• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Diskriminan Dalam Menentuka Faktor Dominan Yang Menyebabkan Kenakalan Remaja Dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi (studi kasus : SMA Prayatna Medan).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Diskriminan Dalam Menentuka Faktor Dominan Yang Menyebabkan Kenakalan Remaja Dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi (studi kasus : SMA Prayatna Medan)."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DISKRIMINAN DALAM MENENTUKAN FAKTOR DOMINAN YANG MENYEBABKAN KENAKALAN REMAJA DAN

PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI (studikasus : SMA Prayatna Medan)

SKRIPSI

SITI RAYANI SIMATUPANG 090803014

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS DISKRIMINAN DALAM MENENTUKAN FAKTOR DOMINAN YANG MENYEBABKAN KENAKALAN REMAJA DAN

PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI (studikasus : SMA Prayatna Medan)

SKRIPSI

DiajukanuntukmelengkapitugasdanmemenuhisyaratmencapaigelarSarjanaSains

SITI RAYANI SIMATUPANG 090803014

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013

(3)

Judul : Analisis Diskriminan Dalam Menentuka Faktor Dominan Yang Menyebabkan Kenakalan Remaja Dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi

(studi kasus : SMA Prayatna Medan).

Kategori : Skripsi

Nama : Siti Rayani Simatupang Nomor Induk Mahasiswa : 090803014

Program Studi : Sarjana (S1) Matematika Departemen : Matematika

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (Fmipa) Universitas Sumatera Utara

Disetujui di

Medan, Oktober 2013

Komisi Pembimbing,

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Dra. Normalina Napitupulu, M.Sc Drs. Rachmad Sitepu, M.Si NIP. 19631106 198902 2 001 NIP. 19530418 198703 1 001

Disetujui oleh Departemen Matematika FMIPA USU

Ketua,

(4)

PERNYATAAN

ANALISIS DISKRIMINAN DALAM MENENTUKAN FAKTOR DOMINAN YANG MENYEBABKAN KENAKALAN REMAJA DAN

PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI (Studi Kasus : SMA Prayatna Medan)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.

Medan, Oktober 2013

(5)

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dalam waktu yang ditetapkan. Serta shalawat beriringkan salam kepada Rasulullah SAW.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang memberikan kontribusi kepada penulis. Kepada Bapak Drs. Rachmad Sitepu M.Si dan Ibunda Dra. Normalina Napitupulu M.Sc selaku dosen-dosen pembimbing penulis yang telah memberikan panduan dan ilmu pengetahuan dalam menyelesaikan penulisan ini, dan Bapak Drs. Marihat Situmorang M.Komp dan Ibunda Asima Manurung S.Si M.Si selaku dosen penguji penulis yang telah memberikan kritik dan saran pada penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Sutarman M.Si sebagai Dekan FMIPA Universitas Sumatera Utara, dan ketua dan sekretaris Departmen Matematika FMIPA Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si.Ph.D dan Ibunda Dra. Mardiningsih, M.Si serta seluruh staf pengajar dan pegawai Departmen Matematika FMIPA Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih teristimewa penulis ucapkan kepada kedua Orang tua tercinta ayahanda Johari Simatupang dan Ibunda Masdalifah Harahap, juga Abangda Rahmad Fauzi Simatupang, Abangda Ismail Simatupang S.Pt dan Adinda Nur Hasanah Simatupang telah memberikan doa, nasihat, serta bantuan yang tak ternilai harganya, dan kepada keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

Dan juga ucapan terima kasih kepada Keluarga Besar HMI KOMISARIAT semangat dan persaudaraan yang begitu erat selama mengenyam pendidikan di FMIPA Universitas Sumatera Utara, serta teman-teman stambuk 2009, adek-adek stambuk 2012, 2011, 2010 dan rekan-rekan Mahasiswa Matematika FMIPA USU dan terima kasih atas bantuan kepada pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu semoga Allah SWT memberikan balasan dengan kebaikan yang berlipat ganda.

(6)

ANALISIS DISKRIMINAN DALAM MENENTUKAN FAKTOR DOMINAN YANG MENYEBABKAN KENAKALAN REMAJA DAN

PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI (studi kasus : SMA Prayatna Medan)

ABSTRAK

Kenakalan remaja adalah semua perubahan anak remaja (usia belasan tahun) yang berlawanan dengan ketertiban umum (nilai dan norma yang diakui bersama). Analisis diskriminan adalah metode statistik untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan sejumlah obyek ke dalam beberapa kelompok, berdasarkan beberapa variabel, sedemikian hingga setiap obyek yang menjadi anggota lebih dari satu kelompok.Tujuan penelitian ini adalah Mencari pengaruhnya prestasi berdasarkaN faktor penyebab kenakalan remaja. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Prayatna Medan Medan menunjukkan bahwa Ketepatan klasifikasi dari model ini adalah 59,6% dalam menentukan seberapa berpengaruhnya penyebab kenakalan remaja terhadap prestasi siswa.

(7)

DISCRIMINANT ANALYSIS DOMINANT FACTOR IN DETERMINING THE CAUSE AND EFFECT ON DELINQUENCY ACHIEVEMENT

(case study: SMA Prayatna Medan)

ABSTRACT

Juvenile delinquency is all change in older children (teens) are contrary to public order (values and norms that are mutually recognized). Statistic discriminant analysis is a method for grouping or classifying a number of objects into groups, based on several variables, such that each object is a member of more than one group. Research purposes based upon the achievement Looking influence adolescent Juvenile delinquency factor. Based on the results of research conducted at the high school Prayatna Medan shows that the classification accuracy of this model was 59.6% in determining how influential the causes of juvenile delinquency on student achievement.

(8)

DAFTAR ISI

2.2.1 Pengertian Kenakalan Remaja 9

2.2.2 Gejala-gejala yang mengarah kenakalan remaja 10

2.2.3 Jenis-jenis kenakalan remaja 10

2.3 Faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan remaja 11

2.4 Variabel 17

2.5 Data 18

2.5.1 Menurut Sifatnya 18

2.5.2 Menurut Cara Perolehannya 18

2.5.3 Menurut Waktunya 19

2.11.1 Hal-hal pokok tentang Analisis Diksriminan 26 2.11.2 Langkah- langkah Analisis Diskriminan 26

(9)

Bab 3 Metode Penelitian

3.1 Lokasi dan waktu penelitian 33

3.2 Visi dan misi penelitian 33

3.3 Penentuan populasi dan sampel 33

3.4 Variabel 35

3.5 Teknik Pengumpulan Data 35

3.6 Uji Pengolahan Data 36

3.7 Analisis Data 36

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

4.1 Data Hasil K uisioner 38

4.2 Pengujian Data 41

4.2.1 Uji Validitas 41

4.2.2 Uji Reliabilitas 41

4.2.3 Mencari Hubungan antar Variabel dengan Analis Korelasi 42 4.3 Mengolah Data dengan Analisis Diskriminan 47

4.3.1 Uji Kesamaan 47

4.3.2 Uji Kesamaan Matriks Kovarian 48 4.4 Analisis Diskriminan dalam SPSS 50

4.4.1 Interpretasi Output 52

4.4.2 Nilai Eigen 55

4.4.3 Uji Signifikan 55

4.5 Akurasi Statistik 58

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 60

5.2 Saran 61

Daftar Pustaka 62

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel

3.1. Jumlah Siswa 35

3.2 Jumlah Sampel Penelitian 35

4.1 . Data hasil kuesioner 39

4.2. Regresi Linear 42

4.3. Nilai Korelasi Sesama Variabel 43

4.4 interpretasi koefisien korelasi 44

4.5. Uji Kesamaan Rata-rata 49 4.6. Uji Kesamaan Matriks Kovarian 50

4.7. Uji Box’s M 50

4.8. Matriks Kovarians 51

4.9. Grup Statistik 52

4.10. Variables Entered/Removed 54 4.11 Variable in the Analysis 54 4.12. Variable not in the Analysis 55

4.13. Nilai Eigen 55

4.14. Wilk’s Lambda 56

4.15. Koefisien Fungsi Diskriminan Kanonikal 56

4.16. Struktur Matriks 56

4.17. Koefisien Fungsi Diskriminan Kanonik 57 4.18. Fungsi pada Grup Terpusat 57 4.19. Peluang Utama untuk Grups 58

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman Lampiran

1. Kuesioner Penelitian 63

2. Hasil output SPSS 17.0 65

(12)

ANALISIS DISKRIMINAN DALAM MENENTUKAN FAKTOR DOMINAN YANG MENYEBABKAN KENAKALAN REMAJA DAN

PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI (studi kasus : SMA Prayatna Medan)

ABSTRAK

Kenakalan remaja adalah semua perubahan anak remaja (usia belasan tahun) yang berlawanan dengan ketertiban umum (nilai dan norma yang diakui bersama). Analisis diskriminan adalah metode statistik untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan sejumlah obyek ke dalam beberapa kelompok, berdasarkan beberapa variabel, sedemikian hingga setiap obyek yang menjadi anggota lebih dari satu kelompok.Tujuan penelitian ini adalah Mencari pengaruhnya prestasi berdasarkaN faktor penyebab kenakalan remaja. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Prayatna Medan Medan menunjukkan bahwa Ketepatan klasifikasi dari model ini adalah 59,6% dalam menentukan seberapa berpengaruhnya penyebab kenakalan remaja terhadap prestasi siswa.

(13)

DISCRIMINANT ANALYSIS DOMINANT FACTOR IN DETERMINING THE CAUSE AND EFFECT ON DELINQUENCY ACHIEVEMENT

(case study: SMA Prayatna Medan)

ABSTRACT

Juvenile delinquency is all change in older children (teens) are contrary to public order (values and norms that are mutually recognized). Statistic discriminant analysis is a method for grouping or classifying a number of objects into groups, based on several variables, such that each object is a member of more than one group. Research purposes based upon the achievement Looking influence adolescent Juvenile delinquency factor. Based on the results of research conducted at the high school Prayatna Medan shows that the classification accuracy of this model was 59.6% in determining how influential the causes of juvenile delinquency on student achievement.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Hampir setiap hari kasus kenakalan remaja selalu di temukan di media - media

massa, dimana sering terjadi di kota - kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan

Medan. Salah satu wujud dari kenakalan remaja adalah tawuran yang

dilakukan oleh para pelajar atau remaja. Pada Tahun 1998 ada 230 kasus yang

menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban

meningkat dengan 37 korban tewas (Putra, 2011). Peristiwa kenakalan remaja

ini serta korbannya dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat.

Kasus perilaku menyimpang lainnya juga ditemukan dalam bentuk

penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba ini ditemukan sebanyak

15.000 kasus dua tahun terakhir, 46 % di antaranya dilakukan oleh remaja,

selain itu di Indonesia diperkirakan bahwa jumlah prostitusi anak juga cukup

besar. Departemen Sosial memberikan estimasi bahwa jumlah prostitusi anak

yang berusia 15-20 tahun sebanyak 60% dari 71.281 orang. UNICEF

Indonesia menyebut angka 30% dari 40-150.000, dan Irwanto menyebut

angka 87.000 pelacur anak atau 50% dari total penjaja seks (Maria, 2007).

Masa remaja sering disebut dengan masa pemberontakan, kenapa? Pada

masa masa tersebut seorang anak yang baru mengalami pubertas menunjukkan

beragam gejolak emosi, mengalami banyak masalah, baik dirumah, sekolah

dan lingkungan pertemanannya. Terkadang selama menjalani pembentukan

kematangan dalam sikap, berbagai perubahan kejiwaan terjadi. Disisi lain

remaja seringkali tidak mempunyai tempat mengadu untuk memecahkan

masalah yang dihadapinya. Sehingga sebagai pelarian remaja seringkali

terjerumus, seperti mabuk – mabukan, tawuran, narkotika, dan tindak

(15)

Pada awalnya, kenakalan remaja hanyalah merupakan perilaku “nakal” dari

kalangan remaja yang sering dikatakan sedang mencari identitas diri,

kenakalan remaja yang demikian ini tidak menimbulkan kekhawatiran

dikalangan masyarakat luas (guru, orang tua, teman sebaya, dan masyarakat

umum), tetapi justru perilaku yang demikian itu dapat dipahami sebagai suatu

fase yang akan terjadi dan dialami oleh setiap orang, yang pada akhirnya

berlalu begitu saja. Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat

menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya

perilaku menyimpang akan menjadi perilaku yang mengganggu. Melihat

kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan

sifat kepribadian yang kurang baik akan menjadi pemicu kenakalan remaja

semakin meningkat. Fenomena kenakalan remaja inilah yang merupakan

masalah yang sangat penting dan menarik untuk dibahas. Karena remaja

adalah bagian dari generasi muda yang merupakan aset bangsa, tumpuhan

harapan bagi masa depan.

Analisis diskriminan adalah salah satu teknik statistik yang bisa digunakan

pada hubungan dependensi (hubungan antarvariabel dimana sudah bisa

dibedakan mana variabel respon dan mana variabel penjelas). Dalam

penelitian ini juga menentukan seberapa besar faktor faktor tersebut

berpengaruh terhadap prestasi. Diantara variabel pembeda tersebut akan

dibuat suatu hubungan fungsional yang disebut dengan fungsi

diskriminan.Berdasarkan uraian diatas maka penulis memilih judul tugas akhir

“Analisis Diskriminan Dalam Menentukan Faktor Dominan Yang Menyebabkan Kenakalan Remaja Dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut

1. Faktor – faktor apa saja yang menyebabkan kenakalan remaja dan faktor

(16)

2. Seberapa besar pengaruh faktor faktor penyebab kenakalan remaja tersebut

pada prestasi.

1.3Batasan Masalah

Agar nantinya lebih terarah dalam hal penulisan, maka penulis memberikan

batasan masalah, sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan di SMA Prayatna Medan

2. Responden penelitian siswa/i SMA Prayatna Medan

3. Data yang digunakan berupa data primer yaitu data yang diperoleh

melalui kuesioner

1.4Tinjauan Pustaka

Analisis diskriminan merupakan teknik menganalisis data, kalau variabel tak

bebas (criterion) merupakan kategori (non-metrik, nominal atau ordinal,

bersifat kualitatif) sedangkan variabel bebas sebagai prediktor merupakan

metrik (interval atau rasio, bersifat kuantitatif) (Supranto, 2004). Analisis

diskriminan mirip dengan regresi linear berganda (multivariable regression).

Perbedaannya, analisis diskriminan dipakai kalau faktor dependennya

kategoris (maksudnya kalau menggunakan skala ordinal ataupun skala

nominal) dan faktor independennya menggunakan skala metrik (interval dan

rasio). Sedangkan dalam regresi independen, bisa metrik maupun non metrik.

Model analisis diskriminan adalah sebuah persamaan yang menunjukkan suatu

kombinasi linier dari berbagai variabel independen, Simamora (2005).

Pengklasifikasian adalah salah satu analisis statistika yang diperlukan

jika ada beberapa kelompok kemudian ingin diketahui apakah

kelompok-kelompok tersebut memang berbeda secara statistika. Kelompok-kelompok-kelompok ini

(17)

independen. Kombinasi linier dari faktor-faktor ini akan membentuk suatu

fungsi diskriminan (Tatham et.al, 1998).

Koefisien atau timbangan (weight) fungsi diskriminan bj diperkirakan

sedemikian rupa sehingga kelompok (kategori) mempunyai nilai fungsi

diskriminan (skor) yang sangat berbeda. Kalau ada dua kategori A dan B,

nilai/skor fungsi diskriminan dari kelompok satu (A) sanga berbeda dengan

kelompok kedua (B). Kalau ada 3 kelompok A, B dan C. Nilai fungsi

diskriminan kelompok A sangat berbeda dengan B dan sangat berbeda dengan

kelompok C.

