• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL SEKTOR UNGGULAN DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL SEKTOR UNGGULAN DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI PROVINSI SUMATERA UTARA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL SEKTOR UNGGULAN DALAM

PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI

DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Akhmad Ignase Hariman S.*, Badaruddin** dan Kasyful Mahalli**

*Alumni PWD SPs USU **Dosen FISIP/FE/PWD SPs USU

Abstract: The objective of the research was to find out the economic description and to identify high-ranking sectors in districts/towns of North Sumatera Province. The research was descriptive analytic which described how the rate of growth and the economic structure were. Shift-share analysis was used to determine the change and the shift of sectors or industry, and location quotient (LQ) was used to determine high-ranking sectors. The result of the identification would be mapped through spatial analysis. The result of the analysis showed that high-ranking sector in North Sumatera Province was agricultural sector. The districts in North Sumatera Province which had the biggest contribution to the high-ranking sector in agriculture were Nias Barat District, Samosir District, Nias Utara District, Dairi District, Pakpak Bharat District, Padang Lawas Utara District, Langkat District, Karo District, Simalungun District, Humbang Hasundutan District, Tapanuli Utara District, Nias District, Tapanuli Tengah District, Mandailing Natal District, Nias Selatan District, Serdang Bedagai District, Toba Samosir District, Asahan District, Labuhan Batu Utara District, Tapanuli Selatan District, and Sibolga.

Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perekonomian dan mengidentifikasi sektor-sektor unggulan di kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang akan menggambarkan bagaimana laju pertumbuhan dan struktur perekonomian, analisis Shift-share digunakan untuk menentukan perubahan dan pergeseran sektor atau industri dan location quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektor unggulan. Hasil dari identifikasi akan dipetakan melalui analisis spasial. Dari hasil analisis diketahui bahwa sektor unggulan di Provinsi Sumatera Utara adalah sektor pertanian. Kabupaten Nias Barat, Samosir, Nias Utara, Dairi, Pakpak Bharat, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Langkat, Karo, Simalungun, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Nias, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Nias Selatan, Serdang Bedagai, Toba Samosir, Asahan, Labuhan Batu Utara, Tapanuli Selatan dan Kota Sibolga merupakan daerah yang menjadi penyumbang terbesar terhadap sektor unggulan di Provinsi Sumatera Utara yaitu sektor pertanian.

Keywords: Sektor unggulan, analisis spasial, location question dan shift-share.

PENDAHULUAN

Salah satu upaya untuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh masyarakat dalam masa otonomi daerah adalah dengan cara pembangunan. Pembangunan ekonomi khususnya, seringkali dikaitkan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Menurut Sjafrizal (2008) tolak ukur keberhasilan suatu pembangunan ekonomi daerah dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang menjadi petunjuk kinerja perekonomian secara umum sebagai ukuran kemajuan suatu daerah, tingkat

(2)

Sedangkan di tahun 2010 dan 2011 kembali meningkat menjadi 6,36 persen dan 6,59 persen. Jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi di setiap kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara juga mengalami fluktuatif selama satu dekade terakhir. Hal ini berpengaruh terhadap karena tejadinya pemekaran daerah pada periode tersebut dimana pada tahun 2007 Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat dan Kota Gunung Sitoli menjadi daerah yang terakhir mekar di Provinsi Sumatera Utara. Terdapat 4 Kabupaten yang mengalami perlambatan pertumbuhan. Kabupaten Nias tahun 2005 dan 2006 mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar minus 3,29 persen dan minus 74,78 persen. Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2006 mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar minus 42,46 persen. Kabupaten Toba Samosir tahun 2004 mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar minus 16,00 persen. Kabupaten Nias Selatan tahun 2005 mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 2,12 persen. Todaro (2000) mengungkapkan bahwa dengan adanya tingkat perubahan struktural dan sektoral yang tinggi, hal ini erat kaitannya dengan proses pertumbuhan ekonomi. Beberapa komponen utama perubahan struktural

tersebut mencakup “pergeseran” yang

berangsur-angsur dari aktifitas pertanian ke sektor non-petanian dan dari sektor industri ke jasa. Dampak pembangunan suatu daerah, seperti mengenai perubahan sektor-sektor apa yang meningkat atau menurun, merupakan pengetahuan yang penting dalam pembangunan suatu daerah. Oleh karena itu, pelaksanaan pembangunan di Provinsi Sumatera Utara sangat diperlukan khususnya konsentrasi terhadap sektor-sektor unggulan yang berada di masing-masing wilayah. Sehingga, diharapkan akan meningkatkan roda perekonomian di wilayah tersebut. Akan tetapi, seiring dengan adanya pelaksanan otonomi daerah serta kondisi sumber daya manusia yang terbatas serta kondisi geografis masing-masing daerah yang berbeda-beda akan memberikan dampak terhadap perencanaan pembangunan di Provinsi Sumatera Utara. Kontribusi sektor pertanian selama tahun 2001 hingga tahun 2002 menjadi sumbangan terbesar terhadap PDRB Provinsi yaitu masing-masing sebesar 27,26

persen dan 27,18 persen. Sementara itu, sektor industri pengolahan berada di posisi kedua sebagai penyumbang yaitu masing-masing sebesar 24,09 persen dan 23,92 persen. Akan tetapi, pada tahun 2003 hingga tahun tahun 2011 terjadi pergeseran pola dan struktur ekonomi di Provinsi Sumatera Utara. Dimana sektor industri pengolahan menjadi penyumbang terbesar terhadap PDRB di Provinsi Sumatera Utara menggantikan sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran pola dan struktur ekonomi dalam pembangunan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Oleh karena itu, seiring adanya peraturan tentang otonomi daerah yang berdampak pada pergeseran pola dan struktur ekonomi dalam pembangunan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Perlu adanya strategi kebijakan perencanaan pembangunan untuk masa yang akan datang utamanya dalam peningkatan sektor unggulan yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Sehingga akan memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan lapangan pekerjaan dan peningkatan kesejahteraan di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk meneliti apakah terjadi distribusi spasial sektor unggulan dalam perencanaan pembangunan ekonomi terjadi di Provinsi Sumatera Utara.

METODE

(3)

distribusi spasial sektor unggulan yang terjadi di Provinsi Sumatera Utara

HASIL Analisis LQ

Sektor pertanian yang menjadi unggulan pada tahun 2011 berada pada Kabupaten Nias Barat, Samosir, Nias Utara, Dairi, Pakpak Bharat, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Langkat, Karo, Simalungun, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Nias, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Nias Selatan, Serdang Bedagai, Toba Samosir, Asahan, Labuhan Batu Utara, Tapanuli Selatan dan Kota Sibolga. Dimana masing-masing kabupaten tersebut mempunyai nilai LQ lebih dari satu. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pada daerah tersebut merupakan sentral produksi seperti padi, karet, kopi, cokelat, kelapa sawit, dan lain sebagainya. Kabupaten Nias Barat, Nias Utara, Nias, Kota Tanjung Balai, Kabupaten Labuhan Batu, Mandailing Natal, Serdang Bedagai, Nias Selatan, Labuhan Batu Utara, Deli Serdang, Langkat, Tapanuli Tengah dan Labuhan Batu Selatan pada tahun 2011 sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor unggulan karena mempunyai nilai LQ lebih dari satu. Karena di daerah tersebut merupakan daerah sentra pertambangan seperti gas alam di daerah pangkalan brandan Kabupaten Langkat, daerah lepas pantai Selat Malaka Kabupaten Nias merupakan daerah penghasil minyak bumi, PT Madina Mas Mining banyak mengeksplorasi barang tambang emas yang terdapat di Kecamatan Hutabargot, Larutambangan, Kotanopan, Natal, Simpang Gambir dan Sinunukan, adapun untuk jenis barang tambang seperti batu bara yang tersebar di empat kecamatan, masing-masing Kotanopan, Siabu, Linggabayu, dan Muara Batang Gadis semuanya berada di Kabupaten Mandailing Natal. Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Batu Bara, Labuhan Batu, Deli Serdang, Tapanuli Selatan, Labuhan Batu Utara, Toba Samosir, Asahan dan Kota Binjai pada tahun 2011 sektor industri pengolahan merupakan sektor unggulan karena mempunyai nilai LQ lebih dari satu. Hal ini dikarenakan pada daerah tersebut merupakan daerah sentra industri

(4)

merupakan sentra sektor perdagangan, hotel dan restoran seperti JW. Marriot, Swiss Bell, Santika Dyandra dan hotel ternama lainnya berada di Kota Medan. Begitu juga untuk restoran sebagian besar berada di Kota Medan dan Kota Medan merupakan sentra perdagangan di Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Gunung Sitoli dan Sibolga pada tahun 2011 sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor unggulan karena mempunyai nilai LQ lebih dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan sentra pengangkutan dan komunikasi seperti bandara udara yang ada seperti Polonia di Kota Medan, Pinangsori di Kota Sibolga dan Binaka di Kota Gunung Sitoli, pelabuhan belawan yang ada di Kota Medan dan Pelabuhan yang ada di Kota Sibolga serta jalur kereta api yang berada di Kota Medan, Tebing Tinggi dan Pematang Siantar. Kota Binjai, Medan, Padang Sidimpuan, Pematang Siantar, Tebing Tinggi dan Sibolga pada tahun 2011 sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor unggulan mempunyai nilai LQ lebih dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan sentra keuangan, persewaan dan jasa perusahaan seperti Bank Indonesia yang di Kota Medan, Padang Sidimpuan, Pematang Siantar dan Sibolga. Kabupaten Nias, Kota Tebing Tinggi, Padang Sidimpuan, Binjai, Kabupaten Tapanuli Tengah, Samosir, Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Mandailing Natal, Deli Serdang, Kota Tanjung Balai, Pematang Siantar, Kabupaten Karo, Padang Lawas Utara, Simalungun, Padang Lawas, Pakpak Bharat dan Kota Medan pada tahun 2011 sektor jasa-jasa merupakan sektor unggulan karena mempunyai nilai LQ lebih dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan sentra sektor jasa-jasa dalam hal pengembangan objek dan daya tarik wisata alam maupun bahari, agrowisata, dan peninggalan sejarah dan budaya seperti Danau Toba, Gunung Sibolangit, Taman Nasional Gunung Leuser serta Taman Hutan Raya Bukit Barisan yang berada di Kabupaten Samosir, Karo, Simalungun dan sekitarnya.

Analisis Shift-Share

a. Efek Pertumbuhan Provinsi Sumatera Utara (National Share)

Pertumbuhan Kota Medan berpengaruh terhadap pertumbuhan absolut Provinsi Sumatera Utara paling tinggi. Besarnya pertumbuhan tersebut diciptakan oleh pengaruh positif dari efek pertumbuhan PDRB Kota Medan sebesar 7,87 milyar rupiah, efek bauran industri (proportional shift) sebesar 1,62 milyar rupiah sebagai penyumbang terbesar. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Medan lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan ekonomi propinsi di Sumatera. Hal ini menandakan bahwa selama kurun waktu 2007-2011 pertumbuhan regional Kota Medan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara.

b. Efek Bauran Industri (Proportional Shift)

(5)

c. Regional Shift (Differential Shift)

Jika dilihat secara keseluruhan nilai efek persaingan Kabupaten Deli Serdang dengan perekonomian Provinsi Sumatera Utara bernilai sebesar 318,50 juta rupiah. Hal ini menandakan perekonomian Kabupaten Deli Serdang memiliki daya saing yang lebih baik daripada perekonomian di Provinsi Sumatera Utara. Jika dilihat per sektor, ada sektor yang bernilai positif dan bernilai negatif. Sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, perdagangan hotel dan restoran serta pengangkutan dan komunikasi memiliki nilai negatif. Sedangkan sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa memiliki nilai positif. Bila bernilai positif, menandakan sektor tersebut di Kabupaten Deli Serdang memiliki daya saing yang lebih tinggi daripada sektor yang sama di Provinsi Sumatera Utara.

PEMBAHASAN

Analisis Distribusi Sektor Unggulan Dalam Perencanaan Pembangunan Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara di Masa Yang Akan Datang.

RPJMD sebagai dokumen perencanaan 5 tahunan merupakan penjabaran RPJP Daerah yang memiliki kurun waktu 20 tahun. RPJMD selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang merupakan perencanaan tahunan dan menjadi pedoman dalam penyusunan rencana strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Beberapa kebijakan penting lain yang perlu menjadi prioritas pembangunan dalam tahap ini ialah pengembangan infrastruktur ekonomi pusat-pusat pertumbuhan wilayah, pengembangan pelabuhan laut, sumberdaya air bersih, pemanfaatan potensi sumber tenaga listrik dan infrastruktur pendukung lainnya secara maksimal. Rencana pembangunan sektor pertanian perlu adanya dukungan di dalam sarana dan prasarana seperti pembangunan dan perbaikan irigasi, pengadaan bibit unggul (menciptakan varietas baru) serta perkembangan teknologi di bidang pertanian. Peningkatan kualitas maupun kuantitas sarana dan

prasarana ini diharapkan sebagai salah satu parameter yang dapat memacu pertumbuhan perekonomian di Sumatera Utara. Kegiatan ekonomi dan sosial di Provinsi Sumatera Utara secara garis besar terkonsentrasi di wilayah pantai timur, sedang bagian tengah, pantai barat, dan kepulauan di sekitar provinsi ini, tingkat perkembangan wilayah serta kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya relatif tertinggal. Dalam urusan peningkatan infrastruktur dan pengembangan wilayah dilaksanakan untuk mewujudkan Sumatera Utara yang maju, mandiri dan sejahtera melalui penataan ruang Provinsi Sumatera Utara yang lebih baik lagi. Baik pembangunan infrastruktur seperti jalan, rel kereta api, jalan tol, jalan antara provinsi, bandar udara, transportasi darat, air, energi kelistrikan, saluran irigasi, dll.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Sektor unggulan yang masih dikuasai oleh sektor pertanian dimana terdapat pada Kabupaten Nias Barat, Samosir, Nias Utara, Dairi, Pakpak Bharat, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Langkat, Karo, Simalungun, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Nias, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Nias Selatan, Serdang Bedagai, Toba Samosir, Asahan, Labuhan Batu Utara, Tapanuli Selatan dan Kota Sibolga. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pada daerah tersebut merupakan sentral produksi seperti padi, karet, kopi, cokelat, kelapa sawit, dan lain sebagainya.

2. Pertumbuhan Kota Medan berpengaruh terhadap pertumbuhan absolut Provinsi Sumatera Utara paling tinggi. Hal ini menandakan bahwa selama kurun waktu 2007-2011 pertumbuhan regional Kota Medan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara.

(6)

SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan dan analisis yang telah dilakukan, maka beberapa saran yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut: 1. Dalam rencana pembangunan sektor

pertanian perlu adanya dukungan di dalam sarana dan prasarana seperti pembangunan dan perbaikan irigasi, pengadaan bibit unggul (menciptakan varietas baru) serta perkembangan teknologi di bidang pertanian.

2. Peningkatan kualitas maupun kuantitas sarana dan prasarana diharapkan sebagai salah satu parameter yang dapat memacu pertumbuhan perekonomian di Sumatera Utara.

3. Dalam hal urusan peningkatan infrastruktur dan pengembangan wilayah perlu dilaksanakan untuk mewujudkan Sumatera Utara yang maju, mandiri dan sejahtera melalui penataan ruang Provinsi Sumatera Utara yang lebih baik lagi.

DAFTAR RUJUKAN

Abdul Mukhyi, Mohammad. 2007. Analisis Peranan Subsektor Pertanian dan Sektor Unggulan Terhadap Pembangunan Kawasan Ekonomi Provinsi Jawa Barat : Pendekatan Analisis IRIO. Jurnal. Universitas Gunadarma. Jakarta.

Adisasmita, H.Rahardjo. 2005.

Pembangunan Ekonomi Perkotaan. Graha Ilmu. Yogjakarta.

________. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu. Yogyakarta. Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar

Perencanaan dan Pembangunan

Ekonomi Daerah. BPFE.

Yogyakarta.

________. 2004. Ekonomi Pembangunan. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik [BPS]. Sumatera Utara dalam Angka (berbagai tahun). BPS Provinsi Sumatera Utara.

Bratakusumah, Deddy dan Riyadi. 2003.

Perencanaan Pembangunan Daerah. Gramedia Press. Jakarta.

Cesaratto, Sergio. 1999. Savings and Economic Growth in Neoclassical

Theory. Cambridge Journal of Economics, 23. pp 771-793.

Chazireni, Evans. 2003. The Spatial Dimension of Socio-Economic Development in Zimbabwe. Tesis. University of South Africa. South Africa.

David, Dan Ben dan Loewy Michael B. 2002. Trade and Neoclassical Growth Model. Journal of Economic Integration, 18. (1 - 16 March 2003). Friedmann, J. 1966. Regional Development

Policy : A Case Study of Venezuela. MIT Press. Cambridge MA. London. Glasson, John. 1977. An Introduction to

Regional Planning. TerjemahanPaul Sihotang. 1990. Pengantar Perencanaan Regional. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Hendayana, Rachmat. 2003. Aplikasi

Metode Location Quotient (LQ) Dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Informatika Pertanian Volume 12. (Desember 2003).

Kaldor, Nicholas. 1970. The Case for Regional Policies. Scottish Journal of Political Economy, 18. pp. 337 – 348.

Kilkenny, Maureen dan Partridge. 2008.

Eksport Sectors and Rural Development. Journal AED Economics University of Ohio State. (17 April 2008).

Kiser, Don. 1992. A Location Quotient and Shift Share Analysis of Regional Economies in Texas. Southwest Texas State University. Texas. Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan

Pembangunan Daerah : Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Erlangga. Jakarta.

________. 2002. Analisis Spasial dan Regional. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Kwan Koo, Kim, David W. Marcouiller dan Steven C, Deller. 2005. Natural Amenities and Rural Development : Understanding Spatial and Distributional Attributes. Jurnal. Growth and Change. Vol. 36 No. 2 (Spring 2005), pp. 273-297.

(7)

Economies : Towards a Knowledge-based Theory of Spatial Clustering. Environment dan Planning a. Forthcoming.

Mangiri, Komet. 2000. Perencanaan Terpadu Pembangunan Ekonomi Daerah. BPS. Edisi Kedua. Jakarta. Martin, Ron dan Sunley, Peter. 1996. Slow

Convergence ? Post-Neoclassical Endogenous Groeth Theory and Regional Development. ESCR Centre for Business Research University of Cambridge. Working Paper No. 44. (Desember 1996).

Mercado, Ruben G. 2002. Regional Development in The Philippines : a Review of Experience, State of The Art and Agenda for Research and Action. Philippine Institute for Development Studies. Discussion Paper Series No. 2002-03. (Februari 2002).

Miller, M., J.L. Gibson, dan G.N. Wright. 1991. Location Quotient Basic Tool for Economic Development Analysis. Economic Development Review, 9 (2) ; 65.

North, Douglas C. 1955. Location Theory and Economic Growth. Journal of Political Economy 63 : 243-258. Ossietzky, Carl Von. 2003. The Causes of

German Unemployment a Structural VAR Approach. Desertasi. University of Oldenburg. Germany.

Ron Hood, 1988. Economic Analysis : A Location Quotient. Primer principal sun regional economic impact. AIP. Journal.

Siebert, Horst. 1997. Labor market rigidities: at the root of unemployment in Europe. Journal of Economic Perspectives, Vol. 11, No. 3: 37-54.

Sirojuzilam. 2011. Problematika Wilayah Kota dan Daerah, USU Press, Cetakan Pertama, Medan.

Sirojuzilam dan Mahalli, K. 2011. Regional : Pembangunan, Perencanaan dan Ekonomi. USU Press. Cetakan Kedua. Medan.

Steindl, J. 1952. Maturity and Stagnation in American Capitalism. Basil Blackwell. Oxford.

Syafrizal. 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat. Prisma, No. 3, Tahun XXVI : 27-38. LP3ES. Jakarta.

________. 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Baduose Media. Cetakan Pertama. Padang.

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Pengetahuan tentang berbagai gejala (fisik maupun sosial) yang berlangsung di muka bumi yang direpresentasikan sebagai gejala keruangan (spatial phenomena) suatu obyek tertentu

Konsentrasi ini cenderung sama dengan konsentrasi klorofil-a pada daerah fishing ground ikan pelagis besar dengan jarak dari 22-46 mil laut pantai Kabupaten Manokwari,

Dalam hal ini menganalisis pasal yang terdapat di undang-undang kepailitan mengenai ketentuan penangguhan eksekusi kreditor separatis terhadap benda jaminan debitur baik

manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang mereka terima dan pelayanan yang mereka harapkan

Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan berhubungan dengan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan hubungan pekerjaan, peran PMO, pelayanan kesehatan, dukungan keluarga dan diskriminasi terhadap ketidakteraturan

Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP) adalah Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi yang telah ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai perusahaan

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat disimpulkan permasalahan dalam penelitian ini yaitu “ Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan