PEMBERIAN AMELIORAN TERHADAP STATUS HARA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI DI LAHAN
GAMBUT DATARAN TINGGI
SKRIPSI
MUHAMMAD FIKRI RIDHO 090301087
AET- ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATER UTARA MEDAN
PEMBERIAN AMELIORAN TERHADAP STATUS HARA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI DI LAHAN
GAMBUT DATARAN TINGGI
SKRIPSI
MUHAMMAD FIKRI RIDHO 090301087
AET- ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATER UTARA MEDAN
Judul Skripsi : Pemberian Amelioran Terhadap Status Hara, Pertumbuhan dan Produksi Padi di Lahan Gambut DataranTinggi
Nama : Muhammad Fikri Ridho NIM : 090301087
Program Studi : Agroekoteknologi Minat Studi : Ilmu Tanah
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
( Ir. Sarifuddin , MP ) ( Ir. Alida Lubis, MS ) NIP. 196503091993031014 NIP. 195407211979032001
Mengetahui
Ketua Program Studi Agroekoteknologi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui pengaruh pemberian pasir vulkan, zeolit, dan air laut terhadap status hara, pertumbuhan dan produksi padi Dendang. Penelitian ini dilakukan di lahan sawah gambut dataran tinggi Desa Hutabagasan Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan RAK non faktorial dengan empat perlakuan yaitu G0 (kontrol), G1 (Pasir Vulkan 5 kg). G2 (Pasir Vulkan 5kg + Air Laut 2.5 L), G3 (Pasir Vulkan 5kg + Zeolit 1kg + Air Laut 2.5L) dan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan air laut (G2 dan G3) dapat meningkatkan daya hantar listrik. Penambahan zeolit (G3) dapat berperan sebagi penyangga pH. Aplikasi semua amelioran tidak berpengaruh positif terhadap jumlah anakan, jumlah anakan produktif, bobot kering tanaman, bobot kering akar dan jumlah bulir per malai.
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of volcanic sand, zeolite, and sea water to nutrient status, growth and production of Dendang rice. This research was conducted in highlands peat in Hutabagasan, Dolok Sanggul Sub-District Humbang Hasundutan Regency, North Sumatra. This study used non factorial randomized block design with four treatmentsare G0 (control), G1 (Volcanic Sand 5 kg). G2 (Volcanic Sand 5kg + Sea Water 2.5 L), G3 (Volcanic Sand 5kg + Zeolite 1kg + Sea Water 2.5L) and 3 replicants. The results showed that the addition of sea water (G2 and G3) can increase soil electrical conductivity. The addition of zeolite (G3) may act as soil pH buffer. Applications all ameliorant have not positive influence on the number of tillers, number of productive tillers, plant dry weight, root dry weight and number of grains per panicle
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pematang Siantar pada tanggal 27 April 1992 dari Ayahanda Riki Octavia dan Ibunda Tukiah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Penulis memulai pendidikan formal di SD Swasta Kartini, Tebing Tinggi pada tahun 1997 dan pindah ke SD Swasta Eria, Medan pada tahun 1999. Lalu melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Medan pada tahun 2003 dan tamat pada tahun 2006. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Medan
pada tahun 2006 dan selesai pada tahun 2009. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di salah satu perguruan tinggi , Universitas Sumatera Utara pada tahun 2009 melalui jalur UMB PTN sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian, Program Studi
Agroekoteknologi.
Aktifitas yang dilakukan selama di perkuliahan :
1. Aktif di komunitas Medan Berkebun dan menjadi penggiat Indonesia Berkebun sejak 2011
2. Melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di PT. PP. London Sumatera Indonesia, Rambong Sialang Estate pada tahun 2012
3. Menjadi anggota FKH (Forum Komunitas Hijau) Medan sejak 2012
4. Menjadi asisten di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Pemupukan pada
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmah dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada
waktu yang tepat.
Adapun judul skripsi ini adalah “ Pemberian Amelioran Terhadap Status Hara, Pertumbuhan dan Produksi Padi di Lahan Gambut Dataran Tinggi“ yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian,
Program Studi Agroekoteknologi, Universitas Sumatera Utara.
Rasa terimakasih yang tak terkira untuk orangtua tercinta Ayahanda Riki Octavia dan Ibunda Tukiah atas segala kasih sayang, dukungan dan do’a yang tiada habisnya dalam mendukung penulis hingga penulis menyelesaikan skripsi dan
mendapat gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan iini penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada komisi pembimbing yaitu Ir. Sarifuddin, MP selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Alida Lubis, MS selaku anggota komisi pembimbing serta kepada
Bapak Ir. Mukhlis,M.Si yang memberi banyak pelajaran, pengajaran dan bantuan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan penelitian hingga penulisan skripsi. Serta kepada Jul Bahori Panggabean dan Juriaman Purba yang merupakan rekan dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir serta kepada teman-teman AET-Ilmu
Tanah 2009 yang namanya tak bias disebutkan satu per satu.
analisis tanah, serta pada Sabilla Yassarah yang dengan sabar menmberi semangat pada penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih belum sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi
ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat bermanfaat kepada kita dan pihak-pihak yang membutuhkan informasi.
Medan, Juni 2014
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Tanah Gambut ... 4
Pasir Vulkan ... 5
Zeolit ... 6
Air laut ... 7
Budidaya Padi Di Lahan Gambut ... 8
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 10
Bahan dan Alat ... 10
Metode Penelitian ... 11
Pelaksanaan Penelitian ... 11
Analisis Awal ... 12
Parameter Yang Diamati ... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 17
Pembahasan ... 24
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 28
Saran ... 28 DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui pengaruh pemberian pasir vulkan, zeolit, dan air laut terhadap status hara, pertumbuhan dan produksi padi Dendang. Penelitian ini dilakukan di lahan sawah gambut dataran tinggi Desa Hutabagasan Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan RAK non faktorial dengan empat perlakuan yaitu G0 (kontrol), G1 (Pasir Vulkan 5 kg). G2 (Pasir Vulkan 5kg + Air Laut 2.5 L), G3 (Pasir Vulkan 5kg + Zeolit 1kg + Air Laut 2.5L) dan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan air laut (G2 dan G3) dapat meningkatkan daya hantar listrik. Penambahan zeolit (G3) dapat berperan sebagi penyangga pH. Aplikasi semua amelioran tidak berpengaruh positif terhadap jumlah anakan, jumlah anakan produktif, bobot kering tanaman, bobot kering akar dan jumlah bulir per malai.
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of volcanic sand, zeolite, and sea water to nutrient status, growth and production of Dendang rice. This research was conducted in highlands peat in Hutabagasan, Dolok Sanggul Sub-District Humbang Hasundutan Regency, North Sumatra. This study used non factorial randomized block design with four treatmentsare G0 (control), G1 (Volcanic Sand 5 kg). G2 (Volcanic Sand 5kg + Sea Water 2.5 L), G3 (Volcanic Sand 5kg + Zeolite 1kg + Sea Water 2.5L) and 3 replicants. The results showed that the addition of sea water (G2 and G3) can increase soil electrical conductivity. The addition of zeolite (G3) may act as soil pH buffer. Applications all ameliorant have not positive influence on the number of tillers, number of productive tillers, plant dry weight, root dry weight and number of grains per panicle
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lahan gambut merupakan lahan marginal untuk pertanian karena
kesuburannya yang rendah, pH sangat asam, dan keadaan drainase jelek. Luas lahan gambut Indonesia diperkirakan berkisar antara 17-21 juta Ha. Data yang akurat mengenai luas lahan gambut sulit ditemui karena terbatasnya survei dan pemetaan tanah gambut di daerah Indonesia Timur. Dengan luasan yang cukup besar yaitu
berkisar 9-11% dari luas dataran di Indonesia, maka sulit dihindari pengembangan pertanian ke lahan marginal ini (Balai Penelitian Tanah, 2011).
Pemanfaatan lahan gambut dalam bidang pertanian untuk budidaya padi sawah memiliki beberapa hambatan secara fisik, kimia dan biologi serta karakteristik
kimia tanah gambut di Indonesia cukup beragam. Sifat kimia tanah gambut di Indonesia yang utama antara lain sifatnya yang sangat masam dengan kisaran pH 3-5, basa-basa yang dapat dipertukarkan yang sangat rendah, serta unsur mikro (Cu, Zn, Mo) yang sangat rendah dan diikat cukup kuat oleh bahan organik sehingga tidak
tersedia bagi tanaman (Agus dan Subiksa, 2008).
Untuk terciptanya budidaya yang berkelanjutan , masukan-masukan yang berupa amendemen perlu dipilih sedemikian rupa sehingga menghasilkan pengaruh ganda dan pengaruh amelioratif jangka panjang. Akan lebih baik lagi jika
zeolit, dolomit, fosfat alam, pupuk kandang, kapur pertanian, abu sekam, purun tikus (Susilawati, et al . 2011)
Lahan gambut di Sumatera Utara sebagian besar berada di dataran rendah wilayah pesisir pantai timur Sumatera meliputi Kabupaten Asahan dan Kabupaten
Labuhan Batu dengan luas areal 322.937 Ha, sementara itu gambut dataran tinggi terdapat pada Kabupaten Dairi dan Kabupaten Humbang Hasundutan seluas 2.358 ha (Istomo. 2006). Tipe lahan gambut di Kabupaten Humbang Hasundutan termasuk tipe gambut topogen atau gambut dataran tinggi yang jarang terdapat di Pulau
Sumatera termasuk Indonesia, dan biasanya dimanfaatkan masyarakat sebagai lahan budidaya tanaman hortikultura dan tanaman padi lokal dan penelitian tentang lahan gambut dataran tinggi untuk penggunaan di bidang pertanian masih sangat sedikit.
Pasir vulkanik merupakan pasir hasil endapan dari lahar gunung berapi yang
biasanya ditemui di daerah lereng dan kaki gunung. Menurut hasil penelitian Sudaryo dan Sutjipto (2009) dengan menggunakan analisis aktivasi neutron cepat, kandungan logam dalam pasir vulkanik di sekitar wilayah Merapi yaitu untuk logam Al berkisar 1,8-5,9%, Mg sebesar 1-2,4%, Si sebesar 2,6-28%, dan Fe sebesar 1,4-9,3%. Selain
itu pasir vulkan diharapkan menambah fraksi mineral sehingga dapat meningkatkan bulk density yang juga sekaligus meningkatkan daya sangga akar tanaman. Telah
banyak penelitian tentang abu vulkan sebagai amelioran, namun pasir vulkan belum banyak diaplikasikan sebagai amelioran di tanah gambut.
mengalami dehidrasi maupun rehidrasi, (d) serta mengandung basa-basa seperti K, Na, Ca . Zeolit dikenal juga dapat meningkatkan efisiensi pemupukan nitrogen dan dapat membebaskan unsur unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn, Cu (Mumpton, 1999) Maas et al. (1999 dalam Sudarman 2002) menyatakan bahwa air laut dapat
berfungsi sebagai amelioran karena mengandung basa-basa Na+, Ca2+, atau Mg2+ dan
mempunyai daya penukar yang besar terhadap Al 3+ dan Fe2+ yang berada pada kompleks pertukaran. Oleh karena itu air laut dengan konsentrasi tertentu dapat berperan sebagai bahan amelioran melalui sumbangan basa-basa sekaligus bersifat sebagai ion penukar.
Hasil penelitian Firlana (2013) dan Lubis (2013) pada tanah gambut dari Desa
Rawasari Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan menggunakan varietas Dendang di rumah kaca, mendapatkan bahwa kombinasi perlakuan yang terbaik adalah perlakuan pasir vulkan dan pasir vulkan + zeolit yang masing-masing diberi
500 mL air laut / pot, berpengaruh nyata pada meningkatkan jumlah anakan produktif per rumpun dan produksi per pot.