Analisis diskriminan berguna untuk menganalisis data kalau variabel

criterion atau dependent (tak bebas) berupa kategori/non-metrik/kualitatif dan

variabel bebas atau prediktor merupakan skala interval (kuantitatif,hasil

penilaian/rating). Kalau variabel tak bebas (dependent) terdiri dua kategori,

disebut analisis diskriminan dua kelompok, sedangkan kalau variabel

dependent lebih dari dua kategori disebut analisis diskriminan berganda.

Dalam tahapan melakukan diskriminan terdiri dari lima langkah :

1. Merumuskan masalah diskriminan, memerlukan identifikasi tujuan

2. Membuat estimasi (perkiraan), meliputi pengembangan suatu kombinasi

linear dari prediktor

3. Penentuan signifikansi statistik, ,meliputi pengujian hipotesis nol

4. Mengintrepretasikan timbangan diskriminan

5. Validasi, mencakup pemgembangan matrik klasifikasi.

Di tahun 2006, Suryatmojo melakukan penelitian Analisis diskriminan

terhadap perilaku PNS ADMINISTRASI UNS Bebelanja di Toko KPRI UNS

SURAKARTA.Di tahun 2011, Dian Cahyawati melakukan penelitian Aplikasi

analisis diskriminan dalam menentukan fungsi pengelompokkan anak putus

(18)

penentuan strategi pemasaran berdasarkan perilaku konsumen dengan metode

diskriminan.

1.5Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengkaji faktor-faktor kenakalan remaja.

2. Untuk mengetahui faktor yang lebih dominan pada faktor penyebab

kenakalan remaja dan pengaruhnya pada prestasi.

3. Untuk mengetahui tingkat pengaruhnya faktor penyebab kenakalan remaja

terhadap prestasi.

1.6Kontribusi Penelitian

1. Penulis

Penelitian ini dapat berguna sebagai data pendukung bagi para peneliti

yang diharapkan akan melanjutkan penelitian ini di masa yang akan

datang.

2. Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan referensi tambahan mengenai faktor – faktor yang

berhubungan dengan kenakalan remaja pada siswa SMA dan sebagai

sebagai bahan bacaan yang dapat menambah ilmu pengetahuan.

3. Masyarakat Umum

Dengan adanya penelitian ini, dapat dijadikan sebagai salah satu bahan

masukan dalam peningkatan moralitas, pengaruh faktor penyebab

(19)

1.7Metodologi Penelitian

Adapun metodologi penelitian dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

a) Mengumpulkan bahan – bahan yang berkaitan dengan kenakalan remaja, dan analisis diskriminan.

b) Menentukan variabel penelitian

Adapun variabel - variabel yang digunakan dalam penelitian ini

yang digunakan pada penelitian ini berupa angket (kuesioner).

2. Pengolahan Data

Metode analisis data yang digunakan adalah teknik analisis diskriminan dan

dengan bantuan SPSS dengan tahapan sebagai berikut:

a. Memisahkan faktor kedalam faktor dependent dan faktor independent

b. Menguji validitas data. (Kesahian)

Validitas menunjukkan sejauh mana skor /nilai/ ukuran yang diperoleh

benar-benar menyatakan hasil pengukuran / pengamatan yang ingin

(20)

c. Menguji matriks varian kovarian antar kelompok homogen.

d. Menghitung ketepatan klasifikasi dari hasil analisis kelompok yang

terbentuk dengan Discriminant Analysis

e. Membentuk fungsi diskriminan.

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh

menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang

mencakup kematangan mental, emosional social dan fisik. Remaja adalah seorang

individu mengalami peralihan dari satu tahap keberikutnyadan mengalami

perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan

masalah – masalah. (Hurlock,1998).

Masa remaja merupakan awal masa transisi, dimana usianya berkisar antara

13-16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak

menyenangkan. Dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

psikis maupun secara social (Hurlock, 1973). Drs. Andi Mappiere dengan

mengutip lengkap dari Elisabeth B Hurlock, menulis tentang adanya sebelas masa

rentan kehidupan.

1. Prenata : Saat konsepsi sampai lahir

2. Masa neonatal : Lahir sampai akhir minggu kedua setelah lahir

3. Masa bayi : Akhir minggu kedua sampai akhir minggu kedua

4. Masa kanak - kanak awal : Dua tahun sampai enam tahun

5. Masa kanak – kanak akhir : Enam tahun sampai sepuluh atau sebelas tahun

6. Pubertas pra-adolesen : Sepuluh tahun atau dua belas tahun sampai

empat belas tahun

7. Masa remaja awal : Tiga belas tahun atau empat belas tahun

sampai tujuh bekas tahun

8. Masa remaja akhir : Tujuh belas tahun sampai dulu puluh satu tahun

9. Masa dewasa awal : Dua puluh satu tahun sampai empat puluh tahun

10. Masa setengah baya : Empat puluh tahun sampai enam puluh tahun

(22)

Menurut parapsikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak

anak hingga masa awal dewasa, yang berlangsung antara umur 13 tahun sampai

dengan 21 tahun. Secara umum dapat disimpulkan bahwa remaja adalah individu

individu yang berada pada masa peralihan dari masa kanak – kanak menuju masa

pendewasaan diri yang ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari

aspek fisik, psikis dan sosial.

2.2Kenakalan remaja

2.2.1 Pengertian Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja adalah semua perubahan anak remaja (usia belasan tahun) yang

berlawanan dengan ketertiban umum (nilai dan norma yang diakui bersama) yang

ditujukan pada orang, binatang, dan barang-barang yang dapat menimbulkan

bahaya atau kerugian pada pihak lain. Menurut Sudarsono kenakalan adalah:

“Bukan hanya merupakan perbuatan anak yang melawan hukum semata, akan tetapi juga termasuk di dalamnya perbuatan yang melanggar norma masyarakat.”

Dengan demikian masalah-masalah sosial yang timbul karena perbuatan remaja

dirasakan sangat mengganggu, dan merisaukan kehidupan masyarakat, bahkan

sebagian anggota masyarakat menjadi terancam hidupnya.

2.2.2 Gejala – gejala yang mengarah kenakalan remaja

Adapun beberapa gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah pada

kenakalan remaja, yaitu sebagai berikut:

a. Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya baik di sekolah

maupun di tempat-tempat bermain sehingga anak tersebut selalu

menyendiri. Perilaku demikian, dapat menyebabkan kegoncangan emosi

sehingga dapat mengarahkan pada tindakan-tindakan yang melanggar nilai

(23)

b. Anak-anak yang suka atau biasa menghindarkan diri dari tanggung jawab

di rumah atau disekolah.

c. Anak-anak yang sering mengeluh, dalam arti bahwa mereka mengalami

masalah dan tidak sanggup mencari jalan pemecahannya. Kondisi ini akan

menyebabkan anak mencari jalan kearah yang sering bersifat negatif,

misalnya minum-minuman keras, dan menggunakan narkotika untuk

menghilangkan masalah yang dihadapi. Akibatnya, kondisi hidupnya

makin hancur.

d. Anak-anak yang mengalami fobia dan gelisah dalam bentuk melewati

batas yang berbeda dengan ketakutan anak-anak normal.

e. Anak-anak yang suka dusta dan bohong. Dusta dengan penyimpangan

perilaku ini cenderung mempunyai kaitan yang erat. Suatu kecenderungan

umum apabila anak itu mempunyai mental suka dusta atau pembohong,

dia akan suka atau sering melakukan tindakan yang menyimpang.

2.2.3 Jenis - jenis kenakalan remaja

Beberapa jenis kenakalan remaja yang sering terjadi dalam kehidupan adalah

sebagai berikut.

1. Penentangan

Persamaan sifat seluruh remaja di dunia, yakni cenderung menentang

otoritas orang tua. Transisi menuju kebebasan yang lebih besar pada masa

remaja sangat bergantung pada sikap dan kerelaan orang tua. Penegakan

disiplin diperlukan, tetapi harus disertai dengan kesabaran dan

argumentasi rasional. Inti dari pemberontakan remaja adalah ingin

mendapatkan kemerdekaan, pengakuan eksistensi, dan perhatian orang tua.

2. Perkelahian

Salah satu ciri khas remaja adalah membuktikan eksistensinya di dalam

komunitasnya. Remaja laki-laki selalu dipersepsikan dengan kekuatan dan

(24)

menunjukan keberanian terutama dalam bentuk perkelahian. Contohnya:

Tawuran.

3. Narkoba

Remaja banyak yang terlibat dalam peredaran obat-obatan terlarang mulai

dari obat-obat psikotropika sampai narkoba, sebagai pemakai ataupun

pengedar. Sebenarnya para remaja hanyalah korban permainan

orang-orang dewasa yang ingin mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dengan

mengorbankan mereka. Contohnya : penyalahgunaan obat-obatan

terlarang.

4. Tindak Kriminal

Pada banyak kota besar di Indonesia tiada hari tanpa perkelahian

anak-anak pelajar remaja. Bahkan banyak pelajar remaja sudah terlibat

perbuatan kriminal berat, seperti penodongan, penganiayaan, pemerasan,

perampasan, pemerkosaan, pelecehan, dan pembunuhan.

2.3 Faktor - faktor yang menyebabkan kenakalan remaja

Berikut ini merupakan faktor–faktor yang menyebabkan kenakalan remaja adalah

1. Kurangnya perhatian orang tua

Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak bisa memicu anak terhadap hal

yang negatif. Anak adalah anugerah dari sang pencipta, orang tua yang

melahirkan anak harus bertangung jawab terutama dalam soal mendidiknya,

baik ayah sebagai kepala keluarga maupun ibu sebagai pengurus rumah

tangga. Keikutsertaan orang tua dalam mendidik anak merupakan awal

keberhasilan orang tua dalam keluarganya apabila sang anak menuruti orang

tua, Bobroknya moral seorang anak dan remaja bisa diakibatkan salah satu

kesalahan dari orangtuanya seperti kurangnya perhatian perhatian orang tua

(25)

yang temperamental menjadi anak yang nakal. Dalam era modernisasi

sekarang ini, peran penting orang tua sangat dibutuhkan dalam perkembangan

prestasi si anak, dengan cara menanyakan tugas si anak merupakan salah satu

cara untuk membentuk si anak menjadi rajin belajar dan berprestasi.

2. Broken home (Perceraian orang tua)

Salah satu penyebab broken home adalah perceraian orang tua, sehingga

membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur.

Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seorang pelajar, hal inilah

yang mengakibatkan seorang pelajar tidak mempunyai minat untuk

berprestasi. Broken home juga bisa merusak jiwa anak sehingga dalam sekolah

mereka bersikap seenaknya saja, tidak disiplin di dalam kelas mereka selalu

berbuat keonaran dan kerusuhan hal ini dilakukan karena mereka cuma ingin

cari simpati pada teman-teman mereka bahkan pada guru-guru mereka.

Suasana kenyamanan rumah dapat menimbulkan si remaja untuk belajar lebih

giat lagi.

3. Interaksi (hubungan) orang tua dan anak

Salah satu interaksi orang tua dan anak adalah berkomunikasi, komunikasi

yang baik akan menghasilkan hubungan orang tua dan anak erat. Seorang anak

mampu berfikir dengan cepat bahwa orang tua tidak sungguh-sungguh

mendengarkan ketika pertanyaannya hanya dijawab “Hm…” atau “Oke”.

Lebih parah lagi ketika orang tua sering memberitahu tidak punya waktu

luang untuk berbicara. Rangkaian kejadian seperti ini akan menciptakan

situasi negatif yang dapat menyebabkan seorang anak berfikir tidak ada

gunanya berkomunikasi dengan orang tua. Akibatnya, mereka akan

mengalihkan komunikasinya dengan dunia luar yang bisa jadi orang tua tidak

akan mampu mengontrol kegiatannya setelah itu. Salah satu daya tarik remaja

untuk belajar dengan maksimal yaitu ketika si remaja pulang rumah, mereka

slalu ingin berbagi apa yang terjadi pada mereka terhadap orang tua mereka.

Menurut Lynas Waun, komunikasi komunikasi negatif terhadap anak seperti

(26)

a. Orang tua mengabaikan perasaan anak

b. Orang tua meletakkan kepentingan anak dalam rangka mengeja

kepentingannya sendiri

c. Orang tua minim perhatian.

d. Orang tua mengkritik, menghakimi atau menyalahkan anak-anaknya.

4. Pengaruh teman

Penelitian yang dilakukan Buhrmester (Santrock, 2004) menunjukkan bahwa

pada masa remaja kedekatan hubungan dengan teman sebaya meningkat

secara drastis, dan pada saat yang bersamaan kedekatan hubungan remaja

dengan orang tua menurun secara drastis. Hasil penelitian Buhrmester

dikuatkan oleh temuan Nickerson & Nagle (2005) bahwa pada masa remaja

komunikasi dan kepercayaan terhadap orang tua berkurang, dan beralih

kepada teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan akan kelekatan

(attachment). Penelitian lain menemukan remaja yang memiliki hubungan

dekat dan berinteraksi dengan pemuda yang lebih tua akan terdorong untuk

terlibat dalam kenakalan, termasuk juga melakukan hubungan seksual secara

dini (Billy, Rodgers, &Udry, dalam Santrock, 2004). Sementara itu, remaja

alkoholik tidak memiliki hubungan yang baik dengan teman sebayanya dan

memiliki kesulitan dalam membangun kepercayaan pada orang lain (Muro &

Kottman, 1995).

Remaja membutuhkan afeksi dari remaja lainnya, dan membutuhkan

kontak fisik yang penuh rasa hormat. Remaja juga membutuhkan perhatian

dan rasa nyaman ketika mereka menghadapi masalah, butuh orang yang mau

mendengarkan dengan penuh simpati, serius, dan memberikan kesempatan

untuk berbagi kesulitan dan perasaan seperti rasa marah, takut, cemas, dan

keraguan (Cowie and Wallace, 2000). Teman sebangku adalah anak-anak

dengan tingkat kematangan atau usia yang kurang lebih sama. Salah satu

fungsi terpenting dari kelompok teman sebaya adalah untuk memberikan

sumber informasi dan komparasi tentang dunia di luar keluarga. Saking

(27)

ketergantungan terhadap teman mereka tersebut, dan berpikir slalu

mengandalkan teman mereka.

5. Masalah yang dipendam

Masa remaja sering penuh dengan berbagai problem, terkadang remaja tidak

terbuka pada orang tua sehingga merek merasa bahwa mereka mampu

mengatasi masalah itu sendiri. Ternyata mereka tidak sanggup. Contoh

masalah berpacaran, ketika remaja putus cinta terkadang mereka tidak mau

menceritakan hal ini kepada orang tua tetapi yang mereka lakukan adalah

memendam dan akhirnya mereka sendiri yang depresi dan akhirnya lari ke

hal-hal yang tidak baik seperti mabuk-mabukan, merokok,dll. Ketidaktahuan

mereka akan penyelesaian masalah mereka, terkadang membuat mereka jadi

malas melakukan apa yang bisa mereka lakukan.

6. Problema waktu luang

Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan

seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak

ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si

remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai

bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini

tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang

negatif maka lingkungan dapat terganggu. Seringkali perbuatan negatif ini

hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi

waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian

lingkungannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya

adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan.

Misalnya, ngebut tanpa lampu dimalam hari, mencuri, merusak, minum

minuman keras, obat bius, dan sebagainya. Ketika mereka tidak tahu

bagaimana mengisi waktu mereka, mereka awali mengisinya dengan bermain

sama teman-teman sehingga mereka lebih mementingkan bermain ketimbang

(28)

7. Kurangnya pemahaman dasar dasar tentang agama

Pada masa adolesen (antara 13-21 tahun) anak-anak sedang mengalami

goncangan jiwa, manakala jiwa mereka tertekan dan mengalami ketegangan,

sering mereka tidak mampu lagi mengendalikannya secara stabil, maka sering

tindakan delikulen dimunculkan dalam perilaku sebagai wujud penyaluran

goncangan jiwa tadi. Masalah kesehatan / ketenangan jiwa adalah masalah

erat kaitannya dengan masalah supra logis, yaitu keimanan dan kepercayaan

yang merupakan awal beragamanya seseorang.

Keimanan dan kepercayaan ini menjadi integral dari kepribadian, asal

bukan pengakuan di lisan semata, sebab penyelewengan-penyelewengan yang

datangnya dari orang-orang yang mengaku ber Tuhan itu karena kurang

tertanamnya jiwa agama (mental religius) dalam kepribadiannya. Hal ini

terkadang tidak terlalu diperhatikan oleh orang tua yang sibuk dengan segala

usaha dan kegiatan mereka dan juga oleh pihak sekolah terkadang kurang

memperhatikan hal ini. Terkadang dalam diri si remaja yang tak takut akan

dosa mereka sering melakukan dosa, yang mereka anggap kecil seperti

menyontek. Karena jika remaja tidak mendapat pendidikan agama yang baik

mereka akan jauh dari Tuhan dan pasti tingkah laku mereka akan

sembarangan.

8. Kondisi ekonomi

Keadaan ekonomi yang tinggi maupun yang rendah, keduanya dapat

menyebabkan para siswa menjadi sering melakukan tindakan

kenakalan-kenakalan remaja. Hal ini mungkin terjadi karena pada kalangan ekonomi

tinggi orang tua terlalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan sosial, atau sibuk

mencari nafkah pada kalangan ekonomi rendah sehingga lupa menyediakan

waktu untuk berkomunikasi yanga baik dengan anaknya. Pada kalangan

keluarga ekonomi tinggi sering kita lihat banyak ibu-ibu pejabat yang sibuk

(29)

Kesemuanya itu menyebabkan para ibu lupa pada tugasnya sebagai

pendidik, mereka tidak sempat memberikan perhatian, tuntunan dan kasih

sayang yang wajar terhadap anak-anaknya. Kenyataan kita semua kebanyakan

keluarga kaya mempercayakan pemeliharaan anak-anak mereka kepada

pembantu yang pendidikannya relatif rendah, dimana mereka kurang mengerti

bagaimana memelihara/mendidik anak yang baik. Sementara orang tua yang

beranggapan bahwa anak cukup hidup hanya dengan diberi uang, perhiasan

dan segala macam kebutuhannya tanpa mengingat kebutuhan rokhaniah anak.

Contoh ekonomi rendah adalah orang tua yang tidak mampu membeli buku

untuk anaknya, ini sering kali berdampak kepada si remaja menjadi malas

untuk belajar dan mengembangkan prestasinya.

9. Dampak negatif dari perkembangan teknologi modern

Teknologi informasi dan komunikasi sudah ada sejak zaman modern.

Teknologi trsebut biasa dikenal dengan komputer, internet dan lain-lain.

Komputer sejak dulu sudah sering digunakan di semua kalangan, di kalangan

pelajar sekarang juga sudah banyak yang menggunakan komputer untuk

pelajaran. Dan alat canggih tersebut juga sudah sangat bermanfaat bagi

orang-orang yang pekerjaaannya bersangkut paut dengan alat tersebut. Apa lagi

sekarang juga sudah ada alat komputer yang lebih praktis di bawa

kemana-kemana yaitu laptop. Laptop tidak hanya digunakan orang-orang penting saja,

pelajar pun mamakai laptop untuk proses belajar mengajar.

Di samping komputer yang begitu sangat bermanfaat itu, sekarang juga

sudah ada internet. Internet adalah sebuah jaringan komputer yang digunakan

untuk mencari sebuah informasi yang ingin kita ketahui. Di dalam internet kita

bias surfing mengenai beberapa hal, misalnya sebagai inspirasi untuk belajar

mengenai pelajaran, dan masih banyak lagi yg bias kita lakukan. Di jaringan

internet kita juga bias mendunia, misalnya ingin mengetahui mengenai Negara

lain atau informasi-informasi mengenai Negara tersebut. Imternet sangat

(30)

Tetapi ada juga yang salah menggunakannya, misalnya untuk

membuka situs-situs yang berbau pornografi. Biasanya hal tersebut di lakukan

para siswa zaman sekarang. Sebaiknya sebagai remaja/pelajar yang mengaku

berpendidikan, tidak membuka situs-situs yang berbau tersebut. Itu akan

sangat meruusak otak kita dan akan mencemari otak kita.

2.4 Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2007)

a. Variabel kontinu

Variabel Kontinu adalah variabel yang dapat ditentukan nilainya dalam

jarak jangkau tertentu dengan desimal yang tidak terbatas.

b. Variabel descrete

Variabel descrete adalah konsep yang nilainya tidak dapat dinyatakan

dalam bentuk pecahan atau desimal di belakang koma.

c. Variabel Dependen

Variabel ini sering disebut variabel output, variabel terpengaruh, variabel

terikat atau variabel tergantung yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas dan disebut variabel terikat

karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas/variabel independent.

d. Variabel Independent

Variabel ini sering disebut variabel stimulus, predictor, variabel pengaruh

atau variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat).

e. Variabel Moderator

Variabel yang dianggap berpengaruh terhadap variabel dependen tersebut,

tetapi tidak mempunyai pengaruh utama, maka variabel ini dinamakan

(31)

f. Variabel aktif

Variabel yang dimanipulasikan oleh peneliti dinamakan variabel aktif.

g. Variabel atribut

Ada juga variabel variabel yang tidak bisa dimanipulasikan ataupun sukar

dimanipulasikan. Variabel demikian dinamakan variabel atribut.

2.5Data

Data adalah bentuk jamak dari datum, yang dapat diartikan sebagai informasi

yang diterima dapat berbentuk berupa angka, kata-kata, atau dalam bentuk lisan

dan tulisan lainnya (Andi Supangat,2007)

2.5.1 Menurut Sifatnya

a. Data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata atau berwujud

pernyataan-pernyataan bukan dalam bentuk angka. Biasanya bersifat

subjektif sebab data tersebut ditafsirkan lain oleh orang yang berbeda.

b. Data Kuantitatif

Data Kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka. Biasanya

bersifat objektif dan bisa ditafsirkan sama oleh orang lain.

2.5.2 Menurut Cara Perolehannya

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang

diteliti, baik dari objek individual (responden) maupun dari suatu instansi

yang mengolah data untuk keperluan dirinya sendiri.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung untuk

mendapatkan data tersebut diperoleh dari tangan kedua baik dari objek

(32)

dengan sengaja melakukan pengumpulan data atau instansi-instansi atau

badan lainnya untuk keperluan penelitian

2.5.3Menurut Waktunya

a. Data silang (cross section data) merupakan data yang dikumpulkan pada

suatu waktu tertentu yang bisa menggambarkan keadaan/kegiatan pada

waktu tersebut

b. Data berkala (time series data) merupakan data yang dikumpulkan dari

waktu ke waktu untuk memberikan gambaran tentang perkembangan suatu

kegiatan dari waktu ke waktu.

2.6 Skala Pengukur

Bentuk-bentuk model skala pengukur yang sering digunakan dalam penelitian ada

5 (lima), yaitu:

a. Skala Likert

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan

menggunakan skala likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi

dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian dijabarkan

menjadi indikator-indikator yang dapat diukur dan dijadikan titik tolak

untuk membuat item instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan

yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban diungkapkan dengan

kata-kata sebagai berikut :

a. 5 = Sangat setuju (SS)

b. 4 = Setuju (S)

c. 3 = Ragu – Ragu (RG

d. 2 = Tidak Setuju (TS)

(33)

b. Skala Gruttman

Skala Gruttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat

jelas (tegas) dan konsisten.

c. Skala Diferensial Semantik

Skala diferensial semantik atau skala perbedaan semantik berisikan

serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub).

d. Skala Rating (Rating scale)

Berbeda dengan ketiga skala diatas, jika skala likert, skala gruttman, dan

skala perbedaan semantik, data yang diperoleh adalah data kualitatif yang

dikuantitatifkan. Sedangkan rating scale yaitu data mentah yang diperoleh

berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

e. Skala Thurstone

Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan yang ia

setujui dari beberapa pertanyaan yang menyajikan pandangan yang

berbeda-beda. Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi nilai antara

1 sampai 10 tetapi nilai- nilainya tidak diketahui responden.

2.7Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (Supranto,

2010). Teknik sampling secara statistik dapat didefinisikan sebagai suatu teknik

untuk menentukan jumlah sampel, sehingga setiap sampel terpilih dalam

penelitian dapat mewakili populasinya. Metode slovin dipilih sebagai teknik

sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel dengan perhitungan sebagai

(34)

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel

yang masih dapat ditolerir atau diinginkan.

2.8 Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur

dalam melakukan fungsi ukurnya. Dalam penelitian ini untuk uji validitas

pengumpul data dengan menggunakan metode uji regresi linear, dengan cara

regresi linear dapat diketahui uji normalitasnya, atau bisa disebut dengan uji

validitas data secara keseluruhan. Dan dikatakan valid jika Rhitung > Rtabel.

2.9Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat

dipercaya atau dapat diandalkanTeknik perhitungan reliabilitas yang digunakan

dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus Brown, yaitu :

� = ��

+ �

Keterangan :

r11 = nilai reliabilitas

rb = nilai validitas ( rhitung)

2.10 Analisis Korelasi

Korelasi ialah metode yang digunakan untuk mengukur kekuatan atau derajat

hubungan antara dua variabel atau lebih. Perhitungan derajat didasarkan pada

persamaan regresi. Dalam ilmu statistika, istilah korelasi diartikan sebagai

(35)

dikenal dengan istilah bivariate correlation, sedangkan hubungan antar lebih dari

dua variabel disebut multivariate correlation.

Tujuan dilakukan analisis korelasi antara lain ialah:

a) Untuk mencari bukti terdapat tidaknya hubungan (korelasi) antarvariabel.

b) Bila sudah ada hubungan, maka dapat digunakan untuk melihat tingkat

keeratan hubungan antarvariabel.

c) Dan untuk memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut

berarti (meyakinkan/signifikan) atau tidak berarti.

Tinggi-rendah, kuat-lemah atau besar-kecilnya suatu korelasi dapat

diketahui dengan melihat besar kecilnya suatu angka (koefisien) yang disebut

angka indeks korelasi atau coefficient of correlation, yang disimbolkan dengan ρ

atau r. Koefisien korelasi untuk data populasi disimbolkan dengan ρ, sedangkan

korelasi untuk data sampel disimbolkan dengan r. Angka korelasi berkisar antara

0<r<1. Perhatikan tanda plus minus (±) pada angka indeks korelasi. Tanda plus

minus pada angka indeks korelasi ini fungsinya hanya untuk menunjukkan arah

korelasi jadi bukan sebagai tanda aljabar. Apabila angka indeks korelasi bertanda

plus (+) maka korelasi tersebut positif dan arah korelasi satu arah dan apabila

angka indeks korelasi bertanda minus (-), maka korelasi tersebut negatif

berlawanan arah, serta apabila angka indeks korelasi sama dengan 0, maka hal ini

menunjukkan tidak ada korelasi. Dengan demikian, arah korelasi dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu yang bersifat satu arah dan yang sifatnya berlawanan arah.

Apabila terdapat dua buah variabel yaitu X dan Y yang keduanya

memiliki tingkat pengukuran ordinal maka koefisien korelasi yang dapat

dipergunakan ialah koefisien korelasi product moment dan angka indeks korelasi

dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

� = � ∑ − ∑ . ∑

(36)

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi

X = skor pertanyaan

Y = skor total

n = jumlah sampel

Untuk menentukan valid/tidaknya suatu instrumen dengan cara

mengkonsultasikan hasil perhitungan koefisien korelasi dengan tabel nilai

koefisien (r) pada taraf signifikan 5% atau taraf kepercayaan sebesar 95 %.

Apabila rxy ≥ rtabel → valid dan apabila rxy< rtabel → tidak valid

2.11 Analisis Diskriminan

Analisis diskriminan merupakan teknik menganalisis data, kalau variabel tak bebas

(criterion) merupakan kategori (non-metrik, nominal atau ordinal, bersifat

kualitatif) sedangkan variabel bebas sebagai prediktor merupakan metrik (interval

atau rasio, bersifat kuantitatif) (Supranto, 2004). Analisis diskriminan mirip

dengan regresi linear berganda (multivariable regression).Perbedaannya, analisis

diskriminan dipakai kalau faktor dependennya kategoris (maksudnya kalau

menggunakan skala ordinal ataupun skala nominal) dan faktor independennya

menggunakan skala metrik (interval dan rasio).Sedangkan dalam regresi

independen, bisa metrik maupun nonmetrik. Model analisis diskriminan adalah

sebuah persamaan yang menunjukkan suatu kombinasi linier dari berbagai variabel

independen, Simamora (2005).

Model Analisis Diskriminan dapat ditulis sebagai berikut ini :

� = � + � + � + � + ⋯ + � + ⋯ + �

Keterangan :

(37)

� = Intersep

� = Koefisien (slope kemiringan) dari variabel atau atribut ke j.

= Variabel bebas/prediktor ke-j dari responden ke-i, disebut juga atribut.

Analisis diskriminan berguna untuk menganalisis data kalau variabel criterion

atau dependent (tak bebas) berupa kategori/non-metrik/kualitatif dan variabel

bebas atau prediktor merupakan skala interval (kuantitatif,hasil penilaian/rating).

Kalau variabel tak bebas (dependent) terdiri dua kategori, disebut analisis

diskriminan dua kelopmok, sedangkan kalau variabel dependet lebih dari dua

kategori disebut analisis diskriminan berganda.

Analisis diskriminan dapat digunakan jika variabel dependen terdiri dari dua

kelompok atau lebih kelompok. Pengelompokkan pada analisis ini bersifat apriori,

artinya seorang peneliti sudah mengetahui sebelumnya individu atau objek mana

saja yang masuk ke dalam kelompok 1, 2, dan 3.Analisis diskriminan memiliki

kemiripan dengan regresi linier berganda (multivariable regression).

Perbedaannya ialah analisis diskriminan dipakai jika variabel dependennya

kategori (menggunakan skala ordinal ataupun nominal) dan variabel

independennya menggunakan skala metrik (interval dan rasio).

Sedangkan dalam regresi berganda variabel dependennya harus metrik dan

variabelnya independen dapat berupa metrik maupun nonmetrik. Sama halnya

dengan regresi berganda, dalam analisis diskriminan pun variabel dependen hanya

satu sedangkan variabel independen banyak (multiple). Ada dua hal dalam

analisis diskriminan, yaitu pengelompokan dan identifikasi sifat khas suatu

kelompok yang dapat dilakukan sekaligus dengan analisis tersebut, dimana

kelompok dikenal sebagai group dan sifat khas dikenal sebagai discriminating

variables (variabel pembeda). Antara kelompok dan variabel pembeda tersebut

kemudian dibuat suatu hubungan fungsional yang disebut dengan fungsi

(38)

2.11.1 Hal-hal pokok tentang analisis diskriminan

Bentuk multivariat dari analisis diskriminan ialah dependen sehingga variabel

dependen ialah variabel yang menjadi dasar pada analisis diskriminan. Variabel

dependen bisa berupa kode grup 1 atau grup 2 atau lainnya. Tujuan dilakukannya

analisis diskriminan ialah:

a) Menentukan secara statistik ada perbedaan yang bermakna, mengenai nilai

tengah dari dua atau lebih kelompok (populasi) yang terlebih dahulu

diketahui dengan secara jelas dan mantap pengelompokannya.

b) Menetapkan prosedur-prosedur untuk mengelompokkan satuan-satuan

statistik (individu atau objek) ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan

nilai- nilai dari beberapa peubah.

c) Menentukan peubah-peubah bebas yang memberikan sumbangan terbanyak

untuk membedakan nilai tengah dari dua atau lebih kelompok (Hair et al,

1988).

2.12 Langkah – Langkah Analisis Diskriminan

Langkah-langkah dalam analisis diskriminan ialah sebagai berikut:

1. Pemilihan variabel dependen dan independen

Variabel dependen merupakan variabel kategorik sedangkan variabel

independen merupakan variabel numerik. Bedasarkan jumlah kelompok

variabel dependen yang dalam hal ini harus mutually exclusive dan exhaustive,

analisis diskriminan dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Analisis diskriminan dua kategori/kelompok, dimana variabel

dependen dikelompokkan menjadi 2 (dikotomi), diperlukan satu fungsi

diskriminan.

b. Analisis diskriminan berganda (Multiple Discriminant

(39)

lebih dari 2 kelompok (multikotomi), diperlukan fungsi diskriminan

sebanyak (k-1) kalau ada k kategori.

2. Melakukan uji equality

Untuk memenuhi asumsi bahwa semua variabel independen harus equal dilihat

pada significancy dari Wilk’s Lambda jika nilai p > 0,05 menunjukkan bahwa

variabel equal. Untuk melihat bahwa variabel tersebut equal, juga dilihat dari

group covariance adalah relative sama.

3. Pembentukan fungsi diskriminan

Ada dua metode dasar untuk membuat fungsi diskriminan:

1. Direct Method (Simultaneous Estimation), dimana semua variabel

dimasukkan secara bersama – sama kemudian dilakukan proses

diskriminan.

2. Step-wise Discriminant Analysis, dimana variabel dimasukkan satu

persatu kedalan model diskriminan.

a. Fungsi Diskriminan

Fungsi diskriminan merupakan fungsi atau kombinasi linier peubah-peubah asal

yang akan menghasilkan cara terbaik dalam pemisahan kelompok-kelompok.

Fungsi ini akan memberikan nilai-nilai yang sedekat mungkin dalam kelompok

dan sejauh mungkin antar kelompo. Banyaknya fungsi diskriminan yang terbentuk

secara umum tergantung dari min (p,k-1), dengan p ialah banyaknya peubah

pembeda dan k ialah banyaknya kelompok yang telah ditetapkan. Fungsi

diskriminan ini diartikan sebagai keragaman peubah yang terpilih sebagai

kekuatan pembeda. Apabila fungsi diskriminan yang terbentuk sebanyak lebih

dari satu fungsi, maka dapat dikatakan bahwa fungsi diskriminan pertama akan

menjadi kekuatan pembeda yang paling besar, demikian berturut-turut untuk

fungsi berikutnya. Fungsi diskriminan yang terbentuk mempunyai bentuk umum

(40)

1 11 1 12 2 1 1

X = Vektor variabel acak yang dimasukkan ke dalam fungsi diskriminan.

1

X = Vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok pertama.

1

X = Vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok kedua.

(41)

Nilai ˆ dipilih sedemikian sehingga fungsi diskriminan berbeda sebesar mungkin

antara kelompok, atau sehingga rasio antara jumlah kuadrat antar kelompok

dengan jumlah kuadrat dalam kelompok maksimum.

b. Pembentukan Fungsi Linier (dengan bantuan SPSS)

Pada output SPSS, koefisien untuk tiap variabel yang masuk dalam model dapat

dilihat pada tabel Canonical Discriminant Function Coefficient. Tabel ini akan

dihasilkan pada output apabila pilihan Function Coefficient bagian

Unstandardized diaktifkan.

c. Menghitung discriminant score

Setelah dibentuk fungsi liniernya, maka dapat dihitung skor diskriminan untuk

tiap observasi dengan memasukkan nilai-nilai variabel penjelasnya.

d. Menghitung Cutting Score

Untuk memprediksi responden/observasi akan termasuk kedalam kelompok yang

mana, kita dapat menggunakan optimum cutting score. Memang dari computer

informasi ini sudah diperoleh. Sedangkan cara mengerjakan secara manual

Cutting Score (m) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut dengan ketentuan

untuk dua grup yang mempunyai ukuran yang sama cutting score dinyatakan

Apabila dua grup berbeda ukuran, rumus cutting score yang digunakan ialah:

(42)

NB = Jumlah anggota grup B

ZA = Centroid grup A

ZB = Centroid grup B

Kemudian nilai-nilai discriminant score tiap observasi akan dibandingkan dengan

cutting score, sehingga dapat diklasifikasikan suatu obsevasi akan termasuk

kedalam kelompok yang mana.

e. Perhitungan Hit Ratio

Setelah semua observasi diprediksi keanggotaannya, dapat dihitung hit ratio yaitu

rasio antara observasi yang tepat pengklasifikasiannya dengan total seluruh

observasi. Misalkan ada sebanyak n observasi, akan dibentuk fungsi linier dengan

observasi sebanyak n-1. Observasi yang tidak disertakan dalam pembentukan

fungsi linier ini akan diprediksi keanggotaannya dengan fungsi yang sudah

dibentuk tadi. Proses ini akan diulang dengan kombinasi observasi yang

berbeda-beda, sehingga fungsi linier yang dibentuk ada sebanyak n. Inilah yang disebut

f. Kriteria posterior probability

Aturan pengklasifikasian yang ekivalen dengan model linier Fisher ialah

berdasarkan nilai peluang suatu observasi dengan karakteristik tertentu (x) berasal

dari suatu kelompok. Nilai peluang ini disebut posterior probability dan bisa

ditampilkan pada sheet SPSS dengan mengaktifkan option probabilities of group

(43)

 

k k

 

 

Suatu observasi dengan karakteristik x akan diklasifikasikan sebagai anggota

kelompok 0 jika p k x p k x -nilai posterior

probability inilah yang mengisi kolom di 1_1 dan kolom di 1_2 pada sheet SPSS.

g. Akurasi statisik,

Dapat di uji secara statistik apakah klasifikasi yang dilakukan (dengan

menggunakan fungsi diskriminan) akurat atau tidak. Uji statistik tersebut ialah

prees-Q Statistik. Ukuran sederhana ini membandingkan jumlah kasus yang

diklasifikasi secara tepat dengan ukuran sampel dan jumlah grup. Nilai yang

diperoleh dari perhitunngan kemudian dibandingkan dengan nilai kritis (critical

velue) yang diambil dari tabel Chi-Square dan tingkat keyakinan sesuai yang

diinginkan. Statistik Q ditulis dengan rumus:

 

Menguji signifikansi dari fungsi diskriminan.

Untuk menguji signifikansi fungsi diskriminan dilihat nilai signifikansi dari

Wilk’s Lambda, jika nilai p < 0,05, maka menunjukkan bahwa fungsi diskriminan

ini dapa memperlihatkan perbedaan yang jelas antara dua kelompok variabel

(44)

1. Menguji ketepatan klasifikasi dari fungsi diskriminan

Untuk menguji ketepatan klasifikasi fungsi diskriminan dilakukan uji dengan

Casewise Diagnostics. Jika fungsi diskriminan mempunyai ketepatan

mengklasifikasi kasus > 50 %, ketepatan model dianggap tinggi.

2. Melakukan interpretasi terhadap fungsi diskriminan tersebut.

2.13 Pengujian Hipotesis

Intepretasi hasil analisis diskriminan tidak berguna jika fungsinya tidak signifikan.

Hipotesis yang akan diuji ialah H0 yang menyatakan bahwa rata-rata semua

variabel dalam semua grup ialah sama. Dalam SPSS, uji dilakukan dengan

menggunakan Wilks’ λ. Jika dilakukan pengujian sekaligus beberapa fungsi

sebagaimana dilakukan pada analisis diskriminan, statistik Wilks’ λ ialah hasil λ

univariat untuk setiap fungsi. Kemudian, tingkat signifikansi diestimasi

berdasarkan chi-square yang telah ditransformasi secara statistik.Setelah hasil

analisis diketahui, kemudian dilihat apakah Wilks’ λ berasosiasi dengan fungsi

diskriminan. Selanjutnya, angka ini ditransformasi menjadi chi-quare dengan

derajat kebebasan (df ) yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan

dengan uji kriteria hipotesis berikut:

H0: Tidak ada pengaruh prestasi terhadap faktor penyebab kenakalan remaja

H1: ada pengaruh prestasi terhadap faktor penyebab kenakalan remaja

Dengan titik keputusan sebagai berikut:

Jika F hitung >F tabel maka H0 ditolak

Jika F hitung F tabel maka H1 diterima

Selanjutnya dengan menggunakan nilai F, dapat di ambil keputusan untuk

(45)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1Lokasi dan Waktu Penelitian

Studi Penelitian dilakukan di sebuah SMA Prayatna Medan, yang bertempat di

Jalan Letda Sujono No.402 Medan dan Penelitian dilaksanakan dengan

mengumpulkan data pada tanggal 03 September 2013.

3.2Visi dan Misi Sekolah

Visi SMA Prayatna Medan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dengan

mendidik para siswa untuk menghasilkan sumber daya manusia yang terampil

serta menguasai ilmu pengetahuan menuju era globalisasi.

Misi SMA Prayatna Medan adalah mewujudkan ilmu pengetahuan dan berbudi

luhur sesuai dengan iman dan taqwa selaku umat beragama ditengah – tengah masyrakat.

3.3Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi merupakan suatu objek yang berada pada wilayah dan memenuhi

(46)

Kuncoro, 2007). Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah

siswa/i kelas X, XI dan XII SMA Prayatna Medan yang berjumlah sebanyak 800

siswa.

Menurut Sugiyono (2004), sampel merupakan sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel dengan

menggunakan metode slovin, dengan perhitungan sebagai berikut :

2

Dengan mengambil tingkat kepercayaan 90% maka diperoleh jumlah sampel

sebanyak 89 siswa.

TABEL 3.1 Jumlah siswa SMA Prayatna Medan

No Kelas Jumlah Siswa

1 X 200

2 XI 240

3 XII 360

Jumlah 800

TABEL 3.2 Jumlah Sampel Penelitian

(47)

2 XI 240

� = , 27 siswa

3 XII 360

� = , 40 siswa

Jumlah populasi

800 Jumlah sampel 89 siswa

3.4Variabel

Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Independent Variable (variabel bebas)

Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab terjadinya

perubahan atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel

bebasnya

 

x ialah sebagai berikut:

X1 = Kurangnya Perhatian dari Orang tua

X2 = Broken Home (Perceraian orang tua)

X3 = Interaksi (Hubungan) Orang tua dan Anak

X4 = Pengaruh Teman X5 = Masalah yang dipendam

X6 = Problema Waktu Luang

X7 = Kurangnya pemahanam dasar dasar tentang agama X8 = Kondisi Ekonomi

X9 = Dampak negatif dari perkembangan teknologi modern

2. Dependent Variable (variabel terikat)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel

terikat

 

y adalah dibagi 2 kelompok yaitu berpengaruh dan tidak berpengaruh.

(48)

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang

diperoleh langsung dari objek yang diteliti dan alat yang digunakan berupa

kuesioner yang merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi dengan

menyebarkannya kepada responden penelitian. Setiap jawaban responden akan

diukur dengan menggunakan skala likert pada kuesioner. (Pada Lampiran 1)

3.6Uji Pengolahan Data

Ada dua konsep yang digunakan untuk mengukur kualitas instrumen penelitian

yaitu uji validitas dan uji reliabilitas.

3.7Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan ialah teknik analisis diskriminan dengan

bantuan software statistik SPSS versi 17.0 dan Microsoft excel untuk

menggambarkan karakteristik data dengan tahapan sebagai berikut :

a. Melakukan analisis univariat, untuk mengeta hui kenormalan data.

b. Melakukan uji equality. Untuk memenuhi asumsi bahwa semua variabel

independen harus equal dilihat pada tabel Test of Equality Group Means

signifikansi dari Wilk’s Lambda. Jika nilai p > 0,05 menunjukkan bahwa

variabel equal. Untuk melihat bahwa variabel tersebut equal, juga dilihat dari

group covariance matrices dengan Box’s M. Jika nilai p > 0,05 berarti group covariance ialah relatif sama.

c. Pembentukan fungsi diskriminan. Ada dua metode dasar untuk membuat

fungsi diskriminan, yaitu:

1. Direct Method (Simultan Estimation), yaitu semua variabel

dimasukkan secara bersama-sama kemudian dilakukan proses

diskriminan.

2. Step-Wise Discrimminant Analysis, yaitu variabel dimasukkan satu

(49)

d. Menguji signifikansi dari fungsi diskriminan. Dapat dilihat dari nilai

signifikansi Wilk’s Lambda, jika nilai p < 0,05, maka menunjukkan bahwa fungsi diskriminan ini dapat memperlihatkan perbedaan yang jelas antar dua

kelompok variabel dependen.

e. Menguji ketepatan klasifikasi dari fungsi diskriminan. Dapat dilihat dari

tabel Casewise Statistic. Jika fungsi diskriminan mempunyai ketepatan

mengklasifikasi kasus > 50%, ketepatan model dianggap tinggi.

(50)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 DATA HASIL KUESIONER

Data tersebut dimasukkan kedalam tabel sebagai berikut :

(51)
(52)

64 2 3 2 3 2 3 4 3 4 1

Y = Pengaruh faktor penyebab kenakalan remaja terhadap prestasi

(53)

X8 = Kondisi Ekonomi

X9 = Dampak negatif dari perkembangan teknologi modern

4.2 Pengujian Data

4.2.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan dari kuesioner yang

digunakan dalam pengumpulan data. Tinggi rendahnya validitas instrumen akan

menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran

tentang variabel yang dimaksud. Perhitungan validitas dengan program SPSS for

Windows 17.0 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Uji Regresi Linear

Item kuisioner dianggap valid jika jika Rhitung > Rtabel maka valid. Berdasarkan

tabel diatas maka nilai R = 0,355 dengan kata lain item instrument dianggap valid

karena memunhi syarat Rhitung > Rtabel yaitu 0,355 > 0,207.

4.2.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah kuesioner dapat digunakan

lebih dari satu kali. Reliabilitas kuesioner mencirikan tingkat konsistensi.

Gambar

TABEL 3.1 Jumlah siswa SMA Prayatna Medan
Tabel 4.1 Data Hasil Kuisioner
Tabel 4.2 Uji Regresi Linear
TABEL 4.3  Nilai Korelasi Sesama Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel variabel Entered dari analisis 1 (Stepwise Statistik) memperlihatkan faktor mana saja yang masuk ke dalam fungsi diskriminan, dimana nilai p &lt; 0,05

Dengan menggunakan analisis diskriminan diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan ada 4 (empat) variabel yang berpengaruh terhadap ranking siswa, antara lain:

Dengan menggunakan analisis diskriminan diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan ada 4 (empat) variabel yang berpengaruh terhadap ranking siswa, antara lain:

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Medan dengan menggunakan metode analisis faktor diperoleh tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa..