa menghindarkan diri dari tanggung jawab
di rumah atau disekolah.
c. Anak-anak yang sering mengeluh, dalam arti bahwa mereka mengalami
masalah dan tidak sanggup mencari jalan pemecahannya. Kondisi ini akan
menyebabkan anak mencari jalan kearah yang sering bersifat negatif,
misalnya minum-minuman keras, dan menggunakan narkotika untuk
menghilangkan masalah yang dihadapi. Akibatnya, kondisi hidupnya
makin hancur.
d. Anak-anak yang mengalami fobia dan gelisah dalam bentuk melewati
batas yang berbeda dengan ketakutan anak-anak normal.
e. Anak-anak yang suka dusta dan bohong. Dusta dengan penyimpangan
perilaku ini cenderung mempunyai kaitan yang erat. Suatu kecenderungan
umum apabila anak itu mempunyai mental suka dusta atau pembohong,
dia akan suka atau sering melakukan tindakan yang menyimpang.
2.2.3 Jenis - jenis kenakalan remaja
Beberapa jenis kenakalan remaja yang sering terjadi dalam kehidupan adalah
sebagai berikut.
1. Penentangan
Persamaan sifat seluruh remaja di dunia, yakni cenderung menentang
otoritas orang tua. Transisi menuju kebebasan yang lebih besar pada masa
remaja sangat bergantung pada sikap dan kerelaan orang tua. Penegakan
disiplin diperlukan, tetapi harus disertai dengan kesabaran dan
argumentasi rasional. Inti dari pemberontakan remaja adalah ingin
mendapatkan kemerdekaan, pengakuan eksistensi, dan perhatian orang tua.
2. Perkelahian
Salah satu ciri khas remaja adalah membuktikan eksistensinya di dalam
komunitasnya. Remaja laki-laki selalu dipersepsikan dengan kekuatan dan
menunjukan keberanian terutama dalam bentuk perkelahian. Contohnya:
Tawuran.
3. Narkoba
Remaja banyak yang terlibat dalam peredaran obat-obatan terlarang mulai
dari obat-obat psikotropika sampai narkoba, sebagai pemakai ataupun
pengedar. Sebenarnya para remaja hanyalah korban permainan
orang-orang dewasa yang ingin mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dengan
mengorbankan mereka. Contohnya : penyalahgunaan obat-obatan
terlarang.
4. Tindak Kriminal
Pada banyak kota besar di Indonesia tiada hari tanpa perkelahian
anak-anak pelajar remaja. Bahkan banyak pelajar remaja sudah terlibat
perbuatan kriminal berat, seperti penodongan, penganiayaan, pemerasan,
perampasan, pemerkosaan, pelecehan, dan pembunuhan.
2.3 Faktor - faktor yang menyebabkan kenakalan remaja
Berikut ini merupakan faktor–faktor yang menyebabkan kenakalan remaja adalah
1. Kurangnya perhatian orang tua
Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak bisa memicu anak terhadap hal
yang negatif. Anak adalah anugerah dari sang pencipta, orang tua yang
melahirkan anak harus bertangung jawab terutama dalam soal mendidiknya,
baik ayah sebagai kepala keluarga maupun ibu sebagai pengurus rumah
tangga. Keikutsertaan orang tua dalam mendidik anak merupakan awal
keberhasilan orang tua dalam keluarganya apabila sang anak menuruti orang
tua, Bobroknya moral seorang anak dan remaja bisa diakibatkan salah satu
kesalahan dari orangtuanya seperti kurangnya perhatian perhatian orang tua
yang temperamental menjadi anak yang nakal. Dalam era modernisasi
sekarang ini, peran penting orang tua sangat dibutuhkan dalam perkembangan
prestasi si anak, dengan cara menanyakan tugas si anak merupakan salah satu
cara untuk membentuk si anak menjadi rajin belajar dan berprestasi.
2. Broken home (Perceraian orang tua)
Salah satu penyebab broken home adalah perceraian orang tua, sehingga
membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur.
Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seorang pelajar, hal inilah
yang mengakibatkan seorang pelajar tidak mempunyai minat untuk
berprestasi. Broken home juga bisa merusak jiwa anak sehingga dalam sekolah
mereka bersikap seenaknya saja, tidak disiplin di dalam kelas mereka selalu
berbuat keonaran dan kerusuhan hal ini dilakukan karena mereka cuma ingin
cari simpati pada teman-teman mereka bahkan pada guru-guru mereka.
Suasana kenyamanan rumah dapat menimbulkan si remaja untuk belajar lebih
giat lagi.
3. Interaksi (hubungan) orang tua dan anak
Salah satu interaksi orang tua dan anak adalah berkomunikasi, komunikasi
yang baik akan menghasilkan hubungan orang tua dan anak erat. Seorang anak
mampu berfikir dengan cepat bahwa orang tua tidak sungguh-sungguh
mendengarkan ketika pertanyaannya hanya dijawab “Hm…” atau “Oke”.
Lebih parah lagi ketika orang tua sering memberitahu tidak punya waktu
luang untuk berbicara. Rangkaian kejadian seperti ini akan menciptakan
situasi negatif yang dapat menyebabkan seorang anak berfikir tidak ada
gunanya berkomunikasi dengan orang tua. Akibatnya, mereka akan
mengalihkan komunikasinya dengan dunia luar yang bisa jadi orang tua tidak
akan mampu mengontrol kegiatannya setelah itu. Salah satu daya tarik remaja
untuk belajar dengan maksimal yaitu ketika si remaja pulang rumah, mereka
slalu ingin berbagi apa yang terjadi pada mereka terhadap orang tua mereka.
Menurut Lynas Waun, komunikasi komunikasi negatif terhadap anak seperti
a. Orang tua mengabaikan perasaan anak
b. Orang tua meletakkan kepentingan anak dalam rangka mengeja
kepentingannya sendiri
c. Orang tua minim perhatian.
d. Orang tua mengkritik, menghakimi atau menyalahkan anak-anaknya.
4. Pengaruh teman
Penelitian yang dilakukan Buhrmester (Santrock, 2004) menunjukkan bahwa
pada masa remaja kedekatan hubungan dengan teman sebaya meningkat
secara drastis, dan pada saat yang bersamaan kedekatan hubungan remaja
dengan orang tua menurun secara drastis. Hasil penelitian Buhrmester
dikuatkan oleh temuan Nickerson & Nagle (2005) bahwa pada masa remaja
komunikasi dan kepercayaan terhadap orang tua berkurang, dan beralih
kepada teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan akan kelekatan
(attachment). Penelitian lain menemukan remaja yang memiliki hubungan
dekat dan berinteraksi dengan pemuda yang lebih tua akan terdorong untuk
terlibat dalam kenakalan, termasuk juga melakukan hubungan seksual secara
dini (Billy, Rodgers, &Udry, dalam Santrock, 2004). Sementara itu, remaja
alkoholik tidak memiliki hubungan yang baik dengan teman sebayanya dan
memiliki kesulitan dalam membangun kepercayaan pada orang lain (Muro &
Kottman, 1995).
Remaja membutuhkan afeksi dari remaja lainnya, dan membutuhkan
kontak fisik yang penuh rasa hormat. Remaja juga membutuhkan perhatian
dan rasa nyaman ketika mereka menghadapi masalah, butuh orang yang mau
mendengarkan dengan penuh simpati, serius, dan memberikan kesempatan
untuk berbagi kesulitan dan perasaan seperti rasa marah, takut, cemas, dan
keraguan (Cowie and Wallace, 2000). Teman sebangku adalah anak-anak
dengan tingkat kematangan atau usia yang kurang lebih sama. Salah satu
fungsi terpenting dari kelompok teman sebaya adalah untuk memberikan
sumber informasi dan komparasi tentang dunia di luar keluarga. Saking
ketergantungan terhadap teman mereka tersebut, dan berpikir slalu
mengandalkan teman mereka.
5. Masalah yang dipendam
Masa remaja sering penuh dengan berbagai problem, terkadang remaja tidak
terbuka pada orang tua sehingga merek merasa bahwa mereka mampu
mengatasi masalah itu sendiri. Ternyata mereka tidak sanggup. Contoh
masalah berpacaran, ketika remaja putus cinta terkadang mereka tidak mau
menceritakan hal ini kepada orang tua tetapi yang mereka lakukan adalah
memendam dan akhirnya mereka sendiri yang depresi dan akhirnya lari ke
hal-hal yang tidak baik seperti mabuk-mabukan, merokok,dll. Ketidaktahuan
mereka akan penyelesaian masalah mereka, terkadang membuat mereka jadi
malas melakukan apa yang bisa mereka lakukan.
6. Problema waktu luang
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan
seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak
ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si
remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai
bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini
tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang
negatif maka lingkungan dapat terganggu. Seringkali perbuatan negatif ini
hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi
waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian
lingkungannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya
adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan.
Misalnya, ngebut tanpa lampu dimalam hari, mencuri, merusak, minum
minuman keras, obat bius, dan sebagainya. Ketika mereka tidak tahu
bagaimana mengisi waktu mereka, mereka awali mengisinya dengan bermain
sama teman-teman sehingga mereka lebih mementingkan bermain ketimbang
7. Kurangnya pemahaman dasar dasar tentang agama
Pada masa adolesen (antara 13-21 tahun) anak-anak sedang mengalami
goncangan jiwa, manakala jiwa mereka tertekan dan mengalami ketegangan,
sering mereka tidak mampu lagi mengendalikannya secara stabil, maka sering
tindakan delikulen dimunculkan dalam perilaku sebagai wujud penyaluran
goncangan jiwa tadi. Masalah kesehatan / ketenangan jiwa adalah masalah
erat kaitannya dengan masalah supra logis, yaitu keimanan dan kepercayaan
yang merupakan awal beragamanya seseorang.
Keimanan dan kepercayaan ini menjadi integral dari kepribadian, asal
bukan pengakuan di lisan semata, sebab penyelewengan-penyelewengan yang
datangnya dari orang-orang yang mengaku ber Tuhan itu karena kurang
tertanamnya jiwa agama (mental religius) dalam kepribadiannya. Hal ini
terkadang tidak terlalu diperhatikan oleh orang tua yang sibuk dengan segala
usaha dan kegiatan mereka dan juga oleh pihak sekolah terkadang kurang
memperhatikan hal ini. Terkadang dalam diri si remaja yang tak takut akan
dosa mereka sering melakukan dosa, yang mereka anggap kecil seperti
menyontek. Karena jika remaja tidak mendapat pendidikan agama yang baik
mereka akan jauh dari Tuhan dan pasti tingkah laku mereka akan
sembarangan.
8. Kondisi ekonomi
Keadaan ekonomi yang tinggi maupun yang rendah, keduanya dapat
menyebabkan para siswa menjadi sering melakukan tindakan
kenakalan-kenakalan remaja. Hal ini mungkin terjadi karena pada kalangan ekonomi
tinggi orang tua terlalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan sosial, atau sibuk
mencari nafkah pada kalangan ekonomi rendah sehingga lupa menyediakan
waktu untuk berkomunikasi yanga baik dengan anaknya. Pada kalangan
keluarga ekonomi tinggi sering kita lihat banyak ibu-ibu pejabat yang sibuk
Kesemuanya itu menyebabkan para ibu lupa pada tugasnya sebagai
pendidik, mereka tidak sempat memberikan perhatian, tuntunan dan kasih
sayang yang wajar terhadap anak-anaknya. Kenyataan kita semua kebanyakan
keluarga kaya mempercayakan pemeliharaan anak-anak mereka kepada
pembantu yang pendidikannya relatif rendah, dimana mereka kurang mengerti
bagaimana memelihara/mendidik anak yang baik. Sementara orang tua yang
beranggapan bahwa anak cukup hidup hanya dengan diberi uang, perhiasan
dan segala macam kebutuhannya tanpa mengingat kebutuhan rokhaniah anak.
Contoh ekonomi rendah adalah orang tua yang tidak mampu membeli buku
untuk anaknya, ini sering kali berdampak kepada si remaja menjadi malas
untuk belajar dan mengembangkan prestasinya.
9. Dampak negatif dari perkembangan teknologi modern
Teknologi informasi dan komunikasi sudah ada sejak zaman modern.
Teknologi trsebut biasa dikenal dengan komputer, internet dan lain-lain.
Komputer sejak dulu sudah sering digunakan di semua kalangan, di kalangan
pelajar sekarang juga sudah banyak yang menggunakan komputer untuk
pelajaran. Dan alat canggih tersebut juga sudah sangat bermanfaat bagi
orang-orang yang pekerjaaannya bersangkut paut dengan alat tersebut. Apa lagi
sekarang juga sudah ada alat komputer yang lebih praktis di bawa
kemana-kemana yaitu laptop. Laptop tidak hanya digunakan orang-orang penting saja,
pelajar pun mamakai laptop untuk proses belajar mengajar.
Di samping komputer yang begitu sangat bermanfaat itu, sekarang juga
sudah ada internet. Internet adalah sebuah jaringan komputer yang digunakan
untuk mencari sebuah informasi yang ingin kita ketahui. Di dalam internet kita
bias surfing mengenai beberapa hal, misalnya sebagai inspirasi untuk belajar
mengenai pelajaran, dan masih banyak lagi yg bias kita lakukan. Di jaringan
internet kita juga bias mendunia, misalnya ingin mengetahui mengenai Negara
lain atau informasi-informasi mengenai Negara tersebut. Imternet sangat
Tetapi ada juga yang salah menggunakannya, misalnya untuk
membuka situs-situs yang berbau pornografi. Biasanya hal tersebut di lakukan
para siswa zaman sekarang. Sebaiknya sebagai remaja/pelajar yang mengaku
berpendidikan, tidak membuka situs-situs yang berbau tersebut. Itu akan
sangat meruusak otak kita dan akan mencemari otak kita.
2.4 Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2007)
a. Variabel kontinu
Variabel Kontinu adalah variabel yang dapat ditentukan nilainya dalam
jarak jangkau tertentu dengan desimal yang tidak terbatas.
b. Variabel descrete
Variabel descrete adalah konsep yang nilainya tidak dapat dinyatakan
dalam bentuk pecahan atau desimal di belakang koma.
c. Variabel Dependen
Variabel ini sering disebut variabel output, variabel terpengaruh, variabel
terikat atau variabel tergantung yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas dan disebut variabel terikat
karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas/variabel independent.
d. Variabel Independent
Variabel ini sering disebut variabel stimulus, predictor, variabel pengaruh
atau variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat).
e. Variabel Moderator
Variabel yang dianggap berpengaruh terhadap variabel dependen tersebut,
tetapi tidak mempunyai pengaruh utama, maka variabel ini dinamakan
f. Variabel aktif
Variabel yang dimanipulasikan oleh peneliti dinamakan variabel aktif.
g. Variabel atribut
Ada juga variabel variabel yang tidak bisa dimanipulasikan ataupun sukar
dimanipulasikan. Variabel demikian dinamakan variabel atribut.
2.5Data
Data adalah bentuk jamak dari datum, yang dapat diartikan sebagai informasi
yang diterima dapat berbentuk berupa angka, kata-kata, atau dalam bentuk lisan
dan tulisan lainnya (Andi Supangat,2007)
2.5.1 Menurut Sifatnya
a. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata atau berwujud
pernyataan-pernyataan bukan dalam bentuk angka. Biasanya bersifat
subjektif sebab data tersebut ditafsirkan lain oleh orang yang berbeda.
b. Data Kuantitatif
Data Kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka. Biasanya
bersifat objektif dan bisa ditafsirkan sama oleh orang lain.
2.5.2 Menurut Cara Perolehannya
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang
diteliti, baik dari objek individual (responden) maupun dari suatu instansi
yang mengolah data untuk keperluan dirinya sendiri.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung untuk
mendapatkan data tersebut diperoleh dari tangan kedua baik dari objek
dengan sengaja melakukan pengumpulan data atau instansi-instansi atau
badan lainnya untuk keperluan penelitian
2.5.3Menurut Waktunya
a. Data silang (cross section data) merupakan data yang dikumpulkan pada
suatu waktu tertentu yang bisa menggambarkan keadaan/kegiatan pada
waktu tersebut
b. Data berkala (time series data) merupakan data yang dikumpulkan dari
waktu ke waktu untuk memberikan gambaran tentang perkembangan suatu
kegiatan dari waktu ke waktu.
2.6 Skala Pengukur
Bentuk-bentuk model skala pengukur yang sering digunakan dalam penelitian ada
5 (lima), yaitu:
a. Skala Likert
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan
menggunakan skala likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian dijabarkan
menjadi indikator-indikator yang dapat diukur dan dijadikan titik tolak
untuk membuat item instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan
yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban diungkapkan dengan
kata-kata sebagai berikut :
a. 5 = Sangat setuju (SS)
b. 4 = Setuju (S)
c. 3 = Ragu – Ragu (RG
d. 2 = Tidak Setuju (TS)
b. Skala Gruttman
Skala Gruttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat
jelas (tegas) dan konsisten.
c. Skala Diferensial Semantik
Skala diferensial semantik atau skala perbedaan semantik berisikan
serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub).
d. Skala Rating (Rating scale)
Berbeda dengan ketiga skala diatas, jika skala likert, skala gruttman, dan
skala perbedaan semantik, data yang diperoleh adalah data kualitatif yang
dikuantitatifkan. Sedangkan rating scale yaitu data mentah yang diperoleh
berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
e. Skala Thurstone
Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan yang ia
setujui dari beberapa pertanyaan yang menyajikan pandangan yang
berbeda-beda. Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi nilai antara
1 sampai 10 tetapi nilai- nilainya tidak diketahui responden.
2.7Sampel dan Teknik Sampling
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (Supranto,
2010). Teknik sampling secara statistik dapat didefinisikan sebagai suatu teknik
untuk menentukan jumlah sampel, sehingga setiap sampel terpilih dalam
penelitian dapat mewakili populasinya. Metode slovin dipilih sebagai teknik
sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel dengan perhitungan sebagai
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolerir atau diinginkan.
2.8 Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya. Dalam penelitian ini untuk uji validitas
pengumpul data dengan menggunakan metode uji regresi linear, dengan cara
regresi linear dapat diketahui uji normalitasnya, atau bisa disebut dengan uji
validitas data secara keseluruhan. Dan dikatakan valid jika Rhitung > Rtabel.
2.9Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkanTeknik perhitungan reliabilitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus Brown, yaitu :
� = ��
+ ��
Keterangan :
r11 = nilai reliabilitas
rb = nilai validitas ( rhitung)
2.10 Analisis Korelasi
Korelasi ialah metode yang digunakan untuk mengukur kekuatan atau derajat
hubungan antara dua variabel atau lebih. Perhitungan derajat didasarkan pada
persamaan regresi. Dalam ilmu statistika, istilah korelasi diartikan sebagai
dikenal dengan istilah bivariate correlation, sedangkan hubungan antar lebih dari
dua variabel disebut multivariate correlation.
Tujuan dilakukan analisis korelasi antara lain ialah:
a) Untuk mencari bukti terdapat tidaknya hubungan (korelasi) antarvariabel.
b) Bila sudah ada hubungan, maka dapat digunakan untuk melihat tingkat
keeratan hubungan antarvariabel.
c) Dan untuk memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut
berarti (meyakinkan/signifikan) atau tidak berarti.
Tinggi-rendah, kuat-lemah atau besar-kecilnya suatu korelasi dapat
diketahui dengan melihat besar kecilnya suatu angka (koefisien) yang disebut
angka indeks korelasi atau coefficient of correlation, yang disimbolkan dengan ρ
atau r. Koefisien korelasi untuk data populasi disimbolkan dengan ρ, sedangkan
korelasi untuk data sampel disimbolkan dengan r. Angka korelasi berkisar antara
0<r<1. Perhatikan tanda plus minus (±) pada angka indeks korelasi. Tanda plus
minus pada angka indeks korelasi ini fungsinya hanya untuk menunjukkan arah
korelasi jadi bukan sebagai tanda aljabar. Apabila angka indeks korelasi bertanda
plus (+) maka korelasi tersebut positif dan arah korelasi satu arah dan apabila
angka indeks korelasi bertanda minus (-), maka korelasi tersebut negatif
berlawanan arah, serta apabila angka indeks korelasi sama dengan 0, maka hal ini
menunjukkan tidak ada korelasi. Dengan demikian, arah korelasi dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu yang bersifat satu arah dan yang sifatnya berlawanan arah.
Apabila terdapat dua buah variabel yaitu X dan Y yang keduanya
memiliki tingkat pengukuran ordinal maka koefisien korelasi yang dapat
dipergunakan ialah koefisien korelasi product moment dan angka indeks korelasi
dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
� = � ∑ − ∑ . ∑
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi
X = skor pertanyaan
Y = skor total
n = jumlah sampel
Untuk menentukan valid/tidaknya suatu instrumen dengan cara
mengkonsultasikan hasil perhitungan koefisien korelasi dengan tabel nilai
koefisien (r) pada taraf signifikan 5% atau taraf kepercayaan sebesar 95 %.
Apabila rxy ≥ rtabel → valid dan apabila rxy< rtabel → tidak valid
2.11 Analisis Diskriminan
Analisis diskriminan merupakan teknik menganalisis data, kalau variabel tak bebas
(criterion) merupakan kategori (non-metrik, nominal atau ordinal, bersifat
kualitatif) sedangkan variabel bebas sebagai prediktor merupakan metrik (interval
atau rasio, bersifat kuantitatif) (Supranto, 2004). Analisis diskriminan mirip
dengan regresi linear berganda (multivariable regression).Perbedaannya, analisis
diskriminan dipakai kalau faktor dependennya kategoris (maksudnya kalau
menggunakan skala ordinal ataupun skala nominal) dan faktor independennya
menggunakan skala metrik (interval dan rasio).Sedangkan dalam regresi
independen, bisa metrik maupun nonmetrik. Model analisis diskriminan adalah
sebuah persamaan yang menunjukkan suatu kombinasi linier dari berbagai variabel
independen, Simamora (2005).
Model Analisis Diskriminan dapat ditulis sebagai berikut ini :
� = � + � + � + � + ⋯ + � + ⋯ + �
Keterangan :
� = Intersep
� = Koefisien (slope kemiringan) dari variabel atau atribut ke j.
= Variabel bebas/prediktor ke-j dari responden ke-i, disebut juga atribut.
Analisis diskriminan berguna untuk menganalisis data kalau variabel criterion
atau dependent (tak bebas) berupa kategori/non-metrik/kualitatif dan variabel
bebas atau prediktor merupakan skala interval (kuantitatif,hasil penilaian/rating).
Kalau variabel tak bebas (dependent) terdiri dua kategori, disebut analisis
diskriminan dua kelopmok, sedangkan kalau variabel dependet lebih dari dua
kategori disebut analisis diskriminan berganda.
Analisis diskriminan dapat digunakan jika variabel dependen terdiri dari dua
kelompok atau lebih kelompok. Pengelompokkan pada analisis ini bersifat apriori,
artinya seorang peneliti sudah mengetahui sebelumnya individu atau objek mana
saja yang masuk ke dalam kelompok 1, 2, dan 3.Analisis diskriminan memiliki
kemiripan dengan regresi linier berganda (multivariable regression).
Perbedaannya ialah analisis diskriminan dipakai jika variabel dependennya
kategori (menggunakan skala ordinal ataupun nominal) dan variabel
independennya menggunakan skala metrik (interval dan rasio).
Sedangkan dalam regresi berganda variabel dependennya harus metrik dan
variabelnya independen dapat berupa metrik maupun nonmetrik. Sama halnya
dengan regresi berganda, dalam analisis diskriminan pun variabel dependen hanya
satu sedangkan variabel independen banyak (multiple). Ada dua hal dalam
analisis diskriminan, yaitu pengelompokan dan identifikasi sifat khas suatu
kelompok yang dapat dilakukan sekaligus dengan analisis tersebut, dimana
kelompok dikenal sebagai group dan sifat khas dikenal sebagai discriminating
variables (variabel pembeda). Antara kelompok dan variabel pembeda tersebut
kemudian dibuat suatu hubungan fungsional yang disebut dengan fungsi
2.11.1 Hal-hal pokok tentang analisis diskriminan
Bentuk multivariat dari analisis diskriminan ialah dependen sehingga variabel
dependen ialah variabel yang menjadi dasar pada analisis diskriminan. Variabel
dependen bisa berupa kode grup 1 atau grup 2 atau lainnya. Tujuan dilakukannya
analisis diskriminan ialah:
a) Menentukan secara statistik ada perbedaan yang bermakna, mengenai nilai
tengah dari dua atau lebih kelompok (populasi) yang terlebih dahulu
diketahui dengan secara jelas dan mantap pengelompokannya.
b) Menetapkan prosedur-prosedur untuk mengelompokkan satuan-satuan
statistik (individu atau objek) ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan
nilai- nilai dari beberapa peubah.
c) Menentukan peubah-peubah bebas yang memberikan sumbangan terbanyak
untuk membedakan nilai tengah dari dua atau lebih kelompok (Hair et al,
1988).
2.12 Langkah – Langkah Analisis Diskriminan
Langkah-langkah dalam analisis diskriminan ialah sebagai berikut:
1. Pemilihan variabel dependen dan independen
Variabel dependen merupakan variabel kategorik sedangkan variabel
independen merupakan variabel numerik. Bedasarkan jumlah kelompok
variabel dependen yang dalam hal ini harus mutually exclusive dan exhaustive,
analisis diskriminan dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Analisis diskriminan dua kategori/kelompok, dimana variabel
dependen dikelompokkan menjadi 2 (dikotomi), diperlukan satu fungsi
diskriminan.
b. Analisis diskriminan berganda (Multiple Discriminant
lebih dari 2 kelompok (multikotomi), diperlukan fungsi diskriminan
sebanyak (k-1) kalau ada k kategori.
2. Melakukan uji equality
Untuk memenuhi asumsi bahwa semua variabel independen harus equal dilihat
pada significancy dari Wilk’s Lambda jika nilai p > 0,05 menunjukkan bahwa
variabel equal. Untuk melihat bahwa variabel tersebut equal, juga dilihat dari
group covariance adalah relative sama.
3. Pembentukan fungsi diskriminan
Ada dua metode dasar untuk membuat fungsi diskriminan:
1. Direct Method (Simultaneous Estimation), dimana semua variabel
dimasukkan secara bersama – sama kemudian dilakukan proses
diskriminan.
2. Step-wise Discriminant Analysis, dimana variabel dimasukkan satu
persatu kedalan model diskriminan.
a. Fungsi Diskriminan
Fungsi diskriminan merupakan fungsi atau kombinasi linier peubah-peubah asal
yang akan menghasilkan cara terbaik dalam pemisahan kelompok-kelompok.
Fungsi ini akan memberikan nilai-nilai yang sedekat mungkin dalam kelompok
dan sejauh mungkin antar kelompo. Banyaknya fungsi diskriminan yang terbentuk
secara umum tergantung dari min (p,k-1), dengan p ialah banyaknya peubah
pembeda dan k ialah banyaknya kelompok yang telah ditetapkan. Fungsi
diskriminan ini diartikan sebagai keragaman peubah yang terpilih sebagai
kekuatan pembeda. Apabila fungsi diskriminan yang terbentuk sebanyak lebih
dari satu fungsi, maka dapat dikatakan bahwa fungsi diskriminan pertama akan
menjadi kekuatan pembeda yang paling besar, demikian berturut-turut untuk
fungsi berikutnya. Fungsi diskriminan yang terbentuk mempunyai bentuk umum
1 11 1 12 2 1 1
X = Vektor variabel acak yang dimasukkan ke dalam fungsi diskriminan.
1
X = Vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok pertama.
1
X = Vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok kedua.
Nilai ˆ dipilih sedemikian sehingga fungsi diskriminan berbeda sebesar mungkin
antara kelompok, atau sehingga rasio antara jumlah kuadrat antar kelompok
dengan jumlah kuadrat dalam kelompok maksimum.
b. Pembentukan Fungsi Linier (dengan bantuan SPSS)
Pada output SPSS, koefisien untuk tiap variabel yang masuk dalam model dapat
dilihat pada tabel Canonical Discriminant Function Coefficient. Tabel ini akan
dihasilkan pada output apabila pilihan Function Coefficient bagian
Unstandardized diaktifkan.
c. Menghitung discriminant score
Setelah dibentuk fungsi liniernya, maka dapat dihitung skor diskriminan untuk
tiap observasi dengan memasukkan nilai-nilai variabel penjelasnya.
d. Menghitung Cutting Score
Untuk memprediksi responden/observasi akan termasuk kedalam kelompok yang
mana, kita dapat menggunakan optimum cutting score. Memang dari computer
informasi ini sudah diperoleh. Sedangkan cara mengerjakan secara manual
Cutting Score (m) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut dengan ketentuan
untuk dua grup yang mempunyai ukuran yang sama cutting score dinyatakan
Apabila dua grup berbeda ukuran, rumus cutting score yang digunakan ialah:
NB = Jumlah anggota grup B
ZA = Centroid grup A
ZB = Centroid grup B
Kemudian nilai-nilai discriminant score tiap observasi akan dibandingkan dengan
cutting score, sehingga dapat diklasifikasikan suatu obsevasi akan termasuk
kedalam kelompok yang mana.
e. Perhitungan Hit Ratio
Setelah semua observasi diprediksi keanggotaannya, dapat dihitung hit ratio yaitu
rasio antara observasi yang tepat pengklasifikasiannya dengan total seluruh
observasi. Misalkan ada sebanyak n observasi, akan dibentuk fungsi linier dengan
observasi sebanyak n-1. Observasi yang tidak disertakan dalam pembentukan
fungsi linier ini akan diprediksi keanggotaannya dengan fungsi yang sudah
dibentuk tadi. Proses ini akan diulang dengan kombinasi observasi yang
berbeda-beda, sehingga fungsi linier yang dibentuk ada sebanyak n. Inilah yang disebut
f. Kriteria posterior probability
Aturan pengklasifikasian yang ekivalen dengan model linier Fisher ialah
berdasarkan nilai peluang suatu observasi dengan karakteristik tertentu (x) berasal
dari suatu kelompok. Nilai peluang ini disebut posterior probability dan bisa
ditampilkan pada sheet SPSS dengan mengaktifkan option probabilities of group
k k
Suatu observasi dengan karakteristik x akan diklasifikasikan sebagai anggota
kelompok 0 jika p k x p k x -nilai posterior
probability inilah yang mengisi kolom di 1_1 dan kolom di 1_2 pada sheet SPSS.
g. Akurasi statisik,
Dapat di uji secara statistik apakah klasifikasi yang dilakukan (dengan
menggunakan fungsi diskriminan) akurat atau tidak. Uji statistik tersebut ialah
prees-Q Statistik. Ukuran sederhana ini membandingkan jumlah kasus yang
diklasifikasi secara tepat dengan ukuran sampel dan jumlah grup. Nilai yang
diperoleh dari perhitunngan kemudian dibandingkan dengan nilai kritis (critical
velue) yang diambil dari tabel Chi-Square dan tingkat keyakinan sesuai yang
diinginkan. Statistik Q ditulis dengan rumus:
Menguji signifikansi dari fungsi diskriminan.
Untuk menguji signifikansi fungsi diskriminan dilihat nilai signifikansi dari
Wilk’s Lambda, jika nilai p < 0,05, maka menunjukkan bahwa fungsi diskriminan
ini dapa memperlihatkan perbedaan yang jelas antara dua kelompok variabel
1. Menguji ketepatan klasifikasi dari fungsi diskriminan
Untuk menguji ketepatan klasifikasi fungsi diskriminan dilakukan uji dengan
Casewise Diagnostics. Jika fungsi diskriminan mempunyai ketepatan
mengklasifikasi kasus > 50 %, ketepatan model dianggap tinggi.
2. Melakukan interpretasi terhadap fungsi diskriminan tersebut.
2.13 Pengujian Hipotesis
Intepretasi hasil analisis diskriminan tidak berguna jika fungsinya tidak signifikan.
Hipotesis yang akan diuji ialah H0 yang menyatakan bahwa rata-rata semua
variabel dalam semua grup ialah sama. Dalam SPSS, uji dilakukan dengan
menggunakan Wilks’ λ. Jika dilakukan pengujian sekaligus beberapa fungsi
sebagaimana dilakukan pada analisis diskriminan, statistik Wilks’ λ ialah hasil λ
univariat untuk setiap fungsi. Kemudian, tingkat signifikansi diestimasi
berdasarkan chi-square yang telah ditransformasi secara statistik.Setelah hasil
analisis diketahui, kemudian dilihat apakah Wilks’ λ berasosiasi dengan fungsi
diskriminan. Selanjutnya, angka ini ditransformasi menjadi chi-quare dengan
derajat kebebasan (df ) yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan
dengan uji kriteria hipotesis berikut:
H0: Tidak ada pengaruh prestasi terhadap faktor penyebab kenakalan remaja
H1: ada pengaruh prestasi terhadap faktor penyebab kenakalan remaja
Dengan titik keputusan sebagai berikut:
Jika F hitung >F tabel maka H0 ditolak
Jika F hitung F tabel maka H1 diterima
Selanjutnya dengan menggunakan nilai F, dapat di ambil keputusan untuk
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1Lokasi dan Waktu Penelitian
Studi Penelitian dilakukan di sebuah SMA Prayatna Medan, yang bertempat di
Jalan Letda Sujono No.402 Medan dan Penelitian dilaksanakan dengan
mengumpulkan data pada tanggal 03 September 2013.
3.2Visi dan Misi Sekolah
Visi SMA Prayatna Medan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
mendidik para siswa untuk menghasilkan sumber daya manusia yang terampil
serta menguasai ilmu pengetahuan menuju era globalisasi.
Misi SMA Prayatna Medan adalah mewujudkan ilmu pengetahuan dan berbudi
luhur sesuai dengan iman dan taqwa selaku umat beragama ditengah – tengah masyrakat.
3.3Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi merupakan suatu objek yang berada pada wilayah dan memenuhi
Kuncoro, 2007). Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah
siswa/i kelas X, XI dan XII SMA Prayatna Medan yang berjumlah sebanyak 800
siswa.
Menurut Sugiyono (2004), sampel merupakan sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel dengan
menggunakan metode slovin, dengan perhitungan sebagai berikut :
2
Dengan mengambil tingkat kepercayaan 90% maka diperoleh jumlah sampel
sebanyak 89 siswa.
TABEL 3.1 Jumlah siswa SMA Prayatna Medan
No Kelas Jumlah Siswa
1 X 200
2 XI 240
3 XII 360
Jumlah 800
TABEL 3.2 Jumlah Sampel Penelitian
2 XI 240
� = , 27 siswa
3 XII 360
� = , 40 siswa
Jumlah populasi
800 Jumlah sampel 89 siswa
3.4Variabel
Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Independent Variable (variabel bebas)
Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab terjadinya
perubahan atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel
bebasnya
x ialah sebagai berikut:X1 = Kurangnya Perhatian dari Orang tua
X2 = Broken Home (Perceraian orang tua)
X3 = Interaksi (Hubungan) Orang tua dan Anak
X4 = Pengaruh Teman X5 = Masalah yang dipendam
X6 = Problema Waktu Luang
X7 = Kurangnya pemahanam dasar dasar tentang agama X8 = Kondisi Ekonomi
X9 = Dampak negatif dari perkembangan teknologi modern
2. Dependent Variable (variabel terikat)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel
terikat
y adalah dibagi 2 kelompok yaitu berpengaruh dan tidak berpengaruh.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang
diperoleh langsung dari objek yang diteliti dan alat yang digunakan berupa
kuesioner yang merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi dengan
menyebarkannya kepada responden penelitian. Setiap jawaban responden akan
diukur dengan menggunakan skala likert pada kuesioner. (Pada Lampiran 1)
3.6Uji Pengolahan Data
Ada dua konsep yang digunakan untuk mengukur kualitas instrumen penelitian
yaitu uji validitas dan uji reliabilitas.
3.7Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan ialah teknik analisis diskriminan dengan
bantuan software statistik SPSS versi 17.0 dan Microsoft excel untuk
menggambarkan karakteristik data dengan tahapan sebagai berikut :
a. Melakukan analisis univariat, untuk mengeta hui kenormalan data.
b. Melakukan uji equality. Untuk memenuhi asumsi bahwa semua variabel
independen harus equal dilihat pada tabel Test of Equality Group Means
signifikansi dari Wilk’s Lambda. Jika nilai p > 0,05 menunjukkan bahwa
variabel equal. Untuk melihat bahwa variabel tersebut equal, juga dilihat dari
group covariance matrices dengan Box’s M. Jika nilai p > 0,05 berarti group covariance ialah relatif sama.
c. Pembentukan fungsi diskriminan. Ada dua metode dasar untuk membuat
fungsi diskriminan, yaitu:
1. Direct Method (Simultan Estimation), yaitu semua variabel
dimasukkan secara bersama-sama kemudian dilakukan proses
diskriminan.
2. Step-Wise Discrimminant Analysis, yaitu variabel dimasukkan satu
d. Menguji signifikansi dari fungsi diskriminan. Dapat dilihat dari nilai
signifikansi Wilk’s Lambda, jika nilai p < 0,05, maka menunjukkan bahwa fungsi diskriminan ini dapat memperlihatkan perbedaan yang jelas antar dua
kelompok variabel dependen.
e. Menguji ketepatan klasifikasi dari fungsi diskriminan. Dapat dilihat dari
tabel Casewise Statistic. Jika fungsi diskriminan mempunyai ketepatan
mengklasifikasi kasus > 50%, ketepatan model dianggap tinggi.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 DATA HASIL KUESIONER
Data tersebut dimasukkan kedalam tabel sebagai berikut :
64 2 3 2 3 2 3 4 3 4 1
Y = Pengaruh faktor penyebab kenakalan remaja terhadap prestasi
X8 = Kondisi Ekonomi
X9 = Dampak negatif dari perkembangan teknologi modern
4.2 Pengujian Data
4.2.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan dari kuesioner yang
digunakan dalam pengumpulan data. Tinggi rendahnya validitas instrumen akan
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
tentang variabel yang dimaksud. Perhitungan validitas dengan program SPSS for
Windows 17.0 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Uji Regresi Linear
Item kuisioner dianggap valid jika jika Rhitung > Rtabel maka valid. Berdasarkan
tabel diatas maka nilai R = 0,355 dengan kata lain item instrument dianggap valid
karena memunhi syarat Rhitung > Rtabel yaitu 0,355 > 0,207.
4.2.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah kuesioner dapat digunakan
lebih dari satu kali. Reliabilitas kuesioner mencirikan tingkat konsistensi.