Dengan uraian diatas, penelitian ini mencoba budidaya padi varietas Dendang di lahan gambut dataran tinggi yang telah diberi amelioran pasir vulkan, zeolit, air
laut.
Tujuan Penelitian
Hipotesis Penelitian
- Pengaruh amelioran berpengaruh meningkatkan kadar hara, pertumbuhan dan produksi padi varietas Dendang di lahan sawah gambut dataran tinggi.
Kegunaan Penelitian
- Sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Gambut
Gambut diartikan sebagai material atau bahan organik yang tertimbun secara
alami dalam keadaan basah berlebihan, bersifat tidak mampat dan tidak atau hanya sedikit mengalami perombakan. Dalam pengertian ini tidak berarti bahwa setiap timbunan bahan organik yang basah adalah gambut. Sebagaian petani menyebut tanah gambut dengan istilah tanah hitam, karena warnanya hitam dan berbeda dengan jenis
tanah lainnya. Tanah gambut yang telah mengalami perombakan secara sempurna sehingga tumbuhan aslinya tidak dikenali lagi dan kandungan mineralnya tinggi disebut tanah bergambut (Noor, 2001)
Tingkat kesuburan gambut ditentukan oleh kandungan bahan mineral dan
basa-basa, bahan substratum/dasar gambut dan ketebalan lapisan gambut. Gambut di Sumatera relatif lebih subur dibandingkan dengan gambut di Kalimantan. Berdasarkan lingkungan pembentukannya, gambut dibedakan atas: (a) Gambut ombrogen yaitu gambut yang terbentuk pada lingkungan yang hanya dipengaruhi
oleh air hujan dan (b) Gambut topogen yaitu gambut yang terbentuk di lingkungan yang mendapat pengayaan air pasang. Dengan demikian gambut topogen akan lebih kaya mineral dan lebih subur dibandingkan dengan gambut ombrogen (Agus dan Subiksa, 2008)
gambut cenderung makin tinggi jika gambut makin tebal. Gambut dangkal mempunyai pH antara 4,0 – 5,1, sedangkan gambut dalam pH nya antara 3,1- 3,9 dimana sumber keasaman yang berperan pada tanah gambut adalah pirit dan asam- asam organik (Noor, 2001).
Secara alamiah tanah gambut memiliki tingkat kesuburan rendah, karena kandungan unsur haranya rendah dan mengandung beragam asam asam organik yang sebagian bersifat racun bagi tanaman. Namun demikian asam-asam tersebut merupakan bagian aktif dari tanah, yang menentukan kemampuan gambut untuk
menahan unsur hara. Karakteristik dari asam-asam organik ini akan menentukan sifat kimia gambut. Untuk mengurangi pengaruh buruk asam-asam organik yang beracun, dapat dilakukan dengan menambahkan bahan-bahan yang banyak mengandung kation polivalen seperti Fe, Al, Cu, dan Zn. Kation-kation tersebut membentuk ikatan
koordinasi dengan ligan organik membentuk senyawa kompleks/khelat.(Hartatik et al, 2011)
Tanah gambut umumnya memiliki kapasitas tukar kation (KTK) tinggi dan kejenuhan basa (KB) rendah. Kapasitas tukar kation tanah gambut lebih tinggi
dibandingkan dengan tanah mineral dan semakin tinggi dengan meningkatnya kandungan bahan organik. Nilai KTK memegang peranan penting dalam pengelolaan tanah dan dapat menjadi penciri kesuburan tanah. Kapasitas tukar kation pada tanah umumnya tergantung pada jumlah muatan negatif yang berada pada kompleks
Pasir Vulkan
Abu vulkan sebagai bahan amelioran di lahan gambut Kalimantan Barat telah dicobakan dengan dosis yang cukup tinggi dan dikaji pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai (Setiadi, 1995). Proses mineralisasi kandungan
hara dan pelapukan abu vulkan akhir-akhir ini memperoleh perhatian di Jepang, diantaranya Shindo (1992), Takamatsu, Boratynski dan Satake (1992) serta Yamada (1997). Kandungan hara yang terdapat pada abu volkan mempunyai harapan baik untuk dijadikan sumber hara pada lahan gambut.
Deposit abu vulkan sangat besar sebab Indonesia memiliki banyak gunung api yang aktif. Penggunaan abu vulkan sebagai bahan amelioran pada tanah gambut dapat berpengaruh positif terhadap lingkungan karena abu vulkan yang dideposisikan akan berkurang sehingga dapat mengurangi beban tanggul penahan lahar serta longsor
lahar dingin (Setiadi, 1995)
Abu vulkan yang berukuran dari debu sampai pasir, banyak mengandung gelas vulkanik, sedikit feldspar, dan mineral-mineral kelam (mineral Fe dan Mg) serta sejumlah kuarsa. Di beberapa tempat ditemukan pula abu vulkanik yang tidak
mengandung gelas tapi kaya akan fragmen batuan. Kebanyakan abu vulkan bersifat andesitic terutama pada gunung-gunung api sekitar pasifik. Abu vulkan yang berasal
dari gunung api di Indonesia umumnya bersifat andesitik sampai basaltic (Hardjowigeno, 1993).
Dari hasil data analisis kimia tanah untuk bahan vulkan yang digunakan dalam penelitian ini, menunjukan bahwa: pH (H
P-tersedia (5,33 ppm), Retensi P ( 24,19%), P-Total (0,045%), K (0,041 cmol/kg), Ca (0,21 cmol/kg), Mg (0,046 cmol/kg), Na (0,053 cmol/kg), Al (0,68 cmol/kg), KTK (6,3 me/100gram), dan kandungan C-organik (0,057%) (Ridwandi et al, 2013). Hikmatullah (2010) menambahkan dari hasil peneltiannya bahwa kadar Al
o pada dari semua pedon tanah vulkan cukup tinggi mencapai 2.47-5.43 %, sedangkan kadar Feo
mencapai 0.80-2.03 %. Zeolit
Struktur zeolit terdiri dari tiga dimensi tetrahedral silikat yang disebut
tektosilikat dalam struktur ini sebagian Si4+ digantikan Al3+ sehingga menghasilkan muatan listrik negatif kristal tersebut bertambah. Kelebihan muatan negatif ini biasanya diimbangi oleh kation-kation logam K+, Na+ dan Ca+ yang menduduki dalam struktur kristal mineral zeolit yang bersangkutan sehingga zeolit dapat bermuatan netral (Harjanto, 1987).
Zeolit merupakan aluminosilikat kristalin berpori mikro terhidrasi yang mengandung pori yang saling berhubungan dengan ukuran 3 sampai 10 Ǻ. Zeolit tersusun oleh silikon, oksigen dan alumunium dalam suatu kerangka struktur tiga
dimensi dengan pori-porinya mengandung molekul air yang dapat menyerap kation yang saling bertukar (catión exchange). Secra kimia zeolit mempunyai rumus empiris
: M+2 ,M+2Al
2O3_gSiO2_ZH2O, dimana M +
biasanya Na atau K, M+2 adalah Mg, Ca,
atau Fe (Warmada dan Titisari, 2004).
Zeolit digunakan sebagai "soil conditioning" yang dapat mengontrol dan
penambahan zeolit pada pupuk tanaman bervariasi dari 15-63% terutama untuk tanaman apel dan gandum. Penambahan zeolit pada pupuk kandang ternyata juga akan meningkatkan proses nitrifikasi. Pada saat ini bidang pertanian merupakan pemakai zeolit terbesar di Indonesia, selain sebagai "slow release fertilizer", zeolit
juga digunakan untuk sebagai carrier pestisida/herbisida dan fungisida. Namun ada keraguan penambahan zeolit pada pupuk akan terjadi akumulasi zeolit pada lahan pertanian. Jumlah penambahan zeolit ini akan tergantung pada jenis tanah setempat. Untuk tanah arid dan semi desert penggunaan zeolit sebagai campuran pupuk
mungkin perlu dikurangi (Sutakarya et al., 1992) . Air Laut
Dalam air laut terdapat berbagai ion anorganik yang secara keseluruhan maupun individual konsenterasinya boleh dikatakan konstan. Walaupun banyak
ion-ion tersebut yang bergerak (pindah) ke dan dari daratan, laut dan atmosfer dalam siklus geokimia. Na+ dan Cl- adalah ion utama, kemudian disusul oleh kation-kation Mg2+, Ca2+, K+, Sr+ serta anion anion SO42-, Br- dam HCO3-, ion-ion tersebut merupakan 99,9% dari jumlah total garam dalam air laut. (Brotowijaya et al,
1995)
Hasil penelitian Saragih (2009) pelindian air laut terhadap gambut menyebabkan DHL gambut meningkat. Hal ini dikarenakan terjadi peningkatan
Sudarman, dkk .(2002) menambahkan bahwa air laut dapat berfungsi sebagai amelioran karena air laut mempunyai daya penukar yang besar sehingga Al 3+ dan Fe2+ yang berada pada kompleks pertukaran dapat digantikan oleh Na+, Ca2+, atau Mg2+ dari air yang ditambahkan. Oleh karena itu air laut dengan konsentrasi tertentu
dapat berperan sebagai ion exchange , atau sebagai bahan amelioran. Budidaya Padi di Lahan Gambut
Pemanfaatan lahan gambut dalam bidang pertanian terutama untuk budidaya padi sawah memiliki beberapa hambatan secara kimia. Karateristik kimia tanah
gambut di Indonesia cukup beragam. Sifat kimia tanah gambut Indonesia yang utama antara lain sifatnya yang sangat masam dengan kisaran pH 3–5, basa-basa dapat ditukarkan yang rendah, serta unsur mikro (Cu, Zn, dan Mo) yang sangat rendah dan diikat cukup kuat oleh bahan organik sehingga tidak tersedia bagi tanaman (Agus dan
Subiksa, 2008).
Untuk budidaya padi sawah di lahan gambut ada beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya varietas padi. Varietas yang dianjurkan untuk ditanam di lahan rawa bisa dibedakan atas varietas unggul lokal dan varietas unggul introduksi.
Varietas unggul lokal biasanya memiliki adaptasi yang relatif lebih baik sehingga sangat dianjurkan untuk lahan yang baru dibuka.(Najiyati et al, 2005). Selanjutnya menurut Soewito et al. (1995), selama ini sumbangan varietas unggul terhadap peningkatan produksi padi nasional cukup besar. Di samping itu, varietas unggul
Varietas Dendang memiliki toleransi sedang hingga agak peka terhadap keracunan Fe di Tamanbojo Lampung. Dibanding dengan varietas Batanghari, Punggur dan Indragiri, varietas Dendang memiliki produksi lebih tinggi (2,3 ton/Ha) dan keempatnya dapat beradaptasi pada lahan gambut maupun sulfat masam potensial
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lahan sawah gambut dataran tinggi Desa
Hutabagasan Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara yang merupakan gambut saprist. Terletak 298 km dari kota Medan, berada pada 2°15’26,8” LU dan 98°43’11,5” BT dengan ketinggian tempat ± 1411 mdpl, memiliki iklim dengan curah hujan rata-rata 1.807 mm/ tahun dan suhu udara rata-rata 20 -
26°C (Istomo, 2006). Penelitian dimulai dari bulan Juni 2013 sampai Oktober 2013. Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan adalah bahan pasir vulkan dari horizon C pada profil
tanah lereng utara kaki Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, Zeolit klioptilolit diperoleh dari Jawa Barat , dan air laut diambil dari perairan laut ± 10 km dari Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai. Sebagai pupuk dasar digunakan Urea, SP36 dan KCl, benih padi hibrida varietas Dendang diperoleh dari Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi, Sukamandi, Subang, Jawa Barat sebagai tanaman indikator untuk melihat kesesuaiannya ditanam di lahan gambut. Pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit jika diperlukan.
Alat
menghaluskan pasir vulkan, ayakan untuk mengayak pasir vulkan, timbangan digunakan untuk menimbang bahan dan alat-alat laboratorium serta alat - alat pendukung lainnya yang dipergunakan selama penelitian.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok non faktorial dengan faktor perlakuan terdiri dari 4 kombinasi amelioran dan 3 ulangan, yaitu: G0: kontrol
G1: pasir vulkan 5 kg / plot
G2: pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L / plot
G3: pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L + zeolit 1 kg / plot
Model linier Rancangan Acak Kelompok: Yij = µ + αi + βj + ∑ij
Dimana:
Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. µ = nilai tengah umum.
αi = pengaruh perlakuan ke-i.
βj = pengaruh blok ke-j
∑ij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Lahan
Lahan penelitian berlokasi di Desa Hutabagasan Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Lahan didesain sedemikian rupa
agar tidak terjadi pencampuran perlakuan satu sama lain sehingga diharapkan data hasil pengamatan yang diperoleh lebih akurat. Adapun bagan penelitian yang akan dibuat dapat dilihat seperti pada gambar berikut :
(-) Air Laut (+) Air Laut
Saluran air
pematang Keterangan :
Ukuran per plot 2 x 2 m
Lebar parit antar ulangan 1m dan antar perlakuan 1,5 m
Area I dan Area II dipisahkan oleh bedengan untuk memisahkan perlakuan air laut
Analisis Awal
G0(II) G1(II)
G0(I) G1(III)
G2(I)
G0(III) G1(I)
G2(III)
G3(III)
G3(II)
Sampel tanah masing- masing plot diambil untuk kemudian dianalisis awal yaitu dengan parameter pH tanah, DHL, Basa-basa tukar (Na+, K+, Ca2+, Mg2+), KTK, P-tersedia, N-total dan C-organik tanah. Analisis dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penyemaian Benih
Penyemaian benih dilakukan selama 3-4 minggu sebelum dilakukannya penanaman di lapangan. Benih disebar di area penyemaian yang telah disediakan di
dalam polibag 10 kg. Media tanam untuk penyemaian digunakan top soil dengan campuran kompos dengan perbandingan 3:1 dan diaduk secara merata. Penyiraman benih dilakukan setiap hari selama penyemaian.
Aplikasi Perlakuan
Aplikasi perlakuan dilakukan setelah pengolahan tanah dan diaplikasi sesuai dengan perlakuan yang dibutuhkan satu hari sebelum penanaman. Untuk dosis perlakuan pasir vulkan sebanyak 5 kg/plot, zeolit sebanyak 1 kg/plot dan air laut ditambahkan sebanyak 2.5 L/plot, disebar secara merata pada setiap plot perlakuan
dan diaduk menggunakan garu pada permukaan tanah. Penyiraman lahan dengan air gambut dilakukan sebelum penanaman.
Penanaman di Lapangan
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Dilakukan penyiangan apabila terdapat gulma dan dilakukan pengendalian apabila terdapat serangan hama dan penyakit. Tiap area dikelilingi
dengan jaring pelindung untuk menghindari serangan hama tikus. Aplikasi Pupuk Dasar dan Pengambilan Data Pertama
Aplikasi pupuk dasar dilakukan satu bulan setelah penanaman di lapangan. Dosis pupuk yang diberikan yaitu : 77,7 gr Urea / plot dengan 3 kali pemberian 25%
saat penanaman, 25% pada saat 6 minggu sebelum tanam dan 25% pada fase akhir vegetatif tanaman, 48,65 gr SP-36/ plot dan 17,5 gr KCl/plot keduanya diaplikasikan pada saat tanam. Sebelum aplikasi pupuk diambil sampel tanah pada beberapa titik dan kemudian dikompositkan pada masing-masing plot untuk dianalisis tanah awal di
laboratorium. Parameter Tanah
- pH H2O dengan metode elektrometri pada 6 minggu setelah tanam - DHL dengan Electric Conducitivity meter pada 6 minggu setelah tanam
- N total dengan metode Kjedhal pada 6 minggu setelah tanam - P-tersedia metode Bray II pada 6 minggu setelah tanam
- K-tukar dengan metode ekstraksi NH4Cl 1N pada 6 minggu setelah tanam
- Rasio C/N pada 6 minggu setelah tanam Parameter Tanaman.
- Jumlah anakan per rumpun
- Bobot kering tanaman (g) - Bobot kering akar (g)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pH Tanah
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pasir vulkan, pasir vulkan + air laut, serta pasir vulkan + air laut + zeolit berpengaruh nyata dalam meningkatkan pH tanah.
Tabel 1. pH tanah pada 6 Minggu Setelah Tanam (MST)
Perlakuan Rataan
Kontrol (G0) 5.93a
Pasir vulkan 5 kg (G1) 5.67ab
Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L (G2) 5.28c Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L + zeolit 1 kg (G3) 5.34bc
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata menurut uji BNT 5%
Berdasar Tabel 1 diatas diketahui bahwa pH yang tertinggi pada perlakuan Kontrol (G0) sebesar 5.93 sedangkan yang terendah pada perlakuan pasir vulkan 5 kg
+ air laut 2.5 L (G2) sebesar 5.28.
Daya Hantar Listrik
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pasir
vulkan, pasir vulkan + air laut, serta pasir vulkan + air laut + zeolit berpengaruh nyata dalam meningkatkan daya hantar listrik tanah.
Tabel 1. Daya Hantar Listrik Tanah pada 6 MST
Perlakuan Rataan
(mmhos/cm)
Kontrol (G0) 0.0417c
Pasir vulkan 5 kg (G1) 0.0787bc
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata menurut uji BNT 5%
Berdasar Tabel 2 diatas diketahui bahwa daya hantar listrik yang tertinggi pada perlakuan pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L + zeolit 1 kg (G3) sebesar 0.1753 mmhos/cm sedangkan yang terendah pada perlakuan Kontrol (G0) sebesar 0.0417
mmhos/cm N-Total
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pasir vulkan, pasir vulkan + air laut, serta pasir vulkan + air laut + zeolit berpengaruh tidak
nyata dalam meningkatkan N total tanah. Tabel 3. N-total Tanah pada 6 MST
Perlakuan Rataan
(%)
Kontrol (G0) 0.462
Pasir vulkan 5 kg (G1) 0.533
Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L (G2) 0.466
Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L + zeolit 1 kg (G3) 0.440
Berdasar Tabel 3 diatas diketahui bahwa N total yang tertinggi pada perlakuan pasir vulkan 5 kg (G1) sebesar 0.533%, sedangkan yang terendah pada perlakuan
pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L + zeolit 1 kg (G3) sebesar 0.440%. P-tersedia
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pasir vulkan, pasir vulkan + air laut, serta pasir vulkan + air laut +zeolit berpengaruh tidak nyata dalam
Tabel 4. P-tersedia Tanah pada 6 MST (ppm)
Perlakuan Rataan
(ppm)
Kontrol (G0) 16.82
Pasir vulkan 5 kg (G1) 15.67
Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L (G2) 16.90
Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L + zeolit 1 kg (G3) 16.38
Berdasar Tabel 4 diatas diketahui bahwa P tersedia yang tertinggi terdapat pada perlakuan Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L sebesar 16.90 ppm , dan yang terendah pada perlakuan pasir vulkan 5 kg (G1) sebesar 15.67 ppm.
K-tukar
[image:31.595.110.518.435.519.2]Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pasir vulkan, pasir vulkan ditambah air laut, serta pasir vulkan ditambah air laut dan zeolit memberikan berpengaruh tidak nyata dalam meningkatkan K-tukar di tanah gambut. Tabel 5. K-tukar Tanah pada 6 MST
Perlakuan Rataan
(me/100g)
Kontrol (G0) 0.032
Pasir vulkan 5 kg (G1) 0.026
Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L (G2) 0.030
Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L + zeolit 1 kg (G3) 0.029
Berdasar Tabel 5 diatas diketahui bahwa K tukar yang tertinggi terdapat pada perlakuan Kontrol (G0) sebesar 0.030 me/100g , dan yang terendah pada perlakuan pasir vulkan 5 kg (G2) sebesar 0.026 me/100g.
Rasio C/N
Tabel 6. Rasio C/N Tanah pada 6 MST
Perlakuan Rataan
(%)
Kontrol (G0) 44.77
Pasir vulkan 5 kg (G1) 42.08
Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L (G2) 51.29
Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L + zeolit 1 kg (G3) 66.61
Berdasar Tabel 6 diatas diketahui bahwa rasio C/N yang tertinggi terdapat pada perlakuan Pasir vulkan 5 kg ditambah air laut 2.5 L dan zeolit 1 kg (G3) sebesar
66.61 %, dan yang terendah pada perlakuan pasir vulkan 5 kg (G2) sebesar 42.08%. Anakan vegetatif
Hasil analisis sidik ragam untuk menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pasir vulkan, pasir vulkan + air laut, serta pasir vulkan + air laut + zeolit berpengaruh
tidak nyata dalam meningkatkan jumlah anakan produktif padi Dendang di lahan gambut dataran tinggi.
Tabel 7. Jumlah Anakan Vegetatif 20 MST
Perlakuan Rataan
(anakan)
Kontrol (G0) 39.00a
Pasir vulkan 5 kg (G1) 31.75b
Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L (G2) 28.71b Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L + zeolit 1 kg (G3) 24.79b
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata menurut uji BNT 5%
Berdasarkan Tabel 7 diatas diketahui jumlah anakan vegetatif yang tertinggi terdapat pada perlakuan Kontrol (G0) sebanyak 39.00 anakan, dan yang terendah pada
perlakuan pasir vulkan 5 kg +air laut 2.5 L + zeolit 1 kg (G3) sebanyak 24.79 anakan. Anakan Produktif
dalam meningkatkan jumlah anakan produktif padi Dendang di lahan gambut dataran tinggi.
Tabel 8. Jumlah Anakan Produktif
Perlakuan Rataan
(anakan)
Kontrol (G0) 19.04a
Pasir vulkan 5 kg (G1) 13.25a
Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L (G2) 13.29a Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L + zeolit 1 kg (G3) 8.83b
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata menurut uji BNT 5%
Berdasar Tabel 8 diatas diketahui jumlah anakan generatif yang tertinggi terdapat pada perlakuan Kontrol (G0) sebanyak 19.00 anakan, dan yang terendah pada perlakuan pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L + zeolit 1 kg (G3) sebanyak 8.83 anakan.
Bobot Kering Tanaman
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pasir
[image:33.595.107.521.573.672.2]vulkan, pasir vulkan + air laut, serta pasir vulkan + air laut + zeolit berpengaruh tidak nyata dalam meningkatkan bobot kering tanaman padi Dendang di lahan gambut dataran tinggi.
Tabel 9. Bobot Kering Tanaman
Perlakuan Rataan
( g )
Kontrol (G0) 64.54a
Pasir vulkan 5 kg (G1) 39.31ab
Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L (G2) 31.37b Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L + zeolit 1 kg (G3) 24.18b
Berdasar Tabel 9 diatas diketahui bobot kering tanaman yang tertinggi terdapat pada perlakuan Kontrol (G0) sebesar 64.54 g, dan yang terendah pada perlakuan pasir vulkan 5 kg ditambah air laut 2.5 L dan zeolit 1 kg (G3) sebesar 24.18 g.
Bobot Kering Akar
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pasir vulkan, pasir vulkan + air laut, serta pasir vulkan + air laut + zeolit berpengaruh tidak nyata dalam meningkatkan bobot kering akar padi Dendang di lahan gambut dataran
tinggi.
Tabel 10. Bobot Kering Akar
Perlakuan Rataan
( g )
Kontrol (G0) 36.24a
Pasir vulkan 5 kg (G1) 28.51ab
Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L (G2) 22.84b Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L + zeolit 1 kg (G3) 21.69b
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata menurut uji BNT 5%
Berdasar Tabel 10 diatas diketahui bobot kering akar yang tertinggi terdapat pada perlakuan Kontrol (G0) sebesar 36.24 g, dan yang terendah pada perlakuan pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L dan zeolit 1 kg (G3) sebesar 21.69 g.
Jumlah bulir per malai
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pasir vulkan, pasir vulkan + air laut, serta pasir vulkan + air laut + zeolit berpengaruh tidak nyata dalam meningkatkan jumlah bulir per malai padi Dendang di lahan gambut
Tabel 11. Jumlah Bulir per Malai
Perlakuan Rataan
(Bulir)
Kontrol (G0) 156.25
Pasir vulkan 5 kg (G1) 157.04
Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L (G2) 127.81
Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L + zeolit 1 kg (G3) 126.09
Berdasar Tabel 11 diatas diketahui jumlah bulir per malai yang tertinggi terdapat pada perlakuan Kontrol (G0) sebesar 156.25 bulir, dan yang terendah pada
Pembahasan
Pada awal penanaman hingga dua bulan setelah tanam, lahan penelitian mengalami kekeringan akibat curah hujan yang rendah pada Juni dan Juli sehingga mengganggu pertumbuhan yang mengakibatkan kurang berkembangnya tanaman
serta terlihat kerdil dan daunnya agak kekuningan. Kondisi ini dapat kita lihat pada lampiran dimana tanah terlihat retak dan kering serta tanaman tumbuh kerdil. Penelitian dimulai pada bulan Juli yaitu pada akhir musim kering namun musim hujan terlambat datang.
Penambahan amelioran berupa pasir vulkan, pasir vulkan + air laut, pasir vulkan + air laut + zeolit mengalami penurunan pH dibanding perlakuan kontrol. Peningkatan pH yang nyata terlihat pada pemberian pasir vulkan + air laut (G2) sebesar 5,28 dan naik kembali pada perlakuan pasir vulkan+air laut+zeolit (G3)
sebesar 5,34. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Saragih (2009) yang menyatakan bahwa pelindian air laut pada tanah gambut dapat meningkatkan pH. Sutakarya et al.(1992) juga menyatakan bahwa zeolit dapat meningkatkan pH dan berperan
sebagai buffer.
Pemberian air laut pada perlakuan pasir vulkan + air laut (G2) dan pasir vulkan + air laut + zeolit (G3) meningkatkan daya hantar listrik dibandingkan perlakuan yang tidak diberi air laut. Hal ini disebabkan oleh tingginya ion Na+ , Ca2+ ,
mengalami peningkatan yang berkisar dari 0.0417 sampai dengan 0.1753 mmhos/cm namun masih tergolong non salin menurut kriteria dari USDA (1999).
DHL
(dS/m) Kelas Salinitas Respon Tanaman
0 - 0.98 Non Salin Efek bisa diabaikan
0.98 – 1.71 Sangat Sedikit Salin Hasil panen dari tanaman yang sangat
sensitif terbatas
1.71 – 3.16 Sedikit Salin Hasil panen dari kebanyakan tanaman
terbatas
3.16 – 6.07 Cukup Salin Hanya tanaman toleran yang
memuaskan hasil panennya
> 6.07 Sangat Salin Hanya tanaman yang sangat toleran
yang memuaskan hasil panennya
Dari hasil analisis tanah diketahui bahwa rendahnya kandungan nitrogen pada
tanah diduga karena tidak terdapatnya nitrogen pada pasir vulkan maupun air laut dan zeolit yang diaplikasikan. Selain itu, nitrogen sulit tersedia bagi tanaman di tanah gambut karena dipakai oleh jasad renik dalam dekomposisi bahan organik yang terkandung dalam gambut. Hal ini sesuai dengan literatur Rajagukguk (2001).
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa rendahnya P tersedia di tanah gambut dataran tinggi diakibatkan tingginya Al tukar dan kejenuhan Al dan retensi P yang tinggi diakibatkan terdapatnya mineral amorf dalam jumlah yang banyak di gambut dataran tinggi yang tidak dimiliki oleh gambut dataran rendah (Prasetyo dan
Suharta, 2011).
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa rendahnya K tukar pada tanah gambut dataran tinggi disebabkan rendahnya kandungan K dari bahan amelioran yang diaplikasikan ke lapangan dan juga dikarenakan lemahnya kompleks jerapan pada
bahwa keberadaan kation pada tanah gambut mudah digantikan oleh kation lain karena kompleks jerapan pada koloid organik sangat lemah dan menyebabkan kation-kation mudah tercuci.
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa rasio C/N pada tanah gambut
dataran tinggi dalam penelitian ini berkisar pada 42% sampai dengan 67% menunjukkan bahwa proses dekomposisi pada tanah gambut masih berjalan, hal ini sesuai dengan Najiyati dkk (2005) yang menyatakan apabila rasio C/N lebih besar dari 20 akan terjadi pembebasan kelebihan N oleh jasad mikro dalam bentuk NH4+
dan N03- sehingga proses dekomposisi pun akan terus berjalan.
Jumlah anakan vegetatif dan produktif pada perlakuan yang di dalamnya terdapat air laut mengalami penurunan seperti yang tersaji pada Tabel 7 dan 8. Hal ini diduga karena pengaruh garam dari air laut yang menekan pertumbuhan dan
perkembangan anakan. Hal ini sesuai dengan Sembiring dan Gani (2006) yang menyatakan pengaruh salinitas lebih jauh terhadap tanaman padi adalah: 1) berkurangnya kecepatan perkecambahan; 2) berkurangnya tinggi tanaman dan jumlah anakan; 3) pertumbuhan akar jelek; 4) sterilitas biji meningkat; 5) kurangnya bobot
1000 gabah dan kandungan protein total dalam biji karena penyerapan Na yang berlebihan; dan 6) berkurangnya penambatan N2 secara biologi dan lambatnya mineralisasi tanah.
yang menggangu penyerapan ion lain. Na yang berlebih dapat menurunkan potensial air larutan tanah yang menyebabkan kekurangan air pada tanaman walaupun tanah mengandung banyak air. Hal ini sesuai dengan Sembiring dan Gani (2006) yang menyatakan pertumbuhan akar, batang dan luas daun berkurang karena cekaman
garam, yaitu; ketidak-seimbangan metabolik yang disebabkan oleh keracunan ion, cekaman osmotik dan kekurangan hara.
Pada perlakuan pasir vulkan + air laut (G2) dan pasir vulkan + air laut + zeolit (G3) menunjukkan penurunan jumlah bulir per malai dibandingkan dengan perlakuan
kontrol. Hal ini diduga akibat hadirnya ion Na+ yang bersumber dari air laut yang menyebabkan keracunan pada akar sehingga mengganggu penyerapan hara. Hal ini sesuai dengan Sipayung (2003) yang menyatakan salinitas dan kekeringan akan mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah, yaitu: 1) meningkatkan tekanan osmotik, 2)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pemberian amelioran pasir vulkan, pasir vulkan + air laut serta pasir vulkan + air laut + zeolit tidak meningkatkan pertumbuhan padi Dendang pada lahan gambut
dataran tinggi.
2. Pemberian air laut pada perlakuan kombinasi dengan pasir vulkan dan pasir vulkan + zeolit menurunkan jumlah anakan vegetatif, jumlah anakan produktif, bobot kering tanaman, bobot kering akar dan jumlah bulir per malai.
Saran
Sebaiknya diberikan dosis amelioran yang lebih luas cakupan tarafnya sehingga dapat lebih akurat dalam menilai pengaruh amelioran pada pertumbuhan
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F, dan I.G.M. Subiksa., 2008. Lahan Gambut : Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan.Balai Penelitian Tanah, Bogor
Balai Penelitian Tanah, 2011. Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan, Bogor
Brotowijoyo, M. D., Dj. Tribawono., E. Mulbyantoro. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Firlana. 2013. Efek Air Laut, Zeolit dan Bahan Vulkan Terhadap Sifat Kimia Tanah Gambut. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta.
Harjanto, 1987.Lempung, Dolomit, Jenis, Sifat dan cara Terjadinya, dan Penggunaannya. Publikasi Khusus Ditjen Geologi dan Sumber Daya Mineral Departemen Pertambangan dan Energi. Jakarta
Hartatik, W., I.G.M Subiksa dan A. Dariah, 2011. Sifat Kimia dan Fisika Tanah Gambut. Dalam Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. Balai Penelitian Tanah, Bogor.
Hikmatullah. 2010. Sifat-Sifat Tanah Yang Berkembang Dari Bahan Volkan Di Halmahera Barat, Maluku Utara. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP). Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI) 12 (1): 40-48.
Istomo, 2006. Peningkatan Sumberdaya Bahan Tambang Gambut: Penelitian Eksploitasi Bahan Tambang Gambut Di Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara: Kerjasama antara Dinas Pertambangan dan Kehutanan Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara dengan Fakultas Kehutanan IPB
Lubis, A.T. 2013. Pengaruh Air Laut, Zeolit, dan Pasir Vulkan Terhadap Status Hara Pada Tanah Gambut Serta Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan
Najiyati, S.,L. Muslihat., dan I.N.N. Suryadiputra., 2005. Panduan Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pertanian Berkelanjutan. Proyek Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia. Wetlands International – Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia.
Noor, M., 2001. Pertanian Lahan Gambut-Potensi dan Kendala. Kanisius, Yogyakarta
Prasetyo, B.H and N. Suharta. 2011. Genesis and Properties of Peat at Toba Highland Area of North Sumatera. Indonesian Journal of Agriculture Sciene 12(1) : 1-8
Radjagukguk, B. 2001. Perspektif Permasalahan dan Konsepsi Pengelolaan Lahan Gambut Tropika Untuk Pertanian Berkelanjutan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Ridwandi,. 2013. Morfologi dan Klasifikasi Tanah di Lereng Utara Gunung Sinabung Kabupaten Karo Sumatera Utara. Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan
Saragih, E.E., 2009. Kajian Efektivitas Periode dan Jenis Pelindian Air Laut Terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah Gambut. Skripsi Jurusan Ilmu Tanah Fakultas, Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Sembiring, H dan A. Gani. 2005. Adaptasi Varietas Padi Pada Terkena Tsunami. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Bogor
Setiadi, B. 1995. Aspek Agronomi Budidaya Kedelai di Lahan Gambut. Suatu Kajian Tanggap Tanaman Terhadap Amelioran. Disertasi Fakultas Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Sipayung, R. 2003. Stres Garam dan Mekanisme Toleransi Tanaman. Fakultas Pertanian USU, Medan
Soewito, T. S. Harahap., dan Suwarno. 1995. Perbaikan Varietas Padi Sawah Mendukung Pelestarian Swasembada Beras. Dalam Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III, Jakarta/Bogor. 23-25 Agustus 1995. Kinerja Tanaman Pangan Buku 2. Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian. p: 398-411
Suhartini, T. 2004 .Perbaikan Varietas Padi untuk Lahan Keracunan Fe. Buletin Plasma Nutfah Vol.10 No.1
Suprihatno, B., A. A. Daradjat, Satoto, Baehaki, I.N. Widiarta, A. Setyono, S. D Indrasari, O.S. Lesmana, H. Sembiring, 2009. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Bogor.
Susilawati, H.L., M. Ariani., R. Kartikawati., P. Setyanto. 2011. Ameliorasi Tanah Gambut Meningkatkan Produksi Padi Dan Menekan Emisi Gas Rumah Kaca. Buletin Agroinovasi Ed: 6, No. 3400 Tahun XLI. Badan Litbang Pertanian, Bogor.
Sutakarya H, Las T Sutiti. 1992. Potensi Zeolit Bayah. Proceed Seminar Zeo-Agro, Hal 223-237. IPB Bogor
USDA, 1999. Soil Quality Test Kit Guide. Washington. United States Department of Agriculture